Upload
lamtruc
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DAFTAR ISI
Daftar Isi ............................................................................................................... 1
Konstruksi Sosial................................................................................................... 2
Asumsi Dasar......................................................................................................... 3
Konsep Framing.................................................................................................... 4
Definisi Framing.................................................................................................... 5
Kasus..................................................................................................................... 10
Analisis.................................................................................................................. 14
Daftar Pustaka....................................................................................................... 17
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 1
Konstruksi Sosial
Konstruksi sosial atau realitas (social construction of reality) didefinisikan sebagai
proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus-
menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.
Berger dan Luckmann mengatakan bahwa realitas merupakan hasil ciptaan manusia
kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial di seklilingnya, “reality is
socially constructed”. teori ini berakar pada paradigma konstruktivis yang melihat realitas
sosial sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu yang merupakan manusia
bebas.
Ada tiga macam Konstruktivisme yakni konstruktivisme radikal; realisme hipotesis;
dan konstruktivisme biasa .
1. Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita.
Bentuk itu tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal
mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria
kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologism obyektif,
namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu
merupakan konstruksi dari individdu yang mengetahui dan tdak dapat ditransfer kepada
individu lain yang pasif karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap
pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah saran terjadinya konstruksi itu.
2. Realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang
mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki.
3. Konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami
pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang
sebagai gambaran yang dibentuk dari realitas objektif dalam dirinya sendiri.
Dari ketiga macam konstruktivisme, terdapat kesamaan dimana “konstruktivisme dilihat
sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena
terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di sekitarnya”.
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 2
Asumsi Dasar Konstruksi Sosial
Teori Konstruksi Sosial Berger dan Luckmann, memiliki beberapa asumsi dasar, antara lain:
a. Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan konstruksi sosial
terhadap dunai sosial di sekelilingnya
b. Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran itu timbul,
bersifat berkembang dan dilembagakan
c. Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus
d. Membedakan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai kualitas yang
terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak
bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai
kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.
Proses konstruksi social dilihat dari perspektif teori Berger & Luckman berlangsung melalui
interaksi sosial yang terdiri dari tiga bentuk realitas, yakni :
a. Objective reality, merupakan suatu kompleksitas definisi realitas (termasuk ideologi dan
keyakinan ) serta rutinitas tindakan dan tingkah laku yang telah mapan terpola, yang
kesemuanya dihayati oleh individu secara umum sebagai fakta.
b. Symblolic reality, merupakan semua ekspresi simbolik dari apa yang dihayati sebagai
“objective reality” misalnya teks produk industri media, seperti berita di media cetak atau
elektronika, begitu pun yang ada di film-film.
c. Subjective reality, merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu dan
dikonstruksi melalui proses internalisasi. Realitas subjektif yang dimiliki masing-masing
individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, atau proses
interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah struktur sosial. Melalui proses
eksternalisasi itulah individu secara kolektif berpotensi melakukan objectivikasi.
Melalui Hegel yang menjelaskan tesis-antitesis-sintesis, Berger menemukan konsep untuk
menghubungkan antara yang subjektif dan objektif melalui konsep dialektika, yang dikenal
dengan eksternalisasi-objektivasi-internalisasi.
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 3
1. Eksternalisasi ialah penyesuaian diri dengan dunia sosio-kultural sebagai produk manusia.
“Society is a human product”.
2. Objektivasi ialah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau
mengalami institusionalisasi. “Society is an objective reality”.
3. Internalisasi ialah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga-lembaga sosial atau
organisasi sosial di mana individu tersebut menjadi anggotanya. “Man is a social product”.
