9
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 B - 1 EKSPLORASI AKTIVITAS DAN JENJANG METAKOGNISI MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI MOLEKUL EXPLORING THE UNDERGRADUATES’ METACOGNITION ACTIVITIES AND LEVELS IN MOLECULAR GEOMETRY PROBLEM SOLVING Bambang Sugiarto, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8298761 Email : [email protected] Abstrak. Untuk merancang strategi pembelajaran yang tepat maka perlu diketahui metakognisi mahasiswa sehingga kemampuan belajarnya optimal. Studi kasus ini bertujuan mengeksplorasi aktivitas dan jenjang metakognisi mahasiswa dalam memecahkan masalah geometri molekul. Data berupa dokumen jawaban tertulis dan hasil wawancara diuji keabsahannya melalui triangulasi metode. Temuan menunjukkan bahwa kelompok atas yang menempati jenjang Reflective Use melakukan aktivitas metakognisi: membaca dan menulis apa yang diketahui (P-1), menetapkan strategi penyelesaian (P-3), merencanakan hasil antara yang dapat dicapai (P-4), menggunakan aturan (M-2), memantau secara cermat (M-4), memantau dengan berargumentasi (M-5), merefleksi ketercapaian tujuan (R-1), menganalisis teks/rumus (R-3), dan pilihan yang disengaja dalam bentuk suatu representasi (R-5). Kelompok tengah yang menempati jenjang Reflective Use melakukan aktivitas metakognisi P-1, P-3, M-2, memantau sesuatu yang dianggap kesalahan (M-3), M-4, dan M-5, R-1, dan R-5. Kelompok bawah yang menempati jenjang Strategic Use melakukan aktivitas metakognisi P-1, P-3, M-2, M-3, dan tidak melakukan refleksi. Kata kunci: aktivitas metakognisi, jenjang metakognisi, geometri molekul. Abstract. To design the appropriate learning strategies, it is necessary to know the undergraduates' metacognition to optimize learning ability. This study aimed to explore the activities and level of undergraduates' metacognition in molecular geometry problems solving. The methodology included document analysis technics and interviews. Triangulation of methods was used to check the credibility of data. The findings showed that the upper group which occupied Reflective Use Level did metacognitive activities: reading and writing of what was known (P-1), determining solving strategies (P-3), planning intermediate results (P-4), using rules (M-2), monitoring carefully (M-4), monitoring by arguing (M-5), reflecting achievement of the objectives (R-1), analyzing the text/formula (R-3), and choosing intentionally the representation (R-5). The middle group which occupied Reflective Use Level did metacognitive activities: P-1, P-3, M-2, monitoring an error (M-3), M-4, M-5, R-1, and R-5. The lower group which occupied Strategic Use Level did metacognitive activities: P-1, P-3, M-2, and M-3. Keyword: metacognition activities, metacognition levels, molecular geometry. Pendahuluan Penyelesaian ilmu kimia yang bersifat abstrak seringkali membingungkan mahasiswa, sehingga seringkali terjadi kesalahan dalam memahami konsep. Geometri molekul merupakan salah satu konsep kimia yang bersifat abstrak dan sulit dipahami mahasiswa. Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan dan strategi untuk mempelajarinya agar mahasiswa mudah memahami serta mampu menggunakan-

1-9-EKSPLORASI AKTIVITAS DAN JENJANG METAKOGNISI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1-9-EKSPLORASI AKTIVITAS DAN JENJANG METAKOGNISI

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016

B - 1

EKSPLORASI AKTIVITAS DAN JENJANG METAKOGNISI MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI MOLEKUL

EXPLORING THE UNDERGRADUATES’ METACOGNITION ACTIVITIES AND LEVELS IN MOLECULAR GEOMETRY PROBLEM SOLVING

Bambang Sugiarto, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8298761

Email : [email protected]

Abstrak. Untuk merancang strategi pembelajaran yang tepat maka perlu diketahui metakognisi mahasiswa sehingga kemampuan belajarnya optimal. Studi kasus ini bertujuan mengeksplorasi aktivitas dan jenjang metakognisi mahasiswa dalam memecahkan masalah geometri molekul. Data berupa dokumen jawaban tertulis dan hasil wawancara diuji keabsahannya melalui triangulasi metode. Temuan menunjukkan bahwa kelompok atas yang menempati jenjang Reflective Use melakukan aktivitas metakognisi: membaca dan menulis apa yang diketahui (P-1), menetapkan strategi penyelesaian (P-3), merencanakan hasil antara yang dapat dicapai (P-4), menggunakan aturan (M-2), memantau secara cermat (M-4), memantau dengan berargumentasi (M-5), merefleksi ketercapaian tujuan (R-1), menganalisis teks/rumus (R-3), dan pilihan yang disengaja dalam bentuk suatu representasi (R-5). Kelompok tengah yang menempati jenjang Reflective Use melakukan aktivitas metakognisi P-1, P-3, M-2, memantau sesuatu yang dianggap kesalahan (M-3), M-4, dan M-5, R-1, dan R-5. Kelompok bawah yang menempati jenjang Strategic Use melakukan aktivitas metakognisi P-1, P-3, M-2, M-3, dan tidak melakukan refleksi.

