Upload
meidy-regianto
View
230
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penyakit infeksi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
menyarankan virus Coxsackie (terutama Coxsackie B4) memiliki peran dalam
pengembangan tipe onset akut I (sebelumnya dikenal sebagai juvenile) diabetes, namun
hubungan ini masih dalam penyelidikan.
Virus Coxsackie dan enterovirus lainnya dapat menyebabkan penyakit anak dari
tangan, kaki, dan penyakit mulut. Namun, sebagian besar anak-anak dengan infeksi virus
Coxsackie sepenuhnya menyelesaikan gejala dan infeksi dalam waktu sekitar 10-12 hari.
2.4 Patofisiologi
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah
penyakit umum yang biasa terjadi pada kelompok masyarakat yang sangat padat dan
menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun. Orang dewasa umumnya kebal
terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari manusia ke manusia
yaitu melalui droplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak
tidak langsung melalui barang, handuk, pakaian, peralatan makanan, dan mainan yang
terkontaminasi oleh sekret tersebut. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa penyakit
seperti lalat dan kecoa.
Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM
lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Penyakit tangan, kaki dan mulut adalah
penyakit umum dan penyebarannya dapat terjadi di antara kelompok anak, misalnya di
sekolah atau di tempat penitipan anak. Penyakit tangan, kaki dan mulut biasanya tersebar
melalui hubungan sesama manusia. Virus ini tersebar melalui fekal-oral pada tangan yang
tercemar, namun bisa juga disebarkan melalui lendir mulut atau sistem pernapasan dan
kontak langsung dengan cairan di dalam lepuhnya. Sesudah berhubungan dengan orang
yang terkena, biasanya di antara 3-5 hari lepuh baru akan timbul. Selama masih ada
cairannya, lepuh ini bisa menular dan virus ini juga bisa berminggu-minggu berada di
dalam kotoran.
Penyakit KTM mempunyai masa inkubasi 3-6 hari. Selama masa epidemik, virus
menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang lain atau dari ibu kepada janin
1
yang dikandungnya. Virus menular melalui kontak langsung dengan sekresi hidung dan
mulut, tinja, maupun virus yang terhisap dari udara. Implantasi dari virus di dalam bukal
dan mukosa ileum segera diikuti dengan penyebaran menuju nodus-nodus limfatik
selama 24 jam. Setelah itu segera timbul reaksi berupa bintik merah yang kemudian
membentuk lepuhan kecil mirip dengan cacar air di bagian mulut, telapak tangan, dan
telapak kaki. Selama 7 hari kemudian kadar antibodi penetral akan mencapai puncak dan
virus tereliminasi.
2
2.5 Menifestasi Klinis
Setelah masa inkubasi penyakit HFMD yaitu sekitar 3 sampai 6 hari timbul gejala
prodromal selama 12 sampai 24 jam berupa demam yang tidak terlalu tinggi, malaise,
dan nyeri abdominal atau gejala respiratorik lainnya. Dua puluh lima persen pasien dapat
mengalami limfadenopati submandibular dan atau servikal.
Gejala klinis ditandai dengan adanya ulserasi berupa lesi di sekitar mulut yang
sangat pedih sehingga menyebabkan anak tidak mau makan. Lesi di mulut berupa makula
yang dapat berkembang menjadi vesikel, dengan daerah tersering timbul yaitu di
palatum, lidah, serta mukosa pipi (buccal). Lesi mukokutaneus yang terjadi berupa timbul
makula sampai papula yang berkembang cepat menjadi vesikel dengan dikelilingi dasar
yang kemerahan (eritem). Vesikel cepat mengalami erosi yang dikelilingi halo yang
kemerahan. Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut.
Fase erupsi lesi pada mulut terjadi pada sekitar 90% kasus yang merupakan tanda
khusus penyakit ini. Sekitar sepuluh atau lebih Aphtae-like erosi dapat terlihat di kavitas
oral. Lesi kutaneus pada dua pertiga pasien terlihat kurang dari 24 jam setelah enanthem.
Lesi berukuran 3-7 mm, timbul makula yang cepat berubah warna menjadi kepucatan dan
timbul vesikel. Vesikel timbul di telapak tangan, kaki, bagian dorsal jari dan ibu kaki, dan
dapat menyebar ke wajah, pantat, dan tungkai. Gejala ini dapat hilang kisaran 7 hari,
biasanya tanpa meninggalkan jaringan parut atau krusta.
3
Gambar 2. Vesikel dan eritem pada lidah pasien HFMD
Lesi kutaneus perifer terjadi pada sekitar dua per tiga kasus dan timbul segera
setelah timbul lesi oral. Lesi paling sering timbul pada telapak tangan, telapak kaki,
bokong, genitalia eksterna, muka, dan kaki. Lesi ini berkembang sama seperti lesi oral
yaitu dimulai timbulnya makula merah yang berkembang cepat menjadi vesikel
berbentuk oval, elips (berbentuk seperti bola kaki). Setelah vesikel pecah dan membentuk
krusta, lesi akan sembuh dalam waktu 7 sampai 10 hari.
5
Gambar 4. Vesikel pada telapak tangan pasien HFMD13
Gambar 3. Ulserasi pada lidah yang merupakan salah satu lesi oral HFMD
Gambar 5. Vesikel “football-shaped” pada telapak
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Secara umum, tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk
HFMD. Jumlah leukosit berjumlah 4000-16000/μL, terkadang dapat terjadi limfositosis.
Jika dicurigai terjadi suatu epidemi atau wabah, dapat dilakukan biakan dari feses atau
dahak. Isolasi virus dilakukan dengan menggunakan apusan dari cairan vesikel atau dari
spesimen feses dan kemudian dilakukan biakan. Neutralizing antibodies menghilang
secara cepat tapi dapat terdeteksi hanya pada fase akut. Kadar yang tinggi dari antibodi
komplemen dapat muncul pada fase konvalesen. Beberapa penelitian menunjukkan
kegunaan pemeriksaan molekuler menggunakan Polymerase Chain Reaction untuk
mendiagnosis secara tepat dan spesifik untuk membedakan penyebab HFMD apakah
coxsackievirus A16 atau enterovirus 71.
Pemeriksaan laboratorium yang lain yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan
histopatologi, serologi, tes Tzank, dan biakan virus. Hal ini sangat membantu evaluasi
secara retrospektif dari seroprevalens penyakit ini di dalam suatu komunitas.
Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan adanya degenerasi retikular epidermis
yang menyebabkan terjadinya vesikel intraepidermal yang berisi netrofil, sel
mononuklear, dan eosinofilik. Pemeriksaan serologi dilakukan untuk mendeteksi adanya
neutralizing antibodies.
Pada fase akut, neutralizing antibodies dapat terdeteksi tapi menghilang secara
cepat. Pada fase konvalesens, terdapat peningkatan titer komplemen-antibodi. Pada
pemeriksaan Tzank tidak ditemukan multinucleated giant cell dan inclusion bodies.
Biakan virus dilakukan dengan mengisolasi virus di vesikel, dahak, ataupun feses. Feses,
dahak, cairan vesikel dapat digunakan sebagai bahan biakan. Feses dianggap sebagai
sampel yang paling tepat karena kemampuannya untuk menjaga virus untuk tetap hidup
dalam waktu yang lebih lama. Biakan organisme ini memungkinkan identifikasi
spesifikasi virus melalui observasi efek cytopathic dalam sel atau pembentuk plak pada
sel monolayer (plaque assay).
7
2.7 Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk HFMD yang paling mendekati yaitu Herpangina.
Penyakit lain yang dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis banding diantaranya yaitu
varisela, stomatitis Aphthous, erupsi obat, dan eritema multiform.
Diagnosis Banding Hand, Foot, and Mouth
Disease
Paling mendekati :
Herpangina
Dipertimbangkan :
Varisela
Stomatitis Aphthous
Erupsi obat
Eritema multiform
Ragu-ragu :
Herpes gingivostomatitis
2. 8 Tatalaksana
HFMD ini merupakan suatu penyakit yang bersifat self-limiting disease yang
dapat sembuh dalam waktu 7-10 hari. Pengobatan yang dilakukan bersifat simptomatik.
Tetapi pada kasus yang berat dengan penyebab HFMD yaitu enterovirus 71 dapat
diberikan terapi.
Tatalaksana umum
Tatalaksana umum meliputi edukasi untuk mencegah penularan dan penyebaran
virus yaitu edukasi bahwa virus yang menyebabkan HFMD tetap ada di feses pasien
selama satu bulan. Edukasi pentingnya teknik mencuci tangan yang baik dan benar untuk
mengurangi potensi penyebaran penyakit. Edukasi untuk tidak memecahkan lepuhan atau
bintil untuk mengurangi penyebaran virus. Anjurkan pasien untuk lebih sering minum
untuk mencegah dehidrasi. Ganti diet menjadi makanan lunak seperti sop jika terjadi lesi
8
Tabel 1. Diagnosis Banding HFMD5
di mulut. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat di rumah sampai keadaan umum pasien
membaik dan seluruh lesi pecah dan kering untuk mempercepat proses penyembuhan
HFMD yang bersifat self limiting disease.
Tatalaksana khusus
Tatalaksana khusus meliputi topikal dan sistemik. Tatalaksana topikal diantaranya
yaitu dengan pemberian obat topikal anestesi pada lesi sebelum makan berupa larutan
dyclonine hydrochlorida 0,5% atau gel lidokain untuk mengurangi rasa tidak nyaman
pada lesi di mulut saat penderita makan. Tatalaksana sistemik diantaranya berupa terapi
simptomatik yaitu pemberian antipiretik untuk mengatasi demam dan analgesik untuk
mengatasi arthralgia.
Pada penderita HFMD yang tidak mau minum, dapat diberikan terapi cairan secara
intravena untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan syok. Terapi awal dengan penggunaan
milrinone yaitu cyclic phosphodiesterase-inhibitor juga berpotensi untuk mengurangi
angka kematian dari penyakit yang memiliki komplikasi berat yang disebabkan
enterovirus 71. Pemberian IgG secara intravena di China pada tahun 2000 juga
menghasilkan angka keberhasilan penyembuhan infeksi enterovirus 71 pada kasus yang
parah.
2.9 Komplikasi
Pasien jarang mengalami komplikasi akibat HFMD. Salah satu komplikasi yang
sangat jarang terjadi yaitu eczema coxsackium yang terjadi pada seseorang dengan
riwayat eksim sebelumnya. Dehidrasi juga dapat terjadi pada penderita HFMD. Salah
satu komplikasi yang cukup serius yang diakibatkan virus enterovirus 71 yaitu
meningitis aseptik. Penderita meningitis aseptik sangat jarang dapat bertahan hidup.
Epidemi HFMD yang diakibatkan enterovirus 71 menyebabkan komplikasi kasus yang
berat diantaranya ensefalitis, ensefalomielitis, polio-like syndrome, miokarditis, edema
paru, perdarahan paru, dan kematian. Didapatkan hasil bahwa komplikasi yang cukup
serius lebih sedikit terjadi pada kasus yang berhubungan dengan coxsackievirus A16
dibandingkan akibat enterovirus 71.
9
2. 10 Pencegahan
Pencegahan dengan menggunakan vaksin untuk kasus HFMD terutama dengan
penyebab enterovirus 71 sedang dikembangkan. Seseorang dapat mengurangi risiko
penularan HFMD yaitu dengan :
1. Teknik mencuci tangan yang baik dengan menggunakan sabun dan air
terutama setelah mengganti popok bayi atau setelah keluar dari toilet
2. Bersihkan dengan menggunakan disinfektan benda-benda yang kotor
seperti mainan anak-anak. Pertama, cuci benda tersebut dengan air dan sabun, lalu
disinfeksi dengan menggunakan larutan klorin.
3. Mencegah kontak seperti mencium, memeluk, atau menggunakan bersama
peralatan makanan dengan penderita HFMD.
2. 11 Prognosis
HFMD merupakan penyakit yang bersifat self-limited disease yang sembuh dalam
kisaran 7-10 hari dan prognosisnya baik, tapi pada beberapa pasien tertentu seperti
pengguna imunosupresan atau neonatus, infeksi dapat berkembang menjadi komplikasi
yang mengancam jiwa. Tetapi beberapa kasus dilaporkan mengalami demam yang
lama, keluhan sistemik, diare, dan nyeri sendi.
10
BAB III
KESIMPULAN
Hand, foot, and mouth disease (HFMD) merupakan suatu penyakit infeksi virus
akut yang bersifat self-limiting disease yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak, yang
ditandai dengan adanya vesikel pada telapak tangan, telapak kaki, dan mukosa oral.
Distribusi penyebaran penyakit ini terjadi di seluruh belahan dunia dan sering
menimbulkan outbreak (wabah). Penyebab tersering disebabkan oleh coxsackievirus A16
(CVA 16) dan human enterovirus 71 (HEV71).
Transmisi terjadi melalui kontak langsung melalui droplet, sekresi oral atau feses
dalam rute fekal-oral atau oral-oral. Gejala klinis ditandai dengan adanya ulserasi berupa
lesi di sekitar mulut serta lesi mukokutaneus lainnya yang timbul di telapak tangan dan
telapak kaki terutama pada bagian jari-jari dan ibu jari. Lesi mukokutaneus yang terjadi
berupa timbul makula sampai papula yang berkembang cepat menjadi vesikel dengan
dikelilingi dasar yang kemerahan (eritem). Pemeriksaan penunjang lain yang dapat
dilakukan berupa pemeriksaan histopatologi, serologi, tes Tzank, dan biakan virus. Pasien
jarang mengalami komplikasi akibat HFMD. Salah satu komplikasi yang cukup serius
yang diakibatkan enterovirus 71 yaitu meningitis aseptik.
HFMD ini merupakan suatu penyakit yang bersifat self-limiting disease yang
dapat sembuh dalam waktu 7-10 hari dan prognosisnya baik, tapi pada beberapa pasien
tertentu seperti pengguna imunosupresan atau neonatus, infeksi dapat berkembang
menjadi komplikasi yang mengancam jiwa. Tatalaksana umum meliputi edukasi untuk
mencegah penularan dan penyebaran virus. Tatalaksana khusus meliputi topikal dan
sistemik yang bersifat simptomatis diantaranya pemberian anestesi topikal dyclonine
hidrochlorida 0,05% untuk mengurangi rasa tidak nyaman di mulut, pemberian
antipiretik untuk mengurangi demam, dan analgetik untuk meredakan nyeri. Terapi awal
yang juga berpotensi untuk mengurangi angka kematian dari penyakit yang memiliki
komplikasi berat yang disebabkan enterovirus 71 diantaranya pemberian milrinone serta
IgG intravena.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Han JF et al. Antibody Dependent Enhancement Infection of Enterovirus 71 in vitro and
in vivo. Virology Journal 2011; 8: 106
2. Behrman R.E, Vaughan V.C. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th edition.
3. Wolff K, Richard AJ. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6 th
Ed. New York: The McGraw Hills, Inc.; 2009. p. 803-4
4. Centers for Disease Control and Prevention. Hand, Foot, and Mouth Disease : Prevention
and Treatment. Available from: http://www. cdc.gov [Last accessed 2013 May 26]
5. Nadhirin H. Informasi Penyakit Mulut, Kaki dan Tangan (PMKT) : Pengamatan
Epidemiologi Penyakit. Ditjen PPM PL: Jakarta; 2001.
http://www.annsilva.wordpress.com/2009/12/12/hand-foot-and-mouth disease [Diakses
25 Mei 2013]
12