Upload
sischa-ramadhani
View
83
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BM
Citation preview
TUGAS BEDAH MULUT 2
TRANSPLANTASI
KELOMPOK 2
Musdewinda Suciati (04111004017)
Ammelia Piliang (04111004018)
Meity Isriyanti Lestari (04111004019)
Wendy Nadya Vitasani Haloho (04111004020)
MK Zahrah (04111004021)
Egi Utia Asih (04111004022)
Alfa Marojahan Irianto Sinaga (04111004023)
Rini Andriani (04111004024)
Meiza Pratiwi (04111004025)
Miftah Wiryani (04111004026)
Devi Alviani (04111004027)
Rivi Eka Permata Sari (04111004028)
Sischa Ramadhani (04111004029)
Dimas Puja Permana (04111004030)
Rozalia (04111004031)
Rizka Adianti Hutami (04111004032)
PSPDG FK UNSRI
2014
TRANSPLANTASI
A. PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dunia juga
mengalami perkembangan di berbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di
bidang kesehatan yaitu teknik transplantasi organ. Transplantasi organ
merupakan suatu teknologi medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang
tidak berfungsi dengan organ dari individu yang lain. Sampai sekarang penelitian
tentang transplantasi organ masih terus dilakukan.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor
kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang
transplantasi maju dengan pesat. Permintaan untuk transplantasi organ terus
mengalami peningkatan melebihi ketersediaan donor yang ada.
Sedangkan transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah
pemindahan suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke
manusia, sehingga menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah
pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau
dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama. Transplantasi ini
ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada penerima.
Beberapa transplantasi yang dilakukan pada bidang kedokteran gigi seperti
transplantasi gigi dan transplantasi tulang (bone graft). Untuk mengembangkan
transplantasi sebagai salah satu cara penyembuhan suatu penyakit tidak dapat
begitu saja diterima masyarakat luas. Pertimbangan etik, moral, agama, hokum,
atau sosial budaya ikut mempengaruhinya.
B. TRANSPLANTASI
Transplantasi adalah pemindahan jaringan dari satu tempat ke tempat lain
atau dari seorang donor ke seorang resipien1. Dalam bidang kedokteran gigi,
tranplantasi adalah pengambilan gigi dan penempatan kembali dalam posisinya
yang baru di dalam tulang rahang (mandibula atau maksila)1.
Transplantasi adalah perpindahan sebagian atau seluruh jaringan atau
organ dari satu individu pada individu itu sendiri atau pada individu lainnya baik
yang sama maupun berbeda spesies. Saat ini yang lazim di kerjakan di Indonesia
saat ini adalah pemindahan suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara
hewan ke manusia, sehingga menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah
pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau
dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama. Transplantasi ini
ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada penerima
dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor.
Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, transplantasi
adalah tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh
manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka
pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi
dengan baik11.
Donor adalah orang yang menyumbangkan alat dan atau jaringan
tubuhnya kepada orang lain untuk tujuan kesehatan. Donor organ dapat
merupakan organ hidup ataupun telah meninggal. Sedangkan resipien adalah
orang yang akan menerima jaringan atau organ dari orang lain atau dari bagian
lain dari tubuhnya sendiri. Transplantasi organ dapat dikategorikan sebagai life
saving sedangkan transplantasi jaringan dikategorikan sebagai life enhancing.
Transplantasi organ atau jaringan bertujuan mengganti fungsi organ atau
jaringan yang rusak dengan organ atau jaringan yang sehat.
Transplantasi ditinjau dari sudut penyumbang atau donor jaringan
tubuh, maka transplantasi dapat dibedakan menjadi :
1. Transplantasi dengan donor hidup
Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau
organ tubuh seseorang ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri
tanpa mengancam kesehatan. Donor hidup ini dilakukan pada jaringan atau
organ yang bersifat regeneratif, misalnya kulit, darah dan sumsum tulang,
serta organ-organ yang berpasangan misalnya ginjal. Sebelum memutuskan
menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko yang
dihadapi baik resiko di bidang medis, pembedahan maupun resiko untuk
kehidupannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan atau organ yang telah
dipindahkan. Jika dilakukan pada orang yang sama dimana donor dan resipien
adalah orang yang sama, maka tindakan ini tidak mempunyai implikasi
hukum. Namun akan berbeda jika donor dan resipien adalah orang yang
berbeda, karena tindakan ini melibatkan orang lain yang juga memiliki hak,
maka dengan sendirinya akan memiliki implikasi hukum dan diperlukan
undang-undang yang mengatur.
2. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah
Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ
atau jaringan dari tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih hidup. Jenis
organ yang biasanya didonorkan adalah organ yang tidak memiliki
kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung, kornea, ginjal dan pankreas.
Seperti halnya dengan transplantasi dengan donor hidup yang melibatkan dua
orang yang berbeda, tindakan ini juga berimplikasi hukum. Biasanya organ
terbaik donor jenazah berasal dari jenazah orang yang masih berusia muda
dan tidak mengidap penyakit, maka donor jenazah terbaik biasanya
merupakan korban dari kecelakaan, bunuh diri, maupun pembunuhan. Yang
pada beberapa negara secara hukum berada pada kekuasaan dokter forensik
untuk penyidikan. Di negara tersebut mulai dikembangkan pengambilan
organ atau jaringan tubuh dari donor jenazah di ruang autopsi dilakukan oleh
dokter forensik dengan prosedur aseptik sehingga lebih praktis dan
menghemat biaya. Untuk pengambilan organ atau jaringan tubuh ini dokter
forensik bisa dibantu atau diawasi oleh dokter dari bidang lain sesuai dengan
organ yang akan diambil. Sebelum pengambilan organ dilakukan informed
consent pada jenazah-jenazah tersebut, jika jenazah diketahui identitasnya
maka informed consent didapatkan dari keluarga atau ahli warisnya. Namun
jika tidak diketahui identitasnya, maka jenazah tersebut dianggap milik
negara sehingga dokter forensik dapat mengambil organ atau jaringan tubuh
untuk kemudian diserahkan pada bank organ dan jaringan tubuh.
Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:
1. Autotransplantasi
Autotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat
lain dalam tubuh orang itu sendiri. Biasanya transplantasi ini dilakukan pada
jaringan yang berlebih atau pada jaringan yang dapat beregenerasi kembali.
Sebagai contoh tindakan skin graft pada penderita luka bakar, dimana kulit
donor berasal dari kulit paha yang kemudian dipindahkan pada bagian kulit
yang rusak akibat mengalami luka bakar.
2. Homotransplantasi
Homotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari
tubuh seseorang ke tubuh orang lain. Misalnya, pemindahan jantung dari
seseorang yang telah dinyatakan meninggal pada orang lain yang masih
hidup.
