9
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANDAK ASMA BRONKIAL EKSASERBASI AKUT No .Dokumen Revisi 00 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit: 1 Januari 2015 Ditetapkan: Direktur RSUD Landak, dr. Pius Edwin Wiwin NIP.1974 1107 2006 04 1 003 Pengertian Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronis saluran nafas yang ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang dapat hilang dengan atau tanpa pengobatan akibat hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan sel-sel dan elemen seluler. Tujuan Mengobati asma bronchial eksaserbasi dan mencegah/mengobati komplikasi Kebijakan Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI, 2009) Prosedur 1. Dilakukan pemeriksaan DL, Foto toraks, analisa gas darah (AGD) 2. Diberikan oksigen 3. Inhalasi agonis beta-2 tiap 20 menit sampai 3 kali selanjutnya tergantung respon terapi awal 4. Inhalasi antikolinergik(ipatropium bromide) setiap 4-6 jam terutana pada obstruksi berat( atau dapat diberika bersama-sama dengan agonis beta-2) 5. Kortikosteroid parentral atau oral dengan

10 Sop Pulmonologi - Rsud Landak

  • Upload
    pompi

  • View
    47

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 10 Sop Pulmonologi - Rsud Landak

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

LANDAK

ASMA BRONKIAL EKSASERBASI AKUT

No .Dokumen Revisi00

Halaman1/1

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit:1 Januari 2015

Ditetapkan:Direktur RSUD Landak,

dr. Pius Edwin WiwinNIP.1974 1107 2006 04 1 003

Pengertian Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronis saluran nafas yang ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang dapat hilang dengan atau tanpa pengobatan akibat hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan sel-sel dan elemen seluler.

Tujuan Mengobati asma bronchial eksaserbasi dan mencegah/mengobati komplikasi

Kebijakan Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI, 2009)

Prosedur 1. Dilakukan pemeriksaan DL, Foto toraks, analisa gas darah (AGD)2. Diberikan oksigen3. Inhalasi agonis beta-2 tiap 20 menit sampai 3 kali selanjutnya

tergantung respon terapi awal4. Inhalasi antikolinergik(ipatropium bromide) setiap 4-6 jam

terutana pada obstruksi berat( atau dapat diberika bersama-sama dengan agonis beta-2)

5. Kortikosteroid parentral atau oral dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB /hari setara prednisolon

6. Bila diperlukan dapat diberikan aminofilin dengan dosis awal 5-6mg/kgBB dilanjutkan infus aminofilin 0,5-0,6 mg/kgBB/jam

7. Bila diperlukan dapat diberikan Magnesium sulfat 2 gr sekali saja dalam 50 cc NaCL 0,9% habis dalam 20 menit

8. Antibiotika bila ada infeksi sekunder9. Pasien diobservasi 1-3 jam kemudian dengan pemberian agonis beta-2

tiap 60 menit. Bila setelah masa observasi terus membaik, pasien dapat dipulangkan dengan pengobatan; inhalasi agonis beta-2, steroid oral, penyuluhan dan pengobatan lanjutan dan perjanjian kontrol kembali

10. Bila setelah observasi 1-2 jam tidak ada perbaikan pasien harus dirawat. Dan bila ada tanda gagal nafas dirawat di ICU

Unit Terkait ICU

Page 2: 10 Sop Pulmonologi - Rsud Landak

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

LANDAK

PPOK EKSASERBASI AKUT

No .Dokumen Revisi00

Halaman1/1

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit:1 Januari 2015

Ditetapkan:Direktur RSUD Landak,

dr. Pius Edwin WiwinNIP.1974 1107 2006 04 1 003

Pengertian Penyakit Paru Obstruktif Kronik: penyakit yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible. Hambatan aliran udara umumnya bersifat progresif dan berkaitan dengan respon inflamasi yang abnormal terhadap partikel atau gas iritan.

Tujuan Mengobati PPOK eksaserbasi dan mencegah/mengobati komplikasi

Kebijakan Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI, 2009)

Prosedur 1. Dilakukan pemerikaan DL, foto toraks, sputum gram dan analisa gas darah (AGD) jika ada indikasi

2. Diberikan oksigen dosis sesuai kebutuhan 3. Obat Bronkodilator: inhalasi agonis beta-2 dan antikolinergik

setiap 4-6 jam bila perlu dapat ditingkatkan.4. Bila perlu ditambahkan aminofilin dengan dosis 0,5

mg/kgBB/jam5. Berikan steroid, prednisolon 30 – 40 mg per oral selama 10-14

hari, bila keadan berat dapat diberikan intravena.6. Berikan antibiotika bila ada infeksi7. Bila ada gagal nafas dipertimbangkan pengunaan ventilasi

mekanik

Unit Terkait Radiologi, Fisioterapi, ICU

Page 3: 10 Sop Pulmonologi - Rsud Landak

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

LANDAK

PNEUMONIA KOMUNITAS

No .Dokumen Revisi00

Halaman1/2

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit:1 Januari 2015

Ditetapkan:Direktur RSUD Landak,

dr. Pius Edwin WiwinNIP.1974 1107 2006 04 1 003

Pengertian Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme yang didapat dimasyarakat/diluar rumah sakit atau dalam 48 jam sejak masuk rumah sakit.

Tujuan Mengobati pneumonia dan mencegah/mengobati komplikasi

Kebijakan Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI, 2009)

Prosedur 1. Dilakukan pemeriksaan DL, Foto toraks, sputum gram, dan penunjang lain bila diperlukan

2. Setelah diagnosis tegak ditentukan perlu perawatan di rumah sakit atau rawat jalan dengan skor PSI / skor CURB-65

3. Berikan antibiotika: 1) Pasien rawat jalan tanpa komorbid dapat diberikan Makrolid (azitromisin), / Doxiciklin. Bila dengan komorbid diberikan kombinasi makrolid + sefalosporin geberasi 3 atau flurokuinolon (levofloxasin) saja. 2). Pasien rawat inap diberikan kombinasi antara Makrolide (azitromisin)+ sefalosporin generasi 3 atau flourokuinolon sendiri (levofloxacin 750 mg). Bila dicurigai oleh karena infeksi pseudomonas diberikan Cefepim / Meropenem / Imipenem /Piperacillin tazobactam + ciprofloxasin / levofloxasin atau di+ aminoglikosid + makrolid. Bila dicurigai infeksi MRSA ditambahkan Vacomisin / linesolid

Page 4: 10 Sop Pulmonologi - Rsud Landak

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

LANDAK

PNEUMONIA KOMUNITAS

No .Dokumen Revisi00

Halaman2/2

Prosedur 4. Berikan oksigen5. Berikan obat penurun panas bila panas6. Berikan obat pengencer dahak bila batuk produktif7. Beri cairan yang cukup8. Bila kondisi berat sebaiknya dirawat di ICU dan bila ada tanda

gagal nafas perlu pengunaan ventilasi mekanik

Unit Terkait Radiologi, Laboratorium, ICU

Page 5: 10 Sop Pulmonologi - Rsud Landak

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

LANDAK

EFUSI PLEURA

No .Dokumen Revisi00

Halaman1/1

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit:1 Januari 2015

Ditetapkan:Direktur RSUD Landak,

dr. Pius Edwin WiwinNIP.1974 1107 2006 04 1 003

Pengertian Efusi pleura adalah adanya cairan di rongga pleura > 15 ml akibat ketidakseimbangan gaya starling, abnormalitas struktur endotel dan mesotel, drainase limfatik terganggu dan defek diafragma.

Tujuan Meniadakan penumpukan cairan dirongga pleura dan mencegah/mengobati kompliksi

Kebijakan Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI, 2009)

Prosedur 1. Dilakukan pemeriksaan foto toraks. Bila perlu USG2. Punksi pleura diagnostik dan analisa cairan pleura, rivalta, hitung

sel, protein, LDH, glukosa , mikrobiologi, sitologi dan lainnya bila diperlukan

3. Punksi pleura teraupetik bila efusi masif: dapat dilakukan dengan WSD mini dengan cateter intravena no 14 atau dengan chest tube dan WSD besar

4. Bila distres nafas beri oksigen5. Terapi lainnya tergantung penyebab efusi pleura6. Bila efusi berulang dapat dilakukan pleurodesis

Unit Terkait Radiologi, Patologi Klinik, Bedah

Page 6: 10 Sop Pulmonologi - Rsud Landak

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

LANDAK

TBC PARU

No .Dokumen Revisi00

Halaman1/1

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit:1 Januari 2015

Ditetapkan:Direktur RSUD Landak,

dr. Pius Edwin WiwinNIP.1974 1107 2006 04 1 003

Pengertian TBC Paru adalah peradangan parenkim paru akibat infeksi Mycobacterium tuberculosis

Tujuan Mengobati TBC paru dan mencegah komplikasi

Kebijakan 1. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI, 2009)

2. Pedoman Penangulangan TB Nasional DEPKES RI 2008

Prosedur 1. Dilakukan pemeriksaan BTA sputum 3 kali (SPS), foto toraks, dan penunjang lain bila diperlukan

2. Setelah diagnosis ditegakkan tentukan apakah kasus baru, kasus kambuh, kasus putus obat, kasus gagal

3. Bila kasus baru berikan OAT kategori I (Sesuai DOTs)4. Bila kasus kambuh / putus obat / gagal kategori I berikan OAT

kategori II( sesuai DOTs)5. Bila ada panas dapat diberi antiperetik6. Bila batuk produktif dapat diberi mukolitik 7. Bila terdapat efek samping OAT diberikan obat untuk mengurangi

efek samping 8. Pemantauan BTA sputum dilakukan pada akhir fase intensif, satu

bulan sebelum akhir terapi dan pada akhir terapi9. Bila terapi gagal atau ada kecurigaan Drug Resistant-TB dilakukan

perujukan ke RS dengan fasilitas lebih lengkap guna penanganan lebih lanjut

Unit Terkait Radiologi, Patologi Klinik, Bedah bila ada komplikasi