Upload
itho-supril
View
66
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANGINA PECTORIS UNSTABLE
A. Pengertian
Angina pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari suatu iskemik
miokard tanpa adanya infark. Klasifikasi klinis angina pada dasarnya berguna untuk
mengevaluasi mekanisme terjadinya iskemik. Walaupun patogenesa angina
mengalami perubahan dari tahun ke tahun, akan tetapi pada umumnya dapat
dibedakan 3 tipe angina yaitu :
1. Classical effort angina (angina klasik)
Pada nekropsi biasanya didapatkan aterosklerosis koroner. Pada keadaan ini,
obstruksi koroner tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti waktu
istirahat. Akan tetapi bila kebutuhan aliran darah melebihi jumlah yang dapat
melewati obstruksi tersebut, akan tetapi iskemik dan timbul gejala angina. Angina
pektoris akan timbul pada setiap aktifitas yang dapat meningkatkan denyut
jantung, tekanan darah dan atatus inotropik jantung sehingga kebutuhan O2
akan
bertambah seperti pada aktifitas fisik, udara dingin dan makan yang banyak.
2. Variant angina (angina Prinzmetal)
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat
penurunan suplai O2
darah ke miokard secara tiba-tiba. Penelitian terbaru
menunjukkan terjadinya obsruksi yang dinamis akibat spasme koroner baik pada
arteri yang sakit maupun yang normal. Peningkatan obstruksi koroner yang tidak
menetap ini selama terjadinya angina waktu istirahat jelas disertai penurunan
aliran darah arteri koroner.
3. Unstable angina (angina tak stabil / ATS)
Istilah lain yang sering digunakan adalah Angina preinfark, Angina dekubitus,
Angina kresendo. Insufisiensi koroner akut atau Sindroma koroner pertengahan.
Bentuk ini merupakan kelompok suatu keadaan yang dapat berubah seperti
keluhan yang bertambah progresif, sebelumnya dengan angina stabil atau angina
pada pertama kali. Angina dapat terjadi pada saat istirahat maupun bekerja. Pada
2
patologi biasanya ditemukan daerah iskemik miokard yang mempunyai ciri
tersendiri.
Angina pektoris tak stabil adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik miokard
akut yang berada di antara angina pektoris stabil dan anfark miokard akut.
Terminologi ATS harus tercakup dalam kriteria penampilan klinis sebagai berikut :
1. Angina pertama kali
Angina timbul pada saat aktifitas fisik. Baru pertama kali dialami oleh
penderita dalam periode 1 bulan terakhir.
2. Angina progresif
Angina timbul saat aktifitas fisik yang berubah polanya dalam 1 bulan
terakhir, yaitu menjadi lebih sering, lebih berat, lebih lama, timbul dengan
pencetus yang lebih ringan dari biasanya dan tidak hilang dengan cara yang biasa
dilakukan. Penderita sebelumnya menderita angina pektoris stabil.
3. Angina waktu istirahat
Angina timbul tanpa didahului aktifitas fisik ataupun hal-hal yang dapat
menimbulkan peningkatan kebutuhan O2
menit.
4. Angina sesudah IMA
miokard. Lama angina sedikitnya 15
Angina yang timbul dalam periode dini (1 bulan) setelah IMA.
Kriteria penampilan klinis tersebut dapat terjadi sendiri-sendiri atau bersama-
bersama tanpa adanya gejala IMA. Nekrosis miokard yang terjadi pada IMA
harus disingkirkan misalnya dengan pemeriksaan enzim serial dan pencatatan
EKG.
B. Penyebab
Penyebab angina pektoris antara lain adalah aterosklerosis, spasme pembuluh
koroner, latihan fisik, pajanan terhadap dingin, makan makanan berat dan stres.
1. Angina Stabil disebabkan oleh iskemia miokardium
2. Angina tidak stabil disebabkan oleh ruptur plak, trombosis dan agregat trombosis,
vasospasme dan erosi pada plak tanpa ruptur.
3
C. Pengenalan Klinis
1. Gejala
Didapatkan rasa tidak enak di dada yang tidak selalu sebagai rasa sakit, tetapi
dapat pula sebagai rasa penuh di dada, tertekan, nyeri, tercekik atau rasa terbakar.
Rasa tersebut dapat terjadi pada leher, tenggorokan, daerah antara tulang skapula,
daerah rahang ataupun lengan. Sewaktu angina terjadi, penderita dapat sesak
napas atau rasa lemah yang menghilang setelah angina hilang. Dapat pula terjadi
palpitasi, berkeringat dingin, pusing ataupun hampir pingsan.
2. Pemeriksaan fisik
Sewaktu angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Pada auskultasi dapat
terdengar derap atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di daerah apeks.
Frekuensi denyut jantung dapat menurun, menetap atau meningkat pada waktu
serangan angina.
3. EKG
EKG perlu dilakukan pada waktu serangan angina, bila EKG istirahat normal,
stress test harus dilakukan dengan treadmill ataupun sepeda ergometer. Tujuan
dari stress test adalah :
a. Menilai sakit dada apakah berasal dari jantung atau tidak.
b. Menilai beratnya penyakit seperti bila kelainan terjadi pada pembuluh darah
utama akan memberi hasil positif kuat.
Gambaran EKG penderita ATS dapat berupa depresi segmen ST, depresi
segmen ST disertai inversi gelombang T, elevasi segmen ST, hambatan cabang
ikatan His dan tanpa perubahan segmen ST dan gelombang T. Perubahan EKG
pada ATS bersifat sementara dan masing-masing dapat terjadi sendiri-sendiri
ataupun sersamaan. Perubahan tersebut timbul di saat serangan angina dan
kembali ke gambaran normal atau awal setelah keluhan angina hilang dalam
waktu 24 jam. Bila perubahan tersebut menetap setelah 24 jam atau terjadi
evolusi gelombang Q, maka disebut sebagai IMA.
4. Enzim LDH, CPK dan CK-MB
Pada ATS kadar enzim LDH dan CPK dapat normal atau meningkat tetapi
tidak melebihi nilai 50% di atas normal. CK-MB merupakan enzim yang paling
sensitif untuk nekrosis otot miokard, tetapi dapat terjadi positif palsu. Hal ini
4
menunjukkan pentingnya pemeriksaan kadar enzim secara serial untuk
menyingkirkan adanya IMA.
