74
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2003 : 2004). Salah satu penykit infeksi pada balita adalah diare dan ISPA (Soetjiningsih, 2005 : 155). Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare (http://G//dkk%20tangani%20diare.htm. Diakses tanggal 27 Mei 2009). Sampai saat ini penyakit diare merupakan masalah kesehatan di Indonesia, baik ditinjau dari angka kesakitan dan kematian yang ditimbulkannya (Depkes RI, 2007 : 1). Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada balita. Menurut Parashar tahun 2003, di dunia terdapat 6 juta balita yang meninggal tiap tahunnya karena penyakit diare. Dimana sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007 : 10). Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, di Indonesia penyakit diare menempati urutan kedua dari penyakit infeksi (www.compas.com. Diakses tanggal 26 Mei 2009). Angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2006 adalah 43,2% dari semua golongan umur dan secara proporsional 55% terjadi pada golongan balita (Depkes RI, 2007 : 1). Hasil survei pemerintah Jawa Timur terdapat 346.207 balita menderita diare dan 41,33% balita yang baru bisa

137742391 29562455 KTI FARIDA Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Higiene Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Anak

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit,

    utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2003 : 2004). Salah satu penykit

    infeksi pada balita adalah diare dan ISPA (Soetjiningsih, 2005 : 155). Diare

    lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih

    lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare

    (http://G//dkk%20tangani%20diare.htm. Diakses tanggal 27 Mei 2009).

    Sampai saat ini penyakit diare merupakan masalah kesehatan di Indonesia,

    baik ditinjau dari angka kesakitan dan kematian yang ditimbulkannya

    (Depkes RI, 2007 : 1).

    Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan

    tertinggi pada anak, terutama pada balita. Menurut Parashar tahun 2003, di

    dunia terdapat 6 juta balita yang meninggal tiap tahunnya karena penyakit

    diare. Dimana sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang

    termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007 : 10). Menurut Survei Kesehatan

    Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, di Indonesia penyakit diare menempati

    urutan kedua dari penyakit infeksi (www.compas.com. Diakses tanggal 26

    Mei 2009). Angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2006 adalah 43,2%

    dari semua golongan umur dan secara proporsional 55% terjadi pada golongan

    balita (Depkes RI, 2007 : 1). Hasil survei pemerintah Jawa Timur

    terdapat 346.207 balita menderita diare dan 41,33% balita yang baru bisa

  • 2ditangani (DinKes Jatim, 2006). Tahun 2007 di Jawa Timur diare merupakan

    penyakit dengan frekuensi KLB terbanyak kelima (DinKes Jatim, 2008).

    Sedangkan di Kabupaten Bojonegoro tahun 2007 diare merupakan penyakit

    dengan frekuensi KLB terbanyak ketiga (Profil Kesehatan Bojonegoro

    tahun 2008). Berdasarkan penetapan Departemen Kesehatan angka kesakitan

    diare tahun 2008 adalah 10% dan angka kejadian diare pada balita di

    Kabupaten Bojonegoro tahun 2008 adalah 11,99%. Dari laporan diare tahun

    2008 di Puskesmas Trucuk jumlah balita yang diare sebanyak 285 (15,93%)

    dari 1.789 balita. Dan di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk pada tahun 2008

    jumlah balita yang diare adalah 56 (12,25%) dari 457 balita.

    Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare adalah faktor

    lingkungan, praktik penyapihan yang buruk dan malnutrisi. Diare dapat

    menyebar melalui praktik-praktik yang tidak higienis seperti menyiapkan

    makanan dengan tangan yang belum dicuci, setelah buang air besar atau

    membersihkan tinja seorang anak serta membiarkan seorang anak bermain di

    daerah dimana ada tinja yang terkontaminasi bakteri penyebab diare

    (Ramaiah S, 2000 : 17). Perilaku ibu dalam menjaga kebersihan dan mengolah

    makanan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang cara pengolahan

    dan penyiapan makanan yang sehat dan bersih (http://G//penyebab_diare.htm.

    Diakses tanggal 30 Mei 2009). Pengetahuan dan kesadaran orang tua terhadap

    masalah kesehatan balitanya tentu sangat penting agar anak yang sedang

    mengalami diare tidak jatuh pada kondisi yang lebih buruk

    (http://www.rehidrasidantindakanpentingatasidiare.com. Diakses tanggal 01

  • 3Juni 2009). Dampak yang ditimbulkan dari diare adalah terjadinya kekurangan

    cairan atau dehidrasi, gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)

    yang secara klinis berupa pernafasan kussmaul, gangguan gizi akibat muntah

    dan gangguan sirkulasi darah yang dapat berupa renjatan hipovolemik

    (Mansjoer A, 2005 : 502). Dehidrasi dan malnutrisi adalah akibat yang paling

    berat dari diare, keduanya dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat

    jika tidak diobati dengan benar (Ramaiah S, 2000 : 23).

    Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian diare, pemerintah

    melalui Dinas Kesehatan melakukan beberapa upaya : 1) Meningkatkan

    kualitas dan kuantitas tatalaksana diare melalui pendekatan Menejemen

    Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan perkembangan Pojok Oralit,

    2) Mengupayakan tatalaksana penderita diare di rumah tangga secara tepat dan

    benar, 3) Meningkatkan upaya pencegahan melalui kegiatan KIE,

    4) Meningkatkan sanitasi lingkungan, 5) Meningkatkan kewaspadaan dini dan

    penanggulangan kejadian luar biasa diare (DepKes RI, 2000 : 6-7). Upaya

    pencegahan diare meliputi : memberikan ASI, memperbaiki makanan

    pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan,

    menggunakan jamban, membuang tinja bayi dengan benar dan memberikan

    imunisasi campak karena pemberian imunisasi campak dapat mencegah

    terjadinya diare yang lebih berat lagi (Depkes, 2007 : 59).

  • 4B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

    permasalahan sebagai berikut : Apakah ada hubungan pengetahuan ibu balita

    tentang higiene makanan dengan kejadian diare pada balita di Desa BanjarsariKecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro ?

    C. Tujuan Penelitian1. Tujuan umum

    Untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan ibu balita tentang

    higiene makanan dengan kejadian diare pada balita di Desa BanjarsariKecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro.

    2. Tujuan khususa. Mengidentifikasi pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan

    balita di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro.b. Mengidentifikasi kejadian diare pada balita di Desa Banjarsari

    Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro.c. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu balita tentang higiene

    makanan dengan kejadian diare pada balita di Desa BanjarsariKecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi peneliti

    Sebagai pengalaman baru dalam melakukan penelitian dan dapat

    mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan

    yang ada di masyarakat.

  • 52. Bagi orang tua responden

    Dapat meningkatkan pemahaman ibu tentang higiene makanan dan

    diare sehingga diharapkan angka kejadian diare pada balita dapat

    berkurang.

    3. Bagi tenaga kesehatan

    Dapat memberikan gambaran informasi tentang permasalahan yang

    terjadi pada balita sehingga lebih menggerakkan penyuluhan tentang

    higiene makanan dan penyuluhan tentang diare dalam upaya peningkatan

    pelayanan kesehatan pada balita.

    4. Bagi institusi pendidikan

    Dapat dipergunakan sebagai acuan atau studi banding dalam

    penelitian mahasiswa selanjutnya tentang hubungan pengetahuan ibu balita

    tentang higiene makanan dengan kejadian diare pada balita.

  • 6BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam hal ini akan dibahas mengenai konsep dasar pengetahuan, konsep

    ibu balita, konsep higiene makanan, konsep balita dan konsep diare sebagai

    acuan dalam pembuatan kerangka konseptual dan hipotesis dalam penelitian

    yang berjudul Hubungan pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan

    dengan kejadian diare pada balita di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk

    Kabupaten Bojonegoro.

    A. Konsep Pengetahuan

    1. Pengertian

    Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

    setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

    Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera

    penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

    pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

    atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

    tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003 : 127).

    Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, kepandaian

    (Depdikbud, 2007 : 1121).

    Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab

    pertanyaan what misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan

    sebagainya (Notoatmodjo, 2005 : 3).

  • 72. Tingkat Pengetahuan

    Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6

    tingkatan (Notoatmodjo S, 2003 : 128-130), yaitu :

    a. Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

    adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

    seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh

    sebab itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

    Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

    dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

    menyatakan dan sebagainya.

    b. Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

    secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

    menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

    paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

    menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

    terhadap objek yang dipelajari.

    c. Aplikasi (Application).

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

    Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

  • 8rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

    lain.

    d. Analisis (Analysis).

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

    suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

    struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain,

    kemampuan analisis dapat dilihat penggunaan kata kerja dapat

    menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan dan

    sebagainya.

    e. Sintesis (Synthesis).

    Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan suatu

    bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

    f. Evaluasi (Evaluation).

    Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

    justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

    atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

    subjek penelitian atau responden.

    3. Cara memperoleh pengetahuan

    Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

    kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi

    dua (Notoatmodjo S, 2005 : 10-18), yakni :

  • 9a. Cara tradisional atau non ilmiah

    1) Cara coba salah (trial and error)

    Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

    bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba-coba ini

    dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

    masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

    kemungkinan yang lain. Metode ini masih dipergunakan sampai

    sekarang terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui

    suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

    2) Cara kekuasaan atau otoritas

    Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang

    dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih

    dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya. Baik

    berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

    3) Berdasarkan pengalaman pribadi

    Pengalaman adalah guru terbaik, maksudnya bahwa

    pengalaman itu sumber pengetahuan dan pengalaman itu

    merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

    4) Melalui jalan pikiranBerfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan

    berdasarkan pengalaman-pengalaman yang ditangkap oleh indera.

    Kemudian disimpulkan kedalam suatu konsep yang

    memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.

  • 10

    Sedangkan berfikir deduksi adalah proses berpikir berdasarkan

    pada pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang khusus.

    b. Cara modern

    Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

    dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode

    penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian

    (research methodology).

    4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah :

    a. Umur

    Semakin cukup umur tingkat pematangan dan kekuatan

    seseorang akan lebih matang dalam berfikir, belajar, bekerja sehinggapengetahuanpun akan bertambah. Dari segi kepercayaan masyarakat,

    seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya.

    (Nursalam & Siti Pariani, 2001 : 134).

    b. Pendidikan

    Tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit memahami

    pesan atau informasi yang disampaikan. Semakin tinggi tingkat

    pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga

    banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Effendy N, 1998 : 248).

    Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk jugaperilaku akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

    berperan serta dalam pembangunan kesehatan.

    (Nursalam & Siti Pariani, 2001 : 133).

  • 11

    Menurut Kuncoroningrat (1997) yang dikutip oleh Nursalam

    dan Siti Pariani (2001 : 133), makin tinggi tingkat pendidikan

    seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak

    pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang

    akan menghambat perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai yang

    baru diperkenalkan.

    Tingkat pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,

    pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar

    merupakan tingkat pendidikan yang melandasi tingkat pendidikan

    menengah, adapun bentuk pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar

    (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk lain yang

    sederajat. Pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Atas

    (SMA) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan

    lanjutan pendidikan menengah adapun bentuk pendidikan tinggi

    mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis

    dan dokter yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi

    (Standar Pendidikan Nasional, 2005 : 103).

    c. Pengalaman

    Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman

    itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

    oleh karena pengalaman yang diperoleh dapat memecahkan

    permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

    (Notoatmodjo S, 2005 : 13).

  • 12

    B. Konsep Ibu Balita

    Pengertian ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.

    (Depdikbud, 2007 : 416).

    Ibu adalah seorang yang telah melahirkan anak.

    Ibu adalah sebutan untuk wanita yang sudah bersuami.

    Ibu adalah panggilan lazim pada wanita yang sudah bersuami atau belum

    yang umurnya lebih tua.

    Pengertian balita menurut Djoko Wijono (2006 : 63) merupakan salah

    satu periode usia manusia setelah bayi dan sebelum anak pra sekolah. Balita

    dibedakan :

    1. Bayi (0-12 bulan).

    2. Anak balita (13-36 bulan).

    3. Anak balita (37-60 bulan).

    Pengertian ibu balita adalah seorang yang telah melahirkan dan

    mempunyai anak balita.

    C. Konsep Higiene Makanan

    1. Pengertian

    Kata higiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti perawatan dan

    pemeliharaan kesehatan (Widmer P, 2007 : 44).Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan

    berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki kesehatan

    (Purnawijayanti H.A, 2001 : 41).

  • 13

    Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat

    gizi atau unsur ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizioleh tubuh yang berguna lebih bila dimaksukkan dalam tubuh

    (Almatsier S, 2001 : 3).Higiene makanan adalah menjaga kebersihan tempat kerja, peralatan

    dan bahan makanan mulai dari penyiapan, pengolahan sampai dengan

    penyimpanannya (Widmer P, 2006 : 45).2. Komponen pokok dalam higiene makanan

    a. Faktor fisik

    Bangunan dan peralatan :

    Lingkungan kerja harus memiliki pencahayaan yang baik,ventilasi yang baik dan bersih (Motarjemi Y & Adams M, 2003 : 53).Luas ventilasi minimal adalah 15-20% dari luas lantai

    (Notoatmodjo S, 2003 : 151). Ruang penyimpanan makanan harusbebas dari bau tak sedap, asap, debu dan jauh dari tempat pembuangansampah. Penyimpanan makanan dalam tempat yang tetutup rapat

    merupakan pertahanan yang efektif untuk menghindari tumbuhnya

    mikroba.

    Peralatan masak harus tepat penggunaannya, dipelihara dengan

    baik dan diperiksa dengan teratur untuk memastikan bahwa alat

    tersebut berfungsi dengan baik (Motarjemi Y & Adams M, 2003 : 53).b. Faktor operasional

    Penanganan makanan secara higienis

    Penanganan makanan secara higienis bertujuan untukmenghindari kontaminasi terutama pada makanan matang atau siap

  • 14

    santap, makanan matang harus disimpan dengan baik dan terpisah dari

    makanan mentah untuk menghindari kontaminasi silang.

    Sebagian besar penanganan makanan secara higienis berkaitan

    dengan pengaturan suhu yang tepat dalam pengolahan dan

    penyimpanannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari suhu yang

    memungkinkan tumbuhnya mikroba. Makanan matang harus disimpan

    diluar zona suhu berbahaya (10-600C). Makanan yang mudah rusakbiasanya harus disimpan dalam lemari es pada suhu < 100C. Makanan

    yang memang untuk dimasak harus dimasak dengan benar untuk

    memastikan bahwa seluruh bagian mencapai 700C. Untuk makanan

    yang disajikan dalam keadaan panas harus dipanaskan kembali sampaisuhu 700C sebelum dimakan.

    (Motarjemi Y & Adams M, 2003 : 55).c. Faktor personal

    Higiene personal dan pelatihan

    Penjamah makanan sering sekali dapat menjadi sumber utamakontaminasi, sehingga tangan harus dicuci dengan teratur memakai

    sabun dan air bersih serta mengalir, khususnya sebelum mengolah

    makanan, setelah menggunakan kamar kecil atau membersihkan tinjabalita dan setelah memegang makanan mentah, sampah makanan atau

    zat kimia, serta mencuci tangan anak sebelum memberinya makan.

    Higiene personal yang terlibat dalam pengolahan makanan perlu

    diperhatikan untuk menjamin makanan, disamping itu untuk mencegahterjadinya penyebaran penyakit melalui makanan sebagai salah satunyaadalah penyakit diare (Purnawijayanti H.A, 2001 : 41).

  • 15

    3. Cara menjaga higiene makanan menurut WHO

    a. Choose foods processed for safety (pilih makanan yang diolah demi

    keamanan).

    Makanan harus diolah terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Perlu

    diingat bahwa makanan yang mengalami pengolahan lebih aman serta

    memperpanjang waktu penyimpanannya. Untuk makanan tertentu yang

    harus dikonsumsi dalam keadaan alami dan mentah seperti sayur dan

    buah harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.

    b. Cook food throughly (masak makanan dengan seksama)

    Makanan mentah dapat terkontaminasi mikroba penyebab

    penyakit. Pengolahan makanan yang baik dan benar mampu

    membunuh patogen, saat memasak seluruh bagian makanan harus

    mencapai sedikitnya 700C. Waktu yang diperlukan untuk memasak

    daging sekitar 2-3 jam, unggas - 1 jam, ikan 15-30 menit, sayur 5-15

    menit (Paath E.F, 2004 : 117).

    c. Eat cooked foods immediately (makan makanan matang dengan

    segera).

    Mikroba dapat berkembangbiak pada makanan matang menjadi

    dingin karena suhu kamar. Agar aman, makanan matang harus segera

    dimakan setelah selesai dimasak karena semakin lama makanan

    didiamkan maka semakin besar pula resiko berkembangbiaknya

    mikroba.

  • 16

    d. Store cooked food carefully (simpan makanan matang dengan

    hati-hati).

    Apabila harus menyiapkan masakan jauh sebelumnya dan ingin

    menyimpan sisanya maka pastikan menyimpannya baik dalam kondisi

    panas (suhu mendekati atau melebihi 600C) maupun dingin (suhu

    mendekati atau dibawah 100C). Ini sangat penting jika berencana

    menyimpan makanan lebih dari 4 atau 5 jam. Sedangkan untuk

    makanan mentah yang mudah rusak sebaiknya disimpan dalam lemari

    es (Juwono L, 2003 : 74).

    e. Reheat cooked foods thoroughly (panaskan kembali makanan matang

    dengan seksama)

    Pemanasan ulang yang baik adalah apabila seluruh bagian

    makanan mencapai minimal 700C. Tindakan ini merupakan

    perlindungan untuk mengurangi jumlah mikroba yang mungkin

    berkembang selama penyimpanan.

    f. Avoid contact between raw foods and cooked foods (hindari kontak

    antara makanan mentah dan makanan matang)

    Makanan matang yang aman dapat terkontaminasi bahkan

    melalui kontak yang sedikit saja dengan makanan mentah.

    Kontaminasi bisa terjadi tanpa kita ketahui, contoh pisau dan telenan

    yang digunakan untuk memotong daging ayam mentah jangan

    digunakan untuk memotong daging burung yang sudah matang tanpa

  • 17

    dicuci terlebih dahulu. Jika tidak dicuci, tindakan tersebut dapat

    memasukkan kembali mikroba penyebab penyakit.

    g. Wash hands repeatedly (cuci tangan berulang kali)

    Mencuci tangan merupakan kegiatan ringan dan sering

    disepelekan, tetapi kegiatan ini cukup efektif dalam upaya mencegah

    kontaminasi pada makanan. Mencuci tangan dengan sabun dan diikuti

    pembilasan dengan air mengalir akan menghilangkan partikel kotoran

    yang banyak mengandung mikroba. Pada prinsipnya mencuci tangan

    dilakukan setiap saat dan setelah tangan menyentuh benda-benda yang

    dapat menjadi sumber kontaminan atau cemaran.

    h. Keep all kitchen surfaces meticulously clean (jaga kebersihan seluruh

    permukaan dapur)

    Setiap permukaan yang digunakan untuk menyiapkan makanan

    harus dijaga tetap bersih, peralatan yang digunakan dalam pengolahan

    makanan harus dicuci dengan air dan deterjen.

    (Motarjemi Y & Adams M, 2003 : 46).

    i. Protect food from insects, rodents and other animals (lindungi

    makanan dari serangga, binatang pengerat dan binatang lain)

    Binatang seperti serangga, tikus atau binatang lainnya sering kali

    membawa mikroba patogen yang membawa penyakit. Menyimpan

    makanan dalam tempat tertutup merupakan perlindungan yang paling

    baik.

  • 18

    j. Use safe water (gunakan air yang aman)

    Air untuk menyiapkan makanan sama pentingnya dengan air

    untuk diminum, maka rebuslah air terlebih dahulu sebelum

    menambahkannya dalam makanan. Air yang digunakan untuk

    menyiapkan makanan, utamanya makanan bayi dan balita harus

    diperhatikan kebersihan dan keamanannya. Tempat penampungan air

    untuk minum maupun untuk menyiapkan makanan harus tertutup dan

    terlindungi dari binatang, debu dan kotoran (Juwono L, 2003 : 75).

    4. Cara menjaga higiene makanan balitaBalita lebih mudah terkena diare daripada anak-anak dan orang

    dewasa karena mereka yang diberi susu botol atau yang telah mendapatkan

    makanan tambahan belum dapat menjaga kebersihan dan menyiapkanmakanannya sendiri, sehingga kualitas makanan dan minuman tergantung

    pada ibu sebagai pengasuh utama. Perilaku ibu dalam menjaga kebersihandan mengolah makanan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang

    cara pengolahan dan penyimpanan makanan yang higienis.

