11
LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA ABDOMEN OLEH : Nama : Angga Adyatma NIM : 12.31.0134 PROGRAM PROFESI NERS A ANGKATAN IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) CAHAYA BANGSA BANJARMASIN 2013

139918865 Laporan Pendahuluan Trauma Abdomen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lp

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA ABDOMEN

OLEH :Nama:Angga AdyatmaNIM:12.31.0134

PROGRAM PROFESI NERS A ANGKATAN IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) CAHAYA BANGSA BANJARMASIN 2013Lembar Persetujuan

Nama Mahasiswa:Angga Adyatma, S.KepNIM:12.31.0133Judul Laporan:Laporan pendahuluan dengan trauma abdomen

Mengetahui, 2013Pembimbing akademikPembimbing lahan

( )( )

LAPORAN PENDAHULUANPADA KASUS TRAUMA ABDOMEN

A. DefinisiTrauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).B. Etiologi1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman(set-belt) (FKUI, 1995).C. Tanda dan gejala1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium)a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organb. Respon stres simpatisc. Perdarahan dan pembekuan darahd. Kontaminasi bakterie. Kematian sel2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).a. Kehilangan darah.b. Memar/jejas pada dinding perutc. Kerusakan organ-organ.d. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perute. Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).D. PatofisiologiTusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt)-Trauma abdomen- :1. Trauma tumpul abdomen Kehilangan darah. Memar/jejas pada dinding perut. Kerusakan organ-organ. Nyeri Iritasi cairan usus2. Trauma tembus abdomen Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ Respon stres simpatis Perdarahan dan pembekuan darah Kontaminasi bakteri Kematian sel(FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta)

E. Pathway

Iritasi cairan ususNyeriKontaminasi bakteriKerusakan integritas kulitTrauma abdomenTrauma tembusTrauma tumpulKehilangan darah.Kematian selKerusakan organ-organ.Memar/jejas pada dinding perut.Respon stres simpatisHilangnya seluruh atau sebagian fungsi organPerdarahan dan pembekuan darahluka pada isi rongga perutResiko tinggi infeksi

`

F. Data fokus1. Primary surveya. AirwayKontrol Tulang BelakangMembuka jalan napas menggunakan teknik head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.b. BreathingVentilasi Yang AdekuatMemeriksa pernapasan dengan menggunakan cara lihat-dengar-rasakan tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak, Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).c. CirculatingKontrol Perdarahan Hebat Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas)2. Secondary surveya. Keluhan utama1. Keluhan yang dirasakan sakit.2. Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.b. Riwayat penyakit sekarang1. Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.2. Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.3. Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.4. Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.c. Riwayat penyakit dahulu1. Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.2. Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan faal hemostasis.d. Pemeriksaan fisik1. Sistim Pernapasan Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan napasnya. Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan tertinggal. Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak. Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.2. Sistim cardivaskuler (B2 = blead) inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah abdominal dan adakah anemis. palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.3. Sistim Neurologis (B3 = Brain) Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala. Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)4. Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel) Pada inspeksi :Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen. Pada palpasi :Adakah spasme / defance mascular dan abdomen,Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa, Kalau ada vulnus sebatas mana kedalamannya. Pada perkusi : Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana. Kemungkinan kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam cavum abdomen. Pada Auskultasi : Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang. Pada rectal toucher : Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan. Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.5. Sistim Urologi ( B5 = bladder) Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi pada daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya. Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi. Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.6. Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone ) inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah pelvis. palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.e. Pemeriksaan penunjang1. Radiologi : Foto BOF (Buick Oversic Foto) Bila perlu thoraks foto. USG (Ultrasonografi)2. Laboratorium : Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi)Disini terpenting Hb serial jam sekali sebanyak 3 kali. Urine lengkap (terutama ery dalam urine)3. Elektro Kardiogram Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.

G. Analisa dataNoDataEtiologiMasalah

1Ds : Klien mengatakan ada luka bekas tusukan Do : Tampak ada luka tusukan 4 cm di abdomen kanan/kiriTrauma tumpul abdomenKerusakan integritas kulit

2DS : Klien mengatakan perut sebelah kanan/kiri sakitP : bila bergerak dan bernafasQ : seperti tertusuk-tusukR : perut sebelah kananS : 5T : hilang timbulDO : Klien tampak mengerang-erang menahan sakit. Terdapat luka lecet dan jejas pada abdomen sebelah kanan/kiritrauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.Nyeri akut

3DS : -DO : Terdapat luka lecet pada perut kanan Terdapat jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan/kiriHb : 14,5 g/dlLeukosit : 12,1 103/ulResiko tinggi infeksi

H. Diagnosa keperawatan1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma tumpul abdomen2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.3. Risiko tinggi terhadap infeksi

I. Rencana asuhan keperawatan

NoDiagnosa keperawatanRencana keperawatan

Tujan & kreteria hasilIntervensiRasional

1Kerusakan integritas kulit berhubungan dengantrauma tumpul abdomenSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. luka bersih tidak lembab dan tidak kotor. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.1. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.3. Pantau peningkatan suhu tubuh.4. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.5. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.6. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat. mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi. suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan. tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi. agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya. antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.

2Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 10 menit diharapkan nyeri yang dialami pasien terkontrolDengan kriteria hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang Pasien tampak rileks TTV dalam batas normal (TD 110-90/70-90 mmHg, nadi 60-100 x/menit, RR : 16-24 x/menit, suhu 36, 5 37, 50 C) Pasien dapat menggunakan teknik non-analgetik untuk menangani nyeri.1. Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, qualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi2. Evaluasi peningkatan iritabilitas, tegangan otot, gelisah, perubahan tanda-tanda vital.3. Berikan tindakan kenyamanan, misalnya perubahan posisi, masase4. Ajarkan menggunakan teknik non-analgetik (relaksasi progresif, latihan napas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan terapeutik, akupresure)5. Berikan lingkungan yang nyaman6. KolaborasiBerikan obat sesuai indikasi : relaksan otot, misalnya : dantren; analgesik pilihan/ pengawasan keefektifan intervensi. Petunjuk non-verbal dari nyeri atau ketidaknyaman memerlukan intervensi Tindakan alternative untuk mengontrol nyeri Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kekuatan otot; dapat meningkatkan harga diri dan kemampuan koping. Menurunkan stimulus nyeri Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme/nyeri otot.

3Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam infeksi tidak terjadi / terkontrol.Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. luka bersih tidak lembab dan tidak kotor. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.1. Pantau tanda-tanda vital.2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.3. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.4. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik. mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat. mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen. untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial. penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi. antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

Daftar Pustaka1. Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.2. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.3. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.