7
199 Seminar Nasional Serealia 2011 PEMUPUKAN RASIONAL PADA TANAMAN JAGUNG HIBRIDA PADA INCEPTISOL ENDOAQUEPTS M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Konsep pemupukan rasional spesifik lokasi pada tanaman jagung hibrida dengan pemberian hara sesuai kebutuhan tanaman dilakukan di Desa Kalaserena, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan pemulihan hara oleh tanah. Penanaman jagung dilakukan setelah panen padi di lahan sawah tadah hujan pada MK 2010. Jenis tanah lokasi penelitian adalah Inceptisol Endoaquepts, termasuk orde Aquepts yang kebanyakan berada pada wilayah beriklim kering. Tanah berbahan induk Aluvium pada dataran Aluvial datar Lahan untuk pertanaman jagung disiapkan dengan sistem tanpa olah tanah (TOT). Gulma pratumbuh disemprot herbisida paraquat. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, tiga ulangan. Perlakuan merupakan kombinasi takaran N, P dan K (kg/ha) sebagai berikut: 1) 0 N, 0 P2O5, 0 K2O 2) 225 N, 72 P2O5, 90 K2O 3) 225 N, 72 P2O5, 90 K2O 4) 225 N, 72 P2O5,, 90 K2O 5) 0 N, 72 P2O5, 90 K2O 6) 0 N, 72 P2O5, 60 K2O 7) 0 N, 36 P2O5, 60 K2O 8) 225 N, 0 P2O5, 90 K2O 9) 225 N, 72 P2O5, 0 K2O 10) 225 N, 72 P2O5, 0 K2O 11) 225 N, 36 P2O5, 0 K2O 12) Berdasarkan “nutrient manager” (230 N, 83 P2O5, 111 K2O). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan yang rasional pada tanah Inceptisol Endoaquepts di Kalaserena, Gowa, adalah 225 kg N dan 36 kgP2O5/ha dengan hasil biji 11,52 t/ha dan keuntungan Rp. 17.243.500 dengan B/C rasio sebesar 5,94. Kata kunci: Jagung hibrida, pemupukan rasional dan Inceptisol Endoaquepts PENDAHULUAN Penerapan pemupukan berimbang yang rasional untuk tanaman jagung sudah berkembang sejak lama, namun petani belum melakukan sesuai dengan teknologi yang dianjurkan. Konsep ini mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan pemulihan haran untuk padi sawah (Dobermann and Fairhurst 2000, Witt and Dobermann 2002). Konsep tersebut juga telah digunakan untuk rekomendasi pemupukan pada tanaman jagung di Nebraska (Amerika Serikat) dengan penekanan khusus pada potensi hasil dan senjang hasil sebagai dasar perbaikan rekomendasi pemupukan yang spesifik lokasi (Dobermann et al. 2003). Dengan pemberian pupuk rasional spesifik lokasi, berupaya menyediakan hara bagi tanaman secara tepat, baik jumlah, jenis maupun waktu pemberiannya dengan mempertimbangkan kebutuhan tanaman dan kapasitas lahan dalam menyediakan hara bagi tanaman. Diketahui pula bahwa kebutuhan hara pada jagung hibrida lebih besar dibanding jagung bersari bebas karena jagung hibrida memunyai potensi hasil yang lebih tinggi. Pada umumnya penggunaan pupuk oleh petani masih cenderung kepada penggunaan pupuk N, sedangkan penggunaan pupuk P dan K masih kurang mendapat perhatian. Anjuran pemupukan dan praktek pemupukan oleh petani terutama pada tanaman jagung hibrida belum sepenuhnya didasarkan atas kandungan hara didalam tanah dan kebutuhan tanaman. Hara N hampir dipastikan harus ditambahkan melalui pupuk. Untuk meningkatkan efisiensi pemupukan N agar lebih rasional, dapat dilakukan dengan alat bantu BWD dapat menghemat pupuk N hingga 20% (Suyamto 2000). Tingkat ketersediaan hara dalam tanah mencerminkan tingkat kesuburan tanah dan berkorelasi sangat positif dengan hasil tanaman. Makin tinggi kesuburan

14bpros11

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proses pertanian

Citation preview

Page 1: 14bpros11

199 Seminar Nasional Serealia 2011

PEMUPUKAN RASIONAL PADA TANAMAN JAGUNG HIBRIDA PADA INCEPTISOL ENDOAQUEPTS

M. Akil

Balai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRAK

Konsep pemupukan rasional spesifik lokasi pada tanaman jagung hibrida dengan pemberian hara sesuai kebutuhan tanaman dilakukan di Desa Kalaserena, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan pemulihan hara oleh tanah. Penanaman jagung dilakukan setelah panen padi di lahan sawah tadah hujan pada MK 2010. Jenis tanah lokasi penelitian adalah Inceptisol Endoaquepts, termasuk orde Aquepts yang kebanyakan berada pada wilayah beriklim kering. Tanah berbahan induk Aluvium pada dataran Aluvial datar Lahan untuk pertanaman jagung disiapkan dengan sistem tanpa olah tanah (TOT). Gulma pratumbuh disemprot herbisida paraquat. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, tiga ulangan. Perlakuan merupakan kombinasi takaran N, P dan K (kg/ha) sebagai berikut: 1) 0 N, 0 P2O5, 0 K2O 2) 225 N, 72 P2O5, 90 K2O 3) 225 N, 72 P2O5, 90 K2O 4) 225 N, 72 P2O5,, 90 K2O 5) 0 N, 72 P2O5, 90 K2O 6) 0 N, 72 P2O5, 60 K2O 7) 0 N, 36 P2O5, 60 K2O 8) 225 N, 0 P2O5, 90 K2O 9) 225 N, 72 P2O5, 0 K2O 10) 225 N, 72 P2O5, 0 K2O 11) 225 N, 36 P2O5, 0 K2O 12) Berdasarkan “nutrient manager” (230 N, 83 P2O5, 111 K2O). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan yang rasional pada tanah Inceptisol Endoaquepts di Kalaserena, Gowa, adalah 225 kg N dan 36 kgP2O5/ha dengan hasil biji 11,52 t/ha dan keuntungan Rp. 17.243.500 dengan B/C rasio sebesar 5,94. Kata kunci: Jagung hibrida, pemupukan rasional dan Inceptisol Endoaquepts

PENDAHULUAN

Penerapan pemupukan berimbang yang rasional untuk tanaman jagung sudah berkembang sejak lama, namun petani belum melakukan sesuai dengan teknologi yang dianjurkan. Konsep ini mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan pemulihan haran untuk padi sawah (Dobermann and Fairhurst 2000, Witt and Dobermann 2002). Konsep tersebut juga telah digunakan untuk rekomendasi pemupukan pada tanaman jagung di Nebraska (Amerika Serikat) dengan penekanan khusus pada potensi hasil dan senjang hasil sebagai dasar perbaikan rekomendasi pemupukan yang spesifik lokasi (Dobermann et al. 2003). Dengan pemberian pupuk rasional spesifik lokasi, berupaya menyediakan hara bagi tanaman secara tepat, baik jumlah, jenis maupun waktu pemberiannya dengan mempertimbangkan kebutuhan tanaman dan kapasitas lahan dalam menyediakan

hara bagi tanaman. Diketahui pula bahwa kebutuhan hara pada jagung hibrida lebih besar dibanding jagung bersari bebas karena jagung hibrida memunyai potensi hasil yang lebih tinggi.

Pada umumnya penggunaan pupuk oleh petani masih cenderung kepada penggunaan pupuk N, sedangkan penggunaan pupuk P dan K masih kurang mendapat perhatian. Anjuran pemupukan dan praktek pemupukan oleh petani terutama pada tanaman jagung hibrida belum sepenuhnya didasarkan atas kandungan hara didalam tanah dan kebutuhan tanaman. Hara N hampir dipastikan harus ditambahkan melalui pupuk. Untuk meningkatkan efisiensi pemupukan N agar lebih rasional, dapat dilakukan dengan alat bantu BWD dapat menghemat pupuk N hingga 20% (Suyamto 2000). Tingkat ketersediaan hara dalam tanah mencerminkan tingkat kesuburan tanah dan berkorelasi sangat positif dengan hasil tanaman. Makin tinggi kesuburan

Page 2: 14bpros11

200 M.Akil : Pemupukan Rasional pada Tanaman Jagung Hibrida pada Inceptisol Endoaquepts

tanah akan makin rendah pupuk yang diberikan dan bahkan tidak perlu lagi penambahan pupuk (Suyamto 2010). Di daerah pertanaman jagung hibrida yang intensif, banyak petani menggunakan pupuk Urea secara berlebihan. Dilain pihak didaerah-daerah yang mengalami kekahatan K dan bahan organik, petani belum menerapkan pemupukan yang tepat. Hal ini terjadi karena pemupukan tidak didasari oleh hasil identifikasi status hara dalam tanah dan kebutuhan hara pada tanaman jagung hibrida. Sementara itu, hukum minimum Liebig tetap berlaku, artinya penambahan unsur hara yang bukan merupakan hara pembatas akan sia-sia bila status hara lain yang menjadi pembatas tidak diselesaikan terlebih dahulu (Suyamto 2010).

Pemberian pupuk yang mengandung hara nitrogen diperlukan tanaman jagung hibrida untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara nitrogen. Manfaat dari unsur hara nitrogen adalah menjadikan bagian daun menjadi hijau segar sehingga banyak mengandung butir hijau daun yang diperlukan dalam proses fotosintesa, mempercepat pertumbuhan vegetatif, selain itu nitrogen berfungsi dalam pembentukan protein sehingga memperbaiki kualitas biji jagung karena meningkanya kandungan protein hasil tanaman (Tisdale and Nelson 1975).

Hara fosfor ini bermanfaat untuk memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik sehingga dapat mengambil unsur hara lebih banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi lebih sehat dan kuat. Hara fosfor dapat juga menambah daya tahan tanaman jagung hibrida terhadap serangan hama penyakit. Juga dapat mempercepat pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman dan dapat memacu pertumbuhan generatif tanaman dengan mempercepat pembentukan bunga dan masaknya biji sehingga mempercepat masa panen (Tisdale and Nelson 1975).

Hara kalium bermanfaat untuk mempercepat proses fotosintesis, memacu pertumbuhan tanaman pada

tingkat permulaan, memperkuat ketegaran batang sehingga mengurangi resiko mudah rebah. Kalium juga menambah daya tahan terhadap serangan hama penyakit dan kekeringan serta memperbaiki mutu hasil (Tisdale dan Nelson 1975).

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pemupukan yang rasional spesifik lokasi pada tanaman jagung hibrida di tanah Inceptisol Endoaquepts.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Kalaserena, Kecamatan Bontonompo. Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan pada tanah Inceptisol Endoaquepts pada musim kering 2010. Penanaman jagung dilakukan setelah panen padi di lahan sawah tadah hujan. Lahan untuk pertanaman jagung disiapkan dengan sistem tanpa olah tanah (TOT). Gulma pra tumbuh disemprot herbisida paraquat dengan takaran 4 l/ha. Ukuran petak perlakuan adalah 6 m x 4 m. Jagung yang ditanam adalah jagung hibrida BISI-16 dengan menggunakan sitem tanam legowo dengan jarak tanam 100 cm – 50 cm x 20 cm, 1 tanaman per lubang (populasi tanaman 66.666 tanaman/ha). Sebelum tanam benih dicampur dengan saromil untuk mencegah penyakit bulai, takaran 2,5 g/kg benih. Hama dikendalikan dengan furadan 3G yang diberikan pada saat tanam melalui lubang tanaman dan saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam (hst) yang diberikan melalui pucuk daun tanaman dengan takaran masing-masing 5 kg/ha. Seluruh takaran pupuk P, ½ takaran N dan ½ takaran K diberikan pada umur 10 hst. Sisa takaran N dan K diberikan pada fase saat umur tanaman 37 hst. Pemberian pupuk dilakukan secara tugal sekitar 7 cm dari tanaman. Panen dilakukan pada saat biji masak fisiologis. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, tiga ulangan. Perlakuan merupakan kombinasi takaran N, P dan K (kg/ha) sebagai berikut: 1) 0 N, 0 P2O5, 0 K2O 2) 225 N, 72 P2O5, 90 K2O 3) 225 N, 72 P2O5,

Page 3: 14bpros11

201 Seminar Nasional Serealia 2011

90 K2O 4) 225 N, 72 P2O5,, 90 K2O 5) 0 N, 72 P2O5, 90 K2O 6) 0 N, 72 P2O5, 60 K2O 7) 0 N, 36 P2O5, 60 K2O 8) 225 N, 0 P2O5, 90 K2O 9) 225 N, 72 P2O5, 0 K2O 10) 225 N, 72 P2O5, 0 K2O 11) 225 N, 36 P2O5, 0 K2O 12) Berdasarkan “nutrient manager” (230 N, 83 P2O5, 111 K2O).

Secara acak sebanyak 10 sampel diukur atau diambil untuk mengamati 1). Tinggi tanaman (cm) saat umur 60 hst 2). Khlorofil daun (unit) diamati saat 35 hst dan 56 hst 3) Hasil biji (t/ha) pada kadar air 15 % 4) Analisis kadar N, P dan K jaringan daun tanaman (%) umur 56 hst 5) Analisis kadar hara N, P dan K biji saat masak fisiologis. Masing-masing jaringan daun tanaman dan biji didestruksi basa dengan menggunakan pengestrak H2SO4 + H2O2. Analisa N menggunakan metode Kjeldahl, analisis P menggunakan metode spectrometer dan analisis K menggunakan flame fotometer. Rasio keuntungan atas biaya (B/C rasio) dihitung untuk mengetahui keuntungan yang diterima petani dan kelayakan ekonomi usahatani pertanaman jagung hibrida.

Dari hasil analisis sidik ragam, perbedaan setiap perlakuan dianalisis berdasarkan uji berjarak Duncan pada taraf 5% menggunakan program SAS 6.12.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat tanah

Jenis tanah lokasi penelitian di Desa Kalaserena, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan adalah Inceptisol Endoaquepts, termasuk orde Aquepts yang kebanyakan berada pada wilayah beriklim kering. Tanah berbahan induk Aluvium pada dataran Aluvial datar. Tanah tersebut mempunyai horizon kambik pada lapisan diantara kedalaman 40 cm dan 0 cm, memiliki kondisi akuik selama sebagian waktu pada tahun-tahun normal (atau setelah di drainase) dan matrik dibawah epipedon atau di dalam 0 cm dari permukaan tanah mineral ber khroma 2 atau lebih serta tidak terdapat bahan sulfidik (Pusat Penelitian tanah 2000).Tanah Inceptisol Endoaquepts dengan luas 2.576 km2, sangat potensial untuk pertanian tanaman pangan di lahan kering seperti jagung (Subagyo et al. 2000). Hasil analisi tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah adalah lempung berdebu dengan kandungan bahan organik dan kadar hara N-total sangat rendah, kadar P (Bray-I) sangat tinggi, kadar K tergolong sedang, kapasitas tukar kation sangat rendah dan kejenuhan basa tergolong tinggi (Tabel 1).

Tabel 1. Sifat tanah (di lapisan 0-30 cm) Inceptisol Endoaquepts di desa Kalasereana, Gowa, Sulawesi Selatan, 2010

Parameter Nilai Kriteria Tekstur: Liat (%) Debu (%) Pasir (%) pH H2O (1:2,5) C- organik (%) N-total (%) C/N P Bray-I (ppm) Kdd (me/100 g) Cadd (me/100 g) Mgdd (me/100 g) Nadd (me/100 g) Aldd (me/100 g) H+ (me/100 g) Kapasitas Tukar Kation(me/100 g) Kejenuhan Basa (%)

11 60 29

5,61 1,06 0,08

13,25 44,24 0,52 6,86 0,39 0,13 0,0

0,28 10,96 72,08

Lempung berdebu Agak masam Rendah Sangat rendah Sangat tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Rendah Rendah Sangat Rendah Rendah Tinggi

Page 4: 14bpros11

202 M.Akil : Pemupukan Rasional pada Tanaman Jagung Hibrida pada Inceptisol Endoaquepts

Tinggi tanaman, khlorofil daun, dan hasil biji

Pada saat tanaman jagung hibrida varietas BISI-16 berumur 60 hst menunjukkan bahwa tanaman tertinggi 256,1 cm diperoleh pada perlakuan menggunakan program “nutrient manager” atau dengan perlakuan 230 kg N, 83 kg P2O5 dan 111 kg K2O /ha, yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan 225 kg N/ha yang tidak diberi pupuk P atau K dengan tinggi masing-masing 251,1 cm dan 253,9 cm (Tabel 2).

Dengan kandungan hara P tanah sangat tinggi dan kandungan hara K tergolong sedang, sehingga tanpa pemberian P atau K, pertumbuhan tanaman jagung hibrida tetap normal. Tanaman yang tidak diberi pupuk memberikan tinggi tanaman yang terendah 177,5 cm.

Pada pengamatan unit khlorofil daun saat tanaman jagung hibrida varietas BISI-16 umur 35 hst dan 56 hst sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk nitrogen. Pada tanaman yang tidak diberi pupuk nitrogen khlorofil daunnya sangat rendah berkisar 28,9 – 35,0 unit saat umur 35 hst dan 30,8 – 32,3 unit saat tanaman berumur 56 hst. Tanaman yang diberi pupuk nitrogen 225 kg N/ha, khlorofil daunnya berkisar antara 44,6 – 48,2 unit saat tanaman 35 hst, dan 52,5 – 54,7 unit saat tanaman berumur 56 hst. Hal ini menunjukan bahwa tanah Inceptisol Endoaquepts di lokasi penelitian didesa Kalaserena, Gowa, hara N menjadi faktor pembatas untuk produksi jagung hibrida. Unit khlorofil daun diatas 50 unit menunjukkan kecukupan hara N didalam tanaman jagung hibrida, dan tanaman yang mempunyai khlorofil daun kurang dari 40 unit menunjukkan tanaman kekurangan hara nitrogen.

Hasil biji jagung hibrida varietas BISI-16 yang diperoleh menunjukkan bahwa tanpa pemberian pupuk N hasil biji yang diperoleh berkisar 4,89 – 5,43 t/ha. Jika diberi pupuk N sebesar 225 kg/ha hasil meningkat dua kali lipat yaitu antara 10,42 -11,52 t/ha (Tabel 2). Hasil biji tertinggi diperoleh pada perlakuan

tanpa pupuk K, yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa P. Dengan pemberian pupuk 225 kg N dan 36 kg P2O5/ha memberikan hasil yang tertinggi sebesar 11.52 t/ha. Pemupukan yang rasionil di Inceptisol Endoaquepts nampaknya adalah pemberian 225 kg N/ha dan juga penambahan P dengan takaran rendah sebesar 36 kg P2O5/ha. Kadar hara N, P dan K jaringan tanaman dan biji

Kadar hara N jaringan tanaman jagung hibrida BISI-16 pada tanah Inceptisol Endoaquepts di Kalaserena, Gowa menunjukkan bahwa tanaman yang tidak diberi pupuk P dengan perlakuan 225 kg N + 90 kg K2O /ha mempunyai kadar hara N jaringan tanaman sebesar 2,85%, sama dengan kadar hara N yang diperoleh pada perlakuan tanpa K dengan perlakuan 225 kg N + 36 kg P2O5/ha. Kadar hara N tanaman hibrida BISI-16 yang tidak diberi pupuk N hanya berkisar antara 1,94 – 2,19 % N (Tabel 3). Kadar hara N pada biji jagung hibrida BISI-16 menunjukkan bahwa tanaman jagung yang tidak diberi pupuk N mempunyai kadar hara N biji yang rendah berkisar antara 1,00 – 1,19 % N (Tabel 3).Kadar hara N biji tertinggi sebesar 1,47 % N diperoleh pada perlakuan tanpa K (225 kg N + 72 kg P2O5/ha).

Kadar hara P jaringan tanaman jagung hibrida BISI-16 pada tanah Inceptisol Endoaquepts di Kalaserena, Gowa menunjukkan bahwa tanaman jagung hibrida tanpa pemberian pupuk memberikan kadar hara jaringan tanaman sebesar 0,44 % P, yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 72 kg P2O5 + 60 kg K2O /ha dengan kadar hara 0,45 % P. Kadar hara P biji jagung hibrida BISI-16, tanaman yang tidak diberi pupuk N (72 kg P2O5 +90 kg K2O/ha) mempunyai kadar biji yang terendah sebesar 0,39 % P. Kadar P biji yang tertinggi sebesar 0,52 % diperoleh pada perlakuan tanpa K (225 kg N + 36 kg P2O5/ha) (Tabel 3).

Kadar hara K jaringan tanaman jagung hibrida BISI-16 pada tanah

Page 5: 14bpros11

203 Seminar Nasional Serealia 2011

Inceptisol Endoaquepts di Kalasereana, Gowa, tanaman tanpa pupuk memberikan kadar hara K yang tertinggi sebesar 2,33% yang berbeda nyata dengan perlakuan 225 kg N + 36 kg P2O5/ha dengan kadar K jaringan sebesar 2,04 % K.

Kadar hara biji jagung hibrida BISI-16, kadar hara biji K tertinggi diperoleh pada perlakuan 225 kg N + 36 kg P2O5 + 60 kg K2O /ha dengan kaadar hara biji sebesar 0,59 % K, sedang kadar hara K biji yang terendah sebesar 0,49 % K diperoleh pada perlakuan tanpa N (72 kg P2O5 + 90 kg K2O /ha) (Tabel 3).

Dari hasil analisis jaringan tanaman dan biji menunjukkan bahwa faktor pembatas utama untuk produksi jagung hibrida di tanah Inceptisol Endoaquepts adalah hara nitrogen. Oleh karena itu untuk pemupukan yang rasional pemberian hara nitrogen harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Pemberian hara P atau K, hanya perlu diberikan dalam jumlah yang sedikit untuk menjaga keseimbangan hara dalam tanah untuk kontuinitas pertanaman selanjutnya.

Analisis ekonomi usahatani

Untuk mengetahui kelayakan dan keuntungan usahatani jagung hibrida perlu dilakukan pengamatan dan pencatatan pada setiap kegiatan mulai dari persiapan lahan, jumlah benih, penggunaan pupuk, penggunaan herbisida, tenaga kerja sampai panen dan prosessing. Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan tertinggi pada perlakuan Nutrient Manager sejumlah Rp. 5.435.278/ha, kemudian disusul oleh perlakuan (225-36-90) sejumlah Rp. 4.692.500/ha, dan terendah pada perlakuan tanpa pupuk sejumlah Rp. 2.227.500/ha (Tabel 4).

Hasil analisis B/C rasio yang nilainya lebih besar dari satu (B/C rasio >1) menunjukkan bahwa perlakuan tersebut menguntungkan dalam usahatani jagung hibrida. Semua perlakuan yang dicobakan dalam penelitian ini memberikan B/C rasio lebih besar dari 1. Namun demikian, pemupukan yang rasional yang spesifik lokasi dan paling menguntungkan adalah perlakuan pemupukan (225-36-0) dengan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 17.243.500/ha dengan B/C rasio mencapai 5,94.

Tabel 2. Pengaruh pemupukan NPK terhadap tinggi tanaman, khlorofil daun dan hasil biji

di tanah Inceptisol Endoaquepts. Kalaserena, Gowa, Sulawesi Selatan, 2010.

Perlakuan (N- P2O5- K2O)

(kg/ha)

Tinggi tanaman 60 hst (cm)

Khlorofil daun 35 hst

(Unit)

Khlorofil daun 56 hst (Unit)

Hasil biji* (t/ha)

0 – 0 – 0 225-72-90 225-72-60 225-36-60

0-72-90 0-72-60 0-36-60

225-0-90 225-36-90 225-72-0 225-36-0

Nutrient Manager#

177,5 c 249,2 a 248,6 a 248,9 a

185,3 bc 185,3 bc 201,1 b 251,1 a 245,0 a 253,9 a 248,1 a 256,1 a

30,3 b 46,5 a 27,5 a 48,5 a 28,9 b 35,0 b 33,4 b 48,0 a 45,2 a 46,4 a 44,6 a 48,2 a

32,3 b 3,3 a

53,3 a 53,5 a 30,8 b 31,1 b 30,9 b 52,7 a 52,6 a 53,0 a 53,2 a 54,7 a

5,20 b 11,03 a 11,31 a 11,03 a 4,89 b 5,31 b 5,43 b

10,51 a 10,87 a 10,42 a 11,52 a 11,51 a

KK (%) 6,98 4,25 4,17 7,95 *Kadar air15% # (230-83-111) Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT

Page 6: 14bpros11

204 M.Akil : Pemupukan Rasional pada Tanaman Jagung Hibrida pada Inceptisol Endoaquepts

Tabel 3. Kadar N, P danK dalam jaringan daun dan biji jagung hibrida BISI-16 pada tanah Inceptisol Endoaquepts. Kalaserena, Gowa, Sulawesi Selatan, 2010.

Perlakuan (N- P2O5- K2O)

(kg/ha)

Kadar hara jaringan daun (%) Kadar hara biji (%) N P K N P K

0 – 0 – 0 225-72-90 225-72-60 225-36-60

0-72-90 0-72-60 0-36-60

225-0-90 225-36-90 225-72-0 225-36-0

Nutrient Manager#

1.94 b 2,77 a 2,73 a 2,76 a 2,02 b 2,19 b 2,19 b 2,85 a 2,78 a 2,70 a 2,85 a 2,84 a

0,44 a 0,40 ab 0,40 ab 0,41 ab 0,41 ab 0,45 a

0,42 ab 0,41 ab 0,38 b

0,40 ab 0,38 b

0,40 ab

2,33 a 2,11 bc

2,14 abc 2,18 abc 2,21 abc 2,26 ab 2,23 abc 2,20 abc 2,17 abc 2,09 bc 2,04 c

2,17 abc

1.18 bcd 1,41 ab

1,36 abc 1,40 ab 1,11 cd

1,19 bcd 1,00 d

1,40 ab 1,26 abcd

1,47 a 1,46 ab 1,42 ab

0,43 abc 0,47 abc 0,41 bc

0,49 abc 0,39 c

0,45 abc 0,43 abc 0,45 abc 0,47 abc 0,50 ab 0,52 a

0,43 abc

0,52 abc 0,51 bc 0,51 bc 0,59 a 0,49 c

0,54 abc 0,52 abc 0,57 ab 0,56 abc 0,55 abc 0,52 abc 0,52 abc

KK (%) 5,90 6,62 5,01 11,04 11,57 7,03 # (230-83-111) Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT

Tabel 4. Analisis finansial usahatani tanaman jagung hibrida BISI-16 pada tanah Inceptisol

Endoaquepts di Kalaserena, Gowa, 2010.

Perlakuan (N- P2O5- K2O)

(kg/ha)

Hasil biji (t/ha)

Penerimaan (Rp/ha)*

Biaya produksi (Rp/ha)

Keuntungan (Rp/ha)

B/C rasio

0 – 0 – 0 225-72-90 225-72-60 225-36-60

0-72-90 0-72-60 0-36-60

225-0-90 225-36-90 225-72-0 225-36-0

Nutrient Manager

5,20 b 11,03 a 11,31 a 11,03 a 4,89 b 5,31 b 5,43 b

10,51 a 10,87 a 10,42 a 11,52 a 11,51 a

9.360.000 19.854.000 20.358.000 19.854.000

8.802.000 9.558.000 9.774.000

18.918.000 19.556.000 18.756.000 20.736.000 20.718.000

2.227.500 5.032.500 4.632.500 4.292.500 4.182.500 3.782.500 3.442.500 4.352.500 4.692.500 3.832.500 3.492.500 5.435.278

7.132.500 14.821.500 15.725.500 15.561.500 4.619.500 5.775.500 6.331.500

14.565.500 14.873.500 14.923.500 17.243.500 15.282.722

4,20 3,95 4,39 4,63 2,10 2,53 2,84 4,35 4,17 4,89 5,94 3,81

*Harga 1 kg biji jagung = Rp 1.800,-

KESIMPULAN

Takaran pupuk rasional spesifik lokasi untuk tanaman jagung hibrida pada tanah Inceptisol Endoaquepts di Kalaserena, Gowa, adalah 225 kg N dan 36 kgP2O5/ha dengan hasil biji 11,52 t/ha dan keuntungan Rp. 17.243.500 dengan B/C rasio sebesar 5,94.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ucapkan terima kasih kepada Kuba dan Murniati yang telah membantu pelaksanaan penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Dobermann, A. and T. Fairhurst. 2000. Rice nutrient disorder and nutrient management. Potash and Phosphate Institute (PPI), Potash and Phosphate Institute of Canada (PPIC) and Internatonal Rice Research Institute (IRRI).

Dobermann, A., T. Arkebauer,K. G. Cassman, R.A. Drijber, J.L. Lindquist, J.E. Specht, D.T. Walters, H. Yang, D. Miller, D.L. Binder, G. Teichmeir,R.B. ferguson and C.S Wortmann. 2003. Understanding

Page 7: 14bpros11

205 Seminar Nasional Serealia 2011

corn yield potensial in different environment. p. 67-82. In S. Murphy (ed.) Fluid focus: the third decade. Proceeding of the 2003 Fluid Forum. Vol.20. Fluid Fertilizer Foundation. Manhattan, KS.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000. Atlas Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia. Skala 1:000.000. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Subagyo, H.N. Suharta dan A.B. Siswanto. 2000. Tanah-tanah pertanian di Indonesia. Dalam Sumberdaya lahan Indonesia dan pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. p. 21-65

Suyamto. 2000. Peningkatan efisiensi pemupukan pada padi sawah. Makalah Temu Teknologi di BPTP Bedali, Malang. 19 Oktober 2000.

Suyamto. 2010. Strategi dan implementasi pemupukan rasional spesifik lokasi. Pengembangan Inovasi Pertanian 3(4):306-318. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Tisdale,S and W. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. MacMillan Pub. New York.

Witt, C., and A. Dobermann. 2002. A site specific nutrient management approach for irrigated lowland rice in Asia. Better Crops Int. 16:20-24