KONSEP FRAMING
Analisis framing adalah salah satu metode penelitian yang termasuk baru dalam dunia ilmu
komunikasi. Para ahli menyebutkan bahwa analisis framing ini merupakan perpanjangan dari
analisis wacana yang dielaborasi terus menerus ini, menghasilkan suatu metode yang up to
date untuk memahami fenomena-fenomena media mutakhir. Robert M. Entman lebih lanjut
mendefinisikan framing sebagai ‘’seleksi dari berbagai aspek realitas yang diterima dan
membuat peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi. Dalam banyak hal itu
berarti menyajikan secara khusus definisi terhadap masalah, interpretasi sebab akibat,
evaluasi moral, dan tawaran penyelesaian sebagaimana masalah itu digambarkan.
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 4
Definisi Framing
Definis Framing dari beberapa tokoh, antara lain :
Tokoh Definisi
Robert N. Entman
Proses seleksi dari berbagai aspek realitas
sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu
lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia
juga menyertakan penempatan informasi-
informasi dalam konteks yang khas sehingga
sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar
daripada sisi yang lain.
William A. Gamson
Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang
terorganisir sedemikian rupa dan
menghadirkan konstruksi makna peristiwa-
peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu
wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam
sebuah kemasan (package). Kemasan itu
semacam skema atau struktur pemahaman
yang digunakan individu untuk
mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia
sampaikan, serta untuk menafsirkan makna
pesan-pesan yang ia terima.
Todd Gitlin
Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk
dan disederhanakan sedemikian rupa untuk
ditampilkan kepada khalayak pembaca.
Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam
pemberitaan agar tampak menonjol dan
menarik perhatian khalayak pembaca.itu
dilakukan dengan seleksi, pengulangan,
penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari
realitas.
David E. Snow and Robert Benfort Pemberian makna untuk menafsirkan
peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 5
mengorganisasikan sistem kepercayaan dan
diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak
kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan
kalimat tertentu.
Amy Binder
Skema interpretasi yang digunakan oleh
individu untuk menempatkan, menafsirkan,
mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa
secara langsung atau tidak langsung. Frame
mengorganisir peristiwa yang kompleks ke
dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami
dan membantu individu untuk mengerti
makna peristiwa.
Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki
Strategi konstruksi dan memproses berita.
Perangkat kognisi yang digunakan dalam
mengkode informasi, menafsirkan peristiwa,
dan dihubungkan dengan rutinitas dan
konvensi pembentukan berita.
Menurut Goffman, sebuah framing adalah sebuah skema interpretasi, di mana
gambaran dunia yang dimasuki seseorang diorganisasikan sehingga pengalaman tersebut
menjadi punya arti dan bermakna. Peristiwa dan realitas didefinisikan secara kreatif sehingga
mempunyai arti.
Framing didefinisikan Entman sebagai proses seleksi dari berbagai aspek realitas
sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga
menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu
mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain. Seperti pada gambar berikut:
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 6
Problem IdentificationPeristiwa dilihat sebagai apa
Skema Framing /Robert N. Entman
Teknik Framing
Seperti telah diungkapkan pada penjelasan di atas, model ini digunakan untuk
menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media.
Didalam framing ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis.
Pertama,pendekatan konstruksionis menekankan pada pemaknaan dan proses bagaimana
seseorang membuat gambaran tentang realitas. Ada empat asumsi yang melekat pada
pendekatan konstruksionis:
1. Dunia ini tidaklah tampak nyata secara objektif pada pengamat, tetapi diketahui
melalui pengalaman yang umumnya dipengaruhi oleh bahasa.
2. Kategori linguistik yang dipergunakan untuk memahami realitas bersifat situasional,
karena kategori itu muncul dari interaksi sosial dalam kelompok orang pada waktu
dan tempat tertentu.
3. Bagaimana realitas tertentu dipahami pada waktu tertentu dan ditentukan oleh
konvensi komunikasi yang berlaku pada waktu itu. Karena itu, stabilitas dan
instabilitas pengetahuan banyak bergantung pada perubahan sosial ketimbang realitas
objektif di luar pengamatan.
