54
PRAKTIKUM FMS FMS-1 Hal. 1 h KATA PENGANTAR Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis ucapkan puji dan syukur kehadirat-Nya, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan semua kewajiban berupa tugas Praktek dan penyusunan laporan sebagai pertanggung jawaban dari kegiatan yang dilaksanakan pada saat Praktek FMS 1 (Flexible Manufacturing System 1) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penyusunan laporan ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah FMS 1 (Flexible Manufacturing System 1). Laporan ini disusun oleh penulis setelah melaksanakan Praktek di Laboratorium FMS selama 5 hari terhitung dari tanggal 14 Maret 2016 sampai dengan 18 Maret 2016. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyajian dan pembahasan masalah dalam laporan ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dengan adanya hal tersebut penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan laporan ini sehingga akan jauh lebih baik pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga Allah

03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fms

Citation preview

Page 1: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 1h

KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis ucapkan

puji dan syukur kehadirat-Nya, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat

menyelesaikan semua kewajiban berupa tugas Praktek dan penyusunan laporan sebagai

pertanggung jawaban dari kegiatan yang dilaksanakan pada saat Praktek FMS 1 (Flexible

Manufacturing System 1) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penyusunan laporan ini

diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah FMS 1 (Flexible Manufacturing System 1).

Laporan ini disusun oleh penulis setelah melaksanakan Praktek di Laboratorium FMS

selama 5 hari terhitung dari tanggal 14 Maret 2016 sampai dengan 18 Maret 2016. Semoga

segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang lebih baik dari

Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian dan pembahasan masalah dalam laporan ini

masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis

miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesar-

besarnya. Dengan adanya hal tersebut penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

konstruktif demi kesempurnaan laporan ini sehingga akan jauh lebih baik pada masa yang

akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan rahmat-Nya

kepada kita semua. Amin.

Bandung, 21 Maret 2016

Hormat saya,

PENULIS

Page 2: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 2h

POLMAN Bandung Catatan Mingguan Praktik AE

Program : FMS-1

Hari / Tanggal Kegiatan Waktu

Senin, 14 Maret 2016

Apel Pagi 06.55 – 07.00Penjelasan praktikum 07.00 – 09.00Istirahat 09.00 – 09.20Mempelajari hardware plant & pencatatan I/O sensor 09.20 – 11.40Istirahat 11.40 – 12.40Pembuatan diagram langkah & program processing 12.40 – 15.10Apel Sore 15.10 – 15.20

Selasa, 15 Maret 2016

Apel Pagi 06.55 – 07.00Pembuatan program processing 07.00 – 09.00Istirahat 09.00 – 09.20Uji coba program ke dalam plant handling 09.20 – 11.40Istirahat 11.40 – 12.40Analisa program processing 12.40 – 15.10Apel Sore 15.10 – 15.20

Rabu, 16 Maret 2016

Apel Pagi 06.55 – 07.00Pembuatan program revisi processing 07.00 – 09.00Istirahat 09.00 – 09.20Uji coba program revisi processing 09.20 – 11.40Istirahat 11.40 – 12.40Analisa program revisi processing 12.40 – 15.10Apel Sore 15.10 – 15.20

Kamis, 17 Maret 2016

Apel Pagi 06.55 – 07.00Test Gelombang 1 07.00 – 09.00Istirahat 09.00 – 09.20Test Gelombang 1 09.20 – 11.40Istirahat 11.40 – 12.40Test Gelombang 1 12.40 – 15.10Apel Sore 15.10 – 15.20

Jumat, 18 Maret 2016

Apel Pagi 06.55 – 07.00Test Gelombang 2 07.00 – 09.00Istirahat 09.00 – 09.20Test Gelombang 2 09.20 – 10.30Istirahat 11.00 – 13.20UKM 13.20 – 15.00Apel Sore 15.00 – 15.10

Sabtu, 19 Maret 2016

Libur

Page 3: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 3h

BAB IPENDAHULUAN

Hingga akhir tahun 1970, sistem otomasi mesin dikendalikan oleh relai elektromagnet.

