Upload
others
View
29
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Universitas Kristen Petra
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Pengenalan Judul
1.1.1. Judul
Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran, Bantul
1.1.2. Pengertian Judul
Pengertian Judul ditinjau dari asal maupun arti setiap kata yang
menyusunnya yaitu sebagai berikut :
1.1.2.1.Gereja,
Berasal dari bahasa Portugis igreja yang sebelumnya berasal dari bahasa
latin yang mengambil lagi sebelumnya dari bahasa Yunani ekklesia, jadi ekklesia
berarti kumpulan orang yang dipanggil ke luar (dari dunia ini). Sehingga gereja
dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan :
• Sebuah “rumah ibadah” umat Kristen, di mana umat bisa berdoa atau
bersembahyang.
• “umat” atau lebih tepat perhimpunan orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti
pertama bagi orang Kristen. Jadi gereja pertama- tama bukan sebuah gedung.
• Mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen, misalkan Gereja Katolik,
Gereja Protestan, dll.
• Lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. Misalkan kalimat “
Gereja Katolik menentang perang Irak” (Gereja Katolik,1998)
1.1.2.2.Katolik,
• Berasal dari bahasa Inggris yang memiliki dua arti eklesiastikal, yang
meliputi:Seluruh gereja Kristen Ortodoks.
Universitas Kristen Petra
2
• Doktrin atau keyakinan kepada Gereja Katolik Roma,
Istilah ini berasal juga dari kata sifat Bahasa Yunani katholikos yang
berarti“umum” atau “universal “ atau “ keseluruhan “Sehingga Katolik merupakan
ajaran Kristiani yang dimulai dari keuskupan Romawi (Gereja Katolik,1998).
1.1.2.3. Hati Kudus Tuhan Yesus,
Dapat didefinisikan sebagai ‘pelindung’ paroki tertentu atau biasanya
ditujukan sebagai tujuan devosi umat. (wawancara dengan Rm.Bernardus
Soedarmojo O.Carm, 10 Juli 2006).
1.1.2.4.Ganjuran,
Merupakan nama dusun yang ada di Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten
Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta.(Pemerintah Daerah Kabupaten
Bantul,2002,p.120).
1.1.2.5. Bantul,
Merupakan nama salah satu kabupaten dari 4 kabupaten yang ada di propinsi
Daerah Istimewa Jogjakarta. (Bantul,1992).
Jadi, mengacu dari arti kata maupun asal katanya sendiri maka pengertian
judul secara keseluruhan adalah sebuah rumah ibadah yang bukan hanya sekedar
berfungsi sebagai gedung tetapi juga merupakan tempat berkumpulnya orang-orang
seiman melakukan kegiatan imani mereka (berdoa atau bersembahyang)yang mana
diperuntukkan secara khusus bagi umat beragama Katolik yang ada di Ganjuran,
Bantul dan umat beragama Katolik lainnya secara umum ( ditilik dari pengertian
gereja yang ingin memanggil ke ‘luar’ orang-orang yang berdosa) dengan
menggunakan nama pelindung paroki Hati Kudus Tuhan Yesus sebagai panutan iman
spiritualitas mereka.
Universitas Kristen Petra
3
1.2.Latar Belakang Masalah
Sebuah gereja berisi banyak elemen di dalamnya, baik itu umat, para pejabat
gereja, sistem yang dipakai maupun unsur- unsur fisik yang berada di dalamnya.
Dalam kaitan dengan ajaran iman Katolik sendiri sebuah gereja lebih diartikan
sebagai ‘umat’ atau lebih tepatnya yaitu perhimpunan orang-orang Kristen dimana
gereja bukan berarti hanya berupa wujud fisik berupa sebuah gedung. (Unsur-
unsur,1985).
Adapun ajaran gereja Katolik yang banyak dianut di Indonesia adalah ajaran
gereja Katolik Roma. Ajaran Katolik Roma ini digolongkan menjadi dua ritus yaitu
ritus Barat (latin) dan juga ritus Timur, dan di Indonesia menggunakan ritus Barat
yang mana Bapak Paus Benedictus XVI sebagai pimpinan tertinggi dalam hirarki
gereja sebagai pengganti Santo Petrus.
Selain adanya Bapa Paus sebagai pemegang tahta suci tertinggi di Vatican,
Roma, ada beberapa hal yang sedikit membedakan ajaran iman Katolik Roma dengan
ajaran Kristen lainnya. Salah satu di antaranya yaitu adanya 7 Sakramen suci sebagai
bukti rahmat Tuhan sendiri (Sakramen Baptis, Sakramen Ekaristi, Sakramen Krisma,
Sakramen Tobat, Sakramen Imamat, Sakramen Perkawinan, dan Sakramen
Perminyakan).(Liturgi Katolik,1990)
Selain adanya ketujuh sakramen tersebut, gereja Katolik juga memiliki
liturgi yang terdiri atas Ibadat Sabda, Ibadat Ekaristi dan juga konsekrasi (perjamuan)
sebagai bagian terpenting (inti) dari perayaan misa kudus. Hal- hal lain yang
membedakan juga adalah adanya simbol Santo Santa sebagai orang kudus dan juga
adanya Hirarki (susunan pejabat gereja) yang jelas dalam Gereja Katolik sendiri.
Di Indonesia sendiri ajaran iman Katolik berkembang cukup pesat. Diawali
dari perjalanan Fransiskus Xaverius (seorang Portugis) sebagai misionaris pertama
yang singgah di Maluku dan ajaran iman Katolik yang awalnya mengalami pasang
surut akibat ancaman dari pemerintah Belanda yang mengajarkan iman Kristen saat
itu hingga akhirnya ajaran iman Katolik berkembang dengan pesatnya membawa
serta misi edukasi ataupun misi- misi lainnya seperti misi pelayanan dan
sosial(Baptisa,1982).
Universitas Kristen Petra
4
Dari perkembangannya yang memakan kurun waktu yang tidak sedikit
tersebut, akhirnya misi Katolik berkembang sangat pesat diwali oleh Pastor Van Lith
yang datang ke Muntilan (Jawa Tengah) dan hingga saat ini daerah ini menjadi pusat
agama Katolik. Misi Katolik ini dirasa cukup berhasil lewat misi edukasi yang
sebelumnya diterapkan yaitu lewat dibangunnya beberapa sekolah Katolik sehingga
banyak orang Jawa yang memasuki sekolah ini dengan alasan kemudahan hal
ekonomis sehingga misi meng- Katolik- kan orang- orang di daerah ini dirasa cukup
berhasil. (Unsur Indonesianisasi,1999)
Jika menilik dari kuantitas, sekitar 68 % dari umat Katolik di Indonesia
tinggal di daerah pedesaan dan hidup bertani dan mayoritas dari mereka adalah
masyarakat Jawa. Di lain pihak juga masyarakat Jawa juga menempati kuantitas etnis
tertinggi di Indonesia, sehingga dari hal itu menurut Pater Boelaars masyarakat Jawa
menjadi bahan pertimbangan pokok dalam pelayanan ajaran Katolik di Indonesia.
(Boelaars,2005).
