Upload
phungtram
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR KEPEMILIKAN PERUSAHAANTERHADAP PERMINTAAN KUALITAS AUDITOR
PADA EKONOMI TRANSISIONAL
WidiastutiProf. Dr. H. Muchamad Syafruddin, M. Si, Akt
Abstract
The purpose of this study was to provide empirical evidence of the affect ofchanges in corporate ownership structure on the demand of auditor quality intransitional economy. Changes in corporate ownership was measured by changes inthe percentage of shares held by the state, institutions, and individual shareholders.The demand of auditor quality was measured by natural logarithm of the ratio ofcombined assets of the listed companies audited by the new auditor to that by the oldauditor. Transitional economy in Indonesia which related with ownership structurewas about privatization act. This study also used variable control that consists ofsize, leverage, ROE, subsidiary, and management.
The population of this study was 12 state-owned enterprises (SOEs) whichwere listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). The research data were collected forthe period of 2004 to 2009. Based on purposive sampling method, there are 30samples. The research hypothesis was tested using linear regression.
This study has three conclusions related on changes in corporate ownershipstructure and the demand of auditor quality. We find that a decrease of governmentshares and an increase of institutional shares lead to a general increase in thedemand of auditor quality. However, the influence of individual shareholders on afirm’s auditor-choice decisions appears insignificant.
Keywords: changes in corporate ownership structure, demand of auditor quality,transitional economy
2
1. PENDAHULUAN
Sekitar tahun 2000-an muncul ketertarikan baru di dunia akuntansi yaitu
menyoroti tentang kualitas pelaporan keuangan perusahaan. Ketertarikan tersebut
juga didukung dengan munculnya kasus Enron dan KAP Arthur Andersen serta
kasus-kasus serupa lainnya. Dengan terjadinya kasus-kasus tersebut, menimbulkan
pertanyaan yang serius mengenai kualitas dan reliabilitas dari informasi auditan yang
dikeluarkan oleh auditor. Padahal, semestinya auditor harus menyatakan laporan
auditannya seindependen mungkin sehingga tidak menciderai kepentingan dari
stakeholders. Sebagaimana hal yang menjadi perhatian dalam The Sarbanes-Oxley
Act tahun 2002 bahwa pengauditan menjadi mekanisme governance yang penting
sebagai jalan untuk memonitor kerja manajer.
Menurut teori agensi yang dinyatakan oleh Jensen dan Meckling (1976),
permintaan akan auditor eksternal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh struktur
kepemilikan perusahaan. Di dalam teori tersebut dijelaskan bahwa kepemilikan yang
lebih tersebar akan meningkatkan pengawasan yang lebih terhadap kinerja
perusahaan. Sedangkan untuk kepemilikan yang terkonsentrasi, dijelaskan akan
menimbulkan dua konflik, yaitu :
1) Ekspropriasi oleh pemegang saham mayoritas kepada pemegang saham
minoritas. Yang dimaksud dengan ekspropriasi adalah proses penggunaan
kontrol untuk memaksimumkan kesejahteraan sendiri dengan distribusi
kekayaan dari pihak lain (Claessens et al., 2000).
2) menaikkan biaya agensi, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung
pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak
manajemen. Biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita
perusahaan sebagai akibat penyalahgunaan wewenang (wrong doing),
maupun berapa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya
hal tersebut.
3
Mendukung pernyataan Jensen dan Meckling, DeFond (2000) melalui
penelitiannya mendapatkan hasil bahwa semakin tinggi kepemilikan pemerintah
maka semakin kecil permintaan terhadap pengauditan independen yang menawarkan
informasi akuntansi yang berkualitas untuk investor dan kreditor. Penelitian serupa
juga dilakukan oleh Wang et al (2005), membandingkan antara state-owned
enterprises (SOEs) dan non-SOEs untuk pemilihan auditor di China. Hasil yang
didapatkan adalah SOE lebih memiliki kecenderungan untuk memilih auditor lokal
kecil dibandingkan non-SOEs.
Penelitian utama yang menjadi acuan untuk penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Chan et al (2007). Chan melakukan penelitian berkenaan dengan
perubahan persentase kepemilikan perusahaan terhadap permintaan kualitas auditor
pada ekonomi transisional di China. Ekonomi transisional yang dimaksud di dalam
penelitian Chan adalah pendirian Shanghai and Shenzhen Stock Exchange pada awal
tahun 90-an. Pendirian bursa saham tersebut secara signifikan mengubah struktur
kepemilikan perusahaan di China yang kala itu memang sepenuhnya masih dimiliki
oleh pemerintah. Dari hasil penelitian Chan tersebut didapatkan kesimpulan bahwa
ada pengaruh antara perubahan persentase struktur kepemilikan perusahaan terhadap
permintaan kualitas auditor.
Berdasar penelitian tersebut, penelitian ini bermaksud mereplika yang pernah
dilakukan oleh Chan (2007) dengan sedikit perbedaan. Hal yang akan dibuat berbeda
antara penelitian ini dengan penelitian Chan adalah faktor ekonomi transisional.
Penelitian ini menggunakan masa ekonomi transisional yaitu dikeluarkannya undang-
undang yang berkenaan dengan privatisasi, yaitu Undang-undang Nomor Undang-
undang Nomor 19 Tahun 2003. Lebih spesifik, privatisasi diatur dalam undang-
undang tersebut pada bagian Bab VIII tentang Restrukturisasi dan Privatisasi, mulai
pasal 74.
