Upload
yosefganang
View
222
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
analisis
Citation preview
PERENCANAAN PELAYANAN DAN PUSAT PELAYANAN
(GPW 3204)
DISUSUN OLEH :
Nama : Lilik Andriyani
NIM : 13/348106/GE/07576
DOSEN PENGAMPU :
Andri Kurniawan, Dr., M.Si.
PEMBANGUNAN WILAYAH
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
I. PENDAHULUAN
Masalah-masalah yang dihadapi negara berkembang banyak disebabkan oleh jumlah
penduduk dan pertumbuhannya yang tidak terkendali. Jumlah dan pertumbuhan
penduduk yang membesar akan menimbulkan masalah di berbagai sektor yang ada,
terutama sektor pangan dan lingkungan.
Kabupaten Bantul adalah salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan luas lahan untuk pertanian yang cukup besar. Kesuburan wilayahnya
mendukung sektor pertaniannya untuk berkembang. Sektor pertanian bagi Kabupaten
Bantul juga merupakan sektor basis yang menjanjikan bagi pendapatan daerah.
Dewasa ini, jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk yang ada di Kabupaten
Bantul membuat lahan pertanian semakin berkurang. Lahan pertanian banyak yang di
alihfungsikan menjadi lahan permukiman penduduk menurunkan daya dukung lahannya.
Daya dukung lahan yang menurun diiringi dengan menurunnya biokapasitas akan banyak
membawa dampak buruk bila tidak segera diselesaikan. Pemerintah pun semestinya
turun tangan dalam menangani permasalahan ini dengan mengembangkan kembali
kawasan lindung yang ada di Kabupaten Bantul.
II. DASAR TEORI
Wilayah sebagai living system merefleksikan adanya keterkaitan antara pembangunan
dan lingkungan. Perubahan dalam ruang wilayah menyebabkan perubahan pada kualitas
lingkungan baik positif maupun negatif, padahal lingkungan hidup secara alamiah
memiliki daya dukung yang terbatas. Perlu adanya inisiatif untuk mengintegrasikan
komponen lingkungan dalam aspek pembangunan (Muta’ali, 2012).
Sistem pemanfaatan ruang pada dasarnya mengandung dua komponen utama yaitu
komponen penyedia ruang (supply) dan komponen pengguna ruang (demand).
Komponen penyedia ruang meliputi potensi sumber daya alam dan fisik binaan,
sedangkan komponen pengguna ruang meliputi penduduk dengan aktivitasnya, baik
produksi maupun konsumsi. Bentuk tata ruang yang terjadi adalah hasil interaksi
komponen supply dan demand, berupa tipe dan perbedaan struktur, sebaran, dan bentuk
fisik ruang yang terjadi.
Imbangan antara tingkat pemanfaatan sumberdaya lahan dan daya dukung dapat
dijadikan ukuran kelayakan setiap program pembangunan. Sumberdaya lahan yang
dipakai secara layak apabila daya dukung dimanfaatkan sepenuhnya (optimal). Dalam
hal daya dukung tersebut tidak dimanfaatkan secara penuh, maka pembangunan tidak
efektif, sebaliknya apabila pemanfaatan sumberdaya lahan melampaui daya dukung,
maka pembangunan menjadi tidak efisien dan cenderung menurunkan kualitas
lingkungan.
Dinamika daya dukung wilayah merupakan fungsi keseimbangan dari sumberdaya
wilayah dengan jumlah penduduk pada tingkat hidup layak dengan segala implikasinya.
Intervensi pembangunan diperlukan untuk dapat menjaga kestabilan hubungan antara
penduduk dan sumberdaya wilayah, namun dalam kenyataannya pembangunan justru
menjadi pemicu ketidakstabilan. Pembangunan seyogianya harus memperhatikan daya
dukung wilayah sebagai basis perumusan kebijakan yang mampu menjaga kestabilan
lingkungan dan wilayah. Variasi keruangan daya dukung wilayah menjadi komponen
penting tindakan perencanaan keruangan, sehingga menuntut pemahaman variasi
regional yang komprehensif.
Konsep daya dukung lebih mengacu pada jumlah manusia yang dapat ditampung
dalam suatu wilayah (Rusli, 1996 dalam Muta’ali, 2012). Konsep daya dukung secara
singkat dapat dibatasi sebagai kemampuan untuk mendukung kehidupan manusia, yaitu
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Daya dukung lahan terhadap jumlah
penduduk hanya sebagian ditentukan oleh sumberdaya, iklim, dan kondisi fisik lainnya.
