22
15 Oktober 2021 Volume 1 Editorial Wawancara Eksklusif Asmiha Digital dan Perkembangan Ilmu Kardiologi di Indonesia di Masa Pandemi ASMIHA Insight ASMIHA Highlight - Komprehensif Diagnosis dan Tatalaksana pada Hipertensi Arteri Pulmonal - Perkembangan Tatalaksana Thromboembolism Vena - Cara Diagnosis Pencitraan Jantung Pasien Aritmia What’s Next

15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

15 Oktober 2021 Volume 1

Editorial

Wawancara EksklusifAsmiha Digital dan Perkembangan Ilmu Kardiologi di Indonesia di Masa Pandemi

ASMIHA Insight

ASMIHA Highlight- Komprehensif Diagnosis dan Tatalaksana pada Hipertensi Arteri Pulmonal - Perkembangan Tatalaksana Thromboembolism Vena - Cara Diagnosis Pencitraan Jantung Pasien Aritmia

What’s Next

Page 2: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org
Page 3: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

Daftar Isi

Cover

Editorial

Wawancara EksklusifAsmiha Digital dan Perkembangan Ilmu Kardiologi di Indonesia di Masa Pandemi

ASMIHA Insight ASMIHA Highlight- Komprehensif Diagnosis dan Tatalaksana pada Hipertensi Arteri Pulmonal - Perkembangan Tatalaksana Thromboembolism Vena - Cara Diagnosis Pencitraan Jantung Pasien Aritmia

Tim Redaksi

2

4

5

8

10

14

Page 4: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

2 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 2 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

Welcome to the

30th ASMIHA Alhamdulillah tidak terasa sudah 30 tahun PERKI konsisten menyelenggara kan event kardiologi dan kedokteran vaskular terbesar di Indonesia. Tahun ini adalah tahun kedua penyelenggaraan secara digital di era pandemi. Yang berbeda di tahun sebelumnya adalah, adanya workshop TEE hybrid yang diselenggarakan daring dan luring.

Tidak mudah menyelenggarakan symposium digital ditengah gempuran webinar dimana-mana, tapi PERKI membuktikan bahwa ASMIHA tetap menjadi idola. Sampai dengan sore tanggal 14 Oktober 2021, telah tercatat lebih dari 1500 peserta yang mendaftar!

Sebanyak 79 simposium dan 17 workshop dari tanggal 15-23 Oktober 2021 yang siap menemani teman sejawat menambah ilmu dengan total narasumber dari luar negeri sebanyak 26 orang dan dari Indonesia sebanyak 283 orang.

Banyak topik yang menarik dalam symposium ini, dari ACS, interventional cardiology, arrhythmia & thromboembolism prevention, cardiometabolic, CAD, women cardiology, clinical cardiology, vascular medicine, heart failure, congenital heart disease, non-invasive imaging, COVID-19 and cardiology, critical care and cardiovascular emergency, arterial and pulmonary hypertension, valvular heart disease, prevention, rehabilitation and palliative care, sampai dengan cardiovascular writing and curriculum. Bahkan social media and cardiology pun akan dibahas tuntas malam nanti.

Abstrak yang diterima panitia dalam ASMIHA sebanyak total 541, diantaranya 125 original research, 388 case report, dan 28 meta analisis, menunjukkan betapa animo di bidang kardiovaskular sangat tinggi.

Selamat menikmati ASMIHA, menimba ilmu dibidang kardiovaskular dan yang terkait sebanyak-banyaknya. Ilmu yang didapatkan tidak hanya untuk kita sendiri, tapi juga untuk kebaikan pasien-pasien kita.

Salam,dr. Yusra Pintaningrum, SpJP(K), FIHA,

FAPSC, FAsCC

Editorial

Page 5: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

Editorial | 3 Editorial | 3

Page 6: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

4 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 4 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

Asmiha Digital dan Perkembangan Ilmu Kardiologi di Indonesia di Masa Pandemi dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, SpJP (K) FIHA FAsCC merupakan salah seorang Dokter Jantung dan Pembuluh darah terkenal di Indonesia. Saat ini beliau berpraktik di Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Palmerah, Jakarta Barat. Selain berpraktik di sana, beliau juga berpraktik di Brawijaya Hospital Sahardjo dan Medistra Hospital. Beliau merupakan dokter lulusan Universitas tertua ketiga di Indonesia, yakni Universitas Indonesia.