Dari beberapa penelitian yang berkaitan dengan struktur kepemilikan,
mayoritas masih menghubungkan struktur kepemilikan dengan kinerja keuangan
perusahaan. Namun, masih belum banyak penelitian di Indonesia yang meneliti
4
mengenai struktur kepemilikan kaitannya dengan pemilihan kualitas auditor. Karena
alasan tersebut, maka penelitian ini bermaksud meneliti mengenai hubungan antara
perubahan struktur kepemilikan dengan pemilihan pergantian auditor.
Penelitian ini akan terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama berisi
pendahuluan yang akan membahas mengenai latar belakang, tujuan penelitian, dan
ruang lingkupnya. Sedangkan bagian kedua adalah landasan teori dan pengembangan
hipotesis yang akan membahas teori agensi berkenaan dengan perubahan struktur
kepemilikan, permintaan kualitas auditor, dan ekonomi transisional. Pada bagian tiga
akan dibahas mengenai metodologi penelitian yang berkaitan dengan pemilihan
sampel, model empiris yang digunakan, operasionalisasi variabel, dan pengujian
modelnya. Sedangkan pada bagian empat akan membahas mengenai hasil penelitian
ini. Akhirnya, di bagian lima akan dibahas mengenai kesimpulan, keterbatasan, dan
potensi bagi riset di masa mendatang.
2. TELAAH TEORI
Jensen dan Meckling (1976) dalam penelitiannya mengartikan hubungan
agensi sebagai sebuah kontrak yang melibatkan dua orang atau lebih, di mana salah
satu disebut sebagai principal (principal) dan pihak lain disebut sebagai agen (agent).
Di dalam kontrak tersebut prinsipal mendelegasikan wewenang kepada agen untuk
mengambil keputusan. Implementasi pernyataan tersebut di dalam dunia bisnis bisa
dilihat antara manajer dan pimpinan perusahaan.
Selain itu, Jensen dan Meckling (1976) juga berpendapat bahwa perusahaan
merupakan sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham.
Pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan perusahaan terhadap pihak
manajemen. Manajer sebagai pihak yang diberi wewenang atas kegiatan perusahaan
dan berkewajiban menyediakan laporan keuangan. Namun, yang sering terjadi adalah
manajer akan cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya
dan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Informasi yang diterima oleh
5
pimpinan perusahaan terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya
sehingga hal ini memacu terjadinya konflik keagenan. Dalam kondisi yang demikian
ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information
asymmetric) (Imanda dan Nasir, 2006).
Eisenhardt (dikutip oleh Ujiyantho dan Pramuka, 2008), menggunakan tiga
asumsi sifat dasar manusia untuk menjelaskan tentang teori agensi yaitu:
(1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest),
(2) memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded
rationality), dan
(3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia
kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic, yaitu
mengutamakan kepentingan pribadinya. Menurut Jensen dan Meckling (1976) adanya
masalah keagenan memunculkan biaya agensi yang terdiri dari:
(1) The monitoring expenditure by the principle, yaitu biaya pengawasan yang
dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengaawasi perilaku dari agen dalam
mengelola perusahaan.
(2) The bounding expenditure by the agent (bounding cost), yaitu biaya yang
dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak bertindak yang
merugikan prinsipal.
(3) The Residual Loss, yaitu penurunan tingkat utilitas prinsipal maupun agen
karena adanya hubungan agensi.
Masalah keagenan dapat diminimalisasi dengan mekanisme pengawasan yang
dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut sehingga timbul biaya
keagenan (agency cost). Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost,
diantaranya adanya kepemilikan saham oleh institusional dan kepemilikan saham
oleh manajemen (Tendi Haruman, 2008)
Kinerja yang dihasilkan oleh para pelaku perusahaan juga berpengaruh
terhadap pemilihan auditor. Pemilik perusahaan akan membuat laporan keuangan
6
sebagai bentuk akuntabilitasnya kepada pemegang saham. Kinerja perusahaan yang
buruk akan membuat pelaku perusahan untuk memilih auditor dengan kredibilitas
yang rendah, sehingga akuntabilitas bisa dimanipulasi.
Francis et al. (1988) menunjukkan adanya hubungan yang positif antara
ukuran klien dengan pemilihan perusahaan audit yang memiliki kualitas yang tinggi.
Idealnya, ukuran perusahaan audit harus sesuai dengan ukuran perusahaan klien.
Sebuah ketidaksesuaian ukuran antara perusahaan klien yang besar diaudit oleh
perusahaan audit yang kecil dapat menyebabkan berakhirnya keterlibatan audit
(Hudaib dan Cooke, 2005).
Pada umumnya, kepemilikan perusahaan di Indonesia ada beberapa macam,
Besarnya persentase tiap-tiap kepemilikan tersebut menghasilkan nilai perusahaan
yang berbeda. Michael Porter dalam Gedajlovic dan Shapiro (1998) menyatakan
bahwa tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh struktur kepemilikan, motivasi dan
pemegang surat hutang, corporate governance dan proses insentif yang membentuk
motivasi manajer.
Kepemilikan oleh pemerintah menurut Shleifer dan Vishny (1997) yang
berarti kepemilikan tersebut terkonsentrasi, justru akan mendorong pengendali
perusahaan untuk melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Yang
dimaksud dengan ekspropriasi adalah proses penggunaan kontrol untuk
memaksimumkan kesejahteraan sendiri dengan distribusi kekayaan dari pihak lain
(Claessens et al., 2000b). Ekspropriasi ini bisa dilakukan karena dengan kepemilikan
yang lebih terkonsentrasi pemegang saham mayoritas bisa seolah-olah membuat
semua keputusan perusahaan.
