Upload
ahmadrifai
View
17
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skripsi mbak hani usu
Citation preview
Kepercayaan Diri Mahasiswa Fakultas Psikologi Unika
Soegijapranata Semarang ditinjau dari Persepsi terhadap
Payudara
S K R I P S I
Disusun Oleh :
Hani Elvadentia S
04.40.0187
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2008
viii
ABSTRAKSI
Kepercayaan diri merupakan hal yang penting untuk dimiliki setiap individu, termasuk mahasiswi. Karena dengan kepercayaan diri, diharapkan seseorang mampu menghadapi segala situasi dengan tenang tanpa merasa inferior. Diasumsikan, salah satu hambatan yang dialami mahasiswi untuk memiliki kepercayaan diri adalah persepsi yang negatif terhadap payudaranya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan persepsi terhadap payudara dengan kepercayaan diri pada mahasiswi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada korelasi positif antara persepsi terhadap payudara dengan kepercayaan diri pada mahasiswi. Subjek penelitian ini berjumlah 50 orang mahasisiwi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata yang diambil dengan mengguanakan teknik quota sampling. Ciri-ciri yang diberlakukan untuk subjek adalah mahasiswi yang berkuliah di Fakultas Psikologi. Kepercayaan diri pada mahasiswi diukur dengan mengguanakan skala kepercayaan diri dan persepsi terhadap payudara diukur dengan menggunakan skala kepercayaan diri. Seluruh data yang terkumpul dianalisis dengan alat bantu komputer program SPSS 13.0, dengan teknik analisis uji korelasi product moment. Hasil analisis diperoleh rxy = 0,914 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signiflkan antara persepsi terhadap payudara dan kepercayaan diri pada mahasiswi fakultas Psikologi Unika Soegijapranata. Kata kunci : kepercayaan diri, mahasiswi Fakultas Psikologi Unika
Soegijapranata, persepsi terhadap payudara.
1
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang Masalah
Seperti halnya makhluk lain, manusia juga mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan di dalam hidupnya. Setiap individu
berubah baik secara fisik maupun secara psikologis dan mereka
menghadapi masalah penyesuaian baru sepanjang hidupnya (Atkinson,
1996, h.148). Anak manusia dilahirkan di dunia dalam keadaan serba
kurang lengkap. Semua naluri dan fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya
belum berkembang dengan sempurna. Namun karena ketidaklengkapannya
ini, anak manusia mempunyai keinginan dan kebebasan besar untuk
berkembang serta berkemampuan untuk menyesuaikan diri dalam
lingkungan sosialnya. Bahkan anak manusia bisa meningkat pada taraf
perkembangan tertinggi pada usia kedewasaan, sehingga dia mampu
mengendalikan alam sekitarnya.
Perkembangan bukan merupakan suatu proses yang terputus-putus
dan terpisah-pisah, melainkan satu proses dinamik yang berlangsung terus-
menerus. Dengan demikian, suatu tahap perkembangan selalu berhubungan
dengan tahap sebelum dan sesudahnya. Menurut Irwanto (2002, h. 35),
perkembangan merupakan perubahan-perubahan psikologis atau mental
yang dialami individu dalam proses menjadi dewasa.
2
Sedangkan pertumbuhan berarti perubahan-perubahan fisik atau
biologis ke arah kemasakan atau kematangan fisiologis, yaitu organ-organ
tubuh dapat berfungsi secara optimal. Pertumbuhan hanya terjadi sekali saja
dan tidak dapat diulang kembali (Irwanto, 2002, h.35)
Sejak dalam kandungan hingga akhir usia kehidupan seorang
manusia, ia menjalani proses perkembangan dan pertumbuhan. Proses
perkembangan dan pertumbuhan tersebut terbagi menjadi beberapa periode,
yang berkaitan erat dengan tingkatan usia. Dalam Irwanto (2002, h.39),
perkembangan manusia dibagi menjadi beberapa periode tingkatan usia.
Yang pertama yaitu periode dalam kandungan (Prenatal), periode ini
berlangsung hingga lahir. Yang kedua ialah periode bayi (Infancy), periode
ini berlangsung sejak lahir hingga berusia dua tahun. Lalu periode kanak-
kanak awal (Early Childhood), periode ini dihitung sejak anak sudah
berusia dua tahun sampai berusia enam tahun. Selanjutnya ialah periode
kanak-kanak akhir (Late Childhood), periode ini dimulai sejak usia 6 tahun
hingga organ-organ seksualnya masak, untuk wanita pada usia 12-13 tahun,
sedangkan pada laki-laki pada usia 14-15 tahun. Periode pubertas (Akhil
Baliq) yang tidak berlangsung lama, kira-kira 12-14 tahun pada wanita dan
13-15 tahun pada laki-laki. Selanjutnya periode remaja (Adolescence) yang
berkisar antara usia 13-18 tahun. Lalu periode dewasa awal (Early
Adulthood) yang secara umum berkisar antar usia 18-40 tahun. Selanjutnya
periode dewasa madya (Middle Adulthood/Middle Age) yang dihitung sejak
3
usia 40-60 tahun. Dan periode terakhir ialah periode usia lanjut (Late
Adulthood/Old Age) yang merupakan periode terakhir manusia, yaitu mulai
umur 60 tahun ke atas.
Perkembangan seseorang dari awal hingga akhir kehidupannya
melibatkan perubahan. Tujuan perubahan perkembangan adalah realisasi
diri atau pencapaian kemampuan genetik. Maslow menyebutnya dengan
aktualisasi diri (self actualization), yaitu upaya untuk menjadi orang terbaik
secara fisik dan mental (Hurlock, 2000, h.23).
Pencapaian aktualisasi diri (self actualization) tidaklah mudah. Hal
ini dikarenakan semua orang memulai hidup dalam keadaan kecil, lemah,
dan adanya perasaan inferiorita (inferior). Menurut Adler (dalam Alwisol,
2004), inferiorita berarti perasaan lemah dan tidak trampil dalam
menghadapi tugas yang harus diselesaikan. Inferiorita yang dialami
seseorang erat kaitannya dengan kekurangan fisik, kelemahan organik atau
cacat fisik. Selain itu, menurut Adler, kondisi-kondisi khusus seperti
pemanjaan dan pengabaian memungkinkan seseorang untuk
mengembangkan kompleks inferiorita (inferiority complex) atau kompleks
superiorita (superiority complex). Dua kompleks ini berhubungan erat
(Alwisol, 2004, h. 81).
Kompleks superior selalu menyembunyikan atau kompensasi diri dari
perasaan inferior, sebaliknya kompleks inferior sering menyembunyikan
perasaan superior (Alwisol, 2004, h.81). Sebagai contoh inferiority
4
complex, seseorang yang memiliki kekurangan fisik menjadi malu dan tidak
percaya diri, padahal di lain sisi ia mempunyai banyak kelebihan dan
kemampuan untuk ditonjolkan.
Oleh karena itu, kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang
berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki oleh
seorang individu. Tanpa adanya kepercayaan diri, maka banyak masalah
yang akan timbul pada manusia dalam kehidupannya.
Setiap individu memiliki kepercayaan diri yang berbeda-beda,
sebagian individu ada yang merasa penuh percaya diri, sedangkan individu
yang lain merasa kurang percaya diri. Rasa percaya diri merupakan
gabungan dari pandangan positif terhadap diri sendiri, harga diri, dan rasa
aman (Loekmono, 1983, h.3). Pendapat ini diperkuat oleh Kartono (1985,
h.3) yang mengemukakan bahwa selain berhubungan dengan keadaan fisik,
sosial ekonomi, dan lain-lain, pengaruh yang paling merugikan terhadap
kepercayaan diri adalah self concept atau konsep tentang diri sendiri atau
pandangan terhadap diri sendiri yang negatif. Self concept merupakan
bagian dari kepercayaan diri, bagaimana seseorang memandang diri sendiri,
bagaimana seseorang membentuk konsep tentang dirinya sendiri akan
sangat mempengaruhi kepercayaan dirinya.
Pada setiap usia, beberapa perubahan pada diri terjadi selama proses
perkembangan baru dimulai, beberapa diantaranya berada di titik puncak,
dan beberapa dalam proses menurun. Perubahan yang saling berkaitan
5
dapat dilihat dalam perubahan ukuran dan proporsi. Misalnya, peningkatan
ukuran tubuh disertai dengan perubahan komposisi tubuh. Dalam hal ini
kepercayaan diri sangat dibutuhkan oleh setiap individu, khususnya bagi
wanita yang mengalami banyak perubahan dalam tubuhnya. Dengan adanya
kepercayaan diri, seseorang akan bertindak tegas ketika mengalami
kegagalan dan selalu optimis dalam menghadapi segala sesuatu.
Bagi seorang remaja perempuan yang beranjak dewasa, menstruasi
adalah sebuah tanda primer yang menandai bahwa ia sudah dewasa. Selain
itu, ada tanda atau ciri-ciri sekunder yang menandai bahwa seorang wanita
itu sudah dewasa. Contohnya antara lain tumbuhnya bulu-bulu halus di
tempat-tempat tertentu, suara menjadi lebih halus, dan yang paling tampak
adalah tumbuhnya payudara.
Payudara merupakan salah satu bagian tubuh terpenting pada seorang
wanita dewasa, bahkan aset wanita yang sangat berharga. Hal ini
dikarenakan payudara dalam konteksnya memiliki banyak sudut pandang,
mulai dari citra kewanitaan, tingkat kesuburan, kekuatan erotis, sensual,
sampai perasaan keibuan dan kemampuan seorang wanita untuk menyusui.
Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang
mudah tergoda secara visual.
Sejak zaman Roma hingga sekarang, payudara memang bagian tubuh
yang tetap dikagumi dan menarik perhatian pria. Hal ini didukung oleh
berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa daya tarik fisik sangat
6
mempengaruhi kesan pertama yang selanjutnya berhubungan dengan
kepercayaan diri seorang wanita (Irwanto, 2002, h.266). Bagi seorang
wanita, organ payudara tidak semata-mata merupakan organ penyusuan
bagi bayinya, namun terlebih lagi merupakan organ daya tarik fisik
(attractiveness) bagi kaum pria sebagai pertanda bahwa dirinya adalah
seorang wanita.
Payudara bagi seorang wanita adalah lambang sex appeal, oleh
karenanya setiap kelainan pada payudara tidak semata fenomena biologik,
melainkan lebih merupakan fenomena psikologis dan psikoseksual serta
psikososial (Hawari, 2004, h.3).
