17
BAB I PENDAHULUAN menyarankan virus Coxsackie (terutama Coxsackie B4) memiliki peran dalam pengembangan tipe onset akut I (sebelumnya dikenal sebagai juvenile) diabetes, namun hubungan ini masih dalam penyelidikan. Virus Coxsackie dan enterovirus lainnya dapat menyebabkan penyakit anak dari tangan, kaki, dan penyakit mulut. Namun, sebagian besar anak-anak dengan infeksi virus Coxsackie sepenuhnya menyelesaikan gejala dan infeksi dalam waktu sekitar 10-12 hari. 2.4 Patofisiologi Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah penyakit umum yang biasa terjadi pada kelompok masyarakat yang sangat padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun. Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari manusia ke manusia yaitu melalui droplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, pakaian, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekret tersebut. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa. 1

1hfmd

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penyakit infeksi

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

menyarankan virus Coxsackie (terutama Coxsackie B4) memiliki peran dalam

pengembangan tipe onset akut I (sebelumnya dikenal sebagai juvenile) diabetes, namun

hubungan ini masih dalam penyelidikan.

Virus Coxsackie dan enterovirus lainnya dapat menyebabkan penyakit anak dari

tangan, kaki, dan penyakit mulut. Namun, sebagian besar anak-anak dengan infeksi virus

Coxsackie sepenuhnya menyelesaikan gejala dan infeksi dalam waktu sekitar 10-12 hari.

2.4 Patofisiologi

Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah

penyakit umum yang biasa terjadi pada kelompok masyarakat yang sangat padat dan

menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun. Orang dewasa umumnya kebal

terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari manusia ke manusia

yaitu melalui droplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak

tidak langsung melalui barang, handuk, pakaian, peralatan makanan, dan mainan yang

terkontaminasi oleh sekret tersebut. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa penyakit

seperti lalat dan kecoa.

Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM

lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Penyakit tangan, kaki dan mulut adalah

penyakit umum dan penyebarannya dapat terjadi di antara kelompok anak, misalnya di

sekolah atau di tempat penitipan anak. Penyakit tangan, kaki dan mulut biasanya tersebar

melalui hubungan sesama manusia. Virus ini tersebar melalui fekal-oral pada tangan yang

tercemar, namun bisa juga disebarkan melalui lendir mulut atau sistem pernapasan dan

kontak langsung dengan cairan di dalam lepuhnya. Sesudah berhubungan dengan orang

yang terkena, biasanya di antara 3-5 hari lepuh baru akan timbul. Selama masih ada

cairannya, lepuh ini bisa menular dan virus ini juga bisa berminggu-minggu berada di

dalam kotoran.

Penyakit KTM mempunyai masa inkubasi 3-6 hari. Selama masa epidemik, virus

menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang lain atau dari ibu kepada janin

1

yang dikandungnya. Virus menular melalui kontak langsung dengan sekresi hidung dan

mulut, tinja, maupun virus yang terhisap dari udara. Implantasi dari virus di dalam bukal

dan mukosa ileum segera diikuti dengan penyebaran menuju nodus-nodus limfatik

selama 24 jam. Setelah itu segera timbul reaksi berupa bintik merah yang kemudian

membentuk lepuhan kecil mirip dengan cacar air di bagian mulut, telapak tangan, dan

telapak kaki. Selama 7 hari kemudian kadar antibodi penetral akan mencapai puncak dan

virus tereliminasi.

2

2.5 Menifestasi Klinis

Setelah masa inkubasi penyakit HFMD yaitu sekitar 3 sampai 6 hari timbul gejala

prodromal selama 12 sampai 24 jam berupa demam yang tidak terlalu tinggi, malaise,

dan nyeri abdominal atau gejala respiratorik lainnya. Dua puluh lima persen pasien dapat

mengalami limfadenopati submandibular dan atau servikal.

Gejala klinis ditandai dengan adanya ulserasi berupa lesi di sekitar mulut yang

sangat pedih sehingga menyebabkan anak tidak mau makan. Lesi di mulut berupa makula

yang dapat berkembang menjadi vesikel, dengan daerah tersering timbul yaitu di

palatum, lidah, serta mukosa pipi (buccal). Lesi mukokutaneus yang terjadi berupa timbul

makula sampai papula yang berkembang cepat menjadi vesikel dengan dikelilingi dasar

yang kemerahan (eritem). Vesikel cepat mengalami erosi yang dikelilingi halo yang

kemerahan. Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut.