Kata kunci: aktivitas metakognisi, jenjang metakognisi, geometri molekul.

Abstract. To design the appropriate learning strategies, it is necessary to know the undergraduates' metacognition to optimize learning ability. This study aimed to explore the activities and level of undergraduates' metacognition in molecular geometry problems solving. The methodology included document analysis technics and interviews. Triangulation of methods was used to check the credibility of data. The findings showed that the upper group which occupied Reflective Use Level did metacognitive activities: reading and writing of what was known (P-1), determining solving strategies (P-3), planning intermediate results (P-4), using rules (M-2), monitoring carefully (M-4), monitoring by arguing (M-5), reflecting achievement of the objectives (R-1), analyzing the text/formula (R-3), and choosing intentionally the representation (R-5). The middle group which occupied Reflective Use Level did metacognitive activities: P-1, P-3, M-2, monitoring an error (M-3), M-4, M-5, R-1, and R-5. The lower group which occupied Strategic Use Level did metacognitive activities: P-1, P-3, M-2, and M-3. Keyword: metacognition activities, metacognition levels, molecular geometry.

Pendahuluan Penyelesaian ilmu kimia yang bersifat

abstrak seringkali membingungkan mahasiswa, sehingga seringkali terjadi kesalahan dalam memahami konsep. Geometri molekul

merupakan salah satu konsep kimia yang bersifat abstrak dan sulit dipahami mahasiswa. Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan dan strategi untuk mempelajarinya agar mahasiswa mudah memahami serta mampu menggunakan-

Page 2: 1-9-EKSPLORASI AKTIVITAS DAN JENJANG METAKOGNISI

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016

B - 2

nya dalam menyelesaikan masalah. Dengan memahami konsep geometri molekul diharapkan mahasiswa akan mudah mempelajari konsep-konsep selanjutnya, seperti panjang ikatan, kepolaran, isomer, gaya antarmolekul, serta konsep-konsep lain yang terkait. Penyelesaian masalah membutuhkan aktivitas mental yang kompleks karena tidak hanya membutuhkan ingatan terhadap berbagai variasi keterampilan dan prosedur, tetapi juga kemampuan mengevaluasi proses dan hasil berpikir selama menyelesaikan masalah serta berbagai kemampuan lainnya.

Dalam hubungannya dengan pembelajaran Mettes, Pilot, dan Roossink (1980) menyatakan, bahwa penyelesaian masalah diawali dengan menganalsis dengan cermat data yang diketahui dan yang tidak diketahui (careful analysis of the data and the unknown), mengubah masalah yang diberikan menjadi masalah baku, artinya masalah yang penyelesaiannya secara prinsip telah diketahui (establishing whether it is a standard problem), menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana (execution of routine operations), dan terakhir adalah: memeriksa dan mengevaluasi kembali jalan yang telah dikerjakan dengan baik dan tuntas (checking the answer, interpretation of the results). Aktivitas memeriksa dan mengevaluasi kembali proses penyelesaian masalah dapat mengarah pada pemunculan kesadaran seseorang terhadap apa yajng dipikirkan. Pengetahuan atau kesadaran kita terhadap proses dan hasil kognisi kita sendiri serta aktivitas pemonitoran dan pengevaluasian terhadap proses dan hasil kognisi kita sendiri dikenal sebagai metakognisi (2, 3, dan 4).

Metakognisi memiliki peranan penting dalam mengatur dan mengontrol proses kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir agar lebih efektif dan efisien. Untuk meningkatkan keterampilan metakognitif diperlukan adanya kesadaran yang harus dimiliki siswa dalam

proses berpikirnya. Namun, setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu masalah. Beberapa siswa secara sadar memperhatikan masalah yang diberikan dengan menyelesaikannya secara hierarkis tetapi ada juga siswa yang hanya asal-asalan menjawab ketika dihadapkan pada masalah. Hal ini dikarenakan tingkat kesadaran atau jenjang metakognisi yang berbeda. Jenjang metakognisi seseorang dalam proses berpikir menurut Swartz dan Perkins (5) meliputi: 1) tacit use, merupakan jenis berpikir yang menunjukkan seseorang membuat keputusan tanpa berpikir tentang keputusan tersebut, 2) aware use, merupakan jenis berpikir yang menunjukkan seseorang menyadari segala sesuatu yang dilakukan dalam memecahkan masalah, 3) strategic use, merupakan jenis berpikir yang menunjukkan seseorang mengorganisasi pemikirannya dengan menyadari strategi-strategi khusus yang meningkatkan ketepatan berpikir, dan 4) reflective use, merupakan jenis berpikir yang menunjukkan seseorang melakukan refleksi tentang pemikirannya dengan mempertimbang-kan perolehan dan bagaimana memperbaikinya.

Bahwasanya untuk belajar ilmu kimia yang lebih mendalam sehingga dapat meningkatkan pemahaman konseptual dan berhasil dalam menyelesaikan masalah diperlukan pengembangan keterampilan metakognitif (6) dan bahwa pebelajar dengan kemampuan metakognitif yang tinggi tahu apakah sudah tuntas atau belum dalam menguasai tugas akademis, dan dapat menyesuaikan belajarnya (7). Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian para ilmuwan neo-Piaget yang menunjukkan, bahwa fungsi seseorang pada usia tertentu dalam memahami konsep-konsep sosial, matematika, dan ruang/spasial sangat bervariasi, sehingga tidak mungkin menempatkan seseorang dalam satu fase tertentu (8). Atas dasar hal tersebut, maka subyek dalam penelitian ini juga

Page 3: 1-9-EKSPLORASI AKTIVITAS DAN JENJANG METAKOGNISI

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016

B - 3

memperhatikan kemampuan mahasiswa yang dibedakan berdasarkan peringkat, yaitu: kelompok atas (IPK ≥ 3,00), kelompok tengah (IPK 2,75 – 2,99), dan kelompok bawah (IPK 2,50 – 2,74). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang model atau strategi pembelajaran yang bertujuan mengoptimalkan serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah kimia.

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mengeksplo-

rasi aktivitas dan jenjang metakognitif mahasiswa pada kelompok atas, tengah, dan bawah dalam menyelesaikan masalah geometri molekul. Metode Penelitian

Penelitian kualitatif ini dilaksanakan di Universitas Negeri Surabaya, Indonesia. Subjek penelitian yang terpilih sebanyak 6 (enam) orang terdiri atas: dua orang kelompok atas (subyek 01A dan 02A), dua orang kelompok tengah (subyek 01T, dan 02T), dan dua orang kelompok bawah (subyek 01B dan 02B).

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang didukung oleh soal tes, camcorder, dan buku catatan lapangan. Aktivitas metakognitif subyek diketahui melalui analisis dokumen (jawaban tertulis) dan wawancara mendalam. Identifikasi aktivitas metakognitif mengacu pada Cohors-Fresenborg and Kaune dan Pulmones (9 dan 10) dengan beberapa modifikasi sesuai kebutuhan penelitian, sedang identifikasi jenjang metakognitif mengacu pada Swartz dan Perkins (5).

Untuk menjamin kredibilitas data dilakukan triangulasi metode yaitu menguji kesesuaian data pada dokumen dengan wawancara mendalam (11). Analisa data sesuai proses: data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (12 Miles dan Huberman, 1994).

Pada penelitian ini, masalah geometri molekul yang harus diselesaikan adalah: 1) Ramalkan geometri molekul beserta besarnya sudut ikatan dari OSF4, 2) Ramalkan geometri molekul di sekitar atom-atom bukan terminal pada 1,3 diklorobutena-1, 3) Ramalkan geometri molekulnya dan manakah yang memiliki ikatan lebih panjang As-Cl atau As-Br pada AsBr3Cl2. Berikan alasannya.

Temuan Penelitian

Berikut disajikan hasil penelitian berdasarkan peringkat dan aktivitas metakognitif. Sebagai catatan, dalam artikel ini jawaban tertulis yang digunakan sebagai contoh hanya diambil dari subyek kelompok atas. 1. Subyek Kelompok Atas a. Dimensi Planning

Subyek 01A dan 02A membaca atau mengungkapkan masalah kemudian menulis (P-1) apa yang diketahui dari masalah. Subyek menentukan bilangan koordinasi (BK), banyaknya pasangan elektron berikatan (PEI), dan banyaknya pasangan elektron bebas (PEB) atom pusat sebagai strategi (P-3) penyelesaian masalah. Pada penentuan panjang ikatan, subyek menggunakan penentuan geometri molekul sebagai strategi penyelesaian masalah (P-3). Subyek juga menuliskan rumus electron (struktur Lewis) OSF4 (Gambar 1) dan struktur sederhana 1,3 diklorobutena-1 sebagai hasil antara yang dapat dicapai (P-4) (Gambar 2).

