Upload
lyhanh
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Motivasi Kerja Dalam Tinjauan Umum Ekonomi Islam Tentang
Motivasi Kerja
1. Pengertian Motivasi dan Dasar Hukum Kerja
Kata motivasi berasal dari kata latin, yakni movere yang berarti
menggerakkan ( to move ). Dan kata motivasi tidak lepas dari kata
kebutuhan (needs). Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri
manusiayang perlu di tanggapi atau di respon. Tanggapan dalam
kebutuhan tersebut di wujudkan dalam bentuk tindakan untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut, dan hasilnya adalah orang yang
bersangkutan merasa atau menjadi puas. Apabila kebutuhan tersebut
belum direspon maka akan selalu berpotensi untuk muncul kembali
sampai dengan terpenuhinya kebutuhan yang di maksud. Dalam Islam
motivasi kerja dijelaskan dalam Al-Qur’an dijelaskan
Artinya : apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamudimuka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyakbanyak supaya kamu beruntung (QS Al-Jumu”ah :10).1
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap manusia yang ada di bumi
ini harus memiliki dorongan untuk lebih baik lagi dalam dirinya, hal
tersebut di karenakan Allah SWT hanya memberi karunia, rahmat, serta
1 Depertemen Agama RI, Al-Hikmah, Al-Qur’an dan Tejemahnya, CV Diponegoro,Bandung, 2010, hlm 554
12
rizkinya kepada orang-orang yang memiliki semangat serta motivasi yang
kuat dalam dirinya. Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja
pegawai Mangkunegara diantaranya yaitu :2
a. Prinsip Partisipasi dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu
diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan
yang akan dicapai oleh pemimpin.
b. Prinsip Komunikasi pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu
yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi
yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
c. Prinsip mengakui andil bawahan pemimpin mengakui bahwa bawahan
(pegawai) mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan
pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
d. Prinsip Pendelegasian Wewenang pemimpin yang memberikan otoritas
atau wewenang kepada pegawai untuk sewaktu-waktu dapat mengambil
keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat
pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan
yang diharapkan oleh pemimpin.
e. Prinsip Memberi Perhatian pemimpin memberikan perhatian terhadap
apa yang diinginkan pegawai, akan memotivasi pegawai bekerja seperti
apa yang diharapkan oleh pemimpin
2 Ananto Pramadhika, “Motivasi Kerja Dalam Islam” Jurnal Motivasi Kerja, September2011, hlm. 33.
13
Motivasi berperan penting dalam diri manusia, karena tidak akan
ada yang memenuhi semua kebutuhan kita, dan tidak akan mendapat apa
yang kita inginkan kecuali dengan berusaha untuk meraihnya sendiri.
Orang yang memiliki motivasi yang kuat pada dirinya selalu menanamkan
niat yang sungguh-sungguh, dan selalu bekerja keras, kerja yang baik
menurut Islam dapat di artikan dengan makna yang umum dan makna yang
khusus. motivasi kerja dalam Islam menurut Muwafik Saleh yaitu :3
a. Niat baik dan benar ( mengharap ridha Allah SWT).
Niat inilah yang menentukan arah pekerjaan, jika niat bekerja hanya
ingin mendapatkan gaji maka hanya itulah yang akan didapat. Jika niat
bekerja sekaligus untuk menambah simpanan akhirat, manambah harta
halal, serta menafkahi keluarga, tentu akan mendapat sebagaimana
yang di niatkan.
b. Takwa dalam bekerja
Taat melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Orang
yang bertakwa dalam bekerja adalah orang yang mampu bertanggung
jawab terhadap segala tugas yang diamanahkan.
c. Iklas dalam bekerja
Iklas adalah syarat kunci diterimanya amal perbuatan manusia disisi
Allah SWT, suatu kegiatan atau aktifitas termasuk kerja jika dilakukan
dengan iklas maka akan mendatangkan rahmat dari Allah SWT.
3 Ibid. hlm. 35
14
Islam menjadikan kerja sebagai tuntutan fardu atas semua umatnya
selaras dengan dasar persamaan yang di isytiharkan oleh Islam bagi
menghapuskan sistem yang membeda-bedakan manusia mengikut derajat
dalam firman Allah SWT
Artinya :Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nyaserta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akandi kembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghoib dan yangnyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (QSAt-taubat : 105).4
Ayat di atas menjelaskan tentang wajibnya kerja kepada umat muslim,
bahkan dalam QS At-taubah: 105 di sebutkan “Bekerjalah kamu maka
Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu
itu”. Ayat tersebut mewajibkan bekerja bahkan bekerja di hukum fardu.
Motivasi dalam Islam juga diartikan sebagai energi bagi amal yangdilakukan.
Sesuai dengan firman Allah SWT
Katakanlah : sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untukAllah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yangdiperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tamamenyerahkan diri (kepada Allah) (QS Al-An’am :162-163).5
4 Departemen Agama RI, Al-Hikmah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV Diponegoro,Bandung, 2010, hlm 203
5 Ibid
15
Maksud dari ayat tersebut tentang motivasi adalah motivasi sebagai
pendorong membuat seseorang (karyawan) menjadi lupa akan rasa letih,
lelah dan jenuh dalam bekerja sehingga dirinya mampu bekerja dengan
semaksimal mungkin. Islam memandang serius mengenai niat dan motivasi
kerja, lurusnya niat dan murninya motivasi karena Allah SWT akan
menjadikan urusan duniawi menjadi ukhrowi, dan sebaliknya niat yang
kotor dan motivasi ,yang buruk tidak akan ada harganya di hadapan Allah
SWT, apalagi orang yang tidak memiliki motivasi maka Allah SWT tidak
akan memberikan rahmat-Nya.
2. Motivasi Kerja
Motivasi dari kata motif yang artinya sesuatu yang mendorong dari
dalam dirinya seseorang untuk bertindak atau berprilaku.6John R.
Schermerhorn mengemukakan bahwa Motivasi untuk bekerja, merupakan
sebuah istilah yang digunakan dalam bidang perilaku keorganisasian
(Organizational Bebavior = OB, Guna menerangkan kekuatan-kekuatan
yang terdapat pada diri seseorang individu, yang menjadi penyebab
timbulnya tingkat, arah, dan persistensi upaya yang dilaksanakan dalam hal
bekerja.7 Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang
dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmennya dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu
itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi
6Soekidjo Notoatmodjo, Op Cit, hlm 114.7Winardi , Op Cit, hlm 02
16
ekstrinsik).8 Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidikan, manajer, dan penelitian, terutama
dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi)
seseorang.
Menurut Bernanard dan Gary A. Stainer dalam Machrony
mendefinisikan motivasi sebagai all those inner striving conditions
variously described as wishes, desires, needs, drives, and the like.9 Motivasi
dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang
memberikan energi mendorong kegiatan (moves) dan mengarah atau
menyalurkan perilaku kearah mencapai kebutuhan yang memberikan
kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.
Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan
tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan sesuatu yang invisible
yang memberikan kekuatan yang mendorong individu untuk bertingkah laku
dalam mencapai tujuan. Dorongan tersebut terdiri dari dua komponen, yaitu
arah perilaku kerja (kerja untuk mencapai tujuan) dan kekuatan prilaku
(seberapa kuat usaha individu dalam bekerja).10Motivasi merupakan sebuah
determinan penting bagi kinerja individual.11
8 Purnamie Titisari, Peranan Organizational Citizenship Behavior (OCB) DalamMeningkatkan Kinerja Karyawan, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2014, hlm 27
9 H. B. Siswanto, Pengantar Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm 11910Veithzal Rivai, Ella Jauvani Sagala, Managemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan, Rajawali Pers, Jakarta, 2013. Hlm 83711Winardi, Op.Cit, hlm 03
17
Dari definisi yang telah dipaparkan tersebut, maka motivasi dapat
disimpulkan sebagai suatu kondisi yang menggerakan manusia kearah suatu
tujuan tertentu, suatu keahlian dalam mengarahkan pegawai Kantor Camat
Pugung agar mau bekerja secara maksimal sehingga keinginan keinginan
bisa tercapai dengan baik, sehingga inisiasi dan pengarahan tingkah laku,
sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri dan sebagai
kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara
perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
Adanya kesediaan untuk menggunakan secara maksimum hasil
usaha dalam mencapai tujuan perusahaan dengan maksud untuk memuaskan
beberapa kebutuhan pribadi karyawan sendiri.Kebutuhan itu juga harus
sesuai dan konsisten dengan tujuan dari perusahaan itu sendiri. Pemenuhan
kebutuhan yang kurang akan membuat ketegangan atau perang urat saraf
antara karyawan, baik atasan-bawahan atau lain sebagainya, yang tahapnya
dapat dilihat pada gambar berikut :
18
Gambar 2.1
Tahapan motivasi
Unsatisfied need
Tension
Drives
Search behavior
Satisfied need
Reduction of tension
Sumber : Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala, Managemen Sumber
Daya Manusian Untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik, Edisi
2, Cet 4, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 839
Pada dasarnya, proses motivasi dapat digambarkan jika seseorang tidak
puas akan mengakibatkan ketegangan, yang pada akhirnya akan mencari
jalan atau tindakan untuk memenuhi dan terus mencari kepuasan yang
menurut ukurannya sendiri sudah sesuai dan harus terpenuhi.12
12Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala, Op.Cit, hlm. 839
19
3. Fungsi Motivasi
Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta
merubah kelakuan, Fungsi tersebut adalah
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa
motivasi tidak akan timbul suatu tindakan atau perbuatan
b. Motivasi berfungsi sebagai pengaruh , artinya mengarahkan
perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi
akan menentukan capat atau lambatnya suatu pekerjaan
4. Tujuan Motivasi
Tingkah laku bawahan dalam suatu organisasi seperti sekolah
pada dasarnya berorientasi pada tugas. Maksudnya, bahwa tingkah
laku bawahan biasanya didorong oleh keinginan untuk mencapai
tujuan harus selalu diamati, diawasi, dan diarahkan dalam kerangka
pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau
mengunggah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk
melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai
20
tujuan tertentu.13 Sedangkan tujuan motivasi dalam Malayu S.P
Hasibuan mengungkapkan bahwa :
a. meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
b. meningkatkan produktivitas kerja karyawan
c. Memperahankan kestabilan karyawan perusahaan
d. Meningkatkan kedisiplinan absensi karyawan
e. Mengefektifkan pengadaan karyawana
f. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
g. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan
h. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
i. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-
tuganya
5. Teori-Teori Motivasi
a. Teori Mccleland
Mengatakan bahwa teori berfokus pada tiga kebutuhan,
pencapaian, dan hubungan. Hal-hal tersebut didefinisikan sebagai
berikut :
1). Kebutuhan pencapaian (need for achievement) : Dorongan
untuk melebihi mencapai standar-standar, berusaha keras
untuk berhasil
13H Wahyu Fitri, 2012, “Tujuan Pemberian Motivasi” Jurnal Pemberian Motivasi Kerja,Mei 2016 hlm 45
21
2). Kebutuhan kekuatan (need for power) : Kebutuhan untuk
membuat individu lain berprilaku sedemikian rupa sehingga
mereka tidak akan berprilaku sebaliknya
3). Kebutuhan hubungan (need for affiliation) : keinginan untuk
menjalin suatu hubungan antar personal yang ramah dan
akrab.14
b. Teori Herzberg
Teori ini mengatakan ada 2 faktor yang mempengaruhi seseorang
dalam bertugas pekerjaanya yaitu faktor intrinsik dan ektrinsik.15
1). Faktor intrinsik seperti prestasi, penghargaan, penghargaan,
tanggung jawab, kesempatan untuk maju, pekerjaan itu sendiri.
2). Faktor ekstrinsik seperti kondisi kerja, hubungan interpersonal,
kebijakan dan administrasi perusahaan, pengawasan, gaji,
keamanan kerja.
c. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
1). Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa
lapar, haus, istirahat dan seks.
2). Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik
semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual.
14 Stephen P.Robbins dan Timothy A. judge, Perilaku Organisasi OrganizationalBehavior, Salemba Empat, Jakarta, 2099, hlm 230.
15 Purnamie Titisari, Op.Cit., hlm. 37.
22
3). Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
4). Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada
umumnyatercermin dalam berbagai simbol-simbol status.
5). Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya
kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi
yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.16
6. Bentuk Motivasi
Pada umumnya bentuk motivasi yang sering dianut oleh
perusahaan meliputi empat elemen utama, yaitu sebagai berikut:17
a. Kompensasi Bentuk Uang
Salah satu bentuk yang paling diberikan kepada karyawan
adalah berupa kompensasi. Kompensasi yang diberikan kepada
karyawan biasanya berwujud uang. Kompensasi sebagai kekuatan
untuk memberi motivasi selalu mempunyai reputasi atau nama baik
dan memang sudah selayaknya demikian. Uang telah dihubungkan
dengan naluri yang paling fundamental dan mungkin di antara
naluri biologis yang lain. Makan bukan merupakan hal yang luar
biasa, kompensasi berupa uang telah mengembangkan reputasinya
sebagai stimulus yang mujarab.
