Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT,
BIAYA SERTA JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PENDAFTARAN
TANAH DENGAN MINAT MENSERTIPIKATKAN TANAH DI
KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO
Penulisan Hukum
( Skripsi )
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna
Memperoleh Derajat Sarjana S1 Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Fransiska Phuda Yusana
NIM. E0008155
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
SURAT
PERNYATAAN
PERNYATAAN
Nama : Fransiska Phuda Yusana
NIM : E0008155
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT,
BIAYA SERTA JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PENDAFTARAN
TANAH DENGAN MINAT MENSERTIPIKATKAN TANAH DI
KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO adalah betul-betul
karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum skripsi ini
diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari
terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya
peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 28 Juni 2012
Yang Membuat Pernyataan
Fransiska Phuda Yusana
NIM. E0008155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Fransiska Phuda Yusana, E0008155. 2012. HUBUNGAN ANTARA
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT, BIAYA SERTA JANGKA
WAKTU PENYELESAIAN PENDAFTARAN TANAH DENGAN MINAT
MENSERTIPIKATKAN TANAH DI KECAMATAN SUKOREJO
KABUPATEN PONOROGO. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
(1) tingkat pengetahuan masyarakat dengan minat untuk mensertifikatkan tanah,
(2) biaya pendaftaran tanah dengan minat untuk mensertifikatkan tanah dan (3)
jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah dengan minat untuk
mensertifikatkan tanah.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris (sosio legal research)
bersifat eksplanatif. 60 responden dipilih secara acak dari 3 desa di Kecamatan
Sukorejo, Kabupaten Ponorogo yaitu Desa Kedung Banteng, Desa Prajegan dan
Desa Sukorejo. Instrumen penelitian adalah kuesioner dan wawancara. Untuk
menjelaskan hubungan antar variabel penelitian, data ditulis dengan tabulasi
silang berdasarkan hipotesis yang telah disusun. Untuk menguji hubungan nyata
antar variabel digunakan uji statistik Chi Kuadrat ( ) dengan tingkat signifikansi
0,05. Hipotesis yang terbukti berhubungan nyata atau dapat diterima, dilakukan
pengukuran derajat hubungan antar variabel bersangkutan dengan uji
statistik Koefisien Kontingensi (C).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan sebagai
berikut : (1) ada hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat dengan minat
untuk mensertifikatkan tanah dengan derajat hubungan rendah yaitu 0,34 (2) tidak
ada hubungan antara biaya pendaftaran tanah dengan minat untuk
mensertifikatkan tanah dan (3) tidak ada hubungan antara jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah dengan minat untuk mensertifikatkan tanah.
Hipotesis spesifik yang menyatakan adanya hubungan antara tingkat pendidikan
dengan tingkat pengetahuan ditolak atau tidak terbukti.
Pendaftaran tanah seyogyanya lebih diperhatikan. Koordinasi, kerjasama
dan komunikasi yang baik dari semua pihak menjadi salah satu faktor penting.
Program-program revolusioner yang ditujukan untuk membantu percepatan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia hendaknya dapat
direalisasikan dengan baik.
Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Biaya, Jangka Waktu, Minat, Pendaftaran
Tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Fransiska Phuda Yusana, E0008155. 2012. RELATIONSHIP BETWEEN THE
LEVEL OF KNOWLEDGE, THE COST AND DURATION OF
REGISTRATION OF LAND SETTLEMENT WITH INTERESTS IN LAND
CERTIFICATION SUB DISTRICT IN SUKOREJO PONOROGO CITY. Faculty
of Law of Sebelas Maret University.
This study aimed to determine whether there is a relationship between (1)
The level of knowledge of the community with an interest in land certification, (2)
The cost of land registration with an interest in land certification and (3) The
settlement period of land registration with an interest in land certification.
This study is an empirical legal research (socio legal research) that use
explanative. 60 respondents were randomly selected from three villages in the
district Sukorejo, Ponorogo City. They are Kedung Banteng Village, Prajegan
Village and Sukorejo Village. Research instruments were questionnaires and
interviews. To explain the relationship between variables of the research, the data
is written to the cross tabulation based on hypotheses that have been prepared. To
test the real relationship between the variables used statistical test Chi Square
( ) with a significance level of 0.05. Hypothesis is shown to be associated real or
acceptable, measured the degree of relationship between variables related to the
statistical test of Contingency Coefficient (C).
Based on the results of research and discussion generated the following
conclusions: (1) there is a relationship between the level of knowledge of the
community with an interest in land certification with a low degree of relationship
is 0.34 (2) there is no relationship between the cost of land registration with an
interest in land certification and (3) there is no relationship between the
settlement period of land registration with an interest in land certification.
Specific hypothesis that suggested a link between level of education to the level of
knowledge is rejected or not proven.
Land registration should be emphasized. Coordination, cooperation and
good communication from all parties would be one of an important factor.
Revolutionary programs aimed that helping the acceleration of land registration
in the entire territory of the Republic of Indonesia should be realized as well.
Keywords: level of knowledge, cost, Term, Interest, Land Registry.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai
penolongmu, sesungguhnya alloh beserta orang-orang yang sabar”
(Al-Baqarah : 153)
“Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh mengetahui
apa yang kamu kerjakan”
(Al-Mujadalah:11)
“Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Tidak ada yang dapat
menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika
kesempatan bertemu dengan kesiapan”
(Thomas A. Edison)
“Yang terpenting dari kehidupan bukanlah kemenangan namun bagaimana
bertanding dengan baik”
(Baron Pierre De Coubertin)
“Keberanian yang sebenarnya ibarat layang-layang. Sentakan angin yang
menentangnya bukan melemparkannya ke bawah, sebaliknya menaikkannya”
(John Petitsen)
“Kemenangan diri adalah saat kita berangkat dalam niat yang tulus, bergiat
dalam usaha dan bertekun dalam doa”
(Penulis)
“I struggle and emerge”
(penulis)
“New life, next life to get the best life”
(Penulis and Sari’)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai wujud bakti, cinta,
dan terima kasihku kepada :
Allah SWT yang telah memberikan rahmad serta
hidayah-NYA
Ayahanda, Ibunda tercinta dan tersayang yang
senantiasa memberikan nasihat-nasihat bijak
serta segala bentuk pengorbanan dan kasih
sayang yang tak ternilai
Adekku tercinta dan tersayang, Raditya Frando
Galaxy,engkaulah semangat terbesar kakak
Raziv Ahmad Bintoro yang hingga saat ini masih
menemani sebagai kekasih hati yang penulis
sayangi, 7 tahun kebersamaan kita semoga
diberkahi Alloh SWT
SHADIRA (Dinda Dhindhud, Icha (Caca
Hoo),Uji’, Agasta, d’Tya, d’Diana dan d’Fajar)
buat semangat dan waktu-waktu yang sangat
berkesan bersama kalian
Sahabat-sahabat seperjuangan penulis di
Fakultas Hukum UNS Angkatan 2008 (Alfitri
Setyaningsih, Atika Diah Nastiti, Fauziah Iffah,
Ardani Nirwesti, Dwi Murniningsih, Maya
Hapsari, Cori Pardosi, Dyah Nur Ariyani, Maria
Novita Sari, Sinta Ayu, Norma, Mega) yang
senantiasa berbagai suka duka dengan penulis
Teman-teman Fakultas Hukum UNS angkatan
2008 terima kasih untuk segala dukungan,
persahabatan dan bantuannya
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penulisan hukum
(skripsi) ini guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT,
BIAYA SERTA JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PENDAFTARAN
TANAH DENGAN MINAT MENSERTIPIKATKAN TANAH DI
KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO.
Penulis menyadari tidak mungkin menyelesaikan penulisan hukum
(skripsi) ini tanpa bimbingan dan bantuan dari segala pihak. Maka dari itu, penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ayah dan Ibu Tercinta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan telah bekerja keras memberikan
yang terbaik untuk penulis;
2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta, beserta seluruh Pembantu Rektor;
3. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S. H., M. Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret, beserta seluruh Pembantu Dekan;
4. Pius Triwahyudi, S.H., M.Si., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi
Negara di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah memberi
ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penulisan hukum
ini.
5. Purwono Sungkowo Raharjo, S.H. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan saran dan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada
penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum ini, ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya penulis tujukan kepada beliau;
6. Lego Karjoko, SH.,MH selaku dosen yang memberikan bimbingan, banyak
masukan dan inspirasi bagi penulis untuk melaksanakan penelitian hukum ini,
terima kasih yang sebesar-besarnya penulis tujukan kepada beliau;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
7. Hernawan Hadi, S.H.,M.Hum selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di
Fakultas Hukum UNS;
8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan bekal
ilmu selama masa perkuliahan dan semoga dapat penulis amalkan selepas
menjadi mahasiswi Fakultas Hukum UNS;
9. Segenap Karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan pelayanan kepada penulis selama masa studi;
10. Kepala KesbangPol dan Linmas Kabupaten Ponorogo serta Suwarno, Kepala
Bidang Kesbang yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis;
11. Sukamto, Kepala Sub Bagian Tata Usaha (TU) Kantor Pertanahan Kabupaten
Ponorogo yang telah memberikan bimbingan kepada penulis;
12. Camat Sukorejo dan Siti Hanifah, S.STP,M.Si, sekretaris camat yang telah
memberikan ijin penelitian di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo dan
telah memberikan bimbingannya;
13. Dames Suharto, Sunaryo, Bambang, Timbul, Suwarno, Supriyanto dan
Slamet, segenap perangkat desa yang telah memberikan ijin penelitian dan
memberikan bimbingan kepada penulis selama masa penelitian di Desa
Kedung Banteng, Desa Prajegan dan Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo,
Kabupaten Ponorogo;
14. Adek tersayang, Raditya Frando Galaxy yang menjadi motivasi bagi penulis
untuk segera menyelesaikan studi dan meraih impian penulis demi
memberikan kebahagiaan bersama. Senyum dan kelucuan adek tersayang
menjadi kekuatan yang besar dan ketegaran bagi penulis;
15. Raziv Ahmad Bintoro yang telah mendampingi penulis selama kurang lebih 7
tahun dan memberikan support serta semangat bagi penulis di saat suka
maupun duka di dalam penyusunan penulisan hukum ini;
16. Sahabat-sahabat “ Shadira Kost ”, Dinda Dhindudh Dinda’o, Faricha Hasinta
(Caca Hoo), Uji’Ayuningtyas Utami, Agasta Ika Wulandari, Aditya Praswuri
(dek Tya’), dek Fajar dan dek Diana yang telah luar biasa memberikan
motivasi bagi penulis dan telah berbagi suka maupun duka di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
penyusunan skripsi masing-masing dan Tugas Akhir, subhanalloh kalian kado
sahabat terindah dalam hidup penulis.
17. Sahabat-sahabat penulis di Fakultas Hukum, Alfitri Setyaningsih, Atika Diah
Nastiti, Ardani Nirwesti, Fauziah Iffah, Dwi Murniningsih, Maya Hapsari
DK, Cori Pardosi, Dyah Nur Ariyani, Maria Novita Sari, Sinta Ayu, Norma,
Mega, Dkk, terimakasih atas kebersamaan dan persahabatan selama kuliah di
Fakultas Hukum, Semoga kita meraih impian dan kesuksesan. Amien;
18. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan penulisan hukum ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan hukum (skripsi) ini masih jauh dari
sempurna seperti kata pepatah “tiada gading yang tak retak”, oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun bagi kesempurnaan
penulisan hukum (skripsi) ini. Semoga penulisan hukum ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, almamater, serta bagi para
pembaca yang budiman.
Surakarta, 28 Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………… .............. ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... … iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………………. v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................... …….. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. xiv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xvi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
E. Metode Penelitian ............................................................................. 9
F. Sistematika Penulisan Hukum .......................................................... 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka………………………………............................. 22
1. Pendaftaran Tanah ……………………………………………… 22
a. Pengertian Pendaftaran Tanah………………………………… 22
b. Dasar Hukum Pendaftaran Tanah…………………………….. 25
c. Objek Pendaftaran Tanah……………………………………... 27
d. Tujuan Pendaftaran Tanah……………………………………. 27
e. Asas-Asas Pendaftaran Tanah………………………………… 29
f. Sistem Pendaftaran Tanah…………………………………….. 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
g. Sistem Publikasi dalam Pendaftaran Tanah…………………. 33
h. Prosedur Pendaftaran Tanah…………………………………. 35
i. Badan Pertanahan Nasional (PBN)…………………………… 38
j.Standarisasi dan Penetapan Prosedur Pelayanan…………....... 39
k. Persyaratan Administratif…………………………………… . 40
l. Biaya Pendaftaran Tanah……………………………………... 42
m.Jangka Waktu Penyelesaian Sertifikat……………………….. 44
n. Pelaksana Pendaftaran Tanah………………………………… 44
2. Minat Masyarakat ........................................................................ 45
a. Pengertian Minat………………………………………………. 45
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat……………………. 46
c. Teori Pengambilan Keputusan………………………………… 47
3. Sertifikat Tanah. .…........…………………………...................... 48
a. Pengertian Sertipikat Tanah…………………………………… 48
b. Manfaat Sertipikat Tanah……………………………………… 48
c. Penerbit Sertipikat Tanah……………………………………... 48
d. Macam-Macam Sertipikat tanah……………………………… 49
e. Kekuatan Pembuktian……………………………………......... 49
B. Kerangka Pemikiran ……………………………………….............. 53
C. Hipotesis ……………………………………………………............ 54
D. Pembatasan Masalah.…………………………………………......... 54
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian……………………………………………………. 59
B. Pembahasan………………………………………………………... 74
BAB IV. PENUTUP
A. Simpulan…………………………………………………………... 102
B. Saran …………………………………………………………........ 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data, Sumber Data dan Teknik
Pengolahan Data yang Digunakan dalam Penelitian ..................... 19
Tabel 2. Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Kedung Banteng ............ 60
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Kedung Banteng Tahun 2012 61
Tabel 4. Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Prajegan ......................... 62
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Prajegan Tahun 2012 ........... 63
Tabel 6. Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukorejo ......................... 64
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sukorejo Tahun 2012 .......... 65
Tabel 8. Rekapitulasi Tingkat Pendidikan Responden ................................ 66
Tabel 9. Rekapitulasi Tingkat Pengetahuan Masyarakat ............................. 67
Tabel 10. Rekapitulasi Persepsi tentang Biaya Pendaftaran Tanah ............... 69
Tabel 11. Rekapitulasi Persepsi tentang Jangka Waktu Penyelesaian
Pendaftaran Tanah ......................................................................... 70
Tabel 12. Persepsi Ideal Jangka Waktu Penyelesaian Pendaftaran Tanah..... 71
Tabel 13. Rekapitulasi Minat Mensertifikatkan Tanah .................................. 72
Tabel 14. Tabel Silang Mengenai Hubungan antara Tingkat Pengetahuan
Masyarakat ( ) dengan Minat untuk Mensertifikatkan Tanah (Y) 75
Tabel 15. Hasil Perhitungan Chi Kuadrat Faktor Tingkat Pengetahuan ........ 78
Tabel 16. Tabel Silang Mengenai Hubungan antara Tingkat Pendidikan ( )
dengan Tingkat Pengetahuan Masyarakat ( ) .............................. 80
Tabel 17. Hasil perhitungan Chi Kuadrat Faktor Tingkat Pendidikan.......... 83
Tabel 18. Tabel Silang Mengenai Hubungan antara Persepsi Biaya
Pendaftaran Tanah (X2) dengan Minat untuk Mensertifikatkan
Tanah(Y) ........................................................................................ 84
Tabel 19. Hasil Perhitungan Chi Kuadrat Persepsi tentang Biaya
Pendaftaran Tanah ......................................................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 20. Tabel Silang Hubungan antara Persepsi Jangka Waktu
Penyelesaian Penyelesaian Pendaftaran Tanah (X3) terhadap
Minat Mensertifikatkan Tanah (Y) ................................................ 88
Tabel 21. Hasil perhitungan Chi Kuadrat Faktor Persepsi tentang Jangka
Waktu Penyelesaian Pendaftaran Tanah........................................ 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran……………………... 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kecamatan Sukorejo
Lampiran 2. Ijin Penelitian di Kesbang Kabupaten Ponorogo
Lampiran 3. Ijin Penelitian di Kantor Pertanahan Kabupaten
Ponorogo
Lampiran 4. Ijin Penelitian di Kecamatan Sukorejo
Lampiran 5. Ijin Penelitian di Desa Kedung Banteng
Lampiran 6. Ijin Penelitian di Desa Prajegan
Lampiran 7. Ijin Penelitian di Desa Sukorejo
Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian dari Kesbang Kabupaten
Ponorogo
Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian di Kecamatan Sukorejo
Lampiran 10. Surat Keterangan Penelitian di Desa Kedung Banteng
Lampiran 11. Surat Keterangan Penelitian di Desa Prajegan
Lampiran 12. Surat Keterangan Penelitian di Desa Sukorejo
Lampiran 13. Surat Keterangan Penelitian di Kantor Pertanahan
Kabupaten Ponorogo
Lampiran 14. Validitas Item Pertanyaan Tingkat Pengetahuan
Masyarakat
Lampiran15. Validitas Item Pertanyaan Persepsi tentang Biaya
Pensertifikatan Tanah
Lampiran 16. Validitas Item Pertanyaan Minat Mensertifikatkan Tanah
Lampiran 17. Reliabilitas
Lampiran 18. Kuesioner Uji Coba dan Kuesioner Penelitian
Lampiran 19. Daftar Pertanyaan Wawancara di BPN
Lampiran 20. Data Tingkat Pendidikan Responden
Lampiran 21. Data Tingkat Pengetahuan Responden
Lampiran 22. Data Persepsi tentang Biaya Pendaftaran Tanah
Lampiran 23. Data Persepsi tentang Jangka Waktu Penyelesaian
Pendaftaran Tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Lampiran 24. Data Minat Responden untuk Mensertifikatkan Tanah
Lampiran 25. Tabel Nilai-Nilai r Product Moment
Lampiran 26. Tabel Nilai-Nilai Chi Kuadrat
Lampiran 27. Pasal-Pasal dalam UUPA Terkait dengan Penelitian
Lampiran 28. Pasal-Pasal dalam PP. Nomor 24 Tahun 1997 Terkait dengan
Penelitian
Lampiran 29. Pasal-Pasal dalam PMNA Nomor 3 Tahun 1997 Terkait dengan
Penelitian
Lampiran 30. Lampiran PP.Nomor 13 tahun 2010
Lampiran 31. Lampiran Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1
Tahun 2010
Lampiran 32. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 33. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Ponorogo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanah sebagai salah satu sumber daya alam merupakan karunia Tuhan
Yang Maha Esa. Tanah sebagai salah satu unsur pendukung utama bagi
kelangsungan hidup dan peningkatan kemakmuran bangsa sepanjang masa karena
sebagian besar aktivitas masyarakat berlangsung di atas tanah. Tanah disebut
memegang peranan sentral dalam tata kehidupan bermasyarakat karena
masyarakat sangat membutuhkan tanah sebagai tempat tinggal, sumber mata
pencaharian sehari-hari, misalnya penggunaan tanah sebagai gedung perkantoran,
lahan pertanian, perkebunan, ladang, peternakan serta berbagai usaha strategis lain
yang dapat memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat. Di lain pihak,
pembangunan juga membutuhkan tanah sebagai sarana dari pembangunan itu
sendiri, sehingga nilai tanah menjadi semakin meningkat seiring dengan
kebutuhan masyarakat.
Ter Haar yang dikutip dalam Sri Susyanti menjelaskan bahwa tanah
merupakan tempat tinggal, tanah memberikan kehidupan dan penghidupan, tanah
dimana manusia dimakamkan dan hubungannya bersifat religius-magis (Sri
Susyanti, 2010 : 1). Menurut Herma Yulis yang dikutip dalam Achmad Rubaie,
tanah memiliki arti penting karena mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai social
asset dan capital asset. Sebagai social asset, tanah merupakan sarana pengikat
kesatuan sosial di kalangan masyarakat Indonesia untuk hidup dan kehidupan.
Sedangkan sebagai capital asset, tanah merupakan faktor modal dalam
pembangunan dan tanah telah tumbuh sebagai benda ekonomi yang sangat
penting sekaligus sebagai bahan perniagaan dan objek spekulasi (Achmad Rubaie,
2007 : 1). Tanah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
masyarakat karena kompleksitas fungsinya.
Ketergantungan manusia demikian besar pada tanah, baik untuk kebutuhan
tempat permukiman maupun sebagai sumber mata pencaharian, sedangkan
persediaan tanah sangat terbatas baik jumlah maupun luasnya tetap dan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
bertambah dalam segala dimensi kebutuhan manusia. Ketidakseimbangan antara
jumlah dan luas tanah yang tersedia dengan kebutuhan penggunaan yang semakin
meningkat menyebabkan tanah mempunyai arti yang sangat penting, sehingga
campur tangan negara dan aparatnya dalam tatanan hukum pertanahan merupakan
hal yang mutlak (Hambali Thalib, 2009 : 1).
Urgensi keberadaan tanah sebagaimana telah disebutkan diatas,
menempatkan negara sebagai pemegang hak menguasai atas tanah sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi: “Bumi,air dan termasuk kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Hak menguasai dari negara tersebut
meliputi semua tanah dalam wilayah Republik Indonesia, baik tanah-tanah yang
tidak atau belum maupun yang sudah dihaki dengan hak-hak perorangan (Boedi
Harsono, 1999 : 262).Hak penguasaan atas tanah berisi serangkaian wewenang,
kewajiban dan larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai
tanah yang dihaki. Sesuatu yang boleh, wajib, atau dilarang untuk diperbuat yang
merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriterium atau tolak ukur
pembeda di antara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam hukum tanah
(Aminuddin Salle dkk, 2010 : 95).
Persoalan di dalam masyarakat terkait dengan berbagai benturan
kepentingan yang berlangsung di atas suatu bidang tanah sering kali muncul.
Negara dalam hal ini adalah pemerintah sebagai pemegang hak menguasai atas
tanah perlu menciptakan suatu produk hukum yang mengatur tentang pendaftaran
tanah dengan produk akhir berupa sertipikat untuk menghindari berbagai benturan
kepentingan dan menjamin kepastian hukum atas suatu bidang tanah.
Pemerintah telah membentuk Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) untuk mengatur berbagai
kebijakan di bidang pertanahan. Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria
(UUPA) telah menggariskan kepada pemerintah agar menyelenggarakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia. Pendaftaran tanah kemudian
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pendaftaran Tanah yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997, Lembaran Negara Nomor 59 Tahun 1997 tanggal 8 Juli
Tahun 1997 yang berlaku pada 8 Oktober 1997 dan ditindaklanjuti dengan
Peraturan Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
negara atau pemerintah secara terus-menerus dan teratur berupa pengumpulan
keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di wilayah-
wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan
rakyat dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan,
termasuk penerbitan tanda bukti dan pemeliharaannya. Arti kata terus-menerus
dalam pengertian pendaftaran tanah yaitu sekali dimulai suatu pendaftaran tanah
maka tidak akan ada akhirnya karena adanya peralihan-peralihan hak atas tanah
(Boedi Harsono, 1999 : 72).
Sistem hukum di Indonesia telah memberikan pengaturan berkenaan
dengan hubungan-hubungan hukum terutama dalam pemberian atau penetapan
hak-hak atas tanah yang merupakan wewenang negara yang diselenggarakan oleh
pemerintah. Badan Pertanahan Nasional (BPN) ditunjuk untuk mengemban tugas
tersebut dengan prosedur yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan. Dalam hal ini tidak dimungkinkan lagi tugas tersebut dilakukan oleh
lembaga lain seperti lembaga peradilan sebagaimana telah diatur dalam Pasal 584,
Pasal 610 dan Pasal 1010 KUH Perdata yang dikenal dengan uitwijzings
prosedure, karena Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) tidak lagi mengenal
lembaga yang dimaksud (Muhammad Yamin dan Abdul Rahim Lubis, 2009 : 3).
Pelaksanaan pendaftaran tanah memberikan manfaat yang besar karena
suatu bidang tanah dapat mempunyai bukti mengenai kepastian hukumnya yaitu
berupa sertipikat tanah. Pengertian sertipikat berdasarkan Pasal 1 angka 20
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah yaitu
sertipikat adalah bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c
UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam
buku tanah yang bersangkutan.
Sejak berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) hingga
sekarang, pendaftaran tanah di Indonesia belum mencapai hasil yang diharapkan
karena pemegang hak atas tanah belum secara teratur melaksanakan kewajibannya
untuk mendaftarkan tanahnya di Kantor Pertanahan. Menurut Menteri Negara
Agraria atau Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang dikutip dalam
Tanjung Nugroho, disebutkan bahwa sejak berlakunya Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1961 sampai dengan tahun 1997, kurang lebih 17,2 juta bidang
tanah yang telah didaftarkan dari prediksi sekitar 85 juta bidang tanah yang ada di
wilayah Republik Indonesia. Pada kurun waktu tahun 1961 sampai dengan
tahun1988 atau sampai sebelum lahirnya Badan Pertanahan Nasional (BPN),
bidang tanah yang telah disertipikatkan diperkirakan sebanyak kurang lebih 10
juta bidang. Pada masa Badan Pertanahan Nasional (BPN) sampai tahun 1997
telah dicapai pensertipikatan tanah sekitar 7,2 juta bidang (Tanjung Nugroho,
2006 : 1).
Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam wawancaranya dengan
majalah Tempo edisi Desember 2006 menyatakan bahwa baru 30% dari 85 juta
bidang tanah yang sudah disertipikatkan. Jika skema lama organisasi Badan
Pertanahan Nasional (BPN) masih dipertahankan, maka akan butuh waktu 100
tahun untuk menyelesaikan pensertipikatan tanah di Indonesia.Pemerintah
berupaya menanggulangi ketidaklancaran pendaftaran tanah tersebut, antara lain
melalui suatu program yang disebut Proyek Nasional Agraria (PRONA), yang
salah satu kegiatannya adalah memproses pensertipikatan tanah secara massal.
Pelaksanaan Proyek Nasional Agraria (PRONA) memberikan harapan bahwa
dalam jangka waktu 25 hingga 30 tahun semua bidang tanah di wilayah Republik
Indonesia telah didaftar semua. Pemerintah meningkatkan kegiatan ajudikasi,
sertipikat massal swadaya dan program khusus untuk merespon pemerintah pusat
dan pemerintah daerah di kabupaten atau propinsi untuk lebih mempercepat
kembali kegiatan pensertipikatan tanah yang targetnya ada tiga juta bidang tanah
yang akan disertipikatkan pada tahun 2007. Apabila program tersebut terus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dilaksanakan atau mulai bertambah maka Badan Pertanahan Nasional (BPN)
membutuhkan waktu 18 tahun untuk melakukan pensertipikatan tanah (Joyo
Winoto, 2006 : 50).
Pada tahun 2008, pemerintah kembali mengembangkan pola pengelolaan
pertanahan di Indonesia dengan melaksanakan program layanan rakyat untuk
sertipikat tanah (Larasita). Pelaksanaan program Larasita dilakukan oleh Kantor
Pertanahan kabupaten atau kota di seluruh wilayah Republik Indonesia sebagai
Kantor Pertanahan yang bergerak (mobile service) yang mendekatkan layanan
pertanahan agar masyarakat dapat melakukan pengurusan tanahnya dengan lebih
mudah, lebih cepat dan tanpa perantara. Program ini diharapkan dapat
memberikan hasil yang optimal terhadap percepatan pendaftaran tanah di seluruh
wilayah Republik Indonesia (Mangara EPM. Larasita Menjangkau yang Tidak
Terjangkau.http://www.bpn.go.id/Beranda/BeritaArtikel/Artikel/Larasita-
Menjangkau-yang-Tidak-Terjangkau.aspx).
Pada kenyataannya, Badan Pertanahan Nasional (BPN) mencatat baru
sekitar 49% tanah di Indonesia yang bersertipikat pada tahun 2010 (Hans
Henricus. Baru 49% Tanah di Indonesia yang Bersertipikat.
http://nasional.kontan.ci.id/v2/real/1263438725/28194/Baru-49-Tanah-di-
Indonesia-yang-Bersertipikat). Hal ini tentu saja menjadi catatan wajib dan tugas
dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) beserta peran serta dari masyarakat untuk
terus berupaya keras melaksanakan pensertipikatan tanah di seluruh wilayah
Republik Indonesia.
Sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa untuk mengurus
sertipikat tanah secara rutin dirasakan sangat sulit, membutuhkan biaya yang
mahal, proses yang berbelit-belit dan waktu yang lama. Dengan keadaan tersebut
maka inisiatif masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya ke Kantor Pertanahan
pun terasa kurang (Sudjito, 1987 : 5). Pada umumnya, di luar lokasi Proyek
Nasional Agraria (PRONA) masih terdapat keengganan masyarakat untuk
mendaftarkan bidang tanahnya akibat persepsi yang sudah melekat pada
masyarakat mengenai kendala-kendala sebagaimana diuraikan di atas. Hal ini
mendorong masyarakat untuk lebih memilih menunggu program pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
seperti PRONA, untuk mensertipikatkan tanahnya dibandingkan mengurus sendiri
kepada instansi atau pihak-pihak yang berwenang atas pendaftaran tanah sehingga
seolah menjadi kebiasaan atau kecenderungan masyarakat untuk bersikap apatis
terhadap permasalahan pendaftaran tanah yang sebenarnya masih menjadi
permasalahan panjang di masyarakat.
Sebagian besar tanah-tanah yang belum terdaftar, berada di daerah
pedesaan yang mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian dimana tanah
dimanfaatkan sebagai sumber pokok pendapatan mereka, artinya bahwa tanah
hanya dimanfaatkan masyarakat secara fisik saja. Masyarakat tidak menempatkan
manfaat tanah yang lebih luas cakupannya baik ditinjau dari aspek hukum, aspek
ekonomi, aspek keamanan atau aspek-aspek lain yang bersifat non fisik (Suharno,
1999 : 96).
Kecamatan Sukorejo merupakan wilayah administrasi dari Kabupaten
Ponorogo dengan struktur sosial masyarakat agraris karena sebagian besar
penduduk bermata pencaharian sebagai petani atau buruh tani sehingga sumber
pokok pendapatan sebagian besar masyarakat di wilayah tersebut berasal dari
pertanian. Penguasaan dan penggunaan tanah oleh masyarakat di Kecamatan
Sukorejo Kabupaten Ponorogo belum diikuti dengan antusiasme yang tinggi
untuk mensertipikatkan tanahnya kepada Kantor Pertanahan. Hal ini dapat dilihat
dari masih banyaknya tanah yang belum bersertipikat di Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Ponorogo. Pemilik bidang-bidang tanah di Kecamatan Sukorejo yang
belum mensertipikatkan bidang tanah miliknya kemungkinan disebabkan karena
beberapa faktor.
Masyarakat yang kurang memahami arti pentingnya sertipikat,
keengganan untuk mensertipikatkan tanahnya mungkin dipengaruhi oleh
kekurangpahaman mereka terhadap pendaftaran tanah. Masyarakat yang sudah
memahami arti pentingnya sertipikat, besarnya biaya dan lamanya jangka waktu
yang diperlukan untuk penyelesaian pendaftaran tanah, mungkin merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap minat untuk mensertipikatkan tanah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mempelajari dan
mengkaji lebih dalam terkait dengan hal tersebut dalam sebuah penulisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
penelitian hukum dengan judul : “HUBUNGAN ANTARA TINGKAT
PENGETAHUAN MASYARAKAT, BIAYA SERTA JANGKA WAKTU
PENYELESAIAN PENDAFTARAN TANAH DENGAN MINAT
MENSERTIPIKATKAN TANAH DI KECAMATAN SUKOREJO
KABUPATEN PONOROGO”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis
merumuskan masalah untuk dikaji secara lebih rinci. Adapun permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat dengan minat
mensertipikatkan tanah di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo?
2. Adakah hubungan antara biaya pendaftaran tanah dengan minat
mensertipikatkan tanah di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo?
3. Adakah hubungan antara jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah dengan
minat mensertipikatkan tanah di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan data-data hukum yang akurat
dan memiliki validitas untuk menjawab permasalahan, sehingga dapat
mendatangkan kemanfaatan bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengkategorikan tujuan penelitian ke
dalam kelompok tujuan objektif dan tujuan subjektif sebagai berikut :
1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan
masyarakat dengan minat mensertipikatkan tanah di Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Ponorogo;
b. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara biaya pendaftaran tanah
dengan minat mensertipikatkan tanah di Kecamatan Sukorejo Kabupaten
Ponorogo; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah dengan minat mensertipikatkan tanah di
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
2. Tujuan Subjektif
a. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan kemampuan penulis di
bidang Hukum Administrasi Negara (HAN) khususnya mengenai
hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat, biaya serta jangka
waktu penyelesaian pendaftaran tanah dengan minat mensertipikatkan
tanah di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo Ponorogo;
b. Melatih kemampuan penulis dalam menerapkan teori ilmu hukum,
mengembangkan, dan memperluas wacana pemikiran serta pengetahuan
yang didapat selama perkuliahan guna menganalisis permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan pensertipikatan tanah; dan
c. Memperoleh bahan dan informasi secara lebih jelas dan lengkap sebagai
bahan untuk menyusun penulisan hukum, guna memenuhi persyaratan
akademis dalam mencapai gelar Sarjana (S1) dalam bidang Ilmu Hukum
di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap kegiatan penelitian dalam penulisan hukum ini akan
memberikan banyak manfaat bagi para pihak yang terkait dengan penulisan
hukum ini, yaitu bagi penulis, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten
Ponorogo, masyarakat maupun bagi pembaca dan pihak-pihak lain. Adapun
manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Administrasi Negara (HAN)
pada khususnya;
b. Memperkaya referensi dan literatur kepustakaan Hukum Administrasi
Negara (HAN) mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan
masyarakat, biaya serta jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dengan minat mensertipikatkan tanah di Kecamatan Sukorejo Kabupaten
Ponorogo; dan
c. Hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian-
penelitian sejenis pada tahap selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran
membentuk pola pikir ilmiah, sekaligus untuk mengetahui kemampuan
penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh; dan
b. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait langsung dengan
penelitian ini.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara utama untuk memperoleh data secara
lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga tujuan dari
penelitian dapat tercapai. Metode penelitian juga merupakan cara atau langkah
sebagai pedoman untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang suatu
gejala atau merupakan suatu cara untuk memahami objek yang menjadi sasaran
dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
Metode penelitian akan sangat mempengaruhi perolehan data-data dalam
penelitian yang bersangkutan untuk selanjutnya dapat dioalah dan dikembangkan
secara optimal sesuai dengan metode ilmiah demi tercapainya tujuan penelitian
yang dirumuskan. Metode dalam penulisan hukum ini dapat dirinci sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian hubungan
antara tingkat pengetahuan masyarakat, biaya serta jangka waktu penyelesaian
pendaftaran tanah dengan minat mensertipikatkan tanah di Kecamatan
Sukorejo Kabupaten Ponorogo adalah penelitianempiris (non doktrinal).
Penelitian yang dilakukan akan mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
penelitian penulis termasuk ke dalam penelitian survei. Menurut Kerlinger
yang dikutip dalam Ridwan, penelitian survei adalah penelitian yang
dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah
data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan
kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel sosiologis
maupun psikologis ( Ridwan, 2004 : 49).
Penelitian penulis tidak hanya bertujuan memberikan gambaran
tentang fakta-fakta yang ada yang diperoleh di lapangan maupun dari studi
kepustakaan, tetapi juga setelah dipelajari ketentuan hukumnya dan diteliti di
lapangan, diadakan analisa untuk memperoleh kesimpulan mengenai
hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat, biaya serta jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah dengan minat mensertipikatkan tanah di
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
2. Sifat Penelitian
Penelitian hukum yang dilakukan oleh penulis, menurut sifatnya
merupakan penelitian eksplanatif (menerangkan).Penelitian eksplanatif
bertujuan untuk menguji hipotesis-hipotesis tentang ada atau tidaknya
hubungan sebab akibat antara berbagai variabel yang diteliti (Amiruddin dan
Zainal Asikin, 2008 : 26). Penelitian eksplanatif (explanatory research) dalam
penelitian hukum ini digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antara
variabel bebas atau variabel pengaruh (independent variable) yaitu tingkat
pengetahuan masyarakat, tingkat pendidikan, biaya serta jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah dengan variabel terikatnya atau variabel
terpengaruh (dependent variable) yaitu minat untuk mensertipikatkan tanah
melalui pengujian hipotesisnya di lapangan, yaitu di Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Ponorogo.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif, karena data yang digunakan berbentuk angka atau data
kualitatif yang diangkakan (scoring) yang mudah dikualifikasi ke dalam
kategori-kategori. Pendekatan kuantitatif jauh lebih mampu memperlihatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
hasil-hasil yang cermat, tidak berarti mengecilkan arti pentingnya pendekatan
kualitatif (Amiruddin dan Zainal Asikin, 2008 : 168).
4. Lokasi Penelitian
Daerah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah Kecamatan
Sukorejo Kabupaten Ponorogo dimana mayoritas penduduknya mempunyai
aktivitas ekonomi pada sektor pertanian dengan mata pencaharian sebagai
petani. Pemilihan lokasi penelitian oleh penulis dengan pertimbangan bahwa
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo mempunyai karakteristik pedesaan
sehingga ada indikasi kesadaran untuk melaksanakan program pensertipikatan
tanah relatif rendah.
5. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian hukum ini adalah masyarakat di Kecamatan
Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. Dari Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Ponorogo diambil 3 desa secara random, yakni Desa Sukorejo, Desa Prajegan
dan Desa Kedung Banteng. Sampel diambil dengan probabilitas atau random
yaitu denganteknik multi stage random sampling(Amiruddin dan Zainal
Asikin, 2008 : 102).Pengambilan jumlah sampel dilakukan sampai batas
minimal sampel yang ditentukan menurut persyaratan pengambilan jumlah
sampel dalam suatu metode penelitian. Dalam penelitian ini jumlah sampel
yang diambil adalah 60 responden. Untuk memperoleh data yang cukup
lengkap dan relevan dengan pokok masalah yang dibahas, maka cara yang
dipakai untuk mengumpulkan data tersebut menurut persyaratan pengambilan
jumlah sampel dalam suatu metode penelitian.
Bila data dianalisa dengan statistic non parametric misalnya
test statistik Chi Kuadrat yang tidak memerlukan distribusi normal
maka sampel yang dibutuhkan tidak besar.Meskipun belum ada
pedoman untuk menentukan jumlah setiap sel tabel silang sekiranya
dapat ditentukan sekitar 20 kasus dalam setiap sel. Hal ini disebabkan
karena perhitungan persentase dengan kasus kurang dari 20,
kesimpulan yang diambil dari data tersebut kurang reliable
(Singarimbun dan Effendi, 1995 : 171).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Dalam penelitian hukum ini, dipilih juga 5 informan yang terdiri dari
camat (1 orang), kepala desa (3 orang) dan pejabat dari Kantor Pertanahan
(Kepala hak atas tanah dan pendaftaran tanah, 1 orang). Pemilihan 5 informan
tersebut dilakukan untuk memperoleh dan melengkapi data penelitian penulis.
6. Variabel
Variabel adalah suatu fenomena yang ditarik dengan
menggeneralisasikan suatu objek penelitian dimana terhadap objek tersebut
dapat dilakukan suatu pengukuran. Variabel dalam penelitian ini dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu variabel bebas atau variabel pengaruh (independent
variable) yang disebut variabel (X) dan variabel terikat atau variabel
terpengaruh (dependent variable) yang disebut variabel (Y). Variabel bebas
adalah variabel yang memberikan pengaruh pada variabel lain. Variabel
tersebut meliputi :
a. Tingkat pengetahuan tentang pendaftaran tanah;
b. Persepsi tentang biaya pendaftaran tanah;
c. Persepsi tentang jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah.
Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang
mendapatkan pengaruh dari variabel bebas (independent variable). Variabel
terikat dalam penelitian hukum ini adalah minat untuk mensertipikatkan tanah.
7 Jenis dan Sumber Data Penelitian
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber
pertama (Amiruddin dan Zainal Asikin, 2008 : 30). Dalam penelitian ini
data primer diperoleh dari sumber data atau responden dan informan baik
melalui kuesioner maupun wawancara. Data yang diperlukan yaitu data
yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi minat masyarakat
dalam pensertipikatan tanah meliputi data identitas responden dan
informan yaitu nama, umur, pekerjaan, alamat responden, tingkat
pengetahuan, tingkat pendidikan, biaya serta jangka waktu penyelesaian
pendaftaran tanah dan keterangan-keterangan lain yang mendukung data
primer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b. Data Sekunder
Data sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi,
buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya
(Amiruddin dan Zainal Asikin, 2008 : 30). Penelitian ini menggunakan
data sekunder yang diambil dari bahan hukum yaitu:
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang mengikat yang terdiri
dari :
a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria;
c) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah;
d) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Tarif Atas
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan
Pertanahan Nasional (BPN);
e) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan
Pertanahan Nasional;
f) Peraturan Menteri Agraria atau Kepala Badan Pertanahan
Nasional (BPN) Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah; dan
g) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun
2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.
2) Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, yaitu:
a) Buku-buku dan literatur lain mengenai pendaftaran tanah dan
faktor-faktor yang mempengaruhi minat untuk mensertipikatkan
tanah;
b) Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
minat untuk mensertipikatkan tanah; dan
c) Hasil karya ilmiah dari kalangan hukum dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
8. Teknik Pengumpulan Data
Dalam buku Amiruddin dan Zainal Asikin yang mengutip pendapat dari
Soerjono Soekanto, alat-alat pengumpul data sebagai berikut :
a. Studi dokumen atau bahan pustaka;
b. Pengamatan atau observasi;
c. Wawancara atau interview;
d. Kuesioner (Questionnaire); dan
e. Alat-alat pengumpul data lainnya (seperti projective methods, disguised
method, substitute measure) (Amiruddin dan Zainal Asikin, 2008 : 67).
Keputusan alat pengumpul data mana yang akan dipergunakan
tergantung pada variabel yang akan diamati. Dengan kata lain, alat yang
dipergunakan harus sesuai dengan variabelnya. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan alat pengumpulan data yaitu :
1) Kuesioner (questionnaire)
Daftar pertanyaan (questionnaire) adalah suatu daftar yang
berisikan rangkaian pertanyaan tentang sesuatu hal atau sesuatu bidang
(Amiruddin dan Zainal Asikin, 2008 : 89). Untuk memperoleh data,
kuesioner disebarkan kepada responden. Dalam penelitian penulis
kuesioner dibuat berdasarkan Skala Guttman dimana penulis menyebarkan
kuesioner kepada 60 (enam puluh) orang yang dijadikan sampel.
Kuesioner terdiri dari 5 bagian, yang meliputi pertanyaan tentang latar
belakang responden, pengetahuan tentang pendaftaran tanah, persepsi
tentang biaya pendaftaran tanah, persepsi tentang jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah dan minat untuk mendaftarkan tanah.
Pertanyaan yang berkenaan dengan pengetahuan tentang
pendaftaran tanah dikembangkan berdasarkan elemen-elemen pokok
pendaftaran tanah dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 (UUPA) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, sedangkan pertanyaan mengenai persepsi tentang
biaya pendaftaran tanah dikembangkan berdasarkan data-data sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010, sedangkan pertanyaan yang
menyangkut persepsi tentang jangka waktu penyelesaian pendaftaran
tanah dikembangkan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasi
Pengaturan dan Pelayanan dan pertanyaan tentang minat mensertipikatkan
tanah dikembangkan berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil diskusi
dengan dosen pembimbing.
Kuesioner diujicobakan pada 20 responden yang tinggal di
Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, di luar responden terpilih. Hal
ini dimaksudkan untuk menjamin validitas dan reliabilitas item
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner penulis dan tentunya penulis
lengkapi dengan analisis SPSS versi 16 serta perhitungan manual dengan
menggunakan rumus korelasi point biseral untuk mengetahui validitas
item pertanyaannya. Penyempurnaan kuesioner didasarkan pada diskusi
dengan responden uji coba dan dosen pembimbing.
2) Wawancara atau Interview
Dalam buku Amiruddin dan Zainal Asikin yang mengutip pendapat
dari Fred N.Kerlinger yaitu “wawancara (interview) adalah situasi peran
antar pribadi bertatap muka (face to face), ketika seseorang yakni
pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian
kepada seseorang responden” (Amiruddin dan Zainal Asikin, 2008 : 82).
Dalam penelitian ini, wawancara (interview) dilakukan terhadap para
informan yaitu Camat Sukorejo , Kepala Desa Kedung Banteng, Kepala
Desa Prajegan, Kepala Desa Sukorejo dan pejabat dari Kantor Pertanahan
(Kepala hak atas tanah dan pendaftaran tanah).
3) Studi Dokumen
Studi dokumen ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian. Studi dokumen bagi penelitian hukum meliputi studi
bahan-bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Dalam penelitian hukum ini, studi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dokumen penulis menggunakan buku-buku yang relevan, peraturan
perundang-undangan, foto-foto serta data-data yang relevan dengan
penelitian penulis (Amiruddin dan Zainal Asikin, 2008 : 68).
9. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan lebih mudah diinterpretasikan (Singarimbun dan
Effendi, 1995 : 263).Penulis menggunakan analisis kuantitatif untuk
menganalisis data dalam penelitian ini. Teknik analisis yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Uji Statistik Chi Kuadrat( )
Uji statistik Chi Kuadrat ( ) digunakan untuk menguji hubungan
nyata antar variabel dengan tingkat signifikansi 0,05. Dalam penelitian ini,
uji Chi Kuadrat digunakan untuk menguji hipotesis tentang distribusi dari
ukuran-ukuran variabel penelitian yaitu minat yang merupakan variabel
terpengaruh (dependent variable) dan tingkat pengetahuan, tingkat
pendidikan, biaya serta jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah atau
variabel pengaruh (independent variable). Rumus Chi Kuadrat yaitu :
=
= nilai Chi Kuadrat
Fo = frekuensi yang diamati
= frekuensi yang diharapkan
Prosedur uji Chi Kuadrat adalah sebagai berikut :
1) Rumuskan hipotesis ;
2) Tentukan kategori ;
3) Buat tabel kontingensi ;
4) Tentukan level signifikan
5) Hitung harga Chi Kuadrat;
6)Tentukan daerah penolakan hipotesis dengan mencari harga Chi Kuadrat
pada tabel distribusi Chi Kuadrat, pada level signifikan yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
ditentukan dengan degree of freedom atau derajat kebebasan dk = (k-1)
(b-1), yaitu : tabel dk = (k-1)(b-1) ;
7) Tolak terima jika : ≥ tabel dk = (k-1)(b-1)
Dengan kata lain data menunjukkan ada pengaruh yang signifikan
antara variabel pengaruh (independent variable) yaitu tingkat
pengetahuan, biaya serta jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah
terhadap variabel terpengaruh (dependent variable) yaitu minat
masyarakat dalam mensertipikatkan tanah;
8) Terima tolak jika : ≤ tabel dk = (k-1)(b-1)
Dengan kata lain data menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan
antara variabel pengaruh (independent variable) yaitu tingkat
pengetahuan, biaya serta jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah
terhadap variabel terpengaruh (dependent variable) yaitu minat
masyarakat dalam mensertipikatkan tanah; dan
9) Perumusan kesimpulan.
b. Analisa tabulasi silang
Teknik analisa tabulasi silang atau teknik elaborasi digunakan
untuk menganalisa data, yaitu suatu metode yang cukup sederhana tetapi
mempunyai kemampuan yang besar untuk mengungkapkan hubungan
yang hendak diteliti (Singarimbun dan Effendi, 1995 : 225). Hubungan
antar variabel digambarkan dalam bentuk tabel, variabel pengaruh pada
kolom (horizontal) dan variabel terpengaruh pada baris (vertikal), tiap-tiap
kategori dihitung persentasenya.
c. Koefisien Kontingensi
Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara tingkat
pengetahuan masyarakat, tingkat pendidikan, biaya serta jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah atau variabel pengaruh (independent
variable) dengan minat mensertipikatkan tanah atau variabel terpengaruh
(dependent variable), digunakan uji statistik berupa koefisien kontingensi.
Rumus koefisien kontingensi (C):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
C = koefisien kontingensi
N = besar sampel
Harga C tersebut dibandingkan dengan harga C tabel.
Semakin dekat C hitung dengan C tabel berarti semakin erat hubungan
antara variabel pengaruh (independent variable) dengan variabel
terpengaruh (dependent variable). Harga C berkisar antara 0 sampai
dengan 1,000. Interpretasi nilai koefisien kontingensi dilakukan dengan
cara membandingkan nilai koefisien kontingensi yang didapat terhadap
nilai koefisien kontingensitabel. Dalam hal ini, nilai koefisien kontingensi
tabel menggunakan kriteria (Ridwan, 2004 : 110) sebagai berikut :
1) Antara 0,000 sampai dengan 0,199 hubungan sangat rendah (tidak
valid);
2) 0,200 sampai dengan 0,399 hubungan rendah;
3) 0,400 sampai dengan 0,599 hubungan cukup tinggi;
4) 0,600 sampai dengan 0,799 hubungan tinggi;
5) 0,800 sampaidengan 1,000 hubungan sangat tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Tabel 1. Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data,
Sumber Data dan Teknik Pengolahan Data yang Digunakan dalam Penelitian
Jenis Data Teknik
Pengumpulan
Data
Sumber
Data
Data Teknik
Pengolahan
Data
Primer
Kuesioner
Responden
Identitas
Chi
Kuadrat
Tingkat
Pengetahuan
Tingkat
Pendidikan
Persepsi
tentang biaya
Persepsi
tentang jangka
waktu
penyelesaian
pendaftaran tanah
Minat
mensertipikatkan
tanah
Wawancara
R
Responden
&Informan
Data yang
mendukung data
primer
Deskriptif
Sekunder
Dokumentasi
Kantor
Desa
Profil Desa
Deskriptif
Kantor
Pertanahan
1. Peta
Pendaftaran
Jumlah bidang
tanah yang belum
dan sudah
bersertipikat
2. Data yang
relevan
Deskriptif
Kantor
Kecamatan
Peta
administrasi
kecamatan
Deskriptif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
F. Sistematika Penulisan Hukum
Sistematika penulisan hukum semata-mata disajikan untuk memberikan
gambaran yang menyeluruh mengenai sistematika penulisan hukum sebagai karya
ilmiah yang disesuaikan dengan kaidah baku penulisan suatu karya ilmiah.