4. Pemahaman realitas yang terbentuk secara sosial membentuk banyak aspek kehidupan
lain yang penting. Bagaimana kita berpikir dan berperilaku dalam kehidupan sehari-
hari umumnya ditentukan oleh bagaimana kita memahami realitas.
Kedua, pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang
dinamis.
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 7
Causal InterpretationSiapa penyebab
masalah
Moral EvaluationPenilaian atas Penyebab
Masalah
Treatment RecommendationSaran Penanggulangan
Masalah
Konsep framing, dalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk
mengungkapkan the power of a communication text. Seperti pada Tabel Konsepsi Entman
berikut:
Define problems (Pendefinisian masalah) Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat?
Sebagai apa? Atau masalah apa?
Diagnose causes (Memperkirakan masalah
atau sumber masalah)
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa?
Apa yang dianggap sebagai penyebab dari
suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap
sebagai penyebab masalah?
Make moral judgement (Membuat keputusan
moral)
Nilai moral apa yang disajikan untuk
menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang
dipakai untuk melegitimasi atau
mendelegitimasi suatu tindakan?
Treatment recommendation (Menekankan
penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk
mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang
ditawarkan dan harus ditempuh untuk
mengatasi masalah?
Framing Model Gamson dan Modigliani
Rumusan tentang perangkat framing juga diberikan oleh McCauley dan Frederick (dinyatakan pula oleh William A. Gamson dan Andre Modigliani). Rumusan ini didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat representasi media; berita dan artikel, terdiri atas package interpretatif yang mengandung konstruksi makna tertentu. Di dalam package (ringkasan) ini terdapat dua struktur, yaitu core frame dan condensing symbols (kerangka inti dan kondensasi symbol).
Core frame merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu komunikator untuk menunjukkan substansi isu yang sedang dibicarakan. Sedangkan struktur condensing symbols mengandung dua sub-struktur, yaitu framing devices dan reasoning devices (perangkat penyusunan dan perangkat penalaran).
Framing devices (perangkat pembingkai) yang mencakup metaphors (metafora), exemplars (contoh terkait), catchphrases (frase yang menarik), depictions (penggambaran suatu isu yang bersifat konotatif), dan visual images (gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai).
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 8
Reasoning devices (perangkat penalaran) menekankan aspek pembenaran terhadap cara ‘’melihat’’ isu, Secara literal, metaphors dipahami sebagai cara memindah makna dengan merelasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana.
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 9
Kasus 1
Ayah Bayi yang Ditemukan Warga Ternyata Kakek Kandungnya
Sabtu, 8 Maret 2014 07:32 WIB
TRIBUNNEWS.COM, LUBUKLINGGAU - Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim)
Polres Lubuklinggau membekuk ayah dari bayi malang yang ditemukan dalam kondisi
berlumur darah dan sempat menggegerkan warga Watervang Kota Lubuklinggau, Jumat
(7/3/2014).
Azhari (43) warga Talang Padang Kabupaten Empat Lawang, yang tidak lain sebagai
ayah kandung dari bayi malang tersebut yang dilahirkan MY (14). Ia tega menghamili hingga
sang anak melahirkan cucu dari darah dagingnya sendiri.
Pria yang memiliki dua orang anak ini mengaku sudah dua kali melakukan hubungan
layaknya suami istri dengan MY pada tahun 2013.
"Saya khilaf melihat badan anak saya yang montok, sungguh menyesal," jelasnya.
Ia menambahkan, aksi pertama kali tersebut dilakukan saat istrinya sedang tidak
berada di rumah. Melihat anaknya sedang tidur di kamar, timbul nafsu setan untuk merenggut
mahkota MY.
Saat akan diperkosa, anaknya sempat menolak. Namun dengan ancaman akhirnya
sang anak menuruti kehendak ayahnya. Peristiwa terulang sampai sampai dua kali.
"Setelah melakukan hubungan badan, saya ancam akan memukul dia agar jangan
bilang kepada ibunya," ungkapnya.