Dengan semakin meningkatnya perkembangan teknologi, tugas-tugas pengendalian dibuat

dalam bentuk pengendalian terprogram yang dapat dilakukan antara lain menggunakan PLC

(Programmable Logic Controller). PLC (Programmable Logic Control) adalah sebuah alat

yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relai yang dijumpai pada sistem

kontrol proses konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati masukan (melalui sensor-

sensor yang terkait), kemudian melakukan proses dan melakukan tindakan sesuai yang

dibutuhkan, yang berupa menghidupkan atau mematikan keluarannya (logik, 0 atau 1, hidup

atau mati). Program yang dibuat umumnya dinamakan ladder diagram yang kemudian harus

dijalankan oleh PLC yang bersangkutan. Dengan kata lain, PLC menentukan aksi apa yang

harus dilakukan pada instrumen keluaran berkaitan dengan status suatu ukuran atau besaran

yang diamati.

Dengan PLC, sinyal dari berbagai peralatan luar diinterfis sehingga fleksibel dalam

mewujudkan sistem kendali. Disamping itu, kemampuannya dalam komunikasi jaringan

memungkinkan penerapan yang luas dalam berbagai operasi pengendalian sistem. Dalam

sistem otomasi, PLC merupakan ‘jantung’ sistem kendali. Dengan program yang disimpan

dalam memori PLC, dalam eksekusinya, PLC dapat memonitor keadaan sistem melalui

sinyal dari peralatan input, kemudian didasarkan atas logika program menentukan rangkaian

aksi pengendalian peralatan output luar. PLC dapat digunakan untuk mengendalikan tugas-

tugas sederhana yang berulang-ulang, atau di-interkoneksi dengan yang lain menggunakan

komputer melalui sejenis jaringan komunikasi untuk mengintegrasikan pengendalian proses

yang kompleks. Cara kerja sistem kendali PLC dapat dipahami dengan diagram blok seperti

ditunjukkan pada Gambar 1.1

Page 4: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 4h

Gambar 1.1 Blok Diagram PLC

Dari gambar terlihat bahwa komponen sistem kendali PLC terdiri atas PLC, peralatan input,

peralatan output, peralatan penunjang, dan catu daya. Penjelasan masing-masing komponen

sebagai berikut :

1. PLC

PLC terdiri atas CPU (Central Processing Unit), memori, modul interface input dan

output program kendali disimpan dalam memori program. Program mengendalikan PLC

sehingga saat sinyal iput dari peralatan input on timbul respon yang sesuai. Respon ini

umumnya mengonkan sinyal output pada peralatan output. CPU adalah mikroprosesor

yang mengkordinasikan kerja sistem PLC. ia mengeksekusi program, memproses sinyal

input/ output, dan mengkomunikasikan dengan peralatan luar. Memori adalah daerah yang

menyimpan sistem operasi dan data pemakai. Sistem operasi sesungguhnya software

sistem yang mengkordinasikan PLC. Program kendali disimpan dalam memori pemakai.

Ada dua jenis memori yaitu : ROM (Read Only Memory) dan RAM (Rando Access

Memory). ROM adalah memori yang hanya dapat diprogram sekali. Penyimpanan

program dalam ROM bersifat permanen, maka ia digunakan untuk menyimpan sistem

operasi. Ada sejenis ROM, yaitu EPROM (Erasable Programmable Read Only Memory)

yang isinya dapat dihapus dengan cara menyinari menggunakan sinar ultraviolet dan

kemudian diisi program ulang menggunakan PROM Writer.

Page 5: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 5h

2. Peralatan Input

Peralatan input adalah yang memberikan sinyal kepada PLC dan selanjutnya PLC

memproses sinyal tersebut untuk mengendalikan peralatan output. Peralatan input itu

antara lain:

Berbagai jenis saklar, misalnya tombol, saklar toggle, saklar batas, saklar level, saklar

tekan, saklar proximity.

Berbagai jenis sensor, misalnya sensor cahaya, sensor suhu, sensor level,

Rotary encoder

3. Peralatan Output

Sistem otomasi tidak lengkap tanpa ada peralatan output yang dikendalikan.

Peralatan output itu misalnya:

Kontaktor

Motor listrik

Lampu

Buzer

4. Peralatan Penunjang

Peralatan penunjang adalah peralatan yang digunakan dalam sistem kendali PLC,

tetapi bukan merupakan bagian dari sistem secara nyata. Maksudnya, peralatan ini

digunakan untuk keperlua tertentu yang tidak berkait dengan aktifitas pegendalian.

Peralatan penunjang itu, antara lain:

Berbagai jenis alat pemrogram, yaitu komputer, software ladder, konsol pemrogram,

programmable terminal, dan sebagainya.

Berbagai software ladder, yaitu : SSS, LSS, Syswin, Step 7 dan CX Programmer, GX

Developer.

Berbagai jenis memori luar, yaitu : disket, CD ROM, flash disk.

Berbagai alat pencetak dalam sistem komputer, misalnya printer, plotter.

Page 6: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 6h

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Plant Processing (Processing Station)

Processing adalah sebuah ketentuan umum dalam langkah-langkah produksi seperti forming,

form change, machining, dan joining. Menurut VDI 2860,” Forming is the creation of

geometrically determined bodies made of formless substances. Form changeis the changing

of geometrical shapes and/or the dimensions of bodies. Machining is the changing of

material characteristics and/or surface finish of bodies. Joining is the permanent joining of

several bodies.”

Adapun fungsi dari plant processing (processing station) yaitu;

a) Untuk mengecek karakteristik dari sebuah benda kerja (misalnya: apakah sebuah

lubang sudah benar letaknya?)

b) Untuk proses pemesinan dari sebuah benda kerja

c) Untuk memberikan sebuah benda kerja ke proses selanjutnya atau sekuen berikutnya

atau stasion selanjutnya

Pada sebuah plant processing (processing station) terdapat beberapa komponen yaitu;

a) Rotary Indexing Table Module

Rotary indexing table module dapat berputar karena adanya sistem DC gear-motor.

Setiap plate yang terdapat pada rotary table ini dilengkapi dengan lubang yang

nantinya dapat diintegrasikan dengan sebuah sensor.

Gambar 2.1 Rotary Indexing Table Module

Page 7: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 7h

b) Testing Module

Testing module digunakan untuk mengecek posisi dari sebuah benda kerja, apakah

benda tersebut terbalik atau tidak. Bila posisi benar maka silinder akan menonjok

hingga posisi maksimalnya. Alat ini juga dilengkapi dengan sensor proximity induktif

yang terletak pada atas silinder.

Gambar 2.2 Testing Module

c) Drilling Module

Drilling module digunakan untuk proses simulasi dari internal grinding/polishing.

Alat ini dilengkapi dengan 2 limit switches pada posisi maksimum dan minimum dari

pergerakan naik-turun drilling module ini.

Gambar 2.3 Drilling Module

Page 8: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 8h

d) Clamping Module

Clamping module digunakan untuk proses pencekaman sebagai syarat bahwa proses

drilling bisa berlanjut.

Gambar 2.4 Clamping Module

e) Sorting Gate Module, Electrical

f) Profile Plate

g) Trolley

h) Control Console

i) PLC Board

Gambar 2.5 Gambar Plant Processing (Processing Station)

Page 9: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 9h

2.2 Tutorial GX Developer

2.2.1 Apa itu GX Developer?

GX Developer adalah sebuah perangkat lunak/software keluaran MELSOFT Mitsubishi yang

dapat digunakan untuk membuat sebuah program PLC(baik itu berupa ladder diagram

maupun grafcet/SFC) dimana PLC yang dapat diprogram adalah PLC keluaran Mitsubishi

baik itu FX series, maupun Q series.

Gambar 2.6 Software GX Developer

2.2.2 Langkah-langkah membuat project baru di GX Developer

a) Pertama pastikan pada komputer telah terpasang software GX Developer, kemudian

buka GX Developer, tampilannya sebagai berikut;

Page 10: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 10h

Gambar 2.7 Tampilan utama GX Developer

b) Pada kiri atas, klik >Project, kemudian pilih >New project, seperti yang terlihat pada

gambar di bawah ini;

Gambar 2.8 Tampilan Box Project

c) Setelah itu akan muncul box seperti pada gambar di bawah ini, pilih >PLC series

untuk memilih PLC series yang akan digunakan, pilih >PLC type untuk memilih

tipe PLC yang akan digunakan, pilih option >Program type untuk memilih tipe

program yang akan digunakan, bila sudah kemudian klik >OK.

Page 11: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 11h

Gambar 2.9 Tampilan Box New project

d) Setelah itu akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini, selanjutnya:

A. Klik salah satu device, misalnya kita memilih kontak NO, tekan ikon pada

toolbar atau tekan F5.

B. Isi alamat device tersebut, untuk input gunakan simbol ‘X’ kemudian angka di

belakang X merupakan alamat device tersebut.

C. Lalu tekan OK atau tekan Enter pada keyboard.

Page 12: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 12h

e) Setelah itu akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini.

f) Untuk device output, dalam penulisan terdapat perbedaan yaitu menggunakan ikon

coil atau tekan F7 kemudian simbol yang digunakan yaitu ‘Y’ dan di belakang Y

adalah alamat dari device output tersebut.

g) Setelah itu tampilan akan berubah menjadi seperti gambar di bawah ini.

h) Langkah selanjutnya yaitu meng-convert program yang telah dibuat dengan cara klik

>Convert pada toolbar dan kemudian klik >Convert pada subtoolbar atau tekan F4

untuk cara pintasnya.

Page 13: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 13h

i) Setelah itu tampilan pada program akan berubah seperti gambar di bawah ini, yang

tadinya program diblok dengan warna abu-abu kemudian warna abu-abu akan

menghilang tanda bahwa program telah di-convert.

2.2.3 Langkah-langkah mengecek koneksi GX Developer dengan PLC

a) Pertama pastikan kabel USB-to-PLC (Prolific) sudah terpasang.

b) Kemudian cek COM port pada device manager.

Page 14: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 14h

c) Setelah itu pilih >Online pada toolbar, kemudian pilih >Transfer setup pada

subtoolbar.

d) Kemudian akan muncul box Transfer setup seperti gambar di bawah ini.

e) Setelah itu sesuaikan COM port yang digunakan pada device manager dengan cara

double klik pada Serial.

Page 15: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 15h

f) Setelah itu akan muncul pilihan seperti gambar berikut ini, pilih COM yang

digunakan, kemudian klik >OK.

g) Kemudian klik >Connection test, dikatakan berhasil jika muncul dialog box yang

menyatakan “Succesfully connected to ...”

h) Terakhir pilih >OK untuk mengakhirinya.

Page 16: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 16h

2.2.4 Langkah-langkah menuliskan(write) program ke PLC

a) Pertama pilih >Online pada toolbar kemudian pilih >Write to PLC pada subtoolbar.

b) Kemudian akan muncul box seperti gambar di bawah ini, pilih checkbox MAIN dan

PARAMETER, kemudian klik >Execute.

c) Setelah selesai klik> Close untuk menutup box.

d) Program pun dapat dijalankan pada PLC dengan cara mengubah switch RUN pada

PLC.

e) Kita juga dapat mengawasi sekaligus meng-edit program yang sedang berjalan

dengan cara memilih >Online pada toolbar kemudian pilih >Monitor dan kemudian

pilih >Monitor(Write mode) seperti gambar di bawah ini.

Page 17: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 17h

BAB III

PRAKTIKUM PROCESSING STATION

3.1 Tujuan

a) Mahasiswa dapat membuat program PLC menggunakan software GX Developer

baik itu menggunakan metode ladder diagram ataupun metode grafcet.

b) Mahasiswa dapat memahami proses sekuensial pada processing station.

c) Mahasiswa dapat membuat program PLC untuk menggerakkan proses pada

processing station baik itu secara manual maupun otomatis.

3.2 Alat dan bahan

a) Laptop yang dilengkapi dengan software GX Developer

b) Kabel Prolific (USB-to-Serial)

c) Processing station (PLC:Mitsubishi FX2N(C))

3.3 Deskripsi

Prinsip kerja

a. Otomatis

Sensor benda kerja setelah mendeteksi benda kerja dan push button START

ditekan maka rotary table akan berputar sekali, yaitu akan memindahkan benda kerja

ke proses checking. Sampai di stasiun checking, sensor akan mendeteksi benda kerja

dan kemudian silinder checking akan turun dan kemudian naik kembali tanda benda

telah dicek. Kemudian rotary table akan berputar sekali lagi, sehingga benda kerja

akan masuk ke stasiun drilling. Setelah sensor pada stasiun drilling mendeteksi benda

kerja maka silinder cekam maju untuk mencekam benda kerja setelah itu bor akan

menyala dan turun serta naik kembali untuk proses drilling. Setelah itu rotary table

akan berputar sekali lagi, sehingga benda kerja akan masuk stasiun sortir untuk

disortir. Demikian seterusnya hingga proses dihentikan dengan push button STOP

atau push button RESET yang mengembalikan proses ke posisi awal.

b. Manual

Pada proses manual, proses yang terjadi sama namun yang membedakan yaitu

untuk setiap prosesnya operator harus menekan push button START.

Page 18: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 18h

3.4 Fungsi Tombol

a. X010 (Start)

Tombol ini berfungsi untuk memulai proses prosesing dengan syarat prosesing

station harus berada dalam kondisi ready position.

b. X011 (Stop)

Tombol ini berfungsi untuk menghentikan proses prosesing tepat pada saat

ketika tombol sehingga prosesing tidak akan melanjutkan proses

c. X012 (Auto / Manual)

X012 merupakan selector untuk memilih kondisi Auto / Manual. Apabila Auto

aktif, maka proses akan berlangsung terus menerus hanya dengan sekali

menekan tombol start. Apabila sensor mendetect benda kerja, maka proses akan

kembali mengulang dari awal tanpa harus menekan tombol start terlebih dahulu.

Keadaan Manual meruapakan keadaan dimana harus menekan tombol start

(X010) dalam setiap prosesnya.

d. X013 (Reset)

Tombol ini berfungsi mengembalikan silinder dan gripper pada ready position

setelah tombol stop ditekan yang menyebabkan proses prosesing berhenti.

3.5 Allocation I/O, Memory, Timer

3.5.1 Input

Page 19: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 19h

3.5.2 Output

3.5.3 Memory

Page 20: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 20h

3.5.4 Timer

Page 21: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 21h

3.6 State Diagram

3.7 Electrical dan PLC Wiring

3.7.1 Electrical Wiring

Page 22: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 22h

Page 23: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 23h

3.7.2 PLC Wiring

Page 24: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 24h

3.8 Ladder diagram dan Analisa

3.8.1 Deklarasi Input Sensor

Input sensor dari stasion terlebih dahulu di deklarasikan pada memori untuk

memudahkan pemanggilan input pada pemrograman. Misalkan jika ingin memanggil

Input 1B2 yang sebagai limit switch level bawah maka hanya perlu memanggil

memori 5 (M5). Pendeklarasian input pada memori ini merupakan standarisasi

pemrograman ladder Jepang.

Page 25: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 25h

3.8.2 Skema Pemrograman Mode

Program ladder diatas menunjukan pemilihan mode pada pengoperasian

stasion processing. Terdapat dua mode pengoperasian yaitu mode manual dan mode

auto. Pada mode auto memori M7 sebagai pentrigger awal pengoperasian. M7 akan

aktif jika selektor switch auto/manual X012 pada kondisi open contact / NO,

kemudian push button start X010 ditekan dan kontak NO dari M7 melakukan self

holding sehingga mempertahankan kondisi M7 agar tetap aktif. Sedangkan pada

mode manual M8 sebagai pentrigger awalnya. Berbeda dengan mode auto, mode

manual aktif jika selektor switch auto/manual pada kondisi close contact, kemudian

push button ditekan dan kontak NO dari M8 akan melakukan self holding untuk

mempertahankan kondisi M8 agar tetap aktif. Kedua mode tidak akan bisa aktif

secara bersamaan karena terdapan kontak NC yang berlawanan sebagai pemutus dari

kedua mode tersebut. M7 akan nonaktif jika M8 aktif karena terdapat kontak NC dari

M8 pada line menuju coil M7. Dan juga sebaliknya M8 akan nonaktif jika M7 aktif,

karena terdapat kontak NC dari M7 pada line menuju coil M8. Masing-masing mode

memiliki indikator lampu sebagai informasi bagi operator. Mode auto mempunyai

indikator Q4 dengan alamat output Y014 dan mode manual mempunyai indikator Q5

dengan alamat output Y015.

Page 26: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 26h

3.8.3 Skema Pemrograman Tombol

PROGRAM UTAMA

Pada program ladder diatas menunjukan skema untuk mengaktifkan suatu

fungsi MCR. MCR adalah suatu fungsi pengaktif system dan penonaktif system.

Sistem yang dimaksud berupa runtutan program ladder yang mengandung suatu

proses kerja, mencakup awal pemrograman hingga akhir pemrograman proses kerja.

Dalam hal ini MCR digunakan sebagai RESET. Kondisi awal MCR akan aktif karena

terdapat kontak NO dar PB stop. Perlu diketahui push button stop memiliki kondisi

awal NC sehingga jika diberi kontak NO maka dia akan mengalir. Dan ketika push

button start X010 ditekan maka M41 akan aktif dan mempertahankan kondisinya

karena kontak NO M41 melakukan self holding. Dan kontak NO yang lain

mengaktifkan MCR sehingga sistem proses kerja akan berjalan. Kondisi akan berubah

jika push button stop X011 ditekan, maka M41 akan nonaktif sehingga sistem proses

kerja akan nonaktif. Dan untuk mengaktifkan kembali sistem dibutuhkan push button

reset X013.

Page 27: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 27h

3.8.4 Lamp Start and Reset Blinking

Program ladder diatas menunjukan proses blinking yang terjadi pada LED

yang terdapat pada push button start dan reset. Reset Blinking Y011 akan aktif jika

push button stop ditekan sehingga mengaktifkan memori M42 dan kontak NO nya

melakukan self holding untuk mempertahankan kondisinya. Kontak NO M41 yang

lainnya sebagai trigger awal dari Y011, kemudian proses blinking diatur dengan

fungsi M8013 yang akan selalu memberi pulsa setiap 0,5 detik sehingga Y011 akan

aktif secara blinking. Begitu pula dengan start blinking Y010 yang akan aktif jika M0

sensor proximity B3 rotary table aktif, M1 sensor proximity PART_AV aktif dan

fungsi memori blinking M8013.

Page 28: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 28h

3.8.5 Deklarasi Kondisi Bersamaan

Program ladder diatas menunjukan pendeklarasian suatu kondisi yang harus

digunakan secara bersamaan. Kondisi ready M9 digunakan jika M0 dan M1 aktif.

Kemudian kondisi detect stamp M10 digunakan jika M0 dan M2 aktif. Dan kondisi

detect drill M11 digunakan jika M0 dan M4 aktif sehingga M11 akan aktif.

3.8.6 Mode Auto

Page 29: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 29h

Mula-mula proses auto berjalan ketika mode auto aktif M7 dan M9 aktif yang

artinya PART_AV dan proximity rotary table aktif maka perotasian pertama akan berjalan.

Kemudian rotasi akan berhenti ketika M10 aktif dan mengaktifkan koil M13.

Sehingga kontak NC M13 menjadi pemutus line menuju rotasi 1 sehingga rotasi 1 nonaktif

dan menyatakan proses rotasi pertama selesai.

Pada proses stamp dibutuhkan syarat proses sebelumnya yaitu M13 tetapi akan

lebih baik digunakan delay untuk gerakan yang lebih halus. Sehingga syarat yang dipakai

yaitu T0 delay to stamp kemudian syarat selanjutnya yaitu M10 harus aktif. Jika syarat-syarat

tersebut terpenuhi maka M14 akan aktif sehingga kontak NO nya melakukan self holding

untuk mempertahankan kondisinya dan kontak NC nya memutus aliran pada koil M13. Timer

T8 akan mendelay waktu stamping selama 30 detik.

Page 30: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 30h

Untuk menghentikan proses stamp dibutuhkan syarat M3 yaitu sensor

proximity B4 dan juga proses sebelumnya T8. Memori stop stamp M15 akan aktif

dan dipertahankan kondisinya oleh kontak NO nya yang melakukan self holding dan

kontak NC dari M15 akan memutus aliran pada koil M14.

Kemudian dilanjutkan pada perotasian yang kedua yaitu hanya dengan

syarat proses sebelumnya M15. Maka M16 akan aktif melakukan rotasi 2 yang kontak

NO nya melakukan self holding untuk mempertahankan kondisi dan kontak NC nya

memutus aliran koil M15.

Untuk menghentikan rotasi dibutuhkan syarat dari proses sebelumnya M16

dan sensing pada detect drill M11. Memori stop rotasi 2 akan aktif yang kontak NO

Page 31: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 31h

nya melakukan self holding untuk mempertahankan kondisi dan kontak NC nya

memutus aliran koil M16.

