112780785-Irigasi.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    1/69

    No : 683/2010

    LAPORAN

    AKHIR

    IDENTIFIKASI POTENSI LAHAN SAWAH IRIGASI UNTUK

    PENINGKATAN

    IP

    DAN PENGEMBANGAN

    PADI IP-400 DI

    PROVINSI SULAWESI SELATAN DAN SULAWESI BARAT,

    SKALA 1:50.000, SELUAS >500.000 HA

    IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK

    PENINGKATAN

    IP

    DAN PENGEMBANGAN PADIIP-400 1 PROVINSI

    SULAWESI SELATAN DAN SULAWESI BARAT, SKALA 1:250.000,

    SELUAS >500.000 HA

    ,

    PROGRAM

    INSENTIF

    RISET TERAPAN

    Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan

    Kode Produk Target : 1.02

    Kode Kegiatan : 1.02.01

    Peneliti Utama/Anggota : Dr. Nata Suharta MS

    Prof. D Djaenuddin MS

    Drs. Sri Retno

    MS

    Drs. Dwi Kuncoro MA

    RISTI::K

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

    BADAN PENELffiAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

    DEPARTEMEN

    PERTANIAN

    2 1

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    2/69

    LEMB R

    IDENTIT S

    D N PENGES H N

    1 Kluster

    2

    Judul Kegiatan

    3

    Nama Institusi

    4.

    Alamat

    5

    Nama Peneliti Utama/

    Penanggung Jawab

    6 Personalia

    - Peneliti

    - Teknisi

    - Nara Sumber

    7 Biaya Kegiatan

    8 Tahun Pelaksanaan

    PENELITIAN

    DAN PENGEMBANGAN

    SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN

    Identifikasi Karakteristik Potensi Lahan Sawah

    Untuk Peningkatan IP dan Pengembangan

    Padi

    IP-400 di Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi

    Barat, skala 1:250.000, seluas >500.000 ha.

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

    Sumberdaya Lahan Pertanian

    Jl.

    Ir H

    Juanda No. 98, Bogor 16123

    Dr. Nata Suharta MS

    Dr. Nata Suharta MS

    Prof.

    D

    Djaenudin MS

    Drs. Sri Retno MS

    Drs. Dwi Kuncoro

    Hendra Suhendra SE

    Ponidi SSi

    Fitria Widiastutii AMd

    Drs. Uke Gunasyah

    Prof. Dr.

    Ir

    Irsal

    Las

    MS

    Dr. Ir Budi Kartiwa

    Rp

    225.000.000,- Dua ratus dua puluh lima juta

    rupiah)

    T.A. 2010

    .. [: _

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    3/69

    RINGK S N

    Kebutuhan pangan

    beras

    terus meningkat sejalan dengan meningkatnya

    pertambahan penduduk. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi beras adalah

    melaksanakan intensifikasi baik dengan meningkatkan produktivitas maupun

    meningkatkan indek pertanamannya. Peningkatan produktivitas lahan tidak dapat

    diharapkan secara

    terus menerus, terutama

    pada

    lahan yang produktivitasnya telah

    tinggi akan sukar untuk ditingkatkan lagi.

    Oleh

    karena itu meningkatkan indek

    pertanaman akan merupakan

    salah

    satu upaya untuk meningkatkan produksi

    beras

    nasional.

    Balai

    Besar Penelitian Tanaman

    Padi

    Sukamandi telah mencanangkan

    pengembangan IP-400 indek pertanaman padi 400)

    di

    Sumatera kecuali Bengkulu,

    Riau

    dan Jambi), Jawa kecuali DKI. Jakarta),

    Bali NTB

    Sulawesi Selatan, Gorontalo,

    Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan,

    pada

    areal

    seluas 1 21

    juta

    ha.

    Untuk mendukung kegiatan tersebut, diperlukan data dan informasi

    penyebaran lahan sawah yang potensial untuk pengembangan padi IP-400 tersebut.

    Untuk tahun anggaran 2009, identifikasi lahan sawah untuk pengembangan

    padi

    IP-

    400 telah dilaksanakan di Jawa, dan untuk tahun anggaran 2010 dilaksanakan di

    Provinsi Sulawesi Selatan dan

    Sulawesi

    barat.

    Pendekatan karakterisasi dan identifikasi lahan sawah untuk pengembangan

    padi

    IP-400

    di

    Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat dilakukan dengan memanfaatkan

    Sistem Informasi Geografi dengan cara overlay menggunakan berbagai parameter

    yaitu jenis lahan sawah,

    zona

    iklim, ketersediaan air irigasi, kondisi banjir

    di

    musim

    penghujan, existing indek pertanaman, tanah tekstur dan bahan induk), dan intrusi air

    laut. Selain parameter tersebut di atas, pengembangan padi IP-400 juga sangat

    tergantung

    pada

    tersedianya benih padi unggul super genjah berumur 700 m dpl.

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    4/69

    SUMM RY

    The need of staple food such

    as

    rice increases

    in

    line with the increasing

    population. One of the efforts to increase rice production

    is

    to execute intensification

    both by improving productivity and cropping index. To increase the productivity could

    not

    be

    expected continually, especially the land which

    has

    high productivity will

    be

    difficult to

    be

    more improved. Therefore the improvement

    on

    cropping index will

    be

    the

    choice to increase national rice production.

    Indonesian Center for

    Rice Research

    has

    initiated

    to

    develop IP-400 paddy

    cropping index 400) in Sumatra except Bengkulu, Riau and Jambi province), Java

    except DKI. Jakarta),

    Bali NTB

    South Sulawesi, Gorontalo, South-East Sulawesi, West

    Kalimantan, and South Kalimantan, over the

    area

    covering 1,21 million

    ha.

    To support

    the activity,

    it

    needs the data

    and

    information

    of

    the rice field distribution which

    is

    potential for the development of the IP-400.

    n

    the fiscal year

    of

    2009,

    rice

    field

    identification for IP-400 paddy development

    has been

    executed

    in

    Java,

    and

    for the

    year 2010,

    it is

    executed

    in

    South Sulawesi

    and

    West Sulawesi Provinces.

    The approach

    in

    identifying rice field for the IP-400 paddy development

    in

    South and West Sulawesi Provinces

    was

    executed

    by

    using Geographic Information

    System

    by overlaying various parameters; rice field types, climatic

    zone

    irrigation

    water availability, flood condition

    in

    rainy season existing cropping index, soils texture

    and

    parent materials), and

    sea

    water intrusion.

    Besides

    the parameters above, IP-400

    paddy development

    is

    also very dependent on the availability

    of

    super rice seeds which

    could

    be

    haniested

    in less

    than

    85

    days

    and

    its applied technology. Satellite imagery

    analysis have

    been used

    to increase the accuracy

    on

    delineating the rice field

    and

    its

    cropping index.

    The tentative result showed that the potential rice field for IP-400 paddy

    development

    in

    South Sulawesi Province

    was

    about 113,139

    ha

    for IP-400, 262,656

    ha

    for IP-300, 114,640

    ha

    for IP-200, and 141,615

    ha

    for IP-100. While

    in

    West

    Sulawesi

    Province, about 22,020

    ha

    potential for IP-300, 15.533

    ha

    for IP-200, and 6,861

    ha

    for

    IP-100. The limiting factors for IP-400 paddy development are dry climate in some

    of

    the area, irrigation water availability, flood

    season and some

    of the area have altitude

    more than

    700

    m above

    sea

    level.

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    5/69

     

    D FT R

    lS

    LEMBAR

    IDENillAS

    DAN PENGESAHAN

    oooooooooooooooooo

    oooooooooooooooooooooo

    oo

    ii

    RINGKASAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0   0 0 0 0 0   0 0 0 0 0 0 0 0 •• 0 0 •• 0 0   0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    0 0

    0 0

    ••

    0 0 0

    iii

    SUMMARY

    oooooo

    oooooooooo oooo

    o ooooooooooooo

    •• o  

    o oooooooooooooooooooOoo iv

    PRAKATA

    oo •• o  

    o ooooooo

    o

    v

    DAFT

    AR ISI

    ..... ......... 0  

    0

    0 0 0 0   0

    0

    0 0 0 0 0 0

    ••

    0 vi

    DAFT

    AR

    TABEL .......................

    0 0 0 0 0

     

    0 0 0 0 0 0 0

    vii

    DAFTAR GAMBAR ooo ooooo •• oooooooo•o · · · o · · · · ·

    ···o····· ••

    vii

    DAFTAR

    LAMPIRAN ................................................................................. viii

    I PENDAHULUAN ........ ooooo

    oooooooo

    0 1

    1.1 Latar Belakang

    oooo oooooooooooooooo o o···0··

    1

    1.2 Tujuan penelitian .... ........ . .... . 3

    II

    TINJAUAN PUSTAKA oooooooooooooo••ooooooooooooooooooooooooooooooooo· · · ·o ·o · ·o · ·o ·•oo

    ••

    o 4

    III TUJUAN DAN MANFMT ..................................................................... 8

    1.1 Tujuan Penelitian . . .... . . ... 8

    1.2 Manfaat Penelitian

    oo oooo

    oooooooo 8

    IV. METODOLOGI ........

    oo000o 0000000 00000000000000000000000 •• 0 9

    v

    3.1 Bahan Penelitian ............................................................................. 9

    3.2 Metode Penelitian oooooooooooooooooooooooo

    o oooo o

    10

    HASIL DAN PEMBAHASAN ...... ooooo ooooo

    oo oooooooooo0o o o

    oooo o

    5.1 Ik lim dan Potensi Pengairan ....................................................

    5.1.1 Provinsi Sulawesi Selatan ............................................ .

    5.1.2 Provinsi Sulawesi Barat ...............................................

    5.2 Karakteristik La han Sawah ...................................................... .

    5.2.1 Provinsi Sulawesi Selatan ...........................................

    5.2.2 Provinsi Sulawesi Bar at ...............................................

    5 3 Tanah

    15

    15

    18

    27

    30

    30

    39

    42

    5.4 Indek Pertanaman Padi IP 400 . . .... 45

    5.4.1 Indeks pertanaman padi di Provinsi Sulawesi Selatan 48

    5.4.2 Indeks pertanaman padi di Provinsi Sulawesi Barat ... 53

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN . . . ..... . .... . .... . . 57

    DAFTAR

    PUSTAKA o

    o oooooooooo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    ••

    60

    LAMPI

    RAN

    62

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    6/69

     

    D FT R

    T BEL

    Nomor Hal

    Tabel

    1:

    Contoh algoritma penentuan indek pertanaman IP) padi sawah ........ . 11

    Tabel

    2

    Kriteria zone agroklimat menurut Oldeman 1975) ..... ..... ..... ..... ..... ... 15

    Tabel

    3

    Zona iklim berdasarkan wilayah hujan, bulan basa, bulan lembab, dan bulan

    kering ...........................................................................................

    17

    Tabel 4. Curah hujan rata-rata bulanan di wilayah Kabupaten Gowa, Takalar, Makasar,

    dan Maras, Provinsi Sulawesi Selatan .

     

    ........

     

    ..

     

    ...... ...........

     

    .......

    19

    Tabel 5 Curah hujan rata-rata bulanan

    di

    Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Jenepon

    to, Parepare, Pinrang, Bone, Sinjai, dan Sid rap . .

    20

    Tabel 6 Curah hujan rata-rata bulanan wilayah Kabupaten Soppeng, Tanatoraja,

    Bantaeng, Luwu, dan Luwu Utara ..................... .....

     

    ...........................

    21

    Tabel

    7

    Curah hujan rata-rata bulanan

    di

    wilayah Provinsi Sulawesi Barat ....

