Upload
vodien
View
324
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
11. Rencana Pemantauan 11.1. Pendekatan dan Sasaran
11.1.1. Pendekatan
Rencana pemantauan ini menjelaskan penelitian pemantauan yang akan dilakukan untuk menjelaskan apa yang terjadi seiring dengan waktu terhadap karang, penggunaan sumber daya (perikanan), kesadaran masyarakat, dan pemerintahan di tempat Rare melakukan kampanye untuk pembentukan kawasan larang-tangkap. Survei KAP "standar” Rare, yang dibahas sebelumnya dalam rencana proyek ini, merupakan bagian integral untuk mengukur perubahan Pengetahuan, Sikap dan Praktik dan rencana pemantauan ini menambahkan modul untuk memantau pengurangan ancaman dan hasil konservasi.
Kerja lapangan untuk pemantauan biologi akan dikombinasikan dengan kegiatan-kegiatan pengelolaan lainnya, khususnya pengawasan dan kunjungan ke desa-desa. Kombinasi kerja lapangan dengan kegiatan-kegiatan manajemen lainnya diperlukan karena: (1) transportasi ke lokasi-lokasi di lapangan mahal, dan kunjungan lapangan didedikasikan untuk pemantauan akan membuat data mahal (expensive), (2) kombinasi ini memberi Manajer Kampanye kesan langsung tentang apa yang terjadi pada dan di bawah permukaan laut.
Rencana pemantauan ini secara khusus ditujukan pada skala spasial dalam artian hektar dan dibatasi hanya untuk Taman Nasional Karimunjawa. Rencana pemantauan ini tidak bertujuan untuk menunjukkan kausalitas, meskipun hubungan sebab-akibat dapat disimpulkan dari gambaran pola dalam ruang dan waktu.
Pertimbangan penting lainnya adalah bahwa kampanye Rare merupakan kerja kemitraan dengan Balai Taman Nasional Karimunjawa, WCS dan mitra-mitra lainnya, dan bahwa hasil konservasi tergantung pada keberhasilan kampanye Rare, serta manfaat dari program konservasi dilaksanakan oleh mitra. Baik kampanye pemasaran sosial Pride maupun strategi penyingkiran halangan yang dilaksanakan oleh mitra-mitra kampanyenya, memiliki komponen-komponen pemantauan.
11.1.2. Sasaran pemantauan
11.1.2.1. Sasaran kelembagaan pemantauan
Rencana pemantauan ini dan kegiatan-kegiatannya memungkinkan Rare untuk:
Menunjukkan kepada para pendukungnya hasil-hasil kampanye Rare di laut;
Mencari tahu bagian-bagian mana dalam kampanye yang dikatakan berhasil, dan yang dikatakan tidak berhasil;
Memberikan informasi masukan untuk Rare dan para mitranya sebagai bagian dari proses pengelolaan adaptif, ketika program-program terus ditingkatkan berdasarkan pengalaman dan hasil-hasil sebelumnya.
Penegakan hukum yang efisien
Pemasaran sosial menuju pemahaman yang lebih baik tentang penangkapan ikan berlebihan dan zona larang tangkap
Hasil konservasi: perikanan berkelanjutan karang yang sehat
Rare: Mengubah pengetahuan, sikap dan praktik
Kepatuhan yang tinggi
Desain dan pengaturan yang lebih baik atas zona larang tangkap
Meningkatnya dukungan masyarakat dan kemauan politis untuk membentuk zona larang-tangkap
Mitra-mitra: Penyingkiran halangan
11.1.2.2. Pemantauan kegiatan, keluaran (output), dan hasil (outcome)
Pemantauan dapat dilakukan di hampir semua tahapan dalam Teori Perubahan sebagaimana tercantum dalam rantai hasil, dan dapat ditujukan pada salah satu dari tiga tahapan proyek utama: kegiatan, keluaran, dan hasil. Di sini, kami prihatin dengan keluaran dan hasil pemantauan. "Keluaran atau output" adalah setiap produk atau keluaran langsung sebagai akibat dari kampanye secara keseluruhan. Sebagai contoh, peningkatan terukur penghargaan masyarakat tentang perlunya kawasan larang-tangkap. "Hasil atau outcome" adalah setiap manfaat yang menjadi alasan utama dilaksanakannya kampanye, tapi tidak menjadi tanggung jawab kampanye. Dalam konteks kampanye Taman Nasional Karimunjawa, hasil-hasil yang ada mencakup perikanan berkelanjutan, peningkatan berat karang di dalam Zona Inti, dan pengelolaan zona inti secara efektif. Keluaran utama dari kampanye pemasaran sosial Pride adalah dukungan masyarakat dan Mitra terkait untuk mengefektifkan zonasi yang ada, yang akan membuat "masyarakat" (khalayak-khalayak sasaran Rare, pemerintah, mitra-mitra Rare) mengambil tindakan untuk mentaati zonasi yang ada di Taman Nasional Karimunjawa. (Gbr. 4). Jika sebuah kampanye gagal meraih hasil yang diharapkan sementara menghasilkan keluarannya (misalnya, kampanye Rare berhasil menciptakan kemauan politik untuk kawasan larang-tangkap, tetapi mereka gagal untuk membuat kawasan larang-tangkap di laut), ini berarti bahwa pemasaran sosial tidak cocok untuk menghadapi situasi yang ada, dan bahwa faktor-faktor lain di samping atau sebagai pengganti dukungan masyarakat terhadap kawasan larang-tangkap menghambat pencapaian hasil.
Gambar 10.14: Peran kampanye pemasaran sosial Rare dalam program pengelolaan konservasi kolaboratif
Pemantauan KAP melalui survei-survei pra-pasca adalah bagian penting dari rencana pemantauan, karena secara langsung berkaitan dengan keluaran (output). Pemantauan hasil (outcome), di sisi lain, merupakan suatu tantangan karena memerlukan kehadiran di laut dan keahlian tertentu, yang mahal. Manajer Kampanye harus bergantung pada para mitra untuk memantau hasil (outcome) dari Hasil Konservasi, Pengurangan Ancaman, dan Penyingkiran Halangan dalam Teori Perubahan Rare. Tetapi sangat masuk akal untuk memasukkan komponen pemantauan yang sangat mendasar yang berfokus pada perikanan dan status karang dalam kawasan larang-tangkap. Manfaat tambahan yang penting
adalah bahwa hal ini akan mengekspos manajer kampanye terhadap habitat-habitat laut dan nelayan, mengurangi resiko "ketidakterhubungan" yang terbentuk antara persepsi manajer kampanye dan apa yang sebenarnya terjadi di laut. Pendekatan ini juga akan meningkatkan kredibilitas manajer kampanye di kalangan nelayan lokal. Meskipun demikian, pemantauan dasar ini membutuhkan waktu dan keahlian Manajer Kampanye untuk melaksanakannya.
Akhirnya, manajer kampanye dapat melibatkan nelayan lokal untuk mengisi buku catatan ( logbooks) untuk mendokumentasikan hasil tangkapan mereka dan melakukan pengamatan atas kepatuhan terhadap kawasan larang-tangkap di laut. Meskipun tampaknya efisien dari segi biaya, pendekatan ini masih akan memerlukan pelatihan, pembinaan teratur, dan sejumlah kompensasi.