Jika dicermati dengan seksama, belakangan ini betapa marak iklan
produk yang menawarkan untuk memperbesar payudara. Mulai dari
mengoleskan krim, menggunakan bra khusus, minum pil, hingga
menggunakan peralatan elektronik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
banyak wanita yang tidak percaya diri akan bentuk tubuhnya, terutama
payudaranya.
Menurut konsultan seksologi, Dr. Ferryal Loetan, ASC&T, MMR,
Sp.RM., penggunaan berbagai cara untuk memperbesar payudara
sebetulnya sia-sia belaka. Karena payudara wanita dewasa tidak mungkin
dapat diperbesar lagi dengan cara apa pun. Sedangkan pertumbuhan yang
paling pesat dialami oleh remaja putri yang baru mengalami pubertas. Oleh
karena itu, payudara akan terlihat mengalami pembesaran dan
7
pengencangan pada umur 10-18 tahun. Pertumbuhan ini akan terhenti saat
si anak telah tumbuh jadi sosok wanita dewasa. Saat itulah ukuran payudara
tidak bisa diutak-atik lagi (hanyawanita.com, 20 Maret 2008).
Seorang wanita dewasa yang merasa tampilan payudaranya kurang
penuh dan kencang, kepercayaan dirinya akan menurun (Suara Merdeka,
18 Maret 2007, h. 16). Tidak hanya itu, diva sekelas Ruth Sahanaya pun
berterus terang tentang operasi payudara yang di jalaninya semata-mata
untuk meningkatkan kepercayaan dirinya dan untuk meningkatkan kualitas
penampilannya di mata para penggemarnya (Kompas.com, 6 Januari,
2006).
Jika dilihat dari sisi psikoseksual, banyak juga wanita dewasa yang
berperan sebagai istri yang tidak percaya diri lagi karena payudaranya
sudah kendur dan tidak kencang lagi, sehingga gairah pasangannya (suami)
menurun bahkan tidak mau menyentuh dirinya lagi (kompas.com, 27 Juli,
2004). Oleh karena itu, banyak juga wanita yang ingin membesarkan
payudaranya untuk kepuasan pasangannya dalam berhubungan seksual
(Cita Cinta, IX, h. 127). Menurut British Medical Journal Desember 2003,
bagi sebagian besar wanita (dan pria), payudara adalah bagian yang sangat
menyenangkan saat melakukan hubungan seks (Suara Merdeka.com, 8
Agustus 2004).
Beberapa tahun belakangan ini, kita sering mendengar tentang
maraknya pemakaian silikon pada wanita untuk menambah ukuran dan
8
memperindah bentuk payudaranya. Di Amerika Serikat saja, pada tahun
2006 sekitar 103.788 wanita menjalaninya (menurut data American Society
of Plastic Surgeons). Menurut seorang pakar kecantikan, dr. Salma
(sehatbugar.org, 20 Maret 2008) di Indonesia, operasi pengencangan
payudara juga banyak ditawarkan oleh klinik-klinik spesialis kecantikan.
Banyak kalangan selebriti dan kelompok menengah atas yang telah
menjalaninya walaupun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Tetapi, menurut Astaga!.com (6 Mei 2007), payudara besar tidak
selamanya indah menurut standar estetika. Ternyata, tidak semua wanita
yang berpayudara besar mempunyai rasa percaya diri terhadap
penampilannnya. Tak sedikit pula wanita yang malu dan ingin
menyembunyikan payudaranya yang mereka anggap besar (Cita Cinta, IX,
h. 122-123).
Tidak hanya sekedar kesan estetis dan berkurangnya rasa percaya
diri yang mereka miliki, tetapi secara medis, ada bahaya yang disebabkan
oleh payudara yang terlalu besar. Menurut dr. Edwin Djuanda dari Jakarta
Skin Centre (skinjsc.com, 3 Mei 2007), payudara yang terlalu besar akan
menyebabkan terganggunya pertumbuhan tulang belakang. Selain itu,
berdasarkan studi yang diadakan oleh University of Vienna di Austria, para
peneliti menemukan bahwa payudara besar kurang sensitif terhadap
rangsangan dibandingkan dengan yang kecil. Hal ini kemungkinan karena
urat syarafnya meregang (ningRoom.com, 24 April 2003). Jadi, belum tentu
9
benar jika payudara yang besar akan lebih baik dibandingkan dengan
payudara yang kecil.
Penilaian satu orang dengan orang lainnya tentang payudara
memang berbeda-beda, hal ini memang tergantung dari persepsi masing-
masing individu tentang payudara. Ada orang yang mempersepsikan
payudaranya kurang bagus atau kurang menarik, tapi di sisi lain, orang lain
menganggapnya bagus dan menarik.
Persepsi didefinisikan menjadi dua, yaitu dalam arti sempit dan luas.
Dalam arti sempit, persepsi adalah penglihatan, yaitu bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas, persepsi adalah
pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu. Artinya, setiap individu memiliki persepsi yang
berbeda-beda terhadap stimulus yang sama (Leavit, dikutip oleh Christiana,
2004, h.20). Pendapat ini didukung oleh Nord (dalam Gibson,dkk, 1993,
h.53) yang menyatakan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti pada
stimulus sehingga individu yang berbeda akan melihat benda yang sama
dengan cara yang berbeda.
Dalam hal ini, stimulusnya adalah payudara. Persepsi tiap-tiap
individu, baik pria maupun wanita tentang payudara pasti berbeda-beda.
Seorang wanita dewasa yang mempersepsikan bahwa payudara yang ia
miliki bagus atau menarik seharusnya ia memiliki kepercayaan diri yang
tinggi. Sebaliknya, seorang wanita dewasa yang merasa bahwa payudaranya
10
jelek dan tidak menarik ia cenderung memiliki rasa percaya diri yang
rendah. Tetapi pada dasarnya, walaupun bentuk payudara berbeda-beda,
pada dasarnya payudara wanita tetap saja membawa ketertarikan sendiri
bagi pria.
Mahasiswi yang pada umumnya berusia mulai dari 18 tahun ke atas,
termasuk dalam golongan dewasa muda. Oleh karena itu, peran dan
tanggung jawabnya makin bertambah, secara fisik pun seorang dewasa
muda menampilkan profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan
dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak
(Dariyo, 2004, h.3). Mereka tak harus selalu bergantung kepada orang
tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk membuktikan dirinya
sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. Dalam proses
pembuktiannya, banyak peristiwa-peristiwa yang mereka alami dan
pengalaman yang mereka dapatkan.
Berbagai peristiwa dan pengalaman dalam kehidupan yang dialami
oleh seorang mahasiswi ada yang baik dan ada yang buruk. Dari peristiwa
yang baik akan memacu pertumbuhan dan pembentukan konsep diri (self-
concept), harga diri (self-esteem), dan kepercayaan diri (self-confidence)
yang positif. Peristiwa-peristiwa yang mereka alami berhubungan dengan
peralihan status mereka yang semula berada pada masa remaja untuk
memasuki masa tua. Menurut Santrock (dalam Dariyo, 2004, h.4), masa
11
dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik, transisi
secara intelektual, serta transisi peran sosial.
Dari ketiga masa transisi yang dilewati oleh seorang wanita dewasa
muda, khususnya mahasiswi, boleh jadi transisi fisik yang dirasakan paling
berat. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan oleh harapan dan pernyataan
yang mengatakan bahwa secara fisik mereka tampil sempurna. Padahal,
pada kenyataannya tidak sedikit mahasiswi yang merasa kurang percaya
diri dengan tampilan fisik yang dimilikinya.
Tampilan fisik seorang mahasiswi berkaitan dengan persepsi terhadap
tampilan payudara yang sangat identik dengan citra kewanitaan.
Sepengetahuan peneliti di Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata
Semarang, yang juga merupakan tempat penulis menimba ilmu, banyak
mahasiswi yang mengeluhkan tampilan payudaranya, bahkan
membandingkan payudara miliknya dengan payudara milik mahasiswi atau
wanita lain. Keluhan dan pembandingan payudara itu mereka lakukan
karena semata-mata mereka mempersepsikan bahwa payudara yang mereka
miliki tidaklah bagus dan menarik.
Umpan balik dari keluhan dan pembandingan yang terjadi pada para
mahasiswi yang mempersepsikan payudara yang mereka miliki kurang
bagus, kurang menarik, dan berukuran kecil ialah pemakaian bra khusus
atau yang berbusa tebal, memakai krim-krim tertentu, bahkan ada yang
menggunakan cara-cara tradisional.
12
Walaupun demikian, dan terlepas dari ukuran dan bentuk payudara
yang mereka miliki, payudara tetaplah membawa pesona tersendiri bagi
pria. Dan selain itu, masih banyak kelebihan-kelebihan lain yang bisa
ditonjolkan dari seorang wanita, khususnya seorang mahasiswi.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
apakah ada hubungan antara persepsi terhadap payudara dan kepercayaan
diri pada mahasiswi Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang?
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan empiris
antara persepsi terhadap payudara dan kepercayaan diri pada mahasiswi
fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang.
13
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan wanita, khususnya
mahasiswi Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang,
mengenai kepercayaan diri yang dipengaruhi oleh persepsi tentang
payudara.
2. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi pembanding
ataupun bahan acuan dalam penelitian yang sejenis, terutama di
bidang psikologi sosial yaitu persepsi tentang payudara, dan di bidang
psikologi perkembangan tentang kepercayaan diri pada wanita
khususnya mahasiswi.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepercayaan Diri Mahasiswi 1. Pengertian Kepercayaan diri Mahasiswi
Kepercayaan diri adalah kepercayaan seseorang pada kemampuan
yang ada dalam dirinya (Branden, dikutip Walgito, 1993, h. 7).
Kepercayaan diri menurut Breneche dan Amich, merupakan suatu
perasaan yang dibutuhkan dalam kehidupan individu sehingga tidak perlu
membandingkan dengan orang lain. Menurut Bandura, kepercayaan diri
juga diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang untuk mampu
berperilaku sesuai dengan yang diharapkan atau yang diinginkan (Afiatin
dan Martaniah, 1991, h. 18).