Namun saat akan diwawancarai lebih dalam oleh sejumlah wartawan, Azhar langsung
mengancam.
"Saya tidak lama disini (penjara), jadi kalian jangan maksa saya ngomong terus. Kan
saya sudah mengaku telah menghamilinya. Awas kalian, tunggu saja, saya ada saudara disini
juga," ucapnya.
Sementara itu, Ariyanzah adik tersangka yang mendampingi di Polres Lubuklinggau,
terkejut setelah mendengar keterangan dari polisi bahwa kakaknya yang menghamili MY.
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 10
"Saya tidak menyangka kalau Abang (Azhari) adalah ayah dari cucunya sendiri,"
jelasnya.
Keseharian, Azhari di matanya adalah orang yang santun dan kerap menjadi panutan
dari keluarganya.
"Tidak tahu mau diapakan dia. Saya hanya bisa ikhlas jika polisi menghukum sesuai
perbuatannya," ungkapnya.
Terpisah, Kasat Reskrim Polres Lubuklinggau AKP Karimun mengatakan,
penangkapan pelaku yang juga bapak dari bayi tersebut karena dipancing untuk bertemu oleh
anggota polisi.
"Tepat di Jalan Yos Sudarso, kita menghentikan kendaraannya dan langsung
membawa ke Mapolres guna dilakukan penyelidikan," jelasnya. (men)
Editor: Dewi Agustina
Sumber: Sriwijaya Post
Kasus 2
Matinya Rasa Empati Di Atas KRL Commuter Line
Reporter : Ramadhian Fadillah | Minggu, 9 Maret 2014 06:01
Merdeka.com - Baru beberapa hari lalu sebuah foto disebar di twitter. Dalam foto di
atas KRL Commuter Line itu, seorang penyandang disabilitas duduk di lantai. Sementara tiga
orang pria duduk santai di kursi prioritas. Foto ini dibully di media sosial.
Setiap gerbong KRL memang dilengkapi bangku prioritas untuk wanita hamil, lansia,
penyandang disabilitas dan ibu membawa balita. Ada 12 kursi di setiap gerbong.
Namun lagi-lagi ada penumpang yang tak tahu diri cuek saja duduk di kursi itu.
Pantauan merdeka.com, Sabtu (8/3) seorang pria muda santai saja duduk di kursi
prioritas. Dia mengenakan earphones sambil tertidur.
Banyak ibu membawa balita di dalam Kereta jurusan Bogor-Jakarta ini. Beberapa
penumpang mencoba membangunkan pria ini untuk memberikan kursinya. Namun dia tetap
tertidur.
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 11
Akhirnya penumpang memanggil petugas keamanan di gerbong sebelah. Setelah ada
petugas datang, baru pria itu bangun. Penumpang pun menyindir pria itu. Yang disindir cuek
saja.
"Banyak orang naik KRL sekarang cuek saja lihat penumpang hamil atau bawa anak.
Nggak ada empatinya sama orang cacat. Padahal pada sehat, tapi tetep aja duduk di kursi
prioritas. Banyak yang pura-pura tidur, biar nggak disuruh pindah," curhat Ratna seorang
penumpang Commuter Line.
Ratna menyesalkan tindakan seperti itu. Sayangnya lagi hal ini dilakukan orang-orang
berpendidikan.
"Jangan dikira orang kantoran yang rapi itu toleran. Mereka juga nggak tahu aturan.
Duduk santai sambil baca koran, main smartphone. Sayang kan orang berpendidikan
kelakuannya seperti itu," keluhnya.
Jessie (29), seorang pengguna KRL Bogor-Jakarta punya kenangan buruk saat
meminta kursi prioritas pada seorang laki-laki. Saat itu Jessie sedang hamil 7 bulan.
"Saya minta tempat duduk. Laki-laki itu bilang kalau hamil jangan naik KRL dong.
Saya juga bayar," tutur Jessie menceritakan hal itu kepada merdeka.com.