Gambar 1 Jawaban tertulis subyek kelompok atas masalah 1

Page 4: 1-9-EKSPLORASI AKTIVITAS DAN JENJANG METAKOGNISI

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016

B - 4

Gambar 2 Jawaban tertulis subyek kelompok

atas masalah 2

b. Dimensi Monitoring Subyek menggunakan aturan (M-2)

berupa BK, PEI, dan PEB untuk menentukan geometri molekul. Subyek juga menggunakan aturan (M-2) yaitu geometri molekul untuk membandingkan panjang ikatan. Subyek memantau secara cermat (M-4) dengan menetapkan sudut-sudut ikatan

pada molekul OSF4, serta memberikan penjelasan tentang peran atom oksigen sebagai atom terminal yang tidak memberikan sumbangan terhadap penghitungan BK dan atom fluor yang memberikan sumbangan terhadap penghitungan BK dalam menentukan geometri molekul OSF4.

Gambar 3 Jawaban tertulis subyek kelompok atas masalah 3

Subyek berargumentasi (M-5) bahwa penentuan posisi atom-atom substituen dalam molekul berbentuk trigonal bipiramidal mengikuti aturan Bent yaitu tergantung keelektronegatifannya. Subyek juga berargumentasi (M-5) bahwa panjang ikatan juga tergantung pada perbedaan

keelektronegatifan atom-atom substituent (Gambar 3).

c. Dimensi Reflection Subyek melakukan refleksi ketercapaian

tujuan (R-1) dengan mengecek kembali geometri molekul di sekitar atom-atom C bukan terminal pada molekul 1, 3 diklorobutena-1, serta memberikan garis bawah pada simpulan jawaban tertulis masalah panjang ikatan. Subyek melakukan refleksi dengan menganalisis keterkaitan (R-3) gambar geometri molekul OSF4 dengan keberadaan ikatan rangkap, serta menganalisis keterkaitan geometri molekul 1,3 diklorobutena-1 dengan letak atom-atom substituent dan letak ikatan rangkap. Subyek merefleksi pilihan yang disengaja dalam bentuk suatu representasi (R-5) berupa gambar geometri molekul 1,3 diklorobutena-1 yang sebenarnya merupakan gabungan geometri di sekitar atom-atom bukan terminal..

2. Subyek Kelompok Tengah a. Dimensi Planning

Subyek 01T dan 02T membaca atau mengungkapkan masalah kemudian menulis (P-1). Subyek kelompok tengah menetapkan strategi penyelesaian masalah (P-3) dengan menghitung BK, PEI, dan PEB atom pusat untuk memperkirakan geometri molekul dan besarnya sudut ikatan, subyek 01T juga menentukan geometri molekul sebagai strategi (P-3) untuk menyelesaikan masalah perbedaan panjang ikatan.

b. Dimensi Monitoring Pada tahap penyelesaian masalah (PS-3),

subyek kelompok tengah menggunakan (M-2) BK, PEI, dan PEB untuk menentukan geometri molekul dan letak atom-atom substituen. Subyek juga menggunakan aturan (M-2), yaitu geometri molekul untuk menentukan perbedaan panjang ikatan.

Page 5: 1-9-EKSPLORASI AKTIVITAS DAN JENJANG METAKOGNISI

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016

B - 5

Subyek 02T, memantau sesuatu yang dianggap kesalahan (M-3) terhadap jawaban terulis yang dibuat “reguler” menjadi “terdistorsi.” Subyek melakukan aktivitas memantau dengan cermat (M-4) yaitu melengkapi besarnya sudut-sudut ikatan pada molekul OSF4, yaitu sudut ikatan O=S-Feq adalah >120o dan sudut ikatan Fax-S-Feq adalah <90o serta memperhatikan keelektronegatifan atom-atom substituent dan ikatan rangkap. Subyek memantau dengan berargumentasi (M-5) dalam memberikan penjelasan masalah panjang ikatan, bahwa keelektronegatifan atom-atom substituent mempengaruhi panjang ikatan.

c. Dimensi Reflection Subyek 01T merefleksi ketercapaian

tujuan (R-1) dengan menyatakan, bahwa panjang ikatan dipengaruhi keelektro-negatifan atom substituent, sedang subyek 02T menyatakan bahwa panjang ikatan selain dipengaruhi oleh keelektronegatifan atom substituen tetapi juga dipengaruhi oleh ukuran atom substituen tersebut. Subyek merefleksi pilihan yang disengaja dalam bentuk suatu representasi (R-5) berupa gambar geometri molekul 1,3 diklorobutena-1 yang sebenarnya yaitu gabungan dari geometri trigonal planar dan tetrahedral.

3. Subyek Kelompok Bawah a. Dimensi Planning

Subyek 01B dan 02B pertama-tama membaca atau mengungkapkan masalah kemudian menulis (P-1) apa yang diketahui tentang masalah. Subyek 01B pada penyelesaian masalah geometri molekul dan sudut ikatan menentukan BK, banyaknya PEI, dan banyaknya PEB atom pusat sebagai strategi penyelesaian masaah (P-3), sedang subyek 02B hanya menentukan BK atom pusat saja sebagai strategi penyelesaian masalah (P-3). Kedua subyek pada penyelesaian masalah panjang ikatan

menggunakan strategi yang sama yaitu menentukan geometri molekul terlebih dulu.

b. Dimensi Monitoring Subyek kelompok bawah menggunakan

aturan (M-2) berupa BK, PEB, PEI untuk menentukan geometri molekul, selain itu subyek juga menggunakan (M-2) geometri molekul AsBr3Cl2 untuk menyelesaikan masalah panjang ikatan. Subyek 02B memantau adanya kesalahan (M-3) pada penyelesaian masalah perbedaan panjang ikatan.

c. Dimensi Reflection Melalui triangulasi metode, ternyata

subyek kelompok bawah terbukti tidak melakukan reflection.

Aktivitas metakognitif domain refleksi yang dilakukan subyek kelompok atas dan tengah berupa merefleksi ketercapaian tujuan, menganalisis keterkaitan gambar geometri molekul dengan letak atom-atom substituent dan letak ikatan rangkap serta melakukan pilihan yang disengaja dalam bentuk representasi gambar geometri molekul, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok tersebut menempati jenjang Reflective Use. Subyek kelompok bawah menunjukkan aktivitas metakognitif pada domain perencanaan dan pemantauan. Subyek kelompok bawah mampu menggunakan dan menyadari strategi yang tepat dalam memecahkan masalah sehingga menempati jenjang Strategic Use.

Pembahasan Dimensi Planning

Subjek kelompok atas, tengah, dan bawah mengawali penyelesaian masalah dengan mengungkapkan masalah kemudian menulis apa yang diketahui dalam masalah (P-1). Menurut Schoenfeld (13) ketika pebelajar membaca suatu masalah, secara tidak langsung pebelajar tersebut dapat merasakan bahwa ia mengerti atau tidak mengerti apa yang dibacanya. Dalam hal ini aspek metakognisi yang berkaitan dengan

Page 6: 1-9-EKSPLORASI AKTIVITAS DAN JENJANG METAKOGNISI

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016

B - 6

pengetahuan individual dibutuhkan dan melalui tahapan ini pebelajar akan sampai pada pengevaluasian terhadap apa yang dipikirkannya. Bahwa kemampuan untuk membedakan antara apa yang diketahui (atau apa yang telah dipelajari) dan yang tak diketahui (atau tidak dipelajari) adalah suatu hal yang penting untuk meraih keberhasilan dalam semua seting akademis (14), sedang Ann Brown berpendapat bahwa seseorang yang mengetahui apa yang diketahui dan apa yang tidak ketahui dikategorikan ke dalam pengetahuan kognisi tentang pemahaman diri atau self-understanding (15).

Ketiga kelompok tersebut juga menetapkan strategi dalam menyelesaikan masalah (P-3). Pemilihan strategi apa yang akan digunakan, sumber apa yang perlu dikumpulkan, bagaimana memulainya, dan mana yang harus dipilih atau dilaksanakan lebih dulu termasuk dalam ranah keterampilan metakognitif perencanaan dalam menyelesaikan masalah (16). Penetapan strategi penyelesaian masalah bertujuan untuk menemukan hubungan masalah dengan masalah lainnya atau hubungan antara data dengan hal yang tidak diketahui, dan sebagainya (17). Pendapat ini sesuai dengan pandangan Jacob dan Paris (18), bahwa komponen regulasi kognisi perencanaan meliputi penetapan tujuan, mengaktifkan sumberdaya yang relevan, dan memilih strategi yang sesuai. Aktivitas tersebut merupakan pengetahuan metakognitif kategori variabel strategi, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, bagaimana mengatasi kesulitan yang timbul, atau bagaimana mencapai target (2).

Penetapan hasil antara yang dapat dicapai (P-4) hanya dilakukan oleh subyek kelompok atas. Aktivitas ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan, bahwa dalam penyelesaian masalah subyek harus menyederhanakan situasi masalah dengan cara menggambar berupa diagram atau sketsa objek sederhana dan menyatakan apa yang ingin

ditemukan secara matematis untuk kuantitas tertentu (19).

Dimensi monitoring

Aktivitas metakognitif menggunakan aturan-aturan (M-2) dilakukan oleh ketiga kelompok. Aktivitas ini sesuai pernyataan, bahwa manifestasi metakognitif dimensi monitoring dapat berupa: menggunakan gambar, membuat diagram, membuat tabel, menuliskan pada catatan kecil, dan lain-lain (10).

Subyek kelompok tengah dan bawah melakukan aktivitas metakognitif memantau sesuatu yang dianggap kesalahan (M-3). Dalam hal ini subjek mampu menyadari kesalahan yang diperbuat. Pebelajar yang terampil melakukan penilaian terhadap diri sendiri adalah siswa yang sadar akan kemampuannya (20).

Aktivitas lain yang dilakukan oleh subyek kelompok atas dan tengah adalah memantau dengan cermat (M-4) dalam menyelesaikan masalah. Kegiatan pemantauan merupakan kesadaran yang langsung tentang bagaimana kita melakukan suatu aktivitas kognitif (16) dan salah satu aktivitas monitoring merupakan manifestasi dimensi checking progress against goals or to-do list (10). Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan bahwa aktivitas memeriksa langkah-langkah pemecahan bertujuan untuk mengecek apakah langkah yang dilakukan sudah benar atau dapatkah dibuktikan bahwa langkah tersebut sudah benar (17).

Aktivitas lain yang dilakukan subyek kelompok atas dan tengah adalah memantau penyelesaian masalah dengan memberikan argumentasi (M-5). Aktivitas ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan, bahwa aktivitas metakognitif pada dimensi monitoring dapat berupa memantau penyelesaian masalah dengan memberikan argumentasi (9), sedang metakognitif dalam internal pebelajar berfungsi sebagai kunci untuk mengontrol terhadap keberhasilan situasi belajarnya (21). Lebih lanjut dinyatakan, bahwa keterampilan metakognitif

Page 7: 1-9-EKSPLORASI AKTIVITAS DAN JENJANG METAKOGNISI

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016

B - 7

dimensi monitoring merupakan kegiatan pemantauan secara sadar terhadap kinerja tugas yang sedang berlangsung (22).

Dimensi refleksi Aktivitas metakognitif refleksi dilakukan

oleh subyek kelompok atas dan tengah berupa evaluasi terhadap ketercapaian tujuan penyelesaian masalah (R-1). Refleksi yang dilakukan dapat berupa mengecek kembali tujuan apakah telah tercapai, merefleksi strategi belajar mana yang lebih efisien, menilai bagaimana strategi belajar diterapkan pada konteks lain, serta menghargai diri sendiri setelah belajar atau menyelesaikan tugas (10). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan, bahwa terdapat hubungan antara metakognisi dengan keberhasilan akademis, yaitu pebelajar yang memiliki metakognisi yang baik ternyata memiliki IPK yang tinggi (23). Hasil lain penelitian ini menyatakan bahwa ketercapaian tujuan mempengaruhi IPK sesuai dengan metakognisinya, bahwa pebelajar yang dapat menuntaskan tujuannya adalah pebelajar yang memiliki keterampilan metakognitif dan strategi yang unggul dalam menguasai informasi, sebaliknya penggunaan metakognisi yang unggul biasanya dapat meningkatkan IPK (23).

Aktivitas metakognitif lain yang dilakukan oleh subyek kelompok atas adalah menganalisis (R-3) rumus molekul, rumus struktur, dan gambar/geometri molekul. Hal ini sesuai dengan pendapat, bahwa aktivitas pada dimensi reflection dapat berupa melakukan analisis terhadap struktur penalaran atau wacana (9). Peneliti lain menyatakan, bahwa penilaian atau perefleksian merupakan aktivitas dimana seseorang “menangkap kembali pengalamannya, memikirkannya kembali, mempertimbangkan-nya dan mengevaluasinya kembali (24).

Dimensi refleksi lain yang dilakukan subyek kelompok atas dan tengah adalah melakukan pilihan yang disengaja (R-5) dalam bentuk suatu representasi berupa lambang dan

gambar/geometri molekul. Proses berpikir ini dapat dikategorikan ke dalam poses berpikir kompleks yang dikenal sebagai proses berpikir tingkat tinggi (25).

Kelompok atas dan tengah yang mampu melakukan refleksi dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan pendapat Bound (24) yang menyatakan, bahwa perefleksian merupakan aktivitas dimana seseorang menangkap kembali pengalamannya, memikirkan kembali, mempertimbangkannnya dan merefleksinya kembali. Seseorang yang mampu merefleksikan pemikirannya kembali tentang apa yang sedang dipikirkan tidak hanya memahami dengan baik apa yang diketahuinya, tetapi juga mampu mengambil keputusan secara sadar dan mampu memperbaiki kesalahannya. Dari hasil pembahasan tersebut, maka subyek dalam kelompok atas dan tengah patut diduga menempati jenjang Reflective Use. Hal ini sesuai dengan teori Swatz dan Perkins (5), bahwa Reflective Use adalah penggunaan pemikiran yang bersifat reflektif. Jenis pemikiran yang berkaitan dengan refleksi individu dalam proses berpikirnya sebelum dan sesudah atau bahkan selama proses berlangsung dengan mempertimbangkan kelanjutan dan perbaikan hasil pemikirannya. Dalam hal ini, siswa menyadari dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan dalam langkah-langkah memecahkan masalah.

Kelompok bawah yang menunjukkan aktivitas metakognitif dimensi perencanaan dan pemantauan diduga menempati jenjang Strategic Use. Hal ini sesuai dengan teori menurut Swartz dan Perkins (5), bahwa Strategic Use adalah penggunaan pemikiran yang berkaitan dengan pengaturan individu dalam proses berpikirnya secara sadar dengan menggunakan strategi-strategi khusus yang dapat meningkatkan ketepatan berpikirnya. Dalam hal ini, siswa sadar dan mampu menyeleksi strategi atau keterampilan khusus untuk memecahkan masalah. Dimensi reflection dilakukan oleh

Page 8: 1-9-EKSPLORASI AKTIVITAS DAN JENJANG METAKOGNISI

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016

B - 8

subyek kelompok atas dan tengah, tetapi tidak dilakukan oleh kelompok bawah karena tidak bias mengatur waktu. Hal ini sesuai temuan penelitian yang menyatakan bahwa untuk melakukan refleksi dibutuhkan waktu yang banyak (26 dan 27).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disusun matriks hubungan antara aktivitas metakognisi mahasiswa sesuai jenjang metakognisinya dalam menyelesaikan masalah geometri molekul.

Tabel 1 Aktivitas dan Jenjang Metakognisi dalam Memecahkan Masalah Geometri Molekul

Keterangan: A: Kel. Atas; M: Kel. Tengah; L: Kel. Bawah

P-1 P-3 P-4 M-2 M-3 M-4 M-5 R-1 R-3 R-5

: : : : : : : : :

Membaca/menulis apa yang diketahuai dan tidak diketahui. Menetapkan strategi penyelesaian masalah Merencanakan hasil antara yang dapat dicapai Menggunakan aturan, seperti: rumus molekul, rumus struktur, persamaan reaksi. diagram, atau grafik. Memantau sesuatu yang dianggap kesalahan Memantau secara cermat dalam penyelesaian masalah Memantau dengan beargumentasi Merefleksi ketercapaian tujuan Menganalisis teks rumus molekul, rumus struktur, gambar Merefleksi pilihan yang disengaja dalam bentuk suatu representasi

Kesimpulan Berdasarkan temuan hasil penelitian ini

dapat disimpulkan: pada penyelesaian masalah geometri molekul subyek kelompok atas dan tengah melakukan aktivitas metakognitif

dimensi planning, monitoring, dan reflection. Subyek kelompok atas dan tengah menempati jenjang Reflective Use. Subyek kelompok bawah melakukan aktivitas metakognitif dimensi planning dan monitoring, Subyek kelompok bawah menempati jenjang Strategic Use.

Daftar Pustaka

1. Mettes, C. T. C. W., Pilot, A., Roossink, H. J. (1980). Teaching and learning problem solving in science. Part I: A general strategy. Journal of Chemical Education.57(12). 882-885.

2. Flavell, J.H. (1976). Metacognition and cognitive monitoring, a new area of cognitive developmental inquiry. American Psychologist,34, 906-911.

3. Schoenfeld, A. (1992). Hand book of research on mathematics teaching and learning. New York: Mc Millan Co.

4. Slavin. (2009). Educational psychology. theory and practice.(9th ed.). New Jersey: Pearson.

5. Kraler, C. (1995). Strategic teaching and reading project guidebook: Metacognition. Australia: North Central Regional Educational Laboratory.

6. Rickey, D. & Stacy, A.M. (2000). The role of metacognition in learning chemistry. J. Chem. Educ., 77, 915-920.

7. Schunk D.H. & Zimmerman B.J. (1994). Self-regulation of learning and performance: Issues and educational applications. Mahwah, NJ: Erlbaum.

8. Greenberg. (1987). Chapter 19, Learning, Free at Last -- The Sudbury Valley School.

9. Cohors-Fresenborg, E. & Kaune, C. (2007). Modelling classroom discussion and categorizing discursive and metacognitive activities. Proceeding of CERME, 5, 1180 – 1189.

10. Pulmones. (2007). Learning chemistry in metacognitive environment. The Asia

Jenjang Metacognisi

Aktivitas Metacognisi Planning Monitoring Reflection

A T B A T B A T B

Reflective Use

P-1 P-3 P-4

P-1 P-3

M-2 M-4 M-5

M-2 M-3 M-4 M-5

R-1 R-3 R-5

R-1 R-5

Strategic Use

P-1 P-3

M-2 M-3

Aware Use

Tacit Use

Page 9: 1-9-EKSPLORASI AKTIVITAS DAN JENJANG METAKOGNISI

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016

B - 9

Pacific Educations Researcher, 16(2), 165-183. http://www.dlsu.edu.ph/research/ journals/ taper/pdf/200712/pulmones.pdf.

11. Lincoln, Y. S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic inquiry. Beverly Hills: Sage Publication, Inc.

12. Miles, M. B. & Huberman, A. M. (1994). Qualitative data analysis: An expanded sourcebook (2nd ed.). California: Sage Publication.

13. Rysz. (2004). Metacognition in learning elementary probability and statistics. Dissertation. Department of Curriculum and Instruction, University of Cicinnati.

14. Tobias, S. & Everson, H. (2002). Knowing what you know and what you don’t further research on metacognitive knowledge monitoring. College Board Report No.2002-3. New York: College Board.

15. Hacker, Dunlosky, & Graesser. (2009). Handbook of metacognition. New York: Routledge.

16. Woolfolk, A., Hughes, M., & Walkup, V. (2008). Psychology in education. London: Pearson.

17. Polya, G. (1973). How to solve it (2nd ed). New Jersey: Princeton University Press.

18. Jbeili. (2003). The effects of metacognitive scaffolding and cooperative learning on mathematics performance and mathematical reasoning among fifth-grade student in Jordan. Thesis. Submitted in fulfillment of the requirements for the degree of doctor philosophy University of Science Malaysia.

19. Gok. (2010). The general assessment of problem solving processes and metacognition in physics education. Eurasian J. Phys. Chem. Educ. 2(2), 110-122.

20. Rivers, W. S. (2001). Autonomy at all cosis, an erlnography of metacognitive self-asessment and self-management among self-management among experienced

language learners. Modern Language Journal, 86(2), 219-290.

21. Lin, X. (2001). Designing metacognitive activities. ETR&D, 49(2), 23–40.

22. Jacobs & Paris. (1987). Children’s metacognition about reading: Issues in definition, measurement, and instruction. Educational Psychologist, 22:255–278.

23. Coutinho. (2007). The relationship between goals, metacognition, and academic success. In Educate Journal, 7(1), 39-47

24. Gama, C. A. (2004). Integrating metacognition instruction in interactive learning environment. D. Phil Dissertation. University of Sussex.

25. Lawrence & Harvey. (1999). Cooperative learning strategies and children. ERIC Digest. ERIC Document Reproduction Service. http://ericase.net/edo/ED306003.htm.

26. Rambusch. 2006. Situated Learning and Galperin’s Notion of Object-Oriented Activity. School of Humanities and Informatics, University of Sk¨ovde. Sweden. http://csjarchive.cogsci.rpi.edu/proceedings/2006/ docs/p1998.pdf. Diunduh 25 Januari 2011.

27. Sugiarto, Prabowo, & Suyono. (2014). Students’ Metacognitive Self-Regulation – A Case Study: Molecular Structure Problem Solving. Chemistry: Bulgarian Journal of Science Education. 23(3), 374-391.