14
Pengaruh Pemberian Pelatihan “Memahami & Membantu dalam Belajar” terhadap Peningkatan Pemahaman Guru Kelas di Sekolah Inklusif tentang ABK (The Effect of Training “Understanding and Assisting in Learning” increased Understanding of the Classroom Teachers in Inclusive Schools on Children with Special Need) Anna Wahidah Email: [email protected] Abstrak.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian pelatihan “Memahami & Membantu ABK dalam Belajar” terhadap peningkatan pemahaman guru kelas di sekolah inklusif mengenai Anak Berkebutuhan Khusus. Pemahaman guru diartikan keadaan dimana guru mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai Anak Berkebutuhan Khusus. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain eksperimen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Treatment by Subject Design. Pada rancangan ini pengeruh efek atau perlakuan diputuskan berdasarkan perbedaan antara pre test dengan post ttes, tanpa ada pembanding dengan kelompok kontrol. Penelitian ekperimen ini menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sample/ judgmental sampling). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas SDN Medalem II Tuban yang berjumlah 9 orang. Penggunaan sampel bertujuan dalam penelitian ini sengaja dipilih berdasarkan tujuan dan pertimbangan yaitu seluruh guru kelas hanya pernah satu kali mengikuti penataran terkait dengan pendidikan inklusif dan memiliki pemahaman yang kurang tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Alat ukur yang digunakan untuk melihat pemahaman guru adalah berupa instrument tes pemahaman terhadap ABK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pemberian pelatihan “Memahami & Membantu ABK dalam Belajar” terhadap peningkatan pemahaman guru kelas di sekolah inklusif tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Pengukuran effect size menunjukkan pengaruh itu kecil. Kata Kunci : Pemahaman, pelatihan, sekolah inklusif, anak berkebutuhan khusus Abstract. This study has purposed to investigate the effect of training delivery “Understanding and Assisting in Learning” to an improved understanding of classroom teachers in inclusive schools on Children with Special Needs. Teachers' understanding is defined the teacher has adequate knowledge about children with special needs. This study use experimental research with treatment by Subject Design. This design effects or treatment is decided based on the difference between the 1 Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 170

1 Pengaruh Pemberian Pelatihan - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jpppba6f3dba6ffull.pdf · Treatment by Subject Design. Pada rancangan ini pengeruh efek atau perlakuan

Embed Size (px)

Citation preview

Pengaruh Pemberian Pelatihan “Memahami & Membantu dalam Belajar” terhadap Peningkatan Pemahaman Guru Kelas di Sekolah Inklusif tentang ABK (The Effect of Training “Understanding and Assisting in Learning” increased Understanding of the Classroom Teachers in Inclusive Schools on Children with Special Need)

Anna Wahidah

Email: [email protected]

Abstrak.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian pelatihan “Memahami & Membantu ABK dalam Belajar” terhadap peningkatan pemahaman guru kelas di sekolah inklusif mengenai Anak Berkebutuhan Khusus. Pemahaman guru diartikan keadaan dimana guru mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai Anak Berkebutuhan Khusus.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain eksperimen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Treatment by Subject Design. Pada rancangan ini pengeruh efek atau perlakuan diputuskan berdasarkan perbedaan antara pre test dengan post ttes, tanpa ada pembanding dengan kelompok kontrol. Penelitian ekperimen ini menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sample/ judgmental sampling). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas SDN Medalem II Tuban yang berjumlah 9 orang. Penggunaan sampel bertujuan dalam penelitian ini sengaja dipilih berdasarkan tujuan dan pertimbangan yaitu seluruh guru kelas hanya pernah satu kali mengikuti penataran terkait dengan pendidikan inklusif dan memiliki pemahaman yang kurang tentang Anak Berkebutuhan Khusus.

Alat ukur yang digunakan untuk melihat pemahaman guru adalah berupa instrument tes pemahaman terhadap ABK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pemberian pelatihan “Memahami & Membantu ABK dalam Belajar” terhadap peningkatan pemahaman guru kelas di sekolah inklusif tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Pengukuran effect size menunjukkan pengaruh itu kecil.

Kata Kunci: Pemahaman, pelatihan, sekolah inklusif, anak berkebutuhan khusus

Abstract. This study has purposed to investigate the effect of training delivery “Understanding and Assisting in Learning” to an improved understanding of classroom teachers in inclusive schools on Children with Special Needs. Teachers' understanding is defined the teacher has adequate knowledge about children with special needs.

