110
ANALISIS PENERAPAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI KASUS PT. PERTAMINA) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: M.Sandy Pradhana Putra NIM: 107082003603 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011

100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FEB

Citation preview

Page 1: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

ANALISIS PENERAPAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI

DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN DAMPAKNYA

TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN

(STUDI KASUS PT. PERTAMINA)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

M.Sandy Pradhana Putra

NIM: 107082003603

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011

Page 2: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

ii

ANALISIS PENERAPAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI

DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN DAMPAKNYA

TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN

(STUDI KASUS PT. PERTAMINA)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

M. Sandy Pradhana Putra

NIM: 107082003603

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si

NIP. 197306152005011009 NIP. 197609242006042002

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011

Page 3: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 8 Juni 2011 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : M. Sandy Pradhana Putra

2. NIM : 107082003603

3. Jurusan : Akuntansi/Audit

4. Judul Skripsi : Analisis Penerapan Informasi Dan Komunikasi Dalam

Siklus Penjualan Dan Dampaknya Terhadap Efektivitas

Pembuatan Laporan Keuangan

(Studi Kasus Pt. Pertamina)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Juni 2011

1. Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA. ( ________________________ )

Ketua

2. Yulianti, SE., M.Si ( ________________________ )

NIP. 198203182011012011 Sekretaris

3. Erika Amelia, SE., M.Si ( ________________________ )

Penguji Ahli

Page 4: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Jum’at, 17 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : M.Sandy Pradhana Putra

2. NIN : 107082003603

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Analisis Penerapan Informasi Dan Komunikasi

Dalam Siklus Penjualan Dan Dampaknya Terhadap

Efektivitas Pembuatan Laporan Keuangan (Studi

Kasus PT. Pertamina)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negri Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Juni 2011

1. Prof. Dr. Abdul Hamid,MS ( )

NIP. 19570617 198503 1 002 Ketua

2. Rahmawati, SE, MM ( ).

NIP. 19770814 200604 2 003 Sekertaris

3. Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA ( )

Penguji Ahli 1

4. Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si ( )

NIP. 19730615 200501 1 009 Pembimbing I

5. Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si ( )

NIP. 19760924 200604 2 002 Pembimbing II

Page 5: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : M.Sandy Pradhana Putra

No. Induk Mahasiswa : 107082003603

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa ijin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas

karya ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui

pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan

bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk

dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 15 Juni 2011

Yang Menyatakan

(M.Sandy Pradhana Putra)

Page 6: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : M. Sandy Pradhana Putra

2. Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 30 November 1989

3. Alamat : Jl. Bumi Daya VIII/No.195 Cinere, Depok

4. Telepon : 085692715279

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SDN 011 Pagi, Pondok Labu, Jakarta Selatan Tahun 1995-2001

2. SMPN 85 Jakarta Tahun 2001-2004

3. SMA Negeri 34 Jakarta Tahun 2004-2007

4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007-2011

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Rohis SMA N 34 Jakarta Sebagai Anggota (2004-2007)

2. 34 High Tech Society (2007-Sekarang)

3. Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Akuntansi Sebagai Anggota (2009-

2010) dan Koord. Dept. Hubungan Masyarakat (2010-2011)

Page 7: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

vii

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Ir. M. Budi Setiawan

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 18 Agustus 1958

3. Ibu : Rr. Leksmanawati Dwika. W

4. Tempat, Tanggal Lahir : Purworejo, 17 Maret 1961

5. Alamat : SDA

Page 8: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

viii

ANALYSIS OF THE APPLICATION OF INFORMATION AND

COMMUNICATION INSIDE SALES CYCLE AND ITS IMPACT

ON THE EFFECTIVENESS OF THE FINANCIAL STATEMENTS

(CASE STUDTY PT. PERTAMINA)

ABSTRACT

This study analyzes the implementation of internal control system

especially information and communications component and their impact on the

effectiveness of making financial reports. This research is located at the

headquarters of PT. Pertamina, Jakarta. Sampling method is by observation and

using scondary data, while the data processing method used by researchers is to

compare the actual conditions in the field with the rules set by PT. Pertamina

The results of this study indicate that application of the internal control

system, especially information and communication component sales cycle has

been implemented quite effectively, but still needs improvement. This has resulted

in a lack of effective financial statement and in particular related to the sales

cycle.

Keyword: Internal control, information and communications, sales cycle,

financial statement

Page 9: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

ix

ANALISIS PENERAPAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI

DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN DAMPAKNYA

TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN

(STUDI KASUS PT. PERTAMINA)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisa penerapan sistem pengendalian internal komponen

informasi dan komunikasi serta dampaknya terhadap efektivitas pembuatan

laporan keuangan. Penelitian ini berlokasi di kantor pusat PT. Pertamina Jakarta.

Metode penentuan sampel ialah dengan melakukan observasi serta menggunakan

metode data sekunder, sedangkan metode pengolahan data yang digunakan

peneliti adalah membandingkan kondisi nyata di lapangan dengan peraturan yang

telah ditetapkan oleh PT. Pertamina

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sistem pengendalian

internal komponen informasi dan komunikasi khususnya siklus penjualan telah

dilaksanakan cukup efektif, namun masih perlu adanya perbaikan. Hal ini

berdampak pada kurang efektifnya pembuatan laporan keuangan khususnya

terkait dengan siklus penjualan.

Kata kunci: Sistem pengendalian internal, informasi dan komunikasi, siklus

penjualan, laporan keuangan

Page 10: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Analisis Penerapan Informasi dan Komunikasi Dalam Siklus

Penjualan dan Dampaknya Terhadap Efektivitas Pembuatan Laporan

Keuangan (Studi Kasus PT. Pertamina)”. Shalawat serta salam senantiasa

selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang

telah membawa kita ke zaman kebaikan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat

guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang

telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur

Alhamdulillah penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah

anugerahkan. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan rasa cinta, perhatian,

kasih sayang, semangat, serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

2. Adikku yang telah menyemangati dan memberikan banyak do’a terbaiknya

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita dapat menjadi

anak-anak yang membanggakan bagi kedua orang tua baik di dunia maupun

di akhirat kelak.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Rahmawati, SE, MM selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen Pembimbing

Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan

dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala

bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.

Page 11: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

xi

6. Bapak Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang

telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk

membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala

masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang

telah diberikan selama ini.

7. Bapak Heru Sutrisno selaku SVP Business Development PT. Pertamina, Ibu

Nunik selaku Kepala Dept. Distribusi Hilir, Bapak Yusran Bustamar dan Ibu

Hendarsih yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi di PT.

Pertamina.

8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah

memberikan bantuan kepada penulis.

9. Terima kasih kepada Eyang Putri yang telah memberikan dukungan berupa

do’a dan moril kepada peneliti serta Tante Aniek yang telah membantu

peneliti dalam menyelesaikan skripsi di PT. Pertamina.

10. Rahma, Terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya dalam

menyelesaikan skripsi dan sidang kompre. Semoga Allah membalas

kebaikanmu.

11. “Si Bongsor” selaku komputer tercinta, terima kasih sudah menemani peneliti

disaat suka dan duka.

12. Sahabat terdekat peneliti: Nadiyya “ungu” hayatunnufus, Septi, Chiko, Yuni,

dan Mita yang sudah mendukung peneliti.

13. Kak Atina, terima kasih atas masukkan dan sarannya sehingga peneliti

berhasil menyelesaikan skripsi. Serta semua teman-teman BEMJ Akuntansi

periode 2010-2011 dan Akuntansi D angkatan 2007.

14. Sahabat - sahabat peneliti di kampus lain terima kasih atas bantuannya dalam

meminjamkan literatur terkait dengan penelitian skripsi.

15. Tika, terimakasih atas bantuannya selama ini.

16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Page 12: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

xii

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik

yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, 16 Juni 2011

(M.Sandy)

Page 13: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ i

Lembar Pengesahan Skripsi ...........................................................................ii

Lembar Pengesahan Uji Komprehensif .........................................................iii

Lembar Pengesahan Uji Skripsi ......................................................................iv

Lembar Pernyataan Bebas Plagiat ..................................................................v

Daftar Riwayat Hidup .....................................................................................vi

Abstrak .......................................................................................................... viii

Kata Pengantar ...............................................................................................x

Daftar Isi ....................................................................................................... xiii

Daftar Tabel ................................................................................................. xvi

Daftar Gambar ........................................................................................... xvii

Daftar Lampiran ........................................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 7

1. Tujuan Penelitian ............................................................ 7

2. Manfaat Penelitian .......................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................10

A. Tinjauan Literatur ................................................................10

1. Auditing ..........................................................................10

Page 14: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

xiv

2. Sistem Informasi Akuntansi

(Accounting Information System) .....................................14

3. Sistem Pengendalian Internal ..........................................16

4. Siklus Penjualan .............................................................27

5. Efektivitas .......................................................................28

6. Laporan Keuangan ..........................................................29

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ...........................................32

C. Kerangka Pemikiran ..............................................................34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................36

A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................36

B. Metode Pengumpulan Data ..................................................38

C. Metode Analisis Data ...........................................................37

D. Operasionalisasi Variabel .....................................................38

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN .......................................39

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...........................39

B. Profil Perusahaan ....................................................................39

C. Siklus Penjualan PT. Pertamina ..............................................51

D. Penerapan Pengendalian Internal Komponen Informasi

Dan Komunikasi Dalam Siklus Penjualan

PT.Pertamina ..........................................................................54

E. Permasalahan Yang Terjadi Terkait Transaksi

Penjualan PT.Pertamina ..........................................................62

F. Saran Perbaikan Untuk PT. Pertamina ....................................73

Page 15: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

xv

G. Dampaknya Terhadap Efektivitas Laporan Keuangan .............83

BAB V PENUTUP ................................................................................86

A. Kesimpulan ..........................................................................86

B. Implikasi ..............................................................................88

C. Saran ....................................................................................89

Daftar Pustaka ...................................................................................................90

Lampiran-Lampiran ..........................................................................................94

Page 16: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

xvi

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................. 32

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ........................................ 38

4.1 Jurnal Transaksi Penjualan ...................................................... 51

4.2 Jurnal Pada Saat PT. Pertamina Menerima Goods Issue ........... 52

4.3 Jurnal Pada Saat Invoicing ........................................................ 52

4.4 Transaksi Penjualan ................................................................. 63

4.5 Transaksi Yang Tidak Teridentifikasi Nama Produknya ........... 66

4.6 Pencatatan Jurnal Penjualan ..................................................... 66

4.7 Penerimaan Pembayaran PPN .................................................. 67

4.8 Jurnal Pada Saat PT. Pertamina Menerima Goods Issue

dari TNI ................................................................................... 69

4.9 Jurnal Pada Saat Invoicing Berdasarkan Hasil

Pencocokan dan Penelitian ....................................................... 71

4.10 Pencatatan Jurnal Penjualan ..................................................... 77

4.11 Penerimaan Pembayaran PPN .................................................. 77

4.12 Jurnal Koreksi Atas Transaksi Penerimaan Pembayaran ........... 78

4.13 Saran Perbaikan ....................................................................... 80

Page 17: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

xvii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ................................................ 34

4.1 Struktur Organisasi PT. Pertamina........................................ 50

4.2 Flowchart Penjualan Tunai OPBS ........................................ 56

4.3 Flowchart Penjualan Tunai Non-OPBS ................................ 58

4.4 Flowchart Penjualan Tunai Kepada

Instansi Pemerintah .......................................................... 60

4.5 Skema Tugas dan Peran Compliance System

PT.Pertamina .................................................................... 85

Page 18: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Surat Penelitian Skripsi ....................................................... 95

2. Cover Surat Perjanjian Bersama .......................................... 96

3. Cover Berita Acara Pencocokan dan Penelitian .................... 97

4. Cover Tata Kelola Organisasi Penjualan Central Collection

TNI ...................................................................................... 98

Page 19: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN,

berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 tahun 2003

mengenai Badan Usaha Milik Negara, merupakan badan usaha yang

seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan. Adapun maksud dan tujuan dari pendirian BUMN berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 tahun 2003 mengenai Badan

Usaha Milik Negara ialah:

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional

pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya,

2. Mengejar keuntungan,

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan

atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat

hidup orang banyak,

4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat

dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi,

5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat,

Page 20: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

2

Sejak tahun 2001 seluruh BUMN dikoordinasikan pengelolaannya oleh

Kementrian BUMN yang dipimpin oleh Menteri Negara BUMN.

Kegiatan BUMN harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta

tidak bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan, ketertiban

umum dan atau kesusilaan. Salah satu bentuk tanggung jawab BUMN

ialah melalui penyajian laporan keuangan, yang berisi mengenai segala

informasi mengenai kinerja keuangan BUMN selama suatu periode

tertentu, dimana informasi laporan keuangan tersebut digunakan untuk

seluruh stakeholders baik, pemerintah, investor, lembaga pemerintah

lainnya maupun rakyat Indonesia. Oleh karena itu, laporan keuangan

BUMN haruslah bebas dari salah saji, serta kesalahan informasi yang

dapat merugikan para pengguna laporan keuangan tersebut.

Laporan keuangan BUMN dikritik oleh mantan Menteri Ekonomi Sri

Mulyani, dikarenakan masih cukup banyak laporan keuangan Badan

Usaha Milik Negara yang belum mengikuti standar pelaporan keuangan.

Hal ini menyebabkan tidak diperbolehkannya sebagian besar BUMN

untuk listing di pasar modal asing, hanya PT. Telekomunikasi Indonesia

Tbk. Yang telah listing. Pemerintah terus berusaha memperbaiki laporan

keuangan BUMN. Hal ini untuk bertujuan agar BUMN menjadi lebih

transparan dan memudahkan investor untuk menanamkan modal di dalam

negeri (Bataviase, 2008:1).

Page 21: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

3

Banyak BUMN yang saat ini terjerat masalah keuangan. Hal ini

terbukti dari hasil audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK) terhadap 32 BUMN menunjukkan adanya kasus BUMN yang

merugi, terindikasi kasus korupsi, dan kredit macet. Dari keseluruhan,

BPK memaparkan 73 temuan yang berindikasi kerugian negara senilai

Rp2,48 triliun. Pemeriksaan keuangan dilakukan terhadap empat BUMN,

yaitu PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Perjan Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Perum Perusahaan Film Nasional

(PFN), dan PT Sarana Karya. BPK memberikan pendapat "Tidak Wajar"

(TW) terhadap Laporan Keuangan PT Sarana Karya, "Wajar Tanpa

Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan" terhadap Perum PFN.

Kemudian, "Wajar Tanpa Pengecualian" terhadap PT PLN, dan "Tidak

Memberikan Pendapat" terhadap Perjan RSCM (Suara Merdeka, 2007:1).

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi

keuangan perusahaan kepada para pengguna informasi laporan keuangan.

Pengertian laporan keuangan menurut IAI dalam kerangka dasar

penyusunan dan penyajian laporan keuangan dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK, 2009) adalah bagian dari proses pelaporan

keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,

laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan, dan laporan

lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

keuangan.

Page 22: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

4

Dalam PSAK nomor 1 (2009) tujuan laporan keuangan secara umum

adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,

serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Selain itu

laporan keuangan menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas

sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Sedangkan tujuan khusus

laporan keuangan dalam APB Statement No 4 adalah untuk menyajikan

secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi

keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan.

Oleh karena itu hendaknya laporan keuangan harus disajikan secara

wajar sehingga dapat membantu para pengguna laporan keuangan untuk

mengambil keputusan terkait dengan perusahaan tersebut. Untuk

mewujudkan laporan keuangan yang bebas dari salah saji dan kesalahan

informasi maka dibutuhkan sistem pengendalian internal yang baik serta

terstruktur dengan baik di lingkungan perusahaan.

Pengertian sistem pengendalian internal menurut Committee of

Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) dalam

Boynton dan Johnson (2006:391) adalah proses yang dilakukan oleh

dewan manajemen, direksi, dan pegawai lainnya dari entitas yang

bersangkutan, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai

tentang pencapaian tujuan dari keandalan dari laporan keuangan,

kepatuhan terhadap aturan dan hukum yang berlaku, efektivitas, dan

efisiensi dari kegiatan operasi.

Page 23: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

5

Sistem pengendalian internal memiliki lima komponen yang saling

berkaitan satu sama lain yang berfungsi untuk melakukan kontrol atas

resiko-resiko yang terjadi. COSO (AU 319.07) dalam Boynton dan

Johnson (2006:392) pun menjelaskan komponen pengendalian internal

yaitu lingkungan pengendalian (control enviroment), penilaian resiko (risk

assement), aktivitas pengendalian (control activities), informasi dan

komunikasi (information & communication), serta pemantauan

(monitoring).

Dengan demikian dapat diketahui bahwa pengendalian internal

memiliki peran penting dalam meningkatkan efektivitas dari laporan

keuangan perusahaan. Oleh karena itu, pengendalian internal merupakan

elemen penting yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pembuatan

laporan keuangan yang bebas dari salah saji dan kesalahan informasi.

Maka dibutuhkan pengendalian internal yang kuat untuk mengawasi

pembuatan laporan keuangan.

Berdasarkan hasil audit Badan Pemerikasaan Keuangan (BPK) pada

semester II tahun 2010, terhadap enam laporan keuangan BUMN/D dan

badan lainnya. Laporan Keuangan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII

(Persero) TB 2009, Laporan Keuangan PDAM Kota Padang TB 2009,

Laporan Keuangan West Sumatera Earthquake Disaster Project (WSEDP)

pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk Periode

yang Berakhir 30 Juni 2010, Laporan Keuangan Penyelenggaraan Ibadah

Haji (PIH) Tahun 1430H/2009M dan Tahun 1429H/2008M, serta Laporan

Page 24: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

6

Keuangan Badan Pengusahaan (BP) Kawasan Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas Batam (dahulu Otorita Pengembangan Daerah Industri

Pulau Batam) TA 2009. Dari hasil pemerikasaan tersebut BPK

memberikan opini WTP terhadap Laporan Keuangan WSEDP BNPB TA

2010, opini WDP diberikan terhadap Laporan Keuangan PDAM Kota

Padang TB 2009 serta BP Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas Batam TA 2009 (BPK, 2010:37).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan

penelitian ini karena pertama, masih banyaknya laporan keuangan BUMN

yang belum memenuhi standar pelaporan keuangan. Kedua, untuk

mengetahui seberapa besar peranan sistem pengendalian khususnya

informasi dan komunikasi terhadap efektivitas pembuatan laporan

keuangan. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian di PT. Pertamina.

Badan Usaha Milik Negara tersebut bergerak dalam bidang energi serta

memiliki cakupan penjualan yang begitu luas.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti melakukan penelitian yang

berjudul “Analisis Penerapan Informasi dan Komunikasi dalam Siklus

Penjualan dan Dampaknya Terhadap Efektivitas Pembuatan

Laporan Keuangan (Studi Kasus PT. Pertamina)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis

lebih memfokuskan penelitian ini terhadap internal control khususnya

Page 25: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

7

informasi dan komunikasi perusahaan pada siklus penjualan PT.

Pertamina. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan sistem pengendalian internal informasi dan

komunikasi pada siklus penjualan terhadap efektivitas laporan

keuangan PT. Pertamina?

2. Permasalahan apa yang timbul dalam siklus penjualan terkait dengan

pengendalian internal informasi dan komunikasi?

3. Apakah laporan keuangan PT. Pertamina telah disajikan dengan efektif,

khususnya yang terkait dengan siklus penjualan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dari dilakukannya penelitian

ini adalah:

a. Untuk penerapan sistem pengendalian internal informasi &

komunikasi pada siklus penjualan terhadap efektivitas pembuatan

laporan keuangan PT. Pertamina.

b. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul dalam siklus penjualan

terkait dengan pengendalian internal informasi dan komunikasi

c. Untuk mengetahui efektivitas pelaporan keuangan PT.Pertamina

khususnya terkait dengan siklus penjualan.

Page 26: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

8

2. Manfaat Penelitian

a. Kontribusi Teoritis

1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai

bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk

menambah ilmu pengetahuan.

2) Bagi Masyarakat, sebagai sarana informasi mengenai auditing,

pengendalian internal, dan penerapan informasi dan komunikasi

dalam efektivitas pembuatan laporan keuangan.

3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang

akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah

referensi mengenai auditing, terutama tentang pengendalian internal

dan laporan keuangan sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi

penulis di masa yang akan datang.

b. Kontribusi Praktis

1) PT. Pertamina, dapat mengetahui kemampuan dari pengendalian

internal yang digunakan oleh perusahaan serta penerapan informasi

dan komunikasi dalam efektivitas pembuatan laporan keuangan.

Manfaat lain yaitu sebagai dasar untuk melakukan rekomendasi

Page 27: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

9

perbaikan atas kelemahan yang ditemukan dalam sistem

pengendalian internal.

2) Pemerintah, dapat mengetahui informasi mengenai penerapan

informasi dan komunikasi terhadap efektivitas pembuatan laporan

keuangan serta memberikan informasi tambahan bagi BUMN

lainnya.

3) Stakeholders, dapat mengetahui informasi mengenai penerapan

informasi dan komunikasi terhadap efektivitas pembuatan laporan

keuangan, selain itu dapat digunakan sebagai tinjauan para pengguna

laporan keuangan dalam melakukan proses pengambilan keputusan

dalam suatu perusahaan.

Page 28: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Auditing

Auditing menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2010:4) adalah

sebagai berikut:

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about

information to determine and report on the degree of correspondence

between the information and established criteria. Auditing should be done

by a competent, independent person”.

Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai

informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara

informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan

oleh orang yang kompeten dan independen.

Menurut Arens et al.(2010) pada umumnya terdapat tiga jenis audit,

yaitu:

a. Financial statement audit (audit laporan keuangan), yang mencakup

mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti terhadap laporan keuangan

suatu entitas sebagai upaya memberikan opini kewajaran penyajian

laporan keuangan.

b. Compliance audit (audit kepatuhan), mencakup mendapatkan dan

mengevaluasi bukti-bukti apakah aktivitas suatu entitas baik keuangan

maupun operasionalnya mematuhi peraturan dan standar tertentu.

Page 29: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

11

c. Operational audit (audit operasional), mencakup mendapatkan dan

mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas aktivitas

suatu entitas untuk tujuan tertentu.

Sedangkan menurut Boynton dan Johnson (2010:6), definisi audit yang

berasal dari The Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of

the American Accounting Association (Accounting Review, Vol 47) adalah

sebagai berikut:

“A Systematic process of objectively obtaining and evaluating

regarding assertions about economic actions and events to ascertain the

degree of correspondence between those assertions and established

criteria and communicating the results to interested users”

Artinya Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan

mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang

berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat

kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakaian yang

berkepentingan”.

Kemudian Boynton et al. (2010:8-9) membagi tipe-tipe audit dalam 3

kelompok, yaitu:

a. Financial statement audit

“A financial statement audit involves obtaining and evaluating

evidence about an entity’s presentation of its financial position,

results of operations, and cash flows for the purpose of expressing an

opinion on whether they are presented fairly in comformity wwith

established criteria usually GAAP”.

Page 30: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

12

b. Compliance audit

“A compliance audit involves obtaining and evaluating evidence to

determine whether certain financial or operating activities of an entity

conform to specified conditions, rules or regulation”.

c. Operational audit

“An operational audit involves obtaining and evaluating about

effiency and effectiveness of entity’s operating activities in relation to

specified objectives”.

Namun belakangan muncul satu audit lagi, yaitu audit fraud atau audit

investigasi. Audit ini memfokuskan pada ada atau tidaknya kecurangan

dalam penyajian laporan keuangan entitas kemudian menelusuri pihak-

pihak yang melakukan kecurangan tersebut. Audit ini memerlukan

keahlian khusus tambahan diluar pengetahuan audit secara umum.

Fraud audit berbeda dengan audit investigasi, fraud audit meliputi

proses pendeteksian, pencegahan, dan perbaikan. Sedangkan, audit

investigasi lebih kepada kegiatan untuk mendapatkan bukti-bukti yang

mendukung sangkaan awal. Bukti tersebut nantinya akan digunakan

sebagai pendukung dalam proses penuntutan di pengadilan (Widiastono,

2008).

Menurut Widiastono (2008), agar dapat membongkar terjadinya fraud

(kecurangan) maka seorang akuntan forensik harus mempunyai

pengetahuan dasar akuntansi dan audit yang kuat, pengenalan perilaku

manusia, dan organisasi (human and organization behaviour),

pengetahuan tentang aspek yang mendorong terjadinya kecurangan

(incentive, pressure, attitudes, rationalization, opportunities),

Page 31: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

13

pengetahuan tentang hukum dan peraturan (standar bukti keuangan dan

bukti hukum), pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi

(profiling), pemahaman terhadap pengendalian internal, dan kemampuan

berpikir seperti pencuri (think as a theft).

Personel yang melakukan audit disebut dengan auditor. Menurut Arens

et al., (2010:15). Terdapat empat jenis auditor yang umum dikenal

masyarakat, yaitu:

a. Certified Public Firms (Akuntan Publik)

Akuntan publik disebut juga auditor eksternal atau auditor independen

Untuk membedakannya dengan auditor internal, akuntan ini

bertanggung jawab atas pemeriksaan atau mengaudit laporan keuangan

organisasi yang dipublikasikan, serta memberikan opini atas informasi

yang diauditnya.

b. General Accounting Office Auditors (Akuntan Pemerintah)

Dilaksanakan oleh auditor pemerintah sebagai karyawan pemerintah.

Audit ini mencakup audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan

audit operasional. Laporan audit ini diserahkan kepada kongres, dalam

hal ini untuk Indonesia adalah Dewan Perwakilan Rakyat.

c. Internal Revenue Agent (Akuntan Pajak)

Akuntan pajak mempunyai tanggung jawab terhadap pelaksanaan pada

pembayaran pajak oleh wajib pajak. Lingkup pengerjaannya adalah

memeriksa apakah wajib pajak telah benar memberikan pajaknya

sesuai dengan prosedur dan hukum yang berlaku.

Page 32: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

14

d. Internal Auditors (Auditor Internal)

Auditor internal bertanggung jawab terhadap manajemen perusahaan.

Tinjauannya adalah audit terhadap berbagai prosedur-prosedur dan

metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitas

kegiatan. Pada akhir kegiatan biasanya diajukan saran-saran

rekomendasi manajemen untuk meningkatkan kualitas operasi

perusahaan.

Berdasarkan penjabaran diatas, maka pengertian audit adalah suatu

proses yang sistematis dan kritis yang dilakukan oleh pihak yang

independen untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif

mengenai asersi-asersi tentang berbagai dan kejadian ekonomi (informasi)

suatu entitas dengan tujuan untuk menetapkan dan melaporkan tingkat

kesesuaian antara asersi-asersi (informasi) tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan, serta menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang

berkepentingan.

2. Sistem Informasi Akuntansi (Accounting Information System)

Pengertian Sistem Informasi Akuntansi (Accounting Information

System) menurut Romney, Steinbart (2009:28) adalah sebagai berikut:

“An Accounting Information System (AIS) is a system that collects,

records, stores, and process data to produce information for decisions

makers”

Artinya Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah sistem yang

mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses data untuk

menghasilkan informasi untuk para pengambil keputusan.

Page 33: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

15

Menurut Hall, James (2009) Sistem informasi akuntansi terdiri dari

tiga subsistem utama, yaitu:

a. Transactions Processing System (TPS)

Sistem yang Mendukung operasi bisnis sehari-hari dengan berbagai

laporan, dokumen, dan pesan untuk pengguna di seluruh organisasi.

b. The General Ledgers/ Financial Reporting System (GL/FRS)

Sistem yang menghasilkan laporan keuangan tradisional, seperti

laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, pengembalian pajak, dan

laporan lain yang dipersyaratkan oleh hukum.

c. The Management Reporting System (MRS)

Sistem yang menyediakan manajemen internal dengan laporan

keuangan tujuan khusus dan informasi yang diperlukan untuk

pengambilan keputusan seperti anggaran, varians laporan, dan laporan

pertanggungjawaban

Definisi sistem informasi akuntansi menurut Bodnar dan Hopwood

(2009:7) adalah kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan

yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi. Informasi ini

dikomunikasikan kepada beragaman keputusan.

Berdasarkan penjabaran diatas maka sistem informasi akuntansi

merupakan suatu sistem yang menghasilkan sebuah informasi. Informasi

yang dihasilkan tersebut dapat berguna bagi perusahaan untuk

menentapkan kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan masa

depan perusahaan, rekomendasi perbaikan terhadap sistem pengendalian

Page 34: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

16

internal, informasi mengenai kekeliruan atau kecurangan, dan lain

sebagainya.

3. Sistem Pengendalian Internal

a. Pengertian Pengendalian Internal

Sistem Pengendalian Internal (SPI) merupakan istilah yang telah

umum dan banyak digunakan berbagai kepentingan. Istilah

pengendalian internal diambil dari terjemahan istilah “Internal Control”

meskipun demikian penulis menterjemahkan sebagai pengawasan

intern, untuk istilah tersebut hal ini tidaklah menjadi masalah karena

tidak mengurangi pengertian Sistem Pengendalian Intern secara umum.

Menurut Arens et al. (2010:290), suatu sistem pengendalian

internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk

memberikan manajemen jaminan yang wajar bahwa perusahaan

mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini sering

disebut pengendalian dan secara kolektif mereka meringkas

pengendalian internal entitas itu.

Pengertian sistem pengendalian internal menurut COSO dalam

Boynton dan Johnson (2006:391) adalah proses yang dilakukan oleh

dewan manajemen, direksi, dan pegawai lainnya dari entitas yang

bersangkutan, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai

tentang pencapaian tujuan dari keandalan dari laporan keuangan,

kepatuhan terhadap aturan dan hukum yang berlaku, dan efektivitas dan

efisiensi dari kegiatan operasi.

Page 35: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

17

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP:319.2)

Pengendalian Internal di definisikan sebagai berikut:

“Sistem Pengendalian Intern meliputi organisasi serta semua

metode dan ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam suatu

perusahaan untuk melindungi harta miliknya, mencek kecermatan dan

keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha, dan

mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan.”

Dengan adanya sistem pengendalian internal yang terdapat di suatu

perusahaan memastikan bahwa tujuan yang ditetapkan perusahaan yang

terdiri dari kategori: (a) pelaporan keuangan yang bisa diandalkan, (b)

efektivitas dan efisiensi dari operasi, dan (c) pemenuhan hukum dan

peraturan yang berlaku. Dapat tercapai dengan baik dan maksimal.

Selain itu dengan penggunaan SPI yang baik dan kuat dapat

mengurangi terjadinya kecurangan yang dapat berakibat fatal terhadap

going concern suatu entitas.

b. Tujuan Pengendalian Internal

Pengendalian internal yang diciptakan dalam perusahaan harus

mempunyai beberapa tujuan. Menurut Arens et al. (2010:370)

pengendalian internal memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Reliabilitas pelaporan keuangan

Tujuan pengendalian internal ini adalah memenuhi tanggung jawab

pelaporan keuangan tersebut.

Page 36: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

18

2) Efisiensi dan efektivitas operasi

Tujuan yang penting dari pengendalain ini adalah memperoleh

informasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi

perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan.