Adapun penulisan hukum (skripsi) ini terdiri dari 4 bab dimana tiap bab terbagi
dalam sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap
keseluruhan hasil penelitian ini. Keseluruhan sistematika penulisan hukum ini
adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulisan hukum (skripsi).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini, penulis menguraikan yang pertama tentang kerangka
teori yang berisi tinjauan pustaka yang menjadi literatur pendukung dalam
pembahasan masalah penulisan hukum ini. Tinjauan pustaka dibagi
menjadi dua (2) yaitu :
1. Kerangka Teori yang Berisikan Tinjauan mengenai :
a. Tinjauan umum tentang pendaftaran tanah, diuraikan mengenai
pengertian pendaftaran tanah, dasar hukum, tujuan, asas, sistem
pendaftaran tanah, sistem publikasi, prosedur pendaftaran tanah,
BPN, standarisasi dan penetapan prosedur pelayanan, biaya, jangka
waktu dan pelaksana pendaftaran tanah;
b. Tinjauan umum tentang minat, diuraikan mengenai pengertian
minat, faktor-faktor yang mempengaruhi, teori pengambilan
keputusan; dan
c. Tinjauan umum tentang sertipikat tanah, diuraikan mengenai
pengertian, manfaat, macam-macam sertipikat dan pejabat
penandatangan sertipikat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2. Kerangka Pemikiran, yang berisikan gambaran alur berpikir dari
penulis berupa konsep yang akan dijabarkan dalam penelitian ini.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai hasil penelitian
dan pembahasan yang menjadi titik temu dari suatu kesenjangan antara
permasalahan penelitian dengan kaidah yang berlaku atau realitas hukum
empiris di lapangan. Untuk memudahkan pemahaman pembaca terhadap
penelitian dan pembahasan dari persoalan yang diangkat oleh penulis, maka
bab hasil penelitian dan pembahasan ini dibagi menjadi :
a. Halaman yang mendeskripsikan hasil temuan data yang diperoleh guna
menjawab persoalan pertama mengenai hubungan antara tingkat
pengetahuan masyarakat dengan minat untuk mensertipikatkan tanah di
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
b. Halaman yang mendeskripsikan hasil temuan data yang diperoleh guna
menjawab persoalan kedua mengenai hubungan antara biaya
pendaftaran tanah dengan minat untuk mensertipikatkan tanah di
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
c. Halaman yang mendeskripsikan hasil temuan data yang diperoleh guna
menjawab persoalan ketiga mengenai hubungan antara jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah dengan minat untuk mensertipikatkan
tanah di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
BAB IV PENUTUP
Bab keempat diuraikan mengenai kesimpulan yang dapat diperoleh
dari keseluruhan hasil pembahasan dan proses meneliti, serta saran yang
relevan yang dapat penulis kemukakan kepada para pihak yang terkait
dengan bahasan penulisan hukum iniagar terwujud suatu langkah konkrit
untuk menangani permasalahan yang diangkat oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum tentang Pendaftaran Tanah
a. Pengertian Pendaftaran Tanah
Pendaftaran tanah berasal dari kata cadaster (bahasa belanda
kadaster) suatu istilah teknis untuk suatu rekaman (record), menunjukkan
tentang luas, nilai dan kepemilikan atau lain-lain alas hak terhadap suatu
bidang tanah. Selain itu, pendaftaran berasal dari bahasa latin capilastrum
yang berarti suatu register atau capita atau unit yang diperbuat untuk pajak
tanah Romawi (Capotatio Terrens). Dalam artian yang tegas,cadaster
adalah record pada lahan-lahan, nilai dari pada tanah dan pemegang
haknya dan untuk kepentingan perpajakan. Dengan demikian, cadastre
merupakan alat yang tepat yang memberikan uraian dan identifikasi serta
sebagai continuous recording (rekaman yang berkesinambungan) dari hak
atas tanah (A.P. Parlindungan, 1999 : 18-19).
Pendaftaran tanah di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) diatur dalam
Pasal 19 ayat (2) yaitu rangkaian kegiatan yang meliputi:
1) Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah;
2) Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak tersebut; dan
3) Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.
Kegiatan yang berupa pengukuran, pemetaan, dan pembukuan
tanah akan menghasilkan peta-peta pendaftaran tanah dan surat ukur. Di
dalam peta pendaftaran tanah dan surat ukur akan diperoleh keterangan
tentang letak, luas, dan batas-batas tanah yang bersangkutan, sedangkan
kegiatan yang berupa pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak
tersebut akan diperoleh keterangan-keterangan tentang status tanahnya,
beban-beban apa yang ada diatasnya dan subyek dari haknya. Kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
terakhir dari pendaftaran tanah adalah pemberian surat bukti atas tanah
yang lazim disebut dengan sertipikat.
Pengertian pandaftaran tanah menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 adalah:
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan
teratur meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan
penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam
bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-
satuan rumah susun termasuk pemberian surat bukti haknya bagi
bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas
satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebani.
Definisi pendaftaran tanah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 merupakan penyempurnaan dari ruang lingkup kegiatan
pendaftaran tanah berdasarkan Pasal 19 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1961 yang hanya meliputi: pengukuran, pemetaan dan
pembukuan tanah dan peralihan hak atas tanah serta pemberian tanda bukti
hak sebagai alat pembuktian yang kuat (Mhd Yamin Lubis dan Abdul
Rahim, 2006 : 138)
Pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh negara atau pemerintah secara terus-menerus dan teratur, berupa
pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu
yang ada di wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan, dan penyajiannya
bagi kepentingan rakyat dalam rangka memberikan jaminan kepastian
hukum di bidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda bukti dan
pemeliharaannya (Boedi Harsono, 1999 : 72).
Beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik
suatu kesimpulan yaitu pendaftaran tanah mengandung unsur-unsur
sebagai berikut:
1). Dilakukan secara terus-menerus
Perubahan atas tanah maupun subjeknya harus diikuti dengan
pendaftaran tanah apabila suatu bidang tanah telah didaftarkan. Kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
terus-menerus menunjuk kepada pelaksanaan kegiatan, yang sekali
dimulai tidak akan ada akhirnya. Data yang sudah terkumpul dan
tersedia harus selalu disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang
kemudian sehingga tetap sesuai dengan keadaan yang terakhir (Boedi
Harsono, 1999 : 73).
2).Pengumpulan data tanah
Data yang dikumpulkan pada dasarnya meliputi dua macam,
yaitu:
a) Data fisik yaitu data mengenai letak tanahnya dan luasnya
berapa serta, bangunan dan tanaman yang ada di atasnya; dan
b) Data yuridis yaitu mengenai nama hak atas tanah, siapa
pemegang hak tersebut, serta peralihan dan pembebanannya jika
ada.
3). Tujuan tertentu
Pendaftaran tanah diadakan untuk menjamin kepastian hukum
(legal cadastre) dan kepastian hak atas tanah sebagaimana tercantum
di dalam ketentuan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Manfaat
pendaftaran tanah tentunya tidak serta merta dapat menjadi hal yang
dapat diremehkan oleh masyarakat.
4).Penerbitan alat bukti hak atau sertipikat
Sertipikat adalah surat tanda bukti hak, diterbitkan untuk
kepentingan pemegang hak yang bersangkutan, sesuai dengan data
fisik yang ada dalam surat ukur dan data yuridis yang telah didaftar
dalam buku tanah (Pasal 1 angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997). Sertipikat terdiri atas salinan buku tanah yang memuat
data yuridis dan surat ukur yang memuat data fisik hak yang
bersangkutan, yang dijilid menjadi satu dalam suatu sampul dokumen.
Sertipikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namanya
tercantum dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemegang hak
atau pihak lain yang dikuasakan olehnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Dasar hukum pendaftaran tanah
Negara Indonesia adalah negara hukum (rechtstaat), oleh sebab itu
semua kebijakan pemerintah harus ada dasar hukumnya (umbrella act).
Kebijakan pemerintah dalam bidang pertanahan khusunya mengenai
pendaftaran tanah diatur dalam peraturan perundang-undangan yaitu
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria (UUPA). Undang-Undang ini merupakan landasan bagi
pembaharuan hukum agraria guna memberikan jaminan kepastian hukum
bagi masyarakat, sehingga dapat mnencegah sengketa tanah.
Dasar hukum pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 Undang-
Undang Pokok Agraria yang menyebutkan bahwa:
1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) Pasal ini meliputi:
(a) Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah;
(b) Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;
dan
(c) Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai
alat pembuktian yang kuat.
3) Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan
negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial, ekonomi serta
kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri
Agraria.
4) Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan
dengan pendaftaran termasuk dalam ayat (1) di atas, dengan ketentuan
bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-
biaya tersebut.
Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) ditujukan
kepada Pemerintah sebagai suatu instruksi untuk melaksanakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia yang bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
rechts-kadaster yang bertujuan untuk menjamin kepastian hukum hak atas
tanah yang pelaksanaannya dituangkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang mulai berlaku
efektif pada tanggal 8 Oktober 1997. Selanjutnya di dalam Undang-
Undang Pokok Agraria (UUPA) terdapat ketentuan yang ditujukan kepada
pemegang hak atas tanah yang bersangkutan untuk mendaftarkan hak-hak
atas tanahnya.
Adapun ketentuan-ketentuan tersebut adalah:
1) Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agaria (UUPA) yang
menentukan bahwa hak milik, demikian pula setiap peralihan,
hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan
menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19.
2) Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agaria (UUPA) menentukan
bahwa hak guna usaha termasuk syarat-syarat pemberiannya,
demikian juga setiap peralihan dan penghapusan hak tersebut, harus
didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal
19.
3) Pasal 38 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agaria (UUPA) menentukan
bahwa hak guna bangunan, termasuk syarat-syarat pemberiannya,
demikian juga setiap peralihan dan hapusnya hak tersebut harus
didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal
19.
Penjelasan Umum Undang-Undang Pokok Agaria (UUPA) Bab IV
menegaskan bahwa pendaftaran tanah diwajibkan bagi para pemegang hak
yang bersangkutan. Jika tidak diwajibkan bagi para pemegang hak yang
bersangkutan, maka diadakannya pendaftaran tanah yang terang akan
memerlukan banyak tenaga, alat dan biaya itu, tidak akan ada artinya sama
sekali (Boedi Harsono, 1999 : 568). Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 mengatur secara teknis penyelenggaraan pendaftaran tanah di
Indonesia. Ketentuan tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan Nasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
(BPN) Nomor 3 Tahun 1997 yang mengatur tentang pelaksanaan dari
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
c. Obyek Pendaftaran Tanah
Obyek pendaftaran tanah diatur dalam ketentuan Pasal 9 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 meliputi:
1) Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak gunausaha,
hak guna bangunan dan hak pakai;
2) Tanah hak pengelolaan;
3) Tanah wakaf;
4) Hak milik atas satuan rumah susun;
5)Hak tanggungan; dan
6) Tanah Negara.
d. Tujuan Pendaftaran Tanah
Tujuan pendaftaran tanah berdasarkan Undang-Undang Pokok
Agaria (UUPA) Juncto Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 yaitu:
1) Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak agar dengan mudah dapat membuktikan haknya;
2) Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat
memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum
mengenai bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar;
dan
3) Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Penyelenggaraan tertib administrasi pertanahan sebagaimana diatur
pula dalam Pasal 4 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 yaitu:
Untuk mencapai tertib administrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 hurufc, setiap bidang tanah dan satuan tanah
dan satuan rumah susun termasukperalihan, pembebanan, dan
hapusnya hak atas bidang tanah dan hak milik atassatuan
rumah susun wajib didaftar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Ketentuan penyelenggaraan tertib administrasi pertanahan
mendukung pelaksanaan asas mutakhir dalam kegiatan pendaftaran
tanah. Kegiatan pendaftaran tanah diharapkan dapat menciptakan suatu
keadaan (Hasan Wargakusumah, 1995 : 80-81) dimana:
a) Orang-orang dan badan hukum yang mempunyai tanah dengan
mudah dapat membuktikan bahwa merekalah yang berhak atas
tanah itu, hak apa yang dipunyai dan tanah yang manakah yang
dihaki. Tujuan ini dicapai dengan memberikan surat tanda bukti
kepada pemegang hak yang bersangkutan; dan
b) Siapapun yang memerlukan dapat dengan mudah memperoleh
keterangan yang bersangkutan mengenai tanah-tanah yang terletak
di wilayah pendaftaran yang bersangkutan (baik calon pembeli atau
calon kreditor) yang ingin memperoleh kepastian apakah
keterangan yang diberikan kepadanya oleh calon penjual atau
kreditor itu benar. Tujuan ini dicapai dengan memberikan sifat
terbuka bagi umum pada data yang disimpan.
Tiga tujuan pokok pendaftaran tanah (Djoko Prakoso dan Budiman
Adi Purwanto, 1985 : 23) yaitu:
1) Memberikan kepastian obyek haknya
Kepastian mengenai bidang teknis (letak, luas, dan batas-batas
tanah yang bersangkutan). Hal ini diperlukan untuk menghindarkan
sengketa di kemudian hari baik dengan pihak yang menyerahkan
maupun pihak-pihak yang mempunyai tanah yang berbatasan.
2) Memberikan kepastian status haknya
Kepastian mengenai status hukum dari tanah yang
bersangkutan diperlukan karena dikenal tanah-tanah dengan berbagai
macam status hukumnya. Masing-masing status hukum suatu bidang
tanah memberikan wewenang dan meletakkan kewajiban-kewajiban
yang berlainan kepada pihak yang memiliki dan akan berpengaruh
pula terhadap harga tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3) Memberikan kepastian subyek haknya
Kepastian mengenai siapa yang memiliki diperlukan untuk
mengetahui dengan siapa kita harus berhubungan untuk dapat
melakukan perbuatan-perbuatan hukum secara sah. Ada atau tidaknya
hak-hak dan kepentingan pihak ketiga diperlukan untuk mengetahui
perlu atau tidaknya diadakan tindakan-tindakan tertentu untuk
menjamin penguasaan dan penggunaan tanah yang bersangkutan
secara aman dan efektif.
e. Asas-Asas Pendaftaran Tanah
Asas diperlukan untuk melahirkan pemikiran dasar dalam
pembuatan hukum (law making), diperlukan juga untuk menghadapi
konflik sebagai tuntutan kebutuhan dan keinginan dalam masyarakat yang
saling bertentangan satu sama lain. Asas-asas pendaftaran tanah menurut
Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah adalah sebagai berikut:
1) Asas Sederhana
Asas sederhana dalam pendaftaran tanah menunjukkan agar
ketentuan-ketentuan pokok dan prosedur pendaftaran tanah dapat
dengan mudah dipahami oleh para pihak yang berkepentingan, terutama
para pemegang hak atas tanah. Asas ini dimaksudkan untuk mendukung
secara tegas para pemegang hak atas tanah di dalam melaksanakan
pendaftaran tanah.
2) Asas Aman
Asas aman dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa
pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat
sehingga hasilnya dapat menjamin kepastian hukum. Hal ini telah
sesuai tujuan dari pendaftaran tanah itu sendiri.
3) Asas Terjangkau
Asas terjangkau dimaksudkan untuk keterjangkauan bagi pihak-
pihak yang memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan
dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau
oleh para pihak yang memerlukan.
4) Asas Mutakhir
Asas mutakhir didefinisikan sebagai kelengkapan yang memadai
dalam pelaksanaan pendaftaran tanah dan keseimbangan dalam
pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan
mutakhir. Untuk itu perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan
perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian hari. Asas mutakhir
menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus menerus
dan berkesinambungan sehingga data yang tersimpan di Kantor
Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan dan
masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar
setiap saat (AP.Parlindungan, 1999 : 76-77).
5) Asas Terbuka
Asas terbuka mengisyaratkan agar data pendaftaran tanah yang
tersedia dapat diinformasikan kepada pemegang hak atas tanah atau
kepada pihak lain yang membutuhkan untuk digunakan sesuai dengan
prosedur yang berlaku. Dalam hal ini, masyarakat dapat memperoleh
keterangan mengenai data yang benar setiap saat.
Asas-asas pendaftaran tanah selain sebagaimana tercantum di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
(S.Candra, 2005: 119)yaitu:
1) Asas Kepastian Hukum
Asas kepastian hukum mengisyaratkan agar sertipikat
kepemilikan hak atas tanah yang sudah diterbitkan oleh Badan
Pertanahan Nasional (BPN) dapat dijadikan sebagai alat bukti
kepemilikan hak atas tanah yang kuat sepanjang tidak terbukti
sebaliknya. Pemegang hak atas tanah mendapatkan perlindungan
hukum dan jaminan kepastian hukum atas pemilikan sertipikat hak atas
tanah tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2) Asas Publisitas
Asas publisitas yang digunakan adalah asas negatif yang
mengandung unsur positif. Asas ini mengisyaratkan adanya
keterbukaan bagi pihak yang merasa keberatan terhadap suatu
pembuktian hak atas tanah terdaftar untuk memperkarakannya di
pengadilan selama 5 tahun sejak diterbitkannya sertipikat hak atas
tanah yang bersangkutan. Apabila dalam jangka waktu 5 tahun tidak
ada yang memperkarakannya, maka hak atas tanah tersebut tidak
dapat diganggu gugat lagi.
3) Asas Spesialitas
Asas spesialitas mengisyaratkan bahwa hanya daftar tanah saja
yang terbuka untuk umum, sedangkan daftar nama hanya
diperuntukkan khusus untuk yang bersangkutan atau untuk instansi
yang memerlukan karena fungsi dan tugasnya. Hal ini ditujukan untuk
memberikan perlindungan hukum terhadap pemegang hak atas tanah.
4) Asas Rechtverwerking
Asas rechtverwerking mengisyaratkan agar pemilik sebidang
tanah tidak menuntut kembali tanah yang ditinggalkannya dalam jangka
waktu tertentu yang telah diusahakan oleh pihak lain dengan iktikad
baik. Asas ini mengindikasikan adanya pelepasan hak atas suatu bidang
tanah karena suatu alasan yang jelas.
5) Asas Contradictoir Delimitatie
Asas contradictoir delimitatie mengisyaratkan agar penentuan
bidang batas tanah yang sedang didaftar dalam penelitian data fisik di
lapangan harus disaksikan kebenarannya oleh pemilik hak atas tanah
yang bersebelahan melalui pemasangan tanda batas bersama. Penetapan
batas tanah dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara kedua
belah pihak yang dimaksudkan untuk menghindari sengketa atau
perselisihan di kemudian hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
6) Asas Musyawarah
Asas musyawarah mengisyaratkan agar setiap sengketa atau
perselisihan yang berhubungan dengan pemilikan hak atas tanah
terlebih dahulu diselesaikan melalui upaya perdamaian yaitu
musyarawah untuk mufakat. Para pihak yang bersengketa diharapkan
dapat menerima hasil musyawarah tersebut sehingga tidak perlu
melanjutkan sengketa atau perselisihan yang terjadi ke meja pengadilan.
f. Sistem Pendaftaran Tanah
Ada dua macam sistem pendaftaran tanah, yaitu sistem
pendaftaran akta (registration of deeds) dan sistem pendaftaran hak
(registration oftitles, title dalam arti hak). Boedi Harsono merumuskannya
sebagai berikut:
1) Sistem Pendaftaran Akta
Sistem pendaftaran akta dilaksanakan denagn mendaftarkan akta-
akta itu sendiri kepada Pejabat Pendaftaran Tanah (PPT). Dalam
sistem pendaftaran akta Pejabat Pendaftaran Tanah (PPT) bersifat
pasif. Ia tidak melakukan pengujian kebenaran data yang disebut
dalam akta yang di daftar. Tiap kali terjadi perubahan, wajib dibuatkan
akta sebagai buktinya. Dalam sistem ini data yuridis yang diperlukan
harus di cari dalam akta-akta yang bersangkutan. Data yuridis
diperoleh dengan melakukan apa yang disebut title search yang bisa
memakan waktu dan biaya, karena untuk title search diperlukan
bantuan ahli.
2) Sistem Pendaftaran Hak
Sistem pendaftaran hak,setiap penciptaan hak baru dan
perbuatan-perbuatan hukum yangmenimbulkan perubahan kemudian,
harus di buktikan dengan suatuakta. Dalam penyelenggaraan
pendaftaran hak, bukan akta yangdidaftar, melainkan haknya yang
diciptakan dan perubahan-perubahannyakemudian. Akta merupakan
sumber datanya. Akta pemberian hakberfungsi sebagai sumber data
yuridis untuk mendaftar hak yang diberikan dalam buku tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Akta pemindahan dan pembebanan hak berfungsi sebagai
sumber data untuk mendaftar perubahan-perubahan pada haknya
dalam buku tanah hak yang bersangkutan. Jika terjadi perubahan tidak
dibuatkan buku baru, melainkan dilakukan pencatatannya pada ruang
mutasi yang disediakan pada buku tanah yang bersangkutan. Sebelum
dilakukan pendaftaran hak dalam buku tanah dan pencatatan
perubahannya, oleh Pejabat Pendaftaran Tanah (PPT) dilakukan
pengujian kebenaran data yang dimuat dalam akta yang bersangkutan.
Berbeda dengan Pejabat Pendaftaran Tanah (PPT) dalam sistem
pendaftaran akta, dalam sistem pendaftaran hak ia bersifat aktif.
Sistem yang dianut oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 adalah sistem pendaftaran hak (registration of title). Hal
ini dapat dilihat dengan adanya buku tanah sebagai dokumen yang
memuat data yuridis dan data fisik yang dihimpun dan disajikan serta
diterbitkannya sertifikat sebagai surat tanda bukti hak yang didaftar
(Boedi Harsono, 1999: 76-78).
g. Sistem Publikasi dalam Pendaftaran Tanah
Pada garis besarnya dikenal dua sistem publikasi yaitu sistem
publikasi positif dan sistem publikasi negatif. Boedi Harsono
merumuskannya sebagai berikut :
1) Sistem Publikasi Positif
Orang atau badan hukum yang terdapat dalam daftar umum
yang mempunyai kekuatan bukti merupakan pemegang hak yang sah
menurut hukum, sehingga apa yang terdaftar dalam daftar umum dan
surat-surat bukti yang dikeluarkan merupakan alat pembuktian yang
mutlak. Pada sistem ini jaminan lebih kuat diberikan kepada yang
memperoleh hak, orang lain harus percaya bahwa pemegang hak yang
terdaftar dalam daftar umum adalah pemegang hak yang sebenarnya,
meskipun dikemudian hari ternyata keterangan-keterangan yang
terdaftar di dalamnya adalah tidak benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Keterangan-keterangan yang dicantumkan dalam daftar umum
apabila kemudian hari diketahui tidak benar, maka kepada yang
dirugikan mendapat ganti rugi dalam bentuk lain. Demikian pula
terhadap batas-batas yang sudah diatur secara kadaster dan terdaftar
dalam daftar umum adalah batas-batas yang benar. Pendaftaran tanah
dengan menggunakan sistem publikasi positif penyelenggaraannya
harus dilaksanakan secara aktif dengan mengadakan pemeriksaan
lebih dahulu seteliti mungkin, oleh sebab itu memerlukan waktu yang
lama dan biaya yang tidak sedikit serta tenaga yang banyak pula.
2) Sistem Publikasi Negatif
Orang atau badan hukum yang terdaftar dalam daftar umum
dan surat-surat tanda bukti hak yang diterbitkan tidak membuktikan
orang atau badan hukum sebagai pemegang hak yang sebenarnya yang
sah menurut hukum. Dalam sistem publikasi negatif, pejabat
pendaftaran tanah mendaftar tanah hak-hak dalam daftar umum secara
prinsip yang berhak atau tidak. Pendaftaran dengan sistem publikasi
negatif dapat dilaksanakan dengan cepat dan lancar. Pada sistem
publikasi negatif ini jaminan perlindungan diberikan kepada
pemegang hak yang sebenarnya, yang berarti pemegang hak yang
sebenarnya dapat menuntut haknya kembali meskipun hak tersebut
sudah terdaftar dalam daftar umum atas nama orang lain.
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Juncto Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tidak menganut sistem publikasi
positif. Meskipun menurut ketentuan yang berlaku yang diatur dalam Pasal
19 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) pendaftaran tanah
diadakan bertujuan untuk menjamin kepastian hukum. Ketentuan Pasal 19
ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) huruf c menyatakan
bahwa tanda bukti hak berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
Pengertian kata kuat tersebut jelas tidak sama dengan mutlak, dan kata
kuat berarti apa yang tercantum di dalam sertifikat dianggap benar selama
tidak ada alat pembuktian lain yang membuktikan sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Sertipikat hak atas tanah yang memuat pemilik, letak atau lokasi
tanah, luas bidang tanah dan tanda-tanda batasnya masih bisa digugat
melalui pengadilan oleh seseorang yang dapat membuktikan sebaliknya
atas sertipikat itu. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria tidak memilih sistem publikasi
positif, karena dalam penyelenggaraannya memerlukan banyak waktu,
tenaga dan biaya. Ini tidak berarti bahwa pendaftaran tanah dengan sistem
publikasi negatif yang diperintah Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
tidak akan dilaksanakan dengan teliti. Rechtkadaster selalu menghendaki
ketelitian dalam penyelenggaraannya, bahkan perlu secermat sistem
publikasi positif (Boedi Harsono, 1999 : 82-83).
Sistem publikasi yang digunakan oleh Undang-Undang Pokok
Agraria (UUPA) dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 adalah
sistem negatif yang mengandung unsur positif. Sistemnya bukan negatif
murni,karena dinyatakan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c bahwa
pendaftarantanah menghasilkan surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku
sebagai alatpembuktian yang kuat. Dengan ini berarti sertipikat hak atas
tanah adalah alat bukti yang kuat (bukan sempurna). Jadi, selain dapat
dibuktikan sebaliknya, pemegang sertipikat hak atas tanah adalah
pemegang hak atas tanah yang sebenarnya, yang berarti mengandung
unsur positif. Dalam pengertian ini berarti keabsahan sertipikat hak atas
tanah masih dapat digugat, jadi yang terjadi adalah stelsel negatif.