This study use experimental research with treatment by Subject Design. This design effects or treatment is decided based on the difference between the

1

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013

170

pre-test to post- test, without any comparison with the control group. This experimental study uses a sampling purposive sample/judgmental sampling. The samples in this study were all classroom teachers SDN Medalem II Tuban, amounting to 9 people. Intended use of the sample in this study was chosen based on the purpose and considerations which all classroom teachers only ever one time attended inservice training related to inclusive education and have a poor understanding of children with special needs.

Measuring instruments used to showed teachers' understanding is a test instrument understanding of children with special needs. The results showed that there was a significant effect of training provision “Understanding and Assisting in Learning” to an improved understanding of classroom teachers in the school inclusive of children with special needs. Measurement of effect size showed effect was small.

Keywords: Understanding, training, Inclusive Schools,children with special needs

PENDAHULUAN

Pendidikan inklusif merupakan

bentuk pemenuhan atas hak setiap anak

untuk mendapatkan pendidikan.

Pendidikan inklusif mulai dicanangkan

pada konferensi internasional yang

diselenggarakan oleh UNESCO pada

tanggal 7-10 juni 1994 di Salamanca

Spanyol. Konferensi tersebut

menghasilkan kesepakatan tingkat dunia

berisi pentingnya pelaksanaan

pendidikan inklusif untuk semua negara

di dunia, sehingga setiap sekolah dapat

melayani setiap anak termasuk Anak

Berkebutuhan Khusus (Astuti, 2011).

Pernyataan Salamanca dan

Kerangka aksi tentang

pendidikankebutuhan khusus (1994)

merupakan dokumen internasional

utama tentang prinsip-prinsip dan

praktek pendidikan inklusif. Prinsip

mendasar dari pendidikan inklusif dalam

pernyataan Salamanca adalah bahwa

semua anak seyogyanya belajar bersama-

sama, sejauh memungkinkan, apa pun

kesulitan atau perbedaan yang ada pada

diri mereka. Sekolah inklusif harus

≠ •Æß°´ µ© §°Æ ¥°Æßß°∞ ¥•≤®°§°∞

keberagaman kebutuhan siswa-

siswanya, serta mengakomodasi gaya

171Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013

dan kecepatan belajar yang berbeda-

beda (Stubbs, 2002). Sedangkan di

Indonesia dasar hukum pendidikan

inklusif termuat dalam undang-undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003.

Menurut Woolfok & Kolter

(dalam Astuti, 2011: 9) pendidikan

inklusif berarti pendidikan yang

mengakomodasi semua anak tanpa

memandang kondisi fisik, intelektual,

sosial, emosional, atau kondisi lainnya.

Pendidikan inklusif meliputi anak-anak

yang memiliki hambatan belajar dan

berbakat istimewa, termasuk

AnakBerkebutuhan Khusus didalamnya.

Jadi di dalam sekolah inklusif siswa yang

bukan berkebutuhan khusus dan siswa

yang berkebutuhan khusus belajar

bersama-sama dalam satu kelas.

Pendidikan inklusif adalah wujud

pergerakan yang menjunjung tinggi

nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-

prinsip utama yang berkaitan dengan

anak, pendidikan, keberagaman dan

diskriminasi (Stubbs, 2002). Tujuan

pendidikan inklusif dijelaskan dalam

buletin UNESCO adalah untuk

menurunkan dan mengatasi semua

pengecualian dari hak manusia dalam

pendidikan, setidaknya pada tingkat SD,

serta meningkatkan akses, partisipasi

dan keberhasilan belajar di pendidikan

dasar yang berkualitas bagi semua (Puri,

2004). Di dalam perspektif psikologis,

dengan adanya pendidikan inklusif

siswa dibantu dalam menemukan

potensi serta bakat yang mereka miliki.

Dalam hal ini anak-anak yang memiliki

hambatan sekaligus berbakat akan

mendapat pelayanan sebagaimana yang

diharapkan (Astuti, 2011).

