74
DAFTAR ISI Halaman I. PENDAHULUAN…………………………………… 1 A. Latar belakang…………………………………… 1 B. Permasalahan…………………………………….. 7 C. Tujuan penelitian………………………………… 7 D. Manfaat penelitian…………………………….…. 8 E. Keaslian……………………………………….…. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………... 11 A. Landasan teori…………………………………… 11 B. Kerangka konsep………………………………… 29 C. Hipotesis…………………………………….…… 30 III. METODOLOGI PENELITIAN………………….….. 31 A. Desain penelitian………………………………… 31 B. Tempat dan waktu………………………………. 31 C. Populasi dan sample………………………….….. 32 D. Kriteria inklusi dan eksklusi………………. …….. 33

%0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN…………………………………… 1

A. Latar belakang…………………………………… 1

B. Permasalahan…………………………………….. 7

C. Tujuan penelitian………………………………… 7

D. Manfaat penelitian…………………………….…. 8

E. Keaslian……………………………………….…. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………... 11

A. Landasan teori…………………………………… 11

B. Kerangka konsep………………………………… 29

C. Hipotesis…………………………………….…… 30

III. METODOLOGI PENELITIAN………………….….. 31

A. Desain penelitian………………………………… 31

B. Tempat dan waktu………………………………. 31

C. Populasi dan sample………………………….….. 32

D. Kriteria inklusi dan eksklusi……………….…….. 33

E. Variabel penelitian dan definisi operasional…….. 33

F. Alat dan bahan…………………………………... 35

G. Cara kerja………………………………………... 37

H. Analisa data……………………………………... 41

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….. 42

Page 2: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai di masyarakat.

Seseorang dikatakan obesitas yaitu apabila indeks massa tubuh seseorang

mencapai nilai ≥ 30 kg/m2. Secara fisiologi, obesitas sebenarnya lebih

merujuk pada keadaan berlebih dari jaringan lemak atau adiposa, tetapi

penggunaanya dalam klinis memang tidak dianjurkan karena berbagai faktor

yang terkait dengan alat pengukuran dari jaringan lemak, sehingga

pengukuran demikian biasanya hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian.

Obesitas terjadi oleh karena berbagai faktor yang mendasarinya. Beberpa

diantaranya adalah genetik, pola aktivitas yang pasif, pola makan yang

berlebih, dan bisa juga karena kelainan hormon. Karena sifatnya yang

sistemik, maka keadaan obesitas dapat melibatkan berbagai sistem penting

dalam tubuh seperti masalah sistem peredaran darah, pernapasan, hormon,

seksual, dan lain sebagainya. Sebagai contohnya adalah obesitas sering

dikaitkan dengan resiko terjadinya hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus

tipe 2, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit kantung empedu,

osteoartritis, sleep apnea, kanker endometrium, payudara, prostat, kolon, dan

belum lagi jika dikaitkan dengan komplikasi dari masing-masing masalah

tersebut. Hal ini jelas perlu mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan

Page 3: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

2

khususnya kalangan medis mengingat kejadian ini sering kali ditemukan

dalam masyarakat dan klinis.

Berbagai penatalaksanaan medis sudah banyak yang ditujukan untuk

mengatasi masalah obesitas ini, mulai dari pengaturan pola hidup,

penggunaan obat-obatan tertentu, hingga yang harus berakhir pada meja

operasi. Dua poin terakhir tersebut tentunya sangat tidak diinginkan oleh para

pasien obesitas karena dapat memakan banyak biaya, beresiko, dan

mengurangi kenyamanan pasien.

Dari pernyataan di atas, berarti dapat disimpulkan bahwa masih tersisa

satu poin dalam penanganan masalah obesitas yaitu pengaturan pola hidup.

Pengaturan pola hidup dalam pengendalian masalah obesitas mungkin sudah

sering dibahas pada penelitian-penelitian sebelumnya. Pengaturan pola hidup

tersebut bisa berupa pengaturan pola makan (waktu makan dan jenis makanan

yang sebaiknya dikonsumsi) ataupun pengaturan pola aktivitas (olahraga dan

bekerja). Pengaturan pola makan memang terbukti dapat mengurangi

kandungan lemak jaringan dan juga indeks massa tubuh apalagi jika

dikombinasikan dengan olahraga. Olahraga sendiri juga memiliki

kemampuan mengurangi kadar trigliserida dalam darah, tetapi jika tidak

diimbangi dengan pengaturan pola makan, berat badan dan indeks massa

tubuh tidak akan terpengaruh secara signifikan (Ounis et al., 2008). Yang

jadi masalah lain adalah jenis olahraga apa yang sebaiknya dilakukan untuk

mengurangi masalah obesitas. Biasanya pasien obesitas dianjurkan untuk

melakukan olahraga aerobik jika memungkinkan. Olahraga aerobik tersebut

Page 4: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

3

dapat berupa kegiatan berjalan, lari-lari kecil (jogging), bersepeda dengan

ergometer, dan berenang. Dua olahraga terakhir yang disebutkan tadi

merupakan olahraga yang paling cocok dilakukan pada penderita obesitas

(Sato, 2005). Dikarenakan aktivitas berenang menggunakan hampir seluruh

otot-otot besar, maka ada kemungkinan berenang akan lebih efektif dalam

membantu mempercepat pembongkaran lemak dibandingkan dengan

bersepeda ergometer. Disamping itu, kegiatan berenang yang lebih

menyenangkan ini mungkin juga tidak hanya dapat mengurangi tekanan fisik

tapi juga tekanan mental para penderita obesitas yang masih dalam menjalani

masa pemulihan berat badan dan lemak jaringan.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa olahraga sendiri terkadang masih

kurang efektif dalam menangani masalah obesitas. Atas dasar itulah penulis

berpikir bahwa mungkin masih ada pendekatan lain yang bisa ditambahkan

pada penanganan masalah obesitas tanpa harus memberatkan pasien tersebut.

Beberapa pendekatan alternatif telah banyak dikemukakan sebelumnya

oleh peneliti lain, diantaranya adalah akupuntur dan pengobatan herbal.

Dikarenakan akupuntur juga masih terkendala dengan masalah

kekurangnyamanan pasien, maka pilihan tersebut akhirnya sering beralih

pada pengobatan herbal.

Pengobatan herbal ialah pengobatan yang menggunakan unsur-unsur

alami yang mempunyai efek terapi. Sebenarnya banyak sekali jenis

pengobatan herbal yang sudah ada di masyarakat, sebagai contohnya adalah

ginkgo biloba dan teh hijau. Sekalipun demikian, beberapa pasien yang

Page 5: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

4

menjalankan terapi dengan pengobatan herbal tersebut sering merasa tidak

puas karena terapi yang dilakukannya tidak seperti menjalankan terapi pada

umumnya, melainkan hanya seperti menjalankan aktivitas biasa.

Ketika digali lebih dalam, akan didapakan bahwa teh hijau memiliki

beberapa komponen penting di dalamnya. Salah satu komponen penting yang

sering disebut-sebut memiliki efek terapi adalah epigallocatechin.