Penelitian lain yang berhubungan dengan kepemilikan pemerintah adalah
Barth, Caprio Jr, dan Levine (2002) untuk industri perbankan. Dalam penelitian
tersebut, digunakan data empiris dari 60 negara, dan mengupas permasalahan yang
lebih luas dari sekedar hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja bank.
Beberapa kesimpulan dari penelitian tersebut adalah :
7
1) Membatasi kepemilikan bank oleh perusahaan non-keuangan tidak
berkaitan dengan kerapuhan keuangan maupun kinerja bank tersebut,
2) semakin besar industri perbankan dikontrol/dikendalikan oleh pemerintah,
maka inovasi di sektor perbankan akan semakin berkurang,
3) kepemilikan pemerintah yang semakin besar pada bank cenderung
berkaitan dengan semakin banyaknya pelaksanaan sistem keuangan yang
buruk, serta berkaitan pula dengan semakin banyaknya bank yang
perkembangannbya lambat/buruk,
4) bukti empiris memperlihatkan hubungan yang negative antara tingkat
kepemilikan bank oleh pemerintah dan perkembangan keuangan.
Studi yang dilakukan oleh La Porta, Lopez-de-Silanes dan Shleifer (1999)
adalah mengenai peran kepemilikan pemerintah dalam kinerja bank, studi tersebut
menggunakan pengukuran alternatif kepemilikan pemerintah dan perkembangan
keuangan. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa
kepemilikan pemerintah memperlambat perkembangan yang terjadi di sektor
keuangan. Lambatnya perkembangan keuangan perusahaan akan berpengaruh
terhadap pergantian auditor seperti yang dinyatakan dalam penelitian Hudaib dan
Cooke (2005). Penelitian lain berkaitan dengan struktur kepemilikan pemerintah juga
dilakukan oleh Shleifer dan Vishny (1997) yang menyatakan bahwa kepemilikan
yang terkonsentrasi (oleh pemerintah) hanya akan meningkatkan ekspropriasi kepada
pemilik saham minoritas.
Kepemilikan lain adalah kepemilikan institusional yaitu kepemilikan
perusahaan oleh instansi non-pemerintah atau biasanya berbentuk perseroan terbatas.
Keberadaan institusional sebagai bagian dari pemilik perusahaan berfungsi untuk
memonitor kinerja perusahaan. Cai et al (2001) menyatakan dalam penelitiannya
bahwa kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan
kemampuannya untuk memonitor manajemen semakin baik. Semakin besar
kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan
8
sehingga perusahaan akan jauh dari permasalahan keuangan. Hasil ini juga didukung
oleh penelitian dari Crutchley et al. (1999) yang menemukan bahwa monitoring yang
dilakukan institusi mampu mensubstitusi biaya keagenan lain (hutang, deviden, dan
kepemilikan manajerial sehingga biaya keagenan menurun dan nilai perusahaan
meningkat.
Pada kasus di Indonesia, kepemilikan institusional sudah cukup mampu
menjadi alat monitoring yang baik. Hal ini dikarenakan insitusi yang memegang
saham telah memiliki kemampuan dan sarana yang memadai untuk melakukan
monitoring (Fifi Swandari, 2003).
Kepemilikan jenis ketiga adalah kepemilikan individual. Penelitian yag
dilakukan oleh Xu dan Wang (1999) yang berpendapat bahwa kepemilikan saham
oleh individu tidak berpengaruh terhadap perusahaan karena representasinya yang
rendah dalam Board of Directors. Rendahnya representasi mereka ini akhirnya
mengakibatkan ketidakmampuan dalam melakukan monitoring terhadap kinerja
perusahaan. Selain itu, kepemilikan individu sebenarnya tidak memiliki insentif yang
cukup untuk membayar biaya agensi untuk memonitor kerja manajer. Hanya saja,
kepemilikan yang lebih tersebar akan membuat semacam pemantauan kepada
manajemen untuk bekerja sebaik mungkin dan menyampaikan hasil kinerjanya. Salah
satu hasil kinerja tersebut dinilai dengan kualitas auditor yang dipilih (Xu dan Wang,
1999).
Menurut penelitian Slovin dan Sushka (1993) menunjukkan bahwa nilai
perusahaan dapat meningkat apabila institusi mampu menjadi alat monitoring yang
efektif. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Smith (1996) hasilnya aktifitas
monitoring perusahaan mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan. Struktur
pengelolaan perusahaan tersebut tentunya juga mencakup bagaimana perusahaan
mampu memberikan laporan keuangan uang berkualitas kepada pemegang saham.
Kualitas laporan keuangan tersebut juga ditentukan oleh kualitas auditor yang dipilih
perusahaan.
9
Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self-
interest maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada
hubungan antara prinsipal dan agen sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor
independen. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari
kualitas audit yang tinggi.
Kualitas audit adalah sikap auditor dalam melaksanakan tugasnya yang
tercermin dalam hasil pemeriksaannya yang dapat diandalkan sesuai dengan standar
yang berlaku. Kualitas audit diukur dengan 4 aspek kualitas audit berdasarkan
Financial Reporting Council (2006: 16) yaitu: budaya dalam KAP; keahlian dan
kualitas personal rekan dan staff audit; efektivitas proses audit; serta keandalan dan
manfaat laporan audit.
Penelitian ini mengangkat pengaruh perubahan struktur kepemilikan
perusahaan BUMN go public terhadap permintaan kualitas auditor pada ekonomi
transisional. Ekonomi transisional yang dimaksud adalah dikeluarkannya sejenis
undang-undang maupun peraturan pemerintah yang mempengaruhi perubahan
persentase kepemilikan perusahaan. Perusahaan yang dimaksud adalah Badan Usaha
Milik Negara yang kemudian dilakukan adanya privatisasi sehubungan dengan
dikeluarkannya Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003. Lebih spesifik, privatisasi
diatur dalam undang-undang tersebut pada bagian Bab VIII tentang Restrukturisasi
dan Privatisasi, mulai pasal 74.