3) Ketaatan pada hukum dan peraturan

Dalam section 404 mengharuskan semua perusahaan publik

mengeluarkan laporan tentang keefektifan pelaksanaan pengendalian

internal atas laporan keuangan. Selain mematuhi ketentuan hukum

dalam section 404, organisasi-organisasi publik, nonpublik, dan

nirlaba diwajibkan menaati berbagi hukum dan peraturan.

Menurut Louwers, Ramsay (2008:158) Sistem pengendalian

internal didesain utuk mencapai tujuan pengendalian yang terdiri dari

tiga target yaitu:

1) Financial reporting category

Hal ini ditujukan untuk menerbitkan laporan keuangan yang handal

dan menjaga aset dari penggunaan ilegal.

2) Operations category

Contoh dari target ini adalah bisnis reputasi yang baik, return on

invesment, pengenalan produk baru, market share, dan penggunaan

aset secara efisien dan efektif.

3) Compliance category

Compliance category memiliki tujuan untuk mematuhi hukum dan

aturan yang mempengaruhi entitas.

Page 37: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

19

Dari hal diatas dapat kita ketahui bahwa sistem pengendalian

internal yang ada didalam suatu perusahaan memiliki tujuan yang

sangat penting dalam menyajikan laporan keuangan yang handal,

mengawasi proses operasi perusahaan, dan mematuhi hukum yang

berkaitan dengan perusahaan. Jika sistem pengendalian internal ini

tidak dilaksanakan oleh perusahaan maka perusahaan tersebut akan

mengalami banyak masalah dari kecurangan, kekeliruan, dan lain-lain.

c. Elemen-Elemen Pengendalian Internal

Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway

Commission (COSO) memperkenalkan adanya lima komponen

pengendalian intern yang meliputi Lingkungan Pengendalian (Control

Environment), Penilaian Resiko (Risk Assesment), Prosedur

Pengendalian (Control Procedure), Pemantauan (Monitoring), serta

Informasi dan Komunikasi (Information and Communication).

Manajemen sebaiknya memperhitungkan pertimbangan 5

komponen pengendalian internal yang cukup dan efektif yang

ditentukan dalam COSO report. Kelima komponen tersebut yaitu:

(Rezaee, 1995:6-7)

1) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian terdiri dari jumlah elemen-elemen seperti

integritas, nilai-nilai etika, filosofi dan gaya operasi manajemen,

struktur organisasi, kebijakan dan praktek sumber daya manusia,

keterlibatan dewan direktur dan komite audit, kompetensi

Page 38: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

20

personalia, dan otoritas dan pertanggungjawaban tugas yang

didisain untuk menyediakan kesadaran pengendalian yang

meyakinkan dalam perusahaan. Lingkungan pengendalian

menyajikan dasar untuk mengevaluasi kecukupan dan

keefektivitasan sistem pengendalian internal dan menilai

kemampuan perusahaan untuk meyakinkan tata kelola perusahaan

yang bertanggung jawab dan reliabilitas laporan keuangan.

Lingkungan pengendalian berfungsi sebagai dasar dari komponen-

komponen pengendalian internal yang lainnya.

2) Penilaian resiko (Risk Assessment)

Penilaian resiko memerlukan identifikasi dan investigasi baik resiko

internal dan ekstenal dan penerimaan yang hati-hati atas resiko

bisnis dalam mencapai tujuan perusahaan. Penilaian resiko

membantu manajemen dan auditor internal berada dalam

pengendalian.

3) Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan, prosedur, dan peraturan

yang menyediakan keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian

internal telah dijalankan secara benar dan resiko telah diatur secara

efektif.

4) Informasi dan Komunikasi (Information and Communications)

Komponen informasi dan komunikasi dari internal kontrol

mempertimbangkan informasi yang didapat dan bagaimana pesan

Page 39: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

21

mengalir melalui sebuah entitas. Semua orang di dalam entitas

seharusnya menerima pesan yang jelas melalui top manajemen

bahwa pertanggungjawaban pengendalian internal harus dijalankan

dengan serius. Personil yang dipengaruhi oleh sistem pengendalian

internal semestinya mengerti dengan jelas aspek-aspek relevan dari

sistem pengendalian internal, bagaimana mereka bekerja, dan tugas

dan tanggung jawab mereka dalam sistem tersebut. Komunikasi

seharusnya berjalan dalam semua arah di fungsi pengendalian

internal organisasi–up, down, dan across–dalam pengkomunikasian

semua informasi internal dan eksternal yang relevan.

5) Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan memerlukan sistem pengendalian internal yang

dipantau dalam proses berjalan dan dasar periodik untuk

mempertahankan agar tetap efektif. Pemantauan berkelanjutan

(ongoing monitoring) adalah penilaian secara berkelanjutan

berbagai komponen sistem pengendalian internal melalui pelatihan

yang tepat dan evaluasi personil, pengawasan terus menerus, dan

implementasi rekomendasi yang diberikan oleh auditor. Evaluasi

periodik (periodic evaluation) dapat melengkapi pemantauan yang

berkelanjutan dan seharusnya digunakan pada basis ad hoc.

Frekuensi dan ruang lingkup evaluasi periodik tergantung pada

efektivitas dan hasil dari pemantauan berkelanjutan serta penilaian

resiko yang terkait dengan sistem pengendalian internal.

Page 40: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

22

Menurut Sukrisno Agoes. (2004:75), komponen pengendalian

internal terdiri dari:

1) Lingkungan pengendalian

Menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran

pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan

dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan

disiplin dan struktur.

2) Penaksiran resiko

Indentifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan untuk

mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan

bagaimana resiko harus dikelola.

3) Aktivitas pengendalian

Kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan

manajemen dilaksanakan.

4) Informasi dan komunikas

Pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam

suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan

tanggung jawab mereka.

5) Pemantauan

Proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern

sepanjang waktu.

Menurut Hall et al. (2009), komponen pengendalian internal terdiri

dari:

Page 41: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

23

1) Lingkungan pengendalian (The Control Enviroment)

Lingkungan pengendalian merupakan landasan bagi empat

komponen pengendalian lainnya. Lingkungan pengendalian

menetapkan keseluruhan dasar bagi organisasi dan mempengaruhi

kesadaran kontrol manajemen dan karyawan.

2) Penilaian resiko (Risk Assement)

Lingkungan Organisasi harus melakukan penilaian risiko untuk

mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang relevan

untuk pelaporan keuangan.

3) Aktivitas pengendalian (Control Activities)

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang

digunakan untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat diambil

untuk menghadapi risiko organisasi yang teridentifikasi.

4) Informasi dan komunikasi (Information & Communication)

Sistem Informasi Akuntansi (SIA) terdiri dari catatan dan metode

yang digunakan untuk memulai, mengidentifikasi, menganalisis,

mengklasifikasi, dan merekam transaksi organisasi dan untuk

memperhitungkan aktiva dan kewajiban yang bersangkutan. Kualitas

informasi dari SIA menghasilkan dampak kemampuan manajemen

untuk mengambil tindakan dan membuat keputusan sehubungan

dengan operasi organisasi dan untuk menyiapkan laporan keuangan

yang dapat diandalkan.

Page 42: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

24

5) Pemantauan(Monitoring)

Pemantauan adalah proses dimana kualitas desain pengendalian

internal dan operasi dapat dinilai. Hal ini dapat dicapai dengan

prosedur yang terpisah atau dengan kegiatan yang sedang berjalan.

Komponen pengendalian internal dalam Arens et al. (2010:294)

terdiri dari:

1) Control Enviroments

“The control environment consists of the action, policies, and

procedures that reflect the overall attitudes of top management,

directors, and owners of an entity about internal control and its

importance to the entity. To understand and assess the control

environment, auditors should consider the most important control

subcomponents”.

2) Risk Assesment

“Risk assement for financial reporting is management’s

identification and analysis of risks relevant of financial statements in

conformity in GAAP”.

3) Control Activities

“Control activies are the policies and procedures, in addition in the

other four control components, that help ensure that necessary

actions are taken to address risks to achievement of the entity’s

objectives”.

4) Information & Communication

“Methods used to intiniate, record, process, and report an entity’s

transactions and to maintain accountability”.

5) Monitoring

“Management’s ongoing and periodic assessment of the quality of

internal control performance to determine whether controls are

operating as intend and are modified when needed”.

Page 43: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

25

Komponen pengendalian internal dalam Louwers et al. (2008:160)

yaitu:

1) Lingkungan pengendalian (Control Enviroments)

Lingkungan pengendalian menetapkan nada organisasi. Lingkungan

pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen lain dari

pengendalian internal. Lingkungan pengendalian menyediakan

disiplin dan terstruktur. Faktor-faktor lingkungan pengendalian

meliputi integritas, nilai-nilai etika, dan kompetensi orang-orang

entitas.

2) Penilaian resiko (Risk Assesment)

Manajemen harus mengambil langkah-langkah untuk

mengidentifikasi risiko, perkiraan signifikansi mereka,

kemungkinan, dan mempertimbangkan bagaimana mengelola risiko.

Dengan menetapkan tujuan pengendalian, manajemen dapat

mengidentifikasi faktor kesuksesan, kebijakan lembaga dan

prosedur.

3) Prosedur pengendalian (Control Procedures)

Prosedur pengendalian adalah tindakan spesifik diambil oleh

manajemen dan karyawan untuk membantu memastikan bahwa

arahan manajemen dilaksanakan. Prosedur pengendalian (manual

maupun terkomputerisasi) yang dilaksanakan pada sistem akuntansi

bertujuan untuk pencegahan, mendeteksi, dan mengoreksi atas

kesalahan dan fraud yang bisa masuk dan mengalir dalam laporan

Page 44: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

26

keuangan. Pada intinya, prosedur yang mencegah salah saji sebelum

salah saji tersebut terjadi.

4) Informasi dan komunikasi (Information & Communication)

Informasi dan komunikasi komponen pengendalian internal adalah

mutlak diperlukan untuk mencapai tujuan pengendalian manajemen.

Untuk membuat keputusan yang efektif, manajer harus memiliki

akses ke informasi yang tepat waktu, dapat diandalkan, dan relevan.

Sistem informasi harus dianjurkan untuk mengidentifikasi data

dari sumber eksternal seperti pemasok, pelanggan dan sebagainya.

Manajemen mengevaluasi kualitas informasi menentukan apakah isi

informasi tersebut telah sesuai dan informasi tersebut tepat waktu,

arus, akurat, dan dapat diakses.

Komunikasi meliputi pembuatan dan pendistribusian laporan.

Laporan internal merupakan umpan balik bagi manajemen untuk

memantau operasi. Sedangkan laporan eksternal adalah informasi

keuangan bagi investor luar, kreditur, dan lain-lain. Komunikasi juga

melibatkan harapan, tanggung jawab kelompok individu, dan hal-hal

penting lainnya.

5) Pemantauan (Monitoring)

Sistem pengendalian internal perlu dipantau. Manajemen harus

menilai kualitas kinerja pengendalian secara tepat waktu.

Pemantauan tidak termasuk kegitan rutin manajemen dan

pengawasan pengendalian dan aktivitas personel lainnya.

Page 45: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

27

Dari penjabaran diatas, dapat kita ketahui bahwa sistem

pengendalian internal memiliki lima framework: lingkungan

pengendalian, aktivitas pengendalian, penilaian resiko, informasi dan

komunikasi, dan pemantauan. Yang disebut juga dengan COSO

Framework. Lima framework ini merupakan satu kesatuan yang saling

terkait yang akan membantu suatu perusahaan dalam mengendalikan

sistem pengendalian internal. Serta mengamankan aset dan mencegah

terjadinya kecurangan di perusahaan tersebut.

4. Siklus Penjualan

Siklus penjualan menurut Arens et al. (2010:32) merupakan keputusan

dan proses penting perpindahan kepemilikan barang dan jasa ke

pelanggan. Hal ini dimulai dengan permintaan oleh pelanggan dan

berakhir dengan konversi material atau layanan menjadi rekening piutang,

dan pada ujungnya menjadi uang tunai.

Sedangkan menurut Romney et al. (2008:392) siklus penjualan dan

penagihan merupakan serangkaian kegiatan usaha dan pemrosesan operasi

yang terkait dengan penyediaan barang dan jasa untuk para pelanggan dan

mengumpulkan uang pembayaran dari penjualan tersebut.

Menurut Louwers et al. (2008:282) siklus penjualan dan penagihan

terdiri dari pemrosesan pesanan pelanggan, memeriksa kredit, pengiriman

barang, tagihan pelanggan, akuntansi untuk accounts receiveable, dan

mengumpulkan dan akuntansi penerimaan kas.

Page 46: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

28

Dari penjabaran diatas dapat kita ketahui bahwa siklus penjualan dan

penagihan merupakan kegiatan perusahaan yang terdiri menerima pesanan

pelanggan, kemudian melakukan pemeriksaan kredit pelanggan setelah itu

dilanjutkan dengan pengiriman barang ke pelanggan. Yang kemudian

diikuti dengan proses billing dan collecting cash dari hasil penjualan.

5. Efektivitas

Efektivitas adalah suatu kondisi dimana berhubungan dengan

pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Sudarmayanti (2004) dalam

Rahmawati (2008), efektivitas adalah untuk menyatakan bahwa kegiatan

telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti target telah tercapai sesuai

dengan waktu yang ditetapkan dengan menggunakan seluruh sumber daya

dan sarana yang ada.

Menurut Gibson dalam (W. Saragih, 1999) dalam Rahmawati (2008)

efektivitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi

individu, kelompok, dan organisasi. Bila makin dekat prestasi yang dicapai

terhadap prestasi yang diharapkan dikatakan lebih efektif.

Secara singkat kriteria efektivitas adalah sebagai berikut :

a. Merupakan suatu prestasi kerja

b. Tercapainya sasaran, tujuan, dan keberhasilan

c. Menggunakan cara kerja yang baik dan benar

d. Merupakan hasil dari penggunaan sumber daya yang ada

e. Merupakan arti produktivitas dalam bentuk materi ataupun jasa

Page 47: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

29

6. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi

keuangan perusahaan kepada para pengguna informasi laporan keuangan.

Pengertian laporan keuangan menurut IAI dalam kerangka dasar

penyusunan dan penyajian laporan keuangan dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) (2009) adalah bagian dari proses pelaporan

keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,

laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan, dan laporan

lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan

yang berkaitan dengan laporan tersebut, seperti informasi keuangan

segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan

harga, sedangkan menurut Harahap (1995) dalam Wahyudin (2007),

mengartikan laporan keuangan sebagai gambaran kondisi keuangan dan

hasil usaha sesuatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu

tertentu.

Dalam PSAK (2009) tujuan laporan keuangan secara umum adalah

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Selain

itu, laporan keuangan menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas

sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Sedangkan tujuan khusus

laporan keuangan dalam APB Statement No 4 adalah untuk menyajikan

Page 48: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

30

secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi

keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan.

Menurut IAI dalam PSAK 1 Seksi kerangka dasar penyusunan dan

penyajian laporan keuangan menyatakan ada empat karakteristik kualitatif

laporan keuangan, yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dapat

diperbandingkan, yang penjelasannya sebagai berikut:

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung, dalam laporan

keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pengguna.

Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang

memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta

kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukan

dalam laporan keuangan tidak dikeluarkan hanya atas dasar

pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat

dipahami oleh pengguna tertentu.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi

kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi

memiliki relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi

pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,

masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil

evaluasi pengguna di masa lalu.

Page 49: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

31

3. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi

memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,

kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai

penyajian yang tulus atau jujur dari seharusnya disajikan atau yang

secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat diperbandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan

perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi

dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan

laporan keuangan antarperusahaan untuk mengevaluasi posisi

keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh

karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi

dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk

perusahaan tersebut, antarperiode perusahaan yang sama dan untuk

perusahaan yang berbeda.

Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

laporan keuangan merupakan suatu laporan yang digunakan oleh para

pengguna laporan tersebut untuk mengetahui berbagai informasi yang

bermanfaat untuk kepentingan para pengguna laporan keuangan. Jika

laporan keuangan tersebut disalahsajikan, yang disebabkan adanya

kecurangan maka laporan keuangan tersebut menyediakan informasi

Page 50: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

32

yang tidak relevan dan tidak dapat diandalkan. Serta dapat merugikan

para pihak-pihak yang menggunakan laporan keuangan tersebut.

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu telah banyak memberikan masukan serta

kontribusi tambahan. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu.

No. Penelitian,

Tahun

Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Jeffrey

Doyle,

Weili Ge,

Sarah

McVay

(2006)

Determinants of

weaknesses in

internal control

over financial

reporting

Penggunaan

variabel

laporan

keuangan dan

internal control

Variabel

informasi

dan

komunikasi,

serta dalam

penelitian ini

mengguna-

kan metode

penelitian

kuantitatif

Kelemahan

material dalam

internal control

dikarenakan

perusahaan masih

berskala kecil,

kurang

menguntungkan,

lebih komplex,

berkembang

terlalu cepat, atau

sedang dalam

masa

restrukturisasi.

Penemuan ini

konsiten dengan

perusahaan yang

sedang berusaha

dengan

pengendalian atas

laporan keuangan

mereka dengan

kurangnya

sumber daya,

persoalan

akuntansi yang

rumit, dan

perubahan

lingkungan bisnis

yang cepat.

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

Berlanjut ke halaman berikutnya

Page 51: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

33

No. Penelitian,

Tahun

Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

2. Morris,

(2011)

The Impact of

Enterprise

Resource

Planning

(ERP) Systems

on the

Effectiveness of

Internal

Controls over

Financial

Reporting

Pengendalian

internal atas

pelaporan

keuangan

Studi empiris

pada

perusahaan

yang telah

mengimpleme-

ntasikan sistem

ERP

antara1994 dan

2003

dibandingkan

dengan

perusahaan

berdasarkan

industri dan

ukuran yang

sama,

menggunakan

model regresi

probit

Perusahaan yang

mengimplementa

sikan ERP kecil

kemungkinannya

untuk melaporkan

kelemahan

pengendalian

internal

dibandingkan

pada perusahaan

yang tidak

mengimplementa

sikan ERP.

Perbedaan ini ada

baik pengendalian

secara umum

(entity-wide)

maupun tingkat

individu

(account-level)

Tabel 2.1

Lanjutan

Sumber: Diolah dari berbagai referensi

Page 52: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

34

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam

gambar 2.1.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara

Faktor-faktor Penyebab Laporan Keuangan

Tidak Memenuhi Standar

Basis Teori: Teori-teori Auditing

Lemahnya Pengendalian Internal

Pengendalian

Internal

1. Lingkungan

pengendalian

2. Penilian

resiko

3. Aktivitas

pengendalian

4. Informasi

dan

komunikasi

5. pengawasan

Siklus

Penjualan

PT. Pertamina

Efektivitas Dalam

Pembuatan Laporan

Keuangan Perusahaan

Pertamina’s

SOP

Compliance

System

Page 53: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

35

Gambar 2.1 (Lanjutan)

Hasil Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran

Metode Analisis

Perbandingan Kondisi

Aktual Dengan SOP

Gambar 2.1

Skema Kerangka

Pemikiran

Page 54: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang bertujuan untuk

mengetahui penerapan pengendalian internal khususnya informasi dan

komunikasi yang dimiliki oleh perusahaan dalam efektifitas pembuatan

laporan keuangan. Penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina, Jakarta.

B. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan guna

mendukung penelitian ini maka teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah Penelitian Lapangan (Field Research) Studi lapangan merupakan

tipe penelitian yang menguji hubungan korelasional antar variabel dengan

kondisi lingkungan penelitian yang natural dan tingkat keterlibatan peneliti

yang minimal. Teknik ini digunakan untuk mengetahui secara langsung

mengenai prosedur pengendalian internal yang ada di PT. Pertamina

khususnya informasi dan komunikasi dalam efektivitas pembuatan laporan

keuangan pada siklus penjualan.

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Adapun data tersebut diperoleh dengan cara

mengumpulkan data melalui observasi.

Page 55: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

37

C. Metode Analisis Data

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

adalah suatu penelitian yang berusaha menggambarkan atau menjelaskan

secermat mungkin mengenai suatu hal dari data yang ada. Penelitian tidak

terbatas pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi meliputi

analisis dan interpretasi tentang arti data itu menjadi suatu wacana dan

konsklusi dalam berpikir logis, praktis dan teoritis. Penelitian ini terbatas

pada usaha mengungkapkan masalah atau keadaan atau peristiwa

sebagaimana adanya sehingga bersifat mengungkapkan fakta. Pemilihan

metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pembahasan penelitian

ini akan memberikan gambaran peranan sistem pengendalian internal

khususnya informasi dan komunikasi dalam efektivitas pembuatan laporan

keuangan.

Teknik analisis yang dilakukan oleh peneliti ialah pengujian secara

fakta berdasarkan landasan teoritis dan realita yang terjadi ditempat

penelitian. Maksudnya adalah peneliti akan memfokuskan mekanisme

terhadap peranan sistem pengendalian internal khususnya informasi dan

komunikasi dalam efektivitas pembuatan laporan keuangan.

Page 56: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

38

D. Operasional Variabel

No. VARIABEL INDIKATOR

1.

2.

Informasi Dan

komunikasi

Efektivitas Laporan

Keuangan

a) Sistem akuntansi dilaksanakan

dengan baik

b) Penggunaan sistem informasi dan

komunikasi

c) Kualitas sistem informasi dan

komunikasi

d) Informasi yang terintegrasi

e) Menjamin kebutuhan terhadap

kualitas data

f) Kebijakan pimpinan

dikomunikasikan dengan jelas

g) Adanya pemahaman yang baik

tentang peran dan tanggung jawab

individual menganai pengendalian

intern atas Laporan Keuangan

a) Kesesuaian dengan kondisi

perusahaan

b) Full Disclosure

c) Tingkat materialitas

d) Bebas dari Informasi yang bias

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

Sumber: Diolah dari berbagai referensi

Page 57: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

39

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan

Penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina (PERSERO) Pusat di Jl.

Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan

cara melakukan observasi di PT. Pertamina. Selama penelitian, peneliti

berada di bagian controller dan keuangan hilir. Penelitian dilakukan mulai

tanggal 1 Februari 2011 hingga 30 April 2011.

B. Profil Perusahaan

PT PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta notaris

Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan

oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No.C-24025

HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian perusahaan ini

dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-

Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan

Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero),

dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP

No. 31 Tahun 2003 "Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan

Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA) Menjadi

Perusahaan Perseroan (PERSERO)"

Page 58: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

40

Sesuai akta pendiriannya, maksud dari Perusahaan Perseroan adalah

untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di

dalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau

menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut.

Adapun tujuan dari Perusahaan Perseroan adalah untuk:

1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perseroan

secara efektif dan efisien.

2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Agar mencapai maksud dan tujuan tersebut, Perseroan melaksanakan

kegiatan usaha sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil

olahan dan turunannya.

2. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada

pada saat pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas

Bumi (PLTP) yang telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil

menjadi milik perseroan.

3. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas

(LNG) dan produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG.

4. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang

kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1, 2, dan 3.

Page 59: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

41

Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang MIGAS baru,

Pertamina tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli

industri MIGAS dimana kegiatan usaha minyak dan gas bumi diserahkan

kepada mekanisme pasar. Sebagai bagian dari manajemen perubahan yang

tengah digulirkan berkenaan dengan perubahan status hukum Pertamina

menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perseroan, PT Pertamina

(Persero) berkomitmen untuk melaksanakan praktik-praktik Good

Corporate Governance atau Tata Kelola perusahaan yang baik sebagai

bagian dari usaha untuk visi dan misi perusahaan. Pedoman Etika Usaha

dan Tata Perilaku (Code of Conduct) ini merupakan salah satu wujud

komitmen tersebut dan menjabarkan Tata Nilai Unggulan PT Pertamina

(Persero), yaitu Clean (Bersih), Competitive(Berdaya saing), Confident

(Percaya Diri), Customer Focused (Fokus pada Pelanggan), Commercial

(Komersial), dan Capable (Berkemampuan) ke dalam intrepetasi perilaku

yang terkait dengan etika usaha dan tata perilaku.

Etika Usaha dan Tata Perilaku (Code of Conduct) ini disusun untuk

menjadi acuan perilaku bagi Komisaris, Direksi, dan Pekerja sebagai insan

Pertamina dalam mengelola perusahaan guna mencapai visi, misi dan

tujuan perusahaan. Code of Conduct ini terdiri atas 5 (lima) bagian, salah

satunya pada bagian kedua terdapat Standar Etika Usaha. Standar Etika

Usaha ini terdiri atas:

Page 60: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

42

1. Etika Perusahaan dengan Pekerja

Pertamina memperlakukan pekerja secara aspek setara (fair) dan

tidak membedakan suku, agama, dan ras dalam segala aspek.

Pertamina menyadari bahwa pekerja mempunyai peranan dan

kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan perusahaan.

Oleh karena itu, setiap pekerja dituntut dapat berpartisipasi dan

berperan aktif dengan jalan meningkatkan produksi dan produktivitas

kerja melalui hubungan yang dinamis, harmonis, selaras dan seimbang

antara perusahaan dan pekerja. Dalam melaksanakan etika ini,

perusahaan:

a) Mengacu kepada Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dalam hal

kesejahteraan pekerja, kompetisi yang sehat, penyediaan sarana

dan prasarana kerja.

b) Melakukan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) secara konsisten.

c) Memastikan setiap pekerja telah memiliki buku Perjanjian Kerja

Sama (PKB).

d) Menyediakan penasehat hukum kepada pekerja dalam setiap

tahapan proses hukum yang berkaitan dengan tugas dan tanggung

jawabnya di perusahaan yang bukan merupakan pengaduan

perusahaan.

e) Melindungi hak pekerja untuk memilih atau tidak memilih menjadi

anggota Serikat Pekerja.

Page 61: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

43

f) Menempatkan Serikat Pekerja sebagai mitra perusahaan dengan

mengikutsertakan Serikat Pekerja dan atau Federasi Serikat Pekerja

dalam pengambilan keputusan terkait dengan hubungan industrial.

2. Etika Perusahaan dengan Konsumen

Pertamina mengutamakan kepuasan dan kepercayaan konsumen

dengan:

a. Menjual produk sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

b. Membuka layanan konsumen dan menindaklanjuti keluhan

konsumen tanpa diskriminasi terhadap konsumen.

c. Melakukan promosi yang berkesinambungan secara sehat, fair,

jujur, tidak menyesatkan serta diterima oleh norma-norma

masyarakat.

3. Etika Perusahaan dengan Pesaing

Pertamina menempatkan pesaing sebagai pemacu peningkatan diri

dan introspeksi dengan cara:

a. Melakukan market research dan market intelligent untuk

mengetahui posisi pesaing.

b. Melakukan persaingan yang sehat dengan mengedepankan

keunggulan produk dan layanan yang bermutu.

4. Etika Perusahaan dengan Penyedia Barang dan Jasa

Pertamina menciptakan iklim kompetisi yang adil (fair) dan

transparan dalam pengadaan barang dan cara:

Page 62: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

44

a. Menetapkan penyedia barang dan jasa berdasarkan kepada

kemampuan dan prestasi.

b. Melaksanakan pembayaran kepada penyedia barang dan jasa

dengan tepat waktu dan tepat jumlah.

c. Menjatuhkan sanksi yang tegas terhadap penyedia barang dan jasa

yang melakukan pelanggaran.

d. Memelihara komunikasi yang baik dengan penyedia barang dan

jasa termasuk menindaklanjuti keluhan dan keberatan.

e. Memanfaatkan hubungan baik dengan penyedia barang dan jasa

sebagai market intelligent dan competitor intelligent.

f. Menerapkan teknologi pengadaan barang dan jasa terkini

(misalnya e-procurement).

5. Etika Perusahaan dengan Mitra Kerja

Pertamina meningkatkan iklim saling percaya, menghargai, dan

memupuk kebersamaan dengan mitra kerja sesuai dengan kaidah-

kaidah yang berlaku dengan cara:

a. Membuat perjanjian kerja yang berimbang dan saling

menguntungkan dengan mitra kerja dan tidak melanggar aturan dan

prosedur.

b. Mengutamakan pencapaian hasil optimal sesuai standar yang

berlaku dan terbaik.

c. Membangun komunikasi secara intensif dengan mitra kerja untuk

mencari solusi yang terbaik dalam rangka peningkatan kinerja.

Page 63: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

45

6. Etika Perusahaan dengan Kreditur/Investor

Pertamina menerima pinjaman/penanaman modal hanya ditujukan

untuk kepentingan bisnis dan peningkatan nilai tambah perusahaan

dengan cara:

a. Menyediakan informasi yang aktual dan prospektif bagi calon

kreditur/investor.

b. Memilih kreditur/investor berdasarkan aspek kredibiltitas dan

bonafiditas yang dapat dipertanggungjawabkan.

c. Menerima pinjaman/penanaman modal yang diikat melalui

perjanjian yang sah dengan klausul perjanjian yang

mengedepankan prinsip kewajaran (fairness).

d. Memberikan informasi secara terbuka tentang penggunaan dana

untuk meningkatkan kepercayaan kreditur/investor.

e. Menjajaki peluang bisnis dengan kreditur untuk meningkatkan

pertumbuhan perusahaan.

7. Etika Perusahaan dengan Pemerintah

Pertamina berkomitmen untuk memenuhi peraturan perundang-

undangan yang berlaku dengan cara:

a. Membina hubungan dan komunikasi yang baik dengan Pemerintah

Pusat dan Daerah.

b. Menerapkan standar terbaik (best practices) dengan

memperhatikan peraturan yang berlaku mengenai kualitas produk,

kesehatan, keselamatan, lingkungan, dan pelayanan.

Page 64: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

46

8. Etika Perusahaan dengan Masyarakat

Pertamina melaksanakan program sosial dan kemasyarakatan untuk

memberdayakan potensi masyarakat sekitar dan meningkatkan kualitas

serta dapat bersinergi dengan program-program Pemerintah terkait,

dengan cara:

a. Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang program sosial dan

kemasyarakatan serta kebijakan-kebijakan yang relevan.

b. Memberi kesempatan kepada masyarakat yang ingin mengetahui

kegiatan-kegiatan perusahaan dalam batas tertentu dan untuk

mempromosikan produk setempat dalam acara-acara perusahaan.

c. Mengoptimalkan penyaluran program-program bantuan perusahaan

kepada masyarakat.

d. Melarang pekerja memberikan janji-janji kepada masyarakat di

luar kewenangannya.

e. Tidak melakukan tindakan-tindakan yang mengarah kepada

diskriminasi masyarakat berdasar suku, agama, ras, dan antar

golongan.

9. Etika Perusahaan dengan Media Massa

Pertamina menjadikan media massa sebagai mitra dan alat promosi

untuk membangun citra yang baik dengan:

a. Memberikan informasi yang relevan dan berimbang kepada media

massa.

Page 65: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

47

b. Menerima dan menindaklanjuti kritik-kritik membangun yang

disampaikan melalui media massa, namun tetap memperhatikan

aspek risiko dan biaya.

c. Mengundang media massa untuk mengekspos berita tentang

perusahaan.

10. Etika Perusahaan dengan Organisasi Profesi

Pertamina menjalin kerjasama yang baik dan berkelanjutan dengan

organisasi profesi untuk memperoleh informasi perkembangan bisnis,

mendapatkan peluang bisnis dan menyelesaikan permasalahan yang

terjadi dengan:

a. Menerapkan standar-standar yang ditetapkan organisasi profesi.

b. Memberikan perlakuan yang setara terhadap organisasi profesi.

Sesuai dengan Etika Usaha dan Tata Perilaku yang telah diuraikan

sebelumnya maka dasar penelitian ini pun dapat melihat dari standar Code

of Conduct tersebut. Code of Conduct ini pun harus sesuai dengan visi dan

misi perusahaan dan berikut merupakan visi dan misi dari PT Pertamina

(Persero):

Visi:

“Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia”.

Misi:

“Menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan bakar nabati secara

berintegrasi, berdasakan prinsip-prinsip komersial yang kuat”.

Page 66: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

48

PT Pertamina (Persero) ini juga memiliki tata nilai yang dijunjung

tinggi oleh perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Clean (Bersih)

Dikelola secara professional, menghindari benturan kepentingan, tidak

menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas.

Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.

b. Competitive (Berdaya Saing)

Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,

mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar

biaya dan menghargai kinerja.

c. Confident (Percaya diri)

Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor

dalam reformasi BUMN dan membangun kebanggaan bangsa.

d. Customer Focused (Fokus pada Pelanggan)

Berorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk

memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

e. Commercial (Komersial)

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil

keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

f. Capable (Berkemampuan)

Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki

talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun

kemampuan riset dan pengembangan.

Page 67: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

49

Pedoman Tatakelola Perusahaan merupakan acuan penerapan

Good Corporate Governance dalam membuat keputusan, menjalankan

tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, patuh kepada peraturan

perundang-undangan dan kesadaran akan tanggung jawab social

perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Tujuan penerapan GCG adalah:

1. Memaksimalkan nilai perusahaan .

2. Terlaksananya pengelolaan Perusahaan secara professional dan

mandiri;

3. Terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh Organ

Perusahaan yang didasarkan pada nilai moral yang tinggi dan

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. Terlaksananya tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap

stakeholders;

5. Meningkatkan iklim investasi nasional yang kondusif, khususnya

di bidang energi dan petrokimia.

Page 68: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

50

Adapun struktur organisasi PT. Pertamina adalah sebagai berikut:

Head of Internal Audit

President Director &

CEO

Head of integrated

Supply Chain

Head of Corporate

Legal

Corporate Secretary

Head of LNG Business

Director,Investment,

Planning& Risk

Management

Director Refinery

Director General Affairs

Director Finance

Director Human

Resources

Director Marketing &

Trading

Director Upstream

Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT.Pertamina

Sumber: PT. Pertamina

Page 69: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

51

C. Siklus Penjualan PT.Pertamina

Penjualan merupakan salah satu kegiatan dari perusahaan manufaktur,

dimana perusahaan menjual sejumlah barang dagang kepada vendor atau

pihak pembeli berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan didalam

perjanjian jual. Transaksi penjualan diawali ketika perusahaan

mendapatkan permintaan pesanan barang dari perusahaan lain sebagai

pihak pembeli, kemudian perusahaan melakukan penjualan atas sejumlah

barang dagang yang dipesan oleh pihak pembeli, pada umumnya transaksi

penjualan dengan metode perpetual dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Sumber: PT. Pertamina

Transaksi penjualan di PT. Pertamina, dimulai dengan adanya

permintaan atas sejumlah barang tertentu dari pihak pembeli, di PT.

Pertamina hal ini disebut dengan Goods Issue. Ketika Goods Issue telah

diterima oleh PT. Pertamina maka akan dibuat Surat Perjanjian Bersama

(SPB) atas Goods Issue sejumlah barang dagang tertentu berdasarkan

permintaan pihak pembeli. Di dalam Surat Perjanjian Bersama dijelaskan

secara rinci mengenai jumlah dan harga barang dagang yang diperjual

belikan, tata cara penagihan, penyerahan, pembayaran, masa berlakunya

Jurnal Debet Credit

Account Receiveable XXX

Cost of Goods Sold XXX

Sales XXX

Inventory XXX

Tabel 4.1

Jurnal Transaksi Penjualan

Page 70: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

52

Surat Perjanjian Bersama, hak dan kewajiban para pihak yang

melaksanakan perjanjian, serta penyelesaian jika terjadi masalah

dikemudian hari. PT. Pertamina untuk mencatat transaksi tersebut dibantu

dengan menggunakan MY SAP sebagai accounting software, transaksi

tersebut dicatat sebagai berikut:

Jurnal Debet Credit

Clearing Account XXXX

Cost of Goods Sold XXXX

Sales XXXX

Inventory XXXX

Tabel 4.2 diatas menyajikan pencatatan jurnal PT. Pertamina ketika

adanya permintaan atas sejumlah barang tertentu dari pihak pembeli.

Sedangkan pada saat invoicing pencatatan jurnal disajikan pada tabel 4.3

Jurnal Debet Credit

Account Receiveable XXX

Inventory/COGS XXX

Clearing Account XXX

Tabel 4.2

Jurnal Pada Saat PT.Pertamina

Menerima Goods Issue

Tabel 4.3

Jurnal Pada Saat Invoicing

Sumber PT. Pertamina

Sumber: PT. Pertamina

Page 71: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

53

Ketika SPB telah disetujui oleh kedua belah pihak, maka barang yang

diperjual belikan dikirimkan kepada pihak pembeli, prosedur pengiriman

dilaksanakan sesuai dengan syarat yang tercantum dalam SPB. Proses

penagihan dilakukan oleh PT. Pertamina dengan mengirimkan debet

nota/tagihan kepada pihak pembeli berdasarkan jumlah tertentu sesuai

dengan yang tertera didalam SPB.

Sebelum pembayaran dilakukan oleh pihak kedua, pihak kedua

melaksanakan suatu proses yang disebut pencocokan dan penelitian

(COKLIT). Proses pencocokan dan penelitian dimana PT. Pertamina

sebagai pihak pertama selaku penjual barang dagang dan Pihak kedua

sebagai pembeli yang membutuhkan barang yang diproduksi oleh pihak

pertama, saling bertemu untuk mencocokan dan meneliti atas kebenaran

dokumen tagihan, melalui pencocokan terhadap bukti-bukti transaksi baik

bukti fisik maupun yang berada didalam MYSAP.

Setelah proses pencocokan dan penelitian selesai, jika ditemukan

kesalahan atau dokumen kurang lengkap, pihak kedua dapat

mengembalikan dokumen tagihan kepada PT. Pertamina untuk diperbaiki

dan dilengkapi. Kemudian akan ditagihkan kembali kepada pihak kedua

sesuai jumlah yang benar sesuai dengan proses pencocokan dan penelitian

yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak. Setelah debet nota disetujui

oleh pihak kedua, maka proses pembayaran akan dilakukan oleh pihak

kedua sesuai dengan jumlah yang tertera di dalam debet nota yang

dikirimkan oleh PT. Pertamina kepada pihak kedua.

Page 72: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

54

D. Penerapan Pengendalian Internal Komponen Informasi dan

Komunikasi Pada Siklus Penjualan PT. Pertamina

Pada penjualan tunai yang dilakukan oleh PT. Pertamina kepada

pelanggan terkait dengan penjualan BBM terbagi menjadi dua prosedur

yaitu Prosedur Online Payment Banking System (OPBS) dan Prosedur

Non-Online Payment Banking System (Non-OPBS). Dimana Prosedur

OPBS adalah sistem penjualan produk BBM dan Non BBM dengan

pembayaran melalui Bank Persepsi yang Sales Order di-input oleh petugas

Bank Persepsi. Sedangkan Prosedur Non-OPBS adalah sistem penjualan

produk BBM dan Non BBM dengan pembayaran melalui Bank Persepsi

yang Sales Order diproses oleh Fungsi Penjualan.

Page 73: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb
Page 74: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

56

Adapun flowchart untuk prosedur penjualan OPBS sebagai berikut:

No. Prosedur Bank Kas/Bank Instalasi/Depot Hutang/Piutang

1. Menerima setoran dari Pelanggan Pertamina dan membuat

Sales Order dengan sistem OPBS melalui Web-based

Application yang terhubung ke Sistem SAP.

2. Menerima Data Electronic Bank Statement dan Hard Copy

Rekening Koran. Sistem SAP akan meng-create posting

otomatis ke rekening Main Bank dan BIC serta posting

otomatis BIC dan Down Payment Customer dan apabila

proses otomatis gagal, maka dilakukan proses posting secara

manual

3. a. Mencetak Delivery Order dan memproses Good Issue

berdasarkan Delivery Order (PNBP), kemudian sistem SAP

meng-create Billing secara otomatis menghasilkan dokumen

pembukuan rekening Account Receivable dan rekening

sales.

b. Melakukan monitoring terhadap keberhasilan proses

billing otomatis tersebut dan apabila proses otomatis gagal,

maka dilakukan proses billing secara manual.

4. Melakukan proses clearing AR (Account

Receivable) dan memonitor saldo pelanggan penjualan tunai

Gambar 4.2

Flowchart Penjualan Tunai OPBS

1.

2.

3.

4.

Sumber: PT. Pertamina

Page 75: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

57

Berdasarkan gambar 4.2 prosedur OPBS ini dimulai ketika Bank

Persepsi menerima setoran dari Pelanggan Tunai Pertamina, kemudian

sistem SAP melalui Electronic Bank System (EBS) akan secara otomatis

melakukan proses posting Main Bank pada Bank Incoming Clearing

(BIC). Kemudian bank persepsi membuat sales order dengan melalui

sistem OPBS yang terhubung langsung (Web-Based Application) dengan

SAP, sales order dibuat berdasarkan tanggal setor, customer account, dan

nomor aplikasi bukti setor. Fungsi kas/bank Perbendaharaan menerima

Data Electronic Bank Statement dan Hard Copy Rekening Koran. Sistem

SAP akan mengcreate/ Posting Otomatis dari transaksi pelunasan

Pelanggan ke rekening BIC dan Account Receivable Pelanggan.

Kemudian Fungsi Penjualan-Instalasi/Depot mencetak delivery order,

dan memproses goods issue sesuai dengan delivery order. Kemudian

sistem SAP meng-create Billing secara otomatis menghasilkan dokumen

pembukuan rekening Account Receivable dan rekening sales. Bagian

instalasi/depot melakukan melakukan monitoring terhadap keberhasilan

proses billing otomatis tersebut dan apabila proses otomatis gagal, maka

dilakukan proses billing secara manual. Pada akhirnya Sistem SAP akan

melakukan proses clearing AR secara otomatis, apabila gagal maka fungsi

hutang/piutang yang akan melakukan proses manual serta memonitoring

saldo akun penjualan tunai pelanggan.

Adapun flowchart untuk prosedur penjualan Non-OPBS sebagai

berikut:

Page 76: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

58

No. Prosedur Bank Kas/Bank Instalasi/Depot Hutang/Piutang

1. Menerima setoran dari Pelanggan

Pertamina, dan sistem SAP akan

meng-create pembukuan Main Bank pada

BIC secara otomatis

2. Menerima Data Electronic Bank Statement

dan Hard Copy Rekening Koran. Sistem

SAP akan meng-create pembukuan BIC

pada Down Payment Customer.

3. a. Membuat Sales Order dan mencetak

Delivery Order

b. Memproses Good Issue berdasarkan

Delivery Order (PNBP), kemudian sistem

SAP meng-create Billing secara otomatis

menghasilkan dokumen pembukuan

rekening Account Receivable dan rekening

sales.

c. Melakukan monitoring terhadap

keberhasilan proses billing otomatis tersebut

dan apabila proses otomatis gagal, maka

dilakukan proses billing secara manual.

4. Melakukan proses clearing AR (Account

Receivable) dan memonitor saldo

pelanggan penjualan tunai

Gambar 4.3

Flowchart Penjualan Tunai Non-OPBS

1.

2.

3.

4.

Sumber: PT. Pertamina

Page 77: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

59

Berdasarkan gambar 4.3 untuk penjualan tunai Non-OBPS, prosedur

dimulai ketika Bank Persepsi menerima setoran dari Customer Tunai

Pertamina, kemudian sistem SAP melalui EBS akan secara otomatis

melakukan proses posting Main Bank pada BIC. Kemudian Fungsi

Kas/Bank – Perbendaharaan menerima Data Electronic Bank Statement

dan Hard Copy Rekening Koran. Sistem SAP akan mengcreate/ Posting

Otomatis dari transaksi pelunasan pelanggan ke rekening BIC dan Account

Receivable Pelanggan.

Fungsi penjualan/depot membuat sales order, mencetak delivery

order, dan memproses goods issue berdasarkan delivery order. Pada saat

yang sama sistem SAP meng-create billing secara otomatis dan

menghasilkan dokumen pembukuan rekening Account Receivable dan

rekening sales. Kemudian fungsi penjulan/depot melakukan monitoring

terhadap keberhasilan proses billing otomatis tersebut dan apabila proses

otomatis gagal, maka dilakukan proses billing secara manual. Pada

akhirnya sistem SAP akan melakukan proses clearing AR secara otomatis,

apabila gagal maka fungsi hutang/piutang yang akan melakukan proses

manual serta memonitoring saldo akun penjualan tunai pelanggan.

PT. Pertamina selain melaksanakan penjualan BBM dan Non-BBM

tunai dengan pelanggan, PT.Pertamina juga melaksanakan penjualan BBM

dan Non-BBM dengan instansi pemerintah. Adapun flowchart untuk

prosedur penjualan kepada instansi pemerintah sebagai berikut:

Page 78: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

60

No Prosedur Pemasaran dan

Niaga

Fungsi Penjualan

Unit Instalasi/Depot

Hutang/piutang

Niaga Unit

Keuangan

Hilir

1 Menerima daftar pesanan barang dari TNI

kemudian mengirimkan kepada fungsi

penjualan unit

2 Meneruskan daftar pesanan barang ke

instalasi/depot, dan memonitor realisasi

penyerahan produk ke TNI

3 a. Membuat sales order berdasarkan surat

pesanan barang. Membuat delivery

order dan memproses goods issue. MY

SAP secara otomatis meng-create

billing yang mengahasilkan dokumen

b. Membuat PB 221 berdasarkan delivery

order yang ditanda tangani oleh Satuan

Pemakai-TNI dan Pertamina serta

mengirimkannya ke keuangan unit

4 Memindahbukukan account receivable dan

mengirimkan ke keuangan hilir dengan

dilampirkan PB 221 asli serta memonitor

saldo hutang piutang TNI di unit yang

bersangkutan

5 a. Membuat debet nota sebagai penagihan

kepada TNI serta melakukan

monitoring terhadap saldo piutang TNI

b. Melakukan pencocokan dan penelitian

(COKLIT) setiap triwulan

1.

2

4

5

3

Gambar 4.4

Flowchart Penjualan Tunai Kepada Instansi Pemerintah

Sumber: PT. Pertamina

Page 79: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

61

Berdasarkan gambar 4.4, adapun prosedur penjualan dan pengendalian

yang dilaksanakan oleh PT.Pertamina diawali ketika fungsi pemasaran dan

niaga menerima daftar SA (Surat Alokasi) /SP2M (Surat Perintah

Penyaluran Minyak) /SP3M (Surat Perintah Pelaksanaan Pengambilan

Minyak) dari instansi pemerintah, kemudian mengirimkan ke fungsi

penjualan unit. Kemudian fungsi penjualan unit meneruskan daftar

SA/SP2M/SP3M ke instalasi/dept/DPPU, dan memonitor realisasi

penyerahan produk kepada instansi pemerintah. Kemudian fungsi

penjualan unit membuat sales order, mencetak delivery order, dan

memproses goods issue berdasarkan delivery order. Setelah itu, fungsi

Kas/Bank – Perbendaharaan menerima Data Electronic Bank Statement

dan Hard Copy Rekening Koran. Sistem SAP akan mengcreate/ Posting

Otomatis dari transaksi pelunasan Pelanggan ke rekening BIC dan Account

Receivable Pelanggan. Kemudian instalasi/depot/DPPU membuat PB 221

(bukti penyerahan BBM kepada pihak instasi pemerintah) berdasarkan

delivery order yang ditandatangani oleh Satuan Pemakai (SATKAI)

instansi pemerintah dan PT.Pertamina, serta mengirimkannya ke keuangan

unit.