Tenaga pendidik dalam

penyelenggaraan pendidikan inklusif,

terdiri atas guru kelas, guru mata

pelajaran, dan guru pendidikan khusus

dengan latar belakang pendidikan yang

beragam. Guru kelas dan guru mata

pelajaran adalah pendidik/pengajar

pada suatu kelas tertentu di sekolah

umum yang sesuai dengan kualifikasi

yang dipersyaratkan.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013

172

Guru pendidikan khusus adalah guru

yang mempunyai latar belakang

pendidikan khusus/pendidikan luar biasa

atau yang pernah mendapat pelatihan

tentang pendidikan khusus/luar biasa,

yang ditugaskan di sekolah inklusif

(Departemen Pendidikan Nasional,

Pengadaan dan Pembinaan Tenaga

Pendidik, 2007).

Salah satu faktor penting

pendukung keberlangsungan pendidikan

inklusif adalah partisipasi dari semua

komponen yang terlibat di dalamnya.

Meliputi, sekolah, kepala sekolah, guru

umum/guru kelas, guru mata pelajaran,

guru khusus, orangtua dan masyarakat,

serta komponen-komponen penunjang

lain seperti petugas kesehatan dll.

Namun, pendidikan inklusif ini sangat

rentan terhadap hambatan-hambatan

dalam pelaksanaannya. Pengalaman

pelaksanaan pendidikan inklusif yang

dilaksanakan di Afrika Selatan

menunjukkan bahwa pendidikan inklusif

di sana dihadapkan pada tantangan

utama dalam mengenali dan mengatasi

berbagai macam kebutuhan seluruh

populasi siswa, padahal hal tersebut

berfungsi sebagai langkah untuk

mempromosikan pembelajaran yang

efektif untuk semua (Stubb, 2002).

kompetensi guru diuji. Guru

dalam sekolah inklusif dihadapkan

dengan siswa dengan jenis kesulitan

belajar atau kebutuhan khusus yang

sangat beragam. Perubahan dalam

keragaman siswa yang muncul pada

sekolah reguler membuat perubahan

pula pada tanggung jawab yang guru

terima. Luasnya keberagaman siswa ini

memiliki dampak pada proses

pembelajaran (Refice, 2006).

Guru memainkan peran sentral

untuk berpartisipasi dalam keberhasilan

belajar siswa dan meningkatkan prestasi

siswa, terutama dengan anak-anak yang

mungkin dianggap memiliki kesulitan

dalam belajar. Rouse (2010) di dalam

jurnalnya menyebutkan 9 hal yang harus

guru ketahui untuk mendorong

lingkungan belajar yang inklusif, Kebijakan pendidikan dengan mengakomodasi Anak Berkebutuhan Khusus

dalam sekolah umum ini menghadapkan seorang guru sebagai komponen penting

pendidikan pada keragaman siswa di kelas terbesar pada dekade ini. Dalam hal ini

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013

173

diantaranya guru harus memiliki

pengetahuan tentang (1) strategi

mengajar, (2) disabilitas dan kebutuhan

khusus siswa, (3) bagaimana anak

belajar, (4) apa yang dibutuhkan anak

untuk belajar, (5) classroom

management, (�) mengetahui dimana

untuk mendapatkan bantuan ketika

membutuhkannya, (7) identifikasi

kesulitan belajar, (8) melakukan asesing

dan monitoring belajar siswa, (9)

kebijakan-kebijakan Sekolah inklusif.

Pengetahuan dan pemahaman tentang

kebutuhan khusus siswa merupakan

kompetensi seorang guru yang dianggap

prasyarat bagi guru di sekolah inklusif,

hal ini diperlukan karena memungkinkan

guru untuk menjadi sensitif dan mampu

merespons secara efektif terhadap

keberagaman. Pengetahuan guru tentang

kebutuhan siswa harus sedemikian rupa,

sehingga mereka dapat merespon dan

beradaptasi dengan situasi dan aspek

keragaman-keberagaman baru yang

muncul. Guru yang efektif seharusnya

mampu mengenali aspek yang berbeda

dari keragaman, bukan sebagai

kekurangansiswa, tetapi sebagai sumber

daya untuk meningkatkan lingkungan

belajar yang kaya (DirectoratE General

IV. Directorate of Education and

Languages Unit of European Education

Policies, Diversity and inclusion:

challenges for teacher education, 644�).

Agar dapat memenuhi peran mereka

sebagai seorang guru, guru perlu

memiliki bekal pemahaman yang tepat

dan akurat tentang siswa-siswa mereka.

