1
JAKARTA – Asosiasi Penye- lenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menilai peningkatan ke- cepatan akses Internet yang di- lakukan PT Telkom Tbk dan PT Indosat Tbk belum lama ini tidak mendorong penetrasi Internet secara signifikan. “Indonesia itu butuh pengada- an komputer murah. Jika itu di- lakukan oleh operator, penetrasi Internet akan meningkat,” ujar Ketua APJII Sylvia Sumarlin di Jakarta, Minggu (25/5). Saat ini, penetrasi Internet di Indonesia baru 25 persen dari total populasi dan ditargetkan bisa meningkat menjadi 30 per- sen pada akhir tahun ini. Sylvia menjelaskan saat ini di Indonesia baru ada enam juta orang yang tercatat menggunakan kompu- ter. “Dan dari enam juta itu, baru 2,5 juta yang tercatat mengguna- kan Internet,” jelasnya. Meskipun operator meng- klaim banyak pelanggan yang mengakses Internet melalui tele- pon seluler, lanjut dia, hal itu ti- dak menunjukkan peningkatan penetrasi Internet. “Tak dapat dimungkiri jika orang ingin mengakses Internet lebih lama melalui komputer. Jawabannya, sediakanlah lebih ba- nyak komputer murah,” tegas dia. Sementara itu, Menkominfo Muhammad Nuh mengung- kapkan tak lama lagi pemerin- tah akan menggelar pengadaan komputer murah untuk program jaringan pendidikan nasional (Jardiknas). ”Tendernya dilaku- kan tahun ini setelah pemerintah mendapatkan komitmen bantuan penyediaan akses Internet dari Microsoft dan Intel untuk 6.500 sekolah tertinggal,” ujar dia. Nuh mengharapkan peng- adaan komputer murah untuk sekolah-sekolah tersebut dapat membantu penetrasi Internet di Indonesia seiring pembangunan infrastruktur Palapa Ring di Ka- wasan Timur Indonesia (KTI). Sedangkan Direktur Konsu- mer Telkom I Nyoman G Wirya- nata mengatakan peningkatan kecepatan akses Internet layanan Speedy dilakukan guna menekan keluhan pelanggan ke Telkom. “Sebanyak 60 persen keluhan pelanggan ke kami tentang ke- cepatan. Ini yang kami benahi dulu,” ujarnya. Direktur Pemasaran Indosat Guntur S Siboro menambahkan peningkatan kecepatan akses yang dilakukan Indosat juga di- sertai ketersediaan bandwidth yang lebar agar kebutuhan akses Internet dari pelanggan terpe- nuhi. ”Ini menjadikan pelanggan lebih hemat waktu dalam meng- akses data,” kata dia. Seperti diketahui, Telkom be- lum lama ini berhasil mening- katkan kecepatan akses Speedy dari semula 384 kilo byte per sec- ond (kbps) menjadi 1.024 kbps. Sedangkan Indosat berhasil me- ningkatkan kecepatan mobile broadband dari 3,6 mbps menja- di 14,4 mbps. Kecepatan tersebut diklaim Indosat sebagai akses tercepat untuk mobile broadband di Indonesia saat ini. Secara terpisah, pengamat telematika dari Universitas In- donesia Riri Fitri Sari menjelas- kan operator haus meningkatkan bandwidth setiap tahun meng- ingat kebutuhan akses konsu- men terus meningkat. “Tetapi kenaikan itu harus disertai de- ngan penurunan harga. Kalau itu tidak dilakukan pelanggan enggan menggunakan Internet,” jelas dia. Pengguna Internet, lanjut dia, sudah sangat biasa mengakses situs yang membutuhkan band- width besar seperti Youtube, friendster, atau myspace. “Jika penetrasi Internet ingin digeber, berikanlah komputer murah, akses cepat, dan har- ga murah. Dijamin, negara kita akan sama dengan kawasan lain- nya dalam hal pelayanan Inter- net,” tegas dia. dni/AR-1 Telkomsel dan Indosat Diduga Bocorkan Data JAKARTA – Dua operator seluler, PT Telkomsel dan PT Indosat Tbk, diduga membocorkan data pelanggan pascabayar miliknya kepada bank-bank penerbit kartu kredit yang menjadi mitra mereka. “Kami banyak mendapat keluhan dari pelanggan yang merasa data mereka diperjualbelikan oleh operator untuk menjadi nasabah kartu kredit dari bank yang bekerja sama dengan operator,” ujar Sekjen Indonesia Telecommunication Users Group (Idtug) Muhammad Jumadi Idris di Jakarta, Senin (26/5). Menurut dia, pelanggan pascabayar menjadi korban karena data mereka lebih valid daripada prabayar. “Pelanggan pascabayar datanya selalu valid dan menggambarkan kemampuan ekonominya. Karena itu, mereka selalu menjadi sasaran pertama untuk ditawarkan program promosi oleh produsen,” imbuh dia. Dia menjelaskan, beberapa pelanggan yang menjadi korban penawaran merasa tidak berhubungan dengan penerbit kartu kredit. Satu-satunya pencatatan data adalah ketika berlangganan layanan pascabayar milik Telkomsel atau Indosat. “Ini yang membuat mereka curiga, datanya dibocorkan ke para penerbit kartu kredit tersebut,” ungkap dia. Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi mengatakan jika dugaan tersebut terbukti, dua operator tersebut dianggap melanggar UU No 36 tentang Telekomunikasi dan UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). “Kami belum menerima laporan resmi tentang hal ini. Namun yang jelas, regulator sudah mengingatkan operator melalui surat edaran yang dikirim April lalu agar semua penyelenggara telekomunikasi wajib menjaga kerahasiaan data pelanggannya,” ujar Heru, Senin (26/5). Menanggapi hal itu, Direktur Pemasaran Indosat Guntur S Siboro dan juru bicara Telkomsel Suryo Hadiyanto membantah keras melakukan pembocoran data. Mereka meminta agar bank penerbit kartu yang mendapat data pelanggan ditanya asal-usul data tersebut. Guntur menjelaskan selama ini untuk penerbitan kartu kredit bagi pelanggan pascabayar Matrix, Indosat bekerja sama dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). “Dan penawaran diberikan kepada semua pelanggan Matrix tanpa membocorkan data pelanggan ke BNI,” tegas dia. Suryo mengatakan kerja sama yang dilakukan Telkomsel dengan Citibank untuk meningkatkan layanan bagi pelanggan KartuHalo. “Tidak ada kami membocorkan data. Ini isu dari mana pula,” kata dia. dni/AR-1 Penilaian PJN Bergantung Operator JAKARTA – Asosiasi Kliring Trafik Telekomunikasi (Askitel) menyerahkan nasib penilaian PT Pratama Jaring Nusantara ke masing-masing operator anggota. “Kami tidak bisa menilai PJN dalam menjalankan sistem kliring trafik telekomunikasi (SKTT). Semua diserahkan ke masing-masing anggota,” ujar Ketua Askitel Sarwoto Atmosutarno di Jakarta, Senin (26/5). Dia mengemukakan hal itu menanggapi rencana Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar yang akan mengeluarkan instruksi menjalankan SKTT pada Mei ini. Sebagai organisasi, lanjut dia, Askitel tetap berpegang pada rekomendasi yang telah diberikan kepada para direksi operator, yakni membatalkan akuisisi PJN. SKTT merupakan sistem kliring yang telah diagendakan oleh pemerintah sejak 2004 untuk menggantikan sistem otomatisasi kliring interkoneksi (SOKI) milik operator. Guna menyelenggarakan SKTT, pemerintah telah menunjuk PJN untuk menjalankan. Namun, sejak 2004, SKTT tidak berjalan karena operator beranggapan proses kliring telah dijalankan oleh Asosiasi Kliring Trafik Telekomunikasi (Askitel) melalui Soki. Secara terpisah, Direktur korporasi Mobile-8 Merza Fachys mengatakan operator sebenarnya siap bekerja sama dengan PJN, asalkan perusahaan tersebut mau menurunkan biaya yang ditagih. PJN berencana mengenakan biaya setiap transaksi lima rupiah. Sedangkan dengan Soki hanya 0,42 rupiah. Sebelumnya, Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar menginstruksikan seluruh operator telekomunikasi untuk segera mengimplementasikan SKTT yang digunakan (PJN) pada Mei ini. “Saya akan mengeluarkan surat instruksi pada seluruh operator untuk menjalankan SKTT. Masalah belum tercapainya kesepakatan bisnis antara PJN dan operator itu saya serahkan pada mereka untuk menyelesaikannya. Yang jelas, Mei ini harus jalan,” tegas dia. dni/AR-1 TRG Siap Tawarkan Wimax JAKARTA – PT Indonesia Tower, melalui anak usahanya, Technology Research Group (TRG), siap menawarkan perangkat wimax bagi pasar lokal jika teknologi tersebut diimplementasikan tahun depan. “Kami siap bersaing dengan pemain lain untuk memasarkan perangkat wimax sesuai standardisasi regulator,” ujar Direktur Utama TRG Sakti Wahyu Trenggono di Jakarta, Minggu (25/5). Ia menjelaskan, beberapa perangkat wimax yang telah dikembangkan adalah solusi perangkat keras, RF section, sistem penagihan, dan sistem manajemen jaringan yang berbasis pada Radius Authentication server. “Sistem tersebut memenuhi standar spesifikasi Wimax 802.16-2004 (16d) dan teknologinya mengacu pada teknologi yang dimiliki oleh Wavesat Canada. Pada kuartal kedua akan mulai diproduksi,” jelas Wahyu. Saat ini, di Indonesia pemain lokal yang menjadi pesaing TRG dalam menyediakan perangkat wimax adalah PT Hariff dan PT Inti. dni/AR-1 JAKARTA – Fasilitas number portability yang dicanangkan oleh pemerintah