29
118 118 118 118 118 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012 I. Pendahuluan Pendidikan dasar merupakan awal dari pendidikan seorang anak karena melatih seorang anak untuk membaca dengan baik, mengasah kemampuan berhitung serta berpikir. Salah satu sarana berpikir ilmiah untuk menumbuhkem- bangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, analitis, dan kritis serta kemampuan bekerjasama dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dalam diri siswa adalah melalui mate- matika. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu ber- PENELITIAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR ALAM (Studi Deskriptif Kualitatif di Kelas I SD Alam Cikeas Bogor) ANINGSIH Abstract The aim of this qualitative research is to understand comprehensively the process of learning mathematics in nature elementary school associated with developmentally appropriate practice (DAP) and student’s atttitude towards mathematics learning. The research is conducted in the first grade of Cikeas Nature Elementary School located in Puri Cikeas Complex, Nagrak, Gunung Putri, Bogor. The data are collected though participant observation, interview and document study. The data analysis and interpretation indicated: (1) the teacher’s activities in the process of learn- ing mathematics which appropriate to the children development are: explaining concepts by using props, asking open and close questions, teaching by using integrated learning, checking students’s works, guiding students, giving positive reinforcement and managing the class; (2) the student’s activities in the process of learning mathematics which appropriate to the children development are: manipulating props, learning while playing, doing worksheets, learning in group, and peer tutor; (3) the props in the process of learning mathematics are: concrete props, image props and symbol props; (4) the student’s attitude in the process of learning mathematics are: receiving, responding and valuing. Keywords: the process of learning mathematics, development appropriate practice (DAP), student’s attitude. ubah, tidak pasti dan kompetitif. Matematika merupakan salah satu kompo- nen dari serangkaian mata pelajaran yang mem- punyai peranan penting dalam pendidikan dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak mengherankan jika pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi bahkan merupakan pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional. Selain itu dilihat dari porsi jam pelajarannya matematika diberikan lebih banyak dibanding pelajaran yang lain. Matematika mempunyai potensi yang besar

104-206-1-SM.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 118 118 118 118 118 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    I. PendahuluanPendidikan dasar merupakan awal dari

    pendidikan seorang anak karena melatih seoranganak untuk membaca dengan baik, mengasahkemampuan berhitung serta berpikir. Salah satusarana berpikir ilmiah untuk menumbuhkem-bangkan kemampuan berpikir logis, sistematis,analitis, dan kritis serta kemampuan bekerjasamadan menyelesaikan masalah dalam kehidupansehari-hari dalam diri siswa adalah melalui mate-matika. Kompetensi tersebut diperlukan agarsiswa dapat memiliki kemampuan memperoleh,mengelola, dan memanfaatkan informasi untukbertahan hidup pada keadaan yang selalu ber-

    PENELITIAN

    PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR ALAM

    (Studi Deskriptif Kualitatif di Kelas ISD Alam Cikeas Bogor)

    ANINGSIH

    AbstractThe aim of this qualitative research is to understand comprehensively the process of learning

    mathematics in nature elementary school associated with developmentally appropriate practice (DAP)and students atttitude towards mathematics learning. The research is conducted in the first grade ofCikeas Nature Elementary School located in Puri Cikeas Complex, Nagrak, Gunung Putri, Bogor. Thedata are collected though participant observation, interview and document study.

    The data analysis and interpretation indicated: (1) the teachers activities in the process of learn-ing mathematics which appropriate to the children development are: explaining concepts by usingprops, asking open and close questions, teaching by using integrated learning, checking studentssworks, guiding students, giving positive reinforcement and managing the class; (2) the studentsactivities in the process of learning mathematics which appropriate to the children development are:manipulating props, learning while playing, doing worksheets, learning in group, and peer tutor; (3)the props in the process of learning mathematics are: concrete props, image props and symbolprops; (4) the students attitude in the process of learning mathematics are: receiving, responding andvaluing.Keywords: the process of learning mathematics, development appropriate practice (DAP), studentsattitude.

    ubah, tidak pasti dan kompetitif.Matematika merupakan salah satu kompo-

    nen dari serangkaian mata pelajaran yang mem-punyai peranan penting dalam pendidikan danmendukung perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi. Tidak mengherankan jika pelajaranmatematika dalam pelaksanaan pendidikandiberikan kepada semua jenjang pendidikan,mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggibahkan merupakan pelajaran yang diujikan dalamujian nasional. Selain itu dilihat dari porsi jampelajarannya matematika diberikan lebih banyakdibanding pelajaran yang lain.

    Matematika mempunyai potensi yang besar

  • Aningsih

    Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 119119119119119

    untuk memberikan berbagai macam kemampuan,dan sikap yang diperlukan oleh manusia agar iabisa hidup secara cerdas dalam lingkungannya,dan agar bisa mengelola berbagai hal yang adadi dunia ini dengan sebaik-baiknya. Kemampuan-kemampuan yang dapat diperoleh dari mate-matika antara lain ialah kemampuan berhitung,melakukan berbagai macam pengukuran,kemampuan mengolah data, mengamati pola ataustruktur dari suatu situasi, membedakan hal-halyang relevan dan hal-hal yang tidak relevan padasuatu masalah, membuat prediksi sesuatu halberdasarkan data-data yang ada, berpikir secaralogis, konsisten, mandiri serta kreatif danmemecahkan masalah dalam berbagai situasi.

    Sejak siswa duduk di kelas 1 SD/MI, siswamulai dikenalkan dengan matematika formal.Para siswa mulai mengenal objek dasarmatematika yang bersifat abstrak misalnya fakta,konsep, prinsip dan struktur matematika. Olehkarena konsep-konsep matematika yang abstrak,maka kegiatan pembelajaran yang dirancang guruhendaknya dapat memvisualisasikan konsep yangabstrak tersebut menjadi sesuatu yang nyata danmudah dipahami siswa dengan melibatkan benda-benda kongkret. Karena pada dasarnya siswaitu belajar dari sesuatu yang kongkret menujusesuatu yang abstrak.

    Sesuai dengan paradigma pendidikan bagianak SD, yakni pendidikan yang mengembangkanseluruh potensi anak, terintegrasi dan menye-nangkan sehingga berbagai potensi anak dapatberkembang secara simultan, maka pembela-jaran matematika yang diselenggarakan sudahseharusnya berorientasi pada perkembangananak. Dengan kata lain,. perkembangan anakharus menjadi dasar dalam menyelenggarakanpembelajaran matematika

    Bredekamp (1992) menekankan bahwa pe-ngembangan program pembelajaran anak, khu-susnya anak usia dini harus berbasis pada per-kembangan dan kebutuhan anak. Pembelajaranyang berorientasi pada perkembangan anakberupaya menfasilitasi agar tujuan-tujuan dankegiatan belajar dapat diintegrasikan dengandimensi-dimensi perkembangan anak. Dalam halini guru harus memiliki pengetahuan dan

    pemahaman tentang perkembangan dan belajaranak, kekuatan, minat, dan kebutuhan anak didalam kelompok, serta konteks sosial budaya dimana anak hidup.

    Pembelajaran yang berorientasi pada per-kembangan anak lebih banyak memberikan ke-sempatan kepada anak untuk belajar dengancara-cara yang tepat, misalnya melalui penga-laman nyata, melakukan eksplorasi serta kegiat-an-kegiatan lain yang bermakna. Guru harus da-pat menghubungkan, menyesuaikan, danmengadaptasi kurikulum sesuai dengan kondisi,kebutuhan, minat, serta kemampuan siswa.

    Akan tetapi, hingga saat ini matematika di-anggap oleh banyak siswa sebagai pelajaran yangsulit, menakutkan, membosankan, membuang-buang waktu dan tidak berguna bagi kehidupan.Akibatnya siswa menjadi kurang termotivasi dalammempelajari matematika. Selain itu, adanyamasalah tersebut juga menyebabkan pendidikanmatematika di sekolah kurang memberikan sum-bangan yang berarti bagi pendidikan anak secarakeseluruhan, baik bagi pengembangan kemam-puan berpikir, bagi pembentukan sikap, maupunpengembangan kepribadian secara keseluruhan.

    Dengan situasi seperti itu, pendidikan mate-matika di sekolah, dan pendidikan formal padaumumnya, cenderung menghasilkan lulusan yangmempunyai banyak pengetahuan, khususnya pe-ngetahuan faktual, tetapi memiliki kemampuanrendah dalam hal berpikir dan kepribadian, ter-masuk berjiwa penakut, kurang berani mengambilkeputusan, dan kurang berani bertanggung jawabatas tindakan yang telah dilakukan. Padahal, da-lam dunia yang semakin kompleks ini, pada dirisetiap orang semakin dituntut adanya kemam-puan berpikir yang tinggi dan kreatif, kepribadianyang jujur dan mandiri, dan sikap yang responsifterhadap perkembangan-perkembangan yangterjadi di lingkungannya atau di dalam masya-rakat.

    Berbeda dengan anggapan kebanyakan sis-wa dan fenomena yang terjadi di sekolah-sekolahpada umumnya, di mana siswa merasa sulit, takut,bosan, dan enggan belajar matematika, diSekolah Alam Cikeas para siswa tampak begituantusias dan gembira saat mereka belajar

  • Proses Pembelajar Matematika di Sekolah Dasar Alam

    120 120 120 120 120 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    matematika. Wajah-wajah mereka tampak ceria,penuh senyum bahkan tawa dan canda.

    Hal ini tampak ketika peneliti mengadakankegiatan pra-lapangan di sekolah tersebut, tepatketika siswa sedang belajar matematika. Ber-dasarkan kegiatan pra-lapangan tersebut, tampakpula interaksi antara guru dengan siswa dan siswadengan siswa yang terjalin secara aktif dan har-monis. Siswa belajar matematika melalui kegiatanpermainan yang menarik. Mereka juga diberikesempatan untuk memanipulasi alat peraga.

    Ketika guru mengajukan pertanyaan seputarmateri matematika, siswa tampak berlomba-lomba mengacungkan tangan dan berebut inginmenjawab pertanyaan guru. Di kesempatan lain,para siswa tampak begitu tekun mengerjakantugas atau lembar kerja yang diberikan guru.Selama kegiatan pra-lapangan ini, peneliti tidakmendapati suasana pembelajaran matematikayang, monoton dan menegangkan.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, makapeneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalammengenai bagaimanakah proses pembelajaranmatematika di Sekolah Alam Cikeas, khususnyakelas I SD.

    Berdasarkan latar belakang penelitian yangtelah diuraikan sebelumnya, maka penelitimengemukakan fokus penelitian, yakni:Bagaimana proses pembelajaran matematika diKelas I Sekolah Dasar Alam Cikeas Bogordikaitkan dengan praktik pembelajaran sesuaiperkembangan anak (DAP) dan sikap siswadalam pembelajaran matematika? Berdasarkanfokus penelitian tersebut, peneliti membuatkawasan penelitian yang dirumuskan dalampertanyaan-pertanyaan berikut: (1) Bagaimanakegiatan guru dalam pembelajaran matematikadi kelas I SD Alam Cikeas dikaitkan dengan praktikpembelajaran sesuai perkembangan anak(DAP)?; (2) Bagaimana kegiatan siswa dalampembelajaran matematika di kelas I SD AlamCikeas dikaitkan dengan praktik pembelajaransesuai perkembangan anak (DAP)?; (3)Bagaimana penggunaan alat peraga dalampembelajaran matematika di kelas I SD AlamCikeas dikaitkan dengan praktik pembelajaransesuai perkembangan anak (DAP)?; dan (4)

    Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaranmatematika di kelas I SD Alam Cikeas?

    II. Acuan TeoritikPengertian Belajar dan PembelajaranMenurut Gagne seperti dikutip Dimyati dan

    Mudjiono (2006) belajar adalah seperangkatproses kognitif yang mengubah sifat stimulasilingkungan, melewati pengolahan informasi, danmenjadi kapabilitas baru. Arthur T. Jersild dalamSagala (2012) menyatakan bahwa belajar adalahmodifikasi tingkah laku melalui pengalaman danlatihan. Senada dengan Jersild, Morgan dalamSagala (2010) berpendapat bahwa belajar adalahsetiap perubahan yang relatif menetap dalamtingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasillatihan dan pengalaman. Kedua tokoh iniberpendapat bahwa pengalaman dan latihandapat membawa perubahan pada tingkah laku.

    Sementara itu, James L. Mursell dalamSagala (2010) mengemukakan bahwa belajaradalah upaya yang dilakukan dengan mengalamisendiri, menjelajahi, menelusuri, dan memperolehsendiri. Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono(2006) memandang belajar sebagai perilaku ber-interaksi antara individu dengan lingkungan se-hingga terjadi perkembangan intelektual individu.

