11
Mapping limfatik intra-abdomen untuk limfadenektomi pelvis dan paraaorta selektif langsung pada wanita dengan kanker endometrium risiko tinggi: Hasil studi percontohan Tujuan: Untuk menentukan kelayakan mapping limfatik intraperitoneal dari fundus uteri sebagai cara untuk mengidentifikasi lokasi target untuk biopsi kelenjar getah bening selama laparotomi staging dan untuk mengembangkan pengalaman awal dengan teknik ini. Metode: Lima belas wanita dengan tumor endometrium risiko tinggi dimasukkan ke dalam studi percontohan yang disetujui Institutional Review Board ini. Pada laparotomi, pewarna isosulfan blue (1,0 ml) disuntikkan ke dalam miometrium subserosa di tiga tempat: titik tengah superior dari fundus, 2 cm inferior dari dinding anterior, dan 2 cm inferior dari dinding posterior. Serapan pewarna ke saluran limfatik diamati selama 10 menit. Ruang retroperitoneal dibuka. saluran limfatik dan kelenjar getah bening yang berwarna biru dalam daerah pelvis dan paraaorta diidentifikasi. Kelenjar getah bening yang menunjukkan serapan pewarna dibiopsi sebagai spesimen terpisah: lokasi kelenjar getah bening ini secara cermat direkam. Histerektomi dan limfadenektomi selektif kemudian dilakukan seperti biasa. Hasil: Saluran limfatik yang mengalir ke broad ligament dan di sepanjang pembuluh darah ovarium diidentifikasi dari semua uteri yang diinjeksi. Deposisi pewarna ke dalam kelenjar getah bening yang

2-5.Intraabdominal Lymphatic Mapping to Direct Selective Pelvic and(5).doc

Embed Size (px)

Citation preview

Mapping limfatik intra-abdomen untuk limfadenektomi pelvis dan paraaorta selektif langsung pada wanita dengan kanker endometrium risiko tinggi: Hasil studi percontohanTujuan: Untuk menentukan kelayakan mapping limfatik intraperitoneal dari fundus uteri sebagai cara untuk mengidentifikasi lokasi target untuk biopsi kelenjar getah bening selama laparotomi staging dan untuk mengembangkan pengalaman awal dengan teknik ini. Metode: Lima belas wanita dengan tumor endometrium risiko tinggi dimasukkan ke dalam studi percontohan yang disetujui Institutional Review Board ini. Pada laparotomi, pewarna isosulfan blue (1,0 ml) disuntikkan ke dalam miometrium subserosa di tiga tempat: titik tengah superior dari fundus, 2 cm inferior dari dinding anterior, dan 2 cm inferior dari dinding posterior. Serapan pewarna ke saluran limfatik diamati selama 10 menit. Ruang retroperitoneal dibuka. saluran limfatik dan kelenjar getah bening yang berwarna biru dalam daerah pelvis dan paraaorta diidentifikasi. Kelenjar getah bening yang menunjukkan serapan pewarna dibiopsi sebagai spesimen terpisah: lokasi kelenjar getah bening ini secara cermat direkam. Histerektomi dan limfadenektomi selektif kemudian dilakukan seperti biasa. Hasil: Saluran limfatik yang mengalir ke broad ligament dan di sepanjang pembuluh darah ovarium diidentifikasi dari semua uteri yang diinjeksi. Deposisi pewarna ke dalam kelenjar getah bening yang diidentifikasi secara kasar terlihat pada 10 dari 15 kasus (67%). Sebanyak 31 kelenjar getah bening menunjukkan serapan pewarna. Lokasi kelenjar getah bening ini mencakup lokasi paraaorta pada 12, common iliac pada 6, dan pelvis pada 13 kasus. Tidak ada kelenjar getah bening paraaorta yang mengandung pewarna yang terlihat di bawah asal dari arteri mesenterika inferior. Saluran limfatik yang mengalir di atas pembuluh darah ginjal terlihat secara rutin. Metastasis kelenjar getah bening mikroskopis pada kelenjar getah bening sentinel diidentifikasi pada 2 dari 4 wanita dengan penyebaran limfatik yang terbukti. Kesimpulan: Mapping limfatik dari fundus uteri layak dan dapat mengidentifikasi target untuk biopsi kelenjar getah bening selektif pada beberapa wanita. Observasi awal mengkonfirmasi bahwa jaringan limfatik yang mendrainase uterus adalah kompleks dan melibatkan kelenjar getah bening pelvis dan paraaorta. Saluran limfatik yang paralel dengan pembuluh darah ovarium tidak diamati memasuki kelenjar getah bening sampai mencapai tingkat mid-abdomen. Pengalaman lebih lanjut dan perbaikan teknik dapat menghasilkan perkembangan dari limfadenektomi selektif yang didasarkan pada visualisasi langsung dari drainase limfatik uterus daripada sampling acak saat ini.

