68
I T A T S Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Untuk Kalangan Sendiri MODUL MATRIKULASI FISIKA

akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

I T A T S Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

U n t u k K a l a n g a n S e n d i r i

MODUL  MATRIKULASI  FISIKA  

Page 2: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

2

KATA PENGANTAR

Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. Buku ini memenuhi kebutuhan pembelajaran Fisika yang membangun mahasiswa agar memiliki sikap ilmiah, objektif, jujur, berfikir kritis, bisa bekerjasama maupun bekerja mandiri sesuai dengan tuntutan kurikulum. Materi pokok yang diberikan meliputi materi mekanika, yaitu Kinematika, Dinamika, kerja dan Usaha, Momentum dan Rotasi. Sedang pokok bahasan Besaran dan Vektor kami berikan untuk melandasi dalam menyelesaikan soal-soal materi pokok yang banyak melibatkan besaran vektor. . Pada setiap bab diberikan contoh-contoh soal dan soal latihan untuk membantu memahami konsep materi yang diberikan dan diharapkan peserta mampu menerapkan rumusan yang ada. Dengan program ini mahasiswa mampu membaca buku-buku teks fisika sehingga dapat memperlancar perkuliahan fisika. Penyusun menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga tersususunnya modul ini dan menyadari bahwa buku ini masih ada kekurangan dalam penyusunannya, namun penyusun berharap buku ini dapat bermanfaat bagi bapak/ ibu dosen dan mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Tak lupa kritik dan saran dari semua pengguna buku ini sangat diharapkan untuk memperbaiki modul ini.

Surabaya, Juli 2010 Tim Penyusun Modul Fisika Program Matrikulasi ITATS

Page 3: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I : BESARAN VEKTOR 1

BAB II : KINEMATIKA PARTIKEL 14

BAB III : DINAMIKA PARTIKEL 29

BAB IV : KERJA DAN ENERGI 39

BAB V : DINAMIKA ROTASI 54

REFERENSI

Page 4: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

4

BAB I

BESARAN DAN VEKTOR 1.1 BESARAN

Fisika adalah ilmu yang mempelajari keadaan dan sifat-sifat benda serta perubahannya, mempelajari gejala-gejala alam, mempelajari struktur materi serta hubungan antara satu gejala dengan gejala lainnya.

Besaran adalah keadaan dan sifat-sifat benda yang diukur. Besaran fisika dibedakan menjadi 2 yaitu

1. Besaran dasar adalah besaran yang tidak dapat dinyatakan dengan besaran lain yang lebih sederhana, dalam fisika dikenal 7 macam besaran dasar yaitu panjang, massa, waktu, arus listrik, suhu, intensitas cahaya, jumlah mol.

2. Besaran turunan adalah besaran yang dapat dinyatakan/ diturunkan dari besaran dasar, misalnya kecepatan, percepatan, gaya, momentum.

Untuk memudahkan pernyataan suatu besaran dengan besaran dasar,

dinyatakan suatu symbol yang disebut dimensi. Untuk besaran dasar mekanika (panjang, massa dan waktu) berturut-tururt mempunyai dimensi [L],[M]dan[T]. Adapun besaran-besaran turunan, misalnya kecepatan, percepatan, gaya, momentum mempunyai dimensi :

2

1

tantan

=

=

LTPercepaLTKecepa

1

2

=

=

MLTMomentumMLTGaya

Dalam persamaan-persamaan fisika yang setiap bagian (suku ) berisi besaran-besaran, maka setiap bagian dimensinya harus sama.

Dalam sistem SI, satuan besaran dasar beserta symbol masing-masing satuan

dapat dilihat pada tabel 1-1 Tabel 1-1 Satuan Besaran Dasar

No Besaran Dasar Satuan Symbol Dimensi 1 2 3 4 5 6 7

Panjang Massa Waktu Arus listrik Suhu Intensitas cahaya Gram molekul

Meter Kilogram

Sekon Amper Kelvin

Candela Mole

m kg s A K cd

mol

L M T I O J N

Contoh 1.1

Carilah dimensi dari pernyataan berikut : Energi potensial )( PE dan Momentum )( p

Penyelesaian :

1

2222

)/(.

)/()/(

====

====

TLMTLMsmkgvmp

TMLLTLMmsmkghgmEp

Page 5: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

5

1.2 SISTEM SATUAN Penggunaan satuan-satuan dalam kaitan antara besaran yang satu dengan

besaran yang lain perlu diatur, suatu sistem yang mengatur penggunaan satuan-satuan adalah sistem satuan. Ada 4 (empat) macam sistem satuan, yaitu :

a. Sistem statis (besar dan kecil) b. Sistem dinamis (MKS dan CGS) c. Sistem Inggris (absolute dan teknik) d. Sistem Internasional (SI)

Pada tabel 1-2 berikut ini akan kita lihat satuan beberapa besaran mekanika dalam sistem satuan yang lain.

Tabel 1-2 satuan besaran mekanika Sistem Satuan Panjang Waktu Massa Gaya Statis Besar Statis Kecil Dinamis Besar Dinamis Kecil Inggris Absolute Inggris Teknik

m cm m cm ft

( foot ) Ft

s s s s s s

kgm grm kg gr

lbm ( pound mass )

slug

kg.gaya gr.gaya Newton

dyne pdl

( poundal ) lbf

( pound force )

Dalam sistem satuan Inggris, selain foot, panjang seringkali dinyatakan dalam satuan yang lain (inci dan mil).

Untuk menyatakan satuan besaran dari sistem satuan tertentu ke sistem satuan lainnya diperlukan angka konversi, berikut ini beberapa angka konversi : 1 inci = 2,54 cm 1 Ibm = 0,45359 kgm 1 foot = 1,2 in 1 gr = 10-3 kg 1 foot = 0,305 m 1 slug = 32,174 Ibm 1 mil = 5280 ft 1 Ibf = 32,174 pdl 1 yard = 3 ft 1 N = 1 kg . m/s2 1 Angstrom ( Ao ) = 10-10 m 1 mikron (µ m ) = 10-6 m

1 nano m ( n m ) = 10-9 m 1.3 VEKTOR

Besaran-besaran fisika seperti kecepatan, percepatan, gaya, momentum ditentukan oleh besar dan arah dalam ruang, besaran yang demikian dinamakan besaran vektor. Besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya dinamakan besaran skalar, misalnya massa, temperatur, energi volume dan sebagainya.

Besaran vektor digambarkan dengan garis lurus beranak panah ; panjang garis menyatakan besar vektor dan arah panah menyatakan arah vektor. Vektor dari titik A ke titik B diberi simbol AB sedang vektor dari titik pusat koordinat (titik 0) ke titik A diberi simbol a, seperti pada gambar 1.1

Page 6: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

6

Gambar 1.1 Gambar vektor

1.3.1 Vektor Satuan Vektor satuan adalah sebuah vektor tak berdimensi yang didefinisikan mempunyai

besar 1 satuan dan menunjuk kesuatu arah tertentu. Untuk memudahkan operasi besaran vektor, setiap vektor dapat diuraikan menjadi komponen-komponen kearah sumbu-sumbu koordinat. Dalam koordinat kartesian, vektor satuan kearah sumbu x, y dan z berturut-turut : kdanji ˆˆ,ˆ . Contoh sebuah vektor A diuraikan sesuai dengan

komponen koordinat kAdanjAiA ZYXˆ,ˆ,ˆ maka dapat ditulis kAjAiAA ZYX

ˆˆˆ ++=

Gambar 1.2. Vektor satuan dalam koordinat kartesian

1.3.2 Penjumlahan Vektor

Suatu partikel bergerak dengan lintasan lengkung dari titik A ke B, kemudian bergerak dengan lintasan lengkunga dari B ke C ; hasilnya partikel berpindah dari A ke C merupakan resultan perpindahan dari A ke B dan perpindahan dari B ke C. Perpindahan semacam ini tidak dapat dijumlahkan secara aljabar biasa melainkan dengan dijumlahkan secara vektor.

AB = vektor perpindahan dari A ke B BC= vektor perpindahan dari B ke C AC= vektor perpindahan dari A ke C

Gambar 1.3 Vektor perpindahan

AB

A

B

b

O

B

a−

A

O

C A

B

A kAZ ˆ

jAY ˆ

iAX ˆ

X

Z

Y y

i

k

j

X

Y

Z

Page 7: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

7

Jika dua vektor akan dijumlahkan, misal vektor a dan vektor b , maka penjumlahan tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Vektorb digeser sejajar dengan dirinya hingga pangkal vektor b berimpit dengan ujung a , vektor ba + adalah vektor dari pangkal a ke ujung vektor b pindahan; atau vektora digeser sejajar dengan dirinya hingga pangkal a berimpit dengan ujung b , vektor ab + adalah vektor dari pangkal b ke ujung a pindahan.

Gambar 1.4 Penjumlahan vector

Dari gambar 1.4 terlihat bahwa : abba +=+ ……………………………………………….. (1.1)

1.3.3 Pengurangan Vektor

Dua vektor a dan b besarnya sama dan arahnya berlawanan maka vektor b dinamakan vektor negative dari vektor a atau sebaliknya.

Gambar 1.5 Vektor negative

Pada prinsipnya pengurangan vektor adalah penjumlahan vector dengan vektor negatifnya, misalnya : )( baba −+=−

Gambar 1.6 Pengurangan vector

d - c = d + (- c )

- c

c

- d d - c - c

d

c

c -d

- d

ab =− -

b a

b

a baab

+

+ b

a

b

a

Page 8: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

8

Dari Gambar 1.6 terlihat bahwa : anti komutatif

d - c = - ( c - d ) …………………………………………… (1.2)

1.3.4 Perkalian Vektor Sebagaimana besaran-besaran scalar, besaran-besaran vektor juga dapat

dikalikan untuk mendapatkan besaran fisika dengan dimensi lain. Karena besaran vektor mempunyai arah, maka perkalian vektor tidak dapat dilakukan dengan menggunakan aturan-aturan aljabar biasa. Ada tiga macam perkalian yanag akan dibicarakan :

a. Perkalian vektor dengan scalar. b. Perkalian scalar dari dua vektor. c. Perkalian vektor dari dua vektor.

a. Perkalian vektor dengan skalar.

Suatu vektor dikalikan scalar adalah vektor. Misalnya vector a dikalikan dengan k )( skalark = , adalah vektor yang besarnya sama dengan k a , sedang arahnya sama dengan arah a bila k positif, atau arahnya berlawanan dengan arah vector a bila k negative. Perkalian skalar dengan vektor ini bersifat komutatif : kaak = ………………………………………………………. (1.3)

b. Perkalian skalar dari dua vektor.

Perkalian skalar dari dua vektor juga dikenal dengan nama perkalian titik dari dua vektor. Perkalian skalar dari dua vektor a dan b , ditulis ba. , hasilnya adalah skalar, didefinisikan : θcos. abba = …………………………………………………. 1.4)

dengan θ = sudut antar vektor bdana

ba. dapat ditulis )cos)(( θba , yaitu besarnya vektor a dikalikan proyeksi vektor

b pada arah vektor a atau dapat juga ditulis ))(cos(. baba θ= , yaitu proyeksi

vektor a kearah vektor b dikalikan besarnya vektor b . Perkalian scalar dari dua vetkor bersifat komutatif :

abba .. = atau θθ coscos baab = ………………………….. (1.5)

c. Perkalian vektor dari dua vektor. Perkalian vektor dari dua vektor dikenal dengan perkalian silang dari dua vektor, didefinisikan :

bxa = adalah vektor yang besarnya θsinab arahnya adalah arah maju skrup

kanan bila diputar dari arah vektor a kearah vektor b melalui sudut terkecil (Gambar 1.7). Pada Gambar 1.7 vektor a dalam bidang (α), sedang vector b berimpit dengan perpotongan bidang alpha (α) dan bidang beta (β) saling tegak lurus, sedang vector bxa terdapat dalam bidang , besar vektor θsinabbxa = ………………..……………………………… (1.6)

Page 9: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

9

dengan θ = sudut antara arah vektor a dan vektor b . dengan memperhatikan definisi bxa , maka bersifat anti komutatif )( axbbxa −= …………………………………………………. (1.7) lihat Gambar 1.7.

Gambar 1.7. Perkalian silang a x b

1.3.5 Komponen Vektor dan Vektor Satuan Untuk memudahkan operasi besaran vektor, setiap vektor dapat diuraikan

menjadi komponen-komponen kearah sumbu-sumbu koordinat. Dalam bidang datar, vektor a! dapat diuraikan menjadi komponen yx adana (lihat Gambar 1.8).

θ

y

x

aya

xa Gambar 1.8. Komponen vektor dalam bidang datar.

Vektor a dapat diuraikan menjadi θcosaax = dan θsinaay = …………………………………...(1.8)

Besar vektor aaa == dan dapat ditulis 22yx aaa +=

Arah vektor a mengapit sudut θ dengan sumbu x, dengan :x

y

aa

=θtan

θsinab

a

)( axbbxa −=

axb

θ

b

α

β

θsinba

bxa

a

b

θ

Page 10: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

10

Dalam koordinat ruang, vektor a dapat diuraikan menjadi komponen-komponen

zyx adanaa , (Gambar 1.9)

Gambar 1.9. Komponen vektor dalam ruang.

Besar vektor aaa == dan dapat ditulis 222zyx aaaa ++=

Arah vektor a mengapit sudut α, β , γ berturut-turut dengan sumbu x, y dan z dengan : Misal : kajaiaa zyx

ˆˆˆ ++= dan kbjbibb zyxˆˆˆ ++=

maka penjumlahan, pengurangan, perkalian titik dan perkalian silang dari dua vektor dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Penjumlahan dua vektor : kbajbaibaba zzyyxx

ˆ)(ˆ)(ˆ)( +++++=+ ………………. ….. (1.9) b. Pengurangan dua vektor :

kbajbaibaba zzyyxxˆ)(ˆ)(ˆ)( −+−+−=− ……….. ………….. (1.10)

c. Perkalian titik dua vektor : ba. dengan memperhatikan definisi θcos. abba = , maka

1ˆ.ˆˆ.ˆˆ.0ˆ.ˆˆ.ˆˆ.ˆˆ.ˆ.ˆˆ. ========= jjkkiidanjkkjikkiijji jadi

).().().(. zzyyxx babababa ++= ……………………………… (1.11) d. Perkalian silang dua vektor :

dengan memperhatikan definisi θsinabbxa = , maka

0ˆˆˆˆˆˆ === jxjkxkixi dan

ijxkikxj

jkxijixk

kixjkjxi

ˆˆˆ,ˆˆˆ

ˆˆˆ,ˆˆˆ

ˆˆˆ,ˆˆˆ

−==

−==

−==

a

α β γ

xa

ya

Y

Z

X

za

Page 11: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

11

)ˆˆ()ˆˆ()ˆˆ()ˆˆ()ˆˆ()ˆˆ(

)ˆˆˆ()ˆˆˆ(

jxkbaixkbakxjbaixjbakxibajxibabxa

kbjbibxkajaiabxa

yzxzzyxyzxyx

zyxzyx

+++++=

++++=

kbabajbabaibababxa xyyxzxxzyzzyˆ)(ˆ)(ˆ)( −+−+−= ……………………… .. (1.12)

persamaan (1.12) dapat juga ditulis dalam bentuk determinan :

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

=

zyx

zyx

bbbaaakji

bxa

ˆˆˆ

kbbaa

jbbaa

ibbaