Upload
nguyenhanh
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
2 BIMA WHYNOT
Kupersembahkan novel ini untuk teman-teman yang
menyukai cerita laga
--Bima Whynot--
LOST BASTARD 3
Sambutan Penulis
“Dor! Dor! dor!” bertemu kembali denganku, Bima
Whynot. Setelah vakum cukup lama pasca merilis novel
komedi romantis ‘I Am Your Bodyguard’, aku kini kembali
menulis novel baru dengan genre yang jauh berbeda
dengan novel sebelumnya. Dengan bangga
kupersembahkan ‘Lost Bastard’ kepada teman-teman
penggemarku di luar sana. Novel action ini diharapkan akan
mengguncang dunia penulisan di Indonesia, selain karena
plotnya yang kubuat ribet, aku juga berusaha menciptakan
karakter yang akan membuat orang-orang Indonesia
menyukainya (kuharap ia bisa menyaingi 007 atau Jason
Bourne, haha).
Kisah Lost Bastard ini kutulis karena masih
sedikitnya cerita tentang konspirasi, politik, dan
perkelahian antar agen rahasia di Indonesia. Sebagaimana
4 BIMA WHYNOT
yang kita lihat di layar bioskop, cerita semacam itu
didominasi oleh Hollywood, sedangkan Indonesia baru
berani memproduksi satu atau dua cerita yang bisa
menyaingi kualitas Hollywood. Aku berharap novel ini bisa
menjadi pemicu majunya genre action di Indonesia.
Aku akan terus berusaha menulis cerita-cerita laga
terbaik, meskipun aku sadar hasilnya tidak sebaik yang
kukira. Akan tetapi, lebih baik berusaha daripada tidak,
bukan? Jika memang pada akhirnya ada orang lain yang
lebih sukses karena terpicu oleh semangatku, itu sangat
keren! Aku akan mendukungnya. :D
Baiklah, langsung saja beralih ke cerita.
Pertunjukkan dimulai! Selamat membaca, teman-teman!
LOST BASTARD 5
Prolog
Apa yang aneh di hari itu? Tidak ada. Semua orang
tampak tenang duduk di dalam bus; ada yang tertidur, ada
yang asik menelepon, ada pula yang sibuk mengutak-atik
gadget. Pada intinya, semua tampak normal.
Kemacetan hari itu juga normal—bagaimana tidak
normal? Semua orang juga tahu bahwa kemacetan di
ibukota merupakan hal yang lumrah. Hawa panas dari
kendaraan bermotor menyeruak menyelimuti atmosfer
Jakarta pagi itu, benar-benar tidak ada sesuatu yang ganjil,
karena setiap hari seperti itu.
Di tengah kemacetan ibukota, seseorang berambut
pirang dan berkulit putih masuk ke dalam bus. Kau bisa
bayangkan bagaimana reaksi orang pada saat itu, mereka
terkagum melihat bule yang tampan dan rapi. Beberapa
6 BIMA WHYNOT
penumpang wanita kemudian mencoba mengabadikan si
bule dengan gadget-nya masing-masing.
Tetapi, si bule tiba-tiba berjalan ke dekat supir dan
menghadap para penumpang. Matanya sayu dan
ekspresinya datar, ia tidak terlihat begitu sehat. “Wahai
penumpang, perkenalkan nama saya George Medley. Aku
adalah warga Amerika yang datang kemari untuk keperluan
bisnis dengan perusahaan swasta. Dan aku ingin
mengatakan sesuatu kepada kalian, rakyat Indonesia...”
ujarnya dalam Bahasa Inggris.
Para penumpang yang sedang duduk tenang seketika
terheran dengan keadaan tersebut. Fokus mereka beralih
kepada si bule, tetapi terlihat kebingungan. Beberapa dari
mereka bahkan tidak mengerti apa yang dikatakan oleh si
bule, hanya bisa berkelakar dengan orang di sebelahnya.
“... tanah ini akan diambil alih oleh Amerika, karena
kalian adalah bangsa lemah yang tidak bisa mengolah hasil
buminya sendiri!” lanjut si bule dengan wajah yang datar.
LOST BASTARD 7
“Hei! Jaga bicaramu! Ingat, kau sedang menginjak
bumi Indonesia saat ini. Kalau kau berani menghina
Indonesia, berarti kau berani menghina kami sebagai rakyat
Indonesia!” seseorang tiba-tiba bangkit dan menjawab si
bule dengan Bahasa Inggris pula. Tampaknya ia satu-
satunya orang yang bisa memahami maksud ucapan si bule.
Si bule tidak peduli, ia langsung mengambil pistol
otomatis dari balik celananya dan memuntahkan tembakan
sembarang kepada seluruh penumpang. Belum sempat
melarikan diri, para penumpang sudah tewas terlebih
dahulu, termasuk pria yang mencoba menegurnya. Bus itu
seketika berubah menjadi rumah jagal, darah dari para
penumpang terus mengalir seperti hewan ternak.
Melihat tragedi mengerikan tersebut, sang supir
segera menghentikan laju busnya dan lari terbirit-birit
bersama dengan sang kernet yang kebetulan sedang
berada di samping ruang kemudi. Suasana hening di dalam
bus pun berubah menjadi kebisuan permanen. Tiada yang
selamat dari kejadian itu, semua penumpang mati. Si bule
8 BIMA WHYNOT
kemudian turun dari bus sambil menenteng pistolnya yang
sudah kehabisan peluru.
Di tengah kemacetan seperti itu, tidak hanya supir
dan kernet bus yang panik, tetapi semua orang yang
terjebak dalam kemacetan. Bagaimana tidak panik?
Seorang warga negara asing tiba-tiba keluar dari bus
berlumuran darah sambil memegang senjata api, semua
saksi mata langsung menyimpulkan bahwa ia adalah
pembunuh. Beberapa orang—termasuk supir dan kernet
bus—yang menyaksikan keganjilan si bule segera
memanggil polisi lalu-lintas yang sedang bertugas di sekitar
sana. Mereka menunjuk-nunjuk si bule.
Beberapa orang polisi akhirnya datang menghampiri
si bule dan menodongnya dengan pistol revolver khas
kepolisian. “Diam di tempat! Diam di tempat!” suasana pun
menegang, beberapa orang yang berada di dalam mobil
juga satu persatu keluar karena takut terkena tembakan
nyasar.
LOST BASTARD 9
Tetapi, si bule tidak melakukan perlawanan, ia malah
jatuh pingsan di atas aspal. Polisi segera mengamankannya
dan kembali mengatur lalu-lintas agar tidak terjadi
kemacetan total.
Polisi juga menyisir bus tempat di mana si bule
sebelumnya menumpang. Mereka sangat syok begitu
melihat semua penumpang di dalam bus tewas
mengenaskan. Sesaat itu mereka berpikir: apa yang
sebenarnya dipikirkan oleh si bule? Apa tujuannya? Mereka
pun mengumpulkan semua bukti yang ada dan melempar
kasus tersebut kepada bagian investigasi.
Pertanyaan besarnya adalah: jika Amerika berencana
menginvasi Indonesia seperti yang dikatakan Medley,
mengapa Amerika menggunakan perantara orang bodoh
seperti dirinya?
10 BIMA WHYNOT
Satu – Bajingan Lepas
Masih adakah orang baik tersisa di negeri ini? Masih
adakah keadilan absolut berjalan di tanah air ini? Ada,
tetapi bagaikan jarum di dalam tumpukan jerami. Negeri
bedebah ini berubah menjadi tempat tinggal para setan
berwajah malaikat; mereka tersenyum demi popularitas,
mereka mencuri gelar demi mencoret-coret hukum, dan
mereka duduk di kursi istana demi menjadi dewa-dewi
pemusnah kedamaian.
Hidup rasanya lebih hening di balik jeruji besi, sama
seperti yang dirasakan Hariswan. Mantan kapten dari
Detasemen 901/Korps Pasukan Khas lebih memilih
mendekam di penjara daripada mondar-mandir menicum
bau busuk para iblis berjas yang berusaha mencurangi hidup
untuk kepentingan pribadi masing-masing. Ia hampir saja
membabat habis ilalang pemerintahan yang
LOST BASTARD 11
menyengsarakan hidup rakyat. Ia hampir membunuh
semua orang DPR/MPR karena mereka diduga terlibat
dalam kasus korupsi, narkoba, perselingkuhan, hingga
konspirasi.
Kapten Hariswan ditangkap karena dianggap
melanggar protokol militer dan dipecat secara tidak
terhormat dari Korps Pasukan Khas karena kebrutalannya
menghabisi nyawa orang-orang yang duduk di bangku
pemerintahan. Sejak saat itu, ia diberi julukan “Lost
Bastard” oleh teman-temannya yang berarti “Bajingan yang
Hilang”. Tidak, bukan karena ia bajingan tengik, tetapi
karena ia bajingan di mata para iblis.
Selama tiga puluh tahun, pria berbadan tegap itu
hanya akan menghirup udara dari lubang sebesar penggaris
di ruangannya. Ia dikurung seperti binatang jalang, bahkan
sinar matahari pun tak bisa menembus ruangan tersebut
dengan baik.
Tetapi, Hariswan tak masalah dengan itu, ia malah
tampak tenang di ruangannya. Ia jauh dari gonggongan
12 BIMA WHYNOT
anjing geladak yang setiap hari meributkan persoalan harta,
tahta, dan wanita. Atau... mungkin sebenarnya ia hanya
beristirahat setelah membantai puluhan politisi selama
beberapa periode?
****
Di hari yang serba biasa itu, seorang polisi militer
membuka pintu kurungan Hariswan. Cahaya lampu dari luar
ruangan pun merasuk ke dalam ruangan sebesar 3 x 4 meter
tersebut, luar biasa berkilau, Hariswan saja sampai tak
sanggup membuka matanya lebih lebar. Bagaimana tidak?
sudah hampir satu tahun ia mendekam dalam kegelapan
dan keheningan.
“Kapten Hariswan, Anda kedatangan tamu. Tetap
tenang, jika Anda berusaha melakukan hal bodoh, kami tak
akan sungkan menembak Anda,” ujar seorang polisi militer
masuk ke dalam ruangan sambil membawa borgol.
LOST BASTARD 13
“Tamu? Apa itu? Semacam pisau untuk mencukur
bulu ketiakmu?” gumam Hariswan saat dipasangkan borgol
di kedua kaki dan tangannya.
Polisi itu langsung menatap Hariswan tajam. “Plak!” Ia
pun menampar Hariswan hingga jatuh dari kursinya.
“Heheh, aku hanya bercanda, aku hanya bercanda.
Ayolah, aku sudah setahun tidak bercanda dengan orang
lain,”
Polisi itu tampak tak peduli, ia dan beberapa
temannya kemudian menuntun Hariswan ke ruangan
khusus yang dirancang untuk pertemuan antara narapidana
dengan anggota keluarga. Hariswan tampak senyum-
senyum saat dipapah berjalan menuju ruangan pertemuan
tersebut, sepertinya ia mulai gila karena dikurung terlalu
lama di dalam kegelapan.
Setibanya di dalam ruangan pertemuan, ia kembali
dikurung dengan penjagaan ekstra di luar. Tetapi, kali ini
14 BIMA WHYNOT
ruangannya lebih nyaman dan terlihat lebih manusiawi.
Benar-benar ruangan yang ideal untuk pertemuan.
“Kapten Hariswan, suatu kehormatan bertemu
dengan Anda...” seorang pria berusia sekitar lima puluh
hingga enam puluh tahun menyambut Hariswan di
kursinya.
“Jenderal Permana... apa yang Anda lakukan di sini?
Anda mau kampanye politik?”
Pria bernama Permana itupun tertawa kecil. “Tidak,
mari kita kesampingkan urusan partai politikku. Aku ke sini
untuk meminta bantuanmu...”
“Oho, kau mau aku membunuh rival-rival politikmu?”
“Haha, sayangnya tidak. Aku tidak bermain curang
seperti itu. Ini persoalan mengenai pembantaian yang
terjadi sekitar tiga hari lalu, kau mendengar beritanya?”
“Satu-satunya hal yang bisa kudengar selama aku di
penjara hanyalah tikus-tikus yang berteriak kelaparan,”
LOST BASTARD 15
“Oh, berarti kau belum mendengar beritanya,”
“Ceritakan padaku apa yang terjadi, jenderal. Aku
sudah lama sekali tidak mendengar dongeng sebelum
tidur,”
“Jadi begini, tiga hari yang lalu, seorang pria asing
masuk ke dalam bus Transjakarta dan membantai semua
penumpang hanya dengan bermodal pistol Glock otomatis.
Tidak ada yang selamat dari kejadian itu, bahkan supir dan
kernet turut menjadi korban. Sebelum ia membantai semua
orang, ia mengatakan ‘kami akan merebut tanah
Indonesia’,”
“Kami?”
“Orang Amerika maksudnya. Aku tak tahu apa yang
merasuk ke dalam jiwanya, tetapi aku mencium bahaya
besar jika kasus ini dibiarkan terlalu lama,”
“Sederhana, akan terjadi perang...”
“Tepat sekali! Jika dibiarkan berlarut-larut, sudah
pasti akan ada orang-orang Indonesia yang membalas
16 BIMA WHYNOT
dendam. Hal itu akan meningkatkan ketegangan antara
Indonesia dan Amerika... dan bisa berujung kepada
peperangan,”
“Jadi begitu, kalau begitu terima kasih telah
menyampaikan berita ini kepadaku. Kita lihat saja
bagaimana kelanjutannya nanti, pasti akan meriah...”
“Hariswan, ini bukan saatnya untuk berkelakar—”
“Aku tidak tertarik untuk mengurus masalah ini,
meskipun kau membayarku dengan harga tinggi. Kau mau
aku melakukan ini demi nama partaimu ‘kan? Agar kau
dianggap penyelamat oleh rakyat Indonesia?”
“Aku sama sekali tidak berpikir ke sana, Hariswan.
Aku melakukan ini karena aku pernah menjadi pembela
kebenaran, sama seperti dirimu. Aku tidak mau melihat
Indonesia hancur-lebur seperti Hiroshima dan Nagasaki,
kita akan hancur sehancur-hancurnya jika membiarkan
Indonesia berperang dengan Amerika,”
LOST BASTARD 17
“Puhahaha! Pembela kebenaran katamu? Jika kau
menganggapku sebagai pembela kebenaran, ke mana kau
selama setahun belakangan ini? Kau membiarkanku
mendekam di dalam penjara yang memiliki jendela hanya
sebesar penggaris!”
“Baiklah, kuanggap itu kesalahanku. Akan
kubersihkan namamu dan kau akan hidup dengan tenang
seperti sedia kala, tetapi kau harus membantu mencegah
terjadinya kekacauan!”
“Mengapa harus aku? Aku tanya kepadamu: ke mana
intelijen kepolisian? Ke mana Sandi Yudha? Ke mana
Detasemen 901? Ke mana BIN? Mereka semua memiliki
kualifikasi untuk menyelesaikan kasus ini, tetapi mengapa
kau justru memintaku?”
“Karena kau bisa bergerak dan beraksi tanpa protokol,
itulah sebabnya. Kau bisa menuntaskan kasus ini lebih
cepat daripada teman-temanmu itu. Intinya, aku ingin
membantu mereka menyelesaikan kasus ini,”
18 BIMA WHYNOT
“Hehe, kau punya sisi baik rupanya, jenderal...”
“Jika suatu saat kau temukan aku melakukan hal
busuk seperti pejabat-pejabat yang telah kau bunuh, aku
rela jika kau membunuhku,”
“Oh, tenang saja. Aku akan memastikan pelurunya
bersarang di kepalamu, jenderal,”
“Aku takkan meragukan hal tersebut. Sekarang, aku
butuh jawabanmu: kau ikut bergabung ke dalam permainan
ini?”
“Amerika? Ini bukan perkara mudah. Tapi baiklah, aku
sudah lama tak ikut ‘bermain’. Tetapi, syarat utamanya kau
harus membersihkan namaku,”
“Setuju! Kalau begitu anak buahku akan
menunggumu di sungai bagian barat malam ini. Kau akan
diminta sandi: ia akan memberi challenge ‘FOX’, kau harus
menjawab dengan countersign ‘DIAMOND’,”
“Tak masalah, lalu bagaimana cara aku keluar dari
sini?”
LOST BASTARD 19
“Ini bagian yang agak sulit, Hariswan. Aku tidak bisa
mengeluarkanmu begitu saja seperti mengeluarkan
sampah. Aku beri kau kegelapan dan... kau tahu apa yang
harus kau lakukan,”
“Tch! Bunuh atau tidak?”
“Kau mau namamu bersih ‘kan? Jangan bunuh mereka
kalau begitu! Mereka tidak bersalah, hanya orang-orang
yang mematuhi tugas,”
“Baiklah, ini akan membosankan,”
“Aku sangat mengharapkanmu, kapten. Kutunggu
kau di markasku...”
Permana pun berjalan meninggalkan ruangan dan
semua prajurit yang berjaga di luar segera menghormat
kepadanya. Maklum, ia adalah jenderal purnawirawan yang
memiliki reputasi cukup bagus di kalangan militer.
Sementara itu, Hariswan kembali digandeng oleh dua
orang prajurit PM untuk digiring kembali ke dalam penjara.
20 BIMA WHYNOT
Sama seperti sebelumnya, ia terlihat begitu gembira,
senyum-senyum sendiri seperti orang sinting.
“Beruntung sekali kau dikunjungi Jenderal Permana.
Seharusnya kau meneladaninya, tidak asal dar-der-dor
kepada para pejabat,” celetuk salah seorang PM yang
memapahnya.
“Heh-heh-heh, dasar bodoh. Percayalah, kalian akan
termakan oleh kebodohan kalian sendiri,”
“DIAM!” seru sang PM sambil memukul wajah
Hariswan dengan tinjunya.
Hariswan tak peduli, ia malah tertawa seperti
psikopat. Syaraf rasa sakitnya sepertinya telah tertukar
dengan syaraf rasa geli, bagaimana mungkin ia bisa tertawa
begitu keras setelah sebuah tinju melayang ke wajahnya?
Hariswan dan kedua PM yang memapahnya
kemudian berjalan melewati seorang penjaga dengan pistol
revolver merek Colt di pinggangnya. Pistol itu tampaknya
mengalihkan perhatian Hariswan untuk sesaat, ia
LOST BASTARD 21
mengamatinya begitu serius. Apa yang sebenarnya ia
pikirkan?
“Pang!” tiba-tiba saja semua lampu di penjara militer
itu padam, kegelapan pun menjadi sekat yang menghalangi
pandangan semua orang. Semua penghuni penjara tentu
terkejut dan bertanya-tanya, mengapa listrik tiba-tiba
padam tanpa ada pemberitahuan sebelumnya? Sempat
terdengar bisik-bisik “ada apa ini? Mengapa tiba-tiba terjadi
pemadaman listrik?”
Akan tetapi, keadaan itu justru dimanfaatkan oleh
Hariswan, ia segera melayangkan sikutnya kepada kedua
PM yang memapahnya. Seorang penjaga yang mendengar
perkelahian itu segera mengeluarkan pistolnya untuk
menetralkan keadaan, akan tetapi Hariswan sudah
menyadari itu sejak awal. Ia segera menghampiri sang
penjaga dan menendang tangannya agar bidikannya
meleset.
“BAM!” bunyi keras tembakan sang penjaga
tampaknya akan membangunkan para tetangga. Hariswan
22 BIMA WHYNOT
segera menyelesaikan pertarungannya, ia beberapa kali
memukuli sang penjaga dan membenturkan kepalanya ke
tembok hingga pingsan.
“Hei, apa yang terjadi di atas?!” seorang PM
tampaknya menyadari suara tembakan yang terjadi di
lokasi perkelahian Hariswan. Mereka pun bergerak tergesa-
gesa untuk menelusuri apa yang tengah terjadi.
“Sial...” bisik Hariswan. Ia segera menghampiri dua
orang PM yang memegang kunci borgolnya. Dengan cepat
ia mencuri kunci dan melepaskan borgol dari kaki dan
tangannya. Sebagai alat keamanan, ia juga mencuri pistol
revolver dari sang penjaga yang sudah tak sadarkan diri.
“Ada apa di atas?! Kau mendengar tembakan?!”
beberapa orang PM mulai merasa terusik, mereka pun
bergerak menuju tempat di mana Hariswan beraksi. “Hei!
Nyalakan senter! Mengapa di saat seperti ini lampu darurat
malah rusak?!”
LOST BASTARD 23
Hariswan tidak bisa melawan semua PM sekaligus,
karena ia sadar mereka pasti bersenjata lengkap. Ia pun
bergerak dari satu lorong ke lorong yang lain untuk
menghindari kontak dengan PM. Ia memanfaatkan
kegelapan untuk menghindari kejaran para PM.
Sadar bahwa ada narapidana yang lepas, para PM
segera bersiaga dengan senjata mereka masing-masing. Ini
akan sangat menengangkan, karena Hariswan masih agak
jauh dari pintu keluar.
Benar saja, Hariswan akhirnya terjebak. Jika ia
mundur ia akan diberondong oleh segerombolan PM yang
mengamuk, sedangkan jika maju ia harus berkelahi dengan
dua orang PM yang sudah siap siaga. “Sial...” bisiknya.
Akhirnya, Hariswan memilih jalan yang memiliki
bahaya lebih kecil, ia maju dan bertarung jarak dekat
dengan dua orang PM yang juag sedang mencarinya.
Dengan gesit ia memukuli kedua PM tersebut dengan
gagang pistolnya hingga salah satu dari mereka langsung
pingsan. Tersisa satu PM yang masih sanggup berdiri,
24 BIMA WHYNOT
Hariswan langsung memukuli dan menendangnya hingga
lengah. Begitu lunglai, ia himpitkan kepala sang PM ke
dinding dan ia pukul sisi lehernya beberapa kali sampai
pingsan.
Tidak boleh ada waktu yang disia-siakan, Hariswan
segera bergerak begitu mengetahui lawannya sudah tak
berdaya. Setelah bersembunyi dari satu titik ke titik yang
lain, ia akhirnya bisa keluar. Masalah selanjutnya adalah
bagaimana caranya lolos dari pandangan para penjaga di
luar, karena mereka sedikit diuntungkan dengan cahaya
bulan.
Hariswan bergerak dengan dengan sangat hati-hati.
Sebagaimana para PM, ia juga bersiaga dengan pistolnya
untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Pelan
sekali ia bergerak, ia bahkan dapat mendengar langkah
orang lain dengan jelas.
Tetapi, pada akhirnya ia selamat. Hariswan lolos dari
pandangan semua orang yang mencarinya. Ia pun
memanjat tembok dengan lincah dan berhasil keluar dari
LOST BASTARD 25
penjara militer tersebut. Senyumannya terlihat sangat
mengolok, benar-benar terlihat seperti bajingan. Tak lama
kemudian, ia pun kembali tertawa seperti psikopat. Ia
menang di hari itu.
Jauh dari penjara militer, seorang pria tampak sedang
menikmati sebatang rokok di atas perahunya. Tak lama
kemudian, ia mendengar suara langkah seseorang di balik
semak belukar. Ia segera mengambil pistolnya dan
membidikkannya ke arah sumber suara. Kemudian
tampaklah seorang pria dengan baju narapidana, tentu saja
itu Hariswan.
“Fox...” ujar pria itu dingin.
“Diamond. Cepat nyalakan mesin perahumu dan pergi
dari sini. Kita tidak punya banyak waktu,” jawab Hariswan
sambil berjalan ke arah perahu dengan santai.
Pria misterius itu malah menatapi Hariswan selama
beberapa detik, pandangannya yang dingin itu
26 BIMA WHYNOT
menandakan bahwa ia masih belum percaya dengan
Hariswan.
Hariswan sudah duduk di atas perahu, tetapi mesin
tak kian dinyalakan. Ia pun menatapi sang pria. “Apa? Kau
naksir denganku? Oh Tuhan, lihat apa yang kuhadapi?
Jenderal Permana mengirim seorang gay untuk
menjemputku,”
“Aku bukan gay...”
“Kalau bukan, cepat nyalakan mesin dan pergi dari
sini! Kau mau kita diberondong oleh para polisi militer?”
Pria itupun akhirnya menyalakan mesin perahunya
dan menghilang dari tempat itu secepatnya.
****
Hariswan berada di ruangan berlatih menembak hari
itu. Ia menggunakan earmuff untuk melindungi telinganya
dari sengatan suara tembakan yang sangat bising.
LOST BASTARD 27
Tangannya juga terlihat sudah siap melepaskan tembakan
dari pistol Sig-Sauer di genggamannya. Begitu targetnya
bergerak, “BLAM!” ia segera melepaskan tembakan dan
tepat mengenai bagian vital target.
“Setan, aku belum pernah melihat orang yang bisa
menembak sempurna dengan tingkat kesulitan yang
berbeda-beda,” ujar Rizal, pria misterius yang menjemput
Hariswan malam itu. Ia tengah berbincang dengan
kawannya di ruang pengamatan, Wisnu.
“Itu mungkin karena kau tidak pernah berhubungan
langsung dengan orang militer, apalagi kudengar Kapten
Hariswan mantan anggota Den Bravo-90...”
“Jenderal Permana tak pernah menceritakan hal ini
sebelumnya. Orang ini benar-benar psikopat terlatih, kalau
malam itu aku macam-macam dengannya, mungkin aku
sudah mati,”
28 BIMA WHYNOT
“Ya, pastinya. Kudengar ia bisa membunuh orang
dengan tangan kosong...” Wisnu menatapi Rizal dengan
wajah horor.
“Ah, kau ini! Singkirkan wajahmu itu, benar-benar
seperti bak sampah,”
Tak lama kemudian, seorang wanita masuk ke dalam
ruang pengamatan. Ia adalah Marsha, asisten Jenderal
Permana. “Wisnu, Rizal... kalian dipanggil jenderal.
Hariswan juga. Ada persoalan penting yang harus beliau
bicarakan,”
“Eh, baiklah. Kapan?” tanya Rizal.
“Sekarang! Kalian mau menunggu sampai lebaran?!”
“Baiklah, katakan pada jenderal kita akan segera ke
sana,”
“Aku duluan, Rizal. Kau panggil Hariswan kalau
begitu,” ucap Wisnu sambil melenggang pergi.
LOST BASTARD 29
“Hariswan, kita sudahi dulu latihan kali ini. Hasilmu
sangat sempurna, sekarang saatnya menghadap Jenderal
Permana,” ujar Rizal melalui mikropon.
Hariswan segera menurunkan bidikannya, ia
kemudian menatap ke jendela ruang pengamatan. Tetapi,
“BANG!” dengan instingnya yang tajam ia melepaskan
tembakan terakhir kepada target yang masih bergerak
sangat cepat. Hasilnya? Sempurna.
“Hariswan, jangan pamer. Aku tahu kau hebat, tetapi
jangan lakukan itu di hadapanku,”
“Hehehe,”
****
Jenderal Permana menampilkan beberapa foto warga
Amerika pembunuh bus Transjakarta beberapa waktu
silam, George Medley. Ia menampilkan penampilan fisik
sang pembunuh dari beberapa sudut pandang; depan,
belakang, dan samping.
30 BIMA WHYNOT
“Aku mengunjungi Medley kemarin malam, kau tahu
apa yang membuatku terkejut, Hariswan? Orang ini sama
sekali tidak memiliki catatan kriminal; ia bukan tentara,
bukan polisi, bukan agen khusus, ia hanya warga Amerika
yang bekerja di Indonesia. Catatan kriminalnya sama sekali
bersih. Karena penasaran, kukontak temanku di NYPD dan
ia memberikanku data tentang George Medley, ia sangat
bersih,”
“Sampai pada hari di mana ia membantai seluruh
penumpang bus Transjakarta...”
“Ya, benar. Itu adalah catatan kriminalnya pertama
kali. Sekarang aku akan memperlihatkan rekaman video
saat aku datang mengunjunginya,”
Jenderal Permana pun memutar video rekamannya
saat ia mengunjungi Medley. Ia mengajukan beberapa
pertanyaan kepada Medley, tetapi pria berambut pirang itu
hanya bengong—padahal Permana menanyainya dengan
Bahasa Inggris.
LOST BASTARD 31
Hingga pada akhirnya, tibalah kepada pertanyaan
terakhir “mengapa kau sangat yakin bahwa Amerika akan
merebut tanah Indonesia?”
Medley menjawab “Amerika akan menguasai
Indonesia suatu saat kelak,”
Permana segera menyetop video-nya. “Apa
pendapatmu setelah melihat rekaman ini, Hariswan?”
“Kau tahu, sekitar tahun 1960-an, CIA pernah
meluncurkan sebuah program bernama MKULTRA, proyek
hipnotis yang sangat berbahaya dimana memori subyek
bisa terhapus secara permanen. Ini adalah salah satu tanda-
tanda penggunaan MKULTRA; lihat bagaimana ia
menanggapi semua pertanyaan yang dilontarkan
kepadanya. Ia hanya menjawab ketika disebutkan kata
kunci yang tepat, di luar itu ia tidak akan menjawab
apapun,”
“Tepat sekali! Akupun berpikir sama denganmu,
Hariswan. Selain itu, sorot mata Medley juga kosong,
32 BIMA WHYNOT
pupilnya membesar dan syarafnya mati. Pertanyaanku
berikutnya adalah: mengapa Amerika mengirim orang
awam seperti Medley dan membiarkan Medley ditangkap
oleh aparat kemanan? Jika ini benar-benar ulah Amerika—”
“Mereka pasti mengirim orang terlatih yang bisa
melarikan diri dari aparat keamanan dan membuat
pembunuhan itu tak terlihat oleh publik...”
“Benar. Jadi, jelas bahwa kasus ini tidak berakar ke
Amerika...”
“Maksud Anda ada orang yang ingin menyalahkan
Amerika dengan kasus ini?” Wisnu bertanya.
“Yang pasti si pelaku ingin seluruh masyarakat
Indonesia melihat kejadian ini. Mungkin ia ingin
menciptakan demonstrasi anti-AS di mana-mana,” jawab
Hariswan.
“Atau ingin memancing kemarahan rakyat Indonesia,”
Jenderal Permana menimpali.
LOST BASTARD 33
“Pak, mohon maaf memotong pembicaraan Anda.
Aku mendapatkan rekaman CCTV yang mengejutkan. Anda
akan menyukainya!” Lukas, salah seorang pegawai Jenderal
Permana tiba-tiba mengangkat tangannya dan memotong
pembicaraan seru antara jenderal dengan Hariswan. Ia pun
menampilkan rekaman CCTV yang ia maksud kepada
semua anggota yang berkumpul di ruangan tersebut.
Pada rekaman terkait, terlihat seorang pria bule
bertemu empat mata dengan seorang pria yang terlihat
seperti orang Indonesia. “Lihat itu? Itu adalah George
Medley, sedangkan pria yang berada di hadapannya sudah
tentu orang Indonesia—warna kulitnya sangat khas...”
“Kapan rekaman ini diambil?” tanya jenderal.
“Rekaman ini diambil sehari sebelum peristiwa
pembantaian terjadi,”
“Bisakah kau memperjelas wajah pria Indonesia
tersebut?” Hariswan penasaran.
34 BIMA WHYNOT
“Maaf, pak. Teknologi kita terbatas. Akan tetapi, kita
bisa mengambil beberapa probabilitas berdasarkan
kompleksitas wajahnya,”
“Oke, lakukan...”
Lukas segera memenuhi permintaan Hariswan. Hanya
butuh dua menit dan “POP!” muncul beberapa wajah
garang di atas layar. “Kita menemukan empat
kemungkinan wajah yang cocok. Data ini kita pinjam dari
database BIN,”
“Bisakah kau buat matriks perbandingan agar aku bisa
membandingkan wajah mereka satu persatu?”
“Tidak masalah, pak...” pegawai tersebut kembali
mengetikkan beberapa baris kode di komputernya. “Sudah
jadi pak,”
“Hmm...” Hariswan mengamati layar dengan cermat.
Ia kemudian menunjuk kepada gambar yang berada di
pojok kanan atas. “Dia orangnya...”
LOST BASTARD 35
“Kau yakin, kapten?” jenderal mencoba meyakinkan
dirinya.
“Aku sudah sering melakukan ini, jenderal. Tak perlu
ragu,” jawab Hariswan santai.
“Apakah kita akan—”
“Aku akan mengunjunginya dan mewawancarainya
sedikit,” Hariswan berjalan menuju pintu keluar.
“Kapten! Tetapi kita belum tahu apa yang ia lakukan
dengan Medley di rekaman itu!”
“Aku akan bertanya, pak!” ujar Hariswan sambil
bergegas keluar ruangan.
Seketika itu, keheningan menyeruak di ruangan
briefing. Semua orang terpaku menatap ke arah pintu.
“Walah, ia akan memukuli orang itu sampai mati,
jenderal. Bagaimana jika ternyata orang itu tidak terbukti
memberikan MKULTRA pada Medley?” gumam Rizal
khawatir.
36 BIMA WHYNOT
“Ah, tenanglah. Kita percayakan saja kepadanya. Ia
bukan orang bodoh,”
“Iya ‘sih, tetapi...”
“Percayalah, Rizal. Ia tidak akan membunuh
sembarang orang. Psikopat itu punya sisi baik,”
****
Hariswan tiba di depan flat Maman, pria yang diduga
memberikan MKULTRA kepada Medley beberapa waktu
silam. Ia mengetuk pintu beberapa kali dan seorang pria
akhirnya muncul membukakan pintu—dialah Maman yang
dimaksud. Akan tetapi, Maman enggan membuka pintunya
lebar-lebar, ia hanya bertanya “ada apa?” dengan ekspresi
wajah penuh kecurigaan.
“Maman, kau Maman Suherman ‘kan?” tanya
Hariswan tegas.
LOST BASTARD 37
Maman terdiam sejenak. Ia kemudian memalingkan
wajahnya ke belakang sambil berusaha menutup pintu
perlahan-lahan. “Maaf, tidak ada yang bernama Maman di
sini,”
Tetapi Hariswan menahan laju pintunya. “Jadi Anda
siapa? Desy Ratnasari?” ujarnya dengan tatapan dingin.
Maman terhenyak melihat tatapan itu. Adrenalinnya
sedikit terpacu merasakan ketegasan Hariswan menahan
laju pintunya. “M-maaf, pak! Anda jangan membuat saya
tegang! Saya bukan Maman, jangan sampai saya panggil
polisi karena tingkah kasar Anda!”
Hariswan pun melepaskan genggamannya. “Oh,
baiklah kalau begitu. Saya juga baru ingat bahwa saya
kemari bukan untuk mencari Maman, hehehe,”
“Dasar orang gila!” Maman segera menutup pintunya
sambil mendumel. Aktingnya cukup bagus, ia bisa
membuat Hariswan mundur.
Akan tetapi...
38 BIMA WHYNOT
“BRAK!” Hariswan menendang pintu flat Maman
hingga gagang dan kuncinya hancur. Pintu pun terbuka
secara paksa dan menumbuk wajah Maman.
“Auuuh!” Maman meringis kesakitan sambil
memegangi hidungnya yang berdarah.