D. Patofisologi
Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak
menetap akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O2
miokard.
Beberapa keadaan yang dapat merupakan penyebab baik tersendiri ataupun bersama-
sama yaitu :
1. Faktor di luar jantung
Pada penderita stenosis arteri koroner berat dengan cadangan aliran koroner
yang terbatas maka hipertensi sistemik, takiaritmia, tirotoksikosis dan pemakaian
obat-obatan simpatomimetik dapat meningkatkan kebutuhan O2
miokard sehingga
mengganggu keseimbangan antara kebutuhan dan suplai O . Penyakit paru2
menahun dan penyakit sistemik seperti anemi dapat menyebabkan tahikardi dan
menurunnya suplai O2ke miokard.
2. Sklerotik arteri koroner
Sebagian besar penderita ATS mempunyai gangguan cadangan aliran koroner
yang menetap yang disebabkan oleh plak sklerotik yang lama dengan atau tanpa
disertai trombosis baru yang dapat memperberat penyempitan pembuluh darah
koroner. Sedangkan sebagian lagi disertai dengan gangguan cadangan aliran
darah koroner ringan atau normal yang disebabkan oleh gangguan aliran koroner
sementara akibat sumbatan maupun spasme pembuluh darah.
3. Agregasi trombosit
Stenosis arteri koroner akan menimbulkan turbulensi dan stasis aliran darah
sehingga menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang akhirnya
membentuk trombus dan keadaan ini akan mempermudah terjadinya
vasokonstriksi pembuluh darah.
4. Trombosis arteri koroner
Trombus akan mudah terbentuk pada pembuluh darah yang sklerotik sehingga
penyempitan bertambah dan kadang-kadang terlepas menjadi mikroemboli dan
menyumbat pembuluh darah yang lebih distal. Trombosis akut ini diduga
berperan dalam terjadinya ATS.
5
5. Pendarahan plak ateroma
Robeknya plak ateroma ke dalam lumen pembuluh darah kemungkinan
mendahului dan menyebabkan terbentuknya trombus yang menyebabkan
penyempitan arteri koroner.
6. Spasme arteri koroner
Peningkatan kebutuhan O2
miokard dan berkurangnya aliran koroner karena
spasme pembuluh darah disebutkan sebagai penyeban ATS. Spame dapat terjadi
pada arteri koroner normal atupun pada stenosis pembuluh darah koroner. Spasme
yang berulang dapat menyebabkan kerusakan artikel, pendarahan plak ateroma,
agregasi trombosit dan trombus pembuluh darah.
Beberapa faktor risiko yang ada hubungannya dengan proses aterosklerosis antara
lain adalah :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah : Umur, jenis kelamin dan riwayat penyakit
dalam keluarga.
2. Faktor risiko yang dapat diubah : Merokok, hiperlipidemi, hipertensi, obesitas
dan DM.
E. Pemeriksaan Penunjang
Setiap penderita dengan gejala yang mengarah pada angina harus dilakukan EKG
12 lead. Namun hasil EKG akan normal pada 50 % dari penderita dengan angina
pectoris. Depresi atau elevasi segmen ST menguatkan kemungkinan adanya angina
dan menunjukkan suatu ischemia pada beban kerja yang rendah.
Foto thoraks pada penderita angina pectoris biasanya normal. Foto thoraks lebih
sering menunjukkan kelainan pada penderita dengan riwayat infark miokard atau
penderita dengan nyeri dada yang bukan berasal dari jantung. Manfaat pemeriksaan
foto thorak secara rutin pada penderita angina masih dipertanyakan.
Uji latih beban dengan monitor EKG merupakan prosedur yang sudah baku. Dari
segi biaya, tes ini merupakan termurah bila dibandingkan dengan tes echo. Untuk
mendapatkan informasi yang optimal, protocol harus disesuaikan untuk masing-
masing penderita agar dapat mencapai setidaknya 6 menit. Selama EKG, frekwensi,
tekanan darah harus dimonitor dengan baik dan direkam pada tiap tingkatan dan juga
pada saat abnormallitas segmen ST. metode yang dipakai pada uji beban yaitu
dengan menggunakan treadmill dan sepeda statis. Interpretasi EKG uji latih beban
6
yang paling penting adalah adanya depresi dan elevasi segmen ST lebih dari 1 mm.
Biasanya uji latih beban dihentikan bila mencapai 85% dari denyut jantung maksimal
berdasarkan umur, namun perlu diperhatikan adanya variabilitas yang besar dari
denyut jantung maksimal pada tiap individu. Indikasi absolute untuk menghentikan
uji beban adalah penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg dari tekanan
darah awal meskipun beban latihan naik jika diikuti tanda ischemia yang lain : angina
sedang sampai berat, ataxia yang meningkat, kesadaran menurun, tanda-tanda
penurunan perfusi seperti sianosis.
Pada penderita yang tidak bisa di diagnosa dengan uji latih beban berdasarkan
EKG, maka dilakukan uji latih beban dengan pencitraan. Isotop yang biasa digunakan
adalah thalium-210.
Tes uji latih ekokardiografi dianalisa berdasarkan penilaian penebalan miokard
pada saat uji latih dibandingkan dengan saat istirahat. Gambaran ekokardiografi yang
mendukung adanya ischemia miokard adalah : penurunan gerakan dinding pada 1
atau lebih segmen ventrikel kiri, berkurangnya ketebalan dinding saat sistol atau lebih
segmen pada saat uji latih beban, hiperkinesia kompensasi pada segmen dinding yang
berkaitan atau yang tidak ischemia.
Tindakan untuk angiografi koroner diagnostic secara langsung pada penderita
dengan nyeri dada yang diduga karena ischemia miokard, dapat dilakukan jika ada
kontra indikasi untuk test non invasive.
Pemeriksaan laboratorium antara lain Troponin I dan T, pemeriksaan CK-MB,
kadar kolesterol, HDL, LDL dan Trigliserin serta pemeriksaan Gula Darah.
F. Penatalksanaan
Pada dasarnya bertujuan untuk memperpanjang hidup dan memperbaiki kualitas
hidup dengan mencegah serangan angina baik secara medikal atau pembedahan.
1. Pengobatan medikal
Bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan serangan angina. Ada 3 jenis
obat yaitu :
a. Golongan nitrat
Nitrogliserin merupakan obat pilihan utama pada serangan angina akut.