Dalam proses belajar mengajar guru

sebagai pendidik harus mengerti betul

bagaimana karakter masing-masing

siswa. Guru juga harus jeli dalam

mengenali kelebihan dan kekurangan

siswa serta kebutuhan belajar yang

diperlukan bagi masing-masing siswa,

dalam hal ini mereka tidak bisa

diperlakukan sama dalam satu kelas.

Ketidakpahaman guru tentang siswa

mengakibatkan tidak diterimanya materi

dengan baik oleh siswa, sehingga

berakibat tujuan dalam proses belajar

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013

174

mengajar tidak tercapai sepenuhnya

(Subini, 2012).

Pentingnya peran guru dalam

proses menghantarkan kesuksesan

belajar semua siswa inilah yang

menuntut pemahaman mereka tentang

Anak Berkebutuhan Khusus. Apabila

guru memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang baik mengenai anak

berkebutuhan khusus, maka diharapkan

guru mampu menyelaraskan antara

kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus

yang muncul dengan pemberian layanan

pendidikan yang tepat untuk mereka.

Pemahaman tentang siswa dapat

menghantarkan proses belajar yang

membawa pada kesuksesan belajar siswa

(Subini, 2012).

Guru kelas inklusif yang hanya

memiliki sedikit pengetahuan tentang

Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di

kelas mereka, bisa mengakibatkan

penerimaan materi yang kurang baik

oleh Anak Berkebutuhan Khusus di

kelas tersebut, hal ini membuat tujuan

dalam proses belajar mengajar tidak

tercapai sepenuhnya (Subini, 2012).

Dengan melihat kondisi ini maka dapat

disimpulkan bahwa peran dan tugas

guru untuk berpartisipasi dalam

keberhasilan belajar siswa mereka tidak

bisa dilakukan dengan baik jika

pemahaman tentang Anak

Berkebutuhan Khusus masih kurang,

sedangkan peran partisipasi guru dalam

proses mendukung keberlangsungan

sekolah inklusif pun menjadi terhambat.

Salah satu ciri guru yang efektif di

dalam jurnal yang ditulis oleh Rubio

(2011) adalah guru yang mampu

memahami secara baik kebudayaan

siswa, latar belakang, pengetahuan

tentang metode dan prosedur yang

dapat diadaptasi untuk Anak

Berkebutuhan Khusus yang ada di kelas

mereka. Guru efektif menggunakan

pengetahuan mereka tentang proses

pembelajaran yang paling efektif untuk

membantu siswa tertentu dalam kelas

mereka dan untuk mencapai kesuksesan

belajar siswa mereka. Untuk alasan

inilah, sangat penting untuk

mengetahui kebutuhan siswa, strategi

dan gaya belajar mereka, kepribadian,

175Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013

penyelenggaraan sekolah Inklusif yang

berhubungan dengan implementasi

pendidikan inklusif di level Sekolah

Dasar di Surabaya. Penelitian ini

dilakukan mengungkapkan salah satu isu

besar yang muncul di Sekolah Dasar

inklusif di Surabaya adalah adanya

kesenjangan pengetahuan dan

kemampuan guru tentang Anak

Berkebutuhan Khusus. Hal ini

berdampak pada perencanaan

manajemen kelas dan implementasi serta

evaluasi proses belajar yang tidak efektif.

Dalam penelitian tersebut menjelaskan

guru dengan latar belakang pendidikan

psikologi atau pendidikan khusus

memiliki lebih banyak pengetahuan

tentang Anak Berkebutuhan Khusus.

Namun, banyak guru kelas yang

mengaku bahwa mereka memiliki

keterbatasan pengetahuan tentang Anak

Berkebutuhan Khusus (Paramita &

Muryantinah, 2012).

Dalam Kompas Edukasi 9

November 2011, Napitupulu (2011)

mempublikasikan fakta bahwa guru

sekolah inklusif belum sepenuhnya

memahami tentang Anak Berkebutuhan

Khusus, berikut cuplikan berita di

dalamnya;

“Para guru di sekolah inklusif juga masih belum sepenuhnya memahami perbedaan gangguan

perilaku dan mental dalam tiap diri anak berkebutuhan di sekolah. Akibatnya, para guru sering kewalahan menghadapi keseharian

anak-anak di sekolah”(Napitupulu, 2011).