Demikian juga dalam Pasal 23 ayat (2), Pasal 32ayat (2), dan Pasal 38 ayat
(2). Dalam sistem negatif murni tidak akan adapernyataan demikian
(Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2004 : 90).
h. Prosedur Pendaftaran Tanah
Pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 dibagi dalam dua macam kegiatan, yaitu:
1) Pendaftaran tanah untuk pertama kali, dimana kegiatannya diperinci
dalam hal:
a) Pengumpulan dan pengolahan data fisik;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
b) Pembuktian hak dan pembukuannya;
c) Penerbitan sertifikat;
d) Penyajian data fisik dan data yuridis; dan
e) Penyimpanan daftar umum dan dokumen.
Tahapan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dalam
Peraturan Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan Nasional
(BPN) Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, secara
garis besar adalah sebagai berikut :
1) Permohonan pendaftaran;
2) Pengumpulan dan pengolahan data fisik yang dilakukan oleh petugas
pengukuran meliputi :
a) penetapan batas bidang tanah;
b) pemasangan tanda batas oleh pemilik;
c) pengukuran dan pemetaan; dan
d) pembuatan surat ukur;
3) Pengumpulan dan penelitian data yuridis bidang tanah;
4) Pengumuman data fisik dan data yuridis serta pengesahannya;
5) Pembukuan hak;
6) Penerbitan sertipikat; dan
7) Penyerahan sertipikat
Pendaftaran tanah untuk pertama kali dibagi menjadi 2 macam.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yaitu :
1) Pendaftaran tanah secara sistematik
Pendaftaran tanah secara sistematik menurut Pasal 1 angka 10
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yaitu: “Pendaftaran tanah
secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang
belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah desa atau
kelurahan”. Pendaftaran tanah secara sistematik diselenggarakan atas
prakarsa Pemerintah berdasarkan pada suatu rencana kerja jangka
panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan
Pertanahan.
Pendaftaran tanah secara sistematik ditetapkan dengan
ketetapan Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan
Nasional (BPN) yang selama ini juga telah dijalankan melalui program
ajudikasi. Ajudikasi sendiri berdasarkan Pasal 1 angka 8 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997adalah kegiatan yang dilakukan
dalam rangka proses pendaftaran tanah untuk pertama kali, meliputi
pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis
mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk keperluan
pendaftarannya.
2) Pendaftaran tanah secara sporadik
Pendaftaran tanah secara sporadik, inisiatif pendaftaran tanah
berasal dari masing-masing pemilik tanah. Pemilik tanah sebagai
pemohon dituntut untuk lebih aktif mengurus permohonan sertipikat
tanahnya karena segala sesuatunya harus diusahakan sendiri. Pemohon
harus melengkapi syarat-syarat guna keperluan permohonan sertipikat
hak atas tanahnya. Pendaftaran tanah yang demikian disebut dengan
pendaftaran tanah individual.
2) Pemeliharaan data pendaftaran tanah
Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilaksanakan dengan
pendaftaran perubahan data fisik atau data yuridis objek pendaftaran
tanah yang telah terdaftar dengan mencatatnya di dalam daftar umum.
Kegiatan pemeliharaan data tanah pendaftaran tanah meliputi :
a) Peralihan hak;
b) Pemindahan hak karena lelang;
c) Pewarisan;
d) Penggabungan perseroan atau koperasi;
e) Pembebanan hak;
f) Perpanjangan jangka waktu hak atas tanah;
g) Pemisahan, pemecahan atau penggabungan bidang tanah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
h) Pembagian hak bersama;
i) Hapusnya hak atas tanah;
j) Beralihnya dan hapusnya hak tanggungan;
k) Perubahan nama pemegang hak; dan
l) Putusan pengadilan.
i. Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Badan Pertanahan Nasional (BPN) dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1998, yang
bertugas membantu presiden dalam mengelola dan mengembangkan
administrasi pertanahan berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria
(UUPA) atau peraturan perundangan lainnya yang meliputi peraturan
penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah, pengurusan hak-hak atas
tanah, pengukuran dan pendaftaran tanah dan lain-lain yang berkaitan
dengan masalah pertanahan berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan
oleh Presiden (Tjahyo Surjono Sigit, 2006 : 26).
Pendaftaran tanah di Indonesia menurut ketentuan Pasal 5
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 diselenggarakan oleh Badan
Pertanahan Indonesia (BPN). Di dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden
Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional disebutkan
bahwa “Badan Pertanahan definisikan sebagai lembaga Pemerintahan non
departemen yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Presiden”. Dalam rangka penyelenggaraan tugas
pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh kepala Kantor Pertanahan,
kecuali kegiatan-kegiatan tertentu yang oleh Peraturan Pemerintah ini atau
perundang-undangan yang bersangkutan ditugaskan kepada pejabat lain.
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan
Pertanahan Nasional (BPN) pada Pasal 2 menyebutkan bahwa Badan
Pertanahan Nasional (BPN) mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral,
maka diharapkan Badan Pertanahan Nasional (BPN) akan lebih konsisten
dalam melaksanakan pengaturan dan pelayanan di bidang pertanahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Badan Pertanahan Nasional (BPN) sebagai institusi yang mempunyai
tanggung jawab serta memiliki kewenangan, tugas dan fungsi untuk
mengelola pertanahan di seluruh Indonesia. Badan Pertanahan Nasional
(BPN) mengemban 11 agenda prioritas dalam rangka peningkatan
pembangunan di bidang pertanahan yaitu :
1) Membangun kepercayaan masyarakat (trust building) kepada Badan
Pertanahan Nasional (BPN);
2) Meningkatkan pelayanan, pendaftaran dan pensertipikatan tanah
secara nasional;
3) Penguatan hak-hak rakyat atas tanah;
4) Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah bencana dan
konflik;
5) Menangani dan menyelesaikan perkara, sengketa dan konflik
pertanahan di seluruh Indonesia;
6) Membangun SIMTANAS dan pengamanan dokumen pertanahan;
7) Menangani masalah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN),
meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat;
8) Membangun database penguasaan atau pemilikan tanah skala besar;
9) Melaksanakan semua peraturan perundang-undangan secara konsisten;
10) Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional (BPN);
11) Mengembangkan dan memperbaharui politik, hukum dan kebijakan
pertanahan.
j. Standarisasi dan Penetapan Prosedur Pelayanan
Standarisasi dan penetapan prosedur pelayanan pendaftaran tanah
diatur melalui Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun
2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Hal ini
merupakan upaya untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakat yang mencerminkan adanya efisiensi, transparansi, akuntabilitas,
kesederhanaan, keadilan, kenyamanan dan kepastian dalam memperoleh
semua jenis-jenis pelayanan pertanahan dengan mencantumkan hal-hal yang
berkaitan dengan biaya, persyaratan dan jangka waktu penyelesaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pelayanan (Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun
2010).
k. Persyaratan Administratif
Dalam rangka pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah, agar pemilik
tanah dapat mendaftarkan objek hak atas tanah yang dikuasai harus
memiliki pembuktian haknya. Pembuktian hak atas tanah tersebut sangat
diperlukan untuk pendaftaran haknya. Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2)
mengatur mengenai pembuktian hak lama. Dalam Pasal 24 ayat (1) diatur
bahwa :
Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang
berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat
bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis,
keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang
kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran
tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam
pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk
mendaftar hakpemegang hak,dan hak-hak lain yang
membebaninya.
Pembuktian hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan
fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 tahun atau lebih secara
berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahulu-pendahulunya
dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian
sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, dengan syarat :
1) Penguasaan tersebut dilakukan dengan iktikad baik dan secara terbuka
oleh yang bersangkutan sebagai pihak yang berhak atas tanah, serta
diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya.
2) Penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman tidak
dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa atau kelurahan
yang bersangkutan ataupun pihak lainnya.
Adapun persyaratan administratif untuk pendaftaran tanah secara
sporadik dimana perolehan tanah berasal dari konversi, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1) Surat permohonan pendaftaran yang ditandatangani pemegang hak atau
kuasanya;
2) Surat pernyataan pemasangan tanda batas;
3) Surat tanda bukti pemilikan tanah yang berupa;
a) Petikan soko register bab wewenang handarbe bumi ngiras laying ukuran
atau ;
b) Petikan soko yatna pustaka bab wewenang handarbe bumi ngiras
laying ukuran atau;
c) Kutipan dari buku daftar Hak Milik dan Surat Ukur atau;
d) Kutipan dari bukudaftar Hak Milik dan Gambar Bagan Istimewa
atau;
e) Gambar Bagan.
4). Bukti identitas pemohon berupa :
a) Fotokopy KTP pemegang hak atau ahli waris yang telah dilegalisir
oleh yang berwenang;
b) Fotokopy KTP saksi 2 (dua) orang bila diperlukan;
c) Surat pernyataan perbedaan nama bila diperlukan;
d) Surat keterangan kematian atau akta kematian bila diperlukan;
e) Surat keterangan waris bila diperlukan;
f) Surat pernyataan pemisahan dan pembagian bila diperlukan;
g) Surat kuasa
5) Fotokopy SPPT PBB tahun terakhir;
6) Bukti pelunasan pembayaran bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan bila diperlukan;
7) Data pendukung lainnya yaitu :
a) 1 (satu) set Daftar Isian 201 tiap bidang;
b) Lembar penetapan batas dan luas; dan
c) Surat pernyataan menerima hasil ukur bila diperlukan.
Adapun persyaratan administratif untuk pendaftaran tanah secara
sporadik dimana perolehan tanah berasal dari waris (Supartawidjaya, 2005 :
8-9) yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1) Surat permohonan yang ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya;
2) Surat keterangan kepemilikan tanah dari kepala desa;
3) Salinan letter C diketahui kepala desa, Model D asli, Model E asli;
4) Fotokopy buku C desa yang dilegalisir oleh Kepala Desa;
5) Surat pernyataan belum bersertipikat, tidak menjadi agunan bank dan
tidak menjadi sengketa yang diketahui Kepala Desa;
6) Surat pernyataan telah memasang tanda batas permanen yang
diketahui Kepala Desa;
7) Surat pernyataan beda luas dan disetujui pemilik tanah yang bersebelahan
serta diketahui oleh Kepala Desa;
8) Daftar Isian 201( risalah penelitian data yuridis dan penetapan batas);
9) Surat keterangan waris yang dibuat oleh para ahli waris;
10) Surat pernyataan pembagian yang dibuat oleh para ahli waris;
11) Surat pernyataan rela tidak menerima pembagian harta warisan bila
ada ahli waris yang tidak ikut menerima waris;
12) Gambar sket pembagian tanah dibuat oleh para ahli waris;
13) Fotokopy surat kematian yang telah dilegalisir pejabat yang berwenang;
14) Fotokopy KTP ahli waris yang telah dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang; dan
15) Bukti SSB, BPHTB.
l. Biaya Pendaftaran Tanah
Tarif pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah
berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010
tentang Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada
Badan Pertanahan Nasional dihitung berdasarkan rumus:
1) Luas tanah sampai dengan 10 hektar maka dihitung dengan rumus :
Tu = (
2) Luas tanah lebih dari 10 hektar sampai dengan 1000 hektar, maka
dihitung dengan rumus :
Tu = (
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
3) Luas tanah lebih dari 1000 hektar, maka dihitung dengan rumus :
Tu = (
Tarif pelayanan pemeriksaan tanah oleh Panitia A berdasarkan Pasal
7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Tarif Atas
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Pertanahan
Nasional dihitung berdasarkan rumus :
Tpa = 1/5 x (
Tarif pelayanan pemeriksaan tanah oleh Panitia B berdasarkan Pasal
7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Tarif Atas
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Pertanahan
Nasional dihitung berdasarkan rumus:
Tpb = (
Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang
Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan
Pertanahan Nasional menyebutkan bahwa jenis penerimaan negara bukan
pajak yang berasal dari pelayanan pendaftaran tanah meliputi :
1) Pelayanan pendafaran tanah untuk pertama kali; dan
2) Pelayanan pemeliharaan data pendaftaran tanah.
Tarif untuk pelayanan pendaftaran tanah pertama kali meliputi :
a) Pelayanan pendaftaran penegasan konversi atau pengakuan hak per
bidang sebesar Rp. 50.000,00.
b) Pelayanan pendaftaran keputusan pemberian hak atas tanah untuk :
(1) Perorangan per bidang sebesar Rp. 50.000,00 ; dan
(2) Badan Hukum per bidang sebesar Rp. 100.000,00.
Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang
Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan
Pertanahan Nasional memberikan ketentuan bahwa pihak tertentu
dapat dikenakan tarif sebesar Rp 0,00 (nol rupiah) dari pelayanan
pendaftaran tanah untuk pertama kali. Pihak tertentu tersebut terdiri
atas :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1) Masyarakat tidak mampu;
2) Instansti pemerintah; dan
3) Badan hukum yang bergerak di bidang keagamaan dan social
yang penggunaan tanahnya untuk peribadatan, panti asuhan dan
panti jompo.
m. Jangka Waktu Penyelesaian Sertipikat
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun
2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan telah
ditetapkan mengenai jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah,
dimana diperinci secara jelas jangka waktu untuk semua jenis-jenis
pelayanan pertanahan. Rincian jangka waktu lebih jelasnya dapat dilihat
pada lampiran 31.
n. Pelaksana Pendaftaran Tanah
Kegiatan pendaftaran tanah dipusatkan di tingkat desa. Pendaftaran
tanah dilaksanakan desa demi desa, dengan memperhatikan riwayat tanah
yang akan didaftar atau diukur serta keterangan-keterangan yang diberikan
oleh pihak yang berkepentingan (Gunawan Wiradi dkk, 2001 : 175)
Ada 4 organ yang berperan dalam urusan sebagai penyelenggara
dan pelaksana pendaftaran tanah yakni sebagai berikut:
1).Badan Pertanahan Nasional
Sesuai ketentuan Pasal 19 UUPA dan Pasal 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yakni bertindak
sebagaipenyelenggara pelaksanaan pendaftaran tanah tersebut.
2). Kepala Kantor Pertanahan
Sesuai ketentuan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
dalam hal ini bertindak sebagai pelaksana pendaftaran tanah kecuali
mengenai kegiatan-kegiatan tertentu yang ditugaskan kepada pejabat
lain, yaitu kegiatan-kegiatan yang pemanfaatannya bersifat nasional
atau melebihi wilayah kerja Kepala Kantor Pertanahan.
3). Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pengertian PPAT diatur dalam ketentuan Pasal 1 Angka 24Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Kegiatan PPAT adalah membantu
Kepala Kantor Pertanahan dalam melaksanakan kegiatan dibidang
pendaftaran tanah, khususnya dalam kegiatan pemeliharaan data
pendaftaran.
4). Panitia Ajudikasi
Tugas dari Panitia Ajudikasi adalah melaksanakan pendaftaran
tanah secara sistematik untuk membantu tugas Kepala Kantor
Pertanahan seperti diatur dalam Pasal 8Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997. Pengertian dari Ajudikasi ini sendiri diatur dalam Pasal 1
Angka 8 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
Pada intinya pelaksana pendaftaran tanah adalah Kantor
Pertanahan Kabupaten atau Kota tempat letak tanah yang didaftar.
Adapun yang bertugas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi
Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan
Pemetaan, Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah, Kepala
Sub Seksi Pengukuran dan Pemetaan, Kepala Sub Seksi Penetapan
Hak atas Tanah, Kepala Sub Seksi Pendaftaran Hak, Kepala Sub Seksi
Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT, Panitia A, Petugas Pengukur,
Petugas Administrasi serta petugas lain yang berkaitan dengan
kegiatan pendaftaran tanah.
2.Tinjauan umum tentang Minat Masyarakat
Definisi minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu
perhatian, kesukaan atau kecenderungan hati (Suharso dan Ana Retnoningsih,
2009 : 323). Menurut Ensiklopedia yang dikutip dalam laporan penelitian
Maria S.W. Soemardjono, Minat (interest) adalah suatu kecenderungan
bertingkah laku yang terarah terhadap suatu obyek, kegiatan atau pengalaman
tertentu. Kecenderungan ini berbeda dalam intensitasnya pada setiap individu
(Maria S.W. Soemardjono, 1989 : 15).Sedangkan menurutAlex Soburdalam
buku psikologi umum dikemukakan bahwa minat adalah kecenderungan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat atau
keinginan erat hubungannya dengan perhatian yang dimiliki, karena perhatian
mengarahkan pada timbulnya kehendak pada seseorang, dalam hal ini tentunya
yang dimaksud adalah kehendak untuk mensertipikatkan tanahnya atau tidak
(Alex Sobur, 2009 : 246).
Minat seseorang untuk mensertipikatkan tanahnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Individu akan mempunyai minat apabila telah mendapatkan
pengetahuan, baik berasal dari lingkungannya, media massa, maupun
penyuluhan-penyuluhan (faktor eksternal) serta faktor-faktor dalam diri
individu yang bersangkutan (faktor internal) yang meliputi umur, jumlah anak,
jumlah bidang tanah, luas tanah, pendapatan, pendidikan, pengetahuan tentang
fungsi sertipikat tanah dan pekerjaan (Suharno, 2002: 3). Tingkat Pengetahuan
seseorang pada umunya terkait dengan tingkat pendidikan yang mana keduanya
memiliki hubungan positif. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
semakin tinggi pula pengetahuan serta tingkat kesadarannya.
Minat merupakan kemauan atau keinginan seseorang untuk
melaksanakan pensertipikatan tanah guna mewujudkan jaminan kepastian
hukum hak atas tanah. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi maka
ia akan berperilaku positif terhadap pensertipikatan tanah atau memiliki suatu
kemauan yang kuat untuk segera mensertipikatkan tanahnya atau
sebaliknya.Minat untuk memiliki sertipikat biasanya didasari oleh suatu tujuan
tertentu dimana hal ini yang mendorong seseorang untuk segera
mensertipikatkan tanahnya. Dorongan ini mungkin timbul karena suatu
kebutuhan seseorang akan sertipikat atau biasanya juga dikarenakan seseorang
sangat mengerti akan manfaat jika bidang tanahnya telah bersertipikat. Faktor-
faktor yang mempengaruhi minat masyarakat untuk mensertipikatkan tanah
telah diungkap oleh peneliti sebelumnya antara lain:
a. Dwi Kristiawan (2005), faktor yang paling berpengaruh terhadap minat
masyarakat dalam pensertipikatan tanah adalah faktor pengetahuan akan arti
penting sertipikat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
b. Yuni (2007), faktor yang paling berpengaruh terhadap minat masyarakat
dalam pensertipikatan tanah adalah faktor tingkat pendapatan dan persepsi
tentang pelayanan pensertipikatan tanah.
Pada prinsipnya minat masyarakat untuk mensertipikatkan tanah
merupakan suatu tindakan untuk melakukan suatu pilihan (choice) atau suatu
tindakan pengambilan keputusan (Kerjasama Badan Pertanahan Nasional
(BPN) dan Fakultas Hukum UGM, 1992 : 54). Tindakan pengambilan
keputusan menurut Simon yang dikutip dalam laporan penelitian Maria S.W.
Soemardjono secara umum diartikan sebagai pemilihan antara berbagai
alternatif yang dalam prosesnya mencakup 3 tahap yakni:
a. Menemukan lingkungan di mana permasalahan itu timbul
b. Menemukan dan menganalisis berbagai alternatif
c. Melakukan pilihan di antara berbagai alternatif yang ada.
Tindakan pengambilan keputusan menurut Luthans yang dikutip
dalam laporan penelitian Maria S.W. Soemardjono, adalah “tindakan
pengambilan keputusan adalah proses yang dinamis, yang menyangkut waktu
yang lampau, sekarang, dan yang akan datang” (Maria S.W. Soemardjono,
1989 : 15). Sedangkan menurutdengan demikian jelaslah bahwa minat untuk
mensertipikatkan tanah adalah suatu tindakan pengambilan keputusan untuk
melakukan perbuatan hukum tertentu atau tidak melakukan perbuatan hukum
tertentu, dalam hal ini adalah pensertipikatan tanah. Minat seseorang atau
masyarakat untuk mensertipikatkan tanah bisa didasarkan pada informasi
tertentu yang didapatkannya yang dapat mendoronguntuk melakukan
pensertipikatan tanah. Informasi tersebut dalam penelitian ini dibatasi
mengenai tingkat pengetahuan masyarakat, tingkat pendidikan, persepsi
tentang biaya dan persepsi tentang jangka waktu pendaftaran penyelesaian
pendaftaran tanah, sehingga dari penelitian ini akan dilihat adakah hubungan
antara tingkat pengetahuan masyarakat mengenai manfaat sertipikat tanah,
tujuan pensertipikatan tanah, hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat
dengan tingkat pendidikan, persepsi tentang biaya serta jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu
“tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu”(Suharso dan Ana
Retnoningsih, 2009 : 323). Persepsi menurut Pareek yang dikutip dalam Alex
Sobur adalah “proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan,
mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra
atau data” (Alex Sobur, 2009 : 446). Menurut Rudolf F. Verderber yang
dikutip dalam Mulyana, “persepsi adalah proses menafsirkan informasi
indrawi”. Persepsilah yang menentukan seseorang memperhatikan atau
mengabaikan suatu hal. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi
antarindividu, semakin mudah dan semakin sering untuk berkomunikasi dan
sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya
atau kelompok identitas (Deddy Mulyana, 2000 : 167-168).
3. Tinjauan Umum Tentang Sertipikat Tanah
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kalinya menghasilkan surat
tanda bukti hak yang berupa sertipikat. Pengertian sertipikat berdasarkan Pasal
1 angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
Tanah yaitu :
Sertipikat adalah bukti hak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak
pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan
hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku
tanah yang bersangkutan.Sertipikat tanah merupakan bukti hak atas
tanah yang mempunyai manfaat yang sangat penting bagi pemilik
tanah.
Sertipikat merupakan alat bukti pemilikan yang sah atas sebidang
tanah yang dapat memberikan manfaat (Suharno, 2002 : 2) yaitu :
a. Dapat memberikan rasa aman kepada pemilik tanah;
b. Dapat terhindarkan dari sengketa pemilikan dan sengketa batas; dan
c. Dapat dibebani dengan hak tanggungan untuk memperoleh kredit di Bank.
Sertipikat diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kota.
Pejabat yang menandatangani sertipikat (Urip Santoso, 2010 : 42-43) adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
a. Dalam pendaftaran tanah secara sistematik, sertipikat ditandantangani oleh
Katua Panitia Ajudikasi atas nama Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
atau Kota;
b. Dalam pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat individual
(perseorangan), sertipikat ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten atau Kota; dan
c. Dalam pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat massal, sertipikat
ditandatangani oleh Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atas
nama Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kota.
Ada bermacam-macam sertipikat berdasarkan objek pendaftaran tanah
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah.dan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 (Urip Santoso, 2010 : 44) yaitu :
a. Sertipikat Hak Milik;
b. Sertipikat Hak Guna Usaha;
c. Sertipikat Hak Guna Bangunan atas tanah negara;
d. Sertipikat Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan;
e. Sertipikat Hak Pakai atas tanah negara;
f. Sertipikat Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan;
g. Sertipikat tanah Hak Pengelolaan;
h. Sertipikat tanah Wakaf;
i. Sertipikat Hak Milik atas Satuan Rumah Susun; dan
j. Sertipikat Hak Tanggungan.
Sertipikat hak atas tanah merupakan bukti yang kuat kecuali dapat
dibuktikan sebaliknya atas data yuridis dan data fisiknya dan harus diterima
hakim sebagai data-data yang benar, sebagaimana dapat dibuktikan pula dari
data yang tercantum dalam buku tanah dan surat ukurnya. Sebagaimana
diketahui bahwa sertipikat itu adalah salinan dari buku tanah dan surat ukur
tanah yang bersangkutan (AP. Parlindungan, 1999 : 127). Hal ini berarti
bahwa data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam sertipikat mempunyai
kekuatan hukum dan harus diterima hakim sebagai keterangan yang benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
selama dan sepanjang tidak ada alat bukti lain yang membuktikan sebaliknya.
Dengan demikian, pengadilanlah yang berwenang memutuskan alat bukti
mana yang benar dan apabila terbukti sertipikat tersebut tidak benar, maka
diadakan perubahan dan pembetulan sebagaimana mestinya (Urip Santoso,
2010 : 45).
Sertipikat tanah memberikan kekuatan pembuktian bagi subjek hukum
yang tercantum namanya dalam sertipikat tersebut. Kekuatan hukum suatu
sertipikat akan hilang apabila terdapat cacat yuridis yang dapat diakibatkan
oleh kesalahan petugas Kantor Pertanahan sebagai penerbit sertipikat tetapi
juga dapat diakibatkan oleh akta PPAT yang dipergunakan sebagai alat bukti
dan dasar untuk menerbitkan sertipikat tanah. Berdasarkan Pasal 32 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yaitu :
Sertipikat merupakan suatu tanda bukti yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang
termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut
sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang
bersangkutan.