Adanya metastasis kelenjar getah bening memiliki dampak besar pada prognosis wanita dengan kanker endometrium. Studi otopsi Henriksen mengidentifikasi metastasis kelenjar getah bening pada kelenjar getah bening pelvis atau paraaorta pada lebih dari 60% kasus [1]. Dalam studi bedah staging Gynecologic Oncology Group, kelangsungan hidup bebas kekambuhan secara signifikan lebih rendah dalam kasus-kasus dengan penyebaran kelenjar getah bening pelvis atau paraaorta [2]. Identifikasi metastasis kelenjar getah bening merupakan bagian integral dari bedah staging pada pasien dengan kanker endometrium. Namun, teknik yang paling tepat dan dapat diandalkan untuk menilai kelenjar getah bening pelvis dan paraaorta masih belum jelas. Karena setidaknya satu-setengah dari metastasis kelenjar getah bening tidak teraba, penggunaan palpasi untuk mendeteksi kelenjar getah bening yang abnormal untuk biopsi adalah tidak memadai [3]. Akibatnya, sebagian besar ahli bedah menggunakan baik limfadenektomi pelvis dan paraaorta lengkap ataupun selektif sebagai prosedur staging mereka [2-4]. Apakah limfadenektomi lengkap memberikan informasi yang lebih akurat daripada prosedur selektif tidak diketahui. Namun demikian, kemampuan untuk mengidentifikasi kelenjar getah bening khusus yang mendrainase fundus uteri di antara 50 - 60 dalam ruang retroperitoneal akan memiliki potensi untuk meningkatkan reliabilitas limfadenektomi staging dan mungkin menawarkan potensi untuk mengurangi jumlah diseksi yang diperlukan.Mapping limfatik intraoperatif dirintis dan dipopulerkan oleh Morton dan rekannya sebagai teknik untuk mengevaluasi pasien dengan melanoma kulit stadium awal terhadap potensi metastasis ke kelenjar getah bening regional [5]. Levenback dkk. mengadaptasi teknik ini sebagai metode untuk menyelidiki limfatik inguinal pada wanita dengan kanker vulva [6,7]. Mapping limfatik saat ini sedang diteliti dalam beberapa keganasan kulit yang memiliki rute drainase limfatik yang telah ditentukan dengan baik ke basin kelenjar getah bening regional yang diidentifikasi. Aplikasi yang melibatkan organ dalam rongga abdomen, yang memiliki pola drainase limfatik yang lebih kompleks, belum dilaporkan. Karena minat kami dalam menyempurnakan konsep bedah staging pada wanita dengan kanker endometrium dan pengalaman awal kami dengan mapping intraoperatif di lokasi lain, kami memulai studi percontohan ini untuk menyelidiki drainase limfatik fundus uteri secara in vivo. METODE Pasien dengan kanker endometrium yang secara klinis terbatas pada uterus dan yang dinilai beresiko untuk metastasis kelenjar getah bening berdasarkan pada derajat yang tinggi (2 atau 3) atau varian histologi (serosa papiler atau clear cell) ditawarkan untuk memasuki studi percontohan yang disetujui Institutional Review Board ini. Semua pasien adalah calon yang dapat diterima untuk histerektomi dan bedah staging yang diperluas dan diminta untuk menandatangani informed consent.Pada saat laparotomi eksplorasi dan setelah pembilasan pelvis untuk analisis sitologi, uterus diekspos dan tuba fallopi dioklusi dengan hemoclips. Volume 1 mililiter dari pewarna isosulfan blue (Lymphazurin) (1%) diinjeksi ke dalam miometrium subserosa di tiga lokasi midline dengan menggunakan jarum suntik tuberkulin. Lokasi injeksi yaitu bagian yang paling superior dari fundus, garis tengah anterior 2 cm di bawah lokasi injeksi superior, dan garis tengah posterior 2 cm di bawah lokasi injeksi superior. Lokasi injeksi ini dipilih untuk meniru lokasi tumor endometrium infiltratif dalam yang timbul di bagian manapun dari fundus. Injeksi midline digunakan untuk memaksimalkan kemungkinan mengamati drainase limfatik bilateral.Serapan pewarna dipantau secara transperitoneal selama 10 menit setelah injeksi. Lokasi dan rute dari saluran limfatik yang terlihat dicatat dan ditandai pada diagram anatomi. Ruang retroperitoneal kemudian dibuka untuk mengekspos aorta, vena cava, dan pembuluh dara pelvis. Saluran limfatik yang berwarna biru didiseksi dalam upaya untuk mengidentifikasi kelenjar getah bening yang mengandung pewarna di daerah pelvis dan paraaorta. Ketika diidentifikasi, kelenjar getah bening ini diangkat sebagai biopsi dan diteruskan ke patologi sebagai spesimen individual. Lokasi dari semua kelenjar getah bening yang mengandung pewarna dicatat pada diagram anatomi. Semua ruang limfatik pelvis diperiksa. Diseksi aorta di sepanjang aorta di atas level arteri renalis tidak dilakukan.Setelah menyelesaikan biopsi kelenjar getah bening biru yang diidentifikasi, histerektomi ekstra fasia sederhana dan salpingoooferektomi bilateral dilakukan. Biopsi staging operatif standar kami terdiri dari omentektomi parsial dan limfadenektomi pelvis dan paraaorta selektif dengan biopsi bilateral dari 3-4 lokasi pelvis dan 1-2 lokasi aorta. Spesimen ini diteruskan untuk pemeriksaan histologi. Studi kecil ini menggunakan injeksi pewarna untuk secara intraoperatif memvisualisasikan struktur anatomi limfatik. Hasil yang diperoleh sepenuhnya bersifat deskriptif dan disajikan melalui teks dan diagram.HASILLima belas wanita setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Tujuh pasien memiliki adenokarsinoma endometrium derajat 2, empat memiliki adenokarsinoma derajat 3, tiga memiliki karsinoma serosa papiler, dan satu memiliki tumor Mullerian campuran ganas.Serapan difus dari pewarna ke dalam jaringan limfatik serosa terlihat pada semua uterus yang diinjeksi. Jaringan superfisial dari pembuluh darah kecil biasanya dapat diidentifikasi dengan warna biru terang selama injeksi. Saluran-saluran yang lebih kecil ini bersatu untuk membentuk pembuluh limfatik yang diidentifikasi secara visual pada kornu uteri dan berdekatan dengan segmen bawah uteri (Gambar 1). Sebuah jaringan limfatik uteri dengan drainase bilateral ke kornu dan broad ligament terlihat pada semua kasus dalam waktu 2 - 3 menit setelah injeksi. Saluran limfatik yang lebih besar dapat diidentifikasi di sepanjang pembuluh darah ovarium dan dalam broad ligament dalam 5-10 menit pasca injeksi.Pewarna dalam saluran limfatik mudah dilihat setelah round ligament terbagi dan insisi parakolika lateralis dilakukan untuk membuka ruang retroperitoneal dan mengekspos pembuluh darah utama (Gambar 2). Dalam beberapa kasus, diseksi di sepanjang saluran yang tervisualisasi mengarahkan pada kelenjar getah bening berwarna biru yang jelas (Gambar 3). Dalam kasus lain, pewarna dalam saluran limfatik tidak bisa langsung ditelusuri ke kelenjar getah bening yang diidentifikasi. Deposisi pewarna ke setidaknya