    Patogen penyebab diare terdapat dalam tinja manusia dan hewanserta mudah ditularkan kepada balita maupun anak. patogen diare dapat

    ditemuakan dalam tanah, makanan, air, peralatan makan maupun masak

    serta menempel pada tangan sehingga bahan makanan, peralatan masak

    dan makan utamanya sampai dengan penyiapan pengolahan dan

    penyimpanan makanan harus dijaga agar tetap bersih dan aman(Juwono L, 2003 : 70).

    Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga higiene makananbalita adalah sebagai berikut :

  • 19

    a. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum menyiapkan

    makanan.

    b. Menggunakan bahan makanan yang segar untuk diolah.

    c. Bahan makanan harus dicuci terlebih dahulu sebelum diolah.

    d. Peralatan untuk mengolah makanan harus bersih dan selalu dicuci

    setelah dipakai.

    e. Peralatan makan balita termasuk piring, sendok dan gelas harus

    disendirikan. Pada balita yang mendapat susu formula maka botolnya

    harus direbus dalam air hangat.

    f. Makanan yang dimasak harus segera diberikan dalam waktu 2 jam,jika dibiarkan lebih lama maka panaskan kembali sampai mendidih.

    g. Menutup makanan yang telah dimasak dan menyimpannya dengan

    hati-hati.

    h. Sedapat mungkin bahan makanan yang masih mentah dipisahkan

    dengan makanan yang sudah dimasak.

    i. Air yang digunakan harus direbus terlebih dahulu agar bersih dan

    aman.

    (Juwono L, 2003 : 74-75).5. Tujuan penerapan higiene dalam penyiapan, pengolahan dan penyimpanan

    makanan

    a. Mencegah atau menghindarkan diri dari penularan infeksi terutama,

    infeksi penyakit usus.

    b. Menjamin keamanan dan kualitas makanan sehingga layakdikonsumsi.

    c. Mencegah keracunan dan kerusakan makanan akibat kontaminasi

    mikroba yang beracun.

  • 20

    d. Makanan yang dikonsumsi lebih bergizi dan menyehatkan.

    e. Mencegah efek yang lebih membahayakan pada penderita penyakit

    kronis, akut atau penyakit lainnya akibat mengkonsumsi makanan yang

    tidak higienis .

    (Purnawijayanti H.A, 2001 : 1).6. Manfaat penerapan higiene makanan dalam kehidupan sehari-hari

    a. Mengembangkan kebiasaan pola hidup bersih.

    b. Mencegah terjadinya penyebaran penyakit yang menular melaluimakanan yang mengandung mikroba atau kuman penyebab infeksi.

    c. Meningkatkan derajat kesehatan.(Purnawijayanti H.A, 2001 : 50).

    D. Konsep Balita

    Pengertian :

    Bawah lima tahun atau sering disingkat balita merupakan salah satu

    periode usia manusia setelah bayi dan sebelum anak pra sekolah. Balita

    dibedakan :

    4. Bayi (0-12 bulan).5. Anak balita (13-36 bulan).6. Anak balita (37-60 bulan).(Wijono Djoko, 2006 : 63).

    E. Konsep Diare

    1. Pengertian

    Menurut Hidayat A.Alimul Aziz (2006 : 12) diare adalah suatukeadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya,ditandai dengan peningkatan volume keenceran, serta frekuensi lebih

  • 21

    dari 3 kali sehari pada anak dan pada bayi lebih dari 4 kali sehari dengan

    atau tanpa lendir darah.

    Sedangkan diare menurut Ramaiah Savitri (2006 : 13) adalah salahsatu dari gangguan kesehatan yang lazim mempengaruhi banyak orang.

    Diare didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana tinja cair dikeluarkan 3kali atau lebih perhari.

    Menurut Mansjoer A (2003 : 501), diare adalah buang air besardengan konsistensi encer atau cair dan lebih dari 3 kali sehari.

    Diare menurut Ngastiyah (2005 : 224) adalah keadaan frekuensibuang air besar lebih dari 4 kali sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali

    sehari pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapatpula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.

    2. Etiologi diare

    a. Infeksi

    1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yangmerupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi :

    a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.

    b) Inveksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,Poliomyelitis) Adeno virus, Rotavirus,Astrovirus.

    c) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba Histolytica,Giardia Lamblia, Trichoirionas Hominis),Jamur (Candida Albicans).

  • 22

    2) Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makananseperti : Otitis Media Akut (OMA), Tonsillitis/Tonsilofaringitis,Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini

    terutama terjadi pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.b. Malabsorbsi

    1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosadan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dangalaktosa).

    2) Malabsorbsi lemak.3) Malabsorbsi protein.

    d. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan)e. Faktor psikologis

    Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yanglebih besar).

    (Ngastiyah, 2005 : 143).3. Patofisiologi

    Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagaikemungkinan. Faktor diantaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat

    diawali adanya mikroba atau kuman yang masuk dalam saluran

    pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel

    mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus selanjutnyaterjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguanfungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit atau juga dikatakanbakteri akan menyebabkan sistem transporaktif dalam usus sehingga sel

    mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit

    meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam

  • 23

    melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat

    sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapatmeningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare. Ketiga, faktormakanan ini dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yangmengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang

    kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis yang dapat

    mempengaruhi terjadinya peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhiproses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.

    (Hidayat A.Alimul Aziz, 2006 : 12).4. Tanda dan gejala diare

    a. Tanda-tanda diare

    Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya

    meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, tinja cair, warnatinja makin lama kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu,anus dan daerah sekitar lecet, ubun-ubun cekung, berat

    badan menurun, muntah, selaput lendir mulut dan kulit kering

    (Ngastiyah, 2005 : 145).b. Gejala diare

    Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali perhari, bentuk cair

    atau encer, tinja bercampur lendir atau darah.(Hidayat A.Alimul Aziz, 2006 : 12).

    5. Jenis diare

    a. Diare akut

    Adalah diare yang terjadi secara tiba-tiba pada bayi atau anakyang sebelumnya sehat, kadang gejalanya bisa berlangsung antara 7-14hari dan tinjanya berbentuk cair atau encer.

  • 24

    b. Diare kronis

    Adalah diare yang berulang dan berlangsung lama, biasanya

    disebabkan oleh gangguan pencernaan.

    c. Diare persisten

    Adalah diare yang disebabkan oleh infeksi, berlangsung lebih

    dari 14 hari dan disertai penurunan berat badan, tinjanya berbentukencer dan disertai darah.

    d. Disentri

    Adalah diare yang ditandai adanya darah dalam tinja, biasanyadisertai kram perut, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan

    sangat cepat.

    (Ramaiah S, 2001 : 14-15).6. Dampak diare

    Dampak yang ditimbulkan dari diare adalah terjadinya kekurangancairan (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)yang secara klinis berupa pernafasan kussmauI, hipoglikemia, gangguan

    gizi dan gangguan sirkulasi darah yang dapat berupa renjatan hipovolemik.Sebagai akibatnya kekurangan cairan (dehidrasi yang berlangsung

    secara cepat, berat badan akan turun dalam waktu yang sangat singkat,

    karena sebagian berat badan terdiri atas cairan). Tergantung kepadabanyak sedikitnya kehilangan berat badan, dehidrasi dibagi atas dehidrasi

    ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5% (rata-rata 4%), dehidrasisedang bila penurunan berat badan antara 5-10% (rata-rata 8%) dandehidrasi berat bila penurunan lebih dari 10% (rata-rata 11%).(Soegijanto Soegeng, 2002 : 79-80).

  • 25

    Tanda-tanda klinis yang timbul apabila penderita jatuh kedalamdehidrasi adalah :

    a. Rasa haus.

    b. Turgor dan tonus otot menurun.

    c. Bibir dan mulut kering.

    d. Mata cowong.

    e. Air mata tidak keluar.

    f. Ubun-ubun besar cekung.

    g. Oliguria bahkan dapat anuria.

    h. Tekanan darah rendah.

    i. Takikardia.

    j. Kesadaran menurun7. Pencegahan diare

    a. Memberikan ASI

    ASI turut memberikan perlindungan terhadap terjadinya diarepada balita karena antibodi dan zat-zat lain yang terkandung

    didalamnya memberikan perlindungan secara imunologi.

    b. Memperbaiki makanan pendamping ASI

    Perilaku yang salah dalam pemberian makanan pendamping ASI

    dapat menyebabkan resiko terjadinya diare sehingga dalampemberiannya harus memperhatikan waktu dan jenis makanan yangdiberikan.

    Pemberian makanan pendamping ASI sebaiknya dimulai dengan

    memberikan makanan lunak ketika anak berumur 6 bulan dan dapat

    diteruskan pemberian ASI, setelah anak berumur 9 bulan atau lebih,

    tambahkan macam makanan lain dan frekuensi pemberikan makan

  • 26

    lebih sering (4 kali sehari). Saat anak berumur 11 tahun berikan semuamakanan yang dimasak dengan baik, frekuensi pemberiannya 4-6 kali

    sehari.

    c. Menggunakan air bersih yang cukup

    Resiko untuk menderita diare dapat dikurangi dengan

    menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari

    kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanannya di rumah.

    d. Mencuci tangan

    Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan

    yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.

    e. Menggunakan jambanUpaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar

    dalam penurunan resiko penularan diare karena penularan kuman

    penyebab diare melalui tinja dapat dihindari.f. Membuang tinja bayi dengan benar

    Membuang tinja bayi ke dalam jamban sesegera mungkinsehingga penularan kuman penyebab diare melalui tinja bayi dapatdicegah.

    g. Memberikan imunisasi campak

    Anak yang sakit campak sering disertai diare sehingga pemberian

    imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare yang lebih parahlagi (DepKes RI, 2007 : 59-62).

    8. Penatalaksanaan diare

    a. Mencegah dehidrasi

    Pencegahan dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan

    memberikan minum atau cairan yang lebih banyak, cairan yang

  • 27

    diberikan dapat berupa cairan rumah tangga misalnya air tajin, air sup,air teh dan oralit. Pemberian oralit sebaiknya berdasarkan umur.

