Upload
mas-paijo-pelouk
View
387
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
00_Rencana Aksi Ditjen P2PL 2010-2014
Citation preview
RENCANA AKSI PROGRAMPENGENDALIAN PENYAKIT
DAN PENYEHATAN LINGKUNGANTAHUN 2010 - 2014
Kementerian Kesehatan Republik IndonesiaDirektorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan LingkunganTahun 2011
KATA PENGANTAR
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauandan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajatkesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentangSistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Perpres Nomor 5 Tahun2010 tentang RPJMN 2010-2014, Kementerian Kesehatan telah menyusunRencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang ditetapkan berdasarkanKepmenkes Nomor 021 Tahun 2011. Renstra tersebut merupakan dokumenperencanaan yang bersifat indikatif dan memuat berbagai programpembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan langsung olehKementerian Kesehatan untuk kurun waktu tahun 2010-2014, denganpenekanan pada pencapaian sasaran global, regional, nasional dan lokalserta dengan memperhatikan perubahan dinamis pembangunan kesehatan.
Dengan tersusunnya Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014,maka unit utama (Esleon I) berkewajiban menyusun Rencana Aksi Program5 (lima) tahunan, sedangkan unit Eselon II dan Satuan Kerja (Satker)menyusun Rencana Aksi Kegiatan 5 (lima) tahunan.
Melalui kesempatan ini, saya ingin menyampaikan penghargaan yang setinggitingginya dan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas perhatian,bantuan dan kontribusinya dalam penyusunan Rencana Aksi Program ini.
Semoga Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan Tahun 2010-2014 ini bermanfaat dalam penyusunan RencanaAksi Kegiatan dan peningkatan kinerja pengendalian penyakit dan penyehatanlingkungan di Indonesia.
Direktur Jenderal PP dan PL,
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama,Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCENIP 195509031980121001
i38
Lampiran 3
KONTRIBUTOR
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, dr. I Nyoman Kandun, MPH,dr. Indriono Tantoro, MPH, dr. Andi Muhadir, MPH, dr. Muhammad Subuh, MPHM, dr. RitaKusrihastuti, MSc, dr. Azimal, MKes, drh. Wilfred Purba, MKes, dr. Imam Triyanto,MPH, dr.Oenedo Gumarang, MPH, dr. Syahril Aritonang,MKes, dr. Slamet, MHA, dr. I NyomanMurtiyasa, dr. Tunggul P. Sihombing,MHA, drs. Maryadi Broto, Nandi Pinta, SKM, MEpid,Sudarko, SKM, M.Kes, dr. Bambang M Budiharto S, MM, dr. Yusnidar, M.Kes, Drs. Mawarzy,Rahmat Subakti,SKM,Mkes, Efrijon, SKM, Tadjudin Lodewyk, SH, H. Sabilal Rasyid, SKM,M.Kes, Abdul Salam, SKM, M.Si, Andiek Ochman, SKM, M .Kes, Shirley MR, SKM, M.Si, dr.H. Zamhir S, M.Epid, Alexander D Payung, M.kes, H. Anas, SKM, M.kes, Heri Widiyanto,SKM , MPPM, dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes, dr. H.Karsudi,Mkes, dr. Jefri HasurunganSitorus, Junghan Sitorus, SKM, M.Kes, Nehemia Solomahu, S.Sos, M.Kes, MangaturSimanjuntak, SKM, M.Kes, H. Sayuti, SKM ,M.Kes, Endang Saifudin, SKM, M.Kes, FauziSuherman, SKM, M.Epid, Bachtiar Agus W, SKM, MSc.PH, dr. Iskandar, M.Kes, WilheminaNahumury, S.Sos, Ruslan Fajar, SKM, Brata Sugema, SKM, Anshari, SKM, Warmo, SKM,MKes, dr. H.Sukiman, MKes, Daniel Supodo, Dipl.SE, MScPH, Syarifudin Labanu, SH, MM,Kaston Sidahuruk, SKM, DR. Hari Santoso, SKM, MEpid, Harry Purwanto, SKM.,M.Epid, dr.Sandra Diah Ratih, MHA, Moch. Mardi,SKM.,M.Kes, drg.Dyah Erti Mustikawati.,MPH, drWidyaningrum, dr. Arie Bratasena, drg. Rini Noviani, dr. Christina Widaningrum,Mkes, dr.Bangkit Hutajulu.,MSc.PH, drh. Misriyah.,M.Epid, Drs. Saktiyono.,MSc, drs. Winarno, MSc,dr. Siti Nadya,M.Epid, dr. Lili Banona Rivai.,M.,Epid, dr. Basalamah Fatum.,MKM, DR. SonnyP Warouw, SKM.,Mkes, Sumarsinah, SKM.M.Epid, dr. Cecep Ali Akbar, Zaenal IlyasNampira,SKM.,Mkes, drs. Nanang Besmawanto.,Msi, Dirman Siswoyo,SKM.,Mkes, Ir. BiskarKarmita.,MM, drs. Sri Wahyudi.,Mkes, Sujais, SKM, MM, Barlian, SH, MKes, DorsintaSimangunsong, SE, Atik Yuliharti, SKM, MKes, Marjuned,SKM.,Mkes, Astuki, SKM, SlametMulsiswanto, SKM, Drs. Edy Kusnadi SE, Slamet Mulsiswanto,SKM
EDITOR
dr. Yusharmen, DCommH.MSc, Bambang Wahyudi, SKM, MM,Achmad Djohari, SKM, MM, Raiseki, SKM, MM,
dr. Desak Made Wismarini, MKM, dr. Toni Wandra, M.Kes. Ph.D
SEKRETARIAT
Ir. Ade Sutrisno,M.Kes, Rachmat Basuki, SKM, MSc.PH, Sri Hartuti, SSos, MSi, HikmahSari, SKM, MSc.PH, dr. Theresia Hermin S, Syamsu Alam, SKM,M.Epid, Sherly Hinelo,SKM, MKM, Rusmawati Silaban, SKM, M.Kes, Nugroho, SKM, Muji Yuswanto, S.Kom,
Dhelina, S.Farm (Apt), Sumarno, S.Sos, Sri Suesti, SE, Nurmaijah, SH, Tuti Lestari, AMD,Husni Mocthar, SKM, dr Tia Mardiah.
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ..................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN.......................................................................... 1A. Latar Belakang ...................................................................... 1B. Kondisi Umum ....................................................................... 2C. Isu Strategis .......................................................................... 13D. Dasar Hukum ........................................................................ 14E. Organiasasi dan Ketenagaan ............................................... 15
II. VISI, MISI, NILAI-NILAI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS 16A. Visi ......................................................................................... 16B. Misi ........................................................................................ 16C. Nilai-nilai ................................................................................ 16D. Tujuan ................................................................................... 17E. Sasaran Strategis .................................................................. 18
III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI .......................................... 19A. Arah Kebijakan ...................................................................... 19B. Strategi .................................................................................. 20
IV. PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATANLINGKUNGAN ............................................................................. 20
V. PENYELENGGARAAN................................................................ 24
VI. KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN DIREKTORAT JENDERALPP DAN PL .................................................................................. 27
VII. PEMANTAUAN DAN PENILAIAN................................................ 29
VIII. PENUTUP.................................................................................... 29
LAMPIRAN
Lampiran 1. Matriks Kinerja Direktorat Jenderal PengendalianPenyakit dan Penyehatan Lingkungan ............................ 30
Lampiran 2. Matriks Pendanaan Direktorat Jenderal PengendalianPenyakit dan Penyehatan Lingkungan ........................... 37
Lampiran 3. Kontributor ....................................................................... 38
ii 37
1.P
ertu
mbu
han
Kaj
ian
Pen
yaki
tIn
feks
i un
tuk
men
unja
ngpr
ogra
m P
P d
an P
L2.
Kua
litas
Pel
ayan
an R
ujuk
anP
enya
kit
Infe
ksi
sesu
ai S
tand
ar(N
DR
, In
feks
i N
osok
omia
l)
1020
3040
50R
SP
I-S
S
3533
3128
25
No
.P
rog
ram
/Keg
iata
nO
utc
om
/Ou
tpu
tIn
dik
ato
rTa
rget
2010
2011
2012
2013
420
14
9.P
enge
mba
ngan
dan
peny
elen
ggar
aan
pusa
t ka
jian
dan
pusa
t ru
juka
nna
sion
al p
enya
kit
infe
ksi
Pen
yele
ngga
raan
kajia
n da
n ru
juka
nna
sion
al p
enya
kit
infe
ksi
Un
itO
rgan
isas
iP
elak
san
a
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatanmerupakan upaya untuk memenuhisalah satu hak dasar rakyat, yaituuntuk memperoleh pelayanankesehatan sebagai salah satu pilarutama dalam meningkatkan kualitassumber daya manusia, berdayasaing, dan indeks pembangunanmanusia. Untuk itu pembangunankesehatan bertujuan untukmeningkatkan kesadaran, kemauan,dan kemampuan hidup sehat bagisetiap orang. Sebagai bagian daripembangunan nasional, pemba-ngunan kesehatan hendaklahdilaksanakan secara sistematis danberkesinambungan.
Kontribusi dari seluruh komponenbangsa, baik melalui peranpemerintah, civil society organizationmaupun masyarakat (household)telah berhasil meningkatkan statuskesehatan dan gizi masyarakat. Halini terlihat dari beberapa indikator,seperti angka kematian ibumelahirkan dan angka kematian bayiyang terus menurun dan umurharapan hidup yang semakinmeningkat. Pencapaian tersebut jugatidak terlepas dari keberhasilanprogram pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan.
Keberhasilan program pengen-dalian penyakit dan penyehatanlingkungan antara lain ditandai
dengan meningkatnya cakupanimunisasi dan menurunya kejadianpenyakit yang dapat dicegah denganimunisasi, meningkatnya penemuankasus tuberkulosis secara aktifdisertai pengobatan, programeliminasi malaria, filariasis, dankusta, penemuan dan pengobatanHIV-AIDS secara intensif, pening-katan pengendalian diare danpneumonia, pengendalian faktorrisiko penyakit tidak menular,meningkatnya akses terhadapsumber air minum yang berkualitasdan sanitasi dasar yang layak,membaiknya kondisi kualitas airminum dari penyelenggara airminum, upaya percepatan pem-bangunan sanitasi pemukiman danpengembangan wilayah sehat.Upaya tersebut sejalan denganpengembangan pelayanan masya-rakat, seperti Jamkesmas bagipenduduk miskin, peningkatan aksesdan kualitas pelayanan melaluipengembangan pos kesehatan desa,penempatan tenaga medis dan non-medis, serta pemberian informasidan pengetahuan kesehatan dasarkepada seluruh lapisan masyarakatmenuju masyarakat yang mandiridalam mencapai derajat kesehatanyang setinggi tingginya.
Meskipun demikian, upaya yanglebih intensif masih sangatdiperlukan, mengingat masalahkesehatan masyarakat cenderungsemakin komplek dan munculnyatantangan baru baik dalam skalanasional, maupun global. Hal ini
36
No
.P
rog
ram
/Keg
iata
nO
utc
om
/Ou
tpu
tIn
dik
ato
rTa
rget
2010
2011
2012
2013
420
14
Un
itO
rgan
isas
iP
elak
san
a
1.Ju
mla
h U
PT
Ver
tikal
yan
g di
ting-
katk
an s
aran
a da
n pr
asar
anan
ya2.
Jum
lah
ranc
anga
n re
gula
si d
anst
anda
r ya
ng d
isus
un
Terk
enda
linya
sel
uruh
kon
disi
pote
nsia
l un
tuk
mel
akuk
an c
egah
tang
kal
peny
akit
di p
elab
uhan
,B
anda
r U
dara
dan
PLB
D (
Pos
Lin
tas
Bat
as D
arat
)
Jum
lah
Pem
erik
saan
lab
orat
oriu
mda
n lin
gkun
gan
untu
k pe
nyak
itbe
rpot
ensi
wab
ah,
peny
akit
men
ular
/tid
ak m
enul
ar p
riorit
as d
an f
akto
rre
siko
lin
gkun
gann
ya
5959
5959
59S
ekre
tari
atD
itjen
P2P
L21
2121
2121
100
100
100
100
100
KK
P
6075
7580
85B
BT
KL
6D
ukun
gan
Man
ajem
en d
anP
elak
sana
an T
ugas
Tekn
is L
ainn
ya p
ada
Pro
gram
Pen
gend
alia
nP
enya
kit
dan
Pen
yeha
tan
Ling
kung
an
7.P
enye
leng
gara
anP
P d
an P
L di
Pin
tuG
erba
ng N
egar
a
8.P
enye
leng
gara
anP
P d
an P
L be
rbas
isla
bora
tori
um
Men
ingk
atny
adu
kung
an m
anaj
emen
dan
pela
ksan
aan
tuga
s te
knis
lai
nnya
pada
Pro
gram
Pen
gend
alia
nP
enya
kit
dan
Pen
yeha
tan
Ling
kung
an
Terk
enda
linya
sel
uruh
kond
isi
pote
nsia
lun
tuk
mel
akuk
ance
gah
tang
kal
peny
akit
dipe
labu
han,
Ban
dar
Uda
ra d
an P
LBD
(P
osLi
ntas
Bat
as D
arat
Terl
aksa
nany
aP
emer
iksa
anla
bora
toriu
m d
anlin
gkun
gan
untu
kpe
nyak
it be
rpot
ensi
wab
ah,
peny
akit
men
ular
/tid
akm
enul
ar p
riorit
as d
anfa
ktor
res
iko
lingk
unga
nnya
2
terlihat dengan adanya tansisiepidemiologi, transisi demografi danlingkungan, perubahan sosia budayamasyarakat, perubahan keadanpolitik, ekonomi, keamanan,disparitas status kesehatan, kondisikesehatan lingkungan yang belummemadai, perubahan gaya hidupmasyarakat (lifestyle) yang tidaksehat dan meningkatnya faktor risikopenyakit, kinerja pelayanankesehatan yang belum optimal, sertaketerbatasan, kesenjangan danbelum meratanya distribusi SDMkesehatan. Sementara dalam skalaglobal, Indonesia dituntut untuk dapatmewujudkan sasaran MillenniumDevelopment Goals (MDGs) danmengimplementasikan IHR 2005.
B. Kondisi Umum
Gambaran kondisi umum derajatkesehatan masyarakat Indonesiadalam dasawarsa terakhirmengalami peningkatan. Hal initerlihat dari beberapa indikatorkesehatan seperti Angka KematianIbu (AKI) melahirkan menurun dari307 per 100.000 kelahiran hiduppada tahun 2004 menjadi 228 per100.000 kelahiran hidup pada tahun2007 (SDKI, 2007). Prevalensi gizikurang pada balita, menurun dari25,8% pada akhir tahun 2003menjadi 18,4% pada tahun 2007(Riskesdas, 2007). Angka KematianBayi (AKB) menurun dari 35 per1.000 kelahiran hidup pada tahun2004 menjadi 34 per 1.000 padatahun 2007 (SDKI, 2007). Angka
kematian Balita menurun dari 46 per1000 pada tahun 2003 (SDKI, 2003)menjadi 44 per 1000 pada tahun2007 (SDKI, 2007). Umur HarapanHidup (UHH) meningkat dari 66,2tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5tahun pada tahun 2007.
Berdasarkan laporan rutin daridaerah, cakupan nasional programimunisasi secara umum menunjuk-kan peningkatan. Program tersebutakan lebih dioptimalkan denganKegiatan GAIN (Gerakan AkselerasiImunisasi Nasional) Universal ChildImmunization (UCI) untuk lebihmeningkatkan persentase desa yangtelah mencapai UCI hingga diatas80% dimana pada tahun 2009 barumencapai 69,6%.
Pada periode tahun 2004-2009,prevalensi malaria (API) menun-jukkan gambaran yang fluktuatif.Pada tahun 2004 API di Indonesiasebesar 3,7 per 1000 penduduk,meningkat menjadi 4,1 per 1000penduduk pada tahun 2005,sedangkan pada periode tahun 2006-2009 kembali menurun, yaitu dari3,36 per 1000 penduduk (2006)menjadi 1,85 per 1000 penduduk(2009).
Intensifikasi bersama GF (GlobalFund) dalam pengendalian malariatelah dimulai pada tahun 2003 dikawasan Timur Indonesia, meliputiProvinsi Maluku, Maluku Utara, NusaTenggara Timur, Papua dan PapuaBarat yang merupakan daerah
35
No
.P
rog
ram
/Keg
iata
nO
utc
om
/Ou
tpu
tIn
dik
ato
rTa
rget
2010
2011
2012
2013
420
14
Un
itO
rgan
isas
iP
elak
san
a
1.P
erse
ntas
e pr
ovin
si
yang
mel
akuk
an p
embi
naan
penc
egah
an d
an p
enan
ggul
ang-
an
peny
akit
tidak
men
ular
(S
E,
dete
ksi
dini
, K
IE d
anpe
nang
anan
kas
us)
2.P
erse
ntas
e pr
ovin
si
yang
mem
puny
ai p
erat
uran
peru
ndan
g-un
dang
an t
enta
ngpe
nceg
ahan
dan
pen
angg
ulan
g-an
dam
pak
mer
okok
ter
hada
pke
seha
tan
(Sur
at E
dara
n/In
stru
ksi/S
K/P
erat
uran
Gub
ernu
r/P
ER
DA
)3.
Per
sent
ase
kabu
pate
n/ko
ta y
ang
mel
aksa
naka
n pe
nceg
ahan
dan
pena
nggu
lang
an p
enya
kit
tidak
men
ular
(S
E,
dete
ksi
dini
, K
IEda
n pe
nang
anan
kas
us)
4.P
erse
ntas
e ka
bupa
ten/
kota
yan
gm
elak
sana
kan
IVA
dan
CB
E d
ari
5% m
enja
di 2
5%.
5.P
erse
ntas
e ka
bupa
ten/
kota
yan
gm
empu
nyai
per
atur
anpe
rund
ang-
unda
ngan
ten
tang
penc
egah
an d
an p
enan
ggul
ang-
an d
ampa
k m
erok
ok t
erha
dap
kese
hata
n (S
urat
Eda
ran/
Inst
ruks
i/SK
/Per
atur
an W
alik
ota/
Bup
ati/
PE
RD
A)
tent
ang
penc
egah
an d
an p
enan
ggul
ang-
an d
ampa
k m
erok
ok t
erha
dap
kese
hata
n
5070
8090
100
Dir
ekto
rat
Pen
gend
alia
nP
enya
kit
Tida
kM
enul
ar
4060
8090
100
1015
2025
30
510
1520
25
1015
2025
30
5P
enge
ndal
ian
Pen
yaki
t Ti
dak
Men
ular
Men
ingk
atny
ape
nceg
ahan
dan
pena
nggu
lang
anpe
nyak
it tid
akm
enul
ar
3
malaria dengan endemisitas tinggi.Kegiatan utama adalah mening-katkan penemuan penderita secaraaktif melalui survei darah massal(mass blood survey), pembentukanposmaldes (pos malaria desa)sebagai salah satu bentuk pem-berdayaan masyarakat, kelambuni-sasi dan skrining malaria pada ibuhamil. Diharapkan denganintensifikasi ini, eliminasi malaria diIndonesia tahun 2030 dan MDGstahun 2015, yaitu angka penemuankasus malaria 1 per 1000 pendudukdapat tercapai.
Demam berdarah dengue (DBD)pertama kali dilaporkan di Surabayadan Jakarta pada tahun 1968.Kemudian jumlah kasus cenderungmeningkat dan daerah penye-barannya bertambah luas, sehinggapada tahun 1994 telah tersebar diseluruh provinsi Indonesia. Padaawalnya angka kematian DBDsangat tinggi, namun denganberbagai kegiatan pengendalianangka kematian tersebut dapatditekan hingga 1,2% pada tahun2004 dan 0,89% tahun 2009. Namunangka kesakitan DBD masih tetaptinggi, tahun 2004 tercatat sebesar37,01 per 100.000 penduduk dantahun 2009 meningkat menjadi68,22 per 100.000 penduduk.
Kejadian Luar Biasa (KLB)demam chikungunya dilporkanpertama kali di Samarinda,Kalimantan Timur pada tahun 1973.Sejak tahun 1985 seluruh propinsi di
Indonesia pernah melaporkanadanya KLB. Demam chikungunyatermasuk kelompok arbovirosisdengan gejala utama nyeri padapersendian, sehingga dikenalmasyarakat sebagai penyakit yangmenyebabkan “kelumpuhan”.Meskipun biasanya tidakmenyebabkan kematian, namunpenyakit ini menimbulkan kerugianekonomi dengan kehilangan waktukerja, karena harus beristirahatdalam waktu yang cukup lama.
Pada tahun 2000 eliminasifilariasis telah dilakukan melalui duapilar, yaitu pemutusan mata rantaipenularan dan penanganan kasus.Tahun 2000 jumlah kasus kumulatifyang ditemukan sebesar 6.233kasus, pada tahun 2004 dan 2009meningkat 6.998 dan 11.914 kasus.Pada tahun 2009 telah dilakukanpengobatan massal terhadap lebihdari 16 juta orang. Diharapkandengan keberhasilan penemuankasus dan pengobatan massal,eliminasi filariasis tahun 2020 dapatdicapai di Indonesia. Penyakit yangtergolong terabaikan yaitu penyakitkecacingan, akan ditingkatkankegiatan pengendaliannya melaluikerja sama lintas program dan lintassektor.
Di Indonesia juga ditemukanschistosomiasis (demam keong).Penyakit ini disebabkan oleh S.javonicum dengan hospes perantarakeong Oncomelania huensislindoensis. Daerah endemis di
34
No
.P
rog
ram
/Keg
iata
nO
utc
om
/Ou
tpu
tIn
dik
ato
rTa
rget
2010
2011
2012
2013
420
14
Un
itO
rgan
isas
iP
elak
san
a
1.P
erse
ntas
e pe
ndud
uk
yang
mem
iliki
ak
ses
terh
adap
air
min
um b
erku
alita
s2.
Per
sent
ase
kual
itas
air
min
umya
ng m
emen
uhi
syar
at3.
Per
sent
ase
pen
dudu
k ya
ngm
engg
unak
an j
amba
n se
hat
4.Ju
mla
h de
sa y
ang
mel
aksa
naka
nS
anita
si T
otal
Ber
basi
sM
asya
raka
t (S
TB
M)
5.P
erse
ntas
e ka
bupa
ten/
kota
/ka
was
an y
ang
tela
hm
elak
sana
kan
kabu
pate
n/ko
ta/
kaw
asan
seh
at6.
Per
sent
ase
pend
uduk
sto
pB
uang
Air
Bes
ar S
emba
rang
an(B
AB
S)
7.C
akup
an d
aera
h po
tens
ial
yang
mel
aksa
naka
n st
rate
gi a
dapt
asi
dam
pak
kese
hata
n ak
ibat
peru
baha
n ik
lim8.
Per
sent
ase
caku
pan
tem
pat-
tem
pat
umum
yan
g m
emen
uhi
syar
at k
eseh
atan
9.P
erse
ntas
e ca
kupa
n ru
mah
yan
gm
emen
uhi
syar
at k
eseh
atan
10.
Per
sent
ase
caku
pan
tem
pat
peng
olah
an m
akan
an y
ang
mem
enuh
i s
yara
t ke
seha
tan
11.
Per
sent
ase
prov
insi
yan
gm
emfa
silit
asi
peny
elen
ggar
aan
kota
seh
at y
ang
sesu
ai s
tand
arse
besa
r 50
%
6262
,563
63,5
67D
irek
tora
tP
enye
hata
nLi
ngku
ngan
8590
9510
010
0
6467
6972
75
2.50
05.
500
11.0
0016
.000
20.0
00
5070
8090
100
7178
8693
100
2040
6080
100
7679
8183
85
7575
7580
85
5560
6570
75
1221
5070
100
4P
enye
hata
nLi
ngku
ngan
Men
ingk
atny
ape
nyeh
atan
dan
peng
awas
an k
ualit
aslin
gkun
gan
4
Indonesia diketahui hanya terbatasdi daerah lembah Lindu, KabupatenDonggala dan lembah Napu danBesoa, Kabupaten Poso, SulawesiTengah. Kegiatan pengendaliansudah dilaksanakan secara intensifsejak tahun 1981 di lembah Lindu,1982 di lembah Napu, dan 1987 dilembah Besoa, namun akhir-akhir iniprevalensinya cenderung meningkat,karena kemungkinan besar akibatterjadinya kerusakan lingkunganyang makin meluas dan menurunnyakegiatan pengendalian.
Bedasarkan laporan dan hasilpenelitian, penyakit zoonosis, yaitupenyakit-penyakit yang secara alamidapat dipindahkan dari hewanvertebrata atau sebaliknya sudahdikenal sebanyak 150 macam diIndonesia. Pada saat ini kegiatanpengendalian lebih diprioritaskanpada rabies, antraks, pes, japaneseencephalitis, leptospirosis, dantaeniasis/sistiserkosis. Dalambeberapa tahun terakhir inipenyebaran penyakit zoonosis,seperti rabies semakin meningkat dibeberapa wilayah di Indonesia,sehingga memerlukan perhatianyang lebih serius.
Pada bulan November 2003 telahdilaporkan adanya flu burung yangdisebabkan virus avian inflenza tipeA (H5N1) pada unggas dan padabulan Januari 2004 terjadi wabahyang menyerang peternakan ayamdi 10 provinsi di Indonesia. Tahun2005 ditemukan kasus pertama kali
pada manusia di Tangerang, JawaBarat, dan tahun 2009 telah tersebardi 13 provinsi. Penyakit inimerupakan new emerging diseasesdengan tingkat kematian (CFR) yangsangat tinggi, yaitu sekitar 80%.Dalam 3 tahun terakhir ini jumlahkasus cenderung menurun, yaitu dari42 kasus pada tahun 2007 menjadi24 dan 21 kasus pada tahun 2008dan 2009.
Pada tahun 2009, penyakitinfluenza A tipe baru (H1N1) mulaiditemukan di Indonesia. Penyakit initelah dinyatakan oleh WHO sebagaipandemi, karena menyerang hampirseluruh negara di dunia.
Dari beberapa kali kejadianmasuknya penyakit-penyakit sepertiH5N1 dan H1N1, maka kewaspa-daan di semua lini jajaran kesehatanperlu lebih ditingkatkan di masadatang, karena penyakit-penyakityang dikategorikan new emergingdiseases ini mempunyai potensi yangsangat besar dalam penyebaran danmenimbulkan wabah.
Upaya pengendalian penyakitbersumber binatang pada dasarnyaperlu didukung oleh pengendalianvektor secara komprehensif disertaiupaya pemberdayaan masyarakatuntuk meningkatkan pola hidupbersih dan sehat. Di Indonesiapengendalian vektor telah dimulaipada era Komando PemberantasanMalaria (KOPEM) pada tahun 1959.Adanya informasi mengenai
33
No
.P
rog
ram
/Keg
iata
nO
utc
om
/Ou
tpu
tIn
dik
ato
rTa
rget
2010
2011
2012
2013
420
14
Un
itO
rgan
isas
iP
elak
san
a
11.
Per
sent
ase
caku
pan
pene
mua
nda
n ta
tala
ksan
a pe
nder
itapn
eum
onia
Bal
ita12
.A
ngka
pen
emua
n ka
sus
baru
(NC
DR
) ku
sta
per
100.
000
pend
uduk
13.
Jum
lah
pend
uduk
ber
umur
15
tahu
n at
au le
bih
yang
men
erim
ako
nsel
ing
dan
test
ing
HIV
14.
Ang
ka p
enem
uan
kasu
s ba
rufr
ambu
sia
(per
100
.000
)15
.A
ngka
kec
acat
an t
ingk
at 2
kus
ta(p
er 1
00.0
00)
1.A
ngka
kes
akita
n pe
nder
ita D
BD
per
100.
000
pend
uduk
2.A
ngka
pen
emua
n ka
sus
mal
aria
per
1.00
0 pe
ndud
uk3.
Per
sent
ase
kasu
s zo
onos
is y
ang
dite
muk
an,
dita
ngan
i se
suai
stan
dar
4.P
erse
ntas
e ka
sus
susp
ect
flubu
rung
yan
g di
tem
ukan
,di
tang
ani
sesu
ai s
tand
ar5.
Per
sent
ase
caku
pan
peng
obat
an m
assa
l fil
aria
sis
terh
adap
jum
lah
pend
uduk
ende
mis
6.P
erse
ntas
e ka
bupa
ten/
kota
yan
gm
elak
ukan
map
ping
vek
tor
7.P
erse
ntas
e A
ngka
Beb
as J
entik
(AB
J)8.
Per
sent
ase
KLB
mal
aria
yan
gdi
lapo
rkan
dan
dita
nggu
lang
i
6070
8090
100
<5
<5
<5
<5
<5
300.
000
400.
000
500.
000
600.
000
700.
000
10.0
007.
000
5.00
03.
000
<1.0
00
10,
90,
80,
70,
6
5554
5352
51D
irek
tora
tP
enge
ndal
ian
21,
751,
51,
251
Pen
yaki
tB
ersu
mbe
r70
7580
8590
Bin
tang
100
100
100
100
100
4549
5560
65
3040
5060
70
6070
8090
>95
100
100
100
100
100
3P
enge
ndal
ian
Pen
yaki
t B
erum
ber
Bin
atan
g
Men
ingk
atny
ape
nceg
ahan
dan
pena
nggu
lang
anpe
nyak
it be
rsum
ber
bina
tang
5
bionomik vektor, cara pem-berantasan dan penilaiannya sangatdiperlukan dalam menunjangprogram pengendalian penyakit yangditularkan melalui vektor.
Indonesia merupakan salah satunegara di Asia yang mengalamiepidemi HIV-AIDS dengan prevalensiyang meningkat secara tajam.Hingga saat ini belum menunjukkanadanya penurunan, meskipunberbagai upaya penanggulanganHIV-AIDS telah dilakukan. ResponNasional terhadap epidemi HIV-AIDSdi Indonesai telah dimulai pada tahun1985 dan terus meningkat selarasdengan meningkatnya kasus danbesaran masalah yang dihadapi.
Penyakit yang menyerang sistemkekebalan tubuh ini menyebar sangatcepat baik penderita maupun wilayahpenyebarannya. Pada tahun 2004secara kumulatif jumlah kasustercatat sebanyak 2.682, pada tahun2009 meningkat menjadi 19.973.Beberapa hal yang mendorongpeningkatan penemuan kasus HIV-AIDS adalah meningkatnyaketerbukaan masyarakat dalammemberikan informasi danintensifikasi kegiatan pengendalianbaik konseling, penemuan penderita,dan pemberian ART (AntiretroviralTreatment). Sampai dengan tahun2009, persentase ODHA yangmendapatkan ART sebesar 96,03%,jumlah penduduk berumur >15tahun yang mendapatkan penge-tahuan tentang HIV-AIDS sebanyak
130.414 orang. Hasil Survei TerpaduBiologis dan Perilaku HIV-AIDS(STBP) tahun 2007 menunjukkanpenggunaan kondom pada kelompokrisiko tinggi, yaitu WPS sebesar 66%,Waria (79%), dan Pelanggan (29%).
Pada tahun 2003 dimulai upayaintensifikasi pengendalian penyakitHIV-AIDS, Tuberkulosis Paru danMalaria (ATM) secara terintegrasidan telah menunjukkan hasil yangcukup baik, meskipun pada beberapadaerah memerlukan perhatian lebih,karena masih mengalamipeningkatan jumlah kasus seperti diProvinsi Papua dan Papua Barat.
Tuberkulosis (TB) paru meru-pakan salah satu masalah kesehatanmasyarakat di Indonesia yangmemerlukan perhatian, karenasampai dengan tahun 2009Indonesia masih menduduki pering-kat ketiga di dunia dalam jumlahkasus. Upaya pengendalian TB telahlama dilakukan bahkan semenjakpenjajahan Belanda dengandibangunnya beberapa sanatorium.Sejalan dengan kemajuan teknologi,upaya pengendalian tuberkulosissudah semakin ditingkatkan.
Pada tahun 2004, angkapenemuan kasus TB paru (CDR)tercatat sebesar 54%, sedangkanangka keberhasilan pengobatan(success rate - SR) sebesar 89,4%.Pada tahun 2009 CDR meningkatmenjadi 73,3%, dengan SR sebesar91%. Diharapkan dengan upaya
32
100
100
100
100
100
0,2
<0,
5<
0,5
<0,
5<
0,5
Dir
ekto
rat
Pen
gend
alia
n23
523
122
822
622
4P
enya
kit
Men
ular
7375
8085
90
8586
8787
88
350
330
315
300
285
3075
8085
50
6575
8590
95
1525
3545
50
8082
8486
88
<1
<1
<1
<1
<1
2P
enge
ndal
ian
Pen
yaki
t M
enul
arLa
ngsu
ng
Men
urun
nya
angk
ake
saki
tan
dan
kem
atia
n ak
ibat
peny
akit
men
ular
lang
sung
10.
Per
sent
ase
setia
p ke
jadi
anP
HE
IC d
i w
ilaya
h ep
isen
ter
pand
emi
dila
kuka
n tin
daka
nka
rant
ina
< 2
4 ja
m s
etel
ahdi
teta
pkan
ole
h pe
mer
inta
h.
1.P
reva
lens
i H
IV p
ada
pend
uduk
kelo
mpo
k um
ur 1
5-49
tah
un2.
Jum
lah
kasu
s T
B p
er 1
00.0
00pe
ndud
uk3.
Per
sent
ase
kasu
s ba
ru T
B p
aru
(BTA
pos
itif)
yan
g di
tem
ukan
4.P
erse
ntas
e ka
sus
baru
TB
par
u(B
TA p
ositi
f) y
ang
dise
mbu
hkan
5.Ju
mla
h ka
sus
diar
e pe
r 1.
000
pend
uduk
6.P
erse
ntas
e O
DH
A y
ang
men
dapa
tkan
AR
T7.
Per
sent
ase
pend
uduk
kel
ompo
kum
ur 1
5-24
tah
un y
ang
mem
iliki
peng
etah
uan
kom
preh
ensi
fte
ntan
g H
IV-
AID
S8.
Per
sent
ase
prov
insi
den
gan
angk
a ka
sus
baru
TB
par
u B
TApo
sitif
/CD
R (
Cas
e D
etec
tion
Rat
e) m
inim
al 7
0 %
9. P
erse
ntas
e pr
ovin
si m
enca
pai
angk
a ke
berh
asila
n pe
ngob
atan
kasu
s ba
ru T
B p
aru
BTA
pos
itif/
SR
(S
ucce
ss R
ate)
m
inim
al85
%10
.A
ngka
kem
atia
n di
are
(CF
R)
pada
saa
t K
LB
No
.P
rog
ram
/Keg
iata
nO
utc
om
/Ou
tpu
tIn
dik
ato
rTa
rget
2010
2011
2012
2013
420
14
Un
itO
rgan
isas
iP
elak
san
a
6
pengendalian yang komprehensifdisertai dengan peningkatanKomunikasi Informasi Edukasi (KIE)kepada masyarakat, makaprevalensi TB paru dapat diturunkandi Indonesia. Perhatian terhadappenemuan kasus, keberhasilanpengobatan, ketersediaan Obat AntiTuberkulosis (OAT) terutama ditingkat pelayanan primer danketersediaan pengobatan MDR bagiTB yang sudah resisten sangatdiperlukan.
Mengingat TB paru ini sangatterkait dengan AIDS, maka upayapengendalian kedua penyakit iniperlu dilakukan secara terintegrasiagar tidak menimbulkan peningkatankembali jumlah kasus TB terutamapada penderita HIV-AIDS.
Berdasarkan hasil Riskesdastahun 2007, menunjukkan bahwadiare merupakan penyebab utamakematian pada bayi (31,4%) danBalita (25,2%). Disamping itu diaremerupakan salah satu penyakit yangpotensial KLB. Hal ini berkaitandengan buruknya kondisi sanitasilingkungan dan perilaku hidup bersihmasyarakat. Selama ini telah terjadipenurunan CFR (Case fatality rate)diare saat KLB dari 2,94% padatahun 2008 menjadi 1,74% padatahun 2009. Pengendalian penyakitdiare diarahkan pada pengendalianfaktor risiko, jejaring survailans danpenanganan kasus sesuai stándarbaik di sarana kesehatan maupun dirumah tangga. Dengan mening-
katnya akses masyarakat terhadapsarana kesehatan lingkungan,penyediaan air bersih yang cukup,budaya hidup bersih dan sehat,pelayanan kesehatan yang bermutu,maka dharapkan pada tahun 2014,angka kematian (CFR) diare padasaat KLB dapat diturunkan menjadikurang dari 1%.
Indonesia telah mencapaieliminasi kusta pada tahun 2000.Namun demikian, kusta masihmerupakan masalah kesehatan diIndonesia. Sejak tahun 2000, setiaptahun masih ditemukan 17.000-18.000 kasus baru. Pada tahun 2008,berdasarkan WER (Weekly Epide-miological Report) 2009, Indonesiamenempati urutan ke-3 di duniasebagai penyumbang kasus baruterbanyak di dunia sesudah India danBrazil.
Proporsi kasus anak diantarakasus baru setiap tahunnya berkisarantara 9-10%. Ini mencerminkanmasih tingginya penularan kusta dimasyarakat.
Selain itu ditemukan pula 8-10%cacat tingkat 2 dari kasus baru, cacatyang kelihatan jelas yang menunjuk-kan keterlambatan kasus baru kusta.Hingga saat ini secara kumulatifterdapat sekitar 30.000 orang yangpernah mengalami kusta (OYPMK)yang mengalami cacat tingkat 2 diseluruh Indonesia.
Penyakit Frambusia merupakan
31
No
.P
rog
ram
/Keg
iata
nO
utc
om
/Ou
tpu
tIn
dik
ato
rTa
rget
2010
2011
2012
2013
420
14
Un
itO
rgan
isas
iP
elak
san
a
1.P
erse
ntas
e ba
yi
usia
0-1
1 bu
lan
yang
men
dapa
t im
unis
asi
dasa
rle
ngka
p2.
Per
sent
ase
desa
yan
g m
enca
pai
UC
I3.
Per
sent
ase
fakt
or r
esik
opo
tens
ial
PH
EIC
yan
g te
rdet
eksi
di p
intu
neg
ara
4.P
erse
ntas
e pe
nang
gula
ngan
KLB
<24
jam
5.P
erse
ntas
e te
rlaks
anan
yape
nang
gula
ngan
fak
tor
risik
oda
n pe
laya
nan
kese
hata
n pa
daw
ilaya
h ko
ndis
i m
atra
6.P
erse
ntas
e an
ak u
sia
seko
lah
dasa
r ya
ng m
enda
pat
imun
isas
i7.
Pen
emua
n ka
sus
non-
polio
AF
Pra
te p
er 1
00.0
00 a
nak
<15
th8.
Per
sent
ase
alat
ang
kut
yang
dipe
riksa
ses
uai
stan
dar
keka
rant
inaa
n9.
Per
sent
ase
beba
s ve
ktor
penu
lar
peny
akit
di p
erim
eter
area
(H
ouse
Ind
ex =
0)
dan
buffe
r ar
ea (
Hou
se I
ndex
<1)
di
lingk
unga
n pe
labu
han,
ban
dara
dan
pos
linta
s ba
tas
dara
t
1P
embi
naan
Sur
veila
ns,
Imun
isas
i, K
aran
tina
dan
Kes
ehat
anM
atra
Men
ingk
atny
ape
mbi
naan
di
bida
ngim
unis
asi
dan
kara
ntin
a ke
seha
tan
8082
8588
90D
irek
tora
tIm
unis
asi
dan
Kar
antin
a80
8590
9510
0
7080
100
100
100
6873
8090
100
6065
7075
80
9898
9898
98
>2
>2
>2
>2
7080
100
100
100
3060
100
100
100
7
penyakit yang sulit ditemukan didunia. Di Asia, hanya Indonesia danTimor Leste yang mempunyai kasusini. Ditemukannya kasus Frambusiamenunjukkan masih rendahnyafasilitas pelayanan kesehatan,kebersihan perorangan danpenyediaan air bersih di daerahtersebut.
Pada tahun 2009, ditemukanlebih dari 8.000 kasus Frambusia diIndonesia. Sebagian besar kasus iniditemukan di propinsi-propinsi diwilayah timur Indonesia.
Penyakit Infeksi SaluranPernafasan Akut (ISPA), khususnyapneumonia masih menjadi penyebabkematian terbesar pada bayi danBalita. Namun masalah ini kurangmendapatkan perhatian sehinggaWHO menyebut sebagai theforgotten killer of children. Beberapatahun terakhir, selain menjadimasalah pada bayi dan Balita,pneumonia juga menjadi masalahpada usia dewasa. Pneumoniamerupakan pembunuh utama Balitadi dunia, yaitu 1,8 juta kematian dariestimasi 9 juta kematian Balita(UNICEF, 2006). Bahkan di AsiaTenggara hanya sekitar 20% anakyang menderita pneumoniamendapatkan terapi antibiotik yangmemadai (WHO, 2005). DataRiskesdas (2007) menunjukkanbahwa pneumonia mendudukiperingkat kedua sebagai penyebabkematian bayi (12,7%) dan Balita(13,2%). Namun pengendalian
pneumonia pada Balita belumoptimal di Indonesia.
Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) padatahun 2005 muncul kembali, ditandaidengan adanya kasus polio diKabupaten Sukabumi, Jawa Baratyang selanjutnya menyebar kebeberapa provinsi, meskipunsebelumnya Indonesia telahdinyatakan bebas polio. Difterikembali ditemukan di beberapaprovinsi, sedangkan jumlah kasuscampak dilaporkan semakinmeningkat. Hasil kegiatan surveilansAFP menunjukkan adanyapeningkatan dalam penemuan AFP.Non-polio AFP rate meningkat dari1,26 per 100.000 penduduk padatahun 2004 menjadi 2,67 pada tahun2009. Hal ini diikuti dengan kenaikanspesimen adekuat sebesar 83,3%yang sudah melebihi target nasional(>80%), namun pencapaian ini belummerata di seluruh provinsi diIndonesia.
Di Indonesia, proporsi angkakematian penyakit tidak menularmeningkat dari 41,7% pada tahun1995 menjadi 59,5% pada tahun2007 (Riskesdas 2007).
Hasil Riskesdas tahun 2007 jugamenunjukkan tingginya prevalensipenyakit tidak menular di Indonesia,seperti hipertensi (31,7 %), penyakitjantung (7,2%), stroke (8,3‰),diabetes melitus (1,1%) dan diabetesmelitus di perkotaan (5,7%), asma
30
Lam
pir
an 1
Mat
riks
Kin
erja
Dir
ekto
rat
Jen
der
al P
eng
end
alia
n P
enya
kait
dan
Pen
yeh
atan
Lin
gku
ng
an,
2010
-201
4
8
(3,5%), penyakit sendi (30,3%),kanker/tumor (4,3‰), dan cedera lalulintas darat (25,9%). Strokemerupakan penyebab utamakematian pada semua umur,jumlahnya mencapai 15,4%,hipertensi 6,8%, cedera 6,5%,diabetes melitus 5,7%, kanker 5,7%,penyakit saluran nafas bawah kronik(5,1%), penyakit jantung iskemik5,1%, dan penyakit jantung lainnya4,6%.
Angka kematian pada kelompokusia 45-54 tahun di daerah perkotaanakibat stroke 15,9% yang merupakanpenyebab utama kematian, diabetesmelitus 14,7%, penyakit jantungiskemik 8,7%, hipertensi danpenyakit jantung lain masing-masing7,1%, kecelakaan lalu lintas 5,2%,kanker (payudara, leher rahim, danrahim) 4,8%, penyakit saluran nafasbawah kronik 3,2%, sedangkan dipedesaan akibat stroke 11,5% yangmenempati peringkat kedua setelahTB, hipertensi 9,2%, penyakit jantungiskemik 8,8%, diabetes melitus 5,8%,kanker 4,4%, dan penyakit saluranpernafasan bawah kronik 4,2%.
Sementara itu angka kematianpada kelompok usia 55-64 tahun didaerah perkotaan akibat stroke26,8% sebagai penyebab utamakematian, hipertensi 8,1%, penyakitjantung iskemik 5,8%, penyakitsaluran pernafasan bawah kronik5,1%, penyakit jantung lain 4,7%,dan kanker 3,2%. Sedangkan dipedesaan akibat stroke 17,4% juga
sebagai penyebab utama kematian,hipertensi 11,4%, penyakit jantungiskemik 5,7%, penyakit jantung lain5,1%, penyakit saluran pernafasanbawah kronik 4,8%, dan kanker3,9%.
Tantangan lain yang dihadapiadalah adanya kecenderunganmeningkatnya masalah-masalahyang berkaitan dengan usia lanjutyang akan menyebabkan bebanpembiayaan kesehatan. Sementaraitu penderita penyakit tidak menularseperti penyakit jantung danpembuluh darah tidak lagi mengenalkelompok status sosial ekonomimasyarakat. Tidak sedikit penderitapenyakit jantung dan pembuluhdarah yang justru datang darikalangan sosial ekonomi menengahkebawah, yang tergolong masya-rakat miskin, tidak mampu dankurang mampu yang kemungkinandiakibatkan perubahan gaya hidupyang tidak sehat dan meningkatnyafaktor risiko penyakit tidak menular.
Hasil Riskesdas tahun 2007memperlihatkan prevalensi beberapafaktor risiko penyakit tidak menular,seperti obesitas umum 19,1% (terdiridari berat badan lebih 8,8% danobesitas 10,3%), obesitas sentral18,8%, sering (satu kali atau lebihsetiap hari) makan makanan asin24,5%, sering makan makananberlemak 12,8%, sering makan/minum makanan/minuman manis65,2%, kurang sayur buah 93,6%,kurang aktivitas fisik 48,2%,
29
VII. PEMANTAUAN DAN PENI-LAIAN
Pemantauan dimaksudkan untukmensinkronkan kembali keseluruhanproses kegiatan agar sesuai denganrencana yang ditetapkan denganperbaikan segera agar dapat dicegahkemungkinan adanya penyimpanganataupun ketidaksesuaian yangberpotensi mengurangi bahkanmenimbulkan kegagalan pencapaiantujuan dan sasaran. Untuk itu,pemantauan diarahkan gunamengidentifikasi jangkauanpelayanan, kualitas pengelolaan,permasalahan yang terjadi sertadampak yang ditimbulkannya.
Penilaian rencana aksi programpengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan bertujuanuntuk menilai keberhasilanpenyelenggaraan pengendalianpenyakit dan peyehatan lingkungandi Indonesia.
Penilaian dimaksudkan untukmemberikan bobot atau nilaiterhadap hasil yang dicapai dalamkeseluruhan pentahapan kegiatan,untuk proses pengambilankeputusan apakah suatu programatau kegiatan diteruskan, dikurangi,dikembangkan atau diperkuat. Untukitu penilaian diarahkan gunamengkaji efektifiktas dan efisensipengelolaan program.
Penilaian kinerja programpengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan dilaksanakanberdasarkan indikator kinerja(Lampiran 1) yang telah ditetapkandalam pencapaian sasaran.
VII. PENUTUP
Rencana aksi programpengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan dalamperiode waktu 2010-2014 disusununtuk mejawab dan memfokuskanupaya pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan dalammenghadapi tantangan strategis dimasa depan dan merupakan acuandalam penyusunan perencanaan,pelaksanaan kegiatan, pemantauandan penilaian dalam kurun waktu 5tahun.
Diharapkan melalui penyusunanrencana aksi program pengendalianpenyakit dan penyehatan lingkunganini, upaya pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan memberikankontribusi yang bermakna dalampembangunan kesehatan khususnyauntuk menurunkan angka kematian,kesakitan dan kecacatan akibatpenyakit serta pencapaian sasaranprogram berdasarkan komitmennasional, internasional dan targetpembangunan millenium tahun 2015.
9
gangguan mental emosional 11,6%,perokok setiap hari 23,7%, dankonsumsi alkohol 12 bulan terakhir4,6%.
Sejalan dengan perubahan gayahidup dan peningkatan faktor risikomerupakan tantangan dalampengendalian penyakit tidak menular.Oleh karena itu pengendalianpenyakit tidak menular memerlukanpendekatan yang komprehensif,antara lain dengan melaksanakanskrining faktor risiko, KIE, surveilansepidemiologi, pengembanganjejaring kerja, pengendalian faktorrisiko berbasis masyarakat, dankegiatan pengendalian lainnyatermasuk penanganan kasus sesuaistandar.
Sejalan dengan perkembanganorganisasi, program pengendalianpenyakit dan penyehatan lingkunganjuga mengalami perkembanganseperti kekarantinaan dan kesehatanmatra, peningkatan kualitaskesehatan lingkungan sebagai faktorrisiko, serta pengkajian terhadappenanganan kasus dan kinerjasurveilans berbasis laboratorium.
Upaya kekarantinaan dilaksana-kan dengan tujuan untuk mencegahdan menangkal masuk dan keluar-nya penyakit-penyakit dan/ataumasalah kesehatan yang dapatmenjadi kedaruratan kesehatanmasyarakat secara international(PHEIC) pada pintu gerbang negaraseperti bandar udara, pelabuhan dan
lintas batas darat negara. Kegiatancegah tangkal ini dilakukan melaluiupaya peningkatan kapasitas inti(core capacity) pada 48 KKP diIndonesia sesuai dengan persya-ratan IHR 2005 termasuk peng-awasan lalulintas alat angkut, orangdan lingkungan serta bahan dan alatyang berpotensi membahayakankesehatan.
Pada tahun 2008, dari datakedatangan 85.596 kapal dari luarnegeri menunjukkan 972 kapal(1,1%) di antaranya berasal daridaerah terjangkit, sedangkan 84.624kapal (98,9%) berasal dari daerahtidak terjangkit. Pada tahun 2008,kegiatan pemeriksaan GeneralDeclaration di bandara terhadapkedatangan pesawat dari luar negerihanya terlaksana 38,71% darikedatangan 56.247 pesawat, dandiperiksa sebanyak 19.544 pesawat.Dalam pengendalian vektor sebagaibagian dari pengendalian faktor risikodi lingkungan bandara dan pela-buhan menunjukkan peningkatanaksesibilitas.
Kegiatan kesehatan matradifokuskan pada momen aktivitas yangterkait dengan situasi khusus, kejadianbencana dan migrasi pendudukterutama dari dalam dan keluar negeri.Pokok kegiatan kesehatan matramencakup penanganan kasus danpengendalian faktor risiko dengantujuan mencegah atau mengurangirisiko kematian, kesakitan maupunkecacatan.
- Administratur Kesehatan
2. B/BTKL- Epid lapangan
- Patolog
- Mikrobiolog
- Parasitolog
- Ahli PencemaranLingkungan
28
Tabel. Kebutuhan Tenaga Kesehatan Strategis Ditjen PP dan PL MenurutKualifikasi di Berbagai Jenjang
- Ahli Kimia
- Biostatistician
- Administratur Kesehatan
Kebutuhan tenaga kesehatanstrategis Ditjen PP dan PL menurutkualifikasi di berbagai jenjang dapatdilihat pada tabel berikut ini:
10
Sebagai bagian integral dariupaya pengendalian penyakit,peningkatan kesehatan lingkungandiarahkan untuk mengurangi ataumencegah faktor risiko penyebaranpenyakit dan/atau gangguankesehatan lainnya. Fokus kegiatandiarahkan untuk meningkatkanakses masyarakat terhadap saranasanitasi dasar yang berkualitas,budaya hidup bersih dan sehat,pemberdayaan masyarakat danupaya peningkatan kualitaskesehatan lingkungan lainnya.
Pada tahun 2009, DirektoratPenyehatan Lingkungan telahmelakukan uji kualitas air minumPDAM. Diantara 184 PDAM, kualitasair minum yang memenuhi syaratsebesar 65,6%. Desa yangmelaksanakan STBM sebanyak1.821 dari target 1.600 desa. Aksesterhadap sanitasi layak menurutprovinsi dengan standar nasional51,02%, yang telah mencapai angkanasional 12 provinsi dan yangdibawah angka nasional sebanyak22 provinsi.
Akses terhadap air minum layakpedesaan menurut provinsi denganstandar nasional 45,65%, yang telahmencapai angka nasional 8 provinsidan yang dibawah angka nasional 22provinsi. Akses terhadap air minumlayak perkotaan menurut provinsidengan cakupan nasional 49.79%,yang telah mencapai angka nasional21 provinsi dan yang dibawah angkanasional 12 provinsi. Secara nasional
tahun 2007 persentase rumahtangga yang memiliki tempat buangair besar di perkotaan sebesar72,08% sedangkan di pedesaansebesar 50,57%
Pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan perludidukung oleh kajian terhadappenanganan kasus maupun faktorrisikonya baik di lapangan maupundi sarana pelayanan kesehatan.Kajian terhadap penanganan kasuspenyakit menular dimaksudkan untukmenyusun norma, standar, prosedur,dan kriteria pengendalian penyakitdan penyehatan lingkungan. Fokusutama kajian diarahkan terhadappenyakit-penyakit potensial wabah,penyakit yang menjadi perhatiandunia dan penyakit-penyakit dalamkategori re and new emergingdiseasea.
Di samping itu dalam pengen-dalian penyakit dan penyehatanlingkungan, perlu didukung olehpengembangan kinerja survailans,teknologi laboratorium dan analisisdampak kesehatan lingkungan yangdiarahkan untuk melakukanpemantuan wilayah setempat,kewaspadaan dini dan upayapenanggulangan, antara lain melaluiteknologi tepat guna sertapengendalian faktor risiko lainnya.
Berdasarkan uraian di atas,kinerja pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan pada periode2010-2014 masih menghadapi
27
Aksi Program PengendalianPenyakit dan PenyehatanLingkungan ini.
Dalam mendukung penyeleng-garaan rencana aksi programpengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan tahun 2010-2014 diperlukan dana sebagai manaterlampir (Lampiran 2).
VI. KEBUTUHAN TENAGAKESEHATAN DIREKTORATJENDERAL PENGENDALIANPENYAKIT DAN PENYEHATNLINGKUNGAN
Untuk mendukung penyeleng-garaan program pengendalianpenyakit dan penyehatan lingkungandiperlukan tenaga kesehatanstrategis dengan kualifikasi diberbagai jenjang sebagai berikut:
A. Desa- Tenaga Lapangan Ditjen PP
dan PL
- Bidan Komunitas
B. Puskesmas- Epidemiolog Lapangan
- Sanitarian
C. Kabupaten/Kota- Epidemiolog Penyakit/
Lingkungan- Sanitarian- Entomolog
- Biostatistician- Ahli Promosi Kesehatan- Ahli Kesehatan Lingkungan- Sosio-Antropolog- Administratur Kesehatan
D. Provinsi- Epidemiolog Penyakit/
Lingkungan- Sanitarian- Entomolog- Biostatistician- Ahli Promosi Kesehatan- Ahli Kesehatan Lingkungan- Sosio-Athropolog- Administratur Kesehatan
E. Pusat- Epidemiolog Penyakit/
Lingkungan
- Entomolog
- Biostatistician
- Ahli Promosi Kesehatan
- Ahli Kesehatan Lingkungan
- Ahli Perencanaan Kesehatan
- Administratur Kesehatan
D. UPT
1. KKP- Epidemiolog Penyakit/
Lingkungan
- Sanitarian
- Farmakolog
- Apoteker
- Biostatistician
11
berbagai tantangan perubahanlingkungan strategis, antara lain:
1. Transisi epidemiologiSalah satu masalah kesehatanmasyarakat yang sedang kitahadapi saat ini dalampembangunan kesehatan adalahbeban ganda penyakit, yaitudisatu pihak masih banyaknyapenyakit infeksi yang harusditangani, dilain pihak semakinmeningkatnya penyakit tidakmenular. Demikian pula re-emerging dan new emergingdiseases, yang berpotensimenimbulkan Kejadian LuarBiasa (KLB) dan pandemi.Penyakit yang berpotensimenjadi ancaman internasional(PHEIC) semakin nyata,sehingga diperlukan pulakesiapan semua lini baik jajarankesehatan dari pusat, provinsidan kabupaten/kota termasukpintu-pintu masuk (bandara,pelabuhan, lintas darat) dalammencegah keluar masuknyapenyakit.
2. Transisi demografiMeningkatnya umur harapanhidup menyebabkan proporsipenduduk usila semakinmeningkat, sehingga menye-babkan perubahan pola penyakitdan gangguan kesehatan.
3. Transisi lingkunganDitandai dengan banyaknyaterjadi bencana alam, perubahan
iklim global, berkurangnya lahanpangan, dan lain-lain. Perubahaniklim di dunia (climate cahange)diyakini akan sangatberpengaruh terhadap polapenyebaran penyakit terutamapenyakit bersumber binatang,penyakit tidak menular, kejadiankecelakaan, dan gangguankesehatan akibat perubahanlingkungan.
4. Perubahan sosia budayaAdanya perubahan gaya hidup( l ifestyle) yang cenderungmenjadi tidak sehat, lajumodernisasi yang cepat, danberkembangnya nilai-nilai baru.
5. Perubahan keadan politikAdanya reformasi dan desen-tralisasi dimana daerah mem-punyai wewenang untukmengelola daerahnya sendiri.
6. Perubahan keadaan ekonomiAdanya globaisasi dan pasarbebas
7. Perubahan keadaan keamananPerubahan keadaan keamanandengan adanya berbagai macamkonflik skala global dan regional,terjadinya perang, dan terorismetermasuk bioterorisme.
8. Disparitas status kesehatanDisparitas status kesehatan antartingkat sosial ekonomi, antarkawasan, dan antar perkotaandan perdesaan masih cukup
26
2. Peningkatan upaya keka-rantinaan dan surveilansepidemiologi
3. Peningkatan pengendalianfaktor risiko
4. Peningkatan upaya kese-hatan pelabuhan lintaswilayah.
G. Pengendalian Penyakit danPenyehatan LingkunganBerbasis Laboratorium1. Peningkatan surveilans
epidemiologi
2. Peningkatan kemampuanADKL
3. Peningkatan dan pengem-bangan teknologi labora-torium
4. Peningkatan rancang bangundan teknologi tepat guna.
H. Pengembangan dan Penye-lenggaraan Kajian dan RujukanNasional Penyakit Infeksi1. Peningkatan kajian penyakit
infeksi untuk menunjangprogram pengendalianpenyakit dan penyehatanlingkungan
2. Peningkatan kualitas pela-yanan rujukan penyakitinfeksi.
I. Dukungan Manajemen danPelaksanaan Tugas TeknisLainnya pada Program
Pengendalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan1. Peningkatan perencanaan
dan informasi2. Peningkatan urusan hukum,
organisasi dan hubunganmasyarakat
3. Peningkatan pengelolaankeuangan
4. Peningkatan urusan kepe-gawaian dan umum.
Penyelenggara/pelaku rencanaaksi program pengendalian penyakitdan penyehatan lingkungan iniadalah Direktorat JenderalPengendalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan, dinaskesehatan provinsi dan UnitPelaksana Teknis (UPT) di daerah,dinas kesehatan kabupaten/kota,puskesmas termasuk rumah sakitdan wadah yang ada dalammasyarakat seperti poskesdes/posyandu/ posbindu/pos PTM.
Penyelenggaraan rencana aksiprogram pengendalian pengendalianpenyakit dan penyehatan lingkungandilakukan melalui siklusperencanaan, pelaksanaan, sertapemantauan dan penilaian danpertanggungjawaban.
Untuk acuan yang lebih rinci,perlu disusun Rencana AksiKegiatan Pengendalian Penyakitdan Penyehatan Lingkungan dimasing-masing direktorat dan UPTyang berpedoman pada Rencana
12
tinggi. Data dari berbagai sumbermenunjukkan gambaran angkakematian balita pada golonganpenduduk termiskin hampir 4 kalilebih tinggi dari golonganpenduduk terkaya, angkakematian bayi dan ibu melahirkanlebih tinggi di daerah pedesaan,kawasan timur Indonesia, sertapada penduduk dengan tingkatpendidikan yang rendah.Tingginya angka kematian bayidan ibu melahirkan antara laindisebabkan oleh tingginya risikopenyakit, baik menular maupuntidak menular seperti PD3I, diare,ISPA, malaria, hipertensi sertapenyakit jantung dan pembuluhdarah lainnya.
9. Kondisi kesehatan lingkunganProporsi masyarakat yangmemiliki akses ke sarana sanitasidasar dan air bersih yangmemenuhi syarat masih terbatasdan lingkungan pemukiman danperumahan yang tidak memenuhisyarat kesehatan. Kondisi inidiperberat dengan jumlahpenduduk yang besar yangmenyebabkan daya dukunglingkungan semakin menurun.Salah satu hal yang harusdiadaptasi adalah adanyaperubahan iklim (climate change).Peningkatan permukaan air lautmenyebabkan semakin luasnyabreeding places vektor penularpenyakit, ancaman penyediaansumber air bersih dari sumur gali,dan kenaikan suhu menyebabkan
adaptasi vektor penular penyakitke area yang lebih luas.
10. Perilaku masyarakatSalah satu faktor kunci untukmenekan angka kesakitanpenyakit menular dan tidakmenular adalah perilaku polahidup bersih dan sehat yangdisertai upaya penyehatanlingkungan. Masih terbatasnyakemampuan masyarakat untukhidup bersih dan sehat dapatdilihat dari masih tingginyaprevalensi merokok dimasyarakat, kurangnya aktifitasfisik, konsumsi gizi yang tidakseimbang. Kecenderunganmeningkatnya jumlah penderitaHIV-AIDS dan penyalahgunaannarkotika, psikotropika, dan zatadiktif (NAPZA), serta tingginyakecacatan dan kematian akibatkecelakaan.
11. Kinerja pelayanan kesehatanKinerja pelayanan kesehatanmerupakan salah satu faktorpenting dalam membukakesempatan masyarakatmemperoleh status kesehatanyang lebih baik. Pelayanankesehatan yang diberikan kemasyarakat telah mengalamiperbaikan dari waktu ke waktu,namun masih dirasakan belummemadai. Hal ini terlihat daribeberapa indikator diantaranyaproporsi bayi yang mendapatkanimunisasi campak, dan proporsipenemuan kasus (case detection
25
tahun 2010-2014 dilaksanakanmelalui pokok-pokok kegiatansebagai berikut:
A. Pembinaan Surveilans,Imunisasi, Karantina danKesehatan Matra
1. Peningkatan imunisasi
2. Peningkatan dan pengem-bangan surveilans epi-demiologi dan respon KLB
3. Peningkatan karantinakesehatan dan kesehatanpelabuhan
4. Peningkatan kesehatan matra
B. Pengendalian PenyakitMenular Langsung
1. Pengendalian penyakittuberkulosis
2. Pengendalian penyakit HIV-AIDS dan penyakit menularseksual (PMS)
3. Pengendalian penyakit ISPA
4. Pengendalian penyakit diaredan saluran pencernaan
5. Pengendalian penyakit kustadan frambusia.
C. Pengendalian PenyakitBersumber Binatang1. Pengendalian penyakit
malaria
2. Pengendalian penyakitarbovirosis
3. Pengendalian penyakitfilariasis dan kecacingan
4. Pengendalian penyakitzoonosis
5. Pengendalian vektor.
D. Pengendalian Penyakit TidakMenular1. Pengendalian penyakit
jantung dan pembuluh darah
2. Pengendalian diabetesmelitus dan penyakitmetabolik
3. Pengendalian penyakitkanker
4. Pengendalian penyakit kronikdan degeneratif
5. Pengendalian gangguanakibat kecelakaan dan tindakkekerasan.
E. Penyehatan Lingkungan1. Penyehatan air dan sanitasi
dasar
2. Penyehatan permukiman dantempat-tempat umum
3. Penyehatan kawasan dansanitasi darurat
4. Higiene sanitasi pangan
5. Pengamanan limbah, udaradan radiasi.
F. Penyelenggaraan Pengen-dalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan diPintu Gerbang Negara1. Peningkatan kapasitas inti
sesuai yang disyaratkan IHR2005.
13
rate) TB paru, penemuan kasusbaru kusta, cakupan pengobatanmassal filariasis dan lainnya.
12. Keterbatasan, kesenjangandan distribusi SDM kesehatanSumber daya manusia dalamupaya pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan adalahtenaga fungsional sepertisanitarian, epidemiologkesehatan, entomolog kesehatanpada sarana kesehatan maupuntenaga masyarakat, kader desa,juru malaria desa, jumantik, juruimunisasi. Sampai saat inikebutuhan dan distribusi tenagafungsional tersebut diatas masihbelum terpenuhi secara merata,demikian pula tenaga masyarakatbanyak yang kurang aktif.
C. Isu Strategis
Dewasa ini, terjadi kecen-derungan perubahan lingkunganstrategis, antara lain: 1) Transisiepidemiologi, yaitu perubahan polapenyakit yang sebelumnyadidominasi oleh penyakit menular(infeksi) menjadi penyakit tidakmenular. Keadaan ini merupakanbeban global masyarakat dunia,sehingga membutuhkan pulakomitmen global dalam pengen-dalian penyakit tidak menulartersebut; 2) Transisi demografis,ditandai dengan meningkatnyaproporsi usia lanjut, masih tingginyakemiskinan, dan lain-lain; 3) Transisi
lingkungan, ditandai denganbanyaknya terjadi bencana alam,perubahan iklim global, ber–kurangnya lahan pangan karenaterpakai untuk industrialisasi, danlain-lain; 4) Perubahan sosio-budaya,dengan perubahan gaya hidup(lifestyle) yang cenderung menjaditidak sehat, laju modernisasi yangcepat, dan berkembangnya nilai-nilaibaru; 5) Perubahan keadaan politik,dengan adanya reformasi dandesentralisasi di mana daerahmempunyai wewenang untukmengelola daerahnya sendiri; 6)Perubahan keadaan ekonomi,dengan adanya globalisasi dan pasarbebas; 7) Perubahan keadaankeamanan, dengan adanya berbagaimacam konflik skala regional,terjadinya perang, dan terorismetermasuk bioterorisme; 8). Disparitasstatus kesehatan, yaitu masih cukuptingginya disparitas antar tingkatsosial ekonomi, antar kawasan, danantar perkotaan dan perdesaan; 9)Kondisi kesehatan lingkungan, yaitumasih terbatasnya akses masyarakatke sarana sanitasi dasar dan airbersih, lingkungan pemukiman danperumahan yang memenuhi syaratkesehatan; 10) Perilaku masyarakat,yaitu masih rendahnya kesadaranmasyarakat dalam melaksanakanpola hidup bersih dan sehat danpenyehatan lingkungan; 11) Kinerjapelayanan kesehatan, yaitu belummemadainya pelayanan kesehatanyang diberikan kepada masarakat;dan 12) Keterbatasan, kesenjangandan distribusi SDM kesehatan, yaitu
24
APBD Provinsi, APBDKabupaten/Kota, Sharing cost:Lintas Program, Lintas Sektor,dan sumber dana lainnya).
B. Jejaring Kerja PengendalianPenyakit dan PenyehatanLingkungan
Upaya melibatkan berbagaisektor, kelompok masyarakat,lembaga pemerintah untukbekerjasama berdasarkan ataskesepakatan, prinsip dan perananmasing-masing dalam pengendalianpenyakit dan penyehatan lingkungan.Upaya tersebut diwujudkan denganmembentuk jejaring, baik lokal,nasional, maupun internasional.
Tujuan dari jajaring kerja iniadalah:
1. Meningkatnya komitmenpemerintah dan berbagai mitrapotensial di masyarakat dalamupaya pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan
2. Adanya sinergi dan keterpaduandalam berbagai programpengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan
3. Meningkatnya kemandirianmasyarakat dalam pencegahandan penaggulangan faktor risikopenyakit dan penyehatanlingkungan
C. Pengendalian Penyakit danPenyehatan LingkunganBerbasis Masyarakat
Untuk meningkatkan partisipasidan kemandirian masyarakat dalampencegahan dan penanggulanganfaktor risiko penyakit dan penyehatanlingkungan, maka perlu pengem-bangan dan penguatan kegiatanpencegahan dan penanggulanganfaktor risiko penyakit berbasismasyarakat yang dilaksanakansecara terintegrasi pada wadah milikmasyarakat yang sudah ada dimasing-masing daerah.
V. PENYELENGGARAAN
Esensi dari penyelenggaraanpengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan meliputipenyakit menular/tidak menular,penyehatan lingkungan, kesehanamatra, pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan di gerbangnegara, surveilans berbasislaboratorium, kajian, rumah sakitrujukan nasional, isolasi, karantinadan infeksi lainnya.
Berdasarkan visi, misi, nilai-nilai,tujuan, arah kebijakan dan strategiserta sasaran strategis sebagaimanatelah diuraikan sebelumnya, makapengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan pada periode
14
belum terpenuhi kebutuhan tenagafungsional seperti sanitarian,epidemiolog kesehatan, entomologkesehatan pada sarana kesehatansecara merata dan banyaknyatenaga masyarakat seperti kaderdesa, juru malaria desa, jumantik,juru imunisasi yang kurang aktif.
Pada saat yang sama Indonesiamengalami perubahan derajatkesehatan maupun pola penyakit. Dibeberapa daerah yang tingkatkesehatannya lebih baik, penyakitmenular sudah relatif berkurang danberalih ke penyakit tidak menular,seperti penyakit jantung danpembuluh darah, diabetes melitus,penyakit kronik dan degeneratiflainnya. Pergeseran pola penyakit inijuga sebagai dampak menurunnyaangka kematian bayi dan anak,meningkatnya usia harapan hidup,dan peningkatan berbagai upayakesehatan.
D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun1962 tentang Karantina Laut.
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun1962 tentang Karantina Udara.
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun1984 tentang Wabah PenyakitMenular.
4. Undang-Undang Nomor 25Tahun 2000 tentang ProgramPembangunan Nasional.
5. Undang-undang Nomor 7 Tahuntentang Sumber Daya Air.
6. Undang-Undang Nomor 25Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan PembangunanNasional dan PengelolaanKeuangan Negara.
7. Undang-Undang Nomor 32Tahun 2004 tentang Peme-rintahan Daerah.
8. Undang-Undang Nomor 33Tahun 2004 tentang Perim-bangan Keuangan antaraPemerintah Pusat dan Daerah.
9. Undang-Undang Nomor 36Tahun 2009 tentang Kesehatan.
10. Undang-Undang Nomor 44Tahun 2009 tentang RumahSakit.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RINomor 375/Menkes/SK/V/2009tentang Rencana PembangunanJangka Panjang BidangKesehatan 2005-2025.
12. Peraturan Menteri KesehatanNomor 1144 Tahun 2010 tentangOrganisasi dan Tata KerjaKementerian Kesehatan.
13. Kepmenkes Nomor 267 Tahun2003 tentang Organisasi dan TataKerja Unit Pelaksana TeknisBidang Teknik KesehatanLingkungan dan PemberantasanPenyakit Menular.
14. Permenkes Nomor 247 Tahun2008 tentang Organisasi danTata Kerja RSPI-SS Jakarta
15. Kepmenkes Nomor 118 Tahun2008 tentang Penetapan RSPI-SS Jakarta sebagai Pusat Kajian
23
f. Pelaksanaan pengendalianpenyakit dan penyehatanlingkungan secara ter-integrasi.
4. Mengembangkan (investasi)sumber daya manusia, antaralain dengan melaksanakanTOT (Training of Trainer) danberbagai bentuk pelatihan(training) sesuai dengankebutuhan dalam pengendalianpenyakit dan penyehatanlingkungan.
5. Memfasilitasi terbentuknya danberperan sebagai regulatorjejaring kerja yang terkait denganpengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan.
6. Memperkuat logistik peralatandeteksi dini faktor risiko,diagnostik dan penanggulanganpenyakit bersifat massal dimasyarakat dan di fasilitaskesehatan baik ketersediaan(sesuai dengan kebutuhan)maupun manajemennya.
7. Melaksanakan deteksi/diagnosisdini dan penanganan kasus(penderita), SKD KLB, surveilansepidemiologi dan pengembangansistem informasi.a. Melaksanakan deteksi/
diagnosis dini aktif padamasyarakat umum.
b. Melaksanakan deteksi/diagnosis dini aktif pada
kelompok masyarakatkhusus.
c. Melaksanakan deteksi/diagnosis dini pasif di fasilitaskesehatan.
d. Melaksanakan penanganankasus (penderita) sesuaistandar.
e. Melaksanakan surveilansepidemilogi faktor risiko dankasus terintegrasi dengansurveilans epidemiologinasional termasuk surveilansepidemiologi faktor risikoberbasis masyarakat.Kegiatan tersebut bertujuanmemperoleh informasi yangesensial serta dapatdigunakan untuk peng-ambilan keputusan dalamupaya pengendalian penyakitdan penyehatan lingkungan.
f. Mengembangkan danmeningkatkan sistem infor-masi manajemen pengen-dalian penyakit dan penye-hatan lingkungan mengguna-kan teknologi informasiinternet website.
8. Monitoring dan evaluasiMelaksanakan supervisi/bim-bingan teknis, monitoring danevaluasi pengendalian penyakitdan penyehatan lingkungan.
9. Mengembangkan dan memper-kuat sistem pembiayaanpengendalian penyakit danpenyahatan lingkungan (APBN,
15
dan Rujukan Nasional PenyakitInfeksi.
16. Permenkes Nomor 356 Tahun2009 tentang Organisasi danTata Kerja Kantor KesehatanPelabuhan.
17. Keputusan Menteri KesehatanNomor 853/MENKES/SK/IX/2009 tentang Tim Jejaring KerjaNasional Pengendalian PenyakitTidak Menular (TIM JKN PPTM)
18. Keputusan Menteri KesehatanNomor 854/MENKES/SK/IX/2009 tentang PengendalianPenyakit Jantung dan PembuluhDarah.
E. Organisasi dan Ketenagaan
Program pengendalian penyakitdan penyehatan lingkungan dilak-sanakan oleh Direktorat JenderalPengendalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan sebagai-mana ditetapkan dalam PeraturanMenteri Kesehatan Nomor 1144Tahun 2010 tentang Organisasi danTata Kerja Kementerian Kesehatan,beserta UPT yang menjadi tang-gungjawabnya dan dilaksanakanpula oleh provinsi dan kabupatensebagai tugas dekonsentrasimaupun tugas perbantuan.
Direktorat Jenderal PengendalianPenyakit dan Penyahatan Ling-kungan terdiri atas 5 Direktorat, yaitu:1) Direktorat Surveilans, Imunisasi,Karantina dan Kesehatan Matra; 2)Direktorat Pengendalian Penyakit
Menular Langsung (PPML); 3)Direktorat Pengendalian PenyakitBersumber Binatang (PPBB); 4)Direktorat Pengendalian PenyakitTidak Menular (PPTM); dan 5)Direktorat Penyehatan Lingkungan(PL), serta didukung oleh SekretariatDirektorat Jenderal.
Direktorat Jenderal PengendalianPenyakit dan Penyehatan Ling-kungan mempunyai tugas meru-muskan serta melaksanakankebijakan dan standarisasi teknis dibidang pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan dan dalammenjalankan tugasnya mempunyaifungsi sebagai berikut: (1)Perumusan kebijakan di bidangpengendalian penyakit dan penye-hatan lingkungan; (2) Pelaksanaankebijakan di bidang pengendalianpenyakit dan penyehatan lingkungan;(3) Penyusunan norma, standar,prosedur, dan kriteria di bidangpengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan; (4) Pem-berian bimbingan teknis dan evaluasidi bidang pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan; dan (5)Pelaksanaan administrasi DirektoratJenderal Pengendalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan.
Saat ini Direktorat JenderalPengendalian Penyakit dan Penye-hatan Lingkungan memiliki ke-tenagaan sebanyak 4.424 orang,meliputi: 1) Kantor Pusat (693 orang);2) BBTKL-PPM (733 orang); KKP(2.428 orang); dan RSPI-SS9 (570orang).
22
dalian penyakit danpenyehatan lingkungan
1) Penyuluhan (KIE)Tersedia dan terdistri-businya media KIETerlaksananya KIEtentang faktor risikopenyakit dan penye-hatan lingkungan yangmencakup seluruh fasekehidupan denganberbagai metode, baikperorangan, kelompok,maupun melalui mediamassa
2) Bina suasanaKelompok sasaran lebih ketingkat operasional secaraberjenjang (Tim Peng-gerak PKK, Toga, Toma,organisasi profesi, LSM,dan lain-lain).
3) Pemberdayaan Masya-rakatMelaksanakan sosialisasiguna menumbuhkanpotensi masyarakat secaraoptimal dalam pengen-dalian penyakit danpenyehatan lingkunganserta berperan sebagaifasilitator dan regulatorkegiatan pengendalianpenyakit dan penyehatanlingkungan berbasismasyarakat.
3. Melaksanakan intensifikasi,akselerasi, ekstensifikasi daninovasi program pengendalian
penyakit dan penyehatanlingkungan sesuai dengankemajuan teknologi dan kondisidaerah setempat (local areaspecific) melalui perencanaanterpadu dan kegiatanterkoordinasi, antara lain:
a. Pengembangan dan“replikasi” pilot proyek darisatu atau lebih provinsi dankabupaten/kota ke provinsidan kabupaten/kota lainnya.
b. Penyediaan peralatan deteksidini (skrining) faktor risiko,diagnostik dan penanggu-langan penyakit yang bersifatmassal sesuai dengankebutuhan dan kemajuanteknologi.
c. Pengembangan berbagaibentuk kegiatan pember-dayaan masyarakat dalampencegahan dan penang-gulangan faktor risikopenyakit dan penyehatanlingkungan sesuai dengankarakteristik dan sosio-budaya setempat.
d. Perluasan cakupan pence-gahan dan penanggulanganfaktor risiko penyakit danpenyehatan lingkunganberbasis masyarakat.
e. Pengembangan dan distribusimedia KIE tentang pen-cegahan penanggulanganpenyakit dan penyehatanlingkungan sesuai denganbahasa, sosial, dan budayasetempat.
16
II. VISI, MISI, NILAI-NILAI,TUJUAN DAN SASARANSTRATEGIS
A. Visi
Visi Kementerian Kesehatanadalah: “Masyarakat Sehat yangMandiri dan Berkeadilan”. Sejalandengan visi Kementerian Kesehatantersebut, maka visi DirektoratJenderal Pengendalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan adalah:“Masyarakat Sehat yang Mandiridalam Pencegahan dan Penang-gulangan Penyakit dan PenyehatanLingkungan serta Berkeadilan.
B. Misi
Untuk mencapai masyarakatsehat dan mandiri dan berkeadilanKementerian Kesehatan telahmenetapkan misi, yaitu: 1)Meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat, melalui pemberdayaanmasyarakat, termasuk swasta danmasyarakat madani; 2) Melindungikesehatan masyarakat denganmenjamin tersedianya upayakesehatan yang paripurna, merata,bermutu, dan berkeadilan; 3)Menjamin ketersediaan danpemerataan sumber daya kesehatan;dan 4) Menciptakan tata kelolakepemerintahan yang baik.
Mengacu pada misi KementerianKesehatan, misi Direktorat JenderalPengendalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan meliputi:
1. Meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat, melalui pember-dayaan masyarakat, termasukswasta dan masyarakat madanidalam pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan.
2. Melindungi kesehatan masya-rakat dengan menjamin ter-sedianya upaya kesehatan yangparipurna, merata, bermutu, danberkeadilan dalam pengendalianpenyakit dan penyehatanlingkungan.
3. Menjamin ketersediaan danpemerataan sumber dayakesehatan dalam pengendalianpenyakit dan penyehatanlingkungan.
4. Menciptakan tata kelolakepemerintahan yang baik dalampengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan.
C. Nilai-nilai
Guna mewujudkan visi dan misirencana strategis pembangunankesehatan, Kementerian Kesehatanmenganut dan menjunjung tingginilai-nilai sebagai berikut:
1. Pro rakyatDalam penyelenggaraanpembangunan kesehatan selalumendahulukan kepentinganrakyat dan haruslah meng-hasilkan yang terbaik untukrakyat. Diperolehnya derajatkesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orangadalah salah satu hak asasi
21
pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan; 2) Peran civilsociety organization melaluipengembangan dan penguatanjejaring kerja pengendalian penyakitdan penyehatan lingkungan; dan 3)Peran masyarakat melaluipengembangan dan penguatanpencegahan dan penanggulanganfaktor risiko penyakit dan penyehatanlingkungan berbasis masyarakat.
A. Program Pokok
Secara umum program pokokpengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Melaksanakan review danmemperkuat “aspek legal”pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan di UnitPelaksana Teknis (UPT), DinasKesehatan Provinsi, DinasKesehatan Kabupaten/Kota, danPusekesmas, seperti:
a. Struktur organisasipengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan danketenagaan yang tersedia.
b. Kebijakan daerah yang terkaitdengan pengendalianpenyakit dan penyehatanlingkungan.
c. Ketersediaan dan distribusiNorma, Standar, Pedoman(Prosedur), dan Kriteria(NSPK) pengendalianpenyakit dan penyehatanlingkungan
2. Melaksanaskan advokasi dansosialisasia. Advokasi
Pendekatan kepada parapimpinan atau penentu/pembuat peraturan per-undang-undangan agar dapatmemberikan dukungan,kemudahan, perlindunganpada berbagai upaya pengen-dalian penyakit dan penye-hatan lingkungan yang dilak-sanakan dalam berbagaibentuk kegiatan advokasi baikformal maupun informal.Luaran
Adanya peraturan per-undang-undangan (SuratEdaran/Instruksi/ SuratKeputusan/ PeraturanGubernur/Bupati/Walikota/PERDA) yang berkaitandengan pengendalianpenyakit dan penyehatanlingkungan.Terlaksananya peraturanperundang-undanganyang berkaitan denganpengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan.Tersedianya anggaran daripemerintah, LintasProgram, Lintas Sektor,dan lain-lain.
b. SosialisasiKegiatan sosialisasi meliputiKIE (Komunikasi, Informasi,Edukasi), dukungan/binasuasana, dan pemberdayaanmasyarakat dalam pengen-
17
manusia tanpa membedakansuku, golongan, agama, danstatus sosial ekonomi.
2. InklusifSemua kegiatan dalam programpembangunan kesehatan harusmelibatkan semua pihak, karenasemua mempunyai peran yangpenting. Dengan demikian,seluruh komponen masyarakatharus berpartisipasi aktif, yangmeliputi lintas sektor, organisasiprofesi, organisasi masyarakatpengusaha, masyarakat madanidan masyarakat akar rumput.
3. ResponsifProgram kesehatan haruslahsesuai dengan kebutuhandengan keinginan rakyat, sertatanggap dalam mengatasipermasalahan di daerah, situasikondisi setempat, sosial budayadan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalammengatasi permasalahankesehatan yang berbeda-bedasehingga diperlukan penanganyang berbeda pula.
4. EfektifProgram kesehatan harusmencapai hasil yang signifikansesuai dengan target yang telahditetapkan, dan bersifat efisien.
5. BersihPenyelenggaraan pembangunankeseha-tan harus bebas darikorupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN), transparan, danakuntabel.
Sesuai dengan nilai-nilai yangditetapkan Kementerian Kesehatan,maka dalam melaksanakan pengen-daliam penyakit dan dan penyehatanlingkungan diperlukan tambahannilai, yaitu: Rajin, Bermutu, Prioritaspekerjaan, dan Mengutamakanpemecahan masalah.
D. Tujuan
Tujuan Kementerian Kesehatanadalah terselenggaranya pem-bangunan kesehatan secaraberhasil-guna dan berdaya-gunadalam rangka mencapai derajatkesehatan masyarakat yangsetinggi-tingginya.
Sejalan dengan Tujuan Kemen-terian Kesehatan, maka tujuanDirektorat Jenderal PengendalianPenyakit dan Penyehatan Lingkung-an adalah terselenggaranya pengen-dalian penyakit dan penyehatanlingkungan secara berhasil-guna danberdaya-guna dalam mendukungpencapaian derajat kesehatanmasyarakat yang setinggi-tingginyamelalui :
1. Pembinaan surveilans, imunisasi,karantina dan kesehatan matra.
2. Pengendalian penyakit menularlangsung.
3. Pengendalian penyakit ber-sumber binatang
4. Pengendalian penyakit tidakmenular
20
9. Memprioritaskan pencapaiansasaran MDG’s, komitmennasional dan internasional
B. Strategi
Strategi Kementerian Kesehatan2010-2014 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemberdayaanmasyarakat, swasta danmasyarakat madani dalampembangunan kesehatan melaluikerjasama nasional dan global.
2. Meningkatkan pelayanankesehatan yang merata,terjangkau, bermutu danberkeadilan, serta berbasis bukti;dengan pengutamaan padaupaya promotif-preventif.
3. Meningkatkan pembiayaanpembangunan kesehatan,terutama untuk mewujudkanjaminan sosial kesehatannasional.
4. Meningkatkan pengembangandan pemberdayaan SDMkesehatan yang merata danbermutu.
5. Meningkatkan ketersediaan,pemerataan, dan keterjangkauanobat dan alat kesehatan sertamenjamin keamanan/khasiat,kemanfaatan, dan mutu sediaanfarmasi, alat kesehatan, danmakanan.
6. Meningkatkan manajemenkesehatan yang akuntabel,transparan, berdayaguna untukmemantapkan desentralisasi
kesehatan yang bertanggung-jawab.
Dari strategi KementerianKesehatan tersebut, maka dalamProgram Pengendalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan dikembang-kan strategi sebagai berikut:
1. Melaksanakan review danmemperkuat aspek legal.
2. Melaksanakan advokasi dansosialisasi.
3. Melaksanakan intensifikasi,akselerasi, ekstensifikasi daninovasi program.
4. Mengembangkan (investasi)sumberdaya manusia.
5. Memperkuat jejaring kerja.
6. Memperkuat logistik, distribusidan manajemen.
7. Memperkuat surveilans epide-miologi dan aplikasi teknologiinformasi.
8. Melaksanakan supervisi/bim-bingan teknis, monitoring, danevaluasi.
9. Mengembangkan dan memper-kuat sistem pembiayaan.
IV. PROGRAM PENGENDALI-AN PENYAKIT DAN PENYE-HATAN LINGKUNGAN
Secara umum pengendalianpenyakit dan penyehatan lingkungandidasari oleh tiga pilar, yaitu: 1) Peranpemerintah melalui pengembangandan penguatan program pokok
18
5. Penyehatan lingkungan
6. Penyelenggaraan pengendalianpenyakit dan penyehatan ling-kungan di pintu gerbang negara.
7. Penyelenggaraan pengendalianpenyakit dan penyehatanlingkungan berbasis laboratorium
8. Pengembangan dan penyeleng-garaan pusat kajian dan pusatrujukan nasional penyakit Infeksi
9. Dukungan manajemen danpelaksanaan tugas teknis lainnyadalam program pengendalianpenyakit dan penyehatanlingkungan.
E. Sasaran Strategis
Sasaran strategis pengendalianpenyakit dan penyehatan lingkungan,tahun 2010-2014 yaitu:
1. Meningkatnya penanggulanganKejadian Luar Biasa (KLB)kurang dari 24 jam dari 68%menjadi 100 %.
2. Meningkatnya cakupan imunisasidasar lengkap bayi usia 0-11bulan dari 80% menjadi 90%.
3. Meningkatnya persentase desayang mencapai UCI dari 80%menjadi 100%
4. Meningkatnya faktor risikopotensial PHEIC yang terdekteksidi pintu negara menjadi 100 %.
5. Terlaksananya penanggulanganfaktor risiko dan pelayanankesehatan pada kondisi matra.
6. Meningkatnya jumlah kasus barutuberkulosis (TB) paru (BTA
positif) yang ditemukan dari 73%menjadi 90%.
7. Meningkatnya kasus baru TBparu (BTA positif) yangdisembuhkan dari 85% menjadi88%.
8. Menurunnya prevalensi TB dari235 menjadi 224 per 100.000penduduk.
9. Menurunnya prevalensi HIVmenjadi <0,5%
10. Meningkatnya persentasependuduk usia 15-24 tahun yangmemiliki pengetahuan kom-prehensif tentang HIV-AIDS dari65% menjadi 95%
11. Meningkatnya persentase ODHAyang mendapatkan ART dari 30%menjadi 50%.
12. Menurunnya angka kesakitandiare dari 350 Per 1000 pendudukmenjadi 285 per 1000 penduduk.
13. Menurunnya angka kesakitanmalaria (Annual Paracite Index -API) dari 2 menjadi 1 per 1.000penduduk
14. Menurunnya angka kesakitanDBD dari 55 menjadi 51 per100.000 penduduk.
15. Meningkatnya persentase kasuspenyakit zoonosis yang ditemu-kan dari 70% menjadi 90%.
16. Meningkatnya persentaseprovinsi yang melakukan pem-binaan pencegahan dan penang-gulangan penyakit tidak menular(SE, deteksi dini, KIE danpenanganan kasus) dari 50%menjadi 100%.
19
17. Meningkatnya kualitas air minumyang memenuhi syarat dari 85%menjadi 100%.
18. Meningkatnya akses pendudukterhadap air minum yangberkualitas dari 62% menjadi67%.
19. Meningkatnya penduduk yangmenggunakan jamban sehat dari64% menjadi 75%.
20. Meningkatnya jumlah desa yangmelaksanakan STBM dari 2500desa menjadi 20.000 desa.
21. Meningkatnya potensi pengen-dalian terhadap cegah tangkalpenyakit di pelabuhan, bandarudara dan PLBD menjadi 100%.
22. Meningkatnya jumlah peme-riksaan laboratorium dan Ling-kungan untuk penyakit berpotensiwabah, penyakit menular/tidakmenular prioritas dan faktor risikolingkungan dari 60% menjadi85%.
23. Meningkatnya kualitas rujukanpenyakit infeksi sesuai standarditandai dengan menurunkanangka kematian pasien lebih dari2 x 24 jam dari 35 per 1.000menjadi 25 per 1.000
24. Meningkatnya kajian penyakitinfeksi dari 10% menjadi 50%.
25. Meningkatnya sarana danprasarananya seluruh UPTvertikal
26. Jumlah rancangan regulasi
III. ARAH KEBIJAKAN DANSTRATEGI
A. Arah Kebijakan
Arah kebijakan dan strategiprogram pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan didasarkanpada arah kebijakan dan strategiKementerian Kesehatan yangmerupakan penjabaran dari arahkebijakan dan strategi nasionalsebagaimana yang tercantum dalamRencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, yaitu:
1. Meningkatkan advokasi, sosiali-sasi, dan pengembangankapasitas.
2. Meningkatkan kemampuanmanajemen dan profesionalismepengelolaan.
3. Meningkatkan aksesibilitas dankualitas
4. Meningkatkan jangkauan pela-yanan pada kelompok masya-rakat berisiko tinggi, daerahtertinggal, terpencil, perbatasandan kepulauan serta bermasalahkesehatan
5. Mengutamakan program ber-basis masyarakat.
6. Meningkatkan jejaring kerja,kemitraan dan kerja sama.
7. Mengupayakan pemenuhankebutuhan sumber daya.
8. Mengutamakan promotif danpreventif.
dan standar yang disusun.