    28

    Tabel

    8

    Penyebaran lahan sawah di Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan ketinggian

    tempat m-dpl) .............................................................................. 31

    Tabel

    9

    Tipologi lahan sawah berdasarkan indek pertanaman padi di Provinsi Sulawesi

    Selatan ...........................................................................................

    32

    Tabel 10. Penyebaran tipologi lahan sawah per Kabupaten, di Provinsi Sulawesi Selatan

    ........................................................................................................

    33

    Tabel 11. Jumlah daerah irigasi, kisaran luas dan luas total yang dapat diirigasi

    di

    Provinsi sulawesi Selatan . ..............................................................

    34

    Tabel 12.

    Luas

    baku, luas panen, IP, produksi, dan produktivitas padi sawah di Provinsi

    Sulawesi Selatan . . .. . . . . . . . . 38

    Tabel 13. Penyebaran lahan sawah di Provinsi Sulawesi Barat berdasarkan ketinggian

    tempat m-dpl) ........................................................... ..............

     

    .......

    39

    Tabel 14.

    Luas

    baku dan jenis irigasi lahan sawah di Provinsi Sulawesi Barat ...... 40

    Tabel 15. Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Provinsi Sulawesi

    Barat ............................................................................................... .  40

    Tabel 16. Varietas padi dan masing-masing karakteristiknya . . . 41

    Tabel17

    Beberapa sifat kimia tanah lahan sawah di Provinsi Sulawesi Selatan ...

    43

    Tabel 18. Beberapa sifat kimia tanah

    Ia

    han sawah di Provinsi Sulawesi Barat . . 44

    Tabel 19. Beberapa sifat kimia tanah lahan sawah di Provinsi Sulawesi Barat ..... 45

    Tabel 20. Pdtensi indek pertanaman padi sawah di Provinsi Sulawesi Selatan 49

    Tabel 21. Potensi indek pertanaman padi

    sa

    wah di Provinsi Sulawesi Barat ... . 53

    Tabel 22. Data luas panen, produktivitas, dan produksi data hasil penelitian

    dan

    data

    BPS

    di Provinsi Sulawesi Selatan dan Bar at.

    55

    D FT R G MB R

    Gambar

    1

    Diagram alir penyusunan data spasial indek pertanaman padi IP-400 dan IP

    lainnya IP-300, IP-200, IP-100) ..........................................................

    12

    Gambar

    2

    Pola

    hujan A di Kabupaten Takalar, Gowa, Makasar, Maras, Pangkajene

    Kepulauan, dan Jeneponto .... .... .... ...... ...... 22- 23

    Gambar 3

    Pola

    hujan B dan C

    di

    stasiun pengamat hujan Provinsi Sulawesi

    Selatan . ... . ... . ... ... .... . . .... . .. . .. .......... ... . . .. ...... . . 24-26

    Gambar

    4

    Keragaan pola hujan B dan C di beberapa stasiun pengamat hujan di Provin

    si

    Sulawesi Barat .....................................................

     

    ............................

    29

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    7/69

     

    Gambar

    5

    Keragaan pola hujan A dan C di Maras Mandai), Takalar Panakukang) dan

    Bonne Katumpi dan Palattae) ......... ..........................................

     

    .

     

    47

    Gambar

    6

    Kondisi saluran irigasi di dataran Kalaena Luwu Timur) dan sungai

    Lamasi

    Luwu Utara) ......... ........... .......... .......... ........... .......... ........ ........

    50

    Gam

    bar

    7 La

    han sawah berpotensi untuk pengembangan padi IP-400 di data

    ran

    Kalaena, Mangkutana kiri) dan data ran sungai Lamasi kanan) ....

    50

    Gambar 8 Saluran irigasi dan hamparan lahan sawah potensial untuk padi IP-300 51

    Gambar

    9

    Lahan sawah ditanami padi

    2x

    per tahun, irigasi dengan debit terbatas

    kiri), dan sawah tadah hujan kanan) .... ......... . ..... ..... ..... ..... .......

    52

    Gambar 10. Panorama lahan sawah dengan IP-100 di Jeneponto dalam keadaan bera

    kir i) dan di Bone kanan) dalam kondisi siap panen .... ...... ........... 52

    D FT R L MPIR N

    LAMPIRAN

    1 Personal Pelaksana Penelitian .... ......   ................

     

    .... .................

     

    43

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    8/69

    I PEND HULU N

    1 1 Latar elakang

    Arah dan kebijakan umum pembangunan pertanian adalah sistem pertanian

    industrial berkelanjutan yang berdaya saing dan mampu menjamin ketahanan pangan

    dan

    kesejahteraan petani. Sedangkan sasaran kuantitatif dari pembangunan pertanian

    sejak tahun 2007 adalah meningkatkan produksi komoditas utama pangan Irsal

    Las

    2008).

    Pembangunan yang pesat

    di

    berbagai sektor telah mendorong terjadinya alih

    fungsi lahan pertanian yang sebagian besar terjadi pada lahan sawah irigasi. Di P.

    Jawa, alih fungsi

    Ia

    han sawah antara tahun 1999 sampai 2002 mencapai luas 167.150

    ha dan di luar P. Jawa 396.009 ha Puslibangtanak, 2005). Setiap tahunnya tidak

    kurang dari 110.000 ha, bahkan

    ada

    yang memperkirakan mencapai 145.000

    ha

    terjadi konversi lahan sawah subur

    ke

    non-pertanian Sinar Tani, 2007). Dilain pihak

    kebutuhan pangan selalu meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk.

    Untuk tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 250 juta

    jiwa dengan kebutuhan pangan sebesar 35,123 juta ton beras.

    Berdasarkan Atlas Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia Puslittanak, 2000),

    total luas wilayah daratan Indonesia adalah 188,2 juta ha, dan yang tergolong

    potensial untuk pertanian seluas 94,1 juta ha terdiri dari lahan basah seluas 25,4 juta

    ha lahan kering semusim 25,1 juta ha dan lahan kering tahunan 43,6 juta ha IAARD,

    2007). Dari

    total luas lahan

    basah

    25,4 juta

    ha

    seluas 8,5

    jut ha di

    antaranya telah

    berstatus

    l ~ n

    sawah. Menurut Deptan 2004 d l m Adisarwanto, 2007), lahan sawah

    di Indonesia yang beririgasi teknis mencakup areal seluas 2.209.200

    ha

    irigasi

    setengah teknis 988.821 ha, dan irigasi sederhana 1.586.953 ha. Lahan yang masih

    tercadang dan berpeluang untuk persawahan adalah sekitar 16,9 juta

    ha

    terdiri dari

    lahan rawa seluas 3,5 juta ha dan lahan non rawa seluas 13,4 juta ha.

    Dengan semakin terbatasnya ketersediaan lahan potensial untuk pencetakan

    lahan sawah, sementara kebutuhan akan beras sebagai bahan makanan pokok terus

    meningkat, maka salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi

    di

    lahan sawah

    adalah dengan meningkatkan produktivitas dan indek pertanamannya. Peningkatan

    produktivitas dilakukan dengan meningkatkan produksi per satuan luas ton/ha),

    sedangkan peningkatan indek pertanaman dilakukan dengan meningkatkan luas tanam

    atau luas panen per satuan luas per tahun.

    Padi

    sawah umumnya ditanami padi

    dua

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    9/69

    kali dalam setahun dan

    sisa

    waktu ditanami tanaman palawija.

    Padi

    sawah di dataran

    tinggi

    >

    700

    m dpl) hanya ditanami

    padi

    satu

    kali

    setahun karena pengaruh iklim yaitu

    suhu

    rendah dan penyinaran matahari relatif pendek sehingga tanaman padi berumur

    panjang 6 bulan atau lebih).

    Indek pertanaman padi maksimum dewasa ini adalah IP-300, artinya lahan

    sawah ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Apabila tersedia benih super

    unggul yang berumur 85 hari atau kurang, di daerah yang cukup air memungkinkan

    untuk ditingkatkan IP-nya menjadi IP-400. Peningkatan IP-padi menjadi IP-400 akan

    berhasil apabila, selain tersedia benih padi super unggul ultra genjah berumur

    hari,

    maka

    dukungan pengendalian

    hama

    dan penyakit secara terpadu, pengelolaan

    hara secara

    terpadu dan spesifik lokasi, pengolahan tanah

    secara

    sederhana

    dan

    irigasi

    hemat air, serta manajemen tanam

    dan panen

    yang efisien sangat diperlukan

    BB

    .

    Penelitian

    Padi,

    2009).

    Pada

    kenyataannya tidak semua sawah irigasi dapat

    ditingkatkan IP-nya menjadi IP-400, karena banyak faktor penentu yang tidak

    bisa

    dipenuhi, diantaranya kecukupan air sepanjang tahun yang sangat dipengaruhi oleh

    kondisi iklim pola dan jumlah curah hujan), ketersediaan dan debit air irigasi terbatas,

    jarak dari sumber air irigasi, kedalaman air tanah, sifat fisik dan kimia tanah, hama dan

    penyakit, kondisi banjir/genangan

    di

    musim hujan,

    dan

    budaya masyarakat setempat.

    Dewasa

    ini benih padi yang tersedia adalah varietas sangat genjah berumur 90-104

    hari yaitu Silugonggo, Inpari

    1, dan

    Dodokan; Varietas genjah berumur 105-124 hari

    yaitu Ciherang, Mekongga, Cibogo,

    Way Apo

    Buru, Cigeulis, dan Situbagendit.

    Sedangkan varietas

    padi

    unggul ultra genjah yang berumur

    85

    hari untuk

    mendukung IP-400, masih dalam taraf penelitian BB. Penelitian Padi. 2009).

    Pada

    tahun anggaran T.A) 2009, penelitian identifikasi lahan sawah untuk

    pengembangan padi IP-400 telah dilaksanakan

    di Pulau

    Jawa meliputi Provinsi Banten,

    Jawa

    Barat, Jawa tengah, DI. Yogyakarta,

    dan

    Jawa Timar yang mencakup luas lahan

    sawah sekitar 3,566 juta

    ha.

    Dari luasan tersebut, 404.500

    ha

    diantaranya tergolong

    lahan sawah potensial untuk pengembangan padi IP-400, dan seluas 434.300 ha untuk

    IP-300. Sisanya hanya dapat dikembangkan untuk padi IP-200 dan IP-100. Faktor yang

    membatasi indek pertanaman padi adalah rendahnya curah hujan tahunan terutama di

    Jawa Tengah dan Jawa Timur serta terbatasnya debit air irigasi.

    Untuk TA 2010, identifikasi lahan sawah untuk peningkatan IP dan

    pengembangan

    padi

    IP-400 telah dilaksanakan

    di

    Provinsi Sulawesi Selatan

    dan

    Sulawesi Barat.

    Kedua

    provinsi tersebut dipilih karena merupakan sentra produksi

    padi

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    10/69

     

    di Kawasan Timur Indonesia, disamping telah direncanakan pengembangan padi IP-

    4 pada

    tahun 2010 dan 2011 seluas 80.000

    ha BB.

    Penelitian Tanaman Padi, 2009).

    Total luas lahan sawah dikedua provinsi tersebut mencapai 616.162

    ha

    dengan luas

    panen 869.015

    ha

    atau mempunyai indek pertanaman (IP) 141

    BPS,

    2008). Total

    produksi padi mencapai 4.170.014 ton, dengan produktivitas sebesar

    48

    kwt/ha, lebih

    rendah dibandingkan di Jawa yang mencapai

    57

    kwt/ha. Tipe lahan sawah didominasi

    oleh sawah irigasi (termasuk irigasi sederhana) dan sawah tadah hujan. Penelitian

    akan diawali dengan kegiatan deskwork yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian

    lapangan.