3. Heterotransplantasi
Heterotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari
spesies berbeda, seperti organ hewan ke organ manusia. Contohnya
pemindahan organ dari babi ke tubuh manusia untuk mengganti organ
manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi baik.
Dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu :
1. Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup
atau yang sudah meninggal.
2. Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut
kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan tindakan transplantasi, yaitu:
1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang
hidup yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis,
untuk hidup dengan kekurangan jaringan/ organ.
2. Adaptasi resipien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan/
organ tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan/
organ tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat
berfungsi lagi.
Kelemahan dan Keuntungan Transplantasi Organ
Teknik transplantasi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar bagi
orang-orang yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Salah satu
transplantasi yang paling sering dilakukan oleh manusia yaitu transfusi darah.
Biasanya dalam melakukan transplantasi organ melibatkan beberapa hal yang
sangat penting yakni:
Pencarian donor yang sesuai
Kemungkinan timbulnya resiko akibat pembedahan.
Pemakaian obat-obat immunosupresan yang paten
Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien
Kemungkinan terjadinya komplikasi atau kematian.
Teknik transplantasi ini merupakan satu-satunya peluang agar orang-orang
yang memiliki kerusakan organ atau organ tersebut tidak dapat bekerja dengan
baik sebagaimana fungsinya.
Transplantasi paling baik dilakukan bila organ atau jaringan penggantinya
berasal dari tubuh sendiri karena memiliki stuktur yang sama sehingga mencegah
terjadinya rejeksi. Akan tetapi, jika organ atau jaringan yang berasal dari orang
lain maka akan memungkinkan seseorang mengalami rejeksi serta komplikasi
yang dapat mengakibatkan kematian.
C. JENIS-JENIS TRANSPLANTASI DALAM KEDOKTERAN GIGI
1. TRANSPLANTASI GIGI
a. Definisi
Transplantasi gigi adalah memindahkan satu gigi dari satu soket
alveolus ke dalam soket lain baik pada satu individu maupun pada
individu yang berbeda3,4.
b. Klasifikasi Transplantasi Gigi
Transplantasi Autogenus
Memindahkan satu gigi dari satu soket alveolus ke soket lain pada
pasien yang sama3,4.
Transplantasi Homogenus
Memindahkan satu gigi dari satu pasien ke pasien lain. Ini dapat
dilakukan segera atau setelah gigi disimpan dahulu dalam media
fisiologis atau dengan cryopreservation3,4. Transplantasi ini dibagi
menjadi 2, yaitu3,4:
Allograft atau allogenic homografts, didapatkan dari pendonor
yang tidak ada hubungan kekerabatan dengan penerima donor.
Isograft atau isogeneic homografts, didapatkan dari pendonor
yang memiliki hubungan kekerabatan dengan penerima, contoh:
subyek manusia dengan saudara kandung.
Transplantasi Heterogenus
Memindahkan gigi dari satu spesies ke spesies lain (misalnya dari
monyet ke manusia) walaupun proses ini tidak mungkin dilakukan
secara klinis3,4.
c. Indikasi
Transplantasi Autogenus4,5
Indikasi Kriteria Keberhasilan
Tak ada lesi periapikal dan
periodontitis pada resipien.
Gigi melekat relatif kuat.
Gigi yang diganti berindikasi dicabut. Tidak ada rasa sakit
Gigi donor harus sudah ada
akar minimal 3 mm.
Gingiva sekitar normal.
Gigi donor sudah ada bifurkasio. Tidak ada resorbsi tulang.
Gigi donor besarnya sama
atau sedikit lebih kecil daripada gigi
yang diganti.
Tidak ada poket periodontal.
Keadaan umum pasien baik. Tidak ada fistel.
Kebersihan mulut baik. Tidak ada resorbsi akar gigi.
Tidak ada lesi periapikal.
Ada membran periodontal.
Ada pertumbuhan akar.
Transplantasi autogenus biasanya dilakukan pada molar tiga atau
premolar. Tempat untuk gigi kaninus atau insisif yang kosong karena
gigi tidak ada secara kongenital atau karena gigi-gigi itu dicabut
akibat karies ataau trauma, periodontitis, atau impaksi, sering
merupakan tempat penerima (resipien) bagi premolar yang
ditransplantasikan. Gigi posterior biasanya diganti karena gigi tersebut
rusak berat akibat karies atau kecelakaan prosedur4.
Gigi yang akan ditransplantasikan harus memiliki mahkota yang
utuh idealnya dengan akar yang pertumbuhannya belum selesai yang
panjangnya kira-kira hampir sama dengan panjang mahkota walaupun
gigi yang akarnya sudah lebih berkembang juga bisa merupakan
kandidat transplantasi4. Dimensi donor harus sama dengan resipien.
Akar yang belum matang biasnya mengandung sarung epitel akar
sehingga daya tahan pulpa dan pembentukan akarnya dapat terus
berlanjut. Transplantasi gigi donor yang akarnya belum tumbuh
sempurna seperti itu umumnya lebih mudah dan prognosisnya lebih
baik, jaringan pulpanya pun sering dapat bertahan hidup4.
Transplantasi Homogenus4,5
Indikasi Kriteria Keberhasilan
Tidak ada lesi
periapikal pada resipien.
Gigi melekat relatif kuat.
Tak ada peradangan akut
periodontium.
Tidak ada rasa sakit.
Gigi yang diganti berindikasi
dicabut.
Gingiva sekitar normal.
Resipien bisa berupa soket baru,
bisa juga berupa tulang edentolus
yang ketinggian dan ketebalannya
mencukupi.
Tidak ada resorbsi tulang.
Donor bebas dari
penyakit menular (hepatitis, AIDS).
Tidak ada poket periodontal.
Gigi resipien sama atau lebih
kecil dari pada gigi donor.
Tidak ada fistel.
Keadaan umum pasien baik. Tidak ada resorbsi akar gigi.
Kebersihan mulut pasien baik. Tidak ada lesi periapikal.
Terjadi perlekatan yang kuat
dengan tulang.
Indikasi Transplantasi Berdasarkan Kriteria Donor dan Resipien5
Gigi Donor Resipien Indikasi dan
Prognosis
Premolar maksila Agenesis sites
(premolar kedua
mandibula)
Jika gigi premolar
maksila diekstraksi
untuk perawatan
ortodonti, dapat
digunakan untuk
transplant gigi
premolar kedua
mandibula. prediksi
yang pasti dan
pembentukan akar
masih dalam
penelitian.
Premolar (utamanya
premolar satu
mandibula karena
anatomi akarnya,
pilihan kedua adalah
premolar kedua
maksila. Premolar saru
maksila tidak
direkomendasikan
karena memiliki akar
divergen
Regio anterior
maksila
Disarankan untuk
anak-anak yang
mengalami
kehilangan gigi
karena kecelakaan.