Tetapi, Hariswan tak peduli. Ia malah menghampiri
Maman dan meninjunya dua kali; di ulu hati dan di wajah.
Begitu Maman lengah, ia langsung mencekiknya. “Sudah
kubilang aku ke sini bukan untuk mencari Maman, tetapi
untuk MENGHAJAR Maman,”
“Uhuk! A-apa...”
“Diam kau! Kau sudah berbohong dua kali dengan
mengatakan bahwa kau bukan Maman. Aku sudah melihat
foto dan identitasmu dengan jelas, mana mungkin aku
salah orang?
“Karena kau sudah berbohong, kau harus menjelaskan
untuk apa kau berbohong? Untuk apa kau menutup-nutupi
LOST BASTARD 39
identitasmu? Merasa pernah melakukan sesuatu dengan
warga Amerika yang bernama George Medley?”
“Ahk! A-aku mohon, jangan b-bunuh aku,”
“Katakan terus terang dan kita akan lihat...”
“A-aku hanya pengirim paket, aku hanya memberikan
sekotak kue kepada George...”
“Oh benar! Aku bisa melihat itu, tukang pos
gadungan. Sekarang katakan apa yang terkandung di
dalam kue itu? Kau memberikannya sehari sebelum Medley
berubah menjadi pembunuh gila,”
“A-aku tak tahu! Sumpah, aku hanya seorang
pengirim! Aku hanya diberi tugas untuk mengirimkan kue
itu kepada George,”
“Apa pekerjaanmu sehari-hari?”
“A-aku disewa oleh orang-orang yang tak kukenal
hanya untuk mengirim paket-paket ilegal. Jasa pos dan
40 BIMA WHYNOT
pengiriman kilat sekarang mempunyai regulasi yang sangat
ketat sejak banyak paket ilegal yang keluar-masuk,”
“Jadi, kau tak tahu siapa orang yang menyuruhmu?”
“Tidak, aku tidak tahu...”
“Tetapi, kau pasti punya cara berkomunikasi yang
unik dengan klienmu. Katakan bagaimana cara klien
mengubungimu dan memberikan paketnya kepadamu,”
“Menelepon dan bertemu, tanpa identitas apapun dari
masing-masing pihak. Itu kulakukan untuk menghindari
hari-hari seperti sekarang, biarpun kau menyiksaku sampai
hampir mati sekalipun kau takkan mendapatkan apa-apa
dariku,”
Hariswan tiba-tiba tertawa seperti orang gila. Ia
kemudian mencekik Maman sedikit lebih keras. “Sungguh?
Kau tidak membual ‘kan? Kapan klien pemilik kue beracun
menghubungimu dan di mana kalian bertemu?”
LOST BASTARD 41
“Uhk! Ia menghubungiku dua hari sebelum aku
memberikan paket itu pada Medley! Uhk, uhk! Kami... kami
bertemu di X-Cafe sehari setelahnya,”
“Adakah seseorang yang mungkin mengingat
wajahnya atau mobilnya atau apapun yang berhubungan
dengannya?”
“A-aku tidak tahu, uhk!”
Hariswan meninju ulu hati Maman sekali lagi dan
menghimpitkan kepalanya ke dinding. “Jangan bohong,
Maman. Atau kau akan terus merasakan tinju-tinjuku
sampai hari kiamat,”
“S-sekuriti mungkin tahu. Wajah dan mobilnya
seharusnya terekam oleh kamera CCTV. Ia menggunakan
jas hitam dan mobil Jaguar berwarna putih waktu itu,”
“Bagus, anak manis...” Hariswan akhirnya melepaskan
genggamannya dari leher Maman sambil tersenyum
mengolok. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya dan mulai
menelepon. “Jenderal, aku dapat sesuatu. Lacak semua
42 BIMA WHYNOT
telepon yang masuk ke ponsel Maman empat hari sebelum
Medley menggila. Periksa semua identitas pemilik nomor
dan cocokkan datanya dengan database kependudukan.
Cek juga semua rekaman CCTV di X-Cafe tiga hari sebelum
tragedi pembantaian terjadi, si pemilik paket diketahui
menggunakan jas hitam dan mengendarai Jaguar putih,”
“Oke, kau tidak membunuh anak itu ‘kan?”
“Tidak, jenderal. Aku hanya membuatnya pipis di
celana. Sampai nanti, jenderal...” Hariswan kemudian
menutup sambungan teleponnya. “Kau lihat itu, Maman
Suherman? Kau harus lebih giat belajar bagaimana caranya
menghindar dari orang sepertiku,”
“Huh, kau pikir aku tidak menyiapkannya? Jangan
terlalu percaya diri...”
“Sungguh? Mari kita sambut teman-temanmu kalau
begitu,” Hariswan kemudian menutup pembicaraannya
dengan memukul Maman sampai pingsan.
LOST BASTARD 43
Tak lama kemudian, muncul empat orang dari jendela
dan pintu dengan senjata lengkap—mereka terlihat seperti
tim SWAT. “PAPAPAPAW!” tanpa ragu mereka
memuntahkan timah panas ke lokasi di mana Hariswan
sebelumnya berdiri. Suaranya kecil, mereka sudah tentu
menggunakan peredam.
Tetapi, Hariswan bukan orang yang mudah
dihentikan. Sesaat sebelum orang-orang bersenjata itu
masuk ke flat Maman, ia sudah melemparkan dirinya ke
balik sofa. Kini, ia punya keuntungan; ia bisa melihat posisi
para SWAT gadungan tersebut dari tempatnya
bersembunyi.
“BLAM! BLAM! BLAM!” Hariswan segera membalas
tembakan mereka, tiga orang langsung rubuh tak berdaya
sedangkan satu lagi berhasil menghindar.
“Sial! Sial!” pria bersenjata yang tersisa itu ketakutan
bersembunyi di balik dinding. Ia tak menyangka lawannya
sehebat itu.
44 BIMA WHYNOT
“Aku bantai kalian semua di sini, lihat saja…” ujar
Hariswan tersenyum.
“PAPAPAW!” lagi, pria bertopeng itu memuntahkan
pelurunya ke lokasi terakhir Hariswan terlihat. Ia
memberanikan diri keluar dari tempat persembunyiannya.
“Klak!” pelurunya pun habis.
Keadaan berubah menjadi hening. Pria itu maju
perlahan-lahan sambil mengganti magasin senapannya.
Wajahnya sangat tegang, ia tentu sangat mewaspadai
eksistensi Hariswan. Tangannya saja gemetar, bayangkan
betapa takutnya pria ini!
“Sret!” ia mencoba melongok ke balik sofa dan...
Hariswan sudah tidak ada! Yang lebih mengkhawatirkan
adalah tidak ada darah, tidak ada tanda-tanda Hariswan
tertembak.
“Halo, sayang...” betapa mengejutkan, Hariswan tiba-
tiba sudah berada di belakang sang pria. Ia berbisik di depan
telinga sang pria.
LOST BASTARD 45
Tentu saja pria misterius itu panik. Ia berusaha
membalikkan badannya dan menyerang Hariswan, tetapi
apa daya? Hariswan lebih cepat. Hariswan menahan laju
tangannya dan mengambil pisau yang berada di paha sang
pria. “TAP!” ia kemudian menempelkan mata pisau di leher
pria bertopeng tersebut.
“Sssst, sssst, jangan berisik. Sekali lagi ada suara
tembakan akan mengacaukan suasana hati tetangga. Jadi,
aku ingin menyelesaikan pertemuan ini dengan hening,
hihihi,”
Pria itu gemetar, ia langsung menjatuhkan
senapannya dan mengangkat kedua belah tangannya tanpa
mengatakan apapun. Ia menelan ludah, mungkin ia berpikir
bahwa itu adalah hari terakhirnya bernapas.
“Kau punya informasi menarik soal George Medley
dan pembantaian di bus Transjakarta beberapa waktu lalu?”
bisik Hariswan.
Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
46 BIMA WHYNOT
“Tidak tahu apa-apa? Ah, membosankan sekali,”
Hariswan melempar pisaunya ke atas lantai. Aneh sekali ia
malah membuang pisau tersebut.
“KRAK!” akan tetapi, tiba-tiba saja Hariswan
mendekap kepala sang pria dan memutarnya hingga
terdengar seperti bunyi tulang yang patah. Pria itupun jatuh
tak berdaya; ia tidak pingsan, maut sudah menjemputnya.
Tak lama setelahnya, terdengar bunyi sirine polisi dari
kejauhan. Sepertinya ada tetangga yang mengadukan suara
tembakan kepada polisi.
“Fufufu!” Hariswan meninggalkan ruangan dengan
tawanya yang mengolok.
****
“Kau sudah menemukan petunjuk, jenderal?” tanya
Hariswan sambil berjalan masuk ke dalam ruangan briefing.
LOST BASTARD 47
“Tentu. Kita telah menemukan identitas pemilik
Jaguar putih seperti yang kau katakan,”
“Dan?”
“Dan kau akan terkejut, Hariswan. Lihatlah, mobil
Jaguar putih yang dikendarai oleh pelaku adalah Jaguar
model XF-12Z keluaran tahun 2025 lalu; Jaguar ini hanya
dijual sepuluh unit di Indonesia. Sepuluh unit Jaguar langka
ini semuanya dimiliki oleh bos-bos perusahaan... lihatlah
ini,” ujar Jenderal Permana mempresentasikan hasil
analisisnya.
Hariswan memperhatikan layar dengan seksama. Ia
kemudian menyedekapkan tangannya dengan wajah
merungut. “Hmm...”
“Kau melihat sesuatu yang aneh dari sepuluh pemilik
Jaguar ini?”
“Ya. Mad Bulldog. Mengapa ia masih hidup?”
“Tepat sekali. Aku sendiri terkejut melihat data ini,
kabar terakhir ia dimutilasi oleh pembunuh bayaran, bukan?
48 BIMA WHYNOT
Walaupun penampilannya baru, tetapi aku kenal
kompleksitas wajahnya,”
“Ehh, maaf. Siapa Mad Bulldog ini?” Wisnu menyela
pembicaraan Hariswan dan Jenderal Permana.
“Mad Bulldog adalah satu-satunya orang dari sepuluh
pemilik Jaguar yang bisa melakukan kekacauan seperti di
bus Transjakarta beberapa waktu silam. Sisanya, mereka
hanya bos biasa,” jelas Hariswan.
“Dari pembicaraanmu dengan jenderal aku bisa
memahami itu, Hariswan. Yang aku heran, siapa orang ini?
Mengapa nama Rasyid Makruf bisa berubah menjadi Mad
Bulldog?”
“Mad Bulldog dulunya merupakan seorang tentara
terhormat, nama aslinya Syamsul Arif. Ia belasan tahun
aktif membantu intelijen militer. Semenjak istri dan anak-
anaknya dibunuh oleh orang-orang misterius, ia
memberontak dan menjadi psikopat gila... persis seperti
Kapten Hariswan,” jelas jenderal menambahkan.
LOST BASTARD 49
“Keluarganya dibunuh?”
“Dibunuh oleh orang Amerika, keluarganya dibunuh
karena Syamsul dianggap mencuri dokumen rahasia
Mossad dan CIA yang hilang di Indonesia. Syamsul sudah
diberi peringatan beberapa kali untuk mengembalikan
dokumen itu, tetapi tak digubris. Ia malah membantai
mata-mata Amerika yang datang kepadanya.
“Asal kau tahu, beberapa tahun setelah keluarganya
dibabat habis oleh mata-mata AS, ia menyamar menjadi
agen ganda di FBI dan KGB. Ia mengubah identitasnya dan
melakukan operasi plastik demi menghancurkan Amerika.
Kau tahu? Amerika hampir punah waktu itu karena Rusia
sudah membuka silo nuklir rahasianya untuk segera
ditembakkan ke Amerika. Semua itu karena Syamsul
seorang, gila bukan?” jelas Hariswan panjang.
“Rusia hampir melepaskan nuklir ke Amerika? Itu
tragedi sepuluh tahun lalu. Kupikir itu berita fiktif,”
50 BIMA WHYNOT
“Berita itu hanya diketahui oleh orang-orang tertentu
saja, tidak dibeberkan ke publik. Dan berita itu semakin
lekang oleh waktu karena Rusia tidak jadi melepaskan
nuklirnya. Kabarnya, seorang senior KGB berhasil
mengungkap identitas Syamsul, ia kemudian membunuh
Syamsul dan memutilasinya menjadi dua belas bagian,”
tambah Hariswan.
“Itulah kenapa kita terheran dengan data ini, Wisnu. Ia
memalsukan kematiannya dan mengecoh semua orang,”
sela Permana sambil menunjuk ke arah layar.
“Itu berarti ia sudah merencanakan sesuatu sejak
lama...” Wisnu mencoba berspekulasi.
“Benar. Itu artinya kita sudah tertinggal seratus
langkah darinya. Jika kita ingin menghentikannya, kita akan
banyak mengorbankan waktu tidur,” timpal Hariswan.
“Sampai harus seperti itu?”
“Otak Mad Bulldog ratusan kali lebih cemerlang dari
siapapun yang ada di ruangan ini,” jawab Hariswan sambil
LOST BASTARD 51
mengetukkan jari telunjuk ke pelipisnya beberapa kali.
“Artinya, ia pasti sudah memikirkan segala sesuatunya,
bahkan hal-hal tak terduga seperti tim Jenderal Permana
ini. Percayalah, ia ahli membuat strategi,”
“Hariswan benar. Sekarang, untuk mengejar
ketertinggalan, kita harus memikirkan bagaimana cara
menemukan orang ini,” sela Jenderal.
“Mudah. Kita ikuti Jaguar miliknya,” ujar Hariswan.
“Tetapi kita tidak tahu apakah ia menggunakan
Jaguar itu setiap hari,” Marsha yang jarang berbicara itu
akhirnya angkat suara.
“Marsha, jika ia tidak menggunakan Jaguar itu
sebagai kendaraan pribadinya ATAU mencurinya dari
seseorang, sudah tentu namanya tidak akan tercatat di
database pembelian Jaguar,” tukas Hariswan.
“Hmm, benar juga ya...” Marsha mengangguk-
anggukkan kepalanya.
52 BIMA WHYNOT
“Jadi, semua sudah jelas. Kapten, ikuti jejaknya,”
jenderal memberi perintah.
“Mari kita hajar si anjing ini!“
LOST BASTARD 53
Dua – Anjing Jenius
Anggap saja ini adalah perusahaan X, sebuah
perusahaan besar yang memproduksi kendaraan-
kendaraan pribadi berkualitas tinggi. Sudah lima tahun
perusahaan ini merajai bisnis otomotif di tanah air, luar
biasa. Padahal, sebelumnya masyarakat skeptis dengan
eksistensi perusahaan ini. “Perusahaan ini tidak akan
bertahan sampai lima tahun,” buktinya lima tahun
kemudian malah menjadi raja.
Tetapi, bukan itu topik utamanya. Kini saatnya
terfokus pada seorang lelaki berusia sekitar 40-50 tahun
yang sedang duduk manis mendengarkan presentasi kepala
purchasing perusahaan X tersebut. Diantara semua orang
yang duduk, ia adalah seseorang yang berwajah paling
cerah dan murah senyum. Tentu, ia adalah perwakilan dari
salah satu supplier perusahaan X.
54 BIMA WHYNOT
Sedang serius mendengarkan presentasi, tiba-tiba
ponselnya bergetar. Ia segera mengecek layar ponselnya
dan terdiam sejenak. Sepertinya seseorang yang ia kenal,
namanya tersimpan di database ponsel. Tanpa
mengucapkan apapun, ia segera mengangkat telepon itu
dan berjalan perlahan keluar ruangan.
“Bos, bagaimana ini? Rencana kita—” ujar pria di balik
telepon.
“Tenang, Amir. Aku sudah tahu kau akan menelepon
karena khawatir. Tetap tenang dan segera proceed ke
rencana selanjutnya,” pria setengah tua itu membalas
sambil tersenyum.
“Apa kau yakin, bos?”
“Tentu saja. Ini bukan semacam rencana yang
kurancang kemarin sore. Ini adalah strategi yang sudah
kususun sejak lama, jadi kau tidak perlu khawatir. Aku
sudah memikirkan segala resikonya,”
LOST BASTARD 55
“Baiklah, bos. Kita akan eksekusi rencana selanjutnya.
Akan kukabari jika rencana ini sudah selesai,”
“Bagus, kutunggu kabarmu. Aku sedang rapat, jadi
tak bisa berlama-lama menelepon,”
“Oh! Maafkan aku! Aku tak tahu,”
“Ah, sudahlah. Tenang saja, Amir,”
“Baik, bos...”
Mereka berdua memutus sambungan teleponnya.
Setelah memasukkan ponselnya kembali ke saku celana,
pria setengah tua itupun tertawa kecil dan menghela napas
panjang. Wajahnya seperti orang picik yang baru saja
menang atas kelicikannya. Ia kemudian masuk kembali ke
ruangan rapat.
Pria itu dikenal dengan nama Rasyid di kalangan
supplier perusahaan X. Akan tetapi, nama aslinya adalah
Syamsul Arif. Dialah Mad Bulldog yang dimaksud Permana
dan Hariswan. Kini ia menjabat sebagai CEO perusahaan
kaca mobil lokal, benar-benar peran yang sempurna.
56 BIMA WHYNOT
****
Di hari yang sama Hariswan melesat mengikuti jejak
Jaguar putih milik Mad Bulldog. Ia menyetir dengan
kecepatan tinggi agar tidak kehilangan kesempatan
bertemu dengan ahli strategi tersebut. Tentu saja, ia
menancap gas ke arah perusahaan X di mana Mad Bulldog
sedang mengadakan rapat supplier.
Di markas Jenderal Permana, Lukas tampak gelisah. Ia
mengutak-atik komputernya sementara orang lain sibuk
dengan aktivitasnya masing-masing. “Gawat...” bisiknya
tertegun melihat layar komputer.
Menyadari kegalauan Lukas, Jenderal Permana segera
menghampirinya. “Apa apa, Lukas? Kau tampak tak
tenang,”
“Ah, jenderal. Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya
menemukan sedikit keganjilan hari ini,”
“Apakah ini soal Mad Bulldog?”
LOST BASTARD 57
“Aku tak yakin, jenderal. Tetapi kupikir begitu...”
“Luapkan saja, Lukas. Kita tengah berhadapan
dengan salah satu tentara paling jenius di Indonesia.
Artinya, setiap keganjilan yang ada harus kita
perhitungkan,”
“Baik, jenderal. Aku akan memperlihatkannya di
layar,” ujar Lukas sambil mengambil kabel VGA untuk
menampilkan hasil analisisnya di layar.
“Semuanya, perhatikan! Lukas mendapatkan sesuatu
di sini. Ini mungkin penting bagi kita untuk selangkah lebih
dekat dengan Mad Bulldog,”
“Lihat, jenderal. Ini adalah video rekaman CCTV yang
diambil sekitar sepuluh menit lalu. Dari sini tampak tidak
ada yang mencurigakan... tetapi, coba lihat beberapa
rekaman CCTV yang lain...” Lukas mencoba
memperlihatkan hasil analisisnya yang lain.
“POP!” sesaat kemudian, muncul beberapa rekaman
CCTV dari wilayah yang berbeda.
58 BIMA WHYNOT
Lukas kembali menatap ke layar presentasi. “Kau lihat
rekaman-rekaman itu, jenderal? Apa kau merasa ada yang
aneh?”
Jenderal Permana terdiam sejenak. Ia kemudian
berjalan mendekati layar. “Ya. Orang-orang ini memiliki
ciri-ciri yang sama; menggunakan topi dan membawa tas
jinjing. Kapan semua rekaman ini diambil?”
“Semuanya diambil sepuluh menit yang lalu, jenderal.
Itu artinya mereka bergerak secara bersamaan. Mereka
pasti berpusat pada satu rencana yang sama. Pertanyaanku
selanjutnya adalah: ke mana mereka bergerak?”
“Tidak mungkin. Coba petakan dari mana saja
rekaman ini diambil?”
“Ini adalah bagian yang menarik, aku baru saja akan
menunjukkannya kepadamu. Lihat ini, meskipun lokasinya
berbeda-beda, tetapi mereka berdekatan. Mereka datang
dari sini, sini, dan sini,” ujar Lukas sambil menunjukkan
lokasi tempat rekaman CCTV diambil. Menariknya, jika
LOST BASTARD 59
dilihat dari peta, semua lokasi itu membentuk sebuah
lingkaran tak sempurna. Mereka terlihat seperti kawanan
semut yang siap menggerogoti kue dari segala arah.
“Lingkaran, mereka membentuk sebuah lingkaran. Itu
artinya... mereka bergerak ke tengah sini, Lukas. Mereka
hendak mengepung wilayah ini karena sejatinya berada di
tengah-tengah lingkaran yang mereka buat,”
“Aku mengecek semua berita yang berhubungan
dengan wilayah itu, jenderal. Kau tahu? Aku menemukan
sesuatu yang mungkin bisa menjadi referensi. SMA San
Maria, mereka kedatangan siswa-siswa dari Amerika hari
ini,”
“San Maria?”
“Sekolah itu berada tepat di tengah lingkaran yang
mereka buat, jenderal...”
Ekspresi jenderal berubah drastis. Ia terhenyak hebat,
syok. Bagaimana tidak? Jika analisis Lukas tepat, itu artinya
akan ada pembunuhan massal terhadap orang-orang yang
60 BIMA WHYNOT
tak bersalah. Mereka akan menanggung dosa Medley,
dibantai demi alasan ‘balas dendam’. Tidak hanya itu,
Jenderal Permana juga memikirkan resiko terburuknya:
perang.
“Sambungkan aku dengan Hariswan, SEKARANG!”
seru jenderal.
****
Hariswan tak ikut dalam pembicaraan antara
Permana dan Lukas. Ia masih memacu kendaraannya
menuju perusahaan X untuk melabrak Mad Bulldog, tentu
saja. Tetapi, ia tak segirang biasanya. Ia justru merasa aneh.
Bagaimana mungkin ia bisa melacak keberadaan Mad
Bulldog begitu mudah? Ia merasa ada jebakan yang siap
menanti.
“BIP! BIP! BIP!” tak lama kemudian, ponsel Hariswan
berbunyi. Ia pun mengangkat telepon tersebut. “Ya,
jenderal?”
LOST BASTARD 61
“Hariswan! Kau harus balik arah, pergilah ke SMA San
Maria. Sekolah itu dikunjungi oleh siswa-siswa Amerika hari
ini dan ada beberapa orang misterius yang sepertinya siap
membalas dendam atas perlakuan George Medley,”
“Puh, sudah kuduga kita tak bisa menangkap Mad
Bulldog sekarang. Apakah tidak ada orang lain yang bisa
pergi selainku?”
“Hariswan, tidak ada waktu! Kita bukan semacam
badan intelijen khusus yang mempunyai helikopter. Selain
itu, lalu lintas ke arah San Maria juga terhambat. Posisimu
lebih dekat, kau bisa balik arah sekarang dan berlari
menembus kemacetan untuk mencapai San Maria!”
“Oke...”
“Mad Bulldog bisa kita temukan nanti, sekarang
selamatkan nyawa orang-orang yang tak bersalah itu!”
Hariswan segera menutup sambungan teleponnya. Ia
langsung menarik rem tangan dan putar arah seperti yang
diinstruksikan jenderal. Tentu saja gerakan mendadak itu
62 BIMA WHYNOT
membuat beberapa pengendara di belakang mobil
Hariswan terkejut. Suara klakson pun menggelegar silih
berganti memprotes kelakuan Hariswan.
Tetapi Hariswan tak peduli, ia segera menancap gas
menuju SMA San Maria.
Sementara itu, belasan orang bertopi berjalan
mendekat ke arah SMA San Maria. Tampaknya analisis
Lukas dan Jenderal Permana akan berubah menjadi
kenyataan yang mengerikan. Orang-orang itu datang dari
arah yang berbeda; dari timur, barat, utara, juga selatan.
Mereka benar-benar akan mengepung sekolah itu dari
segala arah.
Di waktu yang sama, Hariswan tiba di persimpangan
jalan yang terhambat karena kemacetan. Luar biasa, tidak
ada satu kendaraan pun yang bergerak, benar-benar macet
total. Tanpa berpikir, Hariswan segera keluar dari mobilnya
dan berlari menuju San Maria. Ia melompati mobil-mobil
yang terjebak kemacetan untuk mencapai trotoar, tentu
saja ia mendapatkan kemarahan dari para pemilik mobil.
LOST BASTARD 63
Salah seorang pemilik mobil akhirnya keluar dan
mencoba menghentikan Hariswan. Dari wajahnya, ia
tampak jengkel dengan kelakukan Hariswan. Namun,
begitu ia menangkap Hariswan, Hariswan segera
menangkap tangannya dan memelintirnya hingga terjatuh
ke atas aspal. “Uwaaa!” teriaknya menahan rasa sakit.
“Maafkan aku telah menaiki kap mobilmu dan
memelintir tanganmu, sobat. Aku sedang terburu-buru
mencoba menyelamatkan pembantaian di SMA San Maria.
Telepon polisi sekarang,” tutup Hariswan. Ia pun kembali
berlari ke arah San Maria.
Kembali ke SMA San Maria, orang-orang bertopi yang
dimaksud Lukas akhirnya tiba di sekolah internasional
tersebut. Dua orang dari mereka tiba di depan gerbang dan
dicegat oleh pihak keamanan. Akan tetapi, belum sempat
bertanya-tanya, tiga orang pihak keamanan yang berjaga di
depan gerbang langsung dieliminasi dengan timah panas.
Tak ada suara tembakan, kedua orang bertopi itu ternyata
64 BIMA WHYNOT
menggunakan pistol berperedam. Mereka pun masuk ke
dalam sekolah dengan tenang.
Belasan orang bertopi lainnya juga sudah berada di
lingkungan sekolah. Ada dari mereka yang memanjat
tembok dan ada pula yang menerobos gerbang belakang.
Mereka bisa melihat para siswa dengan jelas
sekarang, termasuk siswa-siswa berambut pirang dari
Amerika. Sayangnya, tidak ada satupun siswa yang
memperhatikan mereka secara detil, para siswa asik
dengan kegiatannya masing-masing.
“KLAK!” mereka menekan tombol khusus pada tas
jinjing mereka dan cangkangnya pun terlepas. Rupanya
mereka sedari tadi menjinjing senapan M4. Hingga detik
itu, masih belum ada siswa yang sadar bahwa nyawa
mereka terancam.
Para penjahat bersenjata itu segera membidikkan
senapan mereka masing-masing. “RATATATATATA!” tanpa
ragu, mereka melepaskan timah panas kepada para siswa
LOST BASTARD 65
yang berada di dalam jarak pandang mereka. Suara tawa
yang begitu riang berubah menjadi teriakan penuh
ketakutan dalam sekejap mata. Puluhan siswa langsung
rubuh tak berdaya oleh serangan itu, baik siswa Amerika
maupun siswa Indonesia sendiri.
Beberapa siswa dan guru berhasil menyelamatkan
diri, tetapi tidak banyak. Mereka yang selamat segera
berlindung di balik dinding dan setiap benda yang cukup
keras untuk menahan laju peluru. Tentu, mereka panik
setengah mati. Semua itu bisa terlihat jelas dari ekspresi
paranoid dibumbui dengan teriakan histeris para korban.
Sementara itu, para penjahat bertopi tidak peduli.
Mereka terus berjalan maju sambil memuntahkan peluru ke
arah siswa dan guru yang berada di sekolah tersebut. Peluru
habis, ganti magasin baru. Pokoknya mereka ingin semua
siswa yang berada di SMA San Maria musnah, tak peduli
dari Indonesia maupun Amerika.
Tiba-tiba...
66 BIMA WHYNOT
“BLAM!” seseorang datang dari belakang dan
melepaskan tembakan kepada salah seorang penjahat
bertopi. “BLAM! BLAM!” belum sempat penjahat lain
bereaksi, sosok misterius ini sudah merubuhkan mereka
terlebih dahulu dengan tembakannya yang begitu cepat.
Siapa lagi? Semua orang bisa melihat wajahnya
dengan jelas, ia Hariswan. Ia datang seperti pahlawan
penyelamat dan merubuhkan beberapa penjahat dengan
elemen kejut. “BLAM!” ia terus memuntahkan pelurunya
kepada penjahat yang terlihat di hadapan matanya dan
gerombolan penjahat itu semakin lama semakin berkurang.
Hariswan mendekati salah seorang penjahat yang
mencoba menembaknya dari jarak dekat dan “TAP!” ia
segera menepis tangannya. “RATATATA!” tentu saja
tembakan sang penjahat nyasar ke arah lain. “BUK!”
Hariswan melayangkan tinjunya ke wajah sang penjahat
dan segera mencekiknya. “BLAM! BLAM!” ia menutup
perjumpaannya dengan sang penjahat dengan menembak
ke arah dada dua kali.
LOST BASTARD 67
“RATATATA!” seorang penjahat dari arah lain
menyadari bahwa teman-temannya berada dalam bahaya.
Ia segera berlari menuju sumber suara tembakan dan
menembaki Hariswan, sayangnya meleset.
Hariswan segera berlari mencari tempat belindung
sementara ia terus memuntahkan tembakan sembarang
kepada pria yang mencoba membunuhnya. Ia akhirnya tiba
di samping dinding, tempat yang ideal untuk berlindung.
Terlihat banyak siswa yang berlindung di dekat sana,
mereka menangis dan berteriak histeris karena syok
melihat teman-temannya mati seketika.
Hariswan mendengar seseorang berlari ke arahnya. Ia
segera memunculkan tubuhnya sedikit dari balik dinding
dan membidik ke arah orang yang berlari menghampirinya.
“BLAM! BLAM! BLAM!” tiga kali ia memuntahkan
tembakan kepada pelari tersebut hingga rubuh tak berdaya,
tentu saja ia adalah salah satu penjahat bertopi itu.
Sesaat itu keadaan berubah menjadi hening, hanya
terdengar isak tangis para korban yang syok atas terjadinya
68 BIMA WHYNOT
peristiwa pembantaian tersebut. Mereka meringkuk di
sudut tembok, meratapi nasibnya yang berada di ujung
tanduk.
“Kalian, tetap merunduk. Jangan ada yang berdiri
atau berlari panik sampai aparat datang kemari,” ujar
Hariswan dalam Bahasa Inggris. Ia mencoba menenangkan
para siswa dan guru yang paranoid.
Tak lama setelahnya, Hariswan kembali berdiri dan
berjalan perlahan-lahan menyusuri tiap lorong sekolah.
Aneh, keadaan berubah menjadi sangat hening. Ia tahu
masih ada beberapa penjahat bersenjata yang hidup,
mereka sudah pasti bersembunyi dan merencanakan taktik
baru.
Wajah Hariswan berubah serius, ia mengecek setiap
sudut yang memungkinkan para penjahat bersembunyi.
Dan... “RATATATA!” pertarungan dimulai kembali.
Seseorang menembak ke arah Hariswan dari arah yang
tidak diketahui, bahu kanan Hariswan tertembak.
LOST BASTARD 69
Hariswan tak gentar. Meski terluka, ia masih bisa
berlari mencari tempat berlindung. Sementara itu, suara
tembakan semakin ramai, mereka datang dari berbagai
arah yang sulit diterka. “ZING! ZING! ZING!” terdengar jelas
bunyi peluru melesat di dekat tubuh Hariswan. Sungguh
mengerikan.
Tak boleh terekspos, itulah prinsip Hariswan. Ia pun
mendobrak pintu ruangan kepala sekolah dan berlindung di
dalam. Sesaat itu situasi berubah menjadi hening kembali,
para penjahat bertopi itu menahan tembakannya. Mereka
menunggu pergerakan dari Hariswan, tetapi tampaknya tak
ada tanda-tanda darinya.
“Tim, kepung dia. Ini kesempatan kita, si bodoh itu
malah membuat dirinya sendiri terpojok,” ujar salah
seorang penjahat bertopi melalui radio kecilnya.
Para penjahat bertopi itupun keluar dari tempat
persembunyian dan berjalan cepat menuju ruangan kepala
sekolah. Tampaknya mereka bukan begundal bodoh, dari
70 BIMA WHYNOT
cara mereka bergerak, jelas terlihat bahwa mereka
pembunuh profesional.
Setibanya di depan ruangan kepala sekolah, mereka
segera membuat dua barisan dan menghimpit tembok
untuk melakukan penyerbuan.
Tetapi...
“BLAM! BLAM!” sambil merosot di atas ubin,
Hariswan menembak dua orang pertama dari jarak dekat. Ia
malah menghampiri para penjahat itu dengan percaya diri.
Pertarungan jarak dekat pun tidak bisa dihindari. Para
pembunuh itu tampaknya tidak menyangka dengan
kedatangan Hariswan dari dalam ruangan. Mereka pikir
lelaki berwajah tampan itu sudah benar-benar terpojok.
Terus terang saja, mereka sangat terkejut.
Hariswan pun bergerak cepat. Pukulan dan
tendangannya dengan sukses menghantam bagian-bagian
vital para penjahat dan membuat mereka lengah. “BLAM!
BLAM!” ia juga beberapa kali memuntahkan tembakan dari
LOST BASTARD 71
jarak dekat sebagai ‘bumbu akhir’ pertarungannya dengan
masing-masing penjahat.
Seorang penjahat terakhir mencoba menikam kepala
Hariswan dengan pisau komandonya. Akan tetapi,
Hariswan segera berbalik dan menangkis tangannya.
“PLAK!” ia kemudian menampar wajah sang penjahat
dengan pistolnya disusul dengan tendangan ke arah
selangkangan. “BLAM!” dan satu bumbu penutup untuk
mengakhiri pertarungannya di hari itu.
Luar biasa. Tidak ada satu penjahat pun yang tersisa.
Semua dirubuhkan oleh Hariswan seorang. Meskipun
bahunya terluka dan tubuhnya penuh dengan goresan
peluru, namun ia menang.
Hariswan terengah-engah pasca pertarungannya
dengan para penjahat bertopi tersebut. Ia juga menahan
rasa perih yang menggerayangi bahunya. Segera ia
sarungkan pistolnya dan merenggut jaket salah satu
penjahat untuk menutupi lukanya. Ia kemudian
melenggang pergi.
72 BIMA WHYNOT
Namun, baru berjalan satu atau dua langkah, ia
berhenti dan berputar kembali ke arah mayat yang
bergelimpangan di depan ruangan kepala sekolah. Ia
kemudian berjongkok dan merogoh saku celana para
penjahat. Gotcha! Hariswan menemukan smartphone yang
tampaknya berguna untuk menguak informasi soal rencana
Mad Bulldog.
“Ini sudah cukup, hohoho. Terima kasih dan selamat
tinggal, lubang WC gadungan,” bisik Hariswan sambil
mengantungi ponsel cerdas tersebut. Ia kembali bangkit
dan berjalan cepat meninggalkan lingkungan sekolah.
Seperti aksi-aksi lainnya, Hariswan meninggalkan TKP
sambil tertawa. Psikopat itu tentu saja merasa bahagia
setelah menumbangkan belasan penjahat profesional
seorang diri.
...