    1 2 Tujuan enelitian

    Penelitian bertujuan untuk:

    1). Melakukan karakterisasi dan identifikasi lahan sawah untuk peningkatkan

    indek pertanaman dan pengembangan padi IP-400

    di

    wilayah Provinsi

    Sulawesi Selatan

    dan Sulawesi Barat.

    2). Delinasi spasial lahan sawah yang potensial untuk pengembangan

    padi

    IP-

    400 dan IP-Iainnya (IP-300, IP-200,

    dan

    IP-100)

    di

    Provinsi Sulawesi

    Selatan dan Sulawesi Barat.

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    11/69

     

    II

    TINJ U N

    PUST K

    Lahan sawah

    di

    Indonesia pada tahun 2005 menurut data

    BPS

    (2007) mencapai

    luas 7,89 juta ha, terdiri dari sawah yang mendapat fasilitas irigasi teknis luasnya 2,19

    juta ha, sawah irigasi semi teknis 990 ribu ha, sawah irigasi sederhana 1,58 juta

    ha,

    sawah tadah hujan 2,09 juta ha, sawah pasang surut 658 ribu ha, dan yang lainnya

    387 ribu

    ha.

    Lahan sawah irigasi menyebar

    pada

    berbagai agroekosistem yaitu;

    1)

    Agroekosistem dataran rendah elevasi

    ; 500

    m dpl; 2) Agroekosistem dataran

    menengah elevasi > 500 - < 700 m dpl; dan 3). Agroekosistem dataran tinggi elev

    as

    i

    700 m dpl. Lahan sawah umumnya berada pada agroekosistem dataran renda h dan

    dataran menengah, yang ditanami padi hingga 2 atau 3 kali dalam seta hun. Pada

    agroekosistem dataran tinggi dengan kondisi terrain (lereng dan re lief) tidak

    menguntungkan, sebaran lahan sawah umumnya sporadis fragmental) dengan luasan

    yang relatif kecil.

    Pada

    agroekosistem dataran tinggi padi hanya ditanam 1 kali dalam

    setahun (IP-100), karena faktor iklim dengan suhu udara yang rendah dan penyinaran

    matahari yang pendek menyebabkan tanaman padi berumur lebih panjang >6 bulan).

    Menurut Fagi dan Sinulingga (1999), lahan sawah

    di

    Indonesia terutama menyebar

    di

    Pulau Jawa sekitar 40 , dan 60 lainnya terdapat di berbagai lokasi di luar Jawa.

    Kebutuhan beras sebagai bahan makanan pokok sebagian besar penduduk

    Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah

    penduduk. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka selain dengan

    cara

    ektensifikasi mencetak lahan sawah bukaan baru di luar Jawa, maka peningkatan

    produktivitap juga harus dilakukan. Hingga saat ini produktivitas secara nasional sudah

    cukup tinggi, sehingga akan sulit untuk meningkatkan produksi beras melalui

    peningkatan produktivitasnya. Salah satu alternatif lain yang dapat ditempuh adalah

    melalui peningkatan indek pertanaman (IP) padi yang umumnya masih 2 kali dalam

    setahun (IP-200) untuk dapat ditingkatkan menjadi IP-300 atau IP-400. Artinya dalam

    satu hamparan yang

    sama

    dapat ditanami padi sebanyak 3 atau 4 kali dalam setahun.

    Peningkatan produksi padi melalui peningkatan indek pertanaman, memerlukan

    sifat dan karakteristik lahan sawah tertentu. Lahan sawah yang sesuai untuk

    pengembangan padi IP-400 harus memiliki kecukupan air minimum selama 11 bulan

    (BB.

    Penelitian Padi, 2009), serta didukung oleh sifat fisik dan kimia tanah yang baik.

    Faktor lainnya adalah harus tersedia benih padi unggul ultra genjah berumur

    85

    hari

    atau kurang serta tersedianya teknolog i terapan berupa pengendalian

    hama dan

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    12/69

    -

    penyakit secara terpadu, pengelolaan hara (pemupukan) secara terpadu dan spesifik

    lokasi, pengolahan tanah secara sederhana dan hemat air, serta manajemen tanam

    dan panen yang efisien BB. Penelitian

    Padi,

    2009).

    Ketersediaan air sangat tergantung

    pada

    kondisi iklimnya. Oldeman (1975)

    membagi curah hujan bulanan dalam 3 kelompok yaitu bulan basah (curah hujan >200

    mm/bln), bulan kering (curah hujan 200mm/bln, sesuai untuk

    pengembangan padi sawah; curah hujan antara 100-200 mm/bln hanya sesuai untuk

    tanaman palawija; sedangkan curah hujan < 100 mm/bln, t idak

    sesuai

    untuk tanaman

    semusim. Bukan hanya jumlah curah hujan yang perlu dievaluasi akan tetapi distribusi

    atau pola hujan juga akan menentukan ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman

    padi. Troyer(1972) membagi 3

    pola

    curah hujan yaitu A,

    B,

    dan

    C. Pola

    A adalah pola

    tunggal, menunjukkan ada perbedaan yang jelas antara musim penghujan dan musim

    kemarau; pola B adalah pola tidak teratur, perbedaan antara musim penghujan dan

    musim kemarau tidak nyata; dan pola C atau pola ganda, dalam setahun terjadi 2

    kali

    musim penghujan dan musim kemarau. Wilayah dengan kondisi iklim sangat

    basah

    akan dapat menjamin kebutuhan air untuk tanaman padi sepanjang tahun. Sedangkan

    wilayah dengan kondisi iklim sedang, kering dan sangat kering, untuk IP-400,

    memerlukan tambahan air irigasi dari sumber lain. Semakin kering zona iklimnya,

    semakin besar air irigasi yang diperlukan.

    Balit Agroklimat dan Hidrologi (2003) telah menyusun peta Sumberdaya I klim

    Indonesia yang membagi wilayah berdasarkan wilayah hujan. Wilayah hujan d isus

    un

    berdasarkap jumlah curah hujan tahunan dan pola hujannya. Data terseb ut dapat

    digunakan sebagai dasar untuk menentukan ketersediaan air sepanjang tahun untuk

    padi sawah yang bersumber dari curah hujan. Sumber air lainnya, dapat juga berasal

    dari air irigasi (waduk atau bendungan), pompa (sumur atau sumber air lainnya), atau

    irigasi pasang surut, tergantung kondisi setempat. Model pengembangan padi IP-400

    yang bertujuan untuk meningkatkan produksi beras, juga harus berdampak terhadap

    peningkatan pandapatan dan kesejahteraan petani, kemandirian pangan di perdesaan

    dan nuansa pembangunan nasional, dan penyediaan stok beras nasional yang juga

    berpeluang untuk menjadikannya sebagai komoditas ekspor.

    Tanah pada lahan sawah

    di

    dataran rendah

    lowland)

    didominasi (55 ) oleh

    Aquepts dan Aquents (Sarwono eta/./ 2004), yang masing-masing merupakan subordo

    dari ordo Inceptisols dan Entisols. Berdasarkan klasifikasi Dudal dan Soepraptohardjo

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    13/69

     

    1957), tanah tersebut setara dengan jenis tanah Aluvial atau tanah Glei. Air tanah

    pada

    kedua subordo tersebut dangkal sehingga tanah selalu jenuh air, dan dicirikan

    oleh warna tanah kelabu. Sedangkan tanah

    pada

    lahan sawah di daerah uplanci air

    tanah umumnya dalam, akan tetapi karena intensif diirigasi, tanah pada lapisan atas

    menunjukkan warna reduktif kelabu epiaquic), dengan warna oksidatif coklat

    kemerahan di lapisan bawahnya.

    La

    han

    sa wah yang ditanami padi terus menerus continuous rice kemungkinan

    potensinya akan menjadi tidak sustainable apabila tidak dikelola dengan teknologi yang

    tepat, karena akan terjadi penyerapan unsur hara atau pengurasan hara yang tidak

    seimbang. Selain itu akan berpengaruh buruk terhadap sifat fisiko-kimia tanah sawah

    yang bersangkutan Reeuwijk, 1983). Oleh karena itu, salah satu usaha yang d p ~

    dilakukan adalah dengan mengatur dan menganeka ragamkan tanaman yang berasa l

    dari multi varietas pada setiap hamparan lahan. Teknologi rekayasa ini akan

    memperkuat daya sangga genetik

    genetic buffering capacit/)

    tanaman yang

    bersangkutan, sehingga akan lebih toleran terhadap epidemi berbagai hama dan

    penyakit Sumarno, 2007). Berbagai model pengembangan IP-400 perlu dikembangkan

    disesuaikan dengan kondisi setempat spesifik lokasi).

    Penggenangan tanah

    pada lahan sawah akan menyebabkan terjadinya

    perubahan sifat fisiko-kimia tanah, yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

    tanaman padi Reeuwijk, 1983). Menurut Ponnamperuma 1976), penggenangan pada

    lahan sawah akan menurunkan ketersediaan oksigen dalam tanah dan penurunan

    potensial redoks Eh). Selain itu reaksi tanah cenderung mendekati netral pH 6,5 -

    7,5),

    r e u ~ s i Fe

    dan

    Mn,

    peningkatan suplay dan ketersedian nitrogen, serta fosfor.

    Penurunan potensial redoks Eh) sekitar 0,2 sampai 0,3 V akan sangat tergantung

    kepada jenis tanah dan bahan induknya, namun umumnya Eh pada permukaan tanah

    sawah sekitar 0,3 sampai 0,5 V. Perubahan Eh ini akan berpengaruh terhadap pH,

    ketersediaan P, dan konsentrasi Fe

    3

    +,

    Mn

    2

    +,

    Ca

    2

    +

    Mg

    2

    +, dan

    Zn

    2

    +. Penurunan Eh akibat

    penggenangan dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap pertumbuhan dan

    produktivitas tanaman padi. Pengaruh positifnya yaitu meningkatnya pasokan N,

    P,

    K,

    Fe,

    Mn, Mo, dan Si, sedangkan pengaruh negatifnya adalah hilangnya nitrogen karena

    denitrifikasi, selain itu akan menurunnya ketersediaan

    S, Cu,

    dan

    Zn.

    Nilai

    Eh

    yang

    optimal adalah antara 10-120

    mV

    atau pF antara 0,2-2,0 pada

    pH

    tanah 7,0. Oleh

    arena itu perlu adanya teknologi terapan untuk mengatasi masalah tersebut antara

    ain melalui penerapan irigasi intermitten.

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    14/69

    Diantara sifat fisik tanah yang paling berpengaruh pada pengembangan padi IP-

    400 adalah tekstur tanah. Tanah yang bertekstur kasar bersifat porus, boros air dan

    rawan kekeringan, sebaliknya tanah yang bertekstur liat dengan jenis mineral liat 2:1,

    juga akan bermasalah terhadap pengelolaan lahan karena adanya sifat mudah retak

    atau sus h diolah apabila kekurangan air. Sedangkan sifat kimia tanah yang perlu

    diperhatikan adalah bahaya keracunan dan atau ketersediaan hara dalam tanah

    sebagai akibat penggenangan yang terus menerus. Mirasol t

    a/

    2008)

    mengemukakan bahwa penggenangan yang terus menerus p d padi sawah dapat

    meningkatkan jumlah C dan N dalam tanah, apabila dilakukan pemupukan. Efisiensi

    pemupukan akan sangat tergantung p d ketersediaan hara

    di

    dalam tanah.