Sedangkan faktor lain yang berpengaruh adalah bagaimana cara mengorganisir penduduk
untuk menggunakan sumberdaya. Unsur teknologi memainkan peranan penting agar
penggunaan lahan lebih intensif mampu mendukung kegiatan banyak orang.
Analisis daya dukung (carrying capacity ratio) merupakan suatu alat perencanaan
pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan
lahan dan lingkungan. Dari semua hal tersebut, analisis daya dukung dapat memberikan
informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung
segala aktivitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan. Konsep yang
digunakan untuk memahami ambang batas kritis daya dukung ini adalah adanya asumsi
bahwa ada suatu jumlah populasi yang terbatas yang dapat didukung tanpa menurunkan
derajat lingkungan yang alami sehingga ekosistem dapat terpelihara.
Informasi yang diperoleh dari hasil analisis daya dukung secara umum akan
menyangkut masalah kemampuan (daya dukung) yang dimiliki oleh suatu daerah dalam
mendukung proses pembangunan dan pengembangan daerah itu, dengan melihat
perbandingan antara jumlah lahan yang dimiliki dan jumlah penduduk yang ada.
Produktivitas lahan, komposisi penggunaan lahan, permintaan per kapita, dan harga
produk agrikultur, semua dipertimbangkan untuk mempengaruhi daya dukung dan
digunakan sebagai parameter masukan model tersebut (Rangga, 2013).
Konsep daya tampung sebenarnya adalah kebalikan dari kepadatan penduduk, namun
dengan menggunakan perbandingan atau standar yang ada tentang kebutuhan lahan.
Muta’ali (2014) menyebutkan beberapa konsep daya tampung tersebut, yaitu :
1. Konsep Yeates
Daya dukung lahan dapat diidentifikasi dari daya tampung dan dihitung
berdasarkan luasan fungsi lahan dibagi dengan jumlah penduduk existing dihitung
dari kebutuhan lahan per kapita.
2. Konsep Allan
Konsep ini berbasis pada masyarakat agraris yang menggantungkan kehidupannya
kepada lahan pertanian, sehingga taraf kehidupan mereka tergantung dari luas
lahan yang mampu dimiliki.
3. Konsep Carneiro
Dalam sebuah wilayah dapat dinyatakan dengan penduduk tetap, semakin tinggi
intensitas pemanfaatan lahan, semakin besar kemampuannya dalam mendukung
populasi di dalamnya
4. Konsep Cenklin
Konsep ini memperkirakan besarnya daya dukung lingkungan dengan
menggunakan pendekatan jumlah penduduk kritis dan kepadatan penduduk kritis.
Konsep ini mendasarkan perhitungan daya dukung lingkungan pada kemampuan
peladang dan keluarganya untuk membuka hutan yang diperlukan untuk
perladangan yang disamakan dengan luas aktual dari konsep Allan.
Aspek ketersediaan (supply) menggambarkan kemampuan ekosistem dalam
mendukung kehidupan makhluk hidup yang disebut biokapasitas. Area bioproduktif
adalah lahan teoretis dimana produktivitas biologis ekosistem menyediakan kemampuan
untuk menopang kehidupan manusia. Nilai kemampuan ini dinamakan biokapasitas.
Secara teoritis area bioproduktif memiliki biokapasitas yang berbeda-beda menurut
wujud dan ekosistemnya. Hal tersebut diindikasikan oleh besar faktor evikualen dari
masung jenis ekosistem. Biokapasitas dapat disimpulkan menjadi apa yang ditawarkan
oleh permukaan bumi untuk keberlangsungan hidup manusia.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil (Terlampir)
b. Pembahasan
Kepadatan penduduk yang ada di Kabupaten Bantul dapat memberikan suatu
tekanan pada lingkungannya. Tingkat tekanan penduduk tertinggi Kabupaten Bantul
pada tahun 2012 berada di Kecamatan Pajangan sebesar 6,43. Hal tersebut
menunjukkan adanya tekanan penduduk terhadap lahan pertanian yang cukup besar.
Tekanan penduduk yang tinggi membuat daya dukung lingkungannya melemah
hanya 0,16. Hal tersebut disebabkan oleh permintaan (demand) penduduk terhadap
kebutuhan lahan dan sumber daya menjadi lebih besar dibandingkan dengan
ketersediaan (supply) yang mampu diberikan wilayah terhadap penduduk. Jumlah
penduduk Kecamatan Pajangan pun dapat dikatakan telah melampaui daya dukung.
Tekanan penduduk yang besar di Kecamatan Pajangan dapat menyebabkan
terjadinya kemerosotan tingkat hidup penduduk, ekspansi ke daerah lain untuk
mendapatkan lahan usaha tani dengan merambah hutan, serta berkembangnya sistem
sosial kemiskinan bersama berlandaskan pertanian.
Tekanan penduduk juga akan mempengaruhi daya dukung lingkungannya.
Semakin tinggi nilai daya dukung lingkungan akan menggambarkan bahwa kondisi
lingkungan di daerah yang bersangkutan semakin baik. Nilai daya dukung
lingkungan tertinggi berada di Kecamatan Sewon sebesar 0,56. Daya dukung
lingkungannya yang tertinggi juga dapat dilihat dari tekanan penduduknya yang
terendah, yaitu hanya 1,77. Daya dukung lahan pertanian yang besar di Kecamatan
Sewon membuat Jumlah Penduduk Petani Optimal (JPPO) yang mampu didukung
oleh lahan pertanian pun besar, yaitu 10,055. JPPO yang besar mungkin saja dapat
mempengaruhi hasil produksi pertanian di Kecamatan Sewon yang meningkat pula.
Hasil produksi pertanian yang meningkat menyebabkan Kecamatan Sewon mampu
memenuhi kebutuhan pangan penduduk setempat untuk hidup sejahtera atau
mencapai kondisi swasembada beras, serta menambah pendapatan daerah (PDRB)
bagi Kecamatan Sewon.
Luas Lahan Pertanian Optimal (LLPO) dan Luas lahan pertanian tambahan untuk
mendukung jumlah penduduk petani (LLPT) terbesar yang ada di Kabupaten Bantul
berada di Kecamatan Imogiri. Luas lahan pertanian yang ada di Kecamatan Imogiri
merupakan yang terbesar sehingga sudah seyogianya jika nilai LPPO dan LLPT yang
ada di daerah tersebut menjadi yang terbesar. Kepadatan penduduknya pun tidak
terlalu besar, hanya 10 jiwa/ha sehingga supply lingkungan masih mampu
menampung demand dari penduduk. Nilai LLPO dan LLPT yang besar di Kecamatan
Imogiri juga diiringi dengan besarnya Jumlah penduduk (petani) optimal yang
mampu didukung oleh lahan pertanian (JPPO). Hal tersebut menggambarkan
persentase jumlah petani yang ada di Kecamatan Imogiri cukup tinggi. Bila dikaitkan
dengan perekonomian wilayah, pertanian di Kecamatan Imogiri dapat menjadi sektor
basis yang meningkatkan pendapatan daerah serta menjadi daerah yang swasembada
beras.
Supply yang mampu diberikan lingkungan untuk manusia juga dikenal dengan
biokapasitas. Nilai biokapasitas tertinggi di Kabupaten Bantul berada di Kecamatan
Dlingo, sebesar 0,16. Aspek permintaan akan selalu muncul bersama dengan
ketersediaan yang ada. Demand digambarkan dengan jejak ekologi, yaitu bentuk
pemanfaatan materi, informasi, dan energi di alam. Jejak ekologi juga mampu
memjawab pertanyaan tentang jumlah kebutuhan makhluk hidup yang digambarkan
dalam kebutuhan minimal area/orang. Jejak ekologi di Kabupaten Bantul yang
terbesar juga berada di Kecamatan Dlingo, sebesar 0,76.
Supply dan demand dengan prinsip perbandingan yang dikalkulasikan dengan
jumlah penduduk dan luas wilayah dapat memperlihatkan kapasitas daya tampung
wilayah. Daya tampung wilayah Kecamatan Dlingo masih jauh dari nilai maksimum
1 sehingga sebenarnya wilayah kurang mampu memenuhi kebutuhan penduduk dan
tidak mampu menampun tambahan jumlah penduduk lagi, sehingga wilayah telah
melampaui batas daya tampung dan harus dilindungi. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan melihat nilai jejak ekologi sebagai demand yang lebih besar dibandingkan
nilai biokapasitas sebagai supply.