Penelitian
menunjukkan hasil
yang baik untuk
jangka panjang.
Molar ketiga Molar pertama atau
kedua
Karies gigi berat,
masalah endodontic
atau juvenile
Agenesis site (regio
premolar kedua)
periodontitis.
Sangat perlu evaluasi
yang akurat jarak
mesiodistal resipien.
75% transplant
berhasil untuk jangka
waktu lama.
d. Kontraindikasi
Kontraindikasi sistemik untuk transplantasi sama dengan yang
diterapkan untuk replantasi internasional. Pertimbangan lokalnya adalah
faktor anatomis yang dapat menghalangi transplantasi4. Contohnya,
linggir alveolus yang relatif sempit tidak akan dapat menerima molar
dengan akar yang divergen. Kontraindikasi lainnya adalah oral hygiene
buruk dan kelainan patologis di soket penerima4.
e. Syarat Transplantasi untuk Sukses4
Tulang harus sehat, jaringan sekitar harus bebas dari inflamasi.
Lokasi resipien harus pas dimensinya mesiodistal dan buccolingual.
Transplantasi dilakukan pada saat ekstraksi atau segera sesudahnya,
menghindari penurunan tulang alveolar.
Waktu yang paling baik untuk menggambil gigi donor ketika formasi
akar adalah setengah sampai dua pertiga selesai (3-5 mm pertumbuhan
apikal-mahkota). Transplantasi gigi yang terlalu imature tidak boleh.
Fiksasi gigi yang ditransplantasi tidak direkomendasikan lebih dari 4
minggu.
f. Kriteria Penerima dan Donor Gigi
Kriteria Calon
Calon harus dalam kesehatan yang baik, mampu mengikuti
instruksi pasca operasi, dan bersedia untuk melakukan kunjungan
kembali6. Kebersihan mulut harus baik dan pasien dapat melakukan
perawatan gigi yang teratur. Yang terpenting, pasien harus memiliki
tempat yang cocok dan gigi penerima donor. Diperlukan kerja sama
pasien6.
Kriteria Daerah Penerima
Kriteria yang paling penting bagi keberhasilan bagi daerah
penerima adalah kecukupan dukungan tulang. Harus ada cukup
dukungan tulang alveolar pada semua dimensi dengan jaringan keratin
yang cukup melekat untuk memungkinkan stabilisasi gigi
transplantasi. Selain itu, situs penerima harus bebas dari infeksi akut
dan peradangan kronis6.
Kriteria Donor Gigi
Gigi donor harus diposisikan seperti ekstraksi. Morfologi akar
abnormal, yang membuat pencabutan gigi sangat sulit dan mungkin
melibatkan pemisahan gigi, merupakan kontraindikasi untuk operasi
ini6. Gigi dengan apeks terbuka atau tertutup mungkin dapat dijadikan
donor, namun hasil yang paling ditebak diperoleh dari gigi yang
memiliki satu-setengah atau dua-pertiga perkembangan akar.
Selanjutnya, gigi dengan pembentukan akar lengkap akan memerlukan
terapi saluran akar, sedangkan gigi dengan apeks terbuka harus tetap
diperhatikan perkembangan akar setelah transplantasi. Dalam kasus
lain, transplantasi sukses tanpa membutuhkan terapi endodontik lebih
lanjut6.
g. Persiapan Sebelum Transplantasi
Pemerikasaan laboratorium (urine dan darah)
Fungsi hepar perlu dilakukan pemeriksaan sebelumnya karena
fungsi tersebut menentukan imunitas organ tersebut. Golongan darah
harus berasal dari rhesus yang sama4.
Pemeriksaan tambahan4
Pemeriksaan sistem imunitas
Pemeriksaan RO foto terutama pada transplantasi tulang
Organ-organ yang dipindahkan tidak lebih dari 18 jam kecuali
jika disimpan di Bank transplantasi. Yang terbaik 1-6 jam.
Anamnesis4
Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya
Alergi
Perawatan yang sedang berjalan
Obat-obatan yang sedang dikonsumsi
Perhatikan motivasi dan tingkat kekooperatifan pasien
h. Seleksi Gigi
Gigi yang paling sering digunakan untuk transplantasi gigi adalah
gigi premolar, kaninus, insisivus (terutama gigi insisivus yang berlebih)
dan gigi molar ketiga9. Gigi premolar paling cocok untuk transplantasi
insisivus rahang atas dan biasanya sangat cocok untuk pasien yang masih
muda. Premolar pertama mandibular merupakan pilihan pertama untuk
transplantasi regio insisivus maksila karena kecocokan morfologi, ukuran
dan memiliki akar tunggal. Terkadang diperlukan rotasi gigi premolar
untuk meningkatkan lebar mesiodistal. Gigi-gigi ini dapat dimodifikasi
untuk membentuk menjadi gigi insisivus menggunakan porselen, veneer,
komposit dan mahkota. Secara teori, meskipun semua gigi dapat dijadikan
gigi donor, tetapi yang paling sering dipakai adalah gigi premolar pada
rahang yang crowded dan gigi insisivus yang berlebih9.
Gambar 1. (a-e) Dua gigi premolar mandibular yang crowded
ditransplantasikan ke soket insisivus sentral yang mengalami trauma (gigi
11). Dilakukan stabilisasi dan restorasi untuk memperbaiki estetik.
i. Teknik Klinis
Transplantasi melibatkan empat tahap: (1) di daerah resipien,
pencabutan dan/ atau bedah persiapan soket yang akan menerima
transplant, (2) pencabutan dan peletakan transplant, (3) stabilisasi, dan
kemudian (4) perawatan saluran akar (bila diperlukan) 4.
Persiapan Soket
Preparasi pada soket di daerah resipien disesuaikan dengan bentuk
transplant serta kapan transplantasi dilakukan. Bila morfologi akar dan
panjangnya sesuai dan pencabutan dilakukan pada kunjungan yang
sama, soket resipien hanya perlu preparasi minimal. Bila transplantasi
dilakukan pada kunjungan yang berbeda dengan persiapan soket, atau
bila besar soket dan besar transplant tidak cocok, soket harus dibentuk
dahulu. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan menggunakan henpis
listrik berputaran rendah dan irigasi salin yang banyak. Besar soket
diukur dan dibandingkan dengan ukuran tansplant memakai sonde
peridontium dan paskan soketnya dengan pembedahan. Gigi
diletakkan secara hati-hati dan distabilkan4.
Bila daerah penerima transplant sudah tidak bergigi lagi, jaringan
lunak maupun jaringan kerasnya harus dipreparasi dahulu. Angkat
plaf dengan ketebalan penuh dari tulang alveolus bagian bukal dan
lingual. Buang jaringan tulangnya (seperti pada preparasi soket), agar
transplantasi tepat secara pasif tetapi erat di dalam soket4.
Pencabutan
Pencabutan harus dilakukan sedapat mungkin tanpa menimbulkan
trauma agar serabut dan sel-sel ligament periodontiumnya tetap
terpelihara. Setelah pencabutan lokasi donor harus dirawat secara hati-
hati. Gigi yang akan ditransplantasikan dijaga tetap lembab dengan
membungkus dan menempatkannya di dalam kasa yang dibasahi
dengan larutan salin4.
Transplantasi
Soket yang telah dipersiapkan dicuci dengan salin steril. Gigi
dengan hati-hati diletakan di dalam soket dan plaf dijahit rapat4.
Stabilisasi
Bila gigi yang dittransplantasikan terlihat goyang (biasanya
demikian) atau bila perdarahan yang terus menerus menyebabkan
supraerupsi, lakukan stabilisasi untuk menjaga agar gigi tetap pada
posisinya, seperti pada replantasi. Cara lain adalah dengan menjahit
bagian oklusal dan memberi pack periodontium. Kasus-kasus tertentu
memerlukan splin rumit jangka panjang seperti pengawatan disertai
komposit adhesif4.
Gambar 2. Stabilisasi gigi yang ditransplantasi dengan splinting9
j. Transplantasi Gigi Autogenus
Transplantasi gigi manusia dari satu individu ke individu yang lain
telah digambarkan sebagai suatu kemungkinan yang teoritis pada awal
tahun 1953. Setelah perkembangan waktu, transplantasi gigi menjadi
perbincangan yang kontroversi tentang etika dan moral, pengetahuan
tentang perbaikan, regenerasi dan penolakan jaringan, kemungkinan
infeksi silang bakteri dan penularan penyakit dari gigi pendonor pada
homogenous dan heterogenous transplantasi gigi. Namun, transplantasi
gigi dapat berasal dari dirinya sendiri (autogenous) sehingga hal yang
menjadi kontroversi tersebut dapat dihindarkan.7
Transplantasi autogenous gigi telah dilakukan dengan berhasil
selama beberapa tahun terakhir seiring dengan perkembangan teknik
bedah transplantasi. Transplantasi autogenous gigi dapat dilakukan dalam
berbagai kondisi klinis gigi, hal ini dihubungkan dengan pemilihan teknik
bedah yang akan mempengaruhi hasil akhir dari tindakan bedah. Tipe
dasar dari variasi transplantasi autogenous gigi adalah sebagai berikut:3
Surgical Repositioning
Prosedur bedah ini memaksa gigi secara torque dan berpindah ke
arah yang baru setelah sebelumnya dilakukan osteotomi untuk
mempersiapkan space tulang alveolus untuk tempat reposisi gigi.
Reimplantation
Prosedur untuk mengembalikan gigi yang avulsi atau gigi yang
terekstraksi dikembalikan pada tulang alveolusnya. Dalam kasus
reimplantasi gigi yang avulsi pada gigi dengan akar belum terbentuk
sempurna diharapkan dapat mempertahankan pulpa dalam keadaan
vital dan tetap dapat berfungsi.
Tooth Transplantation
Prosedur melibatkan transplantasi gigi asli yang dipindahkan
secara utuh dari soket pendonor dan ditransplantasikan ke posisi yang
lain (biasanya dari gigi molar tiga ke posisi molar pertama).
Menyeleksi suatu kasus merupakan hal yang penting. Panjang akar
yang optimal kira-kira 3-5 mm dari apikal ke mahkota. Teknik yang dapat
diterima untuk mempersiapkan recipient socket site untuk
mentransplantasi gigi yaitu dengan melebarkan socket dan menghilangkan
tulang interseptal dengan bur. Hindarkan kerusakan jaringan lunak dari
kantung akar (root sac) selama instrumentasi. Gigi donor ditempatkan
pada recipient site dibawah oklusi dan stabilkan dengan splint akrilik atau
dengan ligature wire melintasi oklusal gigi donor. Teknik lain, tidak
ditempatkan splint akrilik maupun ligature wire atau gingival pack3.
Prosedur transplantasi gigi molar 3 mengalami keberhasilan lebih
dari 50% dari total kasus selama 5 tahun3,5. Kegagalan pembentukan akar
gigi setelah transplantasi dapat terbentuk sequela, namun transplantasi gigi
dapat menjadi stabil dengan membran periodontal sehat dan tetap bertahan
selama beberapa tahun, bahkn pada saluran akar yang sempit. Resorpsi
akar terjadi pada sekali waktu pada gigi mature maupun pembentukan akar
yang belum sempurna3.
Fenomena resorpsi akar pada transplantasi gigi secara umum
dianggap oleh beberapa peneliti berhubungan dengan degradasi dari
material organik pada akar tersebut selama transplantasi. Pendapat lain
menyatakan bahwa keberadaan ligament periodontal pada akar gigi akan
menghalangi resorpsi akar dan melindungi permukaan akar dari lisis. Pada
studi penemuan, gigi yang ditransplantasikan saling berhubungan dengan
tulang pada sekeliling akar gigi transplantasi, sehingga penyelidikan ini
gagal menunjukan bahwa periodontal membran utuh dan sekeliling tulang
periradikular tetap kuat dari kemungkinan resorpsi akar akibat
transplantasi gigi. Meskipun subjek telah dilakukan investigasi secara luas,
masih diperlukan banyak penelitian untuk sistem imun, fisiologi dari
perbaikan tulang, dan resorpsi tulang sebelum ada peningkatan tanda
klinis3.
Contoh transplantasi dari gigi molar ketiga mandibula ke gigi molar
pertama mandibula
Gambar 3. Gigi molar pertama yang akan digantikan dengan gigi molar
ketiga
Gambar 4. Gigi molar ketiga dikeluarkan dari soket
Gambar 5. Dilakukan pengangkatan gigi molar ketiga.
Gambar 6. Gigi molar pertama diangkat dan dibuang secara hati-hati.
Gambar 7. Penempatan molar tiga pada resipient site dibawah permukaan
oklusal gigi tetangga (sebelumnya telah dilakukan ekstraksi gigi molar
satu).
Gambar 8. Pemasangan ligature wire menyilang pada oklusal gigi donor.
Gambar 9. Pemasangan ligature wire menyilang pada oklusal gigi donor.
Gambar 10. Ditutup dengan gingival pack.
Semua prosedur diatas biasanya digunakan pada gigi yang
bentuknya tidak sempurna dengan apeks terbuka dan jaringan pulpa vital
yang dapat membentuk dentin. Namun teknik diatas dapat juga dilakukan
pada gigi yang bentuknya sempurna dengan perawatan saluran pulpa3.
Gambar 11. Teknik transplantasi dari gigi molar ketiga bawah ke gigi
molar pertama bawah.
