Upload
vuongnguyet
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KELOMPOK KERJA NASIONAL TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH (POKJANAS TPID)
Jakarta, 16 Mei 2012
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kementerian Dalam Negeri
P r o c e e d i n g
Rapat Koordinasi Nasional IIITim Pengendalian Inflasi Daerah
Tahun 2012
Rapat Koordinasi Nasional IIITim Pengendalian Inflasi Daerah
Tahun 2012“Meningkatkan Peran Pemerintah Daerah dalam Mendukung Stabilitas Harga Melalui
Penguatan Ketahanan Pangan serta Optimalisasi Informasi Harga Pangan Strategis”
i
PROCEEDING
Kelompok Kerja Nasional Tim PengendalianInflasi Daerah (Pokjanas TPID)
Jakarta, 16 Mei 2012
≈Meningkatkan Peran Pemerintah Daerah dalamMendukung Stabilitas Harga Melalui PenguatanKetahanan Pangan serta Optimalisasi Informasi
Harga Pangan Strategis∆
RAPAT KOORDINASI NASIONAL IIITIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH
TAHUN 2012
ii
Dalam rangka mewujudkan stabilitas harga di daerah sekaligus
mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional, berbagai langkah koordinasi
antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah dilakukan baik melalui wadah koordinasi
Tim Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat, maupun melalui Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) di tingkat daerah. Awareness Pemerintah Daerah terhadap
arti pentingya upaya menjaga stabilitas harga, sebagai salah satu prasyarat
terciptanya pertumbuhan ekonomi daerah yang berkesinambungan, semakin kuat.
Hal ini terlihat pada semakin banyaknya daerah yang bergabung membentuk
TPID baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten/Kota. Dalam kurun
waktu tiga tahun terakhir TPID telah terbentuk di seluruh provinsi, atau TPID
telah terbentuk di 65 daerah dari total 66 kota/kabupaten pembentuk inflasi
nasional berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS).
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) TPID, merupakan sebuah forum
untuk memperkuat koordinasi dan sinergi kebijakan antara pusat-daerah dalam
upaya menciptakan stabilisasi harga pada umumnya dan pengendalian inflasi pada
khususnya. Rakornas TPID diselenggarakan setiap tahun sejak 2010 dan pada
tahun 2012 ini merupakan penyelenggaraan untuk kali ketiga. Tema yang diangkat
pada tahun ini adalah ≈Meningkatkan Peran Pemerintah Daerah dalam
Mendukung Stabilitas Harga melalui Penguatan Ketahanan Pangan serta
Optimalisasi Pemanfaatan Informasi Harga Pangan Strategis∆. Tema ini dirumuskan
oleh Kelompok Kerja Nasional TPID (Pokjanas TPID) berdasarkan hasil penggodokan
berbagai isu strategis dan permasalahan terkait pengendalian inflasi di daerah
yang disampaikan oleh daerah baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat
Kabupaten/Kota melalui TPID. Secara garis besar terdapat 2 (dua) topik utama
akan dibahas dalam Rakornas III TPID 2012, yaitu: (1) penguatan cadangan pangan
daerah dan (2) peningkatan perdagangan komoditas pangan antar daerah. Melalui
pembahasan dua topik tersebut, diharapkan dapat menjadi langkah awal yang
strategis untuk mendukung terwujudnya stabilitas harga di daerah.
KATA PENGANTAR
iii
Prosiding Laporan Rakornas III TPID 2012 ini disusun sebagai bentuk
akuntabilitas dari berbagai upaya yang ditempuh oleh Pokjanas TPID. Di dalamnya
termuat pokok-pokok pembahasan dan hasil diskusi antara Kepala Daerah dan
Kementerian/Lembaga terkait mengenai berbagai isu pengendalian inflasi yang
berkembang saat ini, khususnya terkait isu penguatan ketahanan pangan,
pentingnya menciptakan transparansi informasi harga pasar khususnya komoditas
bahan pangan, serta perlunya mengantisipasi dampak lanjutan dari rencana
penerapan kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Akhir kata, kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah berkontribusi terhadap pelaksanaan Rakornas III TPID ini.
Jakarta, Juni 2012
Bank Indonesia
Dr. SugengKepala Biro Kebijakan
Moneter
KementerianDalam Negeri
Widodo Sigit Pudjianto, SH, MHDirektur Pengembangan
Ekonomi Daerah
Kementerian KoordinatorBidang Perekonomian
Drs. Urhen Lukman, MAAsisten Deputi Urusan
Ekonomi dan Keuangan Daerah
iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
BAGIAN I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
I.1. LATAR BELAKANG ............................................................................. 1
I.2. TUJUAN............................................................................................. 4
I.3. TEMPAT, WAKTU, PESERTA, DAN AGENDA ........................................ 4
BAGIAN II SESI I PEMBUKAAN RAKORNAS TPID ....................................... 7
II.1. TRANSKRIP LAPORAN POKJANAS TPID (DISAMPAIKAN OLEH
GUBERNUR BANK INDONESIA) .......................................................... 7
II.2. VISUALISASI PENGEMBANGAN PUSAT INFORMASI HARGA PANGAN
STRATEGIS ........................................................................................ 10
II.3. PENYERAHAN PENGHARGAAN PENGELOLAAN INFLASI DAERAH ...... 11
II.4. TRANSKRIP ARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ....................... 12
BAGIAN III SESI II RAPAT KOORDINASI ..................................................... 23
III.1. POKOK-POKOK PEMAPARAN POKJANAS TPID MENGENAI ISU
STRATEGIS PENGENDALIAN INFLASI DAERAH (DISAMPAIKAN OLEH
KOMITE KEBIJAKAN) ......................................................................... 23
III.2. TANGGAPAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN ..... 24
III.3. DISKUSI/TANYA JAWAB ..................................................................... 25
III.4. KESIMPULAN ..................................................................................... 26
III.5. TINDAK LANJUT ................................................................................ 27
BAGIAN IV SESI III SHARING SESSION ≈IMPLEMENTASI PROGRAM TPID
MELALUI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI HARGA BAHAN PANGAN
POKOK DAN PENGUATAN KETAHANAN PANGAN UNTUK MENDUKUNG
TERCIPTANYA STABILITAS HARGA DI DAERAH∆ ........................................ 29
DAFTAR ISI
v
IV.1. UPAYA PENGUATAN CADANGAN KETAHANAN PANGAN OLEH TPID
JAWA TENGAH.................................................................................. 29
IV.2. PERAN SISTEM RESI GUDANG DALAM PENGENDALIAN INFLASI
DAERAH OLEH TPID KALIMANTAN SELATAN ..................................... 30
IV.3. PENGUATAN CADANGAN PANGAN MELALUI PENGEMBANGAN
SISTEM RESI GUDANG ....................................................................... 32
IV.4. PERAN DAN PELUANG BISNIS BANK PEMBANGUNAN DAERAH
DALAM PEMBIAYAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM RESI GUDANG
DI DAERAH........................................................................................ 33
IV.5. PERAN MEDIA DALAM DISEMINASI INFORMASI HARGA PANGAN ..... 35
IV.6. KESIMPULAN ..................................................................................... 36
IV.7. TINDAK LANJUT ................................................................................ 37
BAGIAN V PENUTUP ................................................................................ 39
LAMPIRAN 1 MATERI TAYANGAN RAKORNAS III TPID .............................. 41
LAMPIRAN 2 DAFTAR TPID ...................................................................... 149
LAMPIRAN 3 DOKUMENTASI ................................................................... 159
vi
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bagian 1 - Pendahuluan
1
I.1. LATAR BELAKANGPeran Pemerintah Daerah dalam mendukung terjaganya stabilitas harga
dirasakan semakin penting dan menjadi perhatian berbagai kalangan. Hal ini
mengingat dinamika harga yang terjadi di daerah menjadi faktor penentu penting
dalam pencapaian sasaran inflasi nasional. Namun demikian, upaya mewujudkan
stabilitas harga di daerah masih dibayangi oleh berbagai permasalahan struktural,
misalnya tingginya ketergantungan produksi komoditas pangan terhadap kondisi
cuaca, rendahnya keterhubungan antar daerah, belum kompetitifnya struktur
pasar dan tata niaga khususnya komoditas bahan pangan pokok, serta berbagai
persoalan mendasar lainnya termasuk alih fungsi lahan. Dalam kerangka otonomi
daerah, kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah menjadi tumpuan
untuk turut mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Hal ini sejalan dengan
kewenangan Pemerintah Daerah yang semakin besar sejak diberlakukannya
kebijakan otonomi daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 j.o. Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah. Dengan adanya keterlibatan aktif Pemerintah Daerah diharapkan dapat
menghasilkan rumusan kebijakan stabilisasi harga yang lebih sesuai dengan
karakteristik inflasi daerah.
Berbagai permasalahan struktural dalam perekonomian sebagaimana
dimaksud di atas menyebabkan inflasi sangat rentan dipengaruhi oleh guncangan
dari sisi penawaran (supply side shocks). Terjadinya bencana alam dan atau cuaca
ekstrem di satu daerah dengan segera dapat memicu terjadinya lonjakan harga
Bagian 1
Pendahuluan
Bagian 1 - Pendahuluan
2
pangan di daerah tersebut dan daerah lainnya, yang pada gilirannya mendorong
kenaikan inflasi secara nasional. Di samping itu, kebijakan strategis pemerintah di
bidang harga seperti Bahan Bakar Minyak (BBM), Tarif Tenaga Listrik (TTL), dan
cukai rokok cenderung diikuti pergerakan inflasi yang lebih bervariasi di daerah.
Penelitian yang dilakukan oleh Brodjonegoro (2004) mengidentifikasikan penyebab
utama inflasi di daerah sebagai faktor yang bersifat non-moneter √ seperti operasi
fiskal daerah (pendapatan dan pengeluaran rutin) dan ongkos transportasi. Selain
itu, inflasi di Indonesia cenderung memiliki persistensi yang tinggi sehingga setiap
kali terjadi guncangan (shocks) akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
kembali pada pola normalnya.
Melihat pada karakteristik inflasi tersebut di atas, maka untuk mencapai
sasaran inflasi nasional, yang diarahkan secara bertahap terus menurun hingga
ke level yang setara dengan negara-negara di kawasan, memerlukan koordinasi,
sinkronisasi, dan sinergi antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal/sektoral
di tingkat pusat dan daerah. Di tingkat pusat, koordinasi kebijakan dilakukan
melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan di tingkat daerah melalui wadah Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Inisiatif pembentukan TPID yang dimulai pada
2008, sejauh ini memperoleh tanggapan yang cukup menggembirakan dari seluruh
pemangku kepentingan (stakeholder) terkait. Terus bertambahnya jumlah daerah
yang turut bergabung membentuk TPID menunjukkan semakin besarnya kesadaran
dan arti penting dari upaya menjaga stabilitas harga bagi pembangunan ekonomi
yang berkesinambungan di daerah. Koordinasi yang terjalin melalui TPI/TPID
diharapkan menghasilkan rumusan bauran kebijakan (policy mix) yang bersifat
lintas lembaga/sektor yang diperlukan dalam mengatasi permasalahan struktural
yang menjadi pemicu inflasi di daerah.
Terbentuknya Kelompok Kerja Nasional Koordinasi (Pokjanas) TPID pada
bulan Juli 2011 menjadi momentum penting dalam meningkatkan efektivitas
koordinasi pengendalian inflasi di Indonesia. Koordinasi antara Pemerintah dan
otoritas moneter yang semakin solid merupakan salah satu faktor pendukung
bagi tercapainya inflasi nasional yang rendah di 2011. Kekhawatiran terhadap
berlanjutnya kenaikan harga pangan yang terjadi sejak pertengahan 2010 dan
dinamika global yang diwarnai ketidakpastian diantisipasi dengan berbagai
kebijakan dan langkah strategis. Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam
Forum TPI di tingkat pusat diarahkan untuk menjamin kesinambungan pasokan
Bagian 1 - Pendahuluan
3
pangan dan kestabilan harganya bagi masyarakat, disertai berbagai upaya untuk
mendorong peningkatan produksi beras nasional sekaligus memperkuat ketahanan
pangan khususnya melaui peningkatan cadangan beras pemerintah.
Di tingkat daerah, langkah-langkah untuk menjamin kesinambungan
pasokan dan kelancaran distribusi kebutuhan pangan pokok bagi masyarakat
ditempuh oleh pemerintah daerah dan Bank Indonesia dalam Forum TPID antara
lain melalui intensifikasi pemantauan langsung perkembangan harga komoditas
bahan pangan pokok di pasar-pasar, pemantauan kelancaran distribusi bahan
pangan pokok, pengawasan dan penindakan terhadap aksi penimbunan, dan
peningkatan komunikasi kepada publik. Sejalan dengan hal tersebut, kebijakan
Bank Indonesia secara konsisten diarahkan untuk menjaga stabilitas moneter dan
memitigasi dampak dari gejolak eksternal, serta memperkuat ketahanan sistem
keuangan untuk mendukung terjaganya stabilisasi inflasi inti.
Menyadari semakin beratnya tantangan menjaga stabilitas harga pada
umumnya dan pengendalian inflasi pada khususnya, diperlukan rumusan bauran
kebijakan lintas sektor yang bersifat kolaboratif dan sinergis. Penyelenggaraan
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Ketiga (III) TPID pada tahun 2012 merupakan
forum yang sangat strategis untuk membangun keselarasan pemahaman dan
komitmen bersama terhadap upaya untuk mengatasi berbagai tantangan stabilisasi
harga ke depan yang akan dihadapi. Konsep penyelenggaraan Rakornas TPID
yang untuk ketiga kalinya diselenggarakan ini akan difokuskan pada upaya
meningkatkan komunikasi aktif antara penentu kebijakan di daerah dengan
Pemerintah Pusat. Fokus pembahasan dalam Rakornas III TPID 2012 diarahkan
pada penyusunan rekomendasi kebijakan konkrit yang dapat segera
diimplementasikan untuk mengatasi potensi gejolak harga pangan antara lain
melalui penguatan ketahanan pangan daerah (termasuk cadangan pangan
daerah).
Upaya penguatan cadangan pangan daerah dan disertai dengan
optimalisasi pemanfaatan data harga pangan strategis merupakan langkah awal
untuk mendukung terwujudnya stabilitas harga. Dua hal penting tersebut menjadi
pokok bahasan dalam Rakornas III TPID 2012, sehingga tema Rakornas III TPID
2012 adalah ∆Meningkatkan Peran Pemerintah Daerah dalam Mendukung∆Meningkatkan Peran Pemerintah Daerah dalam Mendukung∆Meningkatkan Peran Pemerintah Daerah dalam Mendukung∆Meningkatkan Peran Pemerintah Daerah dalam Mendukung∆Meningkatkan Peran Pemerintah Daerah dalam Mendukung
Stabilitas Harga Melalui Penguatan Ketahanan Pangan serta OptimalisasiStabilitas Harga Melalui Penguatan Ketahanan Pangan serta OptimalisasiStabilitas Harga Melalui Penguatan Ketahanan Pangan serta OptimalisasiStabilitas Harga Melalui Penguatan Ketahanan Pangan serta OptimalisasiStabilitas Harga Melalui Penguatan Ketahanan Pangan serta Optimalisasi
Pemanfaatan Informasi Harga Pangan Strategis∆Pemanfaatan Informasi Harga Pangan Strategis∆Pemanfaatan Informasi Harga Pangan Strategis∆Pemanfaatan Informasi Harga Pangan Strategis∆Pemanfaatan Informasi Harga Pangan Strategis∆. Penyelenggaraan Rakornas TPID
Bagian 1 - Pendahuluan
4
tahun ini merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri, dan Bank Indonesia.
I.2. TUJUANSejalan dengan tema yang diusung pada Rakornas tahun ini, tujuan
penyelenggaraan Rakornas III TPID 2012 adalah sebagai berikut:
a. Memperkuat koordinasi dan kerjasama baik secara vertikal yakni antara
pemerintah pusat-daerah maupun secara horisontal antar pemerintah daerah
dan antar lembaga terkait baik di tingkat pusat dan daerah, dalam rangka
mendukung stabilitas harga khususnya melalui penguatan program kerja
ketahanan pangan dan pemanfaatan informasi harga pangan strategis di
daerah.
b. Membahas permasalahan terkait upaya stabilisasi harga pangan di daerah.
c. Membentuk komitmen bersama agar program penguatan ketahanan pangan
dan pengembangan pusat informasi harga pangan menjadi agenda prioritas
pemerintah daerah ke depan.
d. Mengkomunikasikan berbagai kebijakan pemerintah pusat dan Bank Indonesia
yang terkait dengan stabilitas harga dan ketahanan pangan.
e. Memperoleh informasi mengenai kesiapan penerapan program penguatan
ketahanan pangan dan pengembangan pusat informasi harga di beberapa
daerah.
I.3. TEMPAT, WAKTU, PESERTA, DAN AGENDARakornas III TPID 2012 diselenggarakan di Hotel Sahid Jaya, Jalan Jenderal
Sudirman 86 Jakarta, pada hari Rabu tanggal 16 Mei 2012, dan diikuti oleh seluruh
Gubernur Provinsi, 41 (empat puluh satu) pemimpin Bank Indonesia di daerah
serta 65 (enam puluh lima) Bupati/Walikota yang tercatat sebagai kota pembentuk
inflasi nasional (di luar kota Jakarta) dan 2 (dua) Bupati/Walikota di luar kota
inflasi yang telah memiliki TPID.
Secara garis besar acara Rakornas III TPID 2012 terbagi ke dalam 3 (tiga)
sesi sebagai berikut:
Sesi ISesi ISesi ISesi ISesi I: Pada sesi ini dilakukan acara pembukaan Rapat Koordinasi Nasional TPID
(Rakornas III TPID) 2012 yang secara resmi dilakukan oleh Presiden RI
(Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono), didahului sambutan dari
Gubernur Bank Indonesia (Dr. Darmin Nasution).
Bagian 1 - Pendahuluan
5
Pada Sesi Pembukaan ini disisipkan dengan 2 (dua) acara, yakni: (1)
penayangan film pendek tentang pengembangan Pusat Informasi Harga
Pangan Strategis (PIHPS); (2) pemberian penghargaan kepada TPID yang
dinilai berhasil dalam hal koordinasi pengelolaan inflasi daerah, yang antara
lain sebagaimana tercermin dari intensitas kegiatan yang dilakukan oleh
TPID dan pencapaian kinerja inflasi pada tahun 2011.
Sesi II:Sesi II:Sesi II:Sesi II:Sesi II: Sesi ini merupakan kegiatan pokok dari acara Rakornas III TPID 2012,
yakni berupa rapat koordinasi untuk membahas permasalahan struktural
yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam upayanya menjaga stabilisasi
harga bahan pangan pokok yang selanjutnya dapat mendukung
pengendalian inflasi di daerah. Pimpinan rapat di Sesi II ini adalah menteri/
pejabat tinggi negara yang berperan sebagai Pembina/Pengarah di TPI
dan Pokjanas TPID, yakni: (1) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian,
(2) Gubernur Bank Indonesia, (3) Menteri Keuangan, dan (4) Menteri Dalam
Negeri. Selain itu, mengingat topik pembahasan terkait pertanian dan
informasi harga pangan pokok, dalam rapat tersebut, diikutsertakan juga
(5) Menteri Pertanian, (6) Menteri Perdagangan dan (7) Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral.
Sesi III:Sesi III:Sesi III:Sesi III:Sesi III: Sesi ini merupakan sesi diskusi (knowledge sharing) berbentuk talkshow
mengenai penerapan beberapa program kerja yang direkomendasikan
atau diinisiasi/difasilitasi oleh TPID terkait dengan upaya penguatan
ketahanan pangan atau cadangan pangan daerah dan penciptaan
transparansi informasi harga pangan yang dinilai berhasil bagi terciptanya
stabilisasi harga khususnya harga bahan pangan pokok serta mendukung
upaya pengendalian inflasi di daerah.
Bagian 1 - Pendahuluan
6
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
7
II.1. TRANSKRIP LAPORAN POKJANAS TPID (DISAMPAIKAN OLEHGUBERNUR BANK INDONESIA)
TRANSKRIP LAPORAN POKJANAS TPID
DALAM RAPAT KOORDINASI NASIONAL KE-TIGA
TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH TAHUN 2012
Jakarta, Rabu - 16 Mei 2012
Yth. Bpk. Presiden Republik Indonesia
Yth. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II
Yth. Gubernur dan Ketua DPRD Provinsi seluruh Indonesia
Yth. Bupati/Walikota dan Ketua DPRD Kab/Kota
Yth. Pimpinan dan Anggota Komisi XI DPR-RI
Yth. Para hadirin dan undangan sekalian
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua
Di pagi hari yang cerah ini, marilah kita bersama-sama memanjatkan puji
dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya kita dapat berkumpul bersama dalam acara Rapat Koordinasi Nasional Tim
Pengendalian Inflasi Daerah atau Rakornas TPID-2012.
Kami haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas perkenan Bapak
Presiden untuk hadir bersama kita semua. Tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada seluruh hadirin yang dapat hadir dalam acara ini.
Rakornas TPID ini merupakan yang ketigakalinya dan merupakan forum
bagi seluruh TPID untuk bersama-sama dengan Pemerintah Pusat merumuskan
solusi atas berbagai permasalahan terkait stabilisasi harga.
Bagian 2
Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
8
Bpk Presiden dan Bapak/Ibu yang saya hormati
Perkembangan inflasi dalam dua tahun terakhir menunjukkan tren yang
menurun. Ini tidak terlepas dari peran aktif Pemerintah Daerah yang semakin
nyata dalam menjaga stabilitas harga. Kontribusi daerah dalam pembentukan
inflasi nasional cukup besar yakni 77%.
Pada kesempatan ini, dapat kami Laporkan kepada Bpk Presiden bahwa
hingga saat ini TPID telah terbentuk di seluruh provinsi atau 33 provinsi dan 47
Kabupaten/Kota. Dari 47 Kabupaten/Kota tersebut termasuk 3 Kabupaten/Kota
yang bukan merupakan basis penghitungan inflasi nasional. Kami mengharapkan
TPID dapat terbentuk di 22 Kabupaten/Kota lainnya yang menjadi basis
penghitungan inflasi nasional, yakni sebanyak 66 Kota.
Sementara itu, Kelompok Kerja Nasional TPID atau Pokjanas TPID, yang
merupakan kolaborasi antara Bank Indonesia, Kemenko Bidang Perekonomian,
dan Kemendagri semakin memegang peranan strategis dalam mendukung
koordinasi kebijakan pusat-daerah.
Jalinan koordinasi terus diperkuat untuk mengintegrasikan berbagai
langkah yang diperlukan dalam stabilisasi harga. Peran Kemendagri sangat penting
dalam menyelaraskan berbagai kebijakan pusat dan daerah. Kemenko
Perekonomian berperan dalam mengkoordinasikan berbagai kebijakan di tingkat
pusat. Bank Indonesia memberikan masukan dalam hal identifikasi sumber-sumber
tekanan inflasi dan merumuskan rekomendasi pengendalian inflasi yang
diperlukan.
Keberadaan Pokjanas TPID juga semain memperkuat koordinasi stabilisasi
harga di tingkat pusat dalam forum TPI. Forum ini beranggotakan Bank Indonesia,
Kementrian Keuangan, Kemenko Perekonomian, Kementrian Perdagangan,
Kementrian Pertanian, Kementrian ESDM, Kementrian Perhubungan,
Kemenakertrans, dan Bulog.
Atas respons yang sangat baik dari daerah dan berbagai inisiatif,
dukungan, serta kerjasama yang sangat baik dalam mewujudkan stabilitas harga
selama ini, perkenankan saya atas nama Pokjanas TPID menyampaikan apresiasi
yang setinggi-tingginya kepada para hadirin sekalian.
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
9
Bpk Presiden dan Bapak/Ibu yang berbahagia
Meski telah dicapai berbagai kemajuan berarti, sejumlah tantangan
penting masih kita hadapi dalam hal pengendalian inflasi. Tantangan terberat
masih sekitar pengendalian inflasi pangan (volatile food)yang dalam beberapa
waktu terakhir cenderung meningkat.
Kondisi tersebut tidak terlepas dari pengaruh ketidakmenentuan iklim
dan dinamika permintaan global. Demikian pula, perkembangan inflasi pangan
sangat dipengaruhi oleh rendahnya laju peningkatan produksi dan produktivitas
pangan, hambatan distribusi, serta struktur pasar yang belum efisien. Kondisi ini
diperburuk oleh adanya kesenjangan informasi antar pelaku ekonomi yang
menyebabkan perkembangan harga pangan sangat rentan dipengaruhi oleh
berbagai isu.
Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut tentunya diperlukan
harmonisasi kebijakan yang saling mendukung, antara kebijakan moneter,
kebijakan fiskal, serta kebijakan sektoral, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Bpk Presiden dan Bapak/Ibu yang saya hormati
Menyadari beratnya tantangan dalam pengendalian inflasi pangan, tema
sentral yang diangkat pada Rakornas kali ini adalah ≈Meningkatkan Peran
Pemerintah Daerah dalam Mendukung Stabilitas Harga Melalui Penguatan
Ketahanan Pangan serta Optimalisasi Pemanfaatan Informasi Harga Pangan
Strategis∆.
Dalam kesempatan ini, ijinkan kami di akhir Laporan untuk dapat
menayangkan visualisasi singkat mengenai pentingnya pengembangan pusat
informasi harga pangan dalam mendukung stabilisasi harga. Selain itu, pada
Rakornas kali ini kami akan memberikan penghargaan kepada TPID yang dinilai
baik di dalam mendukung upaya mencapai stabilitas harga. Kami mohon perkenan
Bapak Presiden untuk dapat menyerahkan penghargaan kepada masing-masing
TPID terbaik.
Bpk Presiden dan hadirin yang berbahagia
Rakornas TPID kali ini diperlukan untuk menghasilkan rumusan solusi yang
komprehensif dan konkrit dalam menghadapi berbagai tantangan stabilisasi harga
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
10
di daerah. Oleh karena itu, beberapa hal penting yang diharapkan dicapai terutama
dalam :
- Meningkatkan komitmen bersama untuk memperkuat ketahanan pangan
daerah,
- Meningkatkan pemahaman bersama terhadap pentingnya mendorong
kelancaran perdagangan antar daerah dan memperluas akses informasi harga
pangan dalam upaya menjaga stabilitas harga, serta
- Memperkuat langkah koordinasi yang diperlukan guna mengantisipasi risiko
yang dapat mengganggu stabilitas harga di daerah.
Akhir kata, kami kembali menekankan pentingnya peran TPID sebagai
ujung tombak di daerah dalam stabilisasi harga sehingga pada gilirannya akan
turut menjadi motor penggerak bagi akselerasi pembangunan ekonomi di daerah.
Kami memohon perkenan Bapak Presiden untuk secara resmi membuka
Rakornas III TPID.
Sekian dan terimakasih, Wabillahi taufik wal hidayah. WassalamualaikumSekian dan terimakasih, Wabillahi taufik wal hidayah. WassalamualaikumSekian dan terimakasih, Wabillahi taufik wal hidayah. WassalamualaikumSekian dan terimakasih, Wabillahi taufik wal hidayah. WassalamualaikumSekian dan terimakasih, Wabillahi taufik wal hidayah. Wassalamualaikum
Warrahmatullahi Wa Barakatuh.Warrahmatullahi Wa Barakatuh.Warrahmatullahi Wa Barakatuh.Warrahmatullahi Wa Barakatuh.Warrahmatullahi Wa Barakatuh.
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
11
II.2. VISUALISASI PENGEMBANGAN PUSAT INFORMASI HARGAPANGAN STRATEGISPada pembukaan Rakornas III TPID ditayangkan videoklip mengenai
rencana pengembangan pusat informasi harga pangan strategis. Video ini
memberikan ilustrasi mengenai pentingnya informasi harga yang terkini dan
terpercaya bagi para pelaku ekonomi. Informasi harga tersebut diharapkan dapat
memberikan masukan bagi masyarakat dalam mengambil keputusan ekonomi
dalam kehidupan sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut, Pokjanas TPID
telah menyusun kerangka pengembangan pusat informasi harga yang terintegrasi
yang disebut Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIIHPS). PIHPS didefinisikan
sebagai suatu pusat pengolahan dan diseminasi informasi harga pangan yang
memiliki nilai strategis dalam kerangka penguatan kebutuhan pangan di Pusat
dan Daerah. PIHPS diharapkan dapat membangun sinergi dan keselarasan berbagai
informasi harga yang saat ini telah ada sehingga menjadi lebih terpercaya dan
mudah diakses. Melalui pengembangan PIHPS disparitas harga antar pelaku
ekonomi, antar waktu, dan antar tempat akan berkurang. Secara umum, ruang
lingkup pengembangan PIHPS dirumuskan sebagai berikut:
a. Menjamin ketersediaan informasi harga bahan pangan bagi semua pelaku
ekonomi;
b. Mengoptimalkan data atau informasi harga komoditas pangan yang telah
dikembangkan oleh intitusi terkait di tingkat Pusat dan Daerah;
c. Memfasilitasi peran daerah dalam penyediaan, pengolahan, dan diseminasi
informasi harga pangan strategis;
d. Meningkatkan efektivitas diseminasi dan komunikasi informasi harga pangan
di tingkat Pusat dan Daerah;
e. Meningkatkan kerjasama antar institusi di tingkat Pusat dan Daerah untuk
mendukung kesinambungan PIHPS.
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
12
II.3. PENYERAHAN PENGHARGAAN PENGELOLAAN INFLASIDAERAHSebagaimana arahan Wakil Presiden RI pada pembukaan Rakornas II TPID
2011 di Jakarta pada 16 Maret 2011 bahwa untuk memberikan rekognisi atas
inisiatif penguatan koordinasi yang dilakukan di daerah dan sekaligus untuk
memacu peran aktif daerah dalam menjaga stabilitas harga, maka diperlukan
suatu pengukuran kinerja koordinasi dalam menjaga stabilitas harga di daerah.
Dalam kaitan ini, Pokjanas TPID yang terdiri atas unsur Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri, dan Bank Indonesia telah
melakukan pengukuran terhadap kinerja koordinasi pengelolaan inflasi daerah
selama tahun 2011 yang dilakukan melalui TPID. Adapun hasil pengukuran kinerja
pengelolaan inflasi daerah untuk periode penilaian tahun 2011 tersebut adalah
sebagai berikut:
1. TPID Tingkat Provinsi Terbaik dari Wilayah Sumatra yaitu Prov. Sumatera Utara;
2. TPID Tingkat Provinsi Terbaik dari Wilayah Jawa yaitu Prov. Jawa Barat;
3. TPID Tingkat Provinsi Terbaik dari Wilayah Kawasan Indonesia Timur (KTI) yaitu
Prov. Sulawesi Selatan;
4. TPID Tingkat Kabupaten/Kota Terbaik dari Wilayah Sumatra yaitu Kota
Pemantang Siantar;
5. TPID Tingkat Kabupaten/Kota Terbaik dari Wilayah Jawa yaitu Kota Surakarta;
6. TPID Tingkat Kabupaten/Kota Terbaik dari Wilayah Kawasan Indonesia Timur
(KTI) yaitu Kota Balikpapan.
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
13
II.4. TRANSKRIP ARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
TRANSKRIP ARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DALAM RAPAT KOORDINASI NASIONAL KE-TIGA
TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH TH 2012
Jakarta, Rabu - 16 Mei 2012
Bismillahirrahmanirrahim
Assalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua
Saudara-saudara, Hadirin sekalian yang saya hormati,
Dengan terlebih dahulu memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan
YME, Allah SWT, saya ingin mengucapkan selamat pada pelaksanaan koordinasi
bagi jajaran Tim Pengendali Inflasi baik pusat maupun daerah. Saya pribadi
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada saudara semua yang bekerja sangat keras untuk benar-benar dapat
mengendalikan stabilitas harga di daerah saudara masing-masing dan bagi Tim
Pengendali Inflasi Pusat pada tingkat nasional. Apa yang kita dengarkan dari
penjelasan Saudara Gubernur Bank Indonesia tadi, 2 tahun terakhir ini inflasi
yang ada di negeri kita berada pada tingkat yang terkelola bahkan turun. Hasil
kerja keras saudara semua patut disyukuri, bahkan 5 tahun terakhir tren lebih
baik di tengah gejolak atau volatilitas harga-harga di tingkat global, utamanya
harga pangan dan harga energi. Oleh karena itu, dengan tulus saya menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan kepada saudara semua. Dan kepada tadi
yang memiliki prestasi di daerahnya masing-masing dan merupakan ide dari
Gubernur Bank Indonesia. Di samping yang maju ke depan tadi, daerah-daerah
lain juga mencatat prestasi yang membanggakan. Oleh karena itu, saya ucapkan
terima kasih dan penghargaan saya.
Saudara-saudara, tadi kita menyaksikan tayangan di layar depan Saudara,
apa makna dan arti inflasi, dan mengapa pengendalian inflasi itu penting. Ketika
suatu saat berdialog di lapangan dengan petani di Kabupaten Brebes. Juga saya
yakin Pak Gubernur, Pak Bupati dan Pak walikota juga merasakan serta mengetahui
hal-hal seperti itu, keinginan warga kita, secara menyeluruh masyarakat luas serta
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
14
keinginan komponen-komponen masyarakat yang memproduksi barang dan jasa
contohnya petani. Petani ingin penghasilannya semakin meningkat, harga jual
produk pertaniannya juga tidak rendah, sementara masyarakat luas ingin harga
beras atau harga padi itu tergantung keadaan mereka, dalam kemampuan daya
beli mereka. Inilah yang harus kita kelola dengan baik. Sudah sering saya sampaikan
di satu sisi misalnya harga pangan itu harus memberikan keuntungan yang adil
bagi para petani yang siang dan malam bekerja untuk memproduksi hasil pertanian,
namun di sisi lain harga itu mesti sedemikian rupa sehingga bisa dijangkau, bisa
dibeli oleh masyarakat lain secara keseluruhan.
Saudara-saudara, inflasi itu sendiri atau boleh disebut juga stabilitas harga
itu domain ekonomi. Kita sama-sama memahami pengertian inflasi dari teori-
teori ekonomi. Namun kita ingin membawa sesuatu yang teoritikal itu dalam
kehidupan masyarakat kita, kehidupan nyata mereka. Dengan demikian kalau
kita ingin mencari solusi, kalau kita ingin mengatasi masalah, maka solusi yang
kita pilih menjadi tepat adanya, tidak teoritis tetapi aplikatif dan implementatif.
Namun, tidak mungkin kita mendapatkan solusi yang tepat kalau kita tidak
mendalami seluk beluk tentang pengendalian inflasi, oleh karena itu saya
menyambut baik, mendukung penuh prakarsa dari jajaran pemerintah dan Bank
Indonesia untuk memerankan dan mengaktifkan Tim Pengendali Inflasi, baik pada
tingkat pusat maupun pada tingkat daerah mengingat pentingnya apa yang
mereka lakukan.
Saudara-saudara, kita ketahui perekonomian kita, terutama makro
ekonomi itu perlu dilihat dari 3 faktor. Pertama, pertumbuhan. Harapan kita itu
ekonomi kita tumbuh, tumbuh kuat. Yang kedua adalah terciptanya lapangan
pekerjaan. Sedangkan yang ketiga adalah ekonomi yang baik, manakala harga
itu stabil, terjangkau. Itulah yang disebut dengan inflasi.
Kalau ekonomi sebuah negara atau makro ekonomi kita yang terdiri dari
tiga hal penting tadi dalam keadaan baik, pertumbuhan baik, lapangan pekerjaan
baik, stabilitas harga baik, maka sebenarnya boleh dikatakan baik. Masih ada
yang lain. Sebenarnya ada beberapa indikator tetapi itu tambahan, yang paling
utama sebenarnya adalah pertumbuhan, terciptanya lapangan pekerjaan dan
kemudian harga-harga yang stabil.
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
15
Saudara-saudara,
Meskipun Saudara sudah tahu, baik pada kesempatan ini, kita segarkan
kembali ingatan kita semua, mengapa pertumbuhan itu penting. Kalau ekonomi
tumbuh 5%,6%,7%,8% begitu, maka pengangguran juga berkurang. Itu
hukumnya. Lapangan pekerjaan akan semakin tercipta. Sekarang Eropa yang
tumbuh 0%-0,3%, menghadapi masalah terutama dalam pencetakan lapangan
pekerjaan. Jadi pertumbuhan itu menciptakan pekerjaan, job. Kalau dia punya
pekerjaan, maka mereka akan punya penghasilan. Kalau punya penghasilan,
mereka, rakyat kita, akan mampu mencukupi kebutuhan sehari-harinya, punya
daya beli, bisa membeli barang dan jasa, utamanya pangan dan kebutuhan-
kebutuhan dasar lainnya.
Dengan cerita sederhana itu, Saudara-saudara, saya ingin juga
menggarisbawahi, bahwa rakyat ingin mencukupi kebutuhan sehari-harinya, apa
itu yang paling pokok, utama, yang tidak ada subtitusinya. Yang kedua barangkali
sandang. Kemudian fasilitas, lantas kalau dia sakit bisa berobat, kesehatannya,
dia bisa menyekolahkan anak-anaknya, pendidikan, ia memiliki lingkungan yang
baik, ia mendapatkan prasarana untuk hidup sehari-hari, dan bahkan menghadapi
keperluan energi ia juga bisa menjangkau energi. Itulah kalau soal ekonomi kita
sederhanakan dan poros kita dampak ke lingkungan masyarakat luas dimata rakyat
itu langsung. Apapun teorinya, apapun kebijakannya, apapun solusi yang ditempuh
oleh sebuah negara oleh pemerintah, termasuk pemerintah daerah di mata rakyat,
yaitu tadi, ekonomi ya itu, kalau mau dibikin survei. Oleh karena itu tepat kalau
kita, kita semua, mulai dari saya sampai dengan Saudara-saudara yang menyimpan
amanah untuk menyelenggarakan Pemerintahan, baik di tingkat daerah, juga
memiliki kepedulian dan memprioritaskan bagaimana kita bisa mencukupi
kebutuhan dasar rakyat itu, yang kita garis bawahi terutamanya pangan untuk
rakyat kita. Kalau kita tahu rakyat ingin mencukupi kebutuhan dasar ini, maka
sekali lagi ia harus punya sesuatu untuk membeli. Kalau tidak mempunyai
kemampuan untuk membeli, tentu tidak terbeli. Untuk itu, kita bersama-sama,
pemerintah dalam hal ini terus menerus ingin menjaga dan meningkatkan daya
beli rakyat kita. PNS misalnya, termasuk buruh. Tahun 2004 golongan IA gajinya
600 ribu. Kita bertekad, Alhamdulillah sejalan dengan perkembangan ekonomi
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
16
kita, sekarang gaji meningkat 2,1 juta. Demikian juga buruh. Artinya kita ingin
mereka semakin memiliki kemampuan untuk membeli. Buruh, kita juga terus
menyesuaikan hak buruh yang layak yang adil. Dengan demikian buruh juga bisa
menikmati kebutuhan sehari-hari, tetap menikmati hidup layak.
Tibalah saudara-saudara, terus berjuang untuk meningkatkan penghasilan
petani dan nelayan, sehingga mereka bisa membeli keperluan sehari-harinya. Serta
komponen-komponen masyarakat yang lain. Bahkan saudara-saudara kita,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga terus mengeluarkan anggaran
untuk membantu saudara-saudara kita yang masih miskin, yang penghasilannya
masih rendah, yang tergolong belum mampu, dengan program-program
pemerintah pusat ada, program daerah juga ada. Tujuannya apa, yang tidak
memiliki kemampuan membeli, yang miskin, kita kasih. Dengan demikian akhirnya
dia bisa membeli.
Saudara-saudara,
Kalau kita paham mata rantai atau mengapa rakyat kita harus bisa membeli
serta apa yang kita lakukan selama ini untuk meningkatkan daya beli mereka,
maka akan menjadi persoalan manakala harga barang dan jasa yang akan dibeli
oleh rakyat kita itu, tiba-tiba harganya naik dan terus naik, apalagi naiknya secara
tidak wajar. Inilah hakikatnya dari ekonomi. Segalanya meskipun sudah baik, tetapi
kalau harga tidak terjangkau, tidak stabil, tidak certain, maka musuh ekonomi
yang paling utama adalah inflasi. Musuh rakyat kita, inflasi, dalam arti harga
yang tidak stabil, yang terus naik, dan di luar jangkauan kemampuan masyarakat
kita.
Saudara-saudara,
Oleh karena itu, karena inflasi itu akan selalu ada di seluruh dunia, baik
dalam keadaaan normal apalagi dalam keadaan tidak normal. Maka kuncinya,
kita, pemerintah juga harus berperan aktif untuk mengendalikan inflasi dan tidak
boleh semata-mata diserahkan pada mekanisme pasar. Pertanyaannya kemudian
Saudara-saudara adalah bisakah inflasi itu kita kendalikan, bisakah harga kita
larang untuk tidak naik. Dengan Undang-Undang barang kali, dengan Peraturan
Pemerintah, Peraturan Daerah, dengan Perpres. Karena kalau sudah turun ke
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
17
daerah, ketika saya berdialog dengan para petani, belum lama termasuk Bangkal,
Sumatera, dari dialog yang saya lakukan ada pemahaman
≈Bapak presiden, pemerintah pusat melarang harga-harga itu naik.∆
Begitu. Mari kita lihat secara utuh supaya kita juga bisa memberikan penjelasan
kepada rakyat kita sambil berusaha keras untuk betul-betul menjaga stabilitas
harga ini.
Saudara tahu, kembali saya ingatkan pada kesempatan yang baik ini
bahwa harga itu terjadi di pasar, baik pasar yang rill, pasar tradisional, toko-toko,
mall, ataupun pasar pada tingkat global, ataupun pasar yang berinteraksi dengan
elektronik, dengan paper. Itulah pasar. Berapa harga beras, berapa harga minyak
mentah, berapa harga mobil, pakaian, harga itu ditentukan yang paling basis,
paling basic adalah hubungan antara apa yang bisa ditawarkan, disediakan, dijual,
dan apa yang ingin didapatkan, yang mau dibeli, yang mau dikonsumsi. Hukumnya
jelas dan berlaku di negara manapun. Manakala permintaan masyarakat itu lebih
kecil dari apa yang bisa disediakan oleh ekonomi, harga tidak akan naik. Bahkan
bisa diukur kalau lebih banyak yang dialirkan pasar-pasar masyarakat di seluruh
dunia, entah beras, entah kedelai, entah gula atau apapun. Tapi sebaliknya, kalo
suplainya itu ada masalah atau permintaanya meningkat tajam seperti di dunia
sekarang ini, termasuk di Indonesia, kemudian kemampuan untuk mensuplai itu
tidak secepat permintaannya, itu hukum dasar ekonomi. Tidak bisa diatasi dengan
Perpres, dengan UU, karena itu terjadi pada tingkat dunia ekonomi.
Produsen memproduksi barang, dibawa misalnya dari Jawa, Sumatera ke
Kalimantan, ke kawasan timur Indonesia atau sebaliknya, dari kawasan timur
Indonesia, dari Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara di bawa ke Jawa.
Kalau tidak bagus distribusinya, tidak bagus transportasinya, tidak baik sistem
logistiknya, peraturannya macam-macam, pungli sana sini, hampir pasti harganya
tinggi. Itu juga persoalan yang membikin harga menjadi mahal. Adanya spekulasi,
permainan money trading, electronic, yang ternyata membikin harga itu menjadi
tidak mungkin, ada sentimen, ada expected inflation, macam-macam,
mempermainkan untuk mendapat keuntungan, padahal tidak menjual beli secara
fisik. Inilah yang menjadi perkara pada tingkat dunia yang dampaknya juga
dirasakan oleh banyak Negara. Itulah seluk beluk bagaimana harga ditentukan,
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
18
harga bicara, atau harga menjadi tidak stabil. Hukum ekonomi berlaku. Kalau
kita tahu seperti itu, lantas apakah kita diam saja, kita serahkan pada invisible
hand, katanya pasar akan mengatur, sehingga akan tercipta harga yang akan
berlaku.
Oleh karena itulah, disamping hukum-hukum ekonomi akan terjadi
dimanapun, maka peran pemerintah, peran negara akan menjadi sangat-sangat
penting. Peran seperti apa, atau apa yang bisa kita lakukan saudara-saudara?
Pertama-tama kalau kita tahu harga naik atau turun, yang paling
fundamental adalah suplai dan demand. Apa yang bisa kita tawarkan kita alirkan
disuplai, dengan yang diberi, yang didapatkan. Maka mari kita pastikan bahwa
makin banyak yang bisa kita produksi, termasuk beras, kedelai, cabe, daging
sapi, telor, ayam, kentang. Makin banyak yang bisa kita produksi di dalam negeri,
dengan harapan dunia juga begitu, maka aman. Kadang-kadang Thailand,
Kamboja,dan Vietnam ketika ada persoalan harga beras dunia, mereka membuka
kebijakannya tidak menjual untuk Negara lain. Ini persoalan yang bisa terjadi,
mereka mengutamakan bangsanya sendiri, negaranya sendiri. Oleh karena itu,
Bank Indonesia kalau bicara pangan misalnya, satu-satunya untuk menghadapi
atau mencegah atau mengantisipasi bakal terjadinya inflasi, mari kita produksi
lebih banyak lagi sumber-sumber pangan di negeri ini. Pertanian, habis lahan
kita, tidak berfungsi. Kita dianggap lumbung karena pertanian bagus, teknologi
kita hadirkan, hama dilawan, akses distribusi bagus, dan seterusnya.
Pertanyaannya, kalau target kita untuk mendapatkan 10 juta ton surplus beras
tercapai, secara nasional, tidak usah khawatir ada fluktuasi, ada volatilitas harga
beras dunia. Jadi mari kita produksi bahan pangan dari negeri ini sebanyak-
banyaknya. Kita perbaiki distribusi, infrastruktur, transportasi, aturannya, jangan
saling menghambat antar daerah. Pasar yang efisien, informasi sangat-sangat
berguna. Pasar yang adil, pasar yang tidak adil atau yang mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Ada yang luar biasa kerjanya tapi kecil
keuntungannya kalo informasi tidak mengalir. Tengkulak, spekulan, pemain yang
curang akan ikut surut kalo informasi tidak diberikan diseluruh tanah air. Petani
tahu harganya berapa, rakyat tahu harganya berapa, dan terbiasa dalam
perdagangan juga tahu dan pantas. Alangkah tidak adilnya, jika membeli dari
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
19
petani serendah mungkin harganya, dijual ke pasar setinggi-tingginya, masyarakat
akan susah. Informasi sangat-sangat penting.
Yang keempat mari kita cegah spekulan, kita cegah pemain. Mari kita
buktikan dalam diri sendiri, jangan ada yang menimbun bahan pangan,
mempermainkan harga, karena yang menjadi korban adalah petani, dan kita semua
masyarakat luas. Ini totalitas kalau kita bicara bagaimana harga itu harus stabil
dan tidak naik. Dengan penjelasan saya itu, betapa pentingnya peran kita semua,
pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemerintah moneter yang dikomandoi
Bank Indonesia dan dunia usaha. Dunia usaha, saya sering mengatakan, Saudara-
saudara pada perdagangan khusus dunia, namun jangan lupa perdagangan
dengan rakyat sendiri. Kadang-kadang jika harga global tinggi, tentu mereka
ingin mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya, main dalam perdagangan
global. Jangan biarkan rakyat kita menjerit. Oleh karena itu saya selalu berkata
pada mereka, tolong, bahwa dengan keuntungan yang besar itu ada cost,
pemerintah mengeluarkan kebijakan fiskal tertentu, dengan demikian marilah
kita kira-kira walau dengan sedikit keuntungan, tapi rakyat kita tidak menjerit,
karena telah menghasilkan banyak bahan pangan tapi tidak bisa menjangkau
harga pangan. Itu juga kebijakan penting yang harus kita kembangkan bersama-
sama, dunia usaha.
Dengan Otonomi daerah, para Gubernur, para Bupati serta Walikota serta
bapak pimpinan ekonomi daerah, maka peran pemerintah daerah menjadi sangat
penting. Sebetulnya, inflasi nasional adalah inflasi agregat dari inflasi yang ada di
seluruh daerah di Indonesia. Itu kalau kita belajar makro dan mikro. Jika kita
belajar nasional dan daerah. Oleh karena itu sinergi, koordinasi untuk
mengendalikan inflasi menjadi sangat penting.
Saudara-saudaraku,
Itu kalo kita memikirkan terus bertindak di dalam negeri, tapi dunia masa
kini, dalam era globalisasi yang makin meluas dan mendalam sekarang ini, Saudara
juga tahu semunya bahwa inflasi saat ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan
harga di tingkat dunia. Beberapa tahun ini, harga pangan dibanyak negara,
termasuk juga di Asia harga pangan mengalami peningkatan. Harga minyak bumi
diseluruh dunia juga pada tingkatan harga yang tinggi. Bahkan saya mengatakan
tidak sehat. Mengapa terjadi pada dunia yang kita cintai ini. Pertama, penduduk
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
20
dunia sudah mencapai tujuh milyar lebih, buminya tidak bertambah, bahkan
sebagian rusak karena perubahan iklim dan pemanasan global. Buminya tidak
bertambah, sumber-sumber alam sebetulnya relatif tetap, bahkan berkurang, tapi
manusianya terus tumbuh termasuk permintaan yang makin meningkat. Golongan
menengah juga meningkat dibanyak Negara, tinggi, mengkonsumsi lebih banyak
lagi. Inilah yang mengakibatkan kecenderungan atau tren harga-harga di seluruh
di dunia terus mengalami peningkatan. Bertambah jumlah manusia, berarti
peningkatan pada demand. Sekian tahun lagi akan menjadi delapan milyar, Sekian
tahun lagi sembilan milyar. Ini lampu kuning dan lampu merah. Kalo dunia gagal
bersatu dan melakukan semua upaya untuk menyelamatkan masa depan kita.
Saudara tahu, kalo sering kita dengar solusinya adalah bangsa yang
memiliki kultur dan budaya hidup yang semakin kuat, lingkungan atau climate
change yang bisa kita kelola dengan baik, teknologi yang kita hadirkan dimana-
mana, dan tentunya cara-cara bercocok tanam untuk masalah pertanian yang
makin baik. Saudara tahu, dunia tidak pernah aman. Lihat sekarang ini, dan di
banyak tempat di dunia ini, di semenanjung Korea, di laut China Selatan, di Eropa,
di Amerika Latin, di Afrika yang disebut geopolitik. Karena geopolitik ditambah
dengan keamanan tersendat-sendat, tidak bagus, missmatch antara suplai dan
demand, baik energi bisa minyak atau pangan, atau apa pun, itu juga tingkat
dunia yang disebut geopolitik atau situasi keamanan ditingkat global dan climate
change di Eropa. Banyak panen yang gagal, kemarau yang sangat panjang, begitu
juga di Afrika, hujan yang luar biasa dan banjir di Asia Tenggara, kemudian
kebakaran yang dahsyat di Australia, Eropa dan Amerika. Itulah dunia kita.
Kemudian yang saya katakan tadi, distorsi pasar, permainan-permainan yang aneh,
tidak mulia, curang, merugikan kita semua. Dan ini adalah dunia kita, semua
Negara kena imbasnya, bukan hanya Indonesia.
Oleh karena itu, saudara-saudara, pada kesempatan yang baik ini
konkritnya, ajakan saya pada semua, saya sangat mengandalkan pada saudara-
saudara Gubernur, Walikota. Saudaralah pemimpin yang paling depan, yang benar-
benar mengetahui keadaan masyarakat. Dan saya sungguh berharap betul apa
yang Saudara lakukan dapat menjawab persoalan masyarakat dengan penuh
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
21
tanggung jawab karena itu amanah dan sumpah kita semua kepada Negara dan
rakyat. Singkatnya untuk Menteri kita, pangan atau produksi pangan harus naik.
Produksi energi juga harus terus meningkat. Kita tahu minyak bumi susut, tapi
gas bumi meningkat, sumber-sumber terbarukan masih bisa kita temukan tanpa
merusak lingkungan, dengan demikian akan bagus. Distribusi pangan, barang,
dan komoditas lain makin baik, lakukan kebijakan, tetapkan peraturan dan langkah
yang lebih baik dalam upaya pengendalian inflasi.
Policy, regulation, intervensi untuk mempengaruhi harga itu susah, tapi
kalo kita intervensi dengan sasaran dan ukuran yang tepat, maka rakyat akan
cukup senang bisa membeli. Ini semua adalah tugas kita, dan ujung tombaknya
adalah Tim Pengendalian Inflasi. Saya ingin menyampaikan sesuatu kepada para
Gubernur, Bupati dan Walikota. Tujuh tahun saya memimpin Negara ini
menjalankan pemerintahan. Ada satu hal yang saya minta tolong benar-benar
untuk dijadikan atensi Saudara, kalau ingin menetapakan peraturan lokal dan
kebijakan lokal, lihat secara utuh dulu dampaknya, bagi Provinsi, Kabupaten, dan
kota sekitarnya ataupun secara nasional. Sebab kalau diantara kita sangat
mengutamakan ego masing-masing, maka barangkali baik untuk sesaat, baik
untuk golongan masyarakat tertentu, tetapi untuk keseluruhannya menjadi tidak
bagus. Saya masih mendengar, kadang-kadang satu dua dari pimpinan daerah
mengeluarkan kebijakan x, tetapi dengan kebijakan x itu dibandingkan provinsi
yang lain, dibandingkan Kabupaten dan Kota lain, justru harga ditempat itu
cenderung naik terus. Sementara yang lain terkendali, menjadi stabil. Ukurannya
apakah membawa kebaikan bagi seluruh masyarakat di provinsi, Kabupaten, dan
Kota ? Demikian juga pada tingkat nasional di negeri ini. Mari kita sadari sekali
lagi muaranya, hasil akhirnya adalah tidak lain masyarakat kita sendiri, apakah ia
bisa mencukupi kebutuhannhya, ia bisa membeli barang-barang yang dibutuhkan
sehari-hari, dan ia mampu mendapatkan kepastian karena stabilitas harga yang
baik. Tujuan dan sasaran kita semua.
Itulah saudara-saudara yang ingin saya sampaikn, saya yakin saudara-
saudara sudah pernah mendengar, mungkin juga sudah menguasai dan sudah
menjalankan, namun tetap menjadi kewajiban saya untuk mengingatkan kembali,
karena sekali lagi tugas yang kita jalankan, tugas yang luar biasa mulia, agar
rakyat kita bisa membeli apa yang mereka butuhkan.
Bagian 2 - Sesi I Pembukaan Rakornas TPID
22
Demikian, dan akhirnya dengan terlebih dahulu memohon Ridho Allah
SWT, dengan mengucapkan Bismillahirrahmannirrahim, Rapat Koordinasi Nasional
ke-III TPID 2012 dengan resmi saya nyatakan dibuka.
Sekian,
Wassalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Bagian 3 - Sesi II Rapat Koordinasi
23
III.1. POKOK-POKOK PEMAPARAN POKJANAS TPID MENGENAI ISUSTRATEGIS PENGENDALIAN INFLASI DAERAH (DISAMPAIKANOLEH KOMITE KEBIJAKAN)
Pokjanas TPID yang diwakili oleh Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan
Moneter Bank Indonesia (Dr. Perry Warjiyo) selaku anggota Komite Kebijakan
Pokjanas TPID menyampaikan pokok-pokok penting isu strategis yang diangkat
pada Rakornas III TPID sebagai berikut:
Latar belakang munculnya isu penguatan cadangan pangan melalui penerapan
Sistem Resi Gudang (SRG) adalah pentingnya kesinambungan pasokan pangan
dibutuhkan untuk mendukung stabilitas harga. Hal ini mengingat produksi
komoditas pangan bersifat musiman dan memiliki ketergantungan tinggi pada
faktor cuaca yang menyebabkan harga pangan cenderung fluktuatif dan pada
beberapa waktu terakhir gejolak harganya cenderung meningkat. SRG yang
dinisiasi Pemerintah sejak 2006 merupakan salah satu solusi yang dapat
mengatasi permasalahan flukutuasi harga dan sekaligus mendorong
peningkatan pendapatan usaha tani, serta membuka akses permodalan bagi
petani. Namun, implementasi SRG hingga saat ini belum optimal dan masih
menghadapi beberapa kendala di lapangan. Dalam rangka mempercepat
implementasi SRG, diusulkan agar K/L dan pemerintah daerah menyusun
rencana aksi bersama dalam rangka mempercepat penerapan SRG di berbagai
daerah dengan membentuk task force yang dikoordinir Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian. Beberapa agenda task force antara lain
mencakup hal-hal sebagai berikut:
- Sosialisasi terpadu mengenai SRG
- Meningkatkan komitmen dan partisipasi daerah serta sektor swasta
- Membangun/mengembangkan fasilitas dan pengelolaan gudang
Bagian 3
Sesi II Rapat Koordinasi
Bagian 3 - Sesi II Rapat Koordinasi
24
- Penguatan kelembagaan petani dan penanganan produksi paska panen
- Mendorong akses pembiayaan
- Monitoring dan Evaluasi secara periodik
Sejalan dengan hal tersebut di atas, pentingnya untuk menjaga
kesinambungan pasokan pangan memunculkan pula isu kelancaran
perdagangan antar daerah dan pengembangan informasi harga. Pasokan
pangan suatu daerah kerapkali tidak dapat dipenuhi dari produksi lokal
sehingga membentuk adanya saling ketergantungan antar daerah. Adanya
saling ketergantungan menyebabkan stabilitas harga di suatu daerah
konsumen rentan dipengaruhi faktor kontinuitas pasokan, kelancaran arus
distribusi, kebijakan lalu lintas barang di daerah pemasok, maupun masalah
tata niaga, serta terbatasnya akses informasi bagi pelaku. Dengan demikian
perlu adanya kesepahaman bersama dalam mempertegas pentingnya peran
aktif daerah untuk mendorong kelancaran arus perdagangan lintas daerah
termasuk melalui optimalisasi forum Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) TPID.
Hal ini juga sesuai dengan arahan Presiden pada saat Musrenbangnas akhir
April lalu bahwa untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan 6,5% di tahun
2012 ini perlu didukung perdagangan antar daerah yang kuat. Dalam kaitan
ini, salah satu langkah yang ditempuh untuk memperkuat komitmen bersama
(antara Pemerintah Pusat dan Daerah) dalam rangka menjaga kesinambungan
pasokan adalah mendorong pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan
Strategis (PIHPS) serta mempertegas pentingnya upaya mengakselerasi dan
menyelaraskan berbagai langkah aksi bersama untuk meningkatkan
konektivitas antar daerah.
III.2. TANGGAPAN MENTERI KOORDINATOR BIDANGPEREKONOMIANMenteri Koordinator Bidang Perekonomian (Ir. M. Hatta Rajasa)
menegaskan beberapa hal sebagai berikut:
Pentingnya koordinasi lintas sektor (K/L) dan daerah yang difasilitasi oleh
Pokjanas TPID untuk mengakselerasi implementasi SRG. Akselerasi diperlukan
mengingat sudah tersedianya payung hukum SRG dan tersedianya fasilitas
gudang. Hingga saat ini, terdapat 66 (enam puluh enam) gudang yang sudah
beroperasi, dimana 24 (dua puluh empat) gudang diantaranya adalah gudang
Bagian 3 - Sesi II Rapat Koordinasi
25
milik Pemerintahi. Pada tahun 2012, telah dialokasikan DAK untuk
pembangunan 14 (empat belas) gudang sehingga total pada akhir 2012
diperkirakan dapat mencapai 80 (delapan puluh) gudang.
Perlunya meningkatkan kerjasama seluruh stakeholders dalam upaya sinergi
pengembangan PIHPS untuk memberikan informasi harga kepada para pelaku
ekonomi. Optimalisasi pengumpulan data dan diseminasi informasi harga
melalui PIHPS diharapkan dapat mengurangi kesenjangan harga pangan yang
tinggi antar pelaku ekonomi dan antar daerah, dan sejalan dengan upaya
menciptakan kestabilan harga.
Peningkatan komitmen kepala daerah dalam rangka kerjasama perdagangan
antar daerah, sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Hal ini mengingat masing-masing daerah mempunyai potensi yang beragam
sehingga perlunya common understanding mengenai kondisi saling
ketergantungan yang menguntungkan.
III.3. DISKUSI/TANYAJAWABBeberapa isu dikemukakan oleh sejumlah Kepala Daerah dan Ketua DPRD
pada Rakornas III TPID sebagai berikut:
a. Terkait penerapan Sistem SRG:
- Komoditas unggulan tiap daerah berbeda-beda sehingga pemerintah
daerah perlu menetapkan prioritas terkait komoditas utama masyarakat
yang dapat memanfaatkan SRG
- Kekhawatiran daerah terhadap tumpang tindih penerapan SRG dengan
program Pemerintah Daerah lainnya, seperti program lumbung padi. Selain
itu kondisi geografis yang menyulitkan bagi distribusi dan ketersediaan
barang masih menjadi faktor utama yang meningkatkan tekanan inflasi
- Kondisi fasilitas gudang yang tidak memadai dan tingginya risiko kerusakan
komoditas menjadi penghambat bagi perbankan untuk mendorong
sepenuhnya pembiayaan SRG. Dalam kaitan ini, Bank memerlukan
keyakinan terhadap tingkat risiko komoditas yang dijaminkan yang antara
lain terlihat dari kondisi gudang yang dapat mempertahankan kualitas
barang untuk jangka waktu cukup lama.
Bagian 3 - Sesi II Rapat Koordinasi
26
- Mekanisme penerapan SRG perlu memperhatikan pendekatan budaya
lokal disertai sosialisasi yang memadai hingga ke tingkat petani. Disamping
itu, aturan untuk SRG harus dapat secara jelas dipahami oleh seluruh
pelaku yang terlibat dan didukung adanya subsidi bunga dari pemerintah
- Perlu mendorong peran perbankan √ baik Bank Pembangunan Daerah
(BPD) maupun Bank Umum dalam hal pembiayaan bagi sektor pertanian,
antara lain melalui linkage program, dengan juga didukung koordinasi
yang kuat antara Perbankan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian
Koperasi dan UKM.
b. Terkait PIHPS
- Secara umum, harga pangan di berbagai daerah belum mencerminkan
kondisi pasokan dan permintaan yang sebenarnya. Tersedianya informasi
harga, akan mengarahkan keputusan ekonomi yang diambil oleh
masyarakat. Disamping itu, adanya sistem informasi bagi petani produsen
akan mendukung penyusunan strategi penguatan produksi pangan
dengan lebih baik.
- Keterbatasan infrastruktur menghambat mobilitas dan aksesibilitas
informasi di daerah-daerah terpencil terutama di daerah luar Pulau Jawa
sehingga menyebabkan masyarakat tidak dapat memperoleh informasi
harga dengan segera. Dalam hal ini, peran media dalam memberikan
informasi kepada masyarakat juga masih terkendalanya akurasi dan
kejelasan sumber informasi. Oleh karena itu, kehadiran Pusat Informasi
Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang dapat diakses dengan mudah oleh
semua pelaku ekonomi sangat penting dan dibutuhkan.
III.4. KESIMPULANMenteri Koordinator Bidang Perekonomian menyimpulkan hasil
pembahasan dan menutup rapat dengan menekankan pada beberapa hal penting
yang meliputi:
1. Pentingnya memperkuat cadangan pangan, khususnya melalui upaya
percepatan penerapan SRG di berbagai daerah.
2. Pentingnya memperluas akses informasi harga pangan di daerah dalam upaya
menjaga stabilitas harga melalui pengembangan PIHPS.
Bagian 3 - Sesi II Rapat Koordinasi
27
3. Pentingnya penguatan kesepahaman bersama (common understanding) untuk
mendorong kelancaran perdagangan antar daerah.
III.5. TINDAK LANJUT1. Menyusun rencana aksi bersama K/L dan Pemerintah Daerah dalam rangka
mempercepat penerapan SRG di berbagai daerah dengan membentuk task
force yang dikoordinir Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomiandikoordinir Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomiandikoordinir Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomiandikoordinir Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomiandikoordinir Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
mencakup a.l:
- Sosialisasi terpadu mengenai SRG
- Meningkatkan komitmen dan partisipasi daerah serta sektor swasta
- Membangun/mengembangkan fasilitas dan pengelolaan gudang
- Penguatan kelembagaan petani dan penanganan produksi paska panen
- Mendorong akses pembiayaan
- Monitoring dan Evaluasi secara periodik
2. Perlu informasi harga pangan yang terpadu dan terpercaya untuk
mengarahkan ekspektasi inflasi dan meningkatkan efisiensi perekonomian.
3. Perlu media diseminasi informasi harga pangan yang efektif (media elektronik,
SMS gateway) sehingga mudah diakses oleh seluruh pelaku ekonomi.
4. Mempertegas pentingnya peran aktif daerah untuk mendorong kelancaran
arus perdagangan lintas daerah termasuk melalui optimalisasi forum Rakorwil
TPID.
5. Memperkuat komitmen bersama (Pemerintah Pusat dan Daerah) untuk
mendorong pengembangan pusat informasi harga pangan strategis.
6. Mempertegas pentingnya upaya mengakselerasi dan menyelaraskan berbagai
langkah aksi bersama (Pemerintah Pusat dan Daerah) untuk meningkatkan
konektivitas antar daerah.
Bagian 3 - Sesi II Rapat Koordinasi
28
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bagian 4 - Sesi III Sharing Session
29
IV.1. UPAYA PENGUATAN CADANGAN KETAHANAN PANGAN OLEHTPID JAWA TENGAH TPID Jawa Tengah (diwakili oleh Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Ichwan Sudrajat) memaparkan
beberapa hal penting terkait upaya penguatan cadangan pangan yang telah
dilakukan di Jawa Tengah sebagai berikut:
Upaya penguatan ketahanan pangan membutuhkan komitmen untuk
melakukan modernisasi, sapta usaha tani (modernisasi alat pertanian),
optimalisasi pemanfaatan lahan (tanam serentak, Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat (PHBM), dan diversifikasi pangan), penguatan lumbung pangan,
Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM), desa mandiri pangan dan
resi gudang di 8 (delapan) kabupaten (dukungan Bank Jateng dan BRI) dan
implementasi Sistem Informasi Harga Komoditi (SiHaTi) yang mengintegrasikan
informasi harga 20 (dua puluh) komoditas yang ada di masing-masing SKPD.
Pemprov Jawa Tengah dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jawa
Tengah dan DIY meluncurkan portal atau situs Sistem Informasi Harga dan
Produksi Komoditi (SiHaTi). Portal tersebut resmi diluncurkan bersamaan
dengan penandatanganan keputusan bersama antara Sekretaris Daerah
Provinsi Jawa Tengah dan Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah
Jawa Tengah dan DIY tentang pembentukan Tim Pemantau dan Pengendalian
Harga (TPPH) Jawa Tengah. Situs SiHaTi dapat diakses melalui alamat http://
tpph-jateng.org dan menyediakan berbagai macam informasi, antara lain:
Bagian 4
SESI III Sharing Session ≈Implementasi Program TPIDMelalui Pengembangan Sistem InformasiHarga Bahan Pangan Pokok Dan PenguatanKetahanan Pangan Untuk MendukungTerciptanya Stabilitas Harga Di Daerah∆
Bagian 4 - Sesi III Sharing Session
30
berita, artikel, data harga komoditas, produksi pertanian, dan grafis luas panen.
Selain itu, dapat pula diakses institusi terkait seperti Dinas Pertanian Jateng,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng, Badan Pusat
Statistik Jateng, dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jawa Tengah
dan DIY.
Sistem informasi ini juga menjadi salah satu sarana koordinasi antar instansi/
dinas terkait di Provinsi Jawa Tengah dalam rangka pengendalian harga melalui
forum TPPH. Tugas utama TPPH adalah melakukan pemantauan harga dan
koordinasi kebijakan pengendalian harga yang pada akhirnya diharapkan dapat
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah pada
khususnya.
IV.2. PERAN SISTEM RESI GUDANG DALAM PENGENDALIANINFLASI DAERAH OLEH TPID KALIMANTAN SELATANTPID Kalimantan Selatan (disampaikan oleh Gubernur Kalimantan Selatan)
menyampaikan pengalaman Kalimantan Selatan dalam mengimplementasikan
Sistem Resi Gudang (SRG), yang secara ringkas dapat dijabarkan sebagai berikut:
Kondisi Pertanian Padi/Beras di Kalimantan Selatan
Beras (terutama beras lokal) merupakan salah satu komoditas terbesar
penyumbang inflasi di Provinsi Kalimantan Selatan selama beberapa tahun
terakhir. Hingga saat ini, pengembangan padi sebagai salah satu komoditas
andalan di Kalimantan Selatan masih terus dioptimalkan untuk meningkatkan
kesejahteraan petani. Beberapa kebijakan Pemerintah dalam rangka
mengoptimalkan kesejahteraan petani a.l. sebagai berikut:
- Kebijakan Pra Panen: Program Pinjaman Dana Bergulir Tanpa Bunga untuk
Pengadaan Pupuk Bersubsidi
- Kebijakan Pasca Panen: Program Sistem Resi Gudang (SRG) melalui UU
No. 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang ( SRG ) tanggal 14 Juli
2006 dan Peraturan Bank Indonesia No. 9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret
2007 yang a.l mengatur penjaminan kredit di bank menggunakan resi
gudang.
- Program klaster padi lokal di Kabupaten Barito Kuala bekerjasama dengan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan.
Bagian 4 - Sesi III Sharing Session
31
Permasalahan yang dihadapi petani adalah harga komoditi berfluktuasi dan
tidak menguntungkan bagi petani sehingga petani terpaksa menjual
komoditinya dengan harga rendah pada musim panen dan terjerat rentenir,
serta terkendala dalam hal akses kredit karena ketiadaan fixed asset sebagai
agunan. Dengan adanya SRG, beberapa permasalahan yang dihadapi petani
tersebut diharapkan dapat terselesaikan. Beberapa manfaat dari adanya SRG
a.l:
- Petani mendapatkan harga yang lebih baik (karena petani dapat menunda
waktu penjualan).
- Kualitas dan kuantitas atas barang yang disimpan terjaga.
- Petani mendapatkan pembiayaan dengan cara yang tepat dan mudah.
- Mendorong petani untuk berusaha secara berkelompok sehingga
meningkatkan posisi tawar petani.
Tantangan Implementasi SRG di Kalimantan Selatan
- Masih rendahnya pemahaman terhadap UU No. 9 Th. 2006 Tentang SRG
dan UU No. 9 Th. 2011 tentang Perubahan atas UU No. 9 Th. 2006 Tentang
SRG.
- Perlunya bantuan pemerintah dalam hal transportasi, biaya gudang dan
asuransi.
- Penundaan persetujuan KUD Tuntung Padang sebagai pengelola gudang
oleh Bappebti, karena menunggu Peraturan Pemerintah tentang
Pembentukan Lembaga Jaminan Resi Gudang (dijadwalkan tahun 2012).
Kesimpulan:
- SRG merupakan salah satu alternatif solusi kebijakan yang dapat memutus
rantai sistem perdagangan komoditi hasil pertanian konvensional selama
ini yang kurang menguntungkan petani.
- Sinergi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan institusi swasta
terkait lainnya sangat diperlukan untuk mengembangkan SRG secara
optimal.
- Peraturan Pemerintah tentang Pembentukan Lembaga Jaminan Resi
Gudang (yang saat ini masih dalam proses) diharapkan dapat memberikan
kemudahan bagi sektor koperasi/UMKM serta kelompok tani dalam SRG
dan memberikan peluang pengembangan SRG yang seluas-luasnya di
seluruh Indonesia
Bagian 4 - Sesi III Sharing Session
32
IV.3. PENGUATAN CADANGAN PANGAN MELALUIPENGEMBANGAN SISTEM RESI GUDANGDisampaikan oleh Kepala Badan Pelaksana Perdagangan Berjangka dan
Komoditi (BAPPEBTI), Kementerian Perdagangan (Drs. Syahrul R. Sempurnajaya)
sebagai berikut:
Tugas pokok dan fungsi BAPPEBTI: Membina, Mengatur, Mengawasi
Perdagangan Berjangka Komoditi, Pasar Lelang dan Sistem Resi Gudang.
Beberapa masalah yang sering dihadapi pada musim panen raya dimana
komoditi produksi melimpah, petani terpaksa menjual gabah dengan harga
lebih rendah bahkan terendah, sehingga pendapatan petani lebih kecil (tidak
optimal).
Petani yang ingin menyimpan gabah secara mandiri mengalami kesulitan,
karena tidak memiliki gudang penumpangan yang memadai dan karena petani
terdesak oleh kebutuhan hidup yang harus segera terpenuhi, disamping petani
memerlukan modal usahatani untuk musim tanam berikutnya.
Jika petani ingin meminjam uang kepada bank, maka petani menghadapi
kesulitan, karena petani tidak mempunyai agunan/jaminan. Akibatnya petani
menggadaikan/ijon gabahnya dengan harga jual yang lebih rendah dan petani
membayar hutang dengan bunga lebih tinggi.
Manfaat SRG bagi stakeholders dalam mata rantai Sistem Resi Gudang
a.a.a.a.a. PERGUDANGANPERGUDANGANPERGUDANGANPERGUDANGANPERGUDANGAN
- mendorong tumbuhnya industri pergudangan dan bidang usaha terkait.
- mendapatkan income dari jasa pergudangan
b.b.b.b.b. PERUSAHAAN PENGGUNA KOMODITI /PROCESSORPERUSAHAAN PENGGUNA KOMODITI /PROCESSORPERUSAHAAN PENGGUNA KOMODITI /PROCESSORPERUSAHAAN PENGGUNA KOMODITI /PROCESSORPERUSAHAAN PENGGUNA KOMODITI /PROCESSOR
- meningkatkan akses untuk mendapatkan sumber bahan baku yang
berkualitas
- mengurangi biaya penyimpanan
- perencanaan supply yang lebih baik
c.c.c.c.c. PEDAGANG / EKSPORTIRPEDAGANG / EKSPORTIRPEDAGANG / EKSPORTIRPEDAGANG / EKSPORTIRPEDAGANG / EKSPORTIR
- ketersediaan barang dengan volume dan kualitas yang terjaga.
- pasokan tersedia sepanjang musim.
- terdapatnya pembiayaan bagi perdagangan (ekspor)
- resi gudang sebagai dokumen transaksi letter of credit (L/C) akan
Bagian 4 - Sesi III Sharing Session
33
menambah keyakinan para pihak termasuk bank (issuing bank &
nominated bank)
- mencegah/mengurangi terjadinya fraud dalam transaksi ekspor
d.d.d.d.d. PERBANKANPERBANKANPERBANKANPERBANKANPERBANKAN
- perlindungan yang tinggi atas jaminan
- jaminan bersifat liquid, dan aktivitas penyaluran kredit yang aman
dan menguntungkan
- pengenalan dan pemanfaatan produk perbankan bagi petani/UKM
berupa kredit resi gudang serta produk perbankan lainnya (tabungan,
deposito dll).
- pembiayaan transaksi dalam negeri dan ekspor (SKBDN dan L/C)
Dukungan Pemerintah Daerah Di Bidang Sistem Resi Gudang
1.1.1.1.1. Kerjasama dan Sinergi antar Instansi TerkaitKerjasama dan Sinergi antar Instansi TerkaitKerjasama dan Sinergi antar Instansi TerkaitKerjasama dan Sinergi antar Instansi TerkaitKerjasama dan Sinergi antar Instansi Terkait
a) Pembentukan Tim Terpadu SRG (melalui SK Bupati) terdiri dari instansi
terkait (Dinas Perdagangan, Pertanian, Ketahanan Pangan, Koperasi
& KUKM,Bulog,dll) dan Stakeholder SRG (perbankan, koperasi,
kelompok tani,HKTI, asosiasi, dll );
b) Penyusunan jadwal terpadu rencana implementasi SRG (persiapan,
pelaksanaan, pembiayaan, penyelesaian RG, monitoring & evaluasi);
c) Koordinasi dengan Bappebti Kemendag
2.2.2.2.2. Penyiapan Kelembagaan SRGPenyiapan Kelembagaan SRGPenyiapan Kelembagaan SRGPenyiapan Kelembagaan SRGPenyiapan Kelembagaan SRG
a) Persiapan Pengelola Gudang (kerjasama antara Pemda dengan
Pengelola Gudang yang telah memperoleh persetujuan Bappebti);
b) Dalam rangka pelaksanaan SRG ke depan, Pemerintah Daerah
mempersiapkan badan usaha setempat berbentuk PT (BUMD) atau
Koperasi untuk menjadi Pengelola Gudang
V.4. PERAN DAN PELUANG BISNIS BANK PEMBANGUNANDAERAH DALAM PEMBIAYAAN DAN PENGEMBANGANSISTEM RESI GUDANG DI DAERAHSekjen ASBANDA (Dr. Jeffry J Wurangian SE, MBA, MSc) menyampaikan
paparannya dengan tema ≈Peran dan peluang bisnis perbankan daerah dalam
pembiayaan resi gudang, dan peran BPD selama ini dalam mendukung
pengembangan Sistem Resi Gudang di daerah∆. Secara ringkas disajikan sebagai
berikut:
Bagian 4 - Sesi III Sharing Session
34
Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (ASBANDA) merupakan organisasi yang
berperan sebagai pemersatu dan mempererat hubungan kerjasama, membawa
aspirasi, serta wadah peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) di
lingkungan Bank Pembangunan Daerah (BPD). ASBANDA beranggotakan 26
BPD di seluruh Indonesia, yang memiliki peranan strategis untuk menunjang
pelaksanaan pembangunan di segala bidang, dalam rangka membantu dan
mendorong pengembangan perekonomian rakyat dan pembangunan daerah
demi mewujudkan masyarakat adil dan makmur. ASBANDA berdiri berdasarkan
keputusan Musyawarah Kerja III BKS-BPD seluruh Indonesia tanggal 24 Maret
1999 di Batam. Wadah tempat BPD seluruh Indonesia sebelum ASBANDA
adalah Badan Kerjasama Bank Pembangunan Daerah Seluruh Indonesia (BKS-
BPDSI), yang dibentuk pada tanggal 14 Desember 1993 berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 584-1437.
Di penghujung tahun 2010, ASBANDA dengan BI menggulirkan BPD Regional
Champion (BRC), yang merupakan suatu tahapan bagi BPD untuk membangun
BPD menjadi tuan rumah di daerah sendiri dengan tiga pilar utama, yaitu
memperkuat kelembagaan, menjadi agen perubahan di daerah (agent of
development), serta memperkuat kemampuan melayani kebutuhan
masyarakat. Sebagian perincian dari ketiga pilar tersebut akan diakomodir
dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API).
Sesuai dengan Keputusan Menko Perekonomian selaku Ketua Komite
Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil,
Menengah, dan Koperasi Nomor: KEP-07/MENKO/01/2010 tanggal 25 Januari
2010 tentang Penambahan Bank Pelaksana dari 13 (Tiga Belas) BPD, yaitu
Bank Nagari, Bank DKI, Bank Jabar Banten, Bank Jateng, Bank Jatim, Bank
BPD DIY, Bank Kalbar, Bank Kalsel, Bank Kalteng, Bank Sulut, Bank NTB, Bank
Maluku, dan Bank Papua. Dalam pelaksanaan penyaluran KUR dilakukan
kerjasama antara 13 (tiga belas) BPD pelaksana KUR dengan Perusahaan
Penjaminan Kredit PT. Askrindo dan Perum Jamkrindo. Realisasi penyaluran
KUR tahun 2010 dapat di capai sebesar Rp. 2.210.961.441.602,- dari target
sebesar Rp. 2.000.000.000.000,- atau dengan prosentase pencapaian 110,5
% dari target dengan jumlah debitur sebanyak 25.785 Debitur.
Untuk Tahun 2011,ΩBPD yang menyatakan kesanggupannya sebagai bank
pelaksana sebanyak 13 (tiga belas) BPD, yaitu: Bank Aceh, Bank Sumut, Bank
Bagian 4 - Sesi III Sharing Session
35
Riaukepri, Bank Sumsel Babel,ΩBank Jambi,ΩBank Bengkulu, Bank Lampung,
Bank Kaltim, BPD Sultra, Bank Sulteng, Bank Sulsel, ΩBank NTT, dan Bank BPD
Bali. Ke depan, seluruh BPD akan ikut dan concern sebagai bank pelaksana
KUR dengan target penyaluran sebesar Rp 3.400 milyar.
IV.5. PERAN MEDIA DALAM DISEMINASI INFORMASI HARGAPANGANBapak Arief Budisusilo (Pemimpin Redaksi Surat Kabar Harian Bisnis
Indonesia) menyampaikan paparan bertema ≈Manfaat Sistem Informasi Harga
Pangan yang Terpercaya dan Akurat dalam Mendukung Tugas Insan Media∆, secara
ringkas pokok-pokok pemaparan adalah sebagai berikut:
Media massa merupakan institusi sosial yang penting dalam tataran masyarakat
modern. Media massa bahkan dianggap sebagai kekuatan keempat setelah
fungsi eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam tataran Pemerintahan. Oleh
karena itu, peran media dalam komunikasi publik sangatlah penting dan
signifikan.
Dalam mendapatkan informasi, wartawan media massa berpegang pada kode
etik wartawan Indonesia sebagaimana tertuang dalam UU tentang Pers, UU
tentang Keterbukaan Informasi Publik, yang antara lain berbunyi:
Menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar (akurat
dan fakta).
Menempuh cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta
memberikan identitas terhadap sumber informasi.
Media massa berkepentingan terhadap kondisi politik, ekonomi dan sosial-
budaya yang kondusif untuk perkembangan kemanusiaan. Demokrasi dan
Ekonomi yang baik, masyarakat yang berdaya beli, pengangguran dan
kemiskinan yang berkurang, menjadi obyektif jangka panjang tujuan
pemberitaan media massa.
Media massa mendapatkan manfaat dari kondisi ekonomi yang baik, bukan
sebaliknya memperoleh oplah sesaat karena memberitakan hal-hal buruk.
Namun dalam praktiknya, media kerap kesulitan memperoleh informasi yang
kredibel, cepat, komprehensif dan kontekstual terhadap isu-isu strategis yang
mempengaruhi perkembangan masyarakat.
Bagian 4 - Sesi III Sharing Session
36
Terkait dengan ketersediaan informasi harga, media memerlukan sumber
informasi harga terpadu, cepat dan akurat. Pusat Informasi Harga Pemerintah
untuk sembilan bahan pokok yang telah berjalan selama ini perlu direvitalisasi.
Selain itu, metode chanelling untuk penyebaran/diseminasi informasi perlu
diversifikasi dan konvergensi (baik melalui Situs, Mobile-SMS, Printed, Audio-
Video). Di sisi lain, akses informasi yang terbuka untuk media menjadi
keharusan.
Terkait dengan keaktualan informasi, Terkait dengan keaktualan informasi, Terkait dengan keaktualan informasi, Terkait dengan keaktualan informasi, Terkait dengan keaktualan informasi, perlu dibuka HOTLINE yang tersedia
selama 24 jam / 7 hari seminggu untuk melayani pertanyaan tentang situasi
harga yang berkaitan dengan atau berdampak terhadap inflasi. Pemanfaatan
Sosial Media (seperti Facebook, Twitter, dll) untuk sarana diseminasi harga
dapat dijadikan pertimbangan.
Untuk meningkatkan kompetensi, perlu jurnalis class reguler (bisa bulanan
atau tiga bulanan) untuk menyamakan persepsi, memperluas dan
menempatkan konteks serta memberikan kemampuan pemahaman jurnalis
terhadap perkembangan harga yang dinamis dan dampak simultan terhadap
ekonomi nasional dan lokal.
IV.6. KESIMPULAN1. Pengembangan informasi harga di daerah sangat penting. Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jawa Tengah
dan DI Yogyakarta telah melakukan pengembangan informasi harga dengan
meluncurkan portal atau situs Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi
(SiHaTi). Kehadiran SiHaTi yang dapat diakses oleh seluruh pemangku
kepentingan dan masyarakat memungkinkan koordinasi pengendalian inflasi
dan diseminasi informasi harga dilakukan secara efektif.
2. Pihak media membutuhkan pasokan informasi yang lengkap, kredibel,
berkelanjutan, dan terkini. Peran media sangat penting karena juga berfungsi
sebagai sarana mendiseminasi informasi secara lebih luas termasuk kepada
pemangku kepentingan. Oleh karena itu, penyediaan informasi harga pangan
(melalui PIHPS) oleh daerah sangat ditunggu kehadirannya dan dalam
pelaksanaannya dapat bekerjasama dengan media.
3. Terkait dengan program Sistem Resi Gudang (SRG), program ini merupakan
alternatif kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Bagian 4 - Sesi III Sharing Session
37
Pengalaman di Kalimantan Selatan yang sukses menerapkan SRG ini
menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya dibutuhkan sinergi yang cukup
kuat antara Pemerintah Daerah, Petani, dan pihak-pihak terkait lainnya,
termasuk dari sisi pembiayaan oleh Perbankan.
4. Bahwa dukungan dari Perbankan sejauh ini sudah cukup besar. Bank Indonesia
bahkan telah memfasilitasi pelaksanaan SRG dengan menerbitkan berbagai
ketentuan yang mendukung pelaksanaan SRG di lapangan. Dalam
pelaksanaannya peran dari daerah (dalam hal ini BPD) perlu semakin
ditingkatkan. Namun demikian, perbankan masih memerlukan dukungan dari
sisi kelayakan gudang supaya komoditi tetap terjaga kualitasnya, asuransi,
dan transportasi ke gudang.
IV.7. TINDAK LANJUT1. Pembentukan Tim Terpadu SRG (melalui SK Bupati) terdiri dari instansi terkait
(Dinas Perdagangan, Pertanian, Ketahanan Pangan, Koperasi & KUKM,
Bulog,dll) dan stakeholders SRG (perbankan, koperasi, kelompok tani, HKTI,
asosiasi, dll )
2. Peraturan Pemerintah tentang Pembentukan Lembaga Jaminan Resi Gudang
(dalam proses) diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi sektor koperasi
dan UMKM serta kelompok tani dalam SRG dan memberikan peluang
pengembangan SRG yang seluas-luasnya.
3. Persiapan Pengelola Gudang (kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan
Pengelola Gudang yang telah memperoleh persetujuan Bappebti). Dalam
rangka pelaksanaan SRG ke depan, Pemda mempersiapkan badan usaha
setempat berbentuk PT (BUMD) atau Koperasi untuk menjadi Pengelola
Gudang.
Bagian 4 - Sesi III Sharing Session
38
Halaman ini sengaja dikosongkan
39
Bagian 5 - Penutup
Inflasi tidak dapat dikendalikan hanya dengan kebijakan moneter, namun
memerlukan paduan kebijakan yang harmonis antara kebijakan fiskal, moneter,
sektoral, dan daerah. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembentukan inflasi
nasional dipengaruhi oleh daerah sebesar 77%. Peran daerah menjadi sangat
penting dalam kerjasama pengendalian inflasi bersama Kementerian/Lembaga di
pusat seiring dengan semakin tingginya kewenangan daerah di era otonomi ini.
Dalam upaya pencapaian sasaran inflasi nasional yang rendah dan stabil diperlukan
wadah kerjasama antara Kementerian/Lembaga, Bank Indonesia, dan daerah dalam
suatu wadah koordinasi yakni Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Dari rangkaian diskusi yang diikuti oleh Kementerian/Lembaga, Bank
Indonesia, Pemerintah Provinsi, dan Kab/Kota pada acara RAKORNAS III TPID yang
bertema ≈Meningkatkan Peran Pemerintah Daerah dalam Mendukung Stabilitas
Harga Melalui Penguatan Ketahanan Pangan serta Optimalisasi Pemanfaatan
Informasi Harga Pangan Strategis∆ telah dihasilkan beberapa kesepakatan rapat
yang dinamakan KESEPAKATAN JAKARTA 2012.
Kesepakatan Jakarta 2012, merupakan kesepakatan bersama peserta
RAKORNAS III TPID untuk berkomitmen:
1. Memperkuat cadangan pangan, khususnya melalui upaya percepatan
penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) di berbagai daerah.
2. Memperluas akses informasi harga pangan di daerah dalam upaya menjaga
stabilitas harga melalui pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
(PIHPS).
3. Memperkuat kesepahaman bersama (common understanding) terhadap
pentingnya mendorong kelancaran perdagangan antar daerah.
Ke depan, kesepakatan Jakarta 2012 ini bisa menjadi acuan bagi daerah
khususnya TPID dalam menyusun program/kegiatan dalam rangka menjadi
Bagian 5
Penutup
40
Bagian 5 - Penutup
stabilisasi harga di daerah. Untuk itu diperlukan RENCANA AKSI pengendalian
inflasi daerah sebagai perwujudan komitmen di dalam Kesepakatan Jakarta 2012.
Rencana Aksi tersebut meliputi:
1. Perlunya membentuk task force yg dikoordinir oleh Kemenko Bidang
Perekonomian dalam rangka mempercepat penerapan Sistem Resi Gudang
(SRG) di berbagai daerah secara bertahap dan berkesinambungan.
2. Mendorong pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS).
3. Mengoptimalkan forum koordinasi TPID untuk memperkuat kerjasama
perdagangan antar daerah.