Suara sirine mulai berdatangan. Polisi dan pihak
medis akhirnya tiba di lokasi kejadian. SMA San Maria
LOST BASTARD 73
kembali ramai dalam hitungan detik. Tidak, bukan ramai
karena adegan koboi dar-der-dor, tetapi justru karena para
siswa merasa lega. Mereka yang selamat langsung
menangis sejadi-jadinya di hadapan para penegak hukum.
Lega tetapi trauma.
****
Hariswan berjalan cepat menuju mini market
terdekat. Ia masuk, tersenyum pada penjaga toko, dan
langsung berjalan ke arah kulkas. Tak seperti orang lain, ia
tak berpikir panjang untuk memilih minuman; ia segera
membuka pintu kulkas dan mengambil sebotol minuman
beralkohol yang berwarna bening. Mau apa dia? Mabuk?
Setelahnya, ia berjalan ke arah rak aksesoris dan
mengambil sebuah handuk kecil yang panjangnya sekitar 50
sentimeter. Ia juga mengambil pisau kecil yang biasa
digunakan untuk mengupas buah-buahan.
74 BIMA WHYNOT
Selesai. Hariswan berdiri di hadapan kasir sekarang,
tetapi tidak lama. Hanya butuh beberapa detik untuk
melakukan transaksi. Begitu akan meninggalkan toko, ia
kembali menghentikan langkahnya. “Eh, maaf. Apakah ada
toilet di toko ini? Aku tidak menemukan toilet di sekitar
jalan ini,” tanya Hariswan.
“Oh, di belakang, pak. Masuk saja ke arah lorong kecil
itu,” jawab sang kasir sambil menunjuk dengan ibu jarinya.
“Baiklah, terima kasih,” tutup Hariswan dengan
senyuman. Ia kembali berjalan cepat, benar-benar terlihat
seperti orang yang sudah tak tahan ingin buang air besar.
Setibanya di dalam toilet, Hariswan segera
mengeluarkan semua benda yang baru saja ia beli. Apa
yang sebenarnya ia pikirkan? Ia juga membuka jaket dan
bajunya yang berlumur darah di bagian bahu.
Luka di bahunya cukup parah meskipun tidak major
untuk psikopat pembunuh sekelas Hariswan. “PUK!” Ia
segera membuka tutup botol minuman beralkohol yang
LOST BASTARD 75
baru saja ia beli dan segera menyiramkannya di atas
bahunya yang terluka.
“RRRRGH!” Hariswan menahan hebatnya rasa perih
yang menjalar ke seluruh tubuh. Rupanya sedari tadi ia
hendak mengoperasi dirinya sendiri. Ia terlihat sangat
kesakitan, bisa dilihat dari ekspresi wajahnya yang berubah
drastis saat menyiramkan air beralkohol tersebut ke atas
lukanya.
Setelah sekitar setengah botol ia habiskan untuk
lukanya, ia kemudian mengambil pisau kecil dan
menusuknya di dekat tempat peluru bersarang di bahunya,
letaknya tidak begitu dalam, sepertinya di lapisan daging
terluar. “HMMMPH!” Hariswan menahan diri untuk tidak
berteriak, apa yang ia lakukan memang menyakitkan.
Sambil membelah dagingnya sedikit, Hariswan
mencongkel peluru tersebut keluar dan hal tersebut sangat
memilukan baginya. “PLUK!” setelah berjuang melawan
rasa sakit, akhirnya peluru itupun keluar, terjatuh ke atas
ubin.
76 BIMA WHYNOT
Hariswan sedikit mengeluarkan keringat, ia
membutuhkan tenaga ekstra untuk menahan rasa sakit
yang cukup menyengat. Tetapi, itu bukan masalah besar
untuknya. Ia pun mengambil segayung air dan mencuci
lukanya. Setelah itu, ia segera membungkus bahunya
dengan handuk kecil baru.
“Fuh, itu cukup menegangkan,” gumam Hariswan. Ia
mengenakan pakaiannya kembali dan mengambil segala
hal yang berhubungan dengannya, termasuk sebutir peluru
yang sempat bertengger di dalam bahunya. Tidak boleh ada
jejak yang tersisa.
Hariswan bergegas meninggalkan mini market
tersebut, ia tersenyum kepada sang kasir sesaat sebelum
membuka pintu keluar. Senyuman itu merupakan
senyuman terima kasih—terima kasih karena telah
diberikan tempat untuk memulihkan diri. Plus, senyuman
itu juga berguna untuk menghapuskan kecurigaan orang
lain.
LOST BASTARD 77
Tak mau berlama-lama, Hariswan segera menelepon
Jenderal Permana untuk melapor. “Jenderal, di mana posisi
Mad Bulldog sekarang? Masih ada di tempat yang sama?”
“Hariswan! Gila, kau benar-benar selamat. Sesaat
kupikir kau mati di San Maria,”
“Ah, hanya dapat lubang kecil di bahu. Bukan masalah
besar. Sekarang katakan padaku di mana Mad Bulldog,”
“Ah… Mad Bulldog sudah pergi sejak sepuluh menit
yang lalu. Kau tidak bisa mengejarnya, Hariswan. Ia sudah
terlalu jauh dan perjalanan menuju ke arahnya sangat
padat, di beberapat titik bahkan macet total,”
“Lacak ke mana dia pergi kalau begitu. Aku akan
menunggu di sekitar sini. Jika kalian sudah dapat jawaban,
segera hubungi aku. Aku akan naik ojeg,”
“Ya, Lukas sudah melakukan itu. Ia masih mengikuti
Mad Bulldog dengan meretas CCTV di beberapa tempat.
Kau tidak kembali ke sini? Katamu kau terluka?”
78 BIMA WHYNOT
“Hanya luka di bahu dan sudah kuoperasi sendiri,
hehe…”
“Oh…” jenderal kehabisan kata-kata. “Baiklah kalau
begitu, aku akan mengabarimu kembali,”
“Oke,” Hariswan menutup sambungannya.
…
“Apakah Hariswan tidak apa-apa, pak? Bukankah
seharusnya ia kembali ke markas mengingat kondisinya
yang kurang ideal,” ujar Marsha terheran.
“Karena tertembak di bahu? Aku tidak
mengkhawatirkan itu, Marsha. Dia orang terlatih, takkan
mati hanya karena peluru menembus bahunya. Yang lebih
kukhawatirkan adalah rencana Mad Bulldog, Marsha.
“Kau bisa lihat, Hariswan sebenarnya tidak melakukan
sesuatu yang besar di SMA San Maria. Ia memang berhasil
menyelamatkan sebagian siswa, tetapi tak menghentikan
rencana besar Mad Bulldog,”
LOST BASTARD 79
“Rencana besar, jenderal?”
“Perhatikan, Marsha. Membunuh siswa Amerika
bukan perkara besar untuk tentara jenius seperti Mad
Bulldog, tetapi dampak yang dihasilkan dari pembantaian
itulah yang besar. Itulah yang Mad Bulldog nantikan,”
“Astaga, berarti si Bulldog itu selama ini—”
“Ia mau membenturkan Amerika dan Indonesia. Ia
mau memicu peperangan dan kekacauan,”
“Jadi, percuma saja Hariswan menyelamatkan
sebagian siswa itu. Korban tetap berjatuhan,”
“Begitulah. Tetapi, apa yang Hariswan lakukan patut
diapresiasi. Kalau bukan karena Hariswan, semua siswa
pasti tewas. Hariswan hanya bisa menyelamatkan apa yang
bisa ia selamatkan,”
“Bagaimana dengan Mad Bulldog?”
80 BIMA WHYNOT
“Tetap fokuskan diri kepadanya. Kita lakukan apa
yang bisa kita lakukan. Tetap koordinasikan dengan BIN
untuk mempermudah pergerakan kita,”
****
Mad Bulldog tiba di sebuah rumah yang sangat
mewah, entah rumah siapa itu. Ia berjalan masuk dan
semua penghuni segera menghormat kepadanya, sudah
tentu orang-orang itu adalah bawahannya. Pria yang
berpangkat kolonel itu rupanya masih disegani oleh orang-
orang yang mengenalnya.
“Teman-teman, aku datang ke sini untuk
menetralisir perasaan khawatir kalian terhadap isu yang
tersebar belakangan ini,” ujarnya sambil berjalan ke arah
tangga agar dapat dilihat oleh semua orang. “Kudengar
kalian waswas terhadap kehadiran sosok misterius yang
berusaha mengacak-acak rencana kita?”
LOST BASTARD 81
“Benar, bos. Kau sendiri juga pasti sudah mendengar
bahwa semua pasukan yang ditugaskan ke SMA San Maria
mati dibantai olehnya,”
“Apa?! Benarkah?!”
“B-benar, bos...”
Seketika itu suasana berubah menjadi senyap, para
penghuni rumah tidak mengira bahwa berita
mencengangkan di San Maria tidak sampai ke telinga Mad
Bulldog, bos mereka.
“Hehehe, aku hanya bercanda. Aku sudah tahu
perkara itu,” timpal Mad Bulldog. Ia mencandai anak
buahnya, sepertinya ia tidak begitu khawatir dengan
perbuatan Hariswan. “Aku ingin bertanya, apa yang
sebenarnya kalian khawatirkan?
“Mari kita lihat kejadian di SMA San Maria; anak
buahku semuanya terbunuh. Ya, aku akui orang ini memang
hebat, bisa merubuhkan belasan anak buahku hanya
82 BIMA WHYNOT
dengan bermodal Sig-Sauer di tangannya. Tetapi, kita lihat
kembali, apa yang ia cegah?”
Anak buah Mad Bulldog terdiam sejenak, mereka
saling pandang, kehabisan kata-kata.
“Orang ini tidak mencegah apa-apa, saudaraku. Ia
hanya menyelamatkan beberapa siswa dan guru, tetapi
tidak menyelamatkan Indonesia dari apa yang akan terjadi.
Jadi, aku tidak khawatir kepadanya. Ia sebenarnya tidak
melakukan apa-apa,”
“Lalu, bagaimana dengan teman-teman kita yang
mati dibantai olehnya? Apakah kau tidak mempunyai niatan
untuk membalas dendam atas kematian mereka?”
Mad Bulldog terhenti sejenak, pandangannya
terpaku pada seorang anak buahnya. Ia kemudian tertawa
terbahak-bahak. “Haha, kau pikir ini film Hollywood, di
mana seseorang membalas dendam atas kematian anak
buahnya? Anak buahku mati dalam tugas, mereka tidak
mati sia-sia dan berhasil menempuh tujuan mereka;
LOST BASTARD 83
membunuh siswa Amerika. Jadi, biarkan mereka mati
dengan tenang,”
“Kami hanya khawatir ia akan datang padamu dan
membunuhmu, bos...”
Mad Bulldog kembali tertawa, tetapi tidak keras. Ia
tertawa dengan mulut tertutup sambil berjalan pelan ke
arah anak buahnya. Tiba-tiba saja ia mengeluarkan pistol
revolver dari balik jas hitamnya dan membidiknya ke kepala
si bawahan.
Situasi menegang. Tidak ada yang berani bergerak
saat itu, juga tak ada yang berani berbicara. Semua
menelan ludah, terutama pria yang sedang berhadapan
empat mata dengan Mad Bulldog.
“Apa yang kau rasakan saat aku membidikmu
seperti ini?” tanya Mad Bulldog dengan senyuman picik.
“...”
“Jawab, Toni. Aku bertanya kepadamu,”
84 BIMA WHYNOT
“T-takut, bos...”
“Bagus!” Mad Bulldog kemudian mengarahkan
moncong pistolnya kepada bawahannya yang lain. Benar-
benar momen yang tepat, kebetulan mereka sedang berdiri
mengelilinginya. “Bagaimana dengan kau? Kau? Kau?”
“T-takut, bos...” jawaban yang sama keluar dari
mulut masing-masing orang yang ditodong.
“Bagus!” Syamsul memutar pistolnya dan
mengarahkan gagangnya kepada Toni, anak buah yang
berdiri di hadapannya. “Jika orang terlatih seperti kalian
takut dengan bidikan seperti itu, artinya ‘dia’ juga pasti
takut. Jadi, aku berikan pistol ini kepadamu sebagai bentuk
kepercayaan bahwa kau akan mengurus ‘dia’,”
“Bunuh dia, bos?”
“Tentu saja! Aku menyewa kalian ‘kan bukan untuk
menjaga kandang ayam. Kalian kusewa untuk menjaga
kelancaran rencanaku. Kalian mau uang? Kalian mau
LOST BASTARD 85
bersenang-senang? Bantu aku membereskan tugas ini,
hehehe,”
“Baik, bos...”
“Mari beraksi...” ucap Mad Bulldog sambil memutar
jari telunjuknya ke atas. Ia melenggang pergi meninggalkan
anak buahnya yang berada di rumah real estate tersebut.
****
Sembari menunggu, Hariswan duduk santai di
sebuah warkop sambil menikmati kopi susu ditemani
beberapa bungkus roti. Ia menanti panggilan Jenderal
Permana, sudah sekitar tiga puluh menit ia bertengger di
warkop tersebut tanpa melakukan sesuatu yang berarti.
Tiba-tiba Hariswan teringat smartphone yang ia
renggut dari salah satu jenazah penjahat di San Maria. Ia
mengambil ponsel itu dan mulai memperhatikan konten-
konten penting yang mungkin bisa berguna untuk
mengungkap keberadaan Mad Bulldog.
86 BIMA WHYNOT
Ia menemukannya; terdapat sebuah e-mail
komunikasi antara si penjahat dengan Mad Bulldog terkait
penyerangan di San Maria. Akan tetapi e-mail itu terkunci,
Hariswan tidak dapat membacanya kecuali memasukan
kode enkripsi yang benar. Ia pun terdiam sejenak.
“BIP, BIP, BIP!” tak lama kemudian, ponsel Hariswan
berbunyi. Jenderal Permana, sudah pasti.
“Ya, pak?”
“Lukas sudah mencoba melacak jejak Mad Bulldog
melalui CCTV di beberapa tempat, tetapi tampaknya ia
hilang di antara Jalan Bambu dan Jalan Pinus. Dengan mobil
semewah itu, kami rasa ia berbelok ke komplek real estate
di lokasi itu—”
“Perumahan Grand Flower?” Hariswan memotong
pembicaraan.
“Ya, ya. Tampaknya ia masuk ke perumahan itu.
Sayangnya tidak ada CCTV di sekitar sana yang bisa
memberi petunjuk tentang keberadaan Mad Bulldog,”
LOST BASTARD 87
“Itu perumahan baru, belum banyak CCTV yang
beroperasi di sana. Baiklah, aku akan pastikan kalau
begitu,”
“Berhati-hatilah,”
****
Hariswan tiba di depan Perumahan Grand Flower. Ia
turun dari ojeg yang ditumpanginya dan segera berjalan ke
arah pos keamanan yang berdiri gagah di ujung komplek.
“Selamat malam, pak...” ujar salah seorang pihak
keamanan sambil menghormat kepada Hariswan.
“Selamat malam. Maaf pak, saya mau bertanya.
Apakah bapak kenal dengan Pak Rasyid? Beliau tinggal di
komplek ini,”
“Pak Rasyid?”
“Errm, biasanya beliau membawa mobil Jaguar
berwarna putih,”
88 BIMA WHYNOT
“Oh! Bapak Rasyid Makruf!”
“Ya, Pak Rasyid Makruf,”
“Ada urusan apa dengan beliau, pak?”
“Begini, saya diundang ke rumah beliau, tetapi ia
tidak memberikan alamat lengkapnya dengan jelas. Saya
kirim e-mail tidak dibalas dan saya telepon tidak diangkat.
Mungkin ada tamu lain di rumahnya. Bisa tunjukkan kepada
saya rumah beliau?”
“Dari sini lurus saja mengikuti jalan besar, pak. Nanti
jika bertemu ruko, belok kiri. Rumahnya di sebelah kanan,
lima rumah dari ruko tersebut,”
“Oh baik, pak. Terima kasih banyak,” tutup Hariswan
tersenyum sambil menghormat kepada pihak keamanan
tersebut. Ia pun dengan senang hati berjalan kaki menuju
rumah Mad Bulldog—diduga rumahnya, belum tentu rumah
asli.
Lumayan jauh, Hariswan membutuhkan waktu
sekitar sepuluh menit untuk tiba di rumah Mad Bulldog.
LOST BASTARD 89
Sesampainya di depan rumah mewah tersebut, Hariswan
tidak segera beraksi. Ia justru memperhatikan situasi sekitar
terlebih dahulu dengan seksama.
Begitu dirasa aman, ia pun kembali berjalan. Namun,
langkahnya tidak mengarah ke pintu gerbang rumah, ia
malah berjalan memutari rumah tersebut.
Setelah melewati semak belukar yang kusam dan
disinggahi segala macam serangga, Hariswan akhirnya tiba
tepat di belakang rumah Mad Bulldog. Apa lagi sekarang?
Dinding penghalang yang cukup tinggi itu mungkin tidak
akan bisa dipanjat olehnya, apalagi dinding itu dilengkapi
dengan pecahan botol di ujungnya. “Hmm...” renung
Hariswan.
Dengan santai, ia kemudian berjalan ke arah pohon
tua yang lebih tinggi daripada dinding tersebut. Ia
memanjatnya. Setibanya di atas pohon, Hariswan berjalan
perlahan menyusuri cabang pohon yang melampaui dinding
pembatas rumah Mad Bulldog. Ia bisa melihat halaman
90 BIMA WHYNOT
rumah dengan jelas, sangat sepi. Itu adalah momen yang
tepat untuk melakukan infiltrasi.
Hariswan pun bergelantungan di ranting pohon
seperti kera dan kemudian menjatuhkan diri ke halaman
belakang rumah Mad Bulldog. Ia jatuh sempurna, tiada
cedera yang ia alami.
“CKLAK!” Hariswan sudah memasuki wilayah
musuh, ia segera mengokang pistolnya dan
membidikkannya sejajar dengan arah pandang. Tak mau
ambil resiko, ia melangkah dengan penuh kehati-hatian,
sampai-sampai langkahnya hampir tak terdengar. Ninja?
Bukan, ia hanya seorang Hariswan.
Rumah sebesar itu tentu saja memiliki pintu
belakang. Akan tetapi, Hariswan tidak mau masuk.
Tujuannya memang bukan masuk ke dalam rumah. Ia
hanya berlalu di depan pintu itu dan melihat sekejap apa
yang ada di dalam—pintu itu memiliki kaca yang tembus
pandang, tentu saja.
LOST BASTARD 91
Ada seorang pria gundul di dalam, ia sedang berdiri
menghadap ke arah yang berlawanan dengan pintu.
Hariswan mencari akal, ia hendak memancing perhatian
sang pria. Hariswan kemudian mengambil batu kecil dan
melemparkannya ke arah pintu.
“TUK!” suara benturan antara batu dan pintu
tampaknya mencuri perhatian sang pria. Pria gundul
tersebut mengeluarkan pistolnya dan berjalan ke arah
pintu. Kecurigaan tampak mewarnai raut wajahnya, ia
khawatir ada seseorang yang mendobrak pintu dan
kemudian menghajarnya secara tiba-tiba.
Namun, sampai ia membuka pintu, ia tak mendapati
sesuatu yang berarti. Hanya halaman belakang yang sunyi
dan gelap.
Tiba-tiba, “BUK!” Hariswan datang dari arah
samping dan meninju hidung si pria gundul. Ia juga melucuti
pistol yang digenggam oleh sang pria. Berhasil, Hariswan
membuat sang pria lengah dan kehilangan senjata.
92 BIMA WHYNOT
Pria gundul tersebut tak gentar, ia mencoba meninju
balik. Sayang, Hariswan tanggap dengan serangan
tersebut. Ia langsung membalas sang pria dengan beberapa
serangan dan mengunci gerakannya untuk diinterogasi.
“Oke, bocah gundul. Sekarang saatnya kamu jawab
pertanyaan saya,” ujar Hariswan sambil menempelkan
moncong pistolnya di kepala sang pria.
“Ah, setan! Mati saja kau, bangsat!” tukas sang pria
tersengal-sengal.
Tidak menjawab, Hariswan segera menyodok
hidung si pria gundul dan menyekap mulutnya. “HNNNN!”
sang pria meringis kesakitan, tetapi suaranya tidak bisa
membangunkan tetangga.
“Oke sobat, sekarang jawab pertanyaanku dengan
sopan: di mana Mad Bulldog?” tanya Hariswan tenang.
“Ahh, ahh... aku tak tahu. Sumpah! Aku tak tahu!
Mad Bulldog bukan tipe orang yang senang membocorkan
LOST BASTARD 93
lokasi kepada orang lain, bahkan kepada anak buahnya
sendiri,”
Hariswan menjitak kepala botak sang pria, kali ini
tidak menyakitkan. “Yang benar? Jangan bohong,
hidungmu mau kupatahkan sekali lagi?”
“Ah! Tolong, jangan! Sumpah, tidak ada satupun
orang di rumah ini yang tahu di mana Mad Bulldog berada
saat ini,”
“Hmm, kalau begitu apa rencana berikutnya?” tegas
Hariswan sambil menekan moncong pistolnya di kepala
sang pria.
“Aduh! Sakit, sakit! CIA, rencana berikutnya ia akan
bertemu dengan agen CIA,”
Hariswan terdiam sejenak. Ia mulai sadar ada orang
Amerika yang ikut ‘bermain’ dalam strategi Mad Bulldog.
Pertanyaannya, apa keuntungan yang akan diraih oleh
pihak Amerika?
“Di mana bisa kutemui agen CIA itu?”
94 BIMA WHYNOT
“A-aku tak tahu! Sudah kubilang, Mad Bulldog
adalah orang yang sangat tertutup dalam persoalan
‘lokasi’,”
”Puh, jalan buntu. Baiklah, pertanyaan terakhir:
apakah kau menyimpan tangga lipat di rumah ini?”
“Hah? Untuk apa?!”
“PLAK!” Hariswan kembali menjitak kepala sang pria
dengan laras pistolnya. “Jawab saja, botak!”
“Ah! Oke! Ambil saja di gudang, di samping!”
Tanpa menjawab, Hariswan langsung
menghantamkan pistolnya di leher sang pria dua kali. Pria
gundul itupun pingsan. “Terima kasih, botak. Lain kali
belilah penumbuh rambut,” tutup Hariswan sambil
menutup pintu dan berjalan meninggalkannya.
Dengan penuh kewaspadaan, Hariswan berjalan
mencari tangga lipat yang dimaksud oleh sang pria. Ia
menemukannya, tepat di samping gudang. Ia segera
mengambil tangga tersebut dan menyandarkannya di
LOST BASTARD 95
dinding belakang rumah. Rupanya ia berencana untuk
keluar melalui jalur yang sama ketika ia masuk.
Tugasnya selesai. Saatnya kembali ke markas.
****
Hariswan masuk ke dalam ruangan briefing dengan
sedikit perasaan kecewa. Bagaimana tidak? Ia pulang tanpa
membawa jawaban yang berarti.
“Hariswan, apa yang kau dapatkan? Kau benar-
benar baru saja kembali dari rumah Mad Bulldog?” tanya
Jenderal Permana antusias.
“Ya, tetapi aku sedikit kecewa karena tidak
mendapatkan jawaban yang berarti,”
“Tetapi setidaknya kau punya jawaban bukan?”
“CIA. Mad Bulldog akan bertemu dengan agen CIA,
tetapi aku tak tahu kapan, di mana, dan siapa. Ini akan
sedikit sulit karena kita harus mencari secara brute force,”
96 BIMA WHYNOT
“CIA? CIA terlibat dalam kasus ini?”
“Kita belum tahu pasti. Bisa saja ‘orang-orang nakal’
di internal CIA sengaja membuat cabang black ops baru
tanpa sepengetahuan CIA itu sendiri,”
“Brengsek, apa gambaran besarnya? Apa yang
sebenarnya sedang mereka mainkan?”
“Kupikir ini sederhana. Jika tujuan Mad Bulldog
adalah membuat perang, berarti ia sudah pasti akan
menyerahkan intel palsu kepada CIA untuk memancing
kemarahan pemerintah Amerika,”
“Sial, kalau begitu kita harus bergerak cepat. Kita
harus mengontak CIA untuk memetakan setiap agen CIA
yang ada di Indonesia,”
“Tidak bisa, jenderal. Jangan,” Rizal tiba-tiba
memotong pembicaraan. “Sekalipun kita memiliki teman di
CIA, itu tetap berisiko. Kita tidak tahu siapa saja agen CIA
yang terlibat dalam kasus ini. Salah-salah, mereka malah
menjadi bumerang untuk kita, sudah pasti,”
LOST BASTARD 97
“Rizal benar, jenderal. Berbahaya jika kita
mengontak CIA,” Hariswan menambahkan.
Permana menghela napas panjang. “Sial, kalau
seperti ini bagaimana? Jalan buntu,”
“Masih ada jalan, jenderal. Smartphone ini mungkin
bisa menyelamatkan kita. Benda ini milik salah satu
penjahat di San Maria,” ujar Hariswan sambil mengeluarkan
ponsel cerdas yang dimaksud.
“Smartphone?”
“Ya, aku mendapatkan beberapa e-mail yang dikunci
dengan kode enkripsi khusus. Kupikir sang pemilik ponsel
telah melakukan pembicaraan dengan Mad Bulldog—aku
tidak begitu yakin, tetapi patut untuk dicari tahu.
“Maka dari itu, aku hendak meminta tolong padamu,
Lukas. Bisakah kau meretas setiap e-mail yang masuk ke
smartphone ini?” tanya Hariswan sambil menyodorkan
smartphone tersebut kepada Lukas.
98 BIMA WHYNOT
“Hmm,” Lukas memperhatikan pola enkripsi pada
ponsel cerdas itu. “Bisa kulakukan, tetapi akan butuh waktu
sekitar satu jam, kapten. Apakah tidak apa-apa?”
“Itu lebih baik daripada tidak sama sekali,”
“Baik, kapten,”
“Baiklah Hariswan, kupikir itu cukup untuk hari ini.
Semoga kita bisa mendapatkan jawaban berarti dari
smartphone tersebut,” sela jenderal. “Beristirahatlah
sejenak. Pergilah ke ruang kesehatan untuk membersihkan
luka tembakmu tadi siang,”
“Oke,” jawab Hariswan singkat. Ia kemudian
berjalan ke arah ruang kesehatan sambil meletakkan
pistolnya di atas meja.
****
Seorang pria tampak sedang membersihkan dan
membalut luka tembak pada bahu Hariswan. Lukanya tidak
LOST BASTARD 99
begitu parah, setidaknya tidak akan membuatnya mati. Tak
lama kemudian, Marsha masuk membawakan secangkir teh
hangat.
“Hai...” sapa Marsha.
“Hai, Marsha...” jawab Hariswan sambil menatap
Marsha sekelebat. “Ah, terima kasih,” ia kemudian beralih
kepada pria ahli medis yang mengobati lukanya. Pria itupun
kemudian pergi.
“Bagaimana lukamu, kapten?” tanya Marsha
membuka percakapan.
“Tidak buruk, hanya luka tembak di bahu,”
“Heheh, kau mengatakannya seakan-akan bukan hal
yang besar. Ini kubawakan teh manis agar kau lebih relaks,”
“Memangnya wajahku terlihat tegang?”
“Ya, kau tampak sedikit tegang. Aku tidak tahu kau
mau menangani kasus ini dengan serius,”
“Heheh, aku mengerjakannya karena aku dibayar,”
100 BIMA WHYNOT
“Oh! Jadi kau mengejar Mad Bulldog demi uang?”
“Ya, itu salah satu alasannya, tetapi bukan alasan
utamaku. Setidaknya aku memiliki tujuan baik untuk
menghentikan perang,”
“Kedengarannya tetap saja kurang enak, hehe...”
“Lihat saja hasilnya kelak. Ngomong-ngomong,
tumben sekali kau mendatangiku seperti ini? Apakah ini
semacam kencan spesial?”
“Haha,” Marsha tertawa lebar, meskipun
sesungguhnya ia sedikit tersipu. “Kau adalah bagian dari
tim ini, aku tak bisa terus-menerus bersikap dingin
kepadamu,”
“Kupikir julukanku telah membuat orang lain salah
menilaiku,”
“Ya, awalnya kupikir kau benar-benar bastard,
rupanya pandangan itu berasal dari para koruptor yang kau
buru,”
LOST BASTARD 101
“Tidak hanya koruptor, Marsha...”
“Ya, aku tahu itu. Kau juga memburu penjahat-
penjahat lain, termasuk atasanku,”
“Oh! Irjen Supono, ya? Itu sudah lama sekali, aku
hampir lupa kalau aku pernah memburunya,”
“Ya, waktu itu aku baru saja masuk kepolisian. Masih
tamtama. Kaget sekali ketika mendengar ia tewas karena
ditembak,”
“Begitu? Jangan-jangan kau ke sini untuk membalas
dendam?”
“Haha, tentu saja tidak! Tak lama setelah kau
membunuhnya, ternyata ditemukan bukti-bukti kriminal
padanya. Ia ternyata juga merupakan akar perseteruan
kubu Joko dan Narjiman,”
“Ah, kubu Joko dan Narjiman. Aku tidak
berpartisipasi pada kekacauan itu. Itu terjadi beberapa
tahun setelah kubunuh Supono, bukan?”
102 BIMA WHYNOT
“Ya, benar. Kedua perwira polisi itu merupakan
orang yang berprinsip untuk mengembalikan posisi militer
seperti dahulu kala, mereka sadar bahwa TNI lebih superior
daripada kepolisian. Intinya, mereka ingin mengembalikan
kepolisian sesuai dengan jalurnya, karena selama ini Polri
telah banyak merangkap tugas yang seharusnya dilakukan
oleh TNI.
“Tetapi, Irjen Supono tidak demikian. Ia tidak mau
militer bekerja seperti dulu kala, bahkan kalau bisa
dibekukan dan hanya diturunkan jika ada perang saja. Ia
merupakan salah satu polisi yang membenci militer, entah
apa alasannya. Ia ingin mempopulerkan Detasemen Khusus
AT-13 sebagai ‘sahabat rakyat’. Akhirnya, ia secara diam-
diam membenturkan Joko dan Narjiman, begitulah
ceritanya,”
“Menarik sekali. Untung saja Supono sudah mati.
Jika tidak, mungkin kekacauannya akan lebih parah,”
“Begitulah, karena kekacauan itu aku memilih pergi
dan bergabung dengan tim ini. Daripada terkena debu
LOST BASTARD 103
skandal, lebih baik aku keluar dan membela kebenaran
melalui jalan lain,”
“Bagaimana kau bisa menemukan Jenderal Permana
dan tim rahasianya?”
“Beliau yang menemukanku. Waktu itu aku hampir
mati diburu oleh orang-orang Brigjen Joko karena dituduh
bekerja untuk Brigjen Narjiman. Tiba-tiba saja jenderal dan
Rizal datang untuk menolongku,”
“Untung saja kau selamat, Marsha. Semua akan jauh
lebih kacau jika kau tidak selamat,”
“Eh? Memangnya kenapa?”
“Karena aku tidak akan bisa mengobrol dengan
gadis cantik sepertimu saat ini,”
“Oh ya ampun!” jawab Marsha tersipu-sipu. Ia
kemudian tergelak sambil memukul bahu Hariswan.
Sementara itu Hariswan hanya tersenyum kecut, tak
menjawab apa-apa.
104 BIMA WHYNOT
****
Mad Bulldog sedang dalam perjalanan, entah ke
mana. Ia duduk di bangku belakang mobil dengan kaki
menyilang ditemani ddengan dua orang pengawalnya yang
terlihat garang. Ketenangan itu tiba-tiba terpecah oleh
suatu kejadian.
“Kolonel, saya mendapati seseorang menerobos e-
mail Anda. Sepertinya ada yang berhasil membuka kode
enkripsi yang Anda buat,” ujar pengawal Mad Bulldog yang
sedang berinteraksi dengan laptop-nya.
“Oh, ya? Bagus kalau begitu. Lacak siapa yang
melakukannya, aku ingin memastikan,” Mad Bulldog
menjawabnya dengan tenang.
“Baik, kolonel,” pengawal itu segera memasukkan
beberapa baris kode di laptop-nya. “Kolonel, aku
mendapatkan identitas sang peretas. Lukas Hakim, kau
kenal dengannya?”
LOST BASTARD 105
“Fufufu, dugaanku benar. Ia adalah anak buah
Jenderal Permana. Ini bagus sekali, ini akan menjadi
permainan yang sangat menarik. Aku tidak menyangka
mereka memakan umpan kita,”
“Lalu, apa yang harus kita lakukan, Kolonel?”
“Biarkan mereka masuk. Buatlah e-mail palsu untuk
membeberkan rencana kita kepada mereka, katakan bahwa
kita akan menemui anggota CIA,”
“Eh? Maksud Anda kita ungkapkan semua tentang
rencana kita berikutnya?”
“Ya, tentu saja. Tulis nama agen CIA yang akan kita
temui, lokasi pertemuannya, waktu pertemuannya,
pokoknya tulis saja semuanya dan kirim ke e-mail dummy
agar mereka bisa melacak dan membacanya, mumpung
mereka sedang asik mengacak-acak e-mailku sekarang,”
“Eh? Apakah tidak apa-apa, kolonel?”
“Lakukan saja,”
106 BIMA WHYNOT
“B-baik, kolonel,”
“Katakan kepadaku jika kau sudah selesai menulis,
agar bisa kuperiksa terlebih dahulu. Lakukan sekarang
secara cepat, agar bisa dikirim secepatnya dan memberikan
tanda kepada mereka.
“Dan kau, Amir. Hubungi tim C, suruh mereka
bersiap-siap menjalankan rencana cadangan kita. Katakan
pada Toni untuk menurunkan senjata dan membiarkan
Hariswan bermain,”
“Siap, kolonel,” ujar pengawal Mad Bulldog yang
lain.
“Ini akan menarik. Sangat menarik,” tutup Mad
Bulldog sambil tertawa.
****
Demonstrasi anti-AS terjadi hampir di setiap kota di
Indonesia, tak terkecuali Jakarta. Masyarakat mulai merasa
LOST BASTARD 107
resah dengan kehadiran warga Amerika yang dianggap
membahayakan kelangsungan hidup warga Indonesia. Tak
peduli seberapa keras pemerintah mencoba menjelaskan,
warga tetap gusar dengan keberadaan ‘orang bule’ di
sekitar mereka.
Tidak hanya demonstrasi, masyarakat yang
diguncang oleh amarah juga menyerang beberapa
perusahaan di ibukota yang masih memiliki relasi baik
dengan Amerika. Penyerangan dilakukan dengan berbagai
cara; mulai dari melempar batu, menembak dengan senjata
api, hingga memasang bom plastik di sejumlah titik.
Pihak kepolisian tak gentar menghadapi kekerasan
demi kekerasan yang terus terjadi pasca penyerangan
Medley di bus Transjakarta. Untuk saat itu, mereka masih
mampu menahan setiap badai yang datang, akan tetapi jika
pemerintah tak segera mengambil langkah tegas, mereka
pasti akan kewalahan.