Dalam kaitan dengan diadakannya inkulturasi, yang mana disemangati
Indonesianisasi, gereja- gereja Katolik di Indonesia secara umum tidak menimbulkan
gejolak yang berarti. Awalnya memang karena adanya adat yang sudah berakar dalam
pandangan hidup yang melandasi rakyat Indonesia, perjumpaan Injil (kabar gembira)
dengan adat setempat merupakan perjumpaan dua visi religius yang berlainan. Tetapi
setelah keduanya melakukan penyesuaian perbedaan bisa diatasi, di antaranya terlihat
dalam integrasi adat dalam perayaan religius yang mengalami perombakan total.
Melihat kenyataan yang ada di Indonesia dari segi kuantitas hanya sedikit
usaha- usaha inkulturasi budaya Indonesia yang diterapkan pada pembangunan
gereja- gereja di Indonesia. Dari awalnya mengingat kembali misi ajaran iman
Katolik di Indonesia maka tidak mengherankan dalam bentukan fisik gereja-gereja
kuno di Indonesia banyak mengadopsi gaya- gaya gereja yang dipakai di negara-
negara Eropa seperti gaya- gaya Renaisance, Romanika, Barok, Gothic, dll. Hal yang
hampir serupa juga terjadi, dimana mayoritas gereja- gereja yang ada di Indonesia
sangat tidak mewakili keIndonesiaan masyarakat kita yang mana lebih memilih
membangun gereja- gereja bertampang modern dewasa ini.
Universitas Kristen Petra
5
1.3.Rumusan Masalah Desain
Bagaimana membuat sebuah gereja Katolik yang mewakili nilai- nilai
keIndonesiaan (beridentitas Indonesia) dengan mempertimbangkan jumlah mayoritas
etnis berpopulasi tertinggi yang menganutnya di Indonesia dan juga bagaimana
membuat sebuah gereja Katolik yang benar- benar sarat makna yang mencerminkan
ke Katolikan ajaran- ajarannya dan segala sesuatu yang melatar belakangi ajaran-
ajaran tersebut. Dalam hal ini dapat dikatakan membuat gereja katolik inkulturatif
(mengawinkan ajaran Katolik yang sebelumnya identik dengan tradisi luar dengan
tradisi setempat, dalm hal ini diwakili oleh budaya Jawa)
1.4.Tujuan
• Memberikan pelayanan kepada umat Katolik secara khusus bagi masyarakat
Ganjuran ataupun masyarakat Indonesia pada umumnya.
• Sebagai wadah pendukung pengembangan misi- misi ajaran Katolik yang
sebelumnya sudah ada dan berkembang di daerah Ganjuran.
• Membuat gereja yang benar- benar sarat makna imani dan juga beridentias
Indonesia khususnya Jawa sebagai etnis terbesar yang mewakili.
• Menjadikan tempat ini sebagai salah satu alternatif tempat peziarahan karena ada
misi khusus yang melatar belakangi perkembangan gereja yang dilengkapi
dengan adanya monumen religius berupa candi
1.5. Manfaat
• Membantu umat pengguna gereja ini masuk ke dalam kekhusukan suasana
beribadah yang ‘benar- benar ‘, karena membuat gereja sarat makna imani sangat
berpengaruh besar.
• Membuka kesempatan bagi beberapa komunitas kerasulan terutama yang sudah
ada maupun belum di daerah itu untuk semakin memperlebar misinya ke luar
daerah- daerah. (daerah ini nanti diharapkan sebagai ‘generator’ mesin pemanas),
sehingga jika ada suatu bentuk ketertarikan yang luar biasa terhadap ajaran iman
Universitas Kristen Petra
6
Katolik yang mana didorong oleh penghadiran gereja ini secara tidak langsung
maka akan lebih mudah untuk seseorang berkeinginan meluangkan tenaganya
untuk memberitakan warta gembira kepada orang banyak dalam bidang/ segi
apapun.
1.6. Sasaran/ Lingkup Pelayanan
Gereja ini ditujukan khususnya bagi umat daerah Ganjuran dan juga kota-
kota lainnya di daerah Jawa Tengah dan juga tidak menutup kemungkinan bagi
peziarah dari kawasan lain di Indonesia maupun luar negeri.
1.7. Metode Perancangan
1.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Data- data yang digunakan nantinya dalam proyek ini diperoleh melalui :
• Studi Literatur
Berasal dari data- data dari buku, artikel maupun jurnal- jurnal.
• Studi Banding
Melalui survey beberapa bangunan- bangunan serupa yang pernah ada di
Indonesia, khususnya Jawa Tengah.
• Media yang lain
Melalui beberapa situs online dari internet.
• Wawancara dengan nara sumber
Melalui wawancara dengan orang- orang terkait maupun orang- orang yang ahli
di bidangnya, misalnya pastor dan biarawan/ wati dan juga ahli- ahli kebudayaan
Jawa.
• Survey Lapangan
Melalui pengamatan site terpilih (Ganjuran)
Universitas Kristen Petra
7
1.7.2. Metode Analisis
Data- data yang ada diperoleh melalui studi literatur, dianalisa secara
keseluruhan dan hasil analisa digunakan sebagai landasan teori proses perancangan.
• Data- data mengenai iman Katolik dan juga mengenai nilai- nilai sosial dalam
kebudayaan Jawa dan penerapannya sehingga bisa digunakan sebagai landasan
teori dan juga memudahkan dalam mendekati bangunan secara konteks lokal dan
mendalami secara budaya.
• Pembuatan program ruang terlebih dulu dengan menganalisa kegiatan-kegiatan
apa saja yang ada di gereja tersebut, siapa saja yang terlibat, dan juga
menggunakan data-data baik kuantitas ataupun kualitas lain yang ada.
• Analisa pemilihan lokasi yaitu dengan beberapa pertimbangan, yang paling utama
adalah dengan menilik masalah desain yang ada, data dan sejarah tentang gereja-
gereja inkulturatif yang pernah ada, dan kemudian baru diputuskan site mana
yang paling cocok dalam pembuatan gereja ini.
• Analisa Tapak,
Data-data mengenai tapak beserta lingkungan sekitar diperoleh melalui survey
lapangan, wawancara, dianalisa dengan mencari potensi-potensi yang dapat
dimanfaatkan dan juga permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan
melalui perancangan bangunan tersebut.
• Mendalami sejarah, dan budaya setempat (terkait dengan usaha
menginkulturatifkan ajaran gereja dengan budaya).
• Menentukan konsep dasar filosofis yang berhubungan dengan keduanya di atas.
• Melakukan penataan massa.
• Memasukkan unsur-unsur lain seperti bentuk, warna, material, ornament
simbolik,dll dalam perancangan bangunannya nanti.
• Memasukkan sistem struktur, sains dan utilitas bangunan yang cocok.
• Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan semua elemen-elemen di atas menjadi
sebuah desain bangunan Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran,
Bantul.
Universitas Kristen Petra
8
1.8.Pendekatan Perancangan
Pendekatan perancangan merupakan sudut pandang seseorang dalam
mendekati suatu masalah desain guna mencapai pemecahan masalah yang tepat.
Dengan kata lain dapat diartikan sebagai metode atau cara untuk mendesain suatu
proyek. Sebelum memilih pendekatan yang akan dipakai, terlebih dahulu harus
dipilih bahwa karya Arsitektur itu nantinya didefinisikan sebagai apa. Dapat
didefinisikan sebagai Form (bentuk) ataupun sebagai Essay (cerita). Dalam kaitan
dengan pembuatan gereja inkulturasi ini maka definisi arsitektur yang kedua
dianggap lebih cocok, karena sesuai dengan ajaran iman kristiani katolik itu sendiri
yang banyak menggunakan lambang simbolis dalam perayaannya. Berdasarkan
masalah desainnya sendiri yaitu terdiri dari : “ Bagaimana membuat sebuah Gereja
Katolik Inkulturatif yang mencerminkan nilai- nilai kristiani sekaligus nilai- nilai
budaya Jawa dalam desain bangunannya “ maka pendekatan ‘konteks lokal setempat’
dirasa paling cocok karena selalu terkait dengan bagaimana membawa selain
atmosfer Katolik terutama juga membawa atmosfer Jawa sebagai jawaban dari
masalah desain yang ada.
1.9.Pendalaman Perancangan
Mengingat proyek ini sebagai gereja Katolik, maka perancangannya selalu
berkaitan dengan umat (komunitas) pendukung terselenggaranya kegiatan imani di
dalamnya. Maka penciptaan unsur budaya latar belakang mayoritas umat setempat
menjadi salah satu hal yang dapat sangat ‘ menyapa’ umat masuk dalam kekhusukan
kegiatan imani. Hal ini dapat dicapai dengan memperhatikan faktor budaya setempat
yaitu budaya Jawa itu sendiri, maka dari beberapa hal seperti : pembagian dan
penempatan ruang-ruang, penggunaan material ataupun ornamen, ataupun kegiatan di
dalamnya itu sendiri tidak bisa terlepas dari unsur-unsur Jawa. Berdasarkan hal itu
maka dipilih pendalaman budaya, dimana kita tahu juga bahwa Arsitektur merupakan
subordinate dan cerminan kebudayaan juga. Menindak lanjuti dari pemilihan
pendekatan yang ada yaitu konteks lokal setempat dan juga melihat lagi pada masalah
Universitas Kristen Petra
9
desain maka budaya dipilih sebagai pendalaman. Budaya apa yang akan dipakai?
Tentu saja nilai- nilai budaya yang dapat langsung diterjemahkan dalam wujud
arsitektural, dimana sesuai dengan masalah desain selain nilai- nilai budaya Jawa
yang ingin dihadirkan nilai- niali budaya Katolik juga tetap diangkat dalam
pendesainan bangunan ini.
1.10.Data- Data Awal
1.10.1. Tinjauan terhadap Gereja Katolik 1.10.1.1. Sejarah Umum Gereja Katolik
Sejarah umum Gereja Katolik diawali dengan awal mula gereja Kristen di
bawah lima daerah utama yaitu : Yerusalem, Antiokia, Alexandria, Konstantinopel,
dan Roma. Uskup Roma sendiri dikenal sebagai orang yang utama dan pertama yang
selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan pendapat. (Sejarah Gereja,1972).
Seiring berjalannya waktu Gereja- gereja Kristen tersebut mengalami
perpecahan dan adapun gerja Katolik sendiri mengalami perbedaan doktrin tentang
perumusan pengakuan iman Nicea- Konstantinopel sehingga Gereja Katolik terpecah
menjadi Barat dan Timur, perpecahan ini dikenal dengan Skisma Barat Timur.
Adapun negara – negara yang termasuk gereja Barat adalah Inggris, Prancis, Roma
dan negara- negara Skandinavia, sedangkan yang termasuk gereja Timur (gereja
Ortodoks) adalah Yunani, Rusia, dan Mesir.
Selain perpecahan- perpecahan tersebut, juga ada perpecahan terbesar yang
terjadi abad ke -16 yang dipelopori Marthin Luther yang nantinya melahirkan Gereja-
gereja Protestan; selain itu juga terjadi perpecahan sendiri yang dilakukan Inggris
sehingga memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma dan menjadi Gereja Katolik
Anglikan. Tetapi seluruh gereja- gereja tersebut kecuali Protestan tetap
mempertahankan cara beribadah mereka (cara beribadah Katolik Roma)
Universitas Kristen Petra
10
1.10.1.2. Sekilas Tentang Ajaran Gereja Katolik
Hal-hal yang membedakan antara Gereja Katolik Roma dengan gereja-
gereja Kristen yang lain adalah terutama pada ajarannya dan hal- hal lain yang terkait.
Adapun dari ajarannya, sakramen dan liturgi adalah hal yang amat berbeda dengan
gereja- gereja Kristen yang lain, sehingga adapun karena adanya hal ini maka dalam
pembuatan bentuk fisik bangunannyapun nantinya akan ikut memberikan kontribusi
dan masukan. Sakramen sendiri berarti berkat dari Kristus terdiri atas :
• Sakramen Baptis
• Sakramen Penguatan ( Krisma)
• Sakramen Ekaristi
• Sakramen Pengakuan Dosa
• Sakramen Pengurapan Orang sakit
• Sakramen Imamat
• Sakramen Perkawinan
Selain itu Tata Perayaan Ekaristi berupa Liturgi merupakan tatanan yang
tidak dapat diubah- ubah dan dimanapun misa (perayaan iman) dirayakan akan tetap
sama urutan dan firman yang dibacakan. Adapun di dalam liturgi ada beberapa hal
pokok yang menjadi isinya yaitu berupa : ritus pembukaan, liturgi sabda, liturgi
ekaristi dan ritus penutup.
Selain itu hal lain yang membedakan antara Gereja Katolik dengan gereja-
gereja yang lain yaitu adanya Bapa Paus (sekarang Paus Benedictus XVI) sebagai
pemimpin umat Katolik tertinggi di dunia sebagai pengganti Rasul Petrus. Paus itu
sendiri merupakan bagian dari Hirarki Gereja yang di dalamnya juga terdapat
biarawan- biarawan yang lain seperti Kardinal, Bapa Uskup, Pastor (Imam), Diakon,
Frater,dll. (Sejarah Gereja,1972).
1.10.1.3. Beberapa Simbol dalam Ajaran Iman Katolik
Manusia yang percaya kepada Allah membutuhkan simbol-simbol untuk
menunjukkan kehadiran atau keterdekatan dengan Allah. Maka secara khusus Agama
Universitas Kristen Petra
11
bergantung pada simbol-simbol. Terutama dalam Gereja Katolik banyak sekali
ditemui simbol-simbol religius seperti di bawah ini :
• Abu
Dalam ajaran agama Yahudi, abu melambangkan tanda tapa atau sesal, tetapi
dalam keadaannya sekarang gereja Katolik mengambil alih makna abu menjadi
penanda permulaan masa Prapaskah, yaitu pada hari Rabu Abu, dan juga pada hari
ini kita diingatkan kembali akan kefanaan kita, “ Ingatlah bahwa kamu debu dan
akan kembali menjadi debu “ (Pkh 3.30).
• Air
Air selalu menjadi materi utama dalam pembaptisan, maka lewat air kita masuk
dalam persekutuan Kristiani denganKristus.
• Alpha dan Omega
Alpha adalah huruf pertama dan Omega adalah huruf terkahir dalam abjad
Yunani, hal ini melambangkan Yesus sendiri sebagai awal dan akhir kehidupan.
• Anak Domba
Melambangkan Yesus sendiri, karena Ia dikurbankan untuk menebus dosa- dosa
manusia.
• Anggur
Anggur selalu dihubungkan dengan cinta dan kebenaran. Demikian dalam
perjamuan ekaristi sendiri, selalu ada anggur sebagai keterikatan antara Allah
dan manusia sendiri.
• Angka Tiga
Merupakan angka suci, karena merupakan pemersatu dari dua titik, dalam hal ini
setara dengan ke-tigaan Tri Tunggal Mahakudus, yaitu Bapa, Putra dengan Roh
Kudus (Allah dengan 3 pribadi).
• Cawan atau Piala
Merupakan simbol kerukunan atau keterikatan. Minum dari cawan yang sama
mengungkapkan persahabatan.
Universitas Kristen Petra
12
• Daun Palma
Oleh bangsa Romawi digunakan sebagai simbol kemenangan, maka dalam
Alkitabpun diceritakan Yesus diarak memasuki Yerusalem diarak dengan
menggunakan daun palma.
• Ikan
Umat Kristen Perdana menggunakan ikan sebagai tanda pengenal kekristenan
bila ingin memperkenalkan iman mereka secara rahasia. Sedangkan dalam bahasa
Yunani sendiri kata ‘ikan’ mengandung arti huruf awal Yesus Kristus Putra Allah.
• Lilin
Lilin memberikan terang, Yesus sendiri mengajarkan agar kita senantiasa
menjadi pelita bagi sesama kita.
• Roti
Roti sekalian bersama dengan anggur dalam perayaan Ekaristi menempati
kedudukan yang penting dimana roti dipecah- pecah dan dibagi-bagi sebagai
perlambang tubuh Kristus yang dapat memberikan hidup kekal.
• Salib
Salib selalu mengingatkan kita akan penderitaan Kristus yang wafat untuk
menebus dosa manusia. Dalam kehidupan kita sehari-haripun tidak bias terlepas dari
salib, tetapi saatnya nanti Salib juga akan berarti menyimbolkan kemenangan.
• Warna Merah
Dalam perayaan ekaristi warna ini digunakan untuk memperingati para martir.
Selain itu warna ini juga digunakan pada hari raya Pentakosta yang berarti
kemenangan.
Universitas Kristen Petra
13
1.10.2. Tinjauan Terhadap Perkembangan Ajaran Katolik sampai ke daerah
Ganjuran
Misi Katolik di daerah Jawa diawali dengan kedatangan Pastor Van
Lith, SJ ke Muntilan pada tahun 1896. Pada awalnya usahanya tidak membuahkan
hasil akan tetapi pada tahun 1904 tiba- tiba 4 orang kepala desa dari Kalibawang
(daerah Sendangsono sekarang) datang dan minta diberi pelajaran agama, sehingga
akhirnya 178 orang Jawa dibaptis di sebuah mata air Semagung yang terletak di
antara dua batang pohon Sono (Sendangsono).
Selain itu untuk memperlancar misi, akhirnya Van Lith mulai melakukan
pendekatan yang lain yaitu melalui anak-anak yaitu yang biasanya hidup
berkekurangan yaitu dengan mendirikan sekolah- sekolah dasar dan memberikan alat-
alat serta pakaian yang diperlukan. Sampai akhirnya pada tahun 1918 sekolah-
sekolah Katolik dikumpulkan dalam satu yayasan yaitu yayasan Kanisius dan
keberadaannya salah satunya yaitu berkembang sampai ke arah Ganjuran.
Selain hal tersebut, kedatangan orang Belanda Schmutzer bersaudara di
Ganjuran yang membawa misi iman lainnya (rerum novarum- ajaran sosial gereja)
juga merupakan generator berkembangnya pertumbuhan umat Katolik di Ganjuran
beserta fasilitas-fasilitas rohani yang ada baik berupa gereja sendiri maupun rumah
sakit ataupun sekolah-sekolah Katolik. (Gereja Hati,2004)
1.10.3. Tinjauan Terhadap Sejarah Awal Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus
(HKTY) di Ganjuran
1.10.3.1 Data awal Sejarah berdirinya Gereja HKTY dan Candi Ganjuran
Pembangunan Gereja ini diawali dengan adanya kegiatan kerasulan awam
yang dilakukan oleh keluarga Schmutzer (orang Belanda) yang bermukim di daerah
tersebut. Hal ini diawali dengan adanya pengambil alihan pabrik gula Gondang
lipuro, dan keluarga Schmutzer mulai menjalankan ajaran sosial gereja (rerum
novarum) dimana seiring berjalannya waktu mereka mulai menghayati spiritualitas
Hati Kudus Tuhan Yesus yang selalu bekerja dalam setiap langkah kehidupan
Universitas Kristen Petra
14
mereka. Hal ini terjadi sekitar tahun 1912 an. Akhirnya sampai tahun 1919 karya
keluarga Schmutzer tidak berkesudahan di daerah ini, keluarga ini mulai membangun
12 sekolah (sesuai jumlah 12 rasul) sehingga era pengutusan, pewartaan dan
pemberdayaan masyarakat setempatpun dimulai.
Pada tahun 1920an Julius Schmutzer menikahi seorang perawat dan pekerja
sosial Caroline van Rijckevorsel dimana akhirnya beliau mulai membangun
poliklinik yang akhirnya sekarang lebih dikenal dengan Rumah sakit Elisabeth
Ganjuran
Akhirnya pada tahun 1924 gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus dibangun
disusul dengan adanya pembangunan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus yang bercorak
Jawa- Hindhu pada tahun 1927, hal ini sekaligus menandakan secara simbolik
penyerahan Tanah Jawa kepada Hati Kudus Tuhan Yesus. Adapun pembangunan
Candi tersebut dilatar belakangi oleh keinginan keluarga Schmutzer yang terinspirasi
bahwa monumen- monumen semacam itu banyak ditemui di negeri Belanda. Di
dalam Candi tersebut terdapat Arca Kristus Raja dengan jari menunjuk Hati Kudus-
NYa yang terbuka ditahtakan di dalamnya. Arca ini menjadi simbol kebapaan Allah
yang meraja dan menguasai alam semesta, sedangkan Hati Kudus yang menyala
merupakan simbol kasih seorang Ibu yang bersedia memberikan bahkan
mengorbankan hidup (hatinya) sendiri demi anak- anaknya. Lebih jauh misi yang
diemban keluarga Schmutzer dalam kaitan dengan pembangunan candi ini adalah
agar candi ini dapat menarik orang/ masyrakat untuk menghayati iman dalam konteks
budaya setempat. (Gereja Hati,2004)
Adapun visi dan misi gereja Ganjuran yang tetap diemban sampai saat ini
adalah menjadi berkat bagi siapa dan apapun juga dan dilandasi oleh semnagat belas
kasih, kesetiaan dan kerelaan untuk berkorban yang setiap saat dapat ditimba dari
Hati Kudus Tuhan Yesus. Pengakuan akan Kristus Raja yang menguasai sendi- sendi
kehidupan Gereja Ganjuran diungkap dalam pengabdian umat secara total,
sebagaimana disimbolkan dalam perayaan prosesi. Secara lebih konkret visi tersebut
diterjemahkan dalam tindakan nyata sebagai berikut :
Universitas Kristen Petra
15
• Menyelenggarakan kegiatan untuk semakin mendekatkan umat dari berbagai
kalangan kepada Hati Kudus Tuhan Yesus.
• Menyediakan berbagai fasilitas yang dapat membantu umat untuk semakin
banyak menghidupi dan mengamalkan semangat Hati Kudus Tuhan Yesus.
• Memperhatikan kaum yang lemah (sakit, miskin dan tertindas) baik secara
jasmani maupun rohani agar ikut merasakan belas kasih Hati Kudus Tuhan
Yesus.
• Mengajak semua orang yang berkehendak baik untuk bersyukur dengan
membagikan berkat yang telah diterimanya melalui berbagai kegiatan amal
kasih.
• Menghormati tradisi Ganjuran yang menyelamatkan dengan cara menggali,
melestarikan dan mengembangkannya melalui berbagai kesempatan dan
kegiatan.
Seiring berjalannya kegiatan rohani yang cukup aktif di daerah Ganjuran ini,
adanya berkat Tuhan yang khusus juga ditemukan. Pada tahun 1998 sumber air
dari dasar Candi ditemukan Bapak Suparto, selanjutnya air ini disebut Tirta
Perwitasari, sehingga tidak jarang peziarah- peziarah domestik ataupun asing
banyak berdatangan.Selain hal- hal tersebut di atas kegiatan yang cukup spesifik
yang dilakukan di daerah ini adalahnya lahirnya Paguyuban Hati Kudus Tuhan
Yesus (Abdi Dalem) yang dipelopori oleh Rm. G. Utomo, Pr. Sehingga apabila
disimpulkan kegiatan warga gereja Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran dapat
dibedakan menjadi 4 macam sebagai berikut :
• Menjadi Pendoa
Sejak tahun 1997 telah diumumkan kepada para devosan dimanapun
mereka berada agar mengirimkan ujub- ujub (permohonan-permohonan)
pribadinya ke Ganjuran sehingga selalu diselenggarakan misa atau
sembahyangan khusus untuk mengantar ujub-ujub semacam itu kepada
Tuhan.
Universitas Kristen Petra
16
• Melayani Peziarah
Meskipun semula tidak terbayang, para peziarah yang dari hari ke hari
semakin banyak berdatnagn perlu mendapat pelayanan yang layak. Oleh
sebab itu melayani dan menyediakan fasilitas yang layak bagi para peziarah
merupakan salah satu kewajiban gereja Ganjuran.
• Mewartakan Spiritualitas Hati Kudus Tuhan Yesus
Hal ini sesuai dengan yang telah disampaikan sebelumnya yaitu salah
satunya melalui doa- doa devosi dan kegiatan- kegiatan yang lain.
• Menjadi Saluran berkat
Pada kenyataannya mulai banyak peziarah dan para devosan yang peduli
kepada sesamanya yang kekurangan, oleh sebab itu disusun mekanisme
untuk menampung dan mengelola dana sosial candi Ganjuran. (Gereja
Hati,2004).
1.10.3.2. Makna Simbol- Simbol dan Ibadat Khusus yang dipakai di Gereja
HKTY di Ganjuran
Simbol persatuan dan perlindungan. Gedung gereja adalah tempat umat
beriman berkumpul untuk menyatukan hati memuliakan dan memohon
perlindungan kepada Tuhan Allah. Di tempat ini selalu diselenggarakan Perayaan
Ekaristi dan ditahtakan Sakramen Maha Kudus lambang kehadiran Tuhan di
tengah- tengah umatNya. Oleh karena itu gedung gereja inilah yang seharusnya
menjadi persinggahan pertama para peziarah yang memohon perlindungan Tuhan
Allah mereka.
• Candi Ganjuran
Simbol keabadian dan kebesaran. Bangunan batu yang tidak lapuk oleh
waktu dan cuaca melambangkan penyertaan Tuhan kepada umatNYa yang
bersifat kekal abadi. Kesetiaan Tuhan tidak dibatasi oleh waktu dan situasi
apapun,. Di dalam simbol keabadiaan inilah raja- raja zaman dulu
dimakamkan dan pemujaan kepada Yang Maha Esa dilakukan. Oleh karena
itu tidak salah jika Kristus yang meraja dengan Hati KudusNya pun
Universitas Kristen Petra
17
ditahtakan di dalam candi untuk dipuja dan dimintai pertolongan seluruh
umatNya.
• Arca Kristus Raja
Simbol keagungan sekaligus belas kasih Yesus Kristus yang takterhingga.
Arca ini melambangkan pengakuan umat beriman kepada Sang Penguasa
Tunggal yakni Yesus Kristus. Tapi umat beriman sekaligus juga mengakui
bahwa Sang Penguasa meraja dengan belas kasihNya yang tak terhingga.
Belas kasih itu dibuktikanNya dengan rela menderita dan wafat di kayu salib
untuk menebus dosa- dosa manusia. Arca ini juga mengajarkan kepada
seluruh umat beriman bahwa jalan menuju kemuliaan adalah kesediaan
untuk berkorban dan melakukan secara nyata belas kasih Hati Kudus Tuhan
Yesus.
• Tirta Perwitasari
Simbol berkat kehidupan yang dianugerahkan kepada segenap umat
beriman. Air adalah penentu hidup atau matinya setiap makhluk. Dengan
menganugerahkan Tirta Perwitasari (air dari dasar Candi Ganjuran) Tuhan
telah memberi kehidupan kepada umatNya. Itulahsebabnya, air yang
dianugerahkan bukan sembarang air tetapi air yang secara medis memiliki
banyak kelebihan dibanding air pada umumnya.
• Misa Prosesi
Simbol penyerahan umat kepada kuasa Hati Kudus Tuhan Yesus. Perayaan
ini ditandai dengan berbagai upacara kebesaran. Pada kesempatan ini umat
dari berbagai tempat datang mempersembahkan sebagian berkat atau buah
karya mereka yang diungkap dalam beraneka simbol : roti-anggur, hasil
bumi, makanan tradisioanl, gunungan, aneka hiasan, uang dan sebagainya.
Persembahan itu adalah bagian terbaik dari buah karya manusia (berkat
Tuhan) yang dihaturkan kembali kepada penciptaNya. Disebut misa prosesi
karena pada perayaan akbar ini selalu diadakan perarakan. Tradisi ini
merupakan adaptasi dengan inkulturasi budaya Jawa atas perarakan
Sakramen Mahakudus. Tradisi ini diperkirakan merupakan tradisi Eropa
Universitas Kristen Petra
18
hanya saja kiranya diberi motif Jawa dengan gaya kerajaan Jawa karena
pada awalnya Prosesi di Ganjuran memang diselenggarakan pada bulan
Oktober pada hari raya Kristus Raja. Pada tataran yang lebih luas dan lebih
aktual, prosesi dapat juga dimaknai sebagai simbol peziarahan umat
manusia yang menempuh perjalanan panjang selama hidupnya, namun harus
selalu mengarah dan menuju pada Kristus, Tuhan dan Raja mereka.
• Gamelan dan Tarian
Musik dan Tarian Jawa ini merupakan simbol kemegahan, syukur, pujian,
dan penghormatan yang dilakukan secara tradisional Jawa, sekaligus simbol
pengharagaan pada nilai- nilai tradisi budaya Jawa. (Gereja Hati,2004).
1.10.4. Tinjauan Terhadap Data- Data semula Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus, di
Ganjuran
Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terletak 17 km dari arah
Yogyakarta ke arah selatan. Umatnya berjumlah kurang lebih 7000 orang, tersebar di
27 wilayah, sebagian besar adalah kaum petani, dan selebihnya adalah guru,
pedagang, dan buruh. Hampir 100 % ‘pengguna’ dari gereja adalah etnis Jawa, hanya
saja sebagian besar devosan/ peziarah yang datang terutama peziarah Candi Tyas
Dalem (Hati Kudus Tuhan Yesus) bukan merupakan etnis Jawa.
Gereja ini terbangun tidak bisa terlepas dari usaha keluarga Schmutzer.
Yang merupakan misi dari keluarga Schmutzer pada awalnya adalah membuat
masyarakat Ganjuran dan sekitarnya makmur dengan mendirikan sekolah, rumah
sakit, dan menjadikan buruh sebagai mitra kerja. Semuanya itu dilaksanakan dengan
menimba semangat Hati Kudus Tuhan Yesus. Spiritualitas itulah yang diwarisi
Gereja Ganjuran. Kompleks gereja sendiri tidak berdiri sendiri, di dalamnya juga
terdapat pastoran, balai paroki, bangunan candi dan pelatarannya, halaman parkir,
kios-kios rohani dan makam. Selain itu di samping kanan kiri terdapat rumah sakit
Elisabeth, beberapa sekolah-sekolah Katolik, biara susteran CB, dan juga panti
asuhan Santa Maria, dimana kesemuanya itu menjadi satu kesatuan sebagai misi
imani yang ada di daerah Ganjuran ini. (Gereja Hati,2004)
Universitas Kristen Petra
19
1.10.5. Pengertian Inkulturasi dalam Gereja Katolik
Dalam arti luas dan generik, inkulturasi adalah sejenis penyesuaian dan
adaptasi kepada masyarakat, kelompok umat, kebiasaan, bahasa, dan perilaku yang
biasa terdapat pada suatu tempat. Begitu juga dengan tugas seorang Pastor (imam), ia
harus memakai bahasa yang paling dimengerti pendengarnya, bahasa yang paling
‘menyapa’ dan ‘mengena’ bagi pendengarnya.
Di Alkitab sendiri pernah dikatakan bahwa dulunya rasul Petrus sudah
melakukan inkulturasi untuk yang pertama kalinya, dimana tantangan ini diembannya
karena orang-orang pada jaman itu kurang bisa membedakan antara agama Kristen
dan agama Yahudi, dan mereka mulai tertarik mendalami ajaran Kristen akibat
inkulturasi atau ‘pendekatan’ yang dilakukan rasul Petrus. Dari pengalaman ini
sendiri Allah berusaha mengajarkan bahwa “ Sesungguhnya kini aku telah mengerti,
bahwa Allah tidak memandang bangsa, melainkan berkenan kepada siapa saja yang
menyegani Allah dan yang suci hidupnya, dari bangsa manapun juga” (Kis 10.34f).
Tidak hanya Rasul Petrus, rasul Pauluspun melakukan misi inkulturatif.
Dalam melakukan inkulturasi misi yang diemban Paulus tidaklah mudah, ia bukan
hanya belajar bahasa tetapi ia memperlengkapi dirinya dengan budaya, tradisi dan
agama Yunani, Romawi dan Yahudi. Selain itu mental inkulturatif yang dipunyai
Paulus ditinjukkan dalam hal-hal berikut : selalu diusahakannya mencari kontak dan
kontinuitas dengan isi pikiran pendengar, mematok tanah berpijak yang kukuh tetapi
tidak dapat ditawar- tawar, Kristus dan InjilNya harus tetap diwartakan.
Selain inkulturasi Rasul Petrus dan Paulus, inkulturasi yang dilakukan St.
Justinus Martir dan juga inkulturasi gereja selanjutnya memiliki dampak yang cukup
berarti dalam perkembangan inkulturasi yang ada, demikian halnyapun yang sudah
sampai di Indonesia sendiri. Di China sendiri, misi inkulturatif yang diemban Matteo
Ricci tercapai dengan dua tujuan pesan dengan memasuki dunia dan gaya hidup
China serta berada dalam kelompok religius setempat demi evangelisasi persuasive.
Universitas Kristen Petra
20
Tetapi kehadiran proses inkulturasi harus memilik balance(keseimbangan),
antara budaya ataupun ajaran iman Katolik itu sendiri, yang dapat diupayakan,
melalui :
• Membaurkan kekristenan ke ‘dalam’ sambil mengakarkannya pada tradisi dan
kebudayaan.
• Menghantar simbiose antara Injil dan budaya bangsa-bangsa.
• Penegasan bahwa Injil dan Kristus tidak merugikan kebudayaan melainkan
meluhurkannya.
• Pembinaan sistematis inkulturasi.
• Pembinaan ini mengandung beberapa segi. Keseluruhan usaha ini akan
menghasilkan gereja lokal yang sehat apabila dilakukan dengan penuh
kebijaksanaan.
Pentingnya berdialog dengan berbagai instansi agama, pemerintah, ilmuwan,
karena didasari pemikiran bahwa proses inkulturatif sangat menyangkut berbagai
pihak yang ada.(Gereja dan,1984)
1.10.6. Tinjauan nilai-nilai sosial Jawa pada umumnya terkait dengan Rancangan
Arsitektur
Bagi yang mempelajari kosmologi kuno, bumi dan langit selalu dianggap
memiliki berbagai daya prana atau energi gaib. Begitu juga dengan Arsitektur
hendaknya sebagai lingkungan ciptaan manusia juga perlu berkontekstualisasi dengan
fenomena alam tersebut. Dalam prinsip-prinsip kosmologi, pusat dan dualisme Jawa
sendiri tidak bisa terlepas dari ‘kepercayaan-kepercayaan’ lain seperti pengaruh
Hindu, Budha ataupun Fengshui China yang sebelumnya diperkirakan lebih
berkembang. Bidang yang masuk dalam antropologi Arsitektur ini memiliki
kecenderungan mengkaji perubahan sosial budaya dalam rupa bangunan dan tata
letak bangunan.
Daerah Jawa Tengah sendiri merupakan pusat dari ‘kerajaan Jawa’, dimana
banyak mengetengahkan tradisi budayanya. Adapun salah satu bentuk mitologi yang
dianut adalah kosmologikal dualisme, yang antara lain adalah letak laut vs gunung,
Universitas Kristen Petra
21
makhluk darat vs makhluk laut, orang-orang di pegunungan vs orang- orang di pesisir
dan juga penggunaan awalan, ataupun akhiran dalam penggunaan bahasa yang ada.
Tidak ada perubahan yang kentara dalam bentukan-bentukan di literatur-
literatur Jawa akhir-akhir ini, tetapi ada sedikit perubahan yang terjadi dalam seni-
seni visual dan juga bentukan- bentukan bangunan. Dimana salah satunya dalam
seni-seni visual, objek yang dihadirkan lebih ambigu, abstrak dan kebanyakan hadir
dalam rupa penghadiran bentuk 2 dimensi. Pada bentukan bangunan-bangunan
sendiri terutama bangunan rumah tingggal tidak bisa dipisahkan dari candi-candi
yang ada di Jawa sendiri, hanya saja kehadirannya tentu saja lebih ‘pendek’ dari relief
di candi- candi tersebut.
Simbol adalah sesuatu yang berdiri untuk menggantikan yang lain dan
klasifikasinya adalah cara untuk menyusun sesuatu. Berdasar untuk mencari kode,
orang-orang Jawa mengembangkan kepercayaan mereka, sistem, organisasi sosial
dan pengembangan teknologi. Sebelum era Hindu, orang-orang Jawa telah
mengembangkan sistem mereka yang unik yang menyimbolkan klasifikasi
berdasarkan nomor, yaitu nomor dua, tiga , lima dan sembilan. Klasifikasi dualisme
simbolik adalah salah satu yang tertua dalam keempat pengklasifikasian tersebut.
Dualisme mengacu pada dua kecenderungan dimana dua kekuatan yang saling
kontradiktif, mandiri, dan saling mengisi. Dalam klasifikasi dualisme, sesuatu diatur
berdasarkan pada kekontradiksian mereka, pasangan mereka sebagaimana secara
alami saling mengisi, seperti: tinggi dan pendek, sacral dan profane, kanan dan kiri,
malam dan siang, lelaki dan perempuan, depan dan belakang, timur dan barat, gunung
dan laut, dll. Bentuk dualisme ini dapat diperluas tanpa batasan. Di Jawa sendiri teori
dualisme dipakai terutama pada organisasi sistem sosial.
Dalam penerapannya pada rumah-rumah Jawa kelas, penerapan antara
dualisme, pusat dan linearitas banyak ditemui. Konsep pusat sendiri banyak
ditemukan mendominasi peletakan pendapa yang mana selalu menjadi fokus di
tengah-tengah. Sedangkan linearitas mendominasi pada tempat paling sakral di dalam
rumah, dimana diletakkan di tengah dari bagian belakang dalem ageng. Jadi dapat
juga dikatakan bahwa prinsip pusat dan linearitas mengekspresikan perbedaan
Universitas Kristen Petra
22
antara bagian rumah yang sakral dan yang profan (untuk orang kebanyakan/ lebih
rendah).(Kosmologi Jawa,2000)
1.10.7. Program Kebutuhan Ruang
1.10.7.1. Pola Aktivitas Kegiatan Imani + Batas Pelayanan
Kegiatan- kegiatan di gereja dibagi 3 bagian utama menjadi kegiatan berdoa
di gereja (merupakan yang paling utama), Kegiatan ziarah dan kegiatan penunjang
lainnya. Adapun kegiatan berdoa di gereja utama (1) dibagi menjadi 3 bagian:
• Misa Kudus (perayaan Ekaristi), terdiri dari : misa harian, misa mingguan, misa
perayaan khusus (sesuai liturgi), misa pembaptisan, perkawinan,dll.
• Kegiatan pendukung misa kudus, seperti : latihan koor, latihan alat musik
(khususnya gamelan), latihan putra altar,dll.
• Kegiatan pelayanan lainnya (untuk mengembangkan iman),--- di Balai Paroki (2)
seperti : kegiatan MUDIKA, WKRI, kegiatan LANSIA Katolik, kegiatan sekolah
minggu, kegiatan bina iman, kegiatan retret, kegiatan doa paguyuban (paguyuban
Hati Kudus Tuhan Yesus ), tirakatan, sarahsehan, dan kegiatan dewan paroki.
Sedangkan untuk kegiatan ziarah difasilitasi melalui ruang- ruang untuk ziarah
(3), yang dibagi menjadi :
• Doa devosi di depan candi kepada Hati Kudus Tuhan Yesus.
• Mengambil mata air dan mandi di mata air Tirta Perwitasari.
• Mengikuti misa prosesi.
• Mengikuti jalan salib.
Sedangkan untuk kegiatan- kegiatan penunjang difasilitasi melalui ruang- ruang
penunjang, seperti area dan/ fasilitas sebagai berikut:
• Parkir, terdiri dari mobil umat setempat, mobil peziarah.
• Kegiatan pemukiman para ‘pelayan’ (imam)---Pastoran.
Universitas Kristen Petra
23
• Pelayanan untuk peziarah, antara lain seperti:untuk penjualan souvenir,untuk
Penyediaan tempat tinggal sementara, untuk sekretariat pelayanan candi dan
kafetaria.
Batas Pelayanan Gereja Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran :
Paroki ini memiliki satu stasi yaitu stasi Tambran yang terletak di Kelurahan
Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Bantul. Terletak 6 km ke arah Tenggara dari
Ganjuran, meliputi wilayah Pundong Lor, Pundong Kidul dan Mulyodadi Kidul.
Jumlah umat sekitar 678 orang, dimana 90 % nya aktif sembahyang di wilayah-
wilayah dan hanya 75 % yang aktif ke gereja. (Hati Kudus,2004)
Selain terdapat stasi Tambran, Gereja Ganjuran juga dibagi menjadi
wilayah-wilayah seperti di bawah ini :
Wilayah Santo Simon Gunturgeni,
• terletak 15 km kea rah barat laut dari Ganjuran.
• Terdiri dari 46 KK (54 L, dan 50 P).
• Dibagi menjadi kring Klagaran, Kring Dayu, Kring Gunturgeni, kring Esole, dan
kring Wonotinggal.
Wilayah Santo Petrus Kanisisus Kaligondang,
• Terdapat 81 KK dan 274 orang.
• Dibagi menjadi kring Kaligondang barat, tengah, timur dan kring Santa Maria.
Wilayah Santo Bartolomeus Siten,
• Terletak 1 km dari gereja Ganjuran kearah Barat.
• Meliputi 2 pedukuhan yaitu Siten dan Kanutan.
• Terdapat 144 KK (400 jiwa).
Wilayah Santo Yakobus Minor,
• Terletak 3 km dari gereja Ganjuran kea rah Timur Laut.
• Terdiri dari 3 pedukuhan yaitu Peni, Serut dan Karangasem.
• Terdiri dari 47 KK (151 orang).
• Terdiri dari 3 kring.
Universitas Kristen Petra
24
Wilayah Santo Philipus Gunungan,
• Terletak 750 m ke arah Timur laut dari gereja Ganjuran.
• Terdiri atas Dusun Gunungan dan Dusun Gedogan (kelurahan Sumbermulyo).
• Terdiri dari 109 KK.
• Dibagi menjadi 4 kring.
Wilayah Santo Yohanes Pemandi Karangmojo,
• Terletak 4-5 km ke arah Timur Laut dari gereja Ganjuran.
• Termasuk di dalamnya 4 dusun, yaitu Karangmojo, Cepoko, Dowaluh dan
Sumberbatikan.
• Terdiri dari 215 jiwa.
1.10.7.2. Struktur/ Hirarki kepemimpinan Gereja
Paus Benedictus XVI
Kardinal Julius Darmaatmojo
Mgr. Ignatius Suharyo,Pr ( Uskup Agung Semarang )
Rm. Jarot, Pr ( Pastor Paroki )
Rm.G.Utomo, Pr Rm. Wiyono, Pr
Diagram 1.1 Hirarki Gereja
Universitas Kristen Petra
25
1.10.7.3. Daftar Jumlah Pejabat Gereja + Jumlah Umat
Di Paroki Ganjuran sendiri digembalakan oleh 3 orang imam Projo
dengan jumlah umat Ganjuran sekitar 5000 umat yang mana tersebar pada daerah-
daerah di bawah ini.