Tapi tak selamanya penumpang kurang ajar seperti itu. Ryan, seorang warga Bojong
Gede mengaku selalu memberikan kursi jika lihat ada yang butuh. Dia malu duduk kalau ada
lansia, ibu-ibu atau wanita hamil berdiri.
"Nggak semua penumpang menyebalkan kok. Banyak yang masih toleran. Cuma
yang menyebalkan dan tak tahu diri memang makin banyak," kata Ryan.
Andi, seorang petugas keamanan Commuter Line mengakui personel yang berjaga di
atas rangkaian KRL memang kurang. Dulu saat masih ada pembagian KRL ekonomi dan CL,
memang petugas selalu berkeliling untuk menanyakan karcis. Tapi sekarang tidak ada, karena
PT KCJ menerapkan sistem tap in tiket pada pintu di stasiun.
"Saya sih masih keliling gerbong. Memang banyak nggak tahu aturan. Mungkin dari
manajemen bisa disosialisasikan lagi kesadaran untuk kursi prioritas," kata Andi.
http://www.merdeka.com/jakarta/matinya-rasa-empati-di-atas-krl-commuter-line.html
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 12
Kasus 3
Cemburu, Motif Perempuan Pembunuh Mahasiswi Bergelang Java Jazz
Jumat, 7 Maret 2014 | 11:35 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Assyifa Ramadhani (19), salah satu pembunuh Ade
Sara Angelina Suroto (19), mengaku membantu Ahmad Imam Al Hafitd (19), karena
cemburu. Assyifa, pacar Hafitd saat ini, khawatir kekasihnya itu kembali menjalin asmara
dengan Sara.
"Memang ada semacam itu. Jadi, dia sakit hati dan cemburu. Mereka (Hafitd dan
Assyifa) pacaran. Kalau dilihat sederhana, tapi cemburu dan sakit hati itu efeknya bisa
besar," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bekasi Komisaris Nuredi Irwansyah
kepada Kompas.com, Jumat (7/3/2014).
Nuredi melanjutkan, dalam aksi pembunuhan tersebut, dua pelaku disebutnya sama-
sama menganiaya sehingga berujung pada kematian mahasiswi Universitas Bunda Mulia
(UBM) tersebut.
Assyifa bahkan juga gelap mata membantu kekasihnya untuk menganiaya korban.
"Dia (Assyifa) mukul, menyetrum, juga menyumpal kertas di mulut korban," ujar Nuredi.
Saat melakukan aksinya, kata Nuredi, Hafitd mengendarai mobil. Mereka membunuh
Sara di dalam mobil Kia Visto sepanjang perjalanan dari Jakarta Selatan menuju Jakarta
Timur. Setelah korban meninggal dunia, pelaku membuangnya ke tepi jalan tol.
Hafitd mengaku merasa sakit hati karena Sara tidak mau berhubungan lagi
dengannya. "Si korban enggak mau ketemu, jadi dia sakit hati," ujar Nuredi.
Sara tidak pulang lagi setelah berangkat les pada Senin (3/3/2014). Jenazahnya
ditemukan terbujur kaku di Tol JORR ruas Bintara, Kilometer 41, Bekasi Timur, Rabu
(5/3/2014) subuh. Saat ditemukan, dia masih mengenakan gelang Java Jazz.
Menurut hasil otopsi, warga Kelurahan Jati, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur,
itu tewas karena ada sumpalan kertas koran di tenggorokan. Pelaku juga memukul korban dan
menyetrum korban di dalam mobil Kia Visto.
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 13
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/03/07/1135133/
Cemburu.Motif.Perempuan.Pembunuh.Mahasiswi.Bergelang.Java.Jazz
Analisa Kasus 1
MY, seorang gadis berusia 14 tahun telah diperkosa oleh ayah kandung. Dari
pengakuan Azhari, ia telah melakukan hubungan badan dengan anak kandungnya itu
sebanyak dua kali. Ketika Azhari tega merenggut keperawanan anak kandungnya tersebut
sedang tidur dan sang istri sedang tidak ada di rumah. Meskipun awalnya MY menolak untuk
disetubuhi oleh ayah kandungnya sendiri, ia tidak dapat berbuat apa-apa karena sang ayah
telah mengancam dan melarangnya untuk mengadukan perbuatan Azhari pada sang ibu.