Dalam kehidupan manusia, kepercayaan diri merupakan salah satu
aspek kepribadian yang penting (Lauster dikutip Martani & Adiyanti,
1991, h. 17). Rasa percaya diri biasanya akan membuat seseorang bertahan
betapapun buruk situasi yang dihadapi (Loekmono, 1983, h.62), tanpa rasa
percaya diri akan sulit bagi individu untuk dapat menghadapi dan
menyelesaikan berbagai permasalahan yang mungkin muncul.
Rasa percaya diri merupakan milik pribadi yang sangat penting
bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Rasa percaya diri juga ikut
menentukan apakah seseorang akan dapat hidup dengan sehat dan bahagia
di kemudian hari. Seseorang yang mempunyai rasa kepercayaan diri akan
tumbuh menjadi pribadi yang kuat, sehat, dan tangguh (Loekmono, 1983,
h.1).
Hakim (2002, h. 10) menyatakan bahwa rasa percaya diri dapat
dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa
mampu untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
15
Hambly (1989, h.3) mengatakan bahwa dengan kepercayaan diri,
seseorang memiliki keyakinan diri dalam menangani segala situasi dengan
tenang tanpa hambatan perasaan inferior apapun.
Menurut Maslow, kepercayaan diri termasuk dalam basic need atau
kebutuhan dasar. Kepercayaan diri merupakan bagian dari kebutuhan dasar
yang ke-empat, yaitu kebutuhan harga diri atau self esteem. Kebutuhan
seseorang akan harga diri dapat melalui diri sendiri (menghargai diri
sendiri atau self respect) dan melalui orang lain (mendapat penghargaan dari
orang lain atau respect from others. Kepuasan kebutuhan harga diri
menimbulkan perasaan dan sikap percaya diri (Alwisol, 2004, h.245).
Dengan kata lain, kepercayaan diri bisa didapatkan dengan cara
menghargai diri sendiri atau dengan dihargai oleh orang lain.
Kepercayaan diri tumbuh dari proses interaksi yang sehat di
lingkungan sosial individu dan berlangsung secara kontinu dan
berkesinambungan (Surya, 2003, h.47). Hal ini sesuai dengan pendapat
yang menyatakan bahwa lingkungan psikologis dan sosiologis yang
kondusif akan menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri
seseorang (Afiatin dan Martaniah, 1998, h.68).
Kepercayaan diri adalah sesuatu hal yang kita butuhkan sepanjang
hidup kita. Dalam kehidupannya sebagai manusia, saat berakhirnya masa
adolesensi, tibalah saat seorang anak gadis pada masa kedewasaan.
Kedewasaan bisa diartikan sebagai satu pertanggungjawaban penuh
terhadap diri sendiri, bertanggungjawab atas nasib sendiri dan atas
pembentukan diri sendiri (Kartono, 1992, h.172).
Setiap individu memiliki kepercayaan diri yang berbeda-beda.
Kepercayaan diri juga berkaitan dengan usia dan tingkat pendidikan
seseorang. Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah kepercayaan diri
pada mahasiswi. Mahasiswi adalah sosok individu yang dewasa. Menurut
Irwanto (1991, h.48), usia dewasa dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
dewasa awal (early adulthood) yang berkisar antara usia 18-40 tahun,
dewasa madya (middle adulthood/middle age) yang dihitung mulai usia 40
16
tahun - 60 tahun, dan yang terakhir adalah periode usia lanjut (Late
adulthood/old age) yang dimulai sejak usia 60 tahun hingga akhir
kehidupannya.
Berdasarkan penggolongan tersebut, maka mahasiswi termasuk
dalam golongan dewasa muda. Mahasiswi yang tergolong wanita dewasa
muda adalah sosok individu yang sudah selesai proses pertumbuhannya,
peran dan tanggung jawabnya juga bertambah besar (Dariyo, 2004, h.3).
Masa dewasa juga merupakan masa dimana seorang wanita mampu
melaksanakan macam-macam perannya ( Kartono, 1992, h.8).
Bagi seorang wanita dewasa muda, khususnya mahasiswi,
kepercayaan diri sangat penting baginya untuk menjalankan peran-
perannya yang membutuhkan kedewasaan psikis. Kedewasaan psikis yaitu
memiliki emosi yang stabil, bisa mandiri, menyadari tanggung jawab,
terintegrasi segenap komponen kejiwaan, mempunyai tujuan dan arah
hidup yang jelas, produktif-kreatif, dan etis-religius (Kartono, 1992, h.8).
Berdasarkan pengertian para ahli mengenai kepercayaan diri di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri pada mahasiswi
adalah sikap positif yang dimiliki individu untuk mengembangkan
penilaian positif terhadap dirinya sendiri tanpa perlu membanding-
bandingkan dirinya dengan orang lain, yang berisi pengenalan dan
keyakinan terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya, sehingga ia
merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya tanpa
hambatan perasaan inferior apapun.
2. Ciri-ciri Kepercayaan Did Anthony (dikutip lrawati, 2002, h. 10) mengemukakan ciri-ciri
individu yang memiliki kepercayaan diri adalah :
a. Bertanggung jawab berarti mau menerima dan menanggung resiko dari
perbuatannya.
b. Rasa aman berarti tidak memiliki ketakutan dan kecemasan yang dapat
menghambat kepercayaan dirinya.
17
c. Harga diri berarti mampu menyadari segala kekurangan dan kelebihan
sehingga tidak mempunyai perasaan rendah diri.
d. Mandiri berarti hidup tidak tergantung pada orang lain dan selalu dapat
mengembangkan atau mengerjakan sesuatu tanpa menunggu orang
lain.
e. Optimis berarti menyadari kemampuan yang dimiliki dan berusaha
untuk memperoleh yang terbaik dalam kehidupannya, mampu
(berhasil) mewujudkan rencana-rencananya, tidak ragu-ragu dalam
bertindak, lebih siap menerima ataupun menghadapi akibat yang
terjadi.
f. Tidak mullah putus asa berarti memiliki mental yang kuat untuk dapat
menghadapi hal-hal yang terburuk dan berani mencoba lagi setelah
mengalami kegagalan.
Lindenfield (dalam Surmasari, 2004, h. 20) berpendapat bahwa orang yang
percaya diri memiliki empat ciri, yaitu:
a. Cinta diri
Orang yang percaya diri mencintai diri sendiri. Bagi orang lain cinta
diri sendiri merupakan perilaku dan gaya hidup seseorang untuk
memelihara diri sendiri.
b. Pemahaman diri
Orang yang percaya diri tidak hanya merenungi, memikirkan perasaan
dan perilaku diri sendiri. Orang yang percaya diri selalu berusaha ingin
tahu bagaimana pendapat orang tentang dirinya.
c. Tujuan hidup yang jelas
Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya. Hal ini
dikarenakan orang percaya diri memiliki pikiran yang jelas mengapa
melakukan tindakan tertentu dan tahu hasil apa yang diharapkan.
d. Berpikir positif
Orang yang percaya diri biasanya menyenagkan karena bisa melihat
kehidupan dari sisi yang cerah, mengharap, dan mencari pengalaman
serta memperoleh hasil yang bagus.
18
Menurut Lie (2003, h.4), ciri-ciri orang yang percaya diri antara lain :
a. Yakin kepada diri sendiri.
b. Tidak tergantung kepada orang lain.
c. Tidak ragu-ragu
d. Merasa dirinya berharga.
e. Tidak menyombongkan diri.
f. Memiliki keberanian untuk bertindak.
Sedangkan menurut Guilford dan Lauster (dalam Afiatin dan Martaniah, 1998,
h.67), seorang individu yang memiliki kepercayaan diri memiliki ciriciri sebagai
berikut :
1. Merasa adekuat dengan tindakan yang dilakukan.
Hal ini didasarkan oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan, kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki. Orang yang percaya diri, merasa optimis, cukup
ambisius, tidak selalu memerlukan bantuan orang lain, sanggup bekerja keras,
mampu menghadapi tugas dengan baik dan bekerja secara efektif serta
bertanggung jawab atas keputusan dan perbuatannya.
2. Merasa diterima oleh kelompoknya.
Hal ini disadari oleh karena adanya keyakinan terhadap kemampuannya dalam
berhubungan sosial. Orang yang percaya diri merasa bahwa kelompoknya atau
orang lain menyukainya, aktif menghadapi lingkungan, berani mengemukakan
kehendak atau ideidenya secara bertanggung jawab dan tidak mementingkan
diri sendiri.
3. Percaya sekali terhadap dirinya serta memiliki ketenangan sikap.
Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan dan
kemampuannya. Orang yang percaya diri akan bersikap tenang, tidak mudah
gugup, cukup toleran terhadap berbagai macam situasi.
Berdasarkan penjabaran dari beberapa pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri mahasiswi yang percaya diri adalah mahasiswi yang
mencintai dirinya, memiliki ketenangan sikap, merasa dirinya berharga, optimis,
dan mandiri. Ciri-ciri kepercayaan diri ini akan dijadikan dasar dalam
pembentukan alat ukur berupa Skala Kepercayaan Diri.
19
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan diri Menurut Mangunhardjana (dikutip oleh Tjandra, 2003) faktor-
faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah :
a. Fisik : Seseorang akan lebih percaya diri jika memiliki fisik yang
sempuna.
b. Mental : Seseorang akan lebih percaya diri bila memiliki kemampuan
atau keahlian yang diakui tinggi.
c. Sosial : Seseorang akan lebih percaya diri bila mampu berinteraksi
dan memperoleh hubungan yang baik dengan orang lain atau
lingkungan sekitar.
d. Religiusitas : seseorang yang mempunyai religi akan mempunyai
keyakinan bahwa apa yang dialami saat ini sudah
diatur oleh Tuhan.
Fabella (1993, h.59) mengatakan bahwa apabila individu mempunyai
konsep diri yang baik atau positif semasa kanak-kanak, maka individu tersebut
akan mampu mengembangkan perasaan mampu dan percaya diri, sebaliknya
konsep diri yang negatif akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan
percaya diri.
Selain itu, secara formal dapat digambarkan bahwa rasa percaya diri
merupakan gabungan dari pandangan positif terhadap diri sendiri, harga diri, dan
rasa aman, yang dipengaruhi oleh keseluruhan kepribadian, hubungan dengan
orang-orang yang dianggap penting, lingkungan, dan kehidupan sehari-hari
(Loekmono, 1982, h.3).
