Upload
ngominh
View
250
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
viii
ABSTRAK
Ratna Nurlaila Istiqomah. Post Power Syndrome (Studi Kasus Pensiunan yang
Masih Memiliki Tanggungan Membiayai Pendidikan Anak)
Penelitian ini di rancang untuk mengetahui gambaran pensiunan
yang mengalami post power syndrome dan masih memiliki tanggungan membiayai pendidikan anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus karena fenomena khusus ini hanya terjadi saat individu tersebut sedang atau menjalani pensiun.
Masa pensiun bisa mempengaruhi konsep diri karena pensiun menyebabkan seseorang kehilangan peran, status, dan identitasnya dalam masyarakat menjadi berubah sehingga dapat menurunkan harga diri akan memicu munculnya suatu sindrom bernama post power syndrome.
Metode dan teknik analisis yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus dan diperoleh suatu kesimpulan bahwa subjek PD mengalami konflik batin yang mengacu pada gejala sindrom pasca kuasa di awal-awal pensiunnya.
Gejala fisik yang terlihat ketika subyek sudah pensiun dari pekerjannya dan setelah pensiun ini, badan yang kurus di bandingkan ketika sebelum pensiun badan subyek gemuk dan bugar. Gejala emosi yang terlihat pada subyek, perasaan khawatir yang cukup besar dan membuatnya berpikir lebih keras hingga tidak bisa tidur karena memikirkan cara untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan keluarganya yang semakin besar ketika pensiun. Namun subyek bangkit dan termotivasi karena anak-anaknya hingga subyek memutuskan tetap bekerja bahkan pekerjaannya yang sekarang lebih berat berada dilapangan. Sedangkan gejala perilaku yang terlihat pada subyek, hampir tidak pernah melakukan tindak kekerasan pada keluarganya. Subyek meluangkan waktunya untuk kegiatan yang bermanfaat pada dirinya seperti membaca buku untuk menambah pengetahuan dan ilmu, berolahraga rutin untuk menjaga kesehatan tubuhnya dan berbincang-bincang bersama istri dan anak-anaknya.
Kata kunci: post power syndrome, pensiunan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ix
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN ......................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...................................... ii PENGESAHAN ...................................................................................... iii MOTTO ................................................................................................. iv PERSEMBAHAN .................................................................................. v KATA PENGANTAR............................................................................ vi ABSTRAKSI ..........................................................................................viii DAFTAR ISI .......................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian ............................................................................ 1 B. Fokus Penelitian ................................................................................ 12 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 12 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 13 E. Sistematika Pembahasan ................................................................... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Post Power Syndrome
a. Definisi Post Power Syndrome .............................................. 15 b. Karakteristik Orang yang Menderita Post Power Syndrome . 19 c. Penyebab Gejala Post Power Sndrome .................................. 20
B. Masa Lanjut Usia
a. Definisi Masa Lanjut Usia .................................................... 24 b. Tugas-Tugas Perkembangan Lanjut Usia .............................. 25
C. Pensiun a. ......................................................................................... D
efinisi Pensiun ........................................................................ 26
b. Usia Pensiun........................................................................... 28
c. Fase Penyesuaian Diri Pada Saat Pensiun.............................. 28
d. Persiapan Menjelang Pensiun ................................................ 31
D. Relevansi Penelitian Terdahulu.......................................................... 32
E. Kerangka Teoritik .............................................................................. 35
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
x
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................ 42 B. Kehadiran Peneliti ............................................................................. 44 C. Lokasi Penelitian ................................................................................ 44 D. Sumber Data ...................................................................................... 45 E. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 48 F. Analisis Data ..................................................................................... 52 G. Teknik Keabsahan Data .................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ................................................................................................... S
etting Penelitian..................................................................................54 B. ................................................................................................... H
asil Penelitian 1................................................................................................ D
eskripsi Temuan Penelitian ..........................................................61 2................................................................................................ A
nalisis Data ..................................................................................108 C. ................................................................................................... P
embahasan ........................................................................................133
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 142 B. Saran ................................................................................................ 143 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I ..................................................................................................... 57
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xii
DAFTAR LAMPIRAN
A. Panduan Wawancara Subyek Utama ……………................ 145
B. Panduan Wawancara Informan Penelitian ………………… 147
C. Transkrip Wawancara Subyek Utama …………………....... 149
D. Transkrip Wawancara Informan Penelitian ……………....... 180
E. Transkrip Observasi Subyek Utama …….............................. 221
F. Panduan Observasi Subyek Utama ………………………… 230
G. Dokumentasi Subyek Utama ………………………………. 231
H. Surat Pernyataan Kesanggupan Menjadi Subyek Penelitian
I. Surat Pernyataan Kesanggupan Menjadi Informan Penelitian
J. Berita Acara Seminar Proposal Skripsi
K. Surat Keterangan Lulus Ujian Seminar Proposal Penelitian
L. Kartu Konsultasi Skripsi
M. Berita Acara Ujian Skripsi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Bagi kebanyakan orang yang telah bekerja dalam bidang apapun,
bekerja merupakan suatu kesempatan dimana seseorang dapat
mengembangkan dirinya, mencapai prestise, memperoleh suatu jabatan yang
diinginkan. Mengabdi secara penuh terhadap masyarakat merupakan suatu
tantangan hidup, kepuasan batin dan suatu kebanggaan tersendiri bila mereka
dapat mencapai semua hal tersebut. Ini semua dapat dilakukan disaat mereka
masih aktif bekerja dengan usia yang masih tergolong produktif.
Tujuan bekerja tak hanya untuk memenuhi kebutuhan primer manusia,
tapi juga secara psikologis. Bekerja dapat memenuhi pencapaian identitas diri,
status, ataupun fungsi sosial lainnya. Beberapa orang sangat menginginkan
prestise dan kekuasaan dalam kehidupannya, hal ini bisa diperoleh selama ia
bekerja, memegang jabatan atau mempunyai kekuasaan. Namun hal tersebut
akan menjadi sangat berbeda ketika mereka yang telah memasuki masa
pensiun dimana usia mereka sudah tidak produktif lagi atau sudah memasuki
masa lanjut usia.
Suatu organisasi, perusahaan, industri menetapkan usia tertentu
sebagai batas seseorang untuk bekerja karena fungsi fisik dan mental yang
sedikit demi sedikit mengalami kemunduran, tidak memikirkan mereka senang
dengan ketentuan tersebut atau tidak. Inilah yang disebut wajib pensiun.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Namun ada juga yang disebut dengan pensiun sukarela, biasanya pensiun ini
di ajukan karena masalah kesehatan yang di alami oleh seseorang ataupun
karena ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan melakukan hal-hal yang
lebih berarti untuk diri mereka daripada pekerjaannya (Hurlock, 1980:417).
Masa pensiun merupakan masa dimana seseorang diberhentikan dari
tugasnya secara formal karena beberapa faktor seperti kemunduran fungsi fisik
dan fungsi mentalnya yang mempengaruhi mereka dalam bekerja. Pensiun
menjadi memberatkan apabila individu tersebut masih memiliki tanggungan
yang masih banyak seperti membiayai anak untuk sekolah. Sebagai kepala
rumah tangga, seorang ayah masih memilki kewajiban serta tanggung jawab
untuk membiayai anak yang masih sekolah meskipun ia telah pensiun. Hal
inilah yang menjadi beban tersendiri untuk individu yang telah pensiun dan
masih memiliki kewajiban yang harus dipenuhi.
Schwartz (dalam Hurlock, 1980:417) mengatakan bahwa pensiun
dapat merupakan akhir pola hidup atau masa transisi ke pola hidup baru.
Pensiun selalu menyangkut perubahan peran, perubahan keinginan dan nilai
juga perubahan terhadap pola hidup setiap individu. Bagi kebanyakan pekerja,
pensiun merupakan mulainya kondisi fisik dan mental yang menurun (Lou
Erickeson dalam Hurlock, 1980:418). Berdasarkan observasi peneliti, orang
yang telah berhasil dalam pencapaian dirinya dalam bekerja akan merasa
sangat bangga, bahagia karena prestasi yang diharapkan olehnya dapat
tercapai dan cenderung lebih mampu untuk menghadapi masa pensiunnya.
Apalagi ia mempunyai rencana-rencana yang lain untuk pengembangan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
dirinya lagi setelah masa pensiunnya. Jadi ia tidak terbatas dengan status
pensiun. Sangat perlu juga dukungan dari keluarga terdekat yaitu istri dan
anaknya. Bila orang telah mempersiapkan diri untuk masa pensiunnya dengan
baik, merencanakan hal-hal yang lebih menarik dan bermanfaat untuk
pengembangan dirinya yang dikerjakan setelah pensiun nanti, maka akan
terasa lebih mudah untuknya menyesuaikan diri dengan status pensiunan.
Selama ini banyak orang yang beranggapan bahwa pensiun berarti
berhenti bekerja, duduk santai menikmati uang pensiun yang merupakan
pendapatan pasif. Berdasarkan observasi peneliti, ada orang yang malu bekerja
lagi setelah pensiun karena takut dianggap gagal dalam bekerja selama ini,
sehingga ketika pensiun masih saja harus mencari uang. Ada juga yang malu
karena takut dianggap “serakah”, sudah tua masih bekerja sehingga menutup
kesempatan orang-orang muda.
Yusuf (2009:57) mengatakan pensiun tidak berbeda dengan pindah
pekerjaan atau mencoba hal yang baru. Malahan jika hanya menganggur akan
berdampak pada fisik, sedikit demi sedikit kemampuan fisik akan menurun.
Hal yang benar adalah seseorang menjadi tua karena tidak bekerja bukan
sebaliknya, seseorang itu tidak bekerja karena tua.
Tito (dalam Yusuf 2009:11) mengatakan menurut hasil penelitian
Universitas Michigan yang meneliti para pensiunan menunjukkan bahwa
sebanyak 75 persen pekerja yang membuat persiapan sebelumnya akan
menikmati masa pensiun dengan lebih bahagia dibandingkan 25 persen
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
lainnya yang tidak membuat persiapan. Di satu sisi sebagian lanjut usia yang
telah pensiun atau bebas tugas merupakan suatu kebahagiaan karena telah
menyelesaikan tugas dan pengabdiannya dengan lancar. Namun di sisi lain,
mereka yang telah memasuki masa pensiun tidak dengan mudahnya menerima
keadaan tersebut apalagi pensiunan tersebut masih memiliki tanggungan untuk
membiayai hidup anaknya yang masih sekolah. Berdasarkan observasi
peneliti, pensiunan yang masih memiliki tanggungan membiayai anak sekolah
dirasa sangat memberatkan bagi mereka, apalagi saat ini biaya sekolah juga
cukup tinggi, karena penghasilan sudah berkurang, terpaksa mereka bekerja
keras lagi mencari pemasukan tambahan di usianya yang telah lanjut, tidak
hanya mengandalkan pesangon saja.
Berdasarkan hasil observasi peneliti pula, sebagian orang tidak bisa
menyesuaikan dengan keadaan pensiunnya karena tidak ada persiapan
sebelumnya. Mereka merasa tertekan dengan keadaan tersebut karena sudah
tidak dapat bekerja lagi seperti sedia kala, pendapatan yang berkurang, dan
kemunduran fisik serta kognitifnya dan juga beberapa orang merasa bahwa
harga dirinya menjadi menurun karena peran sosialnya berkurang dan mereka
masih memiliki tanggungan yang harus dipenuhi yaitu membiayai sekolah
anak .
Ray Ellis (dalam Hurlock, 1980:414) mengatakan bahwa bagi orang
usia lanjut yang berorientasi pada kerja adalah hal penting bagi mereka untuk
mendapatkan pekerjaan yang dapat memberikan status dan perasaan berguna.
Hartati (2002:9) mengatakan bahwa orang-orang pensiunan yang terputus dari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
pekerjaan dan dari arus kehidupan menghadapi masalah penyesuaian
keuangan dan psikologis. Kenyataan yang dihadapi oleh semua pensiunan
pada dasarnya sama, pertama akan menghadapi masalah berkurangnya
penghasilan dan ketidaksibukan kerja. Masa pensiun bisa mempengaruhi
konsep diri karena pensiun menyebabkan seseorang kehilangan peran, status,
dan identitasnya dalam masyarakat menjadi berubah sehingga dapat
menurunkan harga diri. Bila anggota keluarga memandang pensiunan sebagai
orang yang sudah tidak berharga lagi dan memperlakukan mereka secara
buruk bukan tak mungkin juga akan memicu munculnya suatu sindrom
bernama post power syndrome.
Post power syndrome adalah gejala sindrom yang cukup populer di
kalangan orang lanjut usia khususnya sering menjangkit individu yang telah
usia lanjut dan telah pensiun atau tidak memiliki jabatan lagi di tempat
kerjanya. Post power syndrome merupakan salah satu gangguan keseimbangan
mental ringan akibat dari reaksi somatisasi dalam bentuk dan kerusakan
fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang bersifat progresif karena individu
telah pensiun dan tidak memiliki jabatan ataupun kekuasaan lagi (Kartono,
2000:231).
Post power syndrome merupakan gejala yang terjadi di mana penderita
hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karir, kedudukan,
kecantikan, ketampanan, kecerdasan atau semua hal tentang kesuksesannya)
dan seakan-akan tidak dapat memandang realita yang ada saat ini (dalam
tabloid Media Kesehatan, edisi 26 tahun III 2010: 16). Semua keadaan yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
telah disebutkan diatas bisa membuat individu frustrasi dan menggiring pada
munculnya gangguan psikologis, fisik serta sosial. Berdasarkan hasil observasi
peneliti masalah-masalah psikologis yang dialami oleh para pensiunan,
membawa dampak buruk terhadap kesehatan para lanjut usia. Mereka lebih
mudah terserang penyakit seperti jantung dan stroke. Oleh karenanya mereka
membutuhkan dukungan atau motivasi dari keluarga terdekat mereka seperti
pasangan hidup dan juga anak-anak mereka.
Namun berbeda dengan yang terjadi di negara Jepang. Di Jepang
tenaga kerja yang baru pensiun menjadi rebutan, karena pensiunan baru
tersebut lebih antusias, energik dan berpengalaman. Antusias mereka
mengalahkan tenaga kerja yang muda apalagi dalam hal pengalaman. Bursa
tenaga kerja pensiunan sangat baik padahal mereka pensiun pada usia 60 tahun
atau 5 tahun lebih tua dibandingkan rata-rata orang pensiun yang ada di
Indonesia (Yusuf, 2009:6).
Yusuf, (2009:14) mengatakan bahwa di Indonesia sendiri rata-rata
pegawai hanya bekerja di satu instansi dari awal masa kerja hingga pensiun.
Tidak heran bila ada yang mempunyai masa kerja sampai 30 tahun di tempat
yang sama. Akibatnya pengalaman yang diperoleh hanya sedikit, namun
pengalaman tersebut dipelajari dalam jangka waktu yang sangat panjang. Oleh
karenanya kebanyakan mereka yang tidak mempersiapkan diri sebelum
pensiun membuat mereka memilih menganggur saja karena tidak memiliki
pengalaman lain.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
Informan utama dalam penelitian ini adalah orang dengan usia 57
tahun ke atas yang telah pensiun. Berjenis kelamin laki-laki karena mereka
adalah pencari nafkah utama dalam keluarga mereka. Sedangkan keluarga,
ataupun teman dari orang yang telah pensiun (subyek utama) merupakan
significant others.
Peneliti memilih subyek laki-laki karena laki-laki merupakan kepala
rumah tangga dan memiliki kewajiban untuk menafkahi keluarganya. Dalam
kasus ini, subyek yang berinisial PD telah pensiun di usianya yang ke 57
tahun. PD adalah pensiunan kereta api di sebuah kota kecil daerah perbatasan
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status praesen PD yaitu tubuhnya kurus dan
tidak seberapa tinggi, rambut botak dan warnanya putih ke-abu-abuan, berkulit
sawo matang. Di usianya yang telah lanjut, PD masih harus bekerja untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya terutama kebutuhan pendidikan anak-
anaknya yang tidak murah. Di awal pensiun, pikiran PD sempat kalut karena
anak masih kecil-kecil, kebutuhan masih banyak yang harus dipenuhi. PD
berpikir keras bagaimana caranya untuk bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan
keluarganya.
Munculnya konflik batin atau sindrom pasca kuasa pada diri subyek
ketika subyek mulai pensiun, ketika itu subyek berusia 57 tahun. Jabatannya
sebagai kepala stasiun harus dilepaskan. Meskipun fisik dan mentalnya masih
cukup kuat untuk bekerja. Masih banyak kebutuhan yang harus di cukupinya
terutama kebutuhan membiayai pendidikan anak-anaknya. Waktu subyek
pensiun, anak-anaknya masih kecil-kecil, usia SD. Subyek sempat bingung
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
dan mengkhawatirkan bila subyek tidak bisa memenuhi segala kebutuhan
pendidikan anak-anaknya. Subyek juga tidak bisa tidur karena banyak sekali
masalah yang dipikirkannya. Subyek tidak mau di nilai lemah, sudah pensiun
dan tidak bisa mencukupi kebutuhan anak-anaknya yang masih kecil-kecil.
Subyek sangat menginginkan anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan lebih
tinggi hingga lulus dan tidak kesusahan seperti yang dialami subyek. Subyek
menganggap dirinya masih sanggup untuk bekerja lagi demi anak-anaknya.
Konflik batin yang sempat dialami oleh subyek tersebut tidak lama karena
subyek bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dibantu dengan istrinya dalam
memenuhi kebutuhan yang semakin banyak ketika subyek pensiun. Di usianya
yang kini telah lanjut, dengan segala keterbatasan fisik yang dialaminya, tubuh
yang kurus dan sakit pada kaki kiri yang dialaminya tidak menghalangi
subyek untuk masih tetap bekerja lebih berat dibandingkan ketika masih dinas
sebagai kepala stasiun.
Berdasarkan observasi awal pada subyek utama tentang post power
syndrome ini sangat unik dan menarik karena subyek terlihat berbeda dengan
orang yang seusianya. Biasanya orang yang telah pensiun, banyak memiliki
waktu luang dan bersantai menikmati masa-masa pensiunnya, sedangkan
subyek ini masih bekerja keras di usianya yang telah lanjut. Bahkan
pekerjaannya sekarang yang sering berada dilapangan, lebih berat bila di
bandingkan pekerjaannya dahulu sebagai kepala stasiun yang selalu bekerja
didalam ruangan. Subyek memang sempat khawatir dan takut tidak bisa
membiayai pendidikan anak-anaknya hingga lulus kuliah. Namun subyek
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
ternyata bangkit dan malah bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan
anak-anaknya. subyek termotivasi karena anak-anaknya, menginginkan anak-
anaknya berpendidikan tinggi, subyek tidak ingin anak-anaknya tersisihkan
oleh zaman, mampu bersaing dengan orang-orang lain dan berguna bagi diri
mereka serta orang-orang disekitarnya. Subyek tidak mengalami post power
syndrome hingga berlarut-larut karena subyek juga menerima kondisi fisiknya
yang telah menurun, usia juga semakin bertambah dan sudah seharusnya
sebagai kepala rumah tangga subyek masih wajib memenuhi kebutuhan
pendidikan anak-anaknya. Penelitian ini sangatlah unik dibandingkan
penelitian yang lain. Ada beberapa penelitian misalnya penelitian dari Santoso
& Lestari (2008:26) membuat penelitian tentang peran serta keluarga pada
usia lanjut yang mengalami post power syndrome menyimpulkan tidak semua
perhatian keluarga ditanggapi positif oleh lansia dan lansia yang sensitif
menganggap dirinya tidak dibutuhkan lagi karena tenaganya sudah tua dan
merepotkan.
Peneliti merasa tertarik dengan subyek ini pada awal penelitian karena
beliau berbeda dengan teman-temannya yang kebanyakan di usia yang telah
lanjut tidak memiliki rutinitas yang padat, bersantai menikmati masa
pensiunnya untuk beristirahat. Sedangkan subyek utama kasus ini adalah
seorang ayah pekerja keras yang meskipun telah pensiun dan banyak
perubahan fisik yang menurun, beliau tetap bangkit dan bekerja lagi untuk
menafkahi keluarganya. Dari uraian yang telah peneliti jabarkan tersebut
membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang gambaran
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
pensiunan post power syndrome yang masih memiliki tanggungan membiayai
anak masih sekolah. Beberapa hasil penelitian tentang pensiun dan post
power syndrome : 1) Tito (dalam Yusuf 2009:11) mengatakan menurut hasil
penelitian Universitas Michigan yang meneliti para pensiunan menunjukkan
bahwa sebanyak 75% pekerja yang membuat persiapan sebelumnya akan
menikmati masa pensiun dengan lebih bahagia dibandingkan 25% persen
lainnya yang tidak membuat persiapan mengalami post power syndrome; 2)
Santoso & Lestari (2008:26) membuat penelitian tentang peran serta keluarga
pada usia lanjut yang mengalami post power syndrome menyimpulkan tidak
semua perhatian keluarga ditanggapi positif oleh lansia dan lansia yang
sensitif menganggap dirinya tidak dibutuhkan lagi karena tenaganya sudah tua
dan merepotkan; 3) Jungmeen E. Kim, Ph.D dan Phyllis Moen Ph.D dari
Cornell University meneliti hubungan antara pensiun dengan depresi.
Keduanya menemukaan bahwa wanita yang baru pensiun cenderung
mengalami depresi lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang sudah lama
pensiun atau bahkan yang masih bekerja, terutama jika sang suami masih
bekerja. Pria yang baru pensiun cenderung lebih banyak mengalami konflik
perkawinan dibandingkan dengan yang belum pensiun. Pria yang baru pensiun
namun istrinya masih bekerja cenderung mengalami konflik perkawinan lebih
tinggi dibandingkan dengan pria yang sama-sama baru pensiun namun istrinya
tidak bekerja. Pria yang pensiun dan kembali bekerja dan mempunyai istri
yang tidak bekerja, maka keduanya memiliki semangat lebih tinggi
dibandingkan dengan pasangan yang keduanya sama-sama tidak bekerja (Rini,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
2001); 4) Trimardhany (2008) membuat penelitian tentang sikap dan makna
hidup pada pensiunan yang mengalami post power syndrome dan tidak
mengalami post power syndrome menyimpulkan bahwa para pensiunan
dengan post power syndrome memandang pensiun sebagai sumber
kekecewaan sehingga perilaku dan penilaiannya terhadap pensiun negatif.
Sedangkan pensiunan yang tidak mengalami post power syndrome memiliki
sikap yang positif dan menyadari bahwa dirinya sudah tua serta sadar
pentingnya regenerasi yang membuat pensiunan tersebut menerima dengan
utuh keputusan bahwa ia telah pensiun; 5) Mariani (2008) membuat penelitian
tentang hubungan adversity quotient dan kecerdasan ruhaniah dengan
kecenderungan post power syndrome pada anggota TNI AU di Landasan
Udara Iswahjudi Madiun menunjukkan adanya hubungan antara pandangan
negatif seseorang tentang pensiun yang memicu timbulnya post power
syndrome dengan adversity quotient dan kecerdasan ruhaniah. Dimana
seseorang yang memiliki AQ memandang pensiun yang dihadapi sebagai
peluang untuk mengerjakan hal-hal baru dan menarik serta mampu mengubah
hambatan dan kesulitan menjadi suatu tantangan yang menjanjikan.
Kecerdasan ruhaniah individu yang tinggi mampu membuat individu tersebut
lebih lapang dada, menahan stress dan lebih kuat menghadapi kondisi masa
transisi dari bekerja lalu pensiun; 6) Hartati (2002:9) membuat penelitian
tentang post power syndrome sebagai gangguan mental pada pensiun; 7)
Purnamasari (2003:62-73) membuat penelitian tentang hubungan sindrom
pasca kekuasaan dengan kepuasan hidup pada pensiunan karyawan Pertamina
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
golongan pimpinan di Surabaya; 8) Utami (2007) penelitian tentang hubungan
antara tingkat kebermaknaan hidup dengan kecenderungan munculnya Post
Power Syndrome di Perum Wisma Sari Gedangan-Sidoarjo yang hasilnya
positif. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik korelasi product moment
dengan nilai korelasi sebesar 0.965 dengan P<0.05 menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat kebermaknaan hidup dengan kecenderungan
munculnya post power syndrome yang berarti semakin tinggi tingkat
kebermaknaan hidup maka kecenderungan timbulnya post power syndrome
semakin rendah.
B. Fokus Penelitian
Berangkat dari persoalan post power syndrome tersebut peneliti ingin
mengetahui lebih lanjut tentang: 1. Bagaimana gambaran pensiunan dengan
post power syndrome yang masih memiliki tanggungan membiayai pendidikan
anak ? 2. Apa yang menjadi penyebab orang tersebut mengalami post power
syndrome?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki beberapa tujuan antara lain
gambaran orang yang mengalami pensiun dengan post power syndrome yang
masih memiliki tanggungan membiayai pendidikan anak dan ingin
mengetahui penyebab munculnya post power syndrome.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan akan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan teoritis dalam ilmu psikologi pada
umumnya serta psikologi klinis dan perkembangan pada khususnya.
b. Membuka peluang bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti topik
yang sejenis yaitu pada kehidupan orang lanjut usia yang telah pensiun
dan tidak memiliki tanggungan membiayai anak sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Dengan adanya penelitian ini peneliti dapat mengetahui
gambaran pensiunan yang mengalami post power syndrome dan masih
memiliki tanggungan membiayai pendidikan anak serta penyebab
utama individu mengalami post power syndrome.
b. Bagi informan penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi
dan pengetahuan yang bermanfaat bagi orang-orang yang ada di
sekelilingnya dan juga informan sendiri bahwa lanjut usia juga ingin
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
diterima dan masih bisa berfungsi secara sosial seperti pada masa
dewasa awal atau dewasa madya meskipun tidak secara optimal karena
mental dan fisiknya yang mulai menurun. Sangat diharapkan hasil
penelitian ini dapat menjadi masukan dan renungan bagi informan
penelitian agar mampu menyesuaikan diri dengan keadaannya saat ini.
E. Sitematika Pembahasan
Pada bab I peneliti menguraikan tentang konteks penelitian, penelitian
terdahulu, tujuan serta manfaat penelitian tentang post power syndrome yang
menjadi awal mula masalah tersebut diangkat dalam penelitian oleh peneliti.
Pada bab II, peneliti menguraikan tentang kajian teori beserta kerangka
teoritik yang berisi konsep dasar dari penelitian ini.
Pada bab III peneliti menguraikan metode penelitian. Peneliti juga
menguraikan tentang kehadiran peneliti, perizinan yang telah disetujui oleh
pihak subyek, tempat penelitian, sumber-sumber data yang akan peneliti gali
informasinya, prosedur-prosedur pengumpulan data. Analisis data dan
pengecekan keabsahan temuan juga diuraikan pada bab tersebut.
Pada bab IV peneliti menguraikan tentang hasil penelitian dan
pembahasan yang meliputi setting penelitian, hasil dari penelitian serta
pembahsan penelitian.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Pada bab V peneliti menguraikan tentang kesimpulan dari hasil
penelitian post power syndrome beserta saran untuk para informan serta saran
untuk pengembangan penelitian yang serupa di masa mendatang.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Post Power Syndrome (Sindrom Pasca Pensiun)
1. Definisi Post Power Syndrome
Masa transisi yang dialami oleh individu dari bekerja dan
kemudian pensiun sangat mempengaruhi psikologis individu tersebut.
Pada satu pihak kemampuan fisik pada usia tersebut menurun namun di
sisi lain, individu tersebut kaya akan pengalaman. Kejayaan masa lalu
yang pernah di peroleh sudah tidak lagi mendapat perhatian karena secara
fisik , mereka dinilai lemah. Kesenjangan inilah yang membuat konflik
batin dalam diri individu tersebut. Kesenjangan ini juga menimbulkan
perasaan terasingkan. Inilah yang disebut dengan post power syndrome
(Jalaluddin, 1996:111).
Post power syndrome adalah gejala sindrom yang cukup populer di
kalangan orang lanjut usia khususnya sering menjangkit individu yang
telah usia lanjut dan telah pensiun atau tidak memiliki jabatan lagi di
tempat kerjanya. Post power syndrome merupakan salah satu gangguan
keseimbangan mental ringan akibat dari reaksi somatisasi dalam bentuk
dan kerusakan fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang bersifat
progresif karena individu telah pensiun dan tidak memiliki jabatan ataupun
kekuasaan lagi (Kartono, 2000:231).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
Tabrani (1995:36) menyatakan bahwa post power syndrome
merupakan konflik yang terjadi pada waktu individu memasuki masa
pensiun.
Post power syndrome atau dapat disingkat menjadi PPS sering
dipahami sebagai kumpulan gejala atau tanda yang terjadi dimana
"penderita" hidup dalam bayang bayang kebesaran masa lalunya (jabatan,
karier, kecerdasan, kepemimpinan, kecantikanya dan sebagainya) dan
penderita seakan tidak bisa menerima keadaan itu. Post power syndrome
merupakan bagian dari krisis identitas yang disebabkan tidak siapnya
seseorang atas terjadinya sebuah perubahan. Semangatnya menguncup
menghadapi segala kondisi yang serba terbatas. Khususnya bagi orang-
orang yang bermental lemah dan belum siap menerima pensiun. Lalu
muncul perasaan sedih, takut, cemas, inferior, tidak berguna, putus asa,
bingung dan semua itu menganggu fungsi-fungsi kejiwaan dan organiknya
(Kartono, 2000:233).
Post power syndrome merupakan keadaan yang menimbulkan
gangguan fisik, sosial dan spiritual pada lanjut usia saat memasuki masa
pensiun sehingga dapat menghambat aktifitas kehidupan sehari-hari.
Lanjut usia sangat memerlukan dukungan keluarga dalam menghadapi
post power syndrome (Santoso dan Lestari, 2008:23).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Turner & Helms (dalam Hidayati, 2009:32) menyatakan bahwa
penyebab terjadinya post power syndrome dalam kasus kehilangan
pekerjaan yakni, kehilangan harga diri, hilangnya jabatan menyebabkan
hilangnya perasaan atas pengakuan diri, kehilangan fungsi eksekutif yaitu
fungsi yang memberikan kebanggaan diri, kehilangan perasaan sebagai
orang yang memiliki arti dalam kelompok tertentu, kehilangan orientasi
kerja, kehilangan sumber penghasilan terkait dengan jabatan terdahulu.
Kartono (2000:233) mendefinisikan post power syndrome sebagai
reaksi somatisasi dalam bentuk sekumpulan simptom penyakit, dan
kerusakan fungsi jasmani dan mental yang progresif karena yang
bersangkutan sudah tidak bekerja, pensiun, tidak menjabat lagi.