Meskipun Azhari mengaku menyesal, perbuatan tidak senonoh Azhari itu menyebabkan MY
hamil hingga melahirkan seorang cucu dari darah daging Azhari sendiri. Azhari mengaku
bahwa ia tergoda saat melihat tubuh MY yang dapat membangkitkan gairah sang ayah. Saat
diwawancarai oleh wartawan, Azhari menolak uuntuk diwawancarai lebih lanjut dan
mengancam para wartawan. Diakui oleh adik kandung Azhari, Ariyanzah, bahwa sang kakak
adalah orang yang santun dan merupakan panutan dikeluarganya. Namun, Ariyanzah tidak
menduga jika sang kakak tega menghamili anak kandungnya sendiri. Pihak keluarga telah
menyerahkan seluruh proses hukum kepada pihak kepolisian.
Jika peristiwa ini dilihat dari perspektif masyarakat mengenai kasus tersebut adalah
perilaku Azhari telah melanggar norma, adat istiadat, serta agama. Sedangkan dari perspektif
Azhari, penyebab ia tega memperkosa anak kandungnya sendiri hanya untuk melampiaskan
nafsu semata karena merasa tergoda, meskipun pada akhirnya ia mengaku menyesal. Menurut
analisa kami, terlihat bahwa Azhari merupakan sosok yang arogan. Hal ini terbukti dengan
mudahnya ia mengancam dan memaksa MY memenuhi nafsunya dan juga ketika Azhari
mengancam wartawan yang tengah mewawancarainya.
Nilai moral dari kasus ini adalah hanya karena terbawa nafsu semata, seorang ayah
tega memperkosa dan menghamili anak kandungnya sendiri yang masih berusia 14 tahun
hingga melahirkan seorang cucu dari darah daging sang ayah sendiri.
Sebaiknya Azhari diproses dijalur hukum sampai tuntas dan dihukum sesuai dengan
perbuatan yang telah ia lakukan. MY sebaiknya diberikan hak-haknya sebagai seorang pelajar
agar dapat melanjutkan pendidikan dengan layak dan diberikan pendampingan Psikolog agar
tidak merasa rendah diri.
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 14
Analisa Kasus 2
Dalam sebuah foto yang disebar di Internet, menuai beberapa kritik dari masyarakat.
Pasalnya, Dalam foto KRL Commuter Line itu, seorang penyandang disabilitas duduk di
lantai. Sementara tiga orang pria duduk santai di kursi prioritas. Dari gambar tersebut,
menunjukkan kurangnya rasa empati pada tiga orang yang duduk di kursi prioritas. Peristiwa
ini apabila dilihat dari perspektif masyarakat sangatlah tidak pantas dilakukan terutama pada
mereka yang memiliki fisik secara sempurna, ditambah bagi mereka yang berpendidikan
tinggi. Hal ini menimbulkan reaksi yang cukup besar di masyarakat. Terbukti dengan
banyaknya komentar negatif dari masyarakat melalui media sosial yaitu Twitter. Dari hasil
analisa kami menurut.
Dalam kasus tersebut penyebab dari perilaku penumpang KRL yang kurangnya
empati dan tenggang rasa terhadap penumpang yang mengalami disabilitas, perempuan
hamil, cacat dan lansia. Penyebab masalah kasus ini dilihat dari perspektif masyarakat para
penumpang tersebut hanya mementingkan diri sendiri dan tidak memiliki rasa empati kepada
penumpang yang lebih membutuhkan kursi prioritas. Yang menjadi penyebab masalah adalah
para masyarakat yang kurang peduli terhadap mereka yang menbutuhkan dan lebih bersikap
acuh terhadap ligkungan di sekitarnya. Mereka yang hanya mementingkan kenyamanan diri
sendiri.