Gambar 1.1. Peta Area Ganjuran dan kecamatan serta Dusun-dusun lainnya
26
Universitas Kristen Petra
1.10.7.4.Program Kebutuhan Ruang
Tabel 1.1. Program Ruang
RUANG KAPASITAS STANDAR
SATUAN
LUAS SUMBER
Gereja Utama (1)
1.1 Ruang Umat (Nave )
1.2 Ruang paduan suara
1.3 Ruang organ
1.4 Ruang gamelan
1.5 Altar
- Meja
-Sanctuari (tabernakel,dll)
- Podium untuk bacaan
1.6 Sakristi
1.7 Ruang untuk sembahyang
(lilin )
- Untuk Hati Kudus Yesus
- Untuk Ibu Maria
1.8 Ruang Devosi
1.9 Ruang alat dan Ruang
Kontrol
1.10 Gudang
1.11Ruang pengakuan
1.12 Jalan Salib
1.13 Toilet
3000 orang
30 orang
2 buah
3 buah
10 buah
3.6 m2/10 orng
1 m2/orng
@1.2x1.2m=1.44 m2
3.24 m2
1x2m=2m2
TOTAL
+ Sirkulasi
Total Luasan
1080 m2
30 m2
2 m2
6 m2
3 m2
72 m2
2.88 m2
27 m2
2 m2
2 m2
42 m2
28 m2
25 m2
9.72 m2
14 m2
20 m2
1365.60 m2
409.68 m2
1775.28 m2
SB
SB
SB
SB
Neufert
Sleeper
SB
Sleeper
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
RUANG KAPASITAS STANDAR
SATUAN
LUAS SUMBER
Balai Paroki (2)
2.1 Hall
2.2 Toilet
2.3 Ruang Pertemuan
2.4 Ruang Auditorium
- Panggung
- Ruang rias
- Ruang Ganti
- Toilet Pemain
- R.tata lampu
- R.Tata suara
- Gudang
2.5 Ruang Sekretariat Paroki
- Sekretariat Mudika- Rekat
- Sekretariat WKRI
- Sekretariat Pastoran
- Sekreatariat Lansia
120 orang
4 buah
4 buah
500 orang
20 orang
20 orang
5 buah
10 orang
5 orang
15 orang
4 orang
1.2 m2/ orng
2m2
24m2/ruang
0.6m2/orng
1.5m2/orang
1.67m2/orang
2m2
9m2/orng
9m2/orng
9m2/orng
9m2/orng
144m2
8m2
96m2
300m2
110m2
30m2
33.4m2
10m2
7.5m2
7.5m2
21 m2
90m2
45m2
135m2
36m2
Universitas Kristen Petra
27
- Ruang Duduk
- Ruang rapat
- Gudang
- Toilet
2.6 Toilet
2.7 R.Ketua Dewan
2.8 R.Wakil Dewan
2.9 R.Kepala seksi-seksi
2.10 R.Arsip
2.11 R.bursa
2.12 Perpustakaan mini
6 orang
50 orang
1 buah
2 buah
1.44 m2/orang
2m2/buah
2m2/buah
TOTAL
+ Sirkulasi
Total Luasan
16.62m2
72m2
6m2
4m2
4m2
25m2
25m2
175m2
12.5m2
15m2
200m2
1628.52 m2
488.56m2
2117.08m2
RUANG KAPASITAS STANDAR
SATUAN
LUAS SUMBER
Ruang-Ruang untuk
Peziarah(3)
3.1 Candi + Space u/berdoa
3.2 Tempat untuk sumber air
3.3 Altar candi
3.4 Tempat lilin
3.5 Space untuk umat
3.6 Space untuk jalan salip
3 buah
5000 orng
15 buah
1.2 m2
0.2m2/orng
1.5x1.5m=2.25m2/jalan salib
TOTAL
+ Sirkulasi
Total Luasan
50m2
14.4m2
15m2
3.6m2
1000m2
33.75m2
1116.75 m2
335.02m2
1451.77 m2
SB
SB
SB
SB
SB
SB
RUANG KAPASITAS STANDAR
SATUAN
LUAS SUMBER
Ruang- Ruang Penunjang (4)
4.1 Parkir
- Mobil umat setempat
- Mobil peziarah
- Bus Peziarah
- Sepeda Motor
4.2 Pastoran
- Ruang Tamu
- R.Konsultasi
- Ruang Santai
- Ruang Doa
- Ruang makan
- Dapur
- R.Tidur Pastor setempat
5 buah
150 buah
2 buah
200 buah
10 orng
2 orng
6 orng
6 orng
6 orng
2buah
15 m2/mobil
15 m2/mobil
30 m2/bus
1.5 m2/motor
TOTAL
+ Sirkulasi
Total Luasan
12.6 m2/orng
1m2/orng
11.15 m2/kmr
75m2
2250m2
60m2
300m2
2685 m2
805.5 m2
3490.5 m2
7.65m2
25.2m2
9.3m2
6m2
10.89m2
6.48m2
33.45m2
SB
SB
SB
SB
Neufert
Sleeper
Neufert
Sleeper
Neufert
Neufert
Neufert
Tabel 1.1. Program Ruang (sambungan)
Universitas Kristen Petra
28
- R.Tidur Pastor tamu/ tamu
- KM
- Gudang
- Garasi
- Rumah Koster
* Ruang Tamu
* R.Tidur
* KM
* R.Makan + Dapur
* Gudang
* R.cuci setrika
4.3 Kios Souvenir Rohani
4.4 Losmen Peziarah
- Hall Penerima
- WC
- Kamar Tidur
- Gudang
- R.Genset
- Ruang pompa
- STP
4.5 R.Sekretariat Candi
4.6 Kafetaria (untuk
peziarah/umat)
- Ruang Makan
- Dapur
- Gudang
4.7 Kolam / Open Space
4.8 Gudang
4.9 WC Umum
4.10 KM Umum ( Tirta
Perwitasari )
4.11 Pos Parkir
4.12 R.Genset
4.13 R.AHU
4.14 R.Panel
4.15 R.PLN
4.16 Tempat Bermain Anak
4.17 R.Pompa
2 buah
6 buah
2buah
2 buah
15 buah
2buah
20 buah
100 orang
20 buah
10 buah
11.15 m2/kmr
3.56 m2/buah
24.5 m2/buah
11.15m2/buah
TOTAL
+ Sirkulasi
Total Luasan
2m2/kios
2 m2/buah
24m2/kmr
1.4m2/orng
25% R.makan
76% Dapur
2m2/buah
4m2/orang
TOTAL
+ Sirkulasi
Total Luasan
22.30m2
7.13m2
6m2
49m2
8m2
22.30m2
2m2
4m2
6m2
3.23m2
228.93 m2
68.68 m2
297.61 m2
30 m2
50 m2
8m2
480m2
20m2
12m2
12m2
24m2
20m2
140m2
35m2
26.60m2
20m2
30m2
40m2
40m2
16m2
30m2
6m2
7.5m2
7.5m2
20m2
30m2
1104.6m2
331.38 m2
1435.98 m2
Neufert
Neufert
SB
SB
Asumsi
Neufert
SB
Asumsi
Asumsi
Asumsi
TOTAL KESELURUHAN 10568.22 m2
Tabel 1.1. Program Ruang (sambungan)