Privatisasi seperti yang diatur dalam undang-undang perlu dilakukan oleh
pemerintah karena melihat pelaksanaan peran BUMN yang kurang optimal dalam
perekonomian nasional. Langkah optimalisasi peran tersebut ditindaklajutu dengan
pengurusan dan pengawasan yang lebih profesional yaitu dengan cara privatisasi.
Privatisasi dapat dilaksanakan dengan tiga cara, yaitu :
1) penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal,
2) penjualan saham langsung kepada investor, dan
3) penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan yang bersangkutan.
10
Privatisasi yang dilakukan dikatakan sebagai ekonomi transisional karena
dengan dikeluarkannya undang-undang yang lebih mengatur tentang privatisasi
tentunya akan meningkatkan jumlah Badan usaha Milik Negara yang akan go public.
Pada tahun-tahun sebelum dikeluarkannya undang-undang tersebut sudah ada
beberapa BUMN yang melakukan privatisasi, hanya saja jumlahnya masih sangat
kecil. Atas keberadaan undang-undang ini diharapkan pemerintah lebih banyak lagi
mendorong BUMN untuk melakukan IPO demi meningkatnya kinerja dan efisiensi
perusahaan, serta menumbuhkembangkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas
pasar.
Penelitian-penelitian terdahulu yang hamper mirip dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan di China oleh Wang et al (2005) dan Chan et al
(2007). Di dalam penelitiannya, Wang membandingkan antara state-owned
enterprises (SOEs) dan non-SOEs untuk pemilihan auditor di China. Variabel
dependen dalam penelitian tersebut adalah tipe auditor (besar atau kecil). Selain itu
juga ditambah dengan beberapa variabel dependen untuk analisis tambahannya, yaitu
opini audit, market-to-book assets, dan fee audit. Variabel independen yang
digunakan adalah SOE atau non-SOE dan didukung oleh beberapa varaibel kontrol.
Hasil yang didapatkan adalah SOEs lebih memiliki kecenderungan untuk memilih
auditor lokal kecil dibandingkan non-SOEs.
Penelitian Chan dilakukan di China dengan variabel dependen permintaan
akan kualitas auditor, variabel independen yang digunakan perubahan struktur
kepemilikan, dan didukung dengan beberapa variabel kontrol. Sampel yang
digunakan adalah pada saat terjadi transisi ekonomi di China. Yang dimaksud dengan
transisi ekonomi di China tersebut adalah ketika China Stock Exchange dibentuk
sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada kepemilikan perusahaan, semula
dimiliki penuh oleh pemerintah menjadi sebagian dimiliki oleh institusi maupun
individu. Hasil yang didapat dari penelitian tersbut adalah semakin tinggi
kepemilikan institusional dan individual maka akan semakin tinggi pula permintaan
akan kualitas auditor.
11
Berdasarkan paparan di atas, maka dibentuklah hipotesis sebagai berikut :
H1a : Ada pengaruh perubahan persentase kepemilikan pemerintah terhadap
permintaan kualitas auditor pada ekonomi transisional
H1b : Ada pengaruh perubahan persentase kepemilikan institusional
terhadap permintaan kualitas auditor pada ekonomi transisional
H1c : Ada pengaruh perubahan persentase kepemilikan individual terhadap
permintaan kualitas auditor pada ekonomi transisional
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pemilihan Sampel
Sampel yang dipilih adalah perubahan yang melakukan perubahan struktur
kepemilikan di dalam perusahaannya. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
judgment purposive sampling dengan kriteria :
a. BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2010.
Penggunaan BUMN sebagai sampel karena di dalam penelitian dibutuhkan
data tentang perusahaan yang melakukan perubahan persentase kepemilikan
saham pemerintah ke institusional. Sedangkan untuk periode yang dipilih
menggunakan tahun 2004-2010 berkaitan dengan dikeluarkannya Undang-
undang Nomor 19 Tahun 2003 Bab VIII mengenai Restrukturisasi dan
Privatisasi BUMN.
b. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan lengkap yang diperlukan
dalam penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa
laporan tahunan atau annual report tersebut diperoleh dari situs resmi Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada (http://www.idx.co.id) dan laporan keuangan auditan
12
perusahaan tahun 2004-2010 yang diperoleh dari Indonesian Capital Market
Directory (ICMD) yang tersedia di Pojok BEI-Universitas.
3.2 Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik analisis denan regresi linear. Selain
menggunakan uji regresi juga digunakan uji-uji lain sebagai penunjang, seperti uji
statistic deskriptif dan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, autokorelasi,
heteroskedastisitas dan multikolinearitas.
Analisis regresi linear dilakukan untuk menguji seberapa besar hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen serta untuk mengetahui arah
hubungan tersebut. Persamaan regresi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah:
ΔQuality = β0 + β1ΔState + β2ΔInstitutions + β3ΔIndividuals +
β4ΔSize + β5ΔLeverage + β6ΔROE + β7Subsiadiary
+ β8Management + βk + e
Dalam penelitian ini ada tiga jenis variabel yang digunakan yaitu variabel
independen, dependen, dan variabel kontrol. Variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah permintaan kualitas auditor (ΔQuality). Yang dimaksud
dengan permintaan kualitas auditor adalah permintaan dari perusahaan klien kepada
perusahaan akuntan publik akan kualitas audit yang dilakukan. Di dalam penelitian
ini lebih ditekankan kepada perubahan permintaan perusahaan akan kualitas auditor
yang digunakannnya saat terjadi privatisasi. Perubahan ini diproksikan dengan natural
logaritma combined assets yang dinyatakan oleh auditor baru dibagi angka yang
dinyatakan oleh auditor lama pada saat terjadinya perubahan auditor setelah adanya
peraturan privatisasi. Proksi yang dipilih menggunakan angka dari salah satu
komponen laporan keuangan karena dari angka-angka tersebut bisa terlihat
transparansi dan kejelian auditor dalam melakukan audit. Oleh karena alasan tersebut
proksi tersebut dipilih sebagai proksi kulaitas auditor.