Begitupun di Amerika, warga menuntut perang
dengan Indonesia. Para demonstran dari berbagai daerah
108 BIMA WHYNOT
mulai berkumpul di depan Gedung Putih dan memprotes
aksi pembunuhan di SMA San Maria. Mereka tidak
sejengkal pun meninggalkan tempat sebelum presiden AS
memenuhi keinginan mereka untuk membalas dendam atas
perlakuan Indonesia.
Terjadi perhelatan di Gedung Putih; haruskah
mereka menyerang Indonesia atau tidak? Presiden AS tidak
bisa memberikan keputusan karena apa yang terjadi di San
Maria merupakan akibat dari perbuatan George Medley. Ia
pun mengurung diri dan tidak mengeluarkan pernyataan
apapun terkait ketegangan yang tengah terjadi antara
Indonesia dan Amerika. Perintahnya hanya satu: tidak ada
yang boleh bertindak sebelum ia memberi perintah. Dan
semua orang mematuhinya, meski dengan berat hati.
Sementara itu di markas Jenderal Permana, seluruh
anggota tim berkumpul untuk menonton berita. Tangis dan
geram menjadi pemandangan yang tak bisa dihindari,
semua dikemas untuk merepresentasikan kesedihan para
LOST BASTARD 109
korban rencana Mad Bulldog dan kemarahan para
nasionalis yang rela mati demi tanah air.
“Oh Tuhan, demonstrasi mulai menjalar di setiap
kota, kekacauan tingkat pertama sepertinya mulai terlihat,”
ujar Wisnu menatapi layar presentasi yang sedang
menampilkan berita.
“Tidak setiap kota, tetapi hanya di kota-kota besar
seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar,”
tentang Hariswan.
“Mad Bulldog, apa yang ia lakukan? Ia membuat
negeri ini kacau balau,” tambah jenderal.
“Ini bukan kekacauan yang ingin dicapai oleh Mad
Bulldog, jenderal. Ini hanyalah permulaan dari semua
rencana buatannya. Kita masih memiliki tugas untuk
menghentikan perang yang sebenarnya,” jawab Hariswan.
“Tetapi, aku tidak yakin merebut intel palsu dari
tangan CIA akan menghentikan perang, Hariswan. Kalau
110 BIMA WHYNOT
situasi masyarakat kita sekacau ini sekarang, siapapun bisa
memancing kemarahan presiden Amerika,” sela Marsha.
“Aku tahu itu, Marsha. Tetapi setidaknya itu yang
bisa kita lakukan,”
“Tetapi bagaimana jika tetap ada pemberontak yang
melakukan hal gila dan memancing kemarahan pemerintah
AS?” Marsha terlihat sangat khawatir, tak seperti biasanya.
“Kita harus bekerja sama dengan BIN, kepolisian,
dan Sandi Yudha lebih gencar. Cari cara untuk
menghentikan kekacauan yang terjadi saat ini,”
“...”
Jenderal Permana melihat jam tangannya. “Ini sudah
waktunya, Hariswan. Kita harus bergerak sekarang.
Berdasarkan e-mail yang dikirim Mad Bulldog, ia akan
bertemu dengan agen CIA tersebut satu jam lagi,”
“Baik, aku jalan sekarang,” Hariswan berjalan keluar
ruangan. “Pastikan kalian memikirkan cara untuk
menghentikan kekacauan!” pekik Hariswan di luar ruangan.
LOST BASTARD 111
...
“Aku tak percaya Mad Bulldog bisa melakukan hal
ini. Kekacauan ini mengingatkanku pada kerusuhan tahun
1998,” ujar Wisnu resah.
“Hanya satu hal yang bisa kita lakukan, teman-
teman...” jawab jenderal. Seketika semua orang terdiam
dan menatapinya. “Berharap,”
****
Hariswan tiba di sebuah hotel bintang lima malam
itu, tujuannya adalah untuk mencuri intel palsu yang
diberikan pihak Mad Bulldog kepada agen CIA yang sengaja
ingin memancing peperangan antara Indonesia dengan
Amerika. Menyadari bahwa lawannya adalah agen
professional yang sudah terbiasa membunuh orang dengan
tangan kosong, ia tak bisa bergerak terlalu terburu-buru.
Jika ketahuan, maka agen itu pasti akan lari dan akan sulit
112 BIMA WHYNOT
merenggut intel palsu tersebut—peluangnya akan lebih
kecil.
Hariswan mengamati pertemuan antara agen CIA
dengan salah seorang anak buah Mad Bulldog dari
kejauhan. Mereka bertemu di kafe hotel seperti pebisnis,
sementara Hariswan memperhatikan gerak-gerik mereka
dari lantai dua. Saat kedua penjahat itu melakukan
‘transaksi’, Hariswan segera meninggalkan tempatnya; ia
berjalan menuju kamar si agen CIA. Entah apa yang ia
rencanakan, ia pun menerobos masuk ke dalam kamar sang
agen dengan kartu dummy buatan Lukas.
Pertemuan antara agen CIA dengan anak buah Mad
Bulldog pun berakhir, mereka menutupnya dengan saling
bersalaman dan bertukar senyuman. Tidak ada seorang pun
yang sadar bahwa keduanya baru saja melakukan
pertukaran yang menentukan nasib bangsa Indonesia,
apalagi dengan penyamaran mereka yang tampak seperti
konglomerat. Tidak akan ada yang menyangka.
LOST BASTARD 113
Agen yang berwajah seperti orang Arab itupun
kembali ke kamarnya dengan santai. Begitu ia masuk ke
dalam kamar, baru dua langkah, tiba-tiba muncul seseorang
dari samping menempelkan mata pisau di lehernya.
“Halo, agen CIA. Baru saja mendapatkan hadiah dari
Mad Bulldog, ya?” Hariswan rupanya, ia bersembunyi di
kamar mandi sedari tadi untuk menyergap sang pria secara
diam-diam. Ia berbicara dalam Bahasa Inggris tentunya.
Sebelum sang agen bertindak, Hariswan segera
melemahkannya terlebih dahulu. “BUK!” ia meninju hidung
sang agen. Tentu saja itu menyakitkan, namun momen itu
segera dimanfaatkan Hariswan untuk menggeledah pistol
sang agen yang disembunyikan di balik celana. Ia kemudian
mendorong sang agen menjauhinya, ia sadar akan bahaya
yang dihadapi jika terlalu dekat dengan pria berwajah Arab
tersebut.
“Aku hanya ingin bertanya satu hal saja: apa
keuntungan untukmu jika terjadi perang antara Indonesia
114 BIMA WHYNOT
dengan Amerika?” tanya Hariswan sambil mengarahkan
mulut pistol kepada pria tersebut.
“...” pria itu diam saja, persis seperti apa yang
diperkirakan Hariswan di dalam benaknya.
“Haaaaah,” Hariswan menghela napas panjang.
“Sudah kukira akan begini. Mengapa kalian tidak pernah
mempermudah pekerjaan agen lain?” gerutunya sambil
membawa teko berisi air mendidih dari meja hidang.
“Bisnis senjata, ladang minyak, dan sumber daya
alam baru,” jawab pria itu singkat, ia sedikit gentar melihat
Hariswan membawa teko berisi air panas.
Mendengar jawaban tersebut, Hariswan kembali
meletakkan tekonya. “Puh, selalu soal uang dan
persenjataan baru untuk memusnahkan manusia. Kalian ini,
masih saja bermimpi menjadi negara adidaya. POTUS1
menyetujui tindakanmu?”
1 President Of The United States
LOST BASTARD 115
“Di luar pengetahuannya,”
“Apa?! Ia tidak tahu?!” Hariswan terkejut. Ia
kemudian memukul keningnya dengan wajah penuh
kekecewaan.
Pria itu terdiam menatapi Hariswan, mungkin ia
sedikit heran dengan respon yang keluar darinya.
“Hahaha, bercanda. Aku sebenarnya sudah tahu
kalau kau agen black ops yang bergerak tanpa seizin
presiden. Siapa yang menyuruhmu? Wapres? Menteri?”
“...”
“Ah, maafkan aku. Itu pertanyaan tak penting
sebenarnya. Kita langsung saja ke inti permasalahan...”
Hariswan menarik hammer pistolnya dan mengarahkan
moncongnya sekali lagi ke wajah sang agen. “Kemarikan
intel palsu yang baru saja kau terima dari orang suruhan
Mad Bulldog,”
Secara perlahan, pria itupun mengeluarkan
flashdrive yang baru saja diterimanya dari anak buah Mad
116 BIMA WHYNOT
Bulldog. Gerakan dan sorot mata sang agen terlihat sangat
waspada, Hariswan pun menyadari hal tersebut. Akan
tetapi, ia mencoba bersikap biasa dan merenggut flashdrive
itu dengan cepat.
“Katakan kepada bosmu, salam hangat dari
pantatku. Aku tahu flashdrive ini akan kalian gunakan untuk
memancing amarah POTUS dan mempengaruhinya untuk
menyerang Indonesia. Sayang sekali, kalian takkan bisa
melakukannya,” gumam Hariswan.
“Sepertinya tugasku sudah selesai di sini. Kalau
begitu, kuucapkan selama tinggal kepadamu. Terima
kasih,” Hariswan kemudian mengucapkan selamat tinggal
dan berjalan membelakangi sang pria. Namun, sebelum
berhasil keluar dari kamar, ponsel Hariswan berbunyi.
Fokusnya pun teralihkan.
Momen itu segera dimanfaatkan oleh sang agen
untuk menyerang Hariswan. Ia segera menyeruduk
Hariswan dari belakang dan mendorongnya ke arah pintu
LOST BASTARD 117
dan dinding. Ia juga membuang pistol yang berada di balik
celana Hariswan.
Hariswan lengah, wajahnya beberapa kali harus
menumbuk dinding dan benda-benda keras. Meski begitu,
ia masih mampu memberontak; ia menyikut kepala sang
agen beberapa kali hingga genggamannya melemah. Ia pun
berhasil melepaskan diri.
Pertarungan sengit tak terelakkan, ruangan mewah
hotel bintang lima itupun berubah menjadi arena
perkelahian hidup dan mati.
Masih di sekitar meja hidang, sang agen yang gusar
itu mengambil garpu dan mencoba menghujamkannya
beberapa kali ke arah Hariswan. Sayangnya, Hariswan
berhasil menghindari dan menepis serangannya.
Hariswan sadar bahwa dirinya tak bisa terus-
menerus dalam posisi bertahan, ia harus melawan. Dengan
cepat, Hariswan pun mengambil senjata sebagaimana yang
dilakukan oleh lawannya; ia mengambil teko air mendidih
118 BIMA WHYNOT
yang semula akan ia gunakan untuk menginterogasi sang
agen. “FWOSH!” tanpa ragu ia menyiramkan isi teko
tersebut ke wajah sang pria.
“AAAAAA!” agen CIA itu memekik kesakitan akibat
air panas yang mengguyur wajahnya. Tetapi Hariswan tak
peduli, ia malah memukuli sang agen dengan tekonya.
Tak gentar, agen itu berbalik melawan meski rasa
perih masih menggerayangi wajahnya. Ia melucuti teko
yang berada di genggaman Hariswan dan melemparnya ke
ruang utama.
Perkelahian kembali terjadi, kali ini tanpa senjata.
Keduanya saling menunjukkan kemampuan beladiri
masing-masing. Pukulan demi pukulan melayang, tetapi
semuanya dapat diantisipasi dengan baik oleh kedua belah
pihak.
Tetapi, Hariswan lebih cekatan. Ia berhasil
menangkap tangan sang agen dan menyerangnya dengan
kombinasi gerakan yang bagus. Sebagai penutup, ia
LOST BASTARD 119
mengunci pergelangan lawannya dan membenturkan
kepalanya ke televisi yang berada di sampingnya.
“PRANG!” layar televisi pun pecah berkeping-keping
dihantam kepala sang agen.
Tampaknya merubuhkan sang agen tak semudah
seperti yang dibayangkan. Dengan kepala penuh darah,
agen tersebut masih bisa melakukan perlawanan dan
hampir berhasil mencolok mata Hariswan.
Lengah oleh serangan agen tersebut, Hariswan pun
melepaskan kunciannya. Ia pun harus menerima beberapa
tinju keras dan sebuah tendangan dari sang agen yang
membuatnya terpental ke meja telepon. Wajah Hariswan
mulai penuh dengan darah dan lebam, agen tersebut benar-
benar bukan lawan yang bisa diremehkan.
Terbakar amarah, agen tersebut segera mengambil
salah satu pecahan layar televisi yang tebal dan runcing
tentunya. Ia pun menghampiri Hariswan kembali.
120 BIMA WHYNOT
Sadar bahwa lawannya kembali menggunakan
senjata, Hariswan segera mencabut gagang telepon dari
tempatnya. Ia hampir terlambat, sang agen menebaskan
pecahan layar kepadanya dan mengenai pipinya.
Untungnya itu hanya luka minor.
Keduanya kembali bertarung sengit; Hariswan
dengan gagang telepon, sementara si agen CIA dengan
pecahan layar televisi. Konfrontasi itu hanya terjadi sekitar
satu hingga dua menit, hingga akhirnya Hariswan berhasil
membuat sang agen melepaskan senjatanya. Setelahnya, ia
mencekik sang agen dengan kabel yang sedari tadi
menggantung di gagang telepon.
“DUK!” agar sang agen tak bisa melawan, Hariswan
segera menendang sisi lututnya. Agen tersebut kehilangan
keseimbangan dan jatuh dalam posisi telungkup. Tentu saja
sang agen memberontak, tetapi dalam posisi seperti itu
sangat sulit untuk melakukan perlawanan.
Merasa lawannya sudah melemah, Hariswan
melepaskan cekikannya dan menggenggam kepala sang
LOST BASTARD 121
agen. “BRUK!” dengan keras ia menghantamkan kepala
sang agen ke atas ubin. Ia juga melepaskan tinjunya
beberapa kali di bawah telinga sang agen—yang berarti di
leher bagian samping.
Pertarungan pun usai; agen CIA itu tumbang dan tak
sadarkan diri. “Beruntung aku tidak membunuhmu, kawan.
Bersyukurlah—pulang dan cium tangan mamamu,” gumam
Hariswan tersengal-sengal. Ia kemudian bangkit dan
menatap layar ponselnya, ia teringat ada seseorang yang
menelepon saat terjadi pertarungan.
“Marsha... ada apa?” Hariswan terheran begitu
melihat nama Marsha muncul di layar ponselnya,
tampaknya wanita itu telah menghubungi Hariswan
beberapa kali.
Hariswan tak mau berpikir panjang, ia segera
membuka lemari dan mencari pakaian yang dapat ia
gunakan. Ketemu! Ia menemukan kemeja berwarna putih
tergantung di dalam lemari—tampaknya kemeja itu milik
122 BIMA WHYNOT
sang agen. Ia segera mengambil kemeja tersebut dan
membawanya ke kamar mandi.
Di kamar mandi, Hariswan membersihkan luka-
lukanya. Ia juga mengganti pakaiannya dengan kemeja
putih milik sang agen. Hanya butuh beberapa menit
baginya untuk ‘dandan’, ia pun kembali resik meskipun
terdapat beberapa lebam di wajahnya.
Seusainya, Hariswan segera mengambil pistol yang
terbaring di atas ubin—tentu saja pistol milik sang agen. Ia
menyembunyikannya di balik celana kemudian ia keluar
dari kamar tersebut, ia menguncinya. Tak mau melalui jalan
utama, Hariswan pun bergegas meninggalkan hotel melalui
pintu darurat.
****
Di saat yang sama Hariswan melakukan tugas
penyamaran, presiden baru saja pulang dari sebuah agenda
di Hotel Hyatt. Mobilnya diiringi oleh dua mobil dan empat
LOST BASTARD 123
motor Paspampres, formasi dibentuk seperti biasa: mobil
presiden di tengah, diapit oleh dua mobil Paspampres di
depan dan di belakang, sedangkan keempat motor
mengapit dua mobil Paspampres, bentuknya kurang-lebih
menyerupai huruf X.
Malam itu, semuanya berjalan normal, tidak ada
tanda-tanda bahaya. Presiden maupun Paspampres tidak
mendapatkan informasi apapun dari bagian intelijen soal
keamanan rute perjalanan malam itu, artinya mereka tidak
tidak berada dalam bahaya. Sehingga, mereka pun dapat
melesat tanpa membawa perasaan khawatir.
Seperti biasa, presiden dan para pengawalnya
menggunakan akses jalan layang khusus pemerintah yang
membentang kokoh di atas Jalan Sudirman. Jalan khusus
tersebut dibuat pada tahun 2021 agar presiden dan para
menteri dapat menyusuri ibukota tanpa harus khawatir
akan terjebak dalam kemacetan. Tidak seperti jalur bus
Transjakarta yang masih bisa diterobos oleh pengendara
124 BIMA WHYNOT
motor sesekali, jalan layang ini tidak bisa diterobos oleh
siapapun kecuali pemerintah.
Di jalur sesunyi itu, rombongan presiden dapat
melaju dengan kecepatan sekitar 60-80 kilometer perjam.
Tidak ada yang menghalangi, semuanya berjalan dengan
lancar. Hingga akhirnya, sebuah tragedi muncul begitu
iring-iringan presiden memasuki kilometer ke sepuluh.
“DUAAAAR!” dua mobil Paspampres yang mengapit mobil
presiden tiba-tiba meledak dan terguling, tampaknya
seseorang memasang bom khusus di kolong mobil.
Asap mengepul tebal, supir pribadi presiden segera
menghindari mobil Paspampres yang terguling dan
menambah laju kecepatan. Akan tetapi, ia tampaknya juga
kurang beruntung; dua orang pengawal bermotor yang
berada di depan tiba-tiba menembakkan sesuatu ke atas
kap mobil presiden, bom rekat. “KABLAAM!” lagi-lagi
terjadi ledakan, kali ini mobil presiden yang menjadi korban.
Lebih buruknya lagi, ledakan pada kap mobil itu turut
LOST BASTARD 125
meledakkan mesin yang berada dibaliknya. Mobil presiden
pun mogok seketika.
Bagaimana dengan dua orang pengawal bermotor
yang berada di belakang? Mereka memastikan bahwa tim
Paspampres yang berada di dalam dua mobil sudah mati,
mereka membuka pintu mobil dan memberondong para
Paspampres yang sekarat. Tidak cukup sampai di situ,
mereka juga melepaskan granat ke dalam mobil untuk
benar-benar memastikan bahwa para Paspampres itu
tewas.
Kembali kepada presiden. Apa yang ia lakukan
sementara ia tahu bahwa dirinya terpojok dan dikhianati
oleh pengawalnya sendiri? Tidak ada, ia hanya bisa berdoa
di dalam mobil, berharap bisa bertemu dengan keluarganya
kembali. Sementara itu, para Paspampres yang tersisa mau
tidak mau harus menghadapi para pengkhianat tersebut.
Mereka pun membuka jendela dan mulai memberondong
dua pengawal bermotor yang berada di hadapan mereka.
126 BIMA WHYNOT
Sayangnya, tidak ada satupun dari tembakan itu
yang berhasil mengenai para pengkhianat. Kedua
pengkhianat yang berada di hadapan mobil presiden
dengan tenang berlindung di balik motor mereka masing-
masing.
Tak lama kemudian, dua pengkhianat yang lain
mendatangi mobil presiden dengan santai. Para
Paspampres tidak menyadari kehadiran mereka karena
terfokus pada dua pengkhianat di depan. Tiba-tiba, salah
satu pengkhianat melemparkan bom molotov ke dalam
mobil presiden. “FWOOOOSH!” seketika api menyembur di
dalam mobil, membakar semua orang yang berlindung di
dalamnya.
Di tengah teriakan dan kepanikan para korban bom
molotov, pengkhianat yang lain muncul di sisi lain mobil
dan menodongkan moncong senapannya ke dalam mobil.
“RATATATA!” tanpa ragu ia muntahkan semua pelurunya
kepada para Paspampres dan presiden yang masih
LOST BASTARD 127
menggelinjang karena terbakar. Ia mempercepat proses
kematian mereka yang menyakitkan.
Dan semuanya usai, presiden dan para pengawalnya
tewas malam itu. Bagaimana dengan empat pengkhianat
yang mengadakan ‘pesta meriah’ malam itu? Mereka
menghilang secepat kilat, kegelapan malam telah
menyekat eksistensi mereka. Mereka seperti macan yang
berburu di malam hari, misterius dan mematikan.
****
Perasaan Hariswan tidak enak, ia merasa telah
masuk ke dalam perangkap. Ia menancap gas menuju
markas, nalurinya mengatakan ada peristiwa buruk yang
baru saja terjadi. Jika tidak, mengapa Marsha
meneleponnya berulang kali? Selain itu, mengapa Jenderal
Permana tidak menghubunginya? Rasanya tidak mungkin
jika Marsha ingin mengajak kencan di tengah krisis
tersebut.
128 BIMA WHYNOT
Tampaknya dugaan Hariswan menjadi kenyataan.
Begitu ia tiba di depan rumah Jenderal Permana—
markasnya—situasi tampak mencekam; semua lampu
padam, kunci pagar dirusak, dan kamera CCTV mati.
Hariswan segera menyelidiki keganjilan tersebut, ia masuk
ke lingkungan rumah sambil bersiaga dengan pistolnya.
Mengantisipasi pertarungan frontal dengan musuh,
Hariswan memutari rumah jenderal dan memutuskan untuk
masuk dari pintu belakang. Namun, begitu tiba di pintu
belakang, ia terkejut melihat pintu sudah rusak
sebagaimana pintu depan rumah. Hariswan sadar bahwa
jumlah musuh kemungkinan sangat banyak, ia pun masuk
ke dalam rumah secara perlahan.
Akan tetapi, musuh tampaknya sudah pergi dan
meninggalkan ‘remah’ yang sangat besar. Mereka
membantai seluruh pegawai yang bekerja di rumah
jenderal. Hariswan mendapati banyak lubang akibat
tembakan dan mayat bergelimpangan hampir di seluruh
LOST BASTARD 129
ruangan. Tak ada tanda-tanda kehidupan, mereka mati
secara mengenaskan.
Khawatir, Hariswan bergegas menuju ruangan
briefing. Ia pun terhenyak, tak ada satupun yang selamat di
sana. Seluruh komputer dan peralatan elektronik hancur,
begitupun dengan para operatornya—mereka tewas.
Hariswan mengecek denyut nadi masing-masing anggota,
mulai dari Jenderal Permana, Lukas, Wisnu, Rizal, dan para
operator komputer di sana. Benar-benar tak ada yang
selamat.
Hariswan terdiam luruh. Ia berjongkok di hadapan
jenderal yang mati duduk sambil memegang pistol di
tangannya. “Maafkan aku, jenderal. Maafkan aku, teman-
teman. Seharusnya aku tahu ini akan terjadi,” sesaat
kemudian ia bangkit dan menatapi teman-temannya untuk
sekali lagi. Hariswan merasa jadi orang tak berguna,
meskipun ia sedikit gila dan gemar membunuh, tetapi ia
bisa membedakan mana kawan dan lawan.
130 BIMA WHYNOT
Tiba-tiba Hariswan teringat sesuatu. Marsha. Ke
mana ia pergi? Hariswan pun mengitari ruang briefing
mencari jasad Marsha, tetapi tidak ada. Hariswan berpikir,
jika ia tak ada di rumah jenderal, ada kemungkinan ia kabur.
Hariswan segera mencari tanda-tandanya.
Ketemu! Hariswan menemukan jejak darah; ada
beberapa tetesan darah di atas lantai membentuk jalur
yang akan mengantarkannya ke suatu tempat. “Marsha...”
bisiknya. Ia segera berlari mengikuti tetesan darah tersebut.
Setelah beberapa menit mengikuti jejak tersebut,
Hariswan berakhir di sebuah hutan kecil yang membatasi
antara komplek elit dengan komplek perkampungan. Ada
kemungkinan Marsha bersembunyi di hutan tersebut,
Hariswan segera mencarinya. Ia berjalan perlahan-lahan
menyusuri setiap semak yang memungkinkan Marsha
untuk bersembunyi.
Tak lama kemudian, “CKLAK!” tiba-tiba saja
seseorang menodongkan pistol ke arah Hariswan,
begitupun yang dilakukan Hariswan terhadap sosok
LOST BASTARD 131
misterius tersebut. Setelah dicermati, rupanya sosok itu
adalah Marsha. Ia masih hidup dengan luka tembakan di
lambung kanannya.
“Hariswan...” Marsha luruh, lututnya melemas dan ia
pun jatuh.
“Marsha! Marsha! Apa yang terjadi?!” Hariswan
menangkap Marsha. Ia pun menyandarkan Marsha pada
pohon pisang yang berada di dekatnya.
“Hariswan, kau harus pergi dari sini. Kau harus
pergi,”
“Ssssh! Marsha, lukamu parah. Aku harus
membawamu ke rumah sakit!”
“Tidak! Tidak... kita tidak bisa ke rumah sakit,”
“Apa maksudmu?! Kau terluka parah!”
“Semua orang mencari kita, Hariswan. Kita adalah
daftar orang paling dicari oleh setiap aparat keamanan di
Indonesia,”
132 BIMA WHYNOT
“Apa? Apa maksudmu?”
“Si tua picik itu menjebak kita semua. Di saat yang
bersamaan kau pergi dari markas, Mad Bulldog mengirim
pasukannya ke markas dan membantai teman-teman kita,
termasuk Jenderal Permana. Tidak hanya itu, mereka juga
mengirim pasukan untuk menghadang presiden malam ini
dan memberondongnya sampai tewas.
“Setelah kedua rencananya itu berjalan mulus, Mad
Bulldog memerintahkan anak buahnya yang berada di
tubuh BIN untuk menyebarkan intel palsu yang berisi
tuduhan terhadap tim kita. Intel palsu itu menuduh kita
sebagai dalang di balik pembantaian bus Transjakarta
sekaligus menuduh kita sebagai dalang pembunuhan
presiden malam ini,”
Hariswan kehabisan kata-kata. Ia benar-benar
masuk ke dalam perangkap dan terlambat menyadarinya.
“Dalam intelnya itu, kita dikatakan sebagai
‘kelompok pemberontak yang sengaja menciptakan
LOST BASTARD 133
kekacauan untuk menurunkan presiden secara paksa’. Kita
dituduh hendak menurunkan presiden karena presiden
dianggap terlalu baik dan memberikan segalanya kepada
Amerika,”
“Jadi pada intinya, semua hal busuk yang ada di otak
Mad Bulldog dituduhkan kepada kita,”
“Y-ya, begitulah... kita ini hanya alat, Hariswan. Mad
Bulldog tahu bahwa rencananya akan membuat hubungan
Amerika dan Indonesia memanas. Itulah sebabnya ia
mengundang kita sedari awal untuk masuk ke dalam
permainannya. Dengan begitu, kita bisa menjadi alat untuk
menetralisir perang dan ia bisa terus berjalan dengan
rencana besarnya. Intinya, secara tak sadar kita semua
adalah bagian dari rencananya,”
“Lalu, jika kalian semua diburu oleh Mad Bulldog,
mengapa aku tidak?”
“Mad Bulldog sengaja menggiringmu ke hotel untuk
bertarung dengan agen CIA. Ia tahu kau pasti menang
134 BIMA WHYNOT
melawan agen tersebut, karena ia mengenal agen tersebut.
Taktik itu hanya untuk mengulur waktu dan menjauhkan
kau dari kami. Ia sadar, jika kau berada dalam zona
serangnya, maka ada kemungkinan rencananya kacau.
Untuk itulah ia ‘menggiringmu’ menjauhi kami. Tetapi, ia
pasti akan memburumu juga, Hariswan. Pasti, tapi bukan
sekarang,”
“Bangsat tua itu—”
“Hariswan, kita sudah kalah. Kita kalah telak. Mad
Bulldog telah merencanakan ini secara matang, ia bahkan
telah menyiapkan ratusan rencana cadangan jika ia gagal.
“S-sebaiknya kau cepat pergi sebelum ada
seseorang yang melihat kita,”
“Tidak! Aku takkan meninggalkanmu di sini! Kau
bisa kuselamatkan,”
“Hariswan...” Marsha menggenggam tangan
Hariswan, tetapi luruh. “Hiduplah, larilah. Aku
menyukaimu...”
LOST BASTARD 135
Kalimat terakhir itu membuat Hariswan terhenyak.
Sejenak itu Hariswan termenung menatapi wajah Marsha
yang cantik. Ia tak lagi merasakan genggaman tangan
Marsha, sorot matanya pun sudah pudar. Angin sepoi
malam itu menepuk dahi Hariswan yang sedikit
berkeringat, membumbui kesunyian yang tiba-tiba saja
merajang.
Hariswan sadar, Marsha telah pergi. Kini bergantian,
ia yang menggenggam tangan Marhsa untuk terakhir kali.
Sejenak kemudian, ia menutup kedua mata Marsha yang
masih terbuka. “Innalillaahi... maafkan aku Marsha.
Maafkan aku,” ucap Hariswan luruh sambil menahan
kepiluan yang meronta-ronta di dalam hatinya. Airmata pun
turun membasahi pipinya yang kusam, hanya satu atau dua
tetes. Ia tak ingin menangisi kepergian Marsha begitu
dalam, meski sakit rasanya ditinggal olehnya.
Tak lama kemudian, terdengar bunyi sirine polisi dari
kejauhan. Hariswan pun bangkit dari tempatnya berjongkok
sambil terus menatapi wajah Marsha. “Aku juga
136 BIMA WHYNOT
menyukaimu, Marsha...” ucapnya lirih. Ia pun meninggalkan
jasad Marsha bersandar di pohon pisang. Hariswan sadar, ia
tak seharusnya meninggalkan teman-temannya di malam
itu.
Satu hal yang bisa Hariswan selamatkan malam itu:
kekalahan.
LOST BASTARD 137
Tiga – Ambisi
Detasemen Khusus AT-13 Kepolisian2 baru saja
menyisir rumah Jenderal Permana yang diduga sebagai
dalang peristiwa pembantaian bus Transjakarta dan
pembunuhan presiden Indonesia. Seluruh elemen
masyarakat dapat menonton siaran langsung adegan
tembak-menembak Densus AT-13 di dalam rumah jenderal.
Tetapi, siapa yang mereka tembaki? Tidak ada.
Mereka hanya memuntahkan peluru ke sembarang tempat
agar orang percaya bahwa mereka sedang memberantas
teroris—lagipula, siapa yang melihat mereka melakukan
aksi koboi di dalam rumah? Tidak ada.
2 Detasemen Khusus AT-13 atau Densus AT-13 adalah detasemen fiktif dalam kisah Lost Bastard—tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Detasemen ini merupakan kesatuan elit kepolisian yang bertugas untuk menangani terorisme lokal dengan cepat, tepat, dan akurat.
138 BIMA WHYNOT
Mengapa mereka membuang-buang peluru untuk
sebuah ketiadaan? Komandan kepolisian yang memberi
perintah. Ia terkejut ketika pimpinan penggerebekan
mengatakan bahwa semua orang telah mati dan mulai
mengeluarkan bau tak sedap. Masalahnya, jurnalis dari
berbagai media—mereka mendapatkan informasi dari
warga sekitar yang melihat kedatangan Densus AT-13—
sudah berkumpul di komplek lokasi kejadian, sangat ganjil
jika Densus AT-13 membawa mayat keluar rumah tanpa
adanya suara tembak-menembak. Mereka pasti
berspekulasi aneh-aneh jika sampai hal itu terjadi.
Akhirnya, sang komandan menyuruh seluruh anak
buahnya untuk berpura-pura melakukan aksi tembak-
menembak di rumah Jenderal Permana. Ia pikir pihak
intelijen sudah melakukan penggerebekan lebih awal, jadi ia
tidak begitu mempermasalahkannya. Lagipula, ia juga
menginginkan tim Jenderal Permana ‘dibabat habis’.
Setelah terjadi pertempuran palsu selama sekitar
tujuh belas menit, Densus AT-13 pun keluar dan membawa
LOST BASTARD 139
beberapa kantong jenazah sebagai bukti bahwa mereka
menumpas teroris dengan efektif. Tidak ada wartawan
yang boleh mendekat, sehingga tak ada yang tahu bahwa
seluruh jenazah itu sudah berumur satu malam di dalam
rumah. Para warga dan siapapun yang tidak berurusan
dengan penggerebekan malam itu dijauhkan sejauh lima
ratus meter dari TKP.
Karena aksi heroik itu, Densus AT-13 dianggap
sebagai pahlawan. Mereka dianggap mampu membalaskan
dendam atas kematian presiden dan orang-orang tak
bersalah. Rakyat puas ditimang oleh kebohongan tersebut,
para demonstran anti-AS pun sedikit demi sedikit hilang—
sebagian dari mereka merasa bersalah karena menuduh AS
sebagai dalangnya, sebagian lagi merasa sudah tidak
bersemangat lagi berdemonstrasi.
Hubungan AS-Indonesia pun membaik, namun
pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Presiden
Yarisman—yang sebelumnya menjabat sebagai wapres
sebelum presiden dibunuh—memutuskan untuk membatasi
140 BIMA WHYNOT
kerja sama dengan AS dalam rangka ‘menjadi negeri yang
mandiri’. Padahal, jauh di lubuk hati yang terdalam,
Yarisman melakukannya karena menyadari ada pihak yang
tak senang dengan hubungan AS-Indonesia.
Presiden AS dapat memaklumi hal tersebut
mengingat situasi antara dua negara baru saja tenang. Ia
juga menjadi sedikit paranoid atas tragedi ‘balas dendam’
yang terjadi di SMA San Maria, ia tak pernah menyangka
bahwa pemberontak di Indonesia berani dan sanggup
melakukan pembantaian seperti itu. Dengan adanya
pengalaman pahit seperti itu, ia memutuskan untuk
menjaga jarak dengan Indonesia.
Pada intinya, Mad Bulldog berhasil membuat
hubungan Amerika dan Indonesia meregang; Indonesia
dibuat geram dengan tragedi bus Transjakarta, sedangkan
Amerika dibuat paranoid atas tragedi pembantaian San
Maria. Hebat. Rencananya berjalan mulus.
Kini, tersisa satu orang anggota Jenderal Permana
yang masih menjadi menjadi buron. Tentu saja, Hariswan.
LOST BASTARD 141
Hidupnya tak tenang, ia harus berpindah tempat dari satu
lokasi ke lokasi lain untuk menghindari kejaran aparat.
Sudah hampir sebulan ia diburu oleh seluruh aparat
keamanan di Indonesia.
Tetapi, Hariswan tetap tenang. Tampaknya ia sudah
terbiasa dengan keadaan tersebut. Tak ayal, ia pun harus
tidur di tempat-tempat yang tak terduga, seperti di kolong
jembatan, di atas pohon, hingga di gorong-gorong. Jika
bertemu dengan aparat yang mengenali wajahnya,
terkadang ia tak bisa menghindar dan terpaksa harus
bertarung. Hebatnya, ia selalu lolos dan menang.
Pertarungan biasanya hanya berlangsung selama beberapa
detik—tinjunya benar-benar berbahaya untuk orang-orang
yang tak dilatih untuk menahan hantaman keras.