Ada banyak unsur yang membentuk atau menghambat perkembangan rasa
percaya diri seseorang. Kebanyakan unsur-unsur tersebut berasal dari norma
dalam pribadi individu sendiri yang tercakup dalam faktor internal, tetapi ada jugs
yang berasal dari norma dan pengalaman keluarga, tradisi, kebiasaan, dan nilai-
nilai lingkungan dan kelompok yang termasuk faktoe eksternal.
Faktor internal Faktor-faktor internal yang mempengaruhi kepercayaan
diri yaitu :
20
a. Harga Diri
Pemenuhan kebutuhan akan penghargaan juga merupakan kontribusi
dalam masalah kepercayaan diri. Maslow menyatakan ada dua macam
kebutuhan akan penghargaan yaitu :
1) Keinginan individu untuk menjadi kuat, untuk berprestasi, mampu
menyesuaikan diri, berkompeten, mempunyai keyakinan dalam
menghadapi dunia.
2) Keinginan untuk memperoleh reputasi atau penghargaan dari prang lain,
status dan dominasi untuk memperoleh perhatian dan harga diri.
Terpuaskannya kebutuhan akan rasa harga diri pada individu akan
menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat, rasa mampu,
dan perasaan berguna. Sebaliknya, frustasi atau terhambatnya pemuasan
kebutuhan akan rasa harga diri iyu akan menghasilkan sikap rendah diri,
rasa tidak pantas, rasa lemah, rasa tidak mampu, dan rasa tidak berguna
(Koswara, 1992, h. 125).
Maslow (dalam Andayani & Afatin 1996, h.23) juga menyatakan
bahwa dengan harga diri yang tinggi, individu dapat mengaktualisasikan
potensi dirinya. Umpan balik yang diperoleh dari pemgaktualisasikan
potensi ini, bila positif akan menaikkan percaya diri seseorang.
b. Kondisi Fisik
Kondisi fisik individu akan berpengaruh terhadap percaya diri keadaan
fisik sangat kegemukan, ketinggian, cacat anggota tubuh / rusaknya salah satu
indera merupakan kekurangan yang jelas terlihat oleh orang lain akan
menimbulkan perasaan tidak berharga terhadap keadaan fisiknya. Karena
seseorang sangat merasakan kekurangan yang ada pada dirinya jika
dibandingkan dengan orang lain. Jadi, dari hal tersebut individu tersebut tidak
dapat bereaksi secara positif dan muncullah rasa minder yang berkembang
menjadi rasa tidak percaya diri (Lie, 2003, h.12).
c. Pengalaman
Menurut Hambly (dikutip Sumarsari, 2004, h.14) Percaya diri
terbentuk dan berkembang sejalan dengan berjalannya waktu. Semakin
21
dewasa individu, akan terbiasa dengan penolakan dan kegagalan dan
kemudian belajar menerima kegagalan sebagai suatu risiko dari sebuah usaha.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi rasa percaya diri yaitu :
a. Tingkat Pendidikan
Monks menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh
dalam menentukan percaya diri semakin tinggi terhadap pendidikan individu
maka semakin banyak yang telah dipelajari. Hal ini berarti individu semakin
mengenal diri baik kekurangan maupun kelebihan seseorang individu dapat
menentukan sendiri standard keberhasilannya (Sumarsari, 2004, h. 14).
Hakim (2002, h. 16) menambahkan bahwa tingkat pendidikan formal
harus menjadi salah satu alat utama yang bisa menentukan tinggi rendahnya
status sosial individu, selain itu adanya gelar-gelar yang bisa diperoleh oleh
orang yang sudah menamatkan pendidikan tinggi tertentu juga turut
menentukan tinggi rendahnya status sosial pada diri individu. Pandangan ini
bisa terjadi jika ada individu yang tidak berpendidikan berada dalam
lingkungan yang memiliki pendidikan tinggi, dan individu yang tidak
memiliki gelar tersebut merasa rendah diri. Jika gejala ini dialami setiap hari
maka rasa rendah diri ini dapat berkembang menjadi rasa tidak percaya diri.
b. Lingkungan
Lingkungan mempunyai peranan dalam pembentukan kepercayaan
diri. Sikap orang lain, pujian dan kritikan dapat mempengaruhi percaya diri
seseorang individu yang belum mempunyai percaya diri yang kuat akan
mudah terpengaruh oleh reaksi lingkungannya terhadap setiap yang
dilakukannya. Terlalu memperhatikan reaksi semacam ini akan menghambat
sesuatu yang sedang dilakukannya. Lingkungan keluarga juga mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam pembentukan percaya diri seseorang,
karena keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dalam
perkembangan kepribadian seseorang (Walgito, 1993, h.8).
c. Kesuksesan
Daradjat (1990, h.25) mengemukakan bahwa percaya diri timbul
apabila setiap rintangan atau halangan dapat dihadapi dengan sukses. Sukses
22
yang dicapai itu akan membawa kegembiraan, dan kegembiraan akan
menimbulkan percaya diri. Sukses dan masanya yang menggembirakan akan
menambah percaya diri dan akan mempengaruhi pula kemungkinan sukses di
tahun-tahun yang akan mendatang.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepercayaan diri adalah faktor fisik, faktor mental, dan faktor
sosial.
B. Persepsi terhadap Payudara 1. Pengertian Persepsi terhadap Payudara
Persepsi adalah hasil dari stimulus yang mengenai individu lewat alat
indera dan kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu
menyadari tentang apa yang diinderanya itu (Davidoff, 1991). Menurut
Moskowitz dan Orgel (1969) persepsi adalah proses yang terintegrasi dari
individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian, persepsi
merupakan suatu proses yang dimulai dari proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap stimulus, yang diterima oleh organisme atau
individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas
yang terintegrasi dalam diri individu (dalam Walgito, 2003, h.54).
Rakhmat (1994) (dalam Sobur, 2003, h.446) menyatakan bahwa
persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yag diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan.
Irwanto, dkk (2002, h.71) mengatakan bahwa persepsi sebagai suatu
proses diterimanya rangsangan-rangsangan yang berupa obyek, kualitas,
hubungan antar gejala maupun peristiwa sampai rangsangan-rangsangan itu
disadari dan dimengerti. Pendapat ini juga didukung oleh Susetyo (2007,
h.15), menurutnya persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami
yang mencakup penginderaan dan proses kognisi atau kesadaran.
Persepsi merupakan suatu aktivitas yang terintegrasi. Oleh karena itu
pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman, dan kebudayaan membawa
pengaruh dalam mempersepsi sesuatu (Walgito, 2003, h.57). Persepsi juga
23
dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna atau proses
menafsirkan informasi indrawi (dalam Sobur, 2003, h.446)
Hal yang akan dipersepsikan disini adalah payudara. Secara anatomis,
Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan kelenjar. Jumlah
lobus tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobus terbuat dari
ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli atau acini. kelenjar ini bersama-
sama membentuk sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat.
Alveoli (alveolus dan acinus singular) menghasilkan susu dan substansi
lainnya selama masa menyusui. Setiap bola memberikan makanan ke dalam
pembuluh tunggal lactiferous yang mengalirkannya keluar melalui puting
susu. Sebagai hasilnya, terdapat 1520 saluran puting susu, mengakibatkan
banyak lubang pada puting susu. Di belakang puting susu pembuluh
lactiferous agak membesar sampai membentuk penyimpanan kecil yang
disebut lubang-lubang lactiferous (lactiferous sinuses). Setiap lubang berdiameter
2-4 mm (0,08-0,16 inci).
Lemak dan jaringan penghubung mengelilingi bola-bola jaringan
kelenjar. Sejumlah jaringan lemak bergantung pada banyaknya faktor
termasuk usia, persentase lemak tubuh, dan keturunan. Sendi tulang Cooper
menghubungkan dinding dada pada kulit payudara, memberikan bentuk pada
payudara dan keelastisannya (Atlas Anatomi Manusia, h. 476 ). Menurut
Wikipedia (3 Maret, 2007) Payudara, atau dalam bahasa latin-nya dikenal
dengan nama mamma, adalah organ tubuh bagian atas dada dari spesies
mamalia berjenis kelamin betina, termasuk wanita dari golongan manusia.
Biasanya organ tubuh ini digunakan untuk menyalurkan air susu bagi bayi
mamalia atau manusia yang baru lahir. Menurut Dorland (2002, h. 1283),
payudara merupakan struktur kulit yang di modifikasi, berglandula pada
bagian anterior toraks, pada perempuan mengandung unsur yang mensekresi
susu untuk makanan bayi.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa banyak hal yang berpengaruh
terhadap persepsi, tak terkecuali dengan payudara. Berikut ini adalah hal-hal
yang berpengaruh dalam persepsi terhadap payudara :
24
a. Pengalaman
Bentuk tubuh yang menarik, atau wajah yang cantik pada umumnya
menimbulkan kesan yang positif bagi orang yang menilai. Sebaliknya, bentuk
tubuh yang kurang menarik dan wajah yang kurang cantik bisa menimbulkan
kesan negatif bahkan kebencian pada orang lain. Karena penilaian positif akan
memberi dampak lebih lanjut pada seseorang, maka semua orang berlomba-
lomba untuk memiliki daya tarik fisik.
Hal itulah yang dijadikan pengalaman oleh semua wanita. Seorang
wanita pastinya pernah memiliki pengalaman dengan payudaranya, baik
pengalaman yang positif maupun pengalaman yang negatif. Pengalaman yang
positif mungkin pujian dari orang lain terhadap payudaranya. Dan contoh
pengalaman yang negatif misalnya karena bentuk payudara yang kurang baik,
seorang wanita tidak bisa memakai beberapa model pakaian karena jika ia
menggunakan pakaian tersebut maka payudaranya tidak terlihat indah.
Berdasarkan pengalaman positif dan negatif yang sudah dilaluinya atau
dipelajari dari orang lain itulah seorang wanita belajar bertindak dan belajar
untuk mengartikan dan mempersepsikan payudara yang ia miliki.
b. Pengetahuan
Seorang wanita diharuskan untuk mengerti dan memahami cara untuk
merawat tubuhnya. Tidak bisa dipungkiri, bahwa setiap bagian dari tubuh
mereka merupakan "aset" baginya kelak. Banyak wanita sekarang yang
memanfaatkan kemajuan zaman dan teknologi untuk kecantikannya. Tidak
hanya untuk mempercantik diri tetapi juga untuk merawat tubuhnya.
Bagi banyak wanita, payudara merupakan aset yang penting untuk
dijaga dan dirawat keindahannya. Saat ini, para wanita sudah mempunyai
bekal pengetahuan yang cukup untuk merawat tubuhnya termasuk payudara.