Singkatnya, rencana pemantauan ini terdiri dari empat komponen:
1. Pemantauan KAP, yang tetap menjadi dasar dari program pemantauan, karena hal ini berkaitan dengan keluaran-keluaran (outputs) langsung dari kampanye Rare;
2. Monitoring Terumbu Karang dan Ikan Karang, meliputi tutupan terumbu karang, biomassa ikan karang dan kelimpahan Ikan karang;
3. Monitoring tingkat kepatuhan nelayan terhadap zona inti;
4. Buku catatan (logbook) nelayan, yang mendokumentasikan tangkapan dan usaha sekitar 50 nelayan terpilih, plus pengamatan mereka tentang kepatuhan (yaitu, penangkapan ikan di kawasan larang-tangkap yang direncanakan atau yang telah terbentuk).
11.1.3. Menjelaskan pola versus mendemonstrasikan hubungan sebab-akibat
Rencana pemantauan ini bertujuan untuk menjelaskan pola dan tren, termasuk variasi. Oleh karena itu, rencana pemantauan ini akan mengklarifikasi apakah suatu pola yang diamati adalah signifikan atau apakah disebabkan oleh variasi acak, tapi tidak bertujuan untuk menguji hipotesis tentang sebab (cause) dan akibat (effect).
Pemeriksaan mendalam tentang sebab dan akibat memerlukan pendekatan yang lebih eksperimental dengan menggunakan perlakuan (treatment) dan kontrol (control). Diperlukan kehati-hatian untuk memastikan bahwa akibat-akibat perlakuan (treatment effects) tidak terkontaminasi dengan akibat-akibat yang terkait (correlated effects). Sebagai contoh, jika seorang peneliti bermaksud menguji apakah kawasan-kawasan larang-tangkap memiliki ikan-ikan dengan berat dewasa yang lebih tinggi, tetapi jika kawasan-kawasan larang-tangkap tersebut kebetulan ditetapkan di lokasi-lokasi yang tidak produktif, maka hasil percobaan dapat menunjukkan bahwa tidak ada akibat kawasan larang-tangkap pada berat ikan dewasa. Akibat-akibat terpisah dari faktor-faktor yang terkait adalah tantangan utama dalam penelitian ekologi kuantitatif, dan ini berada di luar lingkup program dasar pemantauan jangka panjang. Lebih lanjut, tidak ada kawasan kontrol yang dianggap cocok untuk digunakan karena alasan-alasan logistik.
Ilmu tentang akibat-akibat kawasan larang-tangkap pada berat ikan dewasa dan tangkapan ikan adalah hal yang kuat, dan bukan peran utama Rare untuk berkontribusi dalam ilmu ini. Sebaliknya, kampanye Rare mengasumsikan validitas akibat-akibat ini. Peran pemantauan dalam kampanye-kampanye Rare adalah untuk menilai apakah program ini memang hasil kawasan larang-tangkap yang efektif. Jika pemantauan menunjukkan bahwa berat ikan dewasa tidak meningkat dalam kawasan larang-tangkap,
maka ini mengindikasikan kelemahan dalam desain atau pelaksanaan:
• Kawasan larang-tangkap tersebut hanya ada di atas kertas, dan penangkapan ikan di kawasan tersebut masih dilakukan;
• Kawasan larang-tangkap tersebut terlalu kecil (< 1.000 hektar), dan hanya jenis-jenis menetap (sedentary) yang dapat dipulihkan keberadaannya;
• Kawasan larang-tangkap tersebut terletak di lokasi yang tidak produktif, yang tidak pernah memiliki berat ikan dewasa yang substansial. Oleh karena itu, penetapan kawasan larang-tangkap tidak mengakibatkan perubahan perilaku menangkap ikan;
• Kawasan larang-tangkap tersebut terletak di lokasi yang tidak produktif yang, untuk sejumlah alasan tertentu, tidak pernah menjadi kawasan menangkap ikan. Selanjutnya, berat ikan dewasa tidak akan bertambah setelah penetapan kawasan tersebut sebagai kawasan larang-tangkap, dan penetapannya sebagai kawasan larang-tangkap tidak mengubah perilaku menangkap ikan. Kawasan larang-tangkap mungkin masih akan efektif mengatasi ancaman penangkapan ikan yang berlebihan, tapi program pemantauan tidak bisa mengukur hal ini.
11.2. Pemantauan KAP
Pemantauan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek (KAP) tetap menjadi landasan program pemantauan Rare. Pemantauan KAP ini mengukur keluaran-keluaran (output) langsung dari kampanye Rare dalam hal tren dukungan para pemangku kepentingan terhadap kawasan larang-tangkap. Selain itu, pemantauan KAP juga menyediakan informasi tentang cara terbaik untuk menyampaikan kampanye. Sejumlah bagian dari pemantauan KAP adalah standar, sedangkan bagian-bagian lainnya perlu disesuaikan dengan kampanye kawasan larang-tangkap.
11.2.1. Kelompok-kelompok khalayak target
Pemantauan KAP akan difokuskan pada [6 kelompok khalayak] sasaran:
1. Nelayan Desa Karimunjawa2. Nelayan Desa Kemujan3. Nelayan Desa Parang4. Masyarakat Non Nelayan Desa Karimunjawa5. Masyarakat Non Nelayan Desa Kemujan6. Masyarakat Non Nelayan Desa Parang
11.2.2. Sasaran
Pemantauan KAP memiliki sejumlah sasaran sebagai berikut:
• Mengukur tingkat pemahaman tentang masalah ekploitasi berlebihan terhadap perikanan karang di kalangan berbagai kelompok pemangku kepentingan dalam masyarakat setempat;
• Mengukur tingkat pemahaman tentang kawasan larang-tangkap sebagai sarana yang diperlukan untuk mencegah atau mengatasi penangkapan ikan berlebihan;
• Mengukur apresiasi untuk prinsip bahwa kawasan larang-tangkap tidak mewakili dilemma manusia melawan alam, tetapi lebih merupakan pilihan untuk pengaturan yang lebih baik
menuju perikanan berkelanjutan;
• Mengukur kesediaan untuk menyisihkan sebagian cukup besar kawasan karang sebagai kawasan larang-tangkap;
• Mengukur kesediaan untuk mengambil tindakan terhadap semua nelayan (setempat atau pendatang, skala kecil atau skala besar) yang menangkap ikan di kawasan larang-tangkap;
• Menilai pengetahuan tentang lokasi kawasan larang-tangkap dan paraturan-peraturan tentang kawasan larang-tangkap di kalangan nelayan;
• Menilai cara-cara terbaik untuk menyampaikan kampanye (media pilihan, pengaruh para pemimpin setempat, dsb.)
11.3. Monitoring Terumbu Karang dan Ikan Karang, meliputi tutupan terumbu karang, biomassa ikan karang dan kelimpahan Ikan karang
Pada pengamatan terumbu karang, parameter-parameter yang diukur dalam survei ini meliputi:
- Panjang (cm) penutupan substrat (karang, alga); menggunakan metode Line
Intercept Transect (LIT) pada 2 kedalaman masing-masing pada kedalaman 1 - 3 m dan 6 - 8 m. Pada setiap kedalaman diletakkan 3 transek secara seri dan 3 transek secara paralel (total 9 transek per kedalaman) dan panjang transek masing-masing 10 m. Pengukuran panjang dilakukan terhadap semua organisme dasar yang ukurannya > 3 cm, dan diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori: hard coral (karang keras), soft coral (karang lunak), fleshy algae, turf algae, red coralline algae, calcareous algae (Halimeda), sponge (spons) dan sand (pasir). Karang keras lebih lanjut diidentifikasi hingga level genera (McClanahan et.al. 2001).
- Kerusakan karang yang baru dan jumlah dan tipe alat tangkap yang ditinggalkan;
menggunakan metode Belt Transect. Kerusakan karang dibagi ke dalam 3 kategori yaitu Broken Branching Coral (BBC), Broken Plate Coral (BPC) and Up-turned Coral (UTC), masing-masing diukur besaran kerusakannya. Sementara alat tangkap yang ditemukan dihitung jumlahnya untuk setiap luasan tertentu, dan alat tangkap yang dicatat adalah tali pancing, jaring, bubu dan tali jangkar/jangkar.
Keragaman genera karang keras dihitung dengan modifikasi Indeks Keanekaragaman Simpson (Krebs, 1989): D = 1 - Σ pi 2 dan p = ni/Nt, dimana pi adalah proporsi total panjang organisme tertentu, ni adalah panjang individu kategori dan Nt adalah panjang total transek. Nilai indeks keragaman tinggi jika nilainya mendekati 1 (satu) dan nilai keragaman rendah jika nilainya mendekati 0 (nol). (Pustaka : Marnane, M. J., Ardiwijaya, R.L., J.T. Wibowo, S.T. Pardede, T. Kartawijaya, Y. Herdiana. 2005. Laporan Teknis Survei 2003-2004 di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah. Wildlife Conservation Society - Marine Program Indonesia. Bogor, Indonesia.)
Survei biomasa ikan karang dilakukan dengan menggunakan data frekuensi dan panjang ikan yang diambil dengan metode transek sabuk pada dua kedalaman (2 – 4 m dan 6 – 8 m). Masing-masing transek tersebut 3 ulangan untuk transek berukuran 2 x 50 m (untuk ikan < 10 cm) dan 3 ulangan untuk transek berukuran 5 x 50 m (untuk ikan > 10 cm)
Data frekuensi dan panjang ikan diambil dari sepanjang transek dengan dua tahap, tahap pertama dilakukan untuk mendata ikan-ikan yang lebih besar dari 10 cm sedangkan tahap kedua untuk ikan-ikan yang lebih kecil dari 10 cm.
Data panjang ikan (cm) kemudian dikonversi ke dalam berat (kg) dengan menggunakan rumus hubungan panjang dan berat ikan untuk tiap spesies.
W = a. L^b
Dimana W : Berat (gr)
L : Panjang Total (cm)
a & b : indeks spesifik (per species).
Nilai biomasa dari tiap famili ikan diperoleh dari data berat ikan (gr) dan dikonversi menjadi kg ikan (famili) per hektar karang (kg.ha-1) menggunakan luasan area yang dikonversi dari luas transek sabuk. ( Pustaka : Marnane, M. J., Ardiwijaya, R.L., J.T. Wibowo, S.T. Pardede, T. Kartawijaya, Y. Herdiana. 2005. Laporan Teknis Survei 2003-2004 di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah. Wildlife Conservation Society - Marine Program Indonesia. Bogor, Indonesia.)
Pengumpulan data kelimpahan ikan karang menggunakan metode survei visual, pengamatan dilakukan pada 2 kedalaman yaitu dangkal (1 – 3 meter) dan dalam (6 – 8
meter), menggunakan transek sabuk (belt transek), dan dengan panduan 2 transek garis sepanjang 50
meter diletakkan seri dengan jeda 5 meter antar transek. Jenis, jumlah dan panjang ikan karang dicatat
pada lebar 5 meter belt transek untuk ikan ukuran >10 cm, dan pada lebar 2meter untuk ikan ukuran <10 cm. Untuk ikan karang <10 cm, jumlah ikan dicatat pada satu sisi transek (1 m x 50 m) kemudian diikuti
oleh pencatatan pada sisi lainnya. Identifikasi spesies ikan bersumber pada Myers (1999) dan Allen dan
Steene (1999).
(Pustaka : Ardiwijaya, R.L., T. Kartawijaya, F. Setiawan, Y. Herdiana. 2008. Laporan Teknis - Monitoring
Ekologi Taman Nasional Karimunjawa 2007, Monitoring Fase 3. Wildlife Conservation
Society - Marine Program Indonesia. Bogor, Indonesia.)
11.4. Monitoring Tingkat Kepatuhan (compliance) Nelayan terhadap Zonasi
Data diambil berdasarkan survei keliling Kepulauan Karimunjawa (pengamatan langsung) yang dilakukan rata-rata setiap 2 kali dalam satu bulan. Data diambil selama satu tahun sejak bulan Februari 2009 hingga Januari 2010 dengan rata-rata waktu pengamatan dari jam 06.00 hingga jam 18.00. Data yang dicatat antara lain jenis alat tangkap, jumlah kapal dan lokasi tangkapnya. Jalur pengamatan yang ditempuh mencakup seluruh pulau yang ada di kawasan Taman Nasional Karimunjawa dan tidak mencakup daerah luar kawasan Taman Nasional seperti P. Genting, P. Seruni, P. Sambangan, P. Cendikian dan P. Gundul.
Pencatatan jenis alat tangkap, jumlah kapal dan lokasi tangkap diidentifikasi dengan menggunakan alat berupa teropong yang sudah terintegrasi dengan penunjuk arah mata angin (binocular with integrated compass), peta kawasan dan kapal motor. Jenis alat tangkap yang teridentifikasi kemudian dikelompokkan menurut kemiripan karakteristik alat dan teknik pengoperasiannya. Pengelompokkan jenis alat tangkap yang teridentifikasi antara lain hook and line (pancing, tonda, rawai dan rentak), trap (bubu), gillnet (jaring insang), seine net (cantrang, kursin), speargun (tembak), liftnet (jaring teri/branjang), muroami (jaring muroami dan jaring pocong) dan cyanide (potassium sianida).
Data hasil survei kemudian dikelompokkan jenis alat tangkap dan lokasi tangkapnya berdasarkan zonasi (Zona Inti, Zona Perlindungan, Zona Wisata dan Zona Pemanfaatan) yang ada di Taman Nasional Karimunjawa.
Penghitungan tingkat kepatuhan nelayan dihitung berdasarkan (Yulianto dan Herdiana, 2006);
KT (i/p) : Tingkat kepatuhan (i= Zona Inti; p= Zona Perlindungan)
KZ : Jumlah kapal yang didata beroperasi di zona inti (i) atau perlindungan (p) dalam satu satuan waktu (bulan/kuarter/tahun)
TK : Jumlah total kapal yang disurvey dalam satuan waktu yang sama
Untuk menghitung besarnya nilai tekanan aktivitas perikanan, nilai jumlah trip masing-masing alat tangkap yang teridentifikasi beroperasi di Taman Nasional Karimunjawa dikonversi menggunakan koefisien masing-masing alat tangkap. Alat tangkap yang dijadikan acuan (standar) dalam penghitungan koefisien alat tangkap adalah pancing, karena alat tangkap ini yang paling banyak digunakan oleh nelayan di Kepulauan Karimunjawa. Berdasarkan hasil perhitungan dari data yang dikumpulkan, nilai koefisien dari tiap alat tangkap disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan koefisien masing-masing alat tangkap di Karimunjawa
Data hasil survei yang telah dikelompokkan berdasarkan angin musim, kemudian dapat dihi tung rata-rata jumlah kapal per hari yang beroperasi. Untuk penghitungan ini, satuan harian yang digunakan mengacu pada durasi pengamatan yang dilakukan (± 12 jam). Selain itu juga dilakukan penghitungan persentase alat tangkap yang melakukan pelanggaran di zona inti dan zona perlindungan. (Pustaka : Prasetia, R., T. Kartawijaya, Ripanto. 2010. Laporan Monitoring. Kajian Tingkat Kepatuhan (Compliance) Nelayan Terhadap Zonasi di Taman Nasional Karimunjawa 2009. Wildlife Conser vation Society-Indonesia Marine Program. Bogor. Indonesia.19pp.)
11.5. Buku Catatan Nelayan (Logbook)Tanpa perlu dikatakan, jelas bahwa nelayan tahu apa yang terjadi di kawasan penangkapan ikan mereka. Masalahnya adalah sulit untuk mengakses informasi ini, dan menampilkannya dalam bentuk yang dapat dipahami oleh manajer (kampanye).
Buku catatan adalah alat yang banyak digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pola-pola penangkapan ikan. Biasanya, buku catatan digunakan untuk mendapatkan informasi lebih terinci tentang tangkapan-per-unit-usaha (catch-per-unit-effort / CPUE) dan distribusi spasial perikanan yang dapat diperoleh di lokasi-lokasi pendaratan. Dalam konteks kampanye Rare, buku catatan dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang perilaku menangkap ikan yang diamati di laut oleh para nelayan yang berpartisipasi dalam program buku catatan. Ide dasarnya adalah bahwa nelayan mencatat semua kegiatan penangkapan ikan (atau apa yang tidak merka lakukan) yang mereka amati sementara melintasi kawasan larang-tangkap. Dengan demikian, buku catatan ini juga merupakan upaya tambahan untuk pengawasan.
Manajer Kampanye akan perlu memilih sekitar 50 - 100 nelayan yang menangkap ikan dalam AOI-nya, dan ia akan perlu melatih para nelayan tersebut dalam hal penggunaan buku catatan dan lokasi kawasan-kawasan larang-tangkap. Program riset buku catatan akan memerlukan kunjungan-kunjungan ke desa nelayan untuk merekrut nelayan, mencetak buku catatan, kompensasi untuk nelayan berpartisipasi dalam program buku catatan, dan pelatihan, dan upaya terbatas untuk mengumpulkan buku-buku catatan yang telah diisi, memasukkan data, analisa dan pelaporan. Jika biaya transportasi untuk kunjungan-kunjungan desa dapat dibagi dengan kegiatan-kegiatan lapangan lainnya, biaya
tambahan untuk setiap kampanye rendah, mungkin tidak lebih dari US $ 5.000 per tahun.
Hasil Konservasi & Pengurangan Ancaman
CR Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapan Siapa Di mana
Menstabilkan biomassa ikan Karang
Pada tahun 2012 mampu menjaga nilai Biomassa Ikan Karang di Zona Inti (Timur Karimunjawa, Taka Malang, Taka Menyawakan dan Perairan Pulau Kumbang) sehingga tidak mengalami penurunan dari data rata-rata Biomassa Ikan Karang di Zona Inti Tahun 2009 yaitu ± 376,2 kg/ha.
Survey visual dengan
menggunakan line transek
± 376,2 kg/ha.
Biomassa Ikan Karang Stabil/tidak mengalami penurunan dari data
tahun 2009
Maret
2012
RARE didukung WCS
Zona Inti (Timur
Karimunjawa, Taka
Malang, Taka
Menyawakan dan
Perairan Pulau
Kumbang)
Menstabilkan kelimpahan Ikan Karang
Pada Tahun 2012 mampu menjaga nilai kelimpahan ikan karang di Zona Inti (Timur Karimunjawa, Taka Malang, Taka Menyawakan dan Perairan Pulau Kumbang), sehingga tidak mengalami penurunan dari data rata-rata Kelimpahan Ikan Karang di Zona Inti Tahun 2009 yaitu 20646.59 ind/ha
Survey visual dengan
menggunakan line transek
20646.59 ind/ha
Kelimpahan Ikan Karang
Stabil/tidak mengalami penurunan dari data
tahun 2009
Maret
2012
RARE didukung WCS
Zona Inti (Timur
Karimunjawa, Taka
Malang, Taka
Menyawakan dan
Perairan Pulau
Kumbang)
Pengurangan Ancaman Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapa
n Siapa Di mana
Mengurangi persentase
Berkurangnya persentase
Pengamatan Nelayan yang
memasuki
Dari 6.32%
menjadi
pelanggaran nelayan
yang
Maret
2012
WCS didukung RARE
Zona Inti (Timur
Hasil Konservasi & Pengurangan Ancaman
CR Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapan Siapa Di mana
penangkapan ikan di zona inti
pelanggaran nelayan yang memasuki zona inti sebesar 20%, dari data tingkat Pelanggaran Nelayan di Zona Inti, sebesar 6.32% di tahun 2009 menjadi 5.06% ditahun 2012
Zona Inti 5.06% memasuki Zona Inti
Karimunjawa, Taka
Malang, Taka
Menyawakan dan
Perairan Pulau
Kumbang)
[Nelayan Desa Karimunjawa]
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapan Siapa Di mana
Pengetahuan
Pada akhir kampanye Maret 2012, 75% nelayan desa Karimunjawa telah memahami bahwa zona inti merupakan kawasan larang tangkap yang akan mampu meningkatkan jumlah ikan, meningkat 51,4% hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 51,4%
menjadi 75%
Pengetahuan Nelayan
Desa Karimunjawa
terhadap Manfaaat zona inti sebagai kawasan
larang tangkap yang
akan meningkatkan jumlah ikan
Maret 2012
Nelayan
Desa Karimunjaw
a
Pada Akhir Kampanye Maret 2012, 50% nelayan desa Karimunjawa mengetahui letak zona inti, meningkat dari 12,7 % hasil Survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 12,7%
menjadi 50%
Pengetahuan Nelayan
Desa Karimunjawa
terhadap letak Zona
Inti
Maret 2012
Nelayan
Desa Karimunjaw
a
Pada Akhir Kampanye Maret 2012, 65% nelayan desa Karimunjawa mengetahui adanya manfaat zona inti, meningkat dari 39,1% hasil Survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 39,1%
menjadi 65%
Pengetahuan Nelayan
Desa Karimunjawa
terhadap adanya
manfaat zona inti
Maret 2012
Nelayan
Desa Karimunjaw
a
Pada akhir kampanye Survey Dari Pengetahuan Maret Nelaya Desa
[Nelayan Desa Karimunjawa]
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapan Siapa Di mana
Maret 2012, 90% nelayan Karimunjawa telah memahami bahwa kawasan Taman Nasional Karimunjawa telah mengalami penangkapan ikan berlebihan dengan menurunnya hasil tangkapan mereka (jumlah tangkapan lebih sedikit, Ukuran ikan lebih kecil dan tidak bisa menangkap beberapa jenis ikan seperti dahulu), meningkat dari 66,2% hasil Survey KAP sebelum kampanye
KAP pasca kampanye
66,2% menjadi
90%
Nelayan Desa
Karimunjawa terhadap
penangkapan ikan berlebih
2012 n Karimunjawa
Sikap
Pada akhir kampanye Maret 2012, 70% nelayan Karimunjawa setuju atau sangat setuju bahwa zona inti TNKJ merupakan kawasan larang tangkap agar ikan dapat berkembang biak 37,5%) hasil survey KAP sebelum kampanye.
Survey KAP pasca kampanye
Dari 37,5%
menjadi 70%
Sikap Nelayan
Desa Karimunjawa
terhadap Zona inti sebagai kawasan
larang tangkap agar
ikan dapat berkembang
biak
Maret 2012
Nelayan
Desa Karimunjaw
a
Pada akhir kampanye Maret 2012, 65% nelayan Karimunjawa setuju atau sangat setuju berpartisipasi dalam pengamanan Partisipatif, 34,2% hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 34,2%
menjadi 65%
Sikap Nelayan
Desa Karimunjawa
terhadap Partisipasi
dalam Pengamanan
Partisipatif
Maret 2012
Nelayan
Desa Karimunjaw
a
Komunikasi Interpersonal
Pada akhir kampanye Maret 2012, 78% nelayan di desa Karimunjawa telah berdiskusi dengan keluarga/teman, pemerintah atau pihak yang terkait mengenai penangkapan ikan berlebih dari 54,8% (hasil survey KAP sebelum kampanye)
Survey KAP pasca kampanye
Dari 54,8%
menjadi 78%
Komunikasi interpersonal
Nelayan Desa
Karimunjawa terhadap Diskusi
penangkapan ikan berlebih
Maret 2012
Nelayan
Desa Karimunjaw
a
Pada akhir kampanye Maret 2012, 70% nelayan
Survey KAP pasca
Dari 43,7%
Komunikasi interpersonal
Maret Nelaya Desa Karimunjaw
[Nelayan Desa Karimunjawa]
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapan Siapa Di mana
desa Karimunjawa telah berdiskusi dengan keluarga/teman, pemerintah atau pihak yang terkait mengenai manfaat dan peraturan kawasan larang tangkap 43,7% hasil survey KAP pra kampanye
kampanye menjadi 70%
Nelayan Desa
Karimunjawa terhadap Diskusi
manfaat dan peraturan kawasan
larang tangkap
(zona inti)
2012 n a
Pada akhir kampanye Maret 2012, 60% nelayan desa di Karimunjawa telah ikut menghadiri pertemuan dengan pemerintah atau pihak yang terkait mengenai penangkapan ikan berlebih meningkat 29,9% dari hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 29,9%
menjadi 60%
Komunikasi interpersonal
Nelayan Desa
Karimunjawa terhadap
Menghadiri pertemuan
tentang Penangkapan Ikan berlebih
atau Peraturan
Zonasi
Maret 2012
Nelayan
Desa Karimunjaw
a
Perubahan Perilaku
Pada akhir kampanye Maret 2012, 50% nelayan desa Karimunjawa tidak melihat penangkapan ikan di zona inti, atau melaporkan penangkapan ikan di zona inti, meningkat dari 6,2% hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 6,2% menjadi
50%
Perubahan perilaku Nelayan
Desa Karimunjawa
terhadap Peningkatan Pengamanan
Kawasan
Maret 2012
Nelayan
Desa Karimunjaw
a
[Nelayan Desa Kemujan]
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapan Siapa Di mana
Pengetahuan
Pada Akhir Kampanye Maret 2012, 60% nelayan desa Kemujan mengetahui letak zona inti, meningkat dari 25,9 % hasil Survey KAP sbelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 25,9% menjadi
60%
Pengetahuan Nelayan
Desa Kemujan terhadap
letak Zona Inti
Maret 2012
Nelayan
Desa Kemujan
Pada Akhir Kampanye Maret 2012, 75% nelayan desa Kemujan mengetahui adanya manfaat zona inti, meningkat dari 46% hasil Survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 46% menjadi
75%
Pengetahuan Nelayan
Desa Kemujan terhadap manfaat Zona Inti
Maret 2012
Nelayan
Desa Kemujan
Sikap
Pada akhir kampanye Maret 2012, 90% nelayan Desa Kemujan setuju atau sangat setuju berpartisipasi dalam pengamanan Partisipatif, meningkat dari 66,6% (hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 66,6% menjadi
90%
Sikap Nelayan
Desa Kemujan terhadap partisipasi
dalam pengamanan partisipatif
Maret 2012
Nelayan
Desa Kemujan
Komunikasi Interpersonal
Pada akhir kampanye Maret 2012, 70% nelayan di desa Kemujan telah berdiskusi dengan keluarga/teman, pemerintah atau pihak yang terkait mengenai penangkapan ikan berlebih meningkat dari 38,4% hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 38,4% menjadi
70%
Komunikasi Interpersonal Nelayan
Desa Kemujan terhadap
diskusi penangkapa
n ikan berlebih
Maret 2012
Nelayan
Desa Kemujan
Pada akhir kampanye Maret 2012, 60% nelayan desa Kemujan telah berdiskusi dengan keluarga/teman, pemerintah atau pihak yang terkait mengenai manfaat dan peraturan kawasan larang tangkap meningkat dari 22,8% (hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 22,8% menjadi
60%
Komunikasi Interpersonal Nelayan
Desa Kemujan terhadap Diskusi
manfaat dan peraturan kawasan
larang tangkap
(zona inti)
Maret 2012
Nelayan
Desa Kemujan
Pada akhir kampanye Maret 2012, 60% nelayan desa Kemujan telah ikut menghadiri pertemuan
Survey KAP pasca kampanye
Dari 21,4% menjadi
60%
Komunikasi Interpersonal Nelayan
Desa
Maret 2012
Nelayan
Desa Kemujan
[Nelayan Desa Kemujan]
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapan Siapa Di mana
dengan pemerintah atau pihak yang terkait mengenai penangkapan ikan berlebih 21,4% daripada hasil survey KAP sebelum kampanye
Kemujan terhadap
Menghadiri pertemuan
tentang Penangkapa
n Ikan berlebih
atau Peraturan
Zonasi
Perubahan Perilaku
Pada akhir kampanye Maret 2012, 60% nelayan desa Kemujan tidak pernah melihat penangkapan ikan di zona inti atau bersedia melaporkan apabila melihat penangkapan ikan di zona inti, meningkat dari 31,0% hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 31% menjadi
60%
Perubahan perilaku Nelayan
Desa Kemujan
peningkatan pengamanan kawasan
Maret 2012
Nelayan
Desa Kemujan
[Nelayan Desa Parang]
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapan Siapa Di mana
Pengetahuan
Pada Akhir Kampanye Maret 2012, 60% nelayan desa Parang mengetahui letak zona inti, meningkat dari 25,9 % hasil Survey KAP sbelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 25,9% menjadi
60%
Pengetahuan Nelayan
Desa Parang tentang
letak zona inti
Maret 2012
Nelayan
Desa Parang
Pada Akhir Kampanye Maret 2012, 75% nelayan desa Parang mengetahui adanya manfaat zona inti, meningkat dari 47,6% hasil Survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 47,6% menjadi
75%
Pengetahuan Nelayan
Desa Parang manfaat zona inti
Maret 2012
Nelayan
Desa Parang
Sikap
Pada akhir kampanye Maret 2012, 85% nelayan Desa Parang setuju atau sangat setuju berpartisipasi dalam pengamanan Partisipatif, meningkat dari 62,2% hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 62,2% menjadi
85%
Sikap Nelayan
Desa Parang tentang
partisipasi dalam
pengamanan partisipatif
Maret 2012
Nelayan
Desa Parang
Komunikasi Interpersonal
Pada akhir kampanye Maret 2012, 70% nelayan di desa Parang telah berdiskusi dengan keluarga/teman, pemerintah atau pihak yang terkait mengenai penangkapan ikan berlebih dari 47,3% (hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 47,3% menjadi
70%
Komunikasi Interpersonal Nelayan
Desa Parang tentang Diskusi
penangkapan ikan
berlebih
Maret 2012
Nelayan
Desa Parang
Pada akhir kampanye Maret 2012, 60% nelayan desa Parang telah berdiskusi dengan keluarga/teman, pemerintah atau pihak yang terkait mengenai manfaat dan peraturan kawasan larang tangkap meningkat dari 29% hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 29% menjadi
60%
Komunikasi Interpersonal Nelayan
Desa Parang tentang Diskusi
manfaat dan peraturan kawasan
larang tangkap
(zona inti)
Maret 2012
Nelayan
Desa Parang
Pada akhir kampanye Maret 2012, 60% nelayan desa Kemujan telah ikut menghadiri pertemuan dengan pemerintah atau pihak yang terkait
Survey KAP pasca kampanye
Dari 28,7% menjadi
60%
Komunikasi Interpersonal Nelayan
Desa Parang tentang
Menghadiri
Maret 2012
Nelayan
Desa Parang
[Nelayan Desa Parang]
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapan Siapa Di mana
mengenai penangkapan ikan berlebih dari 28,7% daripada hasil survey KAP sebelum kampanye
pertemuan tentang
Penangkapan Ikan
berlebih atau
Peraturan Zonasi
Perubahan Perilaku
Pada akhir kampanye Maret 2012, 60% nelayan desa Parang tidak melihat penangkapan ikan di zona inti atau bersedia melaporkan apabila melihat penangkapan ikan di zona inti, meningkat dari 17,3% hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 17,3% menjadi
60%
Perubahan perilaku Nelayan
Desa Parang terhadap
peningkatan pengamanan kawasan
Maret 2012
Nelayan
Desa Parang
[Masyarakat Non Nelayan Desa Karimunjawa]
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapa
n Siapa Di mana
Pengetahuan
Pada Akhir Kampanye Maret 2012, 50% masyarakat non nelayan Karimunjawa mengetahui letak zona inti, meningkat dari 12,2 % hasil Survey KAP sbelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 12,2%
menjadi 50%
Pengetahuan Masyarakat
Non Nelayan Desa
Karimunjawa terhadap
letak Zona Inti
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Karimunjaw
a
Pada Akhir Kampanye Maret 2012, 60% masyarakat non nelayan desa Karimunjawa mengetahui adanya manfaat zona inti, meningkat dari 37,8% hasil Survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 37,8%
menjadi 60%
Pengetahuan Masyarakat
Non Nelayan Desa
Karimunjawa terhadap manfaat Zona Inti
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Karimunjaw
a
Sikap
Pada akhir kampanye Maret 2012, 75% Masyarakat Non nelayan Karimunjawa setuju atau sangat setuju berpartisipasi dalam pengamanan Partisipatif, meningkat dari 48,2% hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 48,2%
menjadi 75%
Sikap Masyarakat
Non Nelayan Desa
Karimunjawa terhadap partisipasi
dalam pengamanan partisipatif
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Karimunjaw
a
Komunikasi Interpersonal
Pada akhir kampanye Maret 2012, 60% Masyarakat Non nelayan di desa Karimunjawa telah berdiskusi dengan keluarga/teman, pemerintah atau pihak yang terkait mengenai penangkapan ikan berlebih dari 32,5% (hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 32,5%
menjadi 60%
Komunikasi Interpersonal Masyarakat
Non Nelayan Desa
Karimunjawa terhadap
diskusi penangkapan ikan berlebih
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Karimunjaw
a
Pada akhir kampanye Maret 2012, 50% Masyarakat non nelayan Karimunjawa telah berdiskusi dengan keluarga/teman, pemerintah atau pihak yang terkait mengenai manfaat dan peraturan kawasan larang tangkap meningkat dari 17,5% hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 17,5%
menjadi 50%
Komunikasi Interpersonal Masyarakat
Non Nelayan Desa
Karimunjawa terhadap Diskusi
manfaat dan peraturan kawasan
larang tangkap
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Karimunjaw
a
[Masyarakat Non Nelayan Desa Karimunjawa]
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapa
n Siapa Di mana
(zona inti)
Pada akhir kampanye Maret 2012, 50% masyarakat non nelayan Karimunjawa telah ikut menghadiri pertemuan dengan pemerintah atau pihak yang terkait mengenai penangkapan ikan berlebih dari 7,3% daripada hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 7,3%
menjadi 50%
Komunikasi Interpersonal Masyarakat
Non Nelayan Desa
Karimunjawa terhadap
Menghadiri pertemuan
tentang Penangkapan Ikan berlebih
atau Peraturan
Zonasi
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Karimunjaw
a
[Masyarakat Non Nelayan Desa Kemujan]
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapa
n Siapa Di mana
Pengetahuan
Pada Akhir Kampanye Maret 2012, 50% masyarakat non nelayan Desa Kemujan mengetahui letak zona inti, meningkat dari 25 % hasil Survey KAP sbelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 25% menjadi
50%
Pengetahuan Masyarakat
Non Nelayan Desa
Kemujan terhadap
letak Zona Inti
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Kemujan
Pada Akhir Kampanye Maret 2012, 75% masyarakat non nelayan Desa Kemujan mengetahui adanya manfaat zona inti, meningkat dari 52,6% hasil Survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 52,6%
menjadi 75%
Pengetahuan Masyarakat
Non Nelayan Desa
Kemujan terhadap manfaat Zona Inti
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Kemujan
Sikap
Pada akhir kampanye Maret 2012, 80% Masyarakat Non nelayan Desa Kemujan setuju atau sangat setuju berpartisipasi dalam pengamanan Partisipatif, meningkat dari 56,8% hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 56,8%
menjadi 80%
Sikap Masyarakat
Non Nelayan Desa
Kemujan terhadap partisipasi
dalam pengamanan partisipatif
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Kemujan
[Masyarakat Non Nelayan Desa Kemujan]
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapa
n Siapa Di mana
Komunikasi Interpersonal
Pada akhir kampanye Maret 2012, 60% Masyarakat Non nelayan di Desa Kemujan telah berdiskusi dengan keluarga/teman, pemerintah atau pihak yang terkait mengenai penangkapan ikan berlebih dari 36,1% (hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 36,1%
menjadi 60%
Komunikasi Interpersonal Masyarakat
Non Nelayan Desa
Kemujan terhadap
diskusi penangkapan ikan berlebih
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Kemujan
Pada akhir kampanye Maret 2012, 50% Masyarakat non nelayan Desa Kemujan telah berdiskusi dengan keluarga/teman, pemerintah atau pihak yang terkait mengenai manfaat dan peraturan kawasan larang tangkap meningkat dari 22,4% hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 22,4%
menjadi 50%
Komunikasi Interpersonal Masyarakat
Non Nelayan Desa
Kemujan terhadap Diskusi
manfaat dan peraturan kawasan
larang tangkap
(zona inti)
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Kemujan
Pada akhir kampanye Maret 2012, 50% masyarakat non nelayan Desa Kemujan telah ikut menghadiri pertemuan dengan pemerintah atau pihak yang terkait mengenai penangkapan ikan berlebih dari 22% daripada hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 22% menjadi
50%
Komunikasi Interpersonal Masyarakat
Non Nelayan Desa
Kemujan terhadap
Menghadiri pertemuan
tentang Penangkapan Ikan berlebih
atau Peraturan
Zonasi
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Kemujan
[Masyarakat Non Nelayan Desa Parang]
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapa
n Siapa Di mana
Pengetahuan
Pada Akhir Kampanye Maret 2012, 75% masyarakat non nelayan Desa Parang mengetahui letak zona inti, meningkat dari 53,3 % hasil Survey KAP sbelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 53.3% menjadi 75%
Pengetahuan
Masyarakat Non
Nelayan Desa Parang
terhadap letak Zona
Inti
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Parang
Pada Akhir Kampanye Maret 2012, 75% masyarakat non nelayan Desa Parang mengetahui adanya manfaat zona inti, meningkat dari 47,9% hasil Survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 47,9% menjadi 75%
Pengetahuan
Masyarakat Non
Nelayan Desa Parang
terhadap manfaat Zona Inti
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Parang
Sikap
Pada akhir kampanye Maret 2012, 85% Masyarakat Non nelayan Desa Parang setuju atau sangat setuju berpartisipasi dalam pengamanan Partisipatif, meningkat dari 62,2% hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 62,5% menjadi 85%
Sikap Masyarakat
Non Nelayan
Desa Parang terhadap partisipasi
dalam pengamana
n partisipatif
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Parang
Komunikasi Interpersonal
Pada akhir kampanye Maret 2012, 70% Masyarakat Non nelayan di Desa Parang telah berdiskusi dengan keluarga/teman, pemerintah atau pihak yang terkait mengenai penangkapan ikan berlebih dari 47,3% (hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 47,3% menjadi 70%
Komunikasi Interperson
al Masyarakat
Non Nelayan
Desa Parang terhadap
diskusi penangkapa
n ikan berlebih
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Parang
Pada akhir kampanye Maret 2012, 50% Masyarakat non nelayan Desa Parang telah berdiskusi dengan keluarga/teman, pemerintah atau pihak
Survey KAP pasca kampanye
Dari 28,9% menjadi 50%
Komunikasi Interperson
al Masyarakat
Non Nelayan
Desa Parang terhadap
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Parang
[Masyarakat Non Nelayan Desa Parang]
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapa
n Siapa Di mana
yang terkait mengenai manfaat dan peraturan kawasan larang tangkap meningkat dari 28,9% hasil survey KAP sebelum kampanye
Diskusi manfaat
dan peraturan kawasan
larang tangkap
(zona inti)
Pada akhir kampanye Maret 2012, 50% masyarakat non nelayan Desa Parang telah ikut menghadiri pertemuan dengan pemerintah atau pihak yang terkait mengenai penangkapan ikan berlebih dari 19,7% daripada hasil survey KAP sebelum kampanye
Survey KAP pasca kampanye
Dari 19,7% menjadi 50%
Komunikasi Interperson
al Masyarakat
Non Nelayan
Desa Parang terhadap
Menghadiri pertemuan
tentang Penangkapa
n Ikan berlebih
atau Peraturan
Zonasi
Maret
2012
Masyarakat Non
Nelayan
Desa Parang
Pemantauan Sasaran-sasaran Penyingkiran Halangan
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapan Siapa Di mana
Memperjelas lokasi Zona Inti
Paling lambat Agustus 2011, telah terpasang 25 buah pelampung/bouy di zona Inti (Timur Karimunjawa, dan Taka Malang)
Semua zona inti akan ditandai dengan jelas
menggunakan pengapung/bo
uy yang ditempatkan pada batas paling luar
25 buah pelampung/bo
uy
Terpasangnya
pelampung di 2 zona
inti (Timur Karimunjawa dan Taka
Malang)
Agustus 2011
Tim BTNKJ atau
kunjungan staff RARE
2 zona inti (Timur
Karimunjawa dan Taka
Malang)
Pembuatan SOP Pengamanan Swakarsa
Terdapatnya SOP Pengamanan Partisipatif
Workshop akan dilakukan untuk menyusun SOP Pengamanan
1 buah SOP Pengamanan
Partisipatif
Terdapatnya SOP
Pengamanan
September 2011
BTNKJ dan atau
RARE
2 Desa Karimunjaw
a dan Kemujan
Pemantauan Sasaran-sasaran Penyingkiran Halangan
Tahap Sasaran SMART Bagaimana Metrik Target Kapan Siapa Di mana
(Rekruitment, Mekanisme Pengelolaan, Sarpras, serta mekanisme pelaporan), sehingga terdapat peran, tanggung jawab dan tugas yang jelas terhadap anggota kelompok PAM Swakarsa paling lambat September 2011.
Partisipatif (Rekruitment,
Mekanisme Pengelolaan, Sarpras, serta mekanisme pelaporan)
Partisipatif
Pembuatan kesepakatan bersama Masyarakat Desa Karimunjawa dan Kemujan mengenai perlunya penindakan pelanggaran di zona inti
Paling lambat Oktober 2011 telah terdapat kesepakatan bersama masyarakat Desa Karimunjawa dan Kemujan mengenai pengaturan alat tangkap serta perlunya penindakan pelanggaran di zona inti.