13
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan
struktur kepemilikan. Perubahan struktur kepemilikan yang digunakan di dalam
penelitian ini kepemilikan pemerintah, institusional, dan individual. Cara mengukur
besarnya perubahan kepemilikan tersebut diproksikan dengan perubahan persentase
saham yang dimiliki oleh pemerintah (ΔState), institusi (ΔInstitutions), dan individu
(ΔIndividuals).
Variabel-variabel yang ikut mempengaruhi (variabel kontrol) perubahan
kualitas auditor dalam penelitian ini adalah :
Ukuran perusahaan (Δ Size)
Ukuran sebuah perusahaan apakah perusahaan tersebut kecil, sedang, ataupun
besar bisa menggunakan bermacam-macam patokan, bisa melihat dari total asset
atau bisa juga melihat dari jumlah penjualan perusahaan tersebut. Di dalam
beberapa penelitian sebelumnya seperti penelitian Palmrose(1984) dan DeFond
(1992) dinyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap agency cost.
Hasil penelitian mengatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan
semakin besar pula agency cost. Untuk penelitian ini, ukuran perusahaan
diproksikan dengan persentase perubahan total asset antara t dan t-1.
Risiko perusahaan (Δ Leverage)
Hubungan kontrak yang berpotensi untuk menyebar keuntungan aadalah
hubungan dengan investor dan kreditor. Peningkatan jumlah utang akan
menghasilkan potensi yang semakin tinggi juga untuk transfer kekayaan. Oleh
karena itu, untuk menilai apakah risiko tersebut berpengaruh kepada performa
perusahaan, di dalam penelitian ini digunakan rasio risiko perusahaan diproksikan
dengan leverage, yang dinyatakan dengan rasio total kewajiban terhadap total
asset.
Rentabilitas perusahaan (Δ ROE)
Tingkat kesehatan perusahaan bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
perubahan permintaan kualitas auditor sebuah prusahaan. Schwartz dan Menon
14
(1985) menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distressed akan
tarik untuk melakukan perubahan akuntansi dengan meningkatkan jumlah income
yang diperoleh dan menggunakan auditor yang mampu menutupi perubahan
tersebut. Tingkat kesehatan perusahaan bisa dilihat dengan menggunkan beberapa
rasio. Penelitian ini menggunakan rasion rentabilitas perusahaan yaitu ROE (EAT
: Ekuitas Pemegang Saham)
Jumlah anak perusahaan (Subsidiary)
Jumlah anak perusahaan memperlihatkan sebuah kompleksitas organisasi yang
bisa berpotensi meningkatkan biaya agensi. Semakin banyak jumlah anak
perusahaan berarti semakin kompleks dan divergen perusahaan tersebut. Palmrose
(1984) menyatakan bahwa semakin kompleks sebuah perusahaan makan semakin
sulit juga untuk prinsipal melakukan monitoring terhadap perilaku agen. Di dalam
penelitian ini, variabel control untuk jumlah anak perusahaan diproksikan dengan
natural logaritma dari banyaknya anak perusahaan yang dimiliki klien.
Perubahan manajemen (Management)
Jajaran top-management di dalam perusahaan menjadi cikal bakal kesuksesan dari
berjalaannya kehidupan perusahaan tersebut. Hal ini berkenaan dengan strategi-
strategi taktis yang ditetapkan oleh manajemen tersebut ketika mengelola
perusahaan. Perbedaan orang-orang yang berada dalam jajaran top-management
maka akan berbeda juga kebijakan yang diterapkan, yang nantinya juga akan
berpengaruh ke performa perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel
perubahan manajemen yang diproksikan sebagai variabel dummy, bernilai 1
apabila terjadi perubahan posisi manajemen kunci (seperti direktur utama dan
CEO) dan bernilai 0 apabila sebaliknya.
15
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran dan deskripsi dari suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum dari
variabel-variabel yang diteliti (Ghozali, Uji statistik deskriptif tersebut dilakukan
dengan program SPSS 17. Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa jumlah observasi yang
digunakan adalah sebanyak 30, dengan sembilan variabel. Seperti yang telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa penelitian ini menggunakan tiga variabel
yaitu variabel dependen, independen, dan kontrol. Variabel dependen perubahan
kualitas auditor dinyatakan dalam persamaan regresi dengan nama quality, sedangkan
untuk variabel independen perubahan kepemilikan di dalam persamaan regresi dibagi
menjadi tiga yaitu state, institutional, dan individual. Variabel lain yang digunakan
adalah variabel kontrol, di dalam penelitian ini menggunakan lima variabel kontrol,
yaitu size, leverage, ROE, subsidiary, dan management. Penjelasan tentang statistik
masing-masing variabel akan dijelaskan pada paragraf-paragraf berikutnya.
Variabel dependen quality yang diproksikan dengan rasio combined assets
yang dinyatakan oleh auditor baru dan lama saat terjadi switching memiliki nilai
maksimum sebesar 2.30, nilai minimum 0.99, rata-rata 1.3033, dan standar deviasi
0.26250. Rata-rata dari kualitas auditor bernilai positif yang berarti dari waktu ke
waktu terjadi kenaikan kualitas permintaan auditor untuk perusahaan BUMN.
Variabel selanjutnya adalah variabel independen yang terdiri dari state,
institutional, dan individual. Yang pertama, variabel state memiliki nilai maksimum
1.88, nilai minimum -30.00, rata-rata -1.12313, dan standar deviasi 5.57705. Melihat
hasil tersebut, rata-rata menunjukkan nilai negatif yang berarti kepemilikan
pemerintah dari tahun ke tahun di perusahaan BUMN cenderung menurun. Kedua,
variabel institutional yang memiliki nilai maksimum 11.80 dan nilai minimum -
21.33, rata-rata 0.1437, dan standar deviasi 5.29004. Dari hasil statistik deskriptif
tersebut, dapat dinyatakan bahwa kepemilikan oleh institusi di tubuh perusahaan
BUMN dari tahun ke tahun terjadi peningkatan karena nilai rata-rata yang positif.
16
Variabel terakhir untuk variabel independen adalah variabel individual, memiliki nilai
maksimim sebesar 30.00, nilai minimum -8.27, rata-rata 2.4300, dan standar deviasi
7.26234. Dilihat dari nilai rata-rata yang positif, berarti bahwa kepemilikan oleh
individu di dalam perusahaan BUMN dari tahun-tahun setelah adanya peraturan
privatisasi semakin meningkat. Selanjutnya adalah deskripsi statistik untuk variabel
kontrol. Variabel kontrol pertama adalah size yang memiliki nilai minimum -0.28 dan
maksimum 1.00, rata-rata yang didapat sebesar 0.1150, dengan standar deviasi
0.22391. Variabel kontrol kedua yaitu leverage memiliki nilai minimum –11.10,
maksimum 4.55, rata-rata -0.3030, dan standar deviasi 2.89182. Variabel kontrol
ketiga yaitu ROE memiliki nilai minimum -4.12, maksimum 2.70, rata-rata 0.3470,
dan standar deviasi 1.12359. Variabel kontrol yang keempat yaitu management
merupakan variabel dummy sehingga hanya memiliki nilai minimum 0 dan
maksimum 1. Variabel kontrol terakhir yaitu subsidiary memiliki nilai minimum
0.00, maksimum 10.00, rata-rata 3.2000, dan standar deviasi 2.73420.
4.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan variabel independen berdistribusi normal atau berdistribusi tidak
normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal. Untuk menguji normalitas data, pada penelitian ini menggunakan metode uji
statistik non-parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan
membuat hipotesis sebagai berikut:
H0 : µ = 0, data berdistribusi normal
Ha : µ = 0, data berdistribusi tidak normal
Dari hipotesis tersebut, dasar pengambilan keputusan yang dapat dibuat adalah :
Jika Asymp. Sig < 0,05, maka data berdistribusi tidak normal
Jika Asymp. Sig > 0,05, maka data berdistribusi normal
Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov Z yang
dihasilkan dari uji normalitas tersebut adalah sebesar 0.673 dengan signifikansi 0,755
17
(lebih dari 0,05). Berdasarkan dasar pengambilan keputusan yang dinyatakan
sebelumnya, hasil tersebut menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal dan
model regresi layak untuk dipakai di dalam penelitian ini.
4.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu.
Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan time
series. Untuk mendiaknosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan
melalui pengujian terhadap nilai Durbin-Watson. Untuk cara pengambilan keputusan
setelah angka Durbin-Watson didapatkan akan disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Kriteria Keputusan
0 < DW < dl Ada autokorelasi positif
dl < DW < du Tidak ada keputusan
4-dl < DW < 4 Ada autokorelasi negatif
4-du < DW < 4-dl Tidak ada keputusan
du < DW < 4-du Tidak ada autokorelasi
Berdasarkan tabel 4, pengujian statistik menghasilkan nilai Durbin-Watson
(DW) sebesar 2.121 (du = 1.650; 4-du = 2.350). Hal ini berarti model regresi di atas
tidak terdapat masalah autokorelasi ditunjukkan dengan angka Durbin-Watson berada
18
di antara du tabel dan (4-du tabel). Oleh karena itu, model regresi ini dinyatakan
layak untuk dipakai.
4.4 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Batas dari nilai VIF adalah 10 dan
tolerance value adalah 0,1.
Berdasarkan hasil yang tampak pada tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa nilai
tolerance dari setiap variabel independen lebih dari 0,10 dan nilai VIF dari setiap
variabel independen tidak lebih dari 10. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
4.5 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Pada penelitian ini digunakan uji Glejser untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual
terhadap variabel independen (Gujarati, 2003).
Dari hasil yang terlihat pada tabel 6 dapat diketahui bahwa model regresi
bebas dari masalah heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi variabel
independen (State, Institutional, dan Individual) lebih besar dari tingkat signifikansi
0,05.
4.6 Uji Analisis Regresi
Analisis regresi dilakukan untuk menguji seberapa besar hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen serta untuk mengetahui arah
hubungan tersebut. Sesuai dengan kaidah dalam melakukan analisis regresi linier
19
sebagaimana dinyatakan oleh Gujarati (1997), bahwa suatu persamaan regresi harus
memiliki data yang terdistribusi normal, bebas heteroskedastisitas, dan bebas
multikolinieritas agar diperoleh persamaan regresi yang baik dan tidak bias. Dari
hasil uji normalitas data yang telah dilakukan maka diketahui bahwa data yang
digunakan dalam persamaan regresi ini terdistribusi secara normal, bebas
heteroskedastisitas, dan tidak terdapat multikolinearitas sehingga memenuhi
persyaratan untuk melakukan analisis regresi linier dengan baik.
Berdasarkan tabel 5, maka persamaan regresi yang terbentuk untuk penelitian
ini adalah sebagai berikut :
ΔQuality = 0.127 + (–0.235) ΔState + 0.651 ΔInstitutions + 0.158 ΔIndividuals
+ 0.367 ΔSize + (-0.191) ΔLeverage +(-0.171) ΔROE + (– 0.141)
Subsidiary + (-0.087) Management + + e
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa variabel state memiliki pengaruh
negatif terhadap pemintaan kualitas auditor, sedangkan untuk institutionaldan
individual memiliki pengaruh positif. Untuk variabel kontrol, size dan management
memiliki pengaruh positif terhadap variabel dependen, sedangkan tiga yang lain
berpengaruh negatif.
Berdasarkan hasil uji regresi, nilai koefisien determinasi yang diperoleh
(adjusted R square). adalah sebesar 0.777. Nilai 0.777 tersebut berarti bahwa 77.7%
variabel dependen dipengaruhi oleh faktor-faktor di dalam model, sedangkan sisanya
sebesar 22.3 dipengaruh faktor-faktor lain di luar model.
Hasil lain dari uji regresi adalah didapatkannya nilai F. Uji F digunakan untuk
mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan
mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2007). Dari tabel 7 terlihat bahwa nilai F
hitung sebesar 13.623 dengan signifikansi 0,000 atau di bawah taraf signifikansi α
5%. Hasil ini menunjukkan bahwa varibel independen di dalam penelitian ini secara
20
simultan dapat berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pemilihan kualitas
auditor.
Penelitian ini memiliki satu hipotesis yang meneliti tentang pengaruh struktur
kepemilikan perusahaan terhadap permintaan kualitas auditor dengan
dikeluarkannya undang-undang tentang privatisasi. Hasil hipotesis tersebut akan
dijelaskan pada paragraf selanjutnya.
Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan dengan SPSS, signifikansi
untuk kepemilikan pemerintah menunjukkan nilai 0,046 (p < 0,05) yang berarti
kepemilikan pemerintah berpengaruh signifikan terhadap permintaan kualitas
auditor atau H1(a) diterima. Sedangkan untuk institusional memiliki nilai
signifikansi 0,000 (p > 0,05) yang berarti bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh signifikan terhadap permintaan kualitas auditor atau H1b diterima.
Variabel independen lain yaitu kepemilikan saham oleh individu menunjukkan hasil
yang tidak signifikan yaitu 0,196 (p < 0,05) yang berarti bahwa H1c ditolak.
4.7 Interpretasi Hasil
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepemilikan saham oleh pemerintah berpengaruh signifikan dengan arah
negatif terhadap permintaan kualitas auditor. Hasil penelitian ini konsisiten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Chan et al. (2007) yang menyatakan bahwa
kepemilikan saham oleh pemerintah berpengaruh signifikan dengan arah negative.
Hasil ini berarti bahwa semakin rendah kepemilikan saham oleh pemerintah maka
permintaan akan kualitas auditor akan semakin meningkat.
Hasil pengujian yang kedua adalah bahwa kepemilikan saham oleh institusi
berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap permintaan kualitas auditor. Hal
ini berarti semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin tinggi pula
permintaan akan kualitas auditor. Hasil ini konsisten dengan hasil dari penelitian
Chan et al. (2007). Selain penelitian Chan, penelitian lain yang mendukung hasil ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Pozen (1994) yang menganggap bahwa
21
kepemilikan insitusi dianggap sebagai alat monitoring yang efektif bagi perusahaan.
Pada kasus di Indonesia, kepemilikan institusional dipandang sudah mampu menjadi
alat monitoring yang baik karena pemegang saham institusi telah memiliki
kemampuan dan sarana yang memadai untuk memonitor perusahaan tempat mereka
menanamkan saham (Fifi Swandari, 2003).
Kepemilikan ketiga yang mempengaruhi permintaan kualitas auditor
berdasarkan pengujian yang telah dilakukan adalah kepemilikan individual. Menurut
hasil yang didapatkan dari hasil pengujian, kepemilikan saham oleh individu tidak
berpengaruh signifikan terhadap permintaan kualitas auditor. Hasil ini konsisten
dengan hasil yang didapat dari penelitian Chan et al. (2007). Selain itu juga
didukung oleh penelitian Xu dan Wang (1999) yang berpendapat bahwa kepemilikan
saham oleh individu tidak berpengaruh terhadap perusahaan karena representasinya
yang rendah dalam Board of Directors. Rendahnya representasi mereka ini akhirnya
mengakibatkan ketidakmampuan dalam melakukan monitoring terhadap kinerja
perusahaan.
Variabel-variabel kontrol yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan
kualitas auditor hanyalah ukuran perusahaan dan ROE, sedangkan tiga lainnya yang
terdiri dari leverage, subsidiary, dan management tidak berpengaruh signifikan. Hasil
ini tidak konsisten dengan hasil penelitian dari Chan et al. (2007) yang mana hanya
variabel kontrol subsidiary yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan kualitas
auditor.
5. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini mencoba menguji bagaimana pengaruh perubahan struktur
kepemilikan terhadap permintaan kualitas auditor karena adanya peraturan mengenai
privatisasi. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel independen perubahan struktur
kepemilikan yang terbagi ke dalam tiga macam yaitu kepemilikan saham oleh
22
pemerintah, institusi, dan individu. Selain itu juga menggunakan satu variabel
dependen yaitu permintaan kualitas auditor dan lima variabel kontrol yaitu ukuran
perusahaan, leverage, ROE, subsdiary (jumlah anak perusahaan), dan management
(pergantian jajaran top management).
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Besarnya kepemilikan saham oleh pemerintah berbanding terbalik dengan
permintaan kualitas auditor.
2. Kepemilikan saham oleh institusi dapat meningkatkan permintaan akan kualitas
auditor.
3. Keberadaan kepemilikan individual tidak berpengaruh signifikan terhadap
permintaan kualitas auditor.
5.2 Keterbatasan
Setelah dilakukan analisis dan interpretasi hasil penelitian ini tentunya tidak
lepas dari keterbatasan dan kelemahan. Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya :
1. Perusahaan yang dijadikan sampel jumlahnya masih terlalu kecil karena
BUMN yang sudah go public masih sedikit.
2. Proksi yang digunakan untuk meneliti kualitas auditor mungkin kurang tepat
karena hanya didasarkan pada rasio pengungkapan combined assets auditor
baru dan auditor lama.
5.3 Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan di atas, saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
1. Mencari faktor ekonomi transisioanl lain yang lebih bisa menggambarkan
hubungan perubahan struktur kepemilikan perusahaan dan permintaan kualitas
auditor.
2. Penggunaan proksi yang lebih tepat untuk kualitas auditor.
DAFTAR PUSTAKA
Cai, F, Kaul, G dan Lu, Z, 2001, Institutional Trading and Stock Returns. WorkingPaper, University of Michigan.
Chan, K. Hung, Kenny Z. Lin, and Fang Zhang. 2007. “On the Associationbetween Changes in Corporate Ownership and Changes in Auditor Qualityin Transitional Ecomony”. Journal of International Accounting Research,Vol. 6, No. 1, pp. 19-36.
Claessen, Stijn, Simeon Djankov, Larry H.P. Lang. 2000. “The Separation ofOwnership and Control in East Asian Corporations”. Journal of FinancialEconomics, 58 (1-2), pp. 81-112.
Crutchley, E. Claire, Marlin R.H. Jensena, John S. Jahera, Jr.a, and Jennie E.Raymondb. 1999. “Agency problems and the simultaneity of financialdecision making The role of institutional ownership”. InternationalReview of Financial Analysis 8:2 (1999) 177–197.
Damayanti, S. dan M. Sudarma. 2007. “Faktor-Faktor yang MempengaruhiPerusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik”. Simposium NasionalAkuntansi X1: Ikatan Auntan Indonesia.
DeFond, M. L. 1992. The association between changes in client firm agency costand auditor switching. Auditing: A Journal of Practice & Theory 11 (1).
Francis, J. R., and . R. Wilson. 1988. Auditor Changes: A joint test of theoriesrelating to agency costs and auditor differentiation. The AccountingReview 63 (4).
Gedajlovic, Eric R. and Daniel M. Shapiro. 1998. “Management and ownershipeffects: evidence from five countries”. Journal of Strategic Management.Vol. 19. No. 6, pp. 533-553.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, D. 2003. Basic Econometric. New York : Mc. Grawhill.
Haruman, Tendi. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap KeputusanKeuangan dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XI :Ikatan Akuntan Indonesia.
Hudaib, M. dan T.E. Cooke. 2005. “The Impact of Managing Director Changesand Financial Distress on Audit Qualification and Auditor Switching”.Journal of Business Finance & Accounting, Vol. 32, No. 9/10, pp. 1703-39.
Jensen, M., and W. Meckling. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior,agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics 3(October).
La Porta, R., F. Lopez-de-Silanes, A. Shleifer, and R. W. Vishny. 2000. AgencyProblems and dividend policies around the world. Journal of Finance 55(1)
Putri, Imanda Firmantyas dan Nasir, Mohammad. 2006. “Analisis PersamaanSimultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Resiko,Kebijakan Hutang dan Kebijakan Deviden dalam Perspektif TeoriKeagenan”. Simposium Nasional Akuntansi, Padang, 23-26 Agustus 2006
Qi, D. Q., W. Wu, and W. G. Zhang. 2000. Shareholding structure and corporateperformance of partially privatized firms: Evidence from listed Chinesecompanies. Pacific-Basin Finance Journal 8.
Shleifer, A., and R. Vishny. 1997. A survey of corporate governance. Journal ofFinance 52.
Slovin, M. B dan M. E. Sushka. 1993. “Ownership Concentration, CorporateControlActivity, and Firm Value: Evidence from the Death of Inside Blockholders.”Journal of Finance Vol XLVIII, No.4.
Swandari, Fifi. 2003. “Pengaruh perilaku Risiko dan Struktur Kepemilikanterhadap Kebangkruta Bank di Indonesia : Kasus Krisis Ekonomi Tahun1997”. Simposium Nasional Akuntansi VI : Ikatan Akuntan Indonesia.
Ujiyantho, Arif Muh. dan B.A. Pramuka. 2007. “Mekanisme CorporateGovernance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.” SimposiumNasional Akuntansi X, Makasar, 26-28 Juli.
Wahidahwati. 2002. Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflict : AnalysisPersamaan Simultan Non Linier dari Kepemilikan Manajerial, PenerimaanRisiko (Risk Taking),Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen.Simposium Nasional AkuntansiV : Ikatan Akuntansi Indonesia .
Wang, Q., T. J. Wong, L. J. Xia. 2005. State Ownership, InstitutionalEnvironment and Audit Choicen: Evidence from China. The International