Fakta lain juga dipaparkan oleh

Adriana dalam Kompas (2012), yang

menyatakan bahwa masih banyak guru

Sekolah inklusif yang memiliki

pemahaman yang kurang tentang Anak

Berkebutuhan Khusus, seperti misalnya

dalam kasus anak autis. Akibatnya guru

tidak mampu membantu Anak

Berkebutuhan Khusus tersebut (Mikail,

2012). Dari sejumlah permasalahan yang

muncul ada di sekolah inklusif, kita

dapat melihat bahwa guru masih

memiliki sedikit bekal pengetahuan

tentang Anak Berkebutuhan Khusus itu

sendiri, dari beberapa fakta yang ada

dapat disimpulkan bahwa pemahaman

guru tentang Anak Berkebutuhan Khusus

masih sangat kurang.

Hasil wawancara kepada kepala

bagian sekertaris Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga, sub bagian

program dan pelaporan, Susilo Murti

mengungkapkan pada tahun 2011/2012

tercatat ada lima Sekolah Dasar Inklusif

di Kabupaten Tuban.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013

176

Sedangkan, keadaan kurangnya

pemahaman guru tentang ABK ini

dialami di SDN Medalem II Tuban. SDN

ini menjadi SDN inklusif sejak tahun

2008. Namun belum ada tenaga didik

yang berlatar belakang PLB. Sedangkan

untuk koordinator inklusif berasal dari

latar belakang pendidikan umum yang

sudah mendapat pembekalan khusus

menjadi koordinator inklusif.

Pemberian pembekalan tentang

sekolah inklusif pernah diberikan kepada

seluruh tenaga pendidik di sekolah ini.

Pembekalan yang diberikan adalah

berupa workshop tingkat dasar untuk

pembekalan Pendidikan inklusif berbasis

sekolah fase 1 selama 2 hari. Wawancara

yang dilakukan kepada lima guru kelas

tentang tantangan utama mereka dalam

sekolah inklusif memperoleh hasil bahwa

kelima guru menjawab tantangan

terbesar mereka dalam sekolah inklusif

adalah adanya ABK di kelas mereka,

terutama mereka mengalami kesulian-

kesulitan dalam hal penanganan mereka.

adapun cuplikan hasil wawancara kepada

salah satu guru di SDN ini adalah sebagai

berikut:

“menurut saya tantangan

terberat ya saat menghadapi ABK, cara menangani mereka kalau ABK tidak mau mengikuti pelajaran dan malah keluar kelas kadang menangis, cara mengajar ABK yang ada di kelas dengan siswa

lainnya bagaimana membagiperhatian, sedangkan ABK butuh perhatian khusus itu semua menyulitkan kami ini yang tidak tahu tentang karakter mereka

kenapa mereka berperilaku seperti itu dan bagaimana menghadapi mereka”

Sedangkan dari hasil penggalian data

awal dengan menggunakan kuesioner

pengetahuan tentang ABK yang

diberikan kepada seluruh guru kelas

didapatkan hasil nilai rata-rata

pengetahuan guru enang ABK rendah

yaitu 4.7.

Dari hasil analisiskebutuhan pelatihan secara

menyeluruh yang dilakukan di SDN Medalem II Tuban disimpulkan bahwa: (1) guru membutuhkan peningkatan pengetahuan dan

pemahaman tentangkonsep, jenis dankarakteristik, sertapemahaman tentangkebutuhan Anak

Berkebutuhan Khusussesuai kategorinya, (2) guru membutuhkan kegiatanpeningkatan pemahaman

tentang penanganan ABK di kelas.

177Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013

Penjabaran diatas menunjukkan

adanya suatu kebutuhan intervensi

untuk guru kelas, yang berfokus pada

peningkatan dalam hal pemahaman

tentang Anak Berkebutuhan Khusus.

Dengan adanya peningkatan pemahaman

tentang Anak Berkebutuhan Khusus,

maka diharapkan guru dapat merespon

secara efektif kebutuhan Anak

Berkebutuhan Khusus di kelas mereka.