Dokter yang selalu terlihat muda ini kerap disapa dengan panggilan dr. Ario. Tampil dengan snelli putih, baju rapi, wajah rupawan serta senyum manisnya merupakan ciri khas dr. Ario dalam keseharian menyapa dan menangani setiap pasien yang datang berobat kepadanya.Disaat era pandemi saat ini tidak ada pembatasan jam kerja yang dirasakan oleh dr. Ario. “Tetap bekerja seperti biasa” begitulah ungkapan beliau saat di wawancarai. Rumah Sakit telah berusaha mengurangi jumlah pasien dan merotasi stafnya untuk dapat membantu pelayanan, dan menjalankan tugas baru yakni untuk melayani pasien Covid-19 di ruang isolasi. Unit Gawat Darurat (UGD) yang notabene merupakan pilar utama masuknya

pasien gawat darurat tetap dibuka. Adapun UGD dan RS Harapan kita terus berupaya maksimal untuk membantu menangani lonjakan kasus dengan membuka pelayanan pasien Covid-19 di Wisma Haji, hal ini menurut beliau sangat membantu dalam menurunkan beban tenaga kesehatan di

RS Harapan Kita.

“Sebagai seorang dokter, sudah

sepantasnya kita menghadapi p a n d e m i ini dengan k e p a l a d i n g i n dan penuh k e h a t i -h a t i a n

yang sepantasnya sebagai tenaga medis” ungkap beliau saat diwawancarai. Kita senantiasa diminta untuk menjalankan protokol Kesehatan utamanya yakni menggunakan masker dan faceshield saat berhadapan langsung dengan pasien.

Sebagai seorang dokter yang memiliki spesialisasi di bidang Jantung dan Pembuluh Darah ini menghimbau, agar seluruh dokter dapat tetap menangani pasien gawat dengan tentunya melakukan pemeriksaan sesingkat mungkin dan terfokus agar-

Wawancara Eksklusif

Page 7: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

Asmiha Digital dan Perkembangan Ilmu Kardiologi di Indonesia di Masa Pandemi | 5 Asmiha Digital dan Perkembangan Ilmu Kardiologi di Indonesia di Masa Pandemi | 5

kontak dengan pasien tidak terlalu lama. Pengalaman pribadi dokter yang disapa dengan sebutan dr. Ario ini, mengata-kan bahwa beliau tidak pernah sekalipun meninggalkan pemeriksaan fisik pada pasien-pasien yang datang kepadanya.

dr. Ario merupakan dokter spesi-alis jantung dan pembuluh darah yang mempelajari atau berfokus pada echo-cardiography. Mengenyam Pendidikan supspesialistik di Universitas Indonesia menjadikan beliau sebagai seorang dokter ahli yang memiliki kemampuan mumpuni dibidang tersebut. Menurut beliau, Echo-cardiography merupakan pemeriksaan diagnostik yang paling awal serta penuh dengan campur tangan teknologi. Tentun-ya keinginan untuk dapat mengarahkan terapi akurat dengan panduan Echocar-diography merupakan “ambisi” saat kita menggunakan alat Echocardiography. EKG juga membuka peluang se-orang dokter untuk dapat berinteraksi dengan subspesialis lainnya dan mem-buka diri untuk semua asupan ilmu ser-ta memberi peluang kita untuk melihat jelas apa yang terjadi dalam jantung.

Bidang ini sendiri beliau akui sangat menarik, karena dapat mengetahui yang terjadi dalam jantung tanpa harus melakukan tindakan bedah ataupun membaca buku sambil berkhayal. Diberikan mandat dan kepercayaan sebagai seorang ketua ISE merupakan sebuah tanggungjawab besar yang beliau rasakan saat ini.

Berbagai tantangan silih berganti menerpa beliau. Tantangan utamanya yakni untuk mengajak para anggota dan pengurus tetap aktif, terus menambah minat terhadap ilmu echo, dan membuat echo dipandang bukan menjadi suatu yang statis, tidak membosankan serta yang beliau harapkan yakni tetap fun.

Tantangan lain yang dihadapi beliau yakni memberikan kesadaran bahkan kepada para kardiologis bahwa echo tidak seperti yang dipandang saat ini, “Echo tidak begitu-begitu saja” ungkap beliau. Beliau beranggapan bahwa begitu banyak yang dapat dipelajari seorang kardiologis dengan modalitas yang baru dari Echo.

“There are more than meets the eye”

begitulah pesan beliau kepada para kardiologis.

Page 8: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

6 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 6 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

Ketika ditanyakan mengenai bagaimana ASMIHA pada era pandemi saat ini, beliau menjawab bahwa AS-MIHA ini jelas menampilkan jumlah sesi yang hampir sama seperti saat temu muka langsung mengingat banyaknya materi penting yang harus disampaikan, dengan konsep virtual yang diupaya-kan tidak menimbulkan fatigue. Konsep acara paralel membuat peserta tetap bisa memilih topik yang diinginkan. Setiap sesi tentunya menekankan pada kema-juan ilmu kardiovaskular di era pandemi ini dan relevan dengan situasi saat ini.

