8
1 PENGARUH SPINDLE SPEED, FEED RATE, DAN KEMIRINGAN PAHAT PADA PROSES PEMAKANAN CONVENTIONAL MIRING MENGGUNAKAN PAHAT END MILL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN Anggi Astriana Rizkiani, Achmad As’ad Sonief, Purnami Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail:[email protected] Abstrak Proses milling merupakan salah satu proses pemotongan yang sering digunakan dalam suatu proses produksi. Dalam suatu proses milling masih dimungkinkan untuk penerapan beberapa strategi untuk menghasilkan parameter yang lebih optimum sehingga didapatkan kualitas permukaan yang lebih baik yaitu dengan proses pemakanan miring (oblique). Penelitian ini menggunakan pahat ball nose end mill dari bahan karbida dengan pemakanan conventional miring pada benda kerja alumunium 6061. Menggunakan 3 variasi spindle speed yaitu 700, 800, dan 900 rpm; 3 variasi feed rate yaitu 100, 200, dan 300 mm/min; serta 3 variasi kemiringan pahat yaitu 1°, 3°, dan 5°. Masing masing spesimen diuji kekasaran permukaannya (Ra). Hasil dari penelitian ini diolah menggunakan Multiple Regression Linier untuk mendapatkan model matematis dari proses pemesinan yang dilakukan. Hasil yang didapatkan berupa persamaan Ra = 0.513 0.001x 1 + 0.006X 2 0.017x 3 dimana nilai x 1 adalah koefisien spindle speed, x 2 adalah koefisien feed rate, dan x 3 adalah koefisien kemiringan pahat dengan koefisien regresi kesesuaian terhadap data hasil pengujian adalah 98.9 persen. Hal ini dapat digunakan untuk memprediksi nilai kekasaran permukaan untuk memilih parameter yang sesuai yaitu spindle speed, feed rate, dan kemiringan pahat. Feed rate memiliki pengaruh positif (berbanding lurus) terhadap kekasaran permukaan sedangkan spindle speed dan kemiringan pahat memiliki pengaruh negatif (berbanding terbalik). Kata Kunci: pemotongan logam, milling, end mill, feed rate, spindle speed, kemiringan pahat, kekasaran permukaan, multiple regression linier PENDAHULUAN Pada proses milling terdapat parameter pemotongan dan geometri pahat yang dapat mempengaruhi hasil kekasaran permukaan pada hasil akhir produk. Kekasaran permukaan merupakan faktor utama untuk evaluasi produk dapat diterima atau tidak. Kekasaran permukaan adalah salah satu penyimpangan yang disebabkan oleh kondisi pemotongan dari proses pemesinan. Setiap permukaan yang telah mengalami proses pemesinan akan mengalami kekasaran permukaan tertentu, misalnya mengkilat, halus maupun kasar. Dan proses pemesinan ini akan menentukan kekasaran permukaan pada level tertentu. Jika kekasaran permukaan yang tinggi akan mengakibatkan kinerja komponen pasangan produk yang dihasilkan akan terganggu. Ketika alat sumbu normal terhadap bidang pemotongan, permukaan mesin yang dihasilkan dapat menjadi kasar dan keausan pahat bisa parah ke mendekati nol daerah kecepatan potong. Dalam hal ini, menyesuaikan sudut kemiringan mesin dapat meningkatkan kinerja alat dan kekasaran permukaan [4]. Maka dari itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh parameter pemotongan menggunakan pahat end mill pada pemakanan milling terhadap kekasaran permukaan. Parameter pemotongan optimum yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengaruh kecepatan spindle dan kecepatan pemakanan pada proses pemakanan conventional. Dari sini didapat pengaruh spindle speed dan feed rate pada proses pemakanan conventional miring menggunakan pahat end mill terhadap kekasaran permukaan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui seberapa besar kekasaran permukaan pada proses pemakanan conventional miring

008-Rizikiani a. a., Sonief a. a. Pengaruh Spindle Speed, Feed Rate, Dan Kemiringan Pahat Pada Proses Pemakanan Conventional Miring Menggunakan Pahat End Mill Terhadap Kekasaran Permukaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Kekasaran Permukaan

Citation preview

Page 1: 008-Rizikiani a. a., Sonief a. a. Pengaruh Spindle Speed, Feed Rate, Dan Kemiringan Pahat Pada Proses Pemakanan Conventional Miring Menggunakan Pahat End Mill Terhadap Kekasaran Permukaan

1

PENGARUH SPINDLE SPEED, FEED RATE, DAN KEMIRINGAN PAHAT PADA

PROSES PEMAKANAN CONVENTIONAL MIRING MENGGUNAKAN PAHAT

END MILL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

Anggi Astriana Rizkiani, Achmad As’ad Sonief, Purnami Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

E-mail:[email protected]

Abstrak Proses milling merupakan salah satu proses pemotongan yang sering digunakan dalam suatu proses

produksi. Dalam suatu proses milling masih dimungkinkan untuk penerapan beberapa strategi untuk

menghasilkan parameter yang lebih optimum sehingga didapatkan kualitas permukaan yang lebih baik yaitu

dengan proses pemakanan miring (oblique). Penelitian ini menggunakan pahat ball nose end mill dari bahan karbida dengan pemakanan conventional

miring pada benda kerja alumunium 6061. Menggunakan 3 variasi spindle speed yaitu 700, 800, dan 900 rpm; 3

variasi feed rate yaitu 100, 200, dan 300 mm/min; serta 3 variasi kemiringan pahat yaitu 1°, 3°, dan 5°. Masing

– masing spesimen diuji kekasaran permukaannya (Ra).

Hasil dari penelitian ini diolah menggunakan Multiple Regression Linier untuk mendapatkan model

matematis dari proses pemesinan yang dilakukan. Hasil yang didapatkan berupa persamaan Ra = 0.513 –

0.001x1 + 0.006X2 – 0.017x3 dimana nilai x1 adalah koefisien spindle speed, x2 adalah koefisien feed rate, dan

x3 adalah koefisien kemiringan pahat dengan koefisien regresi kesesuaian terhadap data hasil pengujian adalah

98.9 persen. Hal ini dapat digunakan untuk memprediksi nilai kekasaran permukaan untuk memilih parameter

yang sesuai yaitu spindle speed, feed rate, dan kemiringan pahat. Feed rate memiliki pengaruh positif

(berbanding lurus) terhadap kekasaran permukaan sedangkan spindle speed dan kemiringan pahat memiliki

pengaruh negatif (berbanding terbalik).

Kata Kunci: pemotongan logam, milling, end mill, feed rate, spindle speed, kemiringan pahat, kekasaran

permukaan, multiple regression linier

PENDAHULUAN

Pada proses milling terdapat

parameter pemotongan dan geometri pahat

yang dapat mempengaruhi hasil kekasaran

permukaan pada hasil akhir produk.

Kekasaran permukaan merupakan faktor

utama untuk evaluasi produk dapat

diterima atau tidak. Kekasaran permukaan

adalah salah satu penyimpangan yang

disebabkan oleh kondisi pemotongan dari

proses pemesinan. Setiap permukaan yang

telah mengalami proses pemesinan akan

mengalami kekasaran permukaan tertentu,

misalnya mengkilat, halus maupun kasar.

Dan proses pemesinan ini akan

menentukan kekasaran permukaan pada

level tertentu. Jika kekasaran permukaan

yang tinggi akan mengakibatkan kinerja

komponen pasangan produk yang

dihasilkan akan terganggu. Ketika alat

sumbu normal terhadap bidang

pemotongan, permukaan mesin yang

dihasilkan dapat menjadi kasar dan

keausan pahat bisa parah ke mendekati nol

daerah kecepatan potong. Dalam hal ini,

menyesuaikan sudut kemiringan mesin

dapat meningkatkan kinerja alat dan

kekasaran permukaan [4].

Maka dari itu diperlukan penelitian

lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh

parameter pemotongan menggunakan

pahat end mill pada pemakanan milling

terhadap kekasaran permukaan. Parameter

pemotongan optimum yang digunakan

pada penelitian ini yaitu pengaruh

kecepatan spindle dan kecepatan

pemakanan pada proses pemakanan

conventional. Dari sini didapat pengaruh

spindle speed dan feed rate pada proses

pemakanan conventional miring

menggunakan pahat end mill terhadap

kekasaran permukaan.

Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah Mengetahui seberapa besar

kekasaran permukaan pada proses

pemakanan conventional miring

Page 2: 008-Rizikiani a. a., Sonief a. a. Pengaruh Spindle Speed, Feed Rate, Dan Kemiringan Pahat Pada Proses Pemakanan Conventional Miring Menggunakan Pahat End Mill Terhadap Kekasaran Permukaan

2

menggunakan pahat end mill untuk masing

– masing parameter dan Mencari

kombinasi kecepatan spindle, kecepatan

pemakanan, dan sudut kemiringan pahat

end mill yang dapat memperkecil

kekasaran permukaan.

TINJAUAN PUSTAKA

Proses Milling

Pengefraisan (milling) merupakan

salah satu proses pemotongan yang paling

serbaguna untuk pembuatan komponen –

komponen dengan bentuk bukan rotational

[6]. Mesin milling merupakan suatu

proses dimana alat potong berputar pada

sumbunya dan melakukan pemakanan

terhadap benda kerja. Proses pemakanan

dilakukan satu kali atau dua kali putar

dengan satu atau lebih mata pahat dengan

benda kerja di letakkan diam dan dijepit

pada ragum, hal ini kemudian dimakankan

dengan pahat yang berputar.

Mekanisme Milling

Mekanisme milling dapat dibedakan

berdasarkan arah rotasi pahat yaitu up

milling dan down milling. Pada

pengefraisan naik (up milling atau

conventional milling) gerak

pengumpanannya berlawanan dengan

perputaran pisau dan pada proses

pengefraisan turun (down milling atau

climb milling) gerak pengumpanannya

searah dengan perputaran pisau, dalam hal

ini pemotongan diawali pada permukaan

dengan ketebalan tatal yang dibutuhkan

cukup tinggi dan konstruksi mesin harus

kuat serta dilengkapi dengan transmisi

yang bebas slip balik.

Parameter Pemotongan

Kecepatan pemakan dihitung

berdasarkan ketebalan geram yang dapat

dipotong oleh setiap gigi pahat, biasanya

disebut pemakanan per gigi. Untuk

menghitung kecepatan pemakanan dapat

digunakan satuan µm/put atau mm/menit.

Persamaan untuk mencari kecepatan

pemakanan (feed rate) adalah:

[4]

Dimana :

Sz = pemakanan tiap gigi (mm/gigi)

Z = jumlah gigi potong pahat

N = putaran spindle mesin (rpm)

Sm = Kecepatan pemakanan (mm/mnt)

End Mill

Pahat end mill memiliki diameter

kecil (tapered shank) dan juga diameter

yang besar (straight shank) yang terpasang

pada poros mesin milling. Pahat dapat

bergerak pada sumbu tegak lurus terhadap

permukaan benda kerja maupun

pemakanan miring dengan pemakanan

meruncing atau melengkung. Dalam hal

ini, pengaturan sudut kemiringan

pemesinan dapat meningkatkan kinerja

alat dan permukaan kekasaran [2].

Penempatan alat pemotong dibedakan

sesuai dengan sudut kemiringan antara alat

(θ), putaran spindle (C.W. atau clockwise)

dan arah pemakanan (Feed) pada

pemakanan conventional. Dapat dilihat

pada gambar 1.

Gambar 1 Strategi Proses End Mill

Kekasaran Permukaan

Salah satu karakteristik geometris

yang ideal dari suatu komponen adalah

permukaan yang halus [4]. Angka

kekasaran (ISO roughness number) dan

panjang sampel standart dapat dilihat pada

tabel 1.

Page 3: 008-Rizikiani a. a., Sonief a. a. Pengaruh Spindle Speed, Feed Rate, Dan Kemiringan Pahat Pada Proses Pemakanan Conventional Miring Menggunakan Pahat End Mill Terhadap Kekasaran Permukaan

3

Tabel 1 Angka kekasaran [5]

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode penelitian

eksperimental (experimental research),

yaitu melakukan pengamatan untuk

mencari data sebab-akibat dalam suatu

proses melalui eksperimen sehingga dapat

mengetahui pengaruh putaran spindel dan

kecepatan pemakanan terhadap kekasaran

permukaan dan parameter pemotongan

pada proses pemotongan miring dengan

cara Conventional menggunakan pahat

End Mill.

Variabel Penelitian

Variabel bebas

Dalam penelitian ini variabel bebas

yang digunakan adalah :

Spindle speed : 700, 800, 900 rpm

Feed rate : 100, 200, 300 mm/min

Sudut kemiringan pahat : 1°; 3°; 5°

Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah kekasaran permukaan.

Variabel terkontrol

Variabel terkontrol dalam penelitian

ini adalah :

Axial depth of cut : 0.5 mm

Diameter pahat : 10 mm

Prosedur Penelitian

Benda kerja dengan ukuran 10x5 cm

dan tebal 1.5 cm. Dilakukan pemotongan

dengan parameter yang telah ditentukan

dan dilakukan pengukuran kekerasan

menggunakan Surftest Tester Mitutoyo SJ

– 301. Data yang telah didapatkan

kemudian dianalisa menggunakan Multiple

Regression Linear dan analisa grafik.

Sehingga didapatkan pengaruh spindle

speed dan feed rate pada proses

pemakanan conventional miring

menggunakan pahat end mill terhadap

kekasaran permukaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Didapatkan hasil pengukuran

kekasaran permukaan pada proses

pemakanan conventional miring terhadap

parameter pemotongan spindle speed dan

feed rate yang ditunjukkan dalam tabel 2.

Tabel 2 Tabel hasil uji kekasaran permukaan dengan pahat conventional

Variabel Kemiringan

Pahat

Spindle Speed

(rpm)

Feed Rate

(mm/min)

1° 3° 5°

Kekasaran Permukaan (µm)

700

100 0.68000 0.63667 0.62333

200 1.27000 1.17667 1.16667

300 2.01000 1.98333 1.98000

800

100 0.65000 0.63333 0.62000

200 1.21000 1.16333 1.13667

300 1.86333 1.84333 1.82667

900

100 0.62000 0.60333 0.58667

200 1.19000 1.11667 1.06667

300 1.83333 1.74000 1.69667

Page 4: 008-Rizikiani a. a., Sonief a. a. Pengaruh Spindle Speed, Feed Rate, Dan Kemiringan Pahat Pada Proses Pemakanan Conventional Miring Menggunakan Pahat End Mill Terhadap Kekasaran Permukaan

4

Pengolahan data menggunakan

model regresi berganda (multiple regresi

linier) digunakan untuk menjelaskan

hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat.

Tabel 3 Multiple Linear Regression : Model Summary pada proses pemakanan conventional

miring (hasil SPSS)

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa

nilai Multiple R sebesar 0.994 dan R2 =

0.989. data tersebut mengindikasikan

bahwa kemampuan variabel independen

untuk menjelaskan variasi pada variabel

dependen Ra adalah 98.9 persen

Tabel 4 Hasil Tes ANOVA (hasil SPSS)

Hasil olah data dengan ANOVA

(analysis of variance) seperti yang

ditunjukkan pada tabel 4. Berdasarkan

tabel output Model Summary dan ANOVA

di atas diperoleh harga koefisien korelasi

atau R = 0.994 dan F = 665.695,

sedangkan tingkat alpha yang ditetapkan

sebesar 5%. Degree of Freedom yang

didapatkan dalam perhitungan tersebut

yaitu df1 = 3 dan df2 = 23. Oleh karena itu

didapatkan nilai F tabel sebesar 3.0280.

Karena F hitung > F tabel, yaitu 665.695 >

3.0280, maka H0 yang menyatakan tidak

ada pengaruh ditolak. Sebagai hasilnya H1

diterima yang berarti ada pengaruh.

Tabel 5 Multiple Linear Regression : Coefficient pada proses pemakanan conventional miring (hasil SPSS)

Berdasarkan tabel 5 yang digunakan

untuk membuat persamaan garis

regresinya adalah besaran koefisien beta

(lihat tabel Coefficient diatas pada kolom

Unstandardized Coefficient B) disebutkan

bahwa nilai konstan b0 = 0.513, nilai b1 = -

0.001, b2 = 0.006, dan b3 = -0.017. dengan

demikian dapat ditentukan bahwa

Page 5: 008-Rizikiani a. a., Sonief a. a. Pengaruh Spindle Speed, Feed Rate, Dan Kemiringan Pahat Pada Proses Pemakanan Conventional Miring Menggunakan Pahat End Mill Terhadap Kekasaran Permukaan

5

Estimeted Regression Equation untuk

seluruh data adalah :

Ra = 0.513 – 0.001x1 + 0.006x2 – 0.017x3

Maka model regresi tersebut

diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Harga koefisien b1 = -0.001, berarti

apabila nilai x1 spindle speed

mengalami kenaikan sebesar satu point,

sementara variabel independen lainnya

tetap, maka tingkat Ra kekasaran

permukaan tersebut akan berkurang

sebesar 0.001 persen.

2. Harga koefisien b1 = 0.006, berarti

apabila nilai x2 feed rate mengalami

kenaikan sebesar satu point, sementara

variabel independen lainnya tetap, maka

tingkat Ra kekasaran permukaan

tersebut akan bertambah sebesar 0.006

persen.

3. Harga koefisien b1 = -0.017, berarti

apabila nilai x3 kemiringan pahat

mengalami kenaikan sebesar satu point,

sementara variabel independen lainnya

tetap, maka tingkat Ra kekasaran

permukaan tersebut akan berkurang

sebesar 0.017 persen

Gambar 2 Grafik hubungan antara feed rate dan spindle speed dengan kekasaran permukaan

pada pemakanan conventional dengan kemiringan pahat 5°

Pada Gambar 2 tersebut dapat dilihat

bahwa dengan seiring bertambahnya feed

rate maka akan mempengaruhi kekasaran

permukaan pada hasil benda kerja. Pada

grafik terlihat semakin tinggi feed rate

maka semakin tinggi pula kekasaran

permukaan yang dihasilkan pada benda

kerja. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi feed rate maka geram yang

dihasilkan akan semakin tebal, hal ini

terbukti mempengaruhi kekasaran

permukaan hasil benda kerja, dimana

semakin tinggi feed rate maka semakin

tinggi pula kekasaran permukaan yang

dihasilkan.

Pada grafik diatas juga terlihat

adanya perubahan spindle speed dengan

variasi 700, 800, dan 900 rpm. Pada feed

rate yang sama terlihat beda kekasaran

permukaan pada tiap spindle speed. Maka

dapat disimpulkan bahwa semakin besar

spindle speed maka semakin kecil nilai

kekasaran permukaan benda kerja pada

pemakanan conventional dengan

kemiringan pahat 5°. Hal ini disebabkan

semakin cepat spindle speed maka

pemakanan yang terjadi semakin banyak

pada tiap gigi nya.

Page 6: 008-Rizikiani a. a., Sonief a. a. Pengaruh Spindle Speed, Feed Rate, Dan Kemiringan Pahat Pada Proses Pemakanan Conventional Miring Menggunakan Pahat End Mill Terhadap Kekasaran Permukaan

6

Gambar 3 Grafik hubungan antara kemiringan pahat dan spindle speed dengan kekasaran

permukaan pada pemakanan conventional dengan nilai feed rate 100 mm/min

Pada gambar 3 merupakan hubungan

antara kemiringan pahat dan spindle speed

dengan kekasaran permukaan pada

pemakanan conventional dengan nilai feed

rate 100 mm/min dapat dilihat bahwa

dengan seiring bertambahnya kemiringan

pahat maka akan mempengaruhi kekasaran

permukaan pada hasil benda kerja. Pada

grafik terlihat semakin tinggi kemiringan

maka semakin rendah kekasaran

permukaan yang dihasilkan pada benda

kerja. Hal ini terjadi pada setiap

pemakanan yang dilakukan. Pada proses

kemiringan pahat 5° memiliki nilai

kekasaran permukaan yang paling rendah,

kemudian 3°, dan yang memiliki

kekasaran permukaan paling tinggi adalah

1°. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk pahat

yaitu ball nose end mill, dimana ujung

pahat memiliki radius sehingga ujung dari

pahat memiliki pertemuan antara 2 mata

pahat sehingga ketika digunakan ujung

mata pahat tersebut menjadikan kekasaran

permukaan yang semakin tinggi. Namun

dengan semakin ditambahnya kemiringan

pahat dalam proses pemakanannya, maka

ujung dari mata pahat tersebut telah

bergeser sesuai dengan kemiringan dari

pahat yang telah diatur di awal, sehingga

hal itu menyebabkan kekasaran permukaan

yang lebih rendah ketika pahat dari

pemakanan tersebut dimiringkan.

Pada grafik diatas juga terlihat

adanya perubahan spindle speed dengan

variasi 700, 800, dan 900 rpm. Pada

kemiringan pahat yang sama terlihat beda

kekasaran permukaan pada tiap spindle

speed. Maka dapat disimpulkan bahwa

semakin besar spindle speed maka

semakin kecil nilai kekasaran permukaan

benda kerja pada pemakanan conventional

dengan feed rate 100 mm/min. Hal ini

disebabkan semakin cepat spindle speed

maka pemakanan yang terjadi semakin

banyak pada tiap gigi nya.

Page 7: 008-Rizikiani a. a., Sonief a. a. Pengaruh Spindle Speed, Feed Rate, Dan Kemiringan Pahat Pada Proses Pemakanan Conventional Miring Menggunakan Pahat End Mill Terhadap Kekasaran Permukaan

7

Gambar 4 Grafik Hubungan antara Kekasaran Permukaan dengan Proses Pemotongan

Conventional dengan Kemiringan Pahat 1°, 3°, Dan 5°

Keterangan grafik :

Proses 1 = feed rate 100 mm/min; spindle speed 900 rpm

Proses 2 = feed rate 100 mm/min; spindle speed 800 rpm

Proses 3 = feed rate 100 mm/min; spindle speed 700 rpm

Proses 4 = feed rate 200 mm/min; spindle speed 900 rpm

Proses 5 = feed rate 200 mm/min; spindle speed 800 rpm

Proses 6 = feed rate 200 mm/min; spindle speed 700 rpm

Proses 7 = feed rate 300 mm/min; spindle speed 900 rpm

Proses 8 = feed rate 300 mm/min; spindle speed 800 rpm

Proses 9 = feed rate 300 mm/min; spindle speed 700 rpm

Gambar 4 merupakan hubungan

antara urutan proses dan kekasaran

permukaan dimana sumbu x adalah urutan

proses parameter permukaan dan sumbu y

adalah kekasaran permukaan hasil benda

kerja. Pada grafik hubungan antara

kekasaran permukaan dengan proses

pemotongan conventional dengan

kemiringan pahat 1°, 3°, dan 5° pada

perlakuan feed rate dan spindle speed yang

sama memiliki nilai kekasaran permukaan

yang berbeda. Pada proses kemiringan

pahat 5° memiliki nilai kekasaran

permukaan yang paling rendah, kemudian

Page 8: 008-Rizikiani a. a., Sonief a. a. Pengaruh Spindle Speed, Feed Rate, Dan Kemiringan Pahat Pada Proses Pemakanan Conventional Miring Menggunakan Pahat End Mill Terhadap Kekasaran Permukaan

8

3°, dan yang memiliki kekasaran

permukaan paling tinggi adalah 1°. Hal ini

dipengaruhi oleh bentuk pahat yaitu ball

nose end mill, dimana ujung pahat

memiliki radius sehingga ujung dari pahat

memiliki pertemuan antara 2 mata pahat

sehingga ketika digunakan ujung mata

pahat tersebut menjadikan kekasaran

permukaan semakin tinggi. Namun dengan

semakin ditambahnya kemiringan pahat

dalam proses pemakanannya, maka ujung

dari mata pahat tersebut telah bergeser

sekian derajat sesuai dengan kemiringan

dari pahat yang telah diatur di awal,

sehingga hal itu menyebabkan kekasaran

permukaan yang lebih rendah ketika pahat

dari pemakanan tersebut dimiringkan.

Dalam penelitian ini, nilai kekasaran

permukaan yang paling rendah terdapat

pada parameter kemiringan pahat 5°

dengan nilai feed rate 100 mm/min dan

spindle speed 900 rpm. Hal ini sesuai

dengan grafik sebelumnya dimana

semakin tinggi nilai feed rate maka nilai

kekasaran permukaan nya semakin tinggi

pula serta semakin tinggi spindle speed

dan kemiringan pahat maka nilai

kekasaran permukaan nya semakin

menurun.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian dan

pengolahan data penelitian dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Feed rate, spindle speed, dan

kemiringan pahat berpengaruh terhadap

kekasaran permukaan hasil benda kerja.

Persamaan regresi untuk

memprediksi kekasaran permukaan

dalam menentukan nilai parameter

potongan untuk spindle speed, feed

rate, dan kemiringan pahat, yaitu:

Ra = 0.513 – 0.001x1 + 0.006x2 –

0.017x3

Feed rate memiliki pengaruh positif

(berbanding lurus) terhadap

kekasaran permukaan sedangkan

spindle speed dan kemiringan pahat

memiliki pengaruh negatif

(berbanding terbalik).

Parameter yang paling berpengaruh

terhadap kekasaran permukaan hasil

benda kerja adalah kemiringan

pahat, dimana koefisien dari

kemiringan pahat diperoleh

berdasarkan pada persamaan regresi

yang telah didapat.

2. Nilai kekasaran permukaan yang paling

rendah didapatkan pada parameter

spindle speed 900 rpm, feed rate 100

mm/min, dan kemiringan pahat 5°

dengan nilai kekasarannya 0.58667 µm.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Dimitrios Vakondios , Panagiotis

Kyratsis , Suleyman Yaldiz ,

Aristomenis Antoniadis. 2011.

Influence of milling strategy on the

surface roughness in ball end

millingof the aluminum alloy Al7075-

T6. Measurement Journal, Elsevier

Ltd. All rights reserved.

[2] Handoko , B. Tulung Prayoga. 2008.

Studi Paramater Pemesinan Optimum

Pada Operasi Cnc End Milling

Surface Finish Bahan Aluminium.

Prosiding Seminar Nasional Teknoin,

Bidang Teknik Mesin, Yogyakarta, 22

Nopember 2008, ISBN:978-979-3980-

15-7.

[3] Munadi,Sudji. 1988. Dasar-dasar

metrologi. Jakarta: Proyek

pengembangan lembaga pendidikan

tenaga kependidikan

[4] Rochim, Taufiq. 2001. Spesifikasi,

Metrologi & Kontrol Kualitas

Geometrik. Bandung:ITB Bandung

[5] Schey, John A. 2009. Proses

Manufaktur (Introduction of

Manufacturing Process). Yogyakarta :

Andi

[6] Sonief, Achmad As’ad, Fikri

Fakhrudin. 2013. Pengaruh

Parameter Pemotongan Pada

Optimalisasi Permesinan Cnc End

Mills Terhadap Kekasaran

Permukaan Bahan Aluminium. Jurnal

Teknik UB