    TABEL 1

    KEBUTUHAN LARUTAN ORALIT BERDASARKAN UMUR

    Umur Jumlah larutan oralit/hari< 1 tahun1-4 tahun> 5 tahunDewasa

    300 ml 600 ml1.200 ml2.400 ml

    b. Mengobati dehidrasi

    Pada penderita yang mengalami dehidrasi harus dibawa

    ke petugas kesehatan atau pelayanan kesehatan terdekat untuk

    mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.

    c. Memberikan ASI atau makanan

    Pada bayi, ASI diberikan lebih sering daripada biasanya dan pada

    anak yang telah mendapat makanan padat, maka makanan yang

    diberikan harus berupa makanan yang mudah dicerna dan diberikan

    dalam porsi sedikit tetapi sering. Tindakan ini bertujuan untukmencegah penurunan berat badan bayi atau anak.

    d. Memberikan tablet zinc.

    Tablet zinc berfungsi untuk mengurangi lama dan keparahan

    diare, mengurangi frekuensi buang air besar dan volume tinja sertamenurunkan kekambuhan diare pada 3 bulan berikutnya. Dosis

    pemberian zinc untuk anak kurang dari 6 bulan adalah 10 mg

    ( tablet) perhari. Sedangkan untuk anak lebih dari 6 bulan dosis yangdiberikan adalah 20 mg (1 tablet) perhari.

  • 28

    e. Mengobati masalah lain

    Pada penderita diare yang disertai penyakit lain maka pengobatan

    diberikan sesuai indikasi penyakit dan tetap megutamakan rehidrasi.

    f. Memberikan nasehat kepada orang tua

    Nasehat yang diberikan kepada orang tua atau pengasuh untuk

    segera membawa balitanya kepada petugas kesehatan bila tidak

    membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut :

    1) Buang air besar cair lebih sering.2) Muntah berulang-ulang.3) Rasa haus yang nyata.4) Makan atau minum sedikit.5) Demam.6) Tinja berdarah.(Depkes RI, 2007 : 12-14).

    9. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diareMenurut Soegijanto Soegeng (2002), faktor-faktor yang

    mempengaruhi kejadian diare diantaranya :a. Sanitasi lingkungan.

    Sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu

    keadaan yang baik dibidang kesehatan, terutama kesehatan

    masyarakat (Depdikbud, 2008 : 996). Lingkungan adalah segalasesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh

    luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia

    (Effendy Nasrul, 1998 : 199). Sanitasi lingkungan adalah caramenyehatkan lingkungan hidup yaitu tanah dan air.

  • 29

    Penduduk pedesaan di negara belum maju menggunakan airyang tidak terlindung dari penyakit karena minimnya atau bahkan

    belum tersediannya air bersih yang mencukupi kebutuhan

    masyarakat, tidak memiliki tempat buang air besar yang memadai

    serta pelayanan pengolahan tempat sampah (Dainur, 1995 : 23).Yang dimaksud pengolahan sampah adalah meliputi pengumpulan,

    pengangkutan sampai dengan pemusnahan atau pengolahan

    sampah sedemikian rupa sehingga tidak menjadi gangguankesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Higeien dan sanitasi yang

    buruk akan mempermudah penularan diare baik melalui makanan

    maupun air minum yang tercemar kuman penyebab diare

    (Notoatmodjo, 2003 : 169).b. Faktor gizi atau malnutrisi

    Keadaan gizi yang buruk akan mempengaruhi lama dan

    komplikasi diare. Balita dengan status kurang gizi akan mengalami

    gangguan keseimbangan elektrolit sebagai dampak terjadinya dehidrasiakibat diare selain itu akan mengalami penurunan berat badan akibat

    buruknya penyerapan makanan pada usus (Ramaiah S, 2001 : 19).c. Faktor pendidikan

    Pengetahuan tentang masalah kesehatan akan berpengaruh pada

    perilaku dalam menjaga kesehatan keluarga utamanya anak-anak(Soegianto Soegeng, 2002 : 75). Pendidikan pada ibu dan pengasuhakan berpengaruh pada pengetahuan tentang prinsip keamanan dan

    higiene makanan. Hal ini sangat penting dalam pencegahan diare pada

    balita (Motarjemi Y & Adams M, 2003 : 59).

  • 30

    d. Perilaku orang tua dan masyarakat

    Kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan

    makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anakmempunyai dampak dalam kejadian diare karena kuman penyebabdiare dapat ditularkan melalui fekal oral misalnya jari-jari tangan yangdimasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan

    tinja misalnya air minum, makanan yang disiapak dalam panci yangdicuci dalam air yang tercemar.

    masyarakat yang mempunyai kebiasaan membuang tinja dikebun, sawah atau sungai, minum air yang tidak dimasak, kebiasaan

    tidak mencuci tangan serta melakukan pengobatan dan perawat dengan

    cara yang tidak tepat dapat mempengaruhi berkembangnya penyakit

    diare (Depkes, 2000 : 31).e. Sosial ekonomi keluarga

    Keadaan ekonomi yang rendah pada umumnya erat dengan

    berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi, hal ini disebabkan

    ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

    keluarga mereka terhadap gizi perumahan dan lingkungan yang tidak

    sehat, pendidikan serta kebutuhan lainnya (Effendy Nasrul, 1998 : 39).Kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang ditemukan

    pada anak. Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas orang tua

    untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak,

    cenderung memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin

    pendidikan sehingga anak yang miskin memiliki angka kematian dan

    kesakitan yang lebih tinggi terhadap penyakit seperti kurang gizi,

    ISPA, diare, kolera, tipus dan sebagainya (Beharman, 1999 : 5009).

  • 31

    F. Kerangka Konseptual

    Keterangan :

    : Variabel yang diteliti

    : Variabel yang tidak diteliti

    Gambar 2.1 Kerangka konsep hubungan pengetahuan ibu balita tentanghigiene makanan dengan kejadian diare pada balita di DesaBanjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro.

    Penjelasan kerangka konseptual :

    Pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan dapat dipengaruhi oleh

    faktor-faktor yang meliputi umur, pendidikan dan pengalaman sedangkan

    faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare meliputi sanitasi lingkungan,

    faktor gizi atau malnutrisi, faktor pendidikan, perilaku orang tua dan

    masyarakat dan sosial ekonomi keluarga. Penelitian ini difokuskan pada

    hubungan pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan dengan kejadian

    diare pada balita.

    Faktor-faktor yangmempengaruhipengetahuan :1. Umur2. Pendidikan3. Pengalaman

    Faktor-faktor yang mempengaruhikejadian diare :1. Sanitasi lingkungan2. Faktor gizi atau malnutrisi3. Faktor pendidikan4. Perilaku orang tua dan

    masyarakat5. Sosial ekonomi keluarga

    Pengetahuan ibu balita tentanghigiene makanan

    Diare

  • 32

    G. Hipotesa

    Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

    pernyataan penelitian (Nursalam, 2003 : 57).

    Hipotesa nol (H0) menyatakan tidak ada hubungan antara variabel yang

    satu dengan yang lain.

    Hipotesa alternatif (HA/H1) menyatakan ada hubungan antara variabel

    yang satu dengan yang lain.

    Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (H1) yaitu ada

    hubungan pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan dengan kejadian

    diare pada balita.

  • 33

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu

    pengetahuan atau pemecahan suatu masalah (Notoatmodjo S, 2005 : 19). Pada bab

    ini akan dibahas mengenai desain penelitian, populasi, sampel, besar sampel dan

    sampling, kriteria sampel, variabel penelitian, definisi operasional, lokasi dan

    waktu penelitian, prosedur pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisa

    data, etika penelitian serta jadwal penelitian .

    A. Desain Penelitian

    Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun

    sedemikian rupa sehingga dapat menuntun penelitian untuk dapat memperoleh

    jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro S, 2008 : 93).

    Dalam hal ini metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik

    korelasional yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mencari,

    menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan serta menguji berdasarkan teori

    yang sudah ada. Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan

    korelatif antar variabel (Nursalam, 2003 : 84).

    Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan case control dimana

    peneliti melakukan pengukuran pada variabel dependent terlebih dahulu

    sedangkan variabel independent ditelusuri secara retrospektif untuk

    menentukan ada tidaknya faktor resiko (variabel independent) yang diduga

    berperan (Sastroasmoro S, 2008 : 100).

  • 34

    Dalam penelitian ini desain penelitiannya bertujuan untuk mengetahui

    hubungan pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan dengan kejadian

    diare pada balita di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten

    Bojonegoro.

    B. Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Sampling

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

    (Notoatmodjo S, 2005 : 79).

    Pada penelitian ini populasinya adalah semua ibu balita dan balita

    yang tinggal di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoropada bulan Januari-Mei 2009, yaitu sebanyak 300 orang.

    2. Sampel

    Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

    diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

    (Notoatmodjo S, 2005 : 79).

    3. Besar sampel

    Besar sampel adalah anggota yang akan dijadikan sampel(Nursalam, 2003 : 154).

    Rumus besar sampel untuk penelitian ini menurut Sastroasmoro

    Sudigdo (2002 : 280) adalah :

    3

    11

    21

    2

    +

    +

    +=

    In

    ZZn

  • 35

    Keterangan :

    Z = Adjusted SD untuk uji 2 arah ( = 0,05, Z = 1,96).Z = Adjusted SD untuk ( = 0,20, Z = 0,84). = Koefisien korelasi antar variabel yang diharapkan, perkiraan

    koefisien yang terjadi antara variable x dan y (diambil darikoefisien korelasi terkecil,apabila tidak diketahui di

    sarankan 0,30)Berdasarkan data yang diperoleh maka didapat jumlah sampel.

    3

    0,310,31In

    21

    0,841,96n

    2

    +

    +

    +=

    n 330951,0

    8,2 2+

    =

    n = 81,84020 + 3

    n = 84,84020

    n = 85 responden.

    Besar sampel pada penelitian ini adalah 85 ibu balita dan balita.

    4. Sampling

    Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

    mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

    dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar

    sesuai dengan keseluruhan setiap penelitian (Nursalam, 2005 : 93).Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak

    yaitu dengan menggunakan teknik simple random sampling yaitu bahwa

    setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama

  • 36

    untuk diseleksi sebagai sampel. Untuk mencapai sampel ini, setiap elemen

    diseleksi secara acak (random). Nomor responden ditulis pada secarikkertas, dimasukkan ke dalam kotak, diaduk dan diambil secara acak sesuai

    besarnya sampel (Notoatmodjo S, 2005 : 85).