Pertemuan-pertemuan dari tingkat dusun
sampai dengan tingkat Desa
akan dilakukan untuk
membangun kesepakatan Masyarakat
terkait perlunya penindakan
pelanggaran di Zona Inti
1 buah kesepakatan Masyarakat
Desa Karimunjawa dan Kemujan
Kesepakatan bersama Masyarakat
Desa Karimunjaw
a dan Kemujan
mengenai perlunya
penindakan pelanggaran di zona inti
Oktober 2011
BTNKJ dan atau
RARE
2 Desa, Karimunjaw
a dan Kemujan
Item Metode Prioritas Penanggung Jawab Waktu Progress Details
Revisi Jadi
Biomassa Ikan Karang di Zona Inti
Survei biomasa ikan karang dilakukan dengan menggunakan data frekuensi dan panjang ikan yang diambil dengan metode transek sabuk pada dua kedalaman (2 – 4 m dan 6 – 8 m). Masing-masing transek tersebut 3 ulangan untuk transek berukuran 2 x 50 m (untuk ikan < 10 cm) dan 3 ulangan untuk transek berukuran 5 x 50 m (untuk ikan > 10 cm)
Data frekuensi dan panjang ikan diambil dari sepanjang transek dengan dua tahap, tahap pertama dilakukan untuk mendata ikan-ikan yang lebih besar dari 10
cm sedangkan tahap kedua untuk ikan-ikan yang lebih kecil dari 10 cm.
Data panjang ikan (cm) kemudian dikonversi ke dalam berat (kg) dengan menggunakan
rumus hubungan panjang dan berat ikan untuk tiap spesies.
W = a. L^b
1 RARE dan didukung WCS
Maret 2012
Baseline menggunakan data hasil Monitoring Ekologi fase 4, tahun 2009
Seluruh jenis ikan karang selain family Pomacentridae. Pada tahun 2012 mampu menjaga nilai Biomassa Ikan Karang di Zona Inti (Timur Karimunjawa, Taka Malang, Taka Menyawakan dan Perairan Pulau Kumbang) sehingga tidak mengalami penurunan dari data rata-rata Biomassa Ikan Karang di Zona Inti Tahun 2009 yaitu ± 376,2 kg/ha.
Item Metode Prioritas Penanggung Jawab Waktu Progress Details
Dimana W : Berat (gr)
L : Panjang Total (cm)
a & b : indeks spesifik (per species).
Nilai biomasa dari tiap famili ikan diperoleh dari data berat ikan (gr) dan dikonversi
menjadi kg ikan (famili) per hektar karang (kg.ha-1) menggunakan luasan area yang
dikonversi dari luas transek sabuk.
( Pustaka : Marnane, M. J., Ardiwijaya, R.L., J.T. Wibowo, S.T. Pardede, T. Kartawijaya, Y. Herdiana. 2005. Laporan
Teknis Survei 2003-2004 di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah. Wildlife Conservation Society
- Marine Program Indonesia. Bogor, Indonesia.)
Kelimpahan Ikan Karang di Zona Inti
Pengumpulan data kelimpahan ikan karang menggunakan metode survei visual, pengamatan dilakukan pada 2 kedalaman yaitu dangkal (1 – 3 meter) dan dalam (6 – 8
meter), menggunakan transek sabuk (belt transek), dan dengan panduan 2 transek garis sepanjang 50
2 RARE dan didukung WCS
Maret 2012
Baseline menggunakan data hasil Monitoring Ekologi fase 4, tahun 2009
Seluruh jenis Ikan Karang. Pada Tahun 2012 mampu menjaga nilai kelimpahan ikan karang di Zona Inti (Timur Karimunjawa, Taka Malang, Taka Menyawakan dan Perairan Pulau Kumbang), sehingga tidak mengalami penurunan dari data rata-rata Kelimpahan Ikan Karang di Zona Inti Tahun 2009 yaitu 20646.59
Item Metode Prioritas Penanggung Jawab Waktu Progress Details
meter diletakkan seri dengan jeda 5 meter antar transek. Jenis, jumlah dan panjang ikan karang dicatat
pada lebar 5 meter belt transek untuk ikan ukuran >10 cm, dan pada lebar 2meter untuk ikan ukuran <10 cm. Untuk ikan karang <10 cm, jumlah ikan dicatat pada satu sisi transek (1 m x 50 m) kemudian diikuti
oleh pencatatan pada sisi lainnya. Identifikasi spesies ikan bersumber pada Myers (1999) dan Allen dan
Steene (1999).
(Pustaka : Ardiwijaya, R.L., T. Kartawijaya, F. Setiawan, Y. Herdiana. 2008. Laporan Teknis - Monitoring
Ekologi Taman Nasional Karimunjawa 2007, Monitoring Fase 3. Wildlife Conservation
Society - Marine Program Indonesia. Bogor, Indonesia.)
ind/ha
Terumbu Karang di Zona Inti
Pada pengamatan terumbu karang, parameter-parameter yang diukur dalam survei ini
meliputi:
- Panjang (cm) penutupan substrat (karang, alga); menggunakan metode Line
Intercept Transect (LIT) pada 2
3 RARE dan didukung WCS
Maret 2012
Baseline menggunakan data hasil Monitoring Ekologi fase 4, tahun 2009
Terumbu Karang baik yang berupa soft coral maupun hard coral. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan prosen penutupan terumbu karang di zona inti dan zona perlindungan sebesar 10% dari data sebelum kampanye Pride yaitu kurang lebih sebesar 40%.
Item Metode Prioritas Penanggung Jawab Waktu Progress Details
kedalaman masing-masing pada kedalaman 1 - 3 m dan 6 - 8 m. Pada setiap kedalaman diletakkan 3 transek secara seri dan 3 transek
secara paralel (total 9 transek per kedalaman) dan panjang transek masing-masing
10 m. Pengukuran panjang dilakukan terhadap semua organisme dasar yang
ukurannya > 3 cm, dan diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori: hard coral
(karang keras), soft coral (karang lunak), fleshy algae, turf algae, red coralline
algae, calcareous algae (Halimeda), sponge (spons) dan sand (pasir). Karang keras lebih lanjut diidentifikasi hingga level genera (McClanahan et.al. 2001).
- Kerusakan karang yang baru dan jumlah dan tipe alat tangkap yang ditinggalkan;
menggunakan metode Belt Transect. Kerusakan karang dibagi ke dalam 3 kategori
yaitu Broken Branching Coral (BBC), Broken Plate Coral (BPC) and Up-turned
Coral (UTC), masing-masing diukur besaran kerusakannya. Sementara alat tangkap
yang ditemukan dihitung jumlahnya untuk setiap luasan tertentu, dan alat
Item Metode Prioritas Penanggung Jawab Waktu Progress Details
tangkap
yang dicatat adalah tali pancing, jaring, bubu dan tali jangkar/jangkar.
Keragaman genera karang keras dihitung dengan modifikasi Indeks Keanekaragaman
Simpson (Krebs, 1989):
D = 1 - Σ pi 2 dan p = ni/Nt, dimana pi adalah proporsi total panjang organisme tertentu, ni adalah panjang individu kategori dan Nt adalah panjang
total transek. Nilai indeks keragaman tinggi jika nilainya mendekati 1 (satu) dan nilai
keragaman rendah jika nilainya mendekati 0 (nol).
(Pustaka : Marnane, M. J., Ardiwijaya, R.L., J.T. Wibowo, S.T. Pardede, T. Kartawijaya, Y. Herdiana. 2005. Laporan
Teknis Survei 2003-2004 di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah. Wildlife Conservation Society
- Marine Program Indonesia. Bogor, Indonesia.)