Epigallocatechin telah diketahui memiliki banyak sekali khasiat seperti

menurunkan kadar glukosa, menurunkan kadar kolesterol, menurunkan kadar

trigliserida, hingga menurunkan berat badan (Kao et al., 2000). Hal ini

tentunya akan sangat menguntungkan bagi para pasien dengan masalah

obesitas, dikarenakan para penderita biasanya sering mengalami peningkatan

kadar trigliserida di atas batas normal yang menandakan telah terjadinya

suatu gangguan fungsi metabolik dalam tubuh. Penelitian yang dilakukan Kao

et al. (2000) ini membuktikan bahwa epigallocatechin yang diberikan secara

intraperitoneal pada tubuh tikus Zucker yang obes mampu menurunkan kadar

trigliserida dalam darah, tetapi masih belum dijelaskan bagaimana efeknya

jika diberikan secara per oral seperti halnya jika masyarakat meminum teh

hijau pada umumnya.

Selain keuntungan yang telah sedikit dipaparkan di atas, teh hijau juga

jarang sekali dilaporkan memiliki efek samping yang merugikan. Data dari

BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan FDA (US Food and Drug

Administration) menunjukkan bahwa teh hijau aman untuk dikonsumsi.

Page 6: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

5

Dari semua kenyataan tadi, harus dipahami juga bahwa Allah SWT. tidak

akan menurunkan segala sesuatu tanpa ada suatu manfaat, dan bahkan

mungkin hanya dari sehelai daun berwarna hijau yang dahulu cuma dianggap

sebagai bahan pembuat minuman biasa, padahal dari situlah kita bisa

mengetahui tanda-tanda kebesaran-Nya. Dalam suatu ayat Allah berfirman:

[6:99] Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami

tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami

keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami

keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari

mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun

anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang

tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan

(perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu

ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (SURAT

AL AN'AAM (Binatang ternak) ayat 99)

Page 7: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

6

Berdasarkan sedikit bukti-bukti di atas, dapat disimpulkan sementara

bahwa olahraga (khususnya berenang) terkadang masih kurang efektif dalam

menangani masalah obesitas dan dapat disimpulkan juga bahwa komponen

utama teh hijau dapat membantu mengatasi beberapa masalah yang ada pada

individu obes. Melihat keadaan tersebut, penulis merasa perlu sekali meneliti

lebih jauh mengenai efek terapetik dari aktivitas berenang dan teh hijau ini

terhadap keadaan obesitas, terutama hubungannya dengan penurunan kadar

trigliserida dalam tubuh individu obes. Sampai saat ini penulis juga belum

pernah mengetahui adanya sumber yang meneliti efek dari aktivitas berenang

dan teh hijau dalam hubungannya dengan penurunan kadar trigliserida pada

individu obes jika keduanya dikombinasikan. Hal inilah yang kemudian

semakin mendorong keinginan penulis untuk menelitinya.

Banyak peneliti sering kali memilih menggunakan hewan uji sebagai

subjek penelitiannya, karena dengan hewan uji hampir seluruh aktivitas yang

dilakukan selama proses penelitian dapat dikendalikan, sehingga dapat

mengurangi terjadinya bias penelitian (khususnya penelitian-penelitian

eksperimental). Menurut pengalaman di laboratorium, tikus dikatakan lebih

mudah untuk dijadikan obes daripada mencit, dan ketersediaan tikus lebih

banyak dibandingkan dengan hewan uji lain seperti kelinci dan anjing.

Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka penulis kali ini

memutuskan untuk melakukan suatu penelitian menggunakan hewan uji

Page 8: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

7

berupa tikus. Pertimbangan lainnya meliputi masalah kemudahan,

ketersediaan dana, alasan etis, dan lain lain sebagainya.

B. Permasalahan

Apakah terdapat perbedaan kadar trigliserida antara tikus obes kontrol

dengan tikus obes yang diberi perlakuan berupa aktivitas berenang dengan

atau tanpa pemberian per oral teh hijau?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan kadar trigliserida antara

tikus obes kontrol dengan tikus obes yang diberi perlakuan berupa

aktivitas berenang dengan atau tanpa pemberian per oral teh hijau.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui kadar trigliserida darah awal pada kelompok kontrol

obes.

b. Mengetahui kadar trigliserida darah akhir pada kelompok kontrol

obes.

c. Mengetahui kadar trigliserida darah awal pada kelompok renang

obes.

d. Mengetahui kadar trigliserida darah akhir pada kelompok renang

obes.

Page 9: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

8

e. Mengetahui kadar trigliserida darah awal pada kelompok renang

dengan kombinasi pemberian per oral seduhan teh hijau obes.

f. Mengetahui kadar trigliserida darah akhir pada kelompok renang

dengan kombinasi pemberian per oral seduhan teh hijau obes.

g. Mengetahui selisisih kadar trigliserida awal dan akhir pada masing-

masing kelompok.

h. Mengetahui perbedaan kadar trigliserida awal dan akhir semua

kelompok.

D. Manfaat penelitian

Diharapkan dengan penelitian ini, para penderita obesitas akan lebih

yakin dalam mempertimbangkan teh hijau sebagai salah satu alternatif

terapetik pada kasus yang mereka hadapi disamping hanya sekedar

melakukan olahraga (terutama berenang), yang akan dibuktikan dengan

penurunan salah satu parameter penanda obesitas, yaitu kadar trigliserida.

E. Keaslian

Sebelumnya, Kao et al. (2000). telah mencoba melakukan penelitian

mengenai efek dari epigallocatechin (salah satu komponen utama teh hijau)

terhadap beberapa komponen kimia dalam darah, salah satunya adalah

trigliserida. Penelitian tersebut menggunakan 3 kelompok hewan uji yang

mana salah satu kelompok tidak diberi perlakuan khusus terhadap berat

Page 10: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

9

badannya (tikus Sprague Dawley), dan dua kelompok sisanya masing-masing

dibuat kurus dan obes (tikus Zucker). Ketiga kelompok tersebut kemudian

diberi epigallocatechin intraperitoneal. Setelah itu, dilakukan pengukuran

beberapa komponen kimia dalam darah. Dari hasil pengukuran dan analisa

dari sampel tersebut, didapatkan kadar trigliserida berbeda secara bermakna

pada ketiga kelompok tersebut, dan di dalam setiap kelompok didapatkan

penurunan kadar trigliserida sebelum dan sesudah diberi epigallocatechin.

Dengan kata lain, epigallocatechin dalam teh hijau tidak hanya menurunkan

kadar trigliserida tikus obes, tapi juga pada tikus normal dan kurus.

Di lain penelitian, Ounis et al. (2008) membuktikan bahwa olahraga yang

selama ini dikenal dapat membantu mengatasi masalah obesitas ternyata tidak

mampu mengatasi seluruh permasalahan yang ada pada pasien obesitas

tersebut jika tidak dikombinasikan dengan pengaturan pola makan. Penelitian

tersebut menggunakan 18 wanita obes sebagai subjek penelitiannya dan

menggunakan metode eksperimental sebagai metode penelitiannya. Dari 18

wanita obes tersebut kemudian dibentuk 3 kelompok perlakuan dengan

jumlah masing-masing kelompok adalah 6 orang. Perlakuan masing-masing

kelompok tersebut berupa restriksi makanan, olahraga, dan kombinasi di

antara keduanya. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa sekalipun

olahraga dapat sedikit menurunkan kadar trigliserida secara bermakna, tetapi

berat badan dan kadar glukosa tidak turun secara bermakna ketika tidak

dikombinasikan dengan pengaturan pola makan.

Page 11: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

10

Seperti yang telah diuraikan di atas, beberapa penelitian mengenai

masalah teh hijau dan aktivitas olahraga secara terpisah pernah dikemukakan

sebelumnya, tetapi penulis kali ini akan mencoba mengkombinasikan kedua

intervensi tersebut atau dengan kata lain memberikan intevensi berupa

pemberian teh hijau per oral dan aktivitas olahraga (khususnya berenang)

secara bersamaan, yang menurut sepengetahuan penulis belum pernah

dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain.