    C. Kriteria Sampel

    Penentuan kriteria sampel membantu peneliti untuk mengurangi bias

    pada hasil penelitian, khususnya jika terdapat variabel-variabel kontrol atauperancu yang ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti.

    1. Kriteria inklusi

    Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian darisuatu populasi target yang akan diteliti (Nursalam, 2008 : 92).

    Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

    a. Ibu balita dan balitanya yang pada saat dilakukan pengumpulan data

    bertempat tinggal di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk KabupatenBojonegoro pada bulan Januari-Mei 2009.

    b. Ibu balita yang pada saat dilakukan pengumpulan data bertempat

    tinggal di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegorobisa berkomunikasi, membaca dan menulis.

    c. Ibu balita yang pada saat dilakukan pengumpulan data bertempat

    tinggal di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegorobersedia diteliti dan menandatangani lembar persetujuan (informedconcent).

  • 37

    2. Kriteria eksklusi

    Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjekyang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

    (Nursalam, 2008 : 92).Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

    a. Ibu balita dan balitanya yang pada saat dilakukan pengumpulan data

    tidak bertempat tinggal lagi di Desa Banjarsari Kecamatan TrucukKabupaten Bojonegoro.

    b. Ibu balita yang pada saat dilakukan pengumpulan data bertempat

    tinggal di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegorotidak bisa membaca dan menulis.

    c. Ibu balita yang pada saat dilakukan pengumpulan data bertempat

    tinggal di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegorotidak bersedia diteliti dan menolak menandatangani lembar persetujuan(informed concent).

    D. Variabel Penelitian

    Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota

    suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain

    (Notoatmodjo S, 2005 : 70).Pada penelitian ini ada dua variabel yaitu :

    1. Variabel Independent (bebas)Variabel Independent adalah variabel yang mempengaruhi variabel

    tergantung atau variabel dependent (Notoatmodjo S, 2005 : 70).

  • 38

    Pada penelitian ini variabel independentnya adalah : Pengetahuan

    ibu balita tentang higiene makanan

    2. Variabel dependent (tergantung)Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

    bebas atau variabel independent (Notoatmodjo S, 2005 : 70).Pada penelitian ini variabel dependentnya adalah Kejadian diare

    pada balita.

    E. Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

    diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2008 : 106).

    TABEL 2

    DEFINISI OPERASIONAL HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HIGIENEMAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BANJARSARI

    KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN BOJONEGORO

    Variabel DefinisiOperasional Parameter Alat Ukur Skala KategoriVariabelIndependentpengetahuanibu balitatentang higienemakanan.

    Kemampuanibu balita untukmenjawabdengan benarterhadap 30pertanyaantentang higienemakanan.

    1. Pengertianhigiene makanan.

    2. Komponenpokok dalamhigiene makanan.

    3. Cara menjagahigiene makananmenurut WHO.

    4. Cara menjagahigiene makananbalita

    5. Tujuanpenerapan higienemakanan.

    6. Manfaatpenerapan higienemakanan.

    Kuesioner Ordinal Pertanyaan 30 soal :Benar = nilai 1Salah = nilai 0Dengan kriteriapengetahuan :1. Kurang, bila

    jawaban benar< 17 soal(< 56%).

    2. Cukup, bilajawaban benar17-23 soal(56-75%).

    3. Baik, bilajawaban benar24-30 soal(76-100%).

  • 39

    Variabel DefinisiOperasional Parameter Alat Ukur Skala Kategori

    Variabeldependentkejadian diarepada balita.

    Keadaan yangmenyatakanfrekuensi buangair besar lebihdari 3-4 kaliperhari, tinjaberbentuk cairdengan atautanpa disertailendirberdasarkankuesioner dandokumentasipada buku KIA.

    1. Diare jikaterdapat gejalautama yaitu buangair besar lebih dari3-4 kali perhari,tinja berbentuk cairdengan atau tanpadisertai lendir.

    2. Tidakdiare jika tidakterdapat gejalabuang air besar 3-4kali perhari dantinja berbentuklunak (normalseperti biasa).

    Kuesionerdan

    dokumentasipada

    Buku KIA

    Nominal KodeDiare =1

    Tidak diare = 0

    F. Lokasi Dan Waktu Penelitian

    1. Lokasi penelitian

    Peneliti melakukan penelitian ini di Desa Banjarsari Kecamatan

    Trucuk Kabupaten Bojonegoro.

    2. Waktu penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Agustus 2009.

    G. Prosedur Pengumpulan Data

    Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek danproses pengumpulan karakteristik subjek yang dikumpulkan dalam suatupenelitian (Nursalam, 2008 : 111).

    Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari data

    primer dan data sekunder.

  • 40

    1. Data Primer

    Data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara

    langsung oleh peneliti (Budiarto E, 2001 : 5).Data primer pada penelitian ini diperoleh peneliti pada tanggal 6 Juli

    sampai dengan 15 Juli 2009, dengan cara peneliti mengikuti posyandu di

    Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro dan untukresponden yang tidak hadir maka peneliti mengadakan kunjungan rumah.Sebelumnya peneliti mendapat rekomendasi dari institusi dan Badan

    Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Mayarakat serta mendapatkan

    ijin dari Kepala Puskesmas Trucuk, Bidan Desa Banjarsari dan KepalaDesa Banjarsari kemudian peneliti melakukan pendekatan kepadaresponden dengan memberikan penjelasan tentang manfaat dan tujuanpenelitian, selanjutnya untuk mendapatkan persetujuan denganmenggunakan lembar persetujuan (informed concent) untuk menjadiresponden dan menandatanganinya bila bersedia sebagai responden.

    Setelah itu peneliti memberikan lembar kuesioner kepada responden dan

    menjelaskan petunjuk pengisian kuesioner, saat pengisiam kuesionerpeneliti bersama responden bisa bertanya kepada peneliti. Lembar

    kuesioner dikumpulkan setelah responden menjawab semua pertanyaan.Bila ada pertanyaan yang belum diisi maka dikembalikan kepada

    responden untuk dilengkapi.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diinginkan diperoleh dari orang lain

    atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti (Budiarto E, 2001 : 5).

  • 41

    Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari dokumentasi rekam

    medik tentang riwayat penyakit diare yang pernah diderita oleh balita pada

    buku KIA.

    H. Alat Atau Instrumen Penelitian

    Instrumen adalah alat-alat yang digunakan peneliti untuk

    mengumpulkan data (Notoatmodjo S, 2005 : 48).

    Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini

    adalah kuesioner dan dokumentasi buku KIA.

    1. Kuesioner

    Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun baik atau

    sudah matang dimana responden (dalam hal angket) dan interview

    (dalam hal wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan

    memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo S, 2005 : 116). Dalam

    penelitian ini macam kuesioner yang digunakan adalah open ended

    question (pertanyaan terbuka) dari data umum dan closed ended question

    (pertanyaan tertutup) dari data khusus. Pertanyaan terbuka (open ended

    question) bentuk free response question yaitu pertanyaan memberikan

    kebebasan kepada responden untuk menjawab, pertanyaan ini digunakan

    untuk mendapatkan biodata responden. Pertanyaan tetutup (closed ended

    question) berbentuk multiple choice dan dichotomy question. Untuk

    pertanyaan yang berbentuk multiple choice yaitu pertanyaan yang

    menyediakan beberapa alternatif jawaban dan responden hanya memilih

    satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya. Pertanyaan ini untuk

  • 42

    mendapatkan data pengetahuan ibu tentang higiene makanan. Sedangkan

    untuk pertanyaan berbentuk dichotomy question yaitu pertanyan yang

    hanya menyediakan 2 jawaban atau alternatif dan responden hanya

    memilih satu diantaranya, pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui

    kejadian diare pada balita (Notoatmodjo S, 2005 : 125).

    2. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara

    mengambil data yang berasal darti dokumen asli tersebut dapat

    berupa gambar, tabel atau daftar periksa dan film dokumenter

    (Hidayat A.Alimul Aziz, 2007 : 8).

    Dokumentasi pada penelitian ini adalah buku KIA. Buku KIA adalah

    buku yang berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak

    (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai informasi tentang

    riwayat penyakit yang pernah diderita, cara memelihara dan merawat

    kesehatan ibu dan anak (DepKes RI, 2003 : 3).

    Buku KIA ini dipakai untuk mendapatkan catatan riwayat penyakit

    diare pada balita.

  • 43

    I. Teknik Pengolahan Data (Teknik Analisa Data)

    Data yang terkumpul dari hasil kuesioner dan dokumentasi riwayat

    penyakit diare berdasar buku KIA, kemudian diolah dengan tahap berikut :

    1. Editing (pemeriksaan data)

    Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan

    data yang telah terkumpul juga memonitor jangan sampai terjadi

    kekosongan data yang dibutuhkan.

    2. Scoring (pemberian skor)

    Pemberian skore atau nilai pada setiap kesimpulan kuesioner .

    3. Coding (pemberian kode)

    Pemberian kode pada setiap kesimpulan kuesioner.

    4. Tabulating (penyusunan data)

    Pengelompokan data berdasarkan karakteristik responden :

    1. Variabel independent

    Pengolahan data kuesioner yang berisi pertanyaan tentang higiene

    makanan dilakukan dengan cara pemberian nilai atau skor :

    Nilai 1 : jika jawaban benar.Nilai 0 : jika jawaban salah.

    Besarnya angka hasil perhitungan atau pengukuran diperoleh dengan

    cara dijumlahkan kemudian dibandingkan dengan jumlah yang diharapkansehingga diperoleh prosentase.

    100% x n

    f P =

  • 44

    Keterangan :

    P : Prosentase.

    f : Nilai yang diperoleh.

    n : Frekuensi total atau keseluruhan

    (Budiarto E, 2001 : 37).

    Setelah prosentase diketahui, menurut Nursalam (2005 : 120)

    kemudian hasilnya dikelompokkan pada kriteria :

    a. Pengetahuan baik bila prosentasinya 76-100%.

    b. Pengetahuan cukup bila prosentasinya 56-76%.

    c. Pengetahuan kurang bila prosentasinya < 56%.

    2. Variabel Dependent

    Pengolahan data kuesioner untuk mengetahui kejadian diare pada

    balita yang kemudian disesuaikan dengan data dokumentasi riwayat

    penyakit diare pada buku KIA :

    Kode 1 : jika diare.

    Kode 0 : jika tidak diare.

    Data yang telah terkumpul diperiksa ulang dengan tujuan untuk

    mengetahui kelengkapan dan kebenarannya, kemudian ditabulasi dan

    diprosentasekan dalam tabel distribusi frekuensi.

    Uji statistik yang digunakan untuk menganalisa data adalah uji

    statistik spearmans rho karena salah satu variabelnya ordinal. Uji statistik

    spearmans rho digunakan untuk menghitung atau menentukan tingkatan

    hubungan atau korelasi antar dua variabel, penelitian ini menggunakan

    teknik komputerisasi SPSS 14 dengan kemaknaan : 0,05 artinya

  • 45

    signifikan () dibawah atau sama dengan 0,05 maka HA diterima dan H0

    ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang nyata

    antara dua variabel yang diteliti.

    Rho xy = )1(61 2

    2

    NND

    Keterangan :

    Rho xy : Koefisien korelasi tata jenjang atau rank spearmans.

    D : Difference atau beda (B).

    N : Banyaknya subjek.

    1 : Bilangan konstanta.

    Untuk menghetahui keeratan hubungan dilakukan dengan koefisien

    korelasi dimana interpretasi terhadap besarnya koefisien menurut Arikunto

    Suharsimi (2006 : 276).

    Tabel 3Tabel interpretasi nilai r

    Besarannya nilai r Interpretasi

    Antara 0,800 sampai dengan 1,00

    Antara 0,600 sampai dengan 0,800

    Antara 0,400 sampai dengan 0,600

    Antara 0,200 sampai dengan 0,400

    Antara 0,000 sampai dengan 0,200

    Tinggi

    Cukup

    Agak rendah

    Rendah

    Sangat rendah

  • 46

    J. Etika penelitian

    Secara umum prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data

    menurut Nursalam (2008 : 114-115) dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :1. Prinsip manfaat

    a. Bebas dari penderitaan

    Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

    kepada subjek khususnya jika menggunakan tindakan khusus.b. Bebas dari eksploitasi

    Subjek dalam penelitian harus diyakinkan bahwa partisipasinyadalam penelitian atau informasi yang telah diberikan tidak akan

    dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan subjek dalambentuk apapun.

    c. Resiko (benefits ratio)Peneliti harus secara hati-hati mempertimbangkan resiko dan

    keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.2. Prinsip menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)

    a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi respondenSubjek harus diperlakukan secara manusiawi, subjek mempunyai

    hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupuntidak, tanpa adanya sangsi apapun atau akan berakibat terhadap

    kesembuhannya, jika mereka seorang pasien.b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

    to full disclosure)Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta

    bertanggungjawab, jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek .c. Informed consent

  • 47

    Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang

    tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk

    berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed concent

    juga perlu dicantumkan untuk mengembangkan ilmu.

    3. Prinsip keadilan (Right to Justice)

    a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

    Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

    sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

    apabila ternyata tidak bersedia atau dropped out sebagai responden.

    b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

    Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

    diberikan harus dirahasiakan, untuk itu diperlukan adanya anonymity

    (tanpa nama) dengan confidentiality (rahasia).

    K. Jadwal Kegiatan Penelitian

    TABEL 4

    TABEL GANTS CHART

    Mei Juni JuliNo. Jenis KegiatanI II III IV I II III IV I II III IV

    1 Pengajuan judul2 Penyusunan proposal3 Ujian Proposal4 Pengambilan Data /Penyusunan KTI5 Penyusunan KTI6 Ujian Sidang

  • 48

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Dalam bab ini penulis akan menguraiakan tentang hasil dari pembahasan

    penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 23 Juni-23 Juli 2009 di Desa

    Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro. Hasil penelitian disajikan

    dalam bentuk tabel distribsui frekunsi serta keterangan singkat dibawahnya

    untukmempermudah isi dari penelitian ini.

    Pada penyajian ini dimulai dari diskriptif daerah penelitian dari hasil

    penelitian yang disajikan dalam dua bentuk yaitu data umum dan data khusus.

    Data umum mengenai karakteristik responden yaitu umur, pendidikan, jumlah

    anak, umur balita dan jenis kelamin. Sedangkan data khusus mengenai

    karakteristik pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan, kejadian diare pada

    balita dan hubungan pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan dengan

    kejadian diare pada balita.

    A. Gambaran Umum Desa

    1. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Desa Banjarsari Kecamatan TrucukKabupaten Bojonegoro dengan batas wilayah :a. Sebelah Utara : Desa Sendangrejo Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban

    b. Sebelah Selatan : Kelurahan Banjarejo Kecamatan Bojonegoroc. Sebelah Barat : Desa Sranak Kecamatan Trucuk

  • 49

    d. Sebelah Timur : Desa Menilo Kecamatan Soko Kabupaten Tuban

    2. Data Demografi

    Jumlah penduduk Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk KabupatenBojonegoro adalah 7.025 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 3.350jiwa dan penduduk perempuan 3.675 jiwa.

    3. Sarana Pendidikan

    a. Taman Kanak-Kanak : 2 unit

    b. SD/MI : 3 unit

    4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

    a. Puskesmas Pembantu : 1 unit

    b. Posyandu : 5 unit

    5. Tenaga Kesehatan

    a. Dokter : 2 orang

    b. Bidan : 1 orang

    c. Perawat : - orang

    d. Kader : 21 orang

    6. Mata Pencaharian

    a. Petani : 977 orang

    b. Tukang : 115 orang

    c. Pedagang : 1584 orang

    d. Swasta/wiraswasta : 59 orang

    e. Pegawai Desa/Kelurahan : 10 orang

    f. TNI/ABRI : 8 orang

    g. PNS : 40 orang

  • 50

    B. Hasil Penelitian

    Data hasil penelitian yang disajikan merupakan data yang diambil dari

    ibu yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 85 orang.

    1. Data Umum Responden

    a. Umur ibu

    Umur responden yang terpilih sebagai sampel pada penelitian ini rata-

    rata berumur 28 tahun dengan responden termuda berumur 19 tahun

    dan tertua berumur 42 tahun. Dengan melihat karakteristik umur

    responden maka peneliti membagi responden dalam 8 kelompok

    umur seperti pada tabel sebagai berikut :

    TABEL 5

    DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN UMUR DI DESABANJARSARI KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN

    BOJONEGORO TAHUN 2009

    No. Umur responden N P(%)1. 19-21 10 11,82. 22-24 11 12,93. 25-27 17 204. 28-30 24 28,25. 31-33 10 11,86. 34-36 7 8,27. 37-39 5 5,98. 40-42 1 1,2

    Jumlah 85 100Sumber : Data primer tahun 2009

    Berdasarkan tabel 5 dapat dijelaskan bahwa jumlah responden

    yang paling banyak berumur 28-30 tahun yaitu berjumlah 24 orang

    (28,2%) dan paling sedikit adalah jumlah responden yang

    berumur 40-42 tahun yaitu berjumlah 1 orang (1,2%).

  • 51

    b. Umur balita

    Umur responden (balita) yang terpilih sebagai sampel pada penelitian

    ini rata-rata berumur 26 bulan dengan responden termuda berumur 4

    bulan dan tertua berumur 60 bulan. Dengan melihat karakteristik umur

    responden maka peneliti membagi responden dalam 7 kelompok

    umur seperti pada tabel sebagai berikut :

    TABEL 6

    DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN UMUR BALITA DIDESA BANJARSARI KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN

    BOJONEGORO TAHUN 2009

    No. Umur balita (bulan) N P(%)1. 4-11 22 25,82. 12-19 21 24,73. 20-27 10 11,84. 28-35 5 5,95. 36-43 6 7,16. 44-51 14 16,57. 52-60 7 8,2

    Jumlah 85 100Sumber : Data primer tahun 2009

    Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besarbalita berumur 4-11 bulan yaitu berjumlah 22 balita (25,8%).

  • 52

    c. Jenis kelamin

    Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin balita disajikan dalamtabel berikut :

    TABEL 7

    DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMINBALITA DI DESA BANJARSARI KECAMATAN TRUCUK

    KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2009

    No. Jenis kelamin N P(%)1. Laki-laki 41 48,22. Perempuan 44 51,8

    Jumlah 85 100Sumber : Data primer tahun 2009

    Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dijelaskan sebagian besar balitaberjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 44 balita (51,8%).

    d. Pendidikan

    Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu balita disajikandalam tabel sebagai berikut :

    TABEL 8

    DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN TINGKATPENDIDIKAN DI DESA BANJARSARI KECAMATAN TRUCUK

    KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2009

    No. Pendidikan N P(%)1. SD/sederajat 35 41,32. SMP/sederajat 23 273. SMA/sederajat 26 30,54. Perguruan Tinggi 1 1,2

    Jumlah 85 100Sumber : Data primer tahun 2009

    Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah respondenyang paling banyak berpendidikan SD yaitu berjumlah 35 orang

  • 53

    (41,3%) dan jumlah responden yang paling sedikit berpendidikanTinggi yaitu berjumlah 1 orang (1,2%).

    e. Jumlah anak

    Distribusi responden berdasarkan jumlah anak (pengalaman) disajikandalam tabel sebagai berikut :

    TABEL 9

    DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN JUMLAH ANAK(PENGALAMAN) DI DESA BANJARSARI KECAMATAN TRUCUK

    KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2009

    No. Jumlah anak N P(%)1. 1 22 25,92. 2 30 35,33. 3 19 22,44. 4 11 12,95. > 4 3 3,5

    Jumlah 85 100Sumber : Data primer tahun 2009

    Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa responden

    yang paling banyak mempunyai 2 anak yaitu berjumlah 30 orang

    (35,3%) dan responden yang paling sedikit mempunyai > 4 anak yaitu

    berjumlah 3 orang (3,5%).

    2. Data Khusus Responden

    Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian yang meliputi

    distribusi pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan, kejadian diare

    pada balita dan tabulasi silang pengetahuan ibu balita tentang higiene

    makanan dengan kejadian diare pada balita.