Selanjutnya fungsi hutang piutang niaga unit memindah bukukan

account receiveable ke keuangan distribusi hilir dilampiri PB 221 serta

melakukan monitoring dan memastikan saldo account receiveable

customer instansi pemerintah tidak ada outstanding. Pada akhirnya fungsi

keuangan distribusi hilir membuat debet nota sebagai penagihan kepada

Page 80: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

62

instansi pemerintah serta melakukan monitoring terhadap saldo piutang

instansi pemerintah di Distribusi Hilir. Kemudian fungsi keuangan

Distribusi Hilir, fungsi keuangan unit dan instansi pemerintah melakukan

Pencocokan dan Penelitian (COKLIT), yang kemudian setelah customer

melakukan pelunasan maka fungsi controller Distribusi Hilir melakukan

Clearing manual atas account receiveable.

E. Permasalahan-Permasalahan yang Terjadi Terkait Transaksi

Penjualan PT. Pertamina

Masalah-masalah yang terjadi berkaitan transaksi penjualan di PT.

Pertamina ialah sebagai berikut:

1. Tidak Dilakukannya Rekonsiliasi Angka Penjualan untuk

Costumer Credit

Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap beberapa costumer

kredit, beberapa customer kredit telah melakukan rekonsiliasi hutang

piutang atas penjualan yang dilakukan antara manajemen dengan

customer kredit tersebut. Namun tidak diikuti dengan rekonsiliasi

jumlah penjualannya. Sehingga antara jumlah penjualan di tahun

berjalan yang dijadikan dasar pembuatan berita acara rekonsiliasi

hutang piutang tidak sama dengan jumlah yang tercatat di General

Ledger akun penjualan (MY SAP). Berikut ini hasil perbedaan

penjualan tersebut:

Page 81: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

63

Dari tabel 4.4, dapat kita ketahui bahwa perbedaan tersebut

mengakibatkan adanya perbedaan antara jumlah penjualan berita acara

dengan jumlah yang tercatat di GL akun penjualan (MY SAP). Pada

umumnya proses rekonsiliasi dibagian pemasaran lebih difokuskan

terhadap angka hutang piutang sehingga tidak dilakukan rekonsiliasi

terhadap jumlah penjualan sehingga mengakibatkan seringnya terjadi

perbedaan dari penjualan kepada pihak pembeli.

2. Surat Pengantar Pengiriman (Surat Jalan) Tidak diarsip,

Keterlambatan dalam Pembuatan Faktur Komersial, dan Sales

Order Penjualan Pelumas.

Setiap akan dilakukan pengiriman BBM industri dari depot,

fungsi penjualan di depot akan menerbitkan surat jalan. Surat jalan

dibuat 4 rangkap, rangkap pertama untuk di file oleh pertamina dan 2,

3, 4 untuk pelanggan. Namun kenyataan yang terjadi dilapangan tidak

No. Nama Customer

Jumlah Penjualan

(Dalam Ribuan)

Per Berita

Acara Per MY SAP Perbedaan

1. PT. Indonesia Power (11.686.562) (11.610.199) 76.363

2. PT. Pembangkitan Jawa Bali (8.532.428) (8.550.246) (17.818)

3. PT. PLN (Persero) (19.370.554) (19.395.158) (24.594)

TOTAL (39.589.554) (39.555.603) 33.951

Tabel 4.4

Transaksi Penjualan

Sumber PT. Pertamina

Page 82: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

64

terdapat arsip surat jalan atas pengiriman produk BBM yang telah

ditandatangani oleh pihak Pertamina maupun transportir dan

pelanggan.

Hal ini disebabkan karena peraturan surat jalan baru diberlakukan

pada tahun 2009, namun sosialisasi atas pembuatan dan pengarsipan

dokumen ini masih kurang, sehingga fungsi penjualan di depot belum

memahami benar prosedur atas pembuatan dan penyimpanan

dokumen surat jalan ini. Selain itu, terdapat beberapa faktur komersial

dibuat melebihi tanggal jatuh tempo invoice tersebut, yaitu 30 hari

dari tanggal BL hal ini disebabkan karena keterlambatan atas

pengumpulan dokumen-dokumen yang menjadi dasar untuk

pembuatan commercial invoice yaitu diantaranya dokumen BL. Jika

dokumen tersebut belum tersedia, maka fungsi keuangan belum dapat

membuat dan mengirim commercial invoice. Sehingga mengakibatkan

keterlambatan atas penerimaan dari penjualan pelumas ekspor.

Adanya keterlambatan pembuatan sales order terkait dengan

penjualan pelumas ekspor di MY SAP, dimana sales order dibuat

setelah dilakukan pengiriman. Keterlambatan ini disebabkan karena

fungsi penjualan baru mendapatkan informasi final pengiriman barang

setelah barang tersebut dikirim. Hal ini menyebabkan fungsi penjualan

di depot tidak dapat melakukan goods issue di MY SAP pada saat

pengiriman telah dilakukan, dampak berikutnya ialah proses billing

secara otomatis di MY SAP juga terlambat karena proses billing

Page 83: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

65

didasarkan pada proses goods issue. Hal ini dapat mengakibatkan

terlambatnya pengakuan penjualan dan biaya terkait.

3. Adanya Kesalahan Master Data Konsumen Sehingga Ada

Pelanggan yang diakui Sebagai Pelanggan Pihak

Intercompany/Hubungan Istimewa ataupun Sebaliknya.

Adanya penjualan BBM ke pihak ketiga namun dicatat sebagai

penjualan pelanggan inter company. Hal ini dikarenakan master data

pelanggan tidak di-review secara periodik, sehingga menyebabkan

penyajian penjualan berdasarkan kelompok pelanggan menjadi tidak

akurat. Sebagai contoh penjualan pelumas ke Pertamina EP yang

merupakan perusahaan konsolidasian, penjualan dari bulan Januari

sampai juli sebesar Rp.15.277.209.745, diklasifikasikan sebagai

penjualan ke pihak ketiga. Hal ini disebabkan karena terjadinya

kesalahan setting master data pelanggan di dalam MY SAP. Selain itu

fungsi penjualan tidak melakukan review atas detail penjualan. Dari

permasalahan ini mengakibatkan jumlah penjualan ke Pertamina EP

tidak akan sama dengan jumlah yang dicatat oleh Pertamina EP, hal

ini menyebabkan angka penjualan dan biaya tidak dapat di eliminasi.

4. Adanya Sejumlah Tertentu Pada General Ledger Akun Discount

dan Margin yang Tidak Teridentifikasi Nama Produknya.

Sejumlah angka diskon dan margin yang tidak teridentifikasi

nama produknya adalah sebagi berikut:

Page 84: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

66

GL Account Jumlah

4001112000 Discount – Domestic Sale –

3rd Party

(38.945.700)

4001130000 Margin – Domestic Sales –

ICT

6.065.169.200

4001132000 Margin – Domestic Sales –

3rd Party

8.181.501.595

Total 14.197.725.095

Tidak teridentifikasinya nama produk disebabkan adanya

transaksi pemberian diskon dan margin melalui prosedur yang tidak

sesuai dengan prosedur yang semestinya sehingga nama produk tidak

dapat diinput. Hal ini mengakibatkan tidak dapat diketahuinya saldo

diskon dan margin BBM menurut nama produk dapat menyebabkan

tidak dapat disajikannya secara akurat penjualan bersih per nama

produk.

5. Terdapat Pencatatan Ganda PPN Keluaran Atas Penjualan.

Adanya pencatatan ganda atas transaksi penjualan propylene

bulan april 2009, jurnal yang terjadi adalah sebagai berikut:

Account Debet Kredit

Piutang Usaha US$ 11.545.221,67 -

Penjualan - US$ 10.495.656,06

Hutang PPN Keluaran - US$ 1.049.565,61

Tabel 4.6

Pencatatan Jurnal Penjualan

Sumber PT. Pertamina

Sumber PT. Pertamina

Tabel 4.5

Transaksi Yang Tidak teridentifikasi Nama Produknya

Page 85: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

67

Pada tabel 4.6 merupakan jurnal pencatatan pada saat terjadinya

penjualan secara tunai sebesar US$ 11.545.221,67, yang telah

termasuk hutang PPN keluaran sebesar US$ 1.049.565,61.

Account Debet Kredit

Kas US$ 1.049.565,61 -

Piutang Usaha - US$ 1.049.565,61

Piutang PPN Keluaran US$ 1.049.565,61 -

Hutang PPN Keluaran - US$ 1.049.565,61

Jurnal kedua mencatat kembali hutang PPN keluaran yang

sebenarnya telah dicatat dalam jurnal pertama. Sehingga menimbulkan

adanya pencatatan ganda PPN keluaran. Disamping itu, jurnal kedua

tersebut juga menimbulkan piutang PPN keluaran yang tidak akan

dapat ditagih. Hal ini kemungkinan disebabkan terjadi kesalahan pada

sistem MY SAP yang mencatat transaksi tersebut sebagai penerimaan

dimuka atas penjualan secara tunai. Sehingga secara otomatis

membuat jurnal pengakuan PPN keluaran sebagaimana lazimnya

penjulan secara tunai.

Tabel 4.7

Penerimaan Pembayaran PPN

Sumber: PT. Pertamina

Page 86: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

68

6. Pengakuan Penjualan Pelumas Ekspor untuk Sistem Pengiriman

FOB Shipping Point & C&F (Cost and Freight).

Tidak terdapat perbedaan pengakuan tanggal penjualan yang

menggunakan sistem pengiriman FOB Shipping Point dengan

pengiriman yang menggunakan sistem Cost & Freight. Penjualan dari

kedua sistem pengiriman tersebut diakui berdasarkan tanggal BL yaitu

ketika barang selesai diloading dan siap dikapalkan. Hal ini

disebabkan belum adanya tata cara mengenai perbedaan tanggal

pengakuan untuk pengiriman barang menggunakan FOB Shipping

Point dan C&F.

7. Pelaksanaan Penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) Kepada

Instansi Pemerintah Seperti Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Kegiatan pencatatan ini dimulai ketika TNI melakukan

pemesanan BBM kepada PT. Pertamina, yang kemudian disusul

dengan penjualan BBM kepada TNI dan setelah itu invoice pun

diterbitkan. Disamping itu, PT. Pertaminan pun harus melakukan

kegiatan rekonsiliasi untuk mencocokan jumlah BBM yang dikirim

dengan jumlah BBM dan pelumas yang dipesan. Setelah rekonsiliasi

selesai maka dapat dilakukan pembayaran dan jika tidak terdapat

kecocokan jumlah dalam tersebut, maka revisi invoice pun diterbitkan

kembali.

Dalam perjanjian yang dilakukan antara PT. Pertamina sebagai

pihak pertama dan TNI sebagai pihak kedua yang membutuhkan BBM

Page 87: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

69

serta pelumas. Dalam persetujuan bersama ini, barang dagang yang

diperjual belikan ialah bahan bakar minyak (BBM) dan Pelumas.

Pembayaran dan pemesanan dilakukan terbagi menjadi 3 triwulan.

Transaksi jual beli dicatat ketika PT. Pertamina sebagai pihak

pertama menerima Goods Issue dari TNI sebagai pihak kedua. Oleh

PT. Pertamina transaksi ini dicatat sebagai berikut:

Dari tabel 4.8 dapat kita ketahui bahwa PT. Pertamina mencatat

transaksi penjulan BBM dan pelumas ke TNI sebesar

Rp616.440.475.000. Tagihan triwulan PT. Pertamina mengirimkan

Debet Nota kepada TNI sebesar Rp616.440.475.000,-. Di lain pihak,

TNI membentuk Tim yang berfungsi untuk melakukan pencocokan

dan penelitian terhadap debet nota/tagihan PT. Pertamina untuk

Triwulan 1 2010. Proses pencocokan dan penelitian dilakukan untuk

melakukan pencocokan dan penelitian terhadap transaksi-transaksi

yang dilakukan antara PT. Pertamina dan TNI. Proses pencocokan dan

penelitian terbagi dalam dua metode yaitu pencocokan dan penelitian

Jurnal Debet Kredit

Clearing Account 616.440.475.000 -

Sales - 616.440.475.000

Tabel 4.8

Jurnal Pada Saat PT Pertamina Menerima Goods Issue dari TNI

Sumber PT. Pertamina

Page 88: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

70

manual dan pencocokan dan penelitian di MYSAP. Dalam

pencocokan dan penelitian manual, tim pencocokan dan penelitian

yang terdiri dari pihak TNI dan pihak pertamina yang diwakilkan oleh

Divisi Keuangan oleh Direktur Hutang dan Piutang melakukan

pencocokan dan penelitian terhadap dokumentasi yang berkaitan

dengan transaksi

Sedangkan proses pencocokan dan penelitian di MY SAP ialah

dengan cara melakukan penelusuran kembali atas transaksi yang telah

tercatat di MY SAP. Transaksi yang ditelusuri ialah yang

berhubungan dengan transaksi antara PT. Pertamina dengan TNI yang

kemudian dicocokan dengan bukti fisik yang berhubungan dengan

transaksi tersebut. Kesulitan yang dihadapi ialah jumlah transaksi

penjualan yang dilakukan oleh PT. Pertamina dengan nilai transaksi

yang begitu besar sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama

untuk melakukan proses pencocokan dan penelitian ini.

Dari hasil pencocokan dan penelitian yang dilakukan TNI

terhadap transaksi penjualan BBM dan Pelumas dengan PT.

Pertamina. Diperoleh bahwa, nilai yang seharusnya dibayar oleh TNI

kepada PT. Pertamina ialah sebesar Rp610.883.609.057,- Dari hasil

pencocokan dan penelitian ini terdapat ketidak cocokan angka dengan

jumlah yang tercatat di PT.Pertamina dengan nilai sebesar

Rp616.440.479.357,- dengan jumlah hasil pencocokan dan penelitian

yang dilakukan oleh TNI sebesar Rp.610883.609.057,-. Oleh karena

Page 89: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

71

itu terdapat selisih sebesar Rp5.556.870.300,-. Yang kemudian PT.

Pertamina harus melakukan revisi terhadap proses invoicing sebesar

Rp610.883.609.057,- sesuai dengan hasil pencocokan dan penelitian

serta mencatat di MY SAP sebagai berikut:

Dari hasil pencocokan dan penelitian yang dilakukan oleh TNI

diatas, PT. Pertamina mengalami kerugian sebesar Rp5.556.870.300,-.

Dari salah satu contoh nyata dari ratusan transaksi yang dilakukan

oleh PT.Pertamina terkait dengan transaksi yang berkaitan dengan

penjualan BBM, Pelumas, dan bahan baku lainnya. Dapat kita ketahui

bahwa pencatatan transaksi yang dilakukan PT. Pertamina kurang

efektif, sehingga seringkali menimbulkan jumlah yang tidak sama

dengan jumlah yang dibayarkan oleh klien PT. Pertamina. hal ini

disebabkan kurangnya pengawasan arus informasi dan komunikasi di

dalam proses pencacatan transaksi hingga terbentuknya laporan

keuangan.

Jurnal Debet Kredit

Account Receiveable 610.883.609.507 -

Inventory/COGS 5.556.870.300 -

Clearing Account - 616.440.475.000

Tabel 4.9

Jurnal Pada Saat Invoicing Berdasarkan

Hasil Pencocokan dan Penelitian

Sumber PT. Pertamina

Page 90: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

72

Dari permasalahan di atas, selama ini PT. Pertamina tidak

memiliki tindakan lebih lanjut untuk mengurangi atau menanggapi

masalah ini. Tindakan yang sudah dilakukan pertamina selama PT.