Fase erupsi lesi pada mulut terjadi pada sekitar 90% kasus yang merupakan tanda

khusus penyakit ini. Sekitar sepuluh atau lebih Aphtae-like erosi dapat terlihat di kavitas

oral. Lesi kutaneus pada dua pertiga pasien terlihat kurang dari 24 jam setelah enanthem.

Lesi berukuran 3-7 mm, timbul makula yang cepat berubah warna menjadi kepucatan dan

timbul vesikel. Vesikel timbul di telapak tangan, kaki, bagian dorsal jari dan ibu kaki, dan

dapat menyebar ke wajah, pantat, dan tungkai. Gejala ini dapat hilang kisaran 7 hari,

biasanya tanpa meninggalkan jaringan parut atau krusta.

3

Gambar 2. Vesikel dan eritem pada lidah pasien HFMD

4

Lesi kutaneus perifer terjadi pada sekitar dua per tiga kasus dan timbul segera

setelah timbul lesi oral. Lesi paling sering timbul pada telapak tangan, telapak kaki,

bokong, genitalia eksterna, muka, dan kaki. Lesi ini berkembang sama seperti lesi oral

yaitu dimulai timbulnya makula merah yang berkembang cepat menjadi vesikel

berbentuk oval, elips (berbentuk seperti bola kaki). Setelah vesikel pecah dan membentuk

krusta, lesi akan sembuh dalam waktu 7 sampai 10 hari.

5

Gambar 4. Vesikel pada telapak tangan pasien HFMD13

Gambar 3. Ulserasi pada lidah yang merupakan salah satu lesi oral HFMD

Gambar 5. Vesikel “football-shaped” pada telapak

6

Gambar 5. Vesikel “football-shaped” pada telapak

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Secara umum, tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk

HFMD. Jumlah leukosit berjumlah 4000-16000/μL, terkadang dapat terjadi limfositosis.

Jika dicurigai terjadi suatu epidemi atau wabah, dapat dilakukan biakan dari feses atau

dahak. Isolasi virus dilakukan dengan menggunakan apusan dari cairan vesikel atau dari

spesimen feses dan kemudian dilakukan biakan. Neutralizing antibodies menghilang

secara cepat tapi dapat terdeteksi hanya pada fase akut. Kadar yang tinggi dari antibodi

komplemen dapat muncul pada fase konvalesen. Beberapa penelitian menunjukkan

kegunaan pemeriksaan molekuler menggunakan Polymerase Chain Reaction untuk

mendiagnosis secara tepat dan spesifik untuk membedakan penyebab HFMD apakah

coxsackievirus A16 atau enterovirus 71.

Pemeriksaan laboratorium yang lain yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan

histopatologi, serologi, tes Tzank, dan biakan virus. Hal ini sangat membantu evaluasi

secara retrospektif dari seroprevalens penyakit ini di dalam suatu komunitas.

Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan adanya degenerasi retikular epidermis

yang menyebabkan terjadinya vesikel intraepidermal yang berisi netrofil, sel

mononuklear, dan eosinofilik. Pemeriksaan serologi dilakukan untuk mendeteksi adanya

neutralizing antibodies.

Pada fase akut, neutralizing antibodies dapat terdeteksi tapi menghilang secara

cepat. Pada fase konvalesens, terdapat peningkatan titer komplemen-antibodi. Pada

pemeriksaan Tzank tidak ditemukan multinucleated giant cell dan inclusion bodies.

Biakan virus dilakukan dengan mengisolasi virus di vesikel, dahak, ataupun feses. Feses,

dahak, cairan vesikel dapat digunakan sebagai bahan biakan. Feses dianggap sebagai

sampel yang paling tepat karena kemampuannya untuk menjaga virus untuk tetap hidup

dalam waktu yang lebih lama. Biakan organisme ini memungkinkan identifikasi

spesifikasi virus melalui observasi efek cytopathic dalam sel atau pembentuk plak pada

sel monolayer (plaque assay).

7

2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk HFMD yang paling mendekati yaitu Herpangina.

Penyakit lain yang dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis banding diantaranya yaitu

varisela, stomatitis Aphthous, erupsi obat, dan eritema multiform.

Diagnosis Banding Hand, Foot, and Mouth

Disease

Paling mendekati :

Herpangina

Dipertimbangkan :

Varisela

Stomatitis Aphthous

Erupsi obat

Eritema multiform

Ragu-ragu :

Herpes gingivostomatitis

2. 8 Tatalaksana

HFMD ini merupakan suatu penyakit yang bersifat self-limiting disease yang

dapat sembuh dalam waktu 7-10 hari. Pengobatan yang dilakukan bersifat simptomatik.

Tetapi pada kasus yang berat dengan penyebab HFMD yaitu enterovirus 71 dapat

diberikan terapi.

Tatalaksana umum

Tatalaksana umum meliputi edukasi untuk mencegah penularan dan penyebaran

virus yaitu edukasi bahwa virus yang menyebabkan HFMD tetap ada di feses pasien

selama satu bulan. Edukasi pentingnya teknik mencuci tangan yang baik dan benar untuk

mengurangi potensi penyebaran penyakit. Edukasi untuk tidak memecahkan lepuhan atau

bintil untuk mengurangi penyebaran virus. Anjurkan pasien untuk lebih sering minum

untuk mencegah dehidrasi. Ganti diet menjadi makanan lunak seperti sop jika terjadi lesi

8

Tabel 1. Diagnosis Banding HFMD5

di mulut. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat di rumah sampai keadaan umum pasien

membaik dan seluruh lesi pecah dan kering untuk mempercepat proses penyembuhan

HFMD yang bersifat self limiting disease.

Tatalaksana khusus

Tatalaksana khusus meliputi topikal dan sistemik. Tatalaksana topikal diantaranya

yaitu dengan pemberian obat topikal anestesi pada lesi sebelum makan berupa larutan

dyclonine hydrochlorida 0,5% atau gel lidokain untuk mengurangi rasa tidak nyaman

pada lesi di mulut saat penderita makan. Tatalaksana sistemik diantaranya berupa terapi

simptomatik yaitu pemberian antipiretik untuk mengatasi demam dan analgesik untuk

mengatasi arthralgia.

Pada penderita HFMD yang tidak mau minum, dapat diberikan terapi cairan secara

intravena untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan syok. Terapi awal dengan penggunaan

milrinone yaitu cyclic phosphodiesterase-inhibitor juga berpotensi untuk mengurangi

angka kematian dari penyakit yang memiliki komplikasi berat yang disebabkan

enterovirus 71. Pemberian IgG secara intravena di China pada tahun 2000 juga

menghasilkan angka keberhasilan penyembuhan infeksi enterovirus 71 pada kasus yang

parah.

2.9 Komplikasi

Pasien jarang mengalami komplikasi akibat HFMD. Salah satu komplikasi yang

sangat jarang terjadi yaitu eczema coxsackium yang terjadi pada seseorang dengan

riwayat eksim sebelumnya. Dehidrasi juga dapat terjadi pada penderita HFMD. Salah

satu komplikasi yang cukup serius yang diakibatkan virus enterovirus 71 yaitu

meningitis aseptik. Penderita meningitis aseptik sangat jarang dapat bertahan hidup.

Epidemi HFMD yang diakibatkan enterovirus 71 menyebabkan komplikasi kasus yang

berat diantaranya ensefalitis, ensefalomielitis, polio-like syndrome, miokarditis, edema

paru, perdarahan paru, dan kematian. Didapatkan hasil bahwa komplikasi yang cukup

serius lebih sedikit terjadi pada kasus yang berhubungan dengan coxsackievirus A16

dibandingkan akibat enterovirus 71.

9

2. 10 Pencegahan

Pencegahan dengan menggunakan vaksin untuk kasus HFMD terutama dengan

penyebab enterovirus 71 sedang dikembangkan. Seseorang dapat mengurangi risiko

penularan HFMD yaitu dengan :

1. Teknik mencuci tangan yang baik dengan menggunakan sabun dan air

terutama setelah mengganti popok bayi atau setelah keluar dari toilet

2. Bersihkan dengan menggunakan disinfektan benda-benda yang kotor

seperti mainan anak-anak. Pertama, cuci benda tersebut dengan air dan sabun, lalu

disinfeksi dengan menggunakan larutan klorin.