Pada proses clamp dibutuhkan syarat M11 dan proses sebelumnya M17

tetapi akan lebih baik digunakan delay untuk gerakan yang lebih halus. Sehingga

syarat yang dibutukan yaitu T1 dan M11. M18 akan aktif yang kontak NO nya

melakukan self holding untuk mempertahankan kondisi dan kontak NC nya memutus

aliran koil M17.

Pada proses drill dibutuhkan syarat dari proses sebelumnya yaitu M18 tetapi

akan lebih baik digunakan delay untuk memperhalus gerakan. Sehingga syarat yang

dibutuhkan hanya T2. M19 akan aktif dan kontak NO nya melakukan self holding

untuk mempertahankan kondisinya.

Page 32: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 32h

Pada proses turunnya spindle dibutuhkan syarat sebelumnya yaitu M19.

Kemudian M20 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self holding untuk

mempertahankan kondisi. Juga Timer T3 akan aktif selama 3 detik untuk menghitung

lamanya proses. Ketika waktu 3 detik telah tercapai maka kontak NO nya menjadi

syarat agar spindle kembali ke atas pada posisi semula. Juga syarat yang dibutuhkan

spindle untuk naik yaitu M5 limit switch bawah. M21 akan aktif yang kontak NO nya

melakukan self holding dan kontak NC nya memutus aliran koil M21. Dengan

demikian spindle kembali pada posisi semula.

Proses selanjutnya yaitu stop holding yang membutuhkan syarat M6 limit

switch level atas dan proses sebelumnya M21. M22 akan aktif yang kontak NO nya

Page 33: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 33h

melakukan self holding dan kontak NC nya memutus aliran koil M21, M19, dan M18

untuk menghentikan proses spindle naik, drill, dan clamp secara bersamaan.

Kemudian dilanjutkan pada proses rotasi yang ketiga dimana dibutuhkan

syarat proses sebelumnya M22. M23 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self

holding dan kontak NC nya memutus aliran koil M22. Untuk menghentikan rotasi

dibutuhkan proses sebelumnya yaitu M23 dan M0 sensing pada rotary table. M24

akan aktif yang kontak NO nya melakukan self holding dan kontak NC nya memutus

aliran koil M23 sehingga rotasi berhenti.

Page 34: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 34h

Selanjutnya pada proses yang terakhir pada mode auto yaitu move. Proses

ini membutuhkan syarat proses sebelumnya T4 dan sensing rotary table M0. M25

akan aktif dan kontak NO nya melakukan self holding dan kontak NC nya memutus

aliran koil M24. Ketika M25 aktif timer T5 akan menghitung selama 1 detik dan jika

waktu tersebut tercapai maka kontak NC T5 akan memutus proses terakhir move M25

sehingga proses selesai.

3.8.7 Mode Manual

Mula-mula proses manual berjalan ketika mode manual aktif M8 dan ketika M9

aktif yang artinya PART_AV dan proximity rotary table aktif maka perotasian pertama akan

berjalan. Rotasi akan berhenti ketika M10 aktif detect stamp yang menyebabkan M27 aktif

kemudian kontak NC nya memutus aliran koil rotasi 1.

Page 35: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 35h

Kemudian proses selanjutnya yaitu stamping. Proses ini membutuhkan

syarat proses sebelumnya dan tentunya push button start X010. M28 akan aktif yang

kontak NO nya melakukan self holding dan kontak NC nya memutus aliran proses

sebelumnya M27. Ketika M28 aktif secara bersamaan timer T6 juga aktif untuk

mendelay lamanya proses stamping. Dan proses stamp akan berhenti ketika sensor

proximity B4 aktif dengan alamat M3 dan kontak NO dari Timer T6. Sehingga M29

aktif yang kontak NC nya memutus aliran koil M28 dan kontak NO nya melakukan

self holding. Ini menunjukan proses stamp telah selesai.

Page 36: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 36h

Dan selanjutnya proses rotasi kedua. Proses ini membutuhkan syarat proses

sebelumnya M29 dan juga push button start X010. M30 aktif yang kontak NO nya

melakukan self holding dan kontak NC nya memutus proses sebelumnya M29. Untuk

menghentikan rotasi dibutuhkan syarat M30 dan detect drill M11. M31 akan aktif

yang kontak NO nya melakukan self holding dan kontak NC nya memutus aliran koil

M30.

Pada proses clamp dibutuhkan syarat push button start X010, M11, dan

proses sebelumnya M31. M32 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self

holding dan kontak NC nya memutus proses sebelumnya.

Page 37: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 37h

Pada proses drill membutuhkan syarat push button start X010 dan proses

sebelumnya M32. M33 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self holding.

Selanjutnya proses turunnya spindle yang membutuhkan syarat sebelumnya

yaitu M33 dan push button start X010 . Kemudian M340 akan aktif yang kontak NO

nya melakukan self holding untuk mempertahankan kondisi. Kemudian terdapat

memorri penampung sementara yang fungsinya untuk menahan laju spindle keatas

yaitu M40. M40 membutuhkan syarat proses sebelumnya M34 dan limit switch level

bawah M5. M40 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self holding

Page 38: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 38h

Untuk Menaikan posisi spindle dibutuhkan syarat push button start dan

M40. M35 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self holding dankontak NC nya

memutus M34, dan M40. Sehingga spindle berada pada posisi semula.

Pada proses ini bertujuan untuk menghentikan proses clamp. Dibutuhkan

syarat push button start M10 dan proses sebelumnya M35. M36 aktif yang kontak NO

nya melakukan self holding dan kontak NC nya memutus aliran koil M35, M33, dan

M32. Sehingga proses drill dan clamp berhenti bersamaan.

Page 39: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 39h

Selanjutnya proses rotasi ketiga yang membutuhkan syarat M36 dan push

button start X010. M37 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self holding dan

kontak NC memutus aliran koil M36. Rotasi ketiga berhenti ketika M37 dan M0

aktif. Maka M38 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self holding dan kontak

NC nya memutus aliran koil M37.

Proses terakhir yaitu move. Proses ini membutuhkan syarat push button

start X010 dan proses sebelumnya M38. M39 akan aktif yang kontak NO nya

melakukan self holding dan kontak NC nya memutus aliran koil M38. Proses ini

memerlukan delay timer T7 selama 1 detik. Ketika waktu tercapai maka kontak NC

T7 akan memutus aliran koil M39 sehingga proses selesai.

Page 40: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 40h

3.8.8 Output

Page 41: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 41h

Memori pada proses auto dan manual menjadi input bagi output sebenarnya.

BAB IV

Page 42: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 42h

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah melaksanakan Praktek di Laboratorium FMS (Flexible Manufacturing

System) selama 5 hari penyusun mendapatkan beberapa hal yang penting sebagai

tambahan wawasan baik ilmu pengetahuan. Dan pada uraian ini penyusun mengajak

rekan-rekan untuk meningkatkan lagi wawasannya diberbagai bidang khusunya dibidang

MEKATRONIKA. Sebelum mengakhiri penulisan laporan ini ada beberapa hal yang perlu

penyusun sampaikan diantaranya mengenai kesimpulan yaitu:

1. Mahasiswa dapat mengindentifikasi alamat I/O pada station handling dan

prosesing dengan bantuan control box atau I/O Sim

2. Sebelum mahasiswa membuat program PLC dengan metode ladder pada station

handling dan prosesing. Maka harus membuat diagram langkahnya supaya

memudahkan mahasiswa dalam melakukan pemograman dengan bantuan software

GX Developer.

3. Sebelum mentransfer program ke PLC, mahasiswa memastikan sambungan port

sudah sesuai antara laptop dengan PLC

4. Mahasiswa mengetahui prinsip kerja dari setiap station.

4.2 Kendala

Adapun beberapa kendala dan hambatan yang dialami penulis selama

melaksanakan praktikum FMS-1 ini, yaitu Operating system dari laptop yang digunakan

oleh penulis tidak mendukung daripada driver hardware yang digunakan dalam

praktikum khususnya USB-to-serial (Prolific), sehingga sering terjadi error pada laptop

penulis.

4.3 Saran

Adapun saran-saran serta masukkan dari penulis setelah melaksanakan parktikum

FMS-1, yaitu mungkin diperlukan pengantar awal dalam praktikum FMS, misalnya

software-software pendukung untuk melaksanakan praktikum FMS-1 serta penjelasan

Page 43: 03 Aldy Rachman_214341075_FMS1

PRAKTIKUM FMS

FMS-1 Hal. 43h

mengenai driver hardware yang digunakan sehingga peserta praktikum dapat sebelumnya

menyiapkan instalasi driver yang tepat.