Pengetahuan-pengetahuan tersebut dapat mereka peroleh dari mana saja, mulai
dari orang tua, teman, saudara, buku, majalah, koran, tabloid, hingga internet.
Pengetahuan tentang payudara meliputi banyak hal, misalnya : tentang
kesehatan payudara, cara merawat payudara, cara memperindah payudara,
hingga cara memperbesar payudara. Dengan tersedianya berbagai sumber
25
pengetahuan tersebut, diharapkan seorang wanita dapat memiliki pengetahuan
yang cukup untuk menjaga kesehatan, dan merawat payudaranya dengan baik.
c. Situasi
Kemajuan teknologi dan informasi juga memiliki pengaruh terhadap
persepsi seseorang tentang payudara. Saat ini, bisa dikatakan hampir semua
media cetak dan elektronik pernah menjadikan payudara sebagai beritanya.
Media elektronik misalnya televisi, atau internet kerap kali memunculkan
gambar atau bentuk payudara seorang wanita. Lama kelamaan, publik atau
seorang individu bisa menilai payudara yang seperti apa yang menurut mereka
ideal. Dan tidak hanya itu, iklaniklan untuk memperindah bentuk payudara
pun juga kerap kali muncul.
Situasi-situasi yang timbul dari "eksploitasi" media terhadap payudara
juga menjadi salah satu sebab wanita tidak percaya diri dengan payudara yang
dimilikinya. Dan persepsi payudara indah atau ideal tidak mempunyai standart
tertentu. Oleh karena itu, persepsi seorang wanita terhadap payudaranya
diharapkan positif agar ia juga akan memiliki kepercayaan diri yang positif
pula. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap payudara
adalah proses penginderaan terhadap payudara yang kemudian
diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu mengalami persepsi.
2. Aspek-aspek Persepsi terhadap Payudara Menurut Sobur (2003, h.447), aspek-aspek persepsi adalah :
a. Penalaran
Penalaran dalam hal ini berarti interpretasi, yaitu proses
mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi
seseorang. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan kognisi
seseorang untuk mengadakan pengklasifikasian informasi yang
diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi
sederhana.
Interpretasi mahasiswi terhadap payudara yang dimilikinya
juga dipengaruhi oleh informasi-informasi yang diterimanya dari
lingkungan sekitar.
26
b. Perasaan
Perasaan merupakan bagian dari tanggapan individu
(mahasiswi) yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau
terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap
dipengaruhi oleh akal atau emosi, atau kedua-duanya.
Berdasarkan uraian di atas, aspek penalaran dan perasaan akan
digunakan sebagai pengukuran terhadap persepsi karena kedua aspek
ini dianggap paling relevan untuk mengungkapkan pengukuran
terhadap persepsi. Ciri-ciri persepsi ini akan dijadikan dasar dalam
pembentukan alat ukur berupa Skala Persepsi.
C. Hubungan Kepercayaan Diri ditinjau dari Persepsi terhadap Payudara pada Mahasiswi
Menjadi cantik adalah suatu obsesi mulia, oleh karena itu setiap wanita
pasti ingin tampil cantik dan menarik. Semua wanita pun berlombalomba
membuat dirinya tampil cantik dan menarik. Entah dengan memakai produk-
produk kecantikan, mengikuti tren mode. Keinginan untuk jadi cantik
kemungkinan besar hanyalah untuk memuaskan diri, dicampur dengan insting
kompetitif atau agar tetap menarik di mata lawan jenis.
Kecantikan dan daya tarik wanita memang ada di penampilan fisiknya.
Banyak hal-hal di tubuh seorang wanita yang dikatakan menarik oleh lawan
jenis. Daya tarik secara seks (sex appeal) seorang wanita terletak pada
payudaranya (Hawari, 2004, h.3). Selain sebagai sex appeal, payudara seorang
wanita juga merupakan sumber kepercayaan dirinya. Banyak wanita yang
merasa tidak percaya diri dengan keadaan dan bentuk payudaranya. Salah
satunya adalah diva pop Indonesia, Ruth Sahanaya. Dia mempersepsikan
bahwa payudaranya kurang menarik, sehingga ia kurang percaya diri di depan
penggemar-penggemarnya.
Semakin banyak wanita yang menganggap payudaranya tidak menarik
sehingga mereka berani melakukan operasi implant pada payudaranya.
Beberapa tahun belakangan ini, kita sering mendengar tentang maraknya
pemakaian silikon pada wanita untuk menambah ukuran dan memperindah
27
bentuk payudaranya. Di Amerika Serikat pada tahun 2006 sekitar 103.788
wanita menjalaninya (menurut data American Society of Plastic Surgeons).
Angka ini menunjukkan banyaknya wanita yang tidak nyaman dengan
keadaan payudaranya yang dimilikinya.
Penilaian satu orang dengan orang lainnya tentang payudara memang
berbeda-beda, hal ini memang tergantung dari persepsi masingmasing individu
tentang payudara. Ada orang yang mempersepsikan payudaranya kurang
menarik, tapi di sisi lain, orang lain menganggapnya menarik.
Persepsi didefinisikan menjadi dua, yaitu dalam arti sempit dan luas.
Dalam arti sempit, persepsi adalah penglihatan, yaitu bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu. Dan dalam arti luas, persepsi adalah pandangan
atau pengartian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan
sesuatu. Artinya, setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda
terhadap stimulus yang sama. Hal ini didukung oleh Nord (dalam Gibson,dkk,
1993, h.53) yang menyatakan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti
pada stimulus sehingga individu yang berbeda akan melihat benda yang sama
dengan cara yang berbeda.
Dalam hal ini, stimulusnya adalah payudara. Persepsi tiap-tiap
individu, baik pria maupun wanita tentang payudara pasti berbeda-beda.
Persepsi seorang wanita dewasa khususnya mahasiswi terhadap payudaranya
tentu saja akan berpengaruh terhadap kepercayaan dirinya.
Kurangnya kepercayaan diri pada wanita, khususnya mahasiswi yang
merasa payudaranya kecil atau tidak menarik akan sangat mengganggu
kondisi psikis mahasiswi yang bersangkutan. Seperti yang dikatakan oleh
Martani dan Adiyanti (1991, h. 18-19) bahwa kepercayaan diri merupakan
atribut paling berharga bagi individu untuk dapat mengembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya dan menjadi manusia seutuhnya di dalam
masyarakat.
Mahasiswi adalah sosok individu yang sudah selesai proses
pertumbuhannya, peran dan tanggung jawabnya juga bertambah besar
(Dariyo, 2004, h.3). Masa dewasa juga merupakan masa dimana seorang
28
wanita mampu melaksanakan macam-macam perannya (Kartono, 1992, h.8).
Jika seorang mahasiswi tidak atau kurang memiliki rasa percaya diri, maka ia
kurang mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.
Seseorang yang memiliki rasa percaya diri biasanya optimis dalam
menjalani hidup, memiliki keyakinan akan berhasil, selain itu, setiap persoalan
yang datang akan dihadapi dengan hati yang tenang, dalam hal ini termasuk
masalah-masalah yang akan dihadapi seorang wanita dewasa yang
menjalankan macam-macam peranan dalam kehidupannya.
D. Hipotesis Berdasarkan kesimpulan teoritik diatas, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah : "Ada hubungan yang positif antara persepsi
terhadap payudara dengan kepercayaan diri pada mahasiswi". Semakin positif
persepsi terhadap payudaranya, maka semakin tinggi pula kepercayaan dirinya
dan sebaliknya, semakin rendah daya persepsi, maka semakin rendah pula
kepercayaan diri"
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hal tersebut
dikarenakan penelitian ini sesuai dengan karakteristik pendekatan kuantitatif
yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah
dengan metode statistika. Selain itu, pendekatan kuantitatif dilakukan pada
penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyadarkan
kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis
nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan
hubungan antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998, h.5-6).
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, memakai dua variabel yang terdiri dari satu
variabel tergantung dan satu variabel bebas, yaitu:
1. Variabel Tergantung : Kepercayaan diri mahasiswi.
2. Variabel Bebas : Persepsi terhadap payudara.
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
37
Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai data yang akan
dikumpulkan dan untuk menghindari kesesatan dalam menentukan alat
pengumpul data, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai definisi
operasional variabel penelitian. Definisi operasional variabel penelitian
merupakan batasan atau spesifikasi dari variabel-variabel penelitian yang
secara konkrit berhubungan dengan realitas yang akan di ukur dan
merupakan manifestasi dari hal-hal yang akan diamati dalam penelitian
(Hadi, 2001, h.26). Adapun defmisi operasional dalam penelitian ini:
1. Kepercayaan Diri Mahasiswi
Kepercayaan diri pada mahasiswi adalah sikap positif yang dimiliki
individu untuk mengembangkan penilaian positif terhadap dirinya sendiri
tanpa perlu membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, yang berisi
pengenalan dan keyakinan terhadap segala aspek kelebihan yang
dimilikinya, sehingga ia merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan
dalam hidupnya tanpa hambatan perasaan inferior apapun. Data
kepercayaan diri wanita dewasa diperoleh dari Skala Kepercayaan Diri
Mahasiswi yang disusun berdasarkan ciri-ciri wanita yang memiliki
kepercayaan diri yaitu mahasiswi yang mencintai dirinya, memiliki
ketenangan sikap, merasa diri berharga, optimis, mandiri.
38
Tinggi rendahnya kepercayaan diri wanita dewasa akan tampak dari
tinggi rendahnya skor yang diperoleh dari skala kepercayaan diri
mahasiswi. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi
kepercayaan diri mahasiswi dan semakin rendah skor yang diperoleh maka
semakin rendah kepercayaan diri mahasiswi.
2. Persepsi terhadap payudara
Persepsi terhadap payudara adalah proses penginderaan terhadap
payudara yang kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga
individu mengalami persepsi. Persepsi terhadap payudara disertai
kecenderungan bereaksi positif atau negatif sebagai bentuk respon terhadap
payudara. Persepsi terhadap payudara akan diungkap dengan menggunakan
Skala Persepsi yang disusun berdasarkan penalaran, dan perasaan.
Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik persepsi
mahasiswi terhadap payudaranya, dan semakin rendah skor yang diperoleh
maka semakin buruk persepsi mahasiswi terhadap payudara yang
dimilikinya.
