11
Oseana, Volume XXI, Nomor 2, 1996 : 33 - 43 ISSN 0216-1877 HABITAT DAN ZONASI FAUNA EKHINODERMATA DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG Oleh Aznam Aziz 1) ABSTRACT HABITAT AND ZONATION OF SHALLOW WATER CORAL REEF ECHINODERMS. Tropical echinoderms are primarily epibenthic fauna and a prominent element of many shallow reefs. Sea urchins often present in large numbers, especially in sandy, algal bed areas. Some of them sheltering partly under blocks of dead coral. The interesting asteroid, Archaster typicus lives on, or in muddy sand. Most other starfishes occurs on grass flats or inhabits in outer reefs. The brittle star inhabits beneath coral rubble, under coral heads or in crevices of living coral heads. Most of them inhabits at the outer reefs. Zonation of echinoderms species according to their habitat is discussed. PENDAHULUAN Pada saat ini kelompok ekhinodermata yang telah berhasil dipertelakan berjumlah sekitar 6000 jenis (species), sekitar 1000 jenis diantaranya menempati perairan dangkal kurang dari 20 meter di kawasan Indo Pasiflk Barat (CLARK 1973). Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang cukup penting di perairan dangkal daerah tropis, sekitar 600 jenis fauna ekhinodermata dilaporkan menempati ekosistem terumbu karang perairan Indonesia (BIRKELAND 1989). Ekosistem terumbu karang dengan berbagai habitat dan zonasi merupakan tempat yang cocok untuk kehidupan berbagai jenis invertebrata laut. Filum ekhinodermata merupakan salah satu kelompok fauna yang menonjol kehadirannya di ekosistem terumbu karang (WHITE 1987). STEPHENSON et al. (1958), melaporkan sekitar 400 jenis fauna invertebrata menempati ekosistem terumbu karang. Sekitar 45 jenis diantaranya termasuk kedalam filum ekhinodermata. Laporan ini berasal dari salah satu pulau di daerah Karang Penghalang Besar Australia. Selanjutnya AZIZ (1981), melaporkan sekitar 89 jenis fauna ekhinodermata yang dikoleksi dari gugus Pulau Pari, Pulau-Pulau Seribu. Filum ekhinodermata mempunyai 5 kelas, yaitu kelas Crinoidea, Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea dan Holothuroidea. Di ekosistem terumbu karang fauna ekhinodermata dapat menempati semua macam habitat dan zonasi. Terutama mereka menempati habitat yang selalu digenangi air, terutama waktu surut. Catatan mengenai habi- l ) Balai Penelitian dan Pengembangan Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI, Jakarta 33 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseana, Volume XXI No. 2, 1996

188_Habitat Dan Zonasi Fauna Ekhinodermata Di Ekosistem Terumbu Karang

Embed Size (px)

Citation preview

Oseana, Volume XXI, Nomor 2, 1996 : 33 - 43 ISSN 0216-1877

HABITAT DAN ZONASI FAUNA EKHINODERMATA DI EKOSISTEM

TERUMBU KARANG

Oleh

Aznam Aziz1)

ABSTRACT

HABITAT AND ZONATION OF SHALLOW WATER CORAL REEF ECHINODERMS. Tropical echinoderms are primarily epibenthic fauna and a prominent element of many shallow reefs. Sea urchins often present in large numbers, especially in sandy, algal bed areas. Some of them sheltering partly under blocks of dead coral. The interesting asteroid, Archaster typicus lives on, or in muddy sand. Most other starfishes occurs on grass flats or inhabits in outer reefs. The brittle star inhabits beneath coral rubble, under coral heads or in crevices of living coral heads. Most of them inhabits at the outer reefs. Zonation of echinoderms species according to their habitat is discussed.

PENDAHULUAN

Pada saat ini kelompok ekhinodermata yang telah berhasil dipertelakan berjumlah sekitar 6000 jenis (species), sekitar 1000 jenis diantaranya menempati perairan dangkal kurang dari 20 meter di kawasan Indo Pasiflk Barat (CLARK 1973). Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang cukup penting di perairan dangkal daerah tropis, sekitar 600 jenis fauna ekhinodermata dilaporkan menempati ekosistem terumbu karang perairan Indonesia (BIRKELAND 1989).

Ekosistem terumbu karang dengan berbagai habitat dan zonasi merupakan tempat yang cocok untuk kehidupan berbagai jenis invertebrata laut. Filum ekhinodermata merupakan salah satu kelompok fauna yang

menonjol kehadirannya di ekosistem terumbu karang (WHITE 1987). STEPHENSON et al. (1958), melaporkan sekitar 400 jenis fauna invertebrata menempati ekosistem terumbu karang. Sekitar 45 jenis diantaranya termasuk kedalam filum ekhinodermata. Laporan ini berasal dari salah satu pulau di daerah Karang Penghalang Besar Australia. Selanjutnya AZIZ (1981), melaporkan sekitar 89 jenis fauna ekhinodermata yang dikoleksi dari gugus Pulau Pari, Pulau-Pulau Seribu.

Filum ekhinodermata mempunyai 5 kelas, yaitu kelas Crinoidea, Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea dan Holothuroidea. Di ekosistem terumbu karang fauna ekhinodermata dapat menempati semua macam habitat dan zonasi. Terutama mereka menempati habitat yang selalu digenangi air, terutama waktu surut. Catatan mengenai habi-

l) Balai Penelitian dan Pengembangan Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI, Jakarta

33

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXI No. 2, 1996

tat dan sebaran lokal dari fauna ekhinodermata telah dilaporkan oleh banyak pakar antara lain oleh, CLARK (1973, 1984), STEP-HENSON et al. (1958), GROSENBAUGH (1981), dan BIRKELAND (1989). Khusus mengenai ekhinodermata yang hidup berasosiasi dengan koloni karang hidup, telah dilaporkan oleh GUILLE & RIBERS (1981) dan SLOAN (1982).

Pada artikel kali ini habitat dan sebaran lokal dari fauna ekhinodermata lebih ditekankan kepada kelas Crinoidea,Asteroidea, Ophiuroidea dan Echinoidea. Sedangkan yang menyangkut habitat dan sebaran lokal kelompok Holothuroidea terbatas kepada jenis tertentu saja, khusus mengenai Ordo (bangsa) Aspidochirotida telah dilaporkan oleh AZIZ (1995). Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat untuk para pembaca.

SEBARAN LOKAL

Fauna ekhinodermata dapat tersebar di berbagai ekosistem terumbu karang, dan daerah perairan lepas pantai. Kondisi substrat, habitat dan mikrohabitat ikut menentukan sebaran lokal fauna ekhinodermata.

Daerah lepas pantai tidak dipengaruhi oleh ketiga macam ekosistem laut dangkal (i.e. mangrove, lamun, dan terumbu karang). Fauna ekhinodermata yang hidup di daerah lepas pantai, terutama berupa kelompok fauna yang beradaptasi dengan substrat lunak yang berupa lumpur atau lumpur pasiran . Bintang mengular, terutama diwakili oleh suku Amphiuridae. Bintang laut diwakili oleh suku Luidiidae dan Astropectenidae. Bulu babi diwakili oleh suku Laganidae, Clypeasteridae, Fibulariidae, dan Spatangidae. Semua bulu babi di daerah lepas pantai terutama termasuk ke dalam kelompok, Irregularia. Jenis-jenis ekhinodermata yang hidup di perairan lepas pantai seringkali dilampirkan pada daftar fauna bentik.

Ekosistem lamun bisa merupakan suatu sistem yang terpisah, biasanya terdapat di depan tegakan mangrove. Tetapi di daerah tropis ekosistem lamun seringkali merupakan bagian dari ekosistem terumbu karang . Fauna ekhinodermata yang terdapat di ekosistem lamun pada umumya sama dengan komposisi fauna ekhinodermata di zona lamun yang merupakan bagian ekosistem terumbu karang.

EKOSISTEM TERUMBU KARANG

Macam atau tipe ekosistem yang akan disinggung pada pembicaraan kali ini adalah merupakan ekosistem terumbu karang dari tipe karang tepi (Fringing reefs). Walaupun fauna ekhinodermata yang menempati ekosistem terumbu karang tipe karang tepi, atol dan karang penghalang adalah sama. Tetapi untuk memudahkan membicarakan zonasi, maka lebih ditekankan kepada tipe karang tepi. Ekosistem terumbu karang bisa memperlihatkan kombinasi zona yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya. Namun suatu pola zonasi yang lengkap, terdiri dari rataan terumbu, terumbu, dan lereng terumbu. STEPHENSON et al. (1958) membagi ekosistem terumbu karang dalam berbagai zona, yaitu zona rataan terumbu yang terdiri dari zona rataan pasir, zona lamun, zona pertumbuhan algae (Thalamita-flat), dan zona moats. Zona tubir, yang terdiri dari beting karang (rubble rampart) dan acropora ram-part. Kemudian diikuti oleh zona lereng terumbu, yang ditempati oleh berbagai koloni karang hidup, karang lunak, Gorgonian, spons dan antipatharian.

Zona rataan pasir Pada zona rataan pasir didapatkan dua

jenis bintang laut, yaitu Archater typicus dan Astropecten polycanthus. Baik bintang laut

34

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXI No. 2, 1996

marga Archaster ataupun dari marga Astropecten mempunyai tangan yang me-manjang dan memipih. Pada Archaster sisi dorsolateralnya (keping superomarginal) licin dan tidak berduri. Sedangkan pada Astropecten, setiap keping superomarginal membawa sebuah duri yang tajam. Bintang laut jenis Archaster typicus hidup mengelompok, sedangkan bintang laut jenis Astropecten polyachantus lebih sering hidup menyendiri. Dari kelompok bulu babi yang hidup di rataan pasir, adalah dolar pasir jenis Laganum laganum dan Clypeaster reticulatus. Dua jenis dolar pasir lainnya lebih jarang dijumpai yaitu Echinocyamus crispus dan Echinoneus cyclostomus.

Baik bintang laut ataupun dolar pasir yang hidup di zona rataan pasir mempunyai kemampuan untuk membenamkan diri ke dalam pasir. Hal ini merupakan adaptasi khusus terhadap kekeringan dan untuk menghindari terik matahari.

Pada kondisi tertentu, kadang-kadang zona rataan pasir dimulai dengan formasi batu granit atau sisa karang mati. Biasanya pada batu granit atau pada sisa karang mati didapatkan hidup menempel bintang laut jenis Asterina burtoni dan Patiriella exigua. Kedua binatang laut ini berukuran kecil dan bertubuh pipih, dan mempunyai tangan relatif pendek. Apabila pada formasi batu granit dan sisa karang mati ini pada surut terendah masih terdapat sisa genangan air, kemungkinan akan dijumpai bintang mengular jenis Ophiocoma scolopendrina. Bintang laut jenis Ophiocoma scolopendrina biasanya hidup mengelompok di bawah batu/koloni karang mati. Tubuh bagian dorsal berwama abu-abu hitam dengan garis-garis putih melintang tak beraturan. Sedangkan tubuh bagian bawah berwarna abu-abu putih.

Zona lamun. Pada saat surut terendah biasanya

masih tersisa genangan air setinggi 20 cm -50 cm. Apabila lamunnya didominasi oleh marga Enhalus, biasanya terdapat jenis-jenis teripang (lihat AZIZ 1995). Jenis teripang yang sering dijumpai diantara tegakkan Enhalus adalah Synapta maculata, Polyplectana kefersteini, Euapta godeffroyi, dan Opheodesoma grisea. Pada zona lamun campuran terutama didominasi oleh Thalassia dan Syringodium, biasanya lebih kaya akan fauna ekhinodermata. Selain berbagai jenis teripang biasanya terdapat berbagai jenis bulu babi regularia. Bulu babi regularia pada umumnya bersifat herbivora, sedangkan bulu babi meliang lebih bersifat omnivora. Diadema setosum, Tripneustes gratilla, dan Temnopleurus biasanya hidup mengelompok. Sedangkan jenis-jenis lainnya cenderung hidup menyendiri, seperti bulu babi jenis Toxopneustes pileolus, Salmacis bicolor, Echinothrix calamaris, Echinothrix diadema, Mespilia globulus, Astropyga radiata, dan Temnotrema siamense. Apabila terdapat koloni karang mati, biasanya ditemui juga jenis-jenis bulu babi meliang seperti, Echinometra mathaei dan Echinostrephus molaris. Apabila terdapat daerah terbuka di antara rumpun lamun, terutama dengan substrat campuran pasir dan lumpur, kemungkinan terdapat bulu babi iregularia seperti, marga Laganum, Clypeaster, Echinocyamus, Brissus, Metalia, dan Fibularia.

Pada bagian pasir yang terbuka, selain bulu babi iregularia kadang-kadang masih didapatkan bintang laut jenis Archaster typicus. Jenis bintang laut lainnya yang lebih sering dijumpai di zona lamun adalah Echinaster luzonicus. Bintang laut ini mempunyai tangan berjumlah antara lima sampai tujuh, kadang-kadang ukurannya tidak

35

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXI No. 2, 1996

simetris, bintang laut ini berwarna coklat tua. Selain itu juga seringkali didapatkan bintang laut berukuran besar yaitu jenis Protoreaster nodosus.

Bintang mengular atau kelompok Ophiuroidea di zona lamun biasanya hidup berasosiasi dengan alagae Halimeda. Kelompok bintang mengular tersebut diwakili oleh marga Ophiocoma, Ophiolepis, Ophiothrix, Ophiactis, Macrophiothrix dan Ophiarachnella. Di bawah koloni karang mati kadang-kadang ditemui bintang mengular jenis, Macrophiothrix longipeda, Ophiarachna incrassata, Ophiarachna pictum dan Ophiocoma scolopendrina.

Zona pertumbuhan algae Di zona pertumbuhan algae terdapat

bongkah karang mati, pecahan karang, dan beberapa koloni karang hidup dari marga Porites, Pavona dan Favia. Algae biasanya tumbuh diatas koloni karang mati. Berbagai jenis teripang hidup di sini (lihat AZIZ 1995). Bulu babi Diadema setosum bisa hidup mengelompok atau menyendiri. Beberapa jenis bulu babi lainnya yang cenderung hidup menyendiri di temui di zona ini, seperti bulu babi jenis Echinothrix calamaris, Echinothrix diadema, dan kadang-kadang ditemukan juga bulu babi jenis Mespilia globulus. Pada koloni karang mati bisa juga didapatkan bulu babi meliang jenis Echinometra mathaei dan Echinostrephus molaris.

Bintang laut biru Linckia laevigata bisa ditemukan di zona ini, juga jenis yang lebih kecil dengan warna abu-abu coklat terdapat di zona pertumbuhan algae (Linckia multipora). Beberapa jenis bintang laut berukuran besar juga ditemukan di zona ini seperti, Protoreaster nodosus, Choriaster granulatus, Pentaceraster horridus, dan

Culcita novaeguineae. Jenis bintang laut lainnya yang hidup di zona pertumbuhan algae adalah Echinaster luzonicus, dan Nardoa iuberculata.

Di zona pertumbuhan algae bintang mengular (Ophiuroidea), biasanya didapatkan di bawah koloni karang mati, yaitu dari marga Ophiocoma, Ophiomastix, Ophiolepis, Ophiarachna, Ophiarachnella, Ophiothrix, Macrophiothrix, dan Ophionereis.

Zona moats dan goba Zona ini selalu tergenang air kadang-

kadang mencapai kedalaman lebih dari 5 meter. Goba dan moats mempunyai substrat bervariasi dari lumpur sampai dengan pecahan karang. Di dasarnya terdapat koloni karang mati dan koloni karang hidup. Berbagai jenis fauna ekhinodermata bisa ditemui di sini, komposisi jenisnya sama dengan di zona pertumbuhan algae. Tiga jenis lili laut (Crinoidea) bisa didapatkan di zona ini, yaitu Comanthus parvicirrus, Comanthus samoanus, dan Stephanometra indica. Jenis-jenis lili laut ini hidup bertengger di atas koloni karang hidup atau bersembunyi di antara percabangannya.

Zona beting karang Zona ini merupakan suatu rampart

yang dibangun oleh bongkah karang (boul-ders) dan pecahan karang (rubbles). Sebagian besar dari zona ini mengalami kekeringan pada saat surut. Fauna ekosistem yang paling menonjol di zona beting karang adalah dari kelompok bintang mengular. Mereka hidup bersembunyi di bawah bongkah dan pecahan karang atau berlindung di antara percabangan koloni karang mati. Jenis-jenis yang umum dijumpai adalah Ophiomyxa australis, Ophiocoma brevipes, Ophiocoma dentata, Ophiocoma pica, Ophiocoma scolopendrina,

36

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXI No. 2, 1996

Ophiocoma schoenleini, Ophiomastix annulosa, Ophiarthrum elegans, Ophiarthrum pictum, Ophiarachna incrassata, Ophiarachnella gorgonia, Ophiarachnella septemspinosa, Ophionereis porrecta, Ophiolepis cincta, Ophiolepis superba, Ophioactis savignyi, Ophiopeza fallax, dan Macrophiothrix longipeda.

Berbagai jenis bintang laut seperti Linckia laevigata, Linckia multipora, dan Nardoa tuberculata seringkali terlihat pada sisi zona beting yang selalu tergenang air. Sedangkan beberapa jenis bintang laut lainnya hidup tersembunyi di antara pecahan karang, seperti Asterina burtoni, Patiriella exigua, Ophidiaster lorioli, Ophidiaster granifer, Asteropsis carinifera, Tamaria megaloplax, dan Leiaster leachi.

Bulu babi di zona beting karang biasanya berukuran lebih kecil dari ukuran normalnya,. disini bisa dijumpai bulu babi jenis Echinometra mathaei dan Eucidaris metularia. Lili laut tidak ditemukan di zona beting karang, karena zona ini seringkali mengalami kekeringan.

Zona puncak terumbu atau tubir Segera setelah zona beting karang

terdapat formasi karang hidup yang disebut Acropora rampart. Di sini didapatkan koloni karang bercabang yang sangat rapuh, dan mudah rusak kalau diinjak. Bagian tubir (reef margin) didominasi oleh karang batu massif berukuran besar terutama dari marga Porites, Favia dan Pavona. Di bawah dan diantara percabangan koloni karang batu, terdapat berbagai jenis bintang mengular dari marga Ophiothrix, Ophiocoma, Ophiomastix, Macrophiothrix dan Ophiolepis.

Bintang laut yang hidup di daerah tubir ialah Linckia laevigata, Linckia multipora, Asteropsis carinifera, Ophiodiaster

graniffer, Nardoa tuberculata, dan Fromia milleporella. Bintang laut berukuran besar seperti Culcita navaeguineae dan Choriaster granulatus juga bisa di dapatkan di daerah ini.

Bulu babi yang paling umum di daerah tubir adalah Diadema setosum dan Echinometra mathaei. Pada formasi Acropora rampart, dapat dijumpai lili laut jenis Stephanometra indica, Comanthus parvicirrus, dan Comanthus samoanus. Seringkali terlihat bertengger di daerah tubir di atas koloni Porites bercabang atau di atas koloni karang hidup massif berukuran besar, adalah lili laut berukuran besar dan mempunyai banyak tangan, yaitu Comanthus bennetti dan Capillaster multiradiatus.

Zona lereng terumbu Zona lereng terumbu ditumbuhi oleh

berbagai koloni karang hidup, karang api, karang lunak, spons, gorgonia dan Antipatharia. Dasar lereng terumbu ditutupi oleh pasir kasar dan pecahan karang. Tempat ini sangat ideal untuk berbagai komensal terutama dari kelompok invertebrata. Zona lereng terumbu merupakan zona yang paling kaya akan komposisi jenis fauna ekhinodermata. GUILLE & RIBERS (1981), melaporkan sekitar 28 jenis ekhinodermata hidup berasosiasi dengan koloni karang hidup. Sedangkan SLOAN (1982), melaporkan sekitar 35 jenis ekhinodermata yang hidup berasosiasi dengan koloni karang hidup. Kedua pakar tersebut menyimpulkan bahwa kelompok bintang mengular, adalah merupakan kelompok yang dominan di koloni karang hidup.

Hampir sebagian besar fauna ekhinodermata yang hidup di zona rataan terumbu, bisa juga dijumpai di zona lereng terumbu. Dari kelompok bulu babi yang tidak

37

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXI No. 2, 1996

terdapat di zona terdahulu adalah bulu babi jenis Prionocidaris baculosa, Prionocidaris verticillata, dan Phylacanthus imperialis. Selain itu terdapat juga bulu babi meliang dari jenis Heterocentrotus mammillatus dan Colobocentrotus atratus.

Bintang Iaut yang hanya terdapat di lereng terumbu adalah dari jenis, Linckia guildingu Valvaster striatus, Dactylosaster cylindricus, Mithrodia clavigera, Thromidia catalai, Nardoa variolata, Nardoa novaecaledoniae, Ophidiaster lorioli, Fromia monilis, Fromia nodosa, Fromia indica, Celerina hefernani, Neoferdina ocellata, Echinaster callosus, dan Echinaster purpureus. Bintang Iaut yang paling menonjol di zona lereng terumbu adalah bintang Iaut pemakan karang jenis Acanthaster planci. Dalam kondisi tertentu bintang Iaut ini bisa menganggu keseimbangan ekosistem terumbu karang.

Bintang mengular merupakan kelompok yang paling menonjol di zona lereng terumbu, marga yang umum ditemukan antara lain, Ophiocoma, Ophiarthrum, Ophiomastix, Ophiothrix, Macrophiotrix, Ophiogymna, Ophionereis, Ophiarachna, Ophiarachnella, Ophiolepis. Ophiofallax, Ophioplocus, Ophiomyxa, Ophiopeza, dan Ophiactis. Yang paling menarik adalah jenis-jenis bintang mengular dari marga Ophiomastix. Tangan-tangan yang memanjang dari biota ini terlihat diantara percabangan koloni karang hidup, terutama koloni karang marga Acropora dan Pocillopora. Tangan-tangan bintang mengular tersebut terlihat jelas dengan strip-strip melintang berwarna putih-coklat atau putih-merah bata. Jenis-jenis yang sering dijumpai adalah, Ophiomastix luetkeni, Ophiomastix janualis, Ophiomastix annulosa, dan Ophiomastix kohleri. Jenis lain bintang mengular

mempunyai macam percabangan ganda dan memberikan gambaran seperti keranjang bas-ket, karenanya disebut juga sebagai basket-star, yaitu dari jenis Astroboa nuda. Bintang basket ini biasanya bertengger di atas koloni gorgonian, tetapi bentuk percabangan tangannya dan warnanya mirip dengan gor-gonian, sehingga sulit dibedakan.

Berbagai jenis lili Iaut hidup melimpah di zona lereng terumbu, terutama dari marga Comanthus, Comantheria, Capillaster, Stephanometra, Comaster, Comissia, Dorometra, Cenometra, Oligometra, Lampometra dan Tropiometra. Yang paling menonjol penampilannya di daerah lereng terumbu adalah lili Iaut berukuran besar dengan warna tangan yang sangat bervariasi, yaitu Comanthus bennetti dan Capillaster multiradiatus. Sedangkan yang paling banyak dijumpai adalah lili Iaut berukuran sedang, dengan warna tangan hijau atau hijau kecoklatanbb, yaitu jenis Comanthus parvicirrus dan Comanthus samoanus. Penyebaran beberapa jenis ekhinodermata yang umum didapatkan di ekosistem terumbu karang dapat dilihat pada Tabel 1.

MIKROHABITAT DAN ADAPTASI KHUSUS

Menurut SLOAN (1979), bongkah karang mati (boulders) dan koloni karang hidup berbentuk massif seperti, marga Porites, Favia, dan Pavona dapat dipandang sebagai mikrohabitat tersendiri. Apabila koloni karang massif ini dibalikkan seringkali terlihat semacam agregasi dari biota Iaut tertentu. Kepadatan biota Iaut tersebut berhubungan langsung dengan diameter dari mikrohabitat tersebut. Teripang berukuran kecil seperti, Afrocucumis africana, Polycheira rufescens dan Holothuria parva seringkali didapatkan di bawah bongkah karang mati dalam kondisi

38

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXI No. 2, 1996

Tabel 1. Distribusi fauna ekhinodermata di ekosistem terumbu karang berdasarkan zonasi (Modifikasi dan AZIZ 1981)

39

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXI No. 2, 1996

mengelompok. Selain teripang yang berukuran kecil, bintang mengular jenis Ophiocoma scolopendrina juga sering didapatkan hidup mengelompok di bawah koloni karang mati.

Kemampuan untuk membenamkan diri kedalam pasir adalah merupakan suatu upaya untuk menghindari kondisi kekeringaan dan sengatan matahari. Upaya tersebut bisa dipandang sebagai suatu adaptasi khusus untuk kondisi abiotik yang ekstrim tersebut. Hal ini diperlihatkan oleh beberapa jenis teripang, bintang laut (Archaster typicus dan Astropecten polycanthus), dan dolar pasir (Laganum laganum).

Upaya untuk melindungi diri dari hempasan ombak, serangan predator, dan sengatan terik matahari juga diperlihatkan oleh beberapa jenis bulu babi regularia. Upaya tersebut berupa usaha melapisi dirinya dengan potongan daun algae dan lamun atau dengan serpihan kulit kerang. Hal ini diperlihatkan oleh bulu babi jenis, Tripneustes gratilla dan Temnopleurus toreumaticus.

Beberapa anggota dari kelompok bintang mengular atau ophiuroidea juga memperlihatkan adaptasi khusus, seperti hidup berasosiasi dengan koloni karang hidup (Ophiothrix spp., Ophiomastix spp., Ophiocoma schoenleini dan Ophiocoma erinaceus). Beberapa jenis lainnya memilih berasosiasi dengan marga Halimeda, seperti bintang mengular jenis, Ophioactis savigni, Ophiocoma spp., dan Ophiolepis spp.). Bintang mengular jenis Ophiactis savigni mempunyai ukuran yang relatif kecil mempunyai tangan antara lima sampai dengan tujuh. Selain dengan rumpun Halimeda, bintang mengular ini juga sering berasosiasi dengan koloni spons, gorgonian, karang lunak, dan Penatulacea. Bintang mengular marga Ophiothela seringkali berasosiasi dengan koloni gorgonian. Tangan-tangan bintang mengular ini dengan kuatnya membelit

percabangan koloni gorgonian. Hal lain yang menarik adalah tingkah hidup bintang mengular jenis Ophiothela tigris. Apabila biota laut lainnya menghindari diri dari koloni jelatang laut, maka bintang mengular jenis Ophiothela tigris memilih koloni jelatang laut ini sebagai tempat hidup, terutama pada koloni jelatang jenis Aglaophaenia cupressina (CLARK 1984).

KEPADATAN

Di ekosistem terumbu karang bintang laut yang hidup mengelompok (agregasi) adalah dari jenis Archaster typicus, Asterina burtoni dan Acanthaster planci. Sedangkan jenis yang lainnya cenderung hidup menyendiri. Kelompok lili laut (Crinoidea) pada umumnya hidup tersebar, tetapi terlihat juga semacam pengelompokan. Dalam hal ini kelompok lili laut tersebut terdiri dari dari berbagai jenis yang berbeda. Hidup mengelompok ini diduga untuk memudahkan proses fertilisasi, pencarian makan dan perlindungan diri.

Dari kelompok bintang mengular (Ophiuroidea), jenis yang sering didapatkan hidup mengelompok adalah Ophiocoma schoenleini, Ophiocoma erinaceus, Ophiocoma anaglyptica, dan Ophiocoma scolopendrina. Sedangkan jenis-jenis lainnya cenderung hidup menyendiri.

Bulu babi jenis Diadema setosum, Tripneustes gratilla, dan Temnopleurus toreumaticus seringkali terlihat hidup mengelompok dengan tingkat kepadatan tertentu. Sedangkan jenis bulu babi lainnya cenderung hidup menyendiri. DE BEER (1990), melaporkan adanya semacam korelasi antara kepadatan bulu babi tertentu dengan kehadiran karang payung (Fungia spp.). Bulu babi jenis Diadema setosum yang hidup di luar tubir akan menurun kepadatannya apabila

40

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXI No. 2, 1996

karang payung absen. Tingkat kepadatan ekosistem terumbu karang dapat dilihat pada beberapa fauna ekhinodermata yang hidup di Tabel 2.

Tabel 2. Kepadatan populasi berbagai jenis ekhinodermata yang hidup di ekosistem terumbu karang.

J e n i s K e p a d a t a n L o k a s i P a k a r

ASTEROIDA

Archaster typicus 3 - 35 ind/m2 Okinawa MUKAI et al. 1986

ECHINOIDEA

Diadema setosum 24 - 205 ind/50m2 P.P. Spermonde DE BEER 1990 Tripneustes gratilla 50 ind/m2 Laut Merah DAFNI & TOBOL

1986

HOLOTHUROBDEA

Afrocucumis africana 64 - 119 ind/m2 Aldabra atoll SLOAN 1979

OPHIUROIDEA

Ophiocoma anaglyptica 150 ind/m2 Eniwetak, Hawai CHARTOCK 1983 Ophiocoma erinaceus 15 ind/m2 Eniwetak, Hawai CHARTOCK 1983 Ophiocoma scolopendrina 100 ind/m2 Eniwetak, Hawai CHARTOCK 1983 Ophiocoma acolopendrina 5 - 7 1 ind/m2 Aldabra Atoll SLOAN 1979

PERANAN FAUNA

EKHONIDERMATA DI DALAM RANTAI MAKANAN DI EKOSISTEM

TERUMBU KARANG

Crinoidea atau kelompok lili laut pada umumnya merupakan pemakan plankton dan materi tersuspensi (MEYER 1982). Selain tidak tahan terhadap kekeringan, dan hidupnya tergantung kepada kehadiran populasi plank-ton, mengakibatkan lili laut lebih sering didapatkan berada di zona paling luar dari ekosistem terumbu karang (tubir dan lereng terumbu).

Menurut WARNER (1982), kelompok bintang mengular (Ophiuroidea) mempunyai

dua macam cara makan. Pertama kelompok pemakan detritus seperti, suku Ophiocomidae, Ophiactidae, dan Ophiothricidae. Kelompok kedua adalah bintang mengular pemakan fauna berukuran kecil atau kelompok karnivora, seperti suku Ophiomyxidae, Ophiodermatidae, dan Ophiolepididae. Sedangkan bintang mengular yang mempunyai banyak tangan dengan bentuk percabangan mirip keranjang (basket stars) adalah merupakan kelompok yang hidup dari memakani plankton. Salah satu jenisnya yang sering didapatkan di lereng terumbu adalah Astroboa nuda.

Bintang laut (Asteroidea) pada umumnya dikenal sebagai biota laut yang bersifat karnivora. MUKAI et al. (1986),

41

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXI No. 2, 1996

melaporkan bahwa bintang laut jenis Astropecten polyacanthus adalah merupakan biota karnivora sejati. Sedangkan bintang laut jenis Archaster typicus lebih cenderung bersifat pemakan detritus. Jenis karnivora lainnya adalah bintang laut Acanthaster planci dan Culcita novaeguineae. Kedua bintang laut ini hidup dari memakani bagian polip dari koloni karang . Sebagian besar bintang laut yang hidup di ekosistem terumbu karang adalah merupakan pemakan detritus dan lapisan busukan dari biota sessil bentos, seperti Linckia laevigata, Linckia multipora, Ophidiaster granifer, Echinaster luzonicus, Pentaceraster spp., Protoreaster spp., dan Choriasttr granulatus (SLOAN 1980).

Kelompok bulu babi pada umumnya bersifat herbivora, hidup dari memakani daun algae dan lamun. Tetapi dalam kondisi tertentu bulu babi bisa bersifat omnivora yaitu hidup dari sisa-sisa tumbuhan atau hewan . Beberapa marga yang jelas bersifat herbivora adalah marga, Diadema, Echinothrix, Micropyga, Stomopneustes, Tripneustes, Temnopleurus, dan Lytechnicus. Bulu babi meliang, seperti jenis Echinometra mathaei, Echinostrephus molaris, dan Heterocentrotus mammilatus hidup dari potongan-potongan algae, lamun dan sisa-sisa hewan yang hanyut ke dalam lubangnya.Lebih lanjut DE RIDDER & LAWRENCE (1982), melaporkan bahwa beberapa jenis bulu babi yang hidup di lereng terumbu cenderung bersifat omnivora dan hidup dari memakani algae,lamun, spons, bryozoa, foraminifera dan hewan-hewan kecil lainnya. Kelompok bulu babi yang bersifat omnivora tersebut, antara lain adalah jenis Eucidaris metularia, Prionocidaris spp., Asthenosoma spp., Salmaciella spp., Microcyphus spp., Astropyga spp., dan Phyllacanthus spp.).

DAFTAR PUSTAKA

AZIZ, A. 1981. Fauna echinodermata dari terumbu karang Pulau Pari, Pulau-pulau Seribu. Oseanologi di Indonesia 14 : 41-50

AZIZ, A. 1995. Beberapa catatan tentang teripang bangsa Aspidochirotida. Oseana 20 (4) : 11-23.

BIRKELAND, C. 1989. The influence of echinodems on coral reef communi-ties. In : JANGOUX, M. and J.M. LAWRENCE (eds.) Echinoderms stud-ies 3. Balkema, Rotterdam : 79pp.

CHARTOCK, M.A. 1983. Habitat and feed-ing observation on species of Ophiocoma (Ophiocomidae) at Eniwetak. Micronesica 19 (1-2) : 131-149.

CLARK, A.M. 1973. Echinoderms of coral reefs. In : JONES, O.A. and R. ENDEA (eds.) Geology and Ecology of coral refs 3. Academis Press, New York : 95-123.

CLARK, A.M. 1984. Echinodermata of the Seychelles. In : STODART, D.R. (ed.), Biogeography and Ecology of the Seychelles Islands. Junk Publisher, The Hague : 83-102

DAFNI, J. and R. TOBOL 1986. Population structure patterns of common Red Sea echinoid (Tripneustes gratilla). Israel Jour. Zool. 34 : 191-204.

DE BEER, M. 1990. Distribution patterns of regular sea urchins (Echinodermata : Echinoidea) across the Spermonde shelf, Sulawesi (Indonesia). In : DE RIDDER, DUBOIS, LAHAYE and

42

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXI No. 2, 1996

JANGOUX (eds.) Echinodermata Re-search. Balkema, Rotterdam: 165-169.

DE RIDDER, C. and J.M. LAWRENCE 1982. Food and feeding mechanism : Echinoidea. In : JANGOUX, M. and J.M. LAWRENCE (eds.), Echinoderm Nutrition. Balkema, Rotterdam : 5-73.

GROSEMBAUGH, D.A. 1981. Qualitative assessment of the Asteroids, Echinoids and Holothurians in Yap Lagoon. Atoll Res. Bull 255 : 49-54.

GUILLE, A. et S.RDBES 1981 Echinodermes associes aux sclereetiniaires d'un rccif frageant de I' ile de la Reunion (Ocean Indien). Bull. Mus. natn. Hist, nat, Paris 4 (3) A (1) : 73-92.

MEYER, D.L. 1982. Food and Feeding mechanisms : Crinozoa. In : JANGOUX, M. and J.M. LAWRENCE (eds), Echinoderm Nutrition. Balkema, Rotterdam : 40-42.

MUKAI, H., M. NISHIHIRA, H. KAMIZATO, and Y. FUJIMOTO 1986. Distribution and abudance of the sea-star Archaster typicus in Kabia cove, Ishigaki Island, Okinawa. Bull. Mar. Sci. 38 (2) : 366-383.

SLOAN, N. 1979. Microhabitat and resource utilization in cryptic rocky intertidal echinoderms at Aldabra Atoll, Seychelles. Mar. Biol. 54 : 269-279.

SLOAN, N.A. 1980. Aspects of Feeding Biology of Asteroidea. Oceanogr. Mar. Biol. Ann. Rev. 18 : 57-124.

SLOAN, N.A. 1982. Size and structure of echinoderm populations associated with different coexisting coral species at Aldabra Atoll, Seychelles. Mar. Biol. 65 : 75.

STEPHENSON, W., R. ENDEAN and I. BENNET 1958. An ecological survey of the marine fauna of Low Isles, Queensland. Aust. J. Mar. Freshw. Res 9 (2) : 262-318.

WARNER, G. 1982. Food and Feeding mechanisms : Ophiuroidea. In : JANGOUX, M. and J.M. LAWRENCE (eds.) Echinoderm Nutition. Balkema, Rotterdam : 161-181.

WHITE, A. 1987. Coral reefs valuable re-sources of Southeast Asia. ICLARM contr. 386 : 35 pp.

43

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXI No. 2, 1996