Sertipikat mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat karena
penerbitan sertipikat melalui proses yang merupakan suatu sistem dan
mempunyai standar tertentu dan telah memberikan kesempatan yang cukup
pada pihak yang merasa memiliki hak atas suatu bidang tanah untuk melawan
data fakta maupun aspek yuridis untuk suatu jangka waktu tertentu yang
cukup lama. Alat bukti yang kuat yang dimaksud diatas harus diartikan dalam
hal pihak lawan tidak dapat membuktikan sebaliknya, maka sertipikat hak atas
tanah itu harus dianggap sebagai alat bukti yang sempurna, artinya tidak perlu
didukung oleh alat bukti lain kecuali pihak lawan mempunyai alat bukti
sebaliknya yang juga otentik (Tjahyo Surjono Sigit, 2006 : 32-33).
Ketentuan Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 mempunyai kelemahan, yakni negara tidak menjamin kebenaran data
fisik dan data yuridis yang disajikan dan tidak adanya jaminan bagi pemilik
sertipikat dikarenakan sewaktu-waktu akan mendapatkan gugatan dari pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
lain yang merasa dirugikan atas diterbitkannya sertipikat. Untuk menutupi
kelemahan tersebut dan untuk memberikan perlindungan hukum kepada
pemilik sertipikat dari gugatan pihak lain dan menjadikan sertipikat sebagai
tanda bukti yang bersifat mutlak, maka dibuat ketentuan Pasal 32 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Sertipikat sebagai surat tanda
bukti hak yang bersifat mutlak apabila memenuhi unsur-unsur secara
kumulatif (Urip Santoso, 2010 : 45-46) yaitu :
a. Sertipikat diterbitkan secara sah atas nama orang atau badan hukum;
b. Tanah diperoleh dengan iktikad baik;
c. Tanah dikuasai secara nyata; dan
d. Dalam waktu 5 tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak ada yang
mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kota setempat ataupun tidak
mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau
penerbitan sertipikat.
B. Kerangka Pemikiran
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peranan
sentral dalam tata kehidupan bermasyarakat. Berbagai benturan kepentingan
terkait penguasaan dan penggunaan tanah sering kali muncul. Oleh sebab itu,
diperlukan suatu pengaturan dalam peraturan perundang-undangan terkait dengan
pendaftaran tanah. Pemerintah telahberupaya membentuk Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Pasal 19
ayat (1) menginstruksikan kepada pemerintah untuk menyelenggarakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia dalam rangka menjamin
kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah. Pemegang hak atas tanah juga
mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan tanahnya, sehingga dengan peran serta
aktif dari masyarakat pula kegiatan pendaftaran tanah dapat dilaksanakan dengan
baik dan lancar.
Pendaftaran tanah kemudian diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang
ditindaklanjuti Peraturan Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah tersebut penyelenggaraan pendaftaran tanah dilakukan
dengan 2 cara yaitu secara sistematik dan sporadik.
Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah
untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek
pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah desa
atau kelurahan. Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah
dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan secara individual
atau massal yang dilakukan atas inisiatif dari masing-masing pemilik tanah.
Pemilik tanah sebagai pemohon dituntut untuk lebih aktif mengurus permohonan
pensertipikatan tanahnya karena segala sesuatunya harus diusahakan sendiri.
Pemohon harus melengkapi syarat-syarat guna keperluan permohonan sertipikat
hak atas tanahnya.
Penelitian hukum ini, penulis fokuskan pada pendaftaran tanah secara
sporadik, dimana keberhasilan pendaftaran tanah secara sporadik terkait erat
dengan respon dari masyarakat. Apabila masyarakat memiliki respon positif maka
pendaftaran tanah secara sporadik akan berhasil dan berlaku pula sebaliknya.
Respon masyarakat dalam hal ini berupa minat untuk mensertipikatkan tanahnya.
Minat seseorang untuk mensertipikatkan tanah biasanya didasari oleh suatu alasan
tertentu. Hal inilah yang mendorong seseorang untuk segera mensertipikatkan
tanahnya yaitu disebabkan karena kebutuhan seseorang akan sertipikat tanah dan
bisa juga karena seseorang mengerti akan manfaat apabila suatu bidang tanah
telah disertipikatkan. Adapun minat masyarakat dalam pensertipikatan tanah dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat pengetahuan masyarakat, biaya
serta jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah.Produk akhir dari suatu
kegiatan pendaftaran tanah adalah sertipikat hak atas tanah sebagai tanda bukti
hak dari suatu bidang tanah, baik dari sisi objek, subjek maupun status haknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
demi terwujudnya jaminan kepastian hukum. Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis dapat membuat suatu kerangka pemikiran yang diwujudkan dalam skema
sebagai berikut:
Gambar 1.
Bagan Alir Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
Pasal 19 UUPA
PP No. 24 Tahun 1997
PMNA / KBPN No. 3 Tahun 1997
Percepatan
Pendaftaran
Tanah
Pendaftaran
Tanah Sistematik
Pendaftaran
Tanah Sporadik
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Minat
untukMensertipikatkan
Tanah:
1. Tingkat Pengetahuan
2. Persepsi tentang Biaya
PendaftaranTanah
3. Persepsi tentang
Jangka Waktu
Penyelesaian
Pendaftaran Tanah Pensertipikatan
tanah
Pendaftaran Tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
C.Hipotesis
Hipotesis dirumuskan berdasarkan landasan teori atau dari tinjauan
pustaka. Penulis merumuskan hipotesis sebagaiberikut :
1. Semakin seseorang mengetahui tentang pendaftaran tanah, maka semakin
berminat yang bersangkutan untuk mensertipikatkan tanahnya.
Hipotesis spesifik : Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan tingkat
pengetahuan tentang pendaftaran tanah.
2. Semakin wajar biaya pendaftaran tanah, maka semakin menarik minat
seseorang untuk mensertipikatkan tanahnya.
3. Semakin wajar jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah, maka semakin
menarik minat seseorang untuk mensertipikatkan tanahnya.
D. Pembatasan Masalah
1. Definisi Konsep
a. Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan
data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-
bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun termasuk pemberian surat
bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak
milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebani
(Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997).
b. Masyarakat adalah pemilik tanah yang sudah maupun yang belum
mensertipikatkan bidang tanahnya di Kecamatan Sukorejo Kabupaten
Ponorogo.
c. Responden adalah sampel yang diambil secara random dari populasi,
dalam penelitian hukum ini sampel berasal dari tiga desa yang diambil
secara random yaitu Desa Kedung Banteng, Desa Prajegan dan Desa
Sukorejo yang mewakili masyarakat Kecamatan Sukorejo.
d. Minat mensertipikatkan tanah adalah kecenderungan atau keinginan
masyarakat untuk mensertipikatkan bidang tanah yang dimilikinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
e. Pensertipikatan tanah adalah serangkaian proses dari kegiatan pendaftaran
tanah yang dimulai dari proses pengukuran dan pemetaan, pendaftaran hak
dan diakhiri dengan penyerahan sertipikat tanah kepada pemegang hak
atas tanah atau pihak yang berhak menerima sertipikat tanah.
f. Sertipikat adalah bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2)
huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak
milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing
sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan (Pasal 1 angka 20
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah).
g. Pengetahuan tentang pendaftaran tanah adalah pengetahuan tentang
elemen-elemen dalam pendaftaran tanah yang meliputi: pengertian, dasar
hukum, tujuan, asas-asas, sistem, prosedur, persyaratan, institusi pelaksana
dan program pemerintah dalam kegiatan pendaftaran tanah.
h. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir responden dari
Tidak sekolah, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
i. Persepsi tentang biaya pendaftaran tanah adalah anggapan masyarakat
tentang biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pendaftaran tanah.
j. Persepsi tentang jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah adalah
anggapan masyarakat tentang waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
sertipikat, yang dimulai dengan pengukuran, pengumuman, diterimanya
berkas-berkas permohonan sertipikat oleh Kantor Pertanahan, dan diakhiri
dengan keluarnya sertipikat.
2. Definisi Operasional
a. Pengetahuan tentang pendaftaran tanah ditentukan berdasarkan jawaban
yang diberikan terhadap 12 indikator. Bagi setiap jawaban yang benar
diberikan skor 2 dan bagi jawaban yang salah diberikan skor 1. Skor
maksimum yang dapat diperoleh adalah 24, skor minimum 12. Selanjutnya
pengetahuan tentang pendaftaran tanah dibagi menjadi 3 kategori sebagai
berikut:
1) Kurang tahu (kode 1);
2) Cukup tahu (kode 2); dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
3) Tahu (kode 3).
Penentuan termasuk dalam salah satu dari ketiga kategori diatas, diperoleh
berdasarkan perhitungan sebagai berikut :
Interval =
Dimana interval adalah besarnya interval; adalah nilai observasi
maksimum; adalah nilai observasi minimum; K adalah jumlah kategori.
Dari rumus tersebut akan diperoleh :
Interval = = 4
Dengan demikian pengetahuan tentang pendaftaran tanah dibagi menjadi 3
kategori, yakni :
1) Kurang tahu, yakni apabila jumlah skor yang diperoleh 16;
2) Cukup tahu, yakni apabila jumlah skor yang diperoleh 17-20; dan
3) Tahu, yakni apabila jumlah skor yang diperoleh 21.
Tingkat pengetahuan masyarakat terkait dengan tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan dibagi menjadi 3 kategori dengan parameternya adalah
tingkat pendidikan formal meliputi :
1) Tidak sekolah, SD dan SMP : rendah
2) SMA : sedang
3) Perguruan tinggi : tinggi
b. Persepsi tentang biaya pendaftaran tanah dibagi menjadi 3 kategori,
yakni mahal (kode 1), sedang (kode 2) dan murah (kode 3) yang diperoleh
berdasarkan jawaban yang diberikan terhadap 6 indikator atau item.
Jawaban yang bersifat positif, diberikan skor yang lebih besar. Bagi setiap
jawaban “ positif ” diberikan skor 2 dan jawaban “ negatif ” diberikan skor
1. Skor maksimum yang dapat diperoleh adalah 12 dan skor minimum 6.
Skor yang diperoleh dijumlahkan untuk menentukan persepsi tentang
biaya pendaftaran tanah, yakni:
1) Mahal (kode 1);
2) Sedang (kode 2); dan
3) Murah (kode 3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Dengan menggunakan rumus:
Interval =
Dimana interval adalah besarnya interval; adalah nilai observasi
maksimum; adalah nilai observasi minimum; K adalah jumlah kategori.
Dari rumus tersebut akan diperoleh :
Interval = = 2
Dengan demikian persepsi tentang biaya pendaftaran tanah ditentukan
sebagai berikut :
1) Mahal, yakni apabila jumlah skor yang diperoleh ≤ 8
2) Sedang, yakni apabila jumlah skor yang diperoleh 9-10; dan
3) Murah, yakni apabila jumlah skor yang diperoleh ≥ 11
c. Persepsi tentang jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah dibagi
menjadi 2 kategori, yakni : lama (kode 1) dan wajar (kode 2) yang
diperoleh dari jawaban atas pertanyaan terhadap lamanya jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah untuk pertama kalinya yang berkisar antara
4 bulan sampai 2 tahun.
d. Minat untuk mensertipikatkan tanah dibagi menjadi 2 kategori, yakni
rendah (kode 1) dan tinggi (kode 2) yang diperoleh berdasarkan jawaban
yang diberikan terhadap 10 indikator. Jawaban yang positif diberikan skor
yang lebih besar daripada jawaban yang bersifat negatif. Bagi setiap
jawaban “positif”, diberikan skor 2 dan “negatif” diberi skor 1. Skor
maksimum yang dapat diperoleh adalah 20 dan skor minimum 10. Skor
yang diperoleh dijumlahkan untuk menentukan persepsi tentang biaya
pendaftaran tanah, yakni:
1) Rendah (kode 1); dan
2) Tinggi (kode 2).
Dengan menggunakan rumus:
Int =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Dimana interval adalah besarnya interval; adalah nilai observasi
maksimum; adalah nilai observasi minimum; K adalah jumlah kategori.
Dari rumus tersebut akan diperoleh :
Interval = = 5
Dengan demikian minat untuk mensertipikatkan tanah ditentukan sebagai
berikut :
1) Rendah, yakni apabila jumlah skor yang diperoleh ≤ 15; dan
2) Tinggi, yakni apabila jumlah skor yang diperoleh ≥16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum tentang Daerah Kecamatan Sukorejo
Lokasi penelitian hukum dengan judul “Hubungan antara Tingkat
Pengetahuan Masyarakat, Biaya serta Jangka Waktu Penyelesaian Pendaftaran
Tanah dengan Minat Mensertipikatkan tanah di Kecamatan Sukorejo,
Kabupaten Ponorogo”mengambil 3 (tiga) desa secara acak (random)dari enam
belas desa yang ada di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. Ketiga
desa tersebut yaituDesa Kedung Banteng, Desa Prajegan dan Desa Sukorejo,
Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo.
Menurut data dari kantor Desa Kedung Banteng, Secara geografis
Desa Kedung Banteng terletak pada batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Dukuh, Kecamatan Lembeyan, Kabupaten
Magetan
Sebelah Selatan : Desa Prajegan, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Ponorogo
Sebelah Barat : Desa Tunggur, Kecamatan Lembeyan, Kabupaten
Magetan
Sebelah Timur : Desa Ndanyang, Kecamatan Babadan, Kabupaten
Ponorogo
Kondisi topografis Desa Kedung Banteng terletak pada ketinggian
tempat 2000 meter diatas permukaan laut. Sedangkan luas wilayah sebesar
1007,3 Ha yaitu wilayah sawah sebesar 719 Ha, ladang atau tanah kering
sebesar 43 Ha, pemukiman sebesar 238,275 Ha, lain- lain sebesar 7,025 Ha
(Kantor Desa Kedung Banteng, 2012).
Keadaan Penduduk Desa Kedung Banteng
Jumlah penduduk di Desa Kedung Banteng menurut data dalam buku
profil desa tahun 2012 berjumlah 8.371 orang yang terdiri dari penduduk laki
- laki 4.056 orang dan penduduk perempuan 4.215 orang. Penduduk Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Kedung Banteng sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani atau
buruh tani dengan persentase mencapai 92,55 % atau 5.231 orang. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2.Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Kedung Banteng
Mata Pencaharian Jumlah
(orang)
Persen (%)
Petani 5.231 92.55
Pegawai Desa 18 0,32
PNS 41 0,73
Pensiunan 19 0,34
Pegawai Swasta 35 0,62
Pegawai
BUMN/BUMD 3
0,05
Jasa Lembaga
Keuangan -
-
Jasa Perdagangan 189 3,34
Jasa Penginapan - -
Jasa Angkutan dan
Transportasi -
-
Jasa Hiburan 5 0,09
Jasa Pelayanan
Hukum dan Nasihat -
-
Jasa Ketrampilan 107 1,89
Jasa Lainnya 4 0,07
Jumlah 5.652 100%
(Sumber : Kantor Desa Kedung Banteng, 2012)
Keadaan penduduk Desa Prajegan berdasarkan tingkat pendidikannya
diuraikan pula dalam data profil desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Kedung BantengTahun 2012
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persen (%)
1 SD 4.972 65,69
2 SMP 1673 22,1
3 SMA 897 11,85
4 Diploma 11 0,15
5 Perguruan Tinggi 16 0,21
Jumlah 7.569 100%
(Sumber : Kantor Desa Kedung Banteng, 2012)
Penduduk Desa Kedung Bantengberdasarkan tingkat pendidikan,
jumlah tamatan sekolah dasar masih mendominasi, hal ini dapat dilihat dari
jumlah penduduk yang tamat sekolah dasar mencapai 4.972 orang atau
65,69%, sedangkan tamatan SMP sebesar1.673 orang atau 22,1%, tamatan
SMA sebesar 897 orang atau 11,85 %, Diploma sebesar 11 orang atau 0, 15%,
Perguruan Tinggi sebesar 16 orang atau 0,21 %. Dapat disimpulkan
bahwamayoritas penduduk Desa Kedung Banteng tergolong dalam kategori
pendidikan rendah.
Menurut data dari kantor Desa Prajegan, Secara geografis Desa
Prajegan terletak pada batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara :Desa KedungBanteng,Kecamatan Sukorejo,
Kabupaten Ponorogo
Sebelah Selatan : Desa Gelang Lor, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Ponorogo
Sebelah Barat : Desa Gegeran, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Ponorogo
Sebelah Timur : Desa Serangan, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Ponorogo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Kondisi topografis Desa Prajegan terletak pada ketinggian tempat 2000
meter diatas permukaan laut. Sedangkan luas wilayah sebesar 740,41 Ha yaitu
sawah sebesar 521,526 Ha, ladang atau tanah kering sebesar 37,88 Ha,
pemukiman sebesar 145,520 Ha, lain – lain sebesar 5,75 Ha (Kantor Desa
Prajegan, 2012).
Keadaan Penduduk Desa Prajegan
Jumlah penduduk di Desa Prajegan menurut data dalam buku profil
desa tahun 2012 berjumlah 6.145 orang yang terdiri dari penduduk laki-laki
3.168 orang dan penduduk perempuan 2.977 orang. Penduduk Desa Prajegan
sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani atau buruh tanidengan
persentasemencapai5.627 orang atau 96,92 %. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4.Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Prajegan
Mata Pencaharian Jumlah (orang)
5.627
Persen (%)
96,92 Petani
Pegawai Desa 18 0,31
PNS 29 0,5
Pensiunan - -
Pegawai Swasta 24 0,41
Pegawai
BUMN/BUMD -
-
Jasa Lembaga
Keuangan 3
0,05
Jasa Perdagangan 36 0,62
Jasa Penginapan - -
Jasa Angkutan dan
Transportasi -
-
Jasa Hiburan 8 0,14
Jasa Pelayanan Hukum
dan Nasihat -
-
Jasa Ketrampilan 61 1,05
Jasa Lainnya - -
Jumlah 5.806 100
(Sumber : Kantor Desa Prajegan, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Keadaan penduduk Desa Prajegan berdasarkan tingkat pendidikannya
diuraikan pula dalam data profil desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5.Tingkat Pendidikan Penduduk Desa PrajeganTahun 2012
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persen (%)
1 SD 694 30,32
2 SMP 922 40,28
3 SMA 648 28,31
4 Diploma 5 0,22
5 Perguruan Tinggi 20 0,87
Jumlah 2.289 100
(Sumber : Kantor Desa Prajegan, 2012)
Penduduk Desa Prajegan berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah
tamatan sekolah menengah pertama mendominasi, hal ini dapat dilihat dari
jumlah penduduk yang tamat sekolah menengah pertama mencapai 922 orang
atau 40,28%. Sedangkan tamatan SD sebesar694 orang atau 30,32%, tamatan
SMA sebesar 648 orang atau 28,31%, Diploma sebesar 5 orang atau 0,22 %,
Perguruan Tinggi sebesar 20 orang atau 0,87 %. Dapat disimpulkan
bahwamayoritas penduduk Desa Prajegan tergolong dalam kategori
pendidikan sedang.
Menurut data dari kantor Desa Sukorejo, Secara geografis Desa
Sukorejo terletak pada batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Sidorejo, Desa Gelang Lor, Kecamatan
Sukorejo, Kabupaten Ponorogo
Sebelah Timur : Desa Nggolan, Desa Bangun Rejo Kecamatan
Sukorejo, Kabupaten Ponorogo
Sebelah Selatan : Desa Gandu Kepuh, Desa Nggolan, Kecamatan
Sukorejo, Kabupaten Ponorogo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Sebelah Barat : Desa Nampan, Desa Lengkong, Kecamatan
Sukorejo, Kabupaten Ponorogo
Kondisi topografis Desa Sukorejo terletak pada ketinggian tempat
2000 meter diatas permukaan laut.Sedangkan luas wilayah sebesar 540,031
Ha yaitu sawah sebesar 423 Ha, ladang atau tanah kering sebesar 7 Ha,
pemukiman sebesar 105 Ha, lain – lain sebesar 5,031 Ha (Kantor Desa
Sukorejo, 2012).
Keadaan Penduduk Desa Sukorejo
Jumlah penduduk di Desa Sukorejo menurut data dalam buku profil
desa tahun 2012 berjumlah 4.941 orang yang terdiri dari penduduk laki - laki
2.432 orang dan penduduk perempuan 2.509 orang.PendudukDesa Sukorejo
sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dengan
persentasemencapai1.044 orang atau 55,12 % dari persentase jumlah
penduduk yang bekerjasebanyak 1.894 orang. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6.Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukorejo
Mata Pencaharian Jumlah Persen (%)
Petani 1.044 54,83
Pegawai Desa 21 1,1
PNS 136 7,14
Pensiunan 29 1,53
Pegawai Swasta 370 19,43
Pegawai BUMN/BUMD 40 2,1
Jasa Lembaga Keuangan - -
Jasa Perdagangan 124 6,52
Jasa Penginapan - -
Jasa Angkutan dan
Transportasi -
-
Jasa Hiburan - -
Jasa Pelayanan Hukum -
Mata Pencaharian
Jumlah
(orang)
Persen (%)
Jasa Ketrampilan 136 7,14
Jasa Lainnya 4 0,21
Jumlah 1.904 100
(Sumber : Kantor Desa Sukorejo, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Keadaan penduduk Desa Sukorejo berdasarkan tingkat pendidikannya
diuraikan pula dalam data profil desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 7 berikut:
Tabel 7.Tingkat Pendidikan Penduduk Desa SukorejoTahun 2012
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persen
(%)
1 SD 2.473 81,24
2 SMP 344 11,3
3 SMA 149 4,89
4 Diploma 55 1,81
5 Perguruan Tinggi 23 0,76
Jumlah 3.044 100
(Sumber : Kantor Desa Prajegan, 2012)
Penduduk Desa Sukorejo berdasarkan tingkat pendidikan,jumlah
tamatan sekolah dasar masih pula mendominasi sebagaimana data jumlah
tamatan sekolah dasar di 2 (dua) desa lain yaitu Desa Kedung Banteng dan
Desa Prajegan, hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang tamat sekolah
dasar mencapai 2.473 orang atau 81,24%, sedangkan tamatan SMP sebesar
344 atau11,83%, tamatan SMA sebesar 149 atau 4,89 %, Diploma sebesar 55
orang atau 1,81 % , Perguruan Tinggi 23 orangatau 0,76%. Dapat disimpulkan
bahwa mayoritas penduduk Desa Sukorejo tergolong dalam kategori
pendidikan rendah.
2. Analisis Deskriptif
a. Pengetahuan tentang Pendaftaran Tanah
Pengetahuan tentang pendaftaran tanah dalam hipotesis spesifik
penulis terkait dengan tingkat pendidikan. Dalam penelitian hukum
penulis, tingkat pendidikan responden dibagi kedalam 3 (tiga) kategori
yaitu : (1) rendah, (2) sedang dan (3) tinggi, yang diperoleh dari jawaban
masing-masing responden. Berdasarkan hasil penelitian hukum penulis,
diperoleh data tingkat pendidikan responden yang dapat dilihat dalam
tabel berikut dan data perhitungan lengkapnya pada lampiran 20:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 8.Rekapitulasi Tingkat Pendidikan Responden
(
(Sumber : Pengolahan Data Primer, 2012)
Berdasarkan data di atas, dari responden yang berjumlah 60
responden, diketahui bahwa 47 responden atau 78,33% termasuk dalam
kategori tingkat pendidikan rendah, 9 responden atau 15% termasuk dalam
kategori sedang dan 4 responden atau 6,67% tergolong dalam kategori
tingkat pendidikan tinggi. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
Pengetahuan tentang pendaftaran tanah dibagi kedalam 3 (tiga)
kategori yaitu : (1) kurang tahu, (2) cukup tahu dan (3) tahu, yang
diperoleh dari jawaban responden terhadap dua belas item pertanyaan yang
meliputi elemen-elemen pokok dalam pendaftaran tanah sebagaimana
yang diuraikan dalam definisi konsep dan operasional.
Berdasarkan skor yang diperoleh oleh masing-masing responden
yang berjumlah 60 responden, diketahui bahwa 26 responden atau 43,33%
termasuk dalam kategori kurang tahu, 22 responden atau 36,67% termasuk
dalam kategori cukup tahu dan 12 responden atau 20% tergolong dalam
kategori tahu, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dan data
perhitungan lengkapnya pada lampiran 21:
Tabel 9.Rekapitulasi Tingkat Pengetahuan Masyarakat
No. Kategori Jumlah Persen (%)
1 Kurang Tahu 26 43,33
2 Cukup Tahu 22 36,67
3 Tahu 12 20
Jumlah 60 100
(Sumber : Pengolahan Data Primer, 2012)
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persen (%)
1 Rendah
SD
SMP
47 78,33
2 Sedang (SMA/STM) 9 15
3 Tinggi (Perguruan Tinggi) 4 6,67
Jumlah 60 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Pengetahuan tentang pendaftaran tanah responden berasal dari
berbagai sumber, diantaranya yaitu : mendengar informasi dari orang tua,
kerabat, perangkat desa pada saat adanya program sertipikat massal. Dari
total 60 responden atau 100%, tidak ada yang menjawab pernah
mendapatkan informasi tentang pendaftaran tanah melalui suatu program
penyuluhan. Hal ini sangatlah ironis, mengingat penyuluhan merupakan
alternatif yang sudah terbilang konvensional dalam hal pendaftaran tanah.
Namun pada kenyataannya, penyuluhan tersebut justru belum menyentuh
seluruh lapisan masyarakat, yang terbilang urgen untuk menerima
informasi mengenai segala hal terkait dengan pendaftaran tanah, agar
responden memahami atau setidaknya mengetahui elemen-elemen pokok
atau mendasar dari pendaftaran tanah dengan mengingat pula kondisi
mayoritas responden yaitu dengan tingkat pendidikan yang rendah. Ada
responden yang menerangkan bahwa responden mendapatkan informasi
mengenai adanya program sertipikat massal atau yang dikenal dengan
istilah PRONA dari perangkat desa, namun tidak semua masyarakat
mendapatkan pemberitahuan mengenai adanya program tersebut. Hanya
orang-orang yang dekat atau mengenal dengan baik perangkat desa yang
mendapatkan informasi tersebut. Berdasarkan keterangan responden, hal
ini dikarenakan ada batasan atau jatah jumlah sertipikat yang bisa
dikeluarkan. Ada juga responden yang menerangkan bahwa responden
sudah memiliki sertipikat tanah karena anggota keluarganya ada yang
menjadi perangkat desa, sehingga pengurusan sertipikat tanahnya diurus
oleh anggota keluarga tersebut, sekalipun anggota keluarga lainnya tidak
mengetahui sama sekali prosedur pengurusannya. Hal ini terbukti pada
saat penulis melakukan wawancara dan meminta responden yang
bersangkutan untuk mengisi kuesioner, responden yang bersangkutan
sama sekali tidak memahami prosedur pendaftaran tanah bahkan tidak
mengetahui instansi yang melaksanakan pendaftaran tanah. Hal ini
tentunya dapat menjadi bahan koreksi bagi instansi-instansi terkait untuk
segera merealisasikan program-program yang menjadi bagian dari upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
untuk mempercepat pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia dan
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terlihat jelas di masyarakat,
sehingga tidak terjadi ketidakadilan dan kesenjangan di masyarakat terkait
dengan pendaftaran tanah.
b. Persepsi tentang biaya pendaftaran tanah
Persepsi tentang biaya pendaftaran tanah dibagi kedalam 3 (tiga)
kategori yaitu : (1) mahal, (2) sedang dan (3) murah, yang diperoleh dari
jawaban responden terhadap 6 (enam) item pertanyaan yang meliputi
persepsi tentang biaya di Kantor Desa, di Kecamatan, di Kantor
Pertanahan dan total biaya pendaftaran tanah keseluruhan serta kebijakan
pemerintah dalam hal biaya pendaftaran tanah.
Berdasarkan skor yang diperoleh oleh masing-masing responden
yang berjumlah 60 responden, diketahui bahwa 54 responden atau 90 %
termasuk memiliki persepsi bahwabiaya pendaftaran tanah mahal, 4
responden atau 6,67% memiliki persepsi bahwabiaya pendaftaran tanah
sedang dan 2 responden atau 3,33 % memiliki persepsi bahwabiaya
pendaftaran tanah murah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut dan data perhitungan lengkapnya pada lampiran 22:
Tabel 10.Rekapitulasi Persepsi tentang Biaya Pendaftaran Tanah
No. Kategori Jumlah Persen
(%)
1 Mahal 54 90
2 Sedang 4 6,67
3 Murah 2 3,33
Jumlah 60 100
(Sumber : Pengolahan Data Primer, 2012)
Persepsi tentang biaya pendaftaran tanah didominasi dengan
persepsi biaya mahal. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan,
mayoritas responden menerangkan bahwa responden mengurus sertipikat
ke Kantor Desa, kemudian membayar uang pengurusan pensertipikatan
tanah kepada sekretaris desa atau carik. Ada 1 (satu) responden yang
menyatakan bahwa jangka waktu penyelesaianpensertipikatan tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
tergantung pilihan biaya yang dikehendaki. Artinya bahwa semakin besar
biaya yang dipilih untuk dikeluarkan oleh pemohon pemegang hak atas
tanah di dalam pengurusan pensertipikatan tanah, maka semakin cepat
pula penyelesaian pensertipikatan tanah atau diterimanya sertipikat tanah
oleh pemohon yang bersangkutan. Ada pula responden yang menerangkan
bahwa di awal proses pengurusan pensertipikatan tanah yang responden
lakukan di Kantor Desa, responden sudah dikenai biaya yang bervariasi
antara Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp.
5.000.000,- (lima juta rupiah). Dengan biaya yang bervariasi tersebut,
belum ada jaminan keluarnya sertipikat tanah bagi responden yang
tentunya dalam hal ini adalah pemilik sah suatu bidang tanah yang
didaftarkan tersebut. Berdasarkan keterangan responden, banyak
masyarakat yang mengurus pendaftaran tanah dan sudah membayar biaya
pendaftaran tanah, namun tidak menerima sertipikat tanah dan tidak
mendapatkan pengembalian pembayaran sedikitpun.
Hal ini menjadi contoh yang buruk apalagi mengingat minat
masyarakat yang tinggi untuk mendaftarkan tanahnya dan tidak keberatan
untuk membayar sesuai dengan jumlah yang disebutkan oleh perangkat
desa, asalkan sertipikatnya benar-benar diterima. Kepercayaan yang
masyarakat berikan justru menghasilkan suatu kekecewaan, karena tidak
menerima sertipikat tanah yang berhak masyarakat miliki. Seorang
responden menyatakan bahwa sekretaris desa atau carik sudah memungut
biaya yang mahal untuk pengurusan pensertipikatan tanah, namun tidak
juga keluar sertipikat tanahnya. Hal ini tidak hanya terjadi pada 1 (satu)
orang saja, namun banyak yang sudah menjadi korban. Responden yang
bersangkutan menyatakan bahwa apabila masyarakat mau menggugat
yang bersangkutan, maka bisa saja sekretaris atau carik yang bersangkutan
terkena pidana. Ironis sekali kondisi yang terjadi di masyarakat ini, apabila
kita benar-benar memperhatikannya.
c. Persepsi tentang jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Persepsi tentang jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah
dibagi kedalam 2 (tiga) kategori yaitu : (1) lama dan (2) wajar, yang
diperoleh dari jawaban responden terhadap item pertanyaan langsung
mengenai persepsi tentang jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah.
Data mengenai persepsi masyarakat tentang jangka waktu penyelesaian
pendaftaran tanah dapat dilihat dalam tabel 11 berikut:
Tabel 11.Rekapitulasi PersepsiJangka Waktu
Penyelesaian Pendaftaran Tanah
No. Kategori Jumlah Persen(%)
1 Lama 53 88,33
2 Wajar 7 11,67
Jumlah 60 100
(Sumber : Pengolahan Data Primer, 2012)
Dari tabel di atas, diketahui bahwa 53 responden memiliki persepsi
jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah lama dan 7 responden
memiliki persepsi jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah wajar,data
perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 23.Jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah yang ideal menurut responden, dapat
dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 12.Persepsi Ideal Jangka Waktu Penyelesaian Pendaftaran Tanah
Persepsi Ideal Jumlah Persen (%)
1 bulan 13 21,67
2 bulan 6 10
3 bulan 36 60
4 bulan 1 1,67
6 bulan 4
60
6,67
100 -
(Sumber : Pengolahan Data Primer, 2012)
Jumlah terbanyak responden yaitu 36 responden atau 60 %
memiliki persepsi bahwa 3 bulan adalah jangka waktu yang ideal untuk
penyelesaian pendaftaran tanah, diikuti dengan 13 responden atau 21,67 %
yang menyebutkan bahwa jangka waktu yang ideal adalah 1 bulan. Hanya
4 responden atau 6,67% dari responden yang menyebutkan bahwa 6 bulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
adalah jangka waktu yang ideal untuk penyelesaian pendaftaran tanah.
Berdasarkan penelitian penulis terkait jangka waktu ideal penyelesaian
pendaftaran tanah yang dapat dilihat dalam tabel, ternyata responden yang
menyebutkan jangka waktu 3 bulan atau kurang, lebih banyak apabila
dibandingkan dengan responden yang menyebutkan jangka waktu lebih
dari 3 bulan.
d. Minat untuk mensertipikatkan tanah
Minat untuk mensertipikatkan tanah dibagi kedalam 2 (tiga)
kategori yaitu : (1) tinggi dan (2) rendah, yang diperoleh dari jawaban
responden terhadap 10item pertanyaan mengenai minat untuk
mensertipikatkan tanah. Jawaban responden mengenai minat untuk
mensertipikatkan tanah lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dan
data perhitungan lengkapnya pada lampiran 24:
Tabel 13.Rekapitulasi Minat Mensertipikatkan Tanah
No. Kategori Jumlah Persen (%)
1 Tinggi 48 80
2 Rendah 12 20
Jumlah 60 100
(Sumber : Pengolahan Data Primer, 2012)
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 60 responden, 48
orang atau 80% masuk dalam kategori berminat tinggi untuk
mensertipikatkan tanah, baik yang secara riil sudah mensertipikatkan
tanahnya maupun yang belum mensertipikatkan tanah. Jumlah tersebut
menunjukkan angka yang tinggi meskipun pada kenyataannya mayoritas
responden yang memiliki minat yang tinggi untuk mensertipikatkan tanah
belum disertai kepemilikan sertipikat tanah. Hal ini disebabkan oleh
berbagai faktor. Berdasarkan penelitian penulis, beberapa faktor yang
menyebabkan masih rendahnya pensertipikatan tanah atau kepemilikan
sertipikat tanah berdasarkan keterangan dari responden yaitu :
1) Responden sudah mengurus pensertipikatan tanah ke kantor desa,
namun dengan alasan yang tidak jelas responden tidak menerima
sertipikat tanah, sekalipun sudah membayar sejumlah uang di muka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
2) Kekurangpahaman responden atas prosedur pensertipikatan tanah,
sehingga minat responden tidak disertai dengan kegiatan
pensertipikatan tanah.
3) Responden menunggu adanya program sertipikat massal, karena lebih
mudah mengurusnya sekalipun belum ada jaminan pasti keluarnya
sertipikat.
Deskripsi jalannya penelitian
Data yang dibutuhkan dari Kantor Kecamatan Sukorejo,
Kabupaten Ponorogo yaitu :
1)Peta Administrasi Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo
2)Surat keterangan benar-benar melaksanakan penelitian di Kecamatan
Sukorejo, Kabupaten Ponorogo dengan mengambil 3 (tiga) desa dengan
cara acak (random) dengan teknik multistage random sampling yaitu
Desa Prajegan, Desa Kedung Banteng dan Desa Sukorejo
Pada saat mendatangi Kantor Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Ponorogo dengan tujuan untuk meminta ijin melaksanakan penelitian di 3
(tiga) desa di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo dan meminta
data yaitu peta administrasi Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo
dengan membawa surat ijin dari Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang diketahui oleh Pembantu Dekan I, yang ditujukan
kepada Bapak Camat Sukorejo, Kabupaten Ponorogo ternyata belum
memenuhi syarat untuk mendapatkan ijin dari Bapak Camat Sukorejo,
Kabupaten Ponorogo. Berdasarkan keterangan dari Bapak Camat
Sukorejo, hal ini dikarenakan pelaksanaan penelitian di suatu wilayah
harus mendapatkan surat ijin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dan
Perlindungan Masyarakat (Kesbang Pol dan Linmas) masing-masing
kabupaten. Kecamatan merupakan wilayah dari suatu kabupaten, maka
dari itu kecamatan tunduk pada komando atau instruksi dari kabupaten,
dimana dalam hal permohonan ijin penelitian, wewenangnya berada pada
Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Ponorogo sehingga penulis harus
mengurus kembali surat ijin dari fakultas yang ditujukan kepada Kesbang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Pol dan Linmas dengan maksud permohonan ijin penelitian di kecamatan
Sukorejo, Kabupaten Ponorogo dengan mengambil 3 (tiga) desa yaitu
Desa Prajegan, Desa Kedung Banteng dan Desa Sukorejo untuk diambil
sampel secara acak dengan teknik multistage random sampling dimana
dari masing-masing desa diambil 20 sampel yang representatif.
Penulis mendatangi Kantor Kesbang Pol dan Linmas untuk
mendapatkan surat ijin penelitian. Pelayanan di Kantor Kesbang Pol dan
Linmas dapat dikatakan memuaskan, karena hanya dengan menunggu
selama kurang lebih 30 menit, surat ijin penelitian untuk Kecamatan
Sukorejo, Desa Prajegan, Desa Kedung Banteng dan Desa Sukorejo serta
BPN Kabupaten Ponorogo sudah selesai dan diserahkan kepada Penulis
tanpa dipungut biaya apapun.
Data yang dibutuhkan dari Kantor Desa, yaitu :
a. Daftar Isian Desa atau Profil Desa
b. Surat keterangan benar-benar melaksanakan penelitian di masing-
masing desa, yaitu Desa Prajegan, Desa Kedung Banteng dan Desa
Sukorejo.
Penulis mendatangi Kantor Desa untuk menyerahkan surat ijin
penelitian dari fakultas dan surat ijin penelitian dari Kesbang Pol dan
Linmas bagi masing- masing desa. Terlebih dahulu penulis menyampaikan
langsung kepada Kepala Desa maksud kedatangan penulis, menjelaskan
kemudian meminta data mengenai Daftar Isian Desa atau Profil Desa
dimana yang memegang data tersebut adalah sekretaris desa atau yang
lebih dikenal dengan istilah “carik”. Kepala Desa Prajegan adalah Bapak
Timbul dan sekretaris desanya adalah Bapak Suwarno.Kepala Desa
Kedung Banteng adalah Bapak Dames Suharto yang pada bulan April
2012 habis masa jabatannya dan digantikan oleh Bapak Sunaryodan
sekretaris desanya adalah Bapak Bambang, dan Kepala Desa Sukorejo
adalah Bapak Supriyanto dan sekretaris desanya adalah Bapak Slamet.
Setelah menyerahkan surat ijin penelitian dan mendapatkan ijin dari
perangkat desa, Penulis mulai melaksanakan penelitian di masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 60 responden yang diambil
masing-masing 20 responden dari Desa Prajegan,20 responden dari Desa
Kedung Banteng dan 20 responden dari Desa Sukorejo. Sebelum
responden mengisi kuesioner atau angket sesuai dengan petunjuk yang
telah dicantumkan dalam kuesioner atauangket, penulis terlebih dahulu
menjelaskan maksud penelitian penulis mengingat keberadaan penulis
sebagai orang yang sebagian besar responden tidak kenali sebelumnya dan
menghindari rasa takut maupun kebingungan responden untuk melakukan
pengisian kuesioner.Pada prakteknya, pendampingan pengisian kuesioner
atau angket disertai dengan teknik wawancara terhadap responden perlu
penulis lakukan, mengingat mayoritas responden berpendidikan rendah
sehingga membutuhkan pengarahan dan pendampingan yang perlu
dilakukan dengan pelan-pelan dan sabar.
B. Pembahasan
1. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pendaftaran
Tanah dengan Minat untuk Mensertipikatkan Tanah
Tabel 14.Tabel Silang Mengenai HubunganantaraTingkat
PengetahuanMasyarakat ( ) dengan Minat Mensertipikatkan Tanah (Y)
XI
Y
Tingkat Pengetahuan
Kurang
Tahu
Persen
(%)
Cukup
Tahu
Persen
(%)
Tahu Persen
(%)
Jumlah
Rendah 9 15 3 5 0 0 12
Tinggi 16 26,67 19 31,67 13 21,66 48
Jumlah 25 41,67 22 36,67 13 21,66 60
(Sumber : Pengolahan Data Primer, 2012)
Dari tabel di atas, diketahui bahwa dari 60 responden apabila dari
masing-masing kategori tingkat pengetahuan responden dihubungkan dengan
minat masyarakat dalam mensertipikatkan tanah diketahui bahwa terdapat 9
responden atau 15 % dari jumlah keseluruhan responden yang kurang tahu
memiliki minat yang rendah, 3 responden atau 5 % dari jumlah keseluruhan
responden yang cukup tahu memiliki minat yang rendah dan 0 responden atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
0 %dari jumlah keseluruhan responden yang dalam kategori tahu memiliki
minat yang rendah.16 responden atau 26,67 % dari jumlah keseluruhan
responden yang kurang tahu memiliki minat yang tinggi, 19 responden atau
31,67 % dari jumlah keseluruhan responden yang cukup tahu memiliki minat
yang tinggi dan 13 responden atau 21,66 %dari jumlah keseluruhan responden
dalam kategori tahu memiliki minat yang tinggi.
Dari data tersebut diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan
masyarakat, persentase dari responden dengan minat yang tinggi dalam
pensertipikatan tanah juga semakin meningkat. Dapat disimpulkan bahwa dari
hasil analisa tabulasi silang tersebut bahwa semakin tinggi tingkat
pengetahuan masyarakat maka semakin tinggi pula minat masyarakat dalam
pensertipikatan tanah, dengan kata lain faktor tingkat pengetahuan masyarakat
berpengaruh positif terhadap minat masyarakat dalam pensertipikatan tanah
Uji Chi Kuadrat pengaruh tingkat pengetahuan masyarakat ( )
terhadap minat masyarakat dalam mensertipikatkan tanah(Y).Dalam kaitannya
dengan tingkat pengetahuan masyarakat, hipotesis pertama penulis adalah
semakin seseorang mengetahui tentang pendaftaran tanah, maka semakin
berminat yang bersangkutan untuk mensertipikatkan suatu bidang
tanahnya.Terbukti atau tidaknya hipotesis tersebut dapat dibuktikan dengan
menggunakan uji Chi Kuadrat. Keseluruhan jumlah responden atau sampel
dalam penelitian hukum ini adalah 60 orang yang terdiri dari 12 responden
yang memiliki minat yang rendah dan 48 responden yang memiliki minat
yang tinggi seperti terlihat dalam tabel 14 di atas.
Adapun rumusan hipotesisnya adalah :
:Distribusi proporsi tingkat pengetahuan masyarakat tidak
berpengaruhterhadap minat masyarakat dalam mensertipikatkan
tanah.
:Distribusi proporsi tingkat pengetahuan masyarakat berpengaruh
terhadap minat masyarakat dalam mensertipikatkan tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Derajat Kebebasan (dk) untuk menentukan tingkat signifikansi
ditentukan dari tabel kontingensi dengan jumlah kolom (k)= 2 dan baris (b) =
3, dengan derajat kebebasan (dk) yang diperoleh dengan rumus dk = (k-1) (b-
1) yaitu dk = (3-1) (2-1) atau dk = 2, ditentukan tingkat signifikansinya 0,05
atau dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 % untuk dk = 2 dan tingkat
signifikansi 0,05 pada tabel distribusi Chi Kuadrat diperoleh angka 5,991.
Nilai yang diharapkan dari tabel ditentukan dengan menggunakan rumus :
=
Keterangan :
= frekuensi teoritis yang diharapkan pada kotak dengan kolom a pada
baris x
Ka = jumlah pada kolom a
Bx = jumlah pada baris x
T = jumlah sampel total
Nilai dari harga yang diharapkan yaitu :
= = 5
= = 4,4
= = 2,6
= 20
= 17,6
10,4
Nilai pengamatan dan nilai yang diharapkan dapat dilihat dari tabel
distribusi Chi Kuadrat dan perhitungan Chi Kuadrat.Harga Chi Kuadrat
dihitung menggunakan rumus :
=
= nilai Chi Kuadrat
fo = frekuensi yang diamati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
ft = frekuensi yang diharapkan
Analisis data menunjukkan bahwa hipotesissemakin seseorang
mengetahui tentang pendaftaran tanah, maka semakin berminat
yangbersangkutan untuk mensertipikatkan suatu bidang tanahnya terbukti
benar, sebagaimana dapat diamati pada tabel berikut
Tabel 15. Hasil Perhitungan
Chi Kuadrat Faktor Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Sel fo ft fo-ft (fo-ft)2 (fo-
ft)2/ft
1 9 5 4 16 3,2
2 3 4,4 -1,4 1,96 0,44
3 0 2,6 -2,6 6,76 2,6
4 16 20 -4 16 0,8
5 19 17,6 1,4 1,96 0,11
6 13 10,4 2,6 6,76 0,65
7,8
(Sumber : Pengolahan Data Primer, 2012)
Harga kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang
ada di dalam tabel distribusi Chi Kuadrat dengan tingkat signifikansi 0,05 dan
dk = (3-1) (2-1) yaitu 0,05 dk= 2 atau 0,05 dk= 2 yaitu 5,991. Dari hasil
perhitungan di atas maka daerah penolakannya adalah :
Tolak terima jika : ≥ 0,05 dk=2= 5,991
Terima tolak jika : ≤ 0,05 dk=2= 5,991
Nilai hasil perhitungan adalah 7,8 jadi hasil perhitungan lebih
besar dari tabel atau > 5,991 maka dapat disimpulkan bahwa
diterima. Dengan kata lain, kesimpulan yang diperoleh dari uji Chi Kuadrat
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan memiliki pengaruh terhadap minat
masyarakat dalam mensertipikatkan tanah atau dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan minat
masyarakat dalam mensertipikatkan tanah. Dengan demikian, maka hipotesis
pertama yang menyatakan adanya hubungan antara dua variabel yaitu tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
pengetahuan masyarakat dengan minat untuk mensertipikatkan tanah di
dukung dalam penelitian ini.
Tingkat keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan atau variabel
pengaruh (independent variable) dengan minat untuk mensertipikatkan tanah
atau variabel terpengaruh (dependent variable) dapat diketahui dengan
menggunakan uji statistik berupa uji koefisien kontingensi.
Rumus koefisien kontingensi (C) :
Keterangan :
C = koefisien kontingensi
n = besar sampel
Selanjutnya harga C tersebut dibandingkan dengan harga dengan
rumus :
=
Dimana m dipilih nilai minimum antara banyak kolom
dengan banyak baris. Harga C tersebut dibandingkan dengan harga Ctabel.
Semakin dekat Chitung dengan C tabel berarti semakin erat hubungan antara
variabel pengaruh (independent variable) dengan variabel terpengaruh
(dependent variable). Harga C berkisar antara 0 sampai dengan 1,000.
Interpretasi nilai koefisien kontingensi dilakukan dengan cara
membandingkan nilai koefisien kontingensi yang didapat terhadap nilai
koefisien kontingensi tabel. Dalam hal ini, nilai koefisien kontingensi tabel
menggunakan kriteria (Ridwan, 2004 : 110) sebagai berikut :
1) Antara 0,000 sampai dengan 0,199 hubungan sangat rendah (tidak
valid);
2) 0,200 sampai dengan 0,399 hubungan rendah;
3) 0,400 sampai dengan 0,599 hubungan cukup tinggi;
4) 0,600 sampai dengan 0,799 hubungan tinggi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
5) 0,800 sampai dengan 1,000 hubungan sangat tinggi.
Tingkat keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan atau variabel
pengaruh (independent variable) dengan minat untuk mensertipikatkan tanah
atau variabel terpengaruh (dependent variable) dengan nilai = 7,8 maka
nilai koefisien kontingensi dihitung dengan rumus koefisien kontingensi (C) :
= = 0,115 = 0,339 0,34
Kemudian harga C tersebut dibandingkan dengan dengan rumus :
= = =
Dari hasil perhitungan uji kontingensi dapat diketahui bahwa tingkat
keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan atau variabel pengaruh
(independent variable) dengan minat untuk mensertipikatkan tanah atau
variabel terpengaruh (dependent variable) adalah 0,34 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tingkat keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan
masyarakat dengan minat untuk mensertipikatkan tanah adalah rendah.
Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pendaftaran Tanah dan
Tingkat Pendidikan.
Tabel 16. Tabel Silang Mengenai Hubunganantara
Tingkat Pendidikan ( ) dengan Tingkat Pengetahuan Masyarakat ( )
X1
Y1
Tingkat Pendidikan
Rendah Persen
(%)
Sedang Persen
(%)
Tinggi Persen
(%)
Jumlah
Kurang
Tahu
26 43,33 14 23,34 7 11,67 47
Cukup
Tahu
3 5 6 10 0 0 9
Tahu 2 3,33 2 3,33 0 0 4
Jumlah 31 51,66 22 36,67 7 11,67 60
(Sumber : Pengolahan Data Primer, 2012)
Dari tabel di atas, diketahui bahwa dari 60 responden apabila dari
masing-masing kategori tingkat pengetahuan responden dihubungkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
tingkat pendidikan diketahui bahwa terdapat 26 responden atau 43,33 % dari
jumlah keseluruhan responden yang kurang tahu memiliki tingkat pendidikan
rendah, 14 responden atau 23,34 % dari jumlah keseluruhan responden yang
cukup tahu memiliki tingkat pendidikan rendah dan 7 responden atau 11,67
%dari jumlah keseluruhan responden yang dalam kategori tahu
memilikitingkat pendidikan rendah.3 responden atau 5 % dari jumlah
keseluruhan responden yang kurang tahu memiliki tingkat pendidikansedang,
6 responden atau 10 % dari jumlah keseluruhan responden yang cukup tahu
memiliki tingkat pendidikansedang dan 0 responden atau 0 %dari jumlah
keseluruhan responden dalam kategori tahu memiliki tingkat
pendidikansedang. 2responden atau 3,33 % dari jumlah keseluruhan
responden yang kurang tahu memiliki tingkat pendidikan tinggi, 2 responden
atau 3,33 % dari jumlah keseluruhan responden yang cukup tahu memiliki
tingkat pendidikantinggi dan 0 responden atau 0 %dari jumlah keseluruhan
responden dalam kategori tahu memiliki tingkat pendidikantinggi.
Dari data tersebut diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat,
tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan tingkat
pendidikan. Berdasarkan penelitian hukum penulis, tingkat pengetahuan
cenderung dipengaruhi oleh pengalaman, informasi dari keluarga maupun
kerabat atau perangkat desa dan bukan berdasarkan tingkat pendidikan, karena
pendidikan yang ditempuh respondenpun belum tentu mempelajari bidang
pertanahan, dalam hal ini khususnya mengenai pendaftaran tanah, sehingga
faktor-faktor di ataslah yang lebih cenderung mempengaruhi tingkat
pengetahuan responden.
Uji Chi Kuadrat hubungantingkat pengetahuan masyarakat ( )
dengan tingkat pendidikan ( ).Dalam kaitannya dengan tingkat pengetahuan
masyarakat, hipotesis spesifik penulis adalah semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, semakin tinggi pula tingkat pengetahuan
seseorangtentang pendaftaran tanah.Terbukti atau tidaknya hipotesis tersebut
dapat dibuktikan dengan menggunakan uji Chi Kuadrat.
Adapun rumusan hipotesisnya adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
: Distribusi proporsi tingkat pengetahuan masyarakat tidak
berhubungan dengan tingkat pendidikan.
: Distribusi proporsi tingkat pengetahuan masyarakatberhubungan
dengan tingkat pendidikan.
Derajat Kebebasan (dk) untuk menentukan tingkat signifikansi
ditentukan dari tabel kontingensi dengan jumlah kolom (k)= 2 dan baris (b) =
3, dengan derajat kebebasan (dk) yang diperoleh dengan rumus dk = (k-1) (b-
1) yaitu dk = (3-1) (2-1) atau dk = 2, ditentukan tingkat signifikansinya 0,05
atau dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 % untuk dk = 2 dan tingkat
signifikansi 0,05 pada tabel distribusi Chi Kuadrat diperoleh angka 5,991.
Nilai yang diharapkan dari tabel ditentukan dengan menggunakan rumus :
=
Keterangan :
= frekuensi teoritis yang diharapkan pada kotak dengan kolom a pada
baris x
Ka = jumlah pada kolom a
Bx = jumlah pada baris x
T = jumlah sampel total
Nilai dari harga yang diharapkan yaitu :
= = 24,283
= = 17,233
= = 5,483
= 4,65
= 3,3
1,05
= 2,068
= 1,467
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
0,467
Nilai pengamatan dan nilai yang diharapkan dapat dilihat dari tabel
distribusi Chi Kuadrat dan perhitungan Chi Kuadrat.Harga Chi Kuadrat
dihitung menggunakan rumus :
=
= nilai Chi Kuadrat
fo = frekuensi yang diamati
ft = frekuensi yang diharapkan
Analisis data menunjukkan bahwa hipotesissemakin seseorang
mengetahui tentang pendaftaran tanah, maka semakin berminat
yangbersangkutan untuk mensertipikatkan suatu bidang tanahnya terbukti
benar, sebagaimana dapat diamati pada tabel berikut :
Tabel 17.Hasil perhitungan Chi Kuadrat Faktor Tingkat Pendidikan
Sel fo ft fo-ft (fo-ft)2 (fo-ft)2/ft
1 26 24,28 1,72 2,9584 0,1218
2 14 17,233 -3,233 10,4523 0,6065
3 7 5,483 1,517 2,3013 0,4197
4 3 4,65 -1,65 2,7225 0,5855
5 6 3,3 2,7 7,29 2,2091
6 0 1,05 -1,05 1,1025 1,05
7 2 2,068 -0,068 0,0046 0,0022
8 2 1,467 0,533 0,2841 0,1937
9 0 0,467 -0,467 0,2181 0,4670
5.6555
(Sumber : Pengolahan Data Primer, 2012)
Tingkat signifikansi 0,05 dan dk = (3-1)(3-1) yaitu X2 0,05 dk= 4
= 9,488
Dari hasil perhitungan di atas maka daerah penolakannya adalah :
Tolak terima jika : ≥ 0,05 dk=2= 9,488
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Terima tolak jika : ≤ 0,05 dk=2= 9,488
Nilai hasil perhitungan adalah 5,6555 dibulatkan tiga angka
dibelakang koma menjadi 5,656 jadi hasil perhitungan lebih kecil dari
tabel atau <9,488 maka dapat disimpulkan bahwa ditolak. Dengan kata
lain, kesimpulan yang diperoleh dari uji Chi Kuadrat menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh terhadap pengetahuan masyarakat
dalam hal pendaftaran tanah. Hipotesis spesifik antara variabel tingkat
pengetahuan masyarakat dengan tingkat pendidikan, tidak terbukti dalam data
penelitian hukum ini.
2. Hubungan Persepsi tentang Biaya Pendaftaran Tanah dan Minat untuk
Mensertipikatkan Tanah
Tabel 18.Tabel SilangHubungan antara PersepsiBiaya
Pendaftaran Tanah (X2) dengan Minat untuk Mensertipikatkan Tanah(Y)
X2
Y
Persepsi Biaya Pendaftaran Tanah
Mahal Persen
(%)
Sedang Persen
(%)
Murah Persen
(%)
Jumlah
Rendah 11 18,33 0 0 1 1,67 12
Tinggi 42 70 4 6,67 2 3,33 48
Jumlah 53 88,33 4 6,67 3 5 60
(Sumber : Pengolahan Data Primer, 2012)
Dari tabel diketahui bahwa dari 60 responden terdapat 53 responden
yang memiliki persepsi biaya pensertipikatan tanah mahal, 4 responden yang
memiliki persepsi biaya pensertipikatan tanah sedang dan 3 responden
yangmemiliki persepsi biaya pensertipikatan tanah murah. Apabila dari
masing-masing kategori tingkat pengetahuan responden dihubungkan dengan
minat masyarakat dalam mensertipikatkan tanah diketahui bahwa 11
responden atau 18,33 % dari jumlah keseluruhan responden yang memiliki
persepsi biaya pensertipikatan tanah mahal memiliki minat yang rendah, 0
responden atau 0 % dari jumlah keseluruhan responden yang memiliki
persepsi biaya pensertipikatan tanah sedang dengan minat yang rendah dan 1
responden atau 1,67 %dari jumlah keseluruhan responden yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
persepsi biaya pensertipikatan tanah murah memiliki minat yang rendah dalam
pensertipikatan tanah.42 responden atau 70 % dari jumlah keseluruhan
responden memiliki persepsi biaya pensertipikatan tanah mahal memiliki
minat yang tinggi, 4 responden atau 6,67 % dari jumlah keseluruhan
responden yang memiliki persepsi biaya pensertipikatan tanah sedang
memiliki minat yang tinggi dan 2 responden atau 3,33 % dari jumlah
keseluruhan responden memiliki persepsi biaya pensertipikatan tanah murah
memiliki minat yang tinggi.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi biaya
pensertipikatan tanah, persentase dari responden dengan minat yang tinggi
dalam pensertipikatan tanah tidak terpengaruh, persentasenya tetap tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisa tabulasi silang tersebut bahwa
persepsi biaya pensertipikatan tanah tidak berpengaruh terhadap minat
masyarakat dalam mensertipikatkan tanah dengan kata lain hipotesis semakin
wajar biaya pensertipikatan tanah, semakin tinggi minat mensertipikatkan
tanah tidak terbukti.
Uji Chi Kuadrat biaya pendaftaran tanah( ) terhadap minat
masyarakat dalam mensertipikatkan tanah(Y).Hipotesis kedua dalam
penelitian hukum ini menyatakan bahwa semakin wajar biaya pendaftaran
tanah, maka semakin menarik minat seseorang untuk mensertipikatkan
tanahnya. Hipotesis tersebut terbukti atau tidak dapat dibuktikan dengan
menggunakan rumus uji Chi Kuadrat. Keseluruhan jumlah responden atau
sampel dalam penelitian hukum ini adalah 60 orang yang terdiri dari 12
responden yang memiliki minat yang rendah dan 48 responden yang memiliki
minat yang tinggi seperti terlihat dalam tabel 18 di atas :
Adapun rumusan hipotesisnya adalah :
: Distribusi proporsibiaya pendaftaran tanahtidak berpengaruhterhadap
minat masyarakat dalam mensertipikatkan tanah.
:Distribusi proporsi biaya pendaftaran tanahberpengaruhterhadap minat
masyarakat dalam mensertipikatkan tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Derajat Kebebasan (dk) untuk menentukan tingkat signifikansi
ditentukan dari tabel kontingensi dengan jumlah kolom (k)= 2 dan baris (b) =
3, dengan derajat kebebasan (dk) yang diperoleh dengan rumus dk = (k-1) (b-
1) yaitu dk = (3-1) (2-1) atau dk = 2, ditentukan tingkat signifikansinya 0,05
atau dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 % untuk dk = 2 dan tingkat
signifikansi 0,05 pada tabel distribusi Chi Kuadrat diperoleh angka 5,991.
Nilai yang diharapkan dari tabel ditentukan dengan rumus (1) :
=
Keterangan :
= frekuensi teoritis yang diharapkan pada kotak dengan kolom a pada
baris x
Ka = jumlah pada kolom a
Bx = jumlah pada baris x
T = jumlah sampel total
Nilai dari harga yang diharapkan yaitu :
= = 24,283
= = 17,233
= = 5,483
= 4,65
= 3,3
1,05
= 2,068
= 1,467
0,467
Nilai pengamatan dan nilai yang diharapkan dapat dilihat dari tabel
distribusi Chi Kuadrat dan perhitungan Chi Kuadrat.Harga Chi Kuadrat
dihitung menggunakan rumus :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
=
= nilai Chi Kuadrat
fo = frekuensi yang diamati
ft = frekuensi yang diharapkan
Analisis data menunjukkan bahwa hipotesiskedua variabel tidak
memiliki pengaruh yang signifikan atau dikatakan tidak berhubungan secara
nyata, hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 19. Hasil Perhitungan
Chi Kuadrat Persepsi tentang Biaya Pendaftaran tanah
(Sumber : Pengolahan Data Primer, 2012)
Harga kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang
ada di dalam tabel distribusi Chi Kuadrat dengan tingkat signifikansi 0,05 dan
dk = (3-1) (2-1) yaitu 0,05 dk= 2 atau 0,05 dk= 2 yaitu 5,991. Dari hasil
perhitungan di atas maka daerah penolakannya adalah :
Tolak terima jika : ≥ 0,05 dk=2= 5,991
Terima tolak jika : ≤ 0,05 dk=2= 5,991
Nilai hasil perhitungan adalah 1,37475 dibulatkan tiga angka
dibelakang koma menjadi 1,375 jadi hasil perhitungan lebih kecil dari
tabel atau < 5,991 maka dapat disimpulkan bahwa ditolak. Dengan kata
lain, kesimpulan yang diperoleh dari uji Chi Kuadrat menunjukkan bahwa
persepsi tentang biaya pensertipikatan tanah tidak memiliki pengaruh terhadap
minat masyarakat dalam mensertipikatkan tanah. Dengan demikian, Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
kedua yang menyatakan bahwa semakin wajar biaya pendaftaran tanah, maka
semakin menarik minat seseorang untuk mensertipikatkan tanahnya tidak
didukung dalam data penelitian hukum ini.
3. Hubungan antara Persepsi tentang Jangka Waktu Penyelesaian Pendaftaran
Tanah dengan Minat untuk Mensertipikatkan Tanah
Tabel 20.Tabel Silang Persepsi Jangka Waktu Penyelesaian
Pendaftaran Tanah (X3) Terhadap Minat Mensertipikatkan Tanah (Y)
X3
Y
Persepsi Jangka Waktu Penyelesaian Pendaftaran Tanah
Lama Persen
(%)
Wajar Persen
(%)
Jumlah
Rendah 11 18,33 1 1,67 12
Tinggi 42 70 6 10 48
Jumlah 53 88,33 7 11,67 60
(Sumber : Pengolahan Data Primer, 2012)
Dari tabel diketahui bahwa dari 60 responden terdapat 53 responden
yang memiliki persepsi jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah lama
dan7 responden yang memiliki persepsi jangka waktu penyelesaian
pendaftaran tanah wajar. Apabila dari masing-masing kategori jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah dihubungkan dengan minat masyarakat dalam
mensertipikatkan tanah diketahui bahwa 11 responden atau 18,33 % dari
jumlah keseluruhan responden yang memiliki persepsi jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah lama memiliki minat yang rendah dan 1
responden atau 1,67 %dari jumlah keseluruhan responden yang memiliki
persepsi jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah wajar memiliki minat
yang rendah dalam pensertipikatan tanah.42 responden atau 70 % dari jumlah
keseluruhan responden memilikipersepsi jangka waktu penyelesaian
pendaftaran tanah lama memiliki minat yang tinggi dan 6 responden atau 10
%dari jumlah keseluruhan responden memiliki persepsi jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah wajar memiliki minat yang tinggi.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin wajar jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah, persentase dari responden dengan minat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
tinggi maupun rendah dalam pensertipikatan tanah tidak terpengaruh,
persentasenya tetap tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisa
tabulasi silang tersebut bahwa persepsi jangka waktu penyelesaian pendaftaran
tanah tidak berpengaruh terhadap minat masyarakat dalam mensertipikatkan
tanah dengan kata lain hipotesis semakin wajar jangka waktu penyelesaian
pendaftaran tanah tanah, semakin tinggi minat masyarakat dalam
mensertipikatkan tanah tidak terbukti.
Uji Chi Kuadrat pengaruh jangka waktu penyelesaian pendaftaran
tanah( ) terhadap minat masyarakat dalam mensertipikatkan tanah
(Y).Hipotesis ketiga penulis yang menyatakan bahwa semakin wajar jangka
waktu penyelesaian pendaftaran tanah, maka semakin menarik minat
seseorang untuk mensertipikatkan tanahnya. Hipotesis tersebut terbukti atau
tidak dapat dibuktikan dengan menggunakan uji Chi Kuadrat. Keseluruhan
jumlah responden atau sampel dalam penelitian hukum ini adalah 60 orang
yang terdiri dari 12 responden yang memiliki minat yang rendah dan 48
responden yang memiliki minat yang tinggi seperti terlihat dalam tabel 20 di
atas :
Adapun rumusan hipotesisnya adalah :
: Distribusi proporsi jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah tidak
berpengaruhterhadap minat masyarakat dalam mensertipikatkan tanah.
: Distribusi proporsi jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah
berpengaruhterhadap minat masyarakat dalam mensertipikatkan tanah.
Derajat Kebebasan (dk) untuk menentukan tingkat signifikansi
ditentukan dari tabel kontingensi dengan jumlah kolom (k)= 2 dan baris (b) =
3, dengan derajat kebebasan (dk) yang diperoleh dengan rumus dk = (k-1) (b-
1) yaitu dk = (3-1) (2-1) atau dk = 2, ditentukan tingkat signifikansinya 0,05
atau dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 % untuk dk = 2 dan tingkat
signifikansi 0,05 pada tabel distribusi Chi Kuadrat diperoleh angka 5,991.
Nilai yang diharapkan dari tabel ditentukan dengan rumus :
=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Keterangan :
= frekuensi teoritis yang diharapkan dengan kolom a pada baris x
Ka = jumlah pada kolom a
Bx = jumlah pada baris x
T = jumlah sampel total
Nilai dari harga yang diharapkan yaitu :
= = 10,6
= = 1,4
= = 42,4
= 5,6
Nilai pengamatan dan nilai yang diharapkan dapat dilihat dari tabel
distribusi Chi Kuadrat dan perhitungan Chi Kuadrat. Harga Chi Kuadrat
dihitung menggunakan rumus :
=
= nilai Chi Kuadrat
fo = frekuensi yang diamati
ft = frekuensi yang diharapkan
Analisis data menunjukkan bahwa kedua variabel tidak berhubungan
artinya hipotesis ketiga yang menyatakan semakin wajar jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah, maka semakin menarik minat seseorang
untuk mensertipikatkan tanahnya tidak memiliki pengaruh, hal ini dapat
dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 21.Hasil Perhitungan Chi Kuadrat Faktor
Persepsi tentang Jangka Waktu Penyelesaian Pendaftaran Tanah
Sel fo ft fo-ft (fo-ft)2 (fo-ft)2/ft
1 11 10,6 0,4 0,16 0,015
2 1 1,4 -0,4 0,16 0,114
3 42 42,4 -0,4 0,16 0,00375
4 6 5,6 0,4 0,16 0,029
0,16175
(Sumber : Pengolahan Data Primer, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Harga kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang
ada di dalam tabel distribusi Chi Kuadrat dengan tingkat signifikansi 0,05 dan
dk = (2-1)(2-1) yaitu X2 0,05 dk= 1 = 3,841. Dari hasil perhitungan di atas
maka daerah penolakannya adalah :
Tolak terima jika : ≥ 0,05 dk=2=3,841
Terima tolak jika : ≤ 0,05 dk=2= 3,841
Nilai hasil perhitungan adalah 0,16175 dibulatkan tiga angka
dibelakang koma menjadi 0,162 jadi hasil perhitungan lebih kecil dari
tabel atau > 3,841 maka dapat disimpulkan bahwa ditolak. Dengan kata
lain, kesimpulan yang diperoleh dari uji Chi Kuadrat menunjukkan bahwa
persepsi tentang jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah tidak memiliki
pengaruh terhadap minat masyarakat dalam mensertipikatkan tanah. Dengan
demikian, maka hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa semakin wajar
jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah, maka semakin menarik minat
seseorang untuk mensertipikatkan tanahnya tidak didukung dalam penelitian
ini.
Dalam penelitian hukum penulis, hal-hal yang menjadi data penting
yang relevan dengan ketiga hipotesis penulis yaitu penelitian penulis yang
dilaksanakan di 3 (tiga) desa yang dipilih secara random di Kecamatan
Sukorejo Kabupaten Ponorogo dari data yang terkumpul ternyata responden di
desa yang lebih dekat dengan kecamatan lebih banyak yang memiliki
sertipikat tanah dibandingkan dengan desa yang lebih jauh dari kecamatan. Di
Desa Sukorejo dari 20 responden terdapat 5 responden yang memiliki
sertipikat tanah, sedangkan di Desa Prajegan dari 20 responden terdapat 2
responden yang memiliki sertipikat tanah dan di Desa Kedung Banteng
terdapat 1 responden yang memiliki sertipikat tanah. Berdasarkan data
penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa jauh dekatnya letak desa atau
suatu wilayah mempengaruhi tingkat kepemilikan sertipikat tanah. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
a. Tingkat Pengetahuan masyarakat yang lebih tinggi di daerah yang lebih
dekat dengan kecamatan.
b. Akses informasi yang lebih baik, lebih mudah dan memadai bagi
masyarakat di desa atau wilayah yang lebih dekat dengan kecamatan .
c. Tingkat kemajuan desa yang berbeda. Berdasarkan penelitian penulis, desa
yang lebih dekat dengan kecamatan lebih maju dibandingkan dengan desa
yang lebih jauh dari kecamatan. Dari perangkat desanya pun juga terlihat,
mana yang lebih baik dan aktif dan mana yang terlihat lebih malas atau
tidak disiplin, sehingga administrasi di desa berjalan dengan sangat baik
atau biasa-biasa saja, bahkan bisa pula lamban.
Pendaftaran tanah yang diharapkan merupakan pekerjaan yang kontinyu
dan konsisten atashak-hak seseorang sehingga memberikan informasi dan data
administrasiatas bagian-bagian tanah yang didaftarkan.
Land rights are social conventions that regulate the distribution of the
benefits that accrue from specific uses of a certain piece of land. A
number of arguments support public provision of such rights. First, the
high fixed cost of the institutional infrastructure needed toestablish and
maintain land rights favors public provision, or at least regulation.
Second, thebenefits of being able to exchange land rights will be
realized only in cases where such rightsare standardized and can be
easily and independently verified. Finally, without central provision,
households and entrepreneurs will be forced to spend resources to
defend theirclaims to property (Jennifer Link, 2005 : 18)
Responden dengan maksud mensertipikatkan tanah untuk memperoleh
kepastian hukum suatu bidang tanah yaitu dengan memperoleh alat bukti hak
yang sah yang berupa sertipikat tanah, yang dapat dilihat dari item pertanyaan
mengenai minat untuk mensertipikatkan tanah, dari 60 responden terdapat 51
responden dengan maksud tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa minat
mensertipikatkan tanah benar-benar didasari kesadaran akan arti pentingnya
sertipikattanah sebagai alat bukti yang sah. Sertipikat sebagai alat bukti yang
sah disebutkan dalam pasal 19 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 5
tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
jurnal of South Pasific Law diungkapkan bahwa “Moreover, customary land
recording and registration must be encouraged more to ensure certainty of
title. Only then can there be significant reduction in the number of land
disputes, and more positive promotion of development”(Joseph D. Foukona,
2007 : 72).
Pembuktian dengan statistik menunjukkan adanya hubungan antara
tingkat pengetahuan masyarakat dengan minat untuk mensertipikatkan tanah.
Pengetahuan yang rendah dalam arti bukti hak atas tanah berbanding lurus
dengan kemauan untuk memperoleh bukti hak atas tanah. Bukti hak
(perlindungan negara kepada pemiliknya) sangat signifikan dalam mencapai
target pensertipikatan yang dilakukan atas tanah (Muhammad Yamin, 2006
:12). Namun berdasarkan data dari penelitian penulis tidak terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan masyarakat dengan tingkat pendidikan, persepsi
tentang biaya pendaftaran tanah dan jangka waktu penyelesaian pendaftaran
tanah dengan minat untuk mensertipikatkan tanah. Dengan kata lain, 1 (satu)
hipotesis terbukti dan 2 hipotesis yang laen beserta 1 (satu) hipotesis spesifik
tidak terbukti.
Persepsi yang dominan sama akan membentuk suatu kelompok
budaya, tentunya dalam hal ini adalah persepsi yang dominan terkait dengan
pendaftaran tanah akan membentuk budaya masyarakat yang sama dalam
kelompok tersebut, sehingga persepsi sangat berpengaruh terhadap tindakan
perbuatan hukum untuk melakukan pensertipikatan tanah atau tidak.
Responden lebih cenderung untuk menganggap keluar tidaknya sertipikat
tanah sebagai alasan utama belum memulai proses pendaftaran tanah daripada
alasan lain. Hal ini dikarenakan, responden sering mendengar seseorang
melaksanakan pendaftaran tanah dan tidak juga menerima sertipikat tanah,
sekalipun orang yang bersangkutan sudah membayar biaya pendaftaran tanah
yang besarnya bervariasi. Hal ini terlihat pula dari jawaban responden
terhadap 2 (dua) alternatif yang penulis ajukan yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
a. Bila biaya pendaftaran tanah sesuai dengan peraturan, meskipun
penyelesaian sertipikat memakan waktu yang lama, maka saya akan tetap
mendaftarkan tanah saya ( n = 11 atau x %)
b. Bila waktu penyelesaian sertipikat tanah tepat atau wajar, meskipun
biayanya cukup mahal, maka saya akan tetap mendaftarkan tanah saya (n
= 49 atau x %)
Dalam hal jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah, banyak faktor
yang menyebabkan jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah tidak pasti.
Faktor- faktor tersebut antara lain:
a. Kelengkapan surat- surat yang diperlukan.
Pada umumnya pemohon ingin segera menyelesaikan
pengurusan pendaftaran tanahnya dengan cepat, namun pemohon tidak
mengurus atau memenuhi persyaratan yang ditentukan. Berdasarkan
penelitian penulis, hal ini disebabkan oleh berbagai macam alasan, yaitu
ketidakpahaman pemohon untuk mengurus surat-surat yang diperlukan
bahkan tidak mengetahui instansi apa dan dimana pengurusan pendaftaran
tanah dapat dilakukan, sehingga pada umumnya pemohon menyerahkan
urusannya pada Kantor Desa. Pemohon masih banyak yang bingung dan
kesulitan di dalam pengurusan surat-surat yang menjadi syarat pengurusan
pendaftaran tanah, sehingga tentu saja pejabat pendaftaran tanah yang
mengurus tidak dapat menyelesaikan urusan permohonan itu selama surat-
surat yang diperlukan belum dipenuhi pemohon.
b. Birokrasi yang tidak sehat di dalam instansi yang bersangkutan dengan
permohonan itu.
c. Koordinasi yang tidak baik antara instansi yang bersangkutan dengan
permohonan itu.
d. Mental buruk pihak atau pejabat yang berwenang menangani permohonan
itu untuk sengaja memanfaatkan kesempatan meminta sejumlah uang yang
sebenarnya bukan bagian dari biaya pendaftaran tanah, dengan kata lain
meminta uang suap demi kepentingan pribadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Pemohon atau yang mewakilinya, pada umumnya adalah pejabat
Kantor Desa sebaiknya tidak bosan untuk menghubungi pejabat BPN yang
mengurusi bagian pendaftaran tanah. Sebab seringkali apabila tidak aktif
ditanyakan perkembangan pengurusannya, berkas permohonan itu terselip,
hilang atau tidak terurus sebagaimana seharusnya. Keaktifan para pihak
menjadi salah satu langkah yang tepat untuk menghindari ketidakwajaran
jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah bahkan kemungkinan buruk
tidak keluarnya sertipikat tanah pemohon ( Effendi Perangin, 1991 : 39-40)
Mayoritas responden yaitu 49 responden atau 81,66% memberikan
masukan bahwa pendaftaran tanah yang notabene bersifat wajib, sudah
sepantasnya dilaksanakan dengan biaya yang terjangkau dan jangka waktu
yang wajar, demi menghindari terjadinya ketidakadilan dan kesenjangan di
masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang tidak mampu. Sekalipun sudah
terdapat peraturan yang menyatakan bahwa bagi masyarakat yang tidak
mampu untuk melakukan pengurusan pendaftaran tanah dapat dikenakan
biaya Rp.0,- (nol rupiah) atau setidaknya mendapatkan subsidi mengingat
kenyataan operasionalnya memang membutuhkan biaya, Berdasarkan Pasal 61
ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menyatakan pembebasan
biaya pendaftaran tanah dari sebagian atau seluruhnya, jika pemohon dapat
membuktikan bahwa ia tidak mampu membayar biaya pendaftaran tanah
tersebut. Ketentuan tersebut juga diatur di dalam Peraturan Pemerintah
Nomor13 Tahun 2010 Tentang Taris atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku pada BPN namun pada prakteknya aturan tersebut
memang belum terealisasikan dengan baik di masyarakat. Bahkan pengurusan
pendaftaran tanah, tidak jarang justru seolah menjadi kesempatan atau ladang
basah bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab atau praktek percaloan
untuk memanfaatkan ketidakpahaman masyarakat luas.Hal ini tentu saja
menjadi hal yang perlu dan wajib dibenahi.
