Upload
trandang
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Diskusi Kelompok
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DI DUNIA ISLAM
Mata Kuliah Filsafat Ilmu Dosen Pengampu Drs Sudin, M.Si
Kelompok I
1. Yuli Andriyani (06600039)2. Muh. Zuhair Zahid (06600031)3. Amaliah Rizai W. (06600039)4. Luthfi Adhywiarta (06600042)5. Sri Puji Lestari (06600046)6. Muh Masruri Burhan (07600003)7. Niswatul Maghfiroh (07600004)8. Siti Umi Anifah (07600009)9. Fardian Imam M (07600021)
10. Istiqomah (07600042)11. Dina Puspita W. (07600055)12. Naily Faizatin (07600064)13. Abadiyatu Rohmah (07600068)14. Andi Nurdiansyah (07600075)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA
2008
Sejarah dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Di Dunia Islam
Sejak diturunkannya Al Quran sebagai pedoman hidup bagi umat manusia, saat itu
pula sebenarnya manusia kembali diingatkan betapa pentingnya berpikir untuk mengkaji
sesuatu yang ada dalam semua aspek kehidupannya. Terdapat beberapa ayat dalam Al Quran
yang memberikan isyarat mengenai keharusan adanya filsafat dan pengetahuan bagi umat
manusia. Salah satunya adalah ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yaitu surat Al Alaq 1-5 yang mengisyaratkan agar manusia membaca dan menulis
yang berarti agar manusia menuntut ilmu.
Ilmu pengetahuan sesungguhnya adalah sesuatu yang melekat pada diri manusia dan
harus dikembangkan untuk mencapai kemajuan yang maksimal dalam hidupnya. Ayat-ayat
dalam Al Quran dapat dikatakan sebagai bentuk doktrin normatif yang nantinya akan
melahirkan suatu pengkajian yang panjang dan berkesinambungan dari masa ke masa sejak
diturunkan Al Quran itu sendiri. Pengkajia-pengkajian inilah yang pada gilirannya nanti akan
memunculkan sejarah peradaban Islam yang dipelopori oleh tokoh-tokoh muslim. Mereka
inilah yang berperan besar dalam mengukir kejaan umat Islam dalam catatan sejarah.
Dalam catatan sejarah, terdapat beberapa periode perkembangan dakwah Islamiyah
mulai dari zaman Nabi sampai zaman sekarang. Setiap fase memiliki karakteristik zaman dan
tokoh yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
A. Masa Klasik
Masa klasik adalah awal penyebaran ajaran Islam yang dilakukan oleh Rasulullah.
Pada awal perkembangannya, Rasulullah berupaya agar umat manusia pada masa itu
memahami ajaran-ajaran Islam. Al Quran adalah sumber utama dakwah saat itu. Adapun
metode yang dipakai Rasulullah saat itu adalah dengan mengajarkan Islam di rumah Arqom
maupun rumah Rasul sendiri. Materi yang diajarkan pada masa ini adalah berkisar pada
masalah ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah. Kegiatan ini berlangsung hingga masa
Khulafaurrasyidin.
Pada masa empat khalifah ini, ilmu pengetahuan dalam konteks kajian agama sudah
lebih luas lagi karena wilayah kekuasaan Islam juga bertambah luas dan permasalahan yang
dihadapi juga semakin kompleks. Muncullah pengkajian ajaran agama yang menggunakan
pertimbangan akal (ijtihad) baik dalam bentuk Ijma' maupun Qiyas. Tata pemerintahan,
birokrasi, administrasi, dan hukum pada masa khulafaurrasyidin merupakan bentuk
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut.
Selain itu, kondisi pada masa tersebut menyebabkan munculnya berbagai macam
aliran dalam masalah aqidah, yakni : aliran Khawarij, Murjiah, Jabariyah, dan Qadariyah.
Keempat aliran ini merupakan embrio keilmuan dan ilsafat yang melahirkan kajian rasional
terhadap persoalan-persoalan akidah.
B. Masa Pertengahan
Masa ini berlangsung setelah khulafaurrasyidin, tepatnya pada masa Daulah
Umayyah sekitar abad ke 7 dan Daulah Abbasiyah pada abad ke 8.
Khalifah Bani Umayyah yang terkenal dalam mempelopori gerakan pengembangan
ilmu pengetahuan adalah Umar bin Abdul Aziz. Dialah yang mempelopori kodifikasi hadits-
hadits Nabi. Pada masa ini muncul tokoh Al Tabari Ibn Hazm yang menjadi pelopor
berkembangnya bidang keilmuan pada masanya. Kejayaan Islam pada masa pertengahan
menapai puncaknya saat Daulah Abbasiyah berkuasa, beberapa diantaranya ialah:
1. Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, upaya untuk
menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke
dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para
ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu
terutama filasafat dan kedokteran. Sedangkan perburuan manuskrip di daerah timur seperti
Persia adalah terutama dalam bidang tata Negara dan sastra.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah
Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan,
naskah yang diterjemahkan terutama dalambidang astrologi, kimia dan kedokteran.
Kemudiannaskah-naskahfilsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa
keemasan, karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pramatis seperti kedokteran.
Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi,
drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang
bermanfa’at dan dalam hal bahasa,arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat
maju.
- Baitul hikmah
Baitul hikmah merupakan perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembangan
ilmu pengetahuan.
- Pada masa Harun Al-Rasyid
Institusi ini bernama Khizanahal-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi
sebagai perpustakaan dan pusat penelitian.
- Pada masa Al-Ma’mun
Lembaga Khizanahal-Hikmah dikembangkan sejak tahun 815 M dan diubah namanya
menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat
penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia
dan India. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah
kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study
dan riset astronomi dan matematika.
2. Dalam bidang filsafat
Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas seperti
logika, geometri, astronomi, dan musik yang dipergunakan untuk menjelaskan pemikiran
abstrak, garis dan gambar, gerak dan su ibn Ishaq al-Kinemasa abbasiyah seperti Ya’kub ibn
Ishaq al-Kinl-Farabi,Ibn Bajah, Ibnu Tufaildan Ibn Rushd menjelaskan pemikiran-
pemikirannya dengan menggunakan contoh, metamor, analogi, dan gambaranimajinatif.
3. Dalam bidang hukum Islam
Karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122
H/740 M) yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama adalah Abu
Hanifah (w.150/767). Meski diangap sebagai pendiri madzhab Hanafi, karya-karyanya
sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh alAkbar (terutama
berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya
terselamatkan karena ditulis oleh para muridnya.
4. Dalam bidang Peradaban
Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani
Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan
mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk
kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama’ muslim yang
ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada
masa ini.
Secara keseluruhan, para filosof dan ilmuwan yang menjadi tonggak perkembangan
kejayaan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan pada masa pertengahan adalah Jahir Ibn
Hayyan, Abu Yusuf Ya'qub Ibn Ishaq al-Kindi, Hunain Ibn Ishaq, Tsabut ibn Qur'ah,
Muhammad ibn Musa al Khawarizmi, Muhammad ibn Zakariya al Razi, Abu Nasr al Farabi,
Abu Hasan al Mas'udi, Abu Ali Husain al Mas'udi, Abu Ali Husain ibn Sina, Abu Ali Hasan
al Haitsam, Al Biruni, Abu Qasim Maslamah al Majrithi, dan Abu Hamid Muhammad ibn
Muhammad al Ghazali.
C. Zaman Modern (Abad 19-20 M)
Zaman modern ini terjadi setelah zaman klasik, pertengahan, dan jumud. Pada
zaman modern ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan umat Islam dalam ilmu pengetahuan.
Dapat dikatakan pula, bahwa zaman modern merupakan kembalinya kejayaan zaman
pertengahan, tepatnya pada masa Daulah Abbasiyah. Kesamaan ini dapat dilihat dari
kebebasan menggunakan akal pikiran dalam menghadapi sebuah masalah, sehingga dari
kebebasan inilah muncul istilah ijtihad terbuka. Zaman pertengahan (Daulah Abbasiyah)
ditandai dengan berkuasanya para penganut aliran Mu'tazilah. Karena kebebasan berpikir
memiliki kesamaan dengan cara berpikir aliran Mu'tazilah, ilmu pengetahuan dan filsafat
dapat berkembang dengan baik pada masa modern.
Pada masa ini tokoh-tokoh Islam yang pro dengan gerakan modernism berusaha
untuk melepaskan umat Islam dari kejumudan. Cara yang ditempuh antara lain mengikuti
pendidikan dan pelatihan berorientasi kemajuan iptek yang saat itu diklaim sebagai ilmu
milik orang barat (kafir), baik dengan mengirimkan pelajar ke Eropa maupun dengan cara
lainnya.
Tokoh-tokoh yang komitmen terhadap ide pembaruan (modern tajdid) adalah Rifa'ah
Badawi Rafi al Tahtawi, Jamaluddin al Afghany, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.
D. Zaman Kontemporer (Abad 20/21 M)
Masa kontemporer merupakan masa dimana terdapat pengkajian terhadap ilmu
pengetahuan yang terjadi pada masa pertengahan (cenderung berorientasi agama-rasionalitas)
maupun masa modern (cenderung pada kemajuan iptek). Kedua masa yang dipisahkan oleh
masa "jumud' tersebut memunculkan sikap umat Islam yang memisahkan antara ilmu syariat
dan ilmu non syariat. Sehingga kemudian muncul 2 model pendidikan Islam, yaitu model
nasional dan model pendidikan keagamaan.
Munculnya dua model pendidikan Islam tersebut mendorong pemikir-pemikir
muslim mencarikan jalan terbaik guna tegaknya Islam pada seluruh aspek kehidupan
manusia. Pemikir-pemikir tersebut diantaranya:
1. Ismail Rafi al Faruqi (1921-1986)
Hasil pemikirannya yaitu perlunya gerakan Islamisasi ilmu pengetahuan karena
umat Islam telah mengalami masa malaise, yaitu fase umat Islam mengalami
kemajuan tidak berdasarkan ajaran agamanya melainkan hanya kemajuan semu
yang bersumber dari barat
2. Muhammad al Naquib
Mempunyai konsep ilmu yang mirip dengan konsep Al Ghazali yakni adanya
ilmu fardhu 'ain yang berupa ilmu syariah dan ilmu non syariah sebagai ilmu
fardhu kifayah yang keduanya bersumber dari Al Quran dan Al Hadits.
Pandangan kedua tokoh di atas memunculkan pemahaman integrasi di bidang ilmu
pengetahuan yang merupakan inti dari tugas kependidikan dan harus diwujudkan dalam
semua kegiatan pendidikan. Semua lembaga pendidikan tidak membedakan kedudukan setiap
ilmu. Akan tetapi keduanya harus didudukkan sebagai ilmu yang mampu memberikan
perubahan pada pendidik dan peserta didiknya, baik wawasan, perilaku, serta tugas-tugasnya.
Berbeda dengan pemikiran kedua tokoh di atas, salah seorang tokoh di Indonesia,
Kuntowijoyo memiliki gagasan mengenai bagaimana mengatasi dikotomi ilmu agama dan
ilmu non agama. Menurutnya, Islamisasi Pengetahuan justru harus ditinggalkan karena
berusaha supaya umat Islam tidak begitu saja meniru metode-metode dari luar dan
mengembalikan pengetahuan pada pusatnya, yaitu tauhid atau dari konteks ke teks. Dalam
pandangan Kunto, Islamisasi Pengetahuan adalah gerakan reaktif dan umat Islam harus
segera melangkah lebih jauh menuju pengilmuan Islam "gerakan yang proaktif dari teks ke
konteks".
REFERENSI
Filsafat Ilmu, Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2005
Makalah Sejarah dan Kebudayaan Islam " Peradaban pada Masa Daulah Abbasiyah". Prodi
Pendidikan Matematika Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga 2007
Dwi Kurniawan, S.Fil.I,Bachtiar.Menapaki Ide-Ide Kuntowijoyo.Makalah disampaikan dalam
diskusi berkala IMM UIN Sunan Kalijaga Yoryakarta,8 Januari 2008.
Laporan Pelaksanaan Diskusi
Diskusi kelompok I membahas "Sejarah dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Di
Dunia Islam" dengan peserta diskusi 14 mahasiswa. Pelaksanaan diskusi ini berlangsung
dalam beberapa tahap.
1. Pendataan anggota kelompok, bab, dan subbab yang akan dibahas
2. Pembagian kelompok menjadi empat sub kelompok yang membahas periodisasi
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Setiap subkelompok
beranggotakan 3-4 orang. Dengan pemecahan kelompok ini semua mahasiswa
dapat berperan aktif dalam kelompok kecilnya.
3. Tiap-tiap kelompok mendiskusikan materinya masing-masing.
4. Setelah selesai diskusi, masing-masing subkelompok kembali ke dalam forum
kelompok dan sharing hasil diskusinya. Anggota subkelompok lain mengoreksi
atau melengkapi presentasi dari subkelompok tersebut, dilanjutkan dengan
penggabungan hasil diskusi dan pengeditan.
5. Ketua kelompok mendapat amanat untuk mengetik semua hasil diskusi.
Ketua Kelompok
Fardian Imam M