    Dari pendapat-pendapat para ahli psikologitersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar padahakikatnya adalah suatu upaya dan proses per-ubahan tingkah laku individu yang relatif menetapdan dapat diamati, berupa pengetahuan, sikap,keterampilan, dan nilai melalui pengalaman,latihan, dan interaksi dengan lingkungan yangberlangsung progresif dan dalam jangka waktuyang lama.

    Menurut ensiklopedia Wikipedia Indonesia(2010), pembelajaran merupakan bantuan yangdiberikan pendidik agar terjadi proses pemer-olehan ilmu dan pengetahuan, penguasaankemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikapdan kepercayaan. Dengan kata lain, pem-belajaran adalah proses untuk membantu siswaagar dapat belajar dengan baik.

    Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 pasal 1ayat 20 pembelajaran adalah proses interaksiantara siswa dengan pendidik dan sumber belajarpada suatu lingkungan belajar. Dari penjelasan

  • Aningsih

    Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 121121121121121

    undang-undang tersebut tersirat jelas bahwainteraksi yang terjadi dalam proses belajar adalahinteraksi multi arah, tidak hanya berupa interaksiantara guru dengan siswanya, tetapi juga interaksisiswa dengan siswa serta siswa dengan sumber-sumber belajar yang yang digunakan dalamproses belajar.

    Oemar Hamalik (2005) mengemukakanbahwa pembelajaran adalah suatu kombinasiyang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,material, fasilitas, perlengkapan, dan proseduryang saling mempengaruhi pencapaian tujuanpembelajaran. Manusia yang terlibat dalamsistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru, dantenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium.Material pembelajaran diantaranya berupa buku-buku, papan tulis, alat tulis, slide dan film, audiodan video tape, dan sebagainya. Fasilitas danperlengkapan diantaranya terdiri dari ruangankelas, perlengkapan audio visual, dan komputer.Prosedur pembelajaran meliputi jadwal danmetode penyampaian informasi, praktik, belajar,ujian, dan sebagainya.

    Berdasarkan pengertian-pengertian di atas,maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaranadalah proses interaksi antara unsur-unsurmanusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, danprosedur pada suatu lingkungan belajar dalamrangka pencapaian tujuan belajar yang berupapemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaankemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikapdan kepercayaan.

    Pengertian MatematikaMenurut Suprapto (2010) secara etimologi,

    kata matematika berasal dari bahasa Yunanikuno mathema yang berarti pengkajian,pembelajaran, ilmu. Sedangkan berdasarkanbahasa Yunani, kata matematika berasal darikata mathmatik yang berarti besaran, struktur,ruang, relasi, perubahan, pola, bentuk dan entitas.

    Matematika mempunyai pengertian yangberagam, bergantung dari sisi mana orangmemandangnya. Menurut Reys, et. al seperti yangdikutip Tim Rayon 9 PLPG Matematika (2007),matematika adalah (1) ilmu tentang pola-pola danhubungan; (2) suatu cara berpikir; (3) seni, yang

    ditunjukkan dengan konsistensinya; (4) bahasa,yakni memiliki ketentuan pasti dan berupa simbol;(5) alat untuk memecahkan masalah, baik abstrakmaupun praktis. Sementara itu Riedsel, Schwartz,dan Clements seperti yang dikutip Tim Rayon 9PLPG Matematika (2007) berpendapat bahwamatematika adalah (1) cara berpikir, pembelajarandari ide-ide yang saling terkait, bukan hanyasekedar aritmatika; (2) pendalaman masalah(problem posing) dan pemecahan masalah (prob-lem solving); (3) aktivitas penemuan dan belajartentang pola-pola dan hubungan; (4) bahasa; (5)suatu cara berpikir dan alat untuk berpikir; (6)dapat mengubah pokok pengetahuan; (7)digunakan oleh setiap orang; (8) matematikauntuk matematika; (10) jalan untuk berpikir bebasdan mandiri.

    Russel seperti yang dikutip Tim Rayon 9PLPG Matematika (2007) memandangmatematika sebagai suatu studi yang dimulai daripengkajian bagian-bagian yang sangat dikenalatau sederhana menuju ke bagian-bagian yangtak dikenal atau kompleks. Pendapat ini mengan-dung arti bahwa arah yang lebih dikenal ini ter-susun dengan baik (konstruktif), secara bertahapmenuju ke arah yang lebih rumit, misalnya daribulangan bulat mengarah ke bilangan pecahan.Uraian tersebut memberikan gambaran keter-aturan, struktur, dan konsistensi. Oleh karena itu,dalam mempelajari matematika harus dilak-sanakan berkesinambungan, dari kajian yangsederhana ke kajian yang lebih kompleks.

    Berdasarkan pandangan-pandangan terse-but dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnyamatematika itu adalah ilmu, cara berpikir, metode,seni, alat untuk mendeskripsikan, memprediksidan memecahkan masalah, bahkan bisa dikate-gorikan sebagai bahasa sebab matematika mam-pu mengkomunikasikan sebuah gagasan abstrakke dalam konsep-konsep logika simbolik yangdituangkan dalam model-model matematika.

    Perkembangan Anak Kelas I SDSiswa kelas I SD umumnya berusia antara

    6-8 tahun. Menurut Bredekamp (1992) anak usia0 8 tahun termasuk ke dalam kelompok anakusia dini (early childhood). Masa ini sering disebut

  • Proses Pembelajar Matematika di Sekolah Dasar Alam

    122 122 122 122 122 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    the golden age atau usia emas sekaligus periodeyang sangat kritis dalam tahap perkembanganmanusia. Sedangkan menurut Hurlock (1997),pada rentang usia 6-8 tahun anak berada padaakhir masa kanak-kanak (late childhood). Akhirmasa kanak-kanak berawal dari usia enam tahunhingga menjelang matang secara seksual.Permulaan akhir masa kanak-kanak ditandaidengan masuknya anak ke kelas I SD.

    1) Perkembangan Fisik dan MotorikPertumbuhan fisik anak pada usia SD

    cenderung lebih lambat dan konsisten biladibandingkan dengan masa usia dini. MenurutPapalia (2010) rata-rata anak usia SD mengalamipenambahan berat badan sekitar 5-8 pon ataulebih, dan penambahan tinggi badan 1-3 incipertahun. Anak perempuan mempertahankanlapisan lemak yang lebih banyak dibandingkananak laki-laki, karakteristik yang terus berlanjuthingga usia dewasa.

    Anak SD kelas-kelas awal umumnya memilikiproporsi tubuh yang kurang seimbang. Berdasar-kan tipologi Sheldon dalam Hurlock (1997), adatiga kemungkinan bentuk primer tubuh anak SDyaitu (i) endomorph yakni yang tampak dari luarberbentuk gemuk dan berbadan besar; (ii) me-somorph yang kelihatannya kokoh, kuat dan lebihkekar; dan (iii) ectomorph yang tampak jangkung,dada pipih, lemak dan seperti tak berotot.

    Pada usia sekolah perkembangan motorikanak lebih halus, lebih sempurna dan terkoor-dinasi dengan baik seiring dengan bertambahnyaberat dan kekuatan badan anak. Mereka telahdapat melompat dengan kaki secara bergantian,dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat me-nangkap bola dan telah berkembang koordinasitangan dan mata untuk dapat memegang pensilmaupun memegang gunting.

    Anak perempuan pada umumnya melebihianak laki-laki dalam hal keterampilan yang meli-batkan otot-otot yang lebih halus seperti melukis,menyulam, menjahit, menganyam, dan sebagai-nya. Sedangkan laki-laki lebih terampil dalamberbagai keterampilan yang melibatkan otot-ototbesar seperti melempar dan menendang bola,memanjat pohon, lompat jauh, dan sebagainya.

    Hal ini dikarenakan jumlah sel otot anak laki-lakilebih banyak daripada sel otot anak perempuan.

    2) Perkembangan KognitifBloom dalam Makmun (2001) melukiskan

    perkembangan persentase taraf kematangan dankesempurnaan kapabilitas kecerdasan anaksebagai berikut:

    a) Usia 1 tahun berkembang sampaisekitar 20%-nya.

    b) Usia 4 tahun berkembang sekitar 50%-nya.

    c) Usia 8 tahun berkembang sekitar 80%-nya.

    d) Usia 13 tahun berkembang sekitar 92%-nya.

    Sementara itu, Piaget dalam Makmun (2001)anak kelas I SD yang umumnya berusia antara 6 8 tahun berada pada tahap akhir praoperasional,yakni tahap intuitive dan mulai memasuki tahapoperasional konkret.

    Adapun perilaku yang tampak pada tahapintuitive di antaranya adalah berpusat pada dirinyasendiri dalam memandang dunianya, dapat meng-klasifikasikan objek-objek atas dasar satu ciritertentu, dapat mengoleksi benda-benda berda-sarkan satu ciri atau kriteria tertentu, dan dapatmenyusun benda-benda. Sedangkan perilakuyang muncul pada tahap operasional konkretadalah dapat mengklasifikasikan angka-angkaatau bilangan, mengkonservasi pengetahuantertentu, berpikir logis meskipun masih terikatdengan objek-objek yang bersifat konkret.

    3) Perkembangan Kemampuan BerbicaraMenurut Hurlock (1997) rata-rata anak kelas

    satu mengetahui sekitar 20.000 sampai 40.000kata-kata. Pada saat kelas enam telah berkem-bang menjadi 50.000 kata. Seiring dengan me-ningkatnya kosa kata, penggunaan kata kerjayang tepat untuk sebuah aksi semakin meningkat,seperti memukul, menyambar, meninju, menen-dang, dan sebagainya. Selain dapat mengguna-kan banyak kosa kata, anak-anak juga dapatmemilah kata yang benar untuk penggunaantertentu.

    Adapun pokok pembicaraan yang disukai

  • Aningsih

    Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 123123123123123

    anak ketika berbicara dengan teman-temannyaadalah seputar pengalaman pribadi, permainan,olah raga, film, acara televisi, aktivitas kelompok,organ seks dan fungsi-fungsinya, rumah dankeluarga serta keberanian teman sebaya yangmengakibatkan kecelakaan. Jika anak berbicaratentang dirinya sendiri, biasanya berbentuk bual-an. Anak membual tentang segala hal yang ber-hubungan dengan diri sendiri seperti kehebatan-nya dalam keterampilan dan prestasi, anak tidaklagi terlalu banyak membual perihal apa yangdimiliki. Anak-anak di usia ini juga senang meng-kritik dan mentertawakan orang. Kritik terhadaporang dewasa biasanya diungkapkan dalambentuk usulan atau keluhan, adapun kritik terha-dap teman sebaya seringkali disampaikan dengancara memaki, menggoda atau memberi komentar-komentar yang merendahkan.

    4) Perkembangan Emosi dan UngkapanemosiMenurut Papalia (2010) anak usia sekolah

    dasar telah dapat menginternalisasi rasa malu danbangga serta dapat memahami dan mengontrolemosi negatif lebih baik, menjadi lebih empati danlebih condong kepada perilaku prososial. Perilakuprososial adalah tanda-tanda penyesuaian yangpositif. Anak prososial cenderung bertindak sesuaidengan situasi sosial, relatif bebas dari emosinegatif, dan menghadapi masalah secarakonstruktif.

    Anak-anak pada usia ini menjadi lebih pekaterhadap perasaannya sendiri dan perasaan oranglain. Mereka belajar tentang apa-apa yang mem-buat mereka marah, takut atau sedih, dan bagai-mana orang lain bereaksi dalam menunjukkanemosi ini, dan mereka belajar mengadaptasikanperilaku mereka dengan emosi-emosi tersebut.Mereka juga belajar perbedaan antar emosi danmengekspresikannya.

    Pada periode ini anak-anak mulai menyadaribahwa ungkapan emosi, terutama ungkapanemosi yang kurang baik, secara sosial tidakditerima teman-teman sebaya. Anak belajarbahwa teman-teman sebaya menganggapledakan amarah adalah perilaku bayi, tindakanpengecut, dan kurang sportif. Oleh karena itu,

    anak akan berusaha mengendalikan emosinya.Pada usia ini, sekolah mulai memenuhi

    kegiatan anak, maka perasaan terhadap sekolahdapat menjadikan sumber kebahagiaan bagianak. Anak yang prestasi sekolahnya baik dandapat menyesuaikan diri dengan guru dan teman-temannya serta menyukai hal-hal baru akansemakin merasa bahagia. Suasana rumah danhubungan dengan anggota keluarga juga menjadifaktor yang sangat penting dalam kebahagiaan.

    5) Perkembangan dalam PengertianDengan masuk sekolah, dunia dan minat

    anak-anak bertambah luas. Dengan meluasnyaminat, maka bertambah pula pengertian tentangmanusia dan benda-benda yang sebelumnyakurang atau tidak berarti. Anak-anak sekarangmemasuki apa yang disebut oleh Piaget sebagaitahap operasi konkret dalam berpikir, yakni suatumasa di mana konsep yang pada awal masakanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas, sekarang menjadi konkretdan tertentu. Anak menghubungkan arti barudengan konsep lama berdasarkan apa yangdipelajari setelah masuk sekolah. Anak jugamendapatkan arti baru dari media massa,terutama film, radio, dan televisi.

    Ketika anak membaca buku pelajaran di se-kolah dan mencari keterangan di kamus, ensi-klopedia atau sumber-sumber lain, anak tidakhanya mempelajari arti baru untuk konsep, tetapijuga memperbaiki arti yang salah yang dihubung-kan dengan konsep lama. Pengalaman sendirijuga memberikan makna bagi konsepnya. Misal-nya pengalaman sakit dapat memberikan pema-haman konsep tentang penyakit.

    Menurut Hurlock (1997), kategori konsepyang umum pada akhir masa kanak-kanak diantaranya adalah kehidupan, kematian, kehidupansetelah mati, fungsi-fungsi tubuh, ruang, bilangan,hubungan sebab-akibat, uang, waktu, diri, peranseks, peran sosial, keindahan, dan

    6) Perkembangan Sikap dan Perilaku MoralMerujuk pada pandangan Piaget dalam

    Papalia (2010), perkembangan moralberhubungan dengan kematangan kognitif dan

  • Proses Pembelajar Matematika di Sekolah Dasar Alam

    124 124 124 124 124 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    terjadi dalam tiga tahap, seiring denganbergeraknya sang anak dari pemikiran yang rigidkepada pemikiran yang fleksibel. Menurut Piagetdalam Hurlock, antara usia lima dan dua belastahun konsep anak tentang keadilan sudahberubah. Anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral,tidak hanya sekedar pengetian yang kaku dankeras tentang benar dan salah. Sebagai contoh,bagi anak usia lima tahun, berbohong dianggapselalu buruk, sedangkan bagi anak yang lebihbesar menyadari bahwa dalam beberapa situasiberbohong dibenarkan, oleh karena itu berbohongtidak selalu buruk.

    Menurut Kohlberg dalam Hurlock (1997),tingkat perkembangan moral pada akhir masaanak-anak memasuki tingkat kedua, yaitu tingkatmoralitas konvensional. Dalam tahap pertamapada tingkat ini, anak mengikuti peraturan dalamrangka mengambil hati orang lain dan memper-tahankan hubungan-hubungan yang baik. Se-dangkan pada tahap kedua, anak harus menye-suaikan diri dengan peraturan untuk menghindaricelaan dan penolakan kelompok. Adakalanyaanak melakukan pelanggaran terhadap peraturanyang disebabkan oleh ketidaktahuan akan apayang diharapkan darinya atau karena salahmengerti peraturan.

    7) Perkembangan MinatAnak-anak pada periode ini memiliki minat

    yang lebih beragam daripada saat masih lebihmuda. Hal ini disebabkan karena adanya per-bedaan kemampuan dan pengalaman. MenurutHurlock (1997) minat-minat yang umum padaakhir masa kanak-kanak di antaranya adalahpenampilan, pakaian, nama dan julukan, agama,tubuh manusia, kesehatan, seks, sekolah, peker-jaan masa depan, simbol status, dan otonomi.Pengembangan minat yang bermanfaat danpenting sangat mempengaruhi perilaku padamasa kanak-kanak dan sesudahnya.

    8) Perkembangan KepribadianSesuai dengan tahapan perkembangan

    kepribadian yang dikemukakan oleh Eriksondalam Makmun (2001), maka masa anak sekolah

    berada pada tahap perkembangan kepribadianaccomplishment vs inferiority. Pada masa ini anakpada umumnya mulai dituntut untuk dapat me-ngerjakan atau menyelesaikan sesuatu denganbaik. Kemampuan melakukan hal-hal tersebutmenumbuhkan kepercayaan atas kecakapannyamenyelesaikan suatu tugas. Sebaliknya, jika iatidak mampu menyelesaikannya, akan tumbuhbibit perasaan rendah diri yang akan dibawanyapada taraf perkembangan selanjutnya

    9) Perkembanan SosialAkhir masa kanak-kanak merupakan masa

    usia berkelompok, yakni suatu masa di manaperhatian anak tertuju pada keinginan diterimasebagai anggota kelompok oleh teman-temansebaya atau kelompok yang bergengsi dalampandangan teman-temannya. Anak tidak lagi puasbermain sendiri atau dengan saudara kandungatau melakukan kegiatan dengan anggotakeluarga. Mereka ingin bersama teman-temannyadan akan merasa kesepian dan tidak puas bilatidak bersama teman-temannya.

    Anak-anak dapat menghabiskan sebagianbesar waktu bebasnya dalam kelompok, akantetapi hanya sebagai individu mereka dapatmembentuk persahabatan. Teman pada akhirmasa kanak-kanak menurut Hurlock (1997) terdiridari rekan, teman bermain, atau teman baik.Banyak faktor yang menentukan pemilihanteman. Biasanya yang dipilih adalah yangdianggap mirip atau serupa dengan dirinya sendiri,misalnya dalam usia, jenis kelamin, dan kelompoketnis, serta memiliki ketertarikan yang sama.

    Anak juga cenderung memilih mereka yangberpenampilan menarik dan memenuhi kebutuh-an untuk menjadi teman bermain dan teman baik.Untuk memilih teman, anak masih terbatas padalingkungan yang relatif sempit. Anak-anak umum-nya memilih teman sejenis dari kelasnya sendiridi sekolah.

    Sifat persahabatan anak-anak pada periodeini relatif tidak tetap. Adakalanya terjadi peralihandari teman karib menjadi musuh, dari kenalanbiasa menjadi sahabat. Alasan yang seringmembuat anak berganti teman adalah perteng-karan, kesukaan memerintah, ketidaksetiaan,

  • Aningsih

    Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 125125125125125

    kesombongan, kecurangan, dan ketidakcocokan.Namun semakin bertambah usia, persahabatanmenjadi lebih stabil. Persahabatan anakperempuan pada akhir masa kanak-kanak sedikitlebih stabil daripada anak laki-laki.

    Pembelajaran Matematika Sesuai denganPerkembangan Anak

    Pembelajaran yang menerapkan pendekatanperkembangan anak adalah pembelajaran yangdiberikan dengan menerapkan konsep DAP (De-velopmentally Appropriate Practice). Gagasan inipertama kali dikemukakan oleh Sue Bredekamp,seorang pakar pendidIkan anak usia dini dariAmerika Serikat. DAP menggambarkan suatupendekatan pendidikan yang berfokus pada anaksebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran;mereka membangun pengetahuan melaluiinteraksi dengan orang lain, teman-teman dankeluarga, material dan lingkungan. Guru adalahfasilitator yang aktif membantu anak membuatmakna dari berbagai kegiatan dan interaksiditemui sepanjang hari.

    Menurut Bredekamp dan Copple (2011),Developmentally Appropriate Practice (DAP)adalah:

    a perspective within early childhood educa-tion whereby a teacher or child caregiver nur-tures a childs social/ emotional, physical, andcognitive development by basing all practicesand decisions on (1) theories of child devel-opment, (2) individually identified strengthsand needs of each child uncovered throughauthentic assessment, and (3) the childscultural background as defined by his com-munity, family history, and family structure.Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa

    Developmentally Appropriate Practice (DAP)adalah paradigma dalam pendidikan anak usiadini, di mana guru memperhatikan perubahanyang terjadi pada setiap aspek perkembangananak, baik fisik, kognitif/ akademik, emosi maupunsosial, dengan mendasarkan semua praktek dankeputusan pada (1) teori perkembangan anak, (2)identifikasi kekuatan individual dan penilaianotentik terhadap kebutuhan masing-masing anak,dan (3) latar belakang budaya anak seperti

    komunitas, riwayat keluarga, dan strukturkeluarga.

    Selaras dengan pengertian di atas, makapembelajaan matematika yang menerapkankonsep DAP merupakan pembelajaran yangberpijak pada tiga kesesuaian, yakni kesesuaiandengan usia (age-appropriateness), kesesuaiandengan individu (individual appropriateness), dankesesuaian dengan konteks sosial dan budaya(appropriateness for the cultural and social con-text of the child).

    Konsep DAP memperlakukan anak sebagaiindividu yang utuh (the whole child) yangmelibatkan empat komponen, yaitu pengetahuan(knowledge), keterampilan (skills), sifat alamiah(dispositions), dan perasaan (feelings). Keempatkomponen tersebut bekerja secara bersamaandan saling berhubungan.

    Implementasi Konsep DAP dalamPembelajaran

    Pembelajaran yang diberikan denganmenerapkan konsep DAP antara lain:1. Melibatkan anak secara aktif (student ac-

    tive learning) baik secara fisik maupunmental.Proses belajar aktif secara fisik dalam

    pembelajaran matematika diberikan melaluipengalaman langsung (hands - on experience)dengan melibatkan benda-benda konkret yangdapat dimanipulasi anak. Hal ini mengingat bahwakonsep yang dipelajari dalam matematikamerupakan konsep abstrak, sehingga prosesbelajar yang diberikan bertahap dari konkretmenuju abstrak. Hal ini mengingat bahwa, anak-anak usia SD, khususnya SD kelas awal, masihberpikir tentang matematika berdasarkan benda-benda konkret dan situasi nyata.

    Untuk itu, anak diberi kesempatan memani-pulasi benda-benda konkret, baik benda-bendayang terdapat di luar kelas, maupun benda-bendayang ada di lingkungan sekitarnya. Memanipulasibenda-benda merupakan cara yang efektif untukpembelajaran matematika karena denganmemanipulasi benda-benda nyata, anak dapatmenghubungkan benda-benda nyata yang ada dilingkungan dengan konsep-konsep abstrakmatematika yang dipelajarinya.

  • Proses Pembelajar Matematika di Sekolah Dasar Alam

    126 126 126 126 126 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    Belajar secara aktif merupakan proses untukmemperoleh, menemukan, dan mengkonstruksisecara bermakna dari pengalaman-pengalaman.Anak tidak hanya dilibatkan memanipulasi benda-benda konkret, tetapi juga menemukan aturan-aturan, menyelesaikan algoritma, memecahkanmasalah, mengobservasi, menggambarkanhubungan-huubungan yang ada, mencobaprosedur, dan mempertahankan proses yangdiikutinya. Hal ini merupakan bentuk belajar aktifsecara mental.

    2. Belajar sambil bermainPermaianan dapat memberikan suasana

    yang menyenangkan bagi anak karena sesuaidengan dunia anak. Melalui kegiatan bermain,anak akan merasa senang dalam mempelajarisetiap materi matematika. Aktivitas yang diberikankepada anak dalam suasana menyenangkanmemungkinkan tumbuhnya sikap positif terhadapmatematika. Anak tidak lagi merasa kesulitan,takut, benci atau bosan ketika belajar matematika.Selain itu, malalui kegiatan bermain, keterampilananak menjadi meningkat, konsep-konsepmatematika akan lebih mudah dipahami anak,serta kemampuan menemukan dan memecahkanmasalah semakin meningkat.

    3. Belajar secara berkelompok (cooperativelearning)Terdapat variasi dalam tempo dan irama

    perkembangan antar-individual dan kelompoktertentu menurut latar belakang jenis, geografis,dan kultural. Sebagai implikasinya bagi pendi-dikan, selain belajar secara individual, maka pro-gram dan strategi belajar mengajar hendaknyadiorganisasikan agar memungkinkan belajarsecara kelompok.

    Melalui belajar kelompok, anak mendapatkesempatan untuk berinteraksi dan bekerja sanasatu dengan yang lainnya. Belajar kelompokmelibatkan sejumlah siswa dalam kelompoksebagai satu tim untuk memecahkan masalah,menyelesaikan tugas atau mencapai tujuantertentu. Belajar kelompok adalah sebuah forumdimana siswa dapat bertanggung jawab,mendiskusikan ide, membuat kesalahan,

    mendengarkan ide teman, membuat kesimpulandan laporan secara tertulis.