Sumber-sumber yang digunakan pada penelitian kali ini dicari melalui

dua buah search engine utama, yaitu Pubmed dan Google. Beberapa

kombinasi keyword digunakan dalam pencarian, diantaranya: “intitle:”,

“allintitle:”, “green tea”, “teh hijau”, “catechin”, “epigallocatechin”, “herbal

medicine”, “adverse effect”, “obesity”, “swim”, “exercise”, “2006..2009”,

“p<0.05”, “p<0.01”, “filetype:pdf”.

Page 12: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori

1. Fisiologi

a. Masuknya lemak dari makanan

Lemak dapat berasal dari berbagai macam makanan yang biasa

dimakan sehari-hari (terutama lemak hewani, karena lemak nabati

lebih bersifat jenuh sehingga susah untuk diabsorbsi), ataupun dapat

disintesis oleh tubuh.Lemak sendiri sebenarnya terdiri dari beberapa

komponen penting yaitu asam lemak, trigliserida/triasilgliserol,

fosfolipid, serebrosida, dan sterol (kolesterol dan turunannya).

Lemak tersebut kemudian memasuki beberapa tahap metabolisme

sebelum akhirnya dapat dicerna oleh tubuh. Tahap paling awal ialah

metabolisme lemak di rongga mulut oleh enzim lipase yang

disekresikan oleh kelenjar Ebner pada permukaan dorsal lidah.

Enzim tersebut menjadi sangat aktif pada keadaan asam, yaitu ketika

memasuki antrum lambung. Selain itu, lambung ternyata juga

mensekresikan lipase guna mencerna lemak dalam makanan.

Meskipun demikian, enzim dari kedua tempat tersebut ternyata

kurang dominan dalam mencerna lemak dibanding dengan lipase

yang dihasilkan oleh pankreas. Tetapi, enzim tersebut akan sangat

Page 13: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

12

berguna ketika terjadi kerusakan dalam pankreas yang akhirnya akan

menyebabkan gangguan dalam sekresi enzim lipase pankreas.

Pankreas juga mensekresikan enzim ester kolesteril hidrolase guna

menghidrolisis kolesteril ester (kolesterol utama dalam makanan)

menjadi kolesterol yang lebih mudah diabsorbsi oleh usus halus

bersama dengan produk lemak lainnya.

Kerja enzim lipase pankreas ialah mengubah trigliserida

menjadi asam lemak dan gliserol (monogliserida). Enzim ini bekerja

pada lemak yang telah diemulsikan oleh garam empedu. Kemudian,

beberapa dari asam lemak tersebut membentuk misel, yang

merupakan agregat-agregat silindris yang umumnya terdiri dari asam

lemak, monogliserida, dan kolesterol pada pusat hidrofobiknya, dan

sebagian lainnya tetap dalam bentuk asam lemak bebas. Misel

kemudian bergerak menuju brush border pada sel-sel mukosa usus.

Asam lemak, monogliserida, dan kolesterol akhirnya berdifusi

keluar dari misel dan memasuki sel-sel penyerapan usus.

b. Penyerapan lemak

Nasib asam lemak di enterosit bergantung pada ukurannya.

Asam lemak yang atom karbonnya kurang dari 10-12, dari sel

mukosa langsung masuk ke aliran darah portal bersama dengan

albumin serum sebagai asam lemak bebas (tanpa esterifikasi). Asam

lemak dengan atom karbon lebih dari 10-12 mengalami esterifikasi

Page 14: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

13

kembali menjadi trigliserida yang terlebih dahulu diubah menjadi

asil lemak KoA dalam sel-sel mukosa. Trigliserida juga dihasilkan

dari perubahan digliserida yang berasal dari monogliserida yang ikut

terserap dalam usus maupun dari hasil metabolisme glukosa dalam

sel mukosa usus. Produk dari metabolisme glukosa usus ini dapat

berupa trigliserida maupun gliserofosfolipid, yang keduanya

berperan dalam pembentukan kilomikron pada akhirnya. Selain itu,

sebagian kolesterol yang diserap juga diesterifikasi sehingga berubah

kembali menjadi kolesteril ester. Trigliserida dan kolesteril ester

kemudian dilapisi oleh lapisan protein, kolesterol, dan fosfolipid

membentuk kilomikron dengan gugus polarnya yang bersifat

hidrofilik dan gugus non-polarnya yang bersifat hidrofobik. Zat ini

kemudian meninggalkan sel mukosa dan masuk ke peredaran

limfatik (Ganong, 2003).

c. Pengangkutan dan metabolisme lemak

Beberapa pengangkut utama lemak dalam tubuh yaitu :

(1) Kilomikron : disintesis oleh sel-sel mukosa usus dan

dikeluarkan ke jaringan limfatik dan membawa lemak menuju

ke jaringan ekstrahepatik, setelah itu akan dirombak di hati.

Lemak utamanya yaitu berupa trigliserida dan kolesterol,

sedangkan apolipoprotein tamanya berupa Apo B-48, Apo C-I,

Apo C-II, Apo C-III, dan Apo E.

Page 15: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

14

(2) VLDL (Very Low Density Lipoprotein) : disintesis oleh sel

parenkim hati untuk membawa lemak dalam jaringan hepatik

menuju ke jaringan ekstrahepatik, dan nantinya sebagian VLDL

ini akan dirombak di jaringan tersebut dan sebagian sisanya

beredar lagi dalam bentuk IDL. Lemak utamanya yaitu berupa

trigliserida dan kolesterol, sedangkan apolipoprotein utamanya

berupa Apo B-100, Apo C-I, Apo C-II, Apo C-III, dan Apo E.

(3) IDL (Intermediate Density Lipoprotein) : merupakan hasil sisa

dari VLDL. Sebagian IDL kemudian dirombak di hati dan

sebagian lainnya berubah menjadi LDL. Lemak utamanya yaitu

berupa trigliserida dan kolesterol, sedangkan apolipoprotein

utamanya berupa Apo B-100 dan Apo E.

(4) LDL (Low Density Lipoprotein) : terbentuk dari IDL.

Membawa lemak ke jaringan hepatik dan ekstrahepatik

sekaligus terjadi perombakan LDL di tempat tersebut. Lemak

utamanya yaitu berupa kolesterol, sedangkan apolipoprotein

utamanya berupa Apo B-100.

(5) HDL (High Density Lipoprotein): disintesis oleh sel parenkim

hati dan sel usus yang berfungsi untuk mengangkut lemak dari

jaringan ekstrahepatik. Lemak utamanya yaitu berupa fosfolipid,

kolesterol, dan kolesteril ester, sedangkan apolipoprotein

utamanya berupa Apo A-I, Apo A-II, Apo A-IV, Apo C-I, Apo

C-II, Apo C-III, Apo D, dan Apo E.

Page 16: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

15

Apolipoprotein atau apoprotein ialah bagian protein pada

lipoprotein. Dari penjelasan di atas dapat terlihat bahwa Apo B-100

terutama tampak pada VLDL karena apolipoprotein ini dihasilkan

oleh sel parenkim hati, sedangkan pada kilomikron

apolipoproteinnya berupa Apo B-48 karena apolipoprotein ini

dihasilkan oleh sel usus. Apolipoprotein-apolipoprotein ini memiliki

beberapa peran seperti sebagai penyusun bagian protein

apolipoprotein, sebagai kofaktor enzim, dan sebagai ligand untuk

interaksi dengan reseptor lipoprotein dalam jaringan (Murray et al.,

2003).

d. Pembongkaran lemak

Pada keadaan normal cadangan glikogen akan cukup untuk

memenuhi kebutuhan energi dalam waktu 10-12 jam. Sesudah itu

cadangan glikogen akan habis dan tubuh akan melakukan

pembongkaran lemak (lipolisis) menjadi asam lemak dan gliserol

untuk diubah menjadi asetil KoA sebagai bahan dalam siklus

Krebs/oksidasi seluler (Buhner, 2003).

Salah satu peristiwa penting pada proses katabolisme lemak ialah

proses metabolisme VLDL yaitu ketika VLDL akan melewatkan

trigliserida ke dalam jaringan ekstrahepatik. Di sini terjadi reaksi

hidrolisis oleh kerja enzim lipoprotein lipase yang terletak pada

dinding endotel di sekitar jaringan. Hal ini penting dikarenakan

Page 17: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

16

VLDL merupakan komponen yang terlalu besar untuk dilewatkan

melalui celah kapiler, sehinga harus dihidrolisis dulu menjadi asam

lemak yang lebih kecil. Pada saat itu juga terjadi penempelan VLDL

pada reseptor VLDL di endotel tersebut, yang pada akhirnya

berfungsi untuk katabolisme VLDL.

Di lain sisi, adiponektin juga memiliki peran dalam katabolisme

lemak, terutama hubungannya dengan VLDL. Adiponektin

merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel-sel lemak/adiposit.

Diantara fungsinya ialah meningkatkan lipoprotein lipase, reseptor

VLDL, meningkatkan HDL, dan menurunkan sensitifitas insulin.

Peningkatan lipoprotein lipase dan reseptor VLDL di jaringan pada

akhirnya akan mempercepat katabolisme dari VLDL (Qiao, et al.

2008).

2. Obesitas

a. Obesitas menurut WHO (1998)

BMI (Body Mass Index ) merupakan suatu pengukuran yang

menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan.

Walaupun dinamakan "indeks", BMI sebenarnya adalah rasio atau

nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi

dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter).

Page 18: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

17

Rumusnya:

                                Berat badan (Kg)

Body Mass Index = ——————–

                                Tinggi Badan (m2)

Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai

BMI sebesar 30 atau lebih.

Jika nilai BMI sudah didapat, hasilnya dibandingkan

dengan ketentuan berikut  :

Nilai BMI < 18,5= Berat badan di bawah normal

Nilai BMI 18,5 - 22,9 = Normal

Nilai BMI 23,0 - 24,9 = Normal Tinggi

Nilai BMI 25,0 - 29,9 = di atas normal

Nilai BMI >= 30,0 = Obesitas

b. Patofisiologi

Obesitas dapat menimbulkan beberapa masalah penting dalam

tubuh. Jika dihubungkan dengan gangguan metabolisme, dapat

dikatakan bahwa obesitas mempengaruhi kerja insulin baik secara

langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung, obesitas

menurunkan sensitivitas insulin dengan jalan menurunkan kadar

adiponektin plasma (Hara et al., 2003). Penurunan kadar adiponektin

Page 19: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

18

plasma nantinya juga akan berpengaruh pada komponen lainnya,

salah satunya ialah peningkatan kadar trigliserida.

Dalam suatu penelitian dikatakan juga bahwa kadar adiponectin

berkorelasi negatif dengan indeks massa tubuh, sehingga secara

berkebalikan pada keadaan underweight kadar adiponectin akan

meningkat secara signifikan dalam darah dibanding dengan keadaan

normal maupun obesitas, dan begitu pula pada keadaan normal akan

mempunyai kadar adiponectin lebih tinggi daripada keadaan

obesitas, sehinga dapat dikatakan bahwa keadaan obesitas

mempunyai kadar adponectin terendah (Tomoda et al., 2007).

c. Penatalaksanaan non-herbal

Sudah banyak cara diupayakan guna mengatasi keadaan

obesitas, diantaranya adalah pengaturan pola makan, pola aktifitas,

penggunaan obat penurun berat badan, hingga operasi. Beberapa

obat yang sudah sering diberikan kepada para pasien obesitas ialah

orlistat, sibutramine, phentermine, rimonabant (tergolong baru), dan

kombinasi dari orlistat, dan sibutramine

Sebuah studi meta-analysis dari beberapa RCT (Randomised

Controlled Trial) yang dikeluarkan oleh BMJ (British Medical

Journal) mencoba untuk memaparkan semua obat tersebut di atas.

Dari keterangan pada studi tersebut dikatakan bahwa orlistat ternyata

mempunyai efek samping yang lebih dari efek terapetiknya, yaitu

Page 20: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

19

berupa gejala-gejala gastrointestinal seperti diare, nyeri abdominal,

dan juga dispepsia. Sibutramine dikatakan memiliki kemampuan

menengah untuk menurunkan kadar trigliserida, tetapi efek

sampingnya dapat berupa insomnia, konstipasi, hingga peningkatan

tekanan darah sistol dan diastol. Jika kedua obat tersebut

digabungkan efek sampingnya pada gastrointestinal ternyata lebih

hebat daripada hanya menggunakan sibutramine. Phentermine

dilaporkan hanya efektif jika dikombinasikan dengan pengaturan

pola hidup, tetapi efek sampingnya masih jarang diteliti sehingga

tidak di sebutkan dalam studi ini. Sekalipun obat baru, rimonabant

sudah banyak dilaporkan memiliki efek terapetik terhadap obesitas,

tetapi efek sampingnya hampir sebanding, yaitu berupa depresi,

cemas, kebingungan, yang kebanyakan berupa gejala psikiatri,

sehingga EMEA menunda pemasaran obat tersebut (Arterburn et al.,

2008).

Intervensi yang lebih beresiko juga dilaporkan dalam studi di

atas seperti gastric bypass, vertical banded gastroplasty,

biliopancreatic diversion, sleeve gastrectomy. Sekalipun sudah

banyak studi RCT yang melaporkan mengenai keuntungan dan

kerugian dari beberapa intervensi invasif di atas, penulis studi meta-

analisis tersebut tetap tidak memberikan komentar terhadap masing-

masing laporan studi itu (Arterburn et al., 2008).

Page 21: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

20

Di lain tempat, sebuah studi di Taiwan mencoba melaporkan

prevalensi penggunaan obat-obatan untuk terapi obesitas. Dilaporkan

bahwa dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan herbal,

penggunaan obat-obatan seperti yang telah disebutkan di atas jauh

lebih banyak, tertuma orlistat dan sibutramine (Liou et al., 2007),

padahal diketahui bahwa kedua obat tersebut memiliki efek samping

yang tidak sedikit.

Jika dilihat kembali, sebenarnya jika para pasien obesitas ini

bersedia untuk bersabar, mereka tidak perlu melakukan intervensi-

intervensi beresiko yang sudah disebutkan sebelumnya. Masih ada

cara lain yang masih terbukti efektif dalam mengurangi masalah

obesitas, yaitu pengaturan pola makan dan pengaturan pola aktivitas.

Pada pengaturan pola makan, biasanya pasien disarankan untuk

makan makanan yang rendah kandungan lemak dan karbohidrat.

Jenis makanan yang disarankan pun begitu banyak, sehingga tidak

mungkin diuraikan satu-persatu di sini.

Selain pengaturan pola makan, pengaturan pola aktivitas juga

memegang peranan penting. Pengaturan aktivitas yang sering kali

dibahas yaitu mengenai olahraga. Meskipun olahraga memiliki

kemampuan mengurangi kadar trigliserida dalam darah, tetapi jika

tidak diimbangi dengan pengaturan pola makan, berat badan dan

indeks massa tubuh tidak akan terpengaruh secara signifikan (Ounis

et al., 2008). Biasanya pasien obesitas dianjurkan untuk melakukan

Page 22: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

21

olahraga aerobik jika memungkinkan. Beberapa contoh olahraga

aerobik yaitu berjalan, lari-lari kecil (jogging), bersepeda dengan

ergometer, dan berenang. Bersepeda ergometer dan berenang

dikatakan lebih cocok untuk para penderita obesitas dibanding

olahraga aerobik lainnya (Sato, 2005). Meskipun belum diketahui

secara pasti mana yang lebih efektif dari kedua olahraga tersebut,

berenang lebih dari satu jam dalam seminggu telah diketahui lebih

efektif dalam menurunkan resiko terjadinya penyakit jantung

koroner (salah satu komplikasi obesitas) dibandingkan degan

bersepeda pada intensitas yang sama (Tanasescu et al., 2002).

Meskipun pada studi kohort ini didapatkan hasil yang tidak

signifikan untuk efektifitas kedua olahraga tersebut dalam

menurunkan resiko penyakit jantung koroner, tetapi peneliti tersebut

mengatakan bahwa hasil yang tidak signifikan tersebut kemungkinan

dikarenakan karena dari sejumlah sampel yang diambil hanya sekitar

2% yang melakukan aktivitas renang lebih dari satu jam seminggu

dan 7% yang melakukan aktivitas bersepeda lebih dari satu jam

seminggu.

Page 23: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

22

3. Pengaruh teh hijau dalam tubuh

a. Efek positif

Khasiat teh hijau tentu tidak terlepas dari bahan-bahan yang

menyusunnya. Untuk lebih mudah memahaminya, komposisi dan

struktur dari masing-masing komponen teh hijau tersebut dapat

dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Komposisi ekstrak teh hijau

Campuran Kandungan dalam teh hijau (%)

Karbohidrat

Protein

Lipid

Abu

Air

Serat

Polyphenol

Cathecin

Caffein

Lainnya

20,8

17,3

0,9

6,2

4,1

4,2

29,0

20,0

5,0

12,5

Sumber : Sogawa et al., 2009

Data pada tabel menunjukkan bahwa campuran phenol

mempunyai persentase tertinggi. Polyphenol pada teh hijau sebagian

Page 24: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

23

besar adalah berupa catechin. Polyphenol sendiri adalah senyawa

kimia yang mempunyai struktur lebih dari dua gugus phenol.

Cathecin dikategorikan ke dalam grup polyphenol karena

mempunyai 2 atau 3 gugus phenol. Catechin sendiri masih dapat

dibagi lagi menjadi beberapa komponen, yaitu seperti terlihat pada

gambar di bawah ini:

Gambar 2.1

Komponen penyusun polyphenol teh hijau (GA, gallic acid; EGCG,

(-)-epigallocatechin-3-gallate; EGC, (-)-epigallocatechin; ECG, (-)-

epicatechin-3-gallate; EC, (-)-epicatechin)

Sumber : (Cabrera et al., 2006)

Page 25: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

24

Gambar 2.2

Masing-masing struktur kimia senyawa penyusun teh hijau

Sumber : (Cabrera et al., 2006)

Dapat terlihat bahwa komposisi utama polyphenol dalam teh

hijau adalah berupa epigallocatechin. Sehingga pembahasan

mengenai teh hijau sering sekali ditujukan pada senyawa ini,

sehingga dalam menggunakannya seseorang harus tahu berapa

kadarnya dalam teh hijau. Pada keadaan sebenarnya, dalam satu

cangkir teh hijau (2,5 g teh hijau dalam 0,2 l air) mengandung 0,09 g

epigallocatechin (Wu dan Wei, 2002 cit. Cabrera et al., 2006).

Epigallocathecin sebenarnya mempunyai banyak sekali efek

dalam tubuh. Sebagai contohnya adalah, senyawa ini mampu

menurunkan berat badan, kadar insulin, IGF-I, kadar leptin, kadar

testosterone, ukuran testis, ukuran prostat bagian ventral, ukuran

ginjal, ukuran liver, glukosa, trigliserida, kolesterol, lemak subkutan,

dan sebagainya (Kao et al., 2000). Dalam penelitian tersebut

Page 26: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

25

dikatakan bahwa kadar trigliserida menurun secara signifikan pada

semua hewan uji pada berbagai tingkat berat badan, mulai dari yang

berat badannya normal, kemudian diikuti dengan hewan uji yang

mengalami obesitas dan mempunyai berat badan kurus. Pada

penelitian ini, epigallocathecin diberikan secara intraperitoneal pada

tubuh mencit, yang artinya kita belum bisa mengetahui bagaimana

efeknya jika diberikan secara per oral bersama dengan semua

komponen teh hijau yang lain seperti halnya jika masyarakat

meminum teh hijau pada umumnya. Hewan uji yang digunakan pada

penelitian itu tidak dalam satu species, sehingga masih ada

kemungkinan terjadi perbedaan mekanisme pada kedua species

tersebut dalam merespon intervensi yang dilakukan.

Penelitian lain menyebutkan bahwa kandungan epigallocatechin

dapat meningkatkan secara signifikan sekresi adiponektin oleh

adiposit pada mencit dengan Diabetes Mellitus tipe-2 yang tidak

mengalami obesitas (p<0.005) (Shimada et al., 2007).

Pada suatu penelitian yang khusus meneliti mengenai masalah

adiponektin, dikatakan bahwa adiponektin ternyata terbukti dapat

meningkatkan kadar lipoprotein lipase (p<0.01) dan reseptor VLDL

di jaringan (p<0.005), yang pada akhirnya dapat membuktikan

terjadinya peningkatan katabolisme VLDL-trigliserida, sehingga

jumlah VLDL-trigliserida yang beredar dalam darah menjadi

berkurang secara signifikan, meskipun dikatakan tidak terjadi

Page 27: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

26

perbedaan signifikan terhadap tingkat sintesis VLDL di hati. (Qiao et

al., 2008). Penelitian ini merupakan suatu penelitian besar. Peneliti

tersebut menggunakan 2 metode penelitian, yaitu secara in vivo dan

in vitro, yang keduanya dilakukan pada saat yang hampir bersamaan

di semua variabel, sehingga metode yang satu mengkoreksi metode

lainnya. Sebagai contohya adalah, pada penelitian-penelitian

sebelumya dikatakan bahwa insulin berkorelasi langsung terhadap

penurunan kadar trigliserida darah karena kejadian tersebut sering

terjadi secara bersamaan, tetapi pada penelitian ini dapat dibuktikan

baik secara in vivo maupun in vitro bahwa penurunan trigliserida

tidak berkorelasi langsung terhadap peningkatan kadar insulin, tetapi

karena ada faktor lainnya yang lebih utama, yaitu penurunan kadar

adiponectin. Hal ini dapat menjelaskan kebingungan peneliti

sebelumnya yang masih mempertanyakan apakah perubahan kadar

trigliserida disebabkan oleh perubahan sensitivitas insulin ataukah

karena perubahan kadar adiponectin setelah melalui penelitian

terhadap penderita obesitas yang sensitif terhadap insulin dan yang

resisten terhadap insulin (Weiss et al., 2005)

b. Efek negatif

Tidak menutupi kenyataan bahwa masih sering terjadi

kontroversi dalam penggunaan pengobatan herbal, dan teh hijau

adalah salah satu diantaranya. Bahkan teori yang sudah ada

Page 28: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

27

sebelumnya pun dapat digagalkan oleh penelitian-penelitian terbaru.