C. Populasi, Dan Metode Pengambilan Sampel
1. Populasi
39
Salah satu langkah awal yang perlu diambil dalam melaksanakan
penelitian adalah menentukan populasi penelitian. Populasi adalah
sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat
yang sama (Hadi, 2001, h.220). Berdasarkan dari populasi ini diambil
contoh atau subyek yang diharapkan mampu mewakili populasi. Dalam
menentukan subyek hedaknya terlebih dahulu menentukan sifat-sifat atau
karateristik dari populasi yang memberikan batasan-batasan yang tegas
(Hadi, 1995 h.80).Pada penelitian ini karakteristik populasi penelitiannya
adalah :
a. Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.
2. Tehnik Pengambilan Sampel
Menurut Azwar (1998, h. 51) sampel adalah bagian dari populasi
yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Sampel juga
merupakan sejumlah anggota subyek penelitian yang terrdapat diantara
sejumlah besar subyek penelitian.
Dalam penelitian ini sampel penelitian diambil dari populasi dengan
menggunakan teknik quota sampling, yaitu pembatasan sampel yang
dalam penelitian ini dibatasi untuk 50 individu saja.
D. Metode Pengumpulan Data
40
1. Alat Ukur
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan
metode skala. Skala adalah suatu alat ukur atau instrumen yang digunakan
untuk mengungkap tingkah laku dan aktivitas-aktivitas sebagai manifestasi
dari kejiwaan. (Azwar, 1998. h.3).
Karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi (Azwar, 1998, h.3-4)
adalah sebagai berikut :
a. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pertanyaan atau pernyataan yang
tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan
mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan
b. Skala psikologi selalu berisi banyak item
c. Respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban "benar" atau
"salah". Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur
dan sungguh-sungguh.
Skala yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah :
a. Skala Kepercayaan Diri pada Mahasiswi
Skala kepercayaan diri ini disusun berdasarkan ciri-ciri dalam
kepercayaan diri pada mahasiswi yaitu mencintai diri, memiliki
ketenangan sikap, merasa dirinya berharga, optimis, dan mandiri.
41
b. Skala Persepsi
Skala persepsi ini disusun berdasarkan aspek-aspek persepsi
yaitu penalaran dan perasaan.
2. Blue Print dan Cara Penilaian
a. Skala Kepercayaan Diri pada Wanita Dewasa
Skala ini terdiri dari 40 item. Penulisan item dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu item yang mendukung pernyataan
(favorable) dan item yang tidak mendukung pemyataan
(unfavorable), serta terdiri dari empat altematif jawaban, yaitu
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak
sesuai (STS). Adapun cara skoring yang digunakan untuk
pernyataan favorable adalah skor 4 jika jawaban SS, skor 3 jika
jawaban S, skor 2 jika menjawab TS, dan skor 1 jika menjawab STS.
Sedangkan untuk pernyataan unfavorable berlaku sebaliknya.
Tabel 1
Blueprint Skala Kepercayaan Diri
No Aspek Favorable Unfavorable Total 1 Mencintai diri 2 2 4 2 Memiliki ketenangan 2 2 4
42
sikap 3 Merasa diri berharga 2 2 4 4 Bertanggung jawab 2 2 4 5 Berpikir positif 2 2 4 Jumlah 10 10 20
b. Skala Persepsi terhadap Payudara
Skala ini terdiri dari 24 item. Penulisan item dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu item yang mendukung pemyataan (favorable) dan
item yang tidak mendukung pernyataan (unfavorable), serta terdiri
dari empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak
sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Adapun cara skoring yang
digunakan untuk pernyataan favorable adalah skor 4 jika jawaban SS,
skor 3 jika jawaban S, skor 2 jika menjawab TS, dan skor I jika
menjawab STS. Sedangkan untuk pernyataan unfavorable berlaku
sebaliknya.
Tabel 2
Blueprint Skala Persepsi terhadap Payudara
No Faktor Persepsi Favorable Unfavorable Jumlah 1 Penalaran 6 6 12 2 Perasaan 6 6 12 Jumlah 12 12 24
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
43
1. Validitas
Menurut Azwar (1998, h. 5) validitas berasal dari kata validity
yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas terhadap alat ukur
dalam penelitian ini menggunakan tehnik korelasi Product Moment dari
Pearson.
Koefisien Korelasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini, masih
perlu dikoreksi mengingat ada kelebihan bobot pada koefisien korelasi
tersebut. Kelebihan bobot ini terjadi karena nilai butir soal yang
dikorelasikan dengan nilai total masih ikut sebagai komponen nilai
total, sehingga menyebabkan koefiisen menjadi besar. Untuk koreksi
koefisien yang kelebihan bobot tersebut digunakan teknik korelasi Part
Whole.
Penghitungan validitas alat ukur pada penelitian ini menggunakan
komputer dengan program Statistical Packages for Social Sciences
(SPSS) for Windows Realease 13.0.
2. Reliabilitas
Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran
dengan alat tersebut dapat dipercaya (Suryabrata, 2000, h.9). Hal ini
ditunjukkan dengan taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh
44
oleh para subjek yang diukur dengan alat yang sama atau diukur dengan
alat yang setara pada kondisi yang berbeda. Reliabilitas adalah indeks
yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau
diandalkan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik
reliabilitas yang dikembangkan oleh Cronbach yang disebut Alpha.
Penghitungan reliabilitas Statistical Packages for Social Sciences
(SPSS) for Windows Realease 13.0.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang dipergunakan untuk melihat hubungan
antara variabel persepsi terhadap payudara dengan variabel kepercayaan
diri pada mahasiswi adalah teknik korelasi Product Moment dari Pearson.
Penghitungan analisis data pada penelitian ini menggunakan komputer
dengan program Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) for
Windows Realease 13.0.
44
BAB IV
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Psikologi Universitas
Katolik Soegijapranata yang terletak di gedung Antonius, yang berada
di lingkungan kampus yang beralamat di JI. Pawiyatan Luhur IV/1
Bendan Duwur, Semarang Jawa Tengah.
Fakultas Psikologi mempunyai banyak peminat yang berasal dari
berbagai daerah yang berbeda. Demikian pula dengan mahasiswi
Fakultas Psikologi yang berasal dari berbagai etnis, suku, dan ras, yang
memilki keberagaman cara pandang dan kebudayaan. Hal tersebut
merupakan salah satu alasan yang menjadikan Fakultas Psikologi cocok
sebagai tempat penelitian ini.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Biro Administrasi
Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) Unika Soegijapranata, pada
tanggal 12 Juni 2008; sampai dengan tahun ajaran 2007/2008 terdapat
1072 mahasiswa yang masih aktif berkuliah, 816 diantaranya adalah
perempuan (mahasiswi) dan 256 sisanya adalah laki-laki (mahasiswa).
Dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswinya jauh lebih banyak daripada
jumlah mahasiswanya. Jumlah mahasiswi untuk tiap angkatan yang
45
berada pada tahun ajaran 2007/2008 di Fakultas Psikologi dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3
Mahasiswi Fakultas Psikologi Tahun Ajaran 2007/2008
Tahun Angkatan Jumlah Mahasiswi
1996 1
1997 1
1998 6
1999 12
2000 23
2001 35
2002 111
2003 183
2004 177 2005 148 2006 190 2007 185
Jumlah 816
Peneliti mengambil mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas
Katolik Soegijapranata sebagai populasi penelitian dengan karakteristik
sampel penelitian yaitu mahasisiwi Fakultas Psikologi Unika
Soegijapranata.
Adapun yang menjadi pertimbangan peneliti dalam menentukan
populasi dan sampel penelitian adalah sebagai berikut :
46
a. Peneliti berkuliah di Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata
Semarang. .
b. Peneliti sudah mengenal situasi di tempat tersebut.
c. Fenomena yang terjadi di sana, membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Kepercayaan Diri pada Mahasiswi
Fakultas Psikologi Ditinjau dari Persepsi Terhadap Payudara.
d. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis dengan topik yang sama
sebelumnya.
B. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian yang dilakukan, mencakup beberapa tahap sebagai
berikut :
1. Penyusunan Alat Ukur
a. Skala Kepercayaan Diri pada Mahasiswi
Skala kepercayaan diri ini disusun berdasarkan beberapa ciri
kepercayaan diri yaitu mencintai diri, memiliki ketenangan
sikap,merasa diri berharga, bertanggung jawab, berpikir positif.
Jumlah item secara keseluruhan adalah 20 item, yang terdiri dari 10
item favorable dan 10 item unfavorable. Sebaran item Skala
Kepercayaan Diri dapat dilihat dalam tabel 4. Selengkapnya, skala
kepercayaan diripada mahasiswi dapat dilihat pada lampiran A- 1.
47
Tabel 4
Sebaran Item Skala Kepercayaan Diri pada Mahasiswi
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Mencintai diri 1,2 3,4 4 Memiliki ketenangan sikap
5,6 7,8 4
Merasa diri berharga 9,10 11,12 4 Bertanggung jawab 13,14 15,16 4 Berpikir positif 17,18 19,20 4
Jumlah 10 10 20
b. Skala Persepsi terhadap Payudara
Skala persepsi ini disusun berdasarkan beberapa ciri persepsi
terhadap payudara yaitu penalaran, dan perasaan. Jumlah item secara
keseluruhan adalah 24 item, yang terdiri dari 12 item favorable dan
12 item unfavorable. Sebaran item Skala Persepsi terhadap Payudara
dapat dilihat dalam tabel 5. Selengkapnya, skala persepsi terhadap
payudara dapat dilihat pada lampiran A-2.
Tabel 5
Sebaran Item Skala Persepsi terhadap Payudara
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Penalaran 1, 3, 9, 11, 17, 19 2, 4, 10, 12, 18,
20 12
Perasaan 5, 7, 13, 15, 21, 23
6, 8, 14, 16, 22, 24
12
Jumlah 12 12 24
48
2. Tahap Perijinan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu
mengajukan permohonan ijin kepada pihak-pihak yang terkait dalam
penelitian ini, sehubungan dengan tempat pelaksanaan penelitian dan
subjek penelitian.
Permohonan ijin ini melalui beberapa tahap sebagai berikut :
a. Meminta surat pengantar dari Dekan Fakultas Psikologi Unika
Soegijapranata, Semarang, untuk memohon ijin melakukan
penelitian kepada Wakil Rektor I Unika Soegijapranat, Semarang.