  • 54

    a. Pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan di Desa Banjarsari

    Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro

    Distribusi responden sebanyak 85 orang berdasarkan

    pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan disajikan dalam tabel

    sebagai berikut :

    TABEL 10

    DISTRIBUSI PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG HIGIENEMAKANAN DI DESA BANJARSARI KECAMATAN TRUCUK

    KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2009

    No. Pengetahuan N P(%)1. Baik 26 30,62. Cukup 20 23,53. Kurang 39 45,9

    Jumlah 85 100Sumber : Data primer tahun 2009

    Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa responden yang

    paling banyak mempunyai pengetahuan kurang yaitu berjumlah 39

    orang (45,9%) dan yang paling sedikit mempunyai pengetahuan cukup

    yaitu berjumlah 20 orang (23,6%).

    b. Kejadian diare pada balita di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk

    Kabupaten Bojonegoro

    Distribusi responden sebanyak 85 orang berdasarkan Kejadian

    diare pada balita disajikan dalam tabel sebagai berikut :

  • 55

    TABEL 11

    DISTRIBUSI KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BANJARSARIKECAMATAN TRUCUK KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2009

    No. Kejadian diare pada balita N P(%)1. Tidak diare 52 61,22. Diare 33 38,8

    Jumlah 85 100Sumber : Data primer tahun 2009

    Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat balita

    yang mengalami diare sebanyak 33 balita (38,8%) dan balita yang

    tidak diare sebanyak 52 balita (61,2%).

    c. Tabulasi silang antara pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan

    dengan kejadian diare pada balita makanan di Desa Banjarsari

    Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro

    Distribusi hasil tabulasi silang antara pengetahuan ibu balita

    dengan kejadian diare pada balita disajikan dalam tabel berikut :

    TABEL 12

    TABULASI SILANG ANTARA PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANGHIGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

    DI DESA BANJARSARI KECAMATAN TRUCUKKABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2009

    Pengetahuan ibu balita tentangHigiene makanan

    Baik Cukup KurangJumlahNo. Kejadian diarepada balita

    n % n % n % n %1. Tidak diare 24 92,3 16 80 12 30,8 52 61,22. Diare 2 7,7 4 20 27 69,2 33 38,8

    Jumlah 26 100 20 100 39 100 85 100Sumber : Data primer tahun 2009

    Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa responden

    dengan pengetahuan baik mempunyai balita yang tidak diare sebanyak

  • 56

    24 balita (92,3%) dan responden dengan pengetahuan kurang

    mempunyai balita yang diare sebanyak 27 balita (69,2%).

    Dengan menggunakan analisis uji spearmans rho dengan taraf

    signifikan 5% dan df : 1, didapatkan : 0,000 ( < 0,01). Hal ini

    menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu balita

    tentang higiene makanan dengan kejadian diare pada balita di Desa

    Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro. Sedangkan nilai

    koefisien korelasi 0,568 berarti kekuatan korelasi antara pengetahuan

    ibu balita tentang higiene makanan dengan kejadian diare pada balita

    adalah agak rendah.

    C. Pembahasan

    Pada bagian ini peneliti akan menjawab masalah penelitian apakah ada

    hubungan pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan dengan kejadian

    diare pada balita. Pembahasan ini dilakukan pada masing-masing variabel

    yaitu pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan dan kejadian diare pada

    balita.

    1. Pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan balita di Desa

    Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Banjarsari

    Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro yang dapat dilihat pada tabel

    10 dari 85 responden diperoleh sebanyak 39 orang (45,9%) bahwa

    sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang tentang higiene makanan.

  • 57

    Menurut Notoatmodjo S (2003), pengetahuan atau kognitif

    merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

    seseorang. Sedangkan menurut Nursalam dan Siti Pariani (2001), faktor-

    faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah umur, pendidikan dan

    pengalaman.

    Pendapat diatas sesuai dengan keadaan ibu balita di Desa Banjarsari

    Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro bahwa sebagian besar ibu

    balita mempunyai pengetahuan yang kurang tentang higiene makanan. Hal

    ini disebabkan karena umur, pendidikan dan pengalaman ibu.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5 tentang

    distribusi responden berdasarkan umur. Dapat dilihat bahwa sebagian

    besar responden di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten

    Bojonegoro berumur 28-30 tahun yaitu berjumlah 24 orang (28,2%).

    Menurut pendapat Nursalam dan Siti Pariani (2001), bahwa semakin

    cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan akan lebih matang dalam

    berpikir dan bekerja sehingga pengetahuan pun akan bertambah.

    Pendapat Nursalam dan Siti Pariani di atas tidak sesuai dengan

    keadaan ibu balita yang ada di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk

    Kabupaten Bojonegoro bahwa sebagian besar responden berumur 28-30

    tahun dimana usia ini merupakan usia dewasa muda yang memiliki tingkat

    kematangan yang baik dalam berpikir. Sehingga pengetahuan merekapun

    bertambah banyak dengan bertambahnya pengetahuan seseorang ibu

    mampu melakukan hal yang terbaik untuk anaknya diantaranya adalah

  • 58

    cara menjaga higiene makanan. Faktor umur bukan satu-satunya faktor

    yang mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang higiene makanan

    karena pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh pendidikan dan

    pengalaman.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 8 tentang

    distribusi pengetahuan berdasarkan pendidikan dapat dilihat baahwa

    sebagian besar responden di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk

    Kabupaten Bojonegoro berpendidikan SD/sederajat yaitu berjumlah 35

    orang (41,3%).

    Menurut Nursalam dan Siti Pariani (2001), bahwa makin tinggi

    pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin

    banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang

    kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-

    nilai yang baru diperkenalkan. Sedangkan menurut Nasrul Effendy (1998),

    tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit memahami pesan atau

    informasi yang disampaikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

    semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan

    yang dimiliki.

    Di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro

    bahwa sebagian besar ibu balita berpendidikan SD/sederajat kondisi ini

    sesuai dengan pernyataan di atas. Mereka beranggapan setelah lulus SD

    mereka sudah cukup memperoleh bekal ilmu untuk membaca dan menulis

    saja selain itu mereka tidak mempunyai kesempatan untuk melanjutkan

  • 59

    sekolah karena harus bekerja untuk mendapatkan uang. Tingginya biaya

    pendidikan juga merupakan kendala bagi sebagian besar masyarakat yang

    tergolong miskin karena orang tua tidak mampu membiayai pendidikan

    anak-anaknya dan cenderung menikahkan anak perempuan mereka

    daripada menyekolahkanya. Dengan bekal tingkat pendidikan SD/sederajat

    maka informasi yang diperoleh semakin sedikit karena mereka sulit

    menerima atau memahami informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan

    baik melalui penyuluhan ataupun iklan-iklan di media massa dan

    sebaliknya semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah

    menerima informasi yang disampaikan.

    Berdasarkan hasil penelitian yang didapat pada tabel 9 tentang

    distribusi responden berdasarkan pengalaman (jumlah anak),

    dapat dilihat bahwa sebagian besar responden di Desa Banjarsari

    Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro mempunyai 2 anak yaitu

    berjumlah 30 orang (35,3%).

    Menurut Notoatmodjo S (2005) bahwa pengalaman merupakan

    sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan suatu cara untuk

    memperoleh kebenaran pengetahuan oleh karena pengalaman yang

    diperoleh dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

    Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian di Desa Banjarsari

    Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro, karena sebagian besar ibu

    balita masih mempunyai 2 anak sehingga mereka mempunyai pengalaman

    dimasa lalu dalam menjaga dan merawat anak-anak mereka. Pengetahuan

  • 60

    yang diperolah dimasa lalu dijadikan sebagai pedoman agar kesalahan-

    kesalahan dalam menjaga dan merawat anak yang pertama baik itu dalam

    hal higiene makanan ataupun masalah kesehatan lainnya tidak terulang

    lagi pada anak yang berikutnya. Pengalamana seseorang bukanlah menjadi

    satu-satunya faktor yang mempengaruhi sedikit atau banyaknya

    pengetahuan seseorang tentang higiene makanan karena umur dan

    pendidikan seseorang juga mempengaruhi pengetahuan.

    2. Kejadian diare pada balita di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk

    Kabupaten Bojonegoro

    Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 11 tentang

    kejadian diare pada balita di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk

    Kabupaten Bojonegoro didapatkan sebagian besar balita responden

    menderita diare sebanyak 33 balita (38,8%) dan yang tidak diare

    sebanyak 52 balita (61,2%).

    Menurut Lilian Juwono (2003) balita lebih mudah terkena diare

    daripada anak-anak dan orang dewasa karena mereka yang diberi susu

    botol atau yang telah mendapatkan makanan tambahan belum dapat

    menjaga kebersihan dan menyiapkan makanannya sendiri, sehingga

    kualitas makanan dan minuman tergantung pada ibu sebagai pengasuh

    utama. Perilaku ibu dalam menjaga kebersihan dan mengolah makanan

    sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang cara pengolahan dan

    penyimpanan makanan yang higienis.

  • 61

    Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di Desa Banjarsari Kecamatan

    Trucuk Kabupaten Bojonegoro dimana balita belum mampu menjaga dan

    menyiapkan makanannya sendiri sehingga tubuh balita sangat rentan untuk

    terkena penyakit diare karena patogen penyebab diare dapat ditularkan

    melalui makanan, air dan peralatan makan maupun masak.

    3. Analisa hubungan pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan

    balita dengan kejadian diare pada balita di Desa Banjarsari

    Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro

    Berdasarkan analisa data hasil penelitian yang dilakukan di Desa

    Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro dengan

    menggunakan uji spearmans rho didapatkan : 0,00 ( < 0,05) dengan

    nilai koefisien korelasi 0,568. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan

    antara pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan dengan kejadian

    diare pada balita di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten

    Bojonegoro dengan kekuatan korelasi antara pengetahuan ibu balita

    tentang higiene makanan dengan kejadian diare pada balita adalah agak

    rendah.

    Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penyebab diare.

    Pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan akan berpengaruh pada

    perilaku ibu dalam menjaga kesehatan keluarga terutama anak-anak.

    Pendidikan pada ibu tentang prinsip keamanan dan higiene makanan

    sangat penting dalam pencegahan penyakit diare pada balita

    (Soegiajanto Soegeng, 2002 dan Motarjemi Y, 2003).

  • 62

    Hal ini sesuai dengan pernyataan di atas bahwa rendahnya

    pendidikan akan berdampak pada kurangnya pengetahuan ibu balita

    tentang prinsip keamanan dan higiene makanan sehingga dapat

    menyebabkan tingginy resiko terjadinya diare pada balita dan sebaliknya

    semakin baik pengetahuan ibu tentabng prinsip keamanan dan higiene

    makanan maka semakin rendah pula resiko terjadinya diare pada balita

    sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu balita tentang higiene

    makanan memiliki hubungan dengan kejadian diare pada balita.