Gambar 12. Gambaran klinis sebelum dan sesudah tranplantasi
gigi.
Contoh transplantasi dari gigi premolar maksila ke gigi insisivus
sentral maksila
Gambar 13. Gigi premolar yang ditansplantasikan menjadi gigi insisivus
sentral atas.
Gambar 14. Soket dilebarkan dengan bur bedah, lalu dibilas dengan
larutan salin.
Gambar 15. Mengetes ukuran soket dengan replica gigi premolar.
Gambar 16. Gigi premolar kedua atas.
Gambar 17. Pemasangan gigi transplant dengan sudut 45o untuk
mendapat lebar servikal.
Gambar 18. Lakukan splin pada gigi yang ditansplantasi lalu evaluasi
melalui pemeriksaan radiografi.
Gambar 19. Transplantasi selesai, lalu dilakukan grinding dan direstorasi
untuk menjaga estetik.
k. Tindak Lanjut
Pasien hendaknya diberi petunjuk konvensional pasca-bedah.
Pasien harus kembali dalam waktu 7 sampai 10 hari untuk evaluasi
penyembuhan dan pengangkatan split. Bila gigi transplantasi mempunyai
akar yang belum sempurna evaluasi radiografi dilakukan pada interval 3
sampai 6 bulan untuk memonitor pertumbuhan akarnya. Pertumbuhan
yang terhenti dan adanya gambar lesi resorpsi merupakan tanda bahwa
pulpa telah nekrosis dan memerlukan perawatan saluran akar9.
Gigi dengan akar yang sudah selesai pertumbuhannya harus
dirawat saluran akarnya segera setelah transplantasi. Caranya sama seperti
yang dipakai untuk gigi avulsi akibat trauma yang kemudian di
replantasikan. Setelah stabilisasi saluran akar harus dibersihkan, dibentuk,
diobturasi, dan direstorasi. Peletakan hidroksida kalsium mungkin tidak
perlu9.
l. Evaluasi
Untuk beberapa tahun lamanya gigi transplantasi mungkin tidak
menunjukan tanda-tanda kegagalan. Oleh karena itu, lakukanlah evaluasi
klinis dan radiologis minimal 5 tahun untuk melihat ada tidaknya
kelainan9.
Instruksi pada Pasien
Kompres dengan es 10 menit, selama 20 menit.
Tidak merokok.
Jangan menarik bibir untuk melihat jahitan.
Hindari sikat gigi pada daerah operasi.
Makan makanan lunak dan hindari mengunyah langsung pada
daerah operasi.
Hindari makanan panas/ dingin.
Hindari latihan fisik berat.
Tidak kumur-kumur dengan kuat.
Dapat berkumur setelah 24 jam.
Follow-up9
1 minggu : suture removal + foto radiograft periapikal untuk
melihat perkembangan.
4 minggu : gigi dengan pembentukan akar yang telah sempurna
atau gigi dengan tanda perubahan patologis à rawat endo dengan
kalsium hidroksida
Jika tidak ada perubahan patologis : kontrol 12 minggu kemudian.
12 minggu : radiograft periapikal, evaluasi radiograft, evaluasi
posisi dan mobilitas gigi, perkusi, kondisi gingiva dan kedalaman
poket.
Long term follow-up9
Tes vitalitas pulpa pada 6 bulan, 1 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun pasca
operasi.
m. Kriteria Keberhasilan
Berdasarkan Radiografi5
Tidak adanya resorpsi eksterna lanjut yang progresif. Pulpa pada
gigi transplantasi yang akarnya belum sempurna dan menjadi
nekrosis memerlukan apeksifikasi dan ikuti dengan perawatan
saluran akar.
Status gingiva, ligamentum periodontal dan tulang alveolar
ukuran panjang akar harus seimbang secara keseluruhan.
Lebar ruang ligament periodontal normal pada gigi transplant.
Tidak ada gangguan perkembangan akar.
Penyembuhan tulang alveolar
Berdasarkan Klinis5
Mobilitas gigi normal.
Adanya penyembuhan gingival dan tidak ada kehilangan
perlekatan gingival.
Tidak adanya patosis.
Tidak ada tanda-tanda dan gejala yang membahayakan.
Organ tersebut dapat menyatu dengan lingkungan baru.
Bebas dari lesi periapikal/ lesi lateral.
Mampu melakukan fungsi kunyah efektif.
Dapat memelihara hubungan otot dan hubungan maksilla
mandibula secara fisiologis.
Estetik dapat diterima.
Berdasarkan Histologis5
Serat-serat ligament periodontal aligned sampai perpendicular,
tidak paralel terhadap akar dan tulang alveolar.
n. Tanda Kegagalan Transplantasi5
Gigi tetap goyang/ tidak cekat.
Bila cekat, setelah beberapa waktu tampak adanya resorpsi atau
ankilosis.
Tulang mengalami nekrosis.
Gigi yang semula vital menjadi nonvital.
Perubahan abnormal warna mukosa.
Adanya inflamasi, gusi kemerahan, edema pada margin gingiva.
Hiperplasia gingiva.
Resesi labial.
Poket dalam.
o. Prognosis
Prognosis untuk transplantasi autogenus variasinya sangat besar.
Faktor yang diidentifikasi sebagai yang paling penting untuk
keberhasilan adalah terpeliharanya periodontium akar dan dinding-
dinding soket, stadium pertumbuhan akar (akar yang belum sempurna
adalah yang paling baik) dan lokasi gigi donor di dalam lengkung rahang.
Molar tiga ipsilateral dan kontralateral adalah donor pilihan untuk
menggantikan gigi molar. Premolar dapat menggantikan premolar.
Transplantasi yang gagal (adanya resorpsi-penggantian, lesi
periodontium, tanda dan gejala yang membahayakan) harus dicabut4.
Prognosis untuk autogenous transplantasi gigi dari gigi unerupted
umumnya baik, bukan hanya penyatuan dari alveolus, tapi juga
berkurangnya masalah histoincompability. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi hasil adalah ekstraksi gigi atraumatik dari gigi donor yang
melindungi struktur akar, immobilisasi yang baik pada gigi donor (jahitan
ketat), dan perkembangan akar setelah dilakukan autotransplantasi yang
memungkinkan pembentukan kembali persarafan dan vaskularisasi pulpa8.
2. TRANSPLANTASI TULANG (BONE GRAFT)
a. Definisi Bone Graft
Bone graft adalah prosedur mentransplantasikan tulang dari daerah
donor ke daerah resipien untuk membantu penyembuhan dan memperkuat
atau memperbaiki fungsi. Bone graft merupakan prosedur bedah yang
menempatkan tulang baru atau menggantikan material lain ke dalam spasi
di antara atau di sekitar tulang rusak (fraktur) untuk membantu
penyembuhan10. Tujuan dari bone grafting adalah mengurangi kedalaman
poket periodontal, peningkatan pelekatan secara klinik, pengisian tulang
di daerah defek dan regenerasi tulang baru, semen dan ligament
periodontal sehingga akar gigi diharapkan dapat terdukung dengan lebih
baik10.
b. Fungsi Bone Graft
Osteokonduksi
Osteokonduktif adalah sifat fisik dari graft dalam menjalankan
fungsi sebagai scaffold untuk mendukung penyembuhan tulang.
Osteokonduktif memungkinkan pertumbuhan neovaskularisasi dan
infiltrasi sel-sel prekursor osteogenik ke dalam ruang graft. Sifat
osteokonduktif ditemukan pada autograft dan allograft,
demineralisasi tulang matrik, hidroksiapatit, kolagen dan kalsium
fosfat10.
Peran bone graft sebagai kerangka untuk memacu pertumbuhan
jaringan tulang baru yang biasanya diletakkan pada jaringan penerima
donor. Osteokonduksi menganut prinsip memberikan ruang dan
substrat untuk seluler dan biokimia untuk laju peristiwa pembentukan
tulang10.
Osteoinduktif
Osteoinduktif adalah kemampuan dari material graft untuk
menginduksi stem cell agar dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel
tulang dewasa. Proses ini biasanya berkaitan dengan adanya faktor
pertumbuhan tulang dalam material graft atau suplemen pendukung
dalam graft tulang. Bone morphogenic protein (BMP) dan
mineralisasi matriks tulang merupakan bahan pokok osteoinduktif10.
Selain itu juga dikatakan bahwa asteoindukti ini sebaga faktor
growth dari jaringan penerima donor untuk mengadakan regenerasi
struktur jaringan yang hilang. Osteoinduksi mewujudkan prinsip
mengkonversi pluripotential, mesenchymal yang diturunkan dari sel
osteoblas sepanjang jalur pembentukan selanjutnya dari tulang10.
Osteogenesis
Osteogenesis adalah kemampuan suatu graft untuk memproduksi
tulang baru. Proses ini dipengaruhi oleh kehadiran sel-sel tulang di
dalam graft tulang. Material osteogenik graft terdiri dari sel dengan
kemampuan untuk membentuk tulang (sel osteoprogenitor) atau
berpotensi untuk berdiferensiasi menjadi sel pembentuk tulang
(diinduksi sel prekursor osteogenik/ sel osteoprogenitor). Sel ini
berpartisipasi dalam tahap awal proses penyembuhan untuk
menyatukan graft dengan tulang resipien. Osteogenesis hanya
ditemukan pada sifat dari bahan autogenous tulang segar dan dalam
sel sumsung tulang, meskipun penelitian mengenai sel ini dalam graft
menunjukkan sangat sedikit sel yang ditransplantasikan dapat
bertahan. Osteogenesis ini telah digambarkan sebagai transfer
langsung sel-sel penting ke daerah yang akan menumbuhkan tulang
baru10.
c. Prinsip-prinsip Bone Graft
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada prosedur
pencangkokan tulang10.
Kepekaan teknis
Cangkok tulang merupakan prosedur dengan kepekaan teknis yang
tinggi.
Infeksi
Infeksi merupakan suatu tanda awal kegagalan pencangkokan tulang.
Asepsis yang ketat harus dipertahankan selama pembedahan. Baik
pada saat pengambilan, penanganan bahan cangkok, maupun
penanamannya pada dasar resipieen. Dengan membatasi keberadaan
bahan cangkok. Diluar tubuh sesingkat mungkin akan dapat
mempertahankan keadaan bahan cangkok lebih baik dan memperkecil
gangguan kontaminasi. Idealnya, bahan cangkok ditransfer langsung
dari donor ke lokasi resipien, satu-satunya penundaan yang
diperbolehkan adalah sewaktu mempersiapkan bahan cangkok, untuk
menghindari terjasdinya rongga kosong. Rongga kosong akan
meningkatkan pembentukan hematom, yang akan menghambat
revaskularisasi dan dapat bertindak sebagai tempat perkembangbiakan
bakteri.
Daerah resipien
Keberhasilan cangkok tulang tergantung pada kualitas jaringan dasar
resipien, oleh karena itu harus dilakukan persiapan secara cermat. Jika
daerah resipien terinfeksi, maka harus menunggu minimal 3-4 bulan
setelah infeksi hilang sebelum melakukan pencangkokan.
Imobilisasi
Fiksasi/ imobilisasi yang tidak adekuat akan menyebabkan kegagalan
dalam prosedur pencangkokan tulang.
d. Indikasi Bone Graft
Indikasi pencangkokan tulang antara lain10:
Perawatan non-union fracture dan penyatuan tulang
Pencangkokan tulang diindikasikan untuk perawatan fraktur yang
tidak bersatu (non-union), dimana trauma yang terjadi mengakibatkan
kehilangan tulang dan untuk pembedahan arthodesis, yaitu
pembedahan tulang untuk membatasi pergerakan yang dikenal juga
sebagai penyatuan sendi.
Mengembalikan bentuk normal dari tulang
Pada kasus infeksi dan eksisi tumor yang mengakibatkan kehilangan
banyak tulang maka pencakokan tulang dilakukan untuk mengisi
ruang kosong yang terjadi.
Defek tulang vertikal atau angular berdinding 3.
Defek tulang vertikal atau angular berdinding 2, dengan syarat
defeknya tidak terlalu lebar.
e. Kontraindikasi Bone Graft10
Pasien yang hipersensitivitas terhadap material bone graft
Pasien dengan penyakit keganasan (malignancy)
Pasien yang sedang menjalani terapi keganasan
Pasien dengan status neurovaskular yang tidak adekuat
Wanita hamil
Pasien dengan infeksi aktif di area operasi
f. Jenis-jenis Bahan Cangkok Tulang
Berdasarkan asal bahan tersebut yaitu:
Autograft
Bahan cangkok tulang yang diambil dari tubuh pasien
sendiri. Merupakan bahan paling baik untuk dipergunakan karena
tidak mempunyai masalah imunologi berupa penolakan tubuh.
Sifat osteogenik dan osteokonduktif bahan autograft paling besar
dibandingkan bahan cangkok lain, serta memiliki kemampuan
revaskularisasi yang lebih cepat dibandingkan bahan alloplastik.
Kelemahan bahan ini yaitu dapat menimbulkan trauma dan
tambahan rasa sakit dari daerah donor. Dan pada daerah donor
dapat terjadi hematom, fraktur, dan infeksi. Bahan cangkok tulang
autograft dapat berupa bahan autograft non vaskular dan bahan
autograft vaskular. Pada bahan yang non vaskular, osteogenesis
memainkan peranan yang relatif kecil10.