Kelonggaran-kelonggaran yang masih terdapat di dalam Peraturan
Perundang-Undangan yang memberikan celah bagi kemungkinan terjadinya
praktek suap maupun ketidakwajaran jumlah biaya pengurusan pendaftaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
tanah sebaiknya direvisi. Sebagai contoh Pasal 20 Peraturan Pemerintah
Nomor13 Tahun 2010 Tentang Taris atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku pada BPN dimana biaya transportasi tidak ditentukan
jumlah nominal atau besarnya, sebaiknya ditetapkan besarnya tentunya
dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan faktor-faktor logis yang
relevan sehingga biaya yang ditetapkan memang sudah sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingannya. Hal ini terkesan sederhana dan kecil, namun
apabila tidak ditetapkan besarnya tetap akan memberikan celah bagi terjadinya
praktek-praktek yang tidak sehat.
Mayoritas responden yaitu 52 responden atau 86,67% menyarankan
agar diadakannya penyuluhan secara tetap atau berkala mengenai segala hal
yang terkait dengan pendaftaran tanah beserta program-program yang
dilaksanakan sehingga masyarakat tidak awam, mengerti dan memahami
pendaftaran tanah dalam lalu lintas hukum dewasa ini. Masyarakat tidak akan
lagi menjadi sasaran atau korban yang sering dimanfaatkan pihak-pihak yang
tidak bertanggung jawab dalam hal pengurusan pendaftaran tanah atau dikenal
dengan istilah praktek percaloan karena ketidakpahamannya. Sekalipun di
Kantor Pertanahan Kabupaten Ponorogo memang sudah disediakan loket
tersendiri sebagai loket tambahan untuk memberikan informasi yaitu Loket
Informasi (Loket D), tetap saja sangat dibutuhkan penyuluhan langsung di
desa-desa, mengingat tingkat pengetahuan masyarakat yang masih tergolong
rendah. Masih banyak responden yang belum mengetahui Kantor Pertanahan
baik dari segi keberadaan terkait dengan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi)
maupun letak atau keberadaannya. Loket informasi (Loket D) memang sangat
membantu masyarakat serta berbagai pihak, namun arahnya masih cenderung
kepada masyarakat atau pihak-pihak yang sudah mengetahui tupoksi dan
keberadaan Kantor Pertanahan yang mengalami kesulitan atau belum
memahami segala hal terkait dengan kepentingannya di Kantor Pertanahan.
Berdasarkan penelitian penulis, masyarakat mengharapkan
digalakkannya kembali program sertipikat massal swadaya. Hal ini tentu saja
merupakan hal yang positif mengingat lebih efektif dan lebih terjangkaunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
biaya pendaftaran tanah melalui program ini dibandingkan dengan
mengajukan permohonan sporadik secara perorangan. Berdasarkan hasil
wawancara penulis dengan Bapak Sukamto, Kepala Sub Bagian Tata Usaha
(TU) Kantor Pertanahan Kabupaten Ponorogo bahwa sertipikat massal
swadaya dapat diajukan dengan permohonan dari masyarakat minimal 30
bidang tanah. Hal ini menjadi hal yang belum diketahui oleh masyarakat di
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo, khususnya di 3 (tiga) desa tempat
penelitian penulis sehingga penulis berkeinginan untuk mengajukan
permohonan untuk dilaksanakannya sertipikat massal swadaya ini kepada
perangkat desa terlebih dahulu dan untuk selanjutnya dibuatkan surat
rekomendasi kepada Kantor Pertanahan Kabupaten Ponorogo untuk
melaksanakan program tersebut tentunya dengan melampirkan data penelitian
penulis.
Salah satu program BPN yang menjadi bagian dari upaya percepatan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia yang sudah mulai dicanangkan
pada tahun 2008 yaitu Larasita. Program terkini yang ditujukan untuk
mempermudah dan mempercepat pelaksanaan pendaftaran tanah di seluruh
wilayah Republik Indonesia dengan mengembangkan pola pengelolaan
pertanahan yang mendekatkan layanan pertanahan kepada
masyarakat.Kegiatan operasional Larasita adalah menggunakan kendaraan
mobil dan motor dengan dilengkapi seperangkat Teknologi Informasi (IT)
yang dapat menghubungkan secara On Line pelayanan pertanahan dari mobil
Larasita dengan server Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP), dengan
demikian warga masyarakat pengguna layanan tidak perlu datang ke kantor
pertanahan (statis), cukup dilayani di lokasi masing-masing yang dikunjungi
oleh mobil Larasita sesuai dengan jadwal kunjungan yang telah ditetapkan.
Program Larasita yang dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kabupaten
Ponorogo dalam operasionalnya menggunakan 1 (satu) mobil dan 2 (dua)
motor Larasita. Pada operasionalnya, program Larasita di Kantor Pertanahan
Kabupaten Ponorogo terdapat kendala utama yaitu sulitnya sinyal Teknologi
Informasi (IT) di wilayah-wilayah tertentu yang seharusnya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
menghubungkan secara On Line pelayanan pertanahan dari mobil Larasita
dengan server Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP), dalam hal ini tidak
dapat menghubungkan dengan KKP sehingga program Larasita yang
dilaksanakan tidak dilayani langsung di tempat, namun berkas-berkasnya
dibawa ke Kantor Pertanahan dan penyelesaiannya dilaksanakan seperti
pelayanan regular biasanya yaitu diselesaikan di Kantor Pertanahan. Program
Larasita ini di Desa Kedung Banteng, Desa Prajegan dan Desa Sukorejo
Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo pada kenyataan berdasarkan data
penelitian penulis, baru diketahui oleh 6responden atau 10% bahkan sisanya
yang justru merupakan mayoritas responden yaitu sejumlah 54 responden atau
90% menerangkan bahwa program tersebut sama sekali belum pernah
didengar maupun diketahui. Padahal Larasita merupakan program yang
ditujukan untuk menjangkau daerah atau wilayah yang tidak terjangkau
dengan cara mobile service, sebagaimana slogan dari Bapak Joyowinoto,
Kepala BPN Republik Indonesia. Program larasita yang revolusioner ini,
sudah seharusnya menjadi program yang benar-benar disosialisasikan dan
direalisasikan dengan baik di masyarakat mengingat sebagai alternatif solusi
percepatan pendaftaran tanah yang dipandang efektif dan efisien, seperti yang
dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kabupaten Karanganyar yang menjadi
wilayah percontohan di Indonesia, karena sukses dengan program Larasita ini.
Program Larasita akan lebih efektif apabila keberadaannya sudah
diketahui terlebih dahulu oleh masyarakat luas. Masyarakat di Kecamatan
Sukorejo, Kabupaten Ponorogo yang mayoritas belum mengetahui keberadaan
program ini sudah seharusnya mendapatkan sosialisasi dari Kantor Pertanahan
Kabupaten Ponorogo dan instansi-instansi terkait.Hal ini dapat dilaksanakan
dengan cara penayangan secara rutin maupun berkala tentang adanya program
Layanan Rakyat untuk Sertipikat Tanah (Larasita) baik di media massa
misalnya surat kabar, maupun di media elektronik misalnya di televisi maupun
radio-radio, pemasangan spanduk di lokasi-lokasi yang strategis maupun
melalui brosur atau pamflet-pamflet yang bisa ditempel di Kantor Desa,
Kantor Kecamatan maupun Kantor Pertanahan sehingga masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
mengetahui kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh Kantor Pertanahan
melalui program-program yang dilaksanakan. Hal ini juga memberikan
manfaat positif yaitu persepsi masyarakat bahwa prosedur pendaftaran tanah
berbelit-belit dan ketidakpahaman yang menimbulkan rasa bingung sehingga
menjadi salah satu alasan untuk tidak melaksanakan pendaftaran tanah,
berangsur-angsur akan terhapuskan dari masyarakat.
Keterangan dari pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Ponorogo,yang
dikemukakan oleh Bapak Sukamto, Kepala Sub Bagian Tata Usaha bahwa
program-program Kantor Pertanahan sebenarnya telah berjalan, namun belum
sesuai dengan target. Hal ini dikarenakan beberapa kendala, misalnya dalam
hal pelaksanaan Program Larasita terdapat kendala yaitu alat komunikasi yang
belum dapat digunakan sebagaimana fungsinya, sehingga Larasita tetap
berjalan namun tetap dengan sistem pengerjaan di Kantor Pertanahan
Kabupaten Ponorogo, tidak dilaksanakan di tempat. Maka dari itu, hal ini juga
menjadi salah satu faktor dominan yang menghambat kegiatan pendaftaran
tanah di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo memang masih rendah.
Berdasarkan keterangan Bapak Sukamto, Kepala Sub Bagian Tata Usaha (TU)
Kantor Pertanahan Kabupaten Ponorogomemang berdasarkan data yang ada,
pendaftaran tanah di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo dimana dari
ketiga desa tempat penelitian penulis sangat terlihat bahwa Desa Kedung
Banteng dan Desa Prajegan jumlah pemilik sertipikat tanah masih sangat
rendah, dari ketiga desa tersebut Desa Sukorejo yang notabene memang
terletak paling dekat dengan Kecamatan Sukorejo yang jumlah pemilik
sertipikatnya lebih banyak dibandingkan kedua desa lainnya. Mengingat
Program Layanan Rakyat untuk Sertipikat Tanah (Larasita) merupakan
program yang menjadi solusi yang relevan bagi permasalahan hambatan-
hambatan dalam pendaftaran tanah terutama bagi masyarakat di pedesaan,
sehingga implementasi dari program tersebut sangat memberikan pengaruh
bagi percepatan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia, khusunya di
daerah-daerah. Program Layanan Rakyat untuk Sertipikat Tanah (Larasita)
menjadi alternatif atau terobosan yang harus diimplementasikan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
dioptimalkan dengan baik karena menjadi salah satu kunci keberhasilan
percepatan pendaftaran tanah dewasa ini, tentunya dalam menuju cita-cita
tercapainya kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah di seluruh wilayah
Republik Indonesia.
Dalam pendaftaran tanah, pembuatan peta dasar atau peta tematik
terutama peta bidang tanah secara digital perlu diperhatikan. Sistem informasi
pertanahan yang ditunjang dengan kegiatan komputerisasi kantor pertanahan
atau Land Office Computeritation (LOC) perlu diteruskan dan dikembangkan
sehingga dapat tercipta suatu sistem pertanahan yang berbasis bidang tanah
dengan memiliki nomor identitas tunggal atau nomor identitas bidang. Suatu
hal yang paling penting dilakukan adalah kegiatan fisik kadaster yaitu suatu
kegiatan pembuatan peta pendaftaran yang dilengkapi data penguasaan dan
pemilikan tanah dalam bentuk daftar tanah yang kegiatannya dimulai dari
perkotaan hingga pedesaan untuk mendapatkan data-data spasial yang
dilengkapi dengan data P4T.
Land administration and cadastral systems are playing a crucial macro-
economicrole in the collection, management, and dissemination of
information aboutland ownership, use and value. Cadastral systems are
documenting land tenurerights and are thus providing crucial
economic, social and environmental benefits.Modern cadastral systems
make extensive use of information technology (IT) supported by
software systems. In developed countries, such systems have been
establishedover the last 20-30 years and became powerful tools in
operating cadastralsystems. In developing and transitional countries,
the need for efficient cadastral systems and the use of IT is as much a
necessity as it is in developed countries, although there are substantial
financial and operational constraints(Steudler Torhonen Pieper, 2010 :
1 )
Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ponorogo, peralatan untuk
pengukuran dan pemetaan suatu bidang tanah masih perlu ditambah
mengingat peralatan-peralatan yang sekarang ada sudah konvensional (tua)
dan baru terdapat 1 (satu) TS dan 1 (satu) GPS. Kurangnya peralatan teknis
juga merupakan salah satu faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan
operasional pendaftaran tanah. Peralatan teknis operasional perlu dilengkapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
dan ditambah jumlahnya agar penyelenggaraan pendaftaran tanah berjalan
dengan baik sebagaimana yang diharapkan, mengingat pula semakin banyak
dan berkembangnya peralatan canggih di bidang pengukuran dan pemetaan
suatu bidang tanah yang dapat memberikan manfaat besar bagi percepatan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Faktor penghambat lainnya adalah faktor tenaga teknis yang juga
merupakan sarana penting dalam mencapai keberhasilan pendaftaran tanah di
seluruh wilayah Republik Indonesia. Kurangnya tenaga teknis membawa
akibat penghambat proses pendaftaran tanah, oleh karena itu penambahan
jumlah tenaga teknis sangat diperlukan khususnya untuk tingkat kabupaten
atau kota dalam rangka menambah kapasitas pemberian sertipikat tanah serta
meningkatkan pemberian pelayanan kepada masyarakat. Sebagaimana pada
Kantor Pertanahan Kabupaten Ponorogo baru terdapat 4 (empat) tenaga teknis,
padahal idealnya setiap kecamatan harus terdapat minimal 1(satu) tenaga
teknis. Kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia dan keberadaan serta
kelengkapan peralatan teknis tentunya terkait dengan jangka waktu
penyelesaian pendaftaran tanah. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan
Bapak Sukamto, Kepala Sub Bagian Tata Usaha (TU) Kantor Pertanahan
Kabupaten Ponorogo, rata-rata penyelesaian sertipikat tanah dalam waktu 1
(satu) bulan adalah sebanyak 250 buah sertipikat. Pada dasarnya, semakin
berkualitas dengan kuantitas yang memadai dari sumber daya manusia dan
memadainya jumlah dan kelengkapan peralatan, maka akan berpengaruh
terhadap jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah dan berpengaruh pula
terhadap rata-rata jumlah penyelesaian sertipikat tanah dalam waktu 1 (satu)
bulan, sehingga pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ponorogo memang
diperlukan penambahan tenaga teknis dan peralatan teknis serta pembaharuan
peralatan teknis yang ada mengingat semakin canggihnya Teknologi Informasi
(TI) yang menunjang kelancaran pelaksanaan pendaftaran tanah.
The major institutional weaknesses pertaining to property rightsin
transition countries are the absence of property adjudication and land
market institutions. One of the main functions of privatization is to
stimulate the buying, selling, leasing, mortgaging, and inheriting of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
land (the land market). Yet such markets require institutional support
and guidance that does not exist, since market mechanisms were not
supported in the previous regimes. The clarification of property rights
and the resolution of conflicts also have no institutional home in the
transition countries, as problems of this kind were not recognized in
the socialist system(Barnes Standfield Barthel, 2000 : 35)
Berdasarkan hasil penelitian penulis, Perangkat desa menjadi salah
satu sarana yang turut mengambil bagian penting atau memiliki peranan yang
besar pula dalam hal pendaftaran tanah khususnya bagi masyarakat pedesaan.
Perangkat desa juga dapat dikatakan menentukan kesuksesan percepatan
pendaftaran tanah, karena pada umumnya masyarakat awam memasrahkan
pengurusan pendaftaran tanahnya kepada perangkat desa atau pada umumnya
adalah sekretaris desa atau carik sebagai pihak yang dipercayai mampu
(capable) dan berkompeten (competence) dalam pengurusan pendaftaran
tanah. Melihat banyaknya keluhan responden mengenai kinerja dari perangkat
desa masing-masing dalam hal pengurusan pendaftaran tanah, sudah
seharusnya perangkat desa memperbaiki dan meningkatkan kinerja mereka,
baik dari segi kemampuan maupun operasional pada saat pengurusan
pendaftaran tanah.
Perangkat desa harus lebih aktif didalam memantau perkembangan
pengurusan pendaftaran tanah yang mereka lakukan di Kantor Pertanahan
Kabupaten Ponorogo, karena komunikasi yang baik dengan pihak Kantor
Pertanahan Kabupaten Ponorogo tentunya akan memberikan banyak hal
positif, misalnya segera mendapatkan informasi apabila sertipikat tanah sudah
keluar, sehingga dapat dengan cepat diambil oleh perangkat desa yang
bersangkutan, lebih mudah mendapatkan informasi mengenai pendaftaran
tanah beserta program-programnya sehingga dapat dengan cepat
diinformasikan pula kepada masyarakat. Hal ini jelas akan memberikan
manfaat yang besar bagi kepentingan masyarakat desa, selain juga dengan
jelas dapat meningkatkan kinerja yang baik dan berkualitas dari perangkat
desa itu sendiri, sehingga memberikan feed back yang positifbagi perangkat
desa itu sendiri yaitu apresiasi yang baik (praised) dan kepercayaan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
masyarakat sehingga akan terjalin hubungan yang harmonis antara masyarakat
dengan pemangku jabatan dalam hal ini adalah perangkat desa. Pada intinya
pendaftaran tanah memang menuntut pula peningkatan pengetahuan (sumber
daya manusia) serta keaktifan teknis para pelaksana pendaftaran tanah dalam
rangka melayani kepentingan masyarat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Sesuai dengan rumusan masalah dan berdasarkan hasil penelitian serta
pembahasan sebagaimana dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan masyarakat merupakan faktor yang mempunyai
hubungan dengan minat untuk mensertipikatkan tanah. Hal ini terbukti dari
hasil Chi Kuadrat yang menunjukkan nilai dari perhitungan untuk faktor
tingkat pengetahuan = 7,8. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan
nilai tabel distribusi Chi Kuadrat dengan tingkat signifikansi 0,05 dan dk =
2 yaitu sebesar 5,991.Jadi, hipotesis pertama terbukti dalam data penelitian ini.
Tingkat keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan atau variabel pengaruh
(independent variable) dengan minat untuk mensertipikatkan tanah atau
variabel terpengaruh (dependent variable) adalah 0,34 (rendah). Tingkat
pengetahuan masyarakat Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo tentang
pendaftaran tanah termasuk dalam kategori rendah. Hal ini terkait dengan
masih rendahnya informasi dan penyuluhan mengenai pendaftaran tanah dari
Kantor Pertanahan Kabupaten Ponorogo, Pemerintah Daerah Kabupaten
Ponorogo serta perangkat desa.
Hipotesis spesifik yang menyatakan adanya hubungan antara tingkat
pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang pendaftaran tanah tidak
didukung oleh data dalam penelitian ini. Hal ini terbukti dari hasil Chi
Kuadrat yang menunjukkan nilai dari perhitungan untuk faktor tingkat
pendidikan = 5,656. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai
tabel distribusi Chi Kuadrat dengan tingkat signifikansi 0,05 dan dk = 2
yaitu sebesar 9,488. Jadi, hipotesis spesifik tersebut tidak terbukti dalam data
penelitian hukum ini.Tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan tingkat
pengetahuan masyarakat tentang pendaftaran tanah karena belum tentu bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
studi yang diambil mempelajari tentang pendaftaran tanah. Dalam penelitian
hukum ini, pengetahuan tentang pendaftaran tanah berhubungan dengan
informasi yang diperoleh dari keluarga, kerabat dan sebagian dari perangkat
desa.
2. Persepsi tentang biaya pensertipikatan tanah merupakan faktor yang tidak
mempunyai hubungan dengan minat untuk mensertipikatkan tanah. Hal ini
terbukti dari hasil Chi Kuadrat yang menunjukkan nilai dari perhitungan
untuk faktor persepsi tentang biaya pensertipikatan tanah = 1,37. Nilai
tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel distribusi Chi Kuadrat
dengan tingkat signifikansi 0,05 dan dk = 2 yaitu sebesar 5,991. Jadi, hipotesis
kedua tidak terbukti dalam data penelitian ini. Biaya pengurusan pendaftaran
tanah yang dilaksanakan melalui perangkat desa dipungut lebih tinggi dari
biaya riilnya. Tidak dapat dipungkiri adanya praktek percaloan di tingkat desa
sehingga seolah pengurusan pendaftaran tanahpun menjadi ladang basah bagi
para pihak yang tidak bertanggung jawab. Biaya pendaftaran tanah yang
dipungut menjadi tidak sesuai dengan ketentuan di dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Tarif Atas Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional.
3. Persepsi tentang jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah merupakan
faktor yang tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap minat
masyarakat dalam mensertipikatkan tanah. Dengan kata lain, tidak terdapat
hubungan antara persepsi tentang jangka waktu penyelesaian pendaftaran
tanah dengan minat untuk mensertipikatkan tanah. Hal ini terbukti dari hasil
Chi Kuadrat yang menunjukkan nilai dari perhitungan untuk faktor persepsi
tentang jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah = 0,162. Nilai
tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel distribusi Chi Kuadrat
dengan tingkat signifikansi 0,05 dan dk = 2 yaitu sebesar 3,841. Jadi, hipotesis
ketiga tidak terbukti dalam data penelitian ini.Jangka waktu penyelesaian
pendaftaran tanah yang seharusnya berkisar antara 4 sampai 5 bulan, menjadi
2 tahun bahkan lebih serta banyak pula yang tidak menerima sertipikat tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan di dalam Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan
Pengaturan Pertanahan. Hal ini terutama karena macetnya proses pengurusan
pendaftaran tanah di tingkat desa, kurangnya kordinasi, komunikasi dan kerja
sama yang baik antara para pihak yang bersangkutan.
B. SARAN
Dengan adanya uraian di atas maka penulis mengemukakan saran sebagai
berikut:
1. Kantor Pertanahan Kabupaten Ponorogo seharusnya benar-benar
merealisasikan program-program yang sudah dicanangkan sehingga
membantu tercapainya percepatan pendaftaran tanah di seluruh wilayah
Republik Indonesia. Sebagai contoh merealisasikan dengan baik program
Layanan Rakyat untuk Sertipikat Tanah (Larasita) sebagaimana yang telah
berjalan dengan sukses di Kantor Pertanahan Kabupaten Karanganyar dan
menggalakkan kembali program Sertipikat Massal Swadaya (SMS) di desa-
desa.
2. Mengingat apresiasi masyarakat yang tinggi untuk dilaksanakannya
penyuluhan di desa-desa, maka hendaknya dilaksanakan pula program
penyuluhan dan sosialisasi yang tidak hanya dilakukan melalui Larasita,
namun juga penyuluhan yang rutin atau berkala dan sosialisasi melalui media
massa baik media cetak misalnya surat kabar, pemasangan spanduk di lokasi-
lokasi yang strategis maupun melalui selebaran, brosur atau pamflet-pamflet
yang bisa ditempel di Kantor Desa, Kantor Kecamatan maupun di Kantor
Pertanahan Kabupaten Ponorogo dan media elektronik misalnya penayangan
informasi di televisi maupun radio-radio. Pada intinya agar tersedia informasi
yang jelas mengenai persyaratan maupun prosedur tentang pendaftaran tanah,
jangka waktu penyelesaian pendaftaran tanah dan transparansi biaya sehingga
masyarakat tidak merasa kesulitan untuk mensertipikatkan tanahnya.
3. Kantor Pertanahan Kabupaten Ponorogo hendaknya meningkatkan kinerjanya
dalam hal jangka waktu penyelesain pendaftaran tanah, tentunya diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
sertipikat tanah dapat dikeluarkan dalam batas waktu yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010
tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan yaitu berkisar antara 4
(empat) sampai 5 (lima) bulan sehingga pengurusan pendaftaran tanah dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Selain itu, diharapkan Kantor Pertanahan
juga dapat meningkatkan rata-rata penyelesaian pengurusan pendaftaran tanah
dalam setiap bulan.
4. Perlu dilakukan penambahan tenaga teknis (sumber daya manusia) dan
peralatan teknis serta pembaharuan peralatan teknis di Kantor Pertanahan
Kabupaten Ponorogo demi tercapainya jangka waktu penyelesaian pendaftaran
tanah yang sesuai dengan ketentuan.
5. Perangkat desa yang berperan sebagai tokoh masyarakat, hendaknya secara
aktif menyampaikan segala informasi yang diketahui atau melaksanakan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai pendaftaran tanah. Selain itu,
Perangkat desa juga diharapkan dapat menjadi representasi atau wakil
masyarakat yang benar-benar melayani kepentingan masyarakat dengan baik,
tidak mengambil keuntungan bagi diri sendiri dan meningkatkan kinerjanya
agar segala urusan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
6. Diperlukan adanya kerja sama dan komunikasi yang lebih baik antara para
pihak, dalam hal ini adalah antara perangkat desa dengan Kantor Pertanahan
Kabupaten ponorogo dan dengan masyarakat sehingga terjalin komunikasi
yang interaktif antara para pihak dan tidak menimbulkan penilaian-penilaian
yang negatif dari masyarakat atau ketidakpercayaan masyarakat terhadap
perangkat desa terkait dengan pengurusan pendaftaran tanah.
7. Hendaknya masyarakat memilki rasa ingin tahu yang tinggi, tidak apatis dan
bertindak lebih aktif di masyarakat. Dengan demikian, ketidaktahuan
masyarakat tidak akan menjadi faktor yang menghambat minat masyarakat itu
sendiri dan terhindar dari kemungkinan sebagai korban atau sasaran yang bisa
dirugikan oleh kepentingan pihak lain.