ASMIHA kali ini membuka kes-empatan kepada para mahasiswa untuk menjadi peserta dengan melihat bahwa peluang belajar praktik di era pandemi ini jauh berkurang, sehingga program ini bermaksud menarik peserta maha-siswa untuk menimba ilmu di ASMIHA ini, selain itu menurutnya akan ada pro-mo di hari-hari besar nasional nantinya di bulan Agustus, “Promo buat maha-siswa dan tentunya hadiah-hadiah door-prize harian serta kesempatan untuk grand doorprize nantinya” pungkasnya.

Harapan beliau pada acara ini ialah agar acara ASMIHA ini bisa diterima sebagai acara yang pantas diikuti dari tahun ke tahun, kualitas tetap terjaga dalam hal materi dan penyelenggaraan.

“Selain itu saya juga berharap acara virtual ini

menjadi yang terakhir sehingga ASMIHA bisa

dilaksanakan secara temu muka langsung seperti

tahun-tahun sebelumnya”

Sebagai penutup beliau menambahkan beberapa pesan dan harapan terkait dengan ilmu kardiologi terutama di Indonesia, “ilmu kardiologi di dunia akan terus berkembang dan akan didukung oleh teknologi, semoga kita di Indonesia bisa ikut dalam alur kemajuan ini dan menjadi “Player” di bidang kardiologi yang bisa diperhitungkan dengan menampilkan data atau bahkan berkontribusi dengan kemajuan teknologi di dunia kardiologi” pesan nya.

(YP/IKSP/ATN)

Page 9: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

ASMIHA Insight

Hari ini, 15 Oktober 2021, akan diadakan workshop terdiri dari 2 sesi dengan 3 topik menarik dan sesi paralel dengan 3 topik yang tidak kalah menarik! Informasi lebih lengkap, seperti yang tertera pada jadwal dibawah ini:

15 Oktober 2021

Workshop

SesiParalel

Page 10: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org
Page 11: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

Komprehensif Diagnosis dan Tatalaksana pada Hipertensi Arteri Pulmonal | 9 Komprehensif Diagnosis dan Tatalaksana pada Hipertensi Arteri Pulmonal | 9

Komprehensif Diagnosis dan Tatalaksana pada Hipertensi Arteri PulmonalDefinisi dan Prevalensi Hipertensi Arteri Pulmonal Hipertensi Arteri Pulmonal meru-pakan suatu kondisi langka yang ditandai perubahan hemodinamik dengan PAWP ≤ 15 mmHg dan PVR 3 WU tanpa adan-ya penyebab lain dari hipertensi pulmo-nal prakapiler seperti penyakit pada paru, CTEPH, atau kondisi langka lainnya. Prevalensi kejadian berkisar 15 individu dalam 1 juta penduduk. Beberapa literatur melaporkan sebanyak 65-80% penyakit ini didominasi oleh wanita. Menariknya, pada beberapa penelitian sebelumnya mengata-kan usia rata-rata diagnosis pada usia 30, namun saat ini rata-rata penyakit ini ter-diagnosis pada usia 50 meskipun kondisi ini dapat mempengaruhi semua ras.1,2,3

Diagnosis Hipertensi Arteri Pulmonal Anamnesis serta pemeriksaan fisik terarah dan analisis klinis yang tajam penting dilakukan dalam upaya penega-kan diagnosis. Pada fase awal hipertensi arteri pulmonal dapat bersifat asimtoma-tik. Riwayat sosial seperti merokok dan kondisi obesitas dapat meningkatkan ke-jadian hipertensi arteri pulmonal pada ses-eorang. Individu dengan Hipertensi Arteri Pulmonal harus dievaluasi secara apabila menunjukan tanda-tanda minimal adanya penyakit jantung dan paru. Pemeriksaan fisik pada individu dengan Hipertensi Ar-teri Pulmonal dapat menunjukkan adan-ya pelebaran parasternal kanan, murmur

Artikel

pansistolik (regurgitasi trikuspid), suara jantung ketiga, dan mur-mur diastolik (insufisiensi katup pulmonal) dan adanya edema pada pasien dengan Hipertensi Ar-teri Pulmonal yang disebabkan oleh dis-tensi vena jugularis, hepatomegali, edema perifer, atau asites. Diagnosis pada Hi-pertensi Arteri Pulmonal sering tertunda dikarenakan banyaknya kondisi lain yang memiliki gejala serupa dengan kondisi ini.3

Tampakan Patologi Anatomi Pada Pasien Den-gan Severe Hipertensi Arteri Pumonal Dengan

Paten Ductus Arteriosus

Pemeriksaan penunjang seperti elektrokardiografi (EKG) dapat menunjukan adanya gambaran LVH, deviasi aksis ke kanan, LV Strain, right bundle branch block, dan pemanjangan QTc. Radiografi thoraks didapatkan abnormalitas pada 90% pasien dan biasanya menunjukkan pembesaran ventrikel kanan, arteri pulmonalis sentral yang menonjol, atau hipovaskularitas perifer.

Page 12: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

10 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 10 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

Radiography Chest X Ray pada pasien den-gan non idiopathi Hipertensi Arteri Pulmo-nal dengan Arterial Septal Defect tampak

gambaran pembesaran arteri pulmonal

Kateterisasi jantung kanan direkomendasikan untuk mengonfirmasi diagnosis dan mengevaluasi tingkat keparahan disfungsi hemodinamik. Tes berjalan selama enam menit adalah tes yang direkomendasikan untuk mengklasifikasikan keparahan dan memperkirakan prognosis dari hipertensi arteri pulmonal.1

Rekomendasi Tatalaksana Hipertensi Arteri Pulmonal Penatalaksanaan Hipertensi Arteri Pulmonal harus bersifat multidisiplin dan terdiri dari terapi terapi vasodilatasi suportif lanjutan. Terapi yang efektif harus diberikan pada tahap awal, sebelum terjadi perubahan ireversibel pada pembuluh darah paru. Terapi suportif seperti terapi oksigen, diuretik, digoksin, olahraga, dan antikoagulan harus diberikan. Terapi ini tidak spesifik untuk jenis hipertensi arteri pulmonal karena sebab tertentu dan sering digunakan pada semua kelompok hipertensi pulmonal WHO3.Pedoman merekomendasikan untuk tidak

menggunakan terapi lanjutan ini pada kasus hipertensi pulmonal akibat penyakit jantung kiri atau penyakit paru, dan harus diinisiasi di pusat-pusat khusus dan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dalam menatalaksanai kondisi ini. Sejak terdap-at klasifikasi kelompok oleh WHO, beber-apa terapi vasoaktif lanjutan telah tersedia untuk mengobati kondisi ini melalui jalur prostasiklin, endotelin, dan nitric oxide/cyclic guanosin monophosphate (cGMP). Hingga saat ini beberapa penelitian terus dilakukan guna mendapatkan terapi yang komprehensif, sesuai, dan dalam upaya mempelajari perkembangan penyakit.3

Untuk memperdalam diagnosis dan tata-laksana Hipertensi arteri pulmonal iku-ti Workshop ASMIHA, Channel 1 yang akan dilaksanakan hari ini tanggal 15 Oktober 2021 pukul 08.30-11.30 WIB.

Ditulis oleh:Nada Nafisha Humaera, S.Ked

Referensi:1. Galie N, Humbert M, Vachiery JL, et al. 2015 ESC/ERS Guidelines for the diagnosis and treatment of pulmonary hypertension: The Joint Task Force for the Diagnosis and Treatment of Pulmonary Hy-pertension of the European Society of Cardiology (ESC) and the European Respiratory Society (ERS): Association for European Paediatric and Congen-ital Cardiology (AEPC), International Society for Heart and Lung Transplantation (ISHLT). Eur Heart J. 2016;37(1):67-119. doi:10.1093/eurheartj/ehv3172. Yaghi S, Novikov A, Trandafirescu T. Clinical update on pulmonary hypertension. J Investig Med. 2020;68(4):821-827. doi:10.1136/jim-2020-0012913. Kristin E Schwab, MD. Pulmonary Arterial Hy-pertension Treatment & Management. Pulmonary and Critical Care Medicine, Department of Internal Medicine, University of California, Los Angeles, David Geffen School of Medicine. Emedicine Med-scape Journal. 2021. P;2-20. Available at: https://emedicine.medscape.com/article/303098-treatment

Page 13: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

Perkembangan Tatalaksana Thromboembolism Vena | 11 Perkembangan Tatalaksana Thromboembolism Vena | 11

Perkembangan Tatalaksana Thromboembolism Vena Tromboemboli vena (VTE), yang meliputi trombosis vena dalam (DVT) dan emboli paru, adalah penyakit kar-diovaskular umum yang terkait dengan morbiditas yang signifikan mulai dari edema tungkai, nyeri dada, sesak napas, dan bahkan kematian. Komplikasi jang-ka panjang ialah termasuk VTE berulang, sindrom emboli, hipertensi pulmonal tromboemboli kronis, dan sindrom pasc-atrombotik (PTS). Penatalaksanaan VTE memerlukan terapi antikoagulan segera berdasarkan penilaian risiko perdarahan. Antikoagulan oral (DOACs) telah menja-di pilihan bagi pasien sebagaimana tercer-min dalam pedoman pengobatan terbaru American College of Chest Physician1-3.

Penatalaksanaan awal pasien den-gan PE harus didasarkan pada stratifika-si risiko pasien menjadi risiko rendah, sedang, atau tinggi untuk berdasarkan skor risiko yang ditetapkan seperti indeks keparahan emboli paru atau versi yang disederhanakan.1 Pasien risiko rendah, yang hemodinamiknya stabil, dapat dira-wat sebagai pasien rawat jalan jika keadaan

Artikel

di rumah memadai2. Di sisi lain, pasien dengan PE akut dan hipotensi atau pasien dengan phlegmasia terkait DVT pada tungkai bawah harus dipertimbangkan un-tuk pengobatan dengan agen trombolitik.

Antikoagulan oral Antikoagulan adalah pengobatan rutin VTE dan diberikan dalam tiga fase, jangka panjang (dalam 3 bulan pertama), dan pengobatan yang diperpanjang3. Se-lama bertahun-tahun pengobatan awal dimulai dengan antikoagulan parenteral, misalnya heparin berat molekul rendah (LMWH), bersamaan dengan antagonis vitamin K (VKA), seperti warfarin. Kom-binasi dilanjutkan setidaknya selama 5 hari hingga tercapainya terapi antikoagulan dengan rasio normalisasi internasional 2 banding 33. Meskipun terapi konvension-al dengan VKA efektif dan aman, terapi ini memiliki beberapa keterbatasan termasuk onset yang tertunda, kebutuhan suntikan harian, dan interaksi. dengan berbagai obat. Selama 5 tahun terakhir, 4 antiko-agulan oral (DOAC) telah disetujui untuk pengobatan VTE akut dan jangka panjang

Trombolitik untuk tromboemboli vena akut Terapi tunggal antikoagulan dire-komendasikan dibandingkan pemberian trombolisis untuk sebagian besar pasien dengan DVT akut dengan pengecualian bagi mereka dengan DVT iliofemoral atau proksimal yang luas dengan risiko tinggi iskemia ekstremitas3,4. Terapi trombolitik

Page 14: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

12 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 12 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

(sistemik atau diarahkan dengan ka-teter) meningkatkan lisis bekuan darah dan mengurangi kejadian PTS diband-ingkan dengan antikoagulan saja.4 DVT proksimal masif atau trombosis iliofem-oral yang terkait dengan iskemia yang berisiko menyebabkan nekrosis tungkai atau edema simtomatik yang parah dap-at diobati dengan trombolisis. Trom-bolisis dapat dipertimbangkan hanya setelah diagnosis objektif DVT dan pada pasien dengan risiko perdarahan rendah. Trombolisis sistemik adalah pengobatan yang diterima secara luas untuk PE pada pasien dengan hipotensi persisten (misalnya, tekanan darah sistolik <90 mmHg selama 15 menit) dan tidak berisiko tinggi perdarahan. Penggunaan terapi trombolitik pada pasien risiko menengah dengan PE akut terkait dengan disfungsi ventrikel kanan (RV) masih kontroversial. Disfungsi RV dikonfirmasi oleh ekokardiogram atau computed tomography dan troponin I/T positif.

Indikasi potensial untuk trombolisis pada kelompok ini didasarkan pada bukti bahwa pasien dengan disfungsi RV berat memiliki prognosis yang lebih buruk daripada mereka yang tidak disfungsi RV.5

Beberapa penelitian melakukan percobaan perbandingan efek pengobatan dengan kombinasi LMWH ditambah bolus intravena tenecteplase versus LMWH saja pada pasien PE risiko menengah, mereka yang diobati dengan tenecteplase memili-ki prognosis yang lebih baik dan kapasitas fungsional yang lebih tinggi pada 90 hari6.

Catheter Directed Thromboly-sis (CDT) dapat digunakan pada pasien dengan PE akut dengan peningkatan risiko perdarahan karena dosis yang lebih rendah dari agen trombolitik di-infuskan langsung ke arteri pulmona-lis melalui kateter7. CDT juga efektif dalam menurunkan tekanan arteri pul-monal dan meningkatkan fungsi RV.

Pengobatan rawat jalan tromboemboli vena Terapi rawat jalan umumnya di-gunakan untuk pasien dengan DVT akut dalam praktik klinis dengan beberapa pengecualian. Beberapa uji coba terkon-trol dan meta-analisis, yang memband-ingkan terapi rawat jalan menggunakan LMWH versus terapi rawat inap dengan heparin Intravena, menunjukkan bah-wa terapi rawat jalan aman dan layak pada kebanyakan pasien dengan DVT akut. Keputusan untuk manajemen rawat jalan harus mempertimbangkan kondisi pasien. kondisi klinis, risiko perdara-han, preferensi mereka, dan dukungan keluarga. Skor stratifikasi risiko untuk mengidentifikasi pasien berisiko ren-dah tanpa disfungsi RV merupakan kandidat potensial untuk rawat jalan.5t

Page 15: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

Perkembangan Tatalaksana Thromboembolism Vena | 13 Perkembangan Tatalaksana Thromboembolism Vena | 13

Antagonis vitamin K versus antikoag-ulan oral Empat antikoagulan oral termasuk dabigatran, rivaroxaban, apixaban, dan edoxaban dibandingkan dengan terapi konvensional dalam uji coba RE-COVER I dan II, EINSTEIN-DVT dan PE, AMPLIFY, dan Hokusai-VTE. Komplikasi utama yang muncul pada penelitian-penelitian ini adalah perdarahan mayor. Semua percobaan mengeksklusi pasien dengan disfungsi ginjal berat, mereka yang mengalami perdarahan aktif atau berisiko tinggi mengalami perdarahan, dan pasien yang sudah dalam terapi antikoagulan.

Analisis gabungan dari 6 perco-baan ini melaporkan bahwa Antikoagu-lan oral (DOAC) memiliki efikasi yang sama dengan VKA dalam pengobatan VTE akut dan risiko perdarahan mayor yang secara signifikan lebih rendah dari-pada VKA, Dibandingkan dengan pener-ima terapi VKA, perdarahan intrakranial, perdarahan fatal, dan CRNMB berkurang secara signifikan pada kelompok DOAC.

Mengingat profil keamanan DOAC yang lebih baik dengan perdarahan yang lebih sedikit, kemanjuran yang serupa dalam pencegahan VTE berulang, dan kemudahan pemberian DOAC, pedoman ACCP baru-baru ini menyarankan DOAC daripada VKA untuk pengobat-an VTE akut dan jangka pan-jang pada pasien tanpa kanker7.

Manajemen VTE pada pasien dengan kanker Pedoman tatalaksana VTE termasuk ACCP, American Society of Clinical Oncology, dan National Comprehensive Cancer Network merekomendasikan penggunaan LMWH untuk pengobatan VTE pada pasien kanker4,7.

Page 16: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

14 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 14 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

Sebuah uji coba melakukan pe-nelitian dengan membandingkan tera-pi pasien VTE disertai kanker dengan menggunakan LMWH versus warfarin hasil penelitian ini menunjukkan pe-nurunan tingkat VTE menggunakan LMWH disertai dengan menurunnya an-gka mortalitas dan morbiditas pasien.

Untuk memperdalam diagnosis dan tatalaksana Tromboemboli Vena iku-ti Workshop ASMIHA, Channel 3 yang akan dilaksanakan hari ini tanggal 15 Oktober 2021 pukul 08.30-11.30 WIB.

Ditulis oleh:Alya Tanti Nurjanah, S.Ked

Referensi:1. Donzé J, Le Gal G, Fine MJ, Roy PM, Sanchez O, Verschuren F, et al. Prospective validation of the Pulmonary Embolism Severity Index. A clinical prognostic model for pulmonary em-bolism. Thromb Haemost. 2008;100:943–8.2. Zondag W, Kooiman J, Klok FA, Dekkers OM, Huisman MV. Outpatient versus inpatient treat-ment in patients with pulmonary embolism: a meta-analysis. Eur Respir J. 2013;42:134–44.3. Chatterjee S, Chakraborty A, Weinberg I, Kada-kia M, Wilensky RL, Sardar P, et al. Thromboly-sis for pulmonary embolism and risk of all-cause mortality, major bleeding, and intracranial hemor-rhage: a meta-analysis. JAMA. 2014;311:2414–21.4. Kearon C, Akl EA, Ornelas J, Blaivas A, Jime-nez D, Bounameaux H, et al. Antithrombotic therapy for VTE disease: CHEST guideline and expert panel Report. Chest. 2016;149:315–52.5. Grifoni S, Olivotto I, Cecchini P, Pieralli F, Ca-maiti A, Santoro G, et al. Short-term clinical outcome of patients with acute pulmonary embolism, normal blood pressure, and echocardiographic right ven-tricular dysfunction. Circulation. 2000;101:2817–22.6. Kline JA, Nordenholz KE, Courtney DM, Kabrhel C, Jones AE, Rondina MT, et al. Treatment of sub-massive pulmonary embolism with tenecteplase or

placebo: cardiopulmonary outcomes at 3 months: multicenter double-blind, placebo-controlled rand-omized trial. J Thromb Haemost. 2014;12:459–68.7. McCabe JM, Huang PH, Riedl L, Eisenhauer AC, Sobieszczyk P. Usefulness and safety of ultrasound-as-sisted catheter-directed thrombolysis for submassive pulmonary emboli. Am J Cardiol. 2015;115:821–4.pe Journal. 2021. P;2-20. Available at: https://emedicine.medscape.com/article/303098-treatment

Page 17: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

Cara Diagnosis Pencitraan Jantung Pasien Aritmia | 15 Cara Diagnosis Pencitraan Jantung Pasien Aritmia | 15

Cara Diagnosis Pencitraan Jantung Pasien Aritmia Presentasi klinis sindrom koroner akut (SKA) luas. Ini berkisar dari serangan jantung, ketidakstabilan listrik atau hemodinamik dengan syok kardiogenik karena iskemia yang sedang berlangsung atau komplikasi mekanis seperti regurgitasi mitral yang parah, hingga pasien yang sudah bebas nyeri lagi pada saat presentasi. Gejala utama yang memulai diagnosis dan kaskade terapeutik pada pasien dengan dugaan SKA adalah ketidaknyamanan dada akut yang digambarkan sebagai nyeri, tekanan, sesak, dan terbakar. Gejala yang setara dengan nyeri dada mungkin termasuk dispnea, nyeri epigastrium, dan nyeri di lengan kiri.

Manifestasi Klinis SKA Diagnosis SKA dapat menimbulkan tantangan klinis yang sulit. Keluhan yang muncul dapat beragam dan atipikal, dan bahkan gambaran klasik dari nyeri dada iskemik mungkin sebenarnya merupakan embolus paru, diseksi aorta, atau proses lain yang mengancam jiwa. Tanda-tanda vital dan penanganan ABC adalah langkah pertama dalam pendekatan pada pasien ini. Mendapatkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cepat dengan perhatian khusus pada suara napas, suara jantung, adanya distensi vena jugularis, dan sirkulasi perifer dapat membantu menentukan atau menyingkirkan diagnosis yang sensitif terhadap waktu seperti tension pneumotoraks dan tamponade perikardial. Tujuan dalam menangani pasien yang datang dengan

Artikel

potensi SKA adalah stratifikasi risiko. Meskipun ada aturan no decision yang memungkinkan seseorang untuk secara definitif mengecualikan diagnosis SKA hanya berdasarkan riwayat, EKG, dan pengukuran tunggal biomarker, memiliki pengetahuan tentang faktor risiko dan mampu membuat stratifikasi pasien dengan tepat akan membantu dokter dalam interpretasi tes selanjutnya. hasil serta dalam menentukan disposisi.

Cardiac MR Imaging Evaluasi pencitraan MR jantung pasien SKA dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahap; pemeriksaan awal untuk diagnosis nyeri dada, awal setelah reperfusi, dan terlambat setelah reperfusi. Pada pasien dengan gejala sugestif SKA, biomarker serum negatif, dan perubahan EKG nondiagnostik, pencitraan jantung dapat dilakukan selama masuk ke unit gawat darurat atau segera setelah keluar.

Page 18: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

16 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021 16 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

Pada kelompok risiko rendah ini, pencitraan MR memiliki keuntungan untuk menilai fungsi miokard, perfusi, dan viabilitas dalam satu sesi. Pencitraan MR juga berguna untuk menyingkirkan penyebab lain dari nyeri dada akut, termasuk miokarditis, diseksi aorta, stenosis aorta, dan kardiomiopati Takotsubo. Pada kelompok risiko rendah, angiografi computed tomographic (CT) terbukti menjadi alat diagnostik yang berharga untuk mengevaluasi integritas arteri koroner dan menyingkirkan emboli paru dan diseksi aorta. Pencitraan pada presentasi awal STEMI umumnya tidak diperlukan dan dapat dibatasi pada ekokardiografi darurat untuk mengevaluasi fungsi miokard. Awal setelah pengobatan reperfusi (dalam minggu pertama), semua pasien harus menjalani pencitraan jantung noninvasif (misalnya, pencitraan MR, pencitraan nuklir, ekokardiografi) untuk mengidentifikasi mereka yang berisiko tinggi terhadap kejadian jantung berulang.

Pada fase ini, pencitraan MR jantung dapat mengevaluasi dengan akurat berbagai parameter pencitraan, termasuk disfungsi miokard regional, distribusi infark, ukuran infark, risiko miokardium (edema), obstruksi mikrovaskular (MVO), dan perdarahan intramiokard. Penilaian yang akurat dari parameter ini memberikan nilai prognostik tambahan di atas metode tradisional stratifikasi risiko, yang meliputi penilaian fraksi ejeksi ventrikel kiri (LV) dengan ekokardiografi, estimasi enzimatik ukuran infark, dan skor risiko TIMI.

Kemudian, dalam 4-6 minggu

setelah reperfusi, pasien yang membutuhkan pemantauan pencitraan diperpanjang adalah mereka dengan usia lanjut, infark anterior, infark sebelumnya, penyakit tiga pembuluh darah, waktu iskemik yang berkepanjangan, atau gagal jantung. Pencitraan MR fase akhir digunakan untuk mengevaluasi ukuran infark akhir, dan pencitraan MR stres disarankan untuk menilai iskemia yang dapat diinduksi. Tabel menunjukkan protokol MR jantung untuk pasien dengan SKA pasca-reperfusi dini, termasuk urutan standar dan opsional.

Untuk memahami diagnosis pencitraan kardiovaskular sangat penting, untuk itu ikuti workshop ASMIHA, Channel 4 yang akan dilaksanakan hari ini tanggal 15 Oktober 2021 pukul 08.30-11.30 WIB.

Ditulis oleh:Azhar Rafiq, S.KedI Ketut Suarthaputra Pratama, S.Ked

Referensi:1. Collet, J.P., Thiele, H., Barbato, E. et al. 2020. 2020 ESC Guidelines for the management of acute coronary syn-dromes in patients presenting without persistent ST-seg-ment elevation: The Task Force for the management of acute coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment elevation of the European Society of Cardiology (ESC). European Heart Journal Vol. 42, Issue 14.2021. https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehab2852. Hamilton, B., Kwakyi, E., Kofyan, A. et al. 2013. Diagnosis and Management of Acute Coro-nary Syndrome. African Journal of Emergency Med-icine. http://dx.doi.org/10.1016/j.afjem.2012.11.0123. Saremi, F.2016. Cardiac MR Imaging in Acute Cor-onary Syndrome : Application and Image Interpre-tation. https://doi.org/10.1148/radiol.2016152849

Page 19: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

DOORPRIZE

Dalam kegiatan ASMIHA tahun ini, kami mempersiapkan doorprize.

Jangan lupa sering kunjungi booth ASMIHA, anda berpeluang mendapatkan doorprize sebagai berikut :

- 10 KKJI vouchers/hari untuk 10 orang dengan nilai visit both dan quiz tertinggi - 2 buah air purifier - 3 buah grandprize berupa 2 buah sepeda dan 1 masker ultra filtration

- 3 prizes untuk 3 best oral presenter - dan 3 prizes untuk 3 best presenter kategori young investigator

*poin minimal untuk lotere grandprize adalah 5,500 poin

Page 20: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

What’s Next

Sabtu, 16 Oktober 2021 akan diadakan beberapa agenda yang tidak kalah menarik!

Acara akan dibuka dengan keynote speech oleh Kementerian Kesehatan RI, disusul dengan penyampaian perkembangan covid-19 berdasarkan perspektif dari berbagai perhimpunan dokter spesialis di Indonesia, dilanjutkan dengan sesi paralel dengan berbagai topik yang sayang untuk dilewatkan!

Mark the time and see you tomorrow!

Page 21: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org
Page 22: 15 Oktober 2021 - webinar.asmiha.org

20 | 30thASMIHA 15-23 Oktober 2021

EDITOR IN CHIEFdr. Suci Indriani, SpJP (K), FIHAdr. Yusra Pintaningrum, SpJP(K), FIHAdr. Vito A. Damay, SpJP(K), MKes, FIHA, AIFO-K

MEDICAL WRITERAlya Tanti Nurjanah, S.KedNada Nafisha Humaera, S.KedI Ketut Suarthaputra Pratama, S.Ked

GRAPHIC DESIGN & LAYOUTAzhar Rafiq, S.Ked

Web: www.asmiha.orgEmail: [email protected]: +62215681149 ext 101-104/108WA: +6282120003065IG: @asmiha2021

Vol.1