Pertamina selama ini hanyalah menyamakan akun yang berbeda

secara paksa dan membiarkan nilai yang berbeda di dalam Clearing

Account.

Hal ini yang menyebabkan Clearing Account tidak pernah kosong

yang disebabkan sering terjadinya selisih. Selain itu PT. Pertamina

tidak mengetahui secara pasti mengenai selisih jumlah yang tercatat di

dalam Clearing Account dan nilai-nilai tersebut secara otomatis akan

semakin membesar.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di PT.

Pertamina, bahwa dalam akun Clearing account yang menjadi akun

sementara untuk mencatat transaksi sebelum terjadi pelunasan atas

transaksi penjualan oleh pembeli. Kondisi dari akun ini di MY SAP

mencatat berbagai transaksi penjualan dengan nilai-nilai yang cukup

material, akun ini akan menjadi 0 (nol) bila pembeli telah melunasi

pembayaran. Namun, kenyataan yang terjadi dalam akun ini, bahwa

Clearing account tidak pernah dalam kondisi 0 (nol), pembeli sering

tidak sama dengan nilai yang diajukan oleh PT. Pertamina melalui

debet nota atau tagihan Pertamina. Sehingga PT. Pertamina sering

kehilangan sejumlah nilai yang cukup material akibat adanya

kelemahan dalam pencatatan di Clearing account.

Page 91: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

73

Dari beberapa masalah diatas dapat kita ketahui, bahwa arus

Informasi dan komunikasi atas sistem informasi akuntansi di PT.

Pertamina kurang berjalan efektif. Terbukti adanya kesalahan yang

diakibatkan kurang pemberian informasi mengenai prosedur/ tata

kerja yang baru, misscommunication antar pihak penjualan dengan di

lapangan, serta kurangnya pengawasan di arus informasi dan

komunikasi. Jika dilihat mungkin ini permasalahan yang tidak terlalu

besar, namun pada kenyataannya kesalahan ini dapat mengakibatkan

hilang asset yang cukup material, sehingga mampu merugikan pihak

terkait.

F. Saran Perbaikan Untuk PT.Pertamina

Berikut ini adalah saran perbaikan yang diberikan oleh penulis

berdasarkan masalah yang terjadi di PT.Pertamina ialah sebagai berikut:

1. Tidak dilakukannya Rekonsiliasi Angka Penjualan Untuk Costumer

Credit.

Pada umumnya, di PT. Pertamina dalam proses rekonsiliasi

berdasarkan pedoman pertanggung jawaban laporan keuangan unit

usaha di PT. Pertamina. “laporan keuangan unit harus disajikan

setelah melalui proses rekonsiliasi dan perhitungan fisik.” Rekonsiliasi

yang dilakukan meliputi:

a. Rekonsiliasi saldo bank

b. Rekonsiliasi rekening koran antar unit

Page 92: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

74

c. Rekonsiliasi arus minyak antar unit

d. Rekonsiliasi hutang piutang dengan anak perusahaan

Dimana proses rekonsiliasi ini sendiri bertujuan untuk mencocokan

saldo dengan jumlah yang sesungguhnya terjadi di lapangan atau di

dokumen. Penyebab masalah ini seperti yang telah diutarakan di

pembahasan sebelumnya, dikarenakan di unit pemasaran lebih

memfokuskan rekonsiliasi terhadap hutang piutang sehingga tidak

melakukan rekonsiliasi terhadap penjualan.

Oleh karena itu, disarankan kepada PT. Pertamina agar selain

melakukan rekonsiliasi atas hutang piutang, juga perlu melakukan

rekonsiliasi atas penjulan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa

saldo-saldo yang berada di akun penjualan yang di catat di MY SAP

telah sama dan sesuai berdasarkan berita acara sehingga mehindari

terjadinya perbedaan yang cukup material dalam transaksi penjualan.

2. Surat Pengantar Pengiriman (Surat Jalan) Tidak diarsip,

Keterlambatan dalam Pembuatan Faktur Komersial dan Sales Order

Penjualan Pelumas.

Terkait dengan masalah tidak diarsipnya surat pengantar

pengiriman. Berdasarkan pedoman manajemen PT. Pertamina, yang

mencakup pembahasan mengenai pengelompokan dokumen

berdasarkan usia simpan dan penyimpanan dokumen. Bahwa

hendaknya surat jalan tersebut harus disimpan dengan baik oleh PT.

Pertamina sebagai arsip yang mendukung dokumen terkait dengan

Page 93: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

75

penjualan. Berdasarkan penjabaran masalah di pembahasan

sebelumnya disarankan agar PT. Pertamina mengenai surat jalan

hendaknya ditangani oleh pihak yang memiliki otorisasi dari PT.

Pertamina, transportir, dan pelanggan.

Untuk permasalahan keterlambatan dalam pembuatan faktur

komersial, untuk penjualan pelumas ekspor jatuh tempo invoice

adalah 30 hari setelah tanggal BL. Sehingga invoice bisa langsung

dibuat dan dikirim tidak lama setelah BL. Berdasarkan penjabaran

masalah di pembahasan sebelum, dalam pembuatan commercial

invoice dibutuhkan dokumen BL yang menjadi salah satu dasar

pembuatan. Namun dokumen tersebut terlambat dikumpulkan

sehingga pembuatan commercial invoice menjadi tertunda. Oleh

karena itu, disarankan kepada PT.Pertamina khususnya kepada fungsi

penjualan agar dilakukan pengumpulan dokumen tersebut setelah

pengiriman dilakukan agar commercial invoice dapat langsung dibuat.

Untuk permasalahan keterlambatan pembuatan sales order

penjualan pelumas, sales order hendaknya dibuat di MY SAP setelah

terjadi kesepakatan penjualan dengan pelanggan mengenai kuantiti,

harga, dan jadwal pengiriman. Saat barang keluar dari depot, fungsi

penjualan di depot akan melakukan proses goods issue di mY SAP,

dengan me-refer sales order yang telah dibuat, yang kemudian secara

otomatis dilakukan proses billing untuk mengakui penjualan dan

piutang. Namun pada kenyataannya berdasarkan pembahasan di atas,

Page 94: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

76

adanya keterlambatan pembuatan sales order yang dibuat setelah

barang dikirim. Disarankan kepada PT. Pertamina agar sales order

sebelum dilakukan pengiriman barang. Sehingga selain dapat

memonitor sales order yang belum dikirim barangnya, juga agar tidak

terjadi keterlambatan dalam pengakuan piutang, penjualan dan biaya

terkait.

3. Adanya Kesalahan Master Data Konsumen Sehingga Ada Pelanggan

Yang diakui Sebagai Pelanggan Pihak Intercompany/Hubungan

Istimewa Atau Pun Sebaliknya.

Terkait dengan masalah yang telah dijabarkan diatas, maka

disarankan kepada PT.Pertamina sebaiknya dilakukan review atas

master data pelanggan secara periodik. Sehingga master data

pelanggan menjadi akurat dan tidak menimbulkan salah klasifikasi

pelanggan, serta untuk mencegah perbedaan yang terdapat di MY

SAP.

4. Adanya Sejumlah Tertentu Pada General Ledger Akun Discount dan

Margin Yang Tidak Teridentifikasi Nama Produknya.

Saran untuk PT. Pertamina, agar hendaknya diskon dan margin

penjualan BBM disajikan per nama produk sehingga dapat di

atribusikan ke setiap nama produknya secara akurat.

Page 95: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

77

5. Pencatatan Ganda PPN Keluaran Atas Penjualan.

Account Debet Kredit

Kas US$ 1.049.565,61 -

Piutang Usaha - US$ 1.049.565,61

Piutang PPN Keluaran US$ 1.049.565,61 -

Hutang PPN Keluaran - US$ 1.049.565,61

Berdasarkan masalah yang telah dijabarkan dalam pembahasana

sebelumnya. Pada transaksi pada saat penerimaan pembayaran PPN

seharusnya tidak menimbulkan jurnal piutang PPN keluaran dan

hutang PPN keluaran sebesar US$ 1.049.565,61 karena hutang PPN

telah dicatat dalam transaksi penjualan sebesar US$ 1.049.565,61.

Account Debet Kredit

Piutang Usaha US$ 11.545.221,67 -

Penjualan - US$ 10.495.656,06

Hutang PPN Keluaran - US$ 1.049.565,61

Sumber PT. Pertamina

Tabel 4.11

Penerimaan Pembayaran PPN

Sumber PT. Pertamina

Tabel 4.10

Pencatatan Jurnal Penjualan

Page 96: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

78

Maka saran kepada PT.Pertamina ialah membuat jurnal koreksi

sebagai berikut:

Account Debet Kredit

Hutang PPN Keluaran US$ 1.049.565,61 -

Piutang PPN Keluaran - US$ 1.049.565,61

Pada tabel 4.12 merupakan jurnal koreksi yang berfungsi untuk

menutup hutang PPN keluaran dan piutang PPN keluaran sebesar US$

1.049.565,61.

Adapun saran lain yang ditujukan kepada PT. Pertamina ialah agar

menambahkan pengawasan yang lebih baik terhadap sistem MY SAP

terutama terhadap akun-akun yang dibuat secara otomatis. Sehingga

untuk mencegah terulangnya kesalahan transaksi seperti di atas.

6. Pengakuan Penjualan Pelumas Ekspor Untuk Sistem Pengiriman FOB

Shipping Point & C&F (Cost and Freight)

Berdasarkan masalah yang telah dijabarkan pada pembahasan

sebelumnya. FOB Shipping Point adalah metode pengiriman barang

dimana titik serah barang adalah saat barang sampai di pelabuhan

penjual dan siap di-loading ke kapal. Pada saat itulah seharusnya

diakui. Sedangkan C&F atau Cost and Freight adalah sistem

pengiriman dimana titik serah barang adalah saat sampai ditangan

Tabel 4.12

Jurnal Koreksi Atas Transaksi

Penerimaan Pembayaran

Diolah dari berbagai sumber

Page 97: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

79

pembeli (pelabuhan pembeli) dan pada saat itulah penjualan tersebut

diakui. Namun kenyataan yang terjadi tidak terdapat perbedaan

pengakuan penjualan antara sistem FOB shipping point dengan Cost

and Freight.

Oleh karena itu, disarankan kepada PT. Pertamina hendaknya

dalam pengakuan penjualan PT.Pertamina memperhatikan sistem

pengiriman barang, sehingga penjualan dapat diakui pada waktu yang

tepat.

7. Pelaksanaan Penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) Kepada Instansi

Pemerintah Seperti Tentara

Terkait dengan permasalahan ini, pedoman atau Tata Kelola

Organisasi (TKO) terkait dengan penjualan dengan pihak TNI di PT.

Pertamina. Bahwa setelah dilakukannya proses pengiriman debet nota

maka akan dilakukan proses pencocokan dan penelitian (COKLIT).

Merujuk pada permasalahan sebelumnya, hendaknya PT. Pertamina

juga melakukan rekonsiliasi terhadap penjualan, yang berfungsi untuk

mendukung dari rekonsiliasi dari hutang piutang.

Selain itu, peneliti menyarankan kepada PT.Pertamina untuk

mengawasi lebih ketat setiap pencatatan terkait dengan penjualan

beserta perubahan angka penjualan. Sehingga dalam proses

pencocokan dan penelitian dapat ditelusuri dengan baik atas saldo

penjualan tersebut.

Page 98: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

80

Dalam proses pengiriman barang hendaknya dilakukan

pengawasan yang lebih ketat terhadap jumlah barang yang dikirim ke

pelanggan. Hal ini untuk memperkecil kemungkinan terjadinya

“kebocoran” dalam proses pengiriman.

Berikut ini ringkasan saran yang diberikan kepada PT.Pertamina

terhadap masalah yang terkait dengan sistem informasi dan

komunikasi di siklus penjualan, ialah sebagai berikut:

No. Permasalahan Saran

1. Tidak

dilakukannya

Rekonsiliasi Angka

Penjualan Untuk

Costumer Credit

Sebaiknya ketika dilakukan

rekonsiliasi hutang-piutang

dilakukan pula rekonsiliasi jumlah

pebnjualannya unutk memastikan

jumlah penjualan yang ada dalam

berita acara telah sesuai dengan

angka penjualan yang dicatat dalam

MY SAP

2. Surat Pengantar

Pengiriman (Surat

Jalan) Tidak

diarsip,

Keterlambatan

Dalam Pembuatan

Faktur Komersial,

Sales Order

Penjualan Pelumas.

Surat jalan hendaknya

ditandatangani oleh pihak yang

memiliki otorisasi yaitu pihak

pertamina, transportir dan

pelanggan. Surat jalan tersebut

berikut dokumen terkait lainnya

seperti LO harus diarsip dengan

rapi oleh pertamina

Fungsi penjualan hendaknya segera

mengumpulkan dokumen tersebut

setelah dilakukan pengiriman,

setelah itu commercial invoice

dapat segera dibuat dan diterima

pembayaran dari pelanggan.

Tabel 4.13

Saran Perbaikan

Berlanjut ke halaman berikutnya

Page 99: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

81

No. Permasalahan Saran

SO hendaknya dibuat seblum

dillakukan pengiriman barang

sehingga selain dapat memonitor

SO yang belum dikirim barangnya

juga agar tidak terjadi

keterlambatan dalam pengakuan

piutang, penjualan dan biaya terkait

(dicatat pada peroide yang tepat).

3. Adanya Kesalahan

Master Data

Konsumen

Sehingga Ada

Pelanggan Yang

diakui Sebagai

Pelanggan Pihak

Intercompany/Hub

ungan Istimewa

Atau Pun

Sebaliknya.

Perlu dilakukan perbaikan master

data pelanggan sehingga penjualan

per pelanggan dapat teridentifikasi

dengan tepat sesuai dengan

hubungaannya, apakah sebagi pihak

ketiga atau intercompany.

Disarankan untuk membuat TKO

yang berkaitan dengan perubahan

dan pembuatan master data

pelanggan

Sebaiknya dilakukan review master

data pelanggan secara periodik baik

oleh fungsi SPC maupun oleh

fungsi penjualan, hal ini dapat

mendeteksi jika terdapat kesalahan

klarifikasi penjualan

4. Adanya Sejumlah

Tertentu Pada

General Ledger

Akun Discount dan

Margin Yang Tidak

teridentifikasi

Nama Produknya.

Sebaiknya diskon dan margin

penjualan BBM dapat disajikan per

produk sehingga dapat

diatribusikan dengan tepat kedalam

penjualan produknya.

5. Pencatatan Ganda

PPN Keluaran Atas

Penjualan.

Pembuatan jurnal koreksi untuk

memperbaiki pencatatan ganda

tersebut, untuk selanjutnya,

menyarankan agar adanya

peningkatan pengawasan terhadap

jurnal-jurnal yang dibuat secara

otomatis oleh MySAP, dan

pembenahan terhadap sistem

MySAP

Tabel 4.13

(lanjutan)

Berlanjut ke halaman berikutnya

Tabel 4.13

(lanjutan)

Page 100: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

82

No. Permasalahan Saran

6. Pengakuan

Penjualan Pelumas

Ekspor Untuk

Sistem Pengiriman

FOB Shipping

Point & C&F

Disarankan dalam mengakui waktu

pengakuan penjualan, pertamina

memperhatikan sistem pengiriman

barang sehingga setiap penjualan

diakui tepat waktu

7. Pelaksanaan

Penjualan Bahan

Bakar Minyak

(BBM) Kepada

Instansi Pemerintah

Seperti Tentara

Nasional Indonesia

(TNI).

