5
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret ____________________________________________________________ Epidemiologi Penyakit Infeksi – Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, MSc, PhD 1 Epidemiologi Penyakit Infeksi Soal dan Jawaban Ujian Akhir Blok Penyakit Infeksi dan Tropis 2011 (10 soal) ______________ Jawablah soal-soal berikut dengan memilih satu jawaban yang paling benar. 1. Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun datang di Puskesmas dengan hipertonia akut dan nyeri kontraksi otot rahang dan leher. Selain itu pasien mengalami spasme otot secara umum di sekujur tubuh. Tidak terdapat riwayat penggunaan obat. Tetapi diperoleh informasi, pasien tersebut bekerja sebagai sais delman. Baru-baru ini sais tersebut jatuh dan mengalami luka pada kaki. Karena tidak mengenakan alas kaki, luka tersebut terpapar tanah dan kotoran kuda. Dokter mendiagnosis pasien tersebut mengalami tetanus. Dalam terminologi epidemiologi penyakit infeksi, tetanus diklasikasikan sebagai: A. Infectious disease B. Communicable disease C. Transmissible disease D. Contagious disease E. Non-infectious disease Jawaban: A. Tetanus disebabkan patogen, yaitu suatu mikroba Clostridioum tetani (infectious disease). Tetapi tetapi tidak menular, baik secara alami (communicable disease), tidak alami (transmissible disease), maupun sangat menular (contagious disease). 2. Seorang dokter bertugas sebagai Kepala Sub-Dinas Pengendalian Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan Kabupaten. Dokter itu menganalisis data surveilans penyakit infeksi, untuk memonitor perkembangan penyakit infeksi pada populasi. Dalam setahun terdapat 100 kasus baru dan lama Tuberkulosis paru. Dalam setahun itu terjadi 5 kematian karena Tuberkulosis paru. Angka 5% menujukkan indikator sebagai berikut: A. Infektivitas B. Patogenesitas C. Virulensi D. Imunigenesitas E. Stabilitas antigen Jawaban: C. 5 kematian dari 100 kasus klinis = 5%, merupakan angka yang menunjukkan virulensi, yaitu kemampuan penyakit untuk menyebabkan kematian. Infektivitas adalah kemampuan agen infeksi untuk menyebabkan infeksi pada individu terpapar agen infeksi itu, yaitu jumlah terinfeksi dibagi dengan jumlah terpapar. Patogenesitas menunjukkan kemampuan agen infeksi untuk menyebabkan penyakit secara klinis, yaitu jumlah kasus klinis dibagi dengan jumlah terinfeksi. 3. Seorang pasien X perempuan berusia 40 tahun datang di Puskesmas dengan diare berat. Dokter di Puskesmas segera melakukan rehidrasi untuk menghindari kematian karena syok hipovolemik. Ternyata dalam tempo dua jam datang lagi 5 orang dengan gejala sama di Puskesmas tersebut. Karena itu dokter segera memerintahkan staf Puskesmas untuk melakukan survei epidemiologi

: Infectious disease epidemiology

Embed Size (px)

DESCRIPTION

: Infectious disease epidemiology

Citation preview

Page 1: : Infectious disease epidemiology

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

____________________________________________________________ Epidemiologi Penyakit Infeksi – Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, MSc, PhD

1

Epidemiologi Penyakit Infeksi

Soal dan Jawaban Ujian Akhir Blok Penyakit Infeksi dan Tropis 2011 (10 soal)

______________

Jawablah soal-soal berikut dengan memilih satu jawaban yang paling benar.

1. Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun datang di Puskesmas dengan hipertonia akut dan nyeri kontraksi otot rahang dan leher. Selain itu pasien mengalami spasme otot secara umum di sekujur tubuh. Tidak terdapat riwayat penggunaan obat. Tetapi diperoleh informasi, pasien tersebut bekerja sebagai sais delman. Baru-baru ini sais tersebut jatuh dan mengalami luka pada kaki. Karena tidak mengenakan alas kaki, luka tersebut terpapar tanah dan kotoran kuda. Dokter mendiagnosis pasien tersebut mengalami tetanus. Dalam terminologi epidemiologi penyakit infeksi, tetanus diklasikasikan sebagai:

A. Infectious disease B. Communicable disease C. Transmissible disease D. Contagious disease E. Non-infectious disease

Jawaban: A. Tetanus disebabkan patogen, yaitu suatu mikroba Clostridioum tetani (infectious disease). Tetapi tetapi tidak menular, baik secara alami (communicable disease), tidak alami (transmissible disease), maupun sangat menular (contagious disease). 2. Seorang dokter bertugas sebagai Kepala Sub-Dinas Pengendalian Penyakit Menular pada Dinas

Kesehatan Kabupaten. Dokter itu menganalisis data surveilans penyakit infeksi, untuk memonitor perkembangan penyakit infeksi pada populasi. Dalam setahun terdapat 100 kasus baru dan lama Tuberkulosis paru. Dalam setahun itu terjadi 5 kematian karena Tuberkulosis paru. Angka 5% menujukkan indikator sebagai berikut:

A. Infektivitas B. Patogenesitas C. Virulensi D. Imunigenesitas E. Stabilitas antigen

Jawaban: C. 5 kematian dari 100 kasus klinis = 5%, merupakan angka yang menunjukkan virulensi, yaitu kemampuan penyakit untuk menyebabkan kematian. Infektivitas adalah kemampuan agen infeksi untuk menyebabkan infeksi pada individu terpapar agen infeksi itu, yaitu jumlah terinfeksi dibagi dengan jumlah terpapar. Patogenesitas menunjukkan kemampuan agen infeksi untuk menyebabkan penyakit secara klinis, yaitu jumlah kasus klinis dibagi dengan jumlah terinfeksi. 3. Seorang pasien X perempuan berusia 40 tahun datang di Puskesmas dengan diare berat. Dokter

di Puskesmas segera melakukan rehidrasi untuk menghindari kematian karena syok hipovolemik. Ternyata dalam tempo dua jam datang lagi 5 orang dengan gejala sama di Puskesmas tersebut. Karena itu dokter segera memerintahkan staf Puskesmas untuk melakukan survei epidemiologi

Page 2: : Infectious disease epidemiology

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

____________________________________________________________ Epidemiologi Penyakit Infeksi – Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, MSc, PhD

2

di seputar tempat tinggal pasien-pasien itu. Diperoleh informasi, seorang Y yang merupakan tetangga X telah meninggal beberapa jam yang lalu. Ternyata Y mengalami diare berat lebih dulu daripada X. Dalam terminologi epidemiologi penyakit infeksi, pasien X yang datang pertama kali ke fasilitas kesehatan disebut:

A. Kasus primer B. Kasus sekunder C. Kasus tersier D. Kasus indeks E. Kasus subklinis

Jawaban: D. X merupakan kasus indeks, karena merupakan kasus yang pertama kali datang ke fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga yang pertama kali diketahui oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Y merupakan kasus primer karena merupakan kasus yang pertama kali terjadi pada populasi, meskipun bukan yang pertama kali mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan. 4. Seorang dokter baru telah bertugas selama dua bulan di sebuah Puskesmas. Dokter itu tertarik

dengan data yang dikumpulkan oleh staf puskesmas yang bertanggungjawab terhadap pengendalian penyakit di wilayah kecamatan puskesmas. Data epidemiologis tersebut menggambarkan dinamika transmisi sebuah penyakit seperti disajikan dalam Gambar 1. Dokter itu ingat bahwa ukuran infektivitas suatu transmisi penyakit adalah Secondary Attack Rate. Hitung Secondary Attack Rate untuk contoh kasus ini.

A. 1 kasus dari 11 orang B. 4 kasus dari 11 orang C. 3 kasus dari 10 orang D. 4 kasus dari 10 orang E. 3 kasus dari 11 orang

Jawaban: C. Attack rate adalah jumlah kasus baru dibagi dengan populasi berisiko. Secondary attack rate adalah jumlah kasus baru yang tertular oleh kasus primer (sebanyak 3 kasus) dibagi dengan populasi berisiko (sebanyak 10 orang). Kasus primer tidak dihitung sebagai populasi berisiko karena orang ini sudah sakit (sudah menjadi kasus), sehingga tidak lagi disebut berisiko untuk sakit dan menjadi kasus. Prevalensi merupakan jumlah kasus baru dan lama (4 kasus) dibagi dengan semua populasi (11 orang). 5. Seorang dokter baru bertugas sebulan di sebuah puskesmas tetapi langsung menghadapi sebuah

masalah kesehatan masyarakat. Di suatu dukuh terjadi outbreak cacar air, kebanyakan mengenai anak. Dokter itu mendapat sebuah pertanyaan penting dari seorang guru Usaha Kesehatan

Gambar 1 Dinamika transmisi penyakit pada suatu kelompok individu

Page 3: : Infectious disease epidemiology

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

____________________________________________________________ Epidemiologi Penyakit Infeksi – Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, MSc, PhD

3

Sekolah (UKS) sebagai berikut: Pada suatu peristiwa outbreak, apakah beralasan untuk memulangkan murid dengan tanda dan gejala klinis cacar air dari sekolah? Bagaimanakah jawaban yang benar?

A. Perlu dipulangkan, karena anak tersebut akan menularkan cacar air ke murid-murid lainnya B. Perlu dipulangkan, karena masa infeksi masih berlangsung ketika timbul tanda dan gejala

klinis penyakit cacar air C. Perlu dipulangkan, karena masa laten cacar air lebih panjang daripada masa inkubasi. D. Tidak perlu dipulangkan karena masa inkubasi cacar air lebih pendek daripada masa laten E. Tidak perlu dipulangkan karena masa non-infeksi sudah dimulai sebelum timbul tanda dan

gejala klinis penyakit cacar air Jawaban: E. Masa laten adalah waktu sejak terinfeksi hingga individu mulai mampu menularkan agen infeksi. Masa infeksi adalah waktu dimulainya individu mampu menularkan agen infeksi hingga berhentinya kemampuan itu. Masa inkubasi adalah waktu sejak individu terinfeksi hingga mulai menjadi kasus klinis (mulai menunjukkan tanda dan gejala klinis). Pada chicken pox (varicella, cacar air), masa laten maupun masa infeksi pendek, jumlah keduanya lebih pendek daripada masa inkubasi. Artinya, masa infeksi telah selesai sebelum individu menjadi kasus klinis. Jadi ketika individu menjadi kasus klinis, dia tidak berpotensi menularkan agen infeksi.

6. Seorang dokter bertugas di Sub-Dinas Pengendalian Penyakit di sebuah Dinas Kesehatan Kota.

Dokter tersebut bertanggungjawab untuk melakukan surveilans penyakit infeksi. Dalam epidemiologi penyakit infeksi dibedakan dinamika infeksi (dynamics of infectiousness) dan dinamika penyakit (dynamics of disease). Dalam epidemiologi penyakit infeksi dibedakan antara masa laten dan masa inkubasi. Interval waktu sejak individu terinfeksi hingga dimulainya masa infeksi disebut:

A. Masa inkubasi B. Masa laten C. Durasi penyakit D. Masa infeksi E. Masa non-infeksi

Jawaban: B. Penjelasan lihat soal nomer 5. 7. Suatu kejadian luar biasa bahwa sebuah kabupaten mengalami outbreak dua jenis penyakit,

yaitu campak dan cacar air, pada kurun waktu yang sama. Karena itu seorang dokter pada Dinas Kesehatan Kabupaten segera menganalisis data surveilans epidemiologi yang dikumpulkan, dan hasilnya ditabulasikan pada Tabel 1. Dokter tersebut menghitung Attack Rate untuk membandingkan risiko untuk mengalami masing-masing penyakit tersebut pada populasi dalam suatu periode waktu. Hitung Attack Rate untuk cacar air:

Tabel 1 Attack rate campak dan cacar air dalam suatu periode di sebuah populasi

Campak Cacar air

Anak yang terpapar Anak yang sakit Attack rate

251 201 ....

238 172 ...

Page 4: : Infectious disease epidemiology

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

____________________________________________________________ Epidemiologi Penyakit Infeksi – Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, MSc, PhD

4

A. 0.80 B. 0.72 C. 0.38 D. 0.50 E. 0.75

Jawaban: B. Attack rate merupakan suatu Cumulative Incidence, yaitu jumlah kasus baru karena terpapar agen infeksi dibagi dengan populasi berisiko. Attack rate untuk Cacar air= 172/238= 0.72. 8. Seorang dokter bertugas di suatu wilayah kecamatan yang merupakan daerah dengan banyak

kejadian kasus malaria. Banyak-sediktinya penyakit, disebut frekuensi penyakit, atau level kejadian penyakit, pada suatu populasi bisa dideskripsikan dalam suatu kurva epidemiologi (Gambar 2). Level kejadian penyakit pada periode b disebut:

A. Sporadis B. Endemis C. Hiperendemis D. Epidemi E. Pandemi

Jawaban: D. Epidemi adalah peristiwa peningkatan kasus melebihi ekspektasi normal untuk suatu periode waktu pada suatu populasi. Disebut juga outbreak khususnya jika peningkatan kasus terjadi pada populasi terbatas (misalnya, dukuh, sekolah, tempat bekerja). Disebut juga wabah, atau kejadian luar biasa (KLB). Sporadis jika tedapat peningkatan kasus secara tidak teratur pada berbagai waktu. Endemis jika terdapat kasus dalam jumlah rendah atau sedang secara konstan sepanjang waktu di suatu populasi. Hiperendemis jika terdapat kasus dalam jumlah tinggi secara konstan sepanjang waktu di suatu populasi. Pandemi jika terdapat epidemi di berbagai negara, benua, atau di seluruh dunia, menjangkiti sejumlah besar manusia.

9. Seorang dokter bertugas di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) dan mempelajari

dengan seksama data surveilans epidemiologi penyakit tuberkulosis. Dia menarik kesimpulan bahwa ternyata tidak semua orang yang terpapar oleh bakteri tuberkulosis akan mengalami infeksi tuberkulosis. Kesimpulan itu dibuat dengan latar belakang sebagai berikut. Dalam suatu skrining selektif BBKPM melakukan tes Mantoux terhadap 200 orang. Sebanyak 100 orang menunjukkan tes Mantoux positif, yang artinya kelompok orang tersebut pernah terpapar oleh Mycobacterium tuberculosis. Ternyata setelah beberapa lama hanya 15 orang dari 100 orang

Gambar 2 Kurva kejadian penyakit di suatu populasi menurut waktu

Page 5: : Infectious disease epidemiology

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

____________________________________________________________ Epidemiologi Penyakit Infeksi – Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, MSc, PhD

5

tersebut mengalami infeksi tuberkulosis sebagaimana ditunjukkan oleh bakteri tahan asam (BTA) positif pada pemeriksaan sputum. Angka 15% disebut: A. Infektivitas B. Patogenesitas C. Virulensi D. Imunigenesitas E. Stabilitas antigen

Jawaban: A. 15 orang yang mengalami infeksi dari 100 yang terpapar = 15%, menunjukkan infektivitas dari agen infeksi. Penjelasan, lihat soal nomer 2.

10. Seorang dokter bertugas di daerah endemis malaria. Dalam epidemiologi penyakit infeksi, triad

epidemiologi, yakni host-agent-environment, digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi penyakit. Ketika membandingkan risiko transmisi malaria suatu desa relatif dibandingkan desa lainnya, dokter tersebut menemukan bahwa Annual Parasite Incidence (API) malaria lebih tinggi pada desa-desa dengan irigasi tadah hujan daripada irigasi teknis. Penjelasan dokter tersebut, irigasi teknis memungkinkan pergantian air sawah dengan teratur, dengan demikian mengurangi kemungkinan terjadinya breeding place nyamuk Anopheles. Irigasi teknis merupakan contoh faktor yang mempengaruhi transimisi penyakit dalam kategori berikut: A. Host B. Agent C. Environment D. Vektor E. Carrier

Jawaban: C. Faktor lingkungan mencakup geografi, iklim, cuaca, perumahan, kualitas air, kualitas

udara, sanitas lingkungan, tempat bekerja, asupan makanan, dan sebagainya. Faktor penjamu (host)

mencakup perilaku, status kesehatan, status gizi, status imunitas, genotipe, usia, jenis kelamin,

pendidikan, dan sebagainya. Faktor agen mencakup infektivitas, patogenesitas, virulensi,

imunogenesitas, stabilitas antigen, dan sebagainya. Carrier adalah individu yang bisa menularkan

agen infeksi tetapi dia sendiri tidak menunjukkan tanda dan gejala klinis. Carrier bisa terjadi

sepanjang perjalanaan penyakit (polio), selama masa inkubasi (hepatitis B, HIV/ AIDS), atau setelah

sembuh (Salmonela typhi). Vektor adalah penjamu yang membawa patogen tanpa dia mengalami

penyakit, menyebarkan patogen itu kepada organisme yang rentan (misalnya, nyamuk Anopheles

merupakan vektor malaria).

____________________