Konsep daya tampung wilayah yang juga dikenal sebagai daya tampung ruang
juga dapat digunakan untuk proyeksi kebutuhan penduduk dimasa mendatang,
misalnya proyeksi kebutuhan penduduk akan permukiman. Beberapa daerah di
Kabupaten Bantul yang daya tampung ruangnya kurang dari 1 adalah Kecamatan
Sanden, Bantul, Banguntapan, Sewon, dan Kasihan. Hal ini mengindikasikan bahwa
lima kecamatan tersebut sudah tidak mampu menampung atau mengakomodasi
perkembangan wilayah, sehingga intensifikasi lebih diutamakan di lima kecamatan
tersebut. Jumlah penduduk yang tinggi di lima kecamatan tersebut juga membawa
dampak yang kurang baik. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai kemampuannya
mengakibatkan pemanfaatan lahannya tidak menjadi optimal dan cenderung
menurunkan kualitas lingkungan. Perlu adanya perhatian serta tindakan dari
Pemerintah Kecamatan Sanden, Bantul, Banguntapan, Sewon, dan Kasihan seperti
meningkatkan jumlah hutan kembali sekaligus mengembalikan kondisi kawasan
lindung, agar dapat berperan sesuai dengan fungsinya, serta menghentikan perluasan
pemanfaatan lahan yang tidak sesuai.
Indeks lindung merupakan nilai yang menunjukkan besarnya daya dukung untuk
fungsi lindung yang merupakan kemampuan suatu kawasan dengan berbagai
aktivitas penggunaan lahan di dalamnya untuk menjaga keseimbangan ekosistem
pada suatu luasan wilayah tertentu. Penggunaan lahan memiliki fungsi lindung yang
bervariasi, tergantung pada kemampuan konservasi dari bentuk penggunaan lahan
tersebut yang dinyatakan dalam bentuk koefisien fungsi lindung. Rata-rata nilai
indeks lindung Kabupaten Bantul hanya mencapai angka 0,39. Hal tersebut
menggambarkan bahwa fungsi lindungnya kurang baik atau lebih berfungsi sebagai
kawasan budidaya sebab masih jauh dari nilai 1.
Indeks lindung tertinggi di Kabupaten Bantul berada di Kecamatan Sedayu
dengan nilai 0,45, sedangkan terendah berada di Kecamatan Srandakan. Besarnya
nilai indeks lindung tersebut dipengaruhi oleh penggunaan lahan berupa sawah,
tegal/kebun, hutan rakyat, pekarangan atau lahan utnuk banguan dan halaman, hutan
negara, dan lainnya. Enam penggunaan lahan tersebut memiliki koefisiennya masing-
masing, dengan yang tertinggi adalah koefisien hutan negara yaitu 0,68. Semakin
besar proporsi hutan disuatu daerah maka semakin tinggi fungsi perlindungan
lingkungan bagi daerah tersebut, terutama di masa depan. Kecamatan Sedayu dan
Srandakan tidak memiliki hutan negara, namun Kecamatan Sedayu memiliki jumlah
sawah, tegal/kebun, dan hutan rakyat yang jauh lebih banyak dibanding Kecamatan
Srandakan yang justru memiliki lahan untuk bangunan dan lain-lain dengan jumlah
yang lebih besar. Kecamatan Srandakan yang memiliki kepadatan penduduk lebih
besar dibanding Kecamatan Sedayu menyebabkan banyak lahan terbangun untuk
memenuhi permintaan penduduk akan tempat tinggal yang layak. Hal tersebut
terlihat dari jumlah pekarangan atau lahan untuk bangunan dan halaman yang jauh
lebih banyak dibanding jumlah lahan dengan kemampuan konservasi yang lebih
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Muta’ali, Luthfi. 2014. Bahan Ajar Metode dan Teknik Analisis Sosial Ekonomi : Daya
Dukung Wilayah. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Muta’ali, Luthfi. 2012. Daya Dukung Lingkungan untuk Perencanaan Pengembangan
Wilayah. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Geografi
Rangga, Bhian. 2013. Laporan Perencanaan Wilayah : Analisis Perkembangan dan Daya
Dukung Wilayah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
LAMPIRAN1. Tabel tekanan penduduk Kabupaten Bantul
2. Tabel biokapasitas Kabupaten Bantul3. Tabel daya tampung ruang Kabupaten Bantul4. Tabel indeks lingkungan Kabupaten Bantul