Mekanisme kerjanya sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah
koroner. Efeknya langsung terhadap relaksasi otot polos vaskuler.
Nitrogliserin juga dapat meningkatkan toleransi exercise padapenderita
7
angina sebelum terjadi hipoktesia miokard. Bila di berikan sebelum exercise
dapat mencegah serangan angina.
b. Ca- Antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekwensi
serangan pada beberapa bentuk angina.
Cara kerjanya :
1) Memperbaiki spasme koroner dengan menghambat tonus vasometer
pembuluh darah arteri koroner (terutama pada angina Prinzmetal).
2) Dilatasi arteri koroner sehingga meningkatkan suplai darah ke miokard
3) Dilatasi arteri perifer sehingga mengurangi resistensi perifer dan
menurunkan afterload.
4) Efek langsung terhadap jantung yaitu dengan mengurangi denyut, jantung
dan kontraktilitis sehingga mengurangi kebutuhan O .2
c. Beta Bloker
Cara kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap miokard yang
menyebabkan kronotropik dan inotropik positif, sehingga denyut jantung dan
curah jantung dikurangi. Karena efeknya yang kadiorotektif, obat ini sering
digunakan sebagai pilihan pertama untuk mencegah serangan angina pektoris
pada sebagian besar penderita.
2. Pembedahan
Prinsipnya bertujuan untuk :
a. Memberi darah yang lebih banyak kepada otot jantung
b. Memperbaiki obstruksi arteri koroner.
Ada 4 dasar jenis pembedahan :
a. Ventricular aneurysmectomy : Rekonstruksi terhadap kerusakan ventrikel kiri
b. Coronary arteriotomy : Memperbaiki langsung terhadap obstruksi arteri
koroner
c. Internal thoracic mammary : Revaskularisasi terhadap miokard.
d. Coronary artery baypass grafting (CABG) : Hasilnya cukup memuaskan dan
aman yaitu 80%-90% dapat menyembuhkan angina dan mortabilitas hanya 1
% pada kasus tanpa kompilasi.
Metode terbaru lain di samping pembedahan adalah :
8
a. Percutanecus transluminal coronary angioplasty (PCTA)
b. Percutaneous ratational coronary angioplasty (PCRA)
c. Laser angioplasty
3. Perawatan
Pada kasus Angina Pektoris Tidak Stabil Ada berbagai cara lain yang
diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung antara lain : pasien
harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya
tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas
dianjurkan menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi
stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi
pembuluh darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontra sepsi dan
kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.
G. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan, Terbangun bila
nyeri dada
Tanda : Dispnea saat kerja
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan
Tanda : Takikardia, disritmia, kulit/ membran mukosa lembab, dingin, adanya
vasokonstriksi
c. Makanan/ cairan
Gejala : Mual, nyeri ulu hati/ epigastrium saat makan, diet tinggi
kolesterol/lemak, kafein, minuman keras
Tanda : Distensi gaster
d. Integritas ego
Gejala : Stresor kerja, keluarga
Tanda : Ketakutan, mudah marah
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu
dan ekstremitas atas kiri. Kualitas ringan sampai sedang, tekanan berat,
tertekan, terjepit, terbakar.
9
Durasi : biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit
(rata-rata 3 menit)
Tanda : Wajah berkerut, gelisah. Respons otomatis, contoh takikardi,
perubahan tekanan darah.
f. Pernapasan
Gejala : Dispnea saat kerja, riwayat merokok
Tanda : Meningkat pada frekuensi / irama dan gangguan kedalaman.
g. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi, stroke, penggunaan/
kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi atau obat yang dijual bebas
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dgn perubahan inotropik (iskemia
miokard transien/memanjang)
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan serangan iskemia otot jantung,
berkurangnya curah jantung.
d. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman terhadap
status kesehatan.
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien
berkurang/teratasi
Kriteria hasil : Pasien menyatakan/menunjukan nyeri hilang, pasien
melaporkan episode angina menurun dalam frekuensi durasi dan beratnya.
Intervensi :
1) Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi
nyeri dada.
R/ Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang sistem saraf
simpatis untuk mengeluarkan sejumlah besar norepineprin, yang
meningkatkan agregasi trombosit dan mengeluarkan trombokxane
1
A2.Nyeri tidak bisa ditahan menyebabkan respon vasovagal, menurunkan
TD dan frekuensi jantung.
2) Identifikasi terjadinya faktor pencetus, bila ada: frekuensi, durasi,
intensitas danlokasi nyeri.
R/ Membantu membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi
kemungkinan kemajuan menjadi angina tidak stabil (angina stabil
biasanya berakhir 3 sampai 5 menit sementara angina tidak stabil lebih
lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit.
3) Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan atau lengan
(khusunya pada sisi kiri).
R/ Nyeri jantung dapat menyebar contoh nyeri sering lebih ke permukaan
dipersarafi oleh tingkat saraf spinal yang sama.
4) Letakkan pasien pada istirahat totalselama episode angina.
R/ Menurunkan kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan resiko
cidera jaringan atau nekrosis.
5) Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien napas pendek
R/ Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan napas
pendek berulang.
6) Pantau kecepatan atau irama jantung
R/ Pasien angina tidak stabil mengalami peningkatan disritmia yang
mengancam hidup secara akut, yang terjadi pada respon terhadap iskemia
dan atau stress.
7) Pantau tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina
R/ TD dapat meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan
simpatis, kemudian turun bila curah jantung dipengaruhi.
8) Pertahankan tenang, lingkungan nyaman, batasi pengunjung bila perlu
R/ Stres mental atau emosi meningkatkan kerja miokard
9) Berikan makanan lembut. Biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah
makan
R/ Menurunkan kerja miokard sehubungan dengan kerja pencernaan,
manurunkan risiko serangan angina
1
10) Kolaborasi: Berikan antiangina sesuai indikasi: nitrogliserin: sublingual
R/ Nitrigliserin mempunyai standar untuk pengobatan dan mencegah nyeri
angina selama lebih dari 100 tahun
b. Penurunan curah jantung berhubungan dgn perubahan inotropik (iskemia
miokard transien/memanjang)
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi
peningkatan curah jantung.
Kriteria hasil: Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan
disritmia menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi
pada perilaku atau aktivitas yang menurunkan kerja jantung.
Intervensi :
1) Pantau tanda vital, contoh frekuensi jantung, tekanan darah.