16 Purnamie Titisari,Op,Cit, hlm 3117 H.B.Siswanto, Op,Cit, hlm 126-126
23
b. Pengarahan dan Pengendalian
Pengarahan yang dimaksudkan menentukan bagi karyawan
mengenai apa yang harus mereka kerjakan dan apa tidak harus
mereka kerjakan. Sedangkan pengendalian dimaksudkan
menentukan bahwa karyawan harus mengerjakan hal-hal yang
telah diinstruksikan.. Fungsi pengendalian mencangkup penilaian
kinerja, pemeriksaan mutu, dan pengukuran hasil kerja
c. Penetapan Pola Kerja yang Efektif
Pada umumnya reaksi terhadap kebosanan kerja
menimbulkan hambatan yang berati bagi keluaran produktivitas
kerja. Karena menejemen menyadari bahwa masalahnya bersumber
pada cara pengaturan pekerjaan, mereka menanggapinya dengan
berbagai teknik yang efektif dan kurang efektif.
d. Kebajikan
Kebajikan dapat didefinisikan sebagai satu tindakan yang
diambil dengan sengaja oleh manejemen untuk mempengaruhi
sikap atau perasaan para karyawan. Dengan kata lain, kebajikan
adalah usaha untuk membuat karyawan bahagia.
7. Metode-Metode Motivasi
a. Metode Langsung (direct motivation)
Pemberian materi atau nonmateri kepada karyawan secara
langsung untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan merupakan
24
carayang langsung meningkatkan motivasi kerja. Seperti
memberikan pujian, penghargaan, bonus, dan piagam.18
b. Metode tidak langsung (indirect motivation)
Adalah suatu kewajiban memberikan kepada karyawan
organisasi berupa fasilitas atau sarana-sarana penunjang kerja atau
kelancaran tugas. Dengan fasilitas dan sarana dan prasarana
tersebut karyawan akan merasa dipermudah tugasnya, dehingga
dapat mendorong semangat kerja. Seperti hal nya penempatan
karyawan yang tepat, ruangan yang nyaman, mesin-mesin yang
baik serta suasana dan lingkungan pekerjaan yang baik.19
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi sebagai proses dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-Faktor tersebut dapat dibedakan atas.20
a. Faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi kerja
1) Lingkungan kerja yang menyenangkan
Adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di
sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.
2) Kompensasi yang memadai
Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi
karyawan untuk menghidupi diri beserta keluarganya.
18 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen (Dasar, Pengertian, dan Masalah), Bumi Aksara,Jakarta, 2011, hlm 222
19Ibid.20 Clara Tampubolon,, Faktor-Faktor Motivasi, Jurnal Motivasi Kerja, 14 Mei 2016.,hlm
23
25
Kompensasi yang memadai merupakan motivasi yang paling
ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para karyawan
bekerja dengan baik.
3) Supervisi yang baik
Fungsi supervisi dalam suatu pekerjaan adalah memberikan
pengarahan, bimbingan kerja kepada karyawan, agar mereka
dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik tanpa membuat
kesalahan.
4) Adanya penghargaan atas prestasi
Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan
pada dirinya untuk perusahaan, agar dapat meraih penghargaan
atas prestasi dan jaminan karir yang jelas di dalam perusahaan.
5) Status dan tanggung jawab
Status dan kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan
dambaan setiap karyawan dalam bekerja di perusahaan
6) Peraturan yang berlaku
Bagi perusahaan yang besar biasanya sudah di tetapkan sistem
dan prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh semua karyawan.
b. Faktor intern yang mempengaruhi pemberian motivasi pada
seseorang antara lain
1) Keinginan untuk dapat hidup
2) Keinginan untuk dapat memiliki
3) Keinginan untuk memperoleh penghargaan
26
4) Keinginan untuk berkuasa
B. Kinerja Dalam Tinjauan Umum Ekonomi Islam Tentang Kinerja
1. Pengertian Kinerja dan Dasar Hukum Kinerja
Kinerja (performance) adalah gambaran tentang tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana
strategi (strategic planning) suatu organisasi. Pengukuran kinerja
(performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan
pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi pengelolaan sumberdaya
(input) dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa,
hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan, dan
efektifitas tindakan dalam mencapai tujuan. Sementara itu, menurut
Robbins dalam Siagian, kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam
melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.21 Menurut Mursi dalam Wibisono, kinerja religius
Islam adalah suatu pencapaian yang diperoleh seseorang atau organisasi
dalam bekerja/berusaha yang mengikuti kaidah-kaidah agama atau
prinsip-prinsip ekonomi Islam. Terdapat beberapa dimensi kinerja
Islami meliputi22
a. Amanah dalam dalam bekerja yang terdiri atas profesional, jujur,
ibadah dan amal perbuatan
21 Soraya Eka Ayudiati, 2010, Analisis Pengaruh Locus Of Control Terhadap KinerjaDengan Etika Kerja, hlm 2, Akses pada http://kopertisI11.net/jurnal/, di akses 20 mei 2016.
22 Ibid, hlm 14
27
b. Mendalami agama dan profesi terdiri atas memahami tata nilai agama,
dan tekun bekerja.
Islam mempunyai beberapa unsur dalam melakukan penilaian kinerja
suatu kegiatan/usaha yang meliputi:
a. Niat bekerja karena Allah
b. Dalam bekerja harus memberikan kaidah/norma/syariah secara totalitas
c. Motivasi bekerja adalah mencari keberuntungan di dunia dan akherat
d. Dalam bekerja dituntut penerapan azas efesiensi dan manfaat dengan
tetap menjaga kelestarian lingkungan
e. Mencari keseimbangan antara harta dengan ibadah, dan setelah berhasil
dalam bekerja hendaklah bersyukur kepada Allah SWT
Dalam unsur penilaian kinerja tersebut, orang yang bekerja adalah
mereka yang menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri,
keluarga, masyarakat dan negara tanpa menyusahkan orang lain. Oleh
karena itu, kategori “ahli surga” seperti yang digambarkan dalam Al-
Qur’an bukanlah orang yang mempunyai pekerjaan/jabatan yang tinggi
dalam suatu perusahaan/instansi sebagai manajer, direktur, teknisi dalam
suatu bengkel dan sebagainya. Tetapi sebaliknya Al-Qur’an menggariskan
golongan yang baik lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak
taqwa kepada Allah, khusyu sholatnya, baik tutur katanya, memelihara
pandangan dan kemaluannya serta menunaikan tanggung jawab sosialnya
seperti mengeluarkan zakat dan lainnya.
28
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai, supir, tukang sapu ataupun
seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap. Sifat-sifat di ataslah
sebenarnya yang menjamin kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia
dan di akhirat kelak. kerja dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk
kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan
menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus
menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau
pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri,
keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara. Dalam Al-Quran yang
menjelaskan tentang kerja dalam Islam, sebagaimana berikut :
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allahkepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakanbahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepadaorang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, danjanganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allahtidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Surat Al-Qashashayat 77.23
Berdasarkan ayat di atas, Islam mengajarkan bahwa umat Islam
harus giat mencari rizki dalam hal mencapai kebutuhan hidup dunia yaitu
sehari-hari namun tetap dengan tidak meninggalkan perintah-perintah allah
untuk mendapatkan kebahagian di akherat, demikianlah ajaran Islam
begitu indahnya manusia dituntut kerja bekerja dengan sungguh-sungguh
23 Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm 623
29
bukan hanya demi kebutuhan hidup namun bekerja digunakan sebagai
upaya mencapai keridhoan Allah SWT.
Dengan bekerja, artinya manusia telah menjalankan salah satu
fungsi kekhalifahannya di muka bumi dan Islam manusia bekerja/berusaha
dengan cara bathil yang juga dijelaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salingmemakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalanperniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Danjanganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah MahaPenyayang kepadamu (QS. An-Nisa : 29).24
Manajemen Dalam Kehidupan Rasulullah SAW.25
a. Mengatur Tingkat Dakwah
Sifat-sifat mulia baginda Rasul saw, terpancar pada kepribadian para
sahabatnya dan tampak jelas dalam dakwah dan kehidupan bernegara
pada masanya. Atas petunjuk Allah SWT. Baginda Rasul saw. Menata
dan mengatur kerja dakwahnya. Secara berurutan tugas beliau adalah
Nabi.
b. Mengatur dan Menata Pakaian
Rasul saw. Sangat memperhatikan masalah pakaian. Beliau selalu
nyesuain pakaian yang dipakai dengan situasi dan kondisi.26
24 QS. An-Nisa (4) ayat 2925 Muhammad Abdul Jawwad, Menjadi Manajer Sukses, Gema Insani, Jakarta, 2004, hlm
127
30
c. Mengatur dan Menata makanan
Rasulullah saw. Selalu mengatur dan menata cara makan dan
minumnya. Sebelum makan dan minum beliau selalu memulai dengan
membaca basmalah dan apabila beliau selesai selalu membaca
hamdalah.
d. Mengangkat Pemimpin dalam Setiap Kelompok
Umat Islam bahwa pengangkatan pemimpin merupakan masalah yang
sangat urgen sehingga dalam kelompok kerja mereka harus mengangkat
seorang pemimpin supaya selalu teratur, disiplin baik dalam menengani
masalah-masalah kecil maupun masalah-masalah besar
e. Mengatur Jalannya Kehidupan
Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk tersebut, kita akan merasakan
ketenangan jiwa. Hati kita terjaga dari kehidupan dunia
f. Mengatur Makan Siang
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa beliau bersabda “Orang yang
berakal hendaknya mempunyai empat waktu : waktu untuk berbisik
(meminta pertolongan) kepada Allah swt. Waktu untuk membisikkan
(meengintropeksi) diri sendiri, waktu untuk memikirkan ciptaan Allah,
serta waktu senggang untuk makan dan minum”.27
g. Mengatur Cara Penyampaian Dakwah
Rasulullah saw. Sangat memperhatikan cara-cara yang teraturdan logis
untuk mengungkapkan permasalahan yang hendak disampaikan.
27 Ibid., hlm 130
31
h. Mengatur Langkah-Langkah Berdakwah
Beliau mejadikan kerapian dan keteraturan penyampaian sebagai dasar
utama untuk memuaskan dan memahamkan permasalahan-permasalahan
utama yang dilontarkan kepada lawan dialognya
i. Mengatur Perang
Rasulullah Saw sangat memperhatikan prinsip-prinsip keteraturan.28
2. Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata perfomance atau berati prestasi
kerja, kinerja dapat diartikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi
bersangkuatan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral maupun etika.29 sebagaimana dikemukan oleh Gibson, Ivancevich,
and Donnelly yang mengatakan bahwa performanceatau prestasi kerja
atau kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku.
Hasibuan mengatakan bahwa prestasi kerja adalah kemampuan
seseorang dalam usaha mencapai hasil kerja yang yang lebih baik/lebih
menonjol kearah tercapainya tujuan organisasi.30 Menurut Mangkunegara
mendefinisikan kinerja atau prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja orang
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
28 Ibid., hlm 13229 Suryadi Prawirosentono, Kebijakan KinerjaKaryawan, BPFE, Yogyakarta, 1999, hlm
1-230 Purname Titisari, Op,Cit. hlm 74
32
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawabnya yang diberikan
kepadanya dalam suatu kurun waktu yang ditetapkan.31 Definisi lain,
menjelaskan bahwa kinerja merupakan catatan yang dihasilkan dari fungsi
pegawai atau kegiatan yang dilakukan pegawai selama periode waktu
tertentu.32 Prestasi kerja juga merupakan suatu prestasi seseorang dalam
melaksanakan pekerjaannya.33
Pengertian dari beberapa pendapat, kinerja merupakan hasil kerja
yang dicapai oleh seorang karyawan dengan standar yang telah ditentukan.
Di samping itu kinerja seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
inisiatif, pengalaman kerja, kepuasan dan motivasi. Kinerja diharapkan
mampu menghasilkan mutu pekerjaan yang baik serta jumlah pekerjaan
yang sesuai dengan standar. Kinerja yang dicari oleh perusahaan dari
seseorang tergantung dari kemampuan motivasi dan kepuasan individu
karyawan yang diterima. Meskipun demikian motivasi sering menjadi
variabel yang terlupakan, motivasi merupakan hasrat didalam seseorang
yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan untuk mencapai
tujuan.
3. Tujuan Penilaian Kinerja
Pelaksana kinerja karyawan memberikan bentuk manfaat, bagi
perusahaan maupun karyawan itu sendiri. Bagi perusahaan yang sudah
31 Ibid32 Ambar Teguh dan Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2003, hlm 223.33 Kasmir Manajemen Perbankan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm 154
33
berjalan secara baik dan profesional pelaksanaan penilaian kinerja sangat
penting untuk dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Penilaian kinerja merupakan salah fungsi dari manajemen sumber
daya manusia, maka sudah seharusnya untuk dijalankan dengan sebaik-
baiknya. Tanpa penilaian kinerja tentu pihak manajemen akan sulit untuk
menentukan, misalnya berapa gaji atau bonus, atau kesejahteraan lain yang
pantas yang diberikan kepada karyawannya. Oleh karena itu penilaian
kinerja sangat penting guna memenuhi tujuan yang ingin dicapai baik oleh
perusahaan maupun bagi seluruh karyawannya.
Bagi perusahaan penilaian kinerja memiliki beberapa tujuan antara
lain yaitu :34
a. Untuk memperbaiki kualitas pekerjaan
Untuk memperbaiki kualitas pekerjaan artinya dengan melakukan
penilaian terhadap kinerja, maka manajemen perusahaan akan
mengetahui dimana kelemahan karyawan dan sistem yang digunakan
dengan diketahui kelemahan ini segera untuk dilakukan perbaikan, baik
terhadap sistem yang digunakan maupun di karyawan itu sendiri.
b. Keputusan penempatan
Bagi karyawan yang telah dinilai kinerjanya ternyata kurang
mampu untuk menempati posisinya sekarang. Maka perlu dipindahkan
ke unit atau bagian lainnya. Sebaliknya bagi mereka yang memiliki
kinerja yang baik perlu diperhatikan agar kinerjanya tidak menurun dan
34 Ibid, hlm. 80
34
tetap mempertahankan kinerja sembari menunggu kebijakan perusahaan
selanjutnya. Bagi karyawan yang memiliki kinerja baik tentu akan
dikembangkan dibagian lain. Artinya karyawan semacam ini tentu akan
memperoleh pengembangan dirinya, melalui pengembangan
pengetahuan dan keterampilan, sehingga dipindahkan ke bagian atau
unit lain
c. Perencanaan dan pengembangan karier
Hasil penilaian kinerja digunakan untuk menentukan jenjang karier
seseorang. Artinya bagi mereka yang mengalami peningkatan kinerja
maka akan dilakukan promosi jabatan atau kepangkatan sesuai dengan
peraturan perusahaan. Demikian pula sebaliknya bagi karyawan yang
hasil penilaian kinerjanya terus memburuk, tentu akan mendapatkan
misalnya penurunan karier atau demosi
d. Kebutuhan latihan dan pengembangan
Maksudnya adalah bagi karyawan yang memiliki kemampuan atau
keahlian yang kurang., perlu diberikan pelatihan agar mampu
meningkatkan kinerjanya. Tujuan pelatihan adalah untuk
mendongkrak kinerja karyawan agar menjadi lebih baik.
Pengembangan karyawan memiliki arti penting bagi karyawan guna
menambah pengetahuan dan keahlian.
35
e. Penyesuaiaan kompensasi
Artinya hasil penilaian kinerja digunakan untuk kepentingan
penyesuaian kompensasi adalah bagi mereka yang kinerjanya
meningkat maka akan ada penyesuaian kompensasi
f. Inventori kompetensi pegawai
Dengan dilakukan penilaian kinerja terhadap seluruh karyawan
untuk beberapa periode, maka perusahaan memiliki simpanan dan
karyawan. data dan informasi tentang kinerja karyawan ini dapat
digunakan untuk melakukan penempatan atau peningkatan karier,
mutasi, atau rotasi karyawan.
g. Komunikasi efektif antara atasan dan bawahan
Hasil penelitian kinerja juga digunakan untuk mengukur efektifitas
komunikasi antara atasan atau bawahan. Atasan akan dapat
mengoreksi bagaimana seharusnya melakukan komunikasi yang baik
terhadap bawahan satu persatu. Dengan komunikasi yang seharusnya
dilakukan, maka tentu akan memberikan pengaruh terhadap kinerja
seseorang.
h. Budaya kerja
Artinya dengan adanya penilaian kinerja maka akan tercipta
budaya yang menghargai kualitas kerja. Karyawan tidak dapat bekerja
seenaknya, akan tetapi harus berusaha meningkatkan kinerjanya.
Dengan kata lain kinerja dapat mengubah budaya kerja ke arah
36
penghargaan kualitas dan produktifitas kerja dan juga dapat mengubah
budaya kerja karyawan.
i. Menerapakan sanksi
Disamping memberikan berbagai keuntungan bagi karyawan,
penilaian kinerja juga merupakan sarana untuk memberikan hukuman
atas kinerja karyawan yang menuru. Besarnya hukuman atau sanksi
yang diterima tergantung dari tingkat kinerja telah diterima karyawan.
Sanksi teringan biasanya dalam bentuk teguran agar tidak mengulangi
perbuatan dan sanggup meningkatkan kinerjanya dimasa depan.
Sanksi kedua dapat diberikan dalam bentuk tidak memproleh
kesempatan peningkatan karier maupun kompensasi, ketiga sanksi
yang diberikan dipindahkan ke unit atau bagian lain.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kerja
Menurut Prawirosentono, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan adalah sebagai berikut:35
a. Efektivitas dan Efesien
Hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik
buruknya kinerja diukur oleh efektivitas dan efesiensi. Dikatakan
efektif bila mencapai tujuan, dan dikatakan efesien bila hal itu
memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan, terlepas dari apakah
efektif atau tidak. Artinya efektifitas dari kelompok (organisasi) bila
tujuan kelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang
35 Purnamie Titisari, Op,Cit, hlm 76
37
direncanakan. Sedangkan efesien berkaitan dengan jumlah pengorbanan
yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
b. Otoritas dan Tanggung Jawab
Dalam organisasi yang baik wewenang dan tanggung jawab telah
didelegasikan dengan baik, tanpa adanya tumpang tindih tugas. Masing-
masing karyawan yang ada dalam organisasi mengetahui apa yang
menjadi hak dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan
organisasi
c. Disiplin
Secara umum, disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap
hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan
perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian
yang dibuat antara perusahaan dan karyawan. Disiplin juga berkaitan
erat dengan sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang
melanggar.dalam hal seseorang karyawan melanggar peraturan yang
berlaku dalam organisasi maka, karyawan bersangkutan harus
sanggup menerima hukuman yang telah disepakati. Masalah disiplin
para karyawan yang ada di dalam organisasi baik atasan maupun
bawahan akan memberi corak terhadap kinerja organisasi. Kinerja
organisasi akan tercapai, apabila kinerja individu maupun kinerja
kelompok ditingkatkan.
38
d. Insiatif
Insiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreatifitas dalam
bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan
organisasi. Setiap inisiatif sebaiknya mendapatkan perhatian atau
tanggapan positif dari atasan, kalau memang dia atasan yang baik.
Atasan yang buruk akan selalu mencegah inisiatif bawahan, lebih-
lebih bawahannya yang kurang disenangi. Bila atasan selalu
menghambat setiap inisiatif, tanpa memberikan penghargaan berupa
argumentasi yang jelas dan mendukung, menyebabkan organisasi akan
kehilangan energi atau daya dorongan untuk maju. Oleh karna itu,
inisiatif karyawan yang ada didalam organisasi merupakan daya
dorong kemajuan yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja.
Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja baik hasil maupun perilaku
kerja adalah sebagai berikut:36
a. Kemampuan dan Keahlian
Merupakan kemampuan atau skill yang dimiliki seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan. Artinya karyawan yang memiliki
kemampuan dan keahlian yang lebih baik, maka akan memberikan
kinerja baik pula, demikian pula sebaliknya bagi karyawan yang tidak
memiliki kemanpuan untuk menyelesaikan pekerjaannya secara benar,
maka akan memberikan hasil yang kurang baik pula, yang pada
36 Kasmir, Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik), Raja Wali, Jakarta,2016, hlm 189
39
akhirnya akan menunjukkan kinerja yang kurang baik. Dengan
demikian kemampuan dan keahlian akan memengaruhi kinerja
seseorang
b. Pengetahuan
Maksudnya adalah pengetahuan tentang pekerjaan. Seseorang yang
memiliki pengetahuan tentang pekerjaan secara baik akan memberikan
hasil pekerjaan yang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya dengan
mengetahui pengetahuan tentang pekerjaan akan memudahkan
seseorang untuk melakukan pekerjaanya
c. Rancangan Kerja
Merupakan rancangan pekerjaan yang akan memudahkan
karyawan dalam mencapai tujuannya. Artinya jika suatu pekerjaan
memiliki rancangan yang baik, maka akan memudahkan untuk
menjalankan pekerjaan tersebut secara tepat dan benar. Dengan
demikian rancangan pekerjaan akan mampu meningkatkan kinerja
karyawannya, demikian juga sebaliknya dengan perusahaan yang tidak
memiliki rancangan pekerjaan yang kurang baik akan sangat
mempengaruhi kinerja karyawannya.
d. Kepribadian
Kepribadian seseorang atau karakter yang dimiliki seseorang,
setiap orang memiliki kepribadian atau karakter yang berbeda satu
sama lainnya. Seseorang yang memiliki kepribadian atau karakter yang
baik, akan dapat melakukan pekerjaan secara sungguh-sungguh penuh
40
tanggung jawab sehingga hasil pekerjaannya juga baik. Artinya
kepribadian atau karakter akan mempengaruhi kinerja.
e. Motivasi Kerja
Motivasi kerja merupakan dorongan seseorang untuk melakukan
pekerjaan. Jika karyawan memiliki dorongan yang kuat dari dalam
dirinya atau dorongan dari luar dirinya (misalnya dari pihak
perusahaan), maka karyawan akan terdorong melakukan sesuatu
dengan baik.
f. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan perilaku seseorang pemimpin dalam
mengatur, mengelola, dan memerintah bawahannyauntuk mengerjakan
sesuatu tugas dan tanggung jawab yang diberikannya. Perilaku
pemimpin yang menyenangkan, mengayomi, mendidik dan
membimbing tentu akan membuat karyawan senang dengan mengikuti
apa yang diperintahkan oleh atasannya.jadi dapat disimpulkan
kepemimpinan mempengaruhi kinerja.
g. Gaya Kepemimpinan
Merupakan gaya atau sikap seorang pemimpin dalam menghadapi
atau memerintahkan bawahannya.
h. Budaya Organisasi
Merupakan kebiasaan-kebiasaan atau norma-norma yang berlaku
dan dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Kebiasaan-
kebiasaan atau norma-norma ini mengatur hal-hal yang berlaku dan
41
diterima secara umum serta harus dipatuhi oleh segenap anggota suatu
perusahaan atau organisasi. Kepatuhan anggota organisasi untuk
menuruti atau mengikuti kebiasaan atau norma ini akan mempengaruhi
kinerja seseorang atau kinerja organisasi.
i. Kepuasan Kerja
Merupakan kepuasan senang atau gembira atau perasaan suka
seseorang sebelum atau sesudah melakukan suatu pekerjaan. Jika
karyawan merasa senang atau gembira atau suka untuk bekerja,
sebaliknya jika karyawan tidak senang atau gembira maka akan ikut
mempengaruhi dalam bekerja.
j. Lingkungan Kerja
Merupakan suasana atau kondisi di sekitar lokasi tempat bekerja.
Lingkungan kerja dapat berupa ruangan, layout, sarana atau prasarana,
serta hubungan kerja dengan sesama rekan kerja. Jika lingkungan kerja
dapat membua suasana nyaman dan memberikan ketenangan maka
akan membuat suasana kerja menjadi kondusif. Sehingga dapat
meningkatkan hasil kerja seseorang lebih baik, tanpa gangguan.
k. Loyalitas
Merupakan kesetian karyawan untuk tetap bekerja dan membela
perusahaan dimana tempatnya bekerja. Kesetian ini ditunjukkan
dengan terus bekerja sunggu-sungguh sekalipun perusahaannya dalam
kondisi yang kurang baik. Loyalitas akan terus membangun agar terus
berkarya menjadi lebih baik dengan merasa bahwa perusahaan seperti
42
miliknya sendiri. Pada akhirnya loyalitas akan mempengaruhi kinerja
karyawan
l. Komitmen
Merupakan kepatuhan karyawan untuk menjalankan kebijakan atau
peraturan perusahaan dalam bekerja. Komitmen juga diartikan
kepatuhan karyawan kepada janji-janji yang dibuatnya. Atau kata lain
komitmen merupakan kepatuhan untuk menjalankan kesepakatan yang
telah dibuat. Pada akhirnya kepatuhannya untuk melaksanakan janji
atau kesepakatan yang telah dibuatnya akan mempengaruhi kinerjanya.
Jadi komitmen dapat mempengaruhi kinerja seseorang.
m. Disiplin kerja
Merupakan usaha karyawan untuk menjalankan aktifitas kerjanya
secara sungguh-sungguh . disiplin kerja dalam hal ini dapat berupa
waktu, misalnya masuk kerja selalu tepat waktu. Kemudian disiplin
dalam mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya sesuai dengan
perintah yang harus dikerjakan. Karyawan yang disiplin akan
mempengaruhi kinerja.
5. Indikator Kinerja
a. Menurur Janseen mengacu pada37 :
1) Quantity of work: jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode
yang ditentukan
37 Ibid
43
2) Quality of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-
syarat kesesuaian dan kesiapannya.
3) Job knowledge : luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan
keterampilannya
4) Creativeness : keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan
tindakan-tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan yang timbul
5) Cooperation : kesedian untuk bekerja sama dengan orang lain atau
sesama anggota organisasi
6) Dependability : kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal
kehadiran dan penyelesaian kerja
7) Intiative : semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggung jawabnya
8) Personal Qualities :hal ini menyangkut kepribadian, kepemimpinan,
keramah-tamahan dan integritas pribadi.
Lembaga Administrasi Negara/LAN dikemukakan secara
umum, indikator kinerja memiliki beberapa fungsi, langkah, dan jenis,
sebagai berikut38 :
1) Memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan
dilaksanakan.
2) Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait
untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan
38 ibid
44
kebijaksanaan/program/kegiatan dan dalam menilai kinerjanya
termasuk kinerja instansi pemerintah yang melaksanakannya
3) Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, evaluasi kinerja
organisasi/unit kerja.
Indikator kinerja yang sering digunakan dalam pelaksanaan
pengukuran kinerja organisasi sebagai berikut :
1) Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.
Indikator ini berupa dana, sumber daya manusia, informasi,
kebijakan/peraturan perundang-undangan, dan sebagainya.
2) Indikator proses adalah segala besaran yang menunjukkan upaya
yang dilakukan dalam rangka mengolah masukan menjadi
keluaran. Menggambarkan perkembangan atau aktivitas yang
terjadi selama kegiatan berlangsung.
3) Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung
dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau nonfisik
4) Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek
langsung)
5) Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir
dari pelaksanaan kegiatan
45
6) Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif
maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan
asumsi yang telah ditetapkan.
b. Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara.39
1) Mutu karyawan
2) Kejujuran karyawan
3) Inisiatif
4) Kehadiran
5) Sikap
6) Kerjasama
7) Keandalan
8) Pengetahuan tentang pekerjaan
9) Tanggung jawab
10) Pemanfaatan waktu kerja
6. Efesiensi dan Optimalisasi Kinerja
Manajemen yang sehat sudah tersimpul pengertian efisiensi dan
efektivitas kinerja, dalam arti bahwa segala sesuatu dikerjakan dengan
berdaya-guna artinya dengan cepat, tepat dan hemat. Tepat mengenai
sasaran atau apa yang dicita-citakan menjadi kenyataan. Cepat, tidak
mengahabiskan waktu yang tidak perlu, selesai tepat pada waktunya atau
sebelum waktu yang ditetapkan. Hemat dengan biaya yang sekecil-
kecilnya, tanpa terjadi pemborosan dalam bidang apapun.
39 Umi Masitahsari, 2015, Analisis Kinerja Pegawai di Puskes Jongaya Makasar, hlm13, Akses pada http://kopertisi11.net/jurnal/, di akses 20 mei 2016
46
Sangat sulit apabila ingin mendapat sesuatu yang dikehendaki
hanya berpegang pada salah satu prinsip saja. Apakah itu efesiensi, atau
efektivitas. Karena prinsip manapun yang akan menjadi pilihan, tidak
dapat memberikan kepuasan. Sebab jika memilih atau menekankan pada
efisiensi, akan muncul anggapan bahwa seakan-akan, atau seolah-olah
telah dengan sendirinya apa yang hendak dicapai pasti diperoleh
sebagaimana diharapkan, sepanjang telah dipenuhinya segenap prosedur
dan tata kerja yang seharusnya ditempuh tanpa harus memikirkan apa
akibat kelak.
Itulah sebabnya mengapa pada setiap usaha pencapaian sasaran
atau tujuan agar selalu diupayakan secara efisien dan efektif, artinya
mendapatkan hasil yang dikehendaki secara penuh (efektif).
Untuk mengukur kinerja karyawan menurut Faud Mas’udi
mengacu pada ukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan
berdasarkan instrument yang dikembangkan oleh Tsui, Anne S, Jone L
Pearce, dan Lymen W40 yaitu:
a. Kunatitas kerja karyawan
b. Kualitas kerja karyawan
c. Ketepatan waktu
d. Ketrampilan dan tingkat pengetahuan karyawan
e. Standar profesional kerja
40 Fuad mas’ud, Survai Diagnosis Organisasional (Konsep dan Aplikasi), Badan PenerbitUniversitas Diponegoro, Semarang, 2004, hlm 19
47
Menurut John Bernadin (dikutip Anawar Prabu Mangkunegara)
ada empat karakteristik yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
kinerja karyawan secara individu41
a. Kualitas adalah tingkat dimana hasil aktivitas yang dilakukan
mendekati sempurna dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari
penampilan aktivitas ataupun memenuhi tujuan yang diharapkan suatu
aktivitas. Hasil dari pekerjaan yang memiliki kualitas yang tinggi yang
dapat diterima oleh atasan maupun rekan sekerja.
b. Kuantitas adalah bapaknya jumlah atau hasil pekerjaan yang dapat
diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan. Jumlah yang
dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus
aktivitas yang diselesaikan. Kinerja individu (termasuk jumlah dan
kualitas). Ketepatan waktu adalah tingkat suatu aktifitas diselesaikan
pada waktu awal yang diinginkan, dilihat dari sudut koordinasi dengan
hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas
yang lain.
c. Efektivitas adalah tingkat penggunaan sumber daya organisasi
dimaksimalkan dengan maksud meningkatkan keuntungan atau
mengurangi kerugian dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
d. Kemandirian adalah tingkat dimana seorang karyawan dapat
melakukan fungsi kerjanya tanpa meminta bantuan bimbingan dari
41 Ibid
48
pengawas atau meminta informasi pengawas guna menghindari hasil
yang merugi
7. Penilaian Kinerja Karyawan
Pada prinsipnya kinerja unit-unit organisasi dimana seseorang atau
sekelompok orang berada di dalamnya merupakan pencerminan dari
kinerja sumber daya manusia bersangkutan. Pengukuran kinerja karyawan
pada dasarnya merupakan salah satu faktor kunci guna mengembangkan
suatu organisasi secara efektif dan efesien.
Notoatmojo dan Soekidjo menjelaskan bahwa pengukuran yang
baik harus dapat mengambarkan nilai yang akurat tentang apa yang
diukur. Artinya pengukuran tersebut bener-bener mengukur kinerja
karyawan. Untuk itu ada dua yang perlu diperhatikan42:
a. Pengukuran harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job
related).
Artinya sistem penilaian itu bener-bener menilai perilaku atau kerja
yang mendukung kegiatan organisasi di mana karyawan itu bekerja.
b. Adanya standar pelaksanaan kerja (performance standard).
Standar pelaksanaan adalah ukuran yang dipakai untuk menilai
kinerja tersebut. Agar pengukuran itu efektif maka standar pengukuran
hendaknya berhubungan dengan hasil yang diinginkan setiap
pekerjaan. Dengan demikian maka standar pelaksanaan kerja ini
semacam alat ukur kinerja. Alat ukur yang baik sekurang-kurangnya
42 Purnamie Titisari, Op,Cit, hlm 78
49
memenuhi dua kriteria yakni reliabilitas dan validitas. Alat dengan
reliabilitas. Alat dengan realibilitas tinggi apabila alat ukur itu
mempunyai hasil yang konsisten, sedangkan alat ukur dengan validitas
tinggi apabila alat itu mengukur apa yang harus diukur.
C. Kerangka Pemikiran
Suatu organisasi yang ingin mempertahankan eksistensi dan
mencapai tujuan secara efisien dan efektif harus memperhatikan faktor-
faktor produksi yang dimilikinya, salah satunya adalah faktor produksi
sumber daya manusia. Faktor sumber daya manusia merupakan faktor
yang paling penting karena faktor-faktor produksi lainnya baik secara
langsung atau tidak langsung. Dengan kata lain, faktor sumber daya
manusia dapat dianggap sebagai salah satu faktor yang menentukan
berhasil atau tidaknya tercapainya suatu tujuan organisasi. Oleh karena itu
suatu organiasi harus berusaha mengelola sumber daya manusia yang
dimilikinya dengan berupaya memberikan motivasi kerja
pegawai/karyawan.
Menurut Herzberg Teori ini mengatakan ada 2 faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam bertugas pekerjaanya yaitu faktor intrinsik
dan ektrinsik,
a. intrinsik seperti prestasi, penghargaan, penghargaan, tanggung jawab,
kesempatan untuk maju, pekerjaan itu sendiri.
50
b. Faktor ekstrinsik seperti kondisi kerja, hubungan interpersonal,
kebijakan dan administrasi perusahaan, pengawasan, gaji, keamanan
kerja
Organisasi atau perusahaan pada saat ini berupaya memberikan
motivasi kerja terhadap pegawainya dengan harapan hal tersebut
mendorong agar terciptanya kinerja lebih baik lagi. Menurut
Mangkunegara mendefinisikan kinerja atau prestasi kerja adalah sebagai
hasil kerja orang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawabnya yang diberikan kepadanya dalam suatu kurun waktu yang
ditetapkan. Adapun indikator yang dapat digunakan adalah :
a. Mutu karyawan
b. Kejujuran karyawan
c. Inisiatif
d. Kehadiran
e. Sikap
f. Kerjasama
g. Keandalan
h. Pengetahuan tentang pekerjaan
i. Tanggung jawab
j. Pemanfaatan waktu kerja
51
Islam memerintahkan pemeluknya untuk bekerja dan berusaha guna
mencari anugerah Allah sehingga Islam bener-bener menjadi pertimbangan
hidup. Maka dalam perspektif Islam, tidak ada nilai bagi hidup seseorang
tanpa pekerjaan dan bekerja dengan iklas. Islam menetapkan bahwa bekerja
adalah ibadah dan salah satu kewajiban. Pekerja ikhlas tidak membatasi
kuantitas dan kualitas pekerjaannya sebatas nilai upah dan ganjaran yang
diterima. Pekerja ikhlas sering sekali bekerja lebih lama, lebih serius, lebih
banyak dari karyawan lain.43
43 Ilfill Nur Diana, Organizational Citizenship Behaviour, Jurnal Ilmu Ekonomi danSosial, 2012, hlm 144
52
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan motivasi kerja terhadap
kinerja sudah banyak diteliti oleh peneliti-peneliti terdahulu. Sindi Lestari
(2014) dengan judul “pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pada
karyawan wilayah Telkom Jawa Barat Utara” dengan sampel 180
karyawan hasil yang didapat bahwa motivasi kerja mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Harry Murti (2013) dengan judul “pengaruh motivasi terhadap
kinerja pegawai dengan variabel pemediasi kepuasan kerja pada PDMA
Kota Madiun” dengan sampel 159 pegawai hasil yang didapat bahwa
kepuasan kerja berpengaruh signifikan pada kinerja pegawai berimplikasi
direktur PDAM kota Madium
Fricilia Runtuwene (2013) dengan judul “pengaruh motivasi kerja
terhadap kinerja pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
Minahasa Selatan” engan sampel 52 pegawai hasil yang didapat bahwa
variabel motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
pegawai.
53
E. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini digunakan definisi operasional variabel agar
menjadi petunjuk dalam penelitian ini. Definisi operational tersebut adalah
Tabel 2.1
Definisi Operational Variabel
No OperasionalVariabel
DefinisiOperasional
Indikator Pernyataan
1 Motivasi Kerja(TeoriHerzberg1966)
Motivasi kerjaadalah doronganatau semangatyang timbuldalam diriseseorang ataupegawai untukmelakukansesuatu ataubekerja, karenaadanyarangsangan dariluar baik itu dariatasan danlingkungan kerja,serta adanya dasaruntuk memenuhikebutuhan danrasa puas, sertamemenuhitanggung jawabatas tugas-tugasyang diberikandan dilakukandalam organisasi
a. Prestasi
b. Tanggungjawab
1. Pengakuanakan prestasidi kantormendorongsaya untukbekerjadengan baik?
2. Pemberianpenghargaanakanmendorongsaya untukbekerja lebihbaik?
1. Sayamelaksanakantugaskedinasanyangdipercayakandengan penuhpengabdiaan,kesadaran dantanggungjawab?
54
c. Disiplin
d. pelayanan
1. Sayamelaksanakanpekerjaandengan jujur,tertib, cermat,danbersemangatuntukkepentingannegara?
2. Mendapatkanbonus ataunilai plus padaabsensimembuat sayatertarik datangtepat waktu?
1. Peraturankedinasanyangditetapkanoleh pejabatyangberwenangmempengaruhui saya dalambekerja?
2. Sayamengedepankan pelayananyang baikkepadamasyarakat ?
3. Penilaiandarimasyarakattentangkinerja saya,dapatmempengaruhi pelayananyang sayaberikan?
55
e. Keaktifanpemimpin
1. PolakepemimpinanCamat aktifmengajakpegawai untukberpartisifpasidalampengambilankeputusan ?
2 KinerjaMangkunegara(2005)
Kinerjamerupakan hasilkerja baik itusecara kualitasmaupun kuantitasyang telah dicapaipegawai, dalammenjalankantugas-tugasnyasesuai dengantanggung jawabyang diberikanorganisasi danhasil kerjanyatersebut disesuaikan denganhasil kerja yangdiharapkanorganisasi melaluikriteria-kriteriaatau standarkinerja pegawaiyang berlakudalam organisasi
a. Mutupegawai
b. Kehadiran
c. Kerjasama
1. Saya telahmelakukanpekerjaansesuai denganprofesi dankeahlian sayamiliki
2. Sayamenyukaipekerjaanyang diberikanoleh pihakKecamatanmulai dariyang mudahsampai tersulitdengan
1. Kantor camatterkadangbelum adapegawai ketikasaya sudahdatang untukbekerja
1. Saya memilikiteman kerjaoleh pihakkecamatansesuai denganpekerjaanyang akandilakuka
56
d. Keandalan
e. Tanggungjawab
f. Pemanfaatan waktukerja
1. Sayamelakukanpekerjaanrancangankecamatansesuai dengankecakapanyang sayamiliki
2. Kecakapanyang tidaksesuai denganpekerjaandapatmenghambatsaya dalambekerja
1. Tugas dantanggungjawab yangdiberikankepada Sayadari pihakKecamatandapatdiselesaikandengan baikdan penuhtanggungjawab
1. saya telahmenggunakanwaktu kerjasesuai denganperaturankecamatan
57
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus dibuktikan
kebenarannya didalam kenyataan atau praktek. Hipotesis penelitian mengenai
motovisi kerja terhadap kinerja pegawai dalam perspektif Ekonomi Islam di
Kantor Camat Pugung Kabupaten Tanggamus menggunakan uji regresi linier
sederhana Berdasarkan model penelitian diatas maka dapat diambil hipotesis
sebagai berikut:
Ho = tidak terdapat penagruh signifikan antara motivasi kerja terhadap
kinerja pegawai
Ha = terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja