Upload
deka
View
38
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dampak pariwisata
Citation preview
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PARIWISATA
TERHADAP KEBUDAYAAN DAN LINGKUNGAN
Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang
digalakkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat
penting dalam pembangunan Indonesia khususnya sebagai penghasil devisa negara.
Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat
lain untuk sementara waktu dengan tujuan rekreasi dan bukan untuk mencari nafkah.
Pariwisata membawa dampak yang tidak sedikit terhadap berbagai aspek kehidupan
manusia, diantaranya yaitu pada aspek kebudayaan dan lingkungan. Pariwisata dapat
membawa dampak positif, namun sejalan dengan itu dapat pula membawa dampak yang
negatif terhadap kedua aspek kehidupan tersebut di atas. Adapun contoh kasus yang terkait
dengan dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh adanya pariwisata terhadap
kebudayaan dan lingkungan khususnya yang terjadi di Bali sebagai salah satu daerah utama
tujuan wisata adalah sebagai berikut:
Kasus I : Dampak Positif Pariwisata terhadap Kebudayaan
Kebudayaan dari sudut pandang Antropologi berarti keseluruhan hasil cipta, rasa,
dan karsa manusia yang diperoleh dan dijadikan miliknya sendiri melalui proses belajar.
Budaya dalam hal ini dipahami sebagai tingkah laku yang dipelajari dan dilakukan oleh
sekelompok orang, budaya diperoleh dari orang lain dengan dipelajari dari masyarakatnya.
Sebagai suatu sistem, kebudayaan dapat dilihat dari perwujudan kehidupan manusia yang
terkait dengan ide, perilaku, dan materi yang dipengaruhi oleh berbagai aspek. Ada dua
fungsi sistem budaya Indonesia yang amat penting, yaitu: sebagai pemberi identitas dan
sebagai komunikasi yang menyatukan dan mengintegrasikan masyarakat Indonesia yang
bersifat majemuk.
Pengembangan pariwisata di Bali yang bertumpu pada kebudayaan Bali yang pada
dasarnya bersumber pada agama Hindu, menimbulkan adanya kegairahan penggalian,
pemeliharaan, dan pengembangan aspek-aspek kebudayaan terutama kesenian, monumen-
1
monumen peninggalan sejarah, dan adat istiadat. Melalui pariwisata berkembang
keterbukaan dan komunikasi secara lintas budaya, dan juga berkembang komunikasi yang
makin meluas antara komponen-komponen lain dalam kerangka hubungan yang bersifat
saling mempengaruhi (Geriya, 1996:38). Kebudayaan sebagai salah satu aspek dalam
pariwisata dapat dijadikan sebagai suatu potensi dalam pengembangan pariwisata itu. Hal
ini disebabkan, dalam pengembangan pariwisata pada suatu negara atau suatu daerah
keunikan berbagai kebudayaan daerah bisa digunakan sebagai salah satu daya tarik
wisatawan.
Dampak positif yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap kebudayaan tidak
terlepas dari pola interaksi di antaranya yang cenderung bersifat dinamika dan positif.
Dinamika tersebut berkembang, karena kebudayaan memegang peranan yang penting bagi
pembangunan berkelanjutan pariwisata dan sebaliknya pariwisata memberikan peranan
dalam merevitalisasi kebudayaan. Ciri positif dinamika tersebut diperlihatkan dengan pola
kebudayaan mampu meningkatkan pariwisata dan pariwisata juga mampu memajukan
kebudayaan. (Geriya, 1996: 49).Dampak positif lainnya adalah akulturasi kebudayaan,
karena adanya interaksi masyarakat lokal dengan wisatawan. Di samping itu, kebudayaan-
kebudayaan daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia akan terus
berkembang. Ini disebabkan oleh adanya wisatawan yang datang berkunjung untuk
melihat dan mengenal lebih dekat kebudayaan asli tersebut. Hal ini tentunya juga
menyebabkan terjadinya penggalian nilai-nilai budaya asli untuk dikembangkan dan
dilestarikan.
Selain itu, adanya berbagai bentuk kesenian yang dikomersilkan sebagai konsumsi
bagi wisatawan menjadi suatu sumber pendapatan baru yang terbuka bagi masyarakat dan
juga kegiatan ini dapat menjaga kelestarian aspek-aspek kebudayaan itu sendiri. Terjadinya
tukar-menukar kebudayaan antara wisatawan dan masyarakat local di mana wisatawan
dapat lebih banyak mengenal kebudayaan serta lingkungan yang lain dan penduduk lokal
juga mengetahui tempat-tempat lain dari cerita wisatawan menjadi salah satu media dalam
pengembangan wawasan budaya.
Kasus II : Dampak Negatif Pariwisata terhadap Kebudayaan
2
Selain menimbulkan dampak positif seperti apa yang telah diuraikan di atas,
pariwisata juga menimbulkan dampak negatif, meliputi adanya proses komodifikasi,
peniruan, dan profanisasi (Shaw and Williams, dalam Ardika 2003:25). Pariwisata dapat
mengembangkan dan melestarikan kebudayaan, akan tetapi juga mengakibatkan
tereksploitasinya kebudayaan secara berlebihan demi kepentingan pariwisata. Tentu hal ini
akan berdampak negatif terhadap perkembangan kebudayaan. Ini sering terjadi akibat
adanya komersialisasi kebudayaan dalam pariwisata.
Salah satu contoh nyata adalah adanya komersialisasi kesenian di Gianyar, baik
dalam seni rupa maupun pertunjukan, cenderung berorientasi pada kepentingan wisata.
Munculnya berbagai kesenian yang awalnya hanya dipentaskan untuk kepentingan upacara
agama, kemudian dipertunjukkan untuk kepentingan wisatawan. Demikian juga
dijadikannya tempat suci sebagai objek wisata. Ini merupakan fakta terjadinya
komersialisasi budaya dalam pariwisata, karena berubahnya atau bertambahnya fungsi
selain fungsi utamanya. Hal tersebut tidak dapat dipandang sebagai suatu permasalahan
yang sederhana karena telah menyentuh bagian terdalam dari unsur – unsur kesenian itu
sendiri.
Kasus III : Dampak Positif Pariwisata terhadap Lingkungan
Sejak berkembangnya isu pemansan global mulai semarak disuarakan, maka
mulai diperkenalkan bahan – bahan yang ramah lingkungan dan mudah di daur ulang.
Penggunaan bahan – bahan daur ulang sebagai kerajinan tangan (souvenir) yang pada
awalnya sebagai bentuk dari adanya orientasi pada kepentingan wisata, kini membawa
dampak yang makin meluas pada pemeliharaan lingkungan. Selain dapat membuka
lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, juga menjadi salah satu tindakan nyata dalam
upaya menjaga lingkungan. Sehingga kita mengenal apa yang disebut sebagai Pariwisata
Berwawasan Lingkungan. Dalam perkembangannya pariwisata ini semakin mendapatkan
nilai lebih dari para wisatawan sebagai jawaban dari bentuk tuntutan mereka atas
penggunaan bahan – bahan ramah lingkungan dan mudah didaur ulang.
Dampak positif lainnya sebagai pengaruh pariwisata terhadap lingkungan
tercermin dari adanya berbagai bentuk kegiatan agrowisata, salah satunya yaitu agrowisata
di Bedugul. Melalui bentuk kegiatan ini, di satu sisi dapat membantu pengembangan
3
pariwisata terkait dengan lingkungan, dan di sisi lain dapat menguntungkan para petani
melalui penambahan pendapatan karena penjualan hasil pertanian mereka dapat dihargai
lebih tinggi.
Kasus IV : Dampak Negatif Pariwisata terhadap Lingkungan
Sejak perkembangannya sampai kini, pariwisata mulai menampakkan diri secara
nyata. Masyarakat Bali baru sadar setelah menikmati keindahan gemerlap dunia pariwisata
yang memabukkan, ada beberapa hal yang harus segera diantisipasi agar kenikmatan yang
pernah dirasakan dulu tetap dapat dirasakan juga oleh generasi berikutnya. Pembukaan
daerah rekreasi, wisata alam, wisata bahari dan berbagai wisata minat khusus lainnya
seperti rafting, scuba diving, hiking, bersepeda, dan panjat tebing ternyata memberikan
gangguan besar terhadap kehidupan flora dan fauna liar. Selain itu adanya alih fungsi lahan
sebagai sarana pendukung perkembangan pariwisata mengakibatkan banyak lahan
produktif yang hilang dan tergantikan oleh berbagai bangunan beton. Salah satu contohnya
adalah yang terjadi di kawasan Badung. Alih fungsi lahan tersebut juga mengakibatkan
terganggunya proses penyerapan air yang tidak jarang berdampak pada terjadinya banjir.
Selain menyebabkan kerusakan bentang alam, potensi peningkatan longsor dan banjir,
ternyata memunculkan daerah-daerah kumuh di sekitarnya. Hal ini sebagai akibat
datangnya pencari kerja yang tidak memiliki keterampilan yang terjebak dengan mimpinya
tentang keindahan dunia gemerlap pariwisata.
Selain itu, dampak pencemaran lingkungan juga merupakan hal yang paling
dirasakan oleh masyarakat lokal yang tinggal di suatu kawasan wisata. Transportasi serta
sistem manajemen lalu lintas yang buruk adalah sumber utama polusi udara dan
kebisingan. WTO (1996) memperkirakan lebih dari 4 juta ton bahan bakar digunakan
setiap tahun yang menghasilkan 850 juta gas yang merusak lapisan ozon dan menghasilkan
3,5 juta ton bahan kimia di udara yang menyebabkan terjadinya hujan asam berbahaya bagi
kehidupan. Pencemaran air semakin meningkat sebagai akibat penggunaan pestisida, pupuk
dan bahan kimia lainnya dalam upaya meningkatkan keindahan fasilitas kepariwisataan
(hotel, lapangan golf, dan kolam).
Oleh karena itu perlu disadari bahwa pariwisata memang diperlukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun masyarakat pun harus melakukan kegiatan
4
yang sama terhadap keberlanjutan pariwisata, salah satunya dengan perilaku yang ramah
lingkungan. Kalau lingkungan rusak, maka kerusakan itu juga sebagian besar disebabkan
oleh masyarakat Bali, tidak semata-mata karena aktivitas pariwisata. Sudah saatnya untuk
memperbaiki lingkungan dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada sektor
pengelolaan lingkungan hidup demi terciptanya keseimbangan lingkungan sebagai
pendukung berbagai aktivitas dari makhluk hidup.
Sumber: Data sekunder dari internet.
5