Upload
nathasiaronauli
View
516
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan farmasi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Maksud Praktikum
Maksud dari pelaksanaan praktikum farmasetika dasar ini adalah agar
mahasiswa/i dapat memahami dan memiliki keterampilan dalam pembuatan sediaan
obat dalam bentuk serbuk bagi (pulveres) maupun serbuk tidak terbagi (pulvis).
I.II Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat membaca dan memahami resep dokter.
2. Mahasiswa dapat menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
3. Mahasiswa dapat menghitung dosis dengan benar.
4. Mahasiswa dapat menimbang bahan dengan benar.
5. Mahasiswa dapat mengerjakan bahan obat dalam sediaan.
6. Mahasiswa dapat mengemas sediaan dengan tepat dan memberikan informasi
tentang sediaan kepada pasien.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, serbuk adalah campuran homogen
dua atau lebih bahan obat yang diserbukkan. Sedangkan menurut Farmakope
Indonesia edisi IV, serbuk adalah campuran bahan kering, bahan obat atau zat kimia
yang dihaluskan dan ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk oemakaian luar.
Serbuk dapat dibedakan atas 2 macam :
1. Serbuk bagi (pulveres)
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih
sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang sesuai untuk sekali
minum.
2. Serbuk tidak terbagi (pulvis)
Serbuk tidak terbagi adalah serbuk baik untuk pemakaian dalam
maupun pemakaian luar. Misalnya serbuk tabor, serbuk bersin, serbuk gigi,
serbuk sakit maupun serbuk pencahar.
Kelebihan sediaan serbuk :
1. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si
penderita.
2. Cocok untuk anak-anak dan orang dewasa yang sulit menelan tablet atau
kapsul.
3. Lebih stabil dan mudah diserap oleh tubuh.
4. Obat yang volumenya besar untuk tablet/kapsul dapat dibuat dalam serbuk.
Kelemahan sediaan serbuk :
1. Tidak menutupi rasa obat yang tidak enak.
2. Pada penyimpanan menjadi lembab.
2
3. Membutuhkan waktu yang lama dalam penyiapan di apotek.
Keseragaman bobot :
Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu, campur isi ke 20 bungkus tadi dan
timbang sekaligus, hitung bobot isi rata-rata. Penyimpangan antara penimbangan satu
persatu terhadap bobot isi rata-rata tidak lebih dari 15% tiap 2 bungkus dan tidak
lebih dari 10% tiap 18 bungkus.
Cara pembuatan serbukbagi maupun swrbuk tidak terbagi :
1. Serbuk diracik satu demi satu, dan dicampurkan secara sedikit demi sedikit
dan dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit.
2. Jangan mencampurkan obat berkhasiat keras dalam mortir, dalam keadaan
tidak diencerkan, untuk mencegah sebagian obat tertinggal dalam pori-pori
mortir dan stemper.
3. Obat yang berbentuk Kristal / bongkahan besar digerus terlebih dahulu.
4. Obat yang berkhasiat keras, dan jumlahnya sedikit digerus barsamaan dengan
bahan pembawa (kontituen).
5. Obat yang warnanya berlainan digerus bersamaan agar diketahui homogenitas
serbuk.
6. Obat yang jumlah dan volumenya kecil digerus terlebih dahulu. Setelah
selesai meracik sediaan serbuk, bungkus dengan kertas perkamen atau yang
memiliki lapisan lilin.
Bahan tambahan harus memenuhi persyaratan :
1. Tidak membahayakan dalam jumlah yang digunakan.
2. Tidak melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk memberikan efek
yang diharapkan.
3. Tidak mengurangi ketersediaan hayati, efek terapi atau keamanan dari sediaan
resmi.
4. Tidak mengganggu dalan pengujian dan penetapan kadar.
3
R/ Ampisillin 0,250
Paracetamol 0,300
Aspirin 0,500
CTM 0,300
m.f.pulv.No.VII
S.q.dd.pulv 1
Pro : lutfi (4 thn)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Resep 1
I. Resep asli / standar
a. Resep standar : -
b. Kelengkapan resep :
Nama dokter, alamat dan SIP tidak tertera
Tanggal penulisan resep tidak tertera
Signa penggunaan dalam sehari tidak jelas
c. Penggolongan obat
O :
G : Ampisillin
W : CTM
B : Aspirin
4
d. Komposisi bahan : -
II. Uraian Bahan
a. Ampisillin ( FI III, 90 )
Sinonim : Ampicillinum
Kegunaan : Antibiotik
Pemerian : serbuk hablur renik, putih, tidak berbau atau hampir
tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 170 bagian air, praktis tidak larut dalam
etanol 95% P, dalam kloroform P dalam eter P, dalam aseton P dan
dalam minyak lemak.
Dosis : DLA : 1x = -
1 hari = 50 mg/kg – 100 mg/kg
( FI III, 923 )
DMD : 1x = -
1 hari = 4 g
DLD : 1x = 250 mg – 500mg
1 hari = 1 g – 2 g
( FI III, 960 )
b. Paracetamol ( FI III, 37 )
Sinonim : Acetaminopehenum, acetaminophen
Kegunaan : Analgetikum, Antipiretikum
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
pahit.
5
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol 95%
P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9
bagian propilenglikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida.
Dosis : DLA : 1x = 50 mg – 100 mg
1 hari = 200 mg – 400 mg
( FI III, 920 )
DMD : -
DLD : 1x = 500 mg
1 hari = 500 mg – 2 g
( FI III, 959 )
c. Aspirin ( FI III, 43 )
Sinonim : Acidum acetylicum
Kegunaan : Analgetikum, antipiretikum
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau atau serbuk hampir tidak berbau, rasa asam.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol
95% P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P
Dosis : DLA : 1x = 40 mg – 50 mg
1 hari = 120mg – 200 mg
( FI III, 920 )
DMD : 1x = 1 g
1 hari = 8 g
DLD : 1x = 500mg – 1 g
1 hari = 1,5 g – 3 g
6
( FI III, 959 )
d. CTM ( FI III, 153 )
Sinonim : Chlorpheniramini Maleas
Kegunaan : Antihistaminikum
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol 95%
P dan dalam 10 bagian kloroform P, sukar larut dalam eter p.
Dosis : DLA : 1x = -
1h = 0,35 ( dibagi dalam 4 dosis)
( FI III, 927 )
DMD : 1x = -
1h = 40 mg
DLD : 1x = 2 mg – 4 mg
1h = 6 mg – 16 mg
( FI III, 963 )
III. Perhitungan dosis
a. Amoxicillin, pro : Lutfi ( 4thn ), BB = 13 kg
DLA : 1x = 10 mg/kg x 13 kg = 130 mg
1h = 30 mg/kg x 13 kg = 390 mg
Dosis dalam resep
Amoxicillin : 1x = 250 mg : 7 = 35,7 mg < DL
1h = 37,5 mg x 4 = 142,8 mg < DL
Kesimpulan : Dosis Subterapi
Rekomendasi : Dosis dinaikkan sesuai DL
7
1x : 130 mg
1h : 520 mg
b. Paracetamol
DLA ( 1 - 5thn ) : 1x = 50mg – 100mg
1h = 200mg – 400mg
DM : -
DMA : 1h = 4
4+12x 400=1000 mg
1x = 1000
4=250 mg
Dosis dalam resep
Paracetamol : 1x = 300mg : 7 = 42,8 mg < DL
1h = 42,8 mg x 4 = 171,2 < DL
Kesimpulan : Dosis subterapi
Rekomendasi : dosis dinaikkan sesuai DL
1x = 50 mg
1h = 50 mg x 4 = 200 mg
c. Aspirin
DLA : 1x = 40 mg – 50 mg / thn x 4 thn
= 160 mg – 200 mg
1h = 120 mg – 200 mg / thn x 4 thn
= 480 mg – 800 mg
DM : 1x = 1 g
1h = 8 g
DMA : 1x = 4
4+12x1 g=0,25 g
1h = 4
4+12x8 g=2 g
Dosis dalam resep
Aspirin : 1x = 500 mg : 7 = 71,4 mg < DL
1h = 71,4 mg x 4 = 285,6 mg < DL
8
Kesimpulan : Dosis Subterapi
Rekomendasi : Dosis dinaikkan sesuai DL
1x = 200 mg
1h = 200 mg x 4 = 800 mg
d. CTM
DLA : 1x = 4
4+12x (2 mg−4 mg )
= 0,5 mg – 1 mg
1h = 4
4+12x (6 mg−16 mg )
= 1,5 mg – 4 mg
DMA : 1h = 4
4+12x 40 mg=10 mg
1x = 10 mg : 4 = 2,5 mg
Dosis dalam resep
CTM : 1x = 300 : 7 = 42,85 mg > DL
1h = 42,85 mg x 4 = 171,42 mg > DL
Kesimpulan : Dosis Overdosis
Rekomendasi : dosis diturunkan sesuai DL
1x = 0,5 mg
1h = 0,5 mg x 4 = 2 mg
IV. Perbaikan resep
R/ Amoxicillin 130 mg
Paracetamol 50 mg
Aspirin 200 mg
CTM 0,5 mg
m.f.pulv. m.f.pulv.No.VII
S.q.dd.pulv 1
9
Pro : lutfi (4 thn)
V. Penimbangan bahan
1. Amoxicillin : 130 mg x 7 bks = 910 mg
2. Paracetamol : 50 mg x 7 bks = 350 mg
3. Aspirin : 200 mg x 7 bks = 1400 mg
4. CTM : 0,5 mg x 7 bks = 3,5 mg
Pengenceran CTM
Perbandingan ( 1 : 10 ) ( pengenceran tingkat I )
Timbang CTM = 50 mg
SL = 450 mg +
500 mg
CTM yang diambil = 3550
x500 mg=35 mg
Perbandingan (1 : 10 ) ( pengenceran tingkat II )
Timbang CTM = 50 mg
SL = 450 mg +
500 mg
CTM yang diambil = 3550
x500 mg=350 mg
SL = ( 500 mg x 7 ) – ( 910 mg + 350 mg + 1400 mg + 350 mg )
= 3500 mg – 3010 mg
10
Laboratorium Farmasetika DasarAkademi Farmasetika Dasar
Apt : Riswan TakdirNo : 1Smd, 28/11/2010
An. Lutfi4X sehari 1 bungkus
Tidak boleh diulang tanpa resep dokter
= 490 mg
VI. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Timbang semua bahan sesuai penimbangan.
3. Masukkan hasil pengenceran CTM dalam mortir, gerus sampai halus.
4. Masukkan paracetamol dalam mortir, gerus sampai homogeny.
5. Masukkan amoxicillin dalam mortir, gerus ad halus dan homogeny.
6. Tambahkan SL 490 mg dalam mortir, gerus ad homogeny.
7. Keluarkan sediaan dan bagi menjadi 7 bagian sama banyak diatas kertas
perkamen.
8. Dikemas dan beri etiket putih
VII. Etiket
VIII. Edukasi
1. Obat diminum 4x sehari 1 bungkus, dihabiskan.
2. Obat diminum sesudah makan.
3. Obat ini berfungsi sebagai obat penurun demam dan alergi.
11
dr. GunawanJln. Kesehatan 99 SamarindaSIP : 2578 / DU / 1996Smd, 28/11/ 2010R/ mentholChamporaad 0,05Zinci oxydum1Talc. Venetad 5m.f.pulv.adspS.u.ePro : Andi
Resep 2
I. Resep asli
a. Resep standar : -
b. Kelengkapan resep
Alamat pasien tidak tertera.
Paraf dokter tidak tertera.
Umur pasien tidak tertera.
c. Penggolongan obat
O :
G :
W :
B :
12
d. Komposisi bahan : -
II. Uraian bahan
a. Menthol ( FI III, 362 )
Sinonim : Metholum
Kegunaan : Anti iritan
Pemerian : Hablur berbentuk jarum / prisma, tidak berwarna, bau
tajam, seperti minyak permen, rasa agak panas dan aromatic diikuti
rasa dingin.
Kelarutan : sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol
95% P, dalam kloroform P, dalam eter P, mudah larut dalam paravin
cair dan dalam minyak atsiri.
b. Champora ( FI III, 130 )
Sinonim : Kamper.
Kegunaan : Anti iritan.
Pemerian : Hablur putih atau massa hablur, tidak berwarna atau
putih, bau khas, tajam, rasa pedas dan aromatic.
Kelarutan : Larut dalam 700 bagian air, dalam 1 bagian etanol
( 95% ) P, dalam 0,25 kloroform P, sangat mudah larut dalam eter P,
mudah larut dalamminyak atsiri.
c. Zinci oxydum ( FI III, 636 )
Sinonim : Zinci oxydum
Kegunaan : Antiseptikum lokal, yaitu zat yang digunakan untuk
mendesinfeksi bermacam – macam permukaan dengan zat – zat
kimiawi.
Pemerian : serbuk amorf, sangat halus, warna putih atau putih
kekuningan, tidak berbau, tidak berasa,. Lambat laun meresap
karbondioksida dari udara.
13
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol ( 95%)
P, larut dalam asam mineral dan dalam larutan alkali hidroksida.
d. Talc venet ( FI III, 591 )
Sinonim : Talcum.
Kegunaan : Zat tambahan.
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada
kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu.
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
III. Perhitungan bahan
Menthol = 0,05 g
Champora = 0,05 g
ZnO = 1 g
Talc = 5 – ( 1 + 0,05 + 0,05 ) = 3,9 g
IV. Penimbangan bahan
Menthol = 0,05 g
Champora = 0,05 g
ZnO = 1 g
Talc = 3,9 g
V. Cara kerja
1. Siapkan semua alat dan bahan.
2. Timbang bahan – bahan yang diperlukan sesuai perhitungan.
3. Masukkan champore bersama menthol dalam mortir, gerus sampai
mencair lalu keringkan dengan talc yang dimasukkan sedikit demi
sedikit.
4. Ayak ZnO untuk menghindari adanya serbuk ZnO, dengan ayakan
No.100
14
Laboratorium Farmasetika DasarAkademi Farmasetika Dasar
Apt : Riswan TakdirNo : 2Smd, 28/11/2010
Tn. AndiTaburkan pada bagian yang sakit
OBAT LUAR
5. Campur ZnO dan campuran no 3, gerus hingga homogeny.
6. Masukkan campuran ke dalam pengemas yang cocok dan diberi etiket
biru.
VI. Etiket
VII. Edukasi
1. Fungsi dari obat ini adalah untuk mengatasi iritasi yang disebabkan
biang keringat atau gatal – gatal.
2. Cara pakai ditaburkan ditubuh atau bagian yang teriritasi.
3. Tidak efek samping tetapi jika terjadi iritasi berlebih hentikan
pemakaian dan hubungi dokter.
4. Simpan ditempat yang sejuk dan kering, jauhkan dari jangkauan anak
– anak.
15
BAB IV
PEMBAHASAN
Resep 1
Pada praktikum kali ini,praktikan akan membuat sediaan serbuk,yaitu serbuk bagi
(pulveres).Pulveres adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan yang
digunakan untuk pemakaian dalam atau pemakaian luar.
Bahan – bahan yang digunakan dalam resep ini yaitu ampisilin yang berkhasiat
antibiotik,tetapi dalam praktikum kali ini ampisilin diganti dengan amoxicillin,hal ini
disebabkan kombinasi bahan yang dicampur rata rata diminum setelah makan,selain itu
resorpsi dari ampicilin dari usus 30-40% dihambat oleh makanan sehingga sebagian efek
dari obat tidak tepenuhi dengan baik,disbanding dengan amoxicillin yang resorpsinya lebih
lengkap (KI80%) dan pesat dengan kadar darah 2x lipatserta difusi ke jaringan tubuh lebih
baik sehingga amoxcilin dapat digunakan pada saat sesudah atau sebelum makan.Faktor
yang ke dua adalah dari umur pasien,Amoxicilin memiliki efek samping gangguan
usus,lambung,dan radang kulit lebih jarang terjadi,sedangkan efek samping ampisilin lebih
sering menimbulkan gangguan lambung,usus yang mungkinn ada kaitannya dengan
penyerapan yang kurang baik.Begitu pula reaksi alergi kulit dapat terjadi (OOP V,70),karena
pasien dalam resep ini anak anak,maka digunakanlah amoxcilin,karena efek samping lebih
kecil.
Pada resep ini juga terdapat bahan obat,acetaminophen dan aspirin yang memiliki
khasiat yang sama,yaitu sebagai analgetika dan antipiretik,maka di pilihlah salah 1 yang
digunakan yaitu acetaminophen karena aspirin memiliki efek yang rentan pada pasien yang
punya penyakit asam lambung.
Pada resep ini juga terdapat CTM yang berkhasiat sebagai histaminikum (menekan
alergi) tetapi memiliki efek mengantuk,oleh karena itu kita jangan lupa menginformasikan
pada pasien.Dalam resep ini CTM tidak mencapai 50mg,oleh karena itu dibuatlah
pengenceran menggunakan SL,agar CTM dapat ditimbang.
16
Resep 2
Pada resep kali ini akan membuat pulvis atau serbuk tidak terbagi,pada resep ini
mengandung
-Menthol yang berbentuk jarum tidak berwarna yang baunya seperti minyak permen dan
rasa nya panas dan aromatic diikuti rasa dingin ,menthol berfungsi sebagai anti iritan dan
karigen.
-Champora yang berbentuk hablur putih tak berwarna yang rasanya tajam pedas dan
aromatik,yang berfungsi sebagai anti iritan
-ZnO adalah serbuk amorf yang tak berbau,tak berasa,dan tidak larut di semua pelarut
-Talc venefum berbentuk serbuk hablur sangat halus licin dan mudah melekat pada kulit.
Untuk ZnO dan talcum harus diayak terlebih dahulu dengan ayakan no.100 untuk serbuk
halus,Zno diayak karena higroskopis atau menyerap CO2 di udara,agar tidak menggumpal
dan jadi tidak halus.Sedangkan talcum diayak di pengayak nomer 120 yaitu ayakan serbuk
yang sangat halus.
Tujuan dari pengayakan ini untuk menghilangkan butiran kasar,karena apabila
ditemukan butiran kasar dapat mengiritasi kulit.Talk veneum sebagai zat tambahan adalah
untuk meningkatan free flowing,yaitu agar bedak tabor mudah ditaburkan pada
kult,champora dan mentol digerus dalam mortar hingga tercampur dan mencair,hal ini
disebut titik eutektikum dimana titik ini merupakan peristiwa yang terjadinya karena adanya
penurunan titik lebur antara menthol dan campora,jadi pengerjaan mentol dan campora
boleh dicampur karena lebih menguntungkan dalam pembuatan bedak (IMO,43)
17
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Muhammad. 1987 . Ilmu Meracik Obat . Gajah Mada Unifersity Press :
Yogyakarta.
Tim Penyusun. 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Formularium Indonesia . Depkes RI : Jakarta.
18
dr. Taufik Hidayat, Sp. AJl.A.W.Sjahranie No. 226 Samarinda
SIP. 01.01.1.3.2600/DKK/2003Smd,2010
R/ Phenobarbital0,03 mgPapaverin HCl0,01 mg
Ol. Sacch anisi5m.f.la..pulv.dtd. No XII
S.t.dd.pulv IR/ Curvita Syr No I
S. I dd 1 cthPro : Masya ( 3,3 thn )
Alamat: sempaja permai SmdSemoga Lekas Sembuh
Resep 3
I. Resep asli
a. Resep standar
Ol. Sacch anisi :
Oleaosacchara olie sokers, mengandung campuran satu tetes minyak
yang mudah menguap dengan 2 gr serbuk gula oleaosacchara tidak
boleh ada dalam sediaan.
b. Kelengkapan resep
Paraf dokter tidak tertera
19
Tanggal resep tidak lengkar
c. Penggolongan obat
O :
G : Luminal, Phenobarbital
W :
B : Ol. Sacch anisi
d. Komposisi bahan : -
II. Uraian bahan
a. Phenobarbital ( FI III, 481 )
Sinonim : Phenobarbitalum, luminal, fenobarbital.
Farmakologi : Memiliki sifat antikonvulis khusus yang terlepas dari
sifat hipnotiknya, yang digunakan terutama senyawa kerja panjang
untuk memberikan jaminan yang lebih kontinu terhadap serangan
granmal ( OOP, 394 ).
Kegunaan : Hipnotikum, sedativum.
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, masa
agak pahit.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, tidak larut dalam etanol (
95% ) P, dalam eter P, dalam larutan alkali karbonat.
Dosis : DLA : 1x = 7,5 mg
1h = 45 mg – 80 mg
( FI III, 964 )
DMD : 1x = 300 mg
1h = 600 mg
DLD : 1x = 15 mg – 30 mg
1h = 45 mg – 60 mg
( FI III, 980 )
20
b. Papaverin HCl ( FI III, 472 )
Sinonim : Papaverini hydrochloridum, papaverina
hidroklorida.
Kegunaan : Spasmolitikum
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih, tidak bernau, rasa
pahit, kemudian pedas.
Kelarutan : Larut dalam ± 40 bagian air dan dalam ± 120 bagian
etanol ( 95% ) P, larut dalam kloroform P, prkatis tidak larut dalam
eter P.
Dosis : DLA : 1x = 2,5 mg/kg
1h = -
( FI III, 945 )
DMD : 1x = 200 mg
1h = 600 mg
DLD : 1x = 40 mg – 100 mg
1h = 120 mg – 300 mg
( FI III, 980 )
c. Oleum anisi ( FI III, 451 )
Sinonim : Minyak adas manis.
Kegunaan : Zat tambahan.
Pemerian : Tidak berwarna atau kuning pucat, bau menyerupai
buahnya, rasa manis dan aromatic, menghablur jika diinginkan.
Kelarutan : dalam etanol larut dalam 3 bagian volume etanol
( 95% ) P, larutan mennjukkan opalesensi tidak lebih kuat dari
opalesensi yang terjadi jika 0,5 ml perak nitrat 0,1 N ditambahkan
pada campuran 0,5 ml natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air.
21
III. Perhitungan dosis
a. Phenobarbital
DLA : 1x = 15 mg – 20 mg
1h = 45 mg – 80 mg
DMD : 1x = 300 mg
1h = 600 mg
DM anak : 1x = 3 ,3
3,3+12x300 mg=64,70 mg
1h = 3 , 3
3 ,3+12x600 mg=129 , 41mg
Dosis dalam resep
Phenobarbital : 1x = 0,03 mg
1h = 0,03 mg x 3 = 0,09 mg
Kesimpulan : Dosis Subterapi
Rekomendasi : dosis dinaikkan
1x = 25 mg
1h = 25 mg x 3 = 75 mg
b. Papaverin HCl
DLA : 1x = 2,5 mg/kg x 11 kg = 27,5 mg
1h = 27,5 mg : 4 = 6,87 mg
DMA : 1x = 3 , 3
3 ,3+12x200 mg=43 , 3mg
1h =3 , 3
3 ,3=12x 600 mg=129 ,41 mg
Dosis dalam resep
Papaverin HCl : 1x = 0,01 mg
1h = 0,01 mg x 3 = 0,03 mg
Kesimpulan : Dosis Subterapi
Rekomendasi : Dosis dinaikkan
: 1x = 25 mg
22
1h = 25 mg x 3 = 75 mg
IV. Perbaikan resep
R/ Phenobarbital 25 mg
Papaverin HCl 25 mg
Ol. Sacch anisi 5
m.f.pulv.dtd. No XII
S.t.dd.pulv I
V. Penimbangan bahan
1. Phenobarbital : 25 mg x 12 bks = 300 mg
2. Papaverin HCl : 25 mg x 12 bks = 300 mg
3. SL : 3 tetes Ol. Anisi
: 6000 mg – 5000 mg
: 1000 mg
VI. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Timbang semua bahan sesuai penimbangan.
3. Masukkan Phenobarbital ke dalam mortir dan tambahkan sebagian
laktosa, gerus ad homogeny.
4. Tambahkan papaverin HCl ke dalam mortir, gerus ad homogeny.
5. Tambahkan 3 tetes oleum sacch anisi ke dalam mortir, gerus ad
homogeny.
6. Tambahkan sisa laktosa ke dalam mortir, gerus ad homogeny.
7. Keluarkan dari dalam mortir, bagi menjadi 12 bagian lalu bungkus
dengan kertas perkamen.
8. Masukkan ke dalam sak plastic.
9. Beri etiket putih.
23
Laboratirium Farmasetika DasarAkademi Farmasi Samarinda
Apt : Riswan TakdirNo : 3Smd, 28 Nov 2010
Masya3x sehari 1 bungkus
Tidak boleh diulang tanpa resep dokter
Laboratirium Farmasetika DasarAkademi Farmasi Samarinda
Apt : Riswan TakdirNo : 3Smd, 28 Nov 2010
Masya1x sehari 1 sendok teh
Tidak boleh diulang tanpa resep dokter
VII. Etiket
Etiket untuk serbuk
Etiket untuk sirup
VIII. Edukasi
1. Obat ini diminum 3x sehari 1 bungkus untuk serbuknya dan 1x sehari
1 sendok the untuk sirupnya.
2. Simpan obat ditempat yang sejuk dan kering serta terhindar dari sinar
matahari.
24
dr. Taufik Hidayat, Sp. AJl.A.W.Sjahranie No. 226 Samarinda
SIP. 01.01.1.3.2600/DKK/2003Smd,2010
R/ Codein HCl0,3 mgEfedrin0,2
m.f.pulv.dtd. No XS.tdd. pulv I
Pro: Rianti ( 7thn )Alamat: Samarinda, AWS No.3
Semoga Lekas Sembuh
Resep 4
I. Resep asli
a. Resep standar : -
b. Kelengkapan resep
Tanggal penulisan resep tidak lengkap.
Garis merah dibawah narkotik.
c. Penggolongan obat
O : Codein
G : Efedrin
25
W :
B :
d. Komposisi bahan : -
II. Uaraian bahan
a. Codein HCl ( FI III,172 )
Sinonim : Codeini hydrochloridum
Farmakologi : codein termasuk analgetika narkotik yang termasuk
golongan agaris opicit. Mekanisme kerjanya dengan menduduki
reseptor nyeri SSP.
Kegunaan : Antitusivum
Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau serbuk hablur, putih,
tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air dan lebih kurang 90 bagian
etanol ( 95% ) P.
Dosis : DLA : -
DLD : 1x = 10 mg – 20 mg
1h = 30 mg – 60 mg
DMD : 1x = 60 mg
1h = 300 mg
( FI III, 964 )
b. Efedrin ( FI III, 236 )
Sinonim : Efedrini hydrochloridum
Kegunaan : Simpatomimetikum
26
Farmakologi : efedrin adalah golongan analgetika bekerja langsung
terhadap reseptor.
Pemerian : Hablur putih atau serbuk putih halus tidak berbau, rasa
pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 4 bagian air, dalam lebih
kurang 14 bagian etanol ( 95% ) P, praktis tidak larut dalam eter P.
Dosis : DLA : 1x = -
1h = 0,8 mg/kg – 16 mg/kg
( FI III, 933 )
DLD : 1x = 10 mg – 30 mg
1h = 30 mg – 100 mg
DMD : 1x = 50 mg
1h = 150 mg
( FI III, 968 )
c. SL ( FI III, 338 )
Sinonim : Gula putih, saccharosa, sacharum, laktosa.
Kegunaan : Zat tambahan, pemanis.
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis.
Kelarutan : larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air
mendidh, sukar larut dalam etanol ( 95% ) P, praktis tidak larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Dosis : -
III. Perhitungan dosis
a. Codein HCl
DLD : 1x = 10 mg – 20 mg
1h = 30 mg – 60 mg
27
DMD : 1x = 60 mg
1h = 300 mg
DMD : 1x = 7
7+12x 60 mg=22 ,10 mg
1h = 7
7+12x 300 mg=110 , 5 mg
DLA : 1x =7
7+12x (10 mg−20 mg )
= 3,6 mg – 22,10 mg
1h = 7
7+12x (30 mg−60 mg )
= 11,5 mg – 22,10 mg
Dosis dalam resep
Codein HCl : 1x = 0,3 mg
1h = 0,3 mg x 3 = 0,9 mg
Kesimpulan : dosis Subterapi
Rekomendasi : dosis dinaikkan
1x = 20 mg
1h = 20 mg x 3 = 60 mg
b. Efedrin HCl
DLA 1hari = 0,8 mg/kg – 16 mg/kg dibagi dalam 4 dosis.
Berat badan an.perempuan umur 7 thn : 17,5 kg ( ISO,445 )
DLA : 1h = 0,8 mg/kg x 17,5 kg = 14 mg
1x = 14 mg : 4 = 3,5 mg
DLA : 1h = 16 mg/kg x 17,5 kg = 280 mg
1x = 280 : 4 = 70 mg
28
DMD : 1x = 7
7+12x50 mg=18 mg
1h = 7
7+12x150 mg=54 mg
Dosis dalam resep
Efedrin HCl : 1x = 0,2 g = 200 mg
1h = 200 mg x 3 = 600 mg
Kesimpulan : Dosis Overdosis
Rekomandasi : dosis diturunkan
1x = 15 mg
1h = 15 mg x 3 = 45 mg
IV. Perbaikan resep
R/ Codein HCl 20 mg
Efedrin HCl 15 mg
m.f.pulv.dtd.No X
S.tdd.pulv I
V. Penimbangan bahan
1. Codein HCl = 20 mg x 10 bks = 200 mg
2. Efedrin HCl = 15 mg x 10 bks = 150 mg
3. SL = ( 500 mgf x 10 ) – ( 200 mg – 150 )
= 4650 mg
VI. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Timbang semua bahan sesuai penimbangan.
3. Masukkan codein HCl ke dalam mortir, tambahkan sebagian SL, gerus
sampai homogeny dan halus.
29
Laboratirium Farmasetika DasarAkademi Farmasi Samarinda
Apt : Riswan TakdirNo : 4Smd, 28/11/2010
An. Rianti3x sehari 1 bungkus
Tidak boleh diulang tanpa resep dokter
4. Masukkan efedrin HCl ke dalam campuran No. 3 bersama sisa SL,
gerus sampai halus dan homogeny.
5. Keluarkan sediaan dari dalam mortir, bagi menjadi 2 bagian sama
banyak dengan menimbangnya.
6. Bagi masing – masing menjadi 5 bagian.
7. Bungkus dengan kertas perkamen dan kemas, beri etiket putih.
VII. Etiket
VIII. Edukasi
1. Diminum 3x sehari 1 bungkus,dihabiskan.
2. Obat ini berkasiat sebagai pereda batuk dan obat asma.
3. Efek samping dapat menyebabkan depresi pernapasan, ketagihan dan
sulit tidur.
4. Simpan obat ini ditempat yang kering dan sejuk dan terhindar dari
sinar matahari.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Resep 3
Pada praktikum kali ini,praktikan akan membuat sediaan serbuk,yaitu serbuk bagi
(pulveres).Pulveres adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan yang
digunakan untuk pemakaian dalam atau pemakaian luar.
Pertama tama yang kita lakukan adalah menyaipakan alatdan bahan,setelah
semuanya siap digunakan yang pertama dibuat adalah bahan obat oleosacch anisi sebanyak
5 g dan oleum anisi 5 tetes,karena komposisi dari oleosacch anisi dalam Farmakope 5 yaitu
campuran 1 tetes minyak yang mudah menguap dengan 2 g serbuk dan gula,maka dalam
penghitungan bahan SL diambil 6 g dan 3 tetes oleum anisi.Dibuat pengenceran SL karena
pada resep diminta 5 g,maka ditimbang 6 g SL,dan sisihkan 1 g SL dibungkus tersendiri dan
yang SL 5 g dibuat oleum sacch anisi.Karena serbuknya semua berwarna putih maka perlu
ditambahkan carmine,agar terlihat homogen saat digerus.Maka dibuatlah penghitungan
carmine 5% x bobot perbungkus,karena hasil bobot perbungkus tidak bisa ditimbang maka
dibuat pengenceran carmine dengan cara timbang 50 mg carmine dengan 450 mg SL lalu
digerus dan diambil sebanyak 300 mg.Bahan – bahan lain juga ditimbang sesuai
perhitungan,namun penimbangan yang tertera pada resep tidak selamanya benar maka
harus menghitung dosis agar mendapat dosis yang pas sesuai dengan pasiennya.Jika semua
sudah digerus ad homogen,keluarkan dari mortar dan bagi menjadi 12 bungkus,masukkam
dalam pengemas yang sesuai dan beri etiket putih dan jangan lupa tulis “tidak boleh diulang
tanpa resep dokter” karena adanya obat keras pada resep ini.
31
Resep 4
Pada praktikum kali ini,praktikan akan membuat sediaan serbuk,yaitu serbuk bagi
(pulveres).Pulveres adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan yang
digunakan untuk pemakaian dalam atau pemakaian luar.
Pertama tama kita siapkan dulu alat dan bahan yang ingin digunakan,karena sediaan
obat serbuknya berwarna putih maka ditambahkan karmin agar terlihat homogen.maka
dibuat perhitungan karmin dengan cara 5% x bobot perbugkus,karena bobot perbungkus
tidak bisa ditimbang maka dibuat pengenceran dengan cara timbang karmin sebanyak 50
mg dan 450 mg SL,digerus lalu diambil sebanyak 250 mg.Bahan bahan lain yang ditimbang
juga ditimbang sesuai penimbangan,namun harus sesuai dengan umur dan berat badan
pasien agar efek terapi yang diharapkan sesuai dengan umur dan bobot pasien
tersebut.Setelah semua bahan digerus ditambahkan SL untuk memenuhi bobot ideal
perbungkus dan menutupi rasa obat yang pahit dan kurang enak.Setelah semua di gerus ad
homogen kita keluarkan hasil gerusan dan bagi 10 bungkus,masukkan dalam pengemas dan
beri etiket putih.Pada etiket tulislah “tidak boleh diulang tanpa resep dokter” karena adanya
codein HCl sebagai obat narkotik dan efedrin sebagai oba keras.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Muhammad. 1987 . Ilmu Meracik Obat . Gajah Mada Unifersity Press :
Yogyakarta.
Tim Penyusun. 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Formularium Indonesia . Depkes RI : Jakarta.
34
dr. MalikaJl. Rambutan V / 23 Samarinda
SIP : 279 / DKK / 2001Smd,
R/ Tinctura Opii0,5Oleosacch. M.Pip2,0m.f.pulv.dtd.No.XX
S.t.dd.pulu.I.p.cPro : anita (10thn)
Resep 5
I. Resep asli
a. Resep standar
Oleosacch. M.Pip :
Oleaosacchara olie sokers, mengandung campuran satu tetes minyak
yang mudah menguap dengan 2 gr serbuk gula oleaosacchara tidak
boleh ada dalam sediaan.
b. Kelengkapan resep
Tanggal penulisan resep tidak lengkap
Paraf dokter tidak tertera
Garis merah dibawah nama obat narkotik tidak tertera
Alamat pasien tidak tertera
c. Penggolongan obat
O : Tinctura opii
G :
W : Ol. Menthae Pip
35
B :
d. Komposisi bahan : -
II. Uraian bahan
a. Tinctura opii ( FI III, 463 )
Sinonim : Opii tincture, tingtur opium
Farmakologi : Bekerja dengan menduduki reseptor – reseptor nyeri
di SSP, hingga perasaan nyeri dapat diblokir.
Kegunaan : Narkotikum
Pemerian : Cairan jernih, coklat kemerahan, bau khas, rasa pahit.
Kelarutan : -
Dosis : DLD : 1x = 250 mg – 750 mg
1h = 500 mg – 2,25 g
DMD : 1x = 1,5 g
1h = 5 g
( FI III, 979 )
b. Ol. Mentahae Pip
Terdiri atas :
Oleum menthae pip ( FI III, 458 )
Sinonim : Minyak permen.
Kegunaan : Zat tambahan, karminativum.
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau kuning
kehijauan, bau aromatic, rasa pedas dan hangat, kemudian dingin.
Kelarutan : dalam etanol larut dalam 4 bagian volume etanol
( 70% ) P, opalesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi
larutan yang dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perak nitrat 0,1 N
pada campuran 0,5 ml natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air.
Dosis : -
36
SL ( FI III, 338 )
Sinonim : Gula putih, saccharosa, sacharum, laktosa.
Kegunaan : Zat tambahan.
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis.
Kelarutan : larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air
mendidih, sukar larut dalam etanol ( 95% ) P, praktis tidak larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Dosis : -
III. Perhitungan dosis
a. Tincture opii
DLD : 1x = 250 mg – 750 mg
1h = 500 mg – 2,25 g
DMD : 1x = 15 g
1h = 5 g
DLD : 1x = 1020
x (250mg−750mg )
= 125 mg – 375 mg
1h = 1020
x (500 mg−2250 mg )
= 250 mg – 1125 mg
DMD :1x = 1020
x1500 mg=750 mg
1h = 1020
x5000 mg=2500 mg
Dosis dalam resep
Tincture opii :1x = 0,5 g = 500 mg
1h = 500 mg x 3 = 1500 mg
Kesimpulan : Dosis Terapi
37
Laboratirium Farmasetika DasarAkademi Farmasi Samarinda
Apt : Riswan TakdirNo :5Smd, 5/11/2010
Anita3x sehari 1 bungkus
Tidak boleh diulang tanpa resep dokter
IV. Penimbangan bahan
1. Tincture opii = 0,5 g x 20 bks = 10 g
2. SL = 2 g
3. Ol. M.Pip = 1 tetes
V. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Timbang semua bahan sesuai dengan penimbangan.
3. Masukkan tincture opii ke dalam cawan porselen, timbang sebanyak
10 gr, kemudian uapkan diatas penangas air sampai menjadi 1/3
bagian, kemudian keringkan dengan sebagian SL.
4. Masukkan tincture opii yang telah dikeringkan ke dalam mortir uang
telah dihangatkan sebelumnya dengan direndam air panas. Sebelum
tincture opii dimasukkan, lap mortir terlebih dahulu sampai kering.
5. Gerus tincture opii yang sudah kering tadi, ditambahkan dengan
sebagian sisa SL, gerus sampai halus dan homogeny.
6. Terakhir tambahkan ol. Menthae pip sebanyak 1 tetes, gerus sampai
halus dan homogeny.
7. Bagi serbuk menjadi 20 bagian sama banyak, bungkus dengan kertas
perkamen. Beri etiket putih. Signa : 3x sehari 1 bungkus sesudah
makan.
VI. Etiket
38
VII. Edukasi
1. Obat ini diminum 3x sehari 1 bungkus sesudah makan.
2. Khasiat obat ini adalah antitusivum (obat batuk kering).
3. Simpan ditempat yang sejuk dan kering serta terhindar dari cahaya
matahari.
39
dr. AlisaJl. Kelinci 189 SamarindaSIP : 145 / DKK / 2001
Smd,R/ INH200 mg
Rifampicin300 mgVit. B6½ tab
m.f.l.a.dtd.No. XS.t.dd.pulv I p.c
Pro : maia (10thn)
Resep 6
I. Resep asli
a. Resep standar : -
b. Kelengkapan resep
Tanggal penulisan resep tidak tertera.
Paraf dokter tidak tertera.
Alamat pasien tidak tertera.
c. Penggolongan obat
O :
G : INH, Rifampicin
W :
B : Vit. B6
d. Komposisi bahan : -
40
II. Uraian bahan
a. INH ( FI III, 320 )
Sinonim : Isoniazida, isoniazidum.
Famakologi : Terganggunya sintesa mycolic acid yang diperlukan
untuk membangun dinding bakteri (OOP V, 149).
Kegunaan : Antituberkulosis.
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau, rasa agak pahit, terurai perlahan – lahan oleh udara dan
cahaya.
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) p, sukar larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Dosis : DMD : 1x = -
1h = 10 mg/kg
DLD : 1x = 4 mg/kg – 5 mg/kg
1h = -
( FI III, 972 )
b. Rifampicin ( FI III, 560 )
Sinonim : Rifamycinum, rifamisina.
Farmakologi : Perintangan spesifik dari enzim bakteri RNA
sehingga sintesa RNA terganggu (OOV, 150).
Kegunaan : Antibitikum.
Pemerian : serbuk halus, coklat merah.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalamair, mudah larut dalam
kloroform P, larut dalam etil asetat P dan dalam methanol P.
Dosis : DLD : 1x = -
1h = 600 mg
DMD : -
( FI III, 988 )
c. Vitamin B6 ( FI III, 541 )
41
Sinonim : Pyridoxini hydrochloridum, piridoksini
hidroklorida.
Farmakologi : Resorpsinya dari usus dan diubah menjadi metabolic
aktif pyridoxal fosfat dan pyridoxaminfosfat. Eksresinya berlangsung
lewat kemih sebagai pyrodxin (OOP V,447).
Kegunaan : Komponen vitamin B – kompleks.
Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna, atau serbuk hablur
putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol
(95%) P, praktis tidak larut dalam eter P.
Dosis : DLD : 1x = 5 mg – 150 mg
1h = -
DMD : -
( FI III, 987 )
III. Perhitungan dosis
a. INH
DMD : 1x = -
1h = 10 mg/kg
DLD : 1x = 4 mg/kg – 5 mg/kg
1h = -
Pro : Maia (10thn), BB : 24,7 kg
DLD : 1x = (4 mg/kg – 5 mg/kg) x 24,7 kg
=98,8 mg – 123,3 mg
1h = ( 98,8 mg – 123,3 mg ) x 3
= 296,4 mg – 370,5 mg
DMD : 1x = 10 mg/kg x 24,7 kg = 247 mg
1h = 247 mg : 3 = 82,3 mg
Dosis dalam resep
42
INH : 1x = 200 mg
1h = 200 mg x 3 = 600 mg
Kesimpulan : dosis Overdosis
Rekomendasi : Dosis diturunkan
1x = 100 mg
1h = 100 mg x 3 = 300 mg
b. Rifampicin
DLD : 1x = -
1h = 600 mg
DLD : 1h = 600 mg
1x = 600 mg : 3 = 200 mg
Dosis dalam resep
Rifampicin : 1x = 300 mg
1h = 300 mg x 3 = 900 mg
Kesimpulan : Dosis Overdosis
Rekomendasi : Dosis diturunkan
1x = 200 mg
1h = 200 mg x 3 = 600 mg
c. Vit. B6 ( 1 tab= 25 mg/tab )
DLD : 1x = 5 mg – 150 mg
1h = -
DMD : -
DLD : 1x = 1020
x (5 mg−150 mg )
= 2,5 mg – 75 mg
1h = ( 2,5 mg – 75 mg ) x 3
= 7,5 mg – 225 mg
43
Dosis dalam resep
Vitamin B6 : 1x = ½ tab x 25 mg/tab = 12,5 mg
1h = 12,5 mg – 3 = 37,5 mg
Kesimpulan : Dosis Terapi
IV. Perbaikan resep
R/ INH 100 mg
Rifampicin 200 mg
Vit.B6 12,5 mg
m.f.l.a.dtd.No. X
S.t.dd.pulv I p.c
Pro : maia (10thn)
V. Penimbangan bahan
1. INH : 100 mg x 10 bks = 1000 mg
2. Rifampicin : 200 mg x 10 bks = 2000 mg
3. Vit B6 : 12,5 mg x 10 bks = 125 mg
Penegnceran Vit. B6
Perbandingan ( 1 : 6 )
Bahan yang ditimbang Vit B6 = 50 mg
SL = 450 mg +
500 mg
Vit. B6 yang diambil 25 mg x 300 mg = 150 mg
50 mg
44
Laboratirium Farmasetika DasarAkademi Farmasi Samarinda
Apt : Riswan TakdirNo :6Smd, 10/11/ 2010
Anita3x sehari 1 bungkus
Tidak boleh diulang tanpa resep dokter
Sisa pengenceran = 300 mg – 150 mg = 150 mg (dibungkus
tersendiri)
SL = (500 mg x 10 bks) – (1000 mg + 2000 mg + 150 mg)
= 5000 mg – 3150 mg
= 1850 mg
VI. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Timbang semua bahan sesuai dengan penimbangan.
3. Masukkan Vit. B6 ke dalam mortir kecil, gerus sampai halus.
4. Masukkan INH kedalam mortir besar, tambahkan sebagian SL, gerus
sampai halus dan homogeny.
5. Masukkan rifampicin dan Vit. B6 yang telah dihaluskan kedalam
campuran no.4, gerus sampai halus dan homogeny.
6. Terakhir tambahkan sisa SL, gerus sampai halus dan homogeny.
7. Bagi menjadi 10 bagian yang sama banyak diatas kertas perkamen dan
dibungkus. Beri etiket putih. Signa 3x sehari 1 bungkus sesudah
makan.
VII. Etiket
45
VIII. Edukasi
1. Obat ini adalah obat kombinasi yag digunakan untuk mengobati
penyakit TBC
2. Adanya penambahan Vit. B6 adalah untuk mengurangi efek samping
dari kombinasi INH dan rifampicin.
3. Pada saat setelah meminum obat ini, mungkin air seni, ludah, ataupun
keringat akan berwarna kemerahan, hal ini adalah hal biasa dari
pemakaian rifampicin.
4. Obat ini diminum 3x sehari 1 bungkus sesudah makan.
BAB VI
PEMBAHASAN
Resep 5
Pada praktikum kali ini,praktikan akan membuat sediaan serbuk,yaitu serbuk bagi
(pulveres).Pulveres adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan yang
digunakan untuk pemakaian dalam atau pemakaian luar.
Pada resep ini mengandung oleo sacch m pip,yang mengandung campuran 1 tetes minyak
yang mudah menguap,(oleum menthae) dan 2 gr Sl dan tingtuur opii dalam bentuk
tingtur.Tinctura opii dalam resep ini dalam jumlah besar maka pembuatannya dengan
menguapkan diatas tangas air sampai kental baru ditambahkan zat tambahan dan aduk
sampai kering.Setelah diuapkan tincture opii akan berkurang beratnya yaitu dalam jumlah
kecil,maka pembuatannya dalam lumping panas.Tinctur opii harus ditimbang menggunakan
timbangan kasar karena beratya lebih dari 1 g.Kemudiaan oleum ditetesi terakhir supaya tak
menguap.Pada resep ini ditambahkan SL sebanyak 4 g untuk memenuhi bobot ideal
pulveres.
46
Pertama tama kita siapkan alat dan bahan,setelah itu kita timbang tincture opii sebanyak 10
g dalam cawan porselen yang sudah di tara lalu uapkan di atas tangas air menjadi 1/3
bagian,sambil menunggu tincture opii di uapkan,kita perlu memanaskan mortar.Setelah
tincture opii diuapkan dan dikeringkan dengan Sl sebanyak 6 g dalam cawan
porselen.Setelah digerus masukkan dalam mortar yang panas tadi yang sebelumnya sudah
di lap hingga kering,gerus ad homogen.Keluarkan dari mortir yang digerus tadi,lalu timbang
dan bagi menjadi 20 bagian.Penyimpangan dalam perbungkus dengan total berat adalah 15
% tiap 2 bungkus.dan tidak lebih 10% tiap 18 bungkus.Kemas rapi dengan perkamen dan
beri etiket putih.Karena tincture opii adalah narkotik maka harus ditulis “tidak boleh diulang
tanpa resep dokter” dan obat ini diminum setelah makan.
Resep 6
Pada praktikum kali ini,praktikan akan membuat sediaan serbuk,yaitu serbuk bagi
(pulveres).Pulveres adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan yang
digunakan untuk pemakaian dalam atau pemakaian luar.
Pada resep ini riampicin,INH,dan vitamin b6 dalam pemakaiannya dipisah karena apabila
digabung akan menyebabkan hipotoksisitas.
Yang pertama tama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan.Setelah semuanya
siap,dibuat pengenceran carmine 15 mg dengan cara timbang 50 mg. Bahan bahan lain yang
ditimbang juga ditimbang sesuai penimbangan,namun harus sesuai dengan umur dan berat
badan pasien agar efek terapi yang diharapkan sesuai dengan umur dan bobot pasien
tersebut.
Setlah semua bahan dgerus ditambahkan SL untuk rifampicin sebanyak 0,3 g dibungkus jadi
10 bungkus (10x300mg = 3000 mg – 1200 mg = 1800 mg) jadi SL yang digunakan sebanyak
1800 mg.Penambahan SL ini bertujuan untuk memenuhi bobot ideal dari serbuk dan
menutupi rasa pahit dan kurang enak pada obat tersebut.bungkus dalam kertas perkamen
dn beri etiket putih.
47
48
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Muhammad. 1987 . Ilmu Meracik Obat . Gajah Mada Unifersity Press :
Yogyakarta.
Tim Penyusun. 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Formularium Indonesia . Depkes RI : Jakarta.
49
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Maksud Praktikum
Maksud dari pelaksanaan praktikum farmasetika dasar ini adalah agar
mahasiswa/i dapat memahami dan memiliki keterampilan dalam pembuatan sediaan
obat dalam bentuk kapsul.
I.II Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat membaca dan memahami resep dokter.
2. Mahasiswa dapat menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
3. Mahasiswa dapat menghitung dosis dengan benar.
4. Mahasiswa dapat menimbang bahan dengan benar.
5. Mahasiswa dapat mengerjakan bahan obat dalam sediaan.
6. Mahasiswa dapat mengemas sediaan dengan tepat dan memberikan informasi
tentang sediaan kepada pasien.
50
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Kapsul adalah sediaan yang terbungkus cangkang kapsul,keras atau lunak,menurut
farmakope Indonesia edisi III. Sedankan menurut farmakope IV adalah cangkang kapsul
dibuat dari gelatin pati,atau bahan lain yang cocok.
Kapsul cangkang keras,kapsul ini terdiri atas bagian wadah dan tutup myang terbuat
dari metal selulosa,gelatin , pati,atau bahan lain yang cocok.ukuran kapsul bervariasi dari
no.5 sampai no. 000, kecuali cangkang kapsul untuk hewan.cangkang kpsul biasanya diisi
dengan bahan padat atau serbuk,butiran atau granul.campuran serbuk yang cenderung
meleleh dapat diisikan kedalam kapsul cangkang keras.jika menggunakan absorben,seperti
MgO3 atau silicon doksida.
Kapsul cangkang lunak,kapsul jenis merupakan satu kesatuan berbentuk
bulat,silindris atau bulat telur yang terbuat dari gelatin atau bahan lain yang cocok.biasanya
tebal daripada cangkang keras dan dapat di plastisasi dengan penambahan senyawa poliol
seprti sorbitol atau gliserin.
Keuntungan bentuk sediaan kapsul:
Bentuknya menarik dan praktis
Dapat menutupi rasa dan bau yang kurang enak
Mudah ditelan,cepat hancur/larut dalam perut sehingga cepat diarbsorbsi
Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dan dosis yang berbeda-beda
sesuai kebutuhan manusia
Kapsul dapat diisi dengan cepat tanpa zat tambahan
Kerugian bentuk sediaan kapsul:
Tidak untuk zat- zat yang mudah menguap karena pori- pori kapsul tidak dapat
menahan penguapan
Tidak untuk zat yang bersifat higroskopis
Tidak untuk zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul
Tidak dapat diberikan untuk balita
51
Tibisa dibagi ½
Uji kebocoran kapsul:
Kapsul diletakkan dikertas saring atau kertas buram dan digelindingkan beberapa kali
Apabila kapsul bocor akan meninggalkan noda dikertas
Cara membersihkan kapsul:
Bagian luar kapsul harus bebas dari sisa bahan obat yang mungkin masih menempel
pada dinding kapsul
Caranya: kapsul diletakkan diatas sepotong kain (linen,wool) kemudian digosok
hingga bersih
Sebaiknya kapsul disimpan:
Diruang yang tidak terlalu lembab atau kering
Didalam wadah gelas tertutup rapat diberi silica
Didalam wadah plastic,diberi pengering
Didalam blister/ strip alumunim foil.
52
dr. alisaJl. Kelinci 189 SamarindaSIP : 145 / DKK / 2001
Smd,R/ prednisone½ tabAminophyllin½ tab
CTM2 mgm.f.pulv.la.dtd.No X da.in.caps
S.o.q.h.caps IPro : Komeng (10thn)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Resep 1
I. Resep asli
a. Resep standar : -
b. Kelengkapan resep
Paraf dokter tidak tertera
Tanggal penulisan resep tidak tertera
Alamat pasien tidak tertera
c. Penggolongan obat
O :
G : Prednison, Aminophyllin
W :
53
B : CTM
d. Komposisi bahan : -
II. Uraian bahan
a. Prednisone
Sinonim : Prednisonum.
Farmakologi : Kortikosteroid yang bekerja dengan mempengaruhi
metabolism garam dan air (OOP V,679).
Kegunaan : serbuk hablur putih atau hampir putih, tidak berbau,
mula – mula tidak berasa kemudian pahit.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, sukar larut dalam etanol
(95%) P, dalam kloroform P, dalam
Dosis : DLA : 1x = -
1h = 1 mg/kg – 2 mg/kg
DMD : -
( FI III, 949 )
b. Aminophyllin ( FIIII, 82 )
Sinonim : Aminofilia, aminophyllinum, teofilina etildimina
Farmakologi : Berdaya spasmilotis, menstimulasi jantung dan
mendilatasinya menstimulasi SSP dan pemafaran (OOP V, 613).
Kegunaan : Bronkodilator, antispasmodikum, diuretikum.
Pemerian : Butir atau sebuk, putih atau agak kekuningan, bau
lemah mirip aminiak, rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 5 bagian air, jika dibiarkan
mungkin menjadi keruh, praktis, tidak larut dalam etanol (95%) P dan
dalam eter P.
Dosis : DLA : 1x = 5 mg/kg
54
1h = -
( FI III, 922 )
DMD : 1x = 500 mg
1h = 1500 mg
( FI III, 960 )
c. CTM ( FI III, 153 )
Sinonim : Chlorpheniramini Maleas
Kegunaan : Antihistaminikum
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol 95%
P dan dalam 10 bagian kloroform P, sukar larut dalam eter p.
Dosis : DLA : 1x = -
1h = 0,35 ( dibagi dalam 4 dosis)
( FI III, 927 )
DMD : 1x = -
1h = 40 mg
DLD : 1x = 2 mg – 4 mg
1h = 6 mg – 16 mg
( FI III, 963 )
III. Perhitungan dosis
a. Prednisone
Tiap 4 jam 1 kapsul = 164
+ 1 = 5x sehari
DLA : 1x = -
55
1h = 1 mg/kg – 2 mg/kg
BB laki-laki 10thn
(ISO 42, 445) 10 thn 6 bln adalah 23,9 kg
Berat : bulan = 2 3,9 kg : 126 bln = 0,19 kg/bln
Jadi umur anak 10 thn = 0,19 kg/bln x 120 bln = 22,8
DLA : 1h = (1 mg/kg – 2 mg/kg) x 22,8 kg
= 22,8 mg – 45,6 mg
DLA : 1x = ( 22,8 mg – 45,6 mg ) : 3
= 7,6 mg – 15,2 mg
1x = ( 22,8 mg – 45,6 mg ) : 4
= 5,7 mg – 11,4 mg
Dosis dalam resep
Prednisone : 1x = ½ tab x 5 mg = 2,5 mg
1h = 2,5 mg x 5 = 12,5 mg
Kesimpulan : dosis subterapi
Rekomendasi : dosis dinaikkan
1x = 6 mg
1h = 35 mg
b. Aminophyllin
DLA : 1x = 5 mg/kg
56
1h = -
DMD : 1x = 500 mg
1h = 1500 mg
DLA : 1x = 5 mg/kg x 22,8 kg = 114 mg
1h = 114 mg x 6 = 684 mg
DMD : 1x = 1020
x500 mg=250 mg
1h = 1020
x1500 mg=750 mg
Dosis dalam resep
Aminophyllin : 1x = ½ tab x 200 mg = 100 mg
1h = 100 mg x 5 = 500 mg
Kesimpulan : Dosis Terapi
c. CTM
DLA : 1x = -
1h = 0,35 mg (dibagi dalam 4 dosis)
DMD : 1x = -
1h = 40 mg
DLA : 1x = 0,35 mg : 4 = 0,0875 mg
DMA : 1h = 1020
x 40 mg=20 mg
1x = 20 mg : 6 = 3,33 mg
Dosis dalam resep
CTM : 1x = 2mg
1h = 2 mg x 5 = 10 mg
Kesimpulan : Dosis Terapi
IV. Perbaikan resep
R/ Prednison 1,2 tab
Aminophyllin 0,6 tab
57
CTM 2 mg
m.f.pulv.la.dtd.No X.da.in.caps
S.o.q.h caps I
V. Penimbangan
1. Prednisone : 6 mg x 10 kapsul = 60 mg = 12 tab
2. Aminophyllin : 120 mg x 10 kapsul = 1200 mg = 6 tab
3. CTM :2 mg x 10 kapsul = 20 mg = 5 tab
VI. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Timbang semua bahan sesuai perhitungan.
3. Gerus tablet prednisone dimortir kecil, gerus sampai halus.
4. Gerus tablet aminophyllin dalam mortir kecil, gerus ad halus.
5. Buat pengenceran CTM, ambil 50 mg CTM dan 450 mg SL,
masukkan dalam mortir dan gerus ad halus dan homogeny. Ambil dan
timbang sebanyak bahan yang dibutuhkan dari campuran ini.
6. Masukkan hasil gerusan tablet prednisone ke dalam mortir, tambahkan
sebagian SL, kemudian gerus sampai halus dan homogeny.
7. Masukkan hasil gerusan aminophyllin dan pengenceran CTM ked
al;am mortir sampai halus dan homogeny. Kemudian tambahkan sisa
SL, gerus sampai halus dan homogeny.
8. Bagi serbuk menjadi 10 bagian yang sama, kemudian masukkan ke
dalam cangkang kapsul yang telah disiapkan, kemudian tutup dengan
kepala kapsul sampai rapat.
9. Kemas dan beri etiket putih.
VII. Etiket
58
Laboratirium Farmasetika DasarAkademi Farmasi Samarinda
Apt : Riswan TakdirNo :1Smd, 12 Nov 2010
Komeng3x sehari 1 kapsul
Tidak boleh diulang tanpa resep dokter
VIII. Edukasi
1. Obat ini adalah obat yang digunakan bagi pasien penyakit asma yang
disebabkan oleh adanya peradangan pada saluran pernapasan.
2. Obat ini diminum setiap 4 jam 1 kapsul.
3. Obat ini disimpan ditempat yang kering dan terlindung dari cahaya
matahari.
59
Dr.MalikaJl. Rambutan V/23 Samarinda
SIP : 279 / DKK / 2001Smd,
R/ Ext. Belladone3Eaeosacch. Foeniculli2
m.f.la.pulv.No X da.in.capsS.t.dd.caps
Pro : Azis (13thn)
Resep 2
I. Resep asli
a. Resep standar
Oleosacch. Foeniculli :
Oleaosacchara olie sokers, mengandung campuran satu tetes minyak
yang mudah menguap dengan 2 gr serbuk gula oleaosacchara tidak
boleh ada dalam sediaan.
b. Kelengkapan resep
Tanggal penulisan resep tidak lengkap
Alamat pasien tidak tertera
Paraf dokter tidak tertera
c. Penggolongan obat
O : Ext. belladone
G :
60
W :
B : Ol. Sacch foeniculli
d. Komposisi bahan : -
II. Uraian bahan
a. Extrak belladone ( FI III, 108 )
Sinonim : Belladone extracum.
Farmakologi : Melumpuhkan akomodasi (ryclopegia) sebagai
spasmolitikum pada kejang di saluran lambung dan urogenital (OOP
V, 48).
Kegunaan : Parasimpatalitik.
Pemerian : Masaa kental, coklat tua.
Kelarutan : -
Dosis : DLD : 1x = 10 mg – 20 mg
1h = 30 mg – 60 mg
DMD : 1x = 20 mg
1h = 80 mg
b. Oleosacch Foeniculli ( FI III, 457 )
Terdiri dari :
Ol. foeniculli
Sinonim : Minyak adas..
Farmakologi : Menstimulasi sekresi dahak, berdaya spasmolitis juga
berdaya bakteriostatis (OOP V, 625).
Kegunaan : Karminatikum.
Pemerian : Cairan kuning pucat, tidak berwarna, baud an rasa
khas, menyerupai buahnya.
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian etanol (90%) P.
Dosis : -
61
SL ( FI III, 338 )
Sinonim : Gula putih, saccharosa, sacharum, laktosa.
Kegunaan : Zat tambahan.
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis.
Kelarutan : larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air
mendidih, sukar larut dalam etanol ( 95% ) P, praktis tidak larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Dosis : -
III. Perhitungan dosis
a. Ext. belladone
DLD : 1x = 1320
x (10 mg−20 mg )
= 6,5 mg – 13 mg
1h = 1320
x (30 mg−60 mg )
= 19,5 mg – 30 mg
DMD : 1x =1320
x 20 mg=13 mg
1h = 1320
x 80 mg=52 mg
Dosis dalam resep
Ext. belladone : 1x = 3 g = 3000 mg : 10 = 300 mg
1h = 300 mg x 3 = 900 mg
Kesimpulan : Dosis overdosis
Rekomendasi : Dosis diturunkan
1x = 10 mg
1h = 10 mg x 3 = 30 mg
62
IV. Perbaikan resep
R/ ext. belladone 100 mg
Elaeosacch foeniculli 2
m.f.la.pulv. no X da.in.caps
S.t.dd.I.caps
V. Penimbangan bahan
1. Ext. Belladone = 100 mg
2. Elaeosacch foeniculli
SL = 2 g
Ol. Foeniculli = 1 tetes
VI. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Timbang semua bahan sesuai dengan penimbangan.
3. Buat oleaosacch foeniculli dengan mencampurkan 2 gr SL dan 1 tetes
oleum foeniculli, gerus sampai kering dan homogeny di dalam mortir
kecil.
4. Panaskan mortir dengan air panas kemudoan buang airnya dan
keringkan.
5. Masukkan ext. belladone yang sudah ditimbang ke dalam mortir yang
sudah dipanaskan tadi, lalu tambahkan etanol 70% 3 tetes, kemudian
tambahkan sebagian SL sampai kering dan homogeny.
6. Tambahkan hasil pembuatan Ol. Foeniculli ke dalam campuran No. 5
lalu tambahkan masing – masing ke dalam cangkang kapsul lalu tutup
himgga rapat.
7. Kemas dan beri etiket putih.
63
Laboratirium Farmasetika DasarAkademi Farmasi Samarinda
Apt : Riswan TakdirNo :2Smd, 12 Nov 2010
Azis3x sehari 1 kapsul
Tidak boleh diulang tanpa resep dokter
VII. Etiket
VIII. Edukasi
1. Obat ini digunakan pada pasien yang mengalami kejang pada saluran
percernaan (lambung) serta membantu mengeluarkan angin dari dalam
perut sehingga rasa kembung dapat dikurangi.
2. Obat ini diminum 3x sehari 1 kapsul.
3. Simpan obat ditempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari.
64
BAB IV
PEMBAHASAN
Resep 1
Pada resep kali ini sediaan yang dikerjakan adalah kapsul .Pengertian kapsul yaitu
bentuk sediaan obat yang terbungkus cangkang kapsul,keras atau lunak (FI III),Cangkang
kapsul dibuat dari gelatin , pati, bahan lain yang cocok (FI IV).
Pertama tama kita siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.Kemudian timbang
semua bahan sesuai penimbangan.Sebelum itu kita harus menghitung dosis sesuai umr dan
berat badan pasien agar efek dari obat terapi.Setelah semua bahan yang kita gerus halus
dan homogen lalu timbang bobot akhirnya.Perhitungan bobot akhir
Bobot aminophyllin + prednisone + CTM = 2900 = 290 mg
Numero 10
Jadi setiap 1 kapsul bobotnya 290 mg,yang digunakan adalah cangkang nomor 1,walaupun
bobotnya tidak sesuai dengan cangkang no 1 yaitu 300 mg,tapi tidak perlu ditambahkan
bahan tambahan.Sebab salah 1 keuntungan kapsul adalah dapat diisi dengan cepat tanpa
bahan tambahan.Lalu bagi sebanyak 10 bagian yang sama banyak di atas kertas
perkamen.Kemudian masukkan kedalam cangkang kapsul no 1.Masukkan kedalam sak
plastic dan beri etiket putih.Pada etiket “tidak boleh diulang tanpa resep dokter” karena
mengandung prednisone,prednisone adalah obat keras.
65
Resep 2
Pada resep kali ini sediaan yang dikerjakan adalah kapsul .Pengertian kapsul yaitu
bentuk sediaan obat yang terbungkus cangkang kapsul,keras atau lunak (FI III),Cangkang
kapsul dibuat dari gelatin , pati, bahan lain yang cocok (FI IV).
Pertama tama kita siapkan alat dan bahan yang digunakan,setelah itu timbang
semua bahan sesuai penimbangan.Kita harus menghitung dosis terlebih dahulu sesuai umur
dan berat badan agar obat bisa mencapai efek terapi yang di inginkan.Setelah semua siap
kita harus memanaskan mortir,sembari menunggu mortir panas,kita timbang extract
belladone 100 mg yang sebelumnya harus ditara dulu kaca arlojinya.Setelah itu masukkan
ext belladone yang telah di timbang kedalam mortir yang panas dan dikeringan dengan
SL.Penambahan Sl berguna untuk mengeringkan ext belladone. Penambahan SL ext
belladone 5 – 10 kali berat ext belladone sebanyak
9 x 100 mg = 900 mg
Kemudian tambahkan alcohol 70% 2 – 3 tetes gerus ad kering dan homogen,seteah
itu tambahkan oleosacch foeniculli sebanyak 2 g yag mengandung campuran 1 tetes oleum
foeniculli dan 2 g SL gerus ad homogen.Ol. foeniculli dimasukkan terakhir agar tidak
menguap.Jadi setelah semua kita gerus ad homogen kita timbang bobot akhirnya,dimana
saya dapat bobot 290 mg.
Jadi seperti resep 1 yang bobotnya 290 mg kita juga menggunakan cangkang kapsul
nomor 1,bago 10 bagian sama banyak di atas kertas perkamen lalu masukkan kedalam
cangkang kapsulnya dan beri etiket putih
66
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Muhammad. 1987 . Ilmu Meracik Obat . Gajah Mada Unifersity Press :
Yogyakarta.
Tim Penyusun. 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Formularium Indonesia . Depkes RI : Jakarta.
67
Resep 3
I. Resep asli
a. Resep standar : -
b. Kelengkapan resep
Paraf dokter tidak tertera.
Alamat pasien tidak tertera.
c. Penggolongan obat
O :
G :
W :
B : Ol. Iecoris
d. Komposiso bahan : -
68
Dr. Dwi Puspita
SIP : 2698 / DKK / 2007
Jl. Krembangan Asri No. 127 Gresik
Gresik, 19/08/2008
R/ Ol. Iecoris Aselli Gtt. X
f.caps.dtd. No.V
S.s.dd.caps I
Pro : Putri (14thn)
II. Uraian bahan
a. Ol. Iecoris aselli ( FI III, 457 )
Sinonim : Minyak ikan.
Farmakologi : Sintesis mengandung campuran dari kedua vitamin
terlarut dalam minyak atau tersolubilisasi dalam air dengan bantuan
detergens (tween).
Kegunaan : Sumber vitamin A dan vitamin D.
Pemerian : Kuning pucat, bau khas, agak menis, tidak tengik, rasa
khas.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.
Dosis : DLD : 1x = 5 ml
III. Perhitungan dosis : -
IV. Penimbangan bahan
1 gr air = 20 tetes pipet internasional, 1 gr air = 22 tetes pipet biasa.
Ol. Iecoris aselli : 10 tts x 5 = 50 tts x 2210
= 55 tts pipet biasa untuk 5
kapsul = 11 tts pipet biasa untuk 1 cangkang.
Perhitungan
Untuk menentukan isi kapsul :
20 tetesair20 tetes pipet international
x 10=10 tts /kpsl
Untuk menentukan cangkang kapsul 10tts /kpsl20 ttsair
x1gr=0,5 g:
: cangkang No. 0
69
Laboratirium Farmasetika DasarAkademi Farmasi Samarinda
Apt : Riswan TakdirNo 3Smd, 19 Nov 2010
Putri (14thn)1x sehari 1 kapsul
Tidak boleh diulang tanpa resep dokter
V. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Ambil Ol. Iecoris aselli dalam beaker gelas.
3. Masukkan kedalam cangkang kapsul sebanyak 10 tetes untuk tiap
kapsul. Tutup kapsul dengan bantuan campuran alkali dan air yang
dioleskan pada tepi mulut badan cangkang kapsul.
4. Uji kebocoran dengan menggelindingkan kapsul pada kertas saring.
5. Masukkan ke dalam wadah yang cocok, beri etiket putih.
VI. Etiket
VII. Edukasi
1. Obat ini untuk multivitamin (sumber Vit A dan Vit D).
2. Diminum 1x sehari 1 kapsul.
3. Simpan ditempat yang kering dan sejuk serta terhindar dari sinar
matahari.
70
Resep 4
I. Resep asli
a. Resep satndar : -
b. Kelengkapan resep
Nama dokter, SIP dan alamat praktek tidak tertera.
Tanggal penulisan resep tidak tertera.
Paraf dokter tidak tertera.
Umur dan alamat pasien tidak tertera.
c. Penggolongan obat
O :
G : Coffeinum, theophyllinum
W :
B :
d. Komposisi bahan : -
II. Uaraian bahan
a. Coffeinum (FI III, 175)
Sinonim : Kofeina.
71
R/ Coffeinum
Theophyllinum aa 1,5
m.f.caps.No XX
S.t.d.d.caps.I
Pro : Nn. Chika
Farmakologi : Kofeina adalah perangsang susunan saraf pusat yang
kuat dari korteks, medulla, sampai medulla spinalis.
Kegunaan : Stimulan saraf pusat, kordiotonikum.
Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat biasanya
menggumpal, putih, tidak berbau rasa pahit.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%) P,
mudah larut dalam kloroform P, sukar larut dalam eter P.
Dosis : DLD : 1x = 100 mg – 200 mg
1h = 300 mg – 600 mg
DMD : 1x = 500 mg
1h = 1,5 mg
( FI III, 964 )
b. Theophyllinum (FI III, 597)
Sinonim : Teofilina.
Farmakologi : Teofilina juga menstimulasi SSP dan pernapasan,
serta bekerja diuretic lemah dan singkat.
Kegunaan : Spasmolotikum bronchial.
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, pahit, mantap
diudara.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 150 bagian air, lebih
mudah larut dalam air panas, larut dalam lebih kurang 120 bagian
etanol (95%) P, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam
ammonia encer P.
Dosis : DLD : 1x = 200 mg
1h = 500 mg
DMD : 1x = 500 mg
1h = 1g
( FI III, 990 )
III. Perhitungan dosis
72
a. Coffeinum
DLD : 1x = 100 mg – 200 mg
1h = 300 mg – 600 mg
DMD : 1x = 500 mg
1h = 1500 mg
Dosis dalam resep
Coffeinum : 1x = 1500 mg : 20 kapsul = 75 mg
1h = 75 mg x 3 = 225 mg
Kesimpulan : Dosis Subterapi
Rekomendasi : Dosis dinaikkan
1x = 100 mg
1h = 100 mg x 3 = 300 mg
b. Theophyllinum
DLD : 1x = 200 mg
1h = 500 mg
DMD : 1x = 500 mg
1h = 1000 mg
Dosis dalam resep
Theophyllinum : 1x = 1500 mg : 20 kapsul = 75 mg
1h = 75 mg x 3 = 225 mg
Kesimpulan : Dosis Subterapi
Rekomendasi : Dosis dinaikkan
1x = 200 mg
1h = 200 mg x 3 = 600 mg
IV. Perbaikan resep
R/ Coffeinum 2
Theophyllinum 4
73
Laboratirium Farmasetika DasarAkademi Farmasi Samarinda
Apt : Riswan Takdir No : 4Smd, 19 Nov 2010
Nn. chika1x sehari 1 kapsul
Tidak boleh diulang tanpa resep dokter
m.f.caps.No.XX
S.t.d.d.caps I
V. Penimbangan bahan
1. Coffeinum : 2 g
2. Theophyllinum : 4 g
VI. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Timbang semua bahan sesuai perhitungan.
3. Masukkan coffeinum ke dalam mortir lalu gerus ad halus.
4. Masukkan theophyllinum ke dalam mortir, lalu gerus ad homogeny.
5. Keluarkan dari mortir dan timbang bobot akhir. Lalu dibagi menjadi 2
bagian yang sama banyak masing – masing untuk 10 kapsul.
6. Masukkan ke dalam cangkang kapsul yang sesuai.
7. Kemas dalam sak plastic dan beri etiket putih.
VII. Etiket
74
VIII. Edukasi
1. Diminum 3x sehari 1 kapsul.
2. Obat ini digunakan untuk sesak yang merangsang system saraf pusat.
3. Simpan obat ditempat yang kering dan terlindung dari cahaya
matahari.
75
BAB IV
PEMBAHASAN
Resep 3
Pada resep kali ini sediaan yang dikerjakan adalah kapsul .Pengertian kapsul yaitu bentuk
sediaan obat yang terbungkus cangkang kapsul,keras atau lunak (FI III),Cangkang kapsul
dibuat dari gelatin , pati, bahan lain yang cocok (FI IV).
Sediaan kapsul yang dibuat berisi oleum iecoris asselli atau minyak ikan yang berfungsi
sebagai sumber vitamin A dan vitamin D. Dalam pengerjaannya cangkang kapsul yang
digunakan adlah cangkang kapsul keras. Seharusnya untuk bahan yang berisi cair kapsul
yang digunakan adalah cangkang kapsul lunak. Dengan cangkang kapsul lunak resiko
kebocoran bisa di minimalisir atau bahkan tidak terjadi kebocoran. Sebelum memasukkam
oleum iecoris aselli kita harus mentaranya terlebih dahulu ditimbanga kasar untuk bobot
yang sesuai untuk tiap kapsulnya.
1gr air = 20 tetes pipet internasional
1gr air = 22 tetes pipet biasa (telah dihitung)
Ol.Iecoris Aselli= 10 tetes x 5 kapsul = 50tetes x 22/20
= 55 tetes pipet biasa untuk 5 kapsul
Jadi, 1 kapsul terdiri dari 11 tetes
Kita juga harus menentukan nomor cangkang berapa yang akan digunakan , cara
perhitungannya yaitu :
1kapsul / 22 tetes = 1gr / 11 tetes
11/22 = gr
0,5 = gr
76
Jadi, cangkang kapsul yang digunakan adalah nomor O
Perlu diperhatikan , untuk mengisi kapsul dengan bahan cair kapsul diletakkan dalam posisi
berdiri dengan bantuan gabus yang telah dilubangi sebelumnya. Cara meneteskannya pun
harus tegak lurus. Setelah oleum iecoris aselli dimasukkankedalam badan kapsul tutup
kapsul dengan bantuan campuran alcohol dan air yang dioleskan pada bagian luar badan
kapsul , kemudian ditutup sambil diputar hingga rapat. Semuanya harus dilakukan dengan
cepat, agar tidak merusak cangkang kapsul.
Resep 4
Pada resep kali ini sediaan yang dikerjakan adalah kapsul .Pengertian kapsul yaitu
bentuk sediaan obat yang terbungkus cangkang kapsul,keras atau lunak (FI III),Cangkang
kapsul dibuat dari gelatin , pati, bahan lain yang cocok (FI IV).
Resep kali ini mengandung 2 zat aktif yaitu cofeinum dan theophylin,keduanya
berasal dari tanaman yang sama dan mempunyai indikasi yang sama dan sinergis.Maka dari
itu harus di hitung dosis rangkapnya terlebih dahulu,setelah dihitung baik dosis 1x maupun
1 h nya tidak lebih dari 1 maka tidak over dosis,jadi resep 3 bisa dibuat tanpa rekomendasi
yang ditujukan untuk dokter yang menulis resepnya.Sebab apoteker dan asisten apoteker
tidak berhak mengubah dosis
77
78
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Muhammad. 1987 . Ilmu Meracik Obat . Gajah Mada Unifersity Press :
Yogyakarta.
Tim Penyusun. 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Formularium Indonesia . Depkes RI : Jakarta.
79
PENDAHULUAN
I.I Maksud Praktikum
Maksud dari pelaksanaan praktikum farmasetika dasar ini adalah agar
mahasiswa/i dapat memahami dan memiliki keterampilan dalam pembuatan sediaan
obat dalam bentuk salep.
I.II Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat membaca dan memahami resep dokter.
2. Mahasiswa dapat menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
3. Mahasiswa dapat menghitung dosis dengan benar.
4. Mahasiswa dapat menimbang bahan dengan benar.
5. Mahasiswa dapat mengerjakan bahan obat dalam sediaan.
6. Mahasiswa dapat mengemas sediaan dengan tepat dan memberikan informasi
tentang sediaan kepada pasien.
80
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salep adalah sediaan setengah padat yng mudah dioleskan dan digunakan sebgai obat
luar.bahan obat harus larut atau terdispersi homogeny dalam dasar salep yang cocok.
Bedasarkan konsisitensinya,salep dibedakan menjadi:
Unguenta adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega,tidak mencair
pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan
Krim(cremores)adalah sediaan setengah padat yang berupa emulsi mengandung air
yang tidak kurang dari 60%.terdapat dua tipe krim taitu tipe air-minyak dan minyak-air.krim
mudah diserap kulit dan dapat dicuci dengan air.
Pasata adalah sediaan massa lembek,mengandung lebih dari 50% bahan atau serbuk
dan merupakan penutup atau pelindung kulit.
Cerata adalah salep berlemak yang mengandung lilin(wax) presentase tinggi
sehingga konsistensinya lebih keras.
Gel,jelli adalah salep yang lebih halus umumnya cair dan mengandung
sedikit atau tanpa lilin.
Sedangkan penggolongan salep berdasarkan efek terapi dibedakan menjadi salep
epidermik,salep diadermik,salep endodermik.
Salep pidermik adalan salep yang dapat melindungi kulit dan menghasilkan efek
lokal karena bahan obat tak diarbsobsi.dasar salep yang digunakan adalah dasar salep
hidrokarbon.
Salep endodermik adalah salep dimana bahan obatnya menembus kedalam kulit dan
terabsorsi sebagian.
Salep diadermik adalah salep dimana bahan obatnya menembus kedalam melalui
kulit dan mencapai efek yang diinginkan karena diarbsorsi seluruhnya.
Penggolongan salep erdasarkan dasar salep dibedakan menjadi salep hirofobik
(berlemak) dan hidrofilik (menarik air). Dalam membuat sediaan salap ada beberapa dasar
salep antara lain:
Dasra salep hidrokarbon disebut pula dasar salep berlemak contohnya:
vaselin,paraffin cair dan minyak nabati.
81
Dasar salep serap dibedakan menjadi dasar salep yang bercampur dengan air
membentuk emulsi w/o contohnya lanolin anhidrat,em ulsi w/o yang dapat
bercampir dengan sejumlah larutan air tambahan juga berfungsi sebagai emolien
contohnya lanolin.
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air cocok untuk dasar kosmetik contohnya
dasar salep emulsi o/w emlsyifing ointment BP
Dasar salep yang larutn dalam air atau disebit pula dasar salep berlemak contohnya
PEG,tragaka n,gom arab.
Pemilihan dasar salep dipengaruhi oleh:
Khasiat yang diinginkan
Sifat bahan yang dicampurkan
Ktersediaan hayati
Stabilitas
Ketahanan sediaan jadi
Kualitas dasar salep yang baik:
Stabil
Selama dipakai bebas dari inkompatibilitas,tidak terpengaruh suhu dan kelembapan
kamar
Lunak,semua zat dalam salep harus dalam keadaan halus serta seluruh produk harus
lunak dan homogeny
Mudah dipakai
Dasar salep yang cocok
Dapat terdistribusi merata
Persyaratan salep:
Stabil,salep harus stabil sejak diproduksi sampai dipakai.bebas dri ketidak
campuran.stabil pada kelembapan dan suhu kamar.
Lembut/licin,salep umumnya digunakn pada bagian kulit yang meradang lika atau
teriitasi
Homogeny obat cair atau padat harus terbagi rata dalam dasar salep.
82
Mudah digunakn salep harus mudah dioleskan.melunak pada suhu tubuh. Salep jenis
emulsi paling mudah dicuci dengan air dari kulit.
Dasar salep yang cocok,harus cocok secara fisika dan kimia dengan bahan obat.tidak
mengahambat efek terapi obat.mudah melepaskan baha obat dan tidak mengiritasi
seta stabil dalam penyimpanan.
Fungsi salep:
Pembawa bahan obat untuk pengobatan kulit
Bahan pelumas kulit (omolient)
Pelindung kulit
Peraturan pembuatan salep:
Peraturan salep pertama, zat- zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan
kedalamnya,jika perlu dilakukan pemanasan
Peraturan salep kedua, zat- zat yang dapat larut dalam air jika tidak ada petunjuk lain
dilarutkan dalam air.asalkan air yang digunakan dapat diserap oleh dasar salep dan
jumlah air yang dip[akai dikurngi dari basis salep
Peraturan salep etyiga, bahan- bahan yang sukar atu hanya sebagain larut dalam air
dan lamak,harus diserbukan terlebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B4O
Peraturan salep keempat,salep- salep yang dibuat dengan cara
mencairkan,campuranya harus digerus sampai dingin.
83
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Resep 1
I. Resep Asli
a. Resep Standar
R/ Pasta Zinci Aleosa 20
Sengoksida 60
Oleum Sesami 40
b. Kelengkapan Resep
Paraf dokter tidak tertera
Umur dan alamat pasien tidak tertera
c. Penggolongan Obat
O :
G :
84
dr. Mohammad Alif
SIP No. 133/SIP/DKK/2004
Jl. Imam Bonjol 200 Samarinda
Smd, 15 Des 2010
R/ Pasta Zinci Aleosa 20
m.f.pasta
Pro : Susan
W :
B : Sengoksida
d. Komposisi bahan
Sengoksida 12 g
Oleum Sesami 8 g
II. Uraian Bahan
a. Sengoksida ( FI III, 636 )
Sinonim : Zinci oxydum
Kegunaan : Antiseptikum lokal, yaitu zat yang digunakan untuk
mendesinfeksi bermacam – macam permukaan dengan zat – zat
kimiawi.
Pemerian : serbuk amorf, sangat halus, warna putih atau putih
kekuningan, tidak berbau, tidak berasa,. Lambat laun meresap
karbondioksida dari udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol ( 95%)
P, larut dalam asam mineral dan dalam larutan alkali hidroksida.
b. Oleum Sesami ( FI III, 459 )
Sinonim : Minyak wijen
Kegunaan : Sebagai dasar salep
Pemerian : Cairan kuning muda, bau lemah, rasa tawar, tidak
membeku pada suhu 0 ˚.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol ( 95% ) P, mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah.
85
Laboratorium Farmasetika dasarAkademi Farmasi Samarinda
Apt : Riswan Takdir No : 1Smd, 15/12/2010
SusanDioleskan pada bagian yang sakit
OBAT LUAR
III. Penimbangan bahan
Sengoksida = 60
100x20=12 g
Oleum sesame = 40
100x20=8 g
IV. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Timbang bahan sesuai penimbangan.
3. Ayak sengoksida dengan pengayak 100 smesh dan timbang serbuk
yang telah diayak.
4. Masukkan oleum sesami ke dalam mortir, masukkan sengoksida yang
telah diayak. Gerus sampai homogen.
5. Masukkan bahan sediaan ke dalam pot kosong yang telah ditimbang.
Beri etiket biru.
V. Etiket
VI. Edukasi
Obat ini berkhasiat sebagai obat antiseptikum ekstern.
Obat dioleskan pada bagian yang teriritasi.
Simpan obat ditempat yang kering dan sejuk.
86
Jika terjadi iritasi hentikan pemakaian.
87
dr. Muhammad AlifSIP No. 133/SIP/DKK/2004
Jl. Imam Bonjol 200 SamarindaSmd, 15 Desember 2010
R/ Unguentum 2 – 4 10Ungt. Peruvianumad 20
m.f.ungt.d.s.us.extrPro : Tn. Ahmad Doni
Resep 2
I. Resep Asli
a. Resep standar
Unguentum 2 – 4 ( Formularium Indonesia, 196 )
Acid salicyl 2
Sulfur praecip 4
Vaselin ad 100
Unguentum peruvianum ad 20 ( Formularium Indonesia, 244 )
Balsam peru 3
Vaselin kinung27
b. Kelengkapan resep
Paraf dokter tidak tertera
Alamat dan umur pasien tidak tertera.
88
c. Penggolongan Obat
O :
G :
W :
B :
d. Komposisi bahan
Acid salicyl 0,2
Sulfur praecip 0,4
Vaselin putih 9,4
Balsam peru 1
Vaselin kuning 9
II. Uraian bahan
a. Acidum salicylicum ( FI III, 56 )
Sinonim : Asam salisilat
Kegunaan : Antifungi, yaitu obat luar yang dipakai untuk
mematikan atau menghambat fungi pathogen ( Ansel, 636 ).
Pemerian : hablur ringan tidak berwarna atau serbuk
berwarna putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis atau tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian
etanol ( 95% ) P, mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P,
larut dalam larutan ammonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P,
kalium sitrat P dan natrium p.
b. Sulfur praecip ( FI III, 591 )
Sinonim : sulfur praecipitatum, belerang endap.
Kegunaan : Antiskabies, yaitu obat yang mematikan tungau kudis,
bersifat membunuh tungau kudis. ( kamus kedokteran, 313 )
89
Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah
larut dalam karbondisulfida P, sukar larut dalam minyak zaitun P,
sanagt sukar larut dalam etanol ( 95% ) P.
c. Vaselin album ( FI III, 633 )
Sinonim : Vaselin putih
Kegunaan : Zat tambahan, yaitu sebagai dasar salep hidrokarbon
( IMO, 54 )
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini
tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (
95% ) P, larut dalam kloroform P, dalam eter p dan dalam eter minyak
tanah P, larutan kadang – kadang beropalesensi lemah.
d. Balsam peru ( FI III, 102 )
Sinonim : Balsamum peruvianum
Kegunaan : Antiseptikum ekstern, yaitu zat – zat yang digunakan
dalam dermatologi untuk mendesinfeksi kulit dan selaput lender
( OOP, 228 ).
Pemerian : Cairan kental, lengket tidak berserat, coklat
tua, dlam lapisan tipis berwarna coklat, transoaran kemerahan, bau
aromatic khas menyerupai vanillin.
Kelarutan : Larut dalam kloroform P, sukar larut dalam
eter P, dalam eter minyak tanah P dan dalam asam asetat glacial P.
e. Vaselin kuning ( FI III, 633 )
Sinonim : Vaselin flavum.
Kegunaan : Zat tambahan, sebagai bahan dasar salep.
90
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, kuning muda
sampai kuning, sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan
hingga dingin tanpa diaduk. Berflouresensi lemah, juga jika dicairkan,
tidak berbau, hampir tidak berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (
95% ) P, larut dalam kloroform P, dalam eter p dan dalam eter minyak
tanah P, larutan kadang – kadang beropalesensi lemah.
III. Penimbangan bahan
Asam salisilat =2
100x10=0,2 g=200 mg
Belerang endap = 4
100x10=0,4 g=400 mg
Vaselin putih = 94
100x10=9,4 g=9400 mg
Balsam peru = 3
100x10=1 g=1000 mg
Vaselin kuning = 27
100x10=9 g=9000 mg
IV. Cara Kerja
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
2. Timbang bahan – bahan sesuai dengan penimbangan.
3. Gerus belerang endap hingga halus, sisihkan.
4. Gerus asam salisilat dan diteteskan eter secukupnya, digerus hingga
eter menguap lalu tambahkan belerang endap, gerus hingga homogen.
5. Tambahkan vaselin, gerus ad homogeny. Terkhir tambahkan balsam
peru sedikit demi sedikit, gerus ad homogen.
6. Masukkan bahan yang sudah ditimbang ke dalam pot kosong yang
sudah ditimbang, beri etiket biru.
91
Laboratorium Farmasetika DasarAkademi farmasi Samarinda
Apt : Riswan TakdirNo : 2Smd, 15/12/2010
Tn. Ahmad doniOleskan pada bagian yang sakit
OBAT LUAR
V. Etiket
VI. Edukasi
1. Obat ini berkhasiat sebagai antijamur.
2. Obat ini dioleskan pada bagian yang sakit.
3. Simpan obat di tempat yang sejuk, kering dan terlindung
cahaya ,atahari.
4. Obat ini dipakai untuk pemakaian luar.
92
BAB IV
PEMBAHASAN
Resep 1
Pada praktikum kali ini akan dibuat sediaan salep.Salep adalah sediaan setengah
padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar (FI III),salep berdasar
konsistensi terdiri dari unguenta,krim,pasta,cerata,dan gel.Pada resep ini akan dibuat
sediaan pasta.Pasta adalah sediaan yang ber massa lembek mengandung lebih dari 50%
bahan obat serbuk.
Pasta dibagi menjadi 3 yaitu pasta berlemak,pasta kering,pasta pendingin.Pada
resep 2 ini termasuk pasta berlemak sabagai minyak lemak menjadi dasar salepnya.Saat
membuat sediaan ini sengoksida harus diayak terlebih dahulu dengan ayakan 100 mesh
karena kalau ditimbang dahulu baru kemudian di ayak hasilnya tidak sesuai.Ayakan kita
harus benar benar terayak agar tidak ada gumpalan gumpalan yang ikut
tercampur.Sengoksida dicampur terakhir sebab,kalau dimasukkan di awal dikhawatirkan
akan sukar bercampur atau hasilnya terlalu padat namun dapat diatasi dengan penambahan
sedikit demi sedikit sengoksida agar massa homogen dan tidak kaku karena jumlah basis
saelp lebih sedikit dari zat yang padat.
Jangan lupa menuliskan netto pada pot salep dengan cara
(pot kosong + sediaan) – pot kosong
93
Resep 2
Pada praktikum kali ini akan dibuat sediaan salep.Salep adalah sediaan setengah
padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar (FI III),salep berdasar
konsistensi terdiri dari unguenta,krim,pasta,cerata,dan gel.Pada resep 3 kali ini akan
membuat sediaan unguenta,unguenta adalah salep yang memiliki konsistensi seperti
mentega tidak mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan.
Pada resep terdapat resep standar yaitu unguentum 2-4 yang biasa disebut vaselin
kuning.Unguentum 2-4 terdiri dari asam salisilat 2 dan belerang endap 4 serta vaselin
kuning ad 100 (formularium Indonesia). 2-4 menunjukkan perbandingan masing masig
bahan.Vasellin putih tidak digunakan dalam resep ini,karena vaselin putih adalah bentuk
yang dipucatkan warnanya dari vaselin kuning.Pemucatan menggunakan asam sulfat yang
apabila terkena mata akan sangat berbahaya.
Pada resep ini balsam peru ditambah terakhir karena penggerusan dalam waktu lama akan
membuat munculnya dammar dan membuat khasiatnya hilang.
94
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Muhammad. 1987 . Ilmu Meracik Obat . Gajah Mada Unifersity Press :
Yogyakarta.
Tim Penyusun. 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Formularium Indonesia . Depkes RI : Jakarta.
95
Dr. malikaJl. Rambutan V / 23 SamarindaSIP : 279 / DKK / 2001Smd,R/ ungt. Whitefield10AddeTinct. Iodii 3%5m.f.da.s.u.ePro : Aliya
Resep 3
I. Resep asli
a. Resep standar
R/ Ungt. Whitefield 10
Asam benzoate 5
Asam salisilat 5
Lanolin 45
Vaselin putih 45
b. Kelengkapan resep
Paraf dokter tidak tertera
Umur dan alamat pasien tidak tertera
Tanggal resep tidak lengkap
c. Penggolongan obat
96
O :
G :
W :
B : Asam benzoate, asam salisilat, lanolin, vaselin putih.
d. Komposisi bahan
Asam benzoate 0,5
Asam salisilat 0,5
Lanolin 4,5
Vaselin putih 4,5
Tinct. Iodii 3% 5
II. Uraian Bahan
a. Asam benzoate ( FI III, 49 )
Sinonim : Acidum benzoicum
Kegunaan : Antiseptikum ekstern, antijamur
Pemerian : hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam ± 350 bagian air, dalam ± 3 bagian etanol
( 95% ), dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
b. Asam salisilat ( FI III, 56 )
Sinonim : Acidum salicylicum
Kegunaan : Antifungi, yaitu obat luar yang dipakai untuk
mematikan atau menghambat fungi pathogen ( Ansel, 636 ).
Pemerian : hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna
putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis atau tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol
( 95% ) P, mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P, larut
dalam larutan ammonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium
sitrat P dan natrium P.
97
c. Lanolin ( FI III, 61 )
Sinonim : Adeps lanae, lemak bulu domba
Kegunaan : Zat tambahan
Pemerian : Zat berupa lemak, lekat, kuning muda atau kuning
pucat, agak tembus cahaya, bau lemah dan khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol ( 95% ) P, mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
d. Vaselin putih ( FI III, 633 )
Sinonim : Vaselin album
Kegunaan : Zat tambahan, yaitu sebagai dasar salep hidrokarbon
( IMO, 54 )
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap
setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol ( 95% )
P, larut dalam kloroform P, dalam eter p dan dalam eter minyak
tanah P, larutan kadang – kadang beropalesensi lemah.
e. Tinct. Iodii ( FI III, 317 )
Sinonim : Iodii tincture, tingtur iodium
Kegunaan : Anti infeksi kulit
Pemerian : Cairan jernih, berwarna coklat kemerahan, berbau
iodium dan etanol ( FI IV, 466 )
Kelarutan : -
III. Penimbangan
1. Asam benzoate = 5
100x10=0,5 g
98
2. Asam salisilat = 5
100x10=0,5 g
3. Lanolin = 45
100x10=4,5 g
a. Adeps lanae = 75
100x 4,5=3,375 g
b. Aqua = 25
100x 4,5=1,125 g
4. Vaselin putih = 45
100x10=4,5 g
5. Tingtur iodii 3% = 5 g
IV. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Timbang semua bahan sesuai penimbangan
3. Buat lanolin. Caranya campur adeps lanae dan air, gerus, sisihkan.
4. Asam salisilat ditambah etanol ± 3 tetes, gerus, tambahkan asam
benzoate.
5. Tambahkan vaselin putih, gerus ad homogeny.
6. Tambahkan lanolin, gerus ad homogeny.
7. Tambahkan tingtur iodii sedikit demi sedikit, gerus.
8. Masukkan ke dalam pot salep yang sudah ditimbang sebelumnya.
Kemas dan beri etiket.
99
Laboratorium farmasetika dasarAkademi farmasi samarinda
Apt : Riswan TakdirNo : 3Smd,23/12/2010
AliyaOleskan pada bagian yang sakit
OBAT LUAR
V. Etiket
VI. Edukasi
1. Salep ini berfungsi sebagai obat antijamur dan antiseptic.
2. Dioleskan pada daerah yang sakit atau gatal.
3. Simpan ditempat yang tertutup rapat, kering dan terlindung dari
cahaya matahari.
100
dr. AgustianiJl. Merpati 7 SamarindaSIP : 311 / DKK / 2000
Smd, R/ stearic acid3Mineral oil1,1
Triethanolamine0,75Metyl parabenqsPropel parabenqs
Ol. RosaeqsAqua destillata41,4
m.f.da.S.hand CreamPro : Nn. Indri
Resep 4
I. Resep asli
a. Resep standar : -
b. Kelengkapan resep
Tanggal resep tidak tertera
Paraf dokter tidak tertera
Umur dan alamat pasien tidak tertera
c. Penggolongan obat
O :
G :
101
W :
B : Stearic acid, Mineral oil, Triethanolamine,Metyl paraben,Propel paraben,Ol. Rosae,Aqua destillata.
d. Komposisi bahan : -
II. Uraian Bahan
a. Acidum stearicum ( FI III, 57 )
Sinonim : Asam stearat.
Kegunaan : Zat tambahan, sebagai zat pengemulsi.
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan,
hablur putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin.
Kelarutan :Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian
etanol ( 95% ) P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter
p.
b. Paraffinum liquidum ( FI III, 474 )
Sinonim : Parafin cair, mineral oil.
Kegunaan : Laksativum.
Pemerian :Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak
berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol ( 95% )
P, larut dalam eter P.
c. Triethanolaminum ( FI III, 612 )
Sinonim : Triethanolamina, TEA.
Kegunaan : Zat tambahan, yaitu sebagai emulgator tipe w/o,
bersama – sama dengan asam stearat membentuk sabun.
102
Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat,
bau lemah mirip amoniak, higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan etanol ( 95% ) P, larut
dalam kloroform P.
d. Methyils Parabenum ( FI III, 378 )
Sinonim : Metil paraben, nipagin.
Kegunaan : Zat pengawet.
Pemerian : Serbuk hablur halus, hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar, diikuti rasa tebal.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol ( 95% ) dan dalam 3 bagian aseton
P, mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hodroksida, larut
dalam 60 bagian gliserol P panas, dalam 40 bagian minyak lemak
panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.
e. Prorylis parabenum ( FI III, 535 )
Sinonim : Propil paraben, nipasol.
Kegunaan : Zat pengawet.
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian
etanol ( 95% ) P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol
P, dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan atau
alkali hidroksida.
f. Oleum rosae ( FI III, 459 )
Sinonim : Minyak mawar.
Kegunaan : Pengaroma.
Pemerian : Cairan, tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai
bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25o kental, jika didinginkan
103
perlahan – lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika
dipanaskan mudah terbakar.
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian kloroform P, laritan jernih.
g. Aqua destillata ( FI III, 96 )
Sinonim : Air suling.
Kegunaan : Zat tambahan.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
III. Penimbangan bahan
1. Asam stearat = 3 g
2. Mineral oil = 1,1 g
3. Triethanolamina = 0,75 g
4. Metal paraben = 0,12% x ( 3 + 1,1 + 0,75 + 41,4 ) = 55 mg
5. Propel paraben = 0,02% x ( 3 + 1,1 + 0,75 + 41,4 ) = 9 mg
6. Oleum rosae = 1 tetes
7. Aqua destillata = 41,4 ml
IV. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Timbang semua bahan sesuai penimbangan.
3. Panaskan mortir dengan menuankan air panas ke dalam mortir.
4. Masukkan ke dalam beaker gelas aqua destillata dan metal paraben
dan taruh diatas penangas air sampai larut.
5. Masukkan ke dalam cawan porselen propel paraben, mineral oil dan
asam stearat lau taruh diatas penangas air sampai mencair.
6. Tambahkan TEA pada fase air aduk sampai larit.
104
Laboratorium Farmasetika DasarAkademi farmasi Samarinda
Apt : Riswan TakdirNo : 4Smd, 15/12/2010
Nn. indriOleskan pada bagian yang sakit
OBAT LUAR
7. Masukkan fase minyak ke dalam mortir, tambahkan fase air sedikit
demi sedikit, aduk cepat hingga memnentuk cream.
8. Tambahkan oleum 1 tetes dan gerus hingga homogeny.
9. Masukkan sediaan ke dalam pot salep yang sudah ditimbang dan beri
etiket biru
V. Etiket
VI. Edukasi
1. Krim ini digunakan untuk melembutkan kulit tangan.
2. Dioleskan pada permukaan kulit tangan.
3. Disimpan ditempat yang sejuk dan kering, simpan pada wadah tertutup
rapat dan terlindung dari cahaya matahari.
4. Hanya untuk pemakaian luar.
105
BAB IV
PEMBAHASAN
Resep 3
Pada praktikum kali ini akan dibuat sediaan salep.Salep adalah sediaan setengah
padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar (FI III).Dalam resep ini salep
yang dibuat terdiri dari ungt.whitefield adde tinc iodii.Unguenta whitefield ini juga bisa
disebut salep putih terdiri dari asam benzoate 0,5 g,asam salisilat 0,5 g,dan vaselin putih 4,5
g.dan lanolin yang terdiri dari adeps lanae 75% dan air 25% dan terakhir tambahkan tinc
iodii 5 g.
Pada resep kali ini ada bahan asam benzoate dan asam salisilat yang mudah larut
dengan etanol 95% untuk melarutkanya.Keunggulan etanol 95% dari etanol 70% adalah
etanol 95% hanya mengandung 5 % air dibanding etanol 70% yang berisi 30% air.
Pada resep ini juga dipakai vaselin putih bukan kuning karena resep sudah jelas kau
yang dipakai adalah ungt,whitefield yang berarti salep putih.Vaselin putih adalah bentuk
yang dipucatkan warnanya dari vaselin kuning.Pemucatan menggunakan asam sulfat yang
apabila terkena mata akan sangat berbahaya.
Jangan lupa memberi etiket biru pada pot salep
Resep 4
Pada praktikum kali ini akan dibuat sediaan salep.Salep adalah sediaan setengah
padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat uar (FI III).Dalam resep ini akan
dibuat hand krim.Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air
tidak kurang dari 60%.Tipe krim ada 2 yaitu tipe air minyak dan minyak air.
Dalam resep ini terlebih dahulu membuat 2 fase yang disebut fase air dan fase
minyak>Campuran fase air adalah aquades dan nipagin yang di cairkan di bekerglass dengn
106
air panas.Lalu campurkan fase minyak yang terdiri dari as stearat,mineral oil dan nipasol
kedalam cawan poreselen yang sudah di tara lalu dileburkan diatas tangas air.
Pada praktkum kali ini sediaan yang saya buat tiak jadi sebab mortir yang digunakan kurang
panas dan penggerusannya tidak cepat.Dan jangan lupa tambahkan TEA yang berfungsi
sebagai emulgator untuk menggabungkan fase minyak dan fase air.
107
108
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Muhammad. 1987 . Ilmu Meracik Obat . Gajah Mada Unifersity Press :
Yogyakarta.
Tim Penyusun. 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Formularium Indonesia . Depkes RI : Jakarta.
109
Resep 5
I. Resep asli
a. Resep standar
Ungt. Leniens 40
Cera alba 5
Cetaceum 10
Adeps lanae 10
Oleum sesame 50
Adde
Air dingin 20
Tinct. Benzoate 5
b. Kelengkapan resep
Nama, SIP, alamat praktek dokter tidak tertera.
Paraf dokter tidak tertera.
Umur dan alamat pasien tidak tertera.
c. Penggolongan obat
O :
G :
W :
B :
110
R/ Ungt. Leniens Ph. Ned V 40
S.u.e d.i.d
Pro : Fatmawati
d. Komposisi bahan
Cera alba 5
Cetaceum 10
Adeps lanae 10
Oleum sesame 50
Air dingin 20
Tinct. Benzoate 5
II. Uraian bahan
a. Cera alba ( FI III, 140 )
Sinonim : Malam putih
Kegunaan : Zat tambahan
Pemerian : Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan, bau
khas lemah.
Kelarutan :Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol ( 95% ) P dingin, larut dalam kloroform P, dalam eter P hangat,
dalam minyak lemak atsiri.
b. Cetaceum ( FI III, 141 )
Sinonim : Setaceum, spermaceti, malam padat murni.
Kegunaan : zat tambahan.
Pemerian : Massa hablur, bening, licin, putih mutiara, bau dan
rasa lemah.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol ( 95% )
P dingin, larut dalam 20 bagian etanol ( 95% ) P mendidih, dalam eter
P dalam karbondisulfida P, dalam minyak lemak dan dalam minyak
atsiri.
111
c. Adeps lanae ( FI III, 61 )
Sinonim : Lemak bulu domba
Kegunaan : Zat tambahan
Pemerian : Zat berupa lemak, lekat, kuning muda atau kuning
pucat, agak tembus cahaya, bau lemah dan khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol ( 95% ) P, mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
d. Aqua destillata ( FI III, 96 )
Sinonim : Air suling.
Kegunaan : Zat tambahan.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan : -
e. Oleum Sesami ( FI III, 459 )
Sinonim : Minyak wijen
Kegunaan : Sebagai dasar salep
Pemerian : Cairan kuning muda, bau lemah, rasa tawar, tidak
membeku pada suhu 0 ˚.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol ( 95% ) P, mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah.
f. Tinct. Benzoate
Terdiri atas :
Asam benzoate
Sinonim : Acidum benzoicum
kegunaan : Antifungi
112
Pemerian : Serbuk hablur putih atau sisik mengkilat tidak
berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak asam dan pahit kemudian
manis.
Spiritus
Sinonim : Spiritus fortior
Kegunaan : zat tambahan
Pemerian : Zat cair tak berwarna, jernih dengan bau dan rasa
yang mudah dikenal yang dapat terbakar dengan cahaya yang sedikit
member penerangan.
III. Penimbangan
1. Cera alba = 5
100x20=1g+(20 % x1 g )=1,2 g
2. Cetaceum = 10
100x20=2 g+(20 % x 2 g )=2,4 g
3. Adeps lanae = 10
100x10=2g+(20 % x 2 g )=2,4 g
4. Oleum sesame =5
100x20=10 g+(20 % x 10 )=12 g
5. Air dingin =20
100x20=4 g
6. Tinct. Benzoate = 5
100x20=1 g
IV. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Timbang semua bahan sesuai penimbangan.
3. Panaskan mortir dab stenper dengan air panas hingga dinding mortir
terasa panas, buang airnya.
113
Laboratorium Farmasetika DasarAkademi Farmasi Samarinda
Apt : Riswan TakdirNo : 5Smd, 30/12/2010
FatmawatiOleskan pada bagian yang sakit
Obat Luar
4. Buat fase minyak dengan cara lebr fase alba, cetaceum, adeps lanae,
dan ol. Sesame dalam cawan porselen diatas tangas air, lebur hinnga
meleleh.
5. Masukkan tinct. Benzoate sedikit demi seidkit, gerus ad homogeny.
6. Tambahkan air dingin sedikit demi sedikit, gerus ad homogeny.
7. Masukkan ke dalam pot salep yang sudah ditimbang sebelumnya.
Kemas dan beri etiket.
V. Etiket
114
VI. Edukasi
1. Obat ini sebagai obat pelembut kulit.
2. Oleskan obat pada bagian yang sakit.
3. Simpan obat di tempat yang sejuk, kering dan terlindung dari cahaya
matahari.
115
Resep 6
I. Resep asli
a. Resep standar : -
b. Kelengkapan resep
Nama, SIP, dan alamat dokter tidak tertera.
Alamat pasien tidak tertera.
Paraf dokter tidak tertera.
c. Penggolongan obat
O :
G :
W :
B :
d. Komposisi bahan : -
116
R/ sulfathiazole podwer 5
Triethanolamine 2
Destilled water 24 cc
White beeswax 5
Mineral oil ad 100
........................................d. in. 1/4
S.a.u.e
Pro : Ny. Mathilda
II. Uraian bahan
a. Sulfathiazole powder : -
b. Triethanolaminum ( FI III, 612 )
Sinonim: Triethanolamina, TEA.
Kegunaan : Zat tambahan, yaitu sebagai emulgator tipe w/o,
bersama – sama dengan asam stearat membentuk sabun.
Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning
pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan etanol ( 95% ) P, larut
dalam kloroform P.
c. Aqua destillata ( FI III, 96 )
Sinonim : Air suling.
Kegunaan : Zat tambahan.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan : -
d. White beeswax ( FI III, 140 )
Sinonim : Cera alba, Malam putih
Kegunaan : Zat tambahan
Pemerian : Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan, bau
khas lemah.
Kelarutan :Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol ( 95% ) P dingin, larut dalam kloroform P, dalam eter P hangat,
dalam minyak lemak atsiri.
e. Mineral oil FI III, 474 )
Sinonim: Parafin cair.
117
Kegunaan : Laksativum.
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi,
tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
( 95% ) P, larut dalam eter P.
III. Penimbangan
1. Sulfathiazole powder = 5 x ¼ = 1,25 g
2. Triethanolamine = 2 x ¼ = 0,5 g
3. Distilled water = 24 cc x ¼ = 6 g
4. White beeswax = 5 x ¼ = 1,25 g
5. Mineral oil = ad 100
= 25 – ( 1,25 + 0,5 + 6 + 1,25 )
= 25 – 9
= 16 g
IV. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Timbang masing – bahan sesuai penimbangan.
3. Panaskanmortir dengan menuang air panas hingga dinding mortir
terasa panas, buang airnya.
4. Masukkan cera dan mineral oil ke dalam cawan porselen, lalu
leburkan di atas tangas air.
5. Larutkan aqua dan TEA, tambahkan sulfathiazole. Aduk ad larut.
6. Masukkan fase minyak yang telah dilebur ke dalam mortir hangat,
kemudian masukkan fase air sedikit demi sedikit sambil digerus cepat
sampai terbentuk krim.
7. Masukkan sediaan ke dalam pot salep yang sudah ditimbang, kemas
dan beri etiket.
118
Laboratorium Farmasetika DasarAkademi Farmasi Samarinda
Apt :Riswan TakdirNo : 6 Smd, 30 Des 2010
Ny. MathildaDioleskan pada bagian yang sakit
OBAT LUAR
V. Etiket
VI. Edukasi
1. Salep ini digunakan sebagai pencegah bakteri yang menyebabkan
alergi.
2. Oleskan salep pada kulit yang sakit.
3. Simpan salep di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari.
119
BAB IV
PEMBAHASAN
Resep 5
Pada resep kali ini sediaan yang dikerjakan adalah unguenta. Pengertian dari
unguenta itu adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada
suhu biasa tetapi mudah dioleskan.
Pada praktikum kali ini menggunakan bahan-bahan seperti cera alba, cetaceum,
adeps lanae, oleum sesami, air suling, dan tingtur benzoate. Pertama-tama siapkan alat dan
bahan kemudian timbang bahan-bahan pada timbangan halus dan timbangan kasar.
Kesalahan pada penimbangan akan berpengaruh pada bobot akhir salep atau nettonya.
Setelah menimbang lebur fase minyak yang terdiri dari cera alba, cetaceum, adeps lanae
dan oleum sesamidiatas tangas air didalam cawan porselen dengan kain kassa sebagai
penyaringnya. Tujuannya untuk menyaring kotoran yang mungkin tertinggal saat peleburan.
Sambil menunggu fase minyak saat dilebur , panaskan mortir dan stamper dengan air panas.
Untuk membuat fase air masukkan air panas ke dalam beaker gelas. Setelah panas mortir
dan stamper dirasa cukup, buang air panas tadi lalu keringkan dengan lap dan tisu. Pada
saat pengerjaan baik mortir, fase minyak, dan fase air harus sama-sama panas agar salep
dapat terbentuk. Masukkan fase minyak dalam mortir lalu masukkan fase air sedikit demi
sedikit lalu gerus sampai homogen. Terakhir, masukkan sediaan yang telah jadi ke dalam pot
kosong yang telah ditimbang.
Setelah ditimbang, banyak sediaan yang tidak mencapai bobot yang diinginkan.Hal ini
dikarenakan kesalahan menimbang, seharusnya setiap bahan yang dilebur bobotnya
dilebihkan 10%-20% karena pada saat disaring ada bahan yang tertinggal.
Kita juga harus membuat copie resep, sebab pada resep tertera “did” . da in dimidio yang
berarti berilah separonya.
120
Copie Resep 5
Apotek Sumber Rejeki
Jln. MT. Haryono 10
Teip: (0541) 738731
Apt Riswan Takdir, S.Farm, Apt
SIA: 2912/DIA/2007
SALINAN RESEP
Resep untuk : Fatmawati
Resep dari dokter : -
Tanggal ditulisnya resep : -
Tanggal pembuatan resep : -
No : 2
R/ Ungt. Leniens. Ph. Ned.V 40
s.u.e did
Pro: Fatmawati
Det 20
p.c.c
Riswan TakdirS.Farm, Apt
121
Resep 6
Pada resep ketiga ini praktikan membuat sediaan berupa krim. Krim adalah sediaan
setengah padat berupa emulsi, mengandung air tidak kurang dari 60% mudah diserap kulit
dan dapat dicuci dengan air. Dalam resep terdapat sulathiazole powder diganti dengan
chlorampenikol, TEA, air suling, cera alba, dan mineral oil. Pertama-tama yang dilakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan, lalu lakukan penimbangan bahan yang sesuai baik pada
timbangan halus maupun timbangan kasar. Kesalahan pada waktu menimbang dapat
mempengaruhi bobot akhir sediaan. Buat fase minyak terlebih dahulu dengan memasukkan
mineral oil dan cera alba dalam cawan porselen kemudian lebur di atas tangas air. Lalu
larutkan chlorampenikol dalam beaker gelas tambahkan TEA letakkan di tamgas air. Sambil
menunggu fase minyak dan fase air , panaskan mortir dan stamper denga air panas. Setelah
panas pada mortir dan stamper dirasa cukup , buang airnya dan keringkan dengan lap dan
tisu. Setelah itu masukkan fae minyak sedikit demi sedikit sambil digerus lalu tambahkan
fase air sedikit demi sedikit digerus cepat hingga terbentuk krim. Setelah sediaan jadi ,
masukkan kedalam pot kosong yang telah ditimbang. Jangan lupa tuliskan pada etiket “
dioleskan pada bagian yang teriritasi”.
Akan tetapi banyak sediaan yang tidak jadi atau tidak sempurna. Hal ini bisa disebabkan
beberapa factor , pertama saat menambahkan TEA pada fase air , cholrampenikol dan
aquades sudah dingin. Padahal peran TEA disini sangat penting yaitu sebagai emulgator
untuk menyatukan fase air dan fase minyak . Kedua faktor mortir yang sudah dingin dan
penggerusannya yang tidak cepatmembuat sediaan tidak jadi.
Pada resep kita harus membuat copie resep karena diresep terdapat “d.in. ¼’ yang m
embuat kita hanya membuat ¼ .
122
Copie Resep 6
Apotek Sumber Rejeki
JLn. MT. Haryono
Telp: (0541) 738731
Apt : Riswan Takdir S.farm, Apt
SIA :2912/DIA/2007
SALINAN RESEP
Resep untuk : Ny. Mathilda
Resep dari dokter : -
Tanggal ditulisnya resep : -
Tanggal pembuatan resep : 30 Desember 2010
No : 3
R/ Sulathiazole 5
TEA 2
Distilled water 24cc
White beeswax 5
Mineral oil ad 100
s.u.e
det ¼
Riswan Takdir , S.Farm ,Apt
123
124
BAB V
PENUTUP
V.I. Kesimpulan
Setelah melaksanakan paraktikum,praktikan dapat kesimpulan
1.Untuk resep pertama dengan bahan obat ampisilin,parasetamol,aspirin dan
CTM.Obat ini berfungsi sebagai obat penurun demam dan alergi,obat ini
diminum 4x sehari 1 bungkus dan harus dihabiskan dan diminum setelah 1 jam
makan.
2.Untuk resep kedua dengan bahan obat camper,mentol zinc oxydum dan
talc.Obat ini berfungsi sebagai mengatasi iritasi yang disebabkan biang
keringat,yang pemakaiannya dengan cara ditaburkan .Obat ini harus disimpan
ditempat sejuk dan kering.
3.Untuk resep ketiga ini dengan bahan obat Phenobarbital,papaverin hcl dan
ol.sacch anisi.obat ini berfungsi sebagai obat
4.Untuk resep keempat dengan bahan obat codein hcl efedrin.Obat ini
berfungsi sebagai obat batuk yang kronis,dan diminum 3x sehari,apabila masih
batuk selama 3 hari setelah minum obat segara hubungi dokter.
5.Untuk resep kelima dengan bahan obat tincture opii,oleosacch M.pip.Obat ini
berfungsi sebagai obat batuk kering yang diminum setelah makan 3x sehari.
6Untuk resep keenam dengan bahan INH,Rifampcin,dan vitamin b6.Obt ini
berfungsi sebagai obat TBC,pada resep ini ada vitamjn B6 yang berfungsi
mengurangi efek samping dari INH dan rifampicin.setelah minumobat ini
mungkin air seni ludah maupun keringat akan berwarna merah.
7Untuk resep ketujuh dengan bahan obat prednisone,aminopilin,dan CTM.Obat
ini berfungsi sebagai obat penghilang asma,dan diminum tiap 4 jam sekali 1
kapsul.
125
8.Untuk resep ke delapan dengan bahan obat ext,balladone,oleosacch
foeniculli.Obat ini berfungsi sebagai kejang pada lambung serta mengeluarkan
angina dari perut sehingga tidak kembung.diminum 3x shari 1 apsul.
9.Untuk resep ke sembilan dengan bahan obat ol.lecaris aseli.Obat ini berfungsi
sebagai multivitamin d dan a.diminum 1 x sehari 1 kapsul.
10.Untuk bahan obat theopylinum dan coffeinum.Obat ini berfungsi sebagai
saluran pernapasan yang mempengaruhi efek stimulant saraf pusat.
11.Untuk bahan obat pasta zinci aleosa.Obat ini berfungsi sebagai
antiseptic.Diolekan terlebih dahulu pada kassa,disimpan ditempat sejuk dan
kering
12,Untuk resep ke 12 dengan bahan obat acid salicyl,sulf preacip,dan vaselini
serta balsam peru dan vaselin vlavum.Obat ini berfungsi sebagai obat anti
jamur,dan dioleskan pada bagian yang terkena jamur.
13.Untuk resep ke 13 dengan bahan obat acid salicylicum,acid benzoate lanolin
dan vas. Album.obat ini berfungsi sebagai obat anti jamur hingga infeksi,dioles
pada bagian teriritasi.
14.Untuk resep 14 dengan bahan obat stearic acid,mineral oil,metyl
paraben,propyl paraben dan oleum rosae.Obat ini berfungsi sebagai obat untuk
melembutkan kulit tangan
15.Untuk resep ke 15 dengan bahan obat cera flava cetaceum adeps lanae
ol.sesami aqua.Berfungsi sebagai pelembut kulit.disimpan di tempat kering dan
sejuk.
16.Untuk resep 16 dengan bahan obat TEA,aqua dest,white beeswax,dan
sulathazole powder.Obat ini berfungsi sebagai pencegah alergi
126
V.II. Saran
Untuk kelancaran praktikum sebaiknya:
-praktikan mengambil bahan obat dengan hati hati dan tidak berlebihan pada
waktu penagmbialannya
-pada saat membuat sediaan jangan masih ada bahan obat yang tersisa
-Hati hati dalam menggunakan peralatan praktikum supaya tidak pecah da tidak
retak
127
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Muhammad. 1987 . Ilmu Meracik Obat . Gajah Mada Unifersity Press :
Yogyakarta.
Tim Penyusun. 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta.
Tim Penyusun. 1996 . Formularium Indonesia . Depkes RI : Jakarta.
128