Penurunan trigliserida karena efek dari catechin sebelumnya pun

masih coba dibantah oleh penelitian Inami et al. (2007) yang

menyatakan bahwa penggunaan catechin langsung pada manusia

hanya akan menurunkan LDL-oksidasi, dan tidak mempengaruhi

kadar LDL, HDL, dan trigliserida.

Penelitian lain tentang efek samping dari teh hijau adalah

penelitian oleh Saman et al. (2001), yang menyatakan bahwa ekstrak

teh hijau dapat menurunkan penyerapan zat besi ke dalam tubuh. Hal

ini harus sangat diperhatikan khususnya oleh para penderita anemia

dan ibu hamil yang membutuhkan banyak asupan zat besi.

Di Amerika, terdapat suatu badan resmi yang mengurusi

masalah peredaran makanan dan obat-obatan yaitu FDA (US Food

and Drug Administration) seperti halnya BPOM (Badan Pengawas

Obat dan Makanan). Tetapi sayangnya FDA tidak mempunyai

autoritas untuk melakukan penelitian terhadap produk obat-obatan

herbal. FDA baru bisa melakukan penarikan terhadap suatu produk

obat-obatan herbal ketika telah mendapatkan laporan dari banyak

peneliti tentang bahaya suatu produk herbal (Tuso, 2002). Sehingga

tugas untuk meneliti tentang ada atau tidaknya bahaya suatu produk

herbal merupakan tugas bagi para kalangan medis. Sampai saat

tulisan ini selesai, penulis belum mendapatkan laporan bahwa FDA

telah mencabut izin dari peredaran teh hijau, hal ini mungkin

Page 29: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

28

mengisyaratkan bahwa teh hijau masih aman untuk dikonsumsi.

Bahkan setelah penulis melakukan pengecekan terhadap website

resmi BPOM (http://www.pom.go.id), tidak didapatkan informasi

bahwa produk teh hijau sudah dilarang penggunaannya, bahkan

malah sudah teregistrasi. Ekstrak teh hijau dan teh hijau instan

masing-masing mempunyai nomor registrasi HS 1302.19.30.00 dan

HS 2101.20.10.00 di BPOM (Pengawasan pemasukan bahan baku

obat tradisional. 2009, 13 Januari). Beberapa produk obat herbal

yang telah dilarang oleh BPOM adalah produk yang berasal dari

tanaman kava-kava karena sifatnya yang hepatotoksik (Larangan

peredaran obat tradisional dan suplemen makanan yang mengandung

tanaman Kava-kava. 2002, 26 Agustus) dan produk yang

mengandung Aristolochia sp. karena diketahui dapat mengakibatkan

gagal ginjal hingga terjadinya kanker (Larangan produksi dan distribusi

obat dan suplemen makanan yang mengandung tanaman

Aristolochia sp. 2001, 26 Desember).

Page 30: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

29

B. Kerangka konsep

Gambar 2.3

Kerangka konsep penelitian

Teh hijau:

Karbohidrat

Protein

Lipid

Abu

Air

Serat

Polyphenol

Catechin

Caffein

Lain-lain

Obesitas

Mempengaruhi:

Trigliserida

Kolesterol

Berat badan

Genetik

Lingkungan

Pola hidup

Kelainan hormonal

Perubahan:

Trigliserida

Kolesterol

Nafsu makan

Berat badan

P

A

D

A

M

E

N

C

I

T

PADA

MANUSIA

Induksi makanan

tinggi lemak

Berenang

Page 31: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

30

Keterangan : : Variabel yang diteliti

: Variabel yang tak diteliti

Huruf bercetak tebal : Variabel yang diteliti

Huruf tidak bercetak tebal : Variabel yang tidak diteliti

C. Hipotesis

Berdasarkan semua uraian di atas dapat dirumuskan hipotesa,”perlakuan

berenang akan menurunkan kadar trigliserida darah pada tikus obes secara

bermakna apalagi jika dikombinasikan dengan pemberian per oral seduhan

teh hijau.”

Page 32: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan studi eksperimental / intervensional di

laboratorium untuk menilai efektiitas perpaduan program olahraga berenang

dan teh hijau pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague

Dawley terhadap kadar trigliserida dalam plasma. Pada penelitian ini setiap

kelompok hewan uji diikuti secara prospektif selama periode tertentu untuk

mencari ada tidaknya efek dari perlakuan yang diberikan.

Metode yang digunakan adalah dengan mengamati kadar trigliserida

sebelum dan sesudah diberi perlakuan khusus dengan tujuan untuk

mengetahui keadaan awal trigliserida semua kelompok uji dan kadar

trigliserida pada hari ke-30 setelah diberikan perlakuan khusus sehingga

dapat diketahui apakah ada perbedaan yang signifikan atau tidak pada ketiga

kelompok penelitian.

B. Tempat dan waktu

1. Tempat Penelitian

Page 33: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

32

Penelitian ini dilakukan di LPPT PAU Pasca-sarjana Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan mulai dilakukan pada tanggal 1 Juni 2009 sampai

dengan 7 Juli 2009.

C. Populasi dan sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian ini :

1. Populasi Target (Target Population) : tikus putih (Rattus norvegicus)

jantan yang sehat galur sprague dawley sehat dengan bobot + 150 –

250 gram usia 2 – 3 bulan.

2. Sampel yang digunakan pada penelitian ini : Sampel yang digunakan

diambil dari populasi dengan jumlah 16 ekor, dibagi ke dalam 3

kelompok dengan pembagian kelompok sebagai berikut:

a. Kelompok sampel I / kelompok kontrol : 4 tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diobeskan dengan

induksi lemak babi selama satu minggu.

b. Kelompok sampel II / kelompok perlakuan I : 6 tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diobeskan dengan

Page 34: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

33

induksi lemak babi selama satu minggu ditambah pemberian program

olah raga berenang selama 30 hari.

c. Kelompok sample III / kelompok perlakuan II : 6 tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diobeskan dengan

induksi lemak babi selama satu minggu ditambah pemberian program

olah raga berenang dan pemberian teh hijau per oral (sonde) selama

30 hari.

D. Kriteria inklusi dan eksklusi

1. Kriteria inklusi

a. Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang

sehat.

b. Tikus putih dengan bobot + 150 – 250 gram.

c. Tikus putih yang berusia 2 – 3 bulan.

2. Kriteria eksklusi

a. Tikus putih yang cacat.

b. Tikus putih yang mati.

E. Variabel penelitian dan definisi operasional

Page 35: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

34

1. Variabel penelitian

a. Variabel perlakuan (bebas) / variabel independen : aktivitas berenang

dengan atau tanpa seduhan Cammelia Sinensis (teh hijau).

b. Variabel tergantung / variabel dependen : kadar trigliserida darah pada

tikus obes.

c. Variabel pengganggu terkendali:

(1) Ras. Sama halnya pada manusia, perbedaan ras dapat

mempengaruhi farmakokinetik, dan efek samping dari suatu obat.

Untuk mengendalikan penyakit dari faktor ini maka tikus yang

digunakan pada penelitian ini dipilih dari galur yang sama, yaitu

galur Sprague Dawley.

(2) Berat badan. Berat badan yang berbeda dengan pemberian dosis

obat yang sama maka ada kemungkinan akan munculnya efek yang

bebeda, sehingga untuk meminimalkan efek tersebut maka tikus

yang digunakan dalam satu kelompok dipilih yang memiliki berat

badan yang hampir sama, yaitu + 150 – 250 gram.

(3) Diet. Makanan dapat mengganggu farmakokinetik obat dan

kemunkinan juga dapat berinteraksi dengan rebusan daun teh hijau

sehingga hasil kurang tepat. Oleh karena itu kita pergunakan pellet

sebagai bahan makanan pada semua obyek penelitian.

Page 36: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

35

(4) Jenis kelamin. Dengan mempertimbangkan adanya siklus

menstruasi yag dapat mengganggu penilaian dari tes terhadap

kadar trigliserida dalam plasma, maka dipilih tikus Sprague

Dawley dengan jenis kelamin jantan. dengan kelompok kontrol.

d. Variabel pengganggu tak terkendali :

Faktor genetik. Hal ini berpengaruh pada semua aktivitas biologis

dan biokimia tiap hewan yang bersifat khas sehingga setiap hewan

akan memiliki tingkat kepekaan atau kesensitifitasan yang berbeda

pada pemberian dosis obat.

2. Definisi Operasional

a. Perlakuan berenang pada tikus, yaitu : Memasukkan tikus ke dalam

ember yang berisi air dengan suhu ± 32-34ºC, tikus dibiarkan

berenang-renang selama 20 menit. Perlakuan berenang dilakukan 3

kali seminggu. Tipe data yang digunakan adalah numerik dengan skala

rasio

b. Pemberian teh hijau, yaitu : seduhan teh hijau diberikan kepada

tikus putih melalui sonde sebesar 5ml perhari, setelah pemberian

makan (pelet). Induksi teh hijau dilakukan setiap hari. Tipe data adalah

numerik dengan skala rasio.

Page 37: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

36

c. Enzymatic colorimetric test, “GPO”, yaitu: prosedur pemeriksaan

kadar trigliserida plasma dengan menggunakan reagen yang dalam

keadaan siap pakai kemudian hasilnya dihitung berdasar nilai

absorbansi yang terbaca oleh alat spektrofotometer.

F. Alat dan bahan

1. Alat

a. Sentrifuge

b. Pipet

c. Kompor

d. Inkubator

e. Stopwatch

f. Tabung reaksi

g. Timbangan digital

h. Sonde

Page 38: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

37

i. Micro-hematokrit tube

j. Spektrofotometer

k. Spuit injeksi

l. Alat infus

m. Kandang tikus

n. Wadah untuk berenang

2. Bahan

a. Untuk perlakuan dan pemeliharaan

(1) Pakan

(2) Lemak babi

(3) Seduhan teh hijau (Camelia Sinensis)

b. Untuk pemeriksaan kadar trigliserida darah

(1) Plasma EDTA

(2) Reagen, berisi:

Page 39: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

38

(a) GOOD’s buffer ph 7,2 : 50 mmol/l

(b) 4-Chlorophenol : 4 mmol/l

(c) ATP : 2 mmol/l

(d) Mg2+ : 15 mmol/l

(e) Glycerokinase : ≥ 0,4 KU/l

(f) Peroxidase : ≥ 2 KU/l

(g) Lipoprotein lipase : ≥ 4 KU/l

(h) 4-Aminotipyrine : 0,5 mmol/l

(i) Glycerol-3-Phosphate-Oxidase : ≥ 1,5 KU/l

(j) Standard : 200 mg/dl (2,3 mmol/l)

Reagen yang akan digunakan dipastikan dalam keadaan stabil dan siap

digunakan serta dilihat tanggal kadaluarsanya. Selain itu, reagen juga harus

dihindarkan terhadap kontaminasi dan dipastikan dulu dalam kondisi suhu 2

– 8 oC dan juga terlindungi dari cahaya.

Page 40: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

39

G. Cara kerja

1. Pembuatan seduhan Cammelia Sinensis (teh hijau)

Pada manusia setiap cangkir teh hijau biasanya digunakan kadar teh

hijau sebanyak 2,5 gram untuk tiap 200 mL air, tetapi jika digunakan pada

tikus maka harus dikonversi dulu menggunakan nilai konversi dari

Laurence sebesar 0,018 untuk massanya dan menggunakan pelarut sesuai

jumlah yang sering digunakan untuk melakukan prosedur sonde, sehingga

nantinya akan didapatkan kadar teh hijau dengan nilai 0,045 gram untuk

tiap 5 ml air. Pada penelitian kali ini akan digunakan dosis ganda sebesar

0,09 gram tiap 5 ml air.

2. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

Enam belas ekor tikus putih dibagi ke dalam tiga kelompok, masing-

masing berjumlah enam ekor untuk tiap-tiap sampel perlakuan. Tikus

kelompok sampel I, II, III diinduksi dengan lemak babi setiap hari sampai

hari ke-7 sebagai kelompok kontrol. Setelah 7 hari, masing-masing

kelompok akan mendapat perlakuan yang berbeda. Tikus kelompok

sampel I (kontrol, n = 4) kemudian tidak diberi perlakuan khusus, hanya

aktivitas seperti biasanya. Tikus kelompok sampel II (n = 6) diberi

perlakuan berupa aktivitas berenang selama 30 hari dengan waktu renang

perhari 30 menit per ekor. Tikus kelompok sampel III (n = 6) diberi

Page 41: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

40

perlakuan seperti perlakuan pada tikus kelompok sampel II bersamaan

dengan tambahan pemberian ekstrak teh hijau selama 30 hari.

Setelah 7 hari induksi dengan lemak babi, ketiga kelompok tikus

diambil cuplikan darahnya melalaui vena orbital, kemudian dipusingkan

(sentrifuge) agar dapat diambil plasmanya. Kemudian diukur aktivitas

trigliserida sampel plasmanya secara spektrofotometri menggunakan

metode enzymatic colorimetric test, “GPO”. Hal ini juga dilakuakan

setelah 30 hari setelah pengambilan sampel pertama.

3. Penetapan aktivitas trigliserida plasma

Metode yang digunakan untuk pengukuran kadar trigliserida kali ini

adalah dengan metode enzymatic colorimetric test, “GPO” (Glycerol-

Phospate-Oxidase). Caranya adalah dengan membuat sediaan plasma

EDTA terlebih dahulu. Sediaan plasma dibuat dengan pemusingan

(sentrifugasi) darah tikus kemudian diambil bagian jernihnya. Plasma yang

ditambah dengan EDTA kemudian menjadi sampel yang akan digunakan

berikutnya. Setelah itu, semua bahan di atas dicampurkan dengan

komposisi sebagai berikut :

Tabel 3.1. Cara pencampuran bahan

Elemen Tabung Tabung Tabung

Sampel

Page 42: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

41

Blanko Standard

Larutan

Standard

- 10 μl -

Larutan

Sampel

- - 10 μl

Larutan

Reagen

1000 μl 1000 μl 1000 μl

Setelah semua bahan di atas selesai dicampurkan kedalam masing-

masing tabung reaksi, langkah selanjutnya adalah melakukan prosedur

spectrofotometri dengan menggunakan panjang gelombang 500 nm pada

suhu 20 – 25 oC.

Hasil pengukuran kemudian dihitung untuk mendapatkan angka

trigliserida plasma dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Trigliserida = kandungan trigliserida plasma yang diukur (mg/dl atau

mmol/l)

Δ Ast

Trigliserida CstΔ Asp

= X

Page 43: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

42

Δ Asp = Absorbansi sampel – absorbansi blanko

Δ Ast = Absorbansi standard – absorbansi blanko

Cst = kandungan trigliserida standard yang diketahui (mg/dl

atau mmol/l)

Pada prinsipnya, dasar reaksi Colorimetric Enzymatic Test adalah sebagai

berikut :

Skema 3.1. Reaksi Colorimetric Enzymatic Test, ”GPO”

2H2O2 + Aminoantipyrine + 4-Chloropenol

Glycerol-3-Phospate + ADP

POD

Dihydroxyaceton-Phospate + H2O

Chinonimine + HCL + 4H2O

Glycerol-3-Phospate + O2

Glycerol + ATP

Glycerol + Fatty Acid

Tryglicerides

GK

GPO

LPL

Page 44: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

43

Keterangan : LPL (lipoprotein lipase), GK (Glycerokinase), GPO

(Glycerol- Phospate-Oxidase), POD (Peroxidase), ATP

(Adeno-3-Phospate), ADP (Adeno-2-Phospate).

Semua prosedur diatas dapat digambarkan secara sederhana ke dalam

skema langkah kerja berikut :

Skema 3.2. Langkah kerja

Pemberian lemak babi

(7 hari)

Kelompok penelitian II

(n=6)

Kelompok penelitian III

(n=6)

Kelompok penelitian I

(n=4)

Page 45: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

44

H. Analisa data

Pengolahan statistik dari data hasil penelitian trigliserida plasma dimulai

dengan uji normalitas data. Kemudian lakukan uji statistic dengan paired t test

(untuk data yang berdistribusi normal) atau dengan uji Wilcoxon test (jika data

tidak berdistribusi normal), untuk mengetehui kebermaknaan perbedaan kadar

trigliserida plasma pada kelompok sebelum dan sesudah perlakuan pada tikus

putih. Setelah itu lakukan uji one way anova (jika data berdistribusi normal)

atau Kruskal-Wallis (jika data tidak berdistribusi normal), untuk mengetahui

kebermaknaan perbedaan kadar trigliserida plasma antara kelompok kontrol

dengan masing-masing kelompok perlakuan dan juga antara dua kelompok

perlakuan

Pemeriksaan trigliserida plasma

Tanpa perlakuan

(30 hari)

Berenang

(30 hari)

Berenang + Teh hijau

(30 hari)

Pemeriksaan trigliserida plasma

Page 46: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

DAFTAR PUSTAKA

Arterburn, D.E., DeLaet, D.E., Schauer, D.P. (2007). Obesity in adult. British Medical

Journal.

Buhner, S.H. (2003). The health benefits of water fasting, articles 1. Diakses 28 April

2009, dari http://gaianstudies.org/articles1.htm

Cabrera, C., Artacho, R., Gimenez, R. (2006). Beneficial effects of green tea-A

review. Journal of the American College of Nutrition.

Ganong, W.F. (2003). Buku ajar fisiologi kedokteran. E/20. Jakarta: EGC.

Hara, T., Fujiwara, H., Shoji, T., Mimura, T., Nakao, H., Fujimoto, S. (2003).

Decreased plasma adiponectin levels in young obese males. Journal of

Atherosclerosis and Thrombosis.

Inami, S., Takano, M., Yamamoto, M., Murakami, D., Tajika, K., Yodogawa, K.

(2007). Tea catechin consumption reduces circulating oxidized low-density

lipoprotein. Int Hearth J.

Kao, Y.H., Hiipakka, R.A., Liao, S. (2000). Modulation of endocrine systems and

food intake by green tea epigallocatechin gallate. The Endocrine Society. (2006).

Cathecin suppresses expression of Kruppel-like factor 7 and increases expression

Page 47: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

and secretion of adiponectin protein in 3T3-L1 cells. American Physiological

Society.

Larangan peredaran obat tradisional dan suplemen makanan yang mengandung

tanaman Kava-kava (2002, 26 Agustus). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan Nomor: HK.00.05.4.62647.

Larangan produksi dan distribusi obat tradisional dan suplemen makanan yang

mengandung tanaman Aristolochia sp. (2001, 26 Desember). Keputusan Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor: HK.00.05.4.03960.

Liou, T.H., Wu, C.H., Chien, H.C., Lin, W.Y., Lee, W.J., Chou, P. (2007). Anti-

obesity drug use before professional treatment in Taiwan. Asia Pacific Journal of

Clinical Nutrition.

Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., Rodwel, V.W. (2003). Biokimia Harper.

Jakarta:EGC.

Ounis, O.B., Elloumi, M., Amri, M., Zbidi, A., Tabka, Z., Lac, G. (2008). Impact of

diet, exercise and diet combined with exercise programs on plasma lipoprotein

and adiponectin levels in obese girls. Journal of Sports Science and Medicine.

Pengawasan pemasukan bahan baku obat tradisional (2009, 13 Januari). Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor:

HK.00.05.1.42.0115.

Page 48: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

Qiao, L., Zou, C., Westhuyzen, D.R., Shao, J. (2008). Adiponectin reduces plasma

triglycerides by increasing VLDL triglycerides catabolism. American Diabetes

Association.

Samman, S., Sandstrom, B., Toft, M.B., Bukhave, K., Jensen, M., Sorensen, S.S., et

al. (2001). Green tea or rosemary extract added to foods reduces nonheme-iron

absorption. American Journal of Clinical Nutrition.

Sato, Y. (2005). Practical aspects of exercise therapy for obesity. Journal of the Japan

Medical Association.

Shimada, M., Mochizuki, K., Sakurai, N., Goda, T. (2007). Dietary supplementation

with epigallocatechin gallate elevates levels of circulating adiponectin in non-

obese type-2 diabetic Goto-Kakizaki rats. University of Shizuoka.

Sogawa, M., Seura, T., Kohno, S., Yamaguchi, Y., Takagaki, R., Harada, A., et al.

(2009). Awa (Tokushima) lactate-fermented tea as well as green tea enhance the

effect of diet restriction on obesity in rats. The Journal of Medical Investigation.

Tanasescu, M., Leitzmann, M.F., Rimm, E.B., Willet, W.C., Stampfer, M.J., Hu, F.B.

(2002). Exercise type and intensity in relation to coronary heart disease in men.

Journal of the American Medical Association.

Page 49: %0d%0a%0d%0aa Difference Between Swimming Effect and Green Tea%0d%0aeffect Toward Triglyceride Level Change in Rats%0d%0a

Tomoda, K., Yoshikawa, M., Itoh, T., Tamaki, S., Fukuoka, A., Komeda, K., et al.

(2007). Elevated circulating plasma adiponectin in underweight patient with

COPD. American College of Chest Physician.

Tuso, P.J. (2002). The herbal medicine pharmacy update. The Permanente Journal.

Weiss, R., Taksali, S.E, Dufour, S., Yeckel, C.W., Papademetris, X., Cline, G., et al.

(2005). The “obese insulin-sensitive” adolescent: Importance of adiponectin and

lipid partitioning. Journal of the Clinical Endocrinology Metabolism.