7
Retinopati Diabetik pada Pasien Usia Lanjut Laporan Kasus Blok elektif Oleh : Ridnia Nur Istiqomah NPM : 110 2009 245 Kelompok 3 Bidang Kepeminatan Geriatri Tutor : Dr. Eri Dian Maharsyi, M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

(1102009245)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

(1102009245)

Citation preview

Page 1: (1102009245)

Retinopati Diabetik pada Pasien Usia Lanjut

Laporan KasusBlok elektif

Oleh :Ridnia Nur IstiqomahNPM : 110 2009 245

Kelompok 3 Bidang Kepeminatan GeriatriTutor : Dr. Eri Dian Maharsyi, M.Kes

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

2012/2013

Page 2: (1102009245)

Abstrak

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronik degeneratif yang morbiditas dan mortalitasnya tinggi di dunia. Indonesia, menurut World Health Organization (WHO), menduduki peringkat keempat terbanyak dalam jumlah penyandang DM. Berdasarkan The DiabCare Asia 2008 Study, 42% penyandang DM di Indonesia mengalami komplikasi retinopati yang 6,4% di antaranya adalah retinopati DM proliferatif. Kebutaan akibat retinopati DM harus dicegah karena akan menurunkan kualitas hidup dan produktivitas penderita, serta menimbulkan beban sosial dalam masyarakat. Keterlambatan diagnosis merupakan tantangan utama dalam tatalaksana sehingga dokter umum diharapkan mampu mendeteksi retinopati DM sejak dini melalui pemeriksaan funduskopi direk atau fundus photography. Selain itu, dokter umum berperan penting dalam pemberian edukasi, pengendalian faktor risiko, dan penentuan kasus rujukan. Apabila dokter umum mampu bertindak optimal, maka risiko kebutaan akibat retinopati DM akan menurun hingga lebih dari 90%.

Latar belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronik degeneratif tersering dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa Indonesia berada di urutan keempat negara yang jumlah penyandang DM terbanyak. Jumlah ini akan mencapai 21,3 juta pada tahun 2030.

Retinopati adalah salah satu komplikasi mikrovaskular DM yang merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa. The Diab Care Asia 2008 Study melibatkan 1785 penderita DM pada 18 pusat kesehatan primer dan sekunder di Indonesia dan melaporkan bahwa 42% penderita DM mengalami komplikasi retinopati, dan 6,4% di antaranya merupakan retinopati DM proliferatif. Risiko menderita retinopati DM meningkat sebanding dengan semakin lamanya seseorang menyandang DM. Faktor risiko lain untuk retinopati DM adalah ketergantungan insulin pada penyandang DM tipe II, nefropati, dan hipertensi.

Kebutaan akibat retinopati DM menjadi masalah kesehatan yang diwaspadai di dunia karena kebutaan akan menurunkan kualitas hidup dan produktivitas penderita yang akhirnya menimbulkan beban sosial masyarakat. Masalah utama dalam penanganan retinopati DM adalah keterlambatan diagnosis karena sebagian besar penderita pada tahap awal tidak mengalami gangguan penglihatan.

Presentasi Kasus

Nama : Tati Supartini (Nani), Usia : 60 tahun, Berat Badan : 56 kg, Tinggi Badan : 148 cm, Pekerjaan : Tukang Urut, asal Magelang menderita Diabetes Mellitus (DM) sejak tahun 2005. Ny.N mengidap DM berawal dari kecelakaan yang mengakibatkan beliau kehilangan 2/3 hatinya. Dikarenakan hatinya hanya tinggal 1/3, dokter menyarankan untuk minum air sirup sebanyak dua botol per hari dengan alasan agar Ny. N tidak merasa lemas dan bertenaga sehari-harinya. Dikarenakan minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh Ny.N, maka selama bertahun-tahun beliau mengikuti saran dokter tersebut dan tanpa disadarinya ketika beliau mengikuti pemeriksaan kesehatan gratis di Desa nya, Ny. N mengetahui bahwa beliau telah terkena DM.

Ny. N masuk ke Panti Sosial Tresna Werdha pada tahun 2009. Awal masuk panti, Ny. N melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) dan didapatkan hasilnya 168 mg/dL

Page 3: (1102009245)

dan hanya mendapatkan pengobatan standar, yaitu obat Glibenclamide yang merupakan Oral Anti Diabetes (OAD) golongan Sulfonylurea. Obat ini merangsang sel beta dari pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin. Jadi syarat pemakaian obat ini adalah apabila pankreas masih baik untuk membentuk insulin, obat ini hanya bisa dipakai pada DM tipe 2. Obat tersebut diminum sehari sekali 15-30 menit sebelum sarapan untuk mengontrol atau menurunkan kadar gula Ny. N. Selama tinggal di panti, Ny. N mendapatkan pemeriksaan rutin setiap bulan, seperti berat badan, tinggi badan dan pemeriksaan gula darah sewaktu jika pasien meminta. Untuk mengontrol kadar gulanya, Ny. N mengurangi konsumsi nasi sehari-hari karena menu makanan di panti tidak ada perbedaan dan disamaratakan.

Setelah tujuh tahun mengidap DM, Ny. N mengeluh penglihatannya kabur yang dirasakan enam bulan terakhir yang bisa diindikasi sebagai Retinopati Diabetik. Ny. N belum mendapatkan pengobatan yang baik untuk penyakit matanya ini dikarenakan kurangnya perhatian dari panti. Untuk meringankan keluhan dari kaburnya penglihatan tersebut, Ny. N mendapatkan sumbangan kacamata dari donator.

Diskusi

Retinopati diabetik biasanya timbul setelah penderita menderita DM selama 5-15 tahun. Dimana angka kejadiannya pada wanita lebih banyak daripada pria. Umur yang terbanyak menderita retinopati diabetik adalah 50-65 tahun. Retinopati ini merupakan penyulit yang paling penting dari DM, dengan frekuensi 40-50% dari penderita diabetes. Keadaan hiperglikemia yang berlangsung lama dianggap sebagai faktor risiko utama. Ada tiga proses biokimiawi yang terjadi pada hiperglikemia yang diduga berkaitan dengan timbulnya retinopati diabetik, yaitu : jalur poliol, glikasi nonenzimatik dan pembentukan protein kinase C.

Jalur Poliol

Hiperglikemia yang berlangsung lama akan menyebabkan produksi berlebihan serta akumulasi dari poliol, yaitu suatu senyawa gula dan alcohol, dalam jaringan termasuk di lensa dan saraf optic. Salah satu sifat dari senyawa poliol ialah tidak dapat melewati membran basalis sehingga akan tertimbun dalam jumlah yang banyak di dalam sel.

Glikasi Nonenzimatik

Glikasi nonenzimatik terhadap protein dan asam deoksiribonukleat (DNA) yang terjadi selama hiperglikemia dapat menghambat aktivitas enzim dan keutuhan DNA. Protein yang terglikolisasi membentuk radikal bebas dan akan menyebabkan perubahan fungsi sel

Protein Kinase C

Protein Kinase C (PKC) diketahui memiliki pengaruh terhadap permeabilitas kapiler vaskular, kontraktilitas, sintesis membran basalis dan proliferasi sel vascular. Dalam keadaan hiperglikemia, aktivitas PKC di retina dan sel endotel meningkat akibat peningkatan sintesis de novo dari diasilgliserol, yaitu suatu regulator PKC, dari glukosa.

Dalam bidang agama, diakitkan dengan hendaknya manusia bersabar dalam menghadapi penyakitnya, seperti hadits berikut ini :

Diriwayatkan dari Abud Darda` z secara marfu’:

� ام �ح�ر� ب �د�او�وا ت � و�ال �د�او�وا ف�ت و�الد�و�اء� الد�اء� ل�ق� خ� الله� �ن� إ

Page 4: (1102009245)

“Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya. Maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram.” (HR. Ad-Daulabi. Asy-Syaikh Al-Albani menyatakan sanad hadits ini hasan. Lihat Ash-Shahihah no. 1633)

Juga diriwayatkan dari Abu Hurairah z bahwa Nabi n bersabda:

�ه� ج�ه�ل م�ن �ه� و�ج�ه�ل �م�ه� ع�ل م�ن �م�ه� ع�ل ف�اء!، ش� �ه� ل ل� ز� �ن أ � �ال إ د�اء� م�ن الله� ل� ز� �ن أ م�ا

“Tidaklah Allah menurunkan satu penyakit pun melainkan Allah turunkan pula obat baginya. Telah mengetahui orang-orang yang tahu, dan orang yang tidak tahu tidak akan mengetahuinya.” (HR. Al-Bukhari. Diriwayatkan juga oleh Al-Imam Muslim dari Jabir z)

Kesimpulan

Retinopati DM merupakan komplikasi mikrovaskular DM yang menjadi penyebab utama kebutaan pada orang dewasa di negara maju. Keterlambatan diagnosis DM dan tidak adanya gejala pada awal perjalanan penyakit menyebabkan sebagian besar kasus retinopati DM tidak terdeteksi hingga terjadi kebutaan.

Retinopati diabetik merupakan suatu gangguan pada mata yang disebabkan akibat penyakit diabetes mellitus yang diderita dalam waktu yang relatif lama. Jumlah insidens penderitanya yang cukup tinggi ditambah pula dengan tidak adanya gejala pada awal perjalanan penyakit menyebabkan sebagian besar kasus retinopati DM tidak terdeteksi hingga terjadi kebutaan. Hal tersebut hendaknya menjadi tantangan tersendiri bagi para klinisi kesehatan untuk mengoptimalkan penatalaksanaan bagi penderita diabetes mellitus sebelum mereka kehilangan penglihatannya.

Saran

Perlunya deteksi dini diabetes mellitus pada penderita adalah langkah awal untuk mencegah komplikasi yang akan timbul. Selain itu, dokter umum berperan penting dalam pemberian edukasi, pengendalian faktor risiko, dan penentuan kasus rujukan. Apabila dokter umum mampu bertindak optimal, maka risiko kebutaan akibat retinopati diabetik akan menurun. Tidak lupa pula untuk mengontrol kadar gula penderita dan tekanan darah secara rutin

Acknowledgement

Saya ucapkan terima kasih kepada Oma dan Opa di Panti Sosial Tresna Werdha dan sudah berkenan diwawancarai dan juga kepada tutor saya dr. Eri Dian Maharsyi, M. Kes yang telah membimbing dan mengajarkan kami selama blok elektif ini. Tak lupa pula terima kasih kepada temen-teman kelompok 3 yang selalu kompak dan semangat dalam melaksanakan tugasnya. Terima Kasih