untuk diimple- mentasikan pada 2011 dinilai belum dibutuhkan oleh industri telekomunikasi. Melalui number portability, pemilik kartu telepon seluler bisa berpindah operator tanpa perlu mengganti nomor. Negara-ne- gara yang sudah mengimplemen- tasikan konsep ini adalah Hong Kong, Australia, Singapura, dan Jepang. “Sebagai wacana, kajian itu normal dilakukan oleh regulator untuk mengantisipasi dinamika industri. Namun, jika ditanya apakah dibutuhkan saat ini atau nanti, saya rasa belum mende- sak,” ujar Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indone- sia (ATSI) Merza Fachys di Ja- karta, Senin (26/5). Guna mengimplementasikan hal tersebut, regulator akan menata aspek teknis pendukung seper- ti melakukan penataan frekuensi, pemberian lisensi tunggal, dan membuat rencana penomoran. Ia menjelaskan, jika konsep ter- sebut dijalankan, tidak serta merta seluruh pelanggan wajib melak- sanakan. ”Ini kan pilihan yang di- berikan kepada pelanggan,” kata- nya. Merza mengakui, untuk meng- implementasikan konsep tersebut dibutuhkan infrastruktur baru yang berujung pada penambahan investasi. ”Masalahnya ada ope- rator yang mau menanam inves- tasi tidak pada 2011 nanti untuk hal tersebut. Persaingan bisa saja berubah pada tahun itu. Bisa jadi jumlah operator mengerucut men- jadi kecil. Kalau begitu, untuk apa number portability,” kata dia. Sementara itu, pengamat tele- matika Miftadi Sudjai mengata- kan konsep number portability akan membuat industri menja- di fleksibel dan persaingan ber- tambah ketat. ”Otomatis nanti persaingan akan mengarah ke masalah kualitas layanan, dan operator akan mengoptimalkan penggunaan infrastruktur bersa- ma,” jelas dia. Dia membantah anggapan bahwa konsep tersebut akan membutuhkan biaya tinggi. ”Yang perlu dibuka itu hanya sistem call baring-nya. Me- mang ada tambahan biaya un- tuk meng-update home location register (HLR), tapi pada masa itu (2011) tidak akan mahal kare- na teknologi makin maju,” lanjut Miftadi. Anggota BRTI Heru Sutadi menambahkan number portabi- lity akan mampu menghindari biaya tinggi yang diakibatkan oleh perubahan nomor. “Saat ini operator cenderung boros meng- gunakan nomor. Mereka lang- sung menjual ke pasar nomor pelanggan,” kata dia. Namun, keyakinan dua regu- lator tersebut justru ditentang oleh kompatriotnya, Kamilov Sa- gala. Dia justru pesimistis num- ber portability akan berjalan se- suai dengan jadwal mengingat penyelesaian aspek teknis tidak semudah membalikkan telapak tangan. “Untuk membuka kode akses Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ) saja butuh empat ta- hun. Registrasi prabayar juga ga- gal. Tidak mungkin secepat yang diperkirakan menata frekuensi dan penerapan lisensi tunggal,” katanya. Pendapat Kamilov didukung oleh Wakil Direktur Utama Bakrie Telecom bidang jaringan Danny Buldansyah. Danny mengatakan number portability tidak akan mampu menekan angka pindah laya- nan (churn rate) di industri yang berkisar di angka 13 persen. “Jika untuk pindah nomor pelanggan harus bayar, churn rate tetap di 13 persen. Namun, jika tidak bayar, bisa jadi churn rate naik di kisaran 15 persen,” jelasnya. dni/AR-1 layanan untuk pasar korporasi, sedangkan Telkomsel memiliki 15 solusi. Sementara Indosat memiliki empat layanan utama, yakni automated transaction machine (ATM) nirkabel atau wireless untuk perbankan, jaringan audio-video bandwith besar untuk broadcaster, electronic data captured untuk penyelenggara kartu kredit, dan layanan disaster recovery center. Saat ini, pelanggan korporasi Telkomsel mencapai 430 ribu perusahaan, XL 77 perusahaan, dan Indosat 1.100 perusahaan. ”Jumlah perusahaan yang menggunakan solusi Telkomsel sebanyak 11.000 perusahaan. Karyawan perusahaan itu ada 1,2 juta pelanggan. Anda bisa bayangkan potensi yang belum kami garap,” ujar VP Corporate Account Management Telkomsel Ivon Ho di Jakarta, belum lama ini. Untuk meningkatkan jumlah pelanggan, lanjut dia, Telkomsel akan menambah lima solusi baru hingga akhir tahun nanti guna mencapai target pada 2010 berkontribusi 2,5 triliun rupiah ke perseroan. GM Marketing and Product Development Business Solution XL Budi Harjono mengungkapkan, sektor industri yang memberikan kontribusi signifikan bagi XL selama ini adalah