  • 63

    BAB V

    PENUTUP

    Dalam bab ini akan membahas kesimpulan hasil penelitian hubungan

    pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan dengan kejadian diare pada balita

    di Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro secara sistematis

    serta dikemukakan saran-saran yang berkaitan dengan hasil penelitian berupa

    pemecahan masalah yang dihadapi.

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan serta tujuan penelitian

    maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu balita

    tentang higiene makanan dengan kejadian diare pda balita di Desa Banjarsari

    Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro. Adapun kesimpulan tersebut dapat

    diuraikan sebagai berikut :

    1. Dari 85 responden yang diteliti sebagian besar responden masih

    berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 39 responden (45,9%).

    2. Dari 85 responden yang diteliti sebagian besar responden mengalami

    diare yaitu sebanyak 33 responden (38,8%).

    3. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang higiene

    makanan dengan kejadian diare pada balita di Desa Banjarsari

    Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro.

  • 64

    B. Saran

    Berdasarkan kesimpulan di atas maka ada bebrapa upaya yang perlu

    diperhatikan, diantaranya yaitu :

    1. Bagi profesi bidan

    Meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang higiene makanan balita

    dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare pada balita

    serta mengoptimalkan pelayanan kesehatan baik untuk mencegah maupun

    penanggulangan masalah diare pada balita.

    2. Bagi puskesmas

    Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan lebih memfungsikan

    sarana dan prasarana yang tersedia dengan cara memberikan motivasi

    melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), menyediakan brosur

    tentang cara menjaga higiene makanan sehingga ibu lebih mudah dalam

    memperoleh informasi, mengupayakan penyediaan oralit sebagai salah

    satu upaya untuk mengobati penyakit diare serta bekerjasama dengan

    lintas sektor lainnya yang terkait.

    3. Bagi masyarakat di Desa Banjarsari

    Meningkatkan kerjasama antara perangkat desa, masyarakat dengan

    petugas kesehatan setempat dalam menyukseskan program-program yang

    diadakan serta saling bekerjasama untuk meningkatkan kualitas keluarga.

    4. Bagi responden

    Diharapkan bagi orang tua khususnya ibu untuk meningkatkan

    kesadarannya akan higiene makanan balita, karena daya tahan tubuh balita

  • 65

    yang msih lemah salah satunya adalah sistem saluran pencernaan yang

    rentan terhadap bakteri penyebab penyakit sehingga higiene makanan

    balita harus dijaga mulai dari penyiapan, pemasakan dan penyimpanannya

    untuk mencegah terjadinya penyakit diare.

    5. Bagi peneliti selanjutnya

    Peneliti berharap peneliti selanjutnya mampu melengkapi penelitian

    ini sehingga menjadi lebih sempurna.

  • 66

    LEMBAR KUESIONERHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG HIGIENE

    MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESABANJARSARI KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN BOJONEGORO

    Tanggal diisi : .No. register : .

    DATA UMUM

    Petunjuk Pengisian

    Isilah biodata di bawah ini dengan jujur sesuai keadaaan sebenarnya.

    Apabila kurang jelas tanyakan pada peneliti.

    Biodata Reponden

    1. Nama ibu (inisial) : ..

    2. Umur : ..

    3. Pendidikan terakhir : ..

    4. Nama balita (inisial) : ..

    5. Umur/tanggal lahir balita : ..

    6. Jenis kelamin balita : ..

    7. Jumlah anak : ..

  • 67

    DATA KHUSUS

    Petunjuk Pengisian Kuesioner

    1. Bacalah dengan teliti setiap item dan alternatif jawabannya.

    2. Beri tanda silang () pada salah satu jawaban yang sesuai dengan

    jawaban anda.

    3. Baca kembali setelah anda menjawab semua pertanyaan agar tidak ada

    pertanyaan yang terlewatkan untuk dijawab.

    Pertanyaan variabel independent

    Pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan

    1. Suatu makanan dikatakan bersih dan aman (higienis) apabila menjaga

    kebersihan mulai dari ..

    a. Dapur (tempat kerja), peralatan dan bahan makanan.

    b. Ruang makan saja.

    c. Peralatan masak yang canggih.

    2. Menjaga kebersihan (higiene) makanan dimulai dari tindakan menjaga

    kebersihan .

    a. Saat pengolahan makanan saja.

    b. Penyiapan, pengolahan sampai dengan penyimpanan makanan.

    c. Saat memakannya saja.

    3. Dapur yang digunakan untuk tempat memasak sebaiknya ?

    a. Bersih, memiliki ventilasi dan pencahayaan yang baik.

    b. Mewah.

    c. Harus berlantai keramik.

  • 68

    4. Tempat yang baik untuk menyimpan makanan adalah . ?

    a. Di almari tertutup yang bebas debu dan bau tak sedap.

    b. Di atas meja makan yang terbuka.

    c. Di almari yang terbuka.

    5. Peralatan masak dalam penggunaannya haruslah ?

    a. Dibiarkan saja.

    b. Peralatan yang modern.

    c. Dicuci, dirawat dan disimpan dengan baik.

    6. Cara menyimpan makanan matang dan makanan mentah yang benar

    adalah ?

    a. Disimpan secara terpisah dalam tempat yang tertutup.

    b. Dicampur jadi satu.

    c. Disimpan secara terpisah dalam tempat yang terbuka.

    7. Menjaga kebersihan makanan dilakukan untuk ?

    a. Menghindari penularan penyakit.

    b. Mengawetkan makanan.

    c. Menambah rasa nikmat makanan.

    8. Makanan yang mudah rusak atau busuk sebaiknya disimpan ?

    a. Di lemari es.

    b. Di atas meja makan.

    c. Di dalam almari makanan.

  • 69

    9. Tindakan yang harus dilakukan sebelum mengolah makanan adalah ?

    a. Mencuci tangan.

    b. Memakai pakaian koki masak.

    c. Memakai sarung tangan.

    10. Makanan yang aman bagi kesehatan adalah ?

    a. Makanan yang diolah.

    b. Makanan siap saji.

    c. Makanan yang diberi bahan pengawet makanan.

    11. Sayur dan buah yang akan dimakan (dikonsumsi) terlebih dahulu ?

    a. Dibersihkan dan dicuci.

    b. Disimpan dalam lemari es.

    c. Tidak perlu dibersihkan atau dicuci.

    12. Cara untuk membunuh kuman atau bakteri yang ada dalam bahan

    makanan mentah adalah ?

    a. Diberi bahan pengawet.

    b. Direbus sampai mendidih.

    c. Diberi pestisida (obat pembunuh serangga).

    13. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memasak sayuran adalah ?

    a. 5-15 menit/sampai mendidih.

    b. Sampai melebur menjadi satu dengan air.

    c. Tidak dibatasi waktunya.

  • 70

    14. Untuk merebus daging sapi diperlukan waktu ?

    a. Sampai daging menjadi terurai dan lembek.

    b. 2-3 jam.

    c. Seperlunya saja asal daging tidak keras untuk dimakan.

    15. makanan yang harus disajikan dalam keadaan panas kemudian menjadi

    dingin tindakan yang harus dilakukan sebelum menyajikannya kembali

    adalah ?

    a. Langsung dikonsumsi.

    b. Dipanaskan kembali.

    c. Disimpan saja.

    16. Waktu yang baik untuk menyantap makanan matang adalah ?

    a. Segera setelah dimasak (sebelum 2 jam).

    b. Setiap saat sesuai selera.

    c. Setelah menjadi basi.

    17. Telenan yang digunakan untuk memotong daging ayam mentah,

    sebelum digunakan untuk memotong daging burung yang sudah

    matang haruslah .

    a. Langsung dipakai lagi.

    b. Dicuci terlebih dahulu.

    c. Cukup dilap dengan kain.

  • 71

    18. Cara mencuci tangan yang baik adalah ?

    a. Cukup dicelup saja dalam air.

    b. Tangan cukup dilap dengan tissue atau kain.

    c. Menggunakan sabun dan membilas dengan air mengalir.

    19. Sebelum meyiapkan makanan balita hal yang harus dilakukan adalah ?

    a. Menidurkan balita .

    b. Menggendong balita.

    c. Mencuci tangan.

    20. Air yang digunakan untuk mencuci tangan adalah ?

    a. Air bersih dan mengair.

    b. Air dalam baskom.

    c. Air mineral/air minum kemasan.

    21. Peralatan makan untuk balita harus ?

    a. Bersih dan selalu dicuci.

    b. Selalu baru.

    c. Berbentuk lucu dan menarik.

    22. Agar serangga, lalat atau binatang lainnya tidak menghinggapi

    makanan maka makanan harus disimpan ?

    a. Dalam wadah yang tertutup.

    b. Di dalam panci yang terbuka.

    c. Di atas piring tanpa penutup.

    S

  • 72

    23. Botol yang dipergunakan untuk memberikan susu formula pada balita

    dibersihkan dengan cara ?

    a. Dicuci kemudian direbus dalam air.

    b. Dicuci saja tanpa direbus.c. Selalu diganti dengan botol yang baru.

    24. Air yang digunakan untuk mengolah makanan balita harus ?

    a. Air matang.

    b. Air mentah.

    c. Air bersih.

    25. Bahan makanan ynag digunakan untuk membuat makanan balita

    adalah ?

    a. Bahan makanan segar.

    b. Bahan makanan yang sudah layu.

    c. Bahan makanan yang kadaluwarsa.

    26. Cara yang baik untuk memanaskan makanan balita yang sudah

    menjadi dingin adalah ?

    a. Dipanaskan tanpa menunggu sampai mendidih.

    b. Dipanaskan sampai mendidih.

    c. Hanya dihangatkan.

    27. Menjaga kebersihan makanan dilakukan dengan tujuan ?

    a. Menghindarkan dari penularan penyakit infeksi melalui makanan.

    b. Menuruti keinginan hati saja.

    c. Meniru gaya masak orang barat.

    S

  • 73

    28. Manfaat diterapkannya menjaga kebersihan makanan adalah ?

    a. Mengembangkan kebiasaan pola hidup sehat.

    b. Tidak ada manfaat.

    c. Agar makanan yang dimasak cepat habis.

    29. Untuk mencegah keracunan dan kerusakan makanan maka ?

    a. Menjaga kebersihan makanan.

    b. Diberi bahan pengawet.

    c. Diberi pewarna makanan.

    30. Dengan