Meningkatkan pengawasan

pencatatan di MY SAP

Memperbaiki sistem MY SAP

sehingga terdapat keterangan nama

pelanggan di account yang

berhubungan dengan penjualan

Proses COKLIT hendaknya juga

melakukan pencocokan terhadap

penjualan

Mengawasi proses pengiriman

barang untuk memastikan

jumlahnya sama dengan permintaan

pesanan barang

Tabel 4.13

(lanjutan)

Diolah dari berbagai sumber

Sumber: Diolah dari berbagai referensi

Page 101: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

83

G. Dampak Terhadap Efektivitas Laporan Keuangan

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di PT. Pertamina serta

hasil analisa dengan cara membandingkan Tata Kelola Organisasi (TKO)

dengan kondisi aktual di lapangan. Dapat diketahui bahwa PT. Pertamina

cukup efektif dalam melaksanakan pengendalian internal komponen informasi

dan komunikasi. Hal ini dapat dibuktikan dari penerapan TKO Penjualan di

seluruh bagian yang berkaitan dengan proses penjualan tersebut telah

dilaksanakan dengan baik.

Namun masih terdapat sedikit kelemahan yaitu masih adanya miss

comunication antar bagian, serta telatnya pemberitahuan mengenai prosedur

baru kepada unit dilapangan. Sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan

pencatatan dan pengakuan transaksi yang berkaitan dengan penjualan.

Terkait Proses Pencocokan dan Penelitian (COKLIT) disarankan kepada

PT. Pertamina untuk memperbaiki serta meningkatkan pengawasan terkait

dengan proses ini. Hal ini dikarenakan seringnya hasil COKLIT tidak sesuai

dengan jumlah saldo yang ditagihkan oleh PT. Pertamina kepada pelanggan.

Sehingga terjadinya perbedaan jumlah yang cukup material yang dapat

merugikan PT. Pertamina. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi mengenai

jumlah saldo penjualan yang terdapat di laporan keuangan.

Jika masalah-masalah yang dihadapi oleh PT.Pertamina tidak segera

diperbaiki, maka akan mempengaruhi efektivitas pelaporan keuangan

khususnya terkait siklus penjualan. Yang mengakibatkan tidak relevannya

saldo penjualan dengan kondisi yang sebenarnya, salahnya pengakuan

Page 102: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

84

penjualan yang berujung pada pengakuan pendapatan, serta salahnya metode

pengiriman barang yang mengakibatkan salahnya pengakuan penjualan.

Untuk mencegah dan memperbaiki kelemahan yang terdapat dalam

pengendalian internal komponen infomasi dan komunikasi, PT. Pertamina

membentuk organisasi baru yaitu Compliance System/Compliance Control

System. Compliance System merupakan organisasi yang berfungsi untuk

mengawasi arus komunikasi dan informasi atas transaksi yang terjadi dalam

aktivitas operasi perusahaan. Compliance System bertujuan untuk mencapai

laporan keuangan yang handal, akuntabel, dan auditable melalui MY SAP.

Selain itu bertujuan untuk mengurangi catatan dalam management’s letter

serta biaya dan waktu dalam proses audit yang dilakukan oleh auditor

eksternal.

Sebelum dibentuknya Compliance System, tidak adanya organisasi yang

mengawasi arus informasi dan komunikasi transaksi yang kemudian transaksi

tersebut akan menjadi laporan keuangan. Hal ini menyebabkan cukup

banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam pencatatan transaksi dengan

jumlah yang diterima secara nyata oleh PT. Pertamina, sehingga dalam proses

audit banyak ditemukan kelemahan-kelemahan yang ditemukan terkait

pencacatan laporan keuangan. Untuk mengurangi masalah ini dibentuklah

Compliance System. Selain itu Compliance System juga berfungsi untuk

melaksanakan audit kepatuhan terhadap internal user laporan keuangan dari

PT. Pertamina. Berikut ini merupakan skema yang dapat membatu kita untuk

Page 103: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

85

mempermudah kita dalam memahami tugas dan peran yang dilakukan olehi

compliance system/control PT. Pertamina.

Berdasarkan gambar diatas, Compliance System/Control mengawasi

secara langsung atas arus informasi dan komunikasi dari pencatatan transaksi

hingga transaksi tersebut digunakan dalam pembuatan laporan keuangan. Hal

ini bertujuan untuk mengurangi kelemahan-kelemahan yang terjadi sebelum

adanya fungsi Compliance System/Control. Dalam kegiatan yang dilakukan

dalam Compliance System. Organisasi ini telah menemukan beberapa

permasalahan yang terdapat di PT.Pertamina yang khususnya berkaitan

dengan sistem pengendalian informasi dan komunikasi.

Gambar 4.5

Skema Tugas dan Peran

Compliance System PT.Pertamina

Pertamina’s

SOP

Laporan

Keuangan Audit

Pencacatan

Transaksi

Compliance

System

Sumber: PT. Pertamina

Page 104: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

86

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan informasi dan

komunikasi dalam efektivitias pembuatan laporan keuangan. Lokasi

penelitian ini terletak di PT. Pertamina (Persero) di Jakarta pada bagian

keuangan hilir dan internal control / controler. Berdasarkan pada data yang

telah dikumpulkan dan di analisis terhadap permasalahan yang ditemukan.

Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan sistem pengendalian internal khususnya komponen informasi

dan komunikasi di PT. Pertamina. Telah dilaksanakan dengan baik, hal ini

dibuktikan dengan adanya flowchart, Struktur organisasi dan wewenang,

dan TKO terkait penjualan yang dilakukan oleh PT. Pertamina. Namun

masih terdapat ketidakefektifan penyampaian informasi mengenai TKO

yang baru kepada pihak lapangan.

2. Permasalahan yang timbul dalam siklus penjualan terkait sistem

pengendalian komponen informasi dan komunikasi yaitu terkait dengan

permasalahan COKLIT (pencocokan dan penelitian) yang mengakibatkan

perbedaan saldo penjualan yang cukup material antara pihak PT.

Pertamina dengan pihak pelanggan. Serta permasalahan lainnya yang

Page 105: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

87

diakibatkan telatnya penyampaian peraturan baru sehingga terjadi

kesalahan pencatatan serta pengakuan penjualan, pendapatan, dan biaya

yang terkait. Selain itu adanya keterlambatan dalam pembuatan sales order

yang dikarenakan telatnya informasi yang dibutuhkan oleh salah satu

bagian di PT. Pertamina yang berfungsi untuk mengakui transaksi

penjualan tersebut sehingga terjadi keterlambatan pengakuan penjualan,

dan biaya-biaya yang terkait. Kemudian adanya kesalahan master data di

dalam MY SAP sehingga menimbulkan kesalahan klasifikasi nama

pelanggan. Pengawasan arus informasi dan komunikasi di bagian

penjualan masih cukup lemah dikarenakan seringnya terjadi perbedaan

jumlah saldo penjualan di beberapa transaksi, dimana jumlah cukup

material dan tidak hanya terdapat di satu transaksi saja. Hal ini diakibatkan

rekonsiliasi hanya pada bagian hutang piutang saja. Selain itu perlunya

perbaikan sistem pencatatan penjualan serta pengawasan atas akun-akun

yang terkait dengan penjualan juga invoicing.

3. Efektivitas laporan keuangan terutama terkait dengan siklus penjualan di

PT. Pertamina kurang efektif, hal ini dikarenakan PT. Pertamina perlu

adanya perbaikan terkait masalah COKLIT, yang menimbulkan perbedaan

saldo yang cukup material. Sehingga lebih diperhatikan mengenai tata cara

serta prosedur COKLIT dan pengawasan dari saldo penjualan sejak

terjadinya penjualan hingga dilaksanakan COKLIT dan terjadinya

pelunasan oleh pelanggan. Selain itu juga lambatnya pemberian informasi

Page 106: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

88

mengenai TKO yang baru kepada pihak di lapangan sehingga

menimbulkan salah catat dan pengakuan penjualan.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, dapat kita ketahui bahwa penerapan

informasi dan komunikasi di PT. Pertamina kurang berjalan efektif. Hal ini

dibuktikan dari beberapa permasalahan terkait penjualan yang muncul di PT.

Pertamina. Hal ini menyebabkan PT. Pertamina telat untuk mengakui

penjualan, piutang, dan biaya-biaya yang terkait. Dari telatnya pengakuan ini

akan berujung pada telatnya penagihan penjualan pada proses billing. Hal ini

dapat menyebabkan penyajian laporan keuangan menjadi tidak efektif dimana

penuh dengan informasi yang tidak relevan dengan kenyataan yang terjadi di

perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan sistem di bagian

penjualan serta meningkatkan pengawasan dalam pengendalian internal atas

informasi dan komunikasi oleh compliance system. Sehingga dapat

mengurangi kelemahan yang terdapat di saat proses transaksi hingga

informasi tersebut diproses menjadi laporan keuangan.

Proses pencocokan dan penelitian (COKLIT) antara PT. Pertamina

dengan entitas Pemerintah untuk mencocokan saldo penjualan di MY SAP

apakah sesuai dengan saldo penjualan sebenarnya ternyata sering kali

ditemukannya perbedaan yang jumlahnya cukup signifikan. Hal ini

menimbulkan kerugian bagi pihak PT. Pertamina. Oleh karena itu hendaknya

hendaknya selain melakukan rekonsiliasi di saldo hutang piutang juga ke

Page 107: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

89

saldo penjualan serta menelusuri dan juga meningkatkan pengawasan

terhadap hasil dari penelusuran yang telah ditemukan.

Compliance system PT. Pertamina belum dapat menjalankan fungsinya

dengan baik dikarenakan organisasi ini baru terbentuk di lingkungan PT.

Pertamina. Oleh karena itu, hendaknya bagian ini di manfaatkan secara

maksimal untuk mengawasi arus informasi dan komunikasi sehingga dapat

membantu dalam efektivitas pembuatan laporan keuangan.

C. Saran

Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil

penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan

mengenai beberapa hal diantaranya:

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti di bagian yang

berbeda di PT. Pertamina. Serta mengganti atau menambah variabel

informasi dan komunikasi dengan variabel lain yang berhubungan dengan

sistem pengendalian internal terutama yang termasuk di dalam COSO

frameworks.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data berupa

wawancara dari beberapa auditor eksternal responden penelitian agar bisa

mendapatkan data yang lebih nyata dan bisa keluar dari pertanyaan-

pertanyaan kuesioner yang mungkin terlalu sempit atau kurang

menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

Page 108: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

90

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. Auditing, Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik. Edisi 3.

Jilid 1. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.2004

Amrizal. Pencegahan dan Pendeteksian Keurangan Oleh Internal Auditor.

Jakarta, 31 Agustus 2004.

Anonim. Penginvestigasian Audit Expectation Gap Pada Sektor Publik. Jurnal

Akuntansi. 31 Agustus 2009

---------. “Banyak BUMN Terjerat Masalah Keuangan”. Suara Merdeka. Diakses

melalui: http://www.suaramerdeka.com/harian/0706/02/eko02.htm, Pada

tanggal 10 oktober 2010

---------. “Ernst & Young Audit Investigasi Laporan Keuangan Pertamina”.

Antaranews. Diakses melalui: http://www.antaranews. com/

print/1137053678, Pada tanggal 10 oktober 2010

---------. “Laporan Keuangan BUMN Disorot”. Bataviase. Diakses melalui:

http://bataviase.co.id/node/199769, Pada tanggal 10 oktober 2010

---------. “Pemerintah Minta PLN Restrukturisasi Neraca Keuangan”. Koran

Tempo. Diakses melalui: http://www.korantempo.com/news/2005/1/10/

Ekonomi%20dan%20Bisnis/18.html, Pada tanggal 10 oktober 2010

Arens, Alvin A., Randal J. Elder & Mark S. Beasley. Auditing & Assurance

Services An Integrated Approach. 13th

Edition. Prentice Education

International. 2010

Boynton, William C, and Raymond N Johnson. Modern Auditing. Eighth edition.

Wiley. 2006

Bodnar, George H., and William S. Hopwood. Accounting Information System.

Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission: Internal

control - integrated framework (1994)

Ferdian, Riki & Ainun Na’im. “ Pengaruh Problem- Based Learning (PBL) pada

Pengetahuan Tentang Kekeliruan & Kecurangan (Error & Irregularities)”.

Simposium Nasional Akuntansi (SNA) 9. Padang, 23 -26 Agustus 2006.

Page 109: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

91

Gemalia dan M. Achsin. Pemahaman Strukturisasi Atas Praktik Audit Investigatif

Pada Kantor Perwakilan BPK-RI Di Surabaya : Studi Kasus Tindak

Pidana Korupsi. Universitas Brawijaya-Malang. 2008

Glen D. Moyes, Ping Lin, Raymond M. Landry Jr, Handan Vicdan. Internal

Auditors Perceptions Of The Effectiveness Of Red Flags To Detect

Fraudulent Financial Reporting. Journal of accounting, ethics, and public

policy. Volume 6, no 1 (2006).

Hall, James A., Accounting Information Systems. Sixth Edition, South-Western

College Publishing, 2009

Helmijaya, Herda. Advance Topic On Fraud. Makalah seminar audit fraud. Tidak

dipublikasikan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 24 November 2009.

Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Salemba

Empat. Jakarta. 2009

--------------------------------, Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat.

Jakarta. 2001.

K.Klamm, Bonnie, Marcia Weidenmeir Watson. SOX 404 Reported Internal

Control Weakness: A Test of COSO Framework Components and

Information Technology.Journal of Information System. Vol 23, No.2, Fall

2009

Koroy, Tri Ramaraya. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan Oleh

Auditor Eksternal. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 10 No 1. STIE

Nasional Banjarmasin. Indonesia. Mei 2008. 22-23.

Louwers, Ramsay, Sinason, and Strawser. Auditing & Assurance Services. Third

Edition. McGraw-Hill Internasional Edition. 2008

Muh. Arief Effendi. Tanggung Jawab Akuntan Publik Dalam Pencegahan Dan

Pendeteksian Kecurangan Pelaporan laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi

Fakultas Ekonomi UniversitasvTrisakti Jakarta. Diakses diblog Muh Arief

Effendi pada 28 Maret 2008.

Mohammad, H. Iqbal. Peran dan TanggungJawab Internal Auditor Dalam

Mendeteksi Kecurangan. Percikan Ikatan Keluarga Besar universitas

Jambi. Volume 43, hlmn 55-62. 2003.

Morris, John J. “The Impact of Enterprise Resource Planning (ERP) Systems on

the Effectiveness of Internal Controls over Financial Reporting”, Journal Of

Information Systems, Vol. 25 No. 1, pp. 129-157, American Accounting

Association, 2011.

Page 110: 100773 m.sandy Pradhana Putra Feb

92

Murtanto, Edi Maulana. Pengaruh Independensi, Integritas dan Kompetensi

Terhadap Efektivitas Peranan Komite Audit. Konferensi Nasional

Akuntansi : Peran Akuntansi dalam Membangun Good Corporate

Governanve

Rahmawati, Eka Putri . “Analisis Efektivitas Modernisasi Perpajakan Dalam

Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Utara“.

Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 25 juni 2008.

Romney, Marshall B. Accounting Information System. Pearson Education

Internasional. New Jersey. 2009.

Rezaee, Zabihollah. Financial Statement Fraud : Prevention and Detection. John

Wiley & Sons. August 2002

Rezaee, Zabihollah. “What the COSO report means for internal auditors”,

Managerial Auditing Journal, Vol. 10 No. 6, pp. 5-9, MCB University Press

Limited, 1995.

Tuanakotta, Theodorus M.. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Edisi 2.

Salemba Empat. Jakarta.

Widayanti Dan Subekti. Analisis Keahlian Auditor BPK-RI Menuju Pelaksanaan

Fraud Auditing. Tema. Volume II, No.2, hlm 97-115. 2001.

Widiastono, Nuur. Akuntansi Forensik Dan Peran BPK. Artikel. Diakses diblog

pribadi Angkringan Mas Wiwied di kampung blog.com pada tanggal 19

November 2008.

Wilopo. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan

Kecurangan Akuntansi : Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha

Milik Negara di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) 9.

Padang, 23 – 26 Agustus 2006