Upload
berly-dwikaryani
View
32
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA II
I. NOMOR PERCOBAAN : 1
II. JUDUL PERCOBAAN : NATA DE COCO
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan Nata De Coco dengan menggunakan air
kelapa dan bakteri Acetobacter xylinum
2. Untuk mengetahui komposisi dalam Nata De Coco
IV. LANDASAN TEORI
Nata adalah produk fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum pada substrat
yang mengandung gula. Bakteri tersebut menyukai kondisi asam dan memerlukan
nitrogen untuk stimulasi aktifitasnya. Glukosa substrat sebagian akan digunakan bakteri
untuk aktifitas metabolisme dan sebagian lagi diuraikan menjadi suatu polisakarida
yang dikenal dengan “extracelluler selulose” berbentuk gel. Polisakarida inilah yang
dinamakan nata (Suharsini, 1999)
Nata adalah selulosa hasil sisntesis gula oleh bakteri Acetobacter xylinum
berbentuk agar, berwarna putih dan mengandung air sekitar 98%. Nata de cashew
dikonsumsi sebagai makanan tambahan, bahan pencampur coctail, yogurt dan sebagai
makanan penutup. Nata tergolong makanan yang berkalori rendah karena mengandung
serat pangan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pencernaan makanan
yang terjadi dalam usus dan penyerapan air dalam usus besar (Muljoharjdo dalam
Suharsini, 2010)
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat bahwa nata adalah kumpulan sel
bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung
pada bagian permukaan cairan (nata tidak akan tumbuh di dalam cairan). Bahan yang
dapat digunakan sebagai media untuk pembuatan nata adalah air kelapa sehingga
produknya dikenal dengan nata de coco.
Saat ini nata yang paling banyak adalah nata yang berbahan baku air kelapa atau
yang dikenal dengan Nata de Coco, nata yang berbahan baku air tahu atau yang dikenal
dengan Nata de Soya, serta nata yang berbahan baku dari air singkong/ketela atau sering
disebut Nata de Casava. Padahal bahan pembuatan nata itu sendiri tidak hanya terbatas
1
dari air kelapa, air tahu maupun air singkong saja, namun air cucian beras juga
memenuhi syarat untuk tempat tumbuhnya bakteri Acetobacter xylinum, karena di
dalam air cucian beras terdapat kandungan gula, karbohidrat, Vitamin B1 (tiamin) dan
serat pangan (fiber). Prinsip utama suatu bahan pangan dapat diolah menjadi nata adalah
adanya kandungan karbohidrat yang cukup memadahi. Selain nata de coco dikenal pula
nata yang lain sesuai dengan bahan utama pembuatannya, seperti sari nanas (nata de
pina), kedelai (nata de soya) atau buah lain yang mengandung glukosa. Nata tersusun
dari senyawa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum.
Acetobacter xylinum dapat hidup dalam air kelapa dan juga dalam buah-buahan
yang mengandung glokosa dalam cairan buah nenas, yang kemudian diubah menjadi
selulosa dan dikeluarkan ke permukaan sel. Lapisan selulosa ini terbentuk selapis demi
selapis pada permukaan sari buah, sehingga akhirnya menebal inilah yang disebut nata.
Budidaya nata ditinjau dari segi teknologi, memberikan manfaat sebagai berikut:
Mengolah limbah air kelapa secara produktif,
Dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, tanpa lat-alat mahal (canggih)
Bersifat padat karya.
Namun apabila ditinjau dari hasil produksinya, akan memberikan manfaat sebagai
berikut:
Meningkatkan pendapatan keluarga,
Menigkatkan diet rendah kalori dan diet penderita diabetes,
Jika produksi secara besar-besaran, dapat merupakan salah satu komoditas ekspor
non migas yang cukup potensial.
Bakteri Acetobacter xylinum
Acetobacter adalah sebuah genus bakteri penghasil asam asetat, ditandai dengan
kemampuannya mengubah etanol (alkohol) menjadi asam asetat (asam cuka) dengan
bantuan udara. Ada beberapa bakteri dari golongan lain yang mampu menghasilkan
asam asetat dalam kondisi tertentu, namun semua anggota genus Acetobacter dikenal
memiliki kemampuan ini.
Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan
dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon (C) dan Nitrogen (N), melalui
proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan
2
enzim akstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau
selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan
lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga
transparan.
Starter atau biakan mikroba merupakan suatu bahan yang paling penting dalam
pembentukan nata. Sebagai starter, digunakan biakan murni dari Acetobacter xylinum.
Bakteri ini secara alami dapat ditemukan pada sari tanaman bergula yang telah
mengalami fermentasi atau pada sayuran dan buah-buahan bergula yang sudah
membusuk. Bila mikroba ini ditumbuhkan pada media yang mengandung gula,
organisme ini dapat mengubah 19 persen gula menjadi selulosa. Selulosa yang
dikeluarkan ke dalam media itu berupa benang-benang yang bersama-sama dengan
polisakarida berlendir membentuk jalinan yang terus menebal menjadi lapisan nata.
Nata yang terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum dalam sari buah
yang mengandung glukosa yang kemudian diubah menjadi asam asetat dan benang-
benang selulosa. Lama-kelamaan akan terbentuk suatu massa yang kokoh dan
mencapai ketebalan beberapa sentimeter. Selulosa yang dikeluarkan ke dalam media itu
berupa benang-benang yang bersama-sama dengan polisakarida berlendir membentuk
jalinan yang terus menebal menjadi lapisan nata.
Air Kelapa
Air kelapa mempunyai potensi yang baik untuk dibuat minuman fermentasi
karena kandungan zat gizinya yang kaya dan relatif lengkap, sehingga sesuai untuk
pertumbuhan mikroba. Komposisi gizi air kelapa tergantung pada umur kelapa dan
varietasnya. Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein, lemak, gula,
sejumlah vitamin, asam amino, dan hormon pertumbuhan. Kandungan gula maksimal,
yaitu 3 gram per 100 ml air kelapa, tercapai pada bulan keenam umur buah, kemudian
menurun dengan semakin tuanya kelapa. Jenis gula yang terkandung glukosa, fruktosa,
sukrosa, dan sorbitol.
Produksi air kelapa cukup berlimpah di Indonesia, yaitu mencapai lebih dari dua
juta liter per tahun. Namun, pemanfaatannya dalam industri pangan belum begitu
menonjol, sehingga masih banyak air kelapa yang terbuang percuma. Selain mubazir,
3
buangan air kelapa dapat menimbulkan polusi asam asetat yang terbentuk akibat
fermentasi air kelapa.
V. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan :
1. Kompor
2. Saringan
3. Pengaduk
4. Panci
5. Tali Plastik
6. Wadah Plastik
7. Koran
8. Gelas Takar
9. Timbangan
Bahan yang digunakan :
1. 2000 ml air kelapa
2. 200 gram gula pasir
3. 10 gram urea
4. 20 ml asam cuka
5. 200 ml bakteri Acetobacter xylinum
VI. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Saring air kelapa dengan menggunakan kain saring, campurkan dengan gula dan
urea, lalu didihkan kemudian tuang ke dalam wadah dan dinginkan.
2. Campurkan asam cuka ke dalam larutan hingga campuran tersebut mempunyai
keasaman (pH) 3-4.
3. Masukkan bibit Acetobacter xylinum ke dalam campuran tersebut lalu ditutup
dengan koran dan ikat dengan tali.
4. Letakkan wadah di tempat yang bersih dan aman. Setelah 15-20 hari
berlangsungnya proses fermentasi terbentuklah lapisan nata di permukaan cairan
4
dengan ketebalan 1-2 cm. Lapisan nata dengan berat + 200 g. Cairan dibawah
nata merupakan cairan bibit yang dapat digunakan untuk pembuatan nata
selanjutnya.
VII. DIAGRAM ALIR
VII. HASIL PENGAMATAN
No. Perlakuan dan kondisi Nata Keterangan
1. Proses pembuatan nata de coco (air kelapa) Air kelapa tidak berwarna
2. Penambahan Starter 2000 ml air kelapa + 200 ml
starter
3. Setelah 1 minggu Tidak terbentuk lapisan
nata, warnanya semakin
pekat, baunya juga semakin
tidak sedap, hal ini
membuktikan bahwa nata
pada air kelapa tidak
berhasil.
VIII.PERSAMAAN REAKSI
5
Ditambahkan asam cuka
Ditambahkan urea
Proses Fermentasi Acetobacter xylinum :
Glukosa Etanol Asam Cuka
Pembentukan asam cuka oleh bakteri Acetobacter xylinum adalah sebagai
berikut:
CH3CH2OH + O2 CH3COOH + H2O + energy
Etanol Starter Asam cuka
Glikolisis :
IX. PEMBAHASAN
6
Pada praktikum yang pertama ini yang dilkukan adalah pembuatan nata de coco
sebagai aktifitas bakteri Acetobacter xylinum. Kami membuat nata de coco dengan
wadah yang lebar karena untuk lebih memungkinkan keberhasilan pembuatan nata.
Namun setelah semua bahan jadi dan di diamkan di wadah tertutup selama 1minggu
hasilnya tidak terbentuk nata de coco. Ketidak berhasilan ini menyebabkan harus
dilakukan pengulangan praktikum namun tetap gaga untuk yang kedua dan ketiga
kalinya. Tahapan yang dilakukan pertama kali adalah membersihkan semua alat yang
digunakan dan harus steril, alat-alat yang digunakan harus bersih karena bakteri
Acetobacter xylinum hanya dapat berkembang di media yang bersih, jika alat yang
digunakan tidak bersih maka nata akan ditumbuhi jamur dan tidak terbentuk. Selain itu
penutup wadah yaitu koran yang digunakan juga harus steril dan tidak boleh basah
sehingga sebelum ditutupkan koran harus dipanaskan terlebih dahulu di dalam oven.
Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan
tumbuh optimal bila pH nya 4,3, oleh karena itulah harus ditambahkan asam cuka untuk
membuat media bersifat asam. Sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri
Acetobacter xylinum pada suhu 28°– 31 °C. Bakteri Acetobacter xylinum ini akan dapat
membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan
karbon dan nitrogenmelalui proses yang terkontrol. Penambahan gula sebagai sumber
nutrisi bagi Acetobacter xylinum untuk pertumbuhannya. Acetobacter xylinum akan
menguraikan gula yang kemudian membentuk lapisan nata. Acetobacter akan
menghasilkan asam asetat yang dapat menurunkan pH lingkungannya yang dalam hal
ini adalah nata. Semakin banyak penambahan gula dan konsentrasi starter dalam
pembuatan nata, maka pH yang dihasilkan semakin kecil atau semakin asam.
Proses pembentukan lapisan nata adalah sebagai berikut, Acetobacter xylinum
mengambil glukosa dari larutan gula, kemudian digabungkan dengan asam lemak
membentuk prekursor pada membran sel, kemudian keluar bersama-sama enzim yang
melakukan polimerisasi pada glukosa menjadi selulosa diluar sel. Prekursor dari
polisakarida tersebut adalah GDP-glukosa. Pembentukan prekursor ini distimulir oleh
adanya katalisator seperti Ca2+, Mg+. Prekursor ini kemudian mengalami polimerisasi
dan berikatan dengan aseptor membentuk selulosa. Acetobacter xylinum akan dapat
membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan
karbon dan nitrogen, melalui proses yang terkontrol. Pada kondisi demikian, bakteri
7
tersebut akan menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi
ribuan rantai serat atau selulosa.
Penambahan urea merupakan sumber nitrogen yang akan menstimulasi aktivitas
dari Acetobacter xylinum menjadi lebih sempurna sehingga ketebalan lapisan
meningkat, namun penambahan sumber nitrogen yang terlalu banyak akan menurunkan
kembali rendemen nata. Urea merupakan unsur nitrogen yang ditambahkan guna
merangsang pertumbuhan dan aktivitas bakteri Acetobacter xylinum.
Ketidaktelitian sangat memengaruhi kegagalan pembuatan nata pada kelompok
kami dimana nata yang dihasilkan tidak terbentuk dan menghasilkan jamur.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Penambahan asam cuka bertujuan untuk mengasamkan media yang digunakan.
2. Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan
tumbuh optimal bila pH nya 4,3.
3. Prekursor dari polisakarida yaitu GDP-glukosa akan mengalami polimerisasi
dan berikatan dengan aseptor membentuk selulosa yaitu nata
4. Air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen, melalui proses
yang terkontrol akan menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat menyusun
zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa.
5. Penambahan urea merupakan sumber nitrogen yang akan menstimulasi aktivitas
dari Acetobacter xylinum menjadi lebih sempurna sehingga ketebalan lapisan
meningkat
XI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Laporan Pembuatan Nata De Coco, (Online),
(http://laporankulia.blogspot.com/2012/07/laporan-pembuatan-nata-de-
coco.html¸ diakses 13 Mei 2014).
8
Hairani, Putri Mian. 2013. Laporan Praktikum Mikrobilogi Pembuatan Nata de Coco,
(Online), (http://putrimianhairani.blogspot.com/2013/06/laporan-praktikum-
mikrobiologi_9757.html, diakses 13 Mei 2014).
Prasetyo, Wahyu Aji. 2012. Pembuatan Nata, (Online).
(http://ajiprasetyo02.blogspot.com/2012/05/pembuatan-nata.html, dikases 13
Mei 2014).
9