    Selama tanah sawah digenangi, air akan meresap ke dalam pori-pori tanah

    yang akan menggantikan ruang udara, dan mikro organisme tanah akan menggunakan

    bahan teroksidasi. Kemudian metabolit organik akan berperan untuk menggantikan

    oksigen sebagai penerima elektron selama proses respirasi, akibatnya tanah dalam

    suasana reduktif dan aerob

    sec r

    bergantian. Kondisi tanah demikian akan

    berpengaruh terhadap ketersediaan hara, dan

    k n

    memproduksi bahan-bahan

    beracun. Namun padi sawah akan dapat memanfaatkan kondisi lingkungan tanah yang

    tergenang, karena sistem perakarannya mampu mendapatkan oksigen melalui

    arenchyma dalam jaringan dan saluran ysigenus akar tanaman Armstrong, 1971).

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    15/69

     

    III TUJU N D N M NF T

    3 1 Tujuan Penelitian

    Penelitian bertujuan untuk melakukan karakterisasi dan identifikasi potensi

    lahan sawah di Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat dalam rangka

    meningkatkan indeks pertanaman padi, khususnya pengembangan padi IP-400, serta

    melakukan delinasi spasial lahan sawah yang berpotensi untuk pengembangan padi IP-

    400 dan peningkatan indek pertanaman padi lainnya IP-100, IP-200,

    dan

    IP-300).

    3 2

    Manfaat Penelitian

    Penelitian ini memberikan informasi karakteristik lahan sawah

    di

    Provinsi

    Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat sebagai dasar untuk melakukan identifikasi

    potensinya dalam meningkatkan indek pertanaman padi sawah. Karakteristik lahan

    sawah yang dievaluasi meliputi kondisi iklim Uumlah

    dan

    pola/distribusi curah hujan

    tahunan), ketersediaan air irigasi bendungan dan sumber air lainnya), kondisi tanah,

    genangan di musim penghujanjbanjir, adanya bahaya salinitas/garam, existing indek

    pertanaman, dan produktivitasnya. Parameter tersebut akan dievaluasi dengan

    memanfaatkan Sistem Informasi Geografis SIG) untuk menetapkan indek pertanaman

    padi sawah. Dengan mengetahui luas lahan sawah, indek pertanaman

    padi , serta

    produktivitasnya, dapat dihitung jumlah produksi padi maksimum

    yang

    da pat

    dihasilkan. Data produksi ini menjadi sangat penting untuk pengamb il

    keb

    ijakan da la

    rangka menyusun perencanaan stok pangan di daerah ataupun secara n

    as

    ional

    Apapila stok pangan melalui peningkatan indek pertanaman sudah tidak dapa

    diharapkan lagi, maka kebijakan pemerintah dalam meningkatkan produksi beras

    melalui ektensifikasi atau pencetakan sawah baru akan merupakan pilihan akhir se lain

    dengan cara menganekaragamkan sumber karbohidrat lain sebagai bahan pangan.

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    16/69

    7

    IV METO OLOGI

    4 1 Bahan Penelitian

    Untuk mendukung program peningkatan IP dan pengembangan padi IP-400,

    untuk

    TA

    2010 telah dipilih provinsi Sulawesi Selatan

    dan

    Sulawesi Barat.

    Bahan

    dan

    alat penelitian yang telah dimanfaatkan dalam penelitian ini terdiri dari:

    1.

    Peta lahan sawah abadi Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat skala 1:250.000

    BBSDL,

    2000). Peta ini berisi informasi terdiri dari: delinasi lahan sawah, jenis

    lahan sawah irigasi dan tadah hujan), IP-existing, dan produktivitas.

    2. Atlas Sumberdaya Iklim e r t a n i ~ m Indonesia Skala 1:1.000.000 Balit. Agroklimat

    dan Hidrologi, 2003). Peta ini berisi informasi terdiri dari: Distribusi curah hujan

    tahunan, wilayah hujan, jumlah bulan basah >200 mm/bln), bulan lembab 100-

    200

    mm/bln), dan bulan kering

    <

    100 mm/bln),

    dan zona

    iklim. Disamping data

    spasial, juga tersedia data tabular curah hujan rata-rata bulanan untuk stasiun

    iklim

    di

    Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat serta lokasi stationnya masing-masing.

    3. Peta dasar skala 1:250.000 yang memerlukan beberapa editing disesuaikan dengan

    kondisi lahan sawah skala 1:50.000.

    4. Peta Rupa

    Bumi Indonesia skala 1:50.000.

    5. Peta

    Tanah Tingkat Tinjau Provinsi Sulawesi Selatan dan sebagian Provinsi

    Sulawesi Barat, skala 1:500.000 Lembaga Penelitian Tanah, 1967).

    Peta

    ini berisi

    informasi mengenai jenis tanah, relief, dan bahan induk tanah.

    Peta

    tanah dengan

    skala lebih besar tersedia dari hasil Pemetaan Tanah Semi Detil Daerah

    Sadangf,Mamasa, skala 1:50.000 Puslittanak, 1994); Pemetaan Sumberdaya Lahan

    Lembar Butu, Tana Toraja, skala 1:50.000 Faperta, IPB., 1991); Survey dan

    Pemetaan Tanah

    Semi

    Detil, Daerah Irigasi

    Sadang

    Utara, Pinrang,

    skala

    1:25.000

    Fatemeta, IPB., 1975); Penelitian

    Daya

    Dukung Pertanian

    DAS

    Sadang Hulu , skala

    1:50.000 Puslittanak, 1994); Pemetaan Tanah

    Semi

    Detil Daerah Mangrove,

    Kabupaten Luwu, skala 1:50.000 Puslittan, 1990); dan

    Semi

    Detailed Soil survey o

    The Takalar Sugarcane Project Area, scale 1:50.000 Soil Research Institute, 1975).

    6. Citra satelit

    7. Bahan

    untuk komputer

    dan ATK

    8.

    Peralatan

    Ia

    pang terdiri dari: bor tanah, munsell soil colour ch rt GPS, abney level,

    pH

    Truogh, meteran, pisau lapang, kantong plastik, dan form isian data card).

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    17/69

     

    4 2 etoda penelitian

    Penelitian diawali dengan kegiatan deskwork dilanjutkan dengan penelitian

    verifikasi lapangan, pengolahan data, dan penyusunan laporan.

    4.2.1 Deskwork

    Kegiatan deskwork atau persiapan meliputi kegiatan koordinasi dengan seluruh

    anggota tim, dilanjutkan dengan pengumpulan data dan analisis karakteristik lahan

    sawah sebagai dasar untuk menyusun peta analisis indek pertanaman padi.

    Pengumpulan data : Data yang dikumpulkan terdiri dari peta rupa bumi Indonesia

    skala 1:50.000 dan skala 1:250.000, peta lahan sawah, peta iklim, peta irigasi, peta

    tanah, peta indek pertanaman padi existing), citra .sate it, OEM peta administrasi

    kabupaten

    dan

    kecamatan), ketinggian tempat dari muka laut, serta bahan

    dan

    alat

    penelitian.

    Ana/isis karakteristik ahan:

    Peta

    analisis indek pertanaman padi sawah disusun

    menggunakan parameter tipe lahan sawah irigasi dan tadah hujan),

    zona

    iklim

    sangat basah, basah, sedang, kering, sangat kering), status irigasi teknis, semi

    teknis, sederhana, dan tadah hujan), tekstur tanah sangat halus, halus, sedang,

    kasar), kondisi banjir/genangan, dan ketinggian dari muka laut. Sebagai keterangan

    tambahan adalah existing indek pertanaman dan wilayah administrasi kabupaten atau

    kecamatan. Semua data spasial tersebut dianalisis dengan memanfaatkan

    SIG

    dengan

    cara

    overlay untuk menetapkan indek pertanamannya. Sebelum overlay, terl

    eb

    ih

    dahulu disusun algoritma atau prosedur penentuan indek pertana man pad i

    berdasarkan parameter tersebut di atas. Contoh algoritme pada Tabel 1 menggunakan

    parameter fklim basah dan kering), irigasi teknis dan tadah hujan), tekstur halus,

    sedang, kasar), dan genangan ada

    dan

    tidak).

    Pada Tabel 1 untuk wilayah dengan iklim sangat basah dengan ketinggian

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    18/69

     

    penanaman padi adalah salinitas yang disebabkan oleh adanya intrusi air laut. Hal

    tersebut akan lebih nyata untuk wilayah beriklim kering

    di

    daerah dataran pantai.

    Tabel

    1:

    Contoh algoritma penentuan indek pertanaman IP) padi sawah

    Zona Iklim* Jenis Irigasi Tekstur

    Banjir/

    Indek Pertanaman IP)

    Padi

    genangan

    4 3

    2

    1

    Sangat basah

    Teknis

    Halus Tanpa

    X

    Ada

    X X

    Sedang

    Tanpa

    X

    Ada X X

    Kasar

    Tanpa

    X

    Ada X X

    Tadah hujan

    Halus

    Tanpa

    X

    Ada

    X

    Sedang Tanpa X

    Ada

    X

    Kasar

    Tanpa

    X

    Ada

    X

    Kering Teknis

    Hal us

    Tanpa

    X X

    Ada X

    Sedang

    Tanpa

    X X

    Ada X

    Kasar Tanpa

    X

    Ada X

    Tadah hujan

    Hal us Tanpa X

    Ada

    X

    Sedang

    Tanpa

    X

    Ada

    X

    Kasar

    Tanpa

    X

    Ada X

    Keterangan: * Menurut peta wilayah hujan Baliklimat

    dan

    Hidrologi, 2003)

    Apabila air irigasi berkecukupan selama 11 bulan atau lebih, tanpa terjadi

    genangan/banjir di puncak musim hujan, ketinggian < 700 m dpl, maka

    p r m e t e ~

    iklim tidak berpengaruh terhadap penentuan indek pertanaman padi. Wilayah demikian

    sangat potensial untuk pengembangan padi IP-400. Dalam kaitannya dengan

    kebutuhan air, tekstur tanah yang kasar dan atau pengaruh salinitas yang tinggi, akan

    dapat diatasi apabila tersedia air dalam jumlah yang cukup sepanjang tahun. Namun

    dalam kenyataannya,

    ada

    korelasi yang kuat antara debit air irigasi dengan besarnya

    curah hujan di daerah tangkapan hujan catchment area). Di daerah beriklim kering,

    debit air irigasi akan lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang beriklim lebih

    basah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

    di

    daerah dengan iklim

    basah

    atau

    sangat basah, air irigasi cukup, maka tanpa memperhatikan faktor lainnya, lahan

    sawah bersangkutan sangat potensial untuk

    p e n g e m b ~ m g n

    padi IP-400. Untuk tanah

    bertekstur kasar yang mempunyai sifat rawan kekeringan daya retensi air rendah),

    apabila tidak cukup air irigasi untuk 11 bulan atau lebih, seperti yang disyaratkan untuk

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    19/69

     

    pengembangan padi IP-400 (BB. Penelitian Tanaman Padi, 2009), kemungkinan hanya

    potensial untuk padi IP-200 atau IP-100. Demikian pula untuk lahan sawah yang

    terletak di data ran tinggi >700 m dpl), penyinaran matahari yang kurang akan

    mengakibatkan umur tanaman padi lebih panjang. Oleh karena itu lahan sawah di

    dataran tinggi hanya dapat dikembangkan untuk padi IP-300, IP-200 atau IP-100.