Malam itu, Hariswan mendapatkan tempat
beristirahat yang cukup ideal. Ia singgah di sebuah gedung
yang telah ditinggalkan akibat kebakaran. Sambil menatapi
kilauan cahaya dari gedung-gedung yang menjulang,
Hariswan menikmati sebatang rokok filter yang dibelinya di
142 BIMA WHYNOT
warung kaki lima. Tentu saja tak ada yang mencurigainya, ia
berdandan layaknya pengemis.
Tak lama kemudian, terdengar suara langkah dari
kejauhan. Hariswan segera mengeluarkan pistol revolver
yang dicurinya dari seorang polisi. Begitu sosok misterius
itu terlihat, Hariswan segera membidikkan senjatanya.
“Maju selangkah, itu akan jadi nyawa terakhirmu,” ucapnya
tenang.
“Tenang, Kapten Hariswan. Kau pasti mengenal
suaraku. Aku kawan, bukan lawan,” jawab sosok misterius
tersebut, tampaknya ia adalah seorang pria yang sudah
cukup tua.
“Puh!” Hariswan menurunkan bidikannya. Ia kembali
menghisap rokoknya. “Bagaimana caranya kau bisa
menemukanku di sini?”
“Kulihat kau baru saja merubuhkan dua orang
polantas yang mencoba menghentikanmu. Jadi, kuikuti saja
LOST BASTARD 143
kau sampai ke sini,” pria itu menampakkan dirinya,
wajahnya mulai jelas disorot sinar rembulan.
“Dan? Kau membawa pasukan ke sini untuk
menangkapku secara diam-diam dan mengurungku di
taman safari?”
“Aku tidak membawa siapa-siapa ke sini, Hariswan.
Aku sendirian. Lagipula aku sudah tidak memiliki pasukan
seperti dulu kala,”
“Mengapa aku harus percaya padamu, jenderal? Kau
pernah menjadi orang nomor satu di Indonesia. Jadi kupikir
bisa saja kau memanggil Kopassus ke sini untuk
melumatkanku seperti perkedel,”
“Memang...”
Mengejutkan. Jenderal Yono rupanya, ia adalah
mantan presiden Indonesia. Kini ia menjadi dosen di salah
satu perguruan tinggi dan masih aktif mengamati kegiatan
politik di Indonesia. Meski sudah tidak memiliki kuasa atas
seluruh aparat, namun ia masih memiliki beberapa orang
144 BIMA WHYNOT
terpercaya yang bersedia membeberkan informasi politik
kepadanya.
“Tetapi aku bukan presiden lagi, Hariswan. Kau tahu
bagaimana rantai komando berjalan. Aku adalah warga
negara biasa sekarang, komandoku takkan berlaku kepada
aparatur negara,” lanjut sang jenderal.
“Puh, terserahlah. Untuk kali ini aku percaya saja.
Tetapi, aku sedang tak ingin kedatangan tamu. Pergilah,
jenderal. Jika kau kemari untuk menghiburku, maka kau
telah melakukan hal yang sia-sia,”
“Aku tahu kau berakhir di sini karena Syamsul ‘kan?
Bulldog tua itu?” Jenderal Yono berjalan tenang ke arah
Hariswan sambil menyilangkan kedua tangannya di balik
punggung.
Hariswan menatap jenderal sejenak, kemudian
memalingkan pandangannya kembali. “Jika kau punya
sesuatu yang menarik soal Mad Bulldog, ceritalah. Jika
tidak, pulanglah,”
LOST BASTARD 145
“Kau tahu, nak? Sesungguhnya aku tidak
kontradiktif terhadap misi Syamsul. Tujuannya baik, ia ingin
menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang mandiri. Tetapi,
mungkin caranya terlalu ekstrem,”
“Aku juga tidak. Aku tidak berniat
menghentikannya, hanya berniat menghentikan
peperangan antara Indonesia dengan Amerika,”
“Hehe,” Jenderal Yono duduk di samping Hariswan.
“Kita hidup di era dimana penjahat tidak selalu buruk.
Mereka bisa jadi merupakan orang-orang yang memegang
teguh kebenaran,”
Hariswan kembali menatap wajah jenderal dengan
sinis. “Kau datang jauh-jauh kemari hanya untuk
memberikanku filosofi murahan seperti itu? Itu ‘sih bisa
kudapatkan dari snack yang biasa kubeli sewaktu SD—
biasanya ada hadiah berupa kata-kata mutiara. Untuk apa
mantan orang nomor satu datang kemari hanya untuk
memberikanku kuliah seperti demikian?”
146 BIMA WHYNOT
“Intinya aku datang kemari untuk mengatakan
bahwa meskipun tujuan Mad Bulldog baik, namun jika
dikerjakan dengan cara yang salah makanya hasilnya tetap
salah. Aku yakin kau sependapat denganku, kapten. Kau
mau kembali bekerjasama denganku?” Jenderal Yono
menyodorkan tangannya.
“Bekerjasama, pak mantan presiden? Apa-apaan ini?
Mengapa aku begitu berarti di mata para jenderal?
Lagipula, aku sudah membunuh Jenderal Permana dan
semua orang yang bekerja padanya. Kau mau menjadi
korban selanjutnya dan membebani aku dengan hukuman
yang jauh lebih berat?”
“Kau tidak membunuh Jenderal Permana, Mad
Bulldog yang melakukan itu—”
“Apa bedanya? Ia mempercayaiku dan aku
mengkhianati kepercayaannya dengan pergi di saat yang
genting. Dan aku membunuh Briptu Marsha... aku tak mau
menjadi bencana lagi untuk orang lain.
LOST BASTARD 147
“Lagipula, kau ke mana selama aku bekerja dengan
Jenderal Permana? Diam di sofa empukmu itu sambil
menikmati hasil kekayaan yang melimpah?”
Jenderal Yono menghela napas. “Kupikir kalian akan
berhasil. Jadi, kuanggap kalian telah mengambil jatah
tugasku dan akan menghajar keparat tersebut,”
“Oh, jadi begitu? Kau hanya mengerami telur di
sarang tercintamu sambil melihat temanmu dimasukkan ke
dalam karung mayat di layar televisimu!”
“Selalu ada hal-hal tak terduga, kapten.
Kedatanganku ke sini bukan untuk beradu argumen
denganmu, tetapi ingin memburu Mad Bulldog atas darah
Jenderal Permana,” Jenderal Yono mencoba meyakinkan
Hariswan dengan wibawanya.
Hariswan tertegun. Ia menghisap rokoknya dan
berpikir sekali lagi untuk menerima tawaran dari Jenderal
Yono.
148 BIMA WHYNOT
“Sebagai informasi, ia menanam orang-orangnya di
kursi pemerintahan. Tetapi, orangku baru menemukan satu
yang benar-benar terkoneksi dengan Mad Bulldog. Ia duduk
di Komisi III DPR-RI saat ini.
“Kau tahu? Jika orang ini berada di kursi
pemerintahan, berarti mendapatkan komando langsung
dari Mad Bulldog. Mad Bulldog itu cerdik, takkan mungkin
melepas agennya begitu saja, ia selalu bermain cantik di
belakang layar.
“Jadi, kupikir jika kita bisa membuat orang ini buka
mulut, kita bisa melacak Mad Bulldog ke manapun ia pergi,”
Hariswan membuang rokoknya ke atas lantai dan
menginjaknya. “Kau berbicara seakan-akan mudah untuk
mendekati orang tersebut. Apa kau tidak memikirkan resiko
yang akan kau tanggung? Bagaimana jika Mad Bulldog
mencium keberadaanmu dan membantaimu seperti
Jenderal Permana?”
LOST BASTARD 149
“Kita ini pejuang, kapten. Selalu ada resiko di mana
kita akan terbunuh. Tetapi, itu semua tergantung pada kita
‘kan? Bunuh atau dibunuh. Aku lebih memilih membunuh
daripada dibunuh,”
“Fwahahaha! Kau pandai berbicara, jenderal. Tetapi
kau terlalu percaya diri,” Hariswan bangkit dari tempat
duduknya, ia memutar-mutar pinggangnya untuk
menghilangkan pegal.
“Aku percaya diri jika kau mau bekerjasama
denganku seperti dulu kala. Aku punya rencana dan itu
membutuhkan orang terlatih,”
“Lha? Orangmu ke mana? Kau tidak melatihnya?”
“Pengalaman dalam bertempur masih minim,
mereka belum bisa diandalkan untuk ‘menyeberangi’
kematian sepertimu,”
150 BIMA WHYNOT
“Duo Bunglon3 bagaimana? Gama dan Amanda? Aku
rasa mereka dapat menyelesaikan tugas ini lebih cepat
dariku. Si Gama itu mantan Sandi Yudha terbaik dan
Amanda adalah mantan petarung Raider yang mematikan.
Kurang apa mereka?”
“Mereka berada di ujung dunia dan sulit dikontak,
sepertinya tidak tertarik untuk mengurus masalah ini.
Lagipula aku tidak kenal dekat dengan mereka.
“Ayolah, Hariswan. Ini demi nama baikmu juga. Kau
mau namamu bersih ‘kan? Aku bisa melakukan itu asalkan
kau mau bekerjasama kembali denganku,”
“Fufufu, rayuanmu maut, jenderal. Baiklah, kau
mendapatkanku. Tetapi ingat: aku tak ingin kita bergerak
dengan pasukan besar seperti mau membuat pesta
kembang api. Bagaimana? Berani?”
“Aku justru merencanakan seperti itu,”
3 Bunglon merupakan seri novel action Bima Whynot yang berkisah mengenai mantan prajurit yang ahli dalam penyamaran.
LOST BASTARD 151
“Heheh, siapkan fisikmu kalau begitu, jenderal!”
“Jangan meremehkanku karena aku tua. Aku masih
bisa menghancurkanmu dari jarak satu kilometer, bahkan di
saat kau sedang mengendarai Ducati,”
“Ohoho, menyombong kau. Tetapi sekarang kau
tidak sedang bermain-main dengan Barrett M82 atau
semacamnya, itu artinya aku bisa menghancurkanmu saat
ini juga. Kau lupa aku mengantongi revolver saat ini?”
“Hahaha. Baiklah. Kita mulai esok hari kalau begitu,
jangan lupa bangun pagi, prajurit!”
“Katakan itu kepada dirimu sendiri. Aku tidur di atas
batu, mana mungkin aku tidak bangun pagi?”
Jenderal Yono tertawa. Ia pun mengakhiri
perbincangannya dengan Hariswan. Meski begitu, ia
sesungguhnya baru saja memulai rencana yang sebenarnya:
merangkak di atas kekalahan.
****
152 BIMA WHYNOT
Siang itu, sang mantan presiden turun dari mobilnya
di depan pintu masuk sebuah hotel bintang lima. Melihat
kejadian ini, para pegawai hotel yang sedang berdiri kokoh
di depan pintu segera menyambut Jenderal Yono dengan
hangat; mereka menghormat dan mengawalnya berjalan ke
meja resepsionis.
Setelah mengurus administrasi hotel, jenderal
segera diantar ke kamarnya didampingi oleh seorang bell
boy. Di sampingnya, berdiri tegap seorang pengawal yang
setia menemani ke manapun jenderal pergi. Wajahnya
beringas dan tubuhnya kekar; hanya dengan tatapannya, ia
mampu membuat semua orang menjaga jarak dari Jenderal
Yono.
Meski begitu, semua orang yang berpapasan dengan
jenderal tak segan untuk menyapa. Jenderal pun
melemparkan senyumannya sambil melambaikan tangan.
Siapa tak suka diberikan senyuman oleh mantan orang
nomor satu di Indonesia?
LOST BASTARD 153
Jenderal Yono tiba di kamarnya, ia kemudian
memberikan tip dua kali lipat kepada bell boy dan menutup
pintu. Kini, ia tinggal berdua dengan pengawalnya yang
setia. “Bagus sekali, Firman. Wajah sangarmu itu cukup
untuk membuat orang tidak mengerubungiku seperti
martabak, hehe,” ujar jenderal kepada pengawalnya yang
berwajah seram tersebut.
“Ya, pak. Rupanya rencana kita ampuh. Padahal
saya ‘kan lemah lembut,”
“Hehe. Baiklah, kita langsung ke inti permasalahan.
Kita punya waktu sekitar satu jam lagi. Pastikan bahwa kau
bisa menembus keamanan jaringan hotel tanpa terdeteksi,”
“Siap, pak. Serahkan urusan itu padaku,”
“Bagus, sementara itu saya harus memastikan dua
maestro kita sudah berada di posisi,” Jenderal Yono
mengeluarkan ponselnya dan memasang earphone nirkabel
di telinganya. Ia mencoba menghubungi dua orang secara
bersamaan.
154 BIMA WHYNOT
“Jenderal...” seseorang menjawab telepon, entah
siapa.
“Kashmir, mari kita tunggu Hariswan. Ia belum
mengangkat teleponnya,” Kashmir rupanya, salah seorang
anak buah Jenderal Yono yang bertugas di lapangan.
“Baik, jenderal,”
Tak lama kemudian, terdengar suara orang
mengangkat telepon. Hariswan pastinya. “Ya, pak?”
“Oke, semua sudah terhubung. Laporkan keadaan
kalian saat ini. Kita hanya memiliki waktu sekitar satu jam
sampai target tiba di lokasi. Dimulai dari Kashmir,
bagaimana keadaanmu?”
“Tidak ada gangguan, pak. Aku sudah berada di
posisi, tinggal menunggu target keluar ruangan,” terang
Kashmir.
“Bagus. Bagaimana denganmu, Lost Bastard?”
LOST BASTARD 155
“Situasi aman terkendali. Tinggal menunggu
perintah, pak,” jawab Hariswan santai.
“Bagus. Semua berjalan sesuai rencana. Kashmir,
kami tinggal menunggu aba-aba darimu...”
“Baik, jenderal. Laksanakan,” Kashmir kemudian
menutup sambungan teleponnya.
“Dan kau Hariswan, jaga penyamaranmu, jangan
sampai terkuak oleh orang lain,”
“Fufu, kau ini. Aku bukan prajurit yang baru lulus
akademi kemarin sore,” Hariswan menyanggah.
“Ingat, sobat. Kau orang nomor satu dalam daftar
pencarian aparat saat ini. Jika kau mau bertemu dengan
Mad Bulldog, kuminta kau untuk waspada dengan orang-
orang di sekitarmu,”
“Ya, ya, ya. Terserah kau saja,” Hariswan kemudian
memutus sambungannya.
“Semua baik-baik saja, pak?” tanya Firman.
156 BIMA WHYNOT
“Tentu,” jenderal menyilangkan kedua tangannya di
balik punggung. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kita
akan bertemu Mad Bulldog sesuai dengan rencana,”
“Aku takkan meragukannya, pak,”
“Mad Bulldog... bajingan tua itu benar-benar tak
pernah kalah,” bisik jenderal. Ia menggeleng-gelengkan
kepala sambil termenung menatapi langit jingga di balik
jendela kamarnya.
Rupanya ia merencanakan penyergapan terhadap
seorang anggota Komisi III DPR-RI yang tergabung dalam
lingkaran setan Mad Bulldog. Dengan rencana tersebut, ia
berharap dapat membuat Mad Bulldog keluar dari
sarangnya.
****
Tak terasa, sudah satu jam berlalu. Jenderal Yono
yang sedang beristirahat di atas sofanya itu dikejutkan oleh
suara ponsel yang begitu nyaring. Ia segera memasang
LOST BASTARD 157
earphone-nya dan mengangkat telepon tersebut.
“Kashmir...”
“Jenderal, target sudah bergerak. Ia hanya dijaga
oleh tiga orang pengawal, sesuai dengan rencana,”
“Bagus, berapa waktu yang kupunya?”
“Dengan situasi lalu lintas saat ini, Anda memiliki
waktu sekitar lima belas menit,”
“Kerja bagus, Kashmir. Sekarang keluarlah kau dari
sana,”
“Baik, jenderal,”
Sambungan pun terputus. Jenderal segera bangkit
dari tempat duduknya dan menatap Firman yang masih
berkutat dengan laptop-nya. “Firman...”
“Sudah saatnya, pak?”
“Yep! Bekukan semua kamera sekarang,”
“Siap. Tidak masalah, pak!”
158 BIMA WHYNOT
Firman mengetikkan beberapa baris kode di
komputernya dan mengakhirinya dengan menekan tombol
ENTER. Kode itu memberikan efek luar biasa kepada
seluruh kamera CCTV yang menjadi mata di setiap sudut
hotel. Apa yang terjadi? Semua kamera ‘beku’ dan hanya
menampilkan satu gambar statis. Dengan begitu, Jenderal
Yono dapat bergerak sesukanya tanpa harus khawatir akan
terekam oleh kamera.
“Selesai, pak. Kau bisa bergerak sekarang,” ujar
Firman yakin.
“Bagus sekali...” jenderal mengambil tas jinjingnya.
“Sekarang lakukan tugasmu berikutnya: pastikan tidak ada
orang yang mengikutiku,”
“Siap,” Firman mengiyakan. Ia segera membereskan
peralatannya dan bangkit dari tempat duduknya.
“Sekarang mari hubungi Hariswan...” sambil
berjalan, jenderal mencari kontak Hariswan dan segera
meneleponnya. “Hariswan...”
LOST BASTARD 159
“Ya, pak?”
“Estimasi lima belas menit. Bersiaplah. Aku sedang
bergerak ke atas,”
“Diterima, aku bergerak sekarang,”
“Ah, Hariswan!”
“Apa lagi, jenderal?”
“Berhati-hatilah, keberhasilan operasi ini ditentukan
olehmu,”
“Katakan itu kepada dirimu sendiri. Jika
tembakanmu meleset, semua akan kacau balau. Mad
Bulldog akan meratakan kita dengan tanah,”
“Hehe, baiklah,” jenderal menutup sambungannya.
Ia pun bergegas menuju lantai atas, ke atap hotel tepatnya.
Sementara itu, Firman akan berjaga di bawah untuk
mengawasi setiap orang yang berlalu di sekitar tangga.
Jenderal Yono membuka tas jinjingnya. Rupanya tas
itu menyimpan bagian-bagian senapan yang telah dipisah.
160 BIMA WHYNOT
Ia pun merakit senapan khususnya dan menunggu
mangsanya datang. Matanya sudah bersiap di belakang
teropong pembidik dan jari telunjuknya sudah siap
menekan pelatuk.
Seharusnya tinggal semenit lagi hingga target tiba di
lokasi. Akan tetapi, jenderal belum melihat tanda-tanda
kedatangan sang target. Ia terus mengamati jalan raya,
namun belum terlihat mobil target berlalu. Apakah sang
target mengetahui rencananya? Jenderal mulai waswas.
Tidak. Kekhawatiran jenderal tidak jadi membesar.
Mobil target akhirnya terlihat. Jenderal Yono segera bersiap
dengan senapannya. Ia berniat untuk menembak mobil
yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi tersebut.
“Tenang, Yono. Kau hanya butuh satu peluru, kau hanya
butuh satu peluru,” bisiknya untuk dirinya sendiri.
LOST BASTARD 161
“ZING!” timah panas pun melesat kencang dari
senapan Jenderal Yono. Tidak ada suara letusan, senapan
khusus itu rupanya dirancang dengan supressor4.
“BANG!” peluru itu tepat mengenai kap mobil dan
melubanginya. Sang supir terkejut setengah mati oleh
tembakan tersebut, ia hampir kehilangan kendali mobilnya.
Menyadari adanya bahaya mengintai, ia pun segera
menancap gas untuk meninggalkan lokasi tersebut.
Sayangnya, peluru itu berhasil menghancurkan mesin mobil
sehingga mobil pun mogok.
Di saat yang bersamaan, seorang polisi lalu lintas
yang melintas di belakang mobil sang target juga terkejut
oleh gerakan tiba-tiba yang dilakukan oleh mobil di
depannya. Ia pun berusaha menghindar dan terjatuh dari
motornya.
“Pak, ayo keluar dari sini! Cepat!” seorang pengawal
keluar dari mobil dan berusaha melindungi sang target
4 Peredam suara
162 BIMA WHYNOT
sambil melihat ke arah datangnya tembakan. Tak lama
kemudian, target pun keluar dari mobil didampingi dengan
tiga orang pengawalnya.
Seorang polantas yang baru saja terjatuh berusaha
menolong. Ia bangkit dan membidikkan pistolnya ke atap
hotel. “Pak, cepat lari ke gedung itu! Cepat!” seru sang polisi
sambil menunjuk ke gedung yang berada di seberang hotel.
“BLAM! BLAM!” polisi itu lantas melepaskan
tembakan beberapa kali ke arah datangnya tembakan. Ia
tidak menembak dengan tepat sebenarnya, hanya
memberikan tembakan ancaman kepada sang penembak
jitu yang berada di atap hotel.
“Bodohnya, dengan pistol revolver itu masih
berharap mengenaiku,” bisik Jenderal Yono. Ia pun
membereskan peralatannya dan menyimpannya kembali di
dalam tas jinjing. Tak lama, ia pun pergi.
Semua berjalan sesuai dengan rencana, jenderal pun
turun dan menemui Firman. “Tak ada yang berlalu?”
LOST BASTARD 163
“Ada, satu-dua orang. Tapi mereka tidak curiga,”
bisik Firman.
“Bagus. Setibanya di kamar, hidupkan kembali
semua kamera. Tugas kita sudah selesai,”
“Baik, pak. Bagaimana dengan Hariswan?”
“Heheh, orang sepertinya tak perlu dikhawatirkan,”
Sementara itu, sang target terlihat masih panik.
Kepanikannya itu tentu membuat masyarakat sekitar ikut
resah. Mereka berlari tunggang-langgang dan berteriak-
teriak meminta pertolongan karena takut terkena peluru
nyasar.
Tetapi target tak peduli, ia lebih khawatir dengan
nyawanya. Ia pun akhirnya berlari memasuki gedung
perkantoran yang terletak tepat di seberang hotel. Ia
dikawal oleh tiga orang pengawal resmi dan seorang
polantas yang ikut membantunya melarikan diri dari lokasi
kejadian.
164 BIMA WHYNOT
Sang polantas menuntun orang-orang pemerintahan
tersebut. Hingga akhirnya, tibalah mereka di sebuah lorong
menuju pintu keluar darurat. Begitu tiba di lorong tersebut,
sang polantas segera mengunci pintu dan melepas
helmnya.
“Pak, ke mana lagi ini?!” tanya salah seorang
pengawal panik.
“Ke akhirat,” jawab sang polantas santai.
Sesaat kemudian, polantas tersebut memukulkan
helmnya kepada seluruh pengawal yang menjaga sang
target. Benar-benar tak terduga. Para pengawal yang tak
siap itu langsung berjatuhan dalam sekejap mata. Pingsan.
Begitupun dengan sang target, ia berhasil dijatuhkan meski
tak sampai pingsan.
Seorang pengawal yang masih sadar segera
mengeluarkan pistolnya dan berusaha menembakkannya
ke arah sang polantas. Tetapi, polantas itu bukan orang
LOST BASTARD 165
biasa. Ia segera melucuti senjata sang pengawal dan
menumbukkan kepalanya ke dinding hingga pingsan.
Kini tersisa sang target yang masih berusaha bangkit
dan melawan. “WUSH!” ia melayangkan tinjunya kepada
polisi misterius tersebut, namun berhasil dihindari. Polantas
itu melawan balik, ia melepaskan tinjunya beberapa kali
kepada sang target kemudian membantingnya ke atas ubin.
“BRUGH!” terdengar jelas bunyi punggung sang
target membentur ubin. Tak puas dengan serangan
tersebut, sang polantas kembali mengambil helmnya dan
membantingnya tepat di atas lutut sang target.
“AAAAA!” target berteriak sangat keras, tempurung
lututnya sepertinya bergeser karena serangan sang
polantas. Ia pun menghujat dan mengutuk perbuatan si
polisi berkali-kali, kata-kata kasar pun keluar dari mulutnya
begitu lancar, seperti muntah.
Polantas itu tak peduli, ia kemudian menginjak
tangan sang target dan menggenggam tempurung
166 BIMA WHYNOT
kepalanya. “Hei, lihat kemari! Lihat kemari! Kau bisa
dituntut karena menghina aparat keamanan. Jangan
lakukan itu, kasihan mamamu di rumah,” ujar polisi
misterius tersebut.
“Aaaagh! Aku tidak peduli! Bangsat!”
“Heheheh, menyenangkan sekali bisa menangkap
salah satu orang kepercayaan Mad Bulldog yang duduk di
kursi DPR,”
“Aku takkan memberitahu apapun tentang Mad
Bulldog. Lagipula, aparat yang asli akan datang kemari! Kau
akan mati, Hariswan! Mati!”
Hariswan. Rupanya polantas itu adalah Hariswan. Ia
sengaja menyamar agar bisa mendekati sang target.
Wajahnya memang berubah, apalagi ia menggunakan
kumis dan jambang palsu. Jika dilihat dari jauh, ia sama
sekali tak tampak seperti Hariswan.
“Aku ke sini bukan untuk menanyai di mana Mad
Bulldog. Aku ke sini untuk menanyai siapa saja anak buah
LOST BASTARD 167
Mad Bulldog yang berada di kursi pemerintahan selain
dirimu. Paling tidak tiga orang saja kau sebutkan,”
“Cium pantatku, Hariswan!”
“Ah, baiklah. Kau tidak mau memberitahuku.
Lagipula itu hanya pertanyaan opsional,” Hariswan
kemudian memegangi tengkuk sang target.
“K-kau mau apa?!”
“Membunuhmu ‘lah! Apa lagi? Kau pikir aku di sini
untuk menanyai merek kolormu?” Hariswan mulai menekan
tengkuk sang target.
“A-ah! Baik! Baik! Bowo Margana, David Silalahi, dan
Pandu Wiryono! Aku sudah beritahu, jangan bunuh... aku
punya anak dan istri di rumah,”
“Bagus,” Hariswan melonggarkan cengkeramannya.
“Siapa mereka? Apa tugas mereka? Dan apa rencana Mad
Bulldog?”
168 BIMA WHYNOT
“M-mereka menjadi pemain utama Mad Bulldog di
kursi pemerintahan. Siapapun yang terpilih menjadi
pemimpin negara Indonesia harus berlandaskan ideologi
yang dibawa oleh Mad Bulldog, itulah mengapa mereka ada
di sana,”
“Satu pertanyaan lagi, siapa yang membunuh
Jenderal Permana dan teman-temannya beberapa minggu
lalu? Benarkah polisi dan Densus AT-13 yang
melakukannya?”
Pria itu tak menjawab, ia ragu menjawabnya.
Tampaknya ia menyembunyikan sesuatu dari peristiwa
besar tersebut.
Tak lama kemudian, terdengar sekelompok orang
berlari mendekati posisi Hariswan dan sang target. Waktu
yang dibutuhkan untuk interogasi tinggal sedikit, tersisa
satu pertanyaan belum terjawab.
“Aku tidak punya banyak waktu, keparat. Siapa yang
membunuh Jenderal Permana atau aku buru anak dan
LOST BASTARD 169
istrimu sekarang!” seru Hariswan sambil mencengkram
leher sang target.
“Kau sudah tahu siapa orangnya, Hariswan…” jawab
sang pria luruh.
“Mad Bulldog? Kolonel Syamsul Arif?”
Pria itu mengangguk perlahan.
“JAWAB!”
“Y-ya…”
“Bagus, terima kasih atas waktumu, semua
ocehanmu sudah kurekam. Jadi, kau bisa tidur nyenyak
sekarang,” Hariswan menarik kepala sang target dan
membenturkannya ke ubin. Target pun pingsan seketika.
Tak lama kemudian, datang segerombolan orang
yang berniat menyelidiki lokasi pelarian Hariswan dan sang
target. Begitu tiba di depan pintu lorong, mereka terkejut
melihat anggota Komisi III DPR-RI terbaring lemah di atas
lantai ditemani oleh seorang berseragam polisi. Pria
170 BIMA WHYNOT
pemerintahan itu terlihat tak sadarkan diri sementara sang
polisi justru bangkit dengan tenang.
Melihat keganjilan tersebut, para penyelidik pun
panik dan berusaha membuka pintu besi yang menghalangi
mereka. Sayangnya, pintu tersebut terkunci rapat dan
sangat sulit untuk didobrak.
Hariswan melirik ke arah pintu dan tertawa
mengolok. Ia puas karena tak ada yang bisa menembus
pertahanannya. Ia pun melenggang santai meninggalkan
lorong dan semua lawannya yang tak sadarkan diri.
Hari itu, Hariswan membawa oleh-oleh yang besar:
hasil interogasi salah satu pion Mad Bulldog.
****
Tiga hari setelah operasi rahasia Jenderal Yono dan
Hariswan berjalan mulus, berita mengenai ‘borok’ Mad
Bulldog mulai tersebar ke khalayak umum. Jenderal Yono
LOST BASTARD 171
menyebarkan rekaman tersebut ke seluruh media dan
mereka menyiarkannya sebagai berita utama.
Rakyat Indonesia kembali dilanda oleh kebingungan.
Pertama, mereka berhasil dihipnotis oleh penyataan Kapolri
bahwa Jenderal Permana merupakan aktor utama
pemberontakan terhadap presiden. Kini, mereka
mendengar versi lain yang menyebutkan bahwa Kolonel
Syamsul Arif alias Mad Bulldog merupakan dalang di balik
kekacauan yang terjadi beberapa bulan belakangan,
termasuk pembunuhan presiden.
Rasa percaya rakyat mulai goyah, mereka pun
sedikit demi sedikit mulai mengabaikan kasus ini dan
menganggapnya sebagai ‘permainan elit politik’. Tidak
masalah, Jenderal Yono memang tidak berencana untuk
membuat rakyat percaya, tetapi ia hendak membuat
masyarakat menjadi bersikap netral atas kasus ini. Ia ingin
urusannya dengan Mad Bulldog bersifat pribadi dan tidak
melibatkan rakyat.
172 BIMA WHYNOT
Kapolri bingung dan berusaha menutup-nutupi hal
ini. Ia tak ingin citra kepolisian menjadi buruk karena
dianggap sebagai alat konspirasi. Sesungguhnya, ia sendiri
sulit mempercayai bahwa Mad Bulldog adalah dalang di
balik semua kekacauan, karena menurut intel kepolisian,
Kolonel Syamsul alias Mad Bulldog telah berstatus K.I.A5.
Di tempat lain, Mad Bulldog duduk bertopang dagu
di belakang meja kerjanya, matanya fokus menatap layar
televisi. Ada sedikit perasaan tidak percaya atas peristiwa
yang baru saja menimpa anak buahnya—seorang anggota
Komisi III DPR-RI. Ia semakin sadar bahwa Hariswan bukan
perkara kecil, mantan prajurit baret jingga itu telah
membuat namanya kembali mencuat di semua media.
Tak ingin mendengar namanya disebut lebih
banyak, Mad Bulldog mematikan televisinya. Ia kemudian
memanggil salah satu anak buahnya, Toni. “Toni,
kemarilah. Aku perlu bicara denganmu,” ujarnya melalui
mikropon.
5 Killed In Action
LOST BASTARD 173
Tak lama kemudian, anak buah yang bernama Toni
tersebut masuk ke dalam ruangan Mad Bulldog. “Bos, kau
memanggilku?”
“Ya, aku memanggilmu. Apa suaraku kurang jelas?”
“J-jelas, bos…”
“Bagus. Kau sudah menonton berita?”
“Sudah, bos. A-aku pikir kita ketahuan, bos.
Hariswan melebihi perkiraan kita,”
“Benar, aku jadi semakin yakin bahwa Hariswan
bukan kecoak seperti Jenderal Permana dan teman-
temannya. Orang ini ahli bertempur dan bertahan hidup,
seluruh aparat keamanan sudah mencarinya tetapi tak ada
hasil. Kau bisa bayangkan itu?”
“Tentu, kolonel. M-mohon maaf sebelumnya,
bukankah aku sudah pernah memperingatkanmu soal
Hariswan? Kami semua mengkhawatirkannya dan kau tetap
mengatakan bahwa semua sesuai dengan rencana,”
174 BIMA WHYNOT
“Benar, Toni. Kita memang tidak perlu terlalu
mengkhawatirkannya,” Mad Bulldog berdiri dari tempat
duduknya, ia kembali menyatakan pendiriannya tentang
Hariswan. “Sebenarnya aku memanggilmu ke sini hanya
untuk menanyakanmu suatu hal: ingatkah kau terhadap
pistol revolver yang waku itu kuberikan kepadamu sebagai
simbol untuk menghabisi Hariswan?”
“A-aku ingat, bos… tetapi rencana cadangan untuk
mengalihkan Hariswan kepada agen CIA membuatku harus
menunda pelaksanaan eksekusi terhadapnya,”
“Ya, tetapi rencana cadangan itu sudah berlalu dan
awalnya kupikir aparat keamanan bisa melakukan tugasnya
dengan efektif. Rupanya mereka tidak bisa diandalkan. Jadi,
simbol itu kuaktifkan kembali. Aku percayakan nyawa
Hariswan kepadamu: bunuh dia,”
“Baik, bos. Segera kuatasi,” Toni segera berbalik
arah menuju pintu.
“Eits! Tunggu sebentar, aku belum selesai bicara,”
LOST BASTARD 175
“Ah, maaf, bos…”
Mad Bulldog tertawa, ia kemudian mengajak Toni
bersantai di mejanya sambil menikmati secangkir teh
hangat. Mungkin ia hendak menyampaikan beberapa
wejangan kepada Toni sebelum melumatkan Hariswan,
karena lawannya ini benar-benar bukan orang biasa.
****
Menanggapi rekaman misterius yang disebarkan
Jenderal Yono kepada media membuat Presiden Yarisman
kebingungan. Ia merasa malu, citranya dirusak oleh sebuah
berita yang ‘plin-plan’; beberapa waktu lalu dikatakan
Jenderal Permana adalah dalang kekacauan, kini muncul
bukti rekaman yang menunjukkan bahwa Kolonel Syamsul
adalah dalang yang sebenarnya.
Rakyat dapat memaklumi hal tersebut, tetapi
mereka telah terlanjur menganggap sang presiden sebagai
orang plin-plan yang tidak punya pendirian. Akhirnya,
176 BIMA WHYNOT
kepercayaan rakyat pun menurun, lagipula mereka sudah
bosan mendengar dongeng-dongeng politik yang hanya
bermuara pada lautan kekuasaan.
Takut kebijaksanaannya hilang, presiden pun
memerintahkan seluruh dinas intelijen untuk menyelidiki
kasus ini dengan cermat dan tepat. Ia tak ingin salah orang
lagi, ia tak ingin dianggap plin-plan lagi. Perintah untuk
mewaspadai intel palsu juga diperketat, presiden curiga ada
orang-orang yang sering menyebarkan intel palsu sehingga
pemerintah terkecoh dengan taktik si pelaku kejahatan.
Lima hari kemudian, unit Sandi Yudha berhasil
menginterupsi intel palsu yang akan diteruskan kepada
Kapolri. Mereka segera menangkap sang pelaku dan
menyerahkannya kepada pihak intelijen kepolisian untuk
diinterogasi. Dari hasil interogasi, didapatlah nama Rasyid
alias Syamsul Arif alias Mad Bulldog, mantan anggota
Kostrad yang sangat jenius sekaligus pengatur strategi yang
andal.
LOST BASTARD 177
Tetapi, presiden tak mau cepat percaya. Ia kembali
meminta semua elemen intelijen untuk memeriksa apakah
Mad Bulldog benar-benar terkait dengan kekacauan yang
terjadi. Seluruh badan intelijen mengonfirmasi hal tersebut
secara serentak. Terang saja hal itu membuat presiden
akhirnya mengambil tindakan: buru Mad Bulldog dan
semua kroconya.
Dan dimulailah perburuan terhadap Mad Bulldog.
TNI dan kepolisian bekerjasama untuk menangkap mantan
prajurit jenius tersebut, tak peduli hidup atau mati. Mereka
tahu Mad Bulldog bukan lawan sepele. Meskipun kekuatan
pasukannya tidak sampai satu batalion, tetapi Mad Bulldog
masih ditakuti karena kecerdikannya. Selain itu, ia juga
mantan eksekutor alias pembunuh yang sering bertugas
dalam operasi black ops.
Presiden Yarisman kemudian naik mimbar dan
menyampaikan pidatonya mengenai kekacauan yang sudah
terjadi hampir tiga bulan lamanya. Ia mengucapkan
belasungkawa terhadap keluarga korban bus Transjakarta,
178 BIMA WHYNOT
keluarga almarhum presiden, dan mengucapkan
permintaan maaf kepada pihak yang dirugikan akibat
keputusannya. Tentu maksudnya adalah Hariswan—ia tak
mau menyebutkannya secara gamblang, tetapi maksudnya
bisa terlihat dari rangkaian pidato yang ia bacakan.
Dua hari setelah deklarasi perang terhadap Mad
Bulldog, Densus AT-13 akhirnya membawa hasil: mayat
Mad Bulldog. Luar biasa, mereka hanya butuh dua hari
untuk meringkus seorang prajurit jenius. Mereka bahkan tak
malu memperlihatkan mayat Mad Bulldog ke hadapan
publik—melalui media tentunya.
Puas dengan hasil yang Densus AT-13 bawakan,
presiden pun memberikan penghargaan kepada seluruh
elemen aparat yang turut serta dalam mengungkap
kebenaran, khususnya orang-orang Densus AT-13 yang
membunuh Mad Bulldog. Sehari setelahnya, ia pun
menutup kasus Mad Bulldog dan dianggap sudah selesai.
Lalu, bagaimana tanggapan rakyat? Mereka biasa-
biasa saja, tidak begitu peduli dengan kisah heroik Densus
LOST BASTARD 179
AT-13 yang baru saja terjadi. Rakyat sesungguhnya
bingung, siapa yang salah dalam kasus ini; Amerika?
Presiden Yarisman? Mad Bulldog? Atau Hariswan?
Daripada bingung, akhirnya mereka kembali kepada
prinsip dasar: semua yang terjadi di sebuah negara pada
dasarnya telah diridoi oleh negara (pemerintah). Dengan
pemahaman itu, mereka mengambil jalan yang paling
mudah: menyalahkan pemerintah. Siapa lagi yang bisa
disalahkan kalau akarnya bukan dari pemerintah?
Sementara itu di tempat lain, Jenderal Yono dan
kedua ajudannya—Kashmir dan Firman—serta Hariswan
asik memperhatikan layar televisi. Mereka bukan menonton
pertandingan sepakbola, akan tetapi mereka terhenyak
dengan berita bahwa Mad Bulldog telah tewas di tangan
Densus AT-13.
“Aku tidak percaya ini…” gumam Jenderal Yono.
“Orang yang mengenalnya dengan baik pasti takkan
percaya. Dia bukan orang yang mudah dikalahkan seperti
180 BIMA WHYNOT
itu. Memangnya dia kecoak selokan yang bisa diinjak
kemudian mati?” Hariswan menyampaikan opininya.
Senada dengan jenderal, ia pun tak percaya jika Mad
Bulldog mati.
“Tetapi, bagaimana cara kita membuktikan bahwa
Mad Bulldog memang belum mati?” Firman bertanya
heran.
“Menunggu. Ia akan muncul dengan sendirinya. Aku
sendiri terkejut ketika melihat ia masih hidup saat aku
bekerja dengan Jenderal Permana. Katanya ia mati
dimutilasi, tetapi buktinya masih utuh. Tidak mungkin ada
orang yang memasang super glue padanya, bukan?”
Firman dan Kashmir tertawa.
“Ssssh!” tetapi Hariswan segera menyela tawa kedua
ajudan Jenderal Yono tersebut. “Matikan televisinya atau
matikan saja suaranya,”
“Eh, ada apa?” Jenderal Yono berpikir sejenak. Ia
kemudian mematikan televisinya.
LOST BASTARD 181
“Kau tak dengar itu, jenderal?”
“Dengar apa? Aku tidak mendengar apa-apa,”
jenderal mengernyitkan keningnya.
“Ya justru itu maksudku. Kenapa tiba-tiba hening
sekali di luar?”
Semuanya terdiam. Seketika itu mereka tersadar
ada sesuatu yang tidak beres.
“Sialan, kenapa harus di rumahku?!” bisik jenderal
gelisah. “Kashmir, bawa Bu Anya dan anak-anak ke ruang
bawah tanah. Firman, ambil senapanku,”
“Baik, pak,” kedua ajudan itu langsung bergegas
pergi.
“Apa ini ulah Mad Bulldog, Hariswan?”
“Sudah kubilang ia akan muncul dengan sendirinya.
Ia pasti memalsukan kematiannya agar gerakannya lebih
leluasa untuk menghabisi kita,” ucap Hariswan sambil
menelisik keluar jendela. “Sepertinya kita akan kedatangan
182 BIMA WHYNOT
gerombolan gajah mengamuk. Matikan lampu jenderal,
semuanya! Matikan saja sekringnya agar listrik padam
total,”
“Kau gila? Keluargaku bagaimana? Mereka akan
kepanasan di ruang bawah tanah dan akan gelap sekali di
bawah sana,”
“Kita tidak punya waktu untuk mematikan lampu
satu persatu untuk rumah sebesar ini. Cepat kerjakan atau
kau mau keluargamu ikut berperang? Terserah kau sajalah,
tetapi jangan salahkan aku jika mereka diberondong
senapan,”
“Sial, baiklah. Ini kesekian kalinya aku diperintah
oleh prajurit dengan pangkat lebih rendah dariku,” jawab
jenderal sambil bergegas untuk mematikan sekring.
“Kita sudah bukan tentara, kau masih saja berbicara
soal kasta,” bisik Hariswan.
Tak lama kemudian, listrik di rumah Jenderal Yono
padam total. Keluarga jenderal tetap berlindung di bawah
LOST BASTARD 183
tanah dikawal oleh Kashmir. Mereka terlihat sedikit
paranoid, namun mereka tak punya pilihan lain. Meski
hanya ditemani oleh lampu senter dan kipas angin baterai,
namun setidaknya mereka aman di bawah tanah.
“Jenderal, ini senapanmu!” sahut Firman
memberikan senapan shotgun kepada Jenderal Yono.
“Terima kasih. Kau juga, persenjatai dirimu! Jangan
sisakan siapapun yang masuk ke dalam rumah ini,”
“Siap, jenderal!”
Hariswan menghampiri jenderal dari ruangan lain.
Wajahnya tampak gelisah. “Jenderal, jumlah mereka ada
banyak dan akan mengepung kita dari segala arah. Itu
artinya kita harus berpencar dan manfaatkan kegelapan
untuk mengecoh lawan. Jika satu orang bisa membunuh
dua puluh, itu akan sangat bagus,”
“Apa kau bilang—” belum sempat menyelesaikan
kata-katanya, tiba-tiba timah panas melesat kencang
184 BIMA WHYNOT
menembus jendela rumah. Jenderal Yono segera
menghentakkan kepalanya karena terkejut.
“RATATATATA!” sesaat kemudian, lingkungan
rumah jenderal yang sunyi berubah menjadi arena
kegaduhan. Puluhan orang muncul dari balik kegelapan dan
memberondong rumah jenderal dengan senapan mesin.
Peluru-peluru berkaliber besar dengan mudah
menembus dinding dan jendela rumah, benda-benda di
dalam rumah pun hancur seketika. Menghadapi kekacauan
itu, Jenderal Yono segera memerintahkan semuanya untuk
tiarap. Ia, Hariswan, dan Firman berbaring telungkup
menghindari ratusan timah panas yang melesat hebat.
“Bergerak! Semuanya bergerak! Kalau diam di sini
kita bisa mati!” tambah Hariswan memberi perintah. Ia pun
merayap seperti cicak sementara benda-benda kecil
beterbangan di atasnya akibat hentakan peluru. Berisik
sekali mendengar suara tembakan dan benturan yang
dihasilkannya.
LOST BASTARD 185
Begitupun dengan Jenderal Yono dan Firman,
mereka merayap ke arah yang berlainan. Meski dengan
susah payah, namun mereka berhasil mencapai titik terjauh
dari tembakan. Setidaknya mereka aman untuk saat itu.
Tak lama kemudian, aksi tembak-menembak pun
berhenti. Sambil terengah-engah, Hariswan mencoba
memperhatikan keganjilan yang terjadi. Ia mencoba
menelisik keluar jendela.
“Hei, Hariswan! Mengapa mereka berhenti?!” tanya
jenderal dari kejauhan.
Hariswan tak menjawab, ia tetap mencoba
mengintip keluar jendela.
“Hei! Hariswan! Kau tidak apa-apa?!”
Tiba-tiba, mata Hariswan membesar. Ia baru saja
melihat sesuatu yang mencengangkan. “Bangkai! TIARAP
SEMUANYA! TIARAP! Grenade launcher!” Hariswan kembali
tiarap dan merayap cepat ke tempat yang lebih aman.
186 BIMA WHYNOT
“PANG!” para prajurit misterius itupun melontarkan
granatnya masing-masing ke rumah jenderal. “KABOOM!”
berkali-kali suara ledakan menggelegar di dalam rumah dan
menghancurkan harta benda jenderal. Rumah mewah
itupun berubah menjadi kapal pecah.
“Serbu sekarang,” ujar seorang pria tenang. Ia
tampak berbeda dengan prajurit lainnya; ia hanya berbekal
pistol revolver sementara teman-temannya membawa
senapan serbu.
“Terkutuk…” bisik Hariswan sambil menyingkirkan
pecahan benda-benda kecil dari tubuhnya. Ia pun
berjongkok dan memperhatikan keadaan sekitar,
konsentrasinya masih goyah akibat suara bising yang
menyengat telinganya.
“BRAK!” tiba-tiba saja sekelompok orang
menerobos masuk ke dalam rumah dari pintu depan dan
belakang. Wujud pertama yang mereka lihat adalah
Hariswan yang sedang berjongkok; mereka pun tanpa ragu
memuntahkan beberapa butir peluru kepadanya.
LOST BASTARD 187
Sayangnya, Hariswan tanggap dengan serangan
tersebut, ia segera berlari menghindari tembakan. Badan
dan kakinya tergores, namun tidak menimbulkan luka fatal.
Ia berhasil selamat dari serangan mendadak tersebut dan
menghilang secara tiba-tiba dari pandangan para prajurit
misterius.
Para prajurit itu kebingungan, salah satu dari mereka
kemudian memberikan isyarat untuk berpencar. Mereka
pun berpencar. Anehnya, mereka juga tidak menemukan
Jenderal Yono dan Firman, menghilang ke mana mereka?
Di tengah pencarian, mereka dikejutkan dengan
sosok bertubuh agak gempal dan tegap muncul dari sudut
ruangan—Jenderal Yono, tentu saja. “BLAM!” ia
memuntahkan peluru shotgun-nya kepada para prajurit
yang tak siap dengan kehadirannya. Jenderal
memenangkan pertarunagn kecil tersebut.
Mendengar suara tembakan shotgun, prajurit lain
terpancing. Mereka pun bergerak ke sumber suara tanpa
mengindahkan situasi di sekitarnya. Di saat itulah Hariswan
188 BIMA WHYNOT
dan Firman beraksi; Hariswan menembaki mereka dengan
serangan jarak dekat, sedangkan Firman menembaki para
prajurit dari tempat persembunyiannya.
Aksi koboi tak bisa terhindarkan, tembakan demi
tembakan silih berganti meletus dari satu pihak ke pihak
yang lain. Keadaan rumah benar-benar sangat ribut, bahkan
Bu Anya—istri Jenderal Yono—yang berlindung di ruangan
bawah tanah sampai berteriak histeris karena paranoid
dengan peperangan di lantai atas.
Keberadaan Hariswan sangat membantu di sana;
dengan keahliannya bertarung jarak dekat, ia memukuli dan
menembaki para prajurit dari jarak yang tak mungkin dapat
dihindari lawan. Hingga akhirnya seorang prajurit berhasil
menyentak tangan Hariswan dengan gagang senapannya.
Pistol yang berada di genggaman Hariswan pun terlepas.
Akan tetapi, Hariswan tak gentar. Begitu sang lawan
hendak menghantam wajahnya dengan badan senapan, ia
merunduk dan meninju bagian-bagian vital lawannya
LOST BASTARD 189
hingga lengah. Ia pun mengakhiri nyawa sang prajurit
dengan memutar lehernya.
Namun, serangan lain datang. Teman-teman sang
prajurit tampaknya hendak mengikuti cara yang sama;
menyerang Hariswan dari jarak dekat, tetapi kali ini mereka
maju secara bersamaan. Mereka berharap serangan itu
akan efektif.
Namun, harapan hanya sebatas harapan. Mereka
sesungguhnya telah meremehkan kemampuan pria yang
dijuluki Lost Bastard tersebut. Hariswan merenggut pisau
dari prajurit yang telah mati dan membantai seluruh prajurit
yang menghampirinya.
“BLAM! BLAM!” usai mengirim beberapa prajurit ke
neraka, Hariswan akhirnya bertatap muka dengan pria
misterius yang membawa pistol revolver. Ia memuntahkan
tembakan kepada Hariswan, namun berhasil dihindari
olehnya.
190 BIMA WHYNOT
Hariswan bersembunyi di balik dinding dan itu
membuat sang pria kesal. Akhirnya, ia pun mengambil
granat dan melemparkannya ke tempat Hariswan
bersembunyi.
“Ah, setan!” bisik Hariswan sesaat setelah melihat
granat bergulir di sampingnya. Ia segera berlari tergesa-
gesa menghindari granat yang akan meledak. “KABOOM!”
tetapi apa daya? Meski sudah berusaha menghindar, namun
ia tetap terkena dampak ledakannya; ia terpental dan
menabrak tembok.
“Ugh!”Hariswan mencoba bangkit, ia tak boleh
lengah meskipun sejenak. Ia mendengar langkah kaki
menuju ke tempatnya, sudah pasti sang pria revolver itu
hendak memastikan kematiannya. Akhirnya, ia bangkit dan
berlari agak sempoyongan menghampiri sumber suara.
“BLAM!” sang pria melepaskan tembakan, namun
Hariswan muncul di saat yang tepat; ia menyentak tangan
sang pria hingga pistolnya terlempar. Sesaat kemudian,
terjadilah baku hantam yang cukup sengit diantara
LOST BASTARD 191
keduanya, akan tetapi sang pria berhasil mengungguli
Hariswan.
“BRAK!” pria misterius itu menendang Hariswan
hingga terpental ke rak buku. Hariswan lengah, ia masih
pusing akibat ledakan granat yang baru saja terjadi. Situasi
tersebut segera dimanfaatkan lawannya, sang pria
mengambil pisau dari sarungnya dan menghunuskannya ke
arah Hariswan. Keduanya pun bergerak lambat
mempelajari gerakan masing-masing.
Perkelahian kembali terjadi. Sang pria berkali-kali
berusaha menebaskan pisaunya kepada Hariswan, namun
tak ada yang kena. Justru Hariswan bisa membalas
serangan dengan beberapa pukulan dan tendangan. Hidung
dan mulut sang pria pun berdarah akibat serangan-
serangan yang dilayangkan Hariswan.
Akhirnya, tibalah pada klimaks pertarungan. Pria
misterius tersebut kembali mencoba menghujamkan mata
pisaunya ke wajah Hariswan, tetapi Hariswan segera
merunduk dan mengambil vas bunga yang berada di
192 BIMA WHYNOT
sampingnya. “PRAAANG!” tanpa ragu ia segera
menghantamkan vas itu ke wajah sang pria.
“AAAAH!” sang pria mengerang kesakitan. Hariswan
tak peduli, ia kembali menyerang sang pria dan melucuti
pisaunya. Kemudian, ia segera menendang sisi lutut sang
pria hingga membuatnya goyah dan terjatuh. Di saat itulah
Hariswan memukulinya bertubi-tubi, tanpa ampun.
Pria misterius itu terbaring luruh dengan lebam di
sekujur tubuhnya. Hariswan menyudahi serangan brutalnya
dan bangkit perlahan. Ia kemudian berjalan menjauhi sang
pria sambil membungkuk—tampaknya ia hendak
mengambil sesuatu di atas ubin. Benar saja, ia mengambil
pistol revolver milik sang pria. Masih ada satu peluru tersisa
di dalamnya, setidaknya itu cukup untuk menghabisi nyawa
pemiliknya sendiri.
Hariswan mengarahkan moncong pistol tersebut
kepada sang pria. “Aku hanya akan bertanya sekali setelah
itu kau boleh pergi: kalian yang membunuh Jenderal
Permana dan Briptu Marhsa ‘kan?”
LOST BASTARD 193
“B-bangsat kau…”
“BLAM!” tanpa berpikir panjang, Hariswan langsung
menepati ucapannya untuk membuat sang pria ‘pergi’. Ia
kemudian melempar pistol itu di samping pemiliknya.
Situasi tampaknya mulai terkendali, Hariswan tak
mendengar suara tembak-menembak lagi. Tetapi, di mana
Jenderal Yono dan Firman? Mereka juga sudah tak
terdengar lagi. Ada sedikit perasaan khawatir di dalam hati
Hariswan, bisa saja keduanya mati dikeroyok orang-orang
bersenjata tersebut.
Sebelum meninggalkan jasad musuhnya, Hariswan
menggeledah seluruh perlengkapan yang berada di
kantong sang jenazah. Ia menemukan sebuah ponsel—
bukan smartphone, tetapi sepertinya menyimpan banyak
data rahasia. Benar saja, ada kontak bernama ‘Bos’ pada
ponsel tersebut. Tanpa pikir panjang, Hariswan segera
menghubunginya.
194 BIMA WHYNOT
Seseorang mengangkat telepon, tetapi masih belum
jelas identitasnya. “Toni, beri aku laporan yang
menyenangkan,” sepertinya Mad Bulldog, siapa lagi yang
memiliki anak buah bernama Toni?
“Mereka mati, bos…”
“Bagus, sekali mendayung dua pulau terlampaui.
Bawa jasad mereka berdua kemari,”
“Berdua? Bukankah kau mengirim puluhan orang ke
sini, kolonel?”
Pria di balik telepon itu sejenak terdiam. “Aaaah…
Lost Bastard. Kupikir kau sudah mati,”
“Sama, kupikir kau juga sudah mati. Seluruh televisi
nasional memberitakan kematianmu,”
“Hahaha, bagaimana? Sandiwaraku berhasil, bukan?
Mereka lupa jika aku ikut berinvestasi saat Densus AT-13
didirikan,”
LOST BASTARD 195
“Hmph, silakan kau berbangga diri atas prestasi
yang telah kau raih sampai sejauh ini. Tetapi, aku tetap
akan memburumu, Mad Bulldog! Kau benar-benar akan
kupotong menjadi dua belas bagian,”
“Eww, aku takut sekali, nak. Hahaha. Atas dasar apa
kau memburuku? Kau tahu bahwa rencanaku
menggulingkan presiden adalah keputusan yang tepat.
Tinggal beberapa bulan lagi negara ini akan berada dalam
kuasaku sepenuhnya dan akan kukebiri hak-hak barat di
Indonesia. Bukankah ini adalah cita-cita nenek moyang kita,
Hariswan?”
“Diam kau! Aku tidak tertarik membunuhmu karena
rencanamu menguasai Indonesia; masa bodoh kau mau jadi
raja atau presiden atau Fir’aun sekalipun di negara ini.
Tetapi ingatlah, aku akan membunuhmu karena darah
orang sipil yang kau tumpahkan dan darah BRIPTU
MARSHA!” bentak Hariswan.
“Fufufu, jadi kau memburuku karena dendam, bukan
begitu? Karena cinta? Ahahaha. Silakan saja, kawan. Tetapi,
196 BIMA WHYNOT
bukankah kau ingin tahu mengapa aku membunuh
mereka?”
Hariswan terdiam.
“Hahaha, kehabisan kata-kata, kapten? Datanglah
padaku, akan kuceritakan semuanya kepadamu… sebelum
aku meledakkan kepalamu tentunya,”
“Tak perlu kau perintah, aku pasti mendatangimu,
kolonel…”
“Mari bertemu kembali, Lost Bastard. Akan
kusiapkan beberapa kejutan untukmu. Kita lihat siapa yang
akan mati kelak,” tutup Mad Bulldog dengan tawanya yang
menyebalkan. Ia pun memutuskan sambungan teleponnya.
Hariswan mengantongi telepon genggam tersebut
dan menoleh ke belakang. Ia mendapati Jenderal Yono
bersandar di dinding dengan napas yang tersengal-sengal.
“Apa kau baru saja menelepon si anjing Mad
Bulldog?” tanya jenderal.
LOST BASTARD 197
“Ya, kupikir kita bisa melacak keberadaannya
dengan meneleponnya. Kau tidak apa-apa, jenderal?”jawab
Hariswan sambil menopang tubuh jenderal.
“Ah, hanya luka kecil. Aku tertembak di paha, sama
sekali bukan perkara besar,”
“Mad Bulldog takkan berdiam diri setelah hari ini. Ia
akan memburu kita habis-habisan. Jadi, sebelum ia
membuat kita terpojok, kita harus menemuinya terlebih
dahulu. Aku butuh Firman untuk melacak keberadaan Mad
Bulldog dari ponsel yang baru saja kucuri,”
“Tidak bisa, Firman sekarat…”
“Apa?”
“Ia ada di dapur, lukanya sedang ditangani oleh
Kashmir. Ia terluka sangat parah, lambung kanannya
terkena peluru kaliber 50,”
“Ah, sial…” bisik Hariswan penuh rasa sesal.
“Bagaimana dengan istri dan anak-anakmu?”
198 BIMA WHYNOT
“Mereka selamat, terima kasih kepada Kashmir
karena telah menjaga mereka selama di ruang bawah
tanah,”
“Kita harus bergerak cepat, tetapi bagaimana
caranya? Kau punya kenalan orang intelijen yang bisa
meretas lokasi telepon?”
“Tentu saja ada, tetapi itu butuh waktu. Kau pikir
Mad Bulldog akan menggunakan nomor yang sama dan
berdiam diri di tempat yang sama? Ingat, ia adalah ‘orang
mati’ sekarang, ia pasti akan nomaden,”
“Jadi, kita biarkan ia datang kepada kita?”
“Ya, hanya itu caranya. Tetapi aku memiliki satu
strategi dimana kita bisa mengetahui lokasi Mad Bulldog
tanpa harus melacak nomornya,”
“Katakan maksudmu,”
“Dia pasti muak denganmu, kapten. Setelah
kejadian hari ini, ia pasti akan memanggil orang terbaiknya.
Dan sudah menjadi rahasia umum bahwa orang terbaik
LOST BASTARD 199
pasti akan bertemu EMPAT MATA dengan atasannya
sebelum beraksi. Itu artinya—”
“Fufu!” Hariswan menyela dengan tawanya. “Oke,
aku mengerti maksudmu, jenderal. Usulan bagus…”
Di tempat lain, Mad Bulldog terlihat gelisah. Ia
kemudian membanting ponselnya dan menginjaknya
samapi hancur berkeping-keping. Dua orang anak buah
Mad Bulldog yang berjaga di dalam ruangan ketakutan
melihat bos mereka kecewa, mereka tak berani menatap ke
arah Mad Bulldog, tertunduk saja seperti padi.
Sesaat kemudian, Mad Bulldog menatap salah satu
anak buahnya tersebut. “Hei, kau. Pinjamkan ponselmu
kepadaku,”
“A-aku, bos?”
“Ya! Kau! Siapa lagi?! Kemari dan berikan
ponselmu!” Mad Bulldog geram.
200 BIMA WHYNOT
Bawahan itu segera menghampiri Mad Bulldog dan
menyerahkan ponselnya. Ia tak mengatakan sepatah kata
pun, tangannya sedikit gemetar karena gentar.
“Mari kita hubungi T-Rex. Setan kecil Hariswan itu
tampaknya harus berhadapan dengan pemangsa yang
sebenarnya,”
Jauh dari sana, tampak seorang pria berwajah dingin
tengah berdiri di hadapan seorang lelaki bule yang terikat di
sebuah kursi. Pria bule itu tampak ketakutan, wajahnya
sudah penuh lebam dan darah, namun sayangnya ia tidak
bisa berteriak karena mulutnya disumpal oleh gumpalan
kain. Pria yang berada di hadapannya pun tertawa
mengolok.
Tiba-tiba, ponsel sang pria berdering. Ia pun
mengangkat telepon tersebut. “Siapa ini?” tanyanya dingin.
“Datanglah besok ke Kafe Moonwalk pukul sembilan
pagi. Ada tugas penting,” ujar seseorang di balik panggilan
telepon tersebut.
LOST BASTARD 201
“Bos? Lama tak jumpa. Bagaimana rencanamu
menguasai Indonesia?”
“Rencana berjalan mulus, tetapi ada satu kecoak
yang harus kubereskan. Ia bekas petarung Paskhas dan aku
tak punya waktu untuk melayaninya. Kau tahu aku
membutuhkanmu jika aku sampai memintamu bertemu,”
Mad Bulldog rupanya, tak salah lagi.
“Siap! Tunjuk saja siapa orangnya dan akan
kubungkam siapapun yang berani macam-macam
denganmu,”
“Aku takkan meragukan itu, mari kita bertemu esok
hari, T-Rex” Mad Bulldog menutup pembicaraannya,
telepon pun terputus.
Sang pria yang dipanggil T-Rex itu segera
mengantongi ponselnya dan merogoh sesuatu di balik
celananya. “ZAP!” dalam sekejap, sebuah shuriken melesat
dan menancap di leher si pria bule. Tak salah lagi, shuriken
202 BIMA WHYNOT
itu merupakan senjata yang dilontarkan oleh T-Rex dari
sakunya. Pria bule itupun tewas seketika.
Tak lama kemudian, T-Rex melenggang pergi
meninggalkan mayat si pria bule. Dilihat dari senyumannya,
ia tampaknya merasa senang bisa bertemu kembali dengan
bosnya, Mad Bulldog.
****
Mendapat kabar bahwa rumah Jenderal Yono porak-
poranda oleh sekelompok teroris, polisi segera hadir dalam
jumlah besar—tak terkecuali Densus AT-13. Mereka
menyisir rumah jenderal dan mengevakuasi jenazah para
penyerang. Sejujurnya perasaan mereka bercampur aduk,
antara bingung, senang, dan tak percaya. Terang saja
mereka risau, jenderal hanya dikawal oleh dua orang
ajudannya, tetapi ia bisa selamat dan hanya mengalami
luka ringan.
LOST BASTARD 203
Tak hanya kepolisian, kawan-kawan media juga
turut hadir di depan rumah Jenderal Yono dan meminta
keterangan mengenai apa yang terjadi. Jenderal Yono
segera mendatangi mereka dan memberikan pernyataan
langsung dari dirinya sendiri. Ia pun dengan senang hati
menceritakan detil kejadiannya kepada wartawan, namun
tanpa embel-embel Hariswan—entah mengapa ia tak
menyebut Hariswan di dalam ceritanya.
Seorang wartawan kemudian bertanya “Pak Yono,
setelah melihat rumah Anda hancur-lebur, ke mana Anda
akan pindah setelah ini?”
“Untuk sementara saya akan tinggal di apartemen
sepupu saya. Lokasinya strategis dan pihak kepolisian bisa
mengawal saya lebih optimal di sana,”
“Apakah Anda tidak takut akan kedatangan teroris
lagi?”
204 BIMA WHYNOT
“Hanya Tuhan yang tahu. Pokoknya pihak kepolisian
sudah sepakat akan memberikan proteksi penuh kepada
saya dan keluarga, insya Allah semua akan baik-baik saja,”
Setelah memberikan pernyataan terakhirnya,
Jenderal Yono kemudian dijemput dengan mobilnya. Ia
meminta maaf kepada seluruh wartawan karena waktunya
terbatas dan ia pun pergi dari tempat kejadian perkara.
“Wawancara berjalan lancar, pak?” tanya Kashmir. Ia
menjadi supir di hari itu.
“Semua berjalan sesuai rencana. Tenang saja.
Bagaimana dengan Firman dan Hariswan?”
“Firman berada di rumah sakit. Keadaannya sudah
stabil, namun masih tak sadarkan diri. Sementara Kapten
Hariswan sudah berada di posisi,”
“Bagus, kita lihat apakah rencana ini akan berjalan
mulus sesuai dengan perhitunganku?”
“Ayah, apakah menurutmu membeberkan informasi
bahwa kita akan pindah ke apartemen merupakan ide
LOST BASTARD 205
baik?” Bu Anya, ia tampak khawatir dengan rencana
suaminya.
“Itu merupakan ide baik, Anya. Dengan
membeberkan informasi ke wartawan, kuharap orang
terbaik Mad Bulldog akan datang ke apartemen dan
Hariswan bisa menginterogasinya sampai menemukan
lokasi keberadaan Mad Bulldog,”
“A-aku paham. Tetapi sejujurnya aku takut dengan
rencana ini, resikonya sangat besar dan keselamatan
keluarga kita akan menjadi taruhan,”
Jenderal Yono menatapi istri dan kedua anaknya
sejenak. “Kita punya Kashmir dan Kapten Hariswan, mereka
akan melindungi kita, insya Allah. Rencana ini sudah
kuperhitungkan dengan matang, jadi takkan kubiarkan Mad
Bulldog menyentuhmu sedikit saja,”
Bu Anya terdiam, ia menghela napas dan kemudian
merangkul kedua putranya.
206 BIMA WHYNOT
Perjalanan tidak begitu menyita waktu. Jenderal
Yono beserta keluarganya akhirnya tiba di apartemen yang
dimaksud. Tempat itu dijaga ketat oleh kepolisian
sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Kapolri untuk
menjaga Jenderal Yono sementara waktu. Dengan
penjagaan seketat itu diharapkan keamanan keluarga
jenderal akan terjamin.
Lalu, di mana Hariswan? Tentu ia ada di apartemen
itu juga, menyamar di lantai dasar sembari memperhatikan
gerak-gerik yang mencurigakan. Ia memperhatikan setiap
detil apartemen yang memungkinkan dijadikan celah oleh
Mad Bulldog. Akan tetapi, ia tidak mendapati apa-apa hari
itu. Semuanya aman terkendali. “Tch, hari kau beruntung,
jenderal. Mari kita lihat esok hari,” bisiknya.
Hari berikutnya. Tak ada gerak-gerik mencurigakan
di apartemen tersebut. Hariswan tetap dalam penyamaran,
tetapi dengan penampilan yang berbeda. Hari itu ia tidak
memperhatikan perubahan yang besar, kecuali
pengurangan jumlah personil kepolisian. Jumlah mereka
LOST BASTARD 207
dikurangi karena dirasa sudah kondusif, pengamanan pun
tidak seperti hari yang lalu.
Saat sedang mengamati keadaan sekitar, tiba-tiba
Hariswan melihat seorang pengantar makanan yang tidak
dikenal. Ia segera berinisiatif untuk mengikutinya. Namun,
sayang seribu sayang, tiba-tiba ia dihadang oleh tiga orang
anggota kepolisian bersenjata lengkap. “Hei, pak. Apakah
bapak tidak tahu bahwa bapak tidak bisa lewat sini untuk
sementara karena ada pengunjung VIP yang harus kami
jaga,” ujar salah seorang polisi.
“Ehm, saya tidak tahu. Tetapi, bagaimana dengan
pengantar makanan itu? Mengapa dia boleh lewat?”
Hariswan balik bertanya.
“Dia pengantar makanan khusus VIP dan sudah
disetujui oleh atasan kami. Jadi, mohon maaf karena Anda
tidak bisa lewat sini,”
“Uhm, baiklah kalau begitu. Lewat samping boleh
‘kan?”
208 BIMA WHYNOT
“Silakan, pak…”
Hariswan segera bergerak menuju pintu samping
agar dapat berpapasan dengan sang pengantar makanan
yang mencurigakan. Akan tetapi, badai belum usai
berhembus. Ia ditimpa oleh masalah lagi.
Ketiga polisi yang baru saja bertemu dengan
Hariswan tiba-tiba menghentikannya. Mereka
mendapatkan perintah melalui walkie-talkie untuk
menangkap pria yang mengenakan topi dan berkacamata
di lantai dasar, tentu saja Hariswan maksudnya. “Pak!
Mohon berhenti sebentar!”
Hariswan tak ingin membuat para polisi itu curiga, ia
pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang
dengan ekspresi tak berdosa. “Oh? Ada yang bisa saya
bantu?”
“Mohon tunjukkan kartu identitas Anda,”
“Oh, oke. Silahkan…” Hariswan mengeluarkan kartu
identitasnya dan memperlihatkannya kepada para polisi
LOST BASTARD 209
tersebut. Ia menggunakan kartu identitas lama yang pernah
dipakai untuk penyamaran.
“Terima kasih. Mohon ikut dengan kami sebentar.
Ada yang harus kami bicarakan,”
“Uhm, ada apa? Apakah saya melakukan kesalahan?
Saya sedang terburu-buru,”
“Nanti akan kami jelaskan di kantor. Akan tetapi,
ikut kami terlebih dahulu,”
“Oh tidak bisa, saya sedang terburu-buru.
Setidaknya jelaskan apa yang terjadi?”
“Pak, mohon ikut kami!” polisi itu mulai bertindak
tegas. Ia tiba-tiba menggenggam tangan Hariswan dengan
keras.
Hariswan tahu ada yang tidak beres di sana. Ia
segera menghajar ketiga polisi yang berada di hadapannya
dengan cepat. Hanya berselang beberapa detik, perkelahian
itu berakhir. Ketiga polisi pingsan tak berdaya. Ada
beberapa orang yang melihat kejadian itu, tetapi Hariswan
210 BIMA WHYNOT
tak peduli. Ia segera mengambil walkie-talkie salah seorang
polisi dan bergegas ke tempat Jenderal Yono.
Untuk memastikan, Hariswan menelepon jenderal.
“Halo! Di mana kau?”
“Hariswan? Apa yang terjadi? Mengapa kau
terdengar gusar?”
“Kau memerintahkan para polisi untuk
menangkapku?”
“Tidak. Apa yang terjadi?”