Pemahaman tentang Anak Berkebutuhan

Khusus dapat membantu guru untuk

memenuhi perannya dalam memenuhi

kebutuhan belajar Anak Berkebutuhan

Khusus selama proses penyampaian

materi agar mudah diterima dengan baik

oleh semua siswa, pemahaman tentang

Anak Berkebutuhan Khusus juga

membantu guru dalam menghadapi

permasalahan mereka di kelas.

Pemahaman menurut Bloom adalah

salah satu dari aktifitas belajar yang

melibatkan proses kognitif dalam

memahami makna, menerjemahkan,

menginterpolasi, dan penafsiran instruksi

dan masalah (Bloom, 1956). Proses

kognitif dalam kategori memahami

termasuk menafsirkan, mencontohkan,

membuat klasifikasi, meringkas,

menyimpulkan, membandingkan, dan

menjelaskan. Dari definisi ini maka yang

dimaksud pemahaman Anak

Berkebutuhan Khusus dalam penelitian

ini adalah hasil aktifitas belajar yang

melibatkan proses kognitif dimana guru

mempunyai pengetahuan yang memadai

mengenai Anak Berkebutuhan Khusus.

Pelatihan adalah metode untuk

meningkatkan kinerja manusia. Bilamana

kemampuan seseorang untuk melakukan

suatu pekerjaan terbatasi oleh

kekurangan pengetahuan atau

keterampilan, maka untuk menjembatani

kesenjangan tersebut dapat dilakukan

dengan instruksi yang diperlukan

(Silberman, 2013).

Penelitian menunjukkan bahwa

orang akan memahami konsep lebih baik

dan akan mempertahankan informasi

lebih lama ketika mereka terlibat dalam

proses belajar (Lawson, 2006).

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013178

Penelitian dilakukan di Utah State

University oleh Vernier (2012)

menyatakan bahwa pelatihan untuk guru

efektif dan dapat merubah persepsi guru

tentang siswa penyandang LD. Pelatihan

yang diberikan adalah pelatihan selama

60 menit yang bertujuan menyediakan

informasi kepada guru untuk membantu

mereka memahami alasan dan

keuntungan dari sekolah Inklusif.

Sedangkan pelatihan “Memahami &

Membantu ABK dalam Belajar” adalah

pelatihan yang disusun dengan tujuan

untuk meningkatkan pemahaman guru

kelas di sekolah inklusif tentang Anak

Berkebutuhan Khusus. Materi pelatihan

berupa pengenalan konsep Anak

Berkebutuhan Khusus, pengenalan jenis

dan karakteristik Anak Berkebutuhan

Khusus (termasuk hambatan-hambatan

belajar Anak Berkebutuhan Khusus serta

mengenali kebutuhan belajar yang

muncul), dan penanganan Anak

Berkebutuhan Khusus.

Pelatihan erat kaitannya dengan

peningkatan pemahaman serta

keterampilan. Maka berangkat dari hal

ini peneliti tertarik untuk meneliti

apakah pemberian pemberian pelatihan

“Memahami & Membantu ABK dalam

Belajar” memiliki pengaruh pada

peningkatan pemahaman guru kelas di

sekolah inklusif mengenai Anak

Berkebutuhan Khusus. Penelitian ini

dilakukan dengan metode eksperimen

agar dapat diketahui secara jelas

pengaruh dari pelatihan ini.

METODE PENELITIAN

Bentuk penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen. Desain eksperimen yang

dipakai dalam penelitian ini adalah

Treatment by Subject Design. Variabel

dalam penelitian ekperiemen ini adalah

Pelatihan “Memahami& Membantu Anak

Berkebutuhan Khusus dalam Belajar” dan

Pemahaman guru kelas tentang Anak

Berkebutuhan Khusus. Pelatihan

“Memahami & Membantu ABK dalam

Belajar”adalah suatu kegiatan yang

dibuat untuk guru sekolah inklusif

179Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013

dengan bertujuan untuk memberikan

pemahaman kepada guru kelas di

sekolah inklusif tentang konsep, jenis

dan karakteristik, serta penanganan

Anak Berkebutuhan Khusus. Sedangkan

yang dimaksud dengan pemahaman guru

kelas tentang Anak Berkebutuhan

Khusus adalah pemahaman guru

tentang, definisi, jenis, karakteristik,

serta penanganan Anak Berkebutuhan

Khusus.

Sampel dalam penelitian ini adalah

seluruh guru kelas SDN Medalem II yang

berjumlah 9 orang. Penggunaan sampel

bertujuan dalam penelitian ini sengaja

dipilih berdasarkan tujuan tertentu. Alat

pengumpulan data berupa tes uraian

pemahaman guru tentang Anak

Berkebutuhan Khusus. Analisis data

dilakukan dengan teknik statistik non

parametrik dari Wilcoxon signed rank

test. Wilcoxon signed rank test dengan

bantuan program SPSS 16 for Windows.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil pembuktian

hipotesis penelitian dilakukan dengan

Wilcoxon signed rank test dengan

bantuan SPSS 16.0 for windows. Taraf

signifikansi yang digunakan 0.05

diperoleh nilai Z adalah -2.687 dan nilai

signifikansi adalah 0.007 yaitu kurang

dari 0.05, maka dapat disimpulkan

bahwa dari hasil uji perbedaan kedua

nilai diketahui bahwa perbedaan antara

keduanya signifikan. Artinya ada

pengaruh yang signifikan antara sebelum

dan sesudah diberikan tritmen.

Sedangkan hasil perhitingan efek size

menunjukkan nilai -0.298, artinya

perbedaan sebelum dan sesudah

perlakuan itu kecil.

PEMBAHASAN

Hasil dari keseluruhan analisis

diatas disimpulkan bahwa ada pengaruh

pemberian pelatihan “Memahami dan

Membantu ABK dalam Belajar” terhadap

peningkatan pemahaman guru di sekolah

inklusif tentang ABK. Sedangkan, ukuran

perubahan atau pengaruh yang terjadi itu

kecil. Adanya pengaruh tersebut sesuai

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013

180

dengan pendapat Mayer (2002) bahwa

pemahaman dapat ditingkatkan dengan

menerapkan cara belajar bermakna atau

disebut “meaningful learning”, sedangkan

di dalam pelatihan ini menggunakan

metode belajar blaind case yang sesuai

dengan langkah-langkah belajar

bermakna, yaitu: pembelajaran terjadi

berdasarkan materi yang relevan atau

dari hasil TNA sesuai kebutuhan guru

kelas, pelatihan ini menggunakan

metode pengajaran membuat pelajar

terlibat dalam suatu aktifitas belajar,

proses pembelajaran melibatkan

kerjasama dengan oranglain, materi yang

digunakan adalah merupakan kasus-

kasus yang ada di sekitar pembelajar

(Dahar, 1996).

Hal ini juga sesuai dengan

penelitian sebelumnya yaitu penelitian

dari Vernier (2012), yang menyatakan

bahwa pelatihan untuk guru efektif dan

dapat merubah persepsi guru tentang

siswa penyandang LD. Penelitian dari

Mahdiani (2010) juga mendukung hasil

dari penelitian ini bahwa dari penelitian

yang dilakukan mendapatkan hasil

pemberian pelatihan Inclusive Classroom

Management mampu meningkatkan

pemahaman guru mengenai kelas

inklusif.

KESIMPULAN

Dari keseluruhan proses penelitian

disimpulkan bahwa hipotesis diterima.

Artinya ada pengaruh pemberian

pelatihan “Memahami & Membantu ABK

dalam Belajar”terhadap peningkatan

pemahaman guru kelas di sekolah

inklusif tentang Anak Berkebutuhan

Khusus. Hasil perhitungan effect size

menunjukkan pengaruh itu kecil.

181Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, I. (2011). Kepemimpinan Pembelajaran Sekolah Inklusi. Malang: Banyumedia Publishing.

Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, adisi 2, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. United States of America: Simultaneously in the Dominion of Canada.

Cruickshank, W. dan G, O.J. (1958). Exceptional Children and Youth. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga. Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Pendidik.

Jakarta: Direktorat Jendral Manajeman Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar (Juni 2007).

DirectoratE General IV. (2009). Directorate of Education and Languages Unit of European Education Policies, Diversity and inclusion: challenges for teacher education.

Directorate of Education and Languages Unit of European Education Policies. (2009). Diversity and inclusion: challenges for teacher education (October 2009).

Frisbie, D.A. (1988). Reliability of Score from Teacher-Made Test. Instructional Topics in Educational Measurement. 25-35.