    Diagram alir kegiatan penyusunan peta indek pertanaman padi sawah disajikan pada

    Gambar 1

    itra

    Lahan

    Sawah

    I

    Sate lit

    I

    Peta Tematik

    (irigasi , tadah

    hujan

    , ra

    (Peta Tanah, rigas

    i rupa

    wa pasang-surut)

    bumi

    ,

    dan

    hidrogeologi )

    c::J_

    -D-

      c::J_

    Zona lklim

    Status

    lrigasi Tanah

    (Jumlah BB,

    BK

    (T

    eknis

    ,

    tadah

    (Tekstur

    ,

    salinitas

    ,

    Curah hujan tahunan)

    hujan

    ,

    pasang- bhn

    sulfidik)

    surut,

    rawa)

    Peta

    lndikasi

    Kedalaman Air

    Tanah

    Peta

    Existing

    lndek perta

    naman

    padi

    Verifikasi

    Lapangan

    D

    Penyusunan Algoritma

    Analisis

    GIS)

    Peta Sawah Potensial untuk

    Pengembangan Padi

    IP-400

    dan IP lainnya

    300,

    200, 100)

    Gambar 1. Diagram alir pe nyusunan data spasial indek pertanaman padi

    IP-400 dan IP la innya IP-300, IP-200, IP-100)

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    20/69

     

    Peta

    analisis indek pertanaman padi, sebelum dilakukan verifikasi di lapangan,

    terlebih dahulu dicek kembali dengan data indek pertanaman padi saat ini. al tersebut

    dilakukan dalam rangka melakukan evaluasi baik terhadap peta yang dihasilkan

    maupun terhadap algoritma yang disusun. Dengan cara ini, algoritma akan

    disempurnakan dan peta hasil analisis akurasinya dapat ditingkatkan. Peta hasil analisis

    yang telah dievaluasi, selanjutnya diverifikasi di lapangan. Sebelum

    ke

    lapangan,

    ditetapkan

    k y

    area atau daerah kunci yang mewakili wilayah pengamatan di lapangan.

    Daerah kunci dipilih berdasarkan penyebaran terluas

    pada

    berbagai indek pertanaman,

    zona

    iklim, tipe lahan sawah, jenis irigasi, tekstur tanah, dan mudah dijangkau.

    4.2.2 Verifikasi lapangan

    Karakteristik lahan sawah yang diamati adalah macam lahan sawah, status dan

    kondisi air irigasi, kedalamani muka air tanah, banjir/genangan, karakteristik tanah

    tekstur, salinitas), juga faktor pendukung lainnya yaitu existing indek pertanaman,

    varietas padi yang ditanam, produktivitas,

    masa

    tanam dan panen, dan hama penyakit.

    Data tersebut akan diperoleh baik dari hasil pengamatan di lapangan melalui

    wawancara dengan petani, ataupun data sekunder dari instansi terkait di daerah.

    Ketidak sesuaian indek pertanaman padi antara peta hasil analisa dengan fakta di

    lapangan, akan secara langsung dikoreksi di lapangan, yang selanjutnya distribusinya

    secara spas ial akan dikoreksi kembali dengan menggunakan citra satelit.

    Untuk mengetahui tekstur dan sifat kimia tanah secara kuantitatif akan diamb

    il

    contoh tanahnya untuk dianalisa

    di

    laboratorium. Lokasi pengambilan akan dipilih

    pa

    da

    lokasi yang representatif dan mewakili daerah cukup luas. Contoh tanah hanya akan

    ,

    diambil pada lokasi yang potensial untuk pengembangan padi IP-400 atau IP-300

    berdasarkan kedalamannya lapisan atas dan lapisan bawah).

    4.2.3 Pengolahan data

    Kegiatan pengolahan data diawali dengan memilih contoh tanah dan

    menetapkan jenis analisanya. Jen is ana lisa tanah dapat berbeda antara satu tanah

    dengan lainnya. Sebagai contoh, tana h di dataran pantai berbeda dengan tanah yang

    di ambil dari lahan sawah irigasi dataran volkan. Tanah pantai perlu analisa kandungan

    bahan sulfidik atau salinitasnya, seda ngkan tanah dari lahan sawah irigasi dataran

    ol kan hanya akan dianalisa standar karena tida k mengandung unsur-unsur berbahaya

    sep erti salinitas atau adanya bahan sulfidik.

    Pengo

    l

    ahan

    data lainnya adalah

    has

    il

    :.awancara dengan petani atau dari instansi setempat. Data yang diolah, hasilnya akan

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    21/69

     

    digunakan sebagai data masukan untuk menetapkan indek pertanaman padi sawah .

    Pengecekan selama

    di

    lapangan sifatnya hanya

    point

    maka distribusinya

    secara

    spasial

    perlu diverifikasi dengan memanfaatkan citra satelit. Berbagai parameter dapat

    digunakan untuk mengidentifikasi lahan sawah

    pada

    citra antara lain dengan

    memperhatikan greytone pola, dan atau macam penggunaannya. Dengan cara ini,

    delinasi batas satuan lahan indek pertanaman padi akurasinya dapat ditingkatkan.

    4.2.4 Penyusunan Laporan

    Tahap akhir adalah penyusunan laporan terdiri dari naskah dan peta.

    askah

    laporan akan memuat uraian hasil-hasil penelitian lahan sawah yang po tensia l

    pengembangan padi IP-400 dan IP-Iainnya di Provinsi Sulawesi Se latan da l Ba;c

    dalam bentuk data tabular. Sedangkan penyebarannya disaj ikan secara

    spas

    ial

    aa

    a

    bentuk peta indek pertanaman padi sawah. Penyajian

    da

    ta sp

    as ial

    dilakukan dengan

    memanfaatkan Sistem Informasi Geografi (SIG) pada skala 1:250.000. Melalui

    pendekatan ini akan dapat diketahui luas tanam atau luas panen padi per satuan

    waktu di seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Selatan

    dan

    Sulawesi Barat. Sedangkan

    produksi total, dapat diprediksi dengan mengetahui produktivitasnya. Selain data

    spasial, hasil penelitian juga akan menyajikan data tabular per kabupaten untuk

    mengetahui dengan mudah dan cepat kabupaten mana yang potensial untuk

    pengembangan padi IP-400.

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    22/69

    V HASIL DAN PEMBAHASAN

    5 1 lkl m dan Potensi pengairan

    Evaluasi data iklim sangat penting dilakukan sebagai dasar untuk mengetahui

    potensi ketersediaan air untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman. Faktor iklim yang

    semula dianggap sebagai konstanta dalam produksi pertanian, ternyata merupakan

    variabel yang tidak dapat dikendalikan dan mempengaruhi hampir semua aspek

    pertanian mulai dari pemilihan komoditas tanaman, pola tanam, saat tanam, teknik

    budidaya, produktivitas, hama dan penyakit, dan lain sebagainya. Oleh karena itu

    upaya yang dapat dilakukan adalah menyesuaikan perencanaan kegiatan pertanian

    dengan sifat dan karakteristik dari iklim setempat.

    Oi

    antara komponen iklim,

    karakteristik curah hujan yang mencakup intensitas

    dan distribusinya merupakan faktor

    utama yang berpengaruh terhadap ketersediaan air baik untuk keperluan irigasi

    maupun untuk kebutuhan tanaman secara langsung. Kondisi iklim juga akan sangat

    berpengaruh terhadap tipe penggunaan lahan termasuk pola tanam pada lahan sawah

    yang terkait dengan indek pertanaman

    padi

    sawah dengan tanaman lainnya

    Tabel 2 Kriteria zone agroklimat menurut Oldeman 1975).

    Zona

    Agroklimat Bulan Basah BB) Bulan Kering BK)

    >200 mm/bulan) < 100 mm/bulan)

    A

    >9 6

    E1

    0-2

    0-1

    E2

    0-2 2-3

    E3

    0-2 4-6

    E4

    0-2

    >6

    Untuk pertumbuhan tanaman padi, Oldeman 1975) membagi curah hujan

    bu

    lanan rata-rata >200 mm sebaga i bu

    lan

    basah BB), dan bulan lembab BL) dengan

    curah hujan bulanan rata-rata antara 100-200 mm. Wilayah dengan bulan basah dapat

    ditanami padi sawah, sedangkan wilayah dengan bulan lembab hanya dapat ditanami

    palawija dan padi gogo. Untuk wilayah dengan curah hujan bulanan rata-rata

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    23/69

    mm atau bulan kering BK) tidak sesuai untuk ditanami tanaman semusim.

    Berdasarkan jumlah

    BB

    dan BK, Oldeman 1975) membagi wilayah ke dalam 5 zona

    agroklimat yaitu A s/d

    E.

    Zone A atau

    zona

    iklim

    basah

    dicirikan oleh jumlah

    BB

    selama

    >9 bin, sedangkan zone E atau

    zona

    iklim kering dicirikan oleh jumlah

    BB

    selama <

    bulan. Zone

    B, C

    dan D mempunyai jumlah

    BB

    bervariasi antara 3 dan 9 bulan Tabel

    2). Masing-masing zone dibagi lebih detil

    ke

    dalam sub-zone berdasarkan jumlah

    BK-

    nya. Wilayah dengan periode bulan

    basah

    selama 3 bulan berturut-turut dapat

    ditanami padi sawah sekali dalam setahun IP-100), sedangkan untuk ditanami padi 2

    kali IP-200) harus tersedia bulan basah selama 7 bulan berturut-turut Oideman,

    1975). Zona agroklimat B dan A masing-masing dapat ditanami padi 3 kali IP-300)

    dan 4 kali IP-400).

    Karakteristik curah hujan tidak hanya ditentukan oleh jumlah BB dan BK saja,

    akan

    tetapi sangat penting diketahui adalah distribusi curah hujan atau

    po

    la hujan.

    Pola

    atau tipe hujan pertama kali diperkenalkan oleh Boerema

    1

    941) yang membagi

    Jawa dan Madura ke dalam

    69

    tipe hujan, sedangkan untuk luar Jawa

    ke

    dalam

    82

    tipe

    hujan. Untuk Sulawesi Selatan, Boerema membagi wilayah tersebut

    ke

    dalam 5 tipe

    hujan yaitu tipe 47, 48, 49,

    50,

    dan

    51.

    Pembagian tipe hujan yang lebih sederhana

    diperkenalkan oleh Troyer 1976) dengan membagi pola hujan

    ke

    dalam 3

    pola

    yaitu:

    Pola A,

    B,

    dan

    C.

    Balit Agroklimat dan Hidrologi 2003) menambahkan 1 pola curah

    hujan yaitu

    D:

    1.

    Pola hujan A atau pola hujan tunggal simple

    waves

    yang menunjukkan dalam

    satu tahun hanya terjadi satu periode musim hujan dan musim kemarau. Perbedaan

    curah hujan antara musim penghujan dan musim kemarau sangat nyata. Puncak

    I

    hujan tertinggi terjadi pada akhir dan awal tahun, sedangkan curah hujan terendah

    atau musim kemarau terjadi

    pada

    bulan Juli-Agustus-September.

    2. Pola

    hujan 8 atau pola hujan berfluktuasi multi

    waves .

    Kondisi ini memberikan

    gambaran tidak jelas antara curah hujan di musim penghujan dan musim kemarau.

    Besarnya curah hujan bulanan tidak teratur atau curah hujan hampir merata

    sepanjang tahun.

    3. Pola

    hujan Catau pola hujan ganda double

    wave .

    Pola ini memberikan gambaran

    bahwa dalam setahun terjadi 2 kali puncak curah hujan tertinggi dan 2

    kali

    curah

    hujan terendah.

    4. Pola

    hujan D adalah pola hujan tunggal akan tetapi puncak hujan terjadi pada

    bulan Juli-Agustus.

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    24/69

    Atlas Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia Balitklimat dan Hidrologi, 2003)

    membagi wilayah hujan berdasarkan curah hujan rata-rata tahunan, jumlah bulan

    basah BB), bulan kering BK), dan bulan lembab BL). Berdasarkan besarnya curah

    hujan rata-rata tahunan, wilayah hujan dibagi 6 yaitu wilayah I s/d VI, sedangkan sub

    wilayah dibagi berdasarkan pola hujan A s/d D). Untuk tujuan IP-400, ketersediaan air

    dinilai dengan memperhatikan jumlah curah hujan tahunan dan polanya yang membagi

    wilayah ke dalam beberapa

    zona

    iklim yaitu: sangat basah, basah, sedang, kering, dan

    sangat kering Tabel 3).

    Tabel

    3. Zona

    iklim berdasarkan wilayah hujan, bulan basah, bulan lembab,

    dan

    bulan

    kering.

    Bulan

    Bulan Basah

    '

    Curah Hujan

    Wilayah

    Kering Bulan Lembab

    Zona

    Tahunan

    Hujan

    (200

    Iklim

    mm) mm/bln) mm/bln) mm/bln)

    mm/bln)

    A

    7-10 4

    3

    2

    Sang at

    I

    I

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    25/69

    5 1 1 Provinsi

    Su

    lawes i

    Se ~

    Data

    iklim

    be

    rupa

    da

    ta curah hujan rata-rata bulanan dan tahunan, wilayah

    hujan, dan zona iklim untuk masing-masing stasiun pengamat hujan di Provinsi

    Sulawesi Selatan dis

    aj

    ikan pad a Tabel 4,

    5,

    dan 6. Berikut disajikan uraian mengenai

    karakteristik curah hujan, wil

    ay

    ah hujan,

    pola

    hujan, dan

    zona

    iklimnya.

    1). Karakteristik curah hujan

    Potensi iklim yang dinilai dari besarnya curah hujan dan distribusinya

    menunjukkan adanya va

    ri

    as i y

    ang

    sangat besar antara dataran pantai dengan daerah

    perbukitan/pegunungan. Beg itu pula antara pantai barat yang dipengaruhi angin

    musim barat mempunyai distribusi curah hujan yang berbeda dengan panta i timur

    yang dipengaruhi angin pasat tenggara atau angin musim timur. Pengaruh angin

    musim barat terlihat

    di bag

    ian pantai barat yaitu Jeneponto, Takalar,

    Gowa, Ma

    k

    asa r,

    Maras,

    Pangkep, Baru,

    dan

    Parepare

    yang

    memberikan periode hujan

    di

    akhir dan

    awa

    l

    tahun, dengan pola hujan A. Pada waktu yang sama, di bagian pantai timur ya itu

    Bulukumba, Sinjai, Watampone, dan Bone merupakan daerah bayangan hujan atau

    musim kemarau. Pantai timur yang dipengaruhi angin pasat tenggara atau ang in

    musim timur, periode hujan terjadi antara Mei-Agustus dengan

    pola

    hujan B,

    sedangkan

    pada

    waktu bersamaan, pantai barat

    akan

    merupakan daerah bayanga n

    hujan atau musim kemarau. Daerah yang terletak di sebelah selatan G. Lompobatang,

    pengaruh angin barat maupun angin timur tidak jelas,

    akan

    tetapi

    pola

    hujar

    menunjukkan daerah Bulukumba

    dan

    Bantaeng menyerupai

    pola

    bagian timur po1a

    hujan B , sedangkan Jeneponto menyerupai

    pola

    bagian barat pola hujan A . Wi layah

    di

    bagian utara yaitu Soppeng, Tanatoraja,

    Luwu

    Timur, dan

    Luwu

    Utara, mempunyai

    curah hujan tinggi hampir merata sepanjang tahun. Daerah ini berdekatan deng an

    daerah pertemuan angin timur dan angin pasat tenggara dengan pola hujan B atau C

    2) Wilayah hujan

    Wilayah hujan adalah pembagian wilayah berdasarkan besarnya curah hu jan

    rata-rata tahunan. Provinsi Sulawesi Selatan dibedakan dalam 5 wilayah hujan

    ya

    itu

    wilayah hujan I s/d V. Wilayah hujan I atau wilayah hujan terkering menyebar di

    bagian selatan yaitu Kabupaten Jeneponto

    dan

    Bantaeng dengan total curah hu j an

    berkisar antara 908-989 mm/tahun Tabel 4,

    5, dan

    6). Wilayah hujan dengan tota l

    curah hujan antara 1.000-2.000 mm/tahun menyebar

    di

    62 stasiun pengamat hujan

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    26/69

    meliputi Kabupaten Jeneponto Parepare Sidrap Soppeng Bantaeng dan sedikit di

    Kabupaten Gowa Takalar dan Luwu Utara.

    Tabel 4. Curah hujan rata-rata bulanan di wilayah Kabupaten Gowa Takalar Makasar

    dan Maras Provinsi Sulawesi Selatan.

    Curah

    hujan bulanan rata-rata mm)

    abupatenl

    Station

    Jan

    Peb

    Mar

    Apr Mei

    Jun Juli Agt

    Sep

    Okt

    Nop

    Des

    Total Wilayah Zona

    mm) hujan iklim

    Gowa

    Garing

    291

    250 233

    228

    Barembeng

    570

    455

    298

    121

    Kobang/Katangka 393 455 217

    113

    Malakaji

    396 302 282 257

    Mandale 615 499 272 138

    Tete Batu

    Cambaya

    727 585 351 202

    Tete Batu

    I

    586

    5 1

    343 223

    Tinggi Mae 576 377 371

    118

    Bili-bili

    Bonto-bonto

    Bontosunggu 

    Lombosong

    Pattalla

    ssang

    Parang-parang

    Takalar

    554

    462

    348

    3 1

    829 641 479 380

    560

    513

    472

    303

    845 711

    480 415

    679

    519

    488

    383

    689 664

    573 392

    Bonta Kadatto 380

    Lengkese 496

    Jenemarrung 534

    Bajeng 534

    Bon o Kassi 632

    Cakura

    467

    Campagaya

    629

    Palekko 615

    Panakukang

    653

    Sanro Bone/

    Tonasa 570

    Sungguminasa

    639

    Takalar DPU)   496

    Ko,Mara/Malolo 570

    Makasar

    346 172

    320

    150

    434 414

    418 269

    421

    215

    348 297

    497 295

    408 321

    548

    324

    409 248

    435 312

    443 224

    412

    359

    112

    107

    182

    132

    1 1

    195

    136

    189

    169

    115

    226

    109

    298

    Tamangapa

    PAM

    Hasanudd

    in

    Maras

    Mandai

    Manrimisi

    Batubasi

    Bonti-bonti

    Bt.Kappong

    Minasa baji

    Pakelli

    Selojirang

    Tanralili

    582 464 272 166

    611 495 369

    185

    687 598 441 265

    661

    596

    649

    685

    681

    649

    731

    689

    712

    480 335 234

    613 320 216

    557 406 280

    550

    413

    269

    547 439 351

    564 516 228

    560 379 287

    567 367 255

    551

    420

    306

    Sumber: Balit

    Agroklimat dan

    Hidrologi 2003).

    121

    93

    54

    71

    37 58

    59 35 41

    176

    143 82

    91 45

    57

    118 60 58

    110

    75

    99

    68 80 1 1

    134

    85

    173

    171 99

    69

    260

    161

    79

    249 164 78

    237 92

    98

    249

    120

    107

    70

    36 37

    76 40 104

    76

    52 48

    108 32 34

    51 32 48

    64

    47

    83

    108

    52

    51

    93 49 62

    79 45 37

    67 70 25

    97

    56 45

    85 36 38

    143 43

    80

    106 57

    90 64

    134 123

    35

    35

    58

    125 86 46

    148 78 59

    186

    70

    73

    167

    94 68

    189 66 96

    139 80

    161

    176 122 100

    155

    61

    61

    186 103 75

    10

    37

    24

    33

    22

    41

    20

    42

    51

    37

    34

    33

    39

    60

    33

    12

    21

    9

    18

    31

    24

    27

    15

    11

    13

    18

    26

    18

    19

    20

    40

    13

    22

    23

    17

    21

    46

    16

    19

    40

    51

    198

    356

    1925

    IIC

    13 44 166 472

    2342 lilA

    36 79

    174 436

    2062 lilA

    42 53 269 334 2369 lilA

    56 71

    230 567

    2663 lilA

    43 71 205 540 3001 lilA

    52 81 232 410 2732 lilA

    42 55

    197

    637

    2664

    lilA

    108

    106

    323 578 3223

    IVA

    79 111 331 693 3919 IVA

    26

    152

    350

    464 3374

    IVA

    33 70 274 639

    3991 IVA

    41

    1 1

    360 677

    3714 IVA

    80

    149

    426 610 4119 VA

    31

    46 153

    390

    1806 IIA

    11 33 128 326

    1803

    IIA

    50

    85 209 407

    2512 lilA

    49 66

    196

    442 2289 lilA

    25

    80 179

    467 2269 lilA

    52

    134

    232 382 2332 lilA

    49 68

    151 510 2570 lilA

    35 100 200 517 2616

    lilA

    28 44 205 560 2707 lilA

    36

    55

    156

    383 2145 lilA

    23 51 208

    445 2550

    53 52

    170 444 2168

    104 251 308 524

    3118

    38 78 215 447 2478 lilA

    20 60

    206

    567 2721 lilA

    32

    87 280 646 3371

    IVA

    33

    66

    240 523 2869 lilA

    43 83 288 513 2970 II/A

    65

    142

    381

    605

    3436 IVA

    59 145 335 616 3424 IVA

    58 148 380

    633 3605

    IVA

    57

    109 306 622

    3452

    IVA

    105

    194

    321 613

    3634

    IVA

    25 96 296 550 3138

    IVA

    70 155 416 720

    3733

    IVA

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    Kering

    Kering

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Sedar>;;

    Se ::aro;

    S e : ~ ·:

    Easa;

    Sedang

    Sedang

    Basah

    Sedang

    Sedang

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    27/69

    Tabel 5. Curah hujan rata-rata bulanan di Kabupaten Pangkajene Kepulauan

    Jeneponto Parepare Pinrang Bone, Sinjai dan Sidrap

    Kabupaten/

    Station

    Curah hujan bulanan rata-rata

    mm)

    Total Wilayah Zona

    Jan

    Peb Mar Apr

    Mei

    Jun l

    Agt

    Sep

    Okt Nop_

    Des

    mm) hujan

    iklim

    Pangkajene

    Kepulauan

    Manggalung

    560 370

    426

    448

    Marang 610

    Matampa 656

    Baleangin

    Pangkajene

    Segeri,

    Tabo-tabo

    Jeneponto

    Bulo-bulo

    Pakaterang

    Pamisorang

    Gantingan

    Paitana

    TamanRoya

    Taroang

    Bend.Kelara

    Tanrang

    Topa

    681 537

    535 466

    596 548

    721 612

    205

    177

    211 106

    208 185

    370

    174

    201 196

    329 189

    235

    203

    275 275

    443 356

    573 497

    Parepare dan Pin rang

    Amparit

    121

    138

    266

    250

    Pertanian 293

    Labukkang 331

    Bungi Pinrang)

    Bone

    Simp.Binange

    Bengo

    Unyi

    Cellu DPU)

    Katumpi

    8iru

    Macope

    Marada

    Palattae

    Tanete

     

    Sinjai

    Arango

    Sinjai

    8alakia

    Kalibong

    Siwa

    8ikeru

    Palangka

    Sid

    rap

    8ulo

    8ulutimorang

    Lagading

    Talawe

    o d d i r a ~

    156

    108

    469 415

    116 124

    129

    87

    389 314

    195

    144

    184 146

    123 118

    116 120

    185

    218

    153

    141

    126 124

    118 226

    213 164

    311

    241

    153

    141

    255 224

    627 362

    107 99

    112

    108

    69

    82

    9 93

    132

    129

    284

    380

    340

    430

    395

    415

    406

    89

    112

    76

    129

    141

    99

    212

    204

    308

    219

    173

    239

    353

    192

    366

    189

    186

    264

    196

    262

    186

    158

    164

    203

    148

    151

    217

    234

    158

    268

    379

    170

    146

    119

    161

    207

    Sumber:

    8alit Agroklimat

    dan Hidrologi

    2003).

    210

    233

    204

    117

    140

    128

    126

    84

    5

    33

    35

    47

    23

    28

    12

    329

    131

    86 74 20

    197 182

    86

    133 29

    279 254

    178 77

    3

    354 146 98 80 22

    73 105 76 5 8

    93 69 58 30 7

    69 70 53 49

    8

    85 84 101 74

    9

    9 120 88 78 13

    85 62 48 2

    16

    96

    89

    108 85

    16

    214 210 87 105

    2

    191 151 154 87 25

    142 78 54 27

    162

    243

    293

    7

    146

    158

    154

    95

    60

    209 194

    169

    227

    147 77

    180 263 200

    188

    268 246

    230

    195 136

    309

    339 313

    319 366 311

    280 332 302

    262

    279

    295

    285 296

    302

    234

    295

    240

    157

    182

    195

    299

    505 428

    207 239 278

    301 293 402

    221

    334 268

    300 430 372

    545 478 453

    262

    299 191

    221

    248 173

    170 338 229

    216 257

    215

    243

    290

    233

    7

    7

    65

    85

    53

    39

    87 58

    53 33

    174 59

    190 99

    115 64

    279 127

    251 117

    265 79

    313 166

    319

    156

    194 120

    172

    76

    282

    144

    307

    95

    238 125

    202 125

    355 156

    350 88

    185

    129

    136 85

    243

    167

    138

    87

    216 96

    20

    27

    48

    80

    66

    100

    303

    285

    289

    592

    678

    393

    2718 lilA

    2992

    lilA

    2716 lilA

    40 138 442

    658

    3566

    IVA

    5 120

    270

    568

    3032

    IVA

    45 142 347 628 3540

    IVA

    38

    134

    401 770

    3782

    IVA

    6

    24 37 138 989

    lA

    35

    52 150

    925

    lA

    6

    2 43 138 926

    lA

    5

    32

    79 234 1376 IIA

    17

    44 116

    211

    1316

    IIA

    5

    16

    88

    180

    1138 IIA

    42 7 153 1321

    IIA

    24

    89 154

    320 1978

    IIC

    20

    44

    155 266 2200 lilA

    7 60 7

    325 2160

    lilA

    62

    50

    78

    87

    97

    48

    58

    75

    112

    108

    8

    100

    112

    116

    33

    101

    42

    48

    99

    73

    48

    118

    108

    137

    85

    89

    107

    103

    77

    108

    118

    78

    79

    109

    98

    8

    65

    107

    131

    143

    48

    64

    75

    96

    110

    96

    150

    123

    99

    136

    68

    83

    111

    185

    192

    126

    316

    134

    116

    196

    161

    111

    96

    84

    134

    132

    99

    89

    157

    160

    127

    139

    183

    115

    129

    87

    89

    128

    142

    437

    492

    1597

    8

    2181 IIIB

    2388

    IIIC

    202

    1696 8

    545 2863 IIIC

    159 1724 8

    126 1772

    8

    353 2440 lilA

    159 2432

    IIIC

    168 2424

    IIIC

    120 2047

    IIIC

    151 2151

    IIIC

    140

    2442

    IIIC

    170

    2141 IIIC

    138

    1498

    8

    111

    2518

    IIIC

    233 2227

    IIIC

    419 2868 IIIC

    203 2141

    IIIC

    355

    3023

    IV8

    530 4193 vc

    125 1923

    8

    128 1693

    8

    57 1834 liB

    108 1608 8

    128 1974 liB

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Basah

    8asah

    Basah

    8asah

    S.kering

    S.kering

    S.kering

    Kering

    Kering

    Kering

    Kering

    Sedang

    Sedang

    Sedang

    Kering

    Sedang

    Basah

    Kering

    Basah

    Kering

    Kering

    Sedang

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    8asah

    Basah

    Kering

    8asah

    Basah

    Basah

    Basah

    8asah

    Basah

    Kering

    Kering

    Kering

    Kering

    Kering

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    28/69

    Tabel 6.

    Curah

    hujan rata-rata bulanan wilayah Kabupaten

    Soppeng,

    Tanatoraja

    Bantaeng

    Luwu, dan

    Luwu

    Utara

    Kabupaten/

    Station

    Soppeng

    Attang

    Salo

    Congko

    Lalange

    Lappajung

    Lattapareng

    Leworeng

    Malanro

    Pajalessang

    Sero

    Watansopeng

    Umpungeng

    Salobunne

    Attang Salo

    Tana

    Toraja

    Leon

    Makale 

    Mebali

    Salualo

    Ulusalu

    Pangala

    Rantepao

    T.Kalua

    R

    Pangli

    Bantaeng

    Panaikang

    Moti

    Onto

    Luwu

    Utara

    Mulyorejo

    Banyurip

    BKVI

    Pembasian

    Sukamaju

    Katulungan

    Masamba

    Rante Damai

    Sidomakmur

    Luwu

    Das Noling

    Bajo

    Lamasi

    Baliase

    Jan

    154

    200

    128

    145

    146

    166

    127

    126

    166

    139

    334

    192

    154

    217

    2 1

    297

    317

    355

    477

    320

    456

    520

    114

    126

    145

    138

    237

    242

    213

    259

    295

    313

    274

    2 1

    228

    241

    264

    368

    Curah hujan bulanan rata-rata

    mm)

    Total Wilayah

    Peb Mar Apr Mei Juni Juli

    Agt Sep_

    Okt

    Nop_

    Oes

    mm) hujan

    140 124 170 235

    157 116

    130 150 227

    190

    166 143

    119 140 176

    216

    155

    129

    170 171 193 242 144

    171

    120 125

    167 203

    143

    130

    170 . 182

    209

    235 164 162

    115 126 165 222 170 167

    148 169 167

    230

    162

    108

    166

    181 204 182

    145

    122

    131 156 200

    208 158

    138

    384 265 239 190 147

    108

    176 213

    223 270 205 159

    140 124 170 235 157

    116

    234

    215

    296

    260

    266

    358

    357

    452

    458

    100

    103

    121

    155

    207

    212

    197

    190

    291

    307

    292

    179

    247

    220

    302

    316

    246

    261

    344 307

    327 327

    328

    4 1

    354 414

    539

    526

    387 459

    600 489

    634 554

    187

    159

    186 142

    247 221

    206 164

    307 180

    303 252

    296 274

    253

    243

    395 264

    106

    108

    111

    113

    153

    173

    194

    128

    194

    103

    115

    127

    110 114 86 92

    153 231 174 157

    189 146 128 81

    135

    194 183 214 166

    306 317

    298 283 286

    255 256 192 220 174

    262

    379

    320 300 262

    243 274

    387 275

    251

    368 402

    410 349 268

    431 390 347

    350 292

    353 383

    362 317 258

    271 368 456

    322

    323

    353

    314

    323

    363

    380 218 133 142

    343

    297 200

    213

    428 387 265 273

    528

    4

    9

    359

    271

    67

    44 77

    111

    142 1537

    liB

    114 44

    137

    135 200

    1836

    liB

    58 56 92 130 163

    1562

    liB

    55

    51 90

    124

    210 1766 liB

    56 79 111

    130

    207 1617 liB

    91

    54 111 164 222

    1930 liB

    41

    55 79 100 177

    1544

    liB

    53

    85

    107

    100

    175 1630 liB

    48 44 95 126

    191

    1670 liB

    56 57 82

    107

    158 1590 liB

    74

    41

    96

    141

    308 2327 lilA

    87 1 1 181 153 250

    2210

    IIIC

    67 44

    77

    111

    142 1537 liB

    82 64 108 167 231

    2062

    IIIC

    61 43 81

    150

    190 2028 IIIC

    88

    100 367

    270

    314 2965 IIIC

    73 55 94 198 257 2466 IIIC

    123

    131

    158 2

    79

    256 2976 III

    C

    110 76 107 233 432

    3586

    IVB

    173 159

    163

    320

    418

    3520 IVB

    103 116 144

    262 378 3624 IVB

    105 110 147 291 532

    4204

    vc

    20

    21

    34

    14 15 42 98 908

    IB

    28

    31

    46

    24 56

    102

    125

    153

    82

    219

    182

    159

    135

    111

    94

    187 174

    152

    159 184

    208

    236 227 220

    185 186

    163

    159 193 268

    348 231 228

    165

    114 101

    138 135 175

    175

    177

    250

    206

    2 1 211

    84

    175

    167

    130

    170

    222

    222

    268

    232

    184

    220

    199

    195

    144

    1329 liB

    130 1283 liB

    144

    177

    3

    li

    B

    1

    92 2861 IIIC

    24

    5 2303 IIIC

    1

    68

    2744

    IIIC

    230 283

    0

    IIIC

    266 3554

    IVB

    308

    3494

    IVB

    258 3385

    IVB

    226 3385 IVB

    102

    2367 IIIC

    230

    2726

    IIIC

    250

    3293

    IVB

    279

    3776

    IVB

    Sumber:

    Balit Agroklimat dan Hidrologi

    2003) .

    Zona

    iklim

    Kering

    Kering

    Kering

    Kering

    Kering

    Kering

    Kering

    Kering

    Kering

    Kering

    Sedang

    Basah

    Ke

    ring

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    S.basah

    S.kering

    Kering

    Kering

    Kemg

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    B

    asah

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

    Basah

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    29/69

    Wilayah hujan

    I I I

    dengan curah hujan antara 2.000-3.000 mm/tahun menyebar

    di 73

    stasiun pengamat hujan meliputi Kabupaten Gowa Takalar, Makasar, Maras, Pangkep,

    Bone Sinjai, Tanatoraja, Luwu, Luwu Utara, dan sedikit

    di

    Kabupaten Jeneponto dan

    Soppeng. Wilayah hujan IV dengan curah hujan antara 3.000-4.000 mmjtahun

    menyebar di

    29

    stasiun pengamat hujan meliputi Kabupaten Gowa, Maras, Pangkep,

    Tanatoraja, sebagian kecil Kabupaten Takalar, Makasar, Sinjai, Luwu, dan Luwu Utara.

    Sedangkan wilayah hujan V hanya dijumpai di 3 stasiun pengamat hujan yaitu

    di

    Kabupaten Gowa, Sinjai, dan Tatar dengan curah hujan rata-rata tahunan mencapai

    4.204 mm.

    Berdasarkan wilayah hujannya, daerah dengan curah hujan rendah dijumpai di

    bagian selatan Jeneponto dan Bantaeng), serta di bagian tengah yaitu Kabupaten

    Soppeng, Sidrap, Pinrang, dan Parepare. Sedangkan wilayah dengan curah hujan tinggi

    dijumpai di bagian pantai timur dan pantai Barat, serta

    di

    bagian utara yang meliputi

    kabupaten Tanatoraja, Luwu, Luwu Timur, dan Luwu Utara.

    3)

    Pola

    hujan

    Pola

    hujan yang menggambarkan distribusi curah hujan selama setahun

    memperlihatkan 3 pola utama yaitu pola

    A B

    dan C

    Pola

    A yang dipengaruhi angin

    musim barat dicirikan oleh adanya musim kemarau yang nyata terjadi

    pada

    bulan Ju li

    September, dan musim penghujan yang tinggi terjadi pada akhir dan awa l ta hun.

    Pola

    ini dijumpai di pantai barat meliputi Kabupaten Jeneponto, Taka lar, Gowa, r . l a < a s c ~

    Maras, dan Pangkep Gambar 2).

    Keragaan pola hujan di Gow a

    Wilayah hujan lilA,

    rvA

    dan

    VA)

    r ~

    700

    E

    s

    600

    500

    ~ o o

    300

    ~ ~ c

    1 2 3 4 5 6 7 8 9

    10 11

    12

    Bulan

    -+-Gar ing

    - Barerrbeng

    Kobang/Katangka

    - ' · Malakaji

    Mandale

    -+- -Tete

    Batu Carrbaya

    Tete Batu I

    Tinggi

    Mae

    - - Bili-bili

    Bonto-bonto

    Bontosunggu,

    Lorrbosong

    Pattallassang

    Parang-parang

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    30/69

    Keragaan pola hujan di

    rv1akasar

    dan

    rv1aros

    (Wilayah hujan lilA dan

    rvA)

    700

    E 6oo

    s 500

    c

    ro

    5

    ..c

    300

    ::J

    0 200

    100

    0

    900

    800

    700

    600

    500 .

    5

    ..c 400

    ..c

    300 .

    0

    200

    100

    0

    2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    Bulan

    --- --- Tamangapa (rv1akasar)

    PAM rv1akasar)

    Hasanuddin (rv1akasar)

    rv1andai

    (rv1aros)

    rv1anrimisi (rv1aros)

    --- --- Batubasi

    (rv1aros)

    --+-

    Bonti-bonti (rv1aros)

    Bt.Kappong (rv1aros)

    Minasa baji (rv1aros)

    Pakelli (rv1aros)

    Selojirang (rv1aros )

    Tanrali

    li

    (

    rv1aros

    )

    Keragaan pola hujan di Pangkep (Wilayah hujan lilA dan rvA)

    2 3 4 5 6 7

    Bulan

    Keragaan pola hujan di Jeneponto

    (Wilayah hujan lA,

    IIA

    , dan lilA)

    8 9

    10 11

    12

    --- --- rv1anggalung

    -

    rv1arang

    rv a

    larllJa

    Baleangin

    Pangkajene

    --+---Segeri,

    --+- Tabo-tabo

    --- ---

    Bulo-bulo (Jeneponto)

    - Pakaterang (Jeneponto)

    Pamisorang (Jeneponto)

    < Gantingan (Jeneponto)

    Paitana (Jeneponto)

    - TamanRoya (Jeneponto)

    --+- Taroang (Jeneponto)

    Bend.Kelara (Jeneponto)

    Tanrang (Jeneponto)

    Tapa (Jeneponto)

    Gambar 2.

    Pola

    hujan A di Kabupaten Takalar, Gowa, Makasar, Maros, Pangkajene

    Kepulauan, dan Jeneponto.

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    31/69

    Pola

    B atau poia :Jerftuktu

    asi,

    memperlihatkan perbedaan yang tidak nyata

    antara musim peng hujaf" dan musim kemarau. Wilayahnya menyebar di Kabupaten

    Sidrap, Soppeng,

    Ba

    ntaeng, Luwu Utara, Luwu, dan sebagian wilayah Kabupaten

    Parepare, Bone, Sinja

    i,

    dan Tanatoraja. Sedangkan pola C atau pola ganda, yaitu

    dalam satu periode terjadi dua kali musim hujan dan kemarau.

    Pola

    ini menyebar

    di

    kabupaten Tanatoraja, Sinjai, sebagian Luwu Utara, Luwu, Soppeng, dan Pinrang

    (Gambar 3).

    Pola

    hujan di Provinsi Sulawesi Selatan dipengaruhi oleh adanya angin

    musim barat untuk pantai barat (pola A) dan angin musim timur di pantai timur (pola B

    atau C . Di bagian tengah dan utara pola hujan dipengaruhi oleh kedua angin musim

    terse but.

    600

    500

    E

    s

    400

    c

    ~ 300

    s:::;

    s:::;

    200

    ::J

    )

    100

    0

    Keragaan pola hujan di Parepare dan Rnrang

    (Wilayah hujan

    liB

    dan

    IIIC)

    '

    -

    .

    .

    ~ -

    _ . . . . . . . . . : . . . .

      / ~

    _ _ _

    . . - - . . . - ~ - : : : . . : r

    2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

    12

    Bulan

    - - Afll arit

    - Pertanian

    Labukkang

    Bungi (Rnrang)

    L _

    ·

    ---

     

    ,

    E

    Keragaan pola hujan di Luw u

    (Wilayah hujan liB,

    IIIC

    dan fi B)

    600 - - - - - - - - ~ - - - - - - - - - - - - - ~

      - - ~ - - 1 ~ ~ - - ~ - - ~ - - - - - - ~

    s

    400 +----·

    c

    ~ 300

    s:::;

    s:::;

    200

    ::J

    )

    100 •

    0 ~ ~ - - ~ ~ - ~ - r - - ~ ~ - ~ ~ ~

    2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    Bulan

    - -

    Mulyorejo

    - Baja

    Banyurip

    BKVI

    l i

    Das Noling

    - Perrbasian

    -+---- Sukamaju

    - -B a l i ase

    - - - Katulungan

    Lamasi

    Masarrba

    Rante Damai

    Sidomakmur

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    32/69

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    33/69

    400

    350

    E 3oo

    .s 250

    c:

    ·  200

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    34/69

     

    4)

    Zona

    iklim

    Zona iklim d bec

    a<

    an berdasarkan wilayah dan pola hujan Tabel 3). Zona iklim

    sangat kering dijumpai di bagian selatan yaitu sekitar Jeneponto dan Bantaeng.

    Berdasarkan jumlah

    BB

    -nya

    ~

    bin), wilayah demikian tidak

    bisa

    digunakan untuk

    padi

    sawah,

    kecua

    li tersedia air pengairan. Sedangkan

    zona

    iklim kering dengan jumlah

    BB

    hingga 4

    bu

    lan

    ma

    sih memungkinkan ditanami padi 1x per tahun. Wilayahnya

    menyebar di Kabupa ten Soppeng, Sidrap, Jeneponto, sedikit

    di

    wilayah kabupaten

    Bone,

    Bantaeng, da n

    Ta

    kalar.

    Zona

    iklim sedang dengan

    BB

    bervariasi antara 5-6

    bulan memungkinkan ditanam i padi 1 hingga 2x per tahun. Wilayahnya menyebar di

    Kabupaten Takalar, Makasar, Parepare, Pinrang,

    Bone,

    Sinjai, dan sebagian Soppeng.

    Sedangkan wilayah Kabupaten

    Gowa, Maras,

    Pangkep, Sinjai, Tanatoraja, Luwu,

    dan

    Luwu

    Utara mempunyai

    zona

    iklim sedang hingga basah.

    Zona

    iklim

    basah

    dicirikan

    oleh jumlah

    BB

    antara 7-11 bulan, dengan demikian wilayah ini dapat ditanami pad i

    sawah 2 hingga 3x per tahun.

    Zona

    iklim sangat

    basah

    hanya dijumpai di stasiun

    pengamat hujan Palangka Sinjai), Parangparang Gowa), dan R.Pangli Tanatoraja).

    Dengan

    BB

    antara 9 dan 12 bulan, wilayah ini dapat ditanami padi sawah 3 hingga 4x

    tanam per tahun.

    Pada

    kenyataannya, indek pertanaman padi, tidak hanya ditentukan

    oleh

    zona

    iklim atau besarnya curah hujan, tetapi juga ketersediaan air irigasi baik

    debit maupun ketersediaannya sepanjang tahun.

    5.1.2 Provinsi Sulawesi Barat

    1) Karakteristik curah hujan

    Karakteristik curah hujan di Provinsi Sulawesi Barat mas ih dipengaruhi angin

    musim barat dengan pola hujan A, dan pertemuan antara angin musim barat dengan

    angin musim timur atau angin pasat tenggara dengan pola hujan B dan

    C

    Untuk

    Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara dicirikan oleh

    pola

    hujan C dengan curah hujan

    lebih tinggi daripada Majene dan Mamasa yang dicirikan oleh pola hujan

    B.

    Untuk

    Kabupaten Polewali Mandar, stasiun pengamat hujan Tumpiling dan Campalagiang

    menunjukkan adanya pengaruh angin musim Barat dengan pola hujan A, sedangkan

    wilayah lainnya yang merupakan sebagian besar wilayah Polewali Mandar dipengaruhi

    angin musim timur dengan pola hujan

    B,

    kecuali stasiun pengamat hujan Kanang

    dan Polewali mempunyai pola hujan

    C

  • 8/18/2019 112780785-Irigasi.pdf

    35/69

    (2) Wilayah hujan

    Besarnya curah hujan rata-rata tahunan

    di

    Provinsi Sulawesi Barat berkisar

    antara 1.067

    mm di

    stasiun pengamat Tumpiling hingga 2.845 mm

    di

    stasiun

    pengamat Pasangkayu. Berdasarkan wilayah hujannya, Provinsi Sulawesi Barat hanya

    dibedakan dalam dua wilayah hujan yaitu II dan

    III

    Wilayah hujan II dengan curah

    hujan antara 1000-2000 mm/thn menyebar terutama di Kabupaten Polewali Mandar

    sebanyak 10 stasiun pengamat hujan, dua stasiun di Kabupaten Majene, dan dua

    stasiun di kabupaten Mamasa. Sedangkan wilayah hujan III dengan curah hujan antara

    2000-3000 mm/tahun menyebar terutama di Kabupaten Mamuju sebanyak 4 stasiun

    pengamat hujan, 3 stasiun di Kabupaten Polewali Mandar, dan hanya satu stasiun di

    Kabupaten Mamuju Utara (Tabel 7).

    Tabel 7. Curah hujan rata-rata bulanan di wilayah Provinsi Sulawesi Barat

    Kabupatenl

    Stasiun

    Curah hujan

    rata-rata bulanan mm)

    Total Wilayah

    Zona

    Jan

    .

    Peb.

    Mar. Apr .

    Mei

    Juni Juli Agt.

    Sept Okt

    Mamuju

    Kaluku-timur, 214

    Mamuju

    / Binanga

    293

    Babana budong

    29

    6

    Lebani 354

    Polewali Mandar

    Tump

    iling 1

    39

    Campalagiang , 412

    Kanang I 2

    Kanang

    II

    148

    Labassang 185

    Mapili/ Lampa

    239

    Manye-Manye

    191

    Polewa

    li

    351

    Caredelo 217

    Kebun Sari

    '

    134

    Paku

    196

    Papandangan

    159

    Cappang Wono 3 9

    Majene

    224

    199

    196

    2 3

    111

    332

    143

    111

    166

    165

    125

    292

    123

    92

    124

    116

    13

    245 295

    328

    237 227

    18

    27 219 198

    197 2 5

    181

    87

    1 2

    91

    267

    224

    189

    239 13

    163

    176 126 123

    9 148

    148

    1 7

    145 128

    122

    152

    124

    283 274 232

    127 133 147

    94 1 7 141

    154 129 1 2

    2 4 155

    125

    191 27 2 9

    3 8

    259

    191 24

    16

    21

    184

    2 8

    57 63

    122 99

    116 76

    114

    35

    1 98

    83

    96

    117 1 5

    178

    152

    124 116

    99

    85

    96 1 2

    126

    91

    131 151

    168

    155

    1 3

    86

    34

    57

    71

    29

    41

    49

    5

    71

    86

    39

    72

    75

    58

    Majene

    ,

    168

    12 172 111

    139

    81 81 52

    Banggae 1 8 78 1 2 77 186

    71 76

    48

    Mamuju

    Utara

    Pasang

    kayu,

    285

    274 285

    235

    246

    192 231 119

    Mama

    sa

    197

    193

    151 194

    128

    182

    1 7

    18

    82

    76

    65

    1 2

    94

    173

    89

    154

    85 84

    96

    91

    132