Tabrani (1995:36-37) menyatakan ada 3 hal utama penyebab
terjadinya post power syndrome yaitu:
Terputusnya profesi yang telah puluhan tahun dibina, padahal
profesi tersebut bukan saja landasan jasmani akan tetapi juga landasan
rutin bagi kejiwaan.
Kedua adalah kekurangan kharisma. Kharisma yang bersifat
jabatan banyak hubungannya dengan kharisma dalam kehidupann
masyarakat. Seorang pemimpin bukan saja di segani oleh bawahannya,
akan tetapi juga karena jabatannya ia disegani oleh rakyat banyak.
Ketiga adalah karena penghasilan menurun. Penghasilan menurun
bukan saja menimbulkan kesulitan yang dialaminya pada saat itu akan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
tetapi juga kekhawatiran tentang masa depan yang akhirnya menimbulkan
ketegangan.
Ray Ellis (dalam Hurlock, 1980:414), bagi orang usia lanjut yang
berorientasi pada kerja adalah hal penting bagi mereka untuk mendapatkan
pekerjaan yang dapat memberikan status dan perasaan berguna.
Individu yang telah usia lanjut sulit hidup berdampingan dengan
golongan usia muda karena golongan usia lanjut yang merasa telah banyak
pengalaman dibanding generasi muda selalu memiliki banyak pernyataan
dan kritik terhadap prestasi atau hasil yang dicapai oleh generasi muda.
Ada semacam kecenderungan dalam diri usia lanjut yang ingin selalu
dipuji dan dibanggakan (Jalaluddin, 1996:112).
Orang menjadi semakin dikuasai oleh diri sendiri apabila ia
semakin tua. Orang yang telah lanjut mungkin menjadi sangat berorientasi
pada dirinya sendiri daripada orang lain dan kurang memperhatikan
keinginan orang lain. Bahkan ketika kondisi fisiknya yang tergolong
cukup baik, mereka cenderung untuk mengeluh tentang kesehatannya dan
sering membesar-besarkan penyakit ringan yang di deritanya. Mereka juga
sering menunjukkan sikap yang yang tampak begitu dikuasai oleh diri
mereka sendiri. Gejala seperti ini tampak atau dapat dilihat dari cerita
masa lalu tentang diri mereka yang tidak habis-habisnya diceritakan setiap
saat, serta selalu ingin di layani dan ingin selalu menjadi pusat perhatian.
Sikap tersebut menimbulkan sikap sosial yang tidak menyenangkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
terhadap orang yang berusia lanjut. Sedangkan orang yang lebih muda dan
menyadari tentang harapan masyarakat tentang kerja sama dan tidak
mengutamakan diri pribadi sering merasa sangat kontradiktif apabila
bertemu dengan orang usia lanjut yang begitu bangga dan berorientasi
pada diri (Hurlock, 1980:393).
Jadi dari beberapa teori yang telah dipaparkan, secara global dapat
disimpulkan bahwa orang lanjut usia mengalami penurunan fungsi psikis
dan mentalnya yang akibatnya membuat mereka menarik diri dari
lingkungan sosialnya. Ini juga berakibat buruk pada diri usia lanjut.
Mereka menjadi mudah mengalami penyakit fisik seperti jantung dan
stroke ataupun psikis misalnya seperti post power syndrome tersebut.
2. Karakteristik Orang Yang Rentan Menderita Post Power Syndrome
Agustina (2008, e-article) mengungkapkan bahwa ada beberapa
karakteristik orang yang mudah mengalami post power syndrome.
Karaketistik pertama yaitu orang-orang yang senangnya dihargai
dan dihormati orang lain, yang permintaannya selalu dituruti, yang suka
dilayani orang lain. Ketika memasuki pensiun, jabatan yang ia pegang
akan beralih pada orang yang baru. Secara otomatis orang-orang yang
selalu melayani permintaannya di tempat ia bekerja pun juga akan beralih
pada pemegang jabatan yang baru. Pada saat inilah akan sangat terasa
sekali bahwa relasi kerjanya mulai acuh dengan orang tersebut.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
Karakteristik kedua adalah orang-orang yang membutuhkan
pengakuan dari orang lain karena kurangnya harga diri, jadi kalau ada
jabatan dia merasa lebih diakui oleh orang lain. Mereka yang butuh
pengakuan dari orang lain ketika pensiun sangat merasakan sekali bahwa
ia sudah tidak diakui lagi oleh rekan kerjanya karena ia sudah tidak
memilki jabatan seperti dulu. Karena ia pensiun, ia akan merasa harga
dirinya menjadi rendah.
Karakteristik yang terakhir ialah orang-orang yang menaruh arti
hidupnya pada prestise jabatan dan pada kemampuan untuk mengatur
hidup orang lain, untuk berkuasa terhadap orang lain. Istilahnya orang
yang menganggap kekuasaan itu segala-galanya atau merupakan hal yang
sangat berarti dalam hidupnya.
3. Penyebab dan Gejala Post Power Syndrome
Menurut Prayitno (1984:51) bagi individu usia lanjut, pensiun
merupakan penurunan peran, status sosial, prestise. Penurunan
pendapatan, penurunan harga diri serta muncul perasaan tidak berguna
akan mengganggu keseimbangan fungsi kejiwaan.
Orang yang kehilangan jabatan berarti orang yang kehilangan
kekuasaan dan kekuatan (powerless) artinya sesuatu yang dimiliki dan
dicintai telah tiada. Dampak dari lost of love object ini adalah
terganggunya keseimbangan mental-emosional dengan manifestasi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
berbagai keluhan fisik, kecemasan dan terlebih lagi depresi (Hawari,
1997:59).
Uraian yang telah dijelaskan diatas membuktikan bahwa pensiun,
tidak bekerja, berkurangnya aktifitas, tidak memiliki kekuasaan seperti
dahulu pada umumnya diterima dengan perasaan negatif. Bahkan mereka
yang belum siap secara mental akan mengalami ketegangan (shock).
Ketegangan tersebut menghasilkan perasaan minder, inferior, tidah
berharga, tidak dibutuhkan lagi.
Simptom-simptom post power syndrome disebabkan karena rasa
kecewa, takut, cemas yang mengganggu fungsi-fungsi organik dan psikis
sehingga menimbulkan penyakit atau dalam istilah klinisnya ialah
somatoform. Mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi
hidup yang baru (Kartono, 2000:234).
Gejala-gejala yang terlihat pada penderita post power syndrome
akan lebih mudah diketahui ketika individu tersebut berinteraksi dengan
orang lain (Agustina, 2008 e-article).
Pertama adalah gejala fisik, misalnya menjadi jauh lebih cepat
terlihat tua tampaknya dibandingkan waktu ia bekerja. Rambutnya
didominasi warna putih (uban), berkeriput, dan menjadi pemurung, sakit-
sakitan, tubuhnya menjadi lemah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Kedua adalah gejala emosi, misalnya cepat tersinggung kemudian
merasa tidak berharga, ingin menarik diri dari lingkungan pergaulan, ingin
bersembunyi, dan sebagainya.
Ketiga adalah gejala perilaku, misalnya malu bertemu orang lain,
lebih mudah melakukan pola-pola kekerasan atau menunjukkan
kemarahan baik di rumah atau di tempat yang lain.
Kartono (2000:234) menunjukkan gejala psikis dan fisik orang
yang mengalami post power syndrome yaitu layu, sayu, lemas, apatis,
depresif, serba salah, tidak pernah merasa puas dan putus asa, mudah
tersinggung, gelisah, cemas, agresif, suka menyerang dengan ucapan atau
benda-benda.
Gejala yang tampak saat orang mengalami post power syndrome
adalah gejala fisik, emosi dan perilaku. Gejala fisik dapat dilihat dari
seseorang yang tampak lebih tua dibanding pada saat orang tersebut
menjabat. Gejala emosi misalnya cepat tersinggung, merasa tidak
berharga, ingin menarik diri dari lingkungan pergaulan, dan sebagainya.
Gejala perilaku misalnya malu bertemu orang lain, lebih mudah
melakukan kekerasan, sering menunjukan kemarahan dan sebagainya
(Indati dalam Hidayati, 2003:4).
Greist dan Jefferson (dalam Maramis, 1990:766) menyatakan
secara garis besar gejala-gejala post power syndrome adalah depresi,
kompensasi yang berlebihan serta irritabilitas. Depresi dalam post power
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
syndrome adalah gangguan yang berlangsung cukup lama disertai gejala-
gejala atau tanda-tanda spesifik yang secara substansial menganggu
kewajaran sikap dan tindakan seseorang atau menyebabkan kesedihan
yang amat dalam.
Kehilangan jabatan berarti perubahan posisi dari yang kuat dan
punya kuasa kini merasa lemah dan kehilangan kuasa. Perubahan ini
mengakibatkan perubahan alam pikir (rasio) dan alam perasaan (afeksi)
pada diri yang bersangkutan. Keluhan yang bersifat fisik dan kejiwaan
(cemas atau depresi) itu sifatnya ke dalam, tertutup dan tidak terbuka,
maka akan terlihat pula keluhan psikososial dalam bentuk ucapan atau
perilaku antara lain suka mengkritik, merasa dirinya benar, prasangka
buruk curiga, mencela, skeptis, merasa diperlakukan tidak adil, kecewa,
tidak puas, suka menggerutu dan di ulang-ulang, membesar-besarkan
masalah (Hawari, 1997:59).
Beberapa karakteristik gejala post power syndrome antara lain
suasana hati yang buruk terlihat dari wajah selalu murung dan mudah
merasa cemas, merasa harga dirinya rendah (self-esteem rendah), pesimis,
menurunnya minat dalam segala hal, perilaku yang nampak seperti tubuh
lunglai (Maramis, 1990:766).
Gejala post power syndrome memang merupakan gejala umum
yang dialami oleh individu usia lanjut. Tujuan utama dari aktifitas yang
ditekuni oleh individu itu merupakan bagian dari perwujudan dari perilaku
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
kompensasi. Upaya untuk mengisi kekosongan batin yang sudah
kehilangan dukungan nyata, hingga timbul kepuasan diri dan ditujukan
oleh orang lain “bahwa aku masih seperti yang dulu”.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
B. Masa Lanjut Usia
1. Definisi Masa Lanjut Usia
Memasuki lanjut usia merupakan periode akhir dalam rentang
kehidupan manusia di dunia ini. Banyak hal penting yang perlu di
perhatikan guna mempersiapkan memasuki masa lanjut usia dengan
sebaik-baiknya. Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah enam puluh
tahun ke atas. Ada beberapa orang yang sudah menginjak usia 60 tetapi
tidak menampakkan gejala-gejala penuaan fisik maupun mental. Oleh
karena itu, usia 65 dianggap sebagai batas awal periode usia lanjut pada
orang yang memiliki kondisi hidup yang baik (Hurlock, 1980:380).
Setelah usia 65 tahun manusia akan menghadapi sejumlah
permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik
sehingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami
gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat.
Pengaruh dari kondisi penurunan kemampuan fisik ini menyebabkan
mereka yang telah memasuki usia lanjut merasa dirinya tidak berharga
atau kurang dihargai (Jalaluddin, 1995:105).
Namun ada juga beberapa usia lanjut yang menepiskan anggapan
bahwa akan timbul perasan tidak berharga ketika mereka memasuki masa
tersebut. Mereka justru mengisinya dengan kegiatan-kegiatan positif
seperti membuka bisnis baru untuk mengisi hari-hari yang dulu penuh
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
dengan jadwal kerja yang padat. Kemunduran fisik pasti akan mereka
alami namun itu tidak dijadikan hambatan oleh orang yang berpikiran
positif tentang masa tuanya. Berolahraga, menjaga konsumsi makanan
yang masuk dalam tubuh, istirahat cukup, memeriksakan fisik secara
berkala dan tidak memikirkan masalah hingga berlarut-larut malah
melakukan antisipasi atau memperkecil dampak negatif dari masalah
tersebut menjadi senjata ampuh mereka untuk menghadapi masalah di
masa usia lanjut (Yusuf, 2009:28-30).
Hasil penelitian Neugarten (dalam Jalaluddin, 1996:105) masalah
utama yang dihadapi pada usia 70-79 tahun menunjukkan 75 persen dari
mereka yang dijadikan responden menyatakan puas dengan status mereka
setelah menginjak masa bebas tugas. Sebagian besar dari mereka
menunjukkan aktifitas yang positif dan tidak merasa dalam keterasingan
dan hanya sedikit yang sudah berada dalam kondisi uzur serta mengalami
gangguan kesehatan mental (Atkinson, 1993:99).
2. Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Ada beberapa tugas perkembangan orang lanjut usia atau yang
telah mencapai masa dewasa akhir. Beberapa tugas perkembangannya
antara lain menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik misalnya, adanya
perubahan penampilan pada wajah wanita, menggunakan kosmetik untuk
menutupi tanda-tanda penuaan pada wajahnya. Pada bagian tubuh,
khususnya pada kerangka tubuh, mengerasnya tulang sehingga tulang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
menjadi mengapur dan mudah retak atau patah, menyesuaikan diri dengan
masa pensiun dan berkurangnya penghasilan keluarga, menyesuaikan diri
dengan kematian pasangan hidup, menjalin hubungan dengan orang-orang
disekitarnya, membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan,
menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan harmonis
(Hurlock, 1980:385).
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui dampak dari tugas
perkembangan yaitu tentang menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan
berkurangnya penghasilan keluarga. Karena menurut peneliti untuk tugas
perkembangan ini, sangat penting bila orang lanjut usia mampu
melaluinya.
Jalaluddin (1996:105) mengatakan jika mereka tidak dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan barunya tersebut akan membuat
mereka berperilaku maladaptif seperti menarik diri secara sosial, merasa
menjadi golongan minoritas yang berakibat mereka mudah terserang
penyakit fisik misal stroke dan jantung juga psikologisnya seperti post
power syndrome.
C. Pensiun
1. Definisi Pensiun
Menurut observasi peneliti kata pensiun adalah seseorang yang
sudah tidak bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan harus
diberhentikan. Seseorang yang pensiun biasa mendapat uang pensiun atau
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
pesangon. Jika mendapat pensiun, maka ia tetap mendapatkan semacam
gaji sampai meninggal dunia.
Schwartz (dalam Hurlock, 1980:417) mengemukakan pendapatnya
tentang pensiun bahwa pensiun adalah suatu kondisi dimana individu
tersebut telah berhenti bekerja pada suatu pekerjaan yang biasa dilakukan.
Beliau menerangkan batasan yang lebih jelas dan mengatakan bahwa
pensiun adalah proses pemisahan seorang individu dari pekerjaannya,
dimana dalam menjalankan perannya seseorang digaji. Dengan kata lain
masa pensiun mempengaruhi aktivitas seseorang, dari situasi kerja ke
situasi di luar pekerjaan.
Sedangkan berdasarkan pandangan psikologi perkembangan,
pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu masa transisi ke pola hidup baru,
ataupun merupakan akhir pola hidup (Hurlock, 1980:417). Transisi ini
meliputi perubahan peran dalam lingkungan sosial, perubahan minat, nilai
dan perubahan dalam segenap aspek kehidupan seseorang.
Jadi seseorang yang memasuki masa pensiun, bisa merubah arah
hidupnya dengan mengerjakan aktivitas lain, tetapi bisa juga tidak
mengerjakan aktivitas tertentu lagi. Pensiun sering kali dianggap sebagai
kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba
sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam
apa yang akan dihadapi kelak.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah
satu faktor terpenting yang biasa mendatangkan kepuasan (karena uang,
jabatan, dan memperkuat harga diri). Oleh karena itu, sering kali terjadi
orang yang pensiun bukannya bisa menikmati masa tua dengan hidup
santai, sebaliknya ada yang justru mengalami problem serius (kejiwaan
ataupun fisik). Individu yang melihat masa pensiun hanya dari segi
finansial kurang bisa beradaptasi dengan baik dibandingkan dengan
mereka yang dapat melihat masa pensiun sebagai masa di mana manusia
beristirahat manikmati hasil jerih payahnya selama ini di masa tuanya
(Agustina, 29 September 2008 dana-pensiun.com).
2. Usia pensiun
Usia pensiun dimulai pada usia antara 50 sampai 60 tahun
(Hurlock, 1980:320). Sedangkan di Indonesia sendiri batasan usia pensiun
diatur dalam Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1979 tentang
pemberhentian pegawai negeri sipil dalam bagian kedua mengenai
pemberhentian karena mencapai batas usia pensiun pasal 3 ayat 2 yaitu:
“Batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah 56
tahun. (http://prokum.esdm.go.id/pp/1979)
3. Fase Penyesuaian Diri Pada Saat Pensiun
Penyesuaian diri pada saat pensiun merupakan saat yang sulit.
Terdapat tiga fase proses pensiun yang digambarkan oleh seorang ahli
gerontologi Robert Atchley (dalam Santrock, 1983:228):
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
a) Preretirement phase (fase pra pensiun)
Fase ini bisa dibagi pada 2 bagian lagi yaitu remote dan near.
Pada remote phase, masa pensiun masih dipandang sebagai suatu masa
yang jauh. Biasanya fase ini dimulai pada saat orang tersebut pertama
kali mendapat pekerjaan dan masa ini berakhir ketika orang terebut
mulai mendekati masa pensiun.
Sedangkan pada near phase, biasanya orang mulai sadar bahwa
mereka akan segera memasuki masa pensiun dan hal ini membutuhkan
penyesuaian diri yang baik. Ada beberapa perusahaan yang mulai
memberikan program persiapan masa pensiun.
b). Retirement phase (fase pensiun)
Masa pensiun ini sendiri terbagi dalam 4 fase besar, dan
dimulai dengan tahapan pertama yakni honeymoon phase. Periode ini
biasanya terjadi tidak lama setelah orang memasuki masa pensiun.
Sesuai dengan istilah honeymoon (bulan madu), maka perasaan yang
muncul ketika memasuki fase ini adalah perasaan gembira karena
bebas dari pekerjaan dan rutinitas. Biasanya orang mulai mencari
kegiatan pengganti lain seperti mengembangkan hobi. Kegiatan ini pun
tergantung pada kesehatan, keuangan, gaya hidup dan situasi keluarga.
Lamanya fase ini tergantung pada kemampuan seseorang. Orang yang
selama masa kegiatan aktifnya bekerja dan gaya hidupnya tidak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
bertumpu pada pekerjaan, biasanya akan mampu menyesuaikan diri
dan mengembangkan kegiatan lain yang juga menyenangkan.
Selanjutnya akan masuk pada fase kedua yakni
disenchantment phase. Pada fase ini pensiunan mulai merasa depresi,
merasa kosong. Untuk beberapa orang pada fase disenchantment phase
ada rasa kehilangan baik itu kehilangan kekuasaan, martabat, status,
penghasilan, teman kerja, aturan tertentu.
Pensiunan yang terpukul pada fase disenchantment phase akan
memasuki reorientation phase, yaitu fase dimana seseorang mulai
mengembangkan pandangan yang lebih realistik mengenai alternatif
hidup. Mereka mulai mencari aktivitas baru.
Setelah mencapai tahapan ini, para pensiunan akan masuk pada
stability phase yaitu fase dimana mereka mulai mengembangkan suatu
set kriteria mengenai pemilihan aktivitas, Dimana mereka merasa
dapat hidup tentram dengan pilihannya.
c). End of retirement (fase pasca masa pensiun)
Biasanya fase ini ditandai dengan penyakit yang mulai
menggerogoti seseorang, ketidak-mampuan dalam mengurus diri
sendiri dan keuangan yang sangat merosot. Peran saat seorang
pensiun digantikan dengan peran orang sakit yang membutuhkan
orang lain untuk tempat bergantung.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
4. Persiapan Menjelang Pensiun
Yusuf (2009:19) mengatakan bahwa pensiun juga butuh
persiapan. Mereka yang sudah mempersiapkan diri dengan memadai pasti
tidak akan gentar. Post power syndrome juga tidak mempan karena
orang-orang sudah siap untuk mengahadapinya dengan penuh percaya
diri.
Ada beberapa hal yang perlu disiapkan untuk mengahadapi post
power syndrome antara lain persiapan mental lebih utama. Meskipun
materi berlimpah namun bila mentalnya tidak cukup kuat, seseorang akan
masih sering gamang. Jadi mental harus di siapkan dengan matang agar
mudah menjalaninya. Beberapa hal yang perlu disiapkan secara mental
yaitu tanggung jawab, komitmen, kesiapan menghadapi perubahan,
tantangan, menghadapi realita, penolakan, adaptasi dan sensitivitas
(Yusuf, 2009:24).
Menjaga fisik agar tetap bugar. Dengan bertambahnya usia maka
fungsi fisik juga akan menurun. Oleh karenanya kesehatan fisik harus
terus terjaga. Beberapa hal yang patut diperhatikan agar badan tetap sehat
yaitu makanan, olahraga, istirahat yang cukup, pemerksaan fisik, pikiran.
Persiapan sarana dan prasarana penunjang aktifitas yang akan
dilakukan setelah pensiun nanti. Anggaran juga sebagai modal aktifitas
yang akan ditekuni setelah pensiun nanti.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
Pekerjaan yang direncanakan akan jauh lebih baik daripada
pekerjaan tanpa rencana. Oleh karena itu membuat perencanaan sangatlah
penting dan inilah yang akan membuat seseorang bersikap konservatif.
D. Relevansi Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu tentang pensiun dan post power
syndrome : 1) Tito (dalam Yusuf 2009:11) mengatakan menurut hasil
penelitian Universitas Michigan yang meneliti para pensiunan
menunjukkan bahwa sebanyak 75% pekerja yang membuat persiapan
sebelumnya akan menikmati masa pensiun dengan lebih bahagia
dibandingkan 25% persen lainnya yang tidak membuat persiapan
mengalami post power syndrome; 2) Santoso & Lestari (2008:26)
membuat penelitian tentang peran serta keluarga pada usia lanjut yang
mengalami post power syndrome menyimpulkan tidak semua perhatian
keluarga ditanggapi positif oleh lansia dan lansia yang sensitif
menganggap dirinya tidak dibutuhkan lagi karena tenaganya sudah tua
dan merepotkan; 3) Jungmeen E. Kim, Ph.D dan Phyllis Moen Ph.D dari
Cornell University meneliti hubungan antara pensiun dengan depresi.
Keduanya menemukaan bahwa wanita yang baru pensiun cenderung
mengalami depresi lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang sudah
lama pensiun atau bahkan yang masih bekerja, terutama jika sang suami
masih bekerja. Pria yang baru pensiun cenderung lebih banyak
mengalami konflik perkawinan dibandingkan dengan yang belum
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
pensiun. Pria yang baru pensiun namun istrinya masih bekerja cenderung
mengalami konflik perkawinan lebih tinggi dibandingkan dengan pria
yang sama-sama baru pensiun namun istrinya tidak bekerja. Pria yang
pensiun dan kembali bekerja dan mempunyai istri yang tidak bekerja,
maka keduanya memiliki semangat lebih tinggi dibandingkan dengan
pasangan yang keduanya sama-sama tidak bekerja (Rini, 2001); 4)
Trimardhany (2008) membuat penelitian tentang sikap dan makna hidup
pada pensiunan yang mengalami post power syndrome dan tidak
mengalami post power syndrome menyimpulkan bahwa para pensiunan
dengan post power syndrome memandang pensiun sebagai sumber
kekecewaan sehingga perilaku dan penilaiannya terhadap pensiun negatif.
Sedangkan pensiunan yang tidak mengalami post power syndrome
memiliki sikap yang positif dan menyadari bahwa dirinya sudah tua serta
sadar pentingnya regenerasi yang membuat pensiunan tersebut menerima
dengan utuh keputusan bahwa ia telah pensiun; 5) Mariani (2008)
membuat penelitian tentang hubungan adversity quotient dan kecerdasan
ruhaniah dengan kecenderungan post power syndrome pada anggota TNI
AU di Landasan Udara Iswahjudi Madiun menunjukkan adanya
hubungan antara pandangan negatif seseorang tentang pensiun yang
memicu timbulnya post power syndrome dengan adversity quotient dan
kecerdasan ruhaniah. Dimana seseorang yang memiliki AQ memandang
pensiun yang dihadapi sebagai peluang untuk mengerjakan hal-hal baru
dan menarik serta mampu mengubah hambatan dan kesulitan menjadi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
suatu tantangan yang menjanjikan. Kecerdasan ruhaniah individu yang
tinggi mampu membuat individu tersebut lebih lapang dada, menahan
stress dan lebih kuat menghadapi kondisi masa transisi dari bekerja lalu
pensiun; 6) Hartati (2002:9) membuat penelitian tentang post power
syndrome sebagai gangguan mental pada pensiun; 7) Purnamasari
(2003:62-73) membuat penelitian tentang hubungan sindrom pasca
kekuasaan dengan kepuasan hidup pada pensiunan karyawan Pertamina
golongan pimpinan di Surabaya; 8) Utami (2007) penelitian tentang
hubungan antara tingkat kebermaknaan hidup dengan kecenderungan
munculnya Post Power Syndrome di Perum Wisma Sari Gedangan-
Sidoarjo yang hasilnya positif. Teknik analisis yang digunakan adalah
teknik korelasi product moment dengan nilai korelasi sebesar 0.965
dengan P<0.05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
kebermaknaan hidup dengan kecenderungan munculnya post power
syndrome yang berarti semakin tinggi tingkat kebermaknaan hidup maka
kecenderungan timbulnya post power syndrome semakin rendah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
E. Kerangka Teoritik
Beberapa orang yang telah lanjut usia akan menarik diri secara sosial,
merasa kelompoknya minoritas, sering bertentangan pendapat dengan orang
yang lebih muda karena menganggap mereka lebih berpengalaman dalam
hidup juga akan pensiun dari pekerjaannya yang berarti dia kehilangan
pekerjaan mereka, penghasilan berkurang dan bisa jadi hilang bila pekerjaan
tersebut merupakan satu-satunya sumber nafkah materi. Selain itu orang yang
telah lanjut usia akan kehilangan orientasi kerja yang telah mereka tekuni
selama puluhan tahun. Beberapa orang ada yang merasa cemas ketika
menghadapi pensiun, apa yang akan dilakukannya setelah pensiun nanti
karena mereka sudah tidak bekerja seperti sedia kala. Namun ada juga yang
telah siap menghadapi pensiunnya dengan membuat rencana pekerjaan atau
kegiatan lain untuk mengisi hari-hari pensiun mendatang.
Suatu organisasi, perusahaan, industri menetapkan usia tertentu
sebagai batas seseorang untuk berhenti bekerja karena fungsi fisik dan mental
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
yang sedikit demi sedikit mengalami kemunduran, tidak memikirkan mereka
senang dengan ketentuan tersebut atau tidak. Inilah yang disebut wajib
pension (Hurlock, 1980:417).
Orang yang telah pensiun mengingat-ingat masa jaya mereka terdahulu
sehingga mengakibatkan mereka terpisah dengan realitas saat ini bahwa fungsi
fisik dan mentalnya mulai menurun dan tidak dapat bekerja semaksimal waktu
seperti ketika dewasa awal ataupun madya. Mengapa ketika telah pensiun
mereka masih membesar-besarkan pengalaman bekerjanya dahulu?.
Menurut observasi peneliti, pengalaman bekerja merupakan power
atau kekuatan mereka sebagai pertahanan dirinya agar mereka tidak dianggap
tidak mampu melakukan suatu hal, memiliki kelompok minoritas,
menyusahkan dan anggapan-anggapan negatif lain tentang usia lanjut.
Menurut orang yang telah mengabdikan dirinya untuk bekerja mencari nafkah,
memiliki jabatan tinggi, memiliki pengalaman yang menurut mereka luar
biasa dan tidak semua orang mengalaminya, merupakan reward atau
penghargaan yang bernilai tinggi bagi diri mereka. Hal semacam itulah yang
disebut post power syndrome.
Jadi definisi operasional post power syndrome adalah membesar-
besarkan kejayaan yang telah lampau sebagai salah satu pertahanan diri
seseorang agar tidak dikucilkan oleh orang lain karena mereka sudah tidak
bekerja lagi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
Hal-hal tersebut merupakan konflik batin para lanjut usia yang sulit
menerima keadaannya. Mereka berada pada kondisi antara equilibrium dan
disequlibrium tugas perkembangan yang saling tarik menarik. Konsep ini
tentang tugas perkembangan yang harus dilaluinya. Bila tugas
perkembangannya dilalui dengan baik maka lansia tersebut berada pada
kondisi equilibrium atau seimbang yang mana orang tersebut bisa menerima
masa pensiunnya. Namun bila ia menghindari tugas perkembangnnya, mereka
berada pada kondisi disequilibrium atau tidak seimbang sehingga orang
tersebut kurang dapat menerima masa pensiun yang dialaminya. Orang yang
mengalami post power syndrome, mereka ada pada kondisi tarik-menarik
antara seimbang dan tidak seimbang, antara menerima keadaan pensiunnya
karena memang sudah sesuai dengan waktu pensiun yang di tetapkan namun
juga sebenarnya belum bisa menerima keadaan pensiunnya karena beberapa
faktor seperti masih ada tanggungan biaya pendidikan untuk anak. Hal inilah
yang mengakibatkan konflik pada diri lansia.
Uniknya dalam penelitian ini adalah kita bisa mengetahui gambaran
pensiunan yang mengalami post power syndrome yang masih memiliki
tanggungan biaya pendidikan anak. Karena meskipun mereka sudah berstatus
sebagai pensiunan namun kewajiban mencari nafkah tidak bisa terlepas dari
diri pensiunan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah
makhluk unik dengan pengalaman pribadinya masing-masing.
Kartono (2000:234) menunjukkan gejala psikis dan fisik orang yang
mengalami post power syndrome yaitu layu, sayu, lemas, apatis, depresif,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
serba salah, tidak pernah merasa puas dan putus asa, mudah tersinggung,
gelisah, cemas, agresif, suka menyerang dengan ucapan atau benda-benda.
Kehilangan jabatan berarti perubahan posisi dari yang kuat dan punya
kuasa kini merasa lemah dan kehilangan kuasa. Perubahan ini mengakibatkan
perubahan alam pikir (rasio) dan alam perasaan (afeksi) pada diri yang
bersangkutan. Keluhan yang bersifat fisik dan kejiwaan (cemas atau depresi)
itu sifatnya ke dalam, tertutup dan tidak terbuka, maka akan terlihat pula
keluhan psikososial dalam bentuk ucapan atau perilaku antara lain suka
mengkritik, merasa dirinya benar, prasangka buruk curiga, mencela, skeptic,
merasa diperlakukan tidak adil, kecewa, tidak puas, suka menggerutu dan di
ulang-ulang, membesar-besarkan masalah (Hawari, 1997:59).
Pensiun yang dihadapi oleh lanjut usia akan menjadi momok bagi
pensiunan yang masih memilki tanggung jawab untuk menghidupi anak-
anaknya yang masih sekolah karena pendapatan yang berkurang atau bahkan
hilang padahal keperluan mencukupi kebutuhan anak masih banyak dibanding
pensiun yang sudah tidak memiliki tanggung jawab bila anak-anaknya telah
memiliki keluarga sendiri dan lepas dari tanggung jawab orang tua.
Menurut Maslow (dalam Alwisol, 2009:200) manusia memiliki
sturktur psikologik yang berhubungan dengan stuktur fisik bahwa mereka
memiliki kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan yang sifat dasarnya
genetik. Hal tersebut menjadi ciri umum kemanusian dan yang lainnya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
menjadi ciri unik individual. Kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan
secara esensial merupakan sesuatu yang netral dan alami.
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup, begitu juga dengan kebutuhan
orang yang telah lanjut usia. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup
yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia
antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan
secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan
aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang
dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat
diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk
kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar
dapat mandiri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut sejalan seperti yang di
ungkapkan oleh Maslow bahwa individu tak terkecuali orang yang telah lanjut
usia memiliki kebutuhan, kemampuan, kecenderungan yang sama dengan
individu pada umumnya. Maslow (dalam Alwisol, 2009:204-206) menyusun
teori hierarki 5 kebutuhan dasar manusia antara lain ialah 1) kebutuhan
fisiologis yang sifatnya homeostatik seperti makan, minum, kesehatan tubuh
yang baik, kebutuhan istirahat dan seks. Begitu juga orang yang telah lansia
juga memiliki kebutuhan tersebut yang juga harus dipenuhi karena bila tidak
di penuhi maka kualitas fisik akan cepat menurun drastis. Fisik lanjut usia
sangatlah lemah jadi mereka membutuhkan nutrisi yang lebih banyak. 2)
kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas,
kebebasan dari rasa takut dan cemas. Orang yang telah lanjut usia dan pensiun
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
memiliki kebutuhan keamanan yang wujudnya seperti asuransi kesehatan,
tabungan pensiun. Kebutuhan keamanan ini tujuannya untuk mempertahankan
kehidupan untuk jangka waktu yang lebih panjang. Bila kebutuhan tersebut
tidak dipenuhi, kecemasan ataupun rasa takut menjalani kehidupan orang
lanjut usia bisa jadi semakin tinggi karena ia merasa tidak aman ketika usianya
bertambah lebih tua. Bagaimana ia membiayai hidupnya sendiri bersama
keluarganya sedangkan ia sudah pensiun dari pekerjaannya? Siapa yang akan
merawat ia ketika sakit bila anak-anaknya telah keluar dari rumah? 3)
kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari suatu kelompok. Kebutuhan ini
bermaksud agar individu mampu berinteraksi dan menjaga komunikasi serta
mendapatkan kasih saying dan cinta dari individu yang usianya lebih muda,
sebaya ataupun lebih tua. Kebutuhan cinta ini terbagi menjadi 2 yaitu
deficiency love (D-love) dan being love (B-love). D-love lebih kepada
memperoleh cinta dari orang lain, cinta dan kasih sayang dari orang tua, dari
istri, dari anak-anak dan dari teman-teman. Sedangkan B-love lebih kepada
memberikan gambaran-gambaran positif seperti pengalaman-pengalaman
hidup, motivasi atau dukungan kepada orang lain. Bila kebutuhan tersebut
gagal dipenuhi akan menyebabkan psikopatologi pada individu tersebut. 4)
kebutuhan harga diri (self esteem) yang terpuaskan akan menimbulkan sikap
percaya diri, bergarha, mampu, perasaan berguna dan penting namun
sebaliknya bila kebutuhan akan harga diri ini tidak terpuaskan maka akan
menimbulkan perasaan inferior, canggung, lemah, pasif tergantung, penakut,
tidak mampu mengatasi tuntunan hidup dan rendah diri dalam bergaul. Minat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
sosial orang lanjut sosial menjadi rendah atau menurun, oleh karenanya
kebutuhan ini penting untuk dipenuhi agar orang lanjut usia memiliki rasa
harga diri dan percaya diri terhadap lingkungan sosialnya. 5) kebutuhan
aktualisasi diri merupakan kebutuhan individu untuk mampu mewujudkan
segala potensi dalam dirinya untuk memperoleh kepuasan diri pada individu
tersebut, tak terkecuali orang yang telah lanjut usia. Mengerjakan apapun yang
dapat mengembangkan potensi dirinya dan menjadi kreatif untuk mencapai
puncak prestasi potensinya.
Hal ini akan menjadi berbeda bila orang lanjut usia masih bisa bekerja
dengan baik. Kondisi ini akan membuat orang lanjut usia merasa harga dirinya
menjadi lebih tinggi dan memberikan status berguna bagi lingkungan
sosialnya. Tidak terbatas dengan fungsi fisik dan mentalnya yang mulai
menurun (Ray Ellis dalam Hurlock, 1980:414).
Ray Ellis (dalam Hurlock, 1980:414) mengatakan bahwa bagi orang
usia lanjut yang berorientasi pada kerja adalah hal penting bagi mereka untuk
mendapatkan pekerjaan yang dapat memberikan status dan perasaan berguna.
Peneliti akan melakukan penelitian tentang konflik pada lansia dengan
kondisi keluarga berbeda-beda yang mengalami post power syndrome. Dalam
penelitian ini kondisi yang dimaksud adalah pensiunan yang masih memiliki
tanggung jawab membiayai pendidikan anak.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian tentang post power syndrome ini, peneliti menggunakan
jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam
Moeloeng, 2005:4) merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang perilakunya
diamati.
Jadi, penelitian kualitatif ini melihat suatu perilaku individu secara utuh,
tidak menunjukkan suatu hipotesis awal atau memasukkannya ke dalam suatu
variabel, namun melihat keseluruhan aspek tingkah laku individu yang di amati
secara keseluruhan.
Menurut Moleong (2005:14) landasan teori penelitian kualitatif bertumpu
pada fenomenologi. Fenomenologi sendiri diartikan pengalaman subjektif atau
pengalaman fenomenologikal, suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok
dari seseorang. Penelitian tentang post power syndrome ini sendiri juga mengacu
pada pengalaman yang subyektif dari informan. Jadi, subyek memiliki informasi
yang subyektif ketika mengalami post power syndrome.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus
dikarenakan pendekatan tersebut akan menjelaskan fenomena khusus yang hadir
dalam konteks yang terbatasi, karena fenomena khusus ini hanya terjadi saat
individu tersebut sedang atau menjalani pensiun. Studi kasus ini tentang post
power syndrome yang akan dijelaskan secara deskriptif dan lebih mendalam.
Pendekatan kualitatif akan mengungkap lebih mendalam dan lebih spesifik.
Karena tiap fenomena itu unik dan akan lebih ada maknanya jika dilihat dengan
sudut pandang secara subyektif.
Punch (dalam Poerwandari, 2005:108) mengungkapkan bahwa studi kasus
merupakan fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi
(bounded context), meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak
sepenuhnya jelas. Kasus ini dapat berupa individu, peran, kelompok kecil,
organisasi, komunitas bahkan suatu bangsa. Terdapat beberapa tipe dalam studi
kasus antara lain: a) studi kasus intrinsik yaitu penelitian yang dilakukan karena
ketertarikan atau kepedulian pada suatu khusus yang dilakukan untuk memahami
secara utuh kasus tersebut tanpa dimaksudkan untuk menghasilkan konsep-
konsep ataupun tanpa upaya menggeneralisasi; b) studi kasus instrumental ialah
penelitian pada suatu kasus unik tertentu dilakukan untuk memahami isu dengan
lebih baik juga untuk mengembangkan dan memperhalus teori; c)studi kasus
kolektif atau majemuk merupakan suatu studi kasus instrumental yang diperluas
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
sehingga mencakup beberapa kasus yang tujuannya untuk mempelajari fenomena
dengan lebih mendalam.
Penelitian tentang post power syndrome ini merupakan suatu studi kasus
intrinsik karena peneliti sangat tertarik dengan pengalaman yang di alami oleh
subyek bahwa subyek tetap bangkit, termotivasi untuk tetap bekerja keras mencari
nafkah, membiayai pendidikan anak-anaknya yang masih sekolah meskipun
usianya telah lanjut.
B. Kehadiran Peneliti
Peran peneliti dalam penelitian bertema post power syndrome ini adalah
pemeranserta sebagai pengamat. Jadi tugas peneliti disini selain sebagai
pengumpul data dan instrumen penelitian juga sebagai pengamat informan
penelitian. Subyek penelitian mengetahui status peneliti sebagai mahasiswa yang
sedang melakukan penelitian bertema post power syndrome. Peneliti juga
membuat surat izin penelitian untuk diberikan kepada subyek penelitian. Surat
izin untuk penelitian terlampir.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di daerah Jawa Tengah. Subyek tidak
menginginkan rumah tinggalnya di sebutkan secara detail oleh karenanya peneliti
hanya menyebutkan garis besar alamat. Rumah tempat tinggal subyek berada di
lingkungan perkampungan yang rumahnya saling berdempetan. Bangunan fisik
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
rumah subyek tergolong sederhana dibandingkan rumah sekitarnya yang lebih
besar-besar. Pemilihan lokasi ini cukup menarik untuk diteliti karena peneliti
ingin mengetahui juga bagaimana interaksi subyek dengan tetangga di sekitar
rumahnya karena lokasi rumah subyek tergolong kawasan padat penduduk.
D. Sumber Data
Sumber data berasal dari subyek utama yang telah dipilih berdasarkan
kriteria subyek. Alat-alat yang di gunakan untuk membantu penggalian data lebih
intensif adalah buku catatan, notebook (laptop), tape recorder dan camera. Hal ini
bermanfaat untuk mencatat dan mendokumentasikan seluruh hasil galian data dari
sumber data. Sedangkan untuk mengkros cek data penelitian, subyek memilih
istri, anak yang tinggal satu rumah dengan subyek utama dan sahabat dekat
subyek utama.
a. Subyek Utama
Nama : PD
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Lahir : Pati
Tanggal Lahir : 22 Desember 1943
Usia : 68 tahun
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
Status marital : Sudah menikah
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Subyek utama di pilih karena sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan pada awal penelitian. Subyek merupakan seorang pensiunan
yang masih memiliki tanggungan membiayai pendidikan anaknya. Peneliti
menentukan PD sebagai subyek utama juga karena peneliti melihat adanya
perbedaan aktifitas subyek yang aktifitasnya lebih banyak bila
dibandingkan dengan teman-teman seusianya yang kebanyakan setelah
pensiun mereka menganggur atau aktifitas cenderung lebih berkurang
dibandingkan ketika masih bekerja. Pada observasi awal peneliti,
ditemukan beberapa gejala post power syndrome pada subyek yaitu gejala
fisik yang di alami subyek seperti subyek terlihat lebih kurus ketika
setelah pensiun di bandingkan sebelum pensiun, rambut berwarna putih,
sering mengeluh pada istrinya tentang kondisi fisik saat ini yang semakin
lemah, cepat lelah. Gejala emosi seperti tidak bisa tidur bila mengalami
masalah yang tidak terlalu serius, pada awal-awal pensiun subyek mudah
marah. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Kartono (2000:234)
menunjukkan gejala psikis dan fisik orang yang mengalami post power
syndrome yaitu layu, sayu, lemas, apatis, depresif, serba salah, tidak
pernah merasa puas dan putus asa, mudah tersinggung, gelisah, cemas,
agresif, suka menyerang dengan ucapan atau benda-benda.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
b. Informan penelitian I
Nama : BL
Jenis Kelamin : Wanita
Tempat Lahir : Bojonegoro
Tanggal Lahir : 10 April 1964
Usia : 47 tahun
Status marital : Sudah menikah/Istri subyek utama
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Peneliti memilih BL sebagai informan penelitian karena merupakan
istri subyek utama yang lebih mengetahui informasi tentang pribadi, keluh
kesah subyek, kebiasaan dan aktifitas subyek utama sehari-hari.
c. Informan Penelitian II
Nama : S
Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 73 tahun
Status marital : Sudah menikah/Teman dekat subyek utama
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Peneliti memilih S sebagai informan karena S merupakan sahabat
dekat subyek utama yang telah mengenal subyek jauh lebih lama daripada
istri subyek. Sahabat dekat subyek ini merupakan teman seperjuangan
subyek ketika bekerja. Menurut penuturan S, subyek banyak bercerita
tentang kehidupannya pada sahabat dekatnya ini.
d. Informan Penelitian III
Nama : AR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 17 tahun
Status marital : Belum menikah/Anak bungsu subyek utama
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Peneliti memilih AR sebagai informan karena AR merupakan anak
bungsunya yang hidup satu rumah bersama subyek utama sehingga AR
juga mengetahui kebiasaan dan aktifitas subyek uatam sehari-hari.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
observasi dan wawancara mendalam (depth interview). Peneliti membuat panduan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
wawancara yang mendetail untuk subyek agar mendapatkan informasi yang
diinginkan. Daftar wawancara dibuat berdasarkan elaborasi dari teori.
Dalam proses pengumpulan data, peneliti merupakan instrumen penelitian
yang utama. Interaksi antara peneliti dengan informan diharapkan dapat
memperoleh informasi yang mampu mengungkap permasalahan di lapangan
secara lengkap dan tuntas.
Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi),
artinya untuk menemukan pemicu dan gambaran post powe syndrome pada PD,
peneliti menggunakan observasi partisipasi, catatan lapangan (field note),
wawancara mendalam dan dokumentasi.
Berikut ketiga teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Metode Observasi
Patton (dalam Poerwandari, 2005:118) mengungkapkan observasi
sebagai alat pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian
dengan pendekatan kualitatif. Observasi dimaksudkan untuk memberikan data
yang akurat dan bermanfaat. Observasi sebagai metode ilmiah harus
dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai
serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
Bufford Junker (dalam Moeloeng, 2005:176) dengan tepat
memberikan gambaran tentang peranan peneliti sebagai pengamat seperti
berikut: a) pemeranserta sebagai pengamat, dalam hal ini tidak sepenuhnya
sebagai pemeran serta tetapi melakukan fungsi pengamatan saja. Peranan
tersebut masih membatasi para subyek menyerahkan dan memberikan
informasi terutama yang bersifat rahasia; b) pengamat sebagai pemeranserta
yang secara terbuka diketahui oleh umum bahkan mungkin ia atau mereka
disponsori oleh para subyek. Karena itu, maka segala macam informasi
termasuk rahasia sekalipun dapat dengan mudah dperolehnya; c) pengamat
penuh, biasanya hal ini terjadi pada pengamatan suatu eksperimen di
laboratorium yang menggunakan kaca sepihak (one way screen). Peneliti
dengan bebas mengamati secara jelas subyeknya dari belakang kaca
sedangkan subyeknya sama sekali tidak mengetahui bila mereka sedang di
amati.
Dalam penelitian ini peran peneliti dalam pengamatan atau observasi
adalah sebagai pemeranserta yang telah di ketahui sejak awal oleh subyek dan
atas kesadaran subyek sendiri yang menawarkan diri menjadi subyek
penelitian. Peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif. Dalam metode
ini peneliti datang ke tempat kegiatan subyek penelitian tapi tidak terlibat
dalam kegiatan tersebut. Observasi dalam penelitian ini dilakukan di rumah
subyek dan karena subyek tidak mengizinkan peneliti untuk melakukan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
observasi di tempat subyek saat ini bekerja karena alasan jauh, maka peneliti
tidak melakukan observasi di tempat subyek bekerja saat ini.
2. Metode Wawancara
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu.
Wawancara dalam penelitian kualitatif dilakukan unutk memperoleh tentang
makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang
diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut (Banister
dalam Poerwandari 2005:127).
Macam-macam wawancara kualitatif antara lain: a) wawancara
informal yang didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaan-
pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah; b) wawancara dengan
pedoman umum yaitu peneliti memiliki pedoman wawancara yang sangat
umum, yang mencantumkan isu-isu yang sedang diliput tanpa menentukan
urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit; c)
wawancara dengan pedoman terstandar yang terbuka yaitu dengan
meggunakan pedoman wawancara yang tertulis secara rinci, lengkap dengan
set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat.
Peneliti menggunakan metode wawancara informal yaitu dengan
menggunakan pedoman wawancara dibuat berdasarkan turunan dari hasil
elaborasi teori kemudian pertanyaannya menjadi berkembang melalui
interaksi alamiah tanpa keluar dari isu yang sedang di teliti. Peneliti membuat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
panduan wawancara berdasarkan teori yang di gunakan. Dalam kerangka
pertanyaan-pertanyaan, peneliti mempunyai kebebasan untuk menggali
informasi dengan probing yang tidak kaku. Dengan begitu arah wawancara
masih terletak di tangan peneliti.
Pertama kali peneliti mewawancarai PD dan meminta ijin mengadakan
penelitian skripsi, dimana PD sebagai subyek penelitian. Setelah itu peneliti
melakukan kros cek data dengan mewawancarai istri dan teman dekat PD.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumen yang berbentuk
tulisan yaitu biodata, serta foto subyek sebelum dan sesudah pensiun.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
F. Analisis Data
Patton (dalam Moleong, 2005:280) bahwa analisis data merupakan proses
mengatur urutan data, mengorganisasikan dalam suatu pola, kategori dan satu
uraian dasar, membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang
signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari
hubungan antara dimensi-dimensi uraian.
Tahap-tahap analisis data Glasser&Strauss (Moleong,2005:280) antara
lain reduksi data yaitu mengidentifikasi satuan terkecil yang ditemukan dalam
data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.
Lalu, setelah satuan diperoleh langkah berikutnya ialah pemberian koding agar
tetap dapat ditelusuri data atau satuannya, berasal dari sumber mana. Kedua ialah
menyusun kategori untuk memilah-milah satuan ke dalam bagian-bagian yang
memiliki kesamaan. Tiap kategori diberi nama yang disebut label. Ketiga ialah
mensintesiskan atau mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori yang
lain yang kemudian diberi label lagi. Terakhir menyusun hipotesis kerja yaitu
dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang proporsional. Hipotesis kerja
sekaligus menjawab pertanyaan penelitian.
G. Teknik Keabsahan Data
Moleong (2005:2327) menyatakan untuk menetapkan keabsahan data,
diperlukan teknik pemeriksaan. Sedangkan teknik pemeriksaan keabsahan data,
yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukupan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
referensial. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan
penelitian hingga pengumpulan kejenuhan tercapai. Jika hal tersebut dilakukan
maka akan membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks, membatasi
bias, mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa. Hal-
hal tersebut akan meningkatkan derajat kepercayaan.
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari lalu
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain seperti significant others atau individu yang
bukan subyek utama penelitian. Dalam hal ini peneliti memilih triangulasi
dengan penggunan metode yang menurut Patton (dalam Moleong, 2005:331)
tedapat dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi dengan cara mengekspos
hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan yang
tujuannya agar peneliti mempertahankan sikap terbuka dan jujur, memberikan
kesempatan pada peneliti untuk mulai menguji hipotesis yang muncul dari
pemikiran peneliti.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
Pengecekan anggota yang terlibat dalam proses penelitian. Peneliti
mengumpulkan para peserta yang ikut menjadi sumber data dan mengecek
kebenaran data dan interpretasinya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada rentang waktu kurang lebih dua bulan
lamanya mulai pada awal Mei 2012 hingga akhir Juni 2012. Waktu tersebut
meliputi pengambilan data hingga penulisan laporan penelitian. Sebelum
melakukan penelitian peneliti masih melakukan persiapan-prsiapan antara lain
konsultasi pembuatan panduan wawancara. Panduan wawancara tersebut
dibuat berdasarkan turunan dari dimensi post power syndrome antara lain
gejala-gejala yang muncul bila orang mengalami post power sundrome. Lalu
menjadi indikator-indikator dari dimensi tersebut kemudian membuat aitem
pertanyaan. Panduan wawancara ini dibuat sebagai pedoman peneliti untuk
bertanya terhadap isu-isu yang sedang berkembang. Wawancara yang
dilakukan peneliti tidak monoton hanya menanyakan panduan wawancara
yang telah tersedia, namun berkembang sejalan dengan fenomena di lapangan
tanpa keluar dari fokus penelitian.
Setelah panduan wawancara selesai dikonsultasikan pada dosen
pembimbing, peneliti mencari subyek penelitian. Tahap pertama yang
dilakukan peneliti adalah mnentukan karakteristik subyek penelitian.
Penelitian ini ingin mengetahui gambaran pensiunan dengan post power
syndrome yang masih memiliki tanggungan membiayai pendidikan anak. Oleh
karena itu ditentukan batasan usia dimana seseorang telah memasuki masa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
pensiun atau menjalani pensiun yang menjadi kriteria subyek penelitian telah
dipaparkan dalam Bab III.
Tahap kedua penelusuran informasi tentang subyek penelitian. Hal ini
dilakukan peneliti dengan cara melalui kenalan peneliti. Akhirnya subyek
mendapatkan subyek penelitian. Subyek ini merupakan dosen perguruan
tinggi negeri yang telah pensiun. Peneliti mencari-cari informasi tentang diri
subyek tersebut melalui internet dan akademik tempat subyek dahulu bekerja.
Setelah menemukan subyek penelitian ini, peneliti kemudian mulai
mewawancarai dan observasi tentang diri subyek dan keluarga subyek. Hasil
wawancara sementara peneliti konsultasikan pada dosen pembimbing karena
subyek mengalami kesulitan dalam pendekatan. Beliau sangat tertutup dan
dingin setiap peneliti berkunjung ke rumahnya. Dosen pembimbing
menyarankan peneliti untuk kros cek data pada istrinya karena data yang
didapat sangat kurang maksimal. Namun hasilnya juga gagal karena subyek
tidak berkenan bila peneliti mewawancarai istrinya. Dosen pembimbing
mengarahkan untuk mengganti subyek tersebut mengingat waktu untuk
penelitian semakin singkat. Gagal dengan subyek pertama, peneliti bersikeras
mencari lagi subyek penelitian. Subyek selanjutnya ini peneliti juga
mendapatkannya dari kenalan peneliti yang bekerja di suatu perusahaan milik
negara. Subyek ini sangat terbuka dan ramah ketika peneliti ingin belajar
bersama dan berbagi pengalaman dengan subyek. Kemudian peneliti juga
menghubungi kerabat terdekat dari subyek penelitian ini yaitu istri subyek dan
teman dekat subyek. Alhasil, kedua orang tersebut bersedia menjadi informan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
atau significant others dari subyek ini. Berdasarkan filosofis penelitian
kualitatif yang tidak menekankan upaya generalisasi melalui perolehan sampel
acak, melainkan berupaya memahami sudut pandang dan konteks subyek
penelitian secara mendalam (Poerwandari, 2001:51). Pendekatan studi kasus
yang tidak memerlukan jumlah kasus minimum tertentu namun disesuaikan
dengan keadaan lapangan pada saat penelitian berlangsung maka seorang
subyek dapat dijadikan subyek utama agar penelitian bisa lebih mendalam
karena yang paling terpenting adalah subyek telah memenuhi kriteria subyek
yang telah ditentukan pada Bab III.
Tahap ketiga adalah pengumpulan data yang berupa wawancara langsung
disertai dengan catatan lapangan. Kendala dalam pengumpulan data ini adalah
adanya ketidakcocokan waktu antara subyek dengan peneliti karena subyek
juga harus keluar kota untuk mengurus lahan perikanan yang di garapnya
setelah pensiun ini. Inilah yang menjadikan proses wawancara berlangsung
lebih molor dari waktu yang seharusnya ditentukan. Dalam wawancara
tersebut yang dibutuhkan peneliti untuk mempermudah proses wawancara dan
pengumpulan data adalah alat perekam suara dan charger alat perekam.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
Dibawah ini adalah jadwal pengambilan data subyek serta significant
others:
Tabel 4.1
Identitas Tempat Tanggal Waktu Kegiatan
PD Rumah PD 13 Mei 2012 09.30 Observasi
PD Rumah PD 18 Mei 2012 14.00-15.00
dan
17.15-17.45
Wawancara
dan observasi
PD Rumah PD 27 Mei 2012 08.00-10.00
dan
16.05-17.15
Wawancara
dan observasi
PD Rumah PD 14 Juni 2012 13.00-13.30
dan
18.30-19.00
Wawancara
dan observasi
PD Rumah PD 16 Juni 2012 10.35-11.00 Observasi dan
wawancara
BL Rumah PD 2 Juni 2012 18.30-19.30 Wawancara
BL Rumah PD 5 Juni 2012 16.00-16.30 Wawancara
S Rumah S 18 Juni 2012 09.30-10.30 Wawancara
AR Rumah PD 20 Juni 2012 11.30-12.00 Wawancara
Dalam kasus ini, subyek yang berinisial PD telah pensiun di
usianya yang ke 57 tahun. PD adalah pensiunan kereta api di sebuah kota
kecil daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di usianya yang
telah lanjut, PD masih harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
keluarganya terutama kebutuhan pendidikan anak-anaknya yang tidak
murah. Di awal pensiun, pikiran PD sempat kalut karena anak masih kecil-
kecil, kebutuhan masih banyak yang harus dipenuhi. PD berpikir keras
bagaimana caranya untuk bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan
keluarganya.
Pikiranku semrawut yaa…karena kebutuhannya itu lebih banyak. Semakin tua, semakin banyak kebutuhannya. Otomatis kan pikirannya rodok banter juga kan. Dulu kan kebutuhan dikit. Anak satu, kecukupan. Sekarang sudah pensiun, anak 3 masih sekolah semua. Jadi kan yoo mikir terus. Makane sekarang kurus. Nyatanya orang Bojonegoro banyak yang bilang, “lho PD apa punya sakit kencing manis?” soale badannya kurus. Semua teman yang ketemu banyak yang bilang gitu. Yaa mungkin karena itu tadi, pertama banyak kegiatan, bisa juga kan. Sudah tua masih banyak kegiatan, otomatis kan perkembangan badannya menurun tapi badannya sehat. Sehat tu karena diimbangi sama olahraga. Saya tiap pagi sepedaan ke tambak 7 kilo lho. Jalan juga pernah, waktu jalanane mbet habis hujan. Kalo naek sepeda kan nggak bisa jalan. Wong di tambak juga enteng wae. Sing abot iku digarap wong ae kok. Kalo enteng kan yang ngerjakan saya, kalo sing berat kan nggak saya. Ada yang mbantu itu. Tapi karena orang sudah tua itu makanya awake iku sudo.
Karena masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, PD bekerja
menggarap lahan perikanan milik keluarganya.
Lha gimana, aku wes pensiun, trus ngangguuur..uang pensiun ya nggak cukup kan buat sehari-hari. Lha trus Taspen itu..uangnya saya bikin warung ini sama buat bikin gubuk untuk di tambak sana itu. Sekarang yaa jualan, kalo nggak laku yaa dibuat makan sendiri, nggak gitu a? karena kebutuhan masih banyak yang harus dicukupi, makanya…yaweslah aku tak mbalik deso, nggarap tambak.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
PD telah menikah dengan seorang wanita yang berasal dari kota
Rembang. Dalam pernikahannya ini, PD tidak diberi keturunan. PD dan
istrinya hidup bahagia dan berkecukupan dengan gaji sebagai pegawai
kereta api. Hingga suatu hari, istrinya sakit dan meninggal dunia. Setelah
istrinya meninggal, PD menikah lagi dengan seorang wanita asal
Bojonegoro yang hingga sekarang menjadi istrinya. PD dengan istri
keduanya inilah diberi keturunan. PD memiliki tiga orang anak dari istri
kedua ini yang semuanya masih sekolah. Anak pertama dan kedua duduk
di bangku kuliah sedangkan anak yang ketiga duduk di bangku SMA kelas
3. Sehingga ketika PD memasuki pensiun, anak-anaknya masih kecil dan
masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Inilah yang membuat PD
masih harus bekerja di usianya yang telah lanjut. Berdasarkan observasi
peneliti, rentang usia antara istri PD dengan PD sendiri sepertinya cukup
jauh karena istrinya terlihat sehat dan badannya subur juga sangat muda
dibandingkan dengan PD yang telah lanjut usia dengan perawakan yang
kurus.
a. Lingkungan Rumah Subyek
Subyek tinggal di pinggiran kota perbatasan antara propinsi Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Letak rumah subyek ada di pinggir jalan raya
kota Cepu. Status rumah subyek merupakan rumah dinas yang tiap
tahunnya subyek wajib membayar uang sewa rumah. Sebelah kanan
dan kiri rumah subyek terlihat banyak sekali pertokoan dan hotel yang
berdiri kokoh. Bagian depan rumah subyek sendiri terdapat warung
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
makan yang terhubung langsung dengan rumah subyek. Bagian
samping rumah subyek terdapat taman kecil yang dipenuhi pot-pot
bunga eforbia, kamboja, sansiviera, cabai, pohon crème hasil rawatan
dari istri subyek. Tepat didepan taman kecil tersebut terdapat kursi
panjang yang terbuat dari kayu. Biasanya subyek berbincang-bincang
bersama istri, membaca buku ataupun hanya duduk santai di kursi
tersebut. Di kursi kayu inilah peneliti juga berbincang-bincang dan
berbagi cerita dan pengalaman semasa pensiun ini dengan subyek.
Rumah subyek tidak memiliki halaman yang luas namun memiliki
sedikit halaman yang panjang, cukup untuk memarkir sepeda motor
orang-orang yang kos dirumah subyek. Bagian belakang rumah subyek
terdapat ruangan khusus kos-kosan yang terdiri dari 3 buah kamar
yang cukup besar. Bagian samping ruangan khusus kos-kos-an tersebut
terdapat sedikit lahan yang ditanami pohon jati, tebu, pohon pisang
kapok, pohon belimbing, pohon jeruk nipis, dan sereh. Bagian depan
rumah yang langsung terhubung dengan pintu warung tersebut terdapat
uang tamu kecil berisikan empat buah kursi duduk berwarna coklat,
meja tamu yang terbuat dari jati dan sebuah almari besar yang disana
terlihat banyak buku-buku dan Al-qur’an terdapat di bagian depan
almari tersebut.
b. Rumah sahabat dekat subyek
S merupakan teman akrab subyek. Rumah S terletak di pinggir
jalan raya besar daerah kabupaten Bojonegoro. Seberang jalan rumah S
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
merupakan stasiun Tobo, tempat tugas terakhir subyek ketika menjadi
kepala stasiun. Rumah S juga merupakan rumah dinas sama seperti
rumah subyek. Depan rumah S terdapat taman bunga dan sebuah
ayunan yang terbuat dari besi. Bagian depan pintu depan rumah
terdapat kursi kayu bercat biru muda. Ruang tamu terletak dibagian
depan dalam rumah. Terdapat empat buah sofa coklat dan sebuah meja
tamu yang terbuat dari kaca. Di dinding ruang tamu terpajang foto-foto
keluarga S. Lantai rumah S berjenis tegel berwarna abu-abu
kehitaman. Di dalam runag tamu inilah peneliti bersama dengan S,
teman dekat subyek berbincang-bincang. Rumah S ini dahulu sering
sekali di kunjungi oleh subyek.
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Temuan Penelitian
Dibawah ini merupakan gambaran dari gejala-gejala pensiunan
yang mengalami post power syndrome dan masih memiliki tanggungan
membiayai anak sekolah.
1) Subyek Utama dan Gejala-Gejala Post Power Syndrome Pada
Subyek Utama
Nama : PD
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Lahir : Pati
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
Tanggal Lahir : 22 Desember 1943
Usia : 68 tahun
Status marital : Sudah menikah
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
PD merupakan pensiunan kereta api pada tahun 2001 lalu. Terakhir
jabatannya adalah sebagai kepala stasiun di Kabupaten Bojonegoro.
PD memulai awal karirnya pada tahun 1965 sebagai tenaga harian di
stasiun kota Juwana. Setelah beberapa waktu bekerja sebagai tenaga
harian, PD di didik oleh perusahaan kereta di kota Kudus selama 3
bulan. Pulang dari pendidikan, PD berganti tugas di stasiun kereta
sebagai penjual karcis. Karena PD melakukan pekerjaannya dengan
baik, PD di didik lagi oleh perusahaan kereta di kota Semarang sebagai
pimpinan perjalanan kereta api. Setelah pendidikan inilah, PD mulai
bertugas di berbagai kota sehingga tempat tinggalnya tidak pasti.
Setelah beberapa tahun lamanya bekerja, PD menikahi seorang
perempuan asal kota Rembang. Setelah menikah itulah PD ditugaskan
di kota Cepu dan mendapatkan rumah dinas. PD dan istrinya menetap
di daerah tersebut. PD memang masih berpindah-pindah kota ketika
bekerja namun masih disekitar daerah tempat tinggalnya. Mereka
hidup bahagia dan berkecukupan meskipun belum diberi keturunan
meskipun sudah berpuluh-puluh tahun menikah. Suatu ketika PD
mengalami musibah bahwa istrinya mengalami sakit cukup berat. PD
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
telah mengupayakan segala cara untuk mengobati penyakit istrinya.
Namun takdir berkata lain, istri PD meninggal dunia. Setelah 2 tahun
istrinya meninggal, PD menikah lagi dengan seorang wanita asal
Bojonegoro. PD mengenal gadis tersebut melalui perantara temannya.
Teman PD tersebut merupakan tetangga si wanita yang hingga
sekarang menjadi istrinya, menemani PD hingga usianya telah lanjut.
Jarak usia antara PD dengan istri keduanya ini yaitu 21 tahun. Ketika
menikah dengan istri keduanya ini, mereka berdua dikaruniai tiga
orang anak. Ketika PD pensiun pada awal tahun 2001, semua anak-
anak PD masih sekolah dan masih butuh banyak biaya. PD sempat
merasa kalut. Berpikir keras untuk mencari penghasilan lain karena PD
tidak mungkin menganggur dengan penghasilan dari uang pensiunan.
Akhirnya PD berniat kembali ke desa asalnya untuk mengerjakan
lahan perikanan milik keluarga yang kebetulan pada saat PD pensiun
tersebut, ia mendapat giliran mengerjakan lahan perikanan milik
keluarganya itu karena memang lahan perikanan tersebut
pengerjaannya adalah sistem bergilir dengan saudara-saudaranya.
a) Gejala Fisik
PD merasa ada perubahan dalam penampilan fisik PD
terutama tenaga. Tenaga menjadi lebih loyo dan mudah lemas,
keseimbangan badan berkurang sehingga harus lebih berhati-hati
agar tidak jatuh. Tidak seperti waktu dulu sebelum pensiun yang
badannya lebih kuat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
Ya ada..keroso lah. Kerosone itu terutama tenaga, tambah loyo. Keseimbangane badan itu loo berkurang. Misale melangkah itu nggak bisa langsung tapi angkang-angkang supoyo gak tibo. Nggak kaya dulu kan langsung blek-blek-blek.. (PD.CHW.34.1)
PD merasakan sakit di bagian lutut dan terasa kaku.
Menurut PD hal tersebut menjadi biasa ketika orang-orang menjadi
tua. Kaki PD yang kaku dan sakit tersebut akan lebih sakit bila
tidak digerak-gerakkan dan tidak terasa sakit bila digerak-
gerakkan.
Yang sering itu yooo..dengkul kaku, kaki kiri ini loo sering kaku, sakit. Menurutku ini umum, kan sudah tua…jadinya ngalami pengapuran (PD.CHW.35.1)
Menurut saya nggak ada. Ya ini..kaki kiri ini kena stroke mungkin. (PD.CHW.41.1)
Yaa ini kaku. Gara-garanya minum kopi habis terawih. Saya itu bikin kopi kentel banget sama airnya kurang mendidih (PD.CHW.42.1)
Subyek bercerita dengan suara yang keras. Subyek menceritakan kehidupannya ketika pensiun. PD mengungkapkan bahwa ia harus tetap bekerja karena kebutuhan yang harus dipenuhi masih banyak. Kebutuhan semakin banyak ketika ia sudah pensiun karena anak-anaknya kuliah semua. PD bercerita juga kalau PD memiliki sakit asam urat 5 tahun setelah ia pensiun. Pada waktu itu PD membuat kopi setelah terawih. Kopi yang ia buat sangat kental dan airnya juga belum sepenuhnya mendidih. Tengah malam ia memanggil-manggil istrinya, mengeluh karena kaki kirinya tidak bisa digerakkan sama sekali, kaku, dan tidak merasakan apa-apa. PD lalu memukul-mukul kakinya dengan keras. PD takut bila ia terkena stroke. Pagi harinya,PD memanggil tukang pijat untuk memijat kaki kanannya. PD berhenti bercerita
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
karena ada ibu-ibu pegawai toko sebelah warung PD untuk menukar uang. Lalu PD melanjutkan lagi ceritanya. PD mengungkapkan, pikiannya semrawut karena ia sudah pensiun namun anak-anaknya masih kecil dan butuh dicukupi biaya pendidikannya. Oleh karena itu, PD berniat kembali ke desa asalnya untuk menggarap tambak ikan. Tambak tersebut milik keluarga PD. Jadi, untuk menggarapnya harus bergilir dengan saudara-saudaranya yang lain. Kalau bukan waktunya, PD menyewa tambak dengan harga sekitar 18-20 juta pertahun. PD juga menceritakan kegiatan hariannya di rumah dan di tambak tempat kerja PD saat ini.(CL.SU.31mei2012.16.05)
Masih kemeng. Kaku..malah justru kalo mendek kaku tapi kalo dipake gerak malah nggak..biasa. Yaaa mulai lima tahunan lah.( PD.CHW.47.1)
Setelah pulang dari acara PERPENKA tersebut, wajah subyek terlihat lelah dan mengeluhkan sakit pada tempurung kaki lututnya yang sebelah kiri. Wajah subyek sambil meringis kesakitan menahan sakit kakinya tersebut sambil menghentak-hentakkan kaki kirinya yang sakit kemudian subyek berdiri lalu berjalan seperti biasa sambil badannya agak membungkuk.
(PD.CHO.11.1)
Pukul tujuh pagi, subyek olahraga dengan lari-lari kecil di halaman rumahnya. Selesai berolah raga subyek mandi pagi dan sarapan pagi. Subyek terlihat lelah setelah berolahraga. Selesai mandi, subyek mengeluh tentang tubuhnya yang terasa sakit. Istri subyek memberinya semangat dan menyuruh subyek untuk bersyukur masih di beri kesehatan olah Allah.
( CL.SU.31mei2012)
PD mengeluhkan kaki kirinya yang terasa sakit. Setelah makan malam, PD meminum obat asam urat dan vitamin. Menurut penuturan PD, PD mulai terkena asam urat sejak 5 tahun setelah pensiun yaitu pada tahun 2006. PD sangat rutin minum obat dan vitamin. 3 kali setelah makan pagi jam 10.00 pagi, makan siang dan makan malam. Hal tersebut PD lakukan untuk tetap menjaga kesehatan badannya, harus tetap sehat karena beliau masih harus
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.( CL.SU.1juni2012.18.30)
Pukul 13.00 subyek bangun dari tidurnya kemudian pergi ke kamar mandi dan berganti baju koko warna putih dengan sarung kotak-kotak berwarna coklat tua. Untuk melaksanakan ibadah sholat dhuhur. Pada saat subyek melakukan duduk diantara dua sujud, badan subyek membungkuk, dengan telapak kaki yang tidak menekuk dan tangan yang bertopang pada lututnya.(PD.CHO.3.1)
PD mulai mengalami sakit ketika sudah tua, sesudah
pensiun. Dulu sewaktu belum pensiun, PD tidak merasakan
tubuhnya megalami gejala-gejala sakit. Selain kakinya yang
sakit, PD juga pernah mengalami darah tinggi. PD berkeluh
kesah tentang fisiknya pada istrinya. PD menanyakan keadaan
tubuhnya saat ini pada istrinya, ia takut bila tubuhnya nanti
akan berubah semakin kurus bila usianya semakin tua. Istrinya
memberinya semangat dan saran, subyek akan tetap sehat bila
rutin berolahraga dan menjaga asupan makanannya.
Yaa waktu tua ini. Lha kalo dulu kan jarang periksa, soale kan nggak sakit. Lha ini kalo sakit kan ya priksa ke dokter, kok gini, keluhane gini..gitu (PD.CHW.45.1)
Darah saya itu 160 e. Tak priksakan itu kalo nggak makan 140. Tapi kalo makan biasa mesti 160. Normale kan 130.
( PD.CHW.44.1)
Setelah sholat jum’at bersama anak bungsunya, subyek berganti baju memakai kaos singlet putih dan celana pendek biru. subyek duduk-duduk bersama istrinya di kursi kayu depan rumah. subyekbertanya pada pada istrinya,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
apakah badannya gemukan, segar? Istrinya bilang bahwa suaminya lebih bugar, gemukan dan kulitnya lebih bersih dibandingkan kalau pulang dari desa, badannya lebih kurus dan hitam. subyek mengungkapkan apa yang membuatnya sedikit resah. Ketika Jum’atan, subyek bertemu dengan temannya yang lebih tua darinya. Teman subyek tersebut terlihat lebih kurus dibandingkan dulu. subyek merasa resah, bahwa nantinya bila umur semakin bertambah tua, subyek menjadi seperti temannya itu. Menjadi sangat kurus, ceking. Istrinya memberi dukungan pada subyek, bila subyek tetap berolahraga dan menjaga makanan yang diasup, subyek akan tetap sehat dan bugar. Terlihat ekspresi wajah subyek yang lebih senang, tersenyum dan mengangguk-anggukan kepalanya, mengiyakan ucapan istrinya.(PD.CHO.7.1)
Menurut PD, tidak ada komentar dari teman-temannya
tentang penampilan fisiknya. Mereka menerima PD dengan apa
adanya PD sebagai dirinya meskipun sudah berusia lanjut.
Nggak ada, biasa-biasa aja…( PD.CHW.33.1)
Namun banyak juga orang kaget terhadap tubuh PD yang
sekarang menjadi kurus dibandingkan sebelum pensiun. Karena
dahulu, ketika sebelum pensiun, PD adalah sosok yang gemuk
dan sehat, dengan perut buncit.
Alhamdulillah sehat..tapi yaa gini..kurus. Dulu saya itu badannya sehat, bugar, gemuk, perut saya buncit ini. Sekarang kurus ini..orang-orang yang ngerti saya sekarang ini pada kaget. Ndisik ngunu saiki ngene. (PD.CHW.36.1)
Penyebab dari tubuh PD yang kurus ini, menurutnya karena
banyak yang dipikirkan PD, terutama dalam hal pemenuhan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
kebutuhan sehingga menjadikan tubuhnya kurus. Selain itu
juga karena sudah tua namun kegiatannya lebih berat. Banyak
orang termasuk tetangga dan temannya mengira PD mengalami
sakit kencing manis karena melihat tubuh PD yang kurus. PD
menerima keadaannya sekarang dengan memahami bahwa
karena sudah menjadi tua maka fisikpun juga mengalami
penurunan.
Pikiranku semrawut yaaa…karena kebutuhannya itu lebih banyak. Semakin tua, semakin banyak kebutuhannya. Otomatis kan pikirannya rodok banter juga kan. Dulu kan kebutuhan dikit. Anak satu, kecukupan. Sekarang sudah pensiun, anak 3 masih sekolah semua. Jadi kan yoo mikir terus. Makane sekarang kurus. Nyatanya orang Bojonegoro banyak yang bilang, “lho PD apa punya sakit kencing manis?” soale badannya kurus. Semua teman yang ketemu banyak yang bilang gitu. Yaa mungkin karena itu tadi, pertama banyak kegiatan, bisa juga kan. Sudah tua masih banyak kegiatan, otomatis kan perkembangan badannya menurun tapi badannya sehat. Sehat tu karena diimbangi sama olahraga. Saya tiap pagi sepedaan ke tambak 7 kilo lho. Jalan juga pernah, waktu jalanane mbet habis hujan. Kalo naek sepeda kan nggak bisa jalan. Wong di tambak juga enteng wae. Sing abot iku digarap wong ae kok. Kalo enteng kan yang ngerjakan saya, kalo sing berat kan nggak saya. Ada yang mbantu itu. Tapi karena orang sudah tua itu makanya awake iku sudo.( PD.CHW.38.1)
Setelah pulang dari acara PERPENKA tersebut, wajah subyek terlihat lelah dan mengeluhkan sakit pada tempurung kaki lututnya yang sebelah kiri. Wajah subyek sambil meringis kesakitan menahan sakit kakinya tersebut sambil menghentak-hentakkan kaki kirinya yang sakit kemudian subyek berdiri lalu berjalan seperti biasa sambil badannya agak membungkuk. (PD.CHO.11.1)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
b) Gejala Emosi
PD menceritakan pengalamannya ketika pensiun dan
kekhawatirannya tidak bisa mencukupi kebutuhan anak-anak
yang masih sekolah. Agar hal tersebut tidak terjadi, PD
menyuruh istrinya untuk jualan dan PD kembali ke daerah
asalnya untuk mengerjakan lahan perikanan untuk mencukupi
kebutuhan keluarganya. PD akhirnya membuat warung
menggunakan uang dari Taspen (Tabungan Pensiun) yang juga
untuk makan sehari-hari keluarganya dan ia berniatan kembali
ke daerah tempat asalnya untuk mengerjakan lahan perikanan.
Jadi saya pensiun mulai bulan Januari tahun 2001. Dalam keadaan pensiun itu, saya masih ada tanggungan ituuu..sehingga untuk jatah pensiun tidak menyukupi. Sehingga saya itu berusaha. Pertama, istri sayaaa…saya suruh jualan untuk menyukupi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan saya pulang kampung, mengelola tambak perikanan demi untuk biaya anak sekolah. Dalam keadaan seperti ini, saya bolak-balik rumah di Cepu dan tempat saya bekerja sekarang, di Juwono. Yaaa riwa-riwi terus. Kalo waktu ngelola tambak itu beres, saya pulang ke Cepu. (PD.CHW.23.2)
Lha gimana, aku wes pensiun, trus ngangguuur..uang pensiun ya nggak cukup kan buat sehari-hari. Lha trus Taspen itu..uangnya saya bikin warung ini sama buat bikin gubuk untuk di tambak sana itu. Sekarang yaa jualan, kalo nggak laku yaa dibuat makan sendiri, nggak gitu a? karena kebutuhan masih banyak yang harus dicukupi, makanya…yaweslah aku tak mbalik deso, nggarap tambak. (PD.CHW.21.2)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
PD menceritakan pada peneliti tentang kegiatannya ketika
di rumah dan hobinya ketika waktu luang. PD sangat senang
membaca buku dan menurut PD, orang yang tidak membaca
buku akan bodoh dan tersingkir dari pergaulan.
Iyaaa..saya senang baca buku. Baca buku itu nambah pengalaman, nambah pengetahuan saya. Kalo orang itu banyak pengetahuan, banyak ilmu, orang itu akan hidup secara optimis,nggak pesimis. Misalnya, baca buku-buku agama. Kita nggak mungkin kesasar, nggak sengsaraa..apa..kan di buku disebutkan kita harus sabar dalam menghadapi kesulitan, tidak putus harapan..ngene-ngene-ngene…gitu kan. Beda kalo kita sering ngelamun, angen-angen nggak ono juntrunge. Itu sing nggawe stress mbak. Jadi, membaca buku itu bagus. Kanjeng nabi, pertama bilang Iqro’ . artinya, kita itu harus membaca demi untuk pengetahuan umum atau agama. Membaca itu sumber pengetahuan. Karena orang tanpa ilmu itu nantinya lholhak-lholhok, bodo. Gimana yaaa..tersingkirlah dari pergaulan. Makane moco iku penting. Tak lanjut lagii..setelah baca-baca saya sholat ashar trus baca-baca lagi di depan rumah. Habis itu sholat maghrib, makan malam trus biasanya saya itu tidur. Sholat isya’ sekitar jam 10 malam, bangun buat sholat isya’.( PD.CHW.26.2)
PD tidak merasa minder ketika ia sudah pensiun justru
lebih menjalin silaturahmi pada teman-temannya dan orang-
orang yang mengenal PD. Teman-teman, anak buahnya dahulu
dan orang yang dikenal PD juga lebih menghargai PD karena ia
lebih tua dan cara PD membimbing dan mendidik anak
buahnya dinilai bagus oleh anak buahnya.
Biasa. Nggak ada perbedaan, nggak ada rasa minder, sinis..itu nggak ada. Malah meraketkan..opo yoo
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
istilahe?lebih dekat menjalin silaturahmi. Ra po-po..justru kalo orang ketemu sama saya itu umumnya malah menghargai.( PD.CHW.31.2)
Yaa karena saya itu lebih tuaaa….di kereta api itu kan apik. Jadi apa ae kalo saya pimpin antar anggota itu baik. Seakan-akan itu saya ngemong wong..di tempat-tempat saya bekerja, apa di Bulumanis, di Jepon, apa di Cepu kene, apa di Tobo atau di Bojonegoro itu bisa ngemong, bisa baik dalam mendidik dan membimbing. Koyok sing tak dolani iku kan juga anak buahku. Sing ning daerah Nggubuk cedak Semarang. Tambah merekatkan silaturahmi.( PD.CHW.32.2)
PD menceritakan dengan nada yang agak meninggi dan senyum diwajahnya ketika menceritakan tentang dirinya yang disenangi banyak orang, disenangi anak buahnya ketika masih bekerja dulu karena baik dalam membimbing dan mendidik anak buahnya ketika menjabat jadi kepala stasiun kereta. (PD.CHO.9.2)
Saat ini keadaan fisik PD, tubuhnya menjadi kurus
dibandingkan dulu sebelum pensiun. Menurut PD ini karena
terlalu banyak yang dipikirkan ketika ia pensiun, terutama
kebutuhan sekolah anak-anaknya.
Yaaa karena daya pikirnya semrawut. (PD.CHW.37.2)
Pikiranku semrawut yaaa…karena kebutuhannya itu lebih banyak. Semakin tua, semakin banyak kebutuhannya. Otomatis kan pikirannya rodok banter juga kan. Dulu kan kebutuhan dikit. Anak satu, kecukupan. Sekarang sudah pensiun, anak 3 masih sekolah semua. Jadi kan yoo mikir terus. Makane sekarang kurus. Nyatanya orang Bojonegoro banyak yang bilang, “lho PD apa punya sakit kencing manis?” soale badannya kurus. Semua teman yang ketemu banyak yang bilang gitu. Yaa mungkin karena itu tadi, pertama banyak kegiatan, bisa juga kan. Sudah tua masih banyak kegiatan, otomatis kan perkembangan badannya menurun tapi badannya sehat. Sehat tu karena diimbangi sama olahraga. Saya tiap pagi sepedaan ke tambak 7 kilo lho. Jalan juga pernah, waktu jalanane mbet habis hujan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
Kalo naek sepeda kan nggak bisa jalan. Wong di tambak juga enteng wae. Sing abot iku digarap wong ae kok. Kalo enteng kan yang ngerjakan saya, kalo sing berat kan nggak saya. Ada yang mbantu itu. Tapi karena orang sudah tua itu makanya awake iku sudo.( PD.CHW.38.1.2)
PD bersama istrinya berbincang-bincang bersama di sore hari sambil melihat-lihat motor dan mobil yang lalu lalang didepan rumah. Subyek bertanya pada istrinya, apakah sekarang ia semakin kurus? Lalu istrinya menjawab, “ya iya dibandingkan dulu waktu masih dinas, metekel, gemuk”. Lalu subyek bercerita awal mula ia menjadi kurus. Hal ini terjadi ketika tahun 2003 kemarau melanda desanya sehingga lahan perikanan yang ia kerjakan kekurangan air. Karena itulah kemudian subyek bekerja keras mencari air untuk mengisi lahan perikanannya. Selain karena bekerja keras mencari air, subyek juga terlalu banyak berpikir tentang anaknya yang masih kecil-kecil dan butuh biaya sekolah.(CL.SUdanSO1.1Juni2012)
Meskipun saat ini PD masih bekerja untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya terutama kebutuhan sekolah anak-
anaknya, menurut PD, waktunya sekarang lebih longgar
dibandingkan ketika masih dinas dulu, lebih santai dan lebih
bebas, tidak tertekan waktu meskipun pekerjaan sekarang lebih
banyak di lapangan dan lebih berat dibandingkan waktu masih
dinas dulu. Pekerjaan PD sekarang berada di lapangan,
memantau lahan perikanan, jalan-jalan setiap hari untuk
memantau perkembangan ikan-ikan. Dulu, pekerjaan PD
berada di dalam kantor. Menurut PD, pekerjaannya sekarang
lebih berat namun waktunya lebih fleksibel dibandingkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
pekerjaan ketika masih dinas yang ringan namun terbatasi oleh
waktu.
Ada lah..justru itu kalo menurut saya, antara pensiun dan belum pensiun itu lebih longgar. Soalnya apa?soalnyaaa dulu kan kerja displin waktu. Jam segini harus berangkat, jam segini harus ini..kalo sekarang kan nyantaaii..waktunya bebas gitu lo dibandingkan dulu. Kan beda itu.. (PD.CHW.39.2)
Pekerjaan PD sekarang lebih berat dibandingkan sewaktu dinas dulu. Pekerjaan PD sekarang berada di lapangan, memantau lahan perikanan, jalan-jalan setiap hari untuk memantau perkembangan ikan-ikan. Dulu, pekerjaan PD berada di dalam kantor. Menurut PD, pekerjaannya sekarang lebih berat namun waktunya lebih fleksibel dibandingkan pekerjaan ketika masih dinas yang ringan namun terbatasi oleh waktu. (PD.CHW.40.2)
Otomatis setelah pensiun lah. Namanya udah pensiun, tenaga uda berkurang, sudah tua, kerjaan juga di lapangan bukan didalam kantor, kan petani. Memang dilapangan itu tidak tenaga sendirian, tapi kan manas. Kalo panas, panasen. Kalo hujan, kehujanan. Mloka-mlaku ning lapangan. Jadi kalo aktifitas itu lebih longgar tapi juga lebih berat waktu setelah pensiun itu. Kalo sebelum pensiun dulu kerjaan lebih ringan tapi waktunya nggak longgar. Kayak saya ini ya kalo nggak ada sambian kaya sekarang, anak apa bisa sampek kuliah. Pensiunan juga cuma segitu aja, kerja juga gajinya pegawai negeri berapa?kalo mau nguliahne anak kan juga jarang.
( PD.CHW.40.2)
PD menanggapi pensiun dengan perasaan senang. PD
merasa sudah sukses dahulu ketika bekerja dan bisa menikmati
hari tuanya, ia merasa tidak ada masalah dalam pekerjannya
selama ia bekerja saat ini.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
Saya itu kalo menanggapi pensiun itu sebetulnya malah luwih seneng. Pertama, saya itu sudah sukses, selamat dalam bekerja, menikmati hari tua. (PD.CHW.57.2)
Nggak ada yaa kalo dalam menghadapi pensiun ini, rumah tangga yoo ndak ada. Justru malah pensiun ini, saya lebih seneng, tidak terikat dengan kedinasan. Malah justru seneng orang pensiun itu, jarang yang nggak seneng. Kita kerja berhasil, trus dapat pensiunan, itu sukses (PD.CHW.62.2)
PD akan merasa tidak nyaman bila tidak ada kecocokan
tindakan dengan apa yang PD inginkan misalnya bila ia
menyuruh anaknya mengisi air kamar mandi dan tidak segera
dilakukan, PD merasa kesal dan tidak nyaman.
Yaa..itu kan relatif yaa..misale aku ngene, wong iku kudu ngene, tapi ternyata wong iku gak ngene. Intinya nggak ada kecocokan lah. Misale aku ngongkon gak ndang ditandangi. Ngisi air jading, bocahe malah gak ndang nandangi, malah males. (PD.CHW.61.2)
Tiap bulan sekali PD bertemu teman-temannya sesama
pensiun yang tergabung dalam PERPENKA yaitu ikatan
pensiunan kereta api agar silaturahmi antar anggota yang telah
pensiun tetap terjalin dan mempererat persaudaraan. Selain itu
ikatan pensiunan tersebut membantu anggotanya untuk
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi misalnya
mengurus kematian anggota yang telah meninggal.
Yaaa masih sering too…kan itu demi untuk silaturahmi. Tiap bulan sekali. Untuk mempererat hubungan waktu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
75
dinas dan luar dinas. Makanya kita itu mengadakan rapat. Kalo waktu dinas dulu tiap bulan sekali selalu ada rapat pegawai. Lha setelah pensiun ini, ada kumpulan pensiunan kereta namanya PERPENKA, persatuan pensiunan kereta api yang kumpulnya juga tiap sebulan sekali. Gunanya masuk PERPENKA ini demi untuk melangsungkan hubungan silaturahmi dan mempererat persaudaraan. Tugasnya PERPENKA itu sendiri untuk mengurus persoalan-persoalan anggota kereta api. Contone koyok kematian. A meninggal. Lha ini keluarga A nggak usah ngurus, yang ngurus itu PERPENKA. Untuk biaya sumbangan dan segala macemnya PERPENKA yang ngurus. (PD.CHW.64.2)
Subyek akan berangkat ke suatu acara yang menurut perkataan istrinya, acara tersebut diadakan oleh PERPENKA setiap bulan sekali pada tanggal 14. Subyek memakai baju batik lengan panjang warna biru dan celana kain hitam. Setelah menstater vespanya dan memanaskan mesin vespa tersebut selama beberapa menit, subyek berpamitan pada istrinya untuk pergi ke acara tersebut.(PD.CHO.10.2)
Selain mengikuti PERPENKA, di sekitar lingkungannya,
PD mengikuti kegiatan sosial gotong royong yang dibentuk
bertujuan untuk mengurus kematian seseorang. Menurut PD,
mengikuti kegiatan sangatlah perlu karena membantu orang
yang mendapat musibah kematian serta meringankan biaya
mengurus kematian seseorang.
Ada. Gotong-royong, kematian. Karena lingkungan saya itu kebanyakan Tionghoa, sehingga saya itu ikut kumpulan yang namanya gotong-royong. Gotong- royong itu kegiatan yang dibentuk untuk mengurus kematian. Lha gotong-royong itu ditarik iuran sesuai dengan kemampuan masing-masing orang. Ada sepuluh ribu, lima ribu, sama tiga ribu (PD.CHW.66.2)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
Ya perlu-lah. Wong itu untuk kematian. Manfaatnya ya untuk menolong orang yang kematian dan meringankan biaya orang yang kematian itu tadi. Penting lah ituu..( PD.CHW.68.2)
Dalam pergaulannya, masih ada beberapa teman PD yang
masih mengajak PD keluar rumah. Biasanya mereka pergi
untuk mengunjungi temannya sesama pensiunan. PD tidak mau
mengunjungi orang yang lebih muda darinya karena yang muda
harus menghomati yang tua kecuali bila ada keperluan dengan
yang lebih muda.
Ya ituuu PG, PR. Biasanya ngajak maen ke rumah PSR. Ayoo PD ning omahe PSR. Berangkat saya, biasanya boncengan naek vespa. Ya cuma itu-itu aja yang lebih tua, yang lain nggak terlalu kenal dan dekat. Yang dekat ya PG, PR,PSR sama saya. Kalo dibawah saya usianya yo emoh. Saya nggak mau soalnya orang muda harus menghormati orang tua. Kecuali kalo ada keperluan, bukannya gengsi tapi kan tata caranya gitu.( PD.CHW.70.2.)
Meskipun PD bila diajak teman-temannya keluar selalu
mau namun PD tidak senang bila diajak keluar rumah oleh
anaknya karena menurutnya hal tersebut tidak ada manfaatnya.
Yaaa kalo sama anak gimana ya. Wong uda gede semua. Kalo masih kecil dulu yoo seneng. Tapi kalo sekarang, uda pada gede yoo gak terlalu seneng. Kan nggak terlalu manfaat.
(PD.CHW.71.2)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
77
PD mengungkapkan bahwa dirinya merasa tidak terlalu
cocok dengan anaknya yang kedua karena anak keduanya itu
semaunya sendiri dan sering membantah perintahnya. PD
hanya memenuhi kebutuhannya saja, terserah anaknya mau
bagaimana, PD membiarkannya.
Dia itu sering mbantah. Kalo dibilangi mesti punya pandangan sendiri, nggak bisa menyesuaikan. Tak biarkan ae, sak karepe dewe. Kalo yang terakhir itu nggak mbantahan, nurut, nggak masalah. Kalo dikasih tau trus nggak nyangkal saya seneng, tapi kalo dikasih tau nyangkal kan bikin sakit hati itu.
(PD.CHW.79.2)
a) Gejala Perilaku
Menurut PD, kebanyakan orang pensiun itu banyak
senangnya karena bisa menikmati hari tua, sudah sukses. Bila
orang tersebut tetap bekerja setelah pensiun, hal tersebut
merupakan suatu pilihan. Seharusnya orang yang telah pensiun
itu menikmati hari tuanya, anak-anak sudah selesai sekolah
semua, tidak ada tanggungan membiayai anak sekolah lagi dan
tidak bekerja lagi.
Cara kerja udah lain lagi. Secara umum, orang itu sesudah pensiun itu akeh senenge, masalahnya apa?menikmati hari tua, berarti dia itu sudah sukses, sudah berhasil. Lha orang bekerja lagi kan nganuu..pilihan seseorang. Kan ndak sama kan. Seperti saya dengan PS. Kita sama-sama punya kebutuhan. Tapi karena PS merasa sudah cukup, mumpuni, istilahnya itu untuk menikmati hari tua. PS merasa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
78
kebutuhannya sudah tercukupi. Mungkin karena uang pensiunannya lebih tinggi dari saya. Sudah punya sewa-sewa kos-kosan banyak, istrinya kerja. Otomatis kan cukup. Lha saya? Saya kan pa?pensiunan kecil, anak-anak masih butuh biaya untuk sekolah, istri saya nggak kerja. Sumbernya kan hanya pensiunan itu aja. Kaya saya punya sewa kos-kosan, sewakan tokoo..ya kalo ada, kalo nggak ada?kalo PS kan di daerah kampus, pasti laku. Lha disini? Jadi prinsipe itu..orang ituu beda-beda. Harusnya kan kalo pensiun itu menikmati hari tuanya. Anak-anak udah mentas, selesai sekolah semua. Ada juga yang daripada nggak ada kerjaan setelah pensiun, makanya kerja lagi, biar lebih kreatif. Jadi orang itu intinyaaa ndak sama.(PD.CHW.58.3)
Menurut PD, tiap orang memiliki sifat yang berbeda-beda
jadi menurutnya harus ditanggapi dengan kesabaran bila PD
mengalami suatu kondisi yang membuatnya tidak nyaman.
Orang itu ada kelebihan dan ada kekurangan. Berarti bila orang itu nggak nyaman, dalam hati itu ada yang nggak tenang, ngganjeel..tapi karena kita sebagai orang yang beriman, sesuatu yang nggak nyaman itu harus ditanggapi dengan kesabaran. Orang kalo menghadapi sesama orang kan beda-beda, ada yang kasar, ada yang halus, ada yang beringasan. Yaaa…macem-macemlah. Jadi pokoknyaaa..intinyaa…itu..istilahnya harus ada kesabaran untuk menghadapinya. (PD.CHW.59.3)
Pekerjaan yang sekarang digeluti oleh PD memang lebih
berat karena lebih banyak menyita waktu dilapangan bila
dibandingkan dengan pekerjaan sewaktu PD masih dinas
sebagai kepala stasiun yang kebanyakan berada didalam kantor.
Namun, waktu yang dibutuhkan lebih fleksibel dan longgar,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
79
daripada sewaktu masih dinas yang kerjanya terbatasi oleh
waktu.
Yaaa tapi kan itu pekerjaan sendiri, bukan pekerjaan kedinasan yang terikat. Kalo kerja punya sendiri kan bebas, diatu sendiri, beda sama kedinasan yang banyak aturan. Laeeen…masalahe itu enak kerja sendiri, karena diatur sendiri. Lah kalo dinas kan ada aturan dan kalo nggak sesuai kan ada sangsinyaa..hukumaneee…makanya justru kanjeng Nabi itu menyuruh umatnya untuk berdagang supaya punya kebebasan. Berdagang itu mulia soalnya bebas dan kalo menjalankan ibadah itu nggak kesulitan. (PD.CHW.63.3)
Sampai saat ini teman-teman PD sesama pensiunan masih
mengajaknya keluar rumah dan PD dengan senang hati
mengikuti ajakan temannya untuk tetap menjalin silaturahmi
dengan teman sesama pensiun.
Yo ada. Saya juga mau kalo diajak main, keluar. Ada manfaatnya. Karena apa?itu untuk silaturahmi dengan teman yang sesama pensiun.( PD.CHW.69.3)
Pukul 09.30 WIB teman subyek yang bernama PG berkunjung kerumah subyek dengan membawa sekeresek cabe merah keriting. Temannya tersebut mengendarai motor bebek. Teman subyek yang berperawakan kurus dengan jenggot yang panjang berwarna putih serta rambutnya yang berwarna putih ke-abu-abu-an mengobrol dengan subyek di kursi panjang terbuat dari kayu disamping rumah subyek. Subyek dan temannya tersebut saling berbincang-bincang cukup lama. Setela berbincang-bincang subyek dan temannya pergi keluar rumah bersama dengan mengendarai motor temannya.(PD.CHO.1.2)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
80
Bila ada masalah yang tidak kunjung selesai PD tetap
mencoba mencari jalan keluarnya namun bila tidak bisa
diselesaikan, masalah tersebut tidak perlu di bicarakan lagi,
harus di sudahi, dan kalau bisa di biarkan saja untuk
menghilangkan kedengkian hati.
Kalo masalah tidak ada penyelesaiannya itu tetep saya cari jalan keluarnya. Bagaimana permasalahan ini bisa ditangani atau diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tapi kalo ternyata tidak bisa diselesaikan, kita harus tetep sabar tapi tidak perlu dibicarakan lagi. Misale ada masalah sampai engkel-engkelan kan harus disudahi. Ngapain kita ngotot-ngotot membahas masalah itu. Biarkan saja atau diputus lah untuk menghilangkan kedengkian di hati. (PD.CHW.72.3)
PD mengisi waktu luangnya di rumah dengan membaca
buku, bersih-bersih rumah membantu istrinya serta
berolahraga.
Ya untuk membaca. (PD.CHW.74.3)
Nggak ada. Seringnya membaca. Kadang juga bersih-bersih, olahraga.( PD.CHW.75.3)
Subyek duduk dikursi panjang yang terbuat dari kayu. Kursi tersebut terletak disamping rumahnya dekat dengan pintu depan. Sambil duduk santai, subyek membaca buku tentang agama yang sudah berwarna kecoklatan. Subyek mengenakan kacamata dan setelan baju koko berwarna putih dan sarung kotak-kotak coklat.(PD.CHO.4.3)
Pada pukul 16.30 subyek duduk di kursi panjang kayu yang terletak disamping rumahnya sambil membaca terjemahan kitab Bulughul Marom yang kertasnya sudah berwarna kecoklatan. Meski suara mobil dan sepeda motor terdengar cukup keras,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
81
karena rumah subyek yang terletak di pinggir jalan raya, subyek tetap membaca buku.(PD.CHO.12.3)
Sedangkan di desanya, kegiatan PD mempersiapkan sendiri
bekal untuk di bawa ke tambak dengan mengendarai sepeda
sejauh tujuh kilo. Sesampainya di lahan perikanannya, subyek
mulai melihat keadaan tambak, kondisi air dan keadaan ikan-
ikannya, memupuk dan mengairi lahan perikanannya.
Yaaa mulai bangun jam 3 untuk tahajud sampai subuh. setelah itu saya masak sendiri untuk bekal ke tambak. Sekitar jam setengah 6, saya berangkat ke tambak. Saya ke tambak naek sepeda, jaraknya kira-kira sekitar tujuh kilometer. Setelah sampai di tambak, saya itu langsung lihat keadaan tambak, bagaimana airnya, keadaan ikan-ikannya. Mengairi tambak, nge-mes, memupuk.( PD.CHW.27.3)
Ketika istri atau anaknya melakukan suatu kesalahan yang
sepele ataupun cukup serius, secara spontan PD marah bila
sesuatu hal yang dilakukan anak atau istrinya tidak sesuai
dengan keinginannya namun kemudian PD memberikan
pengertian dan diarahkan yang seharusnya seperti apa. Bila
tidak diperhatikan, PD membiarkannya. Subyek juga
membangun komunikasi antara dirinya dengan anaknya yang
akan menjalani ujian nasional, memberikan pengarahan-
pengarahan yang menurut subyek baik untuk anaknya, juga
mengajak anaknya untuk bisa mengungkapkan kesulitan yang
sedang dialami.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
82
Yaa secara spontan, nggak cocok sama keinginan saya, ya marah dan memberi pengarahan. Tapi kalo pengarahan saya tidak diperhatikan, saya biarkan saja. Kamu sendiri nanti kalo rumah tangga mrintah anaknya trus nggak diperhatikan, kamu pasti mangkel. Semuanya pasti gitu. Tapi kalo nggak diperhatikan ya biarkan saja. (PD.CHW.76.3)
Istri subyek datang menghampiri subyek setelah pulang dari arisan istri pensiunan, kemudian bercerita pada subyek yang sedang membaca buku tentang uangnya yang belum diberi temannya tapi kata temannya kalau uang tersebut sudah diberikan padanya sebanyak dua ratus ribu. Subyek kemudian mengomentari cerita istrinya dan memberi tahu istrinya bahwa istrinya harus teliti dan lebih bisa untuk mengingat-ingat dengan nada suara yang agak tinggi.(PD.CHO.5.3)
Pada pukul 18.00 subyek melaksanakan sholat maghrib berjamaah bersama anak dan istrinya. Setelah jamaah usai, subyek tidak memperbolehkan anak ketiganya untuk beranjak dari duduknya. Subyek kemudian memberi wejangan-wejangan kepada anak laki-lakinya yang akan menjalani ujian nasional. Anak subyek menundukkan wajahnya ketika subyek berbicara. Selain memberikan wejangan pada anaknya, subyek juga mengajak anaknya untuk berdiskusi hal yang menjadi kesulitannya dalam belajar untuk persiapan ujian nasional.
(PD.CHO.6.3)
PD mengaku pernah melakukan tindak kekerasan seperti
menampar terhadap anaknya yang kedua karena saat itu kedua
anak laki-lakinya bertengkar.
Pernah itu saya nampar yang anak saya nomor dua. (PD.CHW.77.3)
Oooo…sudah lama sekali itu. Waktu itu dia bertengkar sama anak saya yang terakhir. Anak saya An itu kan nggak cocok sama saya, sering bertengkar sama adiknya, tak biarkan aja.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
83
(PD.CHW.78.3)
Menurut PD bekerja merupakan kebutuhan untuk
menghidupi keluarga. Semua orang harus bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Bila tidak bekerja, orang tersebut
adalah orang yang malas sehingga pemikirannya tidak
berkembang.
Nek makna bekerja itu adalaah suatu bekal untuuuk..cari nafkah, untuk menghidupi keluarga. (PD.CHW.53.3)
Iyyaaaa…semua orang itu harus bekerja. Kalo orang itu nggak bekerjaaa berarti otaknyaaa ituuu sakit. Kan gitu. Jadi orang itu diharuskan bekerja. Contohnyaaa seperti Nabi. Dia Rasul. Andaikata saya itu ditakdirkan jadi orang miskin. Untuk apa kita kerja? wong yaa tetep miskin. Tapi Nabi bilang..ooo salaaah..kamu harus kerja. Kalau kamu diberi kecukupan hidup itu tergantung Allah. Jadi orang hidup dianjurkan harus bekerja. Kalo nggak bekerja berarti sakit otaknya. Males kan. Sebetulnya kalo orang itu normal, dia bekerja. Makanya hati itu harus bersih. Kalo hatinya bersih, nanti dituntun oleh Allah. Orang itu akan menemukan sesuatu untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Seperti ulama, ulama kan artinya orang yang berilmu. Lha ilmu itu macem-macem..jadi..ilmu itu bermanfaat untuk orang banyak.( PD.CHW.54.3)
Sedangkan makna lanjut usia menurut PD adalah orang
yang sudah lanjut usia itu tenaga, daya pikir sudah mulai
berkurang. Orang dikatakan lanjut usia bila sudah berumur 65
tahun. Pada usia 60 tenaga dan daya pikirnya masih bagus.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
84
Orang lanjut usia itu artinyaaa orang yang sudaah..cara tenaganya..cara berpikirnya sudah berkurang. Lha ukurannya usia lanjut kan biasanya 60 ke atas. Justru itu orang kalo pensiun usia 60. Tapi kalo orang itu betul-betul jeniuus, pensiunnya di undur sampai usia 65 tahun. Kayak dosen, hakiimm..lha teruus..saya merasakan sendiri kalo umur 65 itu daya pikirnya dan daya geraknya itu berbeda dengan kalo masih umur 60-an.( PD.CHW.55.3)
Yaaa…masih bugar, masih sehat. Saya ngalami sendiri itu. Katakanlah masih mampu. Kalo 65 ke atas sudah beda. Daya pikir sama tenaganya menurun. Udah usia lanjut. (PD.CHW.56.3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
85
2) BL (Informan Penelitian I)
Nama : BL
Jenis Kelamin : Wanita
Tempat Lahir : Bojonegoro
Tanggal Lahir : 10 April 1964
Usia : 47 tahun
Status marital : Sudah menikah/Istri subyek utama
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
BL merupakan istri kedua PD. PD dan BL dikaruniai tiga
orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki. Status praesen
BL adalah bertubuh pendek, gemuk dengan rambut setengah
bahu yang hitam pekat dan kulit sawo matang. Meskipun jarak
usia antara PD dan BL terpaut jauh, dua puluh satu tahun, BL
benar-benar menerima PD sebagai jodohnya dan sangat
menyayangi PD. BL merasa tidak pernah di sakiti oleh PD
sekalipun. BL merasa di bimbing dan juga di didik oleh PD.
Keseharian BL adalah sebagai ibu rumah tangga dan penjual
nasi. Sewaktu PD pensiun, BL meminta pada PD untuk
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
86
dibuatkan warung agar tidak menganggur sekaligus untuk
menambah pendapatan harian. Akhirnya PD membuatkan
warung untuk BL didepan rumahnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
87
a) Gejala Fisik
Menurut BL, tidak ada yang berubah dalam gaya berbusana
PD ketika sebelum pensiun dan sesudah pensiun. Penampilan
fisik PD masih seperti biasa.
Yaa kalo penampilannya ya biasaa aja. Maksudnya biasa itu nggak aneh-aneh. Habis pensiun atau sesudah pensiun ya biasa. Bapak pensiun itu malah seneng.( BL.CHW.3.1)
Namun, untuk kemampuan fisiknya, semakin tua
kemampuan fisik PD semakin berkurang, lebih kurus dibanding
sebelum pensiun yang lebih gemuk dan bugar. Sesudah pensiun
ini karena kebutuhan masih banyak, dan banyak juga yang
dipikirkan untuk pemenuhan kebutuhan, menjadikan tubuh PD
semakin kurus namun sehat.
Ya pasti ada, tambah tua, kemampuan fisiknya malah semakin menurun kan. Kalo fisiknya sih keliatannya biasa. Cumaaa yaaa..kurusan. kan kalo waktu masih dinas sama waktu sudah pensiun ya beda. Waktu dinas dulu, badannya bagus, sehat, perut e gendut, seger buger. Lha sekarang ini sudah pensiun karena kebutuhannya masih banyak, badannya jadi kurus.
( BL.CHW.10.1)
Kata istri PD, PD sering membandingkan dirinya dengan orang-orang lain ataupun teman-temannya yang sebaya ataupun lebih tua. Istrinya selalu memotivasi PD agar tidak resah dan tetap bahagia dengan usianya yang sudah lanjut.(CL.SU.1juni2012.13.00)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
88
Penyebab tubuh PD semakin kurus karena kesulitan dalam
bekerja, memerlukan banyak tenaga untuk mencari air untuk
mengisi lahan perikanannya atau mengganti air lahan ikan.
Mencari airpun cukup sulit, kepanasan karena cuaca di tempat
tersebut panas sedangkan kemampuan fisiknya sudah
berkurang.
Dulu itu waktu kesusahan kerja ituu…kepanasen, kesulitannya kerja itu di tambak itu, cari aiiir..airnya sulit, ikannya kalo airnya kurang kan nggak bisa hidup..( BL.CHW.11.1)
Teman dan tetangga PD mengira PD terkena sakit
kencing manis karena tubuhnya yang sekarang lebih kurus
dibandingkan dulu. PD menanggapinya bahwa semakin tua
tenaga dan kemampuan fisiknya semakin berkurang
sedangkan pekerjaan saat ini yang dilakoni lebih berat
dibandingkan waktu masih dinas.
Ooo..pernah dulu…PD kok e kurus sak niki. Mantun gerah?Nopo kenek kencing manis?. Nggaaak..PD itu dikira sakit sama temannya waktu kumpul-kumpul dirumahnya temennya bapak, pak TM. N, tetangga depan rumah juga pernah bilang gitu sama bapak, ngira bapak habis sakit. Nggaak, biasa,,ogak sakit kok. Tambah tua kan yoo..tenaga berkurang terus, fisiknya kan berkurang, kerjaan tambah berat. Berat itu bukan tenaga yang usung-usung gitu nggaak. Kan dari pikiran kayak gitu ituuu..mikir tambaknya kurang airlah, nggak dapat air. Kan yaa..tengah malam bangun, mompa air biar dapat air. Yaa kan air itu datangnya jam 2 malam. Bapak sendirian, rewangnya kalo malam nggak membantu di tambak. Lha
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
89
yang bantuin itu cuma pagi sampai sore aja. Harusnya sih waktunya cari air ya ikut membantu tapi ini nggak.
( BL.CHW.13.1)
Meskipun badan PD saat ini kurus, namun tidak ada
penyakit tertentu yang diderita PD karena PD mengerti
bagaimana menjaga kesehatan dan mengantisipasinya.
Misalnya bila tekanan darah PD naik daripada sebelumnya, PD
langsung puasa. Ketika PD merasa pusing, kurang enak badan
langsung periksa. PD juga mengalami sakit asam urat yang
awalnya terjadi karena PD membuat kopi terlalu kental. Setelah
itu tengah malam kaki PD terasa kaku dan mati rasa.
Nggak ada. Yaa kalo pusing, PD tidur. PD itu tahu menjaga kesehatan itu gimana. Misalnya tekanan darahnya PD itu naik. Bapak itu bisa mengantsipasi. Jadi kalo pas tekanan darah tinggi naik, 160. PD terus puasa.( BL.CHW.20.1)
Yaa nggak kapan-kapan. Pokoknya kalo PD kerasa pusing, badannya nggak enak, gimana gitu, mesti langsung periksa trus puasa. Emmm ada sih, ituuu asam urat, gara-garanya habis terawih, saya kan belum pulang dari masjid buat bikinkan minuman, PD udah pulang duluan trus PD bikin kopi kentel banget, malemnya langsung kaki kirinya itu kaku, nggak kerasa apa-apa, mati rasa. (BL.CHW.21.1)
a) Gejala emosi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
90
Menurut BL, istrinya, PD memiliki sikap yang baik,
bijaksana, santai dan tidak memiliki keinginan yang muluk-
muluk.
Orangnya baik, bijaksana, santaii nggak ngoyo.(BL.CHW.1.2)
Peneliti membantu istri PD untuk memasak didapur. Ketika memasak, kami mengobrol tentang PD. Istrinya bercerita kalau ia selalu mendoakan PD agar selalu diberi kesehatan dan kemudahan dalam bekerja serta rezeki yang lancar pada Allah. Istri PD merasa kasihan pada PD, sudah memasuki usia lanjut namun masih tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kerja keras untuk menghidupi keluarganya. Istrinya bercerita kalau PD adalah sosok yang sangat baik. Kehidupan PD dulu lebih dari cukup dan bahagia bersama keluarganya. PD tidak hanya merawat orang tuanya dengan sangat baik karena ia juga bersikap yang sama dengan mertuanya.( CL.SU.3juni2012.08.30)
BL bercerita bahwa perasaan PD ketika pensiun merasa
senang karena waktu untuk melakukan kegiatan yang
diinginkannya lebih fleksibel dibandingkan sebelum pensiun
yang terbatasi oleh waktu. Ketika pensiun sekarang ini PD
kembali ke desa asalnya untuk menggarap lahan perikanan dan
hasil dari penjualan ikan tersebut PD gunakan untuk membuat
toko disebelah rumah untuk nanti digunakan sendiri bila ada
keluarga yang mau buka usaha atau dikontrakkan. Penyebab
PD merasa senang ketika pensiun karena pada saat yang
bersamaan itu pula PD mendapat giliran untuk mengerjakan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
91
tambak milik orang tuanya, jadi tidak sampai menganggur, ada
kegiatan setelah pensiun.
Yaa..tapi kan sekarang lebih bebas. Tidak terikat gitu loo..bebas beer…bebas..bebas berkreasi, mau ngapa-ngapain nggak ada yang menuntut, tidak tertekan waktu. Kalo dulu waktu masih dinas kan..sekarang harus gini, sekarang harus gini, nanti harus gini. Justru itu waktu dinas tak suruh pindah ke Tobo.(BL.CHW.4.2)
Lha yoo dulu itu pas sebelum pensiun malah nggak bisa kobet. Kan waktunyaaa kan sempit ngunu loo..kalo kayak gini kan bebas, udah pensiun, mau kerja begini, mau kerja begitu udah enak.(BL.CHW.9.2)
Seneeeng. …PD itu tambah seneng waktu pensiun. Selama bekerja kan nggak bisa berkutik kan. Lha waktu pensiun ini bebas. PD pensiun tambakan, hasilnya tambakan bisa bikin toko yang dikontrakkan disebelah rumah ini. Itu dulu juga saya yang usul. PD istirahat, nggak ngerjakan tambak lagi, trus uangnya buat bikin toko sebelah. Lha tanah disebelah kan kosong, itu sering ditanyakkan orang. Lha kalo punya toko, mungkin kalo anak-anak mau usaha atau buat usaha sendiri kan enak, punya tempat. Selama belum dipake sendiri kan bisa dikontrakkan, wong tempat e dipinggir jalan pasti banyak lakunya.( BL.CHW.24.2)
Bapak itu lo malah seneng kalo pensiun ini. PD itu lo nggak sampai mikir jauh-jauh kalo misale udah pensiun. Pas waktu giliran tambak itu, PD pensiun. Kan pas waktunya, nggak sampai nganggur, nggak ngapa-ngapain.(BL.CHW.30.1)
BL mengungkapkan bahwa PD tidak merasakan ada
perasaan yang mengganjal. Karena masih harus memenuhi
kebutuhan sekolah anak-anaknya maka dari itulah PD bekerja
lagi di usia tuanya.
Nggak ada, justru karena ia masih harus memenuhi kebutuhan anak-anaknya yang masih sekolah, makanya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
92
bapak itu kerja lagi buat nambah-nambah biayai sekolah anak-anak. Kalo pengeluaran dirumah kan ada tambahan pemasukan dari kos dibelakang buat bayar listrik sama air.(BL.CHW.25.2)
Tidak ada perubahan emosi yang nampak pada PD, tetap
sama ketika sebelum pensiun dan sesudah pensiun. PD akan
marah bila perintahnya tidak segera di turuti terutama oleh
anak-anaknya. PD sangat jarang sekali bertindak hingga
melakukan kekerasan kecuali bila masalah tersebut benar-benar
membuat PD sangat kesal.
Kayaknya ya nggak ya. PD itu marah kalo nggak ada kecocokan antara PD sama anak-anak. Kalo diperintah nggak segera dilakukan, gitu. Tapi nggak sampai nampar atau keras, pernah sih tapi satu banding seribu, itu kalo bener-bener sangat menjengkelkan. PD juga nggak pernah berlaku kasar sama saya. Yaaa biasa nggak ada perubahan apa-apa.( BL.CHW.26.2)
Terdapat hal yang menjadi beban pikiran PD bila PD
dipanggil dengan sebutan haji padahal PD belum haji namun
orang-orang sering sekali memanggil PD dengan sebutan haji.
PD merasa tidak enak dan nelangsa bila dipanggil dengan
sebutan mbah kaji. Istrinya yang mengetahui hal tersebut selalu
membesarkan hati PD dengan cara menyuruhnya bersyukur
bahwa perkataan orang-orang itu semua adalah doa,
mendoakan PD untuk haji. Istrinya pernah usul pada suaminya
ketika PD tidak menggarap lahan perikanannya, uang tersebut
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
93
digunakan untuk menunaikan ibadah haji. Namun PD
menolaknya dengan alasan bila masih ada kebutuhan anak-anak
yang harus dipenuhi dan mungkin saja anak-anak lebih
membutuhkan daripada untuk biaya PD pergi haji.
Beban pikiran itu kalo pas PD dipanggil orang dengan sebutan pak haji. Gitu PD beban. Nelangsaa…ya Allah aku iki durung haji. Ya Allah pak gitu itu di amini ae..alhamdulillah..yo kui berarti sampeyan di dungakne. Saya itu juga sering ngerti kalo PD dipanggil, mbah..mbah kaji, assalalmu’alaikum mbah kaji ngunu kui aku iku nelangsa. Ngunu kui gak perlu nelangsa pak. Sampeyan kudu bersyukur, sampeyan di undang pak kaji. Sampeyan iku di kei label haji teko Gusti Allah. Ngunu kui sakjane sampeyan malah alhamdulillaah…amiin, dalam hati. Tak gitukan mbak. Jangan malah nelangsa kalo dipanggil mbah kaji. Syukur-syukur malah kabul. Sopo ngerti sampeyan di haji ne Gusti Allah. Justru iku sampeyan mungkin wes di haji ne Gusti Allah ning Mekkah tapi sampeyan jasad e ning omah..pernah tak gitukan. Malah pernah tak gini-kan, wes ta pak, sampeyan kan gak tambakan, duit e iku digawe munggah haji. Dulu mau bareng sama YN, saudaranya tapi nggak jadi. Sebenarnya YN itu yaaa…soalnya yaa..PD masih ada kebutuhan anak. YN kan punya tambak sendiri, jadi misalnya dijual 2 tahun, kan bisa tu uangnya buat haji berdua, bertiga sama suaminya YN tapi PD nggak mau soalnya masih ada kebutuhan anak, mungkin aja kalo anak-anak lebih membutuhkan. Eehh..YN juga nggak jadi berangkat, dulu ngajak barengan, malah nggak jadi dua-duanya. Trus PD saya bilangi, wes ta pak, sampeyan dewe ae sing haji, aku keri wae. PD nggak mau..yo nggak, wong sing jenenge keluarga iku yo bareng-bareng, masa sing haji wong sing lanang tok? Brarti kan PD memikirkan saya, sayang sama saya. (BL.CHW.27.2)
Menurut penuturan BL, suaminya PD masih aktif
mengikuti kegiatan sosial bernama PERPENKA sebagai ajang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
94
silaturahmi sesama pensiunan pegawai kereta api. Kegiatan
PERPENKA adalah untuk saling bertukar pengalamn dan
membantu sesama anggota yang mengalami kesulitan.
Persatuan pensiunan kereta api. PERPENKA itu..Yaaa buat ketemu teman-teman sesama pensiun ato ada kabar apaa..gitu tau.(BL.CHW.36.2)
Sepengetahuan BL, PD merasa sangat senang bila bertemu
teman-temannya. Bila bertemu PD selalu menyapa temannya
dan mengajaknnya mengobrol. PD juga menyapa tetangganya
bila bertemu dan mengobrol. Selain hanya sekedar mengobrol,
biasanya PD juga mendoakan dan memberi saran bila ada
tetangganya yang mendapat masalah.
Nggak. Bapak itu biasaaa..PD itu kalo ketemu temen malah seneng, ngajak ngobrol. Orang kalo diluar, ada temannya ato tetangganya lewat mesti nyapa, “weeii pe nok ndi?sini-sini-sini dulu”. Trus diajak ngobrol apa aja..seneng pokoknya kalo ketemu temen-temennya.(BL.CHW.40.2)
Yaa sama aja…mesti juga nyapa, gimana kabarnya cik?. Tapi biasanya PD kalo ngobrol sama tetangga atau temn-temennya mesti ngasih saran, mendoakan, gitu. Yaaaah.. semoga ngene-ngene-ngene yaa…(BL.CHW.41.2)
Hal yang membuat PD merasa tersinggung ketika ada
seseorang yang salah menuliskan namanya di undangan.
Apa yaaa yaa cuma kalo dapet undangan terus namanya itu sak enaknya sendiri nulisnya. Itu yang bikin bapak tersinggung. Kalo yang lainnya jarang sih.(BL.CHW.43.2)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
95
Kondisi yang membuat PD merasa nyaman yaitu ketika
puasa dirumah karena ada yang menyediakan dan tidak
bersusah-susah ntuk membeli lauk seperti yang biasanya
dilakukan PD bila puasa tidak dirumah.
Ooo…itu kalo sedang dirumah, seperti kalo puasaaa suka dirumah. Kan kalo di Juana susah, cari lauk dulu, masak. Kalo dirumah kan sudah ada yang menyiapkan dan terjamin. Trus kesukaannya PD itu kalo tiap pagi harus ada teh anget, kopi anget atau susu anget dan ada makanan ringannya. Dari dulu yaa seperti itu. Dulu biasanya kalo sore nggak punya makanan ringan, dia beli trus disisakan buat dimakan paginyaaa..gitu. (BL.CHW.45.2)
BL tidak merasa minder meskipun suaminya telah lanjut
usia. BL menerima bahwa suaminya adalah jodohnya meskipun
usianya telah lanjut. BL merasa bahwa suaminya sangat
menyayanginya, bisa ngayomi dan mendidiknya juga, hatinya
tidak pernah disakiti seperti teman-temannya karena ada
beberapa temannya yang cerai, menenangkan jiwa. Ketika PD
memberikan sambutan pada teman-teman reuninya, PD justru
menceritakan riwayat hidupnya bisa bertemu dengan BL dan
tidak merasa minder. Namun terkadang sikap PD juga
menjengkelkan karena terlalu mendahulukan kepentingan
orang lain, kurang mengerti kepentingan BL pada suatu waktu.
Nggaaak..saya malah kalo kumpulan ibu-ibu pensiun gitu, kan semuanya udah pada tua-tua, saya sendiri yang masih muda. Kalo pas mereka ngomong-ngomong tentang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
96
menopause..menopouse gitu saya mesti bilang…aku gak i, aku kan masih kecil. Gitu ibu-ibu pada ketawa semuanya. (BL.CHW.52.2)
Ya kan emang udah jodohnya. Kemaren, waktu ada reuni SMEA, kan acaranya dirumah tu, PD malah ngasih sambutan, trus cerita riwayat e PD dapet saya. Yaaa temen-temenku menerima dengan baik, positif gitu loo nggaak..ngaak..komentar, suamimu kok udah tua BL? Saya loo malah gini..alhamdulillaaah..suamiku ini tua tapi bisa ngayomi saya, bisa ndidik saya maksudnya ituu bisa menenangkan jiwa. Maksudnyaa itu..kan nggak pernah ada probleeem. Yaa ada problem tapi yaa seputar keluarga ajaa..kan ada temen-temen saya yang punya masalah sama suaminya, gini-ginilaaah trus sampai cerai. Yaaa situasiku kayak gini, situasi PD kayak gini, tapi PD nggak minder, nggak malu, biasaa menghadapi temen-temen saya. Kan orang biasanya ada yang punya rasa minder kan..lhooo istriku masih muda, tapi aku sudah tua. Makanyaa saya loo bersyukur, sayaa loo bersyukur meskipun suamiku sudah tua, tapi hatiku nggak pernah disakiti. Lhaaa temenku itu hatinya disakitii..ditinggal suaminyaa..yaaah kalo bikin greget-greget yaa pasti pernah..kadang-kadang. PD ituu nganuu pendapatnya itu nggak mau disangkal. Truus ke-sosial-en, misalnyaa yaa ada orang nyari sambel bajak. Lha waktu itu saya nggak buat sambel bajak, saya bikinnya sambel ijo. Gitu ituu.. PD bilang ini lhoo buatkan sambel bajak, ngene-ngene-ngenee..enak ini negen-ngene-ngene..nggak tau kalo tenaga saya udah sangat capek, kaya gitu kan PD nggak mau tau kan. Trus kaya kemaren ada orang mau numpang tempat buat sol sepatu, dia membolehkan , lha saya nggak membolehkan. Kalo udah membolehkan kenapa minta pendapat saya. Nanti barangnya itu loo masa mau wara-wiri dibawa pulang, dibawa sini lagi paling nggak kan pasti kan dititipkan kita, sedangkan rumahnya itu uda banyak barang, sempit, kaya gitu saya jengkel sama PD. Tapi PD akhirnya bilang nggak boleh. (BL.CHW.53.2)
b) Gejala Perilaku
Cara berbicara PD sangat menekan, lebih terlihat ngotot.
Mungkin karena tiap hari bekerja di kereta maka suara PD
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
97
harus keras agar terdengar dan tidak kalah dengan suara
kereta. BL dan PD memiliki komunikasi yang bagus, bila ada
sesuatu hal selalu dibicarakan berdua ketika mau tidur, tentang
keluarga, pekerjaan. PD orang yang tidak muluk-muluk
menginginkan sesuatu dan tidak terlalu keras juga dalam
menggapai suatu hal yang menjadi keinginannya, lebih pada
berjalan apa adanya atau pasrah.
Kalo ngomong emang kaya gitu, udah pembawaane yoo gitu mbak. Yaaa mungkin karena bapak itu uda terbiasa kerja di kereta..kan suaranya harus keras kalo ngomong deket kereta. Bapak ituu..nggak tau..pokoke seumpama…ada masalah gitu yaa selalu di omongkan. Saya sama bapak itu sering cerita-cerita bukan sering ya malah emang kaya gitu kebiasaannya, cerita-cerita kalo waktu mau tidur malam. Pasti disempatkan cerita-cerita tentang apapun, anak-anak, keuangan, masalah tambak, macem-macemlah. Bapak itu orangnya santai, nggak kaku. Pokoke dia itu nggak memikirkan yang muluk-muluk, yang penting tuu..yaaa..berjalan apa adanya. Maksudnya nggak muluk-muluk itu yaa..tiap orang pasti kan punya kepinginan, berjalan apa adanya. Kalo belum bisa tercapai ya sudah, masih belum waktunya. Nggak sampai ngoyo. Yaa itu aja menurut saya.(BL.CHW.2.3)
Ketika BL ditanya oleh peneliti tentang pendapat BL
tentang perubahan keuangan saat PD pensiun, BL tidak
mengerti berkurang atau tidak pendapatan dalam keluarganya
karena BL ternyata tidak pernah diberi tahu gaji PD tiap bulan
yang penting BL berkecukupan. Untuk membantu pengeluaran
harian, BL membuka usaha kos-kosan dan uang hasil sewa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
98
kos-kosan itu yang digunakan untuk membayar rekening air
dan listrik.
Kalo berkurang saya kurang tau. Soalnya saya nggak pernah dikasih tau gajinya itu berapa. Pokoknya saya kecukupan. Yaaa saya ada pendapatan kos-kos an di belakang, lumayan bisa buat bayar air sama listrik.(BL.CHW.17.3)
BL juga memiliki ide membangun warung makan di depan
rumah. Ide BL membangun warung karena BL semapt resah.
Nanti kalau PD sudah pensiun kan nganggur, BL juga
nganggur. Akhirnya BL meminta pada PD untuk dibikinkan
warung makan selain untuk tambahan penhasilan selain uang
pensiunan juga untuk di makan sendiri. Waktu itu BL tidak
tahu kalau PD mau mengerjakan lahan ikan di desa asal PD
karena PD belum bilang pada BL.
Itu yang punya niatan bangun warung saya. Saya itu begini…nanti kalo PD pensiuuun, kok nganggur semua, eee….lha saya kan nggak tau kalo mau garap tambak, tapi kok saya nganggur..anak-anak kan sudah nggak momong lagi kaya dulu, akhire aku mikir mau ngapain nanti?ya saya minta dibikinkan warung makan aja. Maksud saya kan bisa buat makan sendiri juga selain nanti ada tambahan. Uda gitu nggak muluk-muluk. Saya juga nggak mau muluk- muluk. (BL.CHW.19.3)
BL bercerita bahwa rutinitas saat ini, PD hanya menggarap
lahan perikanan di desa tempat asalnya. PD mendapatkan
giliran untuk menggarap lahan perikanan milik orang tuanya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
99
tepat setelah PD mulai pensiun, jadi tidak sampai nganggur
dan tidak ada beban pikiran setelah pensiun nanti karena ada
kesibukan tersebut.
Ya itu aja rutinitas di tambak. (BL.CHW.29.3)
Yaaa kan beli dulu, itu kan tambak warisan, dikerjakan bergilir dengan saudara-saudaranya PD. Kalo mau beli juga uangnya nggak cukup. Uang pensiun dari BTPN cuma berapa itu..nggak nyukupi. Kan pas dapat giliran setahun. Seandainya kalo gilirannya dijual itu dapat dua puluh tiga juta lima ratus ribu rupiah. Saya itu ginii..ya Allah pak, alhamdulillah, berarti itu rejeki pak, habis pensiun trus dapat giliran. Makanya PD itu nggak ada beban, wah aku pensiun masa nganggur, gitu itu nggak. Soalnya ada kesibukan. Lha kalo ke tambak itu PD biasanya masih pake sepatu. Walaah aku ning tambak di loro i wong-wong. PD..wah ning tambak ae kok gawe sepatu. Diguyu aku. Yoo kan mungkin PD masih nggak terbiasa kalo kerja nggak pake sepatu, soalnya kan dulu kalo dines selalu pake sepatu. Kalo menurut saya kan lumrah kalo pake sepat, lumyaan jauh juga jarak antara rumah sama tambak. Harusnya kan orangnya yang di tambak kan maklum..oyaa kan dulu pegawai.(BL.CHW.31.3)
BL menceritakan pada peneliti ketika PD mengalami
masalah atau sesuatu hal yang menjadi beban pikirannya, BL
akan diam kemudian tidak bisa tidur, susah tidur misalnya
setelah memarahi anak-anaknya karena suatu hal, PD terlalu
memikirkan kejadian tersebut. Sebenarnya PD tidak marah
hanya memberi tahu saja letak kesalahannya dan mengarahkan
seharusnya yang seperti apa.
Diam aja..tapi biasanya trus nggak bisa tidur mbak. Susah tidur..mikir. misalnya habis marahi anak-anak, kaya gitu trus malemnya nggak bisa tidur.(BL.CHW.32.3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
100
Kalo marah nggak pernah. Paling juga cuma dikasih tau aja. (BL.CHW.44.3)
Meskipun kondisi fisik mulai menurun, PD tetap menjaga
kesehatan tubuhnya dengan minum vitamin, suplemen juga
olah raga rutin pagi hari, lari-lari kecil di halaman rumah.
Yaaa itu minum vitamin, suplemen sama olah raga rutin pagi hari. Selalu olah raga kalo pagi di halaman samping rumah, lari-larikecil. Pokoknya bisa keringatan.
( BL.CHW.46.3)
3) S (Informan Penelitian II)
Nama : S
Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 73 tahun
Status marital : Sudah menikah/Teman dekat subyek utama
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
S merupakan teman dekat subyek utama. Subyek utama dan
S sudah berteman sejak PD masih berumah tangga dengan istri
pertamanya dulu. Keluarga S dan keluarga PD sangat akrab. Bila
PD memiliki masalah, biasanya PD bercerita pada S. begitu juga
sebaliknya. Mereka saling menjaga rahasia. S pun sudah tidak
menganggap lagi PD sebagai sahabatnya namun sebagai saudara.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
101
Ketiga suami S pensiun dari tugasnya sebagai kepala stasiun Tobo,
suami S memilih PD sebagai penggantinya yang ia percaya. S di
beri kepercayaan oleh atasannya untuk memilih sendiri
penggantinya setelah pensiun. Usianya yang sekarang tidak muda
lagi membuatnya sulit untuk bertemu dengan PD karena jarak
rumah yang lumayan jauh. Begitu sebaliknya dengan PD yang juga
sudah merasa kesulitan untuk berpergian jauh untuk mengendarai
vespa sendiri. Selain itu, PD juga sudah disibukkan dengan
rutinitasnya setelah pensiun yaitu mengerjakan lahan perikanan
didesa asalnya. Padahal dulu sebelum mereka sudah lanjut usia, PD
dan S saling berkunjung meski untuk sekedar bercerita.
a) Gejala fisik
Ketika awal-awal pensiun PD masih sering berkunjung ke
rumah S. Namun sejak mengerjakan lahan perikanan di desa
asal PD dan PD mengalami sakit pada kakinya itu sudah tidak
saling berkunjung. S memaklumi kondisi tersebut.
Iyoo..sering kesini teruuss..nggak kesini ituu semenjak ngerjakan tambak di desanya ituuu…itu yang pertama..yang keduaa samparane iku sakiit..yaaa saya maklumi wong udah tua. Saya juga bilang ke BL, eeh BL jauh di mata tapi dekat di hati yaaa…karena apaa..yoo wes podo tuanee..podo dungo dinungoo..iyoo aku gak po-po yang BL itu bilang gitu. Kadang saya juga mbatiin..kadang-kadang kalo pas saya sama pakde maen trus BL jualane lariis..kadang itu juga kasihaan..mau nggak di ajak ngobrol juga gimanaa..kalo pas ngobrol juga gimana..ada orang beli.(S.CHW.9.1.3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
102
S mengenal dekat PD ketika PD menjadi kepala stasiun
Cepu dan suami S jadi kepala stasiun Tobo. Suami S dan PD
sering bersepeda bersama ketika sebelum pensiu. Setelah
pensiun ini berbeda, nggak pernah lagi sepedaan seperti dulu.
Naik sepeda sudah tidak kuat lagi, tidak pernah maen kerumah
S seperti dulu. S pernah meminjam uang pada istri PD yang
pertam. PD dengar kalau S pinjam uang, kemudian PD bilang
pada S, orang kok selalu ngurusi masalah uang saja. S bilang
kalo untuk bayar sekolah anak-anak. Sekarang, S ganti
bertanya pada PD bagaimana rasanya membiayai sekolah anak?
Yaaa waktu PD itu dulu jadi kepala stasiun Cepu. Lha PS, suami saya itu jadi kepala stasiun Tobo. Suueee biangget iku mbaak. Itu kenal deketnyaa..tapi kalo kenal awalnya itu yaa waktu S jadi kepala stasiun Tobo. Dulu itu sering sepedaan bareng PD itu sama pakdee..kan sehaat..lha kalo sekarang beda..nggak bisa naek sepedaa..naek sepeda nggak kuaat.. jadine ribet..nggak pernah maen kesini. Duluu nggaak..seriing maen bareng itu. Sampe pernah dulu ituu saya pinjam uang sama almarhumah istri PD yang dulu..buat bayar sekolah anak-anak. Gitu ituu PD dengeer itu bilang saya..wong kok duuuweeeek ae..haaahaaaahaaaa. Trus sekarang ganti saya yang ngelokne PD. Saiki piyee rasane nyekolahno bocah telu kuii? Hahahaha (S.CHW.6.1.3)
b) Gejala Emosi
PD mengiyakan omongan S bahwa sekolah itu butuh biaya
banyak. PD dan S sudah bukan teman dekat lagi. S
menganggap PD itu saudaranya. Saling bertukar cerita bila
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
103
mengalami masalah dan saling menyimpan rahasia. Saling
memberi bila ada rezeki lebih misalnya makanan. Namun
sekarang sudah jarang untuk mengantar makanan, selain jarak
rumah yang jauh, juga sudah pada tua, merasa kesulitan untuk
saling berkunjung, hanya saling mendoakan.
Iyoo..yooo duuweek tok sekolah iku, biyen aku ngelokno awakmu haahaahaaa, PD bilang gitu. Wes pokoke aku ambek PD iku wes gak wong liyo. Tak anggep dulur. Saya juga ngomong ituu sama BL, istrinya sekarang itu. Yoo emang aku ambek PD raket bangeet. Dulu ituu saya kalo ada masalah ceritaa sama PD, PD kalo ada masalah juga ceritaa sama saya. Yaa rahasiaku yoo rahasiane PD. Rahasiane PD juga rahasiaku. Jadine wes podo ngerti. Lha mesti PD itu kalo ada makanan, bancaan, lak mesti inget saya. Saya juga gitu kalo ada makanan mesti tak anter ke PD. Sekarang kan sudah pada tua..jarak rumahe PD sama saya kan lumayan jauh juga. Jadi jarang maen kesini..cerita-cerita..kan yooo rekoso..eeh..yo podo dungo-dinungane ngunu mbaak.(S.CHW.7.2)
S menceritakan keluhan-keluhan yang diceritakan PD pada
S. S juga menasihati PD untuk tidak memikirkannya terlalu
serius agar di beri umur panjang. Tidak seperti S yang bila
sedikit berpikir serius kemudian sakit.
PD itu mengeluh sama saya..saya juga ngasih tahu..eeh PD sambat iku gak po-po tapi ojo di pikir nemen-nemen yoo…boch-bocah jek cilik-cilik. Seenggak-enggaknya kan kalo nggak banyak pikiran di beri panjang umur. Nggak kaya saya ini, mikir dikit langsung sakit.(S.CHW.15.2)
Keluhan yang diceritakan pada S adalah PD sudah tua
namun anak-anaknya masih kecil-kecil. PD merasakan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
104
menyekolahkan anak itu sesuatu yang berat. Menurut S, jarang
ada pensiunan bisa menyekolahkan anak hingga kuliah karena
tidak cukup bila hanya mengandalkan uang pensiunan. Karena
PD punya lahan perikanan yang dikerjakan, punya modal,
maka PD bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga kuliah. S
memberi acungan jempol pada PD karena menurutnya PD
sangat hebat, masih bekerja di usianya yang sudah lanjut dan
untuk membiayai anak-anaknya sekolah. PD juga selalu
membahagiakan istrinya. PD tidak menyuruh istrinya untuk
emmbuka warung, karena itu semua keinginan istri PD sendiri.
Terkadang PD masih juga mengeluh bahwa sangat berat
menyekolahkan anak-anaknya. S menggoda PD dengan
menyalahkan PD, resikonya sudah tua baru punya anak. Pd
pertama kali memiliki anak ketika usianya sudah empat puluh
lima tahun.
Yaa mikiir udah tuaa..anak-anake jek cilik-cilik, sekolah kabeh. Punya anak yang sekolah itu berat. Apalagi kuliah semua. Kalo saya kan saya batasi. Kemampuan saya cuma setahun kuliah. Jarang orang pensiunan bisa nguliahkan anaknya. Kalo cuma ngandalkan uang pensiunan itu lo nggak sampek mbak..kan PD punya tambak mbak, punya modal. Lha saya?saya dulu nyekolahkan anak-anak itu tak belani bangun jam satu malam buat donat, buat pukis trus tak titipkan di warung-warung. Bersyukurlah PD bisa nyekolahkan anak-anaknya sampe kuliah. Termasuk tak acungi jempol mbak PD itu. Sudah pensiun, sudah tua masih bekerja buat biayai anak-anaknya sekolah. Nggak ada orang laki-laki kaya PD. Jaraang. Mengenakkan orang perempuan. Lha BL jualan itu kan keinginannya BL sendiri kan. PD kan nggak nyuruh. Yaaa karena itu semua sudah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
105
ditakdirkan sama Yang Kuasa. Kadang gitu PD masih sambatan..haduh..abot yaa nguliahne cah telu kui. Saya bilang yaaa ngunu kuii..tapi kan duwee tambak, lha aku? Nggak punya apa-apa, nggak punya modal apa-apa. Yaa itu ngeluhnyaa..trus tak salahne..salahmu duwe anak wes tuek hahaha..lha aku kan duwee anak jek enom. Tak guyoni gitu mbak..biar nggak ngeluh terus hahaha. PD dulu itu kan punya anak, yang keturunannya sendiri itu umuur empat puluh-an..ehh lima puluh..ehh..empat puluh lima kalo nggak salah.(S.CHW.16.2)
c) Gejala Perilaku
S menceritakan kegiatan PD saat ini adalah mengerjakan
lahan perikanan di desa asal PD. Lahan perikanan tersebut
menggunakan sistem bergilir dengan saudara-saudaranya yang
lain karena itu adalah milik keluarga.
Kan PD ada tambak didesanya. Tambaknya itu giliraaan..jadi yang ngerjakan adiknyaaa trus giliran saudara yang lain..trus PD..pokoke giliran gitu mbak. Aku ngerti ini kan juga di ceritani PD..kalo nggak diceritani yaa nggak tahuu..(S.CHW.3.3)
S sangat dekat dengan PD sejak PD berumah tangga
dengan istrinya yang dulu. Anak S pernah tinggal dirumah PD
karena tempat sekolah anak S dekat dengan rumah PD. Itupun
PD yang meminta karena untuk menemani anak angkat PD
juga dirumah.
Ooo yaaa sayaa itu dekat sama PD itu..udah sejak waktuu PD sama istrinya yang dulu ituu..lamaaa..anak saya dulu juga pernah kok tinggal di rumah e PD soalnya sekolahnya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
106
deket sama rumahnya PD daripada rumah saya ini. SMP..mana ituu yang deket pom bensin Cepu.(S.CHW.4.3)
Anak S tinggal dirumah PD untuk menemani anak angkat
PD juga dirumah. Anak S pernah memecahkan kacamata PD,
namun PD tidak mau menerima ganti rugi dari S.
Yaaa dulu anak saya di minta sama PD. Tinggal dirumahnya sekalian nemenin anaknya yang M ituu mbak. Lha anak saya waktu dirumah e PD, pernah mecahkan kacamatanya PD. Pas ngelap-ngelap truus..kesenggol..kacamatanya jatuh. Kan anak saya takut di marahi itu. Trus bilang sama saya kalo anak saya habis mecahkan kacamata PD. Saya ganti, PD nggak mauu..(S.CHW.5.3)
S mengenal dekat PD ketika PD menjadi kepala stasiun
Cepu dan suami S jadi kepala stasiun Tobo. Suami S dan PD
sering bersepeda bersama ketika sebelum pensiu. Setelah
pensiun ini berbeda, nggak pernah lagi sepedaan seperti dulu.
Naik sepeda sudah tidak kuat lagi, tidak pernah maen kerumah
S seperti dulu. S pernah meminjam uang pada istri PD yang
pertam. PD dengar kalau S pinjam uang, kemudian PD bilang
pada S, orang kok selalu ngurusi masalah uang saja. S bilang
kalo untuk bayar sekolah anak-anak. Sekarang, S ganti
bertanya pada PD bagaimana rasanya membiayai sekolah anak?
Yaaa waktu PD itu dulu jadi kepala stasiun Cepu. Lha PS, suami saya itu jadi kepala stasiun Tobo. Suueee biangget iku mbaak. Itu kenal deketnyaa..tapi kalo kenal awalnya itu yaa waktu S jadi kepala stasiun Tobo. Dulu itu sering
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
107
sepedaan bareng PD itu sama pakdee..kan sehaat..lha kalo sekarang beda..nggak bisa naek sepedaa..naek sepeda nggak kuaat.. jadine ribet..nggak pernah maen kesini. Duluu nggaak..seriing maen bareng itu. Sampe pernah dulu ituu saya pinjam uang sama almarhumah istri PD yang dulu..buat bayar sekolah anak-anak. Gitu ituu PD dengeer itu bilang saya..wong kok duuuweeeek ae..haaahaaaahaaaa. Trus sekarang ganti saya yang ngelokne PD. Saiki piyee rasane nyekolahno bocah telu kuii? Hahahaha (S.CHW.6.1.3)
Ketika awal-awal pensiun PD masih sering berkunjung ke
rumah S. Namun sejak mengerjakan lahan perikanan di desa
asal PD dan PD mengalami sakit pada kakinya itu sudah tidak
saling berkunjung. S memaklumi kondisi tersebut.
Iyoo..sering kesini teruuss..nggak kesini ituu semenjak ngerjakan tambak di desanya ituuu…itu yang pertama..yang keduaa samparane iku sakiit..yaaa saya maklumi wong udah tua. Saya juga bilang ke BL, eeh BL jauh di mata tapi dekat di hati yaaa…karena apaa..yoo wes podo tuanee..podo dungo dinungoo..iyoo aku gak po-po yang BL itu bilang gitu. Kadang saya juga mbatiin..kadang-kadang kalo pas saya sama pakde maen trus BL jualane lariis..kadang itu juga kasihaan..mau nggak di ajak ngobrol juga gimanaa..kalo pas ngobrol juga gimana..ada orang beli.(S.CHW.9.1.3)
PD adalah sosok yang baik dan terbuka. PD bercerita pada
S, ketika awal-awal menjalani rumah tangga dengan BL, uang
gajian PD tidak diserahkan pada BL namun di simpan untuk
kebutuhan sekolah anak. Istrinya ditugaskan PD untuk
mengelola kos-kosan dan hasi bulanan dari kos tersebut untuk
membayar biaya listrik dan air. S bersukur PD mendapatkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
108
ganti istri yang baik. BL tidak merasakan kesulitan ketika
menikah dengan PD. Semua kebutuhan BL terpenuhi, lengkap
termasuk perhiasan.
PD itu orangnyaa baik, feer..feer..kadang-kadang kalo PD pas gajian gitu..uangnya nggak di kasikan istrinya semuaa..kalo istrinya itu saya tanyain, BL itu loo saya tanyain, dia juga nyadari kok. Jadi awalnya pas PD sama BL rumahan ituu uang gajiannya PD itu diambil dulu sama PD beberapaa trus dikasihkan ke istrinya. lhaa bayaran yang di ambil beberapa sama PD tadi itu buat nyekolahkan anak-anak. Bukan untuk apa-apa. Lha BL itu diserahi PD kos-kosan itu. Jadi uang kos yang ngelola itu BL buat bayar air, bayar listrik. Bl dulu itu kan nggak punya orang tua Cuma tinggal sama kakaknya laki-laki itu. Alhamdulillah PD itu dapat istri yang baik. BL dulu itu enaknyaa nggak susah, semua sudah tersedia, tinggal pake aja. Sampe perhiasan juga gitu, gelang, giwang kaya saya ini, kalung. Permata itu bukan emas. (S.CHW.10.3)
Cara bicara PD yang keras dan agak ngotot menurut S, hal
tersebut disebut tegas dan sudah pembawaan sejak lahir.
Anuu..emang watake PD itu emang gitu…teges..istilahe ikuu…yaa udah pembawaannya sejak lahiir. Jadi nggak bisa di ubah. Yaa kayak saya ini, pecicilan kalo ngomong. Kalo orang nggak ngerti yo kaya maraah, padahal ya nggak. Pembawaan sejak lahir.(S.CHW.11.3)
Harapan S pada keluarga sahabat dekatnya ini adalah agar
anak-anaknya bersyukur masih bisa sekolah hingga kuliah
karena PD sudah bekerja keras setelah pensiun dan jangan
mengecewakan usaha keras PD.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
109
Yaaa..saya pengen anak-anaknya semua bersyukur, bisa sekolah, kuliah semuaa, PD kerja keras setelah pensiun cari uang buat nyekolahkan anak-anaknya. Anak-anaknya harus bener-bener sekolahnyaa. Nggak mengecewakan PD.(S.CHW.17.3)
4) AR (Informan Penelitian III)
Nama : AR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 17 tahun
Status marital : Belum menikah/Anak bungsu subyek utama
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
AR merupakan anak bungsu PD. Semua saudara AR tidak berada
di rumah, mereka semua kuliah di luar kota. Jadi AR adalah anak satu-
satunya yang masih tinggal dirumah bersama PD dan BL. Status
praesen AR kulitnya yang sawo matang,bertubuh tinggi dan besar,
rambut cepak berwarna hitam, hidung mancung dan mata yang agak
sipit.
a) Gejala Fisik
Rasa lelah PD tidak diperlihatkan namun masih nampak
terlihat dari penampilan fisik bahwa PD terlihat lemah. Menurut
AR, faktor usia mempengaruhi penampilan fisik seseorang.
Seharusnya PD di usianya yang lanjut beristirahay di rumah dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
110
menikmati hari-hari tuanya. Karena PD sering berolahraga jadi
tidak terlihat lelah tetap sehat. PD terlalu capek karena sudah usia
lanjut.
Yaaa capeek..maksudnya tapi..capeknya nggak di perlihatkan. Kan kelihatan, fisiknya lhooo sudah tua. Faktor umur kan mempengaruhi seseorang. Tiap hari PD kan olahraga jadi yaa nggak kelihatan kalo capek. Tapi yaa capek, cari duit itu capek. Masa cari duit nggak capek. Kan harusnya istirahat di rumah, duduk manis menikmati hari tua.(AR.CHW.2.1)
Keseleen…udah tua mbak.(AR.CHW.1.1)
Setelah pensiun saat ini, tubuh PD kurus karena kerjanya
saat ini lebih berat. Sebelum pensiun, tubuh PD terlihat gemuk
di fotonya.
Sekarang kurus..kerempeng..dulu..ituu bisa di lihat di foto yang depan tivi itu gemuk. Yaa maksudnya karena kerjanya berat.( AR.CHW.3.1)
PD saat ini sakit demam. Menurut AR, PD jarang sakit
demam. PD sakit demam karena kecapekan. Menurut
pengamatan AR, PD lebih sering tidur ketika sakit.
Tuu sekarang lagi sakit…sakit demam.( AR.CHW.9.1)
Baru pertama..eeh…nggak sih, jaraang maksudnya. Yaa mungkin karena kecapekan(AR.CHW.10.1)
Yaa tidur terus bapak itu kalo lagi sakit.(AR.CHW.12.1)
b) Gejala emosi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
111
AR tidak tahu tentang sikap PD ketika awal-awal pensiun
karena saat itu AR masih kecil, berusia enam tahun.
Nggak tau aku mbak. Kan pas bapak pensiun saya masih kecil. Saya umur enam tahun waktu tahun 2000 itu, bapak udah nggak kerja.(AR.CHW.13.2)
Menurut sepengetahuan AR, beban pikiran PD ketika
pensiun ini adalah memikirkan pendidikan anak-anaknya. PD
memikirkan pendidikan anaknya dan menginginkan semua
anaknya selesai sekolah, setelah selesai sekolah, PD
menyerahkan apa yang kemudian menjadi keinginan anak-
anaknya. PD menginginkan anak-anaknya hidup lebih baik
dibandingkan dengan kehidupan dirinya yang susah.
Itu loo mikirkan anaknya sekolah.(AR.CHW.14.2)
Yaaa mikirkan anaknya bisa sekolah sampai selesai semua. Setelah sekolah mau jadi apa terserah.(AR.CHW.15.2)
Biar kedepannya enak..nggak susah kaya bapak sama ibu. Pendidikan itu kan pegangan. Menurutku soalnya bapak sama ibu susah. Susah cari uang. Ibu jaga warung, bapak ngerjakan tambak.(AR.CHW.16.2)
AR tidak pernah mengajak PD keluar rumah. AR merasa
malas untuk mengajak PD keluar. Ketika berboncengan sepeda
motor, PD terlalu banyak omong untuk menasehati AR
menyuruhnya untuk pelan-pelan dalam mengendarai motor. PD
keluar rumah ketika mengahdiri acara arisan PERPENKA.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
112
Nggak pernah.(AR.CHW.22.2)
Malees..soalnya banyak omongnya itu loo..nggak enak. Yaa kalo naek motor di suruh pelan-pelan. Pas dijalan gitu ditengah-tengah di marahi. Bapak keluar rumah itu kalo pas arisan PERPENKA itu lo..(AR.CHW.23.2)
c) Gejala perilaku
Pekerjaan subyek sekarang lebih berat yaitu mengurus
tambak. Meskipun ada orang yang membantu subyek
mengerjakan tambak, namun subyek tetap turun tangan.
Lha itu ngurus tambak.( AR.CHW.4.3)
Yaa tapi seenggaknya kan bapak juga turun tangan.
(AR.CHW.5.3)
AR ingin PD tidak bekerja lagi di usianya yang telah lanjut.
AR ingin mencari uang sendiri dan PD beristirahat dirumah,
tidak terlalu memaksakan diri untuk bekerja. AR merasa
kasihan pada PD, menurutnya seharusnya PD beristirahat dan
tidak kesusahan bekerja.
Yaaa pengenku bapak nggak kerja. Dirumah aja.(AR.CHW.6.3)
Yaa pengennya cari sendirii..biar dirumah aja…nggak ngoyo-ngoyo kerja.(AR.CHW.7.3)
Kasihaan laah mbaak..sudah tua, capek kerja. Kan jatahnya sekarang duduk manis dan menikmati hari tua sekarang ini masih kesusahan bekerja.(AR.CHW.8.3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
113
AR tidak tahu PD mengalami sakit yang berat menurutnya
yang lebih tahu adalah ibunya, istri PD. Namun menurut AR,
PD tidak pernah sakit berat karena rajin berolahraga.
Nggak tahu kalo itu..ibu yang lebih tau. Tapi kalo menurutku nggak pernah soalnya bapak rajin olahraga.(AR.CHW.11.3)
Rutinitas yang dilakukan PD setelah pensiun ini adalah
mengerjakan tambak. Kegiatan PD ditambak yaitu menyedot
air, memberi makan ikan dan panen ikan. Sedangkan kegiatan
PD dirumah yaitu mencuci baju dan AR yang menyetrika,
tidur, membersihkan warung, olahraga, makan, sholat, baca-
baca buku. Kegiatan yang rutin dilakukan setiap hari ialah
berolahraga pada pukul delapan pagi.
Rutinitasnyaa yaa di tambak itu. Ngurus tambak. (AR.CHW.17.3)
Nyedot i air, ngasih pakan iwak, paneen..wes gitu aja.(AR.CHW.18.3)
Yaa nyuci. Aku yang setrika. Selain itu sholat, trus tidur lagi, membersihkan warung, olahraga, makan. Yaa gitu trus baca-baca buku.( AR.CHW.19.3)
Yaa itu..olahraga tiap pagi jam delapan. Rutiin..tiap hari dilakukan.(AR.CHW.20.3)
Menurut AR, PD adalah orang yang ramah pada teman-
temannya dan juga tetangga. Ketika ada tetangga yang lewat
didepan rumah, PD selalu menyapanya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
114
Grapyak mbak, ramah sama orang-orang. Trus setiap ketemu tetangga juga nyapa pas di depan rumah.(AR.CHW.21.3)
Menurut AR, PD tidak pernah melakukan tindak kekerasan
pada anaknya. PD merasa tidak nyaman bila anak-anaknya
keterlaluan, tidak menuruti keinginan PD, menunda-nunda
pekerjaan.Tanggapan PD bila anak-anaknya berbuat kesalahan
yaitu dengan memberikan peringatan, di bicarakan bersama
ketika setelah sholat subuh ataupun maghrib.
Nggak pernah mbak. (AR.CHW.24.3)
Yaa kalo pas anak-anaknya sudah keterlaluan, nggak mau disuruh, tidak langsung bertindak, menunda-nunda. (AR.CHW.25.3)
Biasaa..ya cuma di peringati aja. Kalo pas subuh, habis sholat subuh itu di omongi kok. Biasanya juga kalo habis sholat maghrib.( AR.CHW.26.3)
Yaa kayak gitu..di kumpulkan bareng-bareng trus di bilangi semua.(AR.CHW.27.3)
PD pernah marah terhadap AR ketika AR tidak belajar
menjelang ujian masuk perguruan tinggi negeri.
Pernah..pas kemaren waktu mau SNMPTN aku nggak pernah belajar, trus di marahi. Di omeli.(AR.CHW.28.3)
Rutinitas yang dikerjakan PD di waktu luang adalah
membaca buku-buku hadits. Selain membaca PD juga
bersantai, berbincang-bincang di waktu sore hari bersama
istrinya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
115
Bacaa…baca buku tapi nggak pernah baca Qur’an i mbak. Baca buku-buku yang ada hadits-hadits gitu mbak, yang ada arab-arabnya dikit-dikit.(AR.CHW.29.3)
Santai-santai..omong-omong sama ibu diluar. Sering biasanya sore, jam lima-an. (AR.CHW.30.3)
2. Analisis Data
Berdasarkan pengambilan data yang telah dilakukan oleh peneliti
dilapangan, maka peneliti merumuskan dinamika hasil temuan
penelitian yang telah diperoleh dari subyek utama serta informan-
informan pendukung tentang gambaran gejala-gejala sindrom pasca
pensiun serta penyebab munculnya post power syndrome tersebut.
Berikut merupakan analisis data yang peneliti temukan dari penelitian
tersebut:
1) Gejala fisik
PD adalah seorang pensiunan pegawai perusahaan umum
kereta api. PD pensiun ketika usianya 56 tahun. Setelah pensiun
ini, PD kembali ke desanya untuk mengerjakan lahan perikanan
milik keluarganya. PD kembali bekerja keras setelah pensiun
karena kebutuhan yang harus di cukupi masih banyak terutama
biaya pendidikan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Di usianya
yang telah lanjut saat ini, PD merasakan ada perubahan pada
fisiknya terutama tenaga. Lebih loyo dan mudah lemas,
keseimbangan badan berkurang sehingga harus lebih berhati-hati
agar tidak jatuh tidak seperti dulu waktu sebelum pensiun yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
116
lebih kuat. PD merasakan sakit di bagian lutut dan terasa kaku.
Teman-temannya pun menerima PD dengan kondisinya, tidak ada
yang mengucilkan ataupun mengolok-olok kondisi fisik PD saat
ini. Kondisi tubuh PD setelah pensiun ini sangat kurus di
bandingkan ketika masih bekerja. Bahkan karena tubuh kurusnya
sekarang dibandingkan dulu waktu masih dinas, ada beberapa
teman dan tetangga yang mengira PD terkena kencing manis.
Namun kenyataannya, PD sehat meskipun badannya kurus. Banyak
yang dipikirkan PD, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan
sehingga menjadikan tubuhnya kurus. Selain itu juga karena sudah
tua namun kegiatannya lebih berat. PD sering mengeluh di bagian
tempurung lutut pada kaki sebelah kiri, terasa sakit dan kaku. PD
menceritakan penyebab kakiknya yang kaku itu karena PD
membuat kopi terlalu kental dan airnya yang tidak mendidih
kemudian pada tengah malam PD terbangun dan kakinya menjadi
mati rasa dan kaku. PD mengira sakitnya ini adalah stroke. Kaki
PD yang kaku dan sakit tersebut akan lebih sakit bila tidak digerak-
gerakkan dan tidak terasa sakit bila digerak-gerakkan. PD mulai
mengalami sakit ketika sudah tua, sesudah pensiun. Dulu sewaktu
belum pensiun, PD tidak merasakan tubuhnya mengalami gejala-
gejala sakit. PD juga merasa mudah lelah setelah melakukan
kegiatan seperti merasa kelelahan setelah keluar bersama
temannya. Menurut PD hal tersebut menjadi biasa ketika orang-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
117
orang menjadi tua. PD menerima kondisi fisiknya. Namun ada
beberapa saat dimana PD masih terlihat belum sepenuhnya
menerima keadaan fisiknya saat ini. PD berkeluh kesah tentang
fisiknya pada istrinya. PD menanyakan keadaan tubuhnya saat ini
pada istrinya, ia takut bila tubuhnya nanti akan berubah semakin
kurus bila usianya semakin tua seperti temannya yang ia lihat
ketika selesai Jum’atan dimasjid. Istrinya memberinya semangat
dan saran, subyek akan tetap sehat bila rutin berolahraga dan
menjaga asupan makanannya.
Menurut istrinya BL, tidak ada yang berubah dalam gaya
berbusana pada PD ketika sebelum pensiun dan sesudah pensiun.
Semakin tua kemampuan fisiknya semakin berkurang, lebih kurus
dibanding sebelum pensiun yang lebih gemuk dan bugar. Sesudah
pensiun ini karena kebutuhan masih banyak, dan banyak juga yang
dipikirkan untuk pemenuhan kebutuhan, menjadikan tubuh PD
semakin kurus namun sehat. PD juga kesulitan dalam bekerja,
memerlukan banyak tenaga untuk mencari air karena air untuk
mengisi atau mengganti air lahan ikan sulit, kepanasan sedangkan
kemampuan fisiknya sudah berkurang. Tidak ada penyakit tertentu
yang diderita PD karena PD tahu bagaimana menjaga kesehatan
dan mengantisipasinya. Misalnya bila tekanan darah PD naik
daripada sebelumnya, PD langsung berpuasa. Ketika PD merasa
pusing, kurang enak badan PD langsung periksa. PD juga
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
118
mengalami sakit asam urat yang awalnya terjadi karena PD
membuat kopi terlalu kental. Setelah itu tengah malam kaki PD
terasa kaku dan mati rasa.
Ketika awal-awal pensiun PD masih sering berkunjung ke
rumah S, sahabat dekatnya. Namun sejak mengerjakan lahan
perikanan di desa asal PD dan PD mengalami sakit pada kakinya
itu sudah tidak saling berkunjung. S pun memaklumi kondisi
tersebut. PD tidak memperlihatkan rasa lelah pada orang lain
namun masih nampak terlihat dari penampilan fisik bahwa PD
terlihat lemas. Menurut AR, anak bungsunya yang tinggal serumah
dengan PD, faktor usia mempengaruhi penampilan fisik seseorang.
Seharusnya PD di usianya yang lanjut beristirahat di rumah dan
menikmati hari-hari tuanya. Karena PD sering berolahraga jadi
tidak terlihat lelah tetap sehat. Setelah pensiun saat ini, tubuh PD
kurus karena kerjanya saat ini lebih berat. Sebelum pensiun, tubuh
PD terlihat lebih gemuk di fotonya. PD saat ini sakit demam.
Menurut AR, PD jarang mengalami sakit demam. PD sakit demam
karena kecapekan. Menurut pengamatan AR, PD lebih sering tidur
ketika sakit.
2) Gejala Emosi
PD menceritakan kekhawatirannya tidak bisa mencukupi
kebutuhan pendidikan anak-anaknya dengan uang pensiun tiap
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
119
bulan. PD menceritakan kegiatannya ketika di rumah dan hobinya
ketika waktu luang. PD sangat senang membaca buku dan menurut
PD, orang yang tidak membaca buku akan bodoh dan tersingkir
dari pergaulan. PD tidak merasa minder ketika ia sudah pensiun
justru lebih menjalin silaturahmi pada teman-temannya dan orang-
orang yang mengenal PD. Teman-teman dan orang yang dikenal
PD lebih menghargai PD. Orang-orang yang mengenal PD
menghargai PD karena PD dianggap lebih tua. PD bercerita ketika
ia masih bekerja dan ketika menjadi kepala stasiun, PD merasa bisa
membimbing anak buahnya dengan baik, oleh karena itu, banyak
anak buahnya yang masih menjalin silaturahmi dan baik dengan
PD. Pekerjaan PD sekarang lebih berat dibandingkan sewaktu
dinas dulu. Pekerjaan PD sekarang berada di lapangan, memantau
lahan perikanan, jalan-jalan setiap hari untuk memantau
perkembangan ikan-ikan. Dulu, pekerjaan PD berada di dalam
kantor. Menurut PD, pekerjaannya sekarang lebih berat namun
waktunya lebih fleksibel dibandingkan pekerjaan ketika masih
dinas yang ringan namun terbatasi oleh waktu. PD merasa senang
ketika pensiun. PD merasa sudah sukses dan bisa menikmati hari
tuanya, tidak ada masalah dalam pekerjannya selama ia bekerja.
PD akan merasa tidak nyaman bila tidak ada kecocokan
tindakan dengan apa yang PD inginkan misalnya bila ia menyuruh
anaknya mengisi air kamar mandi dan tidak segera dilakukan, PD
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
120
merasa kesal dan tidak nyaman. PD tidak senang bila diajak keluar
rumah oleh anaknya karena tidak ada manfaatnya. PD merasa tidak
cocok dengan anaknya yang kedua karena anak keduanya itu
semaunya sendiri dan sering membantah perintahnya.
Tiap bulan sekali, PD bertemu teman-temannya sesama
pensiun yang tergabung dalam PERPENKA yaitu ikatan pensiunan
kereta api agar silaturahmi antar anggota yang telah pensiun tetap
terjalin dan mempererat persaudaraan. Selain itu ikatan pensiunan
tersebut membantu anggotanya untuk menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi misalnya mengurus kematian anggota yang telah
meninggal. PD mengikuti kegiatan sosial gotong royong yang
memang dibentuk untuk mengurus kematian seseorang. Kegiatan
sosial gotong royong sangat perlu karena membantu orang yang
mendapat musibah kematian serta meringankan biaya mengurus
kematian seseorang. Hingga sekarang, masih ada beberapa teman
PD yang masih mengajak PD keluar rumah. PD tidak mau
mengunjungi orang yang lebih muda darinya dengan alasan karena
yang muda harus menghomati yang tua kecuali bila ada keperluan
dengan yang lebih muda.
Menurut BL, PD itu memiliki sikap yang baik, bijaksana,
santai dan tidak memiliki keinginan yang muluk-muluk. PD sangat
di sukai oleh lingkungan sekitar stasiun, tetangga dekat stasiun
karena sikap sosial PD seperti PD juga membagikan bancaan ulang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
121
tahun kereta api ke tetangga-tetangga stasiun terutama yang sudah
janda. PD tidak merasakan ada perasaan yang mengganjal ketika ia
telah pensiun. Karena masih harus memenuhi kebutuhan sekolah
anak-anaknya maka dari itu PD bekerja lagi. Tidak ada perubahan
emosi, tetap sama ketika sebelum pensiun dan sesudah pensiun. PD
akan marah bila perintahnya tidak segera di turuti terutama oleh
anak-anaknya. PD sangat jarang sekali bertindak hingga
melakukan kekerasan kecuali bila masalah tersebut benar-benar
membuat PD sangat kesal. Hal yang menjadi beban pikiran PD bila
PD dipanggil dengan sebutan haji padahal PD belum haji namun
orang-orang sering sekali memanggil PD dengan sebutan haji. PD
merasa tidak enak dan nelangsa bila dipanggil dengan sebutan
mbah kaji. Istrinya selalu membesarkan hati PD dengan cara
menyuruhnya bersyukur bahwa perkataan orang-orang itu semua
adalah doa, mendoakan PD untuk haji. Istrinya pernah usul pada
suaminya ketika PD tidak menggarap lahan perikanannya, uang
tersebut digunakan untuk menunaikan ibadah haji. Namun PD
menolaknya dengan alasan bila masih ada kebutuhan anak-anak
yang harus dipenuhi dan mungkin saja anak-anak lebih
membutuhkan daripada untuk biaya PD pergi haji.
PD merasa senang ketika pensiun. Pada saat yang
bersamaan itu pula PD mendapat giliran untuk mengerjakan
tambak milik orang tuanya, jadi tidak sampai menganggur, ada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
122
kegiatan setelah pensiun. PD sangat senang bila bertemu teman-
temannya. Bila bertemu temannya, PD selalu menyapa temannya
dan mengajaknnya mengobrol. PD juga menyapa tetangganya bila
bertemu dan mengobrol. Selain hanya sekedar mengobrol, biasanya
PD juga mendoakan dan memberi saran bila ada tetangganya yang
mendapat masalah. Bila salah menuliskan namanya di undangan,
subyek akan tersinggung dan tidak datang ke tempat acara yang
mengundangnya. PD merasa nyaman ketika puasa dirumah karena
ada yang menyediakan dan tidak bersusah-susah ntuk membeli
lauk seperti yang biasanya dilakukan PD bila puasa tidak dirumah.
BL menerima bahwa suaminya adalah jodohnya meskipun usianya
telah lanjut. BL merasa bahwa suaminya sangat menyayanginya,
bisa ngayomi dan mendidiknya juga, hatinya tidak pernah disakiti
seperti teman-temannya karena ada beberapa temannya yang cerai,
menenangkan jiwa. Ketika PD memberikan sambutan pada teman-
teman reuni istrinya, PD justru menceritakan riwayat hidupnya bisa
bertemu dengan BL dan tidak merasa minder. Namun terkadang
sikap PD juga menjengkelkan karena terlalu mendahulukan
kepentingan orang lain, kurang mengerti kepentingan BL pada
suatu waktu.
Sedangkan anak bungsunya AR tidak tahu tentang sikap PD
ketika awal-awal pensiun karena saat itu AR masih kecil, berusia
enam tahun. Sepengetahuan AR, beban pikiran PD ketika pensiun
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
123
ini adalah memikirkan pendidikan anak-anaknya. PD memikirkan
pendidikan anaknya dan menginginkan semua anaknya selesai
sekolah, setelah selesai sekolah, PD menyerahkan apa yang
kemudian menjadi keinginan anak-anaknya. PD menginginkan
anak-anaknya hidup lebih baik dibandingkan dengan kehidupan
dirinya yang susah. AR tidak pernah mengajak PD keluar rumah
karena merasa malas untuk mengajak PD keluar. Ketika
berboncengan sepeda motor, PD terlalu banyak omong untuk
menasehati AR menyuruhnya untuk pelan-pelan dalam
mengendarai motor. PD keluar rumah ketika menghadiri acara
arisan PERPENKA.
Sedangkan S menganggap PD itu saudaranya. PD dan S
sudah bukan teman dekat lagi. Saling bertukar cerita bila
mengalami masalah dan saling menyimpan rahasia. Saling
memberi bila ada rezeki lebih misalnya makanan. Namun sekarang
sudah jarang untuk mengantar makanan, selain jarak rumah yang
jauh, juga sudah pada tua, merasa kesulitan untuk saling
berkunjung, hanya saling mendoakan. S menceritakan keluhan-
keluhan yang diceritakan PD pada S. S juga menasihati PD untuk
tidak memikirkannya terlalu serius agar di beri umur panjang.
Tidak seperti S yang bila sedikit berpikir serius kemudian sakit.
Keluhan yang diceritakan pada S adalah PD sudah tua namun
anak-anaknya masih kecil-kecil. PD merasakan menyekolahkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
124
anak itu sesuatu yang berat. Menurut S, jarang ada pensiunan bisa
menyekolahkan anak hingga kuliah karena tidak cukup bila hanya
mengandalkan uang pensiunan. Karena PD punya lahan perikanan
yang dikerjakan, punya modal, maka PD bisa menyekolahkan
anak-anaknya hingga kuliah. S memberi acungan jempol pada PD
karena menurutnya PD sangat hebat, masih bekerja di usianya yang
sudah lanjut dan untuk membiayai anak-anaknya sekolah. PD juga
selalu membahagiakan istrinya. PD tidak menyuruh istrinya untuk
membuka warung, karena itu semua keinginan istri PD sendiri.
Terkadang PD masih juga mengeluh bahwa sangat berat
menyekolahkan anak-anaknya. S menggoda PD dengan
menyalahkan PD, resikonya sudah tua baru punya anak. PD
pertama kali memiliki anak ketika usianya sudah empat puluh lima
tahun.
3) Gejala Perilaku
Menurut PD, kebanyakan orang pensiun itu banyak
senangnya ketika mereka pensiun karena bisa menikmati hari tua,
sudah sukses. Bila orang tersebut tetap bekerja setelah pensiun, hal
tersebut merupakan suatu pilihan. Seharusnya setelah pensiun itu
menikmati hari tuanya, anak-anak sudah selesai sekolah semua,
tidak ada tanggungan membiayai anak sekolah lagi dan tidak
bekerja lagi. Bila ada sesuatu yang membuat diri PD tidak nyaman,
harus ditanggapi dengan kesabaran. Bila ada masalah yang tidak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
125
kunjung selesai PD tetap mencoba mencari jalan keluarnya namun
bila tidak bisa diselesaikan, tidak perlu dibicarakan lagi, harus
disudahi, dibiarkan saja untuk menghilangkan kedengkian hati.
Ketika akan pergi ke lahan perikanannya, PD mempersiapkan
sendiri bekal untuk di bawa ke tambak dengan mengendarai sepeda
sejauh tujuh kilo. Sesampainya di lahan perikanannya, subyek
mulai melihat keadaan tambak, kondisi air dan keadaan ikan-
ikannya, memupuk dan mengairi lahan perikanannya. Secara
spontan PD marah bila sesuatu hal yang dilakukani apa anak atau
istrinya tidak sesuai dengan keinginannya kemudian memberikan
pengertian dan diarahkan yang seharusnya seperti apa. Bila tidak
diperhatikan, PD membiarkannya. PD pernah melakukan tindakan
kekerasan terhadap anak laki-lakinya yang kedua dengan
menamparnya. Ketika itu kedua anak laki-lakinya bertengkar. PD
mengungkapkan bahwa dirinya merasa tidak terlalu cocok dengan
anaknya yang kedua karena anak keduanya itu semaunya sendiri
dan sering membantah perintahnya. PD hanya memenuhi
kebutuhannya saja, terserah anaknya mau bagaimana, PD
membiarkannya.
Bekerja merupakan kebutuhan untuk menghidupi keluarga.
Semua orang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bila
tidak bekerja, malas, maka otaknya sakit. PD akhirnya membuat
warung yang juga untuk makan sehari-hari keluarganya dan ia
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
126
berniatan kembali ke daerah tempat asalnya untuk mengerjakan
lahan perikanan.
Orang yang sudah lanjut usia itu tenaga, daya pikir sudah
berkurang. Orang dikatakan lanjut usia bila sudah berumur 65
tahun. Pada usia 60 tenaga dan daya pikirnya masih bagus. Pada
usia 65 tahun keatas, daya pikir dan tenaga sudah mulai menurun.
PD melakukan ha-hal untuk menjaga kesehatan tubuhnya antara
lain minum vitamin, suplemen juga olahraga rutin pagi hari, lari-
lari kecil di halaman rumah.
Menurut BL, cara berbicara PD sangat menekan, lebih
terlihat ngotot. Mungkin karena tiap hari bekerja di kereta maka
suara PD harus keras agar terdengar dan tidak kalah dengan suara
kereta. BL dan PD memiliki komunikasi yang bagus, bila ada
sesuatu hal selalu dibicarakan berdua ketika mau tidur, tentang
keluarga, pekerjaan. PD orang yang tidak muluk-muluk
menginginkan sesuatu dan tidak terlalu keras juga dalam
menggapai suatu hal yang menjadi keinginannya, lebih pada
berjalan apa adanya atau pasrah. BL tidak pernah diberi tau gaji PD
tiap bulan yang penting BL berkecukupan. BL membuka usaha
kos-kosan dan uang hasil sewa kos-kosan itu untuk membayar
rekening air dan listrik. BL memiliki ide membangun warung
makan di depan rumah. Ide BL membangun warung karena BL
sempat resah. Nanti kalau PD sudah pensiun kan nganggur, BL
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
127
juga nganggur. Akhirnya BL meminta pada PD untuk dibikinkan
warung makan selain untuk tambahan penghasilan selain uang
pensiunan juga untuk di makan sendiri. Waktu itu BL tidak tahu
kalau PD mau mengerjakan lahan ikan di desa asal PD karena PD
belum bilang pada BL. Sikap PD ketika ada masalah diam
kemudian tidak bisa tidur, susah tidur misalnya setelah memarahi
anak-anaknya karena suatu hal, PD terlalu memikirkan kejadian
tersebut. Menurut BL, PD juga tidak pernah marah hanya memberi
tahu saja letak kesalahannya dan mengarahkan seharusnya yang
seperti apa.
Anak bungsunya, AR, ingin PD tidak bekerja lagi di
usianya yang telah lanjut. AR ingin mencari uang sendiri dan PD
beristirahat dirumah, tidak terlalu memaksakan diri untuk bekerja.
AR merasa kasihan pada PD, menurutnya seharusnya PD
beristirahat dan tidak kesusahan bekerja. PD saat ini sakit demam.
Menurut AR, PD jarang sakit demam. PD sakit demam karena
kecapekan. AR tidak tahu PD mengalami sakit yang berat
menurutnya yang lebih tahu adalah ibunya, istri PD. Namun
menurut AR, PD tidak pernah sakit berat karena rajin berolahraga.
Menurut AR, PD tidak pernah melakukan tindak kekerasan pada
anaknya. PD merasa tidak nyaman bila anak-anaknya keterlaluan,
tidak menuruti keinginan PD, menunda-nunda pekerjaan.
Tanggapan PD bila anak-anaknya berbuat kesalahan yaitu dengan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
128
memberikan peringatan, di bicarakan bersama ketika setelah sholat
subuh ataupun maghrib. PD pernah marah terhadap AR ketika AR
tidak belajar menjelang ujian masuk perguruan tinggi negeri. PD
membangun komunikasi antara dirinya dengan anaknya yang akan
menjalani ujian nasional, memberikan pengarahan-pengarahan
yang menurut subyek baik untuk anaknya, juga mengajak anaknya
untuk bisa mengungkapkan kesulitan yang sedang dialami.
Rutinitas yang dikerjakan PD di waktu luang adalah membaca
buku-buku hadits. Selain membaca PD juga bersantai, berbincang-
bincang di waktu sore hari bersama istrinya.
S juga menceritakan kegiatan PD saat ini adalah
mengerjakan lahan perikanan di desa asal PD. Lahan perikanan
tersebut menggunakan sistem bergilir dengan saudara-saudaranya
yang lain karena itu adalah milik keluarga. S sangat dekat dengan
PD sejak PD berumah tangga dengan istrinya yang dulu. Anak S
pernah tinggal dirumah PD karena tempat sekolah anak S dekat
dengan rumah PD. Itupun PD yang meminta karena untuk
menemani anak angkat PD juga dirumah. Anak S tinggal dirumah
PD untuk menemani anak angkat PD juga dirumah. Anak S pernah
memecahkan kacamata PD, namun PD tidak mau menerima ganti
rugi dari S. S mengenal dekat PD ketika PD menjadi kepala stasiun
Cepu dan suami S jadi kepala stasiun Tobo. Suami S dan PD sering
bersepeda bersama ketika sebelum pensiun. Setelah pensiun ini
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
129
berbeda, nggak pernah lagi sepedaan seperti dulu. Naik sepeda
sudah tidak kuat lagi, tidak pernah main kerumah S seperti dulu. S
pernah meminjam uang pada istri PD yang pertama. PD dengar
kalau S pinjam uang, kemudian PD bilang pada S, orang kok selalu
ngurusi masalah uang saja. S bilang kalo untuk bayar sekolah
anak-anak. Sekarang, S ganti bertanya pada PD bagaimana rasanya
membiayai sekolah anak?. Ketika awal-awal pensiun PD masih
sering berkunjung ke rumah S. Namun sejak mengerjakan lahan
perikanan di desa asal PD dan PD mengalami sakit pada kakinya
itu sudah tidak saling berkunjung. S memaklumi kondisi tersebut.
PD adalah sosok yang baik dan terbuka. PD bercerita pada S,
ketika awal-awal menjalani rumah tangga dengan BL, uang gajian
PD tidak diserahkan pada BL namun di simpan untuk kebutuhan
sekolah anak. Istrinya di tugaskan PD untuk mengelola kos-kosan
dan hasi bulanan dari kos tersebut untuk membayar biaya listrik
dan air. S bersyukur PD mendapatkan ganti istri yang baik. BL
tidak merasakan kesulitan ketika menikah dengan PD. Semua
kebutuhan BL terpenuhi, lengkap termasuk perhiasan. Cara bicara
PD yang keras dan agak ngotot menurut S, hal tersebut disebut
tegas dan sudah pembawaan sejak lahir. Harapan S pada keluarga
sahabat dekatnya adalah agar anak-anaknya bersyukur masih bisa
sekolah hingga kuliah karena PD sudah bekerja keras setelah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
130
pensiun dan jangan mengecewakan usaha keras PD. Dalam
interpretasi tersebut ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a) Gejala fisik:
1. Perubahan pada fisiknya terutama tenaga. Lebih loyo dan
mudah lemas, keseimbangan badan berkurang; 2) Merasakan
sakit di bagian lutut dan terasa kaku. Kaki PD yang kaku dan
sakit tersebut akan lebih sakit bila tidak digerak-gerakkan dan
tidak terasa sakit bila digerak-gerakkan dan PD
menganggapnya hal yang wajar ketika orang menjadi tua; 3)
Teman-temannya menerima PD dengan kondisinya, tidak ada
yang mengucilkan ataupun mengolok-olok kondisi fisik PD
saat ini; 4) Tubuhnya sekarang lebih kurus dibandingkan dulu
waktu masih dinas, gemuk dan bugar; 5) Tubuh PD sehat, tidak
mengalami penyakit kronis meskipun badannya kurus; 6)
Banyak yang dipikirkan PD, terutama dalam hal pemenuhan
kebutuhan sehingga menjadikan tubuhnya kurus. Selain itu
juga karena sudah tua namun kegiatannya lebih berat. PD juga
kesulitan dalam bekerja, memerlukan banyak tenaga untuk
mencari air karena air sangat sulit dicari untuk mengisi atau
mengganti air lahan ikan sulit, kepanasan sedangkan
kemampuan fisiknya sudah berkurang; 7) PD berkeluh kesah
tentang fisiknya pada istrinya. PD juga sering membandingkan
kondisi tubuhnya dengan kondisi tubuh orang lain; 8) Tidak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
131
ada yang berubah dalam gaya berbusana pada PD ketika
sebelum pensiun dan sesudah pensiun; 9) Tidak ada penyakit
tertentu yang di derita PD karena PD tahu bagaimana menjaga
kesehatan dan mengantisipasinya. Misalnya bila tekanan darah
PD naik daripada sebelumnya, PD langsung berpuasa. Ketika
PD merasa pusing, kurang enak badan PD langsung periksa ke
dokter; 10) Ketika awal-awal pensiun PD masih sering
berkunjung ke rumah S, sahabat dekatnya. Namun sejak
mengerjakan lahan perikanan di desa asal PD dan PD
mengalami sakit pada kakinya itu sudah tidak saling
berkunjung karena jarak rumah yang jauh; 11) PD saat ini
mengalami sakit demam karena kecapekan. Menurut
pengamatan AR, PD lebih sering tidur ketika sakit.
b) Gejala Emosi
1. PD menceritakan kekhawatirannya tidak bisa mencukupi
kebutuhan pendidikan anak-anaknya dengan uang pensiun
tiap bulan; 2) PD tidak merasa minder ketika sudah pensiun
justru lebih menjalin silaturahmi pada teman-temannya dan
orang-orang yang mengenal PD; 3) Orang-orang yang
mengenal PD menghargai PD karena PD dianggap lebih
tua; 4) PD bercerita ketika PD masih bekerja dan ketika
menjadi kepala stasiun, PD merasa bisa membimbing anak
buahnya dengan baik, oleh karena itu, banyak anak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
132
buahnya yang masih menjalin silaturahmi dan baik dengan
PD; 5) PD sangat di sukai oleh lingkungan sekitar stasiun,
tetangga dekat stasiun karena sikap sosial PD seperti PD
juga membagikan bancaan ulang tahun kereta api ke
tetangga-tetangga stasiun terutama yang sudah janda; 6) PD
merasa senang ketika pensiun. PD merasa sudah sukses dan
bisa menikmati hari tuanya, tidak ada masalah dalam
pekerjannya selama ia bekerja ssat ini; 7) PD akan merasa
tidak nyaman bila tidak ada kecocokan tindakan dengan apa
yang PD inginkan misalnya bila PD menyuruh anaknya
mengisi air kamar mandi dan tidak segera dilakukan, PD
merasa kesal dan tidak nyaman; 8) PD tidak senang bila
diajak keluar rumah oleh anaknya karena tidak ada
manfaatnya; 9) Tiap bulan sekali, PD bertemu teman-
temannya sesama pensiun yang tergabung dalam
PERPENKA yaitu ikatan pensiunan kereta api agar
silaturahmi antar anggota yang telah pensiun tetap terjalin
dan mempererat persaudaraan; 10) PD mengikuti kegiatan
sosial gotong royong dilingkungan sekitar rumahnya yang
dibentuk untuk mengurus kematian seseorang. Kegiatan
sosial gotong royong sangat perlu karena membantu orang
yang mendapat musibah kematian serta meringankan biaya
mengurus kematian seseorang; 11) Ada beberapa teman PD
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
133
yang masih mengajak PD keluar rumah. PD tidak mau
mengunjungi orang yang lebih muda darinya dengan alasan
karena yang muda harus menghomati yang tua kecuali bila
ada keperluan dengan yang lebih muda; 12) PD tidak
merasakan ada perasaan yang mengganjal ketika PD telah
pensiun. Karena masih harus memenuhi kebutuhan sekolah
anak-anaknya maka dari itu PD bekerja lagi; 13) Tidak ada
perubahan emosi, tetap sama ketika sebelum pensiun dan
sesudah pensiun. PD akan marah bila perintahnya tidak
segera di turuti terutama oleh anak-anaknya. PD sangat
jarang sekali bertindak hingga melakukan kekerasan
kecuali bila masalah tersebut benar-benar membuat PD
sangat kesal; 14) Hal yang menjadi beban pikiran PD bila
PD dipanggil dengan sebutan haji padahal PD belum haji
namun orang-orang sering sekali memanggil PD dengan
sebutan haji. PD merasa tidak enak dan nelangsa bila
dipanggil dengan sebutan mbah kaji. Istrinya pernah usul
pada suaminya ketika PD tidak menggarap lahan
perikanannya, uang tersebut digunakan untuk menunaikan
ibadah haji. Namun PD menolaknya dengan alasan bila
masih ada kebutuhan anak-anak yang harus dipenuhi dan
mungkin saja anak-anak lebih membutuhkan daripada
untuk biaya PD pergi haji; 15) Beban pikiran PD yang lain
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
134
ketika pensiun ini adalah memikirkan pendidikan anak-
anaknya. PD memikirkan pendidikan anaknya dan
menginginkan semua anaknya selesai sekolah, setelah
selesai sekolah, PD menyerahkan apa yang kemudian
menjadi keinginan anak-anaknya; 16) PD merasa senang
ketika pensiun. Pada saat yang bersamaan itu pula PD
mendapat giliran untuk mengerjakan tambak milik orang
tuanya, jadi tidak sampai menganggur, ada kegiatan setelah
pensiun; 17) Bila bertemu temannya, PD selalu menyapa
temannya dan mengajaknnya mengobrol. PD juga menyapa
tetangganya bila bertemu dan mengobrol. Selain hanya
sekedar mengobrol, biasanya PD juga mendoakan dan
memberi saran bila ada tetangganya yang mendapat
masalah; 18) Subyek merasa tersinggung bila seseorang
salah menuliskan namanya di undangan dan subyek tidak
datang ke tempat acara yang telah mengundangnya; 19) PD
merasa nyaman ketika puasa dirumah karena ada yang
menyediakan dan tidak bersusah-susah ntuk membeli lauk
seperti yang biasanya dilakukan PD bila puasa tidak
dirumah; 20) PD tidak merasa minder dengan teman-teman
istrinya yang masih jauh lebih muda ketimbang PD, justru
PD memberikan sambutan dan menceritakan riwayan
hidupnya ketika bertemu dengan istrinya; 21) S
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
135
menceritakan keluhan-keluhan yang diceritakan PD pada S.
S juga menasihati PD untuk tidak memikirkannya terlalu
serius agar di beri umur panjang. Keluhan yang diceritakan
pada S adalah PD sudah tua namun anak-anaknya masih
kecil-kecil. PD merasakan menyekolahkan anak itu sesuatu
yang berat.
c) Gejala Perilaku
1. Menurut PD, kebanyakan orang pensiun itu banyak
senangnya ketika mereka pensiun karena bisa
menikmati hari tua, sudah sukses. Bila orang tersebut
tetap bekerja setelah pensiun, hal tersebut merupakan
suatu pilihan. Seharusnya setelah pensiun itu menikmati
hari tuanya, anak-anak sudah selesai sekolah semua,
tidak ada tanggungan membiayai anak sekolah lagi dan
tidak bekerja lagi; 2) Bila ada masalah yang tidak
kunjung selesai PD tetap mencoba mencari jalan
keluarnya namun bila tidak bisa diselesaikan, tidak
perlu dibicarakan lagi, harus disudahi, dibiarkan saja
untuk menghilangkan kedengkian hati; 3) Kegiatan
subyek dilahan perikanannya, subyek mulai melihat
keadaan tambak, kondisi air dan keadaan ikan-ikannya,
memupuk dan mengairi lahan perikanannya; 4) Secara
spontan PD marah bila sesuatu hal yang dilakukani apa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
136
anak atau istrinya tidak sesuai dengan keinginannya
kemudian memberikan pengertian dan diarahkan yang
seharusnya seperti apa. Bila tidak diperhatikan, PD
membiarkannya; 5) PD pernah melakukan tindakan
kekerasan terhadap anak laki-lakinya yang kedua
dengan menamparnya. Ketika itu kedua anak laki-
lakinya bertengkar; 6) PD mengungkapkan bahwa
dirinya merasa tidak terlalu cocok dengan anaknya yang
kedua karena anak keduanya itu semaunya sendiri dan
sering membantah perintahnya. PD hanya memenuhi
kebutuhannya saja, terserah anaknya mau bagaimana,
PD membiarkannya; 7) Menurut PD, bekerja
merupakan kebutuhan untuk menghidupi keluarga.
Semua orang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Bila tidak bekerja, malas, maka otaknya sakit.
PD akhirnya membuat warung yang juga untuk makan
sehari-hari keluarganya dan ia berniatan kembali ke
daerah tempat asalnya untuk mengerjakan lahan
perikanan; 8) Menurut pendapat PD, orang yang sudah
lanjut usia itu tenaga, daya pikir sudah berkurang.
Orang dikatakan lanjut usia bila sudah berumur 65
tahun. Pada usia 60 tenaga dan daya pikirnya masih
bagus. Pada usia 65 tahun keatas, daya pikir dan tenaga
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
137
sudah mulai menurun. PD melakukan ha-hal untuk
menjaga kesehatan tubuhnya antara lain minum
vitamin, suplemen juga olahraga rutin pagi hari, lari-lari
kecil di halaman rumah; 9) Cara berbicara PD sangat
menekan, lebih terlihat ngotot. Mungkin karena tiap
hari bekerja dikereta maka suara PD harus keras agar
terdengar dan tidak kalah dengan suara kereta. BL dan
PD memiliki komunikasi yang bagus, bila ada sesuatu
hal selalu dibicarakan berdua ketika mau tidur, tentang
keluarga, pekerjaan; 10) PD orang yang tidak muluk-
muluk menginginkan sesuatu dan tidak terlalu keras
juga dalam menggapai suatu hal yang menjadi
keinginannya, lebih pada berjalan apa adanya atau
pasrah; 11) Ide BL membangun warung karena BL
sempat resah. Nanti kalau PD sudah pensiun PD
nganggur, BL juga nganggur. Akhirnya BL meminta
pada PD untuk dibikinkan warung makan selain untuk
tambahan penghasilan selain uang pensiunan juga untuk
di makan sendiri. BL belum di beri tahu suaminya
bahwa ia mendapat giliran mengerjakan lahan
perikanan didesa asalnya; 12) Sikap PD ketika ada
masalah diam kemudian tidak bisa tidur, susah tidur
misalnya setelah memarahi anak-anaknya karena suatu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
138
hal, PD terlalu memikirkan kejadian tersebut; 13)
Menurut BL, PD juga tidak pernah marah hanya
memberi tahu saja letak kesalahannya dan mengarahkan
seharusnya yang seperti apa; 14) Tanggapan PD bila
anak-anaknya berbuat kesalahan yaitu dengan
memberikan peringatan, di bicarakan bersama ketika
setelah sholat subuh ataupun maghrib; 12) PD
membangun komunikasi antara dirinya dengan anaknya
yang akan menjalani ujian nasional, memberikan
pengarahan-pengarahan yang menurut subyek baik
untuk anaknya, juga mengajak anaknya untuk bisa
mengungkapkan kesulitan yang sedang dialami; 13)
Rutinitas yang dikerjakan PD di waktu luang adalah
membaca buku-buku hadits. Selain membaca PD juga
bersantai, berbincang-bincang di waktu sore hari
bersama istrinya; 14) PD menceritakan kegiatannya
ketika di rumah dan hobinya ketika waktu luang. PD
sangat senang membaca buku dan menurut PD, orang
yang tidak membaca buku akan bodoh dan tersingkir
dari pergaulan
Munculnya konflik batin atau sindrom pasca kuasa pada diri subyek ketika
PD mulai pensiun, ketika itu PD berusia 57 tahun. Jabatannya sebagai kepala
stasiun harus dilepaskan. Meskipun fisik dan mentalnya masih cukup kuat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
139
untuk bekerja. Masih banyak kebutuhan yang harus di cukupinya terutama
kebutuhan membiayai pendidikan anak-anaknya. Waktu PD pensiun, anak-
anaknya masih kecil-kecil, usia SD. PD sempat bingung dan
mengkhawatirkan bila subyek tidak bisa memenuhi segala kebutuhan
pendidikan anak-anaknya. Subyek juga tidak bisa tidur karena banyak sekali
masalah yang dipikirkannya. PD tidak mau di nilai lemah, sudah pensiun dan
tidak bisa mencukupi kebutuhan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. PD
sangat menginginkan anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi
hingga lulus dan tidak kesusahan seperti yang dialami subyek. Subyek
menganggap dirinya masih sanggup untuk bekerja lagi demi anak-anaknya.
Konflik batin yang sempat dialami oleh subyek tersebut tidak lama karena
subyek bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dibantu dengan istrinya dalam
memenuhi kebutuhan yang semakin banyak ketika subyek pensiun. Di usianya
yang kini telah lanjut, dengan segala keterbatasan fisik yang dialaminya, tubuh
yang kurus dan sakit pada kaki kiri yang dialaminya tidak menghalangi
subyek untuk masih tetap bekerja lebih berat dibandingkan ketika masih dinas
sebagai kepala stasiun. Pekerjaannya sekarang adalah mengerjakan lahan
perikanan di desa milik keluarganya.
C. Pembahasan
Post power syndrome adalah gejala sindrom yang cukup populer di
kalangan orang lanjut usia khususnya sering menjangkit individu yang telah
usia lanjut dan telah pensiun atau tidak memiliki jabatan lagi di tempat
kerjanya. Post power syndrome merupakan salah satu gangguan keseimbangan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
140
mental ringan akibat dari reaksi somatisasi dalam bentuk dan kerusakan
fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang bersifat progresif karena individu
telah pensiun dan tidak memiliki jabatan ataupun kekuasaan lagi (Kartono,
2000:231).
Post power syndrome juga dialami oleh PD pada awal-awal pensiunnya.
PD pensiun dan saat itu pula anak-anak PD masih kecil-kecil, usia SD karena
PD menikah dua kali dan dengan istri keduanya ini PD baru di beri keturunan.
Tanggung jawab PD untuk membiayai pendidikan anak lebih besar. Meskipun
PD mengungkapkan merasa senang ketika awal pensiun, namun tidak dapat di
pungkiri bahwa PD sempat berpikir keras hingga sulit tidur dan akhirnya
termotivasi karena anak-anaknya untuk bekerja lagi setelah pensiun bahkan
lebih berat dibandingkan sewaktu masih dinas untuk tetap bisa membiayai
pendidikan anak-anaknya hingga pendidikan tinggi. PD berupaya sangat keras
dan mampu bangkit lagi dari gangguan keseimbangan mental ringan tersebut.
Hal tersebut juga di dukung dengan kelapangan hatinya untuk menerima
kondisinya yang telah lanjut usia meskipun ada sedikit rasa takut kondisi
fisiknya semakin menurun seiring dengan berjalannya waktu. Dengan
dukungan istrinya dan usaha PD dalam menjaga kesehatannya, PD mampu
bekerja lebih keras hingga sekarang dengan keterbatasan kondisi fisiknya. PD
tetap termotivasi, berharap anak-anaknya menjadi orang yang berguna bagi
diri mereka sendiri dan orang-orang sekitarnya.
PD memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat bagi
dirinya, membaca buku untuk menambah ilmu serta pengetahuan, berolahraga
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
141
rutin dan berbincang-bincang dengan istri dan anak-anaknya, menjaga
komunikasi, tetap berhubungan dengan teman-teman seusianya untuk menjaga
silaturahmi, masih mengikuti kegiatan sosial mengurus kematian seseorang
yang ada dilingkungan rumahnya karena menurutnya hal tersebut sangat
penting untuk membantu orang yang mengalami musibah. PD merasa sangat
bahagia masih di beri oleh Tuhan kesehatan, memiliki keturunan, bisa
berkumpul bersama keluarganya. Hal-hal tersebut tidak lepas dari peran
istrinya yang selalu mendukung kegiatan ataupun pekerjaan yang di lakukan
PD, membantunya mencari nafkah untuk keluarga, selalu membesarkan hati
PD dikala PD gelisah dengan masalah-masalah yang menghadapi PD seperti
panggilan khusus mbah kaji yang diberikan orang lain padanya padahal PD
belum haji, ketika mengeluh tentang kakinya yang sakit, mengeluh tentang
badannya yang kurus hingga tetangga dan temannya mengira PD mengalami
sakit kencing manis.
Simptom-simptom post power syndrome disebabkan karena rasa kecewa,
takut, cemas yang mengganggu fungsi-fungsi organik dan psikis sehingga
menimbulkan penyakit atau dalam istilah klinisnya ialah somatoform. Mereka
tidak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi hidup yang baru (Kartono,
2000:234).
Perasaan takut ketika pensiun juga dialami oleh PD. Ketakutannya tidak
bisa memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya hingga semuanya lulus
kuliah pernah dialami oleh PD. Karena PD berpikir terlalu keras hingga
menyebabkan tubuh PD menjadi kurus tidak seperti waktu masih bekerja
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
142
sebagai pegawai, berbadan gemuk dan bugar. Namun PD tidak menjadikannya
berlarut-larut. PD bangkit dan termotivasi karena anak-anaknya. PD
mendapatkan giliran dari keluarganya untuk mengerjakan lahan perikanan
didesa asal PD. Dukungan istrinya pun juga ikut andil, istrinya meminta pada
PD untuk dibuatkan warung makan, membantu PD mencari pendapatan selain
untuk makan sehari-hari juga.
Hasil dari penelitian studi kasus tentang post power syndrome ini sangat
unik dan menarik karena ternyata hasil dari lapangan berbeda dengan yang
dijelaskan pada teori. PD memang sempat khawatir dan takut tidak bisa
membiayai pendidikan anak-anaknya hingga lulus kuliah. Namun PD ternyata
bangkit dan malah bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan anak-
anaknya. PD termotivasi karena anak-anaknya, menginginkan anak-anaknya
berpendidikan tinggi, PD tidak ingin anak-anaknya tersisihkan oleh zaman,
mampu bersaing dengan orang-orang lain dan berguna bagi diri mereka serta
orang-orang disekitarnya. PD tidak mengalami post power syndrome hingga
berlarut-larut karena PD juga menerima kondisi fisiknya yang telah menurun,
usia juga semakin bertambah dan sudah seharusnya sebagai kepala rumah
tangga PD masih wajib memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya.
Gejala yang tampak saat orang mengalami post power syndrome adalah
gejala fisik, emosi dan perilaku. Gejala fisik dapat dilihat dari seseorang yang
tampak lebih tua dibanding pada saat orang tersebut menjabat. Gejala emosi
misalnya cepat tersinggung, merasa tidak berharga, ingin menarik diri dari
lingkungan pergaulan, dan sebagainya. Gejala perilaku misalnya malu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
143
bertemu orang lain, lebih mudah melakukan kekerasan, sering menunjukan
kemarahan dan sebagainya (Indati dalam Hidayati, 2003:4).
Gejala fisik yang terdapat dalam teori memang dialami oleh PD, semakin
lemah dan loyo, tenaga juga semakin berkurang, tampak lebih tua dan kurus
dibandingkan waktu masih menjabat sebagai kepala stasiun dulu, gemuk dan
bugar. Gejala emosi yang dialami subyek, PD sempat khawatir, takut tidak
bisa membiayai anak-anak sekolah namun PD akhirnya bangkit dan bekerja
lagi. PD juga tidak menarik diri dari pergaulan teman-temannya, malah setiap
bulan PD mengikuti kegiatan PERPENKA yang menjadi ajang silaturahmi
sesama teman pensiun, PD juga tetap keluar bersama teman-temannya namun
dengan jarak yang tidak jauh dari rumah, menyapa tetangga yang sedang lewat
dan mengobrol dengan tetangga. Hal-hal tersebut dirasa penting oleh PD
untuk menjaga hubungannya agar tetap baik dengan sesama manusia. Perilaku
PD meskipun sudah pensiun, PD tidak merasa minder dengan tetangga,
saudara, bahkan PD mengisi sambutan ketika istrinya mengadakan reuni
sekolah dirumahnya yang semua teman-teman istrinya jauh lebih muda
dibanding usia PD dan juga menceritakan riwayatnya ketika bertemu dengan
istri. Hubungannya dengan istri dan anak-anak juga baik, menjaga
komunikasi, meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan istri dan
anak-anaknya, mengarahkan bila anak atau istrinya berbuat kesalahan, dan
marah bila kelakuan anaknya keterlaluan seperti ketika kedua anak laki-
lakinya bertengkar, tidak mudah melakukan tindak kekerasan dan bahkan
hampir tidak pernah, hanya membicarakanya bersama jalan keluar yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
144
terbaik bila mengalami suatu masalah dan membiarkannya bila tidak selesai
agar tidak menjadi berlarut-larut dan menyebabkan penyakit hati seperti
dengki. Menggunakan waktu luang hanya untuk kegiatan yang bermanfaat
bagi dirinya seperti berolahraga rutin untuk menjaga kesehatan, membaca
untuk menambah ilmu dan pengetahuannya, membantu istrinya membersihkan
rumah juga menyiapkan dagangan.
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup, begitu juga dengan kebutuhan
orang yang telah lanjut usia. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup
yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia
antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan
secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan
aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang
dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat
diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk
kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar
dapat mandiri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut sejalan seperti yang di
ungkapkan oleh Maslow bahwa individu tak terkecuali orang yang telah lanjut
usia memiliki kebutuhan, kemampuan, kecenderungan yang sama dengan
individu pada umumnya. Maslow (dalam Alwisol, 2009:204-206) menyusun
teori hierarki 5 kebutuhan dasar manusia antara lain ialah
1. Kebutuhan fisiologis yang sifatnya homeostatik seperti makan, minum,
kesehatan tubuh yang baik, kebutuhan istirahat dan seks. Begitu juga orang
yang telah lansia juga memiliki kebutuhan tersebut yang harus dipenuhi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
145
karena bila tidak di penuhi maka kualitas fisik akan cepat menurun drastis.
Fisik lanjut usia sangatlah lemah jadi mereka membutuhkan nutrisi yang
lebih banyak. Seperti yang di lakukan oleh PD, berolahraga rutin setiap
pagi, menjaga asupan makanan yang di makan, serta minum suplemen dan
vitamin untuk membantu menjaga daya tahan tubuhnya
2. Kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan,
batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Orang yang telah lanjut usia
dan pensiun memiliki kebutuhan keamanan yang wujudnya seperti asuransi
kesehatan, tabungan pensiun. Kebutuhan keamanan ini tujuannya untuk
mempertahankan kehidupan untuk jangka waktu yang lebih panjang. Bila
kebutuhan tersebut tidak dipenuhi, kecemasan ataupun rasa takut menjalani
kehidupan orang lanjut usia bisa jadi semakin tinggi karena ia merasa tidak
aman ketika usianya bertambah lebih tua. Bagaimana pensiunan membiayai
hidupnya sendiri bersama keluarganya sedangkan dirinya sudah pensiun
dari pekerjaannya? Siapa yang akan merawat dirinya ketika sakit bila anak-
anaknya telah keluar dari rumah?. Namun PD dapat mengatasinya dengan
jalan bekerja lagi ketika pensiun dan di bantu istri mencari pendapatan
selain mengandalkan uang pensiun tiap bulan
3. Kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari suatu kelompok. Kebutuhan
ini bermaksud agar individu mampu berinteraksi dan menjaga komunikasi
serta mendapatkan kasih sayang dan cinta dari individu yang usianya lebih
muda, sebaya ataupun lebih tua. Kebutuhan cinta ini terbagi menjadi 2
yaitu deficiency love (D-love) dan being love (B-love). D-love lebih kepada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
146
memperoleh cinta dari orang lain, cinta dan kasih sayang dari orang tua,
dari istri, dari anak-anak dan dari teman-teman. PD merasa sangat bahagia
karena istri dan anak-anaknya tetap mencintainya meskipun PD sudah
lanjut usia. Istrinya selalu merawat dan memenuhi segala kebutuhan PD
ketika ia sakit ataupun disaat ia sehat. Sedangkan B-love lebih kepada
memberikan gambaran-gambaran positif seperti pengalaman-pengalaman
hidup, motivasi atau dukungan kepada orang lain. Bila kebutuhan tersebut
gagal dipenuhi akan menyebabkan psikopatologi pada individu tersebut.
PD selalu memberikan pengarahan ketika anggota keluaganya berbuat
kesalahan serta pengalaman hidupnya pada anak-anaknya yang biasa PD
ceritakan ketika usai sholat berjama’ah bersama keluarga. PD juga tidak
segan memberi saran pada tetangganya bila tetangganya itu mengalami
suatu masalah dan bercerita padanya, tidak pandang tetangga yang
Tionghoa ataupun Jawa.
4. Kebutuhan harga diri (self esteem) yang terpuaskan akan menimbulkan
sikap percaya diri, berharga, mampu, perasaan berguna dan penting namun
sebaliknya bila kebutuhan akan harga diri ini tidak terpuaskan maka akan
menimbulkan perasaan inferior, canggung, lemah, pasif tergantung,
penakut, tidak mampu mengatasi tuntunan hidup dan rendah diri dalam
bergaul. Minat sosial orang lanjut sosial menjadi rendah atau menurun, oleh
karenanya kebutuhan ini penting untuk dipenuhi agar orang lanjut usia
memiliki rasa harga diri dan percaya diri terhadap lingkungan sosialnya.
Kebutuhan ini sempat tidak terpenuhi oleh PD, namun keluarganyalah yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
147
membuat bahwa PD masih berharga bagi keluarganya, anak-anak dan
istrinya yang membuat PD termotivasi untuk bekerja lagi demi memenuhi
kebutuhan keluarga. Istrinya yang selalu memberikan dukungan, membuat
PD bersyukur dan membesarkan hati PD, ketika gelisah, risau karena
kondisi fisiknya yang saat ini kurus dibandingkan ketika masih bekerja,
ketika orang-orang mengira PD terkena kencing manis, ketika orang-orang
memanggilnya dengan sebutan mbah kaji.
5. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan individu untuk mampu
mewujudkan segala potensi dalam dirinya untuk memperoleh kepuasan diri
pada individu tersebut, tak terkecuali orang yang telah lanjut usia.
Mengerjakan apapun yang dapat mengembangkan potensi dirinya dan
menjadi kreatif untuk mencapai puncak prestasi potensinya. Kebutuhan
aktualisasi diri PD terpenuhi dengan mengisi waktu luangnya dengan
membaca untuk menambah ilmu serta pengetahuan agar tidak tersingkir
dari pergaulan meski usianya telah lanjut. Bentuk aktualisasi diri PD yang
lain adalah berolahraga secara rutin agar kesehatan tubuhnya tetap terjaga,
daya tahan tubuh juga tidak mudah turun.
Dari hasil penelitian yang telah dijabarkan terdapat penelitian yang
mendukung penelitian peneliti bahwa orang pensiunan akan berperilaku
positif karena pensiunan tersebut menyadari bahwa dirinya sudah lanjut usia
dan penting melakukan regenerasi (Trimardhany, 2008:Sikap dan Makna
Hidup pada Pensiunan yang Mengalami Post Power Syndrome dan Tidak
mengalami Post Power Syndrome). Juga seperti yang terjadi di negara Jepang.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
148
Di Jepang tenaga kerja yang baru pensiun menjadi rebutan, karena pensiunan
baru tersebut lebih antusias, energik dan berpengalaman. Antusias mereka
mengalahkan tenaga kerja yang muda apalagi dalam hal pengalaman. Bursa
tenaga kerja pensiunan sangat baik padahal mereka pensiun pada usia 60 tahun
atau 5 tahun lebih tua dibandingkan rata-rata orang pensiun yang ada di
Indonesia (Yusuf, 2009:6).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
142
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada kasus yang diangkat dalam penelitian
ini maka dapat disimpulkan bahwa PD mengalami beberapa gejala sindrom
pasca kuasa pada awal-awal pensiunnya. Gejala fisik yang terlihat ketika PD
sudah pensiun dari pekerjannya dan setelah pensiun ini PD masih tetap bekerja
untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarganya terutama pendidikan anak-
anaknya, PD menjadi sangat kurus di bandingkan ketika sebelum pensiun,
badan PD terlihat gemuk dan bugar. Juga kaki sebelah PD yang terasa sakit
dan kaku yang di alaminya setelah pensiun. Gejala emosi yang terlihat pada
PD ialah perasaan khawatir yang cukup besar dan membuatnya berpikir lebih
keras hingga tidak bisa tidur karena memikirkan cara untuk tetap bisa
memenuhi kebutuhan keluarganya yang semakin besar ketika pensiun. Namun
pada akhirnya PD bangkit dan termotivasi karena anak-anaknya hingga PD
memutuskan tetap bekerja bahkan pekerjaannya yang sekarang lebih berat
berada dilapangan. Berbeda sekali seperti pekerjaan PD dahulu sebagai
pegawai yang bekerja didalam kantor. PD merasa senang dengan
pekerjaannya sekarang di waktu pensiun karena waktu yang PD miliki lebih
fleksibel, tidak terbatasi seperti waktu bekerja sebagai pegawai. PD juga tidak
minder bertemu dengan orang-orang atau tetangga, tetap mengikuti kegiatan
sosial dan masih sering keluar bersama teman-teman seusianya untuk menjaga
silaturahmi. Sedangkan gejala perilaku yang terlihat pada PD ialah PD akan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
143
mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan bila anak-anaknya ataupun
istrinya berbuat kesalahan. PD hampir tidak pernah melakukan tindak
kekerasan pada keluarganya, kecuali bila anak-anaknya bertindak keterlaluan
menurut PD seperti waktu kedua anak laki-lakinya bertengkar dan tidak ada
yang mau mengalah. PD meluangkan waktunya untuk kegiatan yang
bermanfaat pada dirinya seperti membaca buku untuk menambah pengetahuan
dan ilmu, berolahraga rutin untuk menjaga kesehatan tubuhnya dan
berbincang-bincang bersama istri dan anak-anaknya.
Munculnya konflik batin atau sindrom pasca kuasa pada diri subyek
ketika PD mulai pensiun, ketika itu PD berusia 57 tahun. Jabatannya sebagai
kepala stasiun harus dilepaskan. Meskipun fisik dan mentalnya masih cukup
kuat untuk bekerja. Masih banyak kebutuhan yang harus di cukupinya
terutama kebutuhan membiayai pendidikan anak-anaknya.
B. Saran
Bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga yang sudah pensiun,
tetaplah untuk menjaga dan merawatnya dengan baik meskipun kondisi
fisiknya mulai menurun. Mendukung semua kegiatan baik yang dilakukan oleh
orang lanjut usia tersebut selama orang lanjut usia tersebut mampu
megerjakannya.
Bagi perusahaan yang memiliki program masa persiapan pensiun,
peneliti berharap agar masa persiapan pensiun tersebut diisi dengan kegiatan
yang bermanfaat bagi pensiunan misalnya pelatihan-pelatihan yang sekiranya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
144
tidak menyulitkan calon pensiunan agar tidak menganggur setelah pensiun atau
aktifitas rutin yang berkurang. Biasanya masa kerja pegawai yang berpuluh-
puluh tahun tersebut membuat seseorang tidak memiliki ketrampilan lain,
hanya sebatas pekerjaannya saja.
Bagi subyek, harapan peneliti adalah selalu menjaga kesehatannya, tidak
bekerja terlalu berlebihan mengingat kondisi fisik yang telah menurun agar
nanti tetap masih bisa melihat anak-anaknya sukses dan bisa membahagiakan
serta membanggakan orang tuanya. Tetap bertindak positif dan bermanfaat bagi
diri subyek.
Peneliti sangat menyadari banyak kekurangan pada penelitian ini.
Peneliti menyarankan ada penelitian lanjutan tentang bagaimana gambaran
pensiunan yang mengalami post power syndrome namun sudah tidak memiliki
tanggungan membiayai kebutuhan pendidikan anak agar para pensiunan dapat
lebih memahami kondisi dirinya setelah pensiun dan tetap berperilaku positif,
bermanfaat untuk dirinya, keluarga dan untuk orang lain.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Atkinson, R.L. 1993. Introduction to Psychology. New York: Harcourt Brace Javanovich
Halgin, R.P. 2009. Abnormal Psychology: Clinical Perspectives on Psychological Disorders. New York: McGraw Hill, Inc
Hartati, N. 2002.Post Power Syndrome Sebagai Gangguan Mental Pada Pensiun. Jakarta: Jurnal Tazkiya Vol.2 No.1 (hal.9)
Hawari, D. 1997. Al-Qur’an (Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa). Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa
Hidayati, L.N. 2009. Hubungan Dukungan Sosial ldengan Tingkat Depresi pada Lansia. Surakarta: UniversitasMuhammadiyah Surakarta
Hurlock, E.B. 1980. Developmental Psychology, Life Span Approach, fifth edition. New York: McGraww Hill, Inc.
Jalaluddin. 1996. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Kartono, K. 2000. Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju
Maramis. 1990. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press
Mariani, H. 2008. Hubungan Adversity Quotient Dan Kecerdasan Ruhaniah Dengan Kecenderungan Post Power Syndrome Pada Anggota TNI AU di Landasan Udara Iswahjudi Madiun. Surakarta: UniversitasMuhamadiyah Surakarta
Moleong, L.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya
Poerwandari, E.K. 2005.Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 FakultasPsikologi UI
Prayitno.1984. Manula Manusia LanjutUsia. Jakarta: Intidayu Press
Purnamasari, E.S. 2003. Hubungan Sindrom Pasca Kekuasaan Dengan Kepuasan Hidup Pada Pensiunan Karyawan Pertamina Golongan Pimpinan di Surabaya. Jurnal Insight Tahun 1 No.2 (hal 62-73)
Safitri, L. (Februari Edisi 26 tahun III 2010). Post Power Syndrome. Media Kesehatan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Santoso A. Lestari N.B. 2008. Peran Serta Keluarga dalam Menghadapi Post Power Syndrome. Media Ners, volume 2, nomor 1.
Santrock, J.W. 1995. Life-Span Development, 5th. Brown Communications, Inc.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung; Alfabeta
Tabrani.1995. Masa Tua Yang Berguna Dan Sejahtera. Jakarta: Arcan
Trimardhany,V. 2008. Sikap dan Makna Hidup pada Pensiunan yang Mengalami Post Power Syndrome dengan yang Tidak Mengalami Post Power Syndrome. Sumatera Barat: Universitas Sumatera Barat
Utami, S.I. 2007. Hubungan Antara Tingkat Kebermaknaan Hidup Dengan Kecenderungan Munculnya Post Power Syndrome di Perum Wisma Sari Semambung Gedangan-Sidarjo. Surabaya: Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel
Yusuf, T. 2009. Mencegah Post Power Syndrome. Jakarta: Salemba Empat
Website
Agustina, M.C. 2008. Pensiun, Stres, dan Bahagia. http://all-about-stress.com/2008/03/22/pensiun-stres-dan-bahagia/ (diunduh 29 Pebruari 2012)
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/06/06/18500189/Post.Power.Syndrome
(diunduh pada 9 Juli 2011)
http://edy-firmansyah.blogspot.com/2008/10/melawan-post-power-syndrome-pasca.html (diunduh pada 9 Juli2011 )
http://www.danapensiun.com/index.php?option=com_content&view=article&id=15:pensiun-stres-dan-bahagia&catid=6:artikel (diunduhpada 29 Pebruari 2012)
http://prokum.esdm.go.id/pp/1979/PP%2032%201979 (diunduh pada 3 Mei 2012)