3. Mencegah kontak seperti mencium, memeluk, atau menggunakan bersama

peralatan makanan dengan penderita HFMD.

2. 11 Prognosis

HFMD merupakan penyakit yang bersifat self-limited disease yang sembuh dalam

kisaran 7-10 hari dan prognosisnya baik, tapi pada beberapa pasien tertentu seperti

pengguna imunosupresan atau neonatus, infeksi dapat berkembang menjadi komplikasi

yang mengancam jiwa. Tetapi beberapa kasus dilaporkan mengalami demam yang

lama, keluhan sistemik, diare, dan nyeri sendi.

10

BAB III

KESIMPULAN

Hand, foot, and mouth disease (HFMD) merupakan suatu penyakit infeksi virus

akut yang bersifat self-limiting disease yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak, yang

ditandai dengan adanya vesikel pada telapak tangan, telapak kaki, dan mukosa oral.

Distribusi penyebaran penyakit ini terjadi di seluruh belahan dunia dan sering

menimbulkan outbreak (wabah). Penyebab tersering disebabkan oleh coxsackievirus A16

(CVA 16) dan human enterovirus 71 (HEV71).

Transmisi terjadi melalui kontak langsung melalui droplet, sekresi oral atau feses

dalam rute fekal-oral atau oral-oral. Gejala klinis ditandai dengan adanya ulserasi berupa

lesi di sekitar mulut serta lesi mukokutaneus lainnya yang timbul di telapak tangan dan

telapak kaki terutama pada bagian jari-jari dan ibu jari. Lesi mukokutaneus yang terjadi

berupa timbul makula sampai papula yang berkembang cepat menjadi vesikel dengan

dikelilingi dasar yang kemerahan (eritem). Pemeriksaan penunjang lain yang dapat

dilakukan berupa pemeriksaan histopatologi, serologi, tes Tzank, dan biakan virus. Pasien

jarang mengalami komplikasi akibat HFMD. Salah satu komplikasi yang cukup serius

yang diakibatkan enterovirus 71 yaitu meningitis aseptik.

HFMD ini merupakan suatu penyakit yang bersifat self-limiting disease yang

dapat sembuh dalam waktu 7-10 hari dan prognosisnya baik, tapi pada beberapa pasien

tertentu seperti pengguna imunosupresan atau neonatus, infeksi dapat berkembang

menjadi komplikasi yang mengancam jiwa. Tatalaksana umum meliputi edukasi untuk

mencegah penularan dan penyebaran virus. Tatalaksana khusus meliputi topikal dan

sistemik yang bersifat simptomatis diantaranya pemberian anestesi topikal dyclonine

hidrochlorida 0,05% untuk mengurangi rasa tidak nyaman di mulut, pemberian

antipiretik untuk mengurangi demam, dan analgetik untuk meredakan nyeri. Terapi awal

yang juga berpotensi untuk mengurangi angka kematian dari penyakit yang memiliki

komplikasi berat yang disebabkan enterovirus 71 diantaranya pemberian milrinone serta

IgG intravena.

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Han JF et al. Antibody Dependent Enhancement Infection of Enterovirus 71 in vitro and

in vivo. Virology Journal 2011; 8: 106

2. Behrman R.E, Vaughan V.C. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th edition.

3. Wolff K, Richard AJ. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6 th

Ed. New York: The McGraw Hills, Inc.; 2009. p. 803-4

4. Centers for Disease Control and Prevention. Hand, Foot, and Mouth Disease : Prevention

and Treatment. Available from: http://www. cdc.gov [Last accessed 2013 May 26]

5. Nadhirin H. Informasi Penyakit Mulut, Kaki dan Tangan (PMKT) : Pengamatan

Epidemiologi Penyakit. Ditjen PPM PL: Jakarta; 2001.

http://www.annsilva.wordpress.com/2009/12/12/hand-foot-and-mouth disease [Diakses

25 Mei 2013]

12