Surat permohonan ijin tersebut bernomor 920/B.7.3/FPNI/2008
tertanggal 9 Juni 2008.
b. Mengajukan surat pengantar tersebut kepada Wakil Rektor I Unika
Soegijapranata, Semarang.
c. Berdasarkan surat permohonan ijin tersebut, Wakil Rektor I
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, dengan surat
bernomor 1313B.7.3/WRl/VI/2008 tertanggal 12 Juni 2008.
3. Uji Coba Alat Ukur
Uji coba alat ukur dilakukan bersamaan dengan penelitian (tryout
terpakai). Uji coba ini digunakan untuk mencari validitas dan reliabilitas
skala. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B-I dan B-2.
49
4. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Setelah data diperoleh, peneliti segera melakukan scoring dan
tabulasi skor. Hasil tabulasi skor digunakan untuk melakukan uji coba
alat ukur atau skala penelitian. Penghitungan validitas dan reliabilitas
dalam penelitian ini menggunakan alat bantu komputer dengan program
Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) for Windows Realease
13.0. Uji validitas item untuk skala kepercayaan diri pada mahasiswi
dan persepsi terhadap payudara menggunakan teknik korelasi Product
Moment, yang selanjutnya dikoreksi dengan korelasi Part Whole. Uji
reliabilitas item, digunakan teknik Alpha Cronbach. Hasil validitas dan
reliabilitas uji coba alat ukur atau skala penelitian yang dibuat adalah
sebagai berikut:
a. Validitas dan Reliabilitas Skala Kepercayaan Diri pada
Mahasiswi
Menurut Buku Statistika 1 (Priyanto, 2006, h.75), untuk uji
validitas skala Kepercayaan Diri dengan N = 50, nilai r tabelnya
adalah 0,231; dengan taraf signifikansi 5%, dapat diketahui bahwa
dari 20 item yang ada, terdapat 17 item valid dan 3 item gugur.
Koefisien validitas item bergerak antara 0,315 sampai dengan
0,610. Koefisen reliabilitas alpha skala kepercayaan diri pada
mahasiswi adalah sebesar 0,812. Sebaran item yang valid dan gugur
50
dapat dilihat pada tabel 6. Hasil selengkapnya dari skala kepercayaan
diri dapat dilihat pada lampiran C-1.
Tabel 6
Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Kepercayaan Diri pada
Mahasiswi
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Gugur Valid Mencintai diri 1,2 3,4* 1 3 Memiliki ketenangan sikap 5,6 7,8 0 4
Merasa diri berharga 9,10 11,12 0 4 Bertanggung jawab 13,14* 15,16 1 3 Berpikir positif 17,18 19,20 1 3 Total 10 10 3 17
Keterangan :
Nomor item dengan tanda* : item yang gugur
b. Validitas dan Reliabilitas Skala Persepsi terhadap Payudara
Menurut Buku Statistika 1 (Priyanto, 2006, h.75), untuk uji
validitas skala Persepsi terhadap payudara dengan N = 50, nilai r
tabelnya adalah 0,231; dengan taraf signifikansi 5% , dapat diketahui
bahwa dari 24 item yang ada, terdapat 21 item valid dan 3 item
gugur. Koefisien validitas item bergerak antara 0,243 sampai dengan
0,560.
Koefisen reliabilitas alpha skala kepercayaan diri pada
mahasiswi adalah sebesar 0,838. Sebaran item yang valid dan gugur
51
dapat dilihat pada tabel 7. Hasil selengkapnya dari skala persepsi
terhadap payudara dapat dilihat pada lampiran C-2.
Tabel 7 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Persepsi terhadap Payudara
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Gugur Valid Penalaran 1, 3, 9, 11, 17, 19 2, 4, 10, 12, 18, 20* 1 11
Perasaan 5, 7, 13, 15, 21, 23 6, 8, 14*, 16, 22*, 24 2 10
Total 12 12 3 21 Keterangan:
Nomor item dengan tanda * : item yang gugur
5. Penyusunan Kembali Alat Ukur
Setelah dilakukan uji coba dan diketahui item yang valid dan
yang gugur, maka item yang valid disusun ulang, hasilnya dijadikan
skala penelitian yang baru. Sebaran item baru dapat dilihat pada tabel 8
dan 9. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D-1 dan D-2.
Tabel 8
Sebaran Nomer Item Baru Skala Kepercayaan Diri pada Mahasiswi
Aspek Favorable Unfavorable
Mencintai diri 1,2 3 Memiliki ketenangan sikap 5,6 7,8
Merasa diri berharga 9,10 11,12
Bertanggung jawab 13 15,16
Berpikir positif 17,18 19
Jumlah 9 8
52
Tabel 9
Sebaran Nomer Item baru Skala Persepsi Terhadap Payudara
Aspek Favorable Unfavorable
Penalaran 1, 3, 9, 11, 17, 19 2, 4, 10, 12, 18,
Perasaan 5, 7, 13, 15, 21, 23 6, 8, 16, 24
Jumlah 12 9
C. Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilakukan pada tanggal 13 dan 16
Juni 2008 di Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang.
Fakultas Psikologi dipilih sebagai tempat pelaksanaan penelitian ini,
karena kebetulan memiliki jumlah mahasiswi yang paling banyak pada
tahun ajaran 2007/2008 sebanyak 816 mahasiswi.
Dalam pengambilan sample, peneliti menggunakan teknik Quota
Sampling, yaitu dengan memberikan skala kepada jumlah mahasiswi
yang jumlahnya dibatasi sebanyak 50 mahasiswi Fakultas Psikologi,
karena dianggap sudah mewakili populasi yang telah ditentukan.
Selama proses pengumpulan data, peneliti tidak dibantu oleh
siapapu. Pada hari pertama (13 Juni 2008), penyebaran skala dilakukan
di Fakultas Psikologi (Gedung Antonius) dari pukul 09.00-13.00 WIB.
53
Pada hari kedua (16 Juni 2008), penyebaran skala dilakukan di Fakultas
Psikologi (Gedung Antonius) pada pukul 10.00-13.00 WIB.
Penyebaran skala dilakukan pada saat mahasiswi menunggu jam
masuk kuliah, setelah jam perkuliahan, selesai, maupun saat istirahat
(tidak ada kegiatan). Dalam pembagian skala, peneliti membagi skala
kepada subjek mahasiswi yang berada jauh dari mahasiswa. Hal ini
dikarenakan skala penelitian ini bersifat pribadi. Dalam pengerjaan
skala, ada beberapa mahasiswi yang mengerjakan di dalam kelas dan
ada yang mengerjakan di luar kelas. Selain itu, sebagian besar
mahasiswi malu mengisi di dekat mahasiswi lain sehingga menjauh atau
menutupi jawaban jawaban pada skalanya. Pelaksanaan penelitian ini
cukup lancar dan peneliti hanya memerlukan waktu dua hari dalam
pengumpulan data. Setelah pengumpulan data, peneliti segera
melakukan scoring terhadap jawaban subjek, membuat tabulasi skor,
dan menganalisis data. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
E-1 dan E-2.
54
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah diperoleh butir-butir item yang valid dan yang gugur,
langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan analisis data adalah
melakukan uji asumsi, dengan tujuan untuk mengetahui apakah data
penelitian yang diperoleh memenuhi persyaratan untuk dianalisis secara
statiatik dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Uji
asumsi ini meliputi uji normalitas distribusi (mengetahui normal atau
tidaknya sebaran item) dan uji linieritas hubungan (mengetahui ada atau
tidaknya hubungan antar variabel).
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas Distribusi
Uji normalitas distribusi ini dilakukan dengan menggunakan
program Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) for Windows
Realease 13.0. Melalui uji normalitas terhadap Skala Kepercayaan
Diri pada Mahasiswi, diperoleh nilai K-SZ sebesar 0,964 (p > 0,05),
yang berarti sebaran itemnya normal.
Sedangkan perhitungan uji normalitas terhadap Skala Persepsi
terhadap Payudara, menunjukkan nilai K-SZ sebesar 1,066 (p > 0,05),
55
yang berarti sebaran itemnya normal. Hasil perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran F-1.
b. Uji Linieritas Hubungan
Uji linieritas ini dilakukan dengan menggunakan program
Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) for Windows
Realease 13.0. Berdasarkan perhitungan terhadap hubungan antara
Persepsi terhadap Payudara dengan Kepercayaan Diri pada
Mahasiswi, diperoleh F linier sebesar 242,587 dengan nilai p = 0,000
< 0,01. Hal ini berarti bahwa korelasi kedua variabel tersebut linier.
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F-2.
2. Hasil Analisis
Setelah diketahui bahwa data yang diperoleh memenuhi syarat uji
asumsi, maka selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan
teknik korelasi product moment untuk menguji hipotesis. Analisis data
dilakukan dengan program Statiatical Packages for Social Sciences
(SPSS) for Windows Realease 13.0.
Hasil uji hipotesis menunjukkan adanya koefiaien korelasi rxy =
0,914 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti bahwa ada hubungan
positif antara persepsi terhadap payudara dengan kepercayaan diri pada
mahasiswi. Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran G.
56
B. Pembahasan
Hasil uji hipotesis menunjukkan adanya koefisien korelasi rxy =
0,914 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hasil ini menunjukkan adanya
hubungan positif antara persepsi terhadap payudara dengan kepercayaan
diri mahasiswi Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata. Hal ini sesuai
dengan kenyataan yang terjadi, sepengetahuan penulis, banyak
mahasiswi Fakultas psikologi Unika Soegijapranata yang kurang merasa
puas dengan keadaan payudara yang dimilikinya. Hal ini berarti bahwa
semakin positif persepsi seorang mahasiswi terhadap payudaranya maka
semakin tinggi tingkat kepercayaan dirinya. Hasil penelitian di atas
sesuai dengan teori Centi (1993, h.36) yang mengatakan bahwa orang
yang menerima dan puas dengan keadaan dan penampilan fisiknya, pada
umumnya memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi daripada mereka
yang tidak.
Seorang mahasiswi yang mempunyai persepsi terhadap payudara
yang positif akan melihat payudaranya sebagai sesuatu yang penting,
berharga, dan bermakna. Sepengetahuan penulis, hal ini sesuai dengan
apa yang terjadi di kehidupan nyata para mahasiswi yang menganggap
payudara adalah bagian tubuh seorang wanita yang sangat penting. Hal
ini dikarenakan payudara merupakan bagian tubuh yang sarat akan
makna dan sangat berarti bagi setiap wanita, tak terkecuali mahasiswi.