perbankan, pertambangan, minyak dan gas. ”Masing-masing menyumbang 10 persen bagi pendapatan korporasi,” ungkap dia, Minggu (25/5). Dia mengungkapkan untuk mencapai target pendapatan yang dibebani perseroan, unit bisnisnya mengharapkan jumlah pelanggan tumbuh 50 persen dibandingkan tahun lalu. ”Jika itu terealisasi, akan ada peningkatan pendapatan 200 persen dari pertumbuhan industri,” jelas Budi. ”Tailor Made” Berbeda dengan pasar ritel, strategi yang digunakan oleh operator untuk menggarap pasar ini adalah menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan atau istilahnya tailor made. ”Pada dasarnya semua layanan yang diberikan oleh operator sama. Tapi bagaimana memenuhi keinginan konsumen dengan harga terjangkau dan kualitas terbaiklah yang akan menang. Dengan strategi ini, 20 persen dari total pelanggan pascabayar datang dari sektor korporasi,” ujar Ivon. Menurut dia, perusahaan biasanya akan menyediakan tenaga penjual khusus (account manager/AM) bagi setiap perusahaan sebagai sarana konsultasi, komunikasi, dan penanganan keluhan agar dapat mengetahui kebutuhan pelanggan terhadap solusi telekomunikasi di perusahaannya. ”Jumlah AM kami memang tidak sebanyak kompetitor. Di Telkomsel satu AM menangani 20 perusahaan, berbeda dengan kompetitor,” kata dia. Budi mengatakan, meskipun semua operator menggunakan strategi tailor made, tetap ada diferensiasi yang ditawarkan. Misalnya, XL, sebagai operator berbasis GSM yang menggunakan backbone jaringan serat optik, menggabungkan teknologi GSM dengan layanan suara, data dan internet yang disesuaikan dengan kebutuhan korporasi, seperti integrasi GSM dan PBX atau leased line dan VoIP. dni/AR-1 ® KORAN JAKARTA BedahTelko 16 KORAN JAKARTA/ARIEF LUQMAN HAKIM Bisnis Seluler I Operator Manjakan Korporasi Bersaing Memburu “Kakap” Kartu Pelanggan “Number Portability” Belum Dibutuhkan Selasa, 27 Mei 2008 spektrum » Di Indonesia baru enam juta orang menggunakan komputer. Dari enam juta itu, baru 2,5 juta yang menggunakan Internet. » Sylvia Sumarlin KETUA ASOSIASI PENYELENGGARA JASA INTERNET INDONESIA MOBILE BROADBAND I Seorang pengunjung pameran telekomunikasi menikmati koneksi internet milik salah satu operator seluler di Jakarta, beberapa waktu lalu. Layanan mobile broadband dengan teknologi High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) di Indonesia telah digunakan lebih dari 2 juta pelanggan. Jaringan Telekomunikasi Kecepatan Tak Dorong Penetrasi Internet KORAN JAKARTA/ ARIEF LUQMAN HAKIM Pasar korporasi, belakangan ini, serius ditekuni operator seluler. Pelanggan perusahaan biasanya akan dimanjakan dengan layanan yang sesuai dengan pesanan dan kebutuhan. Bisnis ini makin menjadi salah satu andalan dalam menghimpun pundi pendapatan operator. P ASAR korporasi, bagi para penyedia jasa telekomunikasi, khususnya operator seluler berbasis teknologi GSM, biasa diibaratkan sebagai ikan kakap. Pasar ini biasanya terdiri atas perusahaan multinasional dan perusahaan yang memiliki karyawan lebih dari 1.000 orang (large company). Selain itu juga perusahaan kecil menengah yang dibagi per sektor industri, seperti minyak, gas dan pertambangan, perbankan dan keuangan, manufaktur, serta reseller. Segmen pasar ini disebut ”kakap” karena mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi pendapatan operator seiring tingkat pendapatan per pelanggan yang stabil. Hal itu dapat dilihat dari PT Telkomsel yang pada tahun ini menargetkan meraih pendapatan sebesar 2,5 triliun rupiah dari sektor ini. Sedangkan PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) juga melakukan hal serupa dengan mengharapkan 25 persen total pendapatannya disumbang oleh divisi Business Solution. Sementara PT Indosat Tbk bersikap realistis dengan mematok angka 15 persen. Guna merealisasikan target tersebut, XL dan Indosat mengalokasikan 10 persen dari belanja modalnya untuk mengembangkan layanan korporasi. Belanja modal XL pada tahun ini mencapai satu miliar dollar AS, sedangkan Indosat 1,2 miliar dollar AS. XL saat ini memiliki 10 solusi » Seorang pejalan kaki melintas di depan papan reklame layanan Fixed Wireless Access (FWA) di Jl. Casablanca, Jakarta Selatan, Senin (26/5). Penetrasi layanan FWA saat ini sudah mencapai 20 persen dari total pengguna. » Layanan FWA

16 KORAN JAKARTA BedahTelko - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/riri/material/16bedahtelkoindd1.pdf · Guntur menjelaskan selama ini untuk penerbitan kartu kredit

  • Upload
    lydang

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

JAKARTA – Asosiasi Penye-lenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menilai peningkatan ke-cepatan akses Internet yang di-lakukan PT Telkom Tbk dan PT Indosat Tbk belum lama ini tidak mendorong penetrasi Internet secara signifi kan.

“Indonesia itu butuh pengada-an komputer murah. Jika itu di-lakukan oleh operator, penetrasi Internet akan meningkat,” ujar Ketua APJII Sylvia Sumarlin di Jakarta, Minggu (25/5).

Saat ini, penetrasi Internet di Indonesia baru 25 persen dari total populasi dan ditargetkan bisa meningkat menjadi 30 per-sen pada akhir tahun ini. Sylvia menjelaskan saat ini di Indonesia baru ada enam juta orang yang tercatat menggunakan kompu-ter. “Dan dari enam juta itu, baru 2,5 juta yang tercatat mengguna-kan Internet,” jelasnya.

Meskipun operator meng-klaim banyak pelanggan yang mengakses Internet melalui tele-pon seluler, lanjut dia, hal itu ti-dak menunjukkan peningkatan penetrasi Internet.

“Tak dapat dimungkiri jika orang ingin mengakses Internet lebih lama melalui komputer. Jawab annya, sediakanlah lebih ba-nyak komputer murah,” tegas dia.

Sementara itu, Menkominfo Muhammad Nuh mengung-kapkan tak lama lagi pemerin-tah akan menggelar pengadaan komputer murah untuk program jaringan pendidikan nasional (Jardiknas). ”Tendernya dilaku-kan tahun ini setelah pemerintah mendapatkan komitmen bantuan penyediaan akses Internet dari Microsoft dan Intel untuk 6.500 sekolah tertinggal,” ujar dia.

Nuh mengharapkan peng-adaan komputer murah untuk sekolah-sekolah tersebut dapat membantu penetrasi Internet di Indonesia seiring pembangunan infrastruktur Palapa Ring di Ka-wasan Timur Indonesia (KTI).

Sedangkan Direktur Konsu-mer Telkom I Nyoman G Wirya-nata mengatakan peningkatan kecepatan akses Internet layanan Speedy dilakukan guna menekan keluhan pelanggan ke Telkom.

“Sebanyak 60 persen keluhan pelanggan ke kami tentang ke-cepatan. Ini yang kami benahi dulu,” ujarnya.

Direktur Pemasaran Indosat Guntur S Siboro menambahkan peningkatan kecepatan akses yang dilakukan Indosat juga di-sertai ketersediaan bandwidth yang lebar agar kebutuhan akses Internet dari pelanggan terpe-nuhi. ”Ini menjadikan pelanggan lebih hemat waktu dalam meng-akses data,” kata dia.

Seperti diketahui, Telkom be-lum lama ini berhasil mening-katkan kecepatan akses Speedy dari semula 384 kilo byte per sec-ond (kbps) menjadi 1.024 kbps. Sedangkan Indosat berhasil me-ningkatkan kecepatan mobile broadband dari 3,6 mbps menja-di 14,4 mbps. Kecepatan tersebut diklaim Indosat sebagai akses tercepat untuk mobile broadband

di Indonesia saat ini.Secara terpisah, pengamat

telematika dari Universitas In-donesia Riri Fitri Sari menjelas-kan operator haus meningkatkan bandwidth setiap tahun meng-ingat kebutuhan akses konsu-men terus meningkat. “Tetapi kenaikan itu harus disertai de-ngan penurunan harga. Kalau itu tidak dilakukan pelanggan enggan menggunakan Internet,” jelas dia.

Pengguna Internet, lanjut dia, sudah sangat biasa mengakses situs yang membutuhkan band-width besar seperti Youtube, friendster, atau myspace.

“Jika penetrasi Internet ingin digeber, berikanlah komputer murah, akses cepat, dan har-ga murah. Dijamin, negara kita akan sama dengan kawasan lain-nya dalam hal pelayanan Inter-net,” tegas dia. � dni/AR-1

Telkomsel dan Indosat Diduga Bocorkan Data

JAKARTA – Dua operator seluler, PT Telkomsel dan PT Indosat Tbk, diduga membocorkan data pelanggan pascabayar miliknya kepada bank-bank penerbit kartu kredit yang menjadi mitra mereka.

“Kami banyak mendapat keluhan dari pelanggan yang merasa data mereka diperjualbelikan oleh operator untuk menjadi nasabah kartu kredit dari bank yang bekerja sama dengan operator,” ujar Sekjen Indonesia Telecommunication Users Group (Idtug) Muhammad Jumadi Idris di Jakarta, Senin (26/5).

Menurut dia, pelanggan pascabayar menjadi korban karena data mereka lebih valid daripada prabayar. “Pelanggan pascabayar datanya selalu valid dan menggambarkan kemampuan ekonominya. Karena itu, mereka selalu menjadi sasaran pertama untuk ditawarkan program promosi oleh produsen,” imbuh dia.

Dia menjelaskan, beberapa pelanggan yang menjadi korban penawaran merasa tidak berhubungan dengan penerbit kartu kredit. Satu-satunya pencatatan data adalah ketika berlangganan layanan pascabayar milik Telkomsel atau Indosat. “Ini yang membuat mereka curiga, datanya dibocorkan ke para penerbit kartu kredit tersebut,” ungkap dia.

Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi mengatakan jika dugaan tersebut terbukti, dua operator tersebut dianggap melanggar UU No 36 tentang Telekomunikasi dan UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

“Kami belum menerima laporan resmi tentang hal ini. Namun yang jelas, regulator sudah mengingatkan operator melalui surat edaran yang dikirim April lalu agar semua penyelenggara telekomunikasi wajib menjaga kerahasiaan data pelanggannya,” ujar Heru, Senin (26/5).

Menanggapi hal itu, Direktur Pemasaran Indosat Guntur S Siboro dan juru bicara Telkomsel Suryo Hadiyanto membantah keras melakukan pembocoran data. Mereka meminta agar bank penerbit kartu yang mendapat data pelanggan ditanya asal-usul data tersebut.

Guntur menjelaskan selama ini untuk penerbitan kartu kredit bagi pelanggan pascabayar Matrix, Indosat bekerja sama dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). “Dan penawaran diberikan kepada semua pelanggan Matrix tanpa membocorkan data pelanggan ke BNI,” tegas dia.

Suryo mengatakan kerja sama yang dilakukan Telkomsel dengan Citibank untuk meningkatkan layanan bagi pelanggan KartuHalo. “Tidak ada kami membocorkan data. Ini isu dari mana pula,” kata dia. � dni/AR-1

Penilaian PJN Bergantung OperatorJAKARTA – Asosiasi Kliring Trafi k Telekomunikasi

(Askitel) menyerahkan nasib penilaian PT Pratama Jaring Nusantara ke masing-masing operator anggota.

“Kami tidak bisa menilai PJN dalam menjalankan sistem kliring trafi k telekomunikasi (SKTT). Semua diserahkan ke masing-masing anggota,” ujar Ketua Askitel Sarwoto Atmosutarno di Jakarta, Senin (26/5). Dia mengemukakan hal itu menanggapi rencana Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar yang akan mengeluarkan instruksi menjalankan SKTT pada Mei ini.

Sebagai organisasi, lanjut dia, Askitel tetap berpegang pada rekomendasi yang telah diberikan kepada para direksi operator, yakni membatalkan akuisisi PJN.

SKTT merupakan sistem kliring yang telah diagendakan oleh pemerintah sejak 2004 untuk menggantikan sistem otomatisasi kliring interkoneksi (SOKI) milik operator. Guna menyelenggarakan SKTT, pemerintah telah menunjuk PJN untuk menjalankan. Namun, sejak 2004, SKTT tidak berjalan karena operator beranggapan proses kliring telah dijalankan oleh Asosiasi Kliring Trafi k Telekomunikasi (Askitel) melalui Soki.

Secara terpisah, Direktur korporasi Mobile-8 Merza Fachys mengatakan operator sebenarnya siap bekerja sama dengan PJN, asalkan perusahaan tersebut mau menurunkan biaya yang ditagih. PJN berencana mengenakan biaya setiap transaksi lima rupiah. Sedangkan dengan Soki hanya 0,42 rupiah.

Sebelumnya, Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar menginstruksikan seluruh operator telekomunikasi untuk segera mengimplementasikan SKTT yang digunakan (PJN) pada Mei ini.

“Saya akan mengeluarkan surat instruksi pada seluruh operator untuk menjalankan SKTT. Masalah belum tercapainya kesepakatan bisnis antara PJN dan operator itu saya serahkan pada mereka untuk menyelesaikannya. Yang jelas, Mei ini harus jalan,” tegas dia. � dni/AR-1

TRG Siap Tawarkan Wimax JAKARTA – PT Indonesia Tower, melalui anak usahanya,

Technology Research Group (TRG), siap menawarkan perangkat wimax bagi pasar lokal jika teknologi tersebut diimplementasikan tahun depan.

“Kami siap bersaing dengan pemain lain untuk memasarkan perangkat wimax sesuai standardisasi regulator,” ujar Direktur Utama TRG Sakti Wahyu Trenggono di Jakarta, Minggu (25/5).

Ia menjelaskan, beberapa perangkat wimax yang telah dikembangkan adalah solusi perangkat keras, RF section, sistem penagihan, dan sistem manajemen jaringan yang berbasis pada Radius Authentication server.

“Sistem tersebut memenuhi standar spesifi kasi Wimax 802.16-2004 (16d) dan teknologinya mengacu pada teknologi yang dimiliki oleh Wavesat Canada. Pada kuartal kedua akan mulai diproduksi,” jelas Wahyu.

Saat ini, di Indonesia pemain lokal yang menjadi pesaing TRG dalam menyediakan perangkat wimax adalah PT Hariff dan PT Inti. � dni/AR-1

JAKARTA – Fasilitas number portability yang dicanangkan oleh pemerintah untuk diimple-mentasikan pada 2011 dinilai belum dibutuhkan oleh industri telekomunikasi.

Melalui number portability, pemilik kartu telepon seluler bisa berpindah operator tanpa perlu mengganti nomor. Negara-ne-gara yang sudah mengimplemen-tasikan konsep ini adalah Hong Kong, Australia, Singapura, dan Jepang.

“Sebagai wacana, kajian itu normal dilakukan oleh regulator untuk mengantisipasi dinamika industri. Namun, jika ditanya apakah dibutuhkan saat ini atau nanti, saya rasa belum mende-sak,” ujar Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indone-

sia (ATSI) Merza Fachys di Ja-karta, Senin (26/5).

Guna mengimplementasikan hal tersebut, regulator akan menata aspek teknis pendukung seper-ti melakukan penataan frekuensi, pemberian lisensi tunggal, dan membuat rencana penomoran.

Ia menjelaskan, jika konsep ter-sebut dijalankan, tidak serta merta seluruh pelanggan wajib melak-sanakan. ”Ini kan pilihan yang di-berikan kepada pelanggan,” kata-nya.

Merza mengakui, untuk meng-implementasikan konsep tersebut dibutuhkan infrastruktur baru yang berujung pada penambahan investasi. ”Masalahnya ada ope-rator yang mau menanam inves-tasi tidak pada 2011 nanti untuk hal tersebut. Persaingan bisa saja

berubah pada tahun itu. Bisa jadi jumlah operator mengerucut men-jadi kecil. Kalau begitu, untuk apa number portability,” kata dia.

Sementara itu, pengamat tele-matika Miftadi Sudjai mengata-kan konsep number portability akan membuat industri menja-di fl eksibel dan persaingan ber-tambah ketat. ”Otomatis nanti persaingan akan mengarah ke masalah kualitas layanan, dan operator akan mengoptimalkan penggunaan infrastruktur bersa-ma,” jelas dia.

Dia membantah anggapan bahwa konsep tersebut akan membutuhkan biaya tinggi. ”Yang perlu dibuka itu hanya sistem call baring-nya. Me-mang ada tambahan biaya un-tuk meng-update home location

register (HLR), tapi pada masa itu (2011) tidak akan mahal kare-na teknologi makin maju,” lanjut Miftadi.

Anggota BRTI Heru Sutadi menambahkan number portabi-lity akan mampu menghindari biaya tinggi yang diakibatkan oleh perubahan nomor. “Saat ini operator cenderung boros meng-gunakan nomor. Mereka lang-sung menjual ke pasar nomor pelanggan,” kata dia.

Namun, keyakinan dua regu-lator tersebut justru ditentang oleh kompatriotnya, Kamilov Sa-gala. Dia justru pesimistis num-ber portability akan berjalan se-suai dengan jadwal mengingat penyelesaian aspek teknis tidak semudah membalikkan telapak tangan.

“Untuk membuka kode akses Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ) saja butuh empat ta-hun. Registrasi prabayar juga ga-gal. Tidak mungkin secepat yang diperkirakan menata frekuensi dan penerapan lisensi tunggal,” katanya.

Pendapat Kamilov didukung oleh Wakil Direktur Utama Bakrie Telecom bidang jaringan Danny Buldansyah.

Danny mengatakan number portability tidak akan mampu me nekan angka pindah laya-nan (churn rate) di industri yang berkisar di angka 13 persen. “Jika untuk pindah nomor pelanggan harus bayar, churn rate tetap di 13 persen. Namun, jika tidak bayar, bisa jadi churn rate naik di kisaran 15 persen,” jelasnya. � dni/AR-1

layanan untuk pasar korporasi, sedangkan Telkomsel memiliki 15 solusi. Sementara Indosat memiliki empat layanan utama, yakni automated transaction machine (ATM) nirkabel atau wireless untuk perbankan, jaringan audio-video bandwith besar untuk broadcaster, electronic data captured untuk penyelenggara kartu kredit, dan layanan disaster recovery center.

Saat ini, pelanggan korporasi Telkomsel mencapai 430 ribu perusahaan, XL 77 perusahaan, dan Indosat 1.100 perusahaan. ”Jumlah perusahaan yang menggunakan solusi Telkomsel sebanyak 11.000 perusahaan. Karyawan perusahaan itu ada 1,2 juta pelanggan. Anda bisa bayangkan potensi yang belum kami garap,” ujar VP Corporate Account Management Telkomsel Ivon Ho di Jakarta, belum lama ini.

Untuk meningkatkan jumlah pelanggan, lanjut dia, Telkomsel akan menambah lima solusi baru hingga akhir tahun nanti guna mencapai target pada 2010 berkontribusi 2,5 triliun rupiah ke perseroan.

GM Marketing and Product Development Business Solution XL Budi Harjono mengungkapkan, sektor industri yang memberikan kontribusi signifi kan bagi XL selama ini adalah perbankan, pertambangan, minyak dan gas. ”Masing-masing menyumbang 10 persen bagi pendapatan korporasi,” ungkap dia, Minggu (25/5).