R/ Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan
menurunnya curah jantung. Perubahan juga terjadi pada TD (hipertensi
atau hipotensi)
karena respon jantung
2) Evaluasi status mental, catat terjadinya bingung, disorientasi.
R/ Menurunkan perfusi otak dapat menghasilkan perubahan sensorium.
3) Catat warna kulit dan adanya kualitas nadi
R/ Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun, membuat kulit
pucat dan warna abu-abu (tergantung tingkat hipoksia) dan menurunya
kekuatan nadi perifer
4) Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama episode akut
R/ Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan menurunkan kerja
miokard dan risiko dekompensasi
5) Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam atau melakukan aktivitas
perawatan diri, sesuai indikasi
R/ Penghematan energy, menurunkan kerja jantung.
6) Pantau dan catat efek atau kerugian respon obat, catat TD, frekuaensi
jantung dan irama (khususnya bila memberikan kombinasi antagonis
kalsium, betabloker, dan nitras)
R/ Efek yang diinginkan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard
dengan menurunkan stress ventricular. Obat dengan kandungan inotropik
1
negative dapat menurunkan perfusi terhadap iskemik miokardium.
Kombinasi nitras dan penyekat beta dapat memberi efek terkumpul pada
curah jantung.
7) Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala GJK
R/ Angina hanya gejala patologis yang disebabkan oleh iskemia
miokard.penyakit yang emepengaruhi fungsi jantung emnjadi
dekompensasi.
8) Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi : penyekat saluran kalsium,
contoh ditiazem (cardizem); nifedipin (procardia); verapamil(calan).
R/ Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya, penyekat saluran kalsium
berperan penting dalam mencegah dan menghilangkan iskemia pencetus
spasme arteri koroner dan menurunkan tahanan vaskuler, sehingga
menurunkan TD dan kerja jantung.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan serangan iskemia otot jantung,
berkurangnya curah jantung.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur, pasien menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi
fisiologis.
Intervensi :
1) Kaji respons klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari
20 kali per menit di atas frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata
selama/sesudah aktivitas; dispnea atau nyeri dada; keletihan dan
kelemahan yang berlebihan; diaphoresis; pusing atau pingsan.
R/ Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi
terhadap stress aktivitas dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan
kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2) Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi.
R/ Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energy, juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
1
R/ Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-
tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas.
d. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman terhadap
status kesehatan.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien
turun sampai tingkat yang dapat diatasi.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat
sesuai, pasien menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan
masalah, pasien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat
diatasi.
Intervensi :
1) Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh tes stress.
R/ Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnose dan prognosis.
2) Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut,contoh menolak, depresi, dan
marah.
R/ Perasaan tidak ekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan
efek gambaran diri.
3) Dorong keluarga dan teman untuk menganggap pasien seperti
sebelumnya.
R/ Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak
berubah.
4) Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi
R/ Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik
mampu untuk membuat strategi koping adekuat.
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan
pasien bertambah.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan
pengobatan, berpartisipasi dalam program pengobatan serta melakukan
perubahan pola hidup.
Intervensi :
1
1) Kaji ulang patofisiologi kondisi. Tekankan perlunya mencegah serangan
angina.
R/ Pasien dengan angina membutuhkan belajar mengapa hal itu terjadi
dan apakah dapat dikontrol. Ini adalah focus manajemen terapeutik supaya
menurunkan infark miokard.
2) Dorong untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus episode
angina, contoh: stress emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak/berat,
terpajan pada suhu lingkungan yang ekstrem
R/ Dapat menurunkan insiden /beratnya episode iskemik.
3) Kaji pentingnya control berat badan, menghentikan merokok, perubahan
diet dan olahraga.
R/ Pengetahuan faktor resiko penting memberikan pasien kesempatan
untuk membuat perubahan kebutuhan.
4) Tunjukan/dorong pasien untuk memantau nadi sendiri selama aktivitas,
jadwal/aktivitas sederhana, hindari regangan.
R/ Membiarkan pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat
dimodifikasi untuk menghindari stress jantung dan tetap dibawah ambang
angina.
5) Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina, contoh
menghentikan aktivitas, pemberian obat bila perlu, penggunaan teknik
relaksasi.
R/ Menyiapkan pasien pada kejadian untuk menghilangkan takut yang
mungkin tidak tahu apa yang harus dilakukan bila terjadi serangan.
6) Kaji ulang obat yang diresepkan untuk mengontrol/mencegah serangan
angina.
R/ Angina adalah kondisi rumit yang sering memerlukan penggunaan
banyak obat untuk menurunkan kerja jantung, memperbaiki sirkulasi
koroner, dan mengontrol terjadinya serangan.
7) Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter kapan menggunakan obat-
obat yang dijual bebas.
R/ Obat yang dijual bebas mempunyai potensi penyimpangan.
1
H. Pathway
Penimbunan Lipid & Jar Fibrosa
Atherosklerosis
Penyempitan Lumen Pemb. darah
Iskemik Miokard
Kontraksi jtg ↓
Suplai O2 ke miokard trgangguBeban kerja jtg ↑
Suplai O2 ke jaringan ↓
Hipoksia otot jtgVol. Residu ventrikel ↑
Metabolisme ↓
Metabolisme anaerobTek Hydrostatik kapiler paru ↑
Energi yg dihasilkan sedikit
Penimbunan as. laktatPerembesan cairan ke paru ↑
ATP ↓
Pelepasan mediator kimia
Odema paru
Kelemahan
Merangsang nosiseptorFungsi pernapasan ↓
- Hambatan mobilitas fisik- Intoleransi aktivitas
Proses Transmisi, transduksi, modulasi
Dyspnea
Persepsi nyeri hypothalamus
Pola napas tidak efektif/ Gggn Pertukaran Gas
Ancaman Perubahan KesehatanNyeri dada
Merangsang SSO
Krisis Situasi Aktivitas Norepineprin
Ansietas/CemasAktivitas kerja organ tubuh S.Simpatis terangsang
REM Menurun Aktivitas RAS
Klien terjaga
Gggn pemenuhan istirahat/tidur
1
Pada Tn.Asuhan Keperawatan
B Dengan Gangguan Sistem KardiovaskulerDi ruangan ICU BLUD RSU Konawe
A. Pengkajian
Tanggal masuk :
Jam masuk :
15 September 2015
Pkl. 08.00 Wita
Ruang : ICU
No. Register :
Diagnosa Medis : Angina Pectoris Unstable
Tanggal Pengkajian : 15 September 2015
1. Identitas
a. Identitas Klien
N a m a :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan : Pekerjaan
: Agama :
Suku :
Alamat :
Tn. B
55 tahun
Laki-laki
SMP
Tukang Batu
Islam
Tolaki
Kel. Lawulo Kec. Anggaberi, Kab. Konawe
b. Identitas Penanggung
N a m a : Ny. N
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan : Pekerjaan
:
Agama :
48 tahun
Perempuan SD
URT
Islam
Alamat : Kel. Lawulo Kec. Anggaberi, Kab. Konawe
Hubungan Dengan Klien : Isteri
1
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama saat pengkajian :
Nyeri Dada
b. Riwayat keluhan utama :
- Klien mengatakan nyeri dirasakan tiba-tiba, dirasakan memberat bila
aktivitas, durasi lebih dari 20 menit, dirasakan dari dada kiri menyebar ke
tangan sebelah kiri, skala nyeri 7, dirasakan beberapa menit sebelum
masuk rumah sakit
- Klien merasakan sesak setelah aktivitas, mengeluh susah berjalan, merasa
lemah/lelah terutama setelah aktivitas
- Klien sangat kesulitan berpindah tempat (dari tempat tidur ke kursi).
c. Riwayat kesehatan masa lalu :
Klien mengatakan sudah 2 kali di rawat di BLUD RSU Konawe dengan
penyakit yang sama dan 2 kali di RS Parigi dengan riwayat HT sejak tahun 2012
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan, tidak ada anggota keluarganya yang mempunyai penyakit
yang sama dengan yang dialaminya.
e. Riwayat alergi (obat dan makanan) :
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi pada makanan dan obat-obatan.
3. Genogram
A B
† † † †
† † † † † † †
C D
E
†
1
Keterangan :
A : Kakek-Nenek klien dari Pihak Ayah
B : Kakek-Nenek Klien dari Pihak Ibu
C : Ayah klien bersaudara
D : Ibu klien Bersaudara
E : Klien bersaudara
: Klien
: Laki-laki
: Perempuan
† : Meninggal
Klien menikah dengan NY. dan memiliki 4 orang anak semuanya tinggal serumah.
4. Pengkajian Pola Fungsional Kesehatan :
No. Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit1. Persepsi kesehatan Klien kurang peduli
dengan kesehatannya, klien perokok sejak muda menghabiskan+ 1-2 bgks/hari
Klien sudah berhenti merokok, rajin kontrol kePuskesmas
2. Pola Metabolik Nutrisi :- Pola Makan : Nafsu
makan Frekuensi makan Porsi makan Pantangan makanan
- Pola Minum : Jumlah cairan/hari
Baik3-4 x sehari
2-3 porsi habisTidak ada
+ 10 gelas/hari
Diit Jantung IIITidak ada perubahan napsu makan, 2-3 x sehari di selingi snack. Klien jarang makan diit yang disajikan dari rumah sakit. Minum + 1,5 ltr/hari
3.Pola Istirahat/Tidur : SiangMalamGangguan tidur
JarangPkl.19.00-06.00
Tidak ada
Selalu ingin tidur Tidak menentu Klien mudah
terbangun4. Pola Kebersihan diri :
Mandi Sikat gigi Cuci rambutKebersihan kuku
2 x sehari Rajin/tiap mandi
JarangKurang
Sejak dirawat, klien hanya dilap di tempat
tidur oleh istrinya
1
5. Pola Eliminasi :- BAB : Frekuensi Warna Konsistensi
- BAK : Frekuensi Warna Jumlah urine
2-3 x sehari kecoklatan
Lembek
5-6 x sehariKuning
1 kali sehari Kecoklatan
Lembek
2-3 x sehariKuning
6. Pola Aktivitas Sehari-hari klienbekerja sebagai tukang batu, tidak pernah berolahraga
Klien dianjurkanbedrest tapi klein kadang-kadang masih memaksakan aktivitas yang dapat menimbulkan nyerinya
7. Pola Persepsi Diri(Konsep diri)
Klien mengatakanbahwa penyakitnya adalah penyakit orang kaya
8. Pola Hubungan Peran Klien dapatmenjalankan peran sebagai suami dan ayah yang baik
Tidak mampumemenuhi peran secara maksimal
9. Pola Koping-ToleransiStress
Klien tidak sukamarah terhadap anggota keluarganya
Klien adalah pribadiyang familiar dan suka tersenyum
10. Pola Nilai KepercayaanSpiritual
Klien rajin shalat 5 waktu
Klien hanya melakukan dzikir
5. Pemeriksaan Fisik
BB Sebelum Sakit : 73 kg BB Saat ini : 75 kg TB : 161 cm
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital : TD : 124/59 mmHg,N : 72 x/mnt,S : 36 ⁰C, P : 24 x/mnt
a. Kepala dan Rambut
Inspeksi : bentuk normochepalic, simetris bulat lonjong, ekspresi
wajah meringis
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan
b. Telinga
Inspeksi : tidak ada benda asing, kebersihan kurang
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan
2
c. Mata
Inspeksi : Konjungtiva tidak anemis, pupil isokor kanan/kiri,
tidak ada icterus, ada refleks cahaya
d. Hidung
Inspeksi : Tidak ada obstruksi, bila sesak pernapasan cuping hidung
Palpasi : Tidak ada kelainan/krepitasi pada tulang hidung
e. Mulut
Inspeksi : Tidak ada stomatitis, gigi tidak lengkap lagi, tidak ada
kelainan pada lidah
f. Leher
Inspeksi : Simetris, tidak ada kaku kuduk
Palpasi : Peningkatan JVP R +1 H2O, tidak teraba adanya benjolan
tidak teraba adanya benjolan kelenjar tyroid
g. Dada
1) Jantung
Inspeksi : Bentuk dada normal tidak ada penonjolan, tidak
tampak gerakan iktus kordis.
Auskultasi : Dysritmia, ireguler, penutupan katub mitral dan
trikuspidalis = LUB, penutupan katub Aorta dan
Pulmonal = DUB, bunyi s1 dan s2 tunggal.
Palpasi : Denyut batas jantung ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal
kiri, batas kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 axilla
anterior kiri. Tidak ada peningkatan kekuatan
denyutan (meningkat bila curah jantung besar,
hipertrofi jantung)
Perkusi : Dullness.