“Bangsat! Orang itu sudah tahu aku ada di sini dan
sengaja ingin menghambatku agar bisa membunuhmu
terlebih dahulu,”
“Hah? Siapa?!”
“Seorang pengantar makanan, dia akan mengarah
ke kamarmu kata para polisi. Pasti dia orangnya, anak buah
Mad Bulldog,”
“Makanan? Aku tidak memesan makanan,”
LOST BASTARD 211
“Setan alas—“ tiba-tiba percakapan terhenti sejenak
dan terdengar keributan dari balik telepon jenderal.
“Halo? Hariswan?! Hariswan, apa yang terjadi di
sana?! Ribut-ribut apa itu?!”
“Sudahlah! Tutup dulu teleponnya dan maju ke
rencana berikutnya!” Hariswan menutup sambungannya.
Rupanya ia baru saja dihadang oleh para polisi lagi,
beruntung ia selamat.
Mendengar berita kurang sedap dari Hariswan,
Jenderal Yono segera memerintahkan Kashmir untuk
memindahkan keluarganya ke tempat yang aman melalui
pintu rahasia. Kini ia seorang diri di tempatnya, hanya bisa
berharap kepada dua orang polisi yang berjaga di depan
pintu.
Tak lama kemudian, muncul seorang pengantar
makanan di depan apartemen Jenderal Yono. Belum
sempat dipersilahkan masuk oleh kedua polisi yang berjaga
di depan pintu, ia tiba-tiba melemparkan dua buah shuriken
212 BIMA WHYNOT
ke leher masing-masing polisi. Keduanya pun rubuh tak
berdaya, gugur dalam tugas. Sesaat setelahnya, sang
pengantar makanan segera melepas kostum
penyamarannya; rupanya ia adalah T-Rex, anak emas Mad
Bulldog.
Tanpa sedikitpun keraguan, T-Rex segera
memasang peledak untuk mendobrak pintu apartemen
jenderal. “BOOM!” peledak itupun hancur beserta dengan
pintu yang menghalangi jalan T-Rex. Pecahan pintu
menyebar ke dalam ruangan, dan itu mengenai jenderal
yang sedang berdiri di depan pintu.
Tetapi, Jenderal Yono tak mengalami luka serius. Ia
pun mencoba melepaskan tembakan ke arah T-Rex sesaat
setelah ledakan terjadi. “BLAM!” sayangnya, T-Rex tanggap
dengan serangan tersebut. Ia menendang tangan jenderal
dan membuat pistolnya terlempar dari genggaman. Sesaat
kemudian, T-Rex menghujamkan pisaunya, namun tak
berhasil mengenai bagian vital; pisau itu tertancap di bahu
jenderal.
LOST BASTARD 213
Menghadapi kesulitan tersebut, Jenderal Yono mau
tak mau harus menghadapi T-Rex dengan pertarungan
jarak dekat. Dengan tubuhnya yang besar, ia segera
menyeruduk T-Rex hingga menabrak dinding. “BRAK!”
benturan terjadi begitu keras sehingga membuat T-Rex
sedikit lengah.
Tetapi, anak emas Mad Bulldog itu tidak menyerah.
Ia menyikut punggung jenderal beberapa kali dan
menendang perutnya dengan lutut. Sayangnya,
genggaman jenderal tak sedikitpun melemah.
Jenderal Yono mencari cara lain; ia meraih wajah T-
Rex dengan tangannya dan berusaha mencolok matanya.
“Aaaaaaaa!” T-Rex berteriak cukup keras saat ibu jari
jenderal tiba-tiba menekan bola matanya.
Pertarungan menjadi semakin sengit, T-Rex kembali
menendang-nendang jenderal dengan lututnya hingga
genggaman jenderal melemah. Ia pun menjauhkan jenderal
dari jangkauannya. Begitu jenderal mundur beberapa
214 BIMA WHYNOT
langkah, ia segera meraih pisau lemparnya di dalam tas
kecil dan melemparnya kepada jenderal.
“BRAAAK!” lagi-lagi serangan T-Rex gagal. Jenderal
Yono tiba-tiba mengangkat mejanya dan semua pisau T-
Rex tertahan di permukaan meja tersebut.
Tak ingin mengulur waktu, jenderal segera
melepaskan pisau yang masih tertancap di bahunya dan
berlari ke arah T-Rex. Ia berusaha menusuk T-Rex dengan
pisau tersebut.
Sayangnya, serangan jenderal terlalu mudah untuk
diprediksi. T-Rex menahan tangan jenderal dan melucuti
pisaunya. Sesaat setelahnya, ia langsung menghujani
Jenderal Yono dengan tinjunya. Jenderal babak belur, ia
hanya bisa memblokir setiap serangan yang datang tanpa
bisa melawan balik.
Kecepatan jenderal kalah jauh dengan T-Rex, tidak
ada satupun dari tinjunya yang mengenai T-Rex. Akan
tetapi, ia masih memiliki badan yang besar. Artinya, akan
LOST BASTARD 215
sangat mudah untuk baginya untuk menangkap T-Rex dari
jarak sedekat itu dan membantingnya dengan sadis.
Benar saja, tak lama kemudian jenderal kembali
menangkap tubuh T-Rex dan meninju alat vitalnya. Begitu
lawannya lengah, jenderal segera mengangkat tubuh T-Rex
dan melemparnya ke atas meja kaca yang berada di ruang
utama. “PRAAAANG!” bantingan itu sukses membuat T-
Rex terluka sama parahnya dengan Jenderal Yono.
Meskipun tubuhnya penuh dengan luka, tetapi T-Rex
tak mau mengakui kekalahannya. Ia mengambil pecahan
kaca yang tergeletak di atas lantai dan kembali bangkit
dengan sempoyongan. Ia tersengal-sengal sambil menatapi
jenderal yang kelelahan. “AAAAAA!” amarah membakar
sukma T-Rex, ia kemudian menghampiri jenderal dengan
cepat.
Jenderal Yono sadar bahwa ia akan mati jika tidak
mengambil senjata, T-Rex bisa menusuknya dengan
pecahan kaca tersebut. Tanpa pikir panjang, jenderal segera
mengangkat kursi besi kecil yang berada di belakangnya.
216 BIMA WHYNOT
“PRAK!” ia segera mengayunkannya ke arah T-Rex dan
berhasil mengenai tangannya. Pecahan kaca yang dipegang
T-Rex pun jatuh.
Jenderal kembali menyerang T-Rex dengan kursi
tersebut, namun hanya satu hingga dua ayunan yang
berhasil mengenainya. Tak terima, T-Rex melancarkan
serangan balasan; ia menghindar dan menyerang jenderal
dengan brutal. Sebagai penutup, ia menendang jenderal
hingga terpental ke arah rak buku.
Jenderal Yono lengah. Darah keluar dari mulut dan
hidungnya, ia hampir tak sanggup untuk berdiri. Begitupun
T-Rex, ia merasa sangat letih dan kesakitan. Bantingan
jenderal membuatnya harus merasakan keseleo hampir di
setiap sendi dan dagingnya banyak yang terkelupas karena
pecahan kaca.
Selagi jenderal lengah, T-Rex mencoba
memanfaatkan keadaan tersebut. Ia berusaha mengambil
pisau yang tergeletak tidak jauh dari sana.
LOST BASTARD 217
Namun, belum sempat mengambil pisaunya,
masalah kembali menghampirinya; jenderal berlari ke
arahnya dan kembali menangkapnya. T-Rex tak berdaya
dalam genggaman jenderal, ia pun pasrah diangkat dan
dihempaskan ke atas ubin oleh jenderal. Tetapi kali ini
berbeda, jenderal ikut melompat dan menimpa tubuh T-Rex
yang jauh lebih kecil. “BAM!” bunyi benturan terdengar
begitu keras, penghuni yang tinggal di bawah apartemen
itu mungkin bisa mendengarnya.
Pertarungan usai. Keduanya berhenti bergerak
untuk sesaat. Tetapi, jenderal tak ingin berada dekat-dekat
dengan sang penjahat. Ia pun merangkak menjauhi T-Rex.
“AAAAAAH! AAAAAH!” tak disangka, T-Rex juga
ternyata masih sadar. Ia berteriak kesakitan karena kakinya
patah. Tubuhnya sedikit gemetar akibat sensasi ditimpa
oleh jenderal yang bobotnya jauh lebih besar. Sambil
mengutuk perbuatan jenderal, ia kemudian mencoba
bangkit dan mengambil pisaunya kembali. Kali ini ia
berhasil, tak ada yang menghalanginya lagi.
218 BIMA WHYNOT
Jenderal sudah tidak memiliki tenaga untuk
bertarung lagi. Kali ini ia hanya merangkak menjauhi T-Rex,
ia pergi ke arah dapur.
“Jenderal bangsat, seharusnya mudah untuk
membunuhmu, tetapi mengapa kau membuatku sulit? Kau
baru saja membuat reputasiku hancur sebagai pembunuh
bayaran terbaik!” keluh T-Rex sambil berjalan lunglai
menghampiri Jenderal Yono.
Jenderal Yono tak menjawab. Ia hanya bersandar di
depan meja sambil menggenggam pisau dapur. Wajahnya
penuh dengan lebam dan darah, ia bahkan tak tahu apakah
bisa selamat dari terkaman T-Rex hari itu.
“Aku akan menikmati setiap potongan yang
kudapatkan dari dagingmu! Akan kucincang kau seperti
ayam dan kukirim potongan tubuhmu kepada keluargamu!”
T-Rex terus menggerutu, ia sangat yakin bisa membunuh
jenderal yang telah lemah tersebut.
“Fufufu, coba saja kalau bisa…”
LOST BASTARD 219
T-Rex menatap jenderal dengan gusar, namun ia tak
bisa bergerak lebih cepat. Tetapi, itu bukan lagi masalah
untuknya. Jenderal sudah tak bisa melawan, semuanya
akan terasa lebih mudah. Tinggal sedikit lagi hingga ia bisa
menghujamkan pisaunya di jantung jenderal.
Akan tetapi, tiba-tiba saja seseorang memegang
kepala T-Rex dari belakang dan membenturkannya ke
dinding. T-Rex pun jatuh tak berdaya, namun masih sadar.
Dalam posisi itu, sosok misterius kembali menghampirinya
dan menendang wajahnya dengan keras. Akhirnya,
pertarungan pun benar-benar selesai, T-Rex pingsan tak
berdaya.
“Jenderal! Kau tidak pernah belajar berkelahi di
Angkatan Darat? Apa saja yang kau lakukan selama
menjadi tentara?!” sosok misterius itu Hariswan rupanya, ia
hampir saja terlambat menyelamatkan nyawa Jenderal
Yono.
220 BIMA WHYNOT
“Oh… aku sudah lama sekali tidak merasakan baku
hantam dengan orang lain dan aku hampir tidak pernah
bertarung jarak dekat seperti ini…”
“Dasar bodoh! Seharusnya kau tetap latihan karena
kau masih tertarik bekerja di lapangan. Lihat dirimu, luka di
mana-mana, wajahmu juga bonyok-bonyok tak karuan,
seperti baru dikeroyok satu kampung saja,” sindir Hariswan
sambil menutup luka di bahu jenderal.
“Agh! Pelan-pelan, kapten. Si bangsat itu
menghujamkan pisaunya cukup dalam,”
“Ini bukan apa-apa, kau tidak akan mati karena ini,
setidaknya untuk beberapa jam. Tetapi… sejujurnya aku
cukup kagum dengan kerja kerasmu, sepertinya lawanmu
luka parah,”
“Heheh, aku membantingnya berulang kali. Tinjuku
sudah lambat, jadi aku bergulat saja,”
“Unik juga caramu, tetapi kau juga mengalami luka
parah. Itu artinya kau tidak meraih apa-apa,”
LOST BASTARD 221
“Kau juga lama sekali…”
“Si bangsat ini sudah tahu aku berada di sini. Jadi ia
menyusun rencana agar bisa membunuhmu sekaligus
membunuhku secara bersamaan. Ia mengirim pesan palsu
kepada kepala polisi di sini—tertulis nama dan tanda
tanganmu pada pesan tersebut—yang berisi perintah untuk
menangkapku hidup atau mati,”
“Oh! Ia dapat tanda tanganku?!”
“Ah, itu bukan perkara sulit. Sekarang banyak
penjahat profesional yang bisa memalsukan tanda tangan
orang lain,”
“Jadi, dengan begitu ia berharap kau akan dikeroyok
para polisi, sementara aku dibunuh olehnya? Ia pasti
menginginkanku karena dijanjikan bonus besar oleh Mad
Bulldog,”
“Tepat sekali! Kepalamu dihargai besar oleh Mad
Bulldog. Rasanya sayang jika melewatkanmu dan langsung
222 BIMA WHYNOT
baku hantam denganku. Jika ia melakukan hal demikian, ia
tidak akan dapat bonus nantinya,”
“Brengsek, aku jadi merasa seperti mainan junk
food…”
“Hahaha! Sudahlah, yang penting rencana kita
berhasil memancing anak buah terbaik Mad Bulldog datang
kemari. Kita akan buka mulutnya lebar-lebar, jenderal…”
“Fufu, mari kita buat ia bernyanyi, kapten!”
****
“FWOOOSH!” Hariswan mengguyur seember air ke
wajah T-Rex. Ia pun terbangun dari pingsannya dan melihat
keadaan sekitar. Ada yang aneh, ia tidak bisa bergerak
leluasa. Tentu saja, ia diikat di sebuah kursi oleh Hariswan
dan Jenderal Yono.
Menyadari bahwa dirinya disandera, T-Rex meronta-
ronta. Ia juga berkali-kali mengutuk Hariswan dan Jenderal
LOST BASTARD 223
Yono yang sedang berdiri di hadapannya. “Aku akan
membunuh kalian berdua! Aku akan bunuh!” ujarnya
menggila, air liurnya sampai tumpah.
Kesal, Hariswan segera mendekati T-Rex dan
menginjak lututnya. Ia membuat tempurung lutut T-Rex
mengalami dislokasi. T-Rex berteriak kesakitan, namun
Hariswan tampak tak peduli. “Anak setan, mengapa kau
tidak bisa diam?”
“Aaaah! Aku takkan mengatakan apapun kepadamu!
Bajingan!”
“Heheh, kita lihat saja, kawan…” Hariswan
mengeluarkan pistolnya dan menempelkan moncongnya di
depan kemaluan T-Rex. “Kau tahu apa yang kami mau,
sobat. Kami mau eskrim,”
“Hah?! Gila kau!”
“Hahaha! Hanya bercanda. Sekarang lebih serius,
kau tahu bahwa kami butuh lokasi. Mad Bulldog, di mana
dia?”
224 BIMA WHYNOT
T-Rex tak menjawab, ia hanya menatapi Hariswan
dengan napas yang berat. “A-anjing…” bisiknya.
“BLAM!” Hariswan melepaskan tembakan.
“AAAAA! AAAAAH!” lagi-lagi T-Rex berteriak, tetapi
ia tidak apa-apa. Hariswan sengaja melepaskan tembakan
ke arah kursi, hanya berjarak beberapa sentimeter dari alat
vital T-Rex.
“Fufufu, aku tidak tahu jika anak buah terbaik Mad
Bulldog penakut dan berteriak-teriak seperti bencong
kepanasan,”
Jenderal Yono tiba-tiba saja menghampiri T-Rex dan
menampar wajahnya dengan pisau daging. Serangan itu
membuat pipi T-Rex teriris, tidak sobek memang, tetapi
tampak jelas garis lukanya. “Kita tidak punya waktu untuk
bermain-main! Katakan di mana Mad Bulldog!” baru kali itu
Jenderal Yono membentak lawannya. Biasanya ia tenang
dan mengedepankan cara diplomatis.
LOST BASTARD 225
“Ugh! Dasar bodoh! Kalian sudah tahu permainan
Mad Bulldog, ia tidak pernah memberitahu lokasinya
kepada orang lain, bahkan anak buahnya sendiri…” jawab
T-Rex luruh.
“Jenderal, biar aku yang tangani interogasi ini. Ia
pasti bicara, tenang saja…” ujar Hariswan menghibur
jenderal yang gusar. Setelah jenderal mundur, Hariswan
kembali mendekati T-Rex dan menempelkan moncong
senjatanya kembali di tempat yang sama. “Aku serius
sekarang. Jika kau tak tahu lokasi Mad Bulldog, kau pasti
bertemu dengannya di suatu tempat, bukan? Dilihat dari
caramu beroperasi, kau adalah orang terbaiknya. Dan orang
terbaik pasti akan melakukan pertemuan khusus dengan
bosnya, di mana kau bertemu dengannya?”
T-Rex tak menjawab. Ia hanya bisa menghembuskan
napasnya dengan luruh dan menatapi Hariswan.
Sementara itu, Hariswan menarik pelatuk pistolnya
perlahan-lahan. Ia tidak memindahkan moncong pistolnya
dari alat vital T-Rex, jika pelatuk telah sampai ujung, maka
226 BIMA WHYNOT
pistol akan meletus. Ia hendak memberikan waktu sekaligus
rasa takut kepada T-Rex.
“Oke! Oke! Berhenti! Kafe Moonwalk, di sana kami
bertemu…” akhirnya T-Rex memuntahkan jawabannya.
“Cerdas, jika kuteruskan menarik pelatuk tadi, maka
‘barang berhargamu’ akan hilang. Kapan kau bertemu
dengannya?”
“Lusa,”
“Bagus. Kau dengar itu, jenderal? Kita dapat lokasi,
saatnya menghubungi Firman,”
“Tidak!” tukas Jenderal Yono. Lagi-lagi ia
menghampiri T-Rex dengan pisau dagingnya tersebut. “Aku
masih memiliki satu pertanyaan, anak ingusan. Mad Bulldog
dianggap sudah mati oleh rakyat Indonesia. Itu artinya ia
tidak akan menampakkan jati dirinya di muka umum.
Seperti apa tampangnya ketika kau bertemu dengannya?”
“Rambut panjang, berjenggot, kacamata hitam.
Pokoknya memakai kostum seperti anak geng motor…” T-
LOST BASTARD 227
Rex membuatnya menjadi lebih mudah. Ia sudah terlalu
lemah untuk melawan.
“Bagus, itu akan mempermudahku melacaknya,”
“Kalau begitu, segera hubungi Firman, jenderal.
Lacak si bajingan Mad Bulldog itu. Aku akan membuang
orang ini ke tempat yang seharusnya,” tak lama kemudian,
Hariswan menarik kursi yang diduduki T-Rex ke arah
jendela utama—jendela yang langsung mengarah ke jalan.
Ia juga memecahkan jendela tersebut dengan beberapa
tembakan.
“Hei! HEI! KAU MAU APA?!” T-Rex panik, ia pikir ia
akan dilempar ke bawah oleh Hariswan. Ia terus meronta-
ronta, tetapi ikatannya begitu kuat.
Sekitar satu hingga dua sentimeter dari ujung
jendela, Hariswan berhenti dan menurunkan T-Rex ke posisi
semula. Angin berhembus sangat kencang mengingat
mereka ada di lantai 22, hal itu membuat T-Rex gemetar
ketakutan.
228 BIMA WHYNOT
“KAU MAU APA?! Aku sudah katakan semuanya
kepadamu! Kau tidak bisa membunuhku, aku sudah
melakukan apa yang kau mau!”
Hariswan tersenyum lebar. “Aku tidak akan
membunuhmu, kawan. Tenang saja,”
“Huh…?”
“Alam dan gravitasi yang akan membunuhmu!”
sesaat kemudian, Hariswan menendang dada T-Rex dan
membuatnya terlempar keluar jendela. Teriakan T-Rex
begitu kencang, ia tidak percaya hidupnya akan berakhir
dengan cara mengerikan seperti itu.
“BRUAAK!” tak lama kemudian, terdengar bunyi
benturan yang sangat keras dari lantai dasar. T-Rex, tak
salah lagi. Ia menghantam mobil yang berada tepat di
bawahnya.
“Itu akan jadi pesan untuk Mad Bulldog. Mari kita
hampiri si tua bangka itu sekarang,” ujar Hariswan puas.
LOST BASTARD 229
“Eww, kapten. Kau benar-benar gila membunuhnya
dengan cara seperti itu,”
“Tch! Kau lupa mengapa aku dijuluki bastard?
Lagipula, orang ini pembunuh. Nyawa orang tak
bersalahpun akan diambilnya,”
“Hoo, aku mengerti sekarang…”
“Kau sudah menghubungi Firman?”
“Belum sempat, aku masih syok melihatmu
melakukan aksi seperti tadi,”
“Oh, ayolah! Daripada memikirkan dosa-dosaku,
lebih baik hubungi dia sekarang. Kita tidak punya waktu,
jenderal!”
“Oke, oke!”
“Keluargamu sudah tiba di tempat yang aman?”
“Sudah, Kashmir mengirimkan pesan singkat tadi.
Mereka sudah tiba di checkpoint,”
230 BIMA WHYNOT
“Bagus, mari kita beraksi, jenderal…”
****
Meskipun masih terbaring di rumah sakit, namun
Firman sudah cukup bugar. Ia pun membantu Hariswan dan
Jenderal Yono untuk menemukan keberadaan Mad Bulldog.
Hanya dengan bermodal laptop ia melacak pergerakan Mad
Bulldog di Kafe Moonwalk dua hari sebelum terjadi
penyerangan ke apartemen Jenderal Yono. Beberapa
kamera CCTV ia retas untuk mengikuti pergerakan Mad
Bulldog.
Dan perjuangannya tidak sia-sia, ia mendapati Mad
Bulldog menetap di sebuah rusun. Ia segera mengontak
Jenderal Yono dan memberikan lokasi tempat tinggal Mad
Bulldog. Semoga saja kali ini mereka bisa mendapatkan
Mad Bulldog.
Hari sudah mulai gelap, akan tetapi Hariswan dan
Jenderal Yono harus bergerak hari itu juga. Jika tidak,
LOST BASTARD 231
kemungkinan mereka akan kehilangan jejak Mad Bulldog
lagi.
Mereka pun mampir di rumah seorang kawan dekat
jenderal, Brigjen Polisi Chairuddin. Mereka ke sana bukan
hanya untuk silaturahim, tetapi untuk mempersenjatai diri.
Brigjen Chairuddin merupakan salah seorang purnawirawan
yang memiliki gudang senjata untuk membantu teman-
teman terdekatnya. Banyak yang meminjam atau membeli
senjata darinya untuk operasi khusus.
Menyerbu markas seorang pengatur strategi takkan
pernah mudah, jadi Hariswan maupun Jenderal Yono harus
mempersiapkan diri.
“Silahkan lihat-lihat dan pilih sesukamu, Yono. Kau
tidak perlu bayar, aku tahu siapa yang kau kejar,” ujar
Brigjen Chairuddin sambil membuka gudang senjatanya.
Hariswan bersiul melihat koleksi Brigjen Chairuddin.
“Wah, terlalu banyak harta karun di sini. Apa perlu kita
232 BIMA WHYNOT
bawa bazooka juga untuk mencerai-beraikan tubuh Mad
Bulldog?”
“Haha, jangan bodoh, Hariswan. Kita tidak sedang di
Afghanistan, lagipula bazooka itu hanya dummy untuk
model pembuatan senjata di Pindad,” ujar Jenderal Yono.
“Oh? Begitukah, brigjen?”
“Ah, ya. Itu barang lama. Kusimpan saja di sana
untuk koleksi, terlihat keren,” timpal Brigjen Chairuddin.
“Begitu, ya? Baiklah, lagipula tak menarik
membunuh orang dengan bazooka, lemah sekali sepertinya
harus menggunakan bazooka,”
Brigjen Chairuddin berpaling kepada Jenderal Yono.
Ia sedikit mengkhawatirkan rencananya untuk meringkus
Mad Bulldog. “Aku sudah dengar semuanya dari asistenku.
Kau ingin menyerang Mad Bulldog dengan frontal ‘kan?”
“Ya, kau mau ikut?”
LOST BASTARD 233
“Tidak, Yono. Istriku takkan mengijinkan. Aku hanya
khawatir kepadamu. Selain karena wajahmu yang bonyok-
bonyok, Mad Bulldog itu sudah pernah menjadi agen ganda
di mana-mana, pengalamannya luar biasa—”
“Udin, dengarkan. Jika tidak sekarang, kapan lagi?
Jika bukan kami, siapa lagi? Jika kita tak bergerak, cepat
atau lambat ia akan naik ke tampuk kekuasaan tertinggi di
Indonesia. Aku mengenalnya, ia sangat kasar jika ada
orang-orang yang bertentangan dengan pendapatnya. Kau
bisa bayangkan jika ada yang berani berdemonstrasi di
hadapannya, habislah nyawa orang-orang tak bersalah,”
Brigjen Chairuddin menghela napas panjang.
“Baiklah, tapi usahakan kau kembali, sobat. Kusarankan kau
untuk mengambil peralatan berat; bawa granat, flashbang,
C4, dan segala hal yang bisa menyelamatkanmu dari orang-
orang Mad Bulldog,”
“Aku tidak perlu membawa barang-barang seberat
itu, Udin…” jawab Jenderal Yono sambil berjalan menuju
gudang senjata. “Aku ambil ini saja sudah cukup. Aku hanya
234 BIMA WHYNOT
butuh satu peluru untuk meledakkan kepala Mad
Bulldog,”jenderal mengambil senapan Rusia klasik, Mosin-
Nagant.
“Ah! Apa kau yakin, Yono? Kau hanya membawa
senapan jadul untuk menyerbu pertahanan Mad Bulldog?”
“Tidak, aku juga butuh rompi anti-peluru dan ponsel
yang bisa kugunakan dengan fitur handsfree,”
“Eh…?”
“Jenderal, aku ambil yang ini saja,” Hariswan
menyela pembicaraan, lagi-lagi ia hanya mempersenjatai
dirinya dengan pistol Sig-Sauer.
“Ah! Kalian! Seriuslah! Apa kalian benar-benar akan
menyerang Mad Bulldog dengan dua senjata itu dan rompi
anti-peluru?! Itu gila, bunuh diri namanya!”
“Tenang saja Udin, semua yang sudah direncanakan
akan berjalan sesuai rencana. Tidak akan ada orang yang
panik ketika semua berjalan sesuai rencana,” Jenderal Yono
LOST BASTARD 235
menepuk pundak Brigjen Chairuddin, ia berusaha
menenangkannya.
“Sepertinya kata-kata itu pernah kudengar dari film
Hollywood,” gumam Hariswan.
“Haha! Sudahlah, kita tidak punya waktu banyak
untuk berbincang-bincang. Udin, tunjukkan rompi anti-
peluru dan alat komunikasi yang kau punya, setelah itu
kami akan berangkat,”
“Fuh, baiklah jika kau berkata seperti itu, Yono.
Rompi anti-peluru ada di belakang, sudah agak usang,
bekas pasukan Raider,”
“Tak apa, tunjukkan saja kepada kami, Udin…”
Jenderal Yono dan Hariswan pergi ke ruangan
rahasia yang lain. Selain mempersenjatai diri dengan
senjata seadanya, mereka juga melengkapi persiapan
penyerbuan dengan rompi anti-peluru dan alat komunikasi.
Tidak begitu ideal untuk penyerbuan tingkat tinggi,
mungkin mereka hendak menyerang secara diam-diam.
236 BIMA WHYNOT
****
Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam,
akan tetapi Hariswan dan Jenderal Yono tetap bergerak
mendekati target. Mereka sudah tiba di depan rusun yang
ditempati oleh Mad Bulldog, tinggal bergerak ke rencana
berikutnya.
“Firman, bagaimana pengamatanmu di rusun Mad
Bulldog? Tidak ada orang yang keluar-masuk sedari tadi?”
tanya jenderal melalui ponselnya.
“Ada, tetapi bukan Mad Bulldog. Mereka sepertinya
penghuni asli rusun,”
“Baik, jadilah mata kami untuk malam ini, Firman.
Ini akan sangat meriah,”
“Baik, jenderal…”
LOST BASTARD 237
Jenderal Yono menutup sambungannya dengan
Firman. Ia kemudian beralih kepada Hariswan. “Lost
Bastard, kau siap?”
“Tentu saja, kau pikir untuk apa aku di sini?”
“Oke, kalau begitu mari bergerak ke posisi masing-
masing… SEKARANG!”
Jenderal Yono dan Hariswan keluar dari mobil secara
bersamaan. Mereka bergerak cepat menuju posisi masing-
masing; Jenderal Yono naik ke lantai teratas gedung yang
berada di seberang rusun, sedangkan Hariswan menyisir
rusun.
Gedung yang berada di seberang rusun merupakan
gedung tua yang sudah diabaikan pemiliknya, sehingga
jenderal dapat naik ke puncaknya tanpa hambatan. Begitu
tiba di posisinya, jenderal segera mengeluarkan senapan
klasiknya dan membidikkannya ke arah rusun. “Aku sudah
di posisi,” ujarnya.
238 BIMA WHYNOT
“Yup, aku masuk sekarang,” jawab Hariswan. Ia
kemudian berjalan santai memasuki rusun tersebut.
Penyisiran pun dimulai, Hariswan mulai mengawasi
setiap sudut ruangan. Ia tidak menemukan apapun di rusun
tersebut, hanya suara jangkrik dan hembusan angin malam.
Justru itulah yang membuatnya khawatir, mengapa tidak
ada tanda-tanda kehidupan manusia di rusun tersebut?
“Jenderal, ini aneh. Sepertinya tidak ada orang di
sini,” ujar Hariswan.
“Tidak ada orang? Mungkin karena ini sudah malam,
sudah jam tidur. Tetaplah mencari, aku akan amati dari atas
sini,”
“Sialan… perasaanku tidak enak tentang ini,”
Hariswan mulai waswas, ia pun mengeluarkan pistolnya dan
bersiaga.
Sementara Hariswan menyisir rusun, Jenderal Yono
merenungkan apa yang sesungguhnya terjadi di dalam
rusun tersebut. Ia sadar bahwa ia harus
LOST BASTARD 239
mempertimbangkan kekhawatiran Hariswan. Matanya
mulai mencari segala bentuk keganjilan di sekitar rusun
tersebut melalui teropong senapannya.
“Tunggu sebentar…” bisik jenderal kepada dirinya
sendiri. “Jika posisiku di sini, itu artinya…” jenderal kembali
berbisik, tetapi tak sampai selesai. Ia segera meninggikan
bidikannya ke arah gedung yang berada sekitar 400 meter
di hadapannya.
“PRAAANG!” belum usai membidik, tiba-tiba sebuah
timah panas melesat dan memecahkan kaca yang berada di
hadapan jenderal. Untung saja ia sempat merunduk
sebelum peluru menyasar ke wajahnya. “BRENGSEK!”
serunya.
“Jenderal?! Ada apa?!” Hariswan keheranan
mendengar suara keributan dari balik handsfree-nya.
“Kapten! Keluar dari situ, sekarang! Kita dijebak!
Mad Bulldog sudah tahu kita di sini!”
240 BIMA WHYNOT
“KABOOM!” belum sempat menjawab, tiba-tiba
Hariswan disambut dengan beberapa ledakan dari kamar
yang berada di sekitarnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung
berlari untuk menyelamatkan nyawanya.
Sementara itu, Jenderal Yono masih sibuk mencari
penembak misterius yang berusaha membunuhnya, tetapi
sepertinya sudah pergi. Perhatiannya kemudian dialihkan
dengan suara mesin mobil yang meraung. Tampaknya
seseorang mencoba kabur secepat mungkin dari lokasi
terjadinya tembakan dan ledakan. Siapa lagi? Mad Bulldog
tentunya. “Bangsat! Mad Bulldog kabur!”
“Kejar dia, jenderal! Jangan tunggu aku!” sambil
terus berlari menghindari ledakan, Hariswan memberi
perintah kepada Jenderal Yono. Tak lama kemudian,
sebuah ledakan terjadi tepat beberapa meter di samping
Hariswan. Ia pun terlempar keluar jendela dan menghantam
pohon besar sebelum terjatuh ke trotoar.
LOST BASTARD 241
“Kapten! KAPTEN!” Jenderal Yono melihat Hariswan
terlempar dari jendela. Ia berusaha menyadarkannya
melalui suara, karena Hariswan terlihat tak sadarkan diri.
“Ugh… sialan kau, jenderal. Sudah kubilang kejar
Mad Bulldog. Ini bukan saatnya bermain drama Romeo dan
Juliet…” tetapi Hariswan tak pingsan, ia hanya lengah dan
syok oleh hentakan tersebut.
“Kau tidak apa-apa? Baiklah, baiklah. Aku kejar si
bangsat itu sekarang!” seru jenderal sambil menuruni
tangga dengan tergesa-gesa.
“Nyalakan mesin dan kejar dia… aku akan
menyusul…” Hariswan mencoba bangkit, tetapi kakinya
masih terlalu luruh untuk berdiri. Ia pun dihampiri oleh
beberapa orang warga yang berlalu di sekitar sana.
Tak lama kemudian, Jenderal Yono muncul
beberapa puluh meter dari tempat Hariswan tergeletak. Ia
bisa melihat Hariswan, akan tetapi ia harus
memprioritaskan tugasnya, yakni mengejar Mad Bulldog. Ia
242 BIMA WHYNOT
tak bisa menolong Hariswan, karena akan memakan waktu
dan membuatnya kehilangan jejak Mad Bulldog. Akhirnya,
ia masuk mobil dan segera menancap gas.
Jenderal Yono tak ragu memacu kendaraannya
dengan kecepatan tinggi, ia berharap Mad Bulldog belum
jauh. Benar saja, dengan kecepatan sekitar 80 kilometer per
jam, ia berhasil mengejar ketertinggalan dengan mobil
Panther hitam milik Mad Bulldog.
Jenderal menancap gas lebih kencang, ia sadar
bahwa mobilnya jauh lebih unggul dalam persoalan
kecepatan. Sedikit demi sedikit jarak dengan Mad Bulldog
pun dapat diperkecil hingga akhirnya ia bisa menghantam
bumper belakang mobil Mad Bulldog beberapa kali.
Tak terima dengan gangguan yang ditimbulkan oleh
Jenderal Yono, Mad Bulldog bertindak. Ia memerintahkan
anak buahnya untuk menembaki jenderal dari pintu
belakang. Anak buah Mad Bulldog mengiyakan dan
langsung membuka pintu belakang mobil. “RATATATA!”
dengan senapannya, ia memberondong mobil jenderal
LOST BASTARD 243
hingga melubangi kaca depan seperti daun yang digerogoti
ulat.
“BRENGSEK!” kutuk jenderal. Ia beruntung tak ada
tembakan yang mengenainya karena sempat berlindung di
balik dasbor sesaat sebelum ia ditembaki.
Karena tembakan dari pihak Mad Bulldog tak
kunjung berhenti, Jenderal Yono kembali menancap gas
dan menabrak bumper belakang mobil Mad Bulldog. Anak
buah Mad Bulldog pun tersentak dan jatuh di atas kap mobil
jenderal.
Jenderal berhasil membuat tembakan berhenti,
tetapi tampaknya anak buah Mad Bulldog tersebut malah
berusaha menyerangnya dengan cara lain; ia berpegangan
di atas kap mobil dan berusaha menyerang jenderal dengan
beberapa pukulan. Jenderal tak bisa tinggal diam, ia pun
mengemudikan mobilnya dengan zigzag agar anak buah
Mad Bulldog terlempar dari kap mobilnya.
244 BIMA WHYNOT
Namun, meskipun pada akhirnya anak buah Mad
Bulldog tak bisa menyerang jenderal, ia tetap bisa bertahan
di atas kap mobil dan itu sangat mengganggu konsentrasi
jenderal. Akhirnya, jenderal membuka laci mobil dan
mengambil obeng kecil. Tanpa ragu, ia segera
menghujamkan obeng tersebut di bahu pria yang masih
bertahan di atas kap mobilnya. “AAAAAAA!” pria itu
berteriak kesakitan, genggamannya pun menjadi luruh.
Jenderal melihat kesempatan, ia kembali
membelokkan kemudi mobilnya secara mendadak.
“WUSH!” satu hentakan keras dan anak buah Mad Bulldog
itupun terlempar dari kap mobil. Ia jatuh ke atas jalan dan
ditabrak oleh mobil yang juga sedang melaju kencang. Usai
sudah.
Saatnya berkonsentrasi kembali dengan tugas
utama, jenderal segera menancap gas dan berusaha
mengejar ketertinggalan dengan mobil Mad Bulldog.
Meskipun tak kehilangan jejaknya, namun jarak yang
LOST BASTARD 245
kembali membesar membuat jenderal sedikit kesulitan
untuk menghantam mobilnya.
Aksi kebut-kebutan itu terus berlanjut hingga Mad
Bulldog melalui persimpangan pertama yang terkenal
berbahaya. Lampu lalu-lintas sudah berwarna merah,
namun mobil Mad Bulldog maupun mobil jenderal tetap
melaju kencang. Jika mereka tetap bersikukuh menerobos,
maka mereka akan berhadapan dengan mobil-mobil dari
arah samping.
Tetapi, mereka tak peduli dengan resiko tersebut.
Mad Bulldog maupun jenderal tetap melesat cepat
menerobos lampu merah. Apalagi, Jenderal Yono sudah
berhasil mensejajarkan posisi mobilnya dengan Mad
Bulldog, ia takkan melewatkan kesempatan itu.
“BRUAAAAK!” belum sempat menghantam mobil
Mad Bulldog, mobil jenderal sudah lebih dahulu dihantam
oleh mobil lain dari arah samping. Mad Bulldog juga terkena
efek tabrakan tersebut, tetapi tampaknya tidak separah
Jenderal Yono yang merasakan ditabrak langsung dengan
246 BIMA WHYNOT
kecepatan tinggi. Mobil jenderal terseret beberapa meter
hingga menyasar ke atas trotoar dan menumbuk dinding
bangunan. Suasana pun menjadi sunyi, tak ada yang
bergerak sama sekali.
Melihat kecelakaan maut tersebut, beberapa warga
maupun pengemudi yang berada di sekitar persimpangan
segera menghampiri mereka yang menjadi korban. Akan
tetapi, sebelum pertolongan datang, mobil Panther hitam
yang dikendarai Mad Bulldog tiba-tiba meraung kembali.
Sesaat kemudian, Mad Bulldog melesat meninggalkan
lokasi kecelakaan, meninggalkan jenderal dan pengemudi
yang tak sengaja menabrak jenderal.
Belum lama berselang, warga kembali dikejutkan
dengan pengemudi motor yang tiba-tiba melesat kencang
ke arah mobil Panther hitam pergi. Tanpa helm, pengemudi
tersebut menukik tajam di tikungan sambil melirik kepada
Jenderal Yono yang terluka di dalam ruang kemudinya.
Hariswan rupanya, ia memastikan jenderal masih hidup
pasca tabrakan maut tersebut.
LOST BASTARD 247
“Bertahanlah…” ujar Hariswan melalui handsfree-
nya.
“Aku cuma keseleo, tak perlu khawatir. Air bag dan
sabuk pengaman menyelamatkanku,”
Hariswan tak menjawab, ia hanya tersenyum kecut
dan menancap gas untuk menyusul Mad Bulldog. Tak lama
kemudian, ia bertemu dengan mobil Panther hitam yang
sudah penyok dan mengepulkan asap. Tak diragukan lagi,
itu adalah mobil Mad Bulldog. Hariswan segera
mengeluarkan pistolnya dan menembaki mobil tersebut
beberapa kali.
Tembakan Hariswan berhasil menembus kaca
belakang mobil dan mengenai sang supir. Mobil pun oleng,
supir yang tertembak akhirnya tewas. Penumpang yang
berada di samping sang supir berusaha untuk
mengendalikan kemudi mobil, namun malah membuat
mobil tersebut berbelok-belok tak karuan.
248 BIMA WHYNOT
“BLAM! BLAM!” sekali lagi Hariswan memuntahkan
tembakannya. Pelurunya berhasil menembus kaca dan kali
ini mengenai si asisten supir hingga tewas. Mobil menjadi
semakin tak terkendali, akhirnya Panther hitam itupun
menabrak lampu trotoar dan berhenti melintang di atas
jalan. Asap mengepul hebat dari hidung mobil, tampaknya
tabrakan itu membuat kerusakan parah pada mesin mobil.
Hariswan pun menghentikan laju kendaraannya, ia
parkir melintang di jalan dan segera berlindung di balik
motornya. Beberapa saat kemudian, seorang penumpang di
kursi tengah mobil Panther membuka jendela dan
menembakkan senapan kecilnya ke arah Hariswan.
“RATATATA!” tembakan menyasar ke segala arah, namun
tak ada yang mengenai Hariswan. Beberapa peluru juga
tertahan oleh motor yang menghalangi tubuh Hariswan.
Suasana pun menegang, tidak ada yang berani
mendekati lokasi tembak-menembak tersebut. Begitu
lawannya kehabisan peluru, Hariswan segera bertindak. Ia
muncul dari tempatnya berlindung dan menembak ke arah
LOST BASTARD 249
datangnya tembakan. “BLAM! BLAM! BLAM!” timah panas
dimuntahkan dan berhasil mengenai penembak dari mobil
Mad Bulldog.
Tiba-tiba saja keadaan menjadi sangat hening,
Hariswan menyangka bahwa ia baru saja membunuh Mad
Bulldog. Ia pun menghampiri Panther tersebut untuk
memastikan kematian Mad Bulldog. Akan tetapi, ia tak
menurunkan bidikannya, ia tetap bersiaga dari segala hal
yang mungkin terjadi.
Benar saja, belum tiba di depan mobil, tiba-tiba
sebuah granat meluncur ke arah Hariswan. “BRENG—” tak
sempat mengutuk perbuatan sang pelaku, granat tersebut
sudah lebih dahulu meletup. Rupanya granat itu berisi gas
air mata, bukan peledak. Meskipun tidak fatal, namun gas
yang keluar membuat pandangan Hariswan membuta
selama beberapa detik. “BANGSAT! MAD BULLDOG!”
Seseorang keluar dari mobil dan berlari ke arah
gedung perkantoran yang berada di seberang jalan.
Hariswan tak bisa melihat, ia hanya bisa mendengar suara
250 BIMA WHYNOT
langkah kaki yang begitu cepat. Akhirnya, ia pun mengira-
ngira bidikannya dan melepaskan tembakan ke arah
sumber suara. Sayangnya, tak ada satupun peluru yang
mengenai pria misterius tersebut.
Beberapa detik kemudian, pandangan Hariswan
mulai kembali normal. Masih perih, namun setidaknya ia
sudah bisa melihat lingkungan sekitar. Ia pun berlari ke arah
pria tersebut berlari.
Hariswan memasuki kantor yang dijadikan tempat
pelarian oleh pria yang diduga Mad Bulldog tersebut.
Beberapa petugas keamanan tewas ditembak olehnya,
sisanya terdapat pekerja lembur yang bersembunyi karena
ketakutan.
“Pak, ke mana pembunuh itu pergi?” tanya Hariswan
kepada salah satu pegawai kantor yang bersembunyi
ketakutan.
“K-ke atas. Tak tahu lantai berapa, ia ke atas naik
tangga,” jawab pegawai tersebut gemetar.
LOST BASTARD 251
“Terima kasih. Segera telepon polisi sekarang,
semua akan baik-baik saja,” Hariswan pun bergerak ke
lantai atas, berharap akan bertemu dengan pria pembunuh
tersebut.
Kantor yang sebenarnya sudah tutup sejak pukul
tujuh malam itu memberikan perlindungan ideal bagi
siapapun yang bersembunyi di sana. Selain karena gelap,
kantor itu juga dipenuhi dengan perabotan yang akan
melindungi dari tembakan acak. Hariswan pun bergerak
secara perlahan, ia memanfaatkan kesunyian untuk
mendengarkan suara yang mencurigakan di sekitarnya. Ia
juga membiarkan kegelapan menyelimuti dirinya agar
lawannya sulit menerka keberadaannya.
“Cklak…” Hariswan mendengar sesuatu, suaranya
kecil dan terdengar seperti orang yang sedang bergerak
perlahan-lahan. Sumbernya dari persimpangan, tampaknya
seseorang bersembunyi di sana. Hariswan bergerak
semakin pelan, ia menghimpit dinding dan mencoba
252 BIMA WHYNOT
mendengarkan kembali suara misterius yang baru saja
didengarnya.
“BLAM!” belum sempat membidik dengan benar,
tiba-tiba seseorang menabrak tangan Hariswan dan pistol
pun meletus ke arah lain. Tak salah lagi, ia adalah pria yang
Hariswan cari-cari, Mad Bulldog. Setelah sekian lama
melakukan petualangan, Hariswan akhirnya bertemu empat
mata dengan Mad Bulldog.
“BLAM!” melihat Mad Bulldog berada di
hadapannya, Hariswan bernafsu melepaskan tembakan
kepadanya. Namun, Mad Bulldog tak semudah itu
dilumatkan, ia menahan tangan Hariswan dan melucuti
pistolnya dengan mudah. Sesaat kemudian, Mad Bulldog
menendang Hariswan dan “PRAAAANG!” Hariswan pun
terpelanting keras menembus sekat yang terbuat dari kaca.
Hariswan tak gentar, meskipun tubuhnya penuh luka
karena ledakan yang terjadi di rusun sebelumnya, namun ia
masih kuat berdiri untuk menghadapi Mad Bulldog.
LOST BASTARD 253
Di sisi lain, Mad Bulldog tak ingin Hariswan bangkit.
Ia pun menyeruduk Hariswan yang belum siap menerima
serangan darinya.
Hariswan lengah, ia tak bisa menahan serangan Mad
Bulldog. Tubuhnya terangkat dan menabrak salah satu
meja kerja. Begitu terpojok, ia segera menendang Mad
Bulldog dengan lututnya beberapa kali, namun tak
membuahkan hasil. Ia malah didorong ke sana-kemari
hingga menabrak berbagai inventaris kantor.
Beruntung, Hariswan berhasil mengambil sebuah
pulpen dari salah satu meja kerja. Tanpa pikir panjang, ia
segera menghujamkan pulpen itu beberapa kali ke
punggung Mad Bulldog. Ia membuat beberapa lubang di
punggung Mad Bulldog, meskipun tampak tak fatal
untuknya.
“AAAAH!” Mad Bulldog meringis kesakitan, ia pun
melepaskan genggamannya dari Hariswan dan segera
meninjunya. Pukulan itu tepat mengenai pipi Hariswan dan
254 BIMA WHYNOT
membuat wajahnya sedikit terpelanting. Namun, saat
melayangkan tinju kedua, Hariswan berhasil memblokirnya.
Saatnya untuk memberikan serangan balasan,
Hariswan membalas pukulan Mad Bulldog dengan tinju
yang lebih berbahaya. Semua tinjunya masuk ke daerah
vital Mad Bulldog, hal tersebut membuat Mad Bulldog
kehilangan keseimbangan. Ia pun menendangnya hingga
menghantam mesin fotokopi.
Keadaan itu harus segera dimanfaatkan oleh
Hariswan, jika menunggu Mad Bulldog pulih itu akan sangat
merepotkan. Ia pun menghampiri Mad Bulldog dan
melayangkan tinjunya kembali. Beberapa serangan awal
dapat masuk dengan baik, namun lama-kelamaan Mad
Bulldog bisa mengantisipasi serangannya.
Baku hantam sengit kembali terjadi. Sulit untuk
menumbangkan satu sama lain karena keduanya
merupakan ahli dalam pertarungan jarak dekat. Pukulan
demi pukulan, tendangan demi tendangan, dan bantingan
demi bantingan terus dilancarkan untuk melemahkan
LOST BASTARD 255
kondisi fisik masing-masing, tetapi tampaknya tak ada
satupun yang membuat keduanya menyerah.
Hingga akhirnya, keduanya tiba di penghujung
pertarungan. Mad Bulldog menendang kaki Hariswan
hingga kehilangan keseimbangan dan membenturkan
kepalanya ke atas meja. Hariswan pun terjatuh dengan
beberapa perabotan kantor yang tergeletak di atas meja.
Tak ingin dirinya mati sia-sia, Hariswan mengambil
gunting dan menghujamkannya ke kaki Mad Bulldog.
“UWAAAAH!” Mad Bulldog berteriak kesakitan, namun
Hariswan segera menyusul serangannya dengan tinju ke
arah kemaluan. Mad Bulldog lengah, ia pun ditangkap dan
dilempar oleh Hariswan ke tempat awal terjadinya
perkelahian. “PRAAAANG!” impas sudah, Hariswan
melakukan apa yang Mad Bulldog lakukan kepada dirinya
pertama kali.
Dengan langkah gontai, Hariswan menghampiri
Mad Bulldog untuk melakukan serangan terakhir. Napasnya
terengah-engah bukan main, keringatnya bahkan
256 BIMA WHYNOT
mengucur deras seperti air hujan. Selain karena letih, ia juga
terluka akibat ledakan yang terjadi di rusun, itu
membuatnya lemas bukan main.
Akan tetapi, Mad Bulldog tak demikian. Ia masih
menyimpan tenaga cadangan untuk menyerang Hariswan.
Akhirnya, ia pun bangkit dan mengerahkan seluruh
kemampuan terakhirnya; ia menendang Hariswan hingga
terpental menjauhinya.
Pertarungan pun usai. Kekacauan di dalam kantor
tersebut berakhir dengan menyedihkan, Hariswan kalah
dan Mad Bulldog menang. Segala tumpah darah yang
dilakukan oleh Hariswan dan Jenderal Yono menjadi tak
berarti. Semua yang dilakukan berakhir dengan sia-sia,
pada akhirnya semua tertunduk menyerah di bawah kaki
Mad Bulldog.
“Tak salah orang menjulukimu Lost Bastard, karena
kau memang benar-benar bajingan tengik. Seharusnya
sejak awal kupilih orang yang lebih lemah daripada dirimu,
sehingga aku tak perlu repot-repot baku hantam seperti
LOST BASTARD 257
malam ini,” Mad Bulldog memulai pidato kemenangannya
di hadapan Hariswan. Ia menyombong.
“Mengapa, kolonel? Mengapa kau melakukan semua
ini?”
“Mengapa? Hahaha! Dasar bocah tolol, kupikir kau
cerdas, tetapi rupanya tidak! Aku melakukan ini karena aku
benci Amerika! Mereka pembunuh yang telah merenggut
segalanya dariku! Itulah mengapa kubuat rencana untuk
menjauhkan Amerika dari jangkauan negeri ini, kita ini
terlalu lama dininabobokan oleh kemunafikan Amerika!
“Lihat presiden-presiden kita sebelumnya, mereka
menjadikan Amerika seperti kekasih. Kau bahkan sudah
tahu apa yang terjadi setelahnya; minyak dikuasai,
tambang emas dicuri, dan batas teritorial kita dilecehkan
oleh sekutu-sekutunya. Jika kita membiarkan mereka
terlalu lama bermain-main di negeri ini, kita akan menjadi
negeri jajahan Amerika secara total!”
258 BIMA WHYNOT
“Jika memang semua rencanamu adalah untuk
memutuskan hubungan dengan Amerika, lalu mengapa kau
bunuh Jenderal Permana, Briptu Marsha, Lukas, Rizal,
Wisnu, dan kawan-kawan?”
“Kau masih tak tahu mengapa aku melakukan itu,
huh? Itu karena mereka adalah alat yang kugunakan untuk
menghentikan perang antara Indonesia dengan Amerika.
Aku tahu rencanaku akan memicu peperangan, itulah
sebabnya aku memilih orang-orang terbaik untuk
menghentikannya!”
“Dan kau bunuh mereka untuk menghapus jejak
kejahatanmu atau dengan kata lain kau membuang ‘alat’
yang baru saja kau gunakan untuk melakukan kejahatan
agar tak ada bukti yang mengarah kepadamu,”
“Tepat sekali, dan kau adalah satu-satunya alat yang
sulit kusingkirkan. Akan tetapi… sebenarnya aku tidak
melakukan kejahatan apapun, aku hanya berbuat yang
terbaik untuk negeri ini, kapten. Jadi kau harus sadar bahwa
LOST BASTARD 259
aku membunuhmu bukan karena membencimu, tetapi
untuk kebaikan bangsa ini. Pikirkanlah itu!”
Hariswan terdiam sejenak. Napasnya masih
terengah-engah, ia termenung mendengarkan perkataan
Mad Bulldog.“Jika memang kematianku adalah untuk
kebaikan bangsa, buatlah kematianku cepat dan tak
menyakitkan. Bisakah kau melakukan itu, kolonel?”
Mad Bulldog mengambil pistol Sig-Sauer milik
Hariswan yang tergeletak di atas ubin. “Tentu saja,
Hariswan. Dengan senang hati,”
“Kolonel, sebelum kau membunuhku, maukah kau
melakukan permintaan terakhir untukku? Tiada dendam di
antara kita, oke?”
“Sebutkan permintaanmu, kapten,”
“Katakan cheese ke arah jendela, kolonel…”
Ekspresi Mad Bulldog berubah drastis, ia pun
menatap ke arah jendela dan “BLAM!” sebuah peluru
260 BIMA WHYNOT
melesat dari bangunan di seberang jalan melubangi bahu
kiri Mad Bulldog.
“AAAAAH!” Mad Bulldog tak kuasa menahan rasa
perih yang menggerayangi bahunya. Ia pun tersungkur
jatuh dan melepaskan pistol yang berada di
genggamannya. Ia lupa terhadap sesuatu, ia lupa bahwa
Hariswan masih memiliki seorang teman penembak jitu,
Jenderal Yono.
“Heheheh, bagaimana aktingku? Sepertinya itu
cukup membuatmu terenyuh, kolonel. Seharusnya ada
yang menyalakan musik romantis ala Korea tadi,” olok
Hariswan.
“BANGSAT KAU, HARISWAN!” tak ada yang bisa
Mad Bulldog lakukan selain mengutuk perbuatan Hariswan.
Sambil menahan rasa sakit, lidahnya tak berhenti
mengucapkan kata-kata kotor kepada Hariswan.
“Terima kasih, jenderal. Kau datang tepat waktu.
Berapa waktu yang kupunya sampai polisi tiba di sini?”
LOST BASTARD 261
Hariswan beralih kepada Jenderal Yono, ia berbincang
melalui handsfree-nya.
“Lima menit, tidak lebih. Jika kau hendak
mengucapkan kalimat penutup kepada Kolonel Syamsul,
katakan dengan cepat. Aku akan tunggu di bawah dengan
Kashmir,” jawab jenderal.
Hariswan hanya tersenyum. Meskipun tubuhnya
luruh, namun ia masih bisa mengolok-olok Mad Bulldog
dengan senyumannya yang menjengkelkan. Ia pun
mengambil pistolnya kembali dan menembakkannya ke
kedua kaki Mad Bulldog.
“AAAAAH!” lagi-lagi Mad Bulldog harus berteriak
kesakitan. Ia tak menyangka semuanya akan berakhir
seperti demikian.
“Kau tahu, kolonel? Idemu itu bagus, kau hendak
menjadi Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dan lepas
dari cengkeraman barat. Tetapi, kau mengorbankan nyawa
orang-orang tak bersalah untuk memenuhi konspirasimu;
262 BIMA WHYNOT
dimulai dari pembantaian bus Transjakarta, pembantaian di
SMA San Maria, hingga pembunuhan terhadap satpam
kantor ini. Meskipun aku bajingan, tetapi aku tahu mana
yang salah dan mana yang benar. Dan aku bukan anjing gila
sepertimu yang tak bisa membedakan kawan dan lawan.
“Akan tetapi, aku sudah sepakat dengan Jenderal
Yono bahwa aku takkan membunuhmu. Kau telah
merencanakan semua ini dengan matang dan aku tak bisa
memungkiri bahwa sesungguhnya KAMI KALAH TELAK.
Kau tinggal selangkah untuk menguasai negeri ini dan
menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang mandiri, jika
aku membunuhmu, kami tahu apa yang akan terjadi: anak-
anak setanmu akan memulai kekacauan di mana-mana dan
akan merubah negara ini menjadi abu.
“Jadi, kami memberikan kesempatan padamu untuk
hidup dan menjalankan rencanamu, tetapi… kau berada di
bawah ketiak kami, paham? Semua rencanamu akan kami
filter dan kami modifikasi agar tak menimbulkan konflik,”
jelas Hariswan panjang.
LOST BASTARD 263
Mad Bulldog tak menjawab, ia hanya menunjukkan
ekspresi kekecewaan di hadapan Hariswan. Ia begitu
bernafsu hendak membunuh Hariswan hingga terlupa
orang-orang yang berada di belakang Hariswan.
Tak lama kemudian, terdengar sirine polisi dari
kejauhan. Tampaknya, Hariswan harus segera pergi dari
sana sebelum polisi datang menyisir kantor tersebut.“Kau
menang, kolonel. Kami mengakui kekalahan kami,” ujar
Hariswan tersenyum. Ia pun menyepak wajah Mad Bulldog
hingga membuatnya pingsan. Tak ada lagi petualangan
memburu Mad Bulldog, semuanya sudah berakhir.
264 BIMA WHYNOT
Epilog
Enam bulan berlalu, tidak ada lagi kekacauan besar
yang terjadi di Indonesia, semua berjalan dengan normal
dan tenteram. Hampir tidak ada orang yang mengingat
tentang Mad Bulldog, Hariswan, maupun ketegangan
antara Indonesia dengan Amerika Serikat, semua itu seperti
dedaunan kering yang diterpa oleh angin topan. Hilang
begitu saja.
Mad Bulldog tetap hidup, namun ia berada di bawah
pengawasan maksimal polisi militer. Tidak banyak yang
dapat ia lakukan, kedua kakinya lumpuh akibat tembakan
yang dimuntahkan Hariswan dan tangan kanannya sudah
tak bisa digunakan untuk menembak akibat peluru yang
menembus bahunya. Ia hanya bisa membeberkan
rencananya kepada Hariswan dan Jenderal Yono, karena
LOST BASTARD 265
keduanya telah berjanji akan membantunya merealisasikan
ide ‘Indonesia mandiri’.
Hariswan dan Jenderal Yono menepati janjinya.
Presiden Yarisman akhirnya turun tahta dan digantikan
dengan Letjen Purnawirawan Supono, seorang panglima
Angkatan Darat yang berteman baik dengan Kolonel
Syamsul alias Mad Bulldog. Ia kemudian diberikan arahan
oleh Mad Bulldog melalui Jenderal Yono untuk mengatasi
masalah yang banyak terjadi di Indonesia, khususnya
masalah ‘percintaan’ antara Indonesia dengan bangsa
barat.
Meskipun tidak se-ekstrem pemikiran Mad Bulldog,
namun Presiden Supono berhasil membuat negara-negara
barat angkat kaki dari Indonesia. Hubungan diplomatik
tetap berjalan, komunikasi antar pemimpin negara tetap
langgeng, namun mereka—orang-orang barat—sangat
menjaga jarak dengan Indonesia, takut terulang kejadian
seperti di SMA San Maria.
266 BIMA WHYNOT
Perusahaan-perusahaan asing akhirnya mundur dan
melarikan diri dari tanah Indonesia, diambil alih oleh
perusahaan lokal. Sektor minyak dan gas bumi
menunjukkan perubahan yang paling besar, Pertamina
langsung menguasai 95% lokasi pengeboran minyak dan
gas bumi di Indonesia setelah ditinggal oleh ‘majikannya’.
Sementara itu, Jenderal Yono dan Hariswan kembali
kepada kehidupan masing-masing. Jenderal kembali
menjadi guru dan bapak yang menjaga anak-anaknya,
sedangkan Hariswan menjadi kepala instruktur di sebuah
perusahaan keamanan swasta. Akan tetapi, sejak hari di
mana mereka meringkus Mad Bulldog, keduanya jarang
bertemu dan saling mengontak.
Hari itu mungkin kesempatan yang baik bagi
Jenderal Yono untuk menghubungi Hariswan karena
merupakan hari libur nasional. Ia memang sedang berlibur
bersama keluarganya, tetapi setidaknya ia bisa menyapa
Hariswan melalui telepon.
LOST BASTARD 267
“Bagaimana kabar Kapten Hariswan, jenderal? Kau
sudah lama tidak bersama dengannya,” tanya Kashmir
sembari mengemudikan mobilnya.
“Ah, Hariswan. Benar juga, sudah lama aku tak
bertemu dengannya,”
“Benar juga, kau tidak pernah menghubunginya
lagi? Padahal ia sudah menolong keluarga kita,” timpal Bu
Anya.
“Haha, kalian ini. Baiklah, aku akan
menghubunginya. Barangkali ia ada waktu berlibur dengan
kita juga,” ujar jenderal. “Oh, aku baru ingat bahwa nomor
ponsel Hariswan sudah berubah...”
“Tenang, jenderal. Aku sudah mendapatkan
nomornya, ini dia!” sela Firman. Ia duduk di samping
Kashmir.
“Ah, bagus sekali! Tak salah aku memilih ahli
komputer seperti dirimu. Oke… saatnya kita menghubungi
268 BIMA WHYNOT
Hariswan dan say hi,” jenderal segera menghubungi nomor
yang tertera pada ponsel Firman.
“Halo, Hariswan! Apa kabarmu?”
“Huh? Siapa ini?” Hariswan tak mengenali suara si
penelepon, tampak jelas bahwa dirinya sudah lama tak
berbincang dengan jenderal.
“Jenderal Yono. Bagaimana kau bisa lupa dengan
suaraku? Sedang sibuk apa dirimu?”
“Ah, jenderal. Seperti biasa, berkelahi dengan orang
lain…”
“Haha, kau berkelahi tetapi mengatakannya seperti
sedang bermain gundu. Kau pasti sedang luang ‘kan?
Bagaimana jika kita bertemu lagi? Sudah hampir enam
bulan kita tidak saling mengontak,”
“Errm, maaf jenderal. Aku tidak bisa. Sebenarnya
saat ini aku benar-benar sedang berkelahi dengan orang
lain. Kau menghubungiku di saat yang tak tepat,”
LOST BASTARD 269
“Oh…” ekspresi jenderal berubah, wajahnya yang
berseri-seri itu segera tergantikan oleh mimik serius. “Apa
ada peristiwa besar yang baru saja terjadi?”
“Aku masih belum yakin, jenderal. Aku akan
menghubungimu kelak, aku harus selesaikan permasalahan
ini terlebih dahulu,” Hariswan langsung mematikan
ponselnya, ia tidak menunggu jawaban dari Jenderal Yono.
“Hmm, apa yang sebenarnya sedang terjadi?”
gumam jenderal sambil memasukkan ponselnya ke saku
celana.
“Ada apa, ayah?” Bu Anya bertanya.
“Tak tahu, Hariswan terdengar tidak senang
terhadap sesuatu, tetapi aku tak tahu apa,”
“Mungkin masalah pribadi, jenderal?” Firman
menambah pertanyaan.
“Mungkin saja, tetapi sepertinya tidak begitu. Tak
tahulah, mari kita bersenang-senang terlebih dahulu. Ini
adalah momen liburan, bukan?” Jenderal Yono menutupi
270 BIMA WHYNOT
rasa penasarannya dengan senyuman. Sesungguhnya,
hatinya gelisah, ia merasakan sesuatu yang tidak baik.
Beralih kepada Hariswan, ia tampak sedang berada
di sebuah ruangan yang minim cahaya. Mungkin ia berada
di sebuah gudang atau hangar yang sudah tak terpakai,
entahlah. Ia menoleh ke arah samping, menatapi seorang
pria yang bersandar luruh di dinding. Mengejutkan, hidung
dan mulut sang pria mengeluarkan darah, sepertinya ia baru
saja berkelahi dengan Hariswan. Tetapi kenapa?
“Katakan hal yang baru saja kau katakan tadi,” ujar
Hariswan dingin.
“Heheheh, kau tidak dengar? Aku akan
memberikanmu sedikit petunjuk, kau hanya perlu
memecahkan rangkaian kalimat sederhana dariku: cepat
atau lambat, mimpi buruk akan datang dari negeri mentari,”
Hariswan naik pitam, ia pun menampar sang pria
dengan pistolnya. “Berhentilah membuang waktuku,
kacung. Aku tidak punya waktu untuk kau gombali dengan
LOST BASTARD 271
puisi, hatiku bisa galau. Katakan kepadaku untuk siapa kau
bekerja?!”
Pria itu malah tertawa. Ia tak takut dengan ancaman
Hariswan. “Sudah kukatakan tadi: negeri mentari.
Percayalah, jika kau melawan, kau akan mati sama seperti
masa lalu, mungkin lebih buruk,”
“BLAM!” kesabaran Hariswan sudah habis, ia pun
melepaskan tembakan kepada pria tersebut. Sang pria
langsung rubuh tak sadarkan diri, ia tewas seketika.
“Puh! Negeri mentari katanya. Itu sudah cukup
menjadi jawaban, tetapi apa?” Hariswan menggaruk-garuk
kepalanya, ia kebingungan. Ia kemudian berjalan menuju
jendela yang kusam dan menatap langit siang itu. “Mentari
berarti matahari. Huh? Itu artinya… Jepang?”
END
272 BIMA WHYNOT
Sekilas Tentang Hariswan
Hariswan Ramadya merupakan seorang pemuda
yang berasal dari Bandung. Ia lahir di tengah keluarga yang
normal; ayahnya merupakan seorang pebisnis andal,
sedangkan ibunya merupakan seorang pengusaha kain.
Meskipun tinggal di pinggiran kota, namun keadaan
ekonomi keluarganya cukup baik. Itulah mengapa Hariswan
bisa menimba ilmu di sekolah-sekolah favorit.
Sejak kecil, Hariswan merupakan anak yang cerdas
dan cekatan, ia tampak menonjol dalam bidang akademik
maupun non-akademik di sekolahnya. Tidak hanya itu,
Hariswan juga disenangi oleh teman-temannya karena ia
sering mengatakan hal-hal konyol yang terdengar sinis,
tetapi lucu.
Hariswan tak pernah bermimpi menjadi seorang
anggota militer sebelumnya, ia malah bercita-cita menjadi
seorang petinju professional. Sejak SMP, ia sudah menekuni
olahraga tinju, itulah mengapa Hariswan lebih sering
bertarung menggunakan tangan dibanding menggunakan
LOST BASTARD 273
kaki. Sepak terjangnya dalam olahraga tinju tergolong
sangat baik, ia menjadi juara berturut-turut di SMA-nya dan
pernah membantu seorang pria—yang ternyata merupakan
anggota Paskhas—saat dikeroyok oleh belasan anggota
geng motor (pada waktu itu ia sudah duduk di bangku
kuliah).
Karena berhasil mengusir anggota geng motor yang
berusaha membunuh seorang anggota Paskhas, Hariswan
pun didatangi dan diwawancarai oleh seorang mayor baret
jingga di kemudian hari. Betapa terkejutnya Hariswan
menerima tamu seorang perwira Angkatan Udara di depan
kampusnya. Pada intinya, sang mayor mengucapkan terima
kasih karena telah menolong anak buahnya dan
mengungkapkan kekagumannya pada kemampuan beladiri
Hariswan. Ia pun menawarkan Hariswan untuk melamar
sebagai perwira karir6 setelah lulus dari bangku perkuliahan.
6 Anggota militer yang dipilih dari lulusan perguruan tinggi negeri maupun swasta. Umumnya, perwira karir dilantik dengan pangkat pertama Letnan Dua (Letda)
274 BIMA WHYNOT
Hariswan menyetujuinya, siapa yang tidak mau
ditawari menjadi anggota pasukan khusus? Dari sanalah
ketertarikannya dalam bidang militer mulai mencuat.
Setelah lulus dari kuliahnya, ia mengikuti seleksi perwira
karir dan lolos. Semenjak resmi menyandang baret jingga,
ia tak pernah berhenti berprestasi, hingga akhirnya ia pun
terpilih menjadi anggota Detasemen 901 yang merupakan
grup intelijen dari Detasemen Bravo 90.
Beralih kepada kehidupan asmara Hariswan, ia
merupakan pria yang memiliki cukup banyak penggemar di
kalangan wanita. Akan tetapi, ia tampaknya tidak begitu
tertarik menjalani kisah percintaan kecuali satu atau dua
kali. Tidak ada alasan khusus dibalik hal tersebut, ia hanya
merupakan tipe lelaki yang sulit jatuh cinta dan menunggu
wanita datang kepadanya. Sama seperti kisahnya dengan
Briptu Marsha7, andaikan Marsha tidak menghampirinya
dan berbincang-bincang dengannya, Hariswan takkan
membuka hatinya.
7 Lihat di penghujung bab dua
LOST BASTARD 275
Hariswan juga memiliki beberapa talenta menarik
yang berguna untuk menjalankan tugasnya, diantaranya
adalah:
1. Penguasaan bahasa asing, yakni Inggris, Arab,
Jepang, Korea, dan Jerman. Ia juga bisa berbicara
Bahasa Mandarin dan Perancis, namun tidak begitu
lancar.
2. Ketepatan menembak. Sebagai ‘jebolan’ pasukan
khusus, Hariswan memiliki kemampuan menembak
yang luar biasa, baik dengan senapan maupun pistol.
Ia bisa menembak dengan posisi tersulit sekalipun,
namun tepat sasaran.
3. Penguasaan senjata klasik, seperti pedang, panah,
dan sumpit beracun. Hariswan beranggapan bahwa
selalu ada momen dimana senjata api tak bisa
digunakan untuk bertempur. Oleh karenanya, setiap
tentara dan petarung harus melatih diri dengan ‘cara
lama’.
276 BIMA WHYNOT
4. Ketahanan dan stamina tinggi. Sejak remaja,
Hariswan sudah banyak menempa diri dengan
berbagai macam olahraga, khususnya tinju. Hal
tersebut membuat fisiknya memiliki daya tahan
yang luar biasa. Lihat pertarungannya dengan Mad
Bulldog di penghujung cerita; meskipun terluka,
namun ia bisa mengungguli Mad Bulldog.
5. Penyamaran. Hariswan cukup lihai berakting,
kemampuannya itu ia kembangkan untuk keperluan
penyamaran. Ia mempertajam kemampuannya
setelah bertemu dengan Gama, mantan prajurit
Sandi Yudha Kopassus yang dijuluki Bunglon.