10
1 STUDI PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP KADAR MALONDIALDEHIDA DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI BRONKUS PADA TIKUS (Rattus norvegicus) YANG TERPAPAR ASAP ROKOK THE STUDY OF ETHANOL EXTRACT OF MANGOSTEEN PEEL (Garcinia mangostana L) TOWARD MALONDIALDEHIDA LEVELS AND BRONCHIAL HISTOPATHOLOGIC PICTURES IN RATS (Rattus norvegicus) EXPOSED TO CIGARETTE SMOKE Berlya Putri Dwi Fidya Alvi, Aulanni’am, Dyah Kinasih Wuragil Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya [email protected] ABSTRAK Bronkitis merupakan peradangan yang terjadi pada bronkus. Kandungan asap rokok yang tergolong dalam Radical Oxygen Species (ROS) menjadi penyebab bronkitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) terhadap kadar malondialdehida (MDA) serta histopatologi bronkus. Tikus yang dipakai dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan berumur 3 bulan yang dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok 1 adalah tikus sehat (kontrol negatif), kelompok 2 adalah kelompok kontrol positif yang diberikan paparan asap rokok, kelompok 3, 4 dan 5 adalah kelompok tikus yang dipapar asap rokok dan mendapat terapi ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) 200mg/Kg BB, 400mg/Kg BB, dan 600mg/Kg BB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) berpengaruh signifikan terhadap kadar MDA (p<0,05) dimana menyebabkan penurunan terhadap kadar MDA. Ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) mampu memperbaiki silia bronkus dan penurunan ukuran otot polos bronkus pada tikus (Rattus norvegicus) setelah diinduksi dengan asap rokok. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) dapat menurunkan kadar MDA dan memperbaiki kerusakan jaringan bronkus. Kata kunci : Bronkitis, Ekstrak etanol kulit buah manggis, Malondialdehida (MDA), dan Histopatologi bronkus. ABSTRACT Bronchitis is an inflammation that occurs in bronchi. The content of cigarette smoke which is classified to the Radical Oxygen Species (ROS) causes bronchitis. The purpose of this study were to determine the benefit of mangosteen peel ethanol extract that can affect the malondialdehyde (MDA) levels and bronchial histopatology. The rats (Rattus norvegicus) which were used in this research were 3-year-old male rats and divided into 5 groups. Group 1 was the health rats (negative control), group 2 was the positive control group which was exposured to cigarette smoke, group 3, group 4, and group 5 were exposured to cigarette smoke and got 200mg/Kg BW, 400mg/Kg BW, and 600mg/Kg BW of therapy. The results showed that the ethanol extract of mangosteen peel (Garcinia mangostana L) significantly

105130101111033-Berlya-Putri-Fida

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal seminar

Citation preview

  • 1

    STUDI PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia

    mangostana L) TERHADAP KADAR MALONDIALDEHIDA DAN GAMBARAN

    HISTOPATOLOGI BRONKUS PADA TIKUS (Rattus norvegicus) YANG

    TERPAPAR ASAP ROKOK

    THE STUDY OF ETHANOL EXTRACT OF MANGOSTEEN PEEL (Garcinia

    mangostana L) TOWARD MALONDIALDEHIDA LEVELS AND BRONCHIAL

    HISTOPATHOLOGIC PICTURES IN RATS (Rattus norvegicus)

    EXPOSED TO CIGARETTE SMOKE

    Berlya Putri Dwi Fidya Alvi, Aulanniam, Dyah Kinasih Wuragil Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan

    Universitas Brawijaya

    [email protected]

    ABSTRAK

    Bronkitis merupakan peradangan yang terjadi pada bronkus. Kandungan asap rokok

    yang tergolong dalam Radical Oxygen Species (ROS) menjadi penyebab bronkitis. Penelitian

    ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit buah manggis

    (Garcinia mangostana L) terhadap kadar malondialdehida (MDA) serta histopatologi

    bronkus. Tikus yang dipakai dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus)

    jantan berumur 3 bulan yang dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok 1 adalah tikus sehat

    (kontrol negatif), kelompok 2 adalah kelompok kontrol positif yang diberikan paparan asap

    rokok, kelompok 3, 4 dan 5 adalah kelompok tikus yang dipapar asap rokok dan mendapat

    terapi ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) 200mg/Kg BB, 400mg/Kg

    BB, dan 600mg/Kg BB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol kulit

    buah manggis (Garcinia mangostana L) berpengaruh signifikan terhadap kadar MDA

    (p

  • 2

    influence the levels of MDA (p

  • 3

    yang tinggi menggambarkan kemampuan

    xanthone dalam menyerap radikal bebas

    secara cepat.

    Penelitian ini dilakukan untuk

    mengetahui pengaruh pemberian ekstrak

    etanol kulit buah manggis (Garcinia

    mangostana L) terhadap kadar MDA serta

    gambaran histopatologi bronkus tikus

    putih (Rattus norvegicus) yang telah

    dipapar asap rokok.

    MATERI DAN METODE

    Persiapan Hewan Coba

    Tikus diadaptasi selama tujuh hari

    dengan pemberian pakan berupa ransum

    basal dan minum ad libitum. Komposisi

    ransum basal disusun berdasarkan standar

    AOAC (2005) yaitu megandung

    karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan

    vitamin. Hewan coba diperoleh dari UPHP

    UGM Yogyakarta. Penggunaan hewan

    coba telah mendapatkan persetujuan

    Komisi Laik Etik UB dengan No: 183-

    KEP-UB. Hewan coba yang digunakan

    berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

    rata 150-200 gram.

    Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Manggis

    Kulit buah manggis (Garcinia

    mangostana L) dicuci bersih menggunakan

    air mengalir kemudian dipisahkan dari

    buahnya setelah itu dipotong kecilkecil (0,5x1cm

    2) agar ekstrak dapat keluar

    maksimal kemudian dikeringkan semalam

    dalam oven dengan suhu 45C, setelah itu dihancurkan dengan menggunakan blander

    kering untuk membuat serbuknya

    (Mansour, 2013). Penghilangan tanin

    dilakukan sebelum maserasi.

    Paparan Asap Rokok pada Hewan Coba

    Paparan asap rokok dilakukan

    selama satu bulan, dalam sehari hewan

    coba tikus putih (Rattus norvegicus)

    dipapar dengan 2 batang rokok (Mansour,

    2013). Paparan asap rokok dilakukan

    dengan menggunakan spuit 60ml

    kemudian ujungnya diberi yellow tip.

    Siapkan selang plastik sesuai dengan

    ukuran rokok, setelah itu rokok dinyalakan

    kemudian asap rokok disedot

    menggunakan spuit yang ujungnya

    dipasang dengan yellow tip. Asap rokok

    kemudian ditransfer ke dalam kandang

    khusus pengasapan hewan coba. Hal

    tersebut dilakukan secara berulang hingga

    rokok habis.

    Terapi Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis

    Terapi dilakukan dengan

    memberikan ekstrak etanol kulit buah

    manggis (Garcinia mangostana L)

    sebanyak 1ml per ekor secara peroral

    (sonde) selama tiga minggu dan diberikan

    setiap hari (Mansour, 2013).

    Pengukuran Kadar MDA

    Jaringan bronkus diambil sebanyak

    0,1 gram dipotong kecil-kecil lalu digerus

    dalam mortar dingin yang diletakkan di

    atas balok es. Ditambahkan 1ml NaCl

    0,9%, kemudian homogenat dipindah ke

    dalam microtube dan disentrifugasi dengan

    kecepatan 8000 rpm selama 20 menit dan

    diambil supernatannya. Setelah itu diambil

    100L supernatan bronkus ditambah 550

    L akuades. Lalu ditambahkan 100L

    TCA, 250L HCl 1N, dan 100L Na-

    Thio. Setiap penambahan reagen larutan

    dihomogenkan dengan vortex. Sentrifugasi

    dilakukan kembali dengan kecepatan 500

    rpm selama 15 menit, setelah itu

    supernatan dipisahkan dan dipindahkan

    pada microtube baru. Kemudian larutan

    diinkubasi dalam waterbath pada suhu

    100C selama 30 menit, selanjutnya dibiarkan pada suhu ruang. Sampel diukur

    absorbansinya pada max (532 nm) untuk uji TBA dan diplotkan pada kurva standar

    yang telah dibuat untuk menghitung

    konsentrasi sampel.

    Pembuatan Preparat dan Pengamatan

    Histopatologi Bronkus

    Pengambilan organ bronkus pada

    hewan coba tikus (Rattus norvegicus)

    dilakukan dengan pembedahan tikus

    terlebih dahulu. Sebagian organ yang akan

    dibuat preparat disimpan dalam larutan

    PFA (Paraformaldehid 4%). Pembuatan

  • 4

    preparat histopatologi menggunakan

    metode pewarnaan HE (Hematoksilin-

    Eosin). Pengamatan difokuskan pada

    bagian silia dan otot polos jaringan

    bronkus yang diamati menggunakan

    mikroskop Olympus CX31 dengan

    perbesaran 400x.

    Analisa Data

    Analisa data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah analisa kualitatif

    deskriptif untuk gambaran histopatologi

    bronkus dan kuantitatif statistik untuk

    pengukuran kadar MDA dengan uji

    ANOVA, sedangkan untuk mengetahui

    perbedaan antar perlakuan dilakukan

    analisis lebih lanjut dengan uji BNJ.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol

    Kulit Buah Manggis (Garcinia

    mangostana L) Terhadap Kadar

    Malondialdehida (MDA) Bronkus Tikus

    (Rattus norvegicus) yang Terpapar Asap

    Rokok

    Hasil pengukuran kadar

    malondialdehida (MDA) hewan coba

    (Rattus norvegicus) pada jaringan bronkus

    yang telah dipapar asap rokok tertera

    dalam Tabel 1. MDA merupakan hasil

    akhir dari peroksidasi lipid serta penanda

    adanya stress oksidatif dalam tubuh.

    Tabel 1. Perbandingan kadar MDA pada hewan coba setiap perlakuan.

    Kelompok Perlakuan Rata-rata Kadar

    MDA (g/ml)

    Peningkatan Penurunan

    Tikus Kontrol Negatif (P0) 0,1410 0,0396 a

    0

    0

    Tikus Kontrol Positif (P1) 0,6030 0,0413 d

    327

    -

    Tikus Paparan Asap Rokok dan

    Terapi 200mg/Kg BB (P2)

    0,4020 0,0359c

    -

    33

    Tikus Paparan Asap Rokok dan

    Terapi 400mg/Kg BB (P3)

    0,2430 0,0224b

    -

    60

    Tikus Paparan Asap Rokok dan

    Terapi 600mg/Kg BB (P4)

    0,1560 0,0268 a

    -

    74

    Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata (p

  • 5

    menyerang asam lemak tidak jenuh ganda

    dari membran sel yang dapat

    menyebabkan kerusakan struktur dan

    fungsi dari sel (Winarsi, 2007). Radikal

    bebas di dalam tubuh dapat dinetralisir

    oleh antioksidan endogen. Antioksidan

    endogen utama pada sel-sel tubuh adalah

    enzim SOD (Superoxside dismutase).

    Antioksidan dapat menghambat pelepasan

    H2O2 yang dihasilkan oleh neutrofil pada

    hewan coba.

    Paparan asap rokok berhubungan

    dengan berbagai gangguan saluran nafas.

    Zat berbahaya seperti sulfur dioksida,

    nitrogen oksida dan partikel hasil paparan

    asap rokok menyebabkan peningkatan

    imunoglobulin E (IgE) dengan berbagai

    mekanisme inflamasi pada saluran nafas,

    hal ini sejalan dengan penelitian Santoso

    dan Dahlan (2013) yang menyatakan

    bahwa polusi udara dan asap rokok

    merupakan faktor predisposisi peningkatan

    kadar IgE. Paparan asap rokok sebagai

    alergen akan memicu Antigen Presenting

    Cells (APCs) kemudian didegradasi

    menjadi peptida-peptida yang selanjutnya

    dipresentasikan pada sel limfosit T atau

    yang lebih dikenal dengan sel Th.

    Pemaparan asap rokok selama 1 bulan

    bertujuan untuk memberikan paparan

    alergen secara langsung ke target utama

    yaitu saluran pernafasan. Paparan asap

    rokok akan mengaktivasi CD4+ dan sel

    mast pada saluran pernafasan. CD4+ akan

    berdiferensiasi menjadi Th2, saat proses

    diferensiasi akan dihasilkan IL-4 dan IL-5.

    Th2 yang bergabung dengan IL-5 dapat

    mengaktivasi dan meningkatkan produksi

    eosinofil. Aktivasi sel mast akan memicu

    pelepasan mediator inflamasi seperti

    histamin, prostaglandin, leukotrin, dan

    sitokin.

    Antioksidan merupakan senyawa

    yang berfungsi untuk mencegah,

    menurunkan reaksi oksidasi, memutus,

    menghambat, menghentikan, dan

    menstabilisasi radikal bebas (Prakash,

    2001). Jumlah radikal bebas yang ada di

    dalam tubuh berpengaruh terhadap kerja

    antioksidan endogen. Paparan asap rokok

    yang diberikan secara terus menerus dapat

    meningkatkan radikal bebas dalam tubuh

    sehingga akan memicu ketidakseimbangan

    antara radikal bebas dan antioksidan

    endogen yang akan menyebabkan stress

    oksidatif. Tingginya stress oksidatif akan

    memicu terjadinya peroksidasi lipid, hal

    ini sama seperti yang dipaparkan dalam

    penelitian Evans (2000). Peroksidasi lipid

    merupakan proses oksidasi asam lipid tak

    jenuh rantai panjang (Polyunsaturated

    Fatty Acid atau PUFA) pada membran sel

    yang menghasilkan radikal peroksidasi

    lipid hidroperoksida dan produk aldehida

    misalnya MDA.

    Menurut Retno (2012) dalam

    Prangdimurdi (2011), MDA merupakan

    produk akhir yang dapat digunakan untuk

    mengetahui derajat kerusakan oksidatif

    yang disebabkan oleh peroksidasi lipid.

    Peroksidasi lipid hasil dari radikal bebas

    akan selalu membentuk reaksi berantai

    yang terus berlanjut sampai radikal bebas

    ini dihilangkan oleh sistem antioksidan

    dari tubuh. Terapi antioksidan yang

    digunakan adalah ekstrak etanol kulit buah

    manggis (Garcinia mangostana L). Kulit

    buah manggis memiliki kandungan

    xanthone yang tinggi sehingga memiliki

    kemampuan untuk menangkap radikal

    bebas yang ada di dalam tubuh akibat

    paparan asap rokok. Gugus hidroksi (OH)

    yang dimiliki oleh xanthone efektif

    mengikat radikal bebas karena elektron

    yang tidak memiliki pasangan dapat

    berikatan langsung dengan gugus OH yang

    dimiliki oleh senyawa xanthone.

    Hasil analisis kadar MDA pada

    penelitian ini menunjukkan bahwa kadar

    MDA pada kelompok tikus yang terpapar

    asap rokok (kontrol positif) berbeda nyata

    dengan kelompok tikus yang tidak

    diberikan paparan asap rokok (kontrol

    negatif). Tingginya kadar MDA

    disebabkan oleh tingginya peroksidasi

    lipid yang secara tidak langsung

    menunjukkan tingginya kadar radikal

    bebas. Tingginya kandungan radikal bebas

    dalam jaringan yang tidak diimbangi oleh

    antioksidan akan menyebabkan stress

  • 6

    oksidatif. Penelitian lain menunjukkan

    antioksidan berperan sebagai zat yang

    mampu menetralisir radikal bebas dalam

    tubuh (Praptiwi, dkk., 2006). Jadi semakin

    tinggi kandungan radikal bebas dalam

    jaringan akan berbanding lurus dengan

    tingginya stress oksidatif yang dapat

    memicu meningkatnya peroksidasi lipid

    dengan produk akhir MDA yang

    digunakan sebagai penanda (marker)

    kerusakan seluler akibat adanya radikal

    bebas. Prinsip pengukuran MDA adalah

    reaksi satu molekul MDA dengan dua

    molekul TBA (Thiobarbituric acid)

    membentuk senyawa kompleks MDA-

    TBA yang berwarna pink.

    Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol

    Kulit Buah Manggis (Garcinia

    mangostana L) Terhadap Gambaran

    Histopatologi Bronkus Tikus (Rattus

    norvegicus) yang Terpapar Asap Rokok

    Kerusakan jaringan bronkus pada

    keadaan bronkitis dapat terjadi akibat

    paparan asap rokok. Dinding saluran nafas

    normal dilapisi oleh epitel semu berlapis

    (pseudostratified) bersilia. Keadaan

    bronkitis menyebabkan terjadinya

    perubahan sel dan abnormalitas struktur

    karena terjadinya inflamasi. Melalui

    pemeriksaan histopatologi dari bronkus

    didapatkan kerusakan epitel bronkus,

    abnormalitas silia dan hipertropi otot

    polos.

    Gambar 1. Histopatologi jaringan bronkus tikus (Rattus norvegicus) dengan pewarnaan

    Hematoksilin-Eosin (HE) (400x) Keterangan: (A) Tikus kontrol negatif, (B) Tikus kontrol positif, (C) Tikus yang diberi paparan asap

    rokok dan terapi 200mg/kg BB, (D) Tikus yang diberi paparan asap rokok dan terapi

    400mg/kg BB, (E) Tikus yang diberi paparan asap rokok dan terapi 600mg/kg BB.

    Tanda panah merah : abnormalitas silia

    Tanda panah biru : hipertropi otot polos

    Tanda panah hijau : perbaikan silia

    Tanda panah orange : penurunan ukuran otot polos

  • 7

    Kerusakan jaringan bronkus dapat

    disebabkan oleh adanya radikal bebas dari

    luar tubuh seperti paparan asap rokok yang

    mengandung zat nitric oxide (NO). NO

    merupakan senyawa toksik berupa molekul

    gas yang diproduksi oleh inducible NO

    synthase (iNOS) dengan cara mengubah

    asam amino L-ariginin menjadi NO dan

    citrulin (Yosida dan Tuder , 2007). NO

    dalam saluran pernafasan dihasilkan oleh

    berbagai sel termasuk epitel saluran

    pernafasan, sel-sel inflamasi (makrofag,

    neutrofil, dan sel mast) dan endotel

    pembuluh darah. NO dapat terurai menjadi

    oksida nitrogen lain yaitu nitrit (NO2) dan

    nitrat (NO3). NO juga bereaksi dengan

    anion superoksida untuk menghasilkan

    peroxynitrite (ONOO-) yang merupakan

    molekul sitotoksik dan dapat

    menyebabkan kerusakan epitel serta

    meningkatkan jumlah sel inflamasi.

    Paparan asap secara terus menerus yang

    bersifat alergen mampu merangsang

    terjadinya inflamasi pada saluran nafas

    yang menimbulkan terjadinya remodelling

    pada jalan nafas berupa terjadinya

    kerusakan epitel dan hipertrofi otot polos,

    hal tersebut sejalan dengan apa yang telah

    dipaparkan oleh Palmans (2002).

    Kerusakan epitel pada saluran

    pernafasan terjadi karena adanya sel

    mediator inflamasi yaitu eosinofil yang

    dilepaskan saat proses inflamasi,

    kebocoran mikrovaskuler, hipersekresi

    mukus, dan adanya radikal bebas akibat

    aktivasi sel. Pelepasan mediator inflamasi

    dapat merusak membran biologis

    penyusun sel-sel epitel (Supartini et al.,

    1995). Proses inflamasi berperan penting

    pada hiperreaktivitas bronkus. Peningkatan

    produksi mukus dapat mengganggu fungsi

    silia.

    Paparan asap rokok akan

    mengaktivasi CD4+ dan sel mast pada

    saluran pernafasan. CD4+ akan

    berdiferensiasi menjadi Th2, saat proses

    diferensiasi akan dihasilkan IL-4 dan IL-5.

    Th2 yang bergabung dengan IL-5 dapat

    mengaktivasi dan meningkatkan produksi

    eosinofil, sedangkan Th2 yang bergabung

    dengan IL-4 akan menginisiasi

    pembentukan IgE kemudian terjadi

    aktivasi sel mast. Aktivasi sel mast akan

    memicu pelepasan mediator inflamasi

    seperti histamin, prostaglandin, leukotrin,

    dan sitokin. Histamin dapat meningkatkan

    terjadinya kontraksi otot polos, sedangkan

    prostaglandin E2 (PGE2) dan leukotrin

    berperan dalam produksi mukus sehingga

    dapat menimbulkan bronkokonstriksi.

    Pelepasan sitokin oleh sel mast seperti IL-

    4 dan IL-13 akan meningkatkan produksi

    IgE, sedangkan IL-5 berperan dalam

    aktivasi eosinofil (Baratawidjaja dan

    Rengganis, 2010). Eosinofil melepaskan

    enzim proteolitik berupa Major Basic

    Protein (MBP) yang dapat merusak epitel

    karena memiliki daya destruksi terhadap

    epitel sementara limfosit melepas limfokin

    (IL-5) yang berperan terhadap inflamasi.

    Menurut Donno et al., (2000) paparan

    tersebut dapat mempengaruhi lama

    inflamasi dan menyebabkan kerusakan

    struktur epitel.

    Nekrosis merupakan salah satu

    pola dasar kematian pada sel. Nekrosis

    dapat dikenali karena adanya perubahan

    secara makroskopis maupun mikroskopis.

    Kejadian nekrosis menyebabkan

    perubahan pada inti sel yang terdiri dari

    tiga proses, yaitu (Lestari dan Mulyono,

    2011) piknosis merupakan pengerutan inti

    yang terjadi akibat homogenisasi

    sitoplasma dan peningkatan eosinofil,

    kemudian DNA berkondensasi menjadi

    massa yang padat. Selanjutnya terjadi

    karioreksis yaitu keadaan inti yang

    terfragmentasi (terbagi atas fragmen-

    fragmen) yang piknotik kemudian terjadi

    kariolisis yaitu pemudaran kromatin

    basofil akibat aktivitas DNAse.

    Pemberian ekstrak etanol kulit

    buah manggis (Garcinia mangostana L)

    berfungsi sebagai antioksidan karena

    memiliki kandungan xanthone. Xanthone

    memiliki gugus hidroksi (OH) efektif

    untuk mengikat elektron bebas dari asap

    rokok. Antioksidan yang terdapat pada

    kulit buah manggis mampu meningkatkan

    aktifitas antioksidan endogen (SOD)

  • 8

    sehingga dapat menstabilkan ikatan radikal

    bebas yang ada di dalam tubuh. Dengan

    demikian IgE dapat menurun kemudian

    diikuti dengan penurunan aktivitas sel

    mast dalam tubuh. Penurunan aktivitas sel

    mast akan memicu terjadinya penurunan

    pelepasan sel mediator seperti histamin,

    prostaglandin, leukotrin, dan sitokin

    sehingga terjadi penurunan kontraksi otot

    polos. Kontraksi otot polos yang terjadi

    akan memicu sel-sel otot untuk melakukan

    metabolisme dan menghasilkan distrofin.

    Distrofin merupakan protein otot yang

    dapat mengikat satu sel otot dengan otot

    lainnya sehingga apabila kontraksi otot

    polos sering terjadi maka akan terjadi

    peningkatan ukuran otot polos. Sebaliknya

    jika kontraksi otot polos berkurang maka

    akan terjadi penurunan distrofin yang

    dapat mengurangi ikatan antara sel-sel otot

    yang dapat menyebabkan penurunan

    ukuran otot polos. Paparan asap rokok

    yang mengaktivasi CD4+ berdiferensiasi

    menjadi Th2 yang dapat bergabung dengan

    IL-5 dapat mengaktivasi dan peningkatan

    produksi eosinofil. Proses perbaikan epitel

    terjadi melalui penurunan jumlah

    kerusakan epitel saat elektron bebas dari

    paparan asap rokok diikat dengan

    antioksidan dari xanthone berupa gugus

    OH. Xanthone akan memicu peningkatan

    aktivitas SOD dalam tubuh untuk

    menstabilkan radikal bebas. Dengan

    demikian akan terjadi penurunan aktivasi

    IL-5 yang akan diikuti dengan penurunan

    enzim proteolitik berupa Major Basic

    Protein (MBP) sehingga akan terjadi

    penurunan jumlah kerusakan epitel.

    Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa pemberian terapi ekstrak etanol

    kulit buah manggis (Garcinia mangostana

    L) terhadap organ bronkus yang

    mengalami bronkitis mampu memperbaiki

    kerusakan jaringan akibat inflamasi dari

    paparan asap rokok dengan adanya

    perbaikan epitel silindris berlapis semu,

    silia, dan penurunan ukuran otot polos.

    Hasil terbaik ditunjukkan pada (Gambar 1

    E) yang mengalami penurunan ukuran otot

    polos dan terjadi perbaikan silia, serta

    terjadi perbaikan epitel silindris berlapis

    semu.

    KESIMPULAN

    1. Pemberian ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L)

    memberikan pengaruh nyata terhadap

    kadar malondialdehida (MDA) jaringan

    bronkus tikus (Rattus norvegicus).

    Penurunan kadar MDA terbaik

    ditunjukkan pada pemberian dosis

    600mg/Kg BB yang mendekati tikus

    kontrol negatif.

    2. Pemberian terapi ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L)

    terhadap hewan coba tikus (Rattus

    norvegicus) yang telah terpapar asap

    rokok mampu memperbaiki kerusakan

    jaringan bronkus yang ditunjukkan

    dengan perbaikan silia dan sel epitel

    silindris berlapis semu, serta penurunan

    ukuran otot polos.

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Peneliti mengucapkan terimakasih

    kepada Nabel Ahmed A Mansour yang

    telah mengijinkan penulis mengikuti

    penelitian ini. Kepada seluruh staf

    Laboratorium Biokimia dan Laboratorium

    Fisiologi Hewan Fakultas MIPA,

    Universitas Brawijaya atas bantuan dan

    kerjasama dalam penyelesaian penelitian

    ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    AOAC, International. 2005. Officials

    Methods Of Analysis Of AOAC

    International. 2 Vols. 16 edition.

    Arlington VA. USA. Association

    of Analytical Community.

    Baratawidjaja , K.G dan I. Rengganis.

    2010. Imunologi Dasar, 9th ed,

    Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia. Jakarta: p.479.

    Departemen Kesehatan RI. 2004. Kawasan

    Tanpa Rokok. Pusat Promkes

    Depkes RI. Jakarta.

    Donno, M.D., D. Bittesnich., A. Chetta.,

    D. Olivieri., and M.T. Lopez-

    Vidriero. 2000. The Effect of

  • 9

    Inflammation on mucocilliary

    clearence in asthma. Chest; 118:

    1142-9.

    Evans, W. J. 2000. Vitamin E, vitamin C,

    and exercise. Am J Clin Nutr, 72,

    647S-52S.

    Fidrianny, I., I. Supradja., dan A.

    Soemardji. 2004. Analisis nikotin

    dalam asap dan filter rokok. Acta

    Pharmaceutica Indonesia;

    29(3):100-4.

    Halliwell, B. and M. Whiteman. 2004.

    Measuring reactive species and

    oxidative damage in vivo and in

    cell culture: how should you do it

    and what do the results mean Br J

    Pharmacol, 142, 231-55.

    Kumalaningsih. 2006. Antioksidan Alami

    Penangkal Radikal Bebas Sumber,

    Manfaat, Cara Penyediaan dan

    Pengolahan. Surabaya: Trubus

    Agrisarana.

    Lestari, S.P. Ajeng dan A. Mulyono.

    2011. Analisis Citra Ginjal untuk

    Identifikasi Sel Piknosis dan Sel

    Nekrosis. Jurnal Neutrino Vol.4,

    No.1, p:48-66.

    Mackay, J and M. Eriksen. 2002. The

    tobacco atlas. Switzerland:

    Myriad: 18-36.

    Mansour, N. A. A. 2013. Antioxidant

    Activity of Crude Extract from

    Mangosteen (Garcinia mangostana

    Linn) Pericarp on The Lung Rat

    Wich Exposure by Cigarette

    [Thesis]. Master of Agriculture

    Product Technology. Faculty of

    Agricultural Technology.

    Brawijaya University.

    Mardiana, L. Tim Penulis PS. 2012.

    Ramuan dan Khasiat Kulit

    Manggis. Jakarta: Penebar

    Swadaya.

    Noverina, A. 2011. Kasiat Fantastis Kulit

    Manggis, Anti Kanker, Anti

    Diabetes, Anti Kolesterol. Ed.

    Cetakan 1. Gramedia Widiasarana

    Indonesia. Jakarta.

    Palmans, E., N.J. Vanacker., R.A.

    Pauwels., and J.C. Kips. 2002.

    Effect of Age on Allergen Induced

    Structural Airway Change in

    Brown Norway Rats. Am J Respir

    Crit Care Med Vol 165: 1280-

    1284.

    Prakash, A. 2001. Antioxidant Activity.

    Medallion Laboratories: Analytical

    Progress Vol 19 No 2: 1-4.

    Praptiwi, P. Dewi, M. Harapini. 2006.

    Nilai peroksida dan anti radikal

    bebas diphenyl pycryl hydrazil

    hidrate DPPH ekstrak methanol

    Knema laurina. Majalah Farmasi

    Indonesia, (17)1: 32-36.

    Retno, T. 2012. Pengaruh Pemberian

    Isoflavon terhadap Peroksidasi

    Lipid pada Hati Tikus Normal.

    Indonesia Medicus Veterinus 1(4) :

    483-491. ISSN : 2301-784.

    Santoso, P dan Z. Dahlan. 2013.

    Diferensiasi Asma Atopik dengan

    Nonatopik pada Pasien Rawat Jalan

    di Klinik Paru-Asma. Fakultas

    Kedokteran. Universitas

    Padjajaran.

    Supartini, N., D.I. Santoso dan T. Kardjito.

    1995. Konsep Baru Patogenesis

    Asma Bronkial. J. Respire Indo;

    15:156-162.

    WHO., 2007. Tuberculosis.

    http://who.int/mediacentre/factshee

    ts//fs104/en/ index.html. Fact sheet

    No. 104. Diakese pada 21

    Desember 2013.

    WHO., 2008. Global Tuberculosis

    Control. Geneva: World Health

    Organization.

    http://www.who.int/tb/publications/

    global_report/2008/en/index.html.

    Diakese pada 21 Desember 2013.

    Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan

    Radikal Bebas Potensi dan Aplikasi

    dalam Kesehatan. Yogyakarta.

    Kanisius.

    Yoshida, T., and R.M., Tuder. 2007.

    Pathobiology of cigarette smoke-

    induced chronic obstructive

    pulmonary disease. Physiol. Rev.

    87 (3), 10471082.

  • 10