2) Paru-paru
Inspeksi : Gerakan dada simetris, irama ireguler, tidak ada
retraksi suprasternal
Palpasi : Vokal fremitus kuat dan simetris
Perkusi : bunyi resonan
Auskultasi : Dyspnea, Bronchovesikuler, Whezing terdengar pada
kedua paru, tidak ada ronchi.
2
h. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada jejas, tidak tampak adanya distensi atau
penggunaan pernapasan otot perut
Palpasi : Tidak teraba adanya massa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi tymphani, tidak ada kembung
Auskultasi : Terdengar bising usus, 16 x/menit
i. Genitalia
Inspeksi : Tidak ada hernia, tidak ada hemoroid, kebersihan kurang
j. Ekstremitas Atas
Inspeksi : Terpasang infus pada tangan kiri
Palpasi : teraba hangat, kadang berkeringat dingin, nadi radialis
ireguler, dysritmia
Perkusi : ada gerakan refleks
k. Ekstremitas Bawah
Inspeksi : tampak bengkak pada kedua ujung kaki (metatarsal),
susah berdiri dan berjalan
Palpasi : teraba hangat, oedema pada kedua ujung kaki.
Perkusi : ada refleks patella
l. Kulit
Inspeksi : warna agak kehitaman, mudah berkeringat
Palpasi : teraba hangat, turgor baik.
6. Data Penunjang
Tanggal pemeriksaan : 12 Desember 2012
a. Laboratorium :
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan/Normal- GDS- Uric acid- Creatinin- Urea
925,41,969
70-115 mg/dl3,6 – 8,2 mg/dl0,9 – 1,3 mg/dl
10-50 mg/dl
b. Hasil Rontgen/CT-scan :
Tanggal pemeriksaan : Tidak ada pemeriksaan
2
c. EKG :
Tgl. 11 dan 12 November 2012
- ST elevasi samar
- T depresi
- Dysritmia
7. Penatalaksaan Terapi Medis :
Tgl. 11 November 2012
- O2 Nasal 4 lpm
- IVFD RL life line
- Flexotide
- VentolinNebulizer
- ISDN 5 mg 3 x 1/SL
- Antrain 1 amp/8 jam/IV
- Ranitidine 1 amp/12 jam/IV
Tgl. 12 November 2012
- Diet Jantung III
- Paracetamol 500 mg 2 x 1
- ISDN 5 mg 3 x 1/SL
- Tromboaspilet 1 x 1
- Ranitidine 1 amp/12 jam/IV
- O2 3-5 liter sesuai kebutuhan
- Antrain (stop)
2
B. Klasifikasi Data
1. Data Subyektif :
- Klien mengatakan nyeri dirasakan tiba-tiba
- Dirasakan memberat bila aktivitas
- Durasi lebih dari 20 menit
- Nyeri dirasakan dari dada kiri menyebar ke tangan sebelah kiri
- Klien mengatakan skala nyeri 7
- Klien merasakan sesak setelah aktivitas
- Mengeluh susah berjalan
- Merasa lemah/lelah terutama setelah aktivitas
- Klien sangat kesulitan berpindah tempat (dari tempat tidur ke kursi).
- Riwayat HT sejak tahun 2011
- Klien seorang perokok sejak masih muda
2. Data Obyektif
- Diit jantung III
- Tidak mematuhi diit yang diberikan dari RS
- Mudah terbangun
- Kebersihan diri kurang
- TD : 124/59 mmHg
- N : 72 x/menit
- S : 36⁰C
- P : 24 x/menit
- Ekspresi wajah meringis
- Pernapasan cuping hidung (bila sesak)
- JVP R +1 H2O
- Denyut jantung ireguler, dysritmia
- Dyspnea
- Infus terpasang pada tangan kiri dengan cairan RL life line
- O2 Nasal terpasang 4 lpm
- Irama nadi radialis ireguler
- Odema pada kedua ujung kaki (metatarsal)
- EKG : ST elevasi samar, T depresi, Dysritmia
C. Analisa Data
DATA PENYEBAB MASALAH
DS
DO
:
:
::
- Klien mengatakan nyeri dirasakantiba-tiba
- Dirasakan memberat bila aktivitas- Durasi lebih dari 20 menit- Nyeri dirasakan dari dada kiri
menyebar ke tangan sebelah kiri- Klien mengatakan skala nyerinya 7
- Diit jantung III- Tidak mematuhi diit yang diberikan
dari RS- Mudah terbangun- Kebersihan diri kurang- TD : 124/59 mmHg- N : 72 x/menit- S : 36⁰C- P : 24 x/menit- Ekspresi wajah meringis- Pernapasan cuping hidung (bila
sesak)- JVP R +1 H2O- Denyut jantung ireguler, dysritmia- Dyspnea- EKG : ST elevasi samar, T
depresi, Dysritmia
Iskemik Miokard
Suplai O2 miokard ↓
Hypoksia otot jtg
Metabolisme anaerob
As. laktat ↑
Pelepasan Mediator kimia
Merangsang nosiseptor
Proses transmisi, transduksi, modulasi
Persepsi Nyeri diHypothalamus
Nyeri dada
DSDO
- Klien merasakan sesak setelahaktivitas
- Mengeluh susah berjalan- Merasa lemah/lelah terutama
setelah aktivitas- Klien sangat kesulitan berpindah
tempat (dari tempat tidur ke kursi).
- Pernapasan cuping hidung (bila sesak)
- Denyut jantung ireguler, dysritmia- Dyspnea- Infus terpasang pada tangan kiri
dengan cairan RL life line- O2 Nasal terpasang 4 lpm- Irama nadi radialis ireguler- Odema pada kedua ujung kaki- Mudah terbangun- Kebersihan diri kurang- TD : 124/59 mmHg- N : 72 x/menit- S : 36⁰C- P : 24 x/menit
Iskemik Miokard
Suplai O2 ke jaringan ↓
Metabolisme ↓ Produksi
energi ↓ ATP ↓
Kelemahan
Intoleransi
aktivitas
24
D. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah
1. Nyeri dada b.d iskemik miokard
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan
25
E. Asuhan KeperawatanAsuhan keperawatan pada tn. C dengan gangguan sistem kardiovaskuler
Di ruangan ICU RSD Madani Palu
No.DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
IMPLEMENTASI EVALUASITUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
1 2 3 4 5 6
1. Nyeri dada berhubungandengan iskemik miokard, yang ditandai dengan : DS :- Klien mengatakan nyeri
dirasakan tiba-tiba- Dirasakan memberat
bila aktivitas- Durasi lebih dari 20
menit- Nyeri dirasakan dari
dada kiri menyebar ketangan sebelah kiri
- Klien mengatakan skala nyerinya 7
DO :- Diit jantung III- Tidak mematuhi diit
yang diberikan dari RS- Mudah terbangun- Kebersihan diri kurang- TD : 124/59 mmHg- N : 72 x/menit- S : 36⁰C- P : 24 x/menit- Ekspresi wajah meringis- Pernapasan cuping
TUJUAN :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, nyeri berkurang.