Dia mengungkapkan untuk mencapai target pendapatan yang dibebani perseroan, unit bisnisnya mengharapkan jumlah pelanggan tumbuh 50 persen dibandingkan tahun lalu. ”Jika itu terealisasi, akan

ada peningkatan pendapatan 200 persen dari pertumbuhan industri,” jelas Budi.

”Tailor Made”Berbeda dengan pasar ritel,

strategi yang digunakan oleh operator untuk menggarap pasar ini adalah menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan atau istilahnya tailor made. ”Pada dasarnya semua layanan yang diberikan oleh operator sama. Tapi bagaimana memenuhi keinginan konsumen dengan harga terjangkau dan kualitas terbaiklah yang akan menang. Dengan strategi ini, 20 persen dari total pelanggan pascabayar datang dari sektor korporasi,” ujar Ivon.

Menurut dia, perusahaan biasanya akan menyediakan tenaga penjual khusus (account manager/AM) bagi setiap

perusahaan sebagai sarana konsultasi, komunikasi, dan penanganan keluhan agar dapat mengetahui kebutuhan pelanggan terhadap solusi telekomunikasi di perusahaannya. ”Jumlah AM kami memang tidak sebanyak kompetitor. Di Telkomsel satu AM menangani 20 perusahaan, berbeda dengan kompetitor,” kata dia.

Budi mengatakan, meskipun semua operator menggunakan strategi tailor made, tetap ada diferensiasi yang ditawarkan. Misalnya, XL, sebagai operator berbasis GSM yang menggunakan backbone jaringan serat optik, menggabungkan teknologi GSM dengan layanan suara, data dan internet yang disesuaikan dengan kebutuhan korporasi, seperti integrasi GSM dan PBX atau leased line dan VoIP. � dni/AR-1

®KORAN JAKARTA BedahTelko16

KO

RA

N J

AK

AR

TA

/A

RIE

F L

UQ

MA

N H

AK

IM

Bisnis Seluler I Operator Manjakan Korporasi

Bersaing Memburu “Kakap”

Kartu Pelanggan

“Number Portability” Belum Dibutuhkan

Selasa, 27 Mei 2008◆

spektrum

»Di Indonesia

baru enam juta orang

menggunakan komputer.

Dari enam juta itu,

baru 2,5 juta yang

menggunakan Internet.»Sylvia Sumarlin

KETUA ASOSIASI PENYELENGGARA JASA INTERNET INDONESIA

MOBILE BROADBAND I Seorang pengunjung pameran telekomunikasi menikmati koneksi internet milik salah satu operator seluler di Jakarta, beberapa waktu lalu. Layanan mobile broadband dengan teknologi High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) di Indonesia telah digunakan lebih dari 2 juta pelanggan.

Jaringan Telekomunikasi

Kecepatan Tak Dorong Penetrasi Internet

KO

RA

N J

AK

AR

TA

/ A

RIE

F L

UQ

MA

N H

AK

IM

Pasar korporasi, belakangan ini, serius ditekuni operator seluler. Pelanggan perusahaan biasanya akan dimanjakan dengan layanan yang sesuai dengan pesanan dan kebutuhan. Bisnis ini makin menjadi salah satu andalan dalam menghimpun pundi pendapatan operator.

PASAR korporasi, bagi para penyedia jasa telekomunikasi,

khususnya operator seluler berbasis teknologi GSM, biasa diibaratkan sebagai ikan kakap. Pasar ini biasanya terdiri atas perusahaan multinasional dan perusahaan yang memiliki karyawan lebih dari 1.000 orang (large company). Selain itu juga perusahaan kecil menengah yang dibagi per sektor industri, seperti minyak, gas dan pertambangan, perbankan dan keuangan, manufaktur, serta reseller. Segmen pasar ini disebut ”kakap” karena mampu memberikan kontribusi yang signifi kan bagi pendapatan operator seiring tingkat pendapatan per pelanggan yang stabil.

Hal itu dapat dilihat dari PT Telkomsel yang pada tahun ini menargetkan meraih pendapatan sebesar 2,5 triliun rupiah dari sektor ini.

Sedangkan PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) juga melakukan hal serupa dengan mengharapkan 25 persen total pendapatannya disumbang oleh divisi Business Solution. Sementara PT Indosat Tbk bersikap realistis dengan mematok angka 15 persen. Guna merealisasikan target tersebut, XL dan Indosat mengalokasikan 10 persen dari belanja modalnya untuk mengembangkan layanan korporasi. Belanja modal XL pada tahun ini mencapai satu miliar dollar AS, sedangkan Indosat 1,2 miliar dollar AS.

XL saat ini memiliki 10 solusi

»Seorang pejalan kaki melintas di depan papan reklame layanan Fixed Wireless Access (FWA) di Jl. Casablanca, Jakarta Selatan, Senin (26/5). Penetrasi layanan FWA saat ini sudah mencapai 20 persen dari total pengguna.

» Layanan FWA