    4. Pola pendekatan spiralPola pendekatan spiral yakni pembelajaran

    yang dimulai dengan benda-benda nyata ataukongkret secara manipulatif. Pada dasarnya, anakbelajar melalui benda/ objek kongkret. Dengankata lain, untuk memahami konsep yang abstrak,anak memerlukan benda-benda konkret atau alatperaga yang dapat dimanipulasi sebagai perantaraatau visualisasinya. Selanjutnya konsep abstrakyang baru dipahami siswa itu akan mengendap,melekat, dan tahan lama bila siswa belajar melaluiperbuatan, bukan hanya sekedar mengingatfakta.

    Kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggisesuai dengan perkembangan anak, konsep ter-sebut diajarkan kembali dalam bentuk pema-haman yang lebih abstrak dengan menggunakannotasi yang lebih umum digunakan dalam mate-matika. Pembelajaran dengan menggunakanpendekatan ini memberikan banyak kemungkinanwaktu lebih untuk menumbuhkan dan meluaskankonsep-konsep.

    5. Menggunakan metode inkuiri (inqury-based learning)Penggunaan metode ini memberikan

    kesempatan kepada anak untuk menemukansendiri sehingga dapat memberikan rasa banggadan percaya diri pada anak.

    6. Menerapkan pendekatan kontekstual(contextual learning)Pembelajaran dimulai dengan mengambil

    (mensimulasi, menceritakan, berdialog, danbertanya) kejadian pada dunia nyata kehidupansehari-hari yang dialami siswa yang kemudiandiangkat dalam konsep yang dibahas. Melaluipembelajaran yang kontekstual, anak akandengan mudah memahami setiap konsepmatematika yang dipelajarinya.

    Pembelajaran kontekstual memungkinkanterjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitumengaitkan apa yang sudah diketahui siswadengan informasi baru (relating), mengalami (ex-

  • Aningsih

    Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 127127127127127

    periencing), yakni dengan kegiatan memanipulasiperalatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif, menerapkan konsepuntuk memecahkan masalah (applying), bekerjasama secara kelompok (cooperating) danmentransfer (transferring), yakni dengan membuatbermacam-macam pengalaman belajar denganfokus pada pemahaman, bukan hafalan.

    7. Bekerja sama dengan orang tua (co-parenting)Penerapan strategi bekerjasama dengan or-

    ang tua dapat dilakukan guru denganmengoptimalkan fungsi orang tua dalam mendidikanak. Untuk itu, guru hendaknya mampumendesain pembelajaran matematika denganmelibatkan orang tua. Hal ini dapat dilakukandengan mengadakan pertemuan rutin antara gurudan orang tua dalam merencanakan,melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.Melalui keterlibatan ini, diharapkan guru mampumelakukan feedback dalam meningkatkan mutupembelajaran matematika.

    Alat Peraga PembelajaranMenurut Estiningsih dalam Sukayati (2005)

    alat peraga merupakan media pembelajaran yangmengandung atau membawakan ciri-ciri darikonsep yang dipelajari. Menurut Rohadi, alatperaga adalah alat atau benda yang digunakanguru untuk memperagakan fakta, konsep prinsipatau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/kongkret

    Secara lebih khusus, Ruseffendi (1992) men-definisikan alat peraga sebagai alat untuk mene-rangkan atau mewujudkan konsep matematika.Benda-benda itu misalnya batu-batuan dan ka-cang-kacangan untuk menerangkan konsepbilangan; kubus (bendanya) untuk menjelaskankonsep titik, ruas garis, daerah bujur sangkar, danwujud dari kubus itu sendiri; benda-benda bidangberaturan untuk menerangkan konsep pecahan;benda-benda seperti cincin, gelang, permukaangelas, dan sebagainya untuk menerangkankonsep lingkaran dan sebagainya.

    Memperhatikan pengertian-pengertian alatperaga di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    alat peraga adalah media atau alat bantu pembe-lajaran yang yang digunakan guru untuk untukmemperagakan fakta, konsep, prinsip atau prose-dur tertentu agar tampak lebih nyata/ konkret.

    Dengan melihat, meraba, dan memanipulasiobjek atau alat peraga, maka siswa akan mem-punyai pengalaman-pengalaman langsung dannyata tentang arti dari konsep yang dipelajari.Contoh alat peraga misalnya, papan tulis, buku,pintu, dan jendela yang berbentuk persegi panjangdapat berfungsi sebagai alat peraga pada saatguru menerangkan bangun datar persegi panjang.Permen, biji-bijian, pensil, dan kelereng dapatberfungsi sebagai alat peraga pada saat menge-nalkan bilangan.

    Sedangkan untuk pengenalan lambangbilangan dapat digunakan kartu bilangan. Contohlainnya adalah kalender untuk mengenalkan hari,minggu, dan bulan serta hubungan ketiganya. Sa-rana juga merupakan media pembelajaran yangberfungsi sebagai alat bantu untuk melakukankegiatan belajar mengajar. Contohnya adalahpapan tulis, jangka, penggaris, timbangan, alat-alat permainan, lembar kerja, dan lembar tugas.

    Dalam matematika, alat peraga (hands-onmaterial) yang biasa disebut benda-benda mani-pulatif (benda konkret) dapat dipegang, diraba dandiutak-atik anak, digunakan untuk memperkenal-kan model, konsep atau hubungan antar konsep.Melalui alat peraga yang dimanipulasinya, anakakan melihat langsung bagaimana keteraturandan pola struktur yang terdapat dalam benda yangsedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebutkemudian oleh anak dihubungkan dengan intuitifyang telah melekat pada dirinya. Penggunaan alatperaga dalam pembelajaran, khususnya mate-matika akan dapat membangkitkan motivasibelajar siswa. Ia akan senang, terangsang, ter-tarik, dan karena itu akan bersikap positif terhadappengajaran matematika.

    SikapMenurut Allport dalam Ramdhani (2012),

    sikap adalah: A mental and neural state of readi-ness, organised through experience, exerting adirective and dynamic influence upon theindividuals response to all objects and situations

  • Proses Pembelajar Matematika di Sekolah Dasar Alam

    128 128 128 128 128 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    with which it is related. Menurut pengertian ini,sikap adalah kondisi mental dan neural yangdiperoleh dari pengalaman, yang mengarahkandan secara dinamis mempengaruhi respon-respon individu terhadap semua objek dan situasiyang terkait.

    Sikap menurut Baron dan Byrne (2003)merujuk pada evaluasi individu terhadap berbagaiaspek dunia sosial serta bagaimana evaluasitersebut memunculkan rasa suka atau tidak sukaindividu terhadap isu, ide, orang lain, kelompoksosial dan objek. Triandis dalam Ramdhani (2012)menyatakan bahwa sikap adalah an idea chargedwith emotion which predisposes a class of actionsto a particular class of social situation. Sikapadalah ide yang berkaitan dengan emosi yangmendorong dilakukannya tindakan-tindakantertentu dalam suatu situasi sosial.

    Menurut Purwanto (1993) , sikap adalahpandangan atau perasaan yang disertai kecen-derungan untuk bertindak sesuai dengan objektadi. Azwar (2009) menggolongkan definisi sikapdalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, sikapadalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi pera-saan. Berarti sikap seseorang terhadap suatuobjek adalah perasaan mendukung atau memihak(favorable) maupun perasaan tidak mendukungatau tidak memihak (unfavorable) pada objektersebut. Kedua, sikap merupakan semacamkesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objekdengan cara-cara tertentu. Ketiga skema triadik(triadic schema) . Menurut pemikiran ini suatusikap merupakan konstelasi komponen kognitif,afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilakuterhadap suatu objek.

    Berdasarkan pengertian-pengertian di atas,maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalahevaluasi mental individu terhadap semua objekdan situasi sosial mencakup isu, orang lain,kelompok sosial, dan ide yang berkaitan denganemosi, yang mengarahkan dan secara dinamismempengaruhi respon-respon berupa rasa sukaatau tidak suka, perasaan mendukung ataumemihak maupun perasaan tidak mendukungatau tidak memihak, serta mendorongdilakukannya tindakan-tindakan dan reaksi

    tertentu sesuai dengan objek dan situasi sosialtersebut.

    Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dariberbagai tingkatan yakni menerima, merespon,menghargai, dan bertanggung jawab. Menerimadiartikan bahwa orang (subjek) mau dan mem-perhatikan stimulus yang diberikan (objek). Meres-pon ditunjukkan dengan memberikan jawabanapabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikantugas yang diberikan

    Menghargai (valuing) ditunjukkan denganmengajak orang lain untuk mengerjakan ataumendiskusikan dengan orang lain terhadap suatumasalah. Bertanggung jawab (responsible)ditunjukkan dengan kesediaan untuk bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnyadengan segala resiko.

    Pengertian Sekolah AlamMenurut Ismiani (2010) sekolah alam adalah

    sebuah sekolah dengan konsep pendidikan, yangfilosofi dasarnya kembali pada tujuan penciptaanmanusia yaitu sebagai pemimpin di muka bumiyang mengelola alam semesta dan memberirahmat bagi sekalian alam, bukan menghancur-kan alam dan pertumpahan darah. Sebagaimakhluk yang dikaruniai akal dan pemahaman,manusia diperintahkan untuk menjaga danmengelola bumi.

    Sekolah alam menggunakan alam sebagaimedia utama dalam pembelajaran dengan mene-kankan proses keterpaduan manusia bersamaalam. Alam semesta dimanfaatkan sebagai me-dia pendidikan, observasi dan riset. Secara nalu-riah, anak-anak akan merasa gembira apabiladekat dengan alam. Sekolah alam dapat menjadialternatif sekolah yang dapat memberikan kegem-biraan dan mengarahkan anak pada hal-hal yangpositif seperti mengasah kreativitas, imajinasi,rasa ingin tahu dan berani mengungkapkan ke-inginannya. Sekolah alam memberi keleluasaankepada siswanya untuk bereksplorasi, mengem-bangkan kemampuan kognitif, emosi, sosial, danketerampilan dasar seperti membaca, menulis,dan berhitung serta mengembangkan minat,bakat, dan keterampilan motoriknya.

    Sekolah alam memadukan antara kurikulum

  • Aningsih

    Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 129129129129129

    sekolah internasional, kurikulum Depdiknas, dankurikulum khas sekolah alam yakni green educa-tion. Green education dapat dipahami sebagaiprogram pengenalan, pengolahan, pelestariandan kepedulian terhadap alam dan lingkungansekitar. Kurikulum Green Education antara lainmencakup akhlak, kewirausahaan, outbound,outing, farm (kebun dan ternak), teknologi, ma-gang, dan proyek. Melalui penerapan kurikulumini, anak diharapkan akan lebih mengenalpenciptanya dan peduli terhadap masalahlingkungan seperti pelestarian alam, pengelolaansampah, penghematan energi, dan sebagainya.

    Untuk membentuk jiwa kepemimpinan sejakdini pada siswa sekolah alam, digunakan metodeoutbound. Sedangkan untuk membentukakhlaqul karimah atau akhlak yang mulia,digunakanlah metode keteladanan. Guru harusmencontohkan akhlak yang baik secara nyatakepada siswa. Untuk membentuk jiwa wirausaha,digunakan metode magang agar siswa sekolahalam berinteraksi dengan unit, pelaku danlingkungan bisnis. Melalui program-programtersebut, sekolah alam diharapkan dapatmelahirkan generasi yang unggul, yakni generasiyang berakhlak mulia, mandiri, memiliki jiwakepemimpinan dan kewirausahaan, serta peduliterhadap alam dan lingkungan sekitar.

    Pada dasarnya materi yang diberikan di seko-lah alam sama dengan sekolah biasa, namunpenyampaiannya umumnya menggunakan modelpembelajaran terpadu, khususnya model jaringlaba-laba (spider webb). Menurut Trianto (2007)model jaring laba-laba atau terjala adalah pembe-lajaran terpadu yang menggunakan pendekatantematik. Pengembangan pendekatan ini dimulaidengan penentuan tema tertentu oleh guru ataukesepakatan antara guru dan siswa. sehinggadapat memberikan pengalaman bermaknakepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiranatau gagasan pokok yang menjadi pokok pem-bicaraan. Setelah tema ditentukan, kemudian di-kembangkan sub-sub tema dengan memperhati-kan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Darisub-sub tema ini lalu dikembangkan aktivitas yangharus dilakukan siswa.

    III. Metodologi PenelitianA. Tujuan Khusus Penelitian

    Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitianini adalah untuk memahami secara komprehensiftentang proses pembelajaran matematika di kelasI SD Alam Cikeas dikaitkan dengan praktikpembelajaran sesuai perkembangan anak (DAP)dan sikap siswa dalam pembelajaran matematika.Namun secara khusus tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui: (1) kegiatan guru dalampembelajaran matematika di kelas I SD AlamCikeas dikaitkan dengan praktik pembelajaransesuai perkembangan anak (DAP); (2) kegiatansiswa dalam pembelajaran matematika di kelas ISD Alam Cikeas dikaitkan dengan praktikpembelajaran sesuai perkembangan anak (DAP);(3) penggunaan alat peraga dalam pembelajaranmatematika di kelas I SD Alam Cikeas dikaitkandengan praktik pembelajaran sesuaiperkembangan anak (DAP); (d) sikap siswa dalampembelajaran matematika di kelas I SD AlamCikeas.

    B. Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret

    2011 sampai dengan Juni 2011 di Sekolah AlamCikeas yang beralamat di Jl. Letda Natsir, Nagrak,Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. Adapunkegiatan pra-lapangan dilakukan sejak tanggal14 Oktober 2010 hingga menjelang dimulainyatahap pekerjaan lapangan.

    C. Latar PenelitianPenelitian ini akan dilakukan di Sekolah Alam

    Cikeas, khususnya di kelas I SD, yakni pada saatkegiatan pembelajaran matematika berlangsung.Pemilihan latar penelitian tersebut didasarkan ataspertimbangan bahwa: (1) sekolah tersebutdiprediksikan menyelenggarakan pembelajaranmatematika dengan cara-cara yang khas danberbeda dari sekolah dasar pada umumnya; (2)belum ada yang mengkaji atau meneliti tentangproses pembelajaran matematika di sekolahtersebut; (3) kepala sekolah beserta staf sekolahyang bersangkutan bersedia menerima danmembantu kelancaran penelitian; (4) situasikegiatan yang diteliti adalah proses pembelajaran

  • Proses Pembelajar Matematika di Sekolah Dasar Alam

    130 130 130 130 130 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    yang merupakan kegiatan rutin, sehingga penelitidapat beradaptasi dalam situasi tersebut, tidakkentara dalam melakukan penelitian, dan tidakmengganggu proses pembelajaran.

    D. Metode Penelitian KualitatifMetode yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah kualitatif. Metode penelitian kualitatifadalah metode penelitian yang digunakan untukmeneliti kondisi objek yang alamiah, di manapeneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknikpengumpulan data dilakukan secara triangulasi,analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitiankualitatif lebih menekankan makna daripadageneralisasi.

    Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2001)mengemukakan bahwa metode kualitatif meru-pakan prosedur penelitian yang menghasilkandata deskriptif berupa kata-kata tertulis maupunlisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.Menurut Strauss dan Corbin (1990), metodekualitatif dapat digunakan untuk menemukan danmemahami apa yang tersembunyi di balikfenomena tentang sesuatu yang belum diketahui.Selain itu, metode kualitatif dapat memberikanrincian yang lebih kompleks tentang fenomenayang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.

    Menurut Bogdan dan Biklen (1992) , peneli-tian kualitatif memiliki karakteristik natural,deskriptif, menekankan proses daripada hasil,analisis data secara induktif, dan memandangmakna sebagai masalah esensial.

    E. Prosedur Pengumpulan dan PerekamanDataSumber data yang dihimpun dalam penelitian

    ini meliputi: (a) kepala sekolah; (b) guru kelas I;(c) siswa; (d) orang tua; (e) staf; (f) dokumensekolah; (g) jadwal kegiatan pembelajaran; (i)media yang dipergunakan; (j) materi atau bahanajar yang disajikan pada saat penelitian; (k)metode yang dipergunakan; dan (l) berbagaiaktivitas, peristiwa, dan hal-hal yang terkaitdengan fokus penelitian ini.

    Adapun pengumpulan data dalam penelitianini akan dilakukan melalui teknik:

    1. Pengamatan/ ObservasiDalam penelitian ini, peneliti menggunakan

    teknik observasi berpartisipasi. Dalam observasiberpartisipasi, peneliti terlibat dalam kegiatansehari-hari di sekolah tersebut, khususnya padasaat pembelajaran matematika di sekolah alam,meski tidak semuanya. Dalam kesempatan ter-tentu, peneliti memposisikan diri menjadi orangdalam dengan ikut terlibat dalam kegiatan pem-belajaran matematika yang sedang berlangsung,namun pada kesempatan lain, peneliti mem-posisikan diri sebagai orang luar dan tidak ikutterlibat dalam kegiatan pembelajaran matematikayang sedang berlangsung di kelas tersebut.

    Proses pencatatan data dilaksanakan secarabertahap sebagai berikut: (a) memilih dan me-nyiapkan alat yang digunakan dalam pengum-pulan data berupa buku catatan, alat tulis, alatperekam audio video, dan kamera; (2) melakukanpencatatan data, dimulai dari membuat catatanselama di lapangan kemudian membuat catatanlapangan dengan disertai tanggapan peneliti; (3)membuat kode (coding) sebagai petunjuk padacatatan lapangan yang telah dibuat.

    2. WawancaraTehnik wawancara yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam adalahproses memperoleh keterangan untuk tujuanpenelitian dengan cara tanya jawab sambilbertatap muka antara pewawancara denganinforman atau orang yang diwawancarai, denganatau tanpa menggunakan pedoman wawancara,di mana pewawancara dan informan terlibat dalamkehidupan sosial yang relatif lama. Dalam hal ini,peneliti berperan sebagai pewawancara,sedangkan informannya adalah guru, siswa,kepala sekolah, dan pihak-pihak lain yang dapatmemberikan informasi atau data terkait denganfokus penelitian.

    3. DokumentasiStudi dokumentasi merupakan pelengkap

    dari penggunaan teknik obeservasi dan wawan-cara. Dokumen merupakan catatan peristiwa yangsudah berlalu. Dokumen yang dimaksud dalam

  • Aningsih

    Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 131131131131131

    penelitian ini adalah berupa foto-foto dan rekamanvideo, brosur, jadwal kegiatan pembelajaran,media yang dipergunakan dan materi atau bahanajar yang disajikan pada saat penelitian.

    F. Analisis DataTeknik analisis data yang dipakai dalam

    penelitian ini adalah analisis data model Spradleydalam Makmun (2008), yakni analisis domain,taksonomi, komponensial, dan tema kultural.Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:1. Analisis domain, yakni dengan menemukan

    berbagai domain atau kategori. Tujuannyaadalah untuk memperoleh gambaran yangumum dan menyeluruh tentang situasi sosialyang diteliti. Peneliti menetapkan domaintertentu sebagai pijakan untuk penelitianselanjutnya.

    2. Analisis taksonomi, yakni dengan menja-barkan domain yang dipilih menjadi lebih rinciuntuk mengatahui struktur internalnya.

    3. Analisis komponensial, yakni dengan men-cari ciri spesifik pada setiap struktur internaldengan cara mengkontraskan antar elemen.Dilakukan melalui observasi, wawancara,dan dokumentasi terseleksi.

    4. Analisis tema, yakni dengan mencari hu-bungan di antara domain dengan keseluruh-an, untuk selanjutnya dinyatakan ke dalamtema penelitian.

    Pengujian Keabsahan DataUntuk kepentingan penelitian ini, pengujian

    keabsahan data dilakukan dengan menggunakanuji credibility (validitas internal), transferability(validitas eksternal), dependability (reliabilitas),dan confirmability (objektivitas).

    Dalam rangka pengujian kredibilatas data,peneliti akan melakukan kegiatan-kegiatansebagai berikut: pengamatan terus menerus,meningkatkan ketekunan, menggunakan bahanreferensi dan triangulasi. Triangulasi dengansumber dilakukan dengan cara mengecek datayang telah diperoleh melalui beberapa sumber.Data-data tersebut kemudian dianalisis olehpeneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulanuntuk selanjutnya dimintakan kesepakatan

    dengan sumber-sumber data. Triangulasi denganteknik dilakukan dengan mengecek data kepadasumber yang sama dengan teknik yang berbeda.Misalnya, data yang diperoleh melalui wawancaraakan dicek dengan observasi, atau dokumentasi.Triangulasi dengan waktu dilakukan denganmelakukan pengecekan melalui wawancara,observasi dan studi dokumentasi dalam waktuatau situasi yang berbeda.

    Untuk keperluan pengujian validitas eksternal(transferability), peneliti akan membuat laporanpenelitian dengan uraian yang rinci, jelas, siste-matis, dan dapat dipercaya. Hal ini dimaksudkanagar orang lain dapat memahami hasil penelitiankualitatif sehingga ada kemungkinan untuk mene-rapkan hasil penelitian tersebut. Menurut SanafiahFaisal dalam Sugiyono (2008), apabila pembacalaporan penelitian dapat memperoleh gambaranyang jelas mengenai semacam apa suatupenelitian dapat diberlakukan, maka laporantersebut memenuhi standar transferabilitas.

    Pengujian reliabilitas (dependability)dilakukan dengan cara melakukan audit terhadapkeseluruhan proses penelitian. Proses audit iniakan dilakukan oleh dosen pembimbing. Dalamhal ini peneliti akan melaporkan danmendiskusikan setiap aktivitas peneliti dalammelakukan penelitian, dimulai dari menentukanfokus, memasuki lapangan, menentukan sumberdata, melakukan analisis data, melakukan ujikeabsahan data, hingga membuat kesimpulan.

    Adapun pengujian objektivitas penelitian(confirmability) akan dilakukan dengan carameminta kesepakatan hasil penelitian kepadapihak-pihak yang terkait, yakni sumber data.

    IV. Temuan Penelitian dan PembahasanTemuan Penelitian

    a. Kegiatan guru dalam pembelajaranmatematika di kelas I SD Alam dikaitkandengan perkembangan anak.(1) Menjelaskan konsep dengan alat peraga

    Konsep yang dipelajari dalam mate-matika merupakan konsep abstrak.Soedjadi dalam Muhsetyo (2009).menyatakan bahwa keabstrakan mate-matika dikarenakan objek dasarnya

  • Proses Pembelajar Matematika di Sekolah Dasar Alam

    132 132 132 132 132 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi,dan prinsip. Menurut Skemp dalamFloyd (1990) , dalam matematika, tidakhanya konsepnya saja yang jauh lebihabstrak dari kehidupan sehari-hari,tetapi juga cara penyampaianpembelajarannya sebagian besar masihjauh lebih abstrak. Mengkomunikasikankonsep-konsep matematika jauh lebihsulit, baik bagi para guru sebagaipenyampai informasi, maupun siswasebagai penerimanya. Ciri keabstrakanmatematika beserta ciri lainnya yangtidak sederhana menyebabkanmatematika tidak mudah untuk dipelajaridan pada akhirnya banyak siswa yangkurang tertarik terhadap matematika.

    Sesuai dengan tahapperkembangan kognitifnya, siswasekolah dasar masih berpikir secarakonkret, maka proses belajarmatematika yang diberikan guru sudahseharusnya bertahap dari kongkretmenuju abstrak. Hal ini sesuai denganpendapat Katz dalam Willis (1997)bahwa anak-anak belajar dari sesuatuyang kongkret dan nyata menujuabstrak. Untuk menjembatani konsep-konsep matematika yang abstrak,diperlukan alat peraga kongkret yangdapat diamati dan dimanipulasi anak.

    Alat peraga mengubah materi ajaryang abstrak menjadi kongkret danrealistik. Alat peraga juga dapat mening-katkan motivasi belajar siswa karenamerangsang tumbuhnya perhatian sertamengembangkan keterampilan. Penye-diaan perangkat alat peraga merupakanbagian dari pemenuhan kebutuhan sis-wa belajar, khususnya bagi anak-anakusia SD. Hal ini mengingat bahwa, anak-anak usia SD, khususnya SD kelas awal,masih berpikir tentang matematikaberdasarkan benda-benda kongkret dansituasi nyata.

    Berdasarkan hasil pengamatan,wawancara, dan studi dokumentasi di

    lapangan tampak bahwa gurumenjelaskan konsep dengan alatperaga. Hal itu digambarkan dalamwujud kegiatan pembelajaran seperti:menjelaskan konsep sifat pertukarandan pengelompokkan padapenjumlahan, penjumlahan denganteknik menyimpan, dan pengurangandengan teknik meminjam denganmenggunakan tutup botol minuman dansimbol; menjelaskan konsep perban-dingan dua buah benda, dengan meng-gunakan penggaris, spidol, stepler,gunting, papan tulis, tutup botol, meja,dan kursi, siswa, gelas, botol minum dankotak makanan siswa; (c) menjelaskankonsep pengukuran dengan satuantidak baku dengan menggunakan gan-tungan baju, buku, pensil warna, botolminuman, tutup botol, simbol dan gam-bar-gambar; menjelaskan konsep ba-ngun ruang, dengan menggunakan gan-tungan baju, buku, pensil warna, botolminuman, tutup botol, simbol dan gam-bar-gambar; menjelaskan konsep ba-ngun ruang, dengan memanfaatkanbenda-benda seperti kotak susu, tabungcat, koran dan sebagainya yang diben-tuk dan dicat sedemikian rupa sehinggadapat merepresentasikan berbagaibentuk bangun ruang serta simbol; men-jelaskan konsep bangun datar denganmenggunakan tutup botol, gambar dansimbol; menjelaskan konsep bilanganloncat dengan menggunakan kartubilangan, bola dan siswa.

    Pembelajaran menggunakan alatperaga seperti yang dilakukan oleh gurusekolah alam tersebut dapat meng-optimalkan fungsi seluruh panca indrasiswa sehingga meningkatkan efek-tivitas belajar siswa cara mendengar,melihat, meraba, dan menggunakanpikirannya secara logis dan realistis.

    (2) Mengajar secara terpaduAnak adalah makhluk seutuhnya,

    yang memiliki berbagai aspek kemam-

  • Aningsih

    Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 133133133133133

    puan, yang semuanya perlu dikem-bangkan. Berbagai kemampuan yangdimiliki oleh anak dapat berkembang jikaada stimulasi untuk hal tersebut. Pem-belajaran sesuai perkembangan anakmemperlakukan anak sebagai individuyang utuh. Meliputi semua aspekperkembangan yaitu fisik, emosi, sosial,dan kognitif melalui pendekatan terpadu.Dengan pembelajaran terpadu, berbagaikemampuan yang ada pada anak diha-rapkan dapat berkembangan secaraoptimal.

    Dalam hal ini guru di sekolah alamtersebut berupaya memadukan kegiatanpembelajaran matematika dengan matapelajaran lain seperti bahasa Inggris,seni dan olah raga. Keterpaduan denganBahasa Inggris misalnya dengan menyi-sipkan dialog-dialog dengan menggu-nakan Bahasa Inggris, berhitung darisatu hingga sepuluh, menyebutkannama bilangan, nama-nama bidangdatar, dan menyanyikan lagu-laguberbahasa Inggris. Keterpaduan denganseni misalnya dengan memasukkankegiatan bernyanyi, menggambar danmewarnai bangun datar. Keterpaduandengan oleh raga misalnya dilakukandengan kegiatan melompati gambar-gambar bangun datar di pasir.

    Bredekamp (1992) berpendapatbahwa seni, musik, gerak tubuh, senipahat kayu, drama, dan tari dapatdiintegrasikan dalam pembelajaransebagai kurikulum terpadu. Kegiatan-kegiatan tersebut diperlukan anak-anakuntuk mengekspresikan diri secara fisikdan estetika serta mengekspresikan idedan perasaan. Untuk mengaitkanbeberapa kegiatan atau mata pelajarantersebut, guru dapat menggunakanpembelajaran tematik. Pembelajarantematik adalah pembelajaran tepaduyang menggunakan tema untukmengaitkan beberapa mata pelajaransehingga dapat memberikan pengala-

    man bermakna kepada siswa. Temaadalah pokok pikiran atau gagasanpokok yang menjadi pokok pem-bicaraan.

    Menurut Rosegrat dalam Willis(1997), pendekatan tematik dapat men-jadikan pembelajaran menjadi lebihkoheren dan lebih mudah diterima olehpara orang tua sebagai pihak yang dapatmenguatkan pembelajaran siswa dirumah. Pembelajaran tematik lebih me-nekankan pada penerapan konsepbelajar sambil melakukan sesuatu. Olehkarena itu, guru harus merancang pe-ngalaman belajar yang akan mempe-ngaruhi kebermaknaan belajar siswa.

    Pengalaman belajar menunjukkankaitan unsur-unsur konseptual yangmenjadikan proses pembelajaran lebihefektif dan bermakna. Kaitan konseptualantar mata pelajaran yang dipelajariakan membentuk skema, sehingga sis-wa memperoleh keutuhan dan kebulat-an pengetahuan. Hal ini sesuai dengantahap perkembangan siswa SD yangmasih melihat segala sesuatu sebagaisatu keutuhan.

    (3) Mengajukan pertanyaanSelama kegiatan pembelajaran

    matematika berlangsung, guru meng-ajukan pertanyaan, baik pertanyaanterbuka maupun tertutup. Pertanyaanterbuka adalah pertanyaan yang meng-hendaki jawaban lebih dari satu, se-dangkan pertanyaan tertutup adalahpertanyaan yang jawabannya tertentu.Pertanyaan terbuka yang diajukan gurudi antaranya adalah: berapa jumlahnya?;diapakan?; apa kesimpulannya?; apa-nya yang sama?; angka ini dibaca apa?;bilangan 70 dilambangkan dengan?;angka ini menempati nilai tempat bera-pa?; 63 terdiri dari berapa puluhan danberapa satuan?; kenapa lebih berat?;bagaimana cara mencarinya?; ini gam-bar apa?; ini apa namanya?; ini disebut?,dan sebagainya. Selain itu guru juga me-

  • Proses Pembelajar Matematika di Sekolah Dasar Alam

    134 134 134 134 134 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    minta siswa menyebutkan bilangan lon-cat antara dua buah bilangan tertentu.

    Pertanyaan tertutup di antaranya:bertambah atau berkurang?; ditambahatau dikurang?; siapa yang lebih tinggi,Sheva atau Atha?; siapa yang lebihbesar, Adya atau Aya?; siapa yangbadannya lebih berat, Bunga atauUlang?; lebih panjang mana, ruler samamarker?; mana yang lebih berat?; duabisa nggak dikurang? dan sebagainya.

    Bertanya merupakan bagian sangatpenting dalam proses pembelajaran.Keterampilan bertanya bahkan merupa-kan salah satu keterampilan yang harusdimiliki oleh seorang guru. Mengajukanpertanyaan dapat meningkatkan moti-vasi dan keingintahuan, serta meng-arahkan perhatian siswa. Selain itu jugadapat meningkatkan kemampuan siswadalam mengemukakan pendapat danberpikir logis, sekaligus mengetahuitanggapan siswa atas apa yang sedangdisampaikan oleh guru.

    Setiap siswa memiliki gaya belajarmasing-masing. Siswa belajar dengancara yang berbeda karena faktor ketu-runan, pengalaman, lingkungan, kepri-badian, kecerdasan, bakat, hambatanfisik, emosi dan sosial. Oleh sebab itu,guru hendaknya dapat menemukan danmenggunakan berbagai variasi metodepembelajaran untuk memenuhi kebu-tuhan belajar peserta didik, salah satu-nya dengan tanya jawab. Durkin, Katzdan Chard dalam Bredekamp (1992)mengemukakan perlunya variasi meto-de mengajar karena siswa memiliki latarbelakang, pengalaman, sosialisai, dangaya belajar siswa yang berbeda-beda.Melalui berbagai kegiatan dan metodepembelajaran ini, siswa akan lebih mu-dah dalam mempelajari informasi baru.

    (4) Memeriksa pekerjaan siswaSelama pembelajaran matematika

    berlangsung, guru di sekolah alam inimemberikan bermacam-macam ke-

    giatan, baik kegiatan fisik seperti me-manipulasi alat peraga maupun kegiatanmental seperti mengerjakan lembarkerja. Ketika para siswa sedang me-ngerjakan tugas-tugas tersebut, gurutetap memantau pekerjaan siswa de-ngan cara berkeliling mendatangi ma-sing-masing kelompok siswa yangsedang bekerja; mendekati dan mem-perhatikan siswa yang sedang me-ngerjakan tugas individual; mengoreksipekerjaan siswa jika terjadi kekeliruan;memberikan pujian jika siswa telahmengerjakan tugas dengan benar.

    Menurut Bredekamp (1992), anakusia 5 hingga 8 tahun masih membu-tuhkan pengawasan dan dukungan dariorang-orang dewasa yang terpercaya.Dengan memantau dan memeriksa pe-kerjaan siswa, maka guru dapat menge-tahui apabila ada siswa yang mengalamikesulitan dalam mengerjakan tugas-tu-gas belajar sehingga guru dapat segeramemberikan arahan atau bimbingansesuai kadar kebutuhan siswa.

    (5) Membimbing siswaDalam kegiatan pembelajaran di

    kelas, guru dihadapkan dengan sejum-lah karakterisktik siswa yang beranekaragam. Ada siswa yang dapat menem-puh kegiatan belajarnya dengan lancardan berhasil tanpa mengalami kesulitan,namun di sisi lain tidak sedikit pula siswayang mengalami berbagai kesulitan da-lam melaksanakan tugas-tugas bela-jarnya. Kesulitan belajar siswa ditun-jukkan oleh adanya hambatan-ham-batan tertentu dalam mencapai hasilbelajar, baik yang bersifat psikologis,sosiologis, maupun fisiologis, sehinggamenyebabkan prestasi belajar yangdicapainya berada di bawah semestinya.

    Ketika menjumpai siswanya me-ngalami kesulitan dalam memahamisuatu materi atau mengerjakan tugas-tugas belajar, guru di sekolah tersebutsegera tanggap dan kemudian mem-

  • Aningsih

    Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 135135135135135

    berikan bimbingan dalam bentuk:memberikan arahan cara mengerjakansesuatu; menjelaskan kembali; mem-peragakan cara melakukan sesuatu;mengajukan pertanyaan panduan.Adanya bimbingan orang dewasa,dalam hal ini guru, memungkinkan siswadapat melakukan dan memahami lebihbanyak hal dengan lebih baikdibandingkan dengan jika siswa hanyabelajar sendiri.

    Menurut Vygotsky dalam Savitri(2012), anak-anak belajar denganmengikuti contoh orang dewasa dansecara bertahap mengembangkankemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu tanpa bantuan orangdewasa. Zone of Proximal Development(ZPD) atau Zona PerkembanganProksimal adalah istilah Vygotsky untukrangkaian tugas yang terlalu sulitdikuasai anak seorang diri tetapi dapatdiipelajari dengan bantuan danbimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Batas bawah dariZPD adalah tingkat keahlian yangdimiliki anak yang bekerja secaramandiri, sedangkan batas atasnyaadalah tingkat tanggung jawabtambahan yang dapat diterima oleh anakdengan bantuan seorang instruktur.

    Salah satu peran guru dalampembelajaran adalah sebagaipembimbing. Peran guru sebagaipembimbing pada dasarnya adalahupaya membantu siswa agar dapatmengembangkan segenap potensi yangdimilikinya melalui hubungan interper-sonal yang akrab dan saling percaya.Untuk menjadi pembimbing yang baik,guru harus memiliki pemahamantentang anak yang sedangdibimbingnya. Guru sebagaipembimbing dituntut untuk mampumengidentifikasi siswa yang didugamengalami kesulitan dalam belajar,melakukan diagnosa, prognosa, dan

    kalau masih dalam bataskewenangannya, harus membantupemecahannya.

    Dengan pertolongan orang dewasa,anak dapat melakukan dan memahamilebih banyak hal dibandingkan denganjika anak hanya belajar sendiri. Konsepinilah yang disebut Vygotsky sebagaiZone of Proximal Development (ZPD).

    (6) Memberikan penguatan positifBelajar menurut Skinner dalam

    Sagala (2010) dapat dipahami sebagaiperilaku yang teramati. Perilaku tersebutdikontrol melalui proses pengkondisianoperan (operant conditioning), yaknisuatu proses penguatan perilakuoperan, baik penguatan positif maupunnegatif, yang dapat mengakibatkanperilaku tersebut dapat berulangkembali atau menghilang sesuai dengankeinginan. Penguatan positif sebagaistimulus, dapat meningkatkan terjadinyapengulangan tingkah laku itu,sedangkan penguatan negatif dapatmengakibatkan perilaku berkurang ataumenghilang.

    Dalam hal ini, selama kegiatanpembelajaran metematika berlangsung,guru di sekolah alam tersebutmemberikan penguatan positif terhadaprespon baik siswa dengan memberikanpujian misalnya: hebat, ya bagus, yapinter, ya sip, cerdas, wow good, verygood dan exellent; penghargaanmisalnya: seratus, Zimran yangpertama, juara 1, juara 2, dansebagainya; dan melakukan gerakanseperti: bertepuk tangan, mengacunganjempol, tersenyum, dan mengusapkepala siswa; serta memberikanhadiah.

    (7) Mengelola kelasSelama kegiatan pembelajaran

    matematika berlangsung, guru disekolah alam berupaya mengelola kelasuntuk mengontrol perilaku siswasehingga dapat tercipta suasana belajar

  • Proses Pembelajar Matematika di Sekolah Dasar Alam

    136 136 136 136 136 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    yang kondusif. Guru mengingatkan ataumemberikan teguran secara halusapabila siswa melakukan tindakannegatif seperti berbicara, bermain ataubercanda dengan teman ketika gurumenjelaskan materi, tulisan tidak rapi,mencorat-coret kertas, berjalan ke sanake mari ketika sedang mengerjakantugas, tidak bekerja sama dalamkelompok, melompat dan berlari didalam kelas, dan sebagainya.

    Guru mengelola kelas dengan caramemberitahukan apa yang seharusnyadilakukan siswa; memberitahukan apayang seharusnya tidak dilakukansiswa; berseru lantang, Per-ha-ti-kan!;memanggil nama siswa tertentu;berseru lantang, Are you ready?;mengajukan pertanyaan logis; menye-butkan perilaku negatif siswa, mem-berikan peringatan; menegur kesalahansiswa sambil menyebutkan akibatnya.Apa yang dilakukan guru tersebuttersebut bertujuan untuk mengendalikanperilaku siswa dan menciptakan kondisibelajar yang optimal sehingga tujuanpelajaran dapat dicapai.

    Menurut Elkind dalam Bredekamp(1992), pada usia sekitar 6 tahun,sebagian besar anak mulai menginter-nalisasikan aturan-aturan moral dalamberperilaku dan memiliki pertimbanganyang lebih akurat tentang apa yangbenar dan apa yang salah. Pada masaini, mereka sangat membutuhkan bim-bingan orang dewasa. Dalam hal ini,orang tua dan guru hendaknya dapatmembantu siswa untuk mengontrol diri-nya, menilai kesalahan-kesalahan mere-ka secara realistis dan mencari jalan ke-luar yang baik untuk mengoreksimereka.

    Menurut Bredekamp (1992), gurusebagai penyelenggara pembelajaranhendaknya menggunakan cara-carapositif dalam memberikan bimbingan,misalnya dengan memberikan teladan

    yang baik dan konsekuensi logis untukmembantu anak-anak mempelajariperilaku yang tepat, daripada memberi-kan hukuman, mengkritik, atau mem-banding-bandingkan siswa yang satudengan yang lainnya. Guru hendaknyamelibatkan siswa dalam membangundan menegakkan aturan-aturan dasaryang diperlukan dalam hidup berke-lompok atau bermasyarakat.

    b. Kegiatan siswa dalam pembelajaranmatematika di kelas I SD Alam dikaitkandengan perkembangan anak.(1) Memanipulasi alat peraga

    Dalam belajar matematika, penga-laman belajar siswa sangatlah diperlu-kan.. Siswa akan lebih mudah mema-hami konsep matematika yang abstrakapabila mereka terlibat secara aktifmelakukan kegiatan fisik, di antaranyadengan memanipulasi alat peraga. Katz& Chard dalam Bredekamp(1992)mengemukakan bahwa prinsip menda-sar dalam penyelenggaraan pembela-jaran di sekolah dasar adalah bahwahendaknya anak-anak lebih banyakdilibatkan daam aktifitas aktif daripadapasif. Dalam hal ini, anak-anak hendak-nya diberikan kesempatan untuk me-manipulasi benda-benda kongkret danbelajar melalui pengalaman nyata, dari-pada sekedar duduk dan mendengarkanceramah guru.

    Temuan penelitian di lapangan me-nunjukkan bahwa siswa terlibat secaraaktif memanipulasi alat peraga sepertimenghitung, menyusun, menggabung-kan dan memindahkan tutup botol; me-nimbang-nimbang berbagai macambenda; membuat gambar di pasir; me-ngocok dan menyusun kartu; meng-edarkan dan melemparkan bola; me-lompati gambar-gambar bangun datar;memegang benda-benda ruang; danmenginjak dan melompati gambar-gambar bangun datar yang ditempel di

  • Aningsih

    Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 137137137137137

    lantai. Kegiatan memanipulasi alatperaga ini adakalanya dilakukan secaraindividu, kelompok, dan klasikal ataubersama-sama oleh semua siswa.

    Bruner dalam Karim (1996)mayakini bahwa dalam mempelajarimatematika, seorang anak perlu secaralangsung menggunakan bahan-bahanmanipulatif. Bahan-bahan manipulatifmerupakan benda konkret yangdirancang khusus dan dapat diotak-atikoleh siswa dalam usaha memahamisuatu konsep matematika. Adanyainteraksi dengan lingkungan fisik ini,siswa dapat melihat langsungbagaimana keteraturan serta pola yangterdapat dalam benda yangdiperhatikannya. Keteraturan tersebutkemudian oleh siswa dihubungkandengan keteraturan intuitif yang telahmelekat pada dirinya.

    Menurut Bradekamp (1992),aktivitas fisik adalah sangat vital bagiperkembangan kognitif anak. Ketikadisajikan konsep yang abstrak, anak-anak membutuhkan kegiatan fisik untukmembantu mereka memahami konseptersebut, sama halnya dengan orangdewasa yang membutuhkan contoh danilustrasi yang jelas untuk memahamikonsep-konsep yang asing. Senadadengan Bredekemp, Gronlund (1997)berpendapat bahwa children learn bydoing, through active engagement.Dalam hal ini ia mengemukakanpentingnya belajar dengan melakukansesuatu bagi anak-anak, melaluiketerlibatan aktif. Salah satu bentukketerlibatan aktif siswa dalampembelajaran adalah denganmemanipulasi alat peraga.

    (2) Belajar sambil bermainAktif tidaknya siswa dalam belajar

    diawali dengan timbulnya rasaketertarikan dan minat siswa itu sendiridalam mengikuti pelajaran. Ketercapai-an tujuan dalam pembelajaran adalah

    bukan dilihat dari terpenuhinya targetmateri yang harus diberikan, melainkanpada seberapa besar anak merasatertarik untuk mengetahui dan mema-hami dari materi tersebut, untuk itudiperlukan suatu strategi pembelajaranyang efektif, menarik dan menye-nangkan bagi siswa, salah satunyadengan belajar sambil bermain.

    Karakteristik anak SD adalah se-nang bermain. Karakteristik ini menun-tut guru SD untuk melaksanakan kegi-atan pembelajaran yang bermuatanpermainan, lebih-lebih untuk kelas ren-dah. Guru SD seyogyanya merancangmodel pembelajaran yang memungkin-kan adanya unsur permainan di da-lamnya.

    Menurut Bergen dalam Santoso(2002), di sekolah, bermain dapat dibe-dakan menjadi bermain bebas, bermaindengan bimbingan, dan bermain dengandiarahkan. Bermain bebas adalah ber-main yang dilakukan anak denganmenggunakan alat bermain secarabebas. Bermain dengan bimbinganadalah bermain dengan alat pilihan gurudan anak diharapkan dapat menemukansuatu konsep atau pengertian. Bermainyang diarahkan adalah bermain yangbertujuan agar anak dapat menyele-saikan suatu tugas. Kegiatan bermainini dapat dirangkaian dengan kegiatanbelajar.

    Temuan di lapangan menunjukkanbahwa siswa belajar sambil bermainseperti: mengedarkan bola sambil ber-nyanyi kemudian membaca dan me-ngerjakan soal dalam kartu; meng-hitung, menyusun, memindahkan danmenggabungkan tutup botol; menyusuntutup botol dan membuat gambar bidangdatar di pasir; kemudian melompat darisatu gambar bidang datar ke gambarbidang datar lainnya; mengocok danmenyusun kartu bilangan dari yangterbesar hingga terkecil atau sebaliknya;

  • Proses Pembelajar Matematika di Sekolah Dasar Alam

    138 138 138 138 138 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    dan melemparkan bola secaraberselang. Selama kegiatan belajarsambil bermain tersebut, anak-anaktampak bergembira dan bersemangat.

    Bermain merupakan sebuahinstrumen penting bagi perkembangansosial, emosional, dan kognitif anak-anak, juga sebagai sebuah refleksi atasperkembangan mereka. Disamping itu,bermain juga dapat menumbuhkan dayakreativitas anak. Selama bermain,seorang anak belajar untuk mengatasiemosi, berinteraksi dengan orang lain,mengatasi konflik-konflik, dan menda-patkan perasaan kompeten. Melaluibermain, anak-anak juga dapat me-ngembangkan imajinasi-imajinasi dankreativitas-kreativitas mereka. Dengankata lain, bermain menjadi kebutuhanyang penting bagi anak-anak.

    Selain mengemukakan pentingnyabelajar dengan perbuatan melaluiketerlibatan aktif sebagai elemen kuncipembelajaran sesuai DAP, Gronlund(1997) juga memperkenalkan ide playwith intent atau purpose, yakni bermaindengan maksud dan tujuan. Padadasarnya dunia anak adalah dunia yangidentik dengan bermain, terutama padausia dini. Bermain dapat menunjangpertumbuhan aspek kognitif, afektif, danpsikomotorik siswa.

    Melalui aktivitas belajar sambilbermain, konsep-konsep matematikayang abstrak dapat lebih mudah dipa-hami siswa. Selain itu, melalui kegiatanbermain, siswa juga dapat melepaskanketegangan yang ada dalam dirinya,sehingga suasana belajar matematikamenjadi rileks dan menyenangkan bagisiswa. Oleh karena itu, inisiatif dan du-kungan guru dalam merancang dan me-laksanakan pembelajaran yang meng-akomodasi kebutuhan bermain anak,merupakan komponen esensial dalampraktek pembelajaran yang sesuaidengan tahapan perkembangan anak.

    (3) Mengerjakan lembar kerjaSebagai salah satu tugas belajar,

    siswa di sekolah alam mengerjakanlembar kerja atau yang lebih seringdisebut worksheet. Temuan di lapanganmemperlihatkan bahwa siswa me-ngerjakan lembaran soal; menggambardan mewarnai bidang datar; meng-gambar berbagai macam bentuk bendaseperti kapal, robot, binatang, dansebagainya dengan menggunakanbentuk-bentuk bangun datar.

    Lembar kerja ini diberikan kepadasiswa sebagai latihan dan pengerjaansoal-soal setelah guru menyampaikansuatu konsep materi. Hal ini sejalandengan pendapat Thorndike dalamMuhsetyo yang menekankan perlunyalatihan dan pengerjaan soal-soal (drilland practice) sehingga siswa diharap-kan terbiasa terhadap penerapan kon-sep sehingga konsep-konsep tersebuttertanam dalam pikiran siswa. Selainitu, siswa diharapkan terampil dancekatan dalam mengerjakan soal-soalmatematika yang beragam.

    Lembar kerja ini dikerjakan siswasecara individual, setelah sebelumnyamereka mempelajari konsep tertentudengan memanipulasi alat peraga danbekerja kelompok. Dalam hal ini, siswabelajar untuk dapat menyelesaikantugas-tugas atau masalah secaramandiri. Vygotsky dengan teori Zone ofProximal Development atau ZonaPerkembangan Proksimal-nya dalamFadhilah (2012) membedakan antaraperkembangan aktual (actual develop-ment) dan perkembangan potensial (po-tential development) pada anak. Actualdevelopment ditentukan apakahseorang anak dapat melakukan sesuatutanpa bantuan orang dewasa atau guru,sedangkan potential development mem-bedakan apakah seorang anak dapatmelakukan sesuatu, memecahkanmasalah di bawah petunjuk orang

  • Aningsih

    Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 139139139139139

    dewasa atau kerjasama dengan temansebaya.

    Lembar kerja ini juga digunakanguru untuk mengetahui dan mengukursejauh mana pemahaman siswa ter-hadap materi yang telah disampaikan.Setelah dikoreksi dan diberi nilai, lembarkerja ini dikembalikan lagi kepada siswauntuk kemudian dibawa pulang danditunjukkan kepada orang tua masing-masing. Ada kalanya guru memintasiswa mengerjakan lembar kerja yangsama apabila dinilai pemahaman siswabelum sesuai yang diharapkan. Akantetapi, sebelum memberikan kembalilembar kerja tersebut, guru biasanyamengulang kembali materi-materi yangtelah dipelajari melalui kegiatan tanyajawab.

    (4) Belajar secara kelompokSesuai dengan tahap perkem-

    bangannya, anak usia SD adalah anaksenang bekerja dalam kelompok. Daripergaulannya dengan kelompoksebaya, anak belajar aspek-aspek yangpenting dalam proses sosialisasi, se-perti: memenuhi aturan-aturan ke-lompok, setia kawan, tidak tergantungpada penerimaan lingkungan, bertang-gung jawab, dan bersaing dengan oranglain secara sehat.

    Bredekamp (1992) mengemukakanbahwa guru hendaknya memfasilitasidan memberikan kesempatan yang luaskepada anak-anak untuk mengembang-kan keterampilan-keterampilan sosial,seperti saling menolong, bekerja sama,bernegosiasi, dan berkomunikasi de-ngan orang lain untuk menyelesaikanpermasalahan antar pribadi. Dalam halini guru dapat meminta siswa untukmembentuk kelompok kecil dengananggota 3-4 orang untuk mempelajariatau menyelesaikan suatu tugas secarakelompok.

    Dalam beberapa kesempatan,peneliti mendapatkan temuan lapangan

    bahwa siswa di sekolah alam belajarsecara kelompok, seperti bekerja samadengan beberapa siswa lain untukmenghitung, menyusun, mengabungkandan memindahkan tutup botol;menyusun tutup botol dan menggambarbentuk-bentuk bangun datar di pasir;dan menyusun kartu bilangan.

    Melalui kegiatan belajar bersamadalam kelompok, terjalin interaksi antarsiswa yang masing-masing memilikilatar belakang berbeda, baik ras,budaya, dan kelas sosial. MenurutVygotsky dalam Fadhilah (2012), meski-pun pada akhirnya anak-anak akanmempelajari sendiri beberapa konsepmelalui pengalaman sehari-hari, namunanak akan jauh lebih berkembang jikaberinteraksi dengan orang lain. Setiapsiswa memiliki kemampuan belajar yangberbeda-beda. Melalui belajar kelom-pok, mereka bekerja sama dan salingmembantu mengerjakan tugas-tugasbelajar. Selain itu, melalui belajar ke-lompok, siswa belajar bersosialisasi,berinteraksi dengan orang lain, meng-utarakan pendapat, menyelesaikankonflik dengan teman, serta berpikirdengan sudut pandang yang berbeda.

    (5) Tutor teman sebayaSekolah memiiki banyak potensi

    yang dapat digali dan dimanfaatkanserta ditingkatkan keefektifannya dalamrangka menunjang keberhasilanpembelajaran. Potensi yang ada disekolah yaitu semua sumber-sumberdaya yang dapat mempengaruhi hasilpembelajaran. Dalam arti luas, sumberbelajar tidak hanya terbatas pada guru,tetapi dapat berupa orang lain, misalnyateman sekelas yang lebih pandai.

    Sumber belajar bukan dari guru danberasal dari orang yang lebih pandaidisebut tutor. Tutor dari teman sebayayang lebih pandai disebut tutor sebaya.Kuswaya Wihardit dalam Aria Djalil(1997) mengemukakan bahwa bahwa

  • Proses Pembelajar Matematika di Sekolah Dasar Alam

    140 140 140 140 140 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    tutor sebaya adalah seorang siswapandai yang membantu belajar siswalainnya dalam tingkat kelas yang sama.

    Miller dalam Aria Djalil (1997)berpendapat bahwa setiap saat muridmemerlukan bantuan dari murid lainnya,dan murid dapat belajar dari muridlainnya. Jan Collingwood dalam AriaDjalil juga berpendapat bahwa Anakmemperoleh pengetahuan danketerampilan karena dia bergaul denganteman lainnya. Dengan pergaulan antara para tutor dengan murid-muridya,mereka dapat mewujudkan apa yangterpendam dalam hati dan khayalannya.

    Temuan penelitian di lapangan jugamenunjukkan bahwa dalam beberapakesempatan terjadi interaksi tutor seba-ya, dalam hal ini siswa yang lebih pandaidari temannya atau yang lebih dahulupaham akan suatu materi, membantudan mengajari teman yang lain yangbelum paham atau belum selesai me-ngerjakan tugas tertentu. Selain ataspermintaan guru, ada pula siswa yangbersedia menjadi tutor atas kemauan-nya sendiri. Kepada para tutor ini, gurumemberikan penguatan positif, berupapujian, tepuk tangan atau elusan dikepala.

    Pembelajaran dengan tutor sebayadapat membawa keuntungan, baik sangtutor maupun teman yang menjadi mu-rid. Bagi tutor, kegiatan ini akanmemperkuat apa yang telah dipelajaridan diperolehnya, menambahpengalaman, rasa bangga dan percayadiri. Sedangkan bagi sang murid,pembelajaran tutor sebaya akanmembantunya memahami materi ataupelajaran yang diberikan guru. Bantuanbelajar oleh teman sebaya dapatmenhilangkan kecanggungan, karenadengan teman sebaya tidak ada rasaenggan, rendah diri, malu dan sebagai-nya untuk bertanya atau memintabantuan. Selain itu, bahasa teman

    sebaya lebih mudah dipahami.Pembelajaran dengan tutor sebaya

    dapat mengembangkan kemampuansiswa untuk mendengarkan, berkon-sentrasi, dan memahami apa yangdipelajari dengan cara yang bermakna.Penjelasan tutor sebaya kepadatemannya lebih memungkinkan berhasildibandingkan guru. Siswa dapat melihatmasalah dengan cara yang berbedadibandingkan dengan orang dewasadan mereka menggunakan bahasa yanglebih akrab.

    c. Penggunaan alat peraga dalam pembelajar-an matematika di kelas I SD Alam dikaitkandengan perkembangan anak.

    Dienes dalam Karim berpendapat bah-wa suatu konsep matematika akan lebihmudah dipahami secara penuh jika meng-gunakan berbagai sajian. Sejalan denganDienes, Bruner dalam Karim (2008) menge-mukakan bahwa siswa belajar konsep mate-matika melalui tiga tahap, yakni enactive,ikonic, dan symbolic. Tahap enactive yaitutahap belajar dengan memanipulasi bendakongkret. Tahap ikonic yakni tahap belajardengan menggunakan sajian yang berupagambar atau grafik. Adapun tahap syimbolicadalah tahap belajar dengan menggunakankata-kata, lambang, dan simbol.

    Temuan di lapangan menunjukkanbahwa guru di sekolah alam menggunakanketiga jenis sajian tersebut. Alat peragakongkret yang digunakan guru di antaranya:penggaris, spidol, stepler, gunting, papantulis, tutup botol, meja, gantungan baju, buku,pensil warna, kotak susu, tabung cat, koran,dan kursi. Benda-benda milik siswa sepertigelas dan botol minuman serta kotakmakanan juga dijadikan guru sebagai alatperaga. Dalam hal ini, guru memanfaatkanbenda-benda yang ada dalam kelas untukmenjelaskan konsep-konsep matematika.Selain itu, guru juga menggunakan siswasebagai alat peraga dalam pembelajaran.

    Setelah menjelaskan sebuah konsep

  • Aningsih

    Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012 | 141141141141141

    matematika dengan alat peraga kongkret,guru kemudian melanjutkan penjelasannyadengan menggunakan gambar-gambar.Adapun alat peraga gambar yang digunakandalam pembelajaran matematika diantaranya adalah gambar timbangan berikutbenda-benda yang ditimbang; gambarbangun-bangun datar; gambar buah, gambarjam didinding. Gambar-gambar ini dibuatguru di papan tulis, sebagian di antaranyaada pula yang di pajang di dalam kelas.

    Tahap selanjutnya adalah, gurumenjelaskan konsep dengan menggunakansimbol. Alat peraga simbol yang digunakandalam pembelajaran matematika diantaranya simbol lingkaran, segi tiga, segiempat, balok, dan kubus.

    d. Sikap siswa dalam pembelajaran mate-matika di kelas I SD Alam Cikeas

    Berdasarkan temuan penelitian dilapangan, penerimaan siswa terhadapmatematika dapat dikatakan baik yakni siswabersedia memperhatikan guru saat sedangmenjelaskan materi atau melakukanperagaan tertentu dan memperhatikan siswalain yang sedang melakukan peragaan atautugas tertentu. Meskipun ada beberapasiswa yang bermain, berbicara, ataubercanda saat guru menjelaskan materi,namun itu tidak berlangsung lama karenaguru akan segera menegur perilaku negatifmereka. Adapun bentuk respon siswa dalampembelajaran matematika diantaranyamenjawab pertanyaan guru, memanipulasialat peraga, mengerjakan lembar kerja, danberlomba-lomba mengacungkan tangan.

    Bentuk penilaian siswa sekolah alamterhadap matematika sangatlah baik. Merasasuka, senang, tidak bosan dan tidak takutterhadap matematika. Siswa-siswa inimenganggap bahwa matematika adalahpelajaran yang paling seru, mudah, danmenyenangkan, dalam tingkat yang lebihtinggi, beberapa siswa tampak menunjukkankesediaannya membagikan ilmunya kepadatemannya.

    Sikap-sikap positif siswa dalampembelajaran matematika seperti yangditunjukkan oleh siswa-siswa sekolah alamtidak terlepas dari upaya guru menciptakanpembelajaran yang menarik,menyenangkan, dan melibatkan siswasecara aktif.

    V. Kesimpulan, Implikasi dan SaranA. Kesimpulan

    1) Kegiatan guruGuru selalu menggunakan alat

    peraga untuk menjelaskan konsep baru.Misalnya untuk menjelaskan konsepsifat pertukaran (komutatif) dan pe-ngelompokkan (distributif) padapenjumlahan, penjumlahan denganteknik menyimpan, dan pengurangandengan teknik meminjam denganmenggunakan tutup botol minuman dansimbol; menjelaskan konsepperbandingan dua buah benda, denganmenggunakan penggaris, spidol, stepler,gunting, papan tulis, tutup botol, meja,dan kursi, siswa, gelas, botol minum dankotak makanan siswa.

    Untuk menjelaskan konsep peng-ukuran dengan satuan tidak bakudengan menggunakan gantungan baju,buku, pensil warna, botol minuman,tutup botol, simbol dan gambar-gambar;menjelaskan konsep bangun ruang,dengan menggunakan gantungan baju,buku, pensil warna, botol minuman,tutup botol, simbol dan gambar-gambar;menjelaskan konsep bangun ruang,dengan memanfaatkan benda-bendaseperti kotak susu, tabung cat, korandan sebagainya yang dibentuk dan dicatsedemikian rupa sehingga dapatmerepresentasikan berbagai bentukbangun ruang serta simbol; menjelaskankonsep bangun datar denganmenggunakan tutup botol, gambar dansimbol; menjelaskan konsep bilanganloncat dengan menggunakan kartubilangan, bola dan siswa.

  • Proses Pembelajar Matematika di Sekolah Dasar Alam

    142 142 142 142 142 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 Desember 2012

    Guru berupaya memadukankegiatan pembelajaran matematikadengan mata pelajaran lain sepertibahasa Inggris dan seni. Keterpaduandengan Bahasa Inggris misalnyadengan menyisipkan dialog-dialogdengan menggunakan Bahasa Inggris,berhitung dari satu hingga sepuluh,menyebutkan nama bilangan, nama-nama bidang datar, dan menyanyikanlagu-lagu berbahasa Inggris. Keter-paduan dengan seni misalnya denganmemasukkan kegiatan menggambardan mewarnai bangun datar.

    Selama kegiatan pembelajaran ber-langsung, guru juga mengajukan perta-nyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaanterbuka yang diajukan guru di antaranyaadalah: berapa jumlahnya?; diapakan?;apa kesimpulannya?; apanya yangsama?; angka ini dibaca apa?; bilangan70 dilambangkan dengan?; angka inimenempati nilai tempat berapa?; 63terdiri dari berapa puluhan dan berapasatuan?; kenapa lebih berat?; bagai-mana cara mencarinya?; ini gambarapa?; ini apa namanya?; ini disebut?,dan sebagainya. Selain itu guru jugameminta siswa menyebutkan bilanganloncat antara dua buah bilangan ter-tentu. Pertanyaan tertutup di antaranya:bertambah atau berkurang?; ditambahatau dikurang?; siapa yang lebih tinggi,Sheva atau Atha?; siapa yang lebihbesar, Adya atau Aya?; siapa yang ba-dannya lebih berat, Bunga atau Ulang?;lebih panjang mana, ruler samamarker?; mana yang lebih berat?; duabisa nggak dikurang? dan seba