Mahasiswi yang memiliki persepsi yang baik terhadap payudaranya,
57
maka ia tidak akan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain,
mengkritik payudaranya sendiri, ataupun tidak menerima keadaan
payudaranya saat ini. Dengan demikian ia mampu untuk menerima
kelebihan dan kekurangan pada dirinya terutama payudara yang ia
miliki, sehingga ia dapat menemukan dan menentukan identitasnya
tanpa ragu. Hal ini sesuai dengan pendapat Walgito (1986, h.6) yang
menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah kepercayaan seseorang pada
kemampuan yang ada dalam dirinya atau dikatakan lebih lanjut bahwa
percaya diri (self confidence) adalah suatu perasaan atau sikap yang
tidak perlu membanding-bandingkan diri dengan orang lain, yang berisi
kekuatan, kemampuan, dan keterampilan untuk menghasilkan sesutau,
yang didasarkan pada keyakinan akan keberhasilan dalam
melaksanakannya. Pendapat ini juga diperkuat oleh Kartono (1992,
h.51) yang menuliskan bahwa dengan kepercayaan diri muncul
kesanggupan untuk menilai kembali segala perilaku dan untuk
melakukan devaluasi terhadap pola tingkah laku yang dianggap tidak
berguna lagi, sehingga individu dapat mengadakan identifikasi baru
dengan obyek-substitusi yang baru.
Mahasiswi yang memiliki kepercayaaan diri akan memiliki ciri-
ciri seperti yang dikemukakan oleh Lindenfield (dalam Surmasari,
2004,h. 20) yaitu cinta diri hal ini diaebabkan karena orang yang
percaya diri mencintai diri sendiri sehingga ia dapat memahami diri dan
58
menerima dirinya dengan baik. Selain itu, menurut Guilford dan Lauster
(dalam Afatin dan Martinah, 1998, h.67), orang yang percaya diri akan
percaya sekali terhadap dirinya serta memiliki ketenangan sikap. Hal ini
didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan dan kemampuannya.
Orang yang percaya diri akan bersikap tenang, tidak mudah gugup,
cukup toleran terhadap berbagai macam situasi. Mahasiswi dengan
persepsi terhadap payudara yang positif merasa puas dengan keadaan
payudara yang ia miliki, bahkan ia dapat bersyukur dengan apa yang ia
miliki. Mahasiswi tersebut dapat tenang dan terbuka menghadapi
pandangan ataupun kritikan orang tentang payudaranya tanpa rasa takut.
Hal ini juga didukung oleh Hambly (1989, h.3) yang mengatakan bahwa
dengan kepercayaan diri, seseorang memiliki keyakinan diri dalam
menangani segala situasi dengan tenang tanpa hambatan perasaan
inferior apapun.
Hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa
kepercayaan diri pada mahasiawi memiliki mean empiric sebesar 51,6
dan mean hypothetic sebesar 42,5 dengan nilai standard deviasi sebesar
6,8. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan diri pada
mahasiswi Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang tergolong
baik (di atas rata-rata). Hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan
bahwa persepsi terhadap payudara memiliki mean empiric sebesar 64,08
dan mean hypothetic sebesar 52,5 dengan nilai standard deviasi sebesar
59
10,5. Hasil tersebut menunjukkan bahwa persepsi terhadap payudara
yang dimiliki oleh mahasiswi Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata
Semarang tergolong baik (di atas rata-rata).
Berdasarkan hasil perhitungan mean empiric dan mean hypotetic
di atas, menunjukkan adanya perbedaan antar hasil penelitian dengan
asumsi awal penelitian. Perbedaan tersebut dikarenakan peneliti kurang
cermat dalam melakukan observasi awal. Selain itu, observasi dan
wawancara yang hanya dilakukan pada 15 orang mahasiswi saja, kurang
mampu menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Observasi awal dan wawancara yang kurang cermat, berpengaruh
dalam proses identifikasi permasalahan. Padaa identifikasi permasalahan
di awal, peneliti menemukan bahwa kepercayaan diri pada mahasiawi
Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang masih cukup rendah
karena mahasiaiwi tersebut mempunyai persepsi terhadap payudaranya
yang tergolong negatif. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa kepercayaan diri pada mahasiswi Fakultas
Psikologi Unika Soegijapranata Semarang tergolong baik (di atas rata-
rata) karena mahasiawi tersebut memiliki persepsi terhadap payudara
yang baik (di atas rata-rata).
Hasil perhitungan pengaruh persepsi terhadap payudara dengan
kepercayaan diri pada mahasiswi memberikan sumbangan efektif
sebesar 83,5%. Hal ini dikarenakan payudara merupakan bagian tubuh
60
yang sangat identik dengan seorang wanita sehingga memiliki makna
yang sangat berarti bagi seorang mahasiswi dan nantinya akan
berpengaruh pada kepercayaan diri orang tersebut dalam proses
interaksi sosial dengan lingkungan sekitamya. Menurut Santrock (dalam
Dariyo, 2004, h.4) untuk seorang wanita yang akan melewati masa
transisi dalam hidupnya, yang terdiri dari transisi fisik, transisi
intelektual, serta taransisi peran sosial. Dari ketiga transisi tersebut,
maka transisi fisik lah yang paling berat untuk dihadapi. Oleh karena itu
diharapkan seorang wanita memiliki kepercayaan diri yang baik untuk
menghadapi masa-masa tersebut.
Selain itu, mahasiswi merupakan salah satu penilai yang penting
terhadap tubuhnya sendiri sebagai rangsang sosial. Bila ia mengerti
bahwa tubuhnya memenuhi syarat, maka hal ini berakibat positif
terhadap dirinya, namun bila ada penyimpangan-penyimpangan
timbullah masalah-masalah yang berhubungan dengan penilaian diri dan
sikap sosialnya (Monks, dkk., 2001, h.268).
Selain persepsi terhadap payudara, masih terdapat faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kepercayaan diri, diantaranya faktor dari dalam
individu seperti mental, religiusitas, konsep diri, pengetahuan dan
penerimaan diri, dan juga faktor dari luar individu yaitu lingkungan
sosial.
61
Setelah hasil penelitian diperoleh, peneliti menyadari adanya
beberapa kelemahan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil
penelitian, yaitu:
1. Sebagian kecil subjek terlalu sering mengisi skala sehingga mereka
sudah jenuh. Hal ini mengakibatkan sebagian kecil dari subjek tampak
tergesa-gesa dalam mengiai skala (asal coret atau asal pilih), sehingga
jawaban yang diberikan mungkin kurang menggambarkan kondiai yang
sebenarnya.
2. Penggunaan teknik Quota Sampling membuat setiap individu dalam
populasi tidak mendapatkan peluang yang sama untuk menjadi subjek
penelitian.
3. Karena penelitian ini menyangkut hal yang sangat pribadi dan bersifat
rahasia bagi seorang wanita (mahasiswi), ada kecenderungan beberapa
subjek yang menjawab tidak sesuai dengan keadaan yang sebenamya.
Tetapi hal ini tidak mengganggu penelitian dan tidak menganggu hasil
dari penelitian ini.
63
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap
payudara dengan kepercayaan diri pada mahasiswi. Hal ini berarti
semakin positif persepsi seorang mahasiswi terhadap payudaranya
maka semakin tinggi tingkat kepercayan dirinya. Sebaliknya, semakin
negatif persepsi seorang mahasiswi terhadap payudaranya maka
semakin rendah tingkat kepercayaan dirinya. Dengan demikian, hasil
analisis data tersebut membuktikan bahwa hipotesis dapat diterima.
2. Sumbangan yang dihasilkan variabel persepsi terhadap payudara
terhadap variabel kepercayaan diri pada mahasiswi adalah sebesar
83,5%. Dengan kata lain, ada variabel-variabel lain yang juga
berpengaruh terhadap kepercayaan diri pada mahasiswi.
B. Saran
1. Mahasiswi disarankan agar tetap mempertahankan rasa percaya diri
yang telah dimiliki, dengan selalu berusaha untuk tetap menerima
kekurangan dan kelebihan payudara dan diri sendiri, menghargai dan
bangga dengan payudara dan tubuhnya sendiri, serta berlatih untuk
meningkatkan rasa percaya diri dengan mencoba untuk selalu bersikap
64
positif terhadap diri sendiri, juga berani tampil dan berkarya dengan
keadaan payudara dan tubuh yang dimiliki saat ini, agar sikap optimis
yang telah dimiliki dapat berkembang lebih baik.
2. Bagi peneliti lain yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut,
disarankan untuk:
a. Memperhatikan faktor- faktor lain yang mempengaruhi kepercayaan
diri pada mahasiswi, seperti: faktor dari dalam individu antara lain
mental, religiusitas, konsep diri, pengetahuan dan penerimaan diri;
dan faktor dari luar individu yaitu lingkungan sosial.
b. Melihat kondisi atau situasi subjek yang akan diteliti, tepat atau tidak
untuk diteliti, karena jawaban subjek sangat berpengaruh untuk
penelitian.
c. Melakukan observasi dan wawancara yang lebih teliti dengan jumlah
responden yang lebih banyak pula, sehingga identifikasi
permasalahan dapat lebih tepat.
Identitasdiri
Usia :
Ukuranpakaiandalam :
No Pernyataan SS S TS STS1 Sayapuaskarenabentukpayudara
sayabagus.
2 Bentukpayudarasayalebihbagusdibandingkantemantemansaya.
3 Sayapuaskarenaukuranpayudarasayapasdenganukurantubuhsaya.
4 Sayarasasayasudahmemilikipayudarayangideal
5 Sayamerasanyamandenganpayudarayangsayamiliki.
6 Sayamerasapayudarasayamenarik. 7 Payudarasayakurangmenarik
dibandingkandengantemantemansaya.
8 Sayainginmempunyaipayudarasepertipayudaramilikartisartiswanita.
9 Berdasarkanpengalamansaya,bentukpayudarasepertimiliksayainilebihmenarik.
10 Sayasenangdenganpayudarasaya. 11 Sayapikirpayudarasayatidakkalah
menarikdenganpayudarayangdimilikitemantemansaya.
12 Sayabanggadenganpayudarasaya. 13 Sayatahubahwapayudarajuga
menjadidayatarikbagilawanjenis.
14 Sayamengetahuicarauntukmemperindahpayudaea
logo: