2
  NU Online Qira’at Syadzdzah sebagai Hujjah Istinbat Hukum Senin, 05/01/2015 09:30                        

1435538678

Embed Size (px)

DESCRIPTION

al-quran

Citation preview

  • NU OnlineQiraat Syadzdzah sebagai Hujjah Istinbat HukumSenin, 05/01/2015 09:30

    Tidak banyak yang mempelajari adanya variasi bacaan atau qiraat ketika melafalkan ayat-ayat Al-Quran. Yang paling populer

    dikenal istilah qiraat sabah (qiraat tujuh) atau bacaan yang diriwayatkan oleh tujuh ulama qiraat terkemuka. Namun

    sebenarnya ada beberapa versi qiraat. Ada qiraat asyrah (qiraat sepuluh) dan qiraat arbaa Asyrah (qiraat empat belas).

    Bahkan buku ini mengkaji versi bacaan yang disebut qiraat syadzdzah atau bacaan yang asing atau bacaan yang tidak umum.

    Dalam bukunya Implikasi Qiraat Syadzdzah terhadap Istinbat Hukum: Analisis terhadap Penafsiran Abu Hayyan dalam

    Tafsir al-Bahr al-Muhith seorang ahli qiraat dari Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta Romlah Widayati membuktikan bahwa

    qiraat syadzdzah yang dinilai asing itu tidak saja dapat dijadikan sebagai hujjah (pedoman) dalam menafsirkan ayat-ayat suci

    Al-Quran, tetapi juga dapat dijadikan hujjah untuk istinbat hukum atau menggali hukum Islam.

    Qiraat syadzdzah adalah qiraat yang tidak memenuhi semua kriteria keabsahan yang ditetapkan oleh ulama. Qiraat ini

    mungkin sesuai dengan rasm mushaf Utsmani atau ejaan yang dipakai oleh kebanyakan umat islam dan memenuhi tata bahasa

    Arab tetapi tidak mempunyai sanad (riwayat) yang shahih, atau mempunyai sanad yang shahih dan sesuai tata bahasa Arab tapi

    tidak sesuai rasm mushaf Utsmani. Qiraat syadzdzah juga bisa berarti qiraat yang mempunyai sanad yang shahih dan sesuai

    tata bahasa Arab, namun tidak diriwayatkan secara mutawatir (oleh banyak ulama) tapi hanya oleh ulama tertentu saja.

    Membaca buku ini akan membuka wawasan kita karena banyak memberikan informasi baru dalam periwayatan al-Quran yang

    disajikan. Misalnya pada surat al-Maidah [5] ayat 89, Ubai bin Kaab, Abdullah ibn Masud dan Ibnu Abbas membaca

    dengan meriwayatkan tambahan kata

    Riwayat yang tidak mutawatir seperti ini juga termasuk dalam kategori syadzdzah karena hanya diriwayatkan oleh tiga ulama,

    dan jika digunakan sebagai hujjah pasti akan berbeda makna dan konsekwesnsi hukumnya dengan riwayat lain.

    Buku Romlah Widayati merupakan adaptasi dari disertasinya di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta (2009). Kementerian

    Agama RI memilih disertasi ini sebagai salah satu karya unggulan dan patut diterbitkan. Disertasi ini merupakan antitesis dari

    pendapat mayoritas yang menolak qiraat syadzdzah dijadikan hujjah dalam istinbat hukum. Penulisnya mengemukakan bahwa

    qiraat syadzdzah bisa dijadikan sebagai hujjah sepanjang tidak menyimpang dari kaidah bahasa Arab, memiliki riwayat yang

    shahih dari Nabi, meskipun tidak diriwayatkan secara mutawattir.

    Sumber utama dari disertasi ini adalah kitab al-Bahr al-Muhit yang disusun oleh Abu Hayyan (654H/1256 754H/1344).

    Kitab ini banyak melansir qiraat syadzdzah dan melakukan pembelaan kepada model bacaan seperti itu untuk dijadikan hujjah

    dalam menafsiri Al-Quran. Bahkan disebutkan oleh Romlah dalam disertasinya, dalam 168 ayat yang berbicara masalah

    hukum (ayat ahkam), Abu Hayyan menggunakan qiraat syadzdzah sebagai hujjah.

    Buku ini memberikan banyak contoh mengenai perbedaan qiraat baik yang mutawattir atau yang syadzdzah. Misalnya dalam

    ayat keempat surat al-Fatihah Kata bisa dibaca atau atau sesuai versi

    riwayatnya. Dan perbedaan bacaan akan menyebabkan perbedaan makna. Penulis buku Implikasi Qiraat Syadzdzah terhadap

    Istinbat Hukum menegaskan bahwa perbedaan qiraat hakikatnya memberikan keleluasaan dan wawasan yang memperkaya

  • NU Onlinedan menambah alternatif hukum Islam.

    Judul buku : Implikasi Qiraat Syadzdzah terhadap Istinbat Hukum

    (Analisis terhadap Penafsiran Abu Hayyan dalam Tafsir al-Bahr al-Muhith)

    Penulis : Romlah Widayati

    Penerbit : Kementerian Agama RI Jakarta

    Cet/Tahun : Cetakan I, Desember 2014

    Tebal : 303 halaman

    Pesesensi : Ahmad Badrus Q.*

    *Ahmad Badrus Q., peminat studi ilmu Al-Qur'an dan sastra pesantren, tinggal di Depok.