satu kelenjar getah bening diamati pada 10 dari 15 kasus (67%). Serapan pewarna tersebut ditunjukkan dalam total 31 kelenjar getah bening. Lokasi dari kelenjar getah bening ini termasuk lokasi paraaorta pada 12, common iliac pada 6, dan pelvis pada 13 kasus (Gambar 4). Tidak ada kelenjar getah bening paraaorta yang mengandung pewarna yang terlihat di bawah asal arteri mesenterika inferior. Saluran limfatik berkaliber besar yang mengalir di atas batas diseksi secara rutin diamati.Empat wanita (27%) ditemukan memiliki tumor dalam kelenjar getah bening yang direseksi. Dalam dua kasus, metastasis kelenjar getah bening terlihat pada kelenjar getah bening yang ditandai dengan pewarna biru. Pasien ketiga memiliki kelenjar getah bening paraaorta yang mengandung pewarna yang secara patologis negatif, tetapi fokus karsinoma serosa papiler ditemukan dalam kelenjar getah bening obturator yang tidak mengandung pewarna. Pasien keempat memiliki beberapa metastasis kelenjar pelvis besar tetapi tidak ada penyerapan zat warna dalam setiap kelenjar getah bening.Teknik injeksi menambahkan sekitar 30 menit pada waktu bedah bila dibandingkan dengan waktu yang biasa untuk limfadenektomi selektif. Waktu tambahan ini dibagi rata antara mengamati dan merekam lokasi serapan pewarna dan mendiseksi saluran limfatik yang diidentifikasi. Tidak ada reaksi yang merugikan atau cedera yang disebabkan oleh injeksi pewarna.DISKUSISampling kelenjar getah bening untuk mendeteksi keberadaan metastasis sebagai bagian dari evaluasi staging adalah prosedur yang tidak pasti. Potensi kesalahan sampling terkait dengan jumlah dan lokasi limfatik yang dibiopsi, jumlah kelenjar getah bening yang diperiksa, dan jumlah potongan histologi yang diambil dari setiap kelenjar getah bening. Meskipun limfadenektomi pelvis dan paraaorta lengkap menyediakan sampel limfatik yang paling luas, luasnya diseksi ini meningkatkan potensi cedera bedah pada struktur yang berdekatan dan dapat meningkatkan risiko komplikasi radiasi pasca bedah [8, 9]. Akibatnya, limfadenektomi selektif telah banyak digunakan untuk evaluasi staging karena lebih sederhana dan tampaknya memberikan data yang dapat diandalkan mengenai kejadian yang sebenarnya dari metastasis kelenjar getah bening [2]. Pendekatan limfadenektomi selektif kami yaitu dengan membagi daerah limfatik pelvis dan paraaorta menjadi lima zona berdasarkan hubungan anatomi mereka dengan suplai darah arteri: paraaorta, iliaka, iliaka eksterna, hipogastrika, dan obturator [3]. Sampling bilateral dari setidaknya satu kelenjar getah bening dari masing-masing zona ini menyediakan minimum sampel sebesar 10 kelenjar getah bening. Pemilihan kelenjar getah bening mana yang dibiopsi di setiap zona adalah bebas. Sebuah teknik yang mampu memperbaiki pendekatan ini dengan menargetkan kelenjar getah bening khusus untuk biopsi akan memiliki potensi untuk meningkatkan akurasi dan reliabilitas limfadenektomi staging sambil membatasi diseksi yang diperlukan.Kami menggunakan studi percontohan ini untuk mengeksplorasi kemungkinan penggunaan mapping intraoperatif sebagai metode untuk memvisualisasikan drainase limfatik uterus. Kami sangat tertarik dalam menentukan apakah kelenjar getah bening tertentu dapat ditargetkan karena mereka cenderung mendrainase