Hadi, C. (2010). Psikologi Eksperimen. Surabaya: Unit Penelitian dan Publikasi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Hadis, A. (2006). Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.Hardman, M. L., Clifford J.D., M. W.E. (2002). Human Exceptionality: Society School and

Family. Boston: A PEARSON Education Company. Kerlinger, F. N. (1990). Asas-asas Penelitian Behavioral Edisi Ke-tiga. Yogjakarta: Gadjah Mada

University Press.Knowles, M.S, Elwood, F. H., Richard, A. S. (1989). The Adult Learner. United State of America:

Butterworth-Heinemann.Krathwohl, D. R (2002). Arevition of Bloom's Taxonomy. An Overview Ohio: Theory Practice,

41(4).nd Lawson. (2006). The Trainer Handbook 2 Edition. United State of America: Preiffer.

Mahdiani, T.F. (2010). Pengaruh Pelatihan Inclusive Classroom Management pada Pemahaman Guru mengenai Kelas Inklusi. Theses Airlangga University, 17.

Mayer, R.E,. (2004). Rote Versus Meaningful Learning, Collage of Education, Ohio State Unversity, 41 (4).

Mikail, B. (2012 , April). Sekolah Inklusi Belum Siap Menampung ABK. Health Kompas, D i a k s e s p a d a t a n g g a l 3 0 N o v e m b e r 2 0 1 2 p a d a http://health.kompas.com/read/2012/04/15/10551282/Sekolah.Inklusi.Belum.Siap.Menampung.ABK.

Napitupulu, E.L. (2011). Pendidikan Inklusif Hadapi Tantangan. Kompas Edukasi, Diakses p a d a t a n g g a l 3 0 N o v e m b e r 2 0 1 2 p a d a http://edukasi.kompas.com/read/2011/11/09/2341052/Pendidikan.Inklusif.Hadapi.Tantangan.

Paerunan, I. (2012). Implementasi Pendidikan Inklusif di Sekolah dasar X, Y, dan Z, kota Jayapura. Universitas Pendidikan Indonesia.

thPallant, J. (2011). SPSS SURVIVAL MANUAL: Astep by step guide to data analysis using SPSS 4 edition. Australia: Everbest Printing.

stParamita, P.P., Mulyantinah, M.H., (2012). Proceeding 1 International Conference on Current Issue in Education: Inclusive Education in Surabaya's Primary Schools: Current Issue and Future Directions. 348-352.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013

182

183

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Standar kompetensi Guru, Standar kompetensi kepala sekolah, Standar kompetensi pengawas (permendiknas no 12, 13, dan 16. (2007).

Puri, M., George, A. (2004). Handbook of Inclusive Education for Educators, Administrators, and Planners. New Delhi: Sage Publications India Pvt Ltd.

Refice, A. (2006). Inclusion In The Classroom:Finding What Work For General Education Teacher. Indiana University, 25-31.

Rouse, M. (2010). Developing Inclusive Practice: A Role for Teachers and Teacher Education? University of Aberdeen. 1- 20.

Rubio, C.M. (2010). Effective Teacher-Professional and Personal Skill. ENSAYOS. Revista de la Facultad de Education de Albacete. 24, 35-46.

Silberman, M.., & Carol, A. (2013).Active Training:Pedoman praktis tentang desain, contoh kasus, dan kiat. Nusa Media: Bandung.

Stubbs, S. (2002). Inclusive Education: Where there are few resources. Norwegia: The Atlas Alliance.

Subini, N. (2012). Psikologi Pembelajaran. Yogjakarta: Mentari Pustaka.Taniredja, T. (2011). Penelitian Kuantitatif: Sebuah Pengantar. Bandung; Alfabeta. Tight, M. (2002). Key Concepts in Adult Education and Training 2nd Edition. New York: Taylor

& Francis Group.U.S. Departement of Education, National Comprehensive Center for Teacher Quality.

America's Challenge: Effective Teachers for At-Risk School and Student. Under agreement S28B050051.

UNESCO. (2011). Inclusive Education Division of Basic Education. United Nations Educational,Scientific and Cultural Organizaton.

Vernier, K.M. (2012). The Effects of Training on Teachers' Perceptions of Inclusion of Students with Intellectual Disabilities. Utah State University, AllGraduate Reports and Creative Projects. Paper 107.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013Jurnal Psikologi Pendidikan dan PerkembanganVol. 2 No. 03 Desember 2013