Jika dilihat dari pespektif para penumpang KRL yang tidak memperdulikan orang
cacat tersebut mungkin mereka berpikir bahwa hal yang dilakukan tersebut adalah suatu yang
wajar, mereka mungkin beranggapan bahwa orang cacat tersebut sama dengan penumpang
yang lainya terutama siapa yang lebuh cepat mendapatkan tempat duduk tersebut adalah yang
berhak menempatinya (siapa cepat dia dapat). Dan yang menjadi penyebab masalah tersebut
adalah mereka para penumpang wanita hamil, lansia, penyandang disabilitas dan ibu
membawa balita. Mereka berpikir mengapa ibu hamil naik KRL, sehingga meraka harus
berbagi kursi padahal mereka juga ikut membayar untuk naik kereta tersebut.
Nilai moral pada kasus ini ditekankan pada kurangnya empati dan tenggang rasa
Menurut analisis kami penyelesaian yang tepat untuk mengatasi masalah ini yaitu
memberikan aturan yang tegas dan sosialisasi kepada para penumpang agar mereka lebih
sadar apa yang harus mereka lakukan pada penumpang yang khususnya mengalami
disabilitas, wanita hamil, lansia, dan ibu membawa balita. Perlu adanya petugas untuk
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 15
disetiap gerbong kereta dan dengan adanya pemberian sanksi bagi penumpang yang tetap
melanggar aturan.
Analisa Kasus 3
Dalam kasus ini, Ade Sara Angelina Suroto ditemukan di tepi jalan tol. Jenazahnya
ditemukan terbujur kaku di Tol JORR ruas Bintara, Kilometer 41, Bekasi Timur, Rabu
(5/3/2014) subuh. Saat ditemukan, dia masih mengenakan gelang Java Jazz. Karena pada
malam sebelum ditemukannya jenazah korban, sedang menonton java jazz bersama teman-
temannya. Saat perjalanan pulang Disaat itulah sang mantan dan kekasihnya melakukan
aksinya dengan menculik korban terlebih dahulu, lalu menyekapnya, memukulinya dan
menyetrum sang korban dan yang terakhir kedua pelaku tersebut menyumpal mulutnya
dengan Koran sehingga membuat korban tewas.
Dalam kasus tersebut penyebab dua pelaku tersebut yaitu mantan Ahmad Imam Al
Hafitd (19) dan sang kekasih Assyifa Ramadhani (19) mempunyai motiv yang berbeda tetapi
dengan tujuan yang sama yakni menganiaya sang korban, penyebab mantan korban
melakukannya karena Hafitd mengaku merasa sakit hati karena Sara tidak mau berhubungan
lagi dengannya. Sedangkan pacar sang mantan cemburu terhadap korban karena pacarnya
(Hafitd) sering berhubungan dengan korban, karena sebab itulah dua pelaku tersebut
melakukan penganiayaan terhadap korban.
Nilai moral dari kasus ini bahwa hanya karena rasa cemburu dapat menyebabkan
orang buta akan segalanya termasuk menganiaya dan membunuh orang atau temannya
sendiri.
Penyelesaian dalam kasus ini sebaiknya sebelum di tindak lanjuti dengan proses
hukum kedua pelaku tersebut harus dibawa ke psikolog, karena dua pelaku tersebut masih
dalam proses menuju dewasa sehingga akal pikirannya masih belum matang.
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 16
DAFTAR PUSTAKA
File.upi.edu/Direktori/FPBS/
JUR_PEND_BHS_DAN_SASTRA=INDONESIA/195608071980121
Ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jisep/article/download/85/81
Xa.yimg.com/kq/…/TEORI+KONSTRUKSI+SOSIAL_KELOMPOK.doc
PSIKOLOGI SOSIAL II Page 17