cairan limfatik dari fundus uteri. Sementara pengamatan kami masih awal, ini akan terlihat memungkinkan dengan jumlah kasus yang lebih besar. Jlas bahwa pola drainase limfatik uterus jauh lebih kompleks daripada yang diamati dalam studi mapping keganasan kulit. Pengalaman kami dalam tumor vulva menunjukkan bahwa drainase limfatik dari lesi T1 ke T2 yang diberikan hanya menghasilkan satu atau dua kelenjar getah bening sentinel. Dalam kasus uterus kami, saluran limfatik bilateral dalam ligamentum infundibulopelvik dan broad ligament terlihat pada setiap pasien. Sebagai akibatnya, beberapa kelenjar getah bening di lokasi anatomi yang terpisah luas diidentifikasi.Beberapa pengamatan yang menarik dihasilkan. Pertama, tidak ada kelenjar getah bening paraaorta biru yang diidentifikasi di bawah level asal arteri mesenterika inferior. Bahkan, semua kelenjar getah bening paraaorta yang mengandung pewarna berkerumun tepat di bawah level pembuluh darah ginjal. Hal ini akan menunjukkan bahwa saluran limfatik paraaorta dari uterus paralel dengan pembuluh darah ovarium dan bahwa biopsi kelenjar getah bening aorta bagian bawah tidak mencerminkan drainase dari uteri. Kedua, saluran limfatik berkaliber besar sering terlihat melintasi area pelvis dan paraaorta tanpa mengarah ke identifikasi kelenjar getah bening. Seringkali saluran ini bisa dilacak jauh di atas level bagain atas diseksi. Kami menganggap bahwa beberapa dari saluran ini langsung mengosongkan diri ke chyli cisterna, duktus thoracicus, dan kemudian sirkulasi sistemik. Hal ini akan memberikan sebuah rute anatomi untuk penyebaran jauh melangkahi kelenjar getah bening retroperitoneal. Ketiga, ada variasi yang luas dalam lokasi kelenjar getah bening pelvis dengan penyerapan pewarna yang mencoba untuk membatasi tingkat sampling kelenjar getah bening ke daerah anatomi yang kecil dan terdefinisi dengan baik tidak mungkin layak. Keempat, pasien dengan limfadenopati luas tidak menunjukkan penyerapan zat warna ke dalam kelenjar getah bening. Sekali metastasis kelenjar getah bening ditegakkan, kelenjar getah bening yang terlibat tidak lagi mungkin menyaring limfe, sehingga mengubah rute drainase limfatik yang biasa. Mapping limfatik mungkin tidak dapat diaplikasikan dalam situasi tersebut.Pengalaman awal dengan mapping intraoperatif dalam rongga abdomen ini telah mengangkat sejumlah pertanyaan teknis. Apakah lokasi injeksi yang dipilih mencerminkan drainase limfatik tumor dengan benar? Berapakah volume pewarna yang optimal untuk injeksi? Berapa lamakah waktu transit biasa dari injeksi ke deposisi dalam kelenjar getah bening sentinel? Berapa lama pewarna tetap di kelenjar getah bening sentinel sebelum mengalir ke lokasi sekunder? Apakah biopsi beberapa kelenjar getah bening yang mengandung pewarna dapat memprediksi status kelenjar getah bening dengan benar? Penelitian ini tidak dirancang untuk memberikan penilaian terhadap reliabilitas biopsi kelenjar getah bening yang ditargetkan. Evaluasi tersebut akan membutuhkan pengalaman yang jauh lebih banyak dengan teknik ini dan jumlah yang besar dari pasien. Kami berencana untuk melanjutkan ke studi lebih lanjut pada model binatang untuk memperbaiki pendekatan bedah dan untuk menyelesaikan beberapa masalah teknis yang disebutkan.