Kelebihan autograft:
Tidak ada resiko pemindahan penyakit, karena tulang berasal
dari pasien itu sendiri sehingga tidak ada risiko penyakit
ditularkan dari pendonor.
Sedikit atau tidak ada risiko terjadi reaksi penolakan bone
graft oleh tubuh.
Penggunaan tulang yang diambil dari pasien itu sendiri
memicu pertumbuhan tulang baru.
Kekurangan autograft:
Tidak semua dokter gigi dapat menjalani prosedur ini.
Dibutuhkan 2 operasi yaitu untuk mengambil tulang dan
memindahkannya.
Pasien dapat merasa sakit pada bagian tulang yang diambil.
Allograft
Bahan cangkok yang berasal dari tubuh orang lain yang
merupakan satu spesies. Bahan ini tidak bersifat osteogenik dan
secara kualitatif, terjadinya penyatuan tulang sama dengan bahan
autograft. Tetapi secara biologis dibawah bahan autograft, karena
adanya kemungkinan pemindahan penyakit dari donor ke
resipien. Tipe-tipe bahan allograft, yaitu10.
Bahan cangkok segar
Tidak memerlukan perawatan pemeliharaan, bersifat
imunogenik dan menimbulkan respon imun yang kuat.
Bahan cangkok beku
Proses pembekuan melibatkan pendinginan dibawah 600 C,
untuk mengurangi degradasi enzim serta menurunkan sifat
imunogenik tanpa mengubah unsur-unsur biomekanikal
bahan cangkok.
Bahan cangkok kering beku
Meliputi proses pembuangan air dari jaringan beku dan
kemudian bahan cangkok dibungkus secara vakum dan dapat
disimpan selama 5 tahun.
Kelebihan allograft:
Pasien tidak perlu mengalami luka bedah tambahan untuk
pengambilan donor dari tubuhnya sendiri.
Potensi perbaikan tulang sama baiknya dengan autograft.
Kekurangan allograft:
Berisiko timbulnya reaksi immunologik.
Ada kemungkinan terjadinya transfer penyakit.
Beberapa pasien tidak menyukai prosedur ini dikarenakan
menggunakan tulang donor.
Xenograft
Xenograft adalah bahan graft yang diambil dari spesies
yang berbeda, biasanya berasal dari lembu untuk digunakan pada
manusia. Graft Hidroksilapatit yang berasal dari tulang lembu di
buat melalui proses kimia (Bio-Oss) atau pemanasan tinggi.
Proses ini menghasilkan suatu tulang hidrosksilapatit alami yang
serupa dengan struktur mikroporositas dan makroporositas tulang
manusia10.
Kelebihan xenograft:
Hanya satu prosedur yang diperlukan karena tulang tidak
diambil dari pasien itu sendiri.
Memicu pertumbuhan tulang alami.
Kekurangan xenograft:
Beresiko kecil mengalami encephalopathy spongiform bovine
apabila mengambil tulang sapi karena seluruh komponen
organik dari tulang diambil. Encephalopathy spongiform
bovine merupakan penyakit yang dikenal sebagai penyakit
sapi gila, yaitu penyakit neurodegeneratif pada sapi yang
menyebabkan degenerasi otak dan tulang belakang.
Banyak pasien yang menolak dilakukan prosedur ini karena
menggunakan tulang yang berasal dari hewan.
Aloplastik
Allopastik adalah bahan graft yang berasal dari campuran
satu atau lebih tipe material. Ada beberapa macam bahan graft
dari alloplastik, seperti keramik, polymers, dan natural material.
Material graft tulang anorganik alami diperoleh dari tulang
cortical sapi. Proses yang tepat telah dikembangkan untuk
mengeluarkan komponen-komponen organic dari tulang yang
menyisakan komponen mineral alami untuk digunakan sebagai
material osteokonduktif dalam aplikasi perbaikan tulang10.
Kelebihan alloplastik:
Tidak beresiko transfer penyakit.
Dokter gigi dapat menentukan jumlah yang tepat dari tulang
sintetik agar graft sukses.
Hanya satu prosedur yang diperlukan untuk graft ini.
Alloplastik graft tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk
untuk didapatkannya kedudukan yang sempurna (perfect fit).
Alloplastik graft dibuat dari material biodegradable (dapat
diserap) sehingga aman untuk digunakan dalam tubuh.
Kekurangan alloplastik:
Beberapa alloplastik graft lemah.
Ada kemungkinan terjadi reaksi penolakan material oleh
tubuh.
Berdasarkan keadaannya, dapat berupa:
Tulang Kortikal
Merupakan bagian terluar dari tulang, memiliki struktur yang
padat, mengandung sedikit permukaan endosteal, dan sedikit sel-
sel osteoprogenitor. Tulang kortikal merupakan bahan cangkok
onlay, sering digunakan untuk perawatan fraktur non-onion yang
secara mekanik bertindak sebagai immobilisasi fragmen dan juga
menunjang terjadinya osteogenesis10.
Tulang Konselus
Bagian dalam dari tulang. Mengandung banyak permukaan
endosteal dan sumsum tulang merah yang mensuplai sel-sel
osteoprogenitor. Tulang ini diindikasikan untuk menjembatani
atau menghubungkan cacat kontinuitas yang panjang dan
merestorasi daerah melengkung yang sulit10.
Tulang Kortikokonselus
Merupakan gabungan dari tulang kortikal dan kanselus.
Contohnya tulang kortikokonselus yang diambil dari tulang ilium
yang digunakan sebagai bahan cangkok berbentuk H untuk
menstabilisasi lumbosacral junction, ditambah dengan tulang
konselus pada permukaan resipien10.
Daerah yang sering dijadikan donor bagi bahan cangkok autograft
adalah ileum (krista iliaka), tibia, fibula, calvaria, costa ( tulang
rusuk), dan mandibula10.
g. Respon Imun pada Transplantasi Organ/ Jaringan
Pada transplantasi terdapat perbedaan perbedaan genetik diantara jaringan
atau organ yang ditransplantasi.
Autograft
Transplantasi jaringan dari satu bagian tubuh ke bagian lain pada
orang yang sama, tidak dianggap asing oleh sistem imun, tidak
menyebabkan masalah kekebalan tubuh, variasi genetik tidak ada dan
molekul Major Histocompatibility Complex (MHC) dapat mengenal
jaringan atau organ yang baru sebagai “sendiri” 10.
Allograft
Pencangkokan yang umum, dari satu organisme ke organisme lain
berasal dari spesies yang sama, walaupun demikian mereka
mempunyai latar belakang genetik berbeda. Molekul MHC penerima
akan mengenal bagian cangkokan sebagai benda asing, memberitahu
sistem kekebalan tubuh utk menolaknya10.
Isograft
Transplantasi jaringan atau organ dari donor yang secara genetik
identik dengan resipien atau jaringan dari individu10.
Xenograft
Pencangkokan satu spesies suatu organisme ke spesies lain. Variasi
genetik yang terlalu besar di antara dua organisme tersebut.
Menimbulkan Penolakan yang sangat cepat ke jaringan-jaringan asing
atau organ yang berasal dari respon sel dibantu oleh IgM. Gagasan
untuk pencangkokan dari hewan ke manusia, memiliki masalah seperti
penyakit, ukuran organ dan perdebatan etis. Tahun 1999 di Inggris
eksperimen pencangkokan hati babon ke manusia, mengakibatkan
terinfeksi virus yang berasal dari babon tersebut10.
Penolakan
Klasifikasi penolakan
Hiper-akut
Respon mediasi komplemen pada penerima dengan antibodi yang
telah ada pada donor (antibodi tipe darah ABO) terjadi dalam
hitungan menit sehingga cangkokan tersebut harus segera dibuang
untuk mencegah respons inflamasi sistemik yang parah10.
Akut
Umumnya terjadi 5-10 hari setelah pencangkokan, dan dapat
menghancurkan cangkokan tersebut, apabila tidak dikenal dan
dirawat. Obat penekan sistem imun sangat efektif mencegah tipe
penolakan ini. Hal ini berhasil 60-75% pencangkokan ginjal
pertama. 50-60% pada pencangkokan hati10.
Penolakan Kronis
Penolakan jangka panjang diakibatkan oleh respons imun
alloreaktif penerima, hal ini dapat terjadi pada semua tipe
cangkokan. Seperti, pencangkokan jantung, paru, ginjal, dll10.
Mekanisme penolakan
Sel T berperan utama dalam proses penolakan. Setelah distimulasi,
efektor CD4+ sel T menghasilkan sitokin (antara lain interleukin 2
yang menyediakan signal untuk Sel T sitotoksik dan sel T helper). IL-
2 juga meningkatkan ekspansi klonal sel T, yang membantu dalam
proses penolakan Sitokin yang lain juga dihasilkan dalam proses
respon untuk mendeteksi antigen asing. Pengenalan antigen
transplantasi oleh sel T Helper disebut “allorecognition”.
Gambar 20. Respon imun pada bone graft.
Penyembuhan dari penolakan/ medikasi imunosupresif.
Tujuan terapi imunosupresif setelah transplantasi untuk mencegah
“allorecognition” dan menyerang terus menerus kepada organ/
jaringan transplantasi. Ada 4 imunosupresif yang dipakai, yaitu
antilimfosit, antimetabolit, glucocorticoids dan inhibitor kalsineurin.
D. TRANSPLANTASI DITINJAU DARI ASPEK HUKUM
Dasar hukum dilaksanakannya transplantasi organ sebagai suatu terapi
adalah Pasal 32 ayat (1), (2), (3) tentang hak pasien untuk memperoleh
kesembuhan dengan pengobatan dan perawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan11:
Pasal 32 ayat (1) berbunyi: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
diselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan akibat penyakit,
mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau menghilangkan cacat.
Pasal 32 ayat (2) berbunyi: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
dilakukan dengan pengobatan dan atau perawatan.
Pasal 32 ayat (3) berbunyi: Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Pada Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pelaksanaan
transplantasi diatur dalam Pasal 34 yang berbunyi11:
Pasal 34 Ayat (1): Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.
Pasal 34 Ayat (2): Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang
donor harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada
persetujuan donor dan ahli waris atau keluarganya.
Pasal 34 Ayat (3): Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan
transplantasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah No.18
tahun 1981, tentang bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta
Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Pokok-pokok peraturan tersebut
adalah11
Pasal 1
a) Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk
oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu
untuk tubuh tersebut.
b) Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi)
yang sama dan tertentu.
c) Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan
atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka
pengobatan untuk menggantikan alat dan jaringan tubuh yang tidak berfungsi
dengan baik.
d) Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya
kepada orang lain untuk keperluan kesehatan.
e) Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran
yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung seseorang
telah berhenti.
Pasal 10
Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a dan Huruf b, yaitu
harus dengan persetujuan tertulis penderita dan keluarga yang terdekat setelah
penderita meninggal dunia.
Pasal 11
a) Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter
yang ditunjuk oleh mentri kesehatan.
b) Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh
dokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan.
Pasal 12
Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada sangkut paut
medic dengan dokter yang melakukan transplantasi.
Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai
dengan dua orang saksi.
Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau
bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan
pernyataan tertulis keluarga terdekat.
Pasal 15
Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia
diberikan oleh calon donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu
diberitahu oleh dokter yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai
sifat operasi, akibat-akibat dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.
Dokter yang merawatnya harus yakin benar bahwa calon donor yang
bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.
Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu
kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi.
Pasal 17
Dilarang memperjualbelikan alat atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua
bentuk ke dan dari luar negeri.
Berbagai organ yang telah berhasil ditransplantasikan sampai saat ini adalah
1. Tulang
2. Kulit
3. Mata (kornea)
4. Paru-paru
5. Jantung dan katup jantung
6. Hati
7. Pankreas
8. Usus
DAFTAR PUSTAKA
1. Harty, F. J. & Ogston, R. Kamus Kedokteran Gigi. 1995. Jakarta: EGC.
2. Torabinejad, M. & Walton, R. E. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia Edisi
3. 2008. Jakarta: EGC.
3. Archer, W. Harry. Oral and maxillofacial surgery 5th Ed. 1975. Philadelphia:
WB. Saunders Company.
4. Grossman, Louis I., dkk. Ilmu Endodontik dalam Praktik Edisi 11. 1995.
Jakarta: EGC.
5. Jae Hyun Park, dkk. Tooth Autotransplantation as A Treatment Option: A
Review. J Clin Pediatr Dent, Vol. 35(2): 129–136. 2011.
6. Cameron M.L. Clokie. Autogenous Tooth Transplantation: An Alternative to
Dental Implant Placement?. J Can Dent Assoc, Vol. 67(2): 92-6. 2001.
7. Henry W. Noble. Tooth Transplantation: A Controversial Story. A shortened
version of a lecture given to the Scottish Society for the History of Medicine
on June 15, 2002
8. Rui Amandal Mendes. Mandibular Third Molar Autotransplantation:
Literature Review with Clinical Cases. J Can Dent Assoc, Vol. 70(11):761–6.
2004.
9. S. Thomas, dkk. Autotransplantation of Teeth: Is There A Role?. British
Journal of Orthodontics, Vol. 25(4): 275-282. 1998.
10. Oates Thomas W, Hermann Joachim S. Principles of guided bone
regeneration (GBR) in dental implants. CD. 2006. 5:1-7.
11. Hanifiah, Jusuf M. & Amir, Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan
Edisi 4. 2008. Jakarta: EGC.