KRITERIA HASIL :1. Klien akan mengatakan
nyerinya berkurang2. Klien dapat
mendemontrasikan tehnik relaksasi nyeri
3. TTV dalam batas normal4. Skala Nyeri 55. Nyeri tidak ada bila
beraktivitas
1. Kaji skala nyeri yang dirasakan oleh klien dengan PQRSTR/ untuk mengetahui karakteristik nyeri yang dirasakan klien untuk menentukan tindakan.
2. Observasi tanda-tanda vitalR/ TD dapat meningkat sehubungan dengan rangsangan simpatis. Dyspnea dapat terjadi karena kebutuhan oksigen yang meningkat akibat penurunan CO
Pkl. 10.001. Mengkaji skala nyeri klien
dengan PQRST :P : Klien mengatakan nyeri dirasakan tiba-tibaQ : dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan memberat bila aktivitas, durasi lebih dari 20 menit R : Nyeri dirasakan daridada kiri menyebar ke seluruh tangan sebelah kiriS : Klien mengatakan skala nyerinya 7T : klien mengatakan nyeri dirasakan beberapa menitsebelum masuk RS
2. Mengobservasi TTV setiap1 jamTD : 124/59 mmHgN : 75 x/menitS : 36⁰CP : 24 x/menit
Pkl. 13.45S : - Klien mengatakan nyeri
dirasakan berkurang- Klein mengatakan skala
nyeri yang dirasakan saat ini pada skala 5
- Klien mengatakan mengerti dan dapat melaksanakan tehnik relaksasi secara mandiri
- Klien mengatakan nyeri masih memberat bila beraktivitas
O : - TD : 136/75 mmHg- N : 84 x/menit- S : 36⁰C- P : 20 x/menit- Klien melakukan tehnik
relaksasi dengan benar- Klien kurang patuh pada
asuhan, masih sering beraktivitas yang mengakibatkan nyerinya memberat
A : Tujuan belum tercapai
26
hidung (bila sesak)- JVP R +1 H2O- Denyut jantung ireguler,
dysritmia- Dyspnea- EKG : ST elevasi samar,
T depresi, Dysritmia
3. Anjurkan klien agarmelakukan tehnik napas dalam bila klien merasakan nyeriR/ mengurangi beban kerja jantung untuk pemenuhan kebutuhan oksigen
4. Pertahankan posisi kepala lebih tinggi 15⁰ dari kaki R/ memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan dyspnea yang berulang
5. Lanjutkan terapi sesuai instruksi tim medis :- Antrain 1 amp/8 jam/IV
R/ analgesik untuk menghambat transmisirasa sakit ke SSP danperifer
- Ranitidine 1 amp/12 jam/IVR/ senyawa yg mengantagonis reseptor Histamin H2 yang menghambat sekresi asam lambung
- ISDN 5 mg 3 x 1 tab/SL R/ endotelin akan melepas prostagsiklin yang dpt bersifat vasodilator shgg terjadi penurunan kebutuhan O2 dan peningkatan suplai O2 yang dpt mengurangi symptom
3. Menganjurkan klien untukmelakukan tehnik relaksasi napas dalam bilamerasakan nyeri :Klien paham dan mampu melaksanakan secara mandiri
4. Mempertahankan posisi kepala lebih tinggi 15⁰ dari kaki
5. Melanjutkan terapi sesuai instruksi dan memberikan tanda pada lembar observasi setelah melakukan tindakan :- Memberikan injeksi
antrain 1 amp/IV- Memberikan injeksi
Ranitidin 1 amp/IV- Memberikan ISDN 1
tab/SL
P : Lanjutkan intervensinomor 1,2,4,5 dan 6
27
angina.6. Lakukan perekaman EKG
12 leadR/ mengetahui adanya perubahan gambaran EKG, iskemia selama serangan dapat menyebabkan depresi ST atau elevasi dan inversigelombang T
7. Lakukan kolaborasi dalam pemeriksaan laboratoriumR/ untuk mengetahui adanya penyimpangan yang berhubungan dengan kondisi klien- GDS- As. Urat- Kreatinin- Urea
6. Melakukan perekamanEKG 12 lead :- Gel. ST elevasi samar- Gel. T depresi- Dysritmia
7. Melakukan kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium :- GDS : 92 mg/dl- Uric acid : 5,4 mg/dl- Creatini : 1,9 mg/dl- Urea : 69 mg/dl
28
1 2 3 4 5 62. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan, yang ditandai dengan :DS :- Klien merasakan nyeri
dada dan sesak setelah aktivitas
- Mengeluh susah berjalan- Merasa lemah/lelah
terutama setelah aktivitas
- Klien sangat kesulitan berpindah tempat (dari tempat tidur ke kursi).
DO :- Pernapasan cuping
hidung (bila sesak)- Denyut jantung ireguler,
dysritmia- Dyspnea- Infus terpasang pada
tangan kiri dengan cairan RL life line
- O2 Nasal terpasang 4 lpm
- Irama nadi radialis ireguler
- Odema pada kedua ujung kaki
- Mudah terbangun- Kebersihan diri kurang- TD : 124/59 mmHg- N : 72 x/menit
TUJUAN :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, nyeri berkurang.
KRITERIA HASIL :1. Klien tidak mengeluh
nyeri atau sesak bilaberaktivitas
2. Tidak ada serangan angina selama rentang waktu pemberian obat
3. TTV dalam batas normal Tidak ada perubahan TD yang signifikan
1. Kaji frekuensi jantung, irama dan perubahan setelah aktivitasR/ menentukan respon klien terhadap aktivitas
2. Observasi tanda-tanda vitalR/ TD dapat meningkat sehubungan dengan rangsangan simpatis. Dyspnea dapat terjadi karena kebutuhan oksigen yang meningkat akibat penurunan CO
3. Hindari aktivitas asuhan saat klien membutuhkan istirahat.R/ memberikan waktu bagi klien menyimpan energi untuk aktivitasnya dan menurunkan kerja miokard dan konsumsi oksigen
4. Observasi efektivitas terapi/efek pengobatan pada klienR/ memberikan informasitentang kemajuan pengobatan dapat menunjukkan perubahan kebutuhan program pengobatan
Pkl. 11.001. Mengkaji frekuensi
jantung, irama dan perubahan setelah aktivitas Frekuensi dan irama jantung setelah klien beraktivitas, terdengar ireguler
2. Mengobservasi TTV setiap1 jamTD : 124/59 mmHgN : 75 x/menitS : 36⁰CP : 24 x/menitMasih ada perubahan TDyang signifikan
3. Menghindari aktivitas asuhan saat klien membutuhkan istirahat.
4. Mengobservasi efektifitas terapi/efek pengobatan pada klien :Klien mengatakan bahwa aktivitasnya lebih mudah setelah mengkonsumsiobat-obatan yang diberikan
Pkl. 13.45S : - Klien mengatakan masih
merasa nyeri dan sesak bila beraktivitas
- Klein mengatakan aktivitasnya lebih mudah setelah pemberian terapi
O : - TD : 136/75 mmHg- N : 84 x/menit- S : 36⁰C- P : 20 x/menit- Frekuensi dan irama
jantung berubah lebih cepat dan tidak teratur setelah aktivitas
- O2 nasal terpasang 3 lpm- Masih ada perubahan TD
yang signifikan
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi nomor 1,2,3,5 dan 6
29
- S : 36⁰CP : 24 x/menit
5. Observasi pemberianoksigen sesuai indikasiR/ meningkatkan sediaan oksigen kebutuhan miokard/mencegah iskemia
6. Lanjutkan terapi sesuai instruksi tim medis :- Tromboaspilet 1 x 1
tab/oralR/ mencegah/mengobati penumpukan thrombosis (agregat platelet)
5. Mengobservasi efektifitaspemberian oksigen melalui nasal kanul sesuai indikasi. O2 nasal terpasang baik3 lpm
6. Melanjutkan terapi sesuai instruksi dan memberikan tanda pada lembar observasi setelah melakukan tindakan :- Memberikan
Tromboaspilet 1 tab/oral
30
3
CATATAN PERKEMBANGAN HARI I
Hari/Tanggal : 12 Desember 2012
No. DxKeperawatan IMPLEMENTASI EVALUASI
Diagnosa
No. 1
Pkl. 09.001. Mengkaji skala nyeri klien
Klien mengatakan, skala nyeri yang dirasakan adalah skala 5
2. Mengobservasi TTV setiap 1 jamTD : 120/80 mmHg
N : 70 x/menit
S : 36⁰C
P : 20 x/menit
3. Mempertahankan posisi kepala lebih tinggi 15⁰ dari kaki
4. Melanjutkan terapi sesuai instruksi dan memberikan tanda pada lembar observasi setelah melakukan tindakan- Memberikan injeksi Ranitidin 1 amp/IV
- Memberikan ISDN 1 tab/SL- Klien boleh pindah ruangan
5. Melakukan perekaman EKG 12 lead :- Gel. ST elevasi samar
- Gel. T depresi- Dysritmia
Pkl. 12.00S : - Klien mengatakan skala nyerinya 5
- Klien mengatakan tidak merasakan nyeri dan sesak setelah aktivitas
O : - TD : 120/80 mmHg
- N : 70 x/menit
- S : 36⁰C
- P : 20 x/menit
- Posisi kepala 15⁰ lebih tinggi dari kaki
A : Tujuan tercapai
P : Pkl. 12.30 Wita, klien di pindah rawat ke ruang perawatan
Jambu.
3
CATATAN PERKEMBANGAN HARI I
Hari/Tanggal : 12 Desember 2012
No. DxKeperawatan IMPLEMENTASI EVALUASI
Diagnosa
No. 2
Pkl. 09.451. Mengkaji frekuensi jantung, irama dan perubahan
setelah aktivitasFrekuensi dan irama jantung setelah klien beraktivitas, terdengar ireguler
2. Mengobservasi TTV setiap 1 jamTD : 120/80 mmHgN : 70 x/menitS : 36⁰CP : 20 x/menitMasih ada perubahan TD yang signifikan
3. Menghindari aktivitas asuhan saat klien membutuhkan istirahat.
4. Mengobservasi efektifitas pemberian oksigen melalui nasal kanul sesuai indikasi.O2 nasal terpasang hanya bila dibutuhkan oleh klien
5. Melanjutkan terapi sesuai instruksi dan memberikan tanda pada lembar observasi setelah melakukan tindakan- Memberikan Tromboaspilet 1 tab/oral
Pkl. 12.00S : - Klien mengatakan tidak lagi merasakan nyeri dan sesak
setelah aktivitas
O : - TD : 120/80 mmHg- N : 70 x/menit
- S : 36⁰C
- P : 20 x/menit- O2 nasal sudah di lepaskan dan dipakai hanya saat
dibutuhkan oleh klien
A : Tujuan tercapai
P : Pkl. 12.30 Wita, klien di pindah rawat ke ruang perawatan
Jambu.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E.,dkk., Rencana asuhan keperawatan Edisi 3, 2000, EGC, Jakarta
Herdman T.H, dkk,. Nanda Internasional Edisi Bahasa Indonesia, Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, 2012-2014, EGC, Jakarta
Long C,.Barbara, Perawatan Medical Bedah, Jilid 2, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran, 1996
Price, S.A.,dkk,. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume
2, 2006, EGC, Jakarta
Nurjannah. I., Intan’s Sreening Diagnoses Assesment, Versi Indonesia, 2012,
Mocomedia, Yogyakarta
Nurjannah. I., Fast Methods of Formulating, English version, 2012, Mocomedia,
Yogyakarta
Nurjannah I., Proses Keperawatan Nanda, Noc & Nic, 2012, Mocomedia, Yogyakarta
Smelltzer C, dkk,. Buku ajar keperawatan medikal bedah, Jakarta, EGC, 2002
Wilkinson J .M,. Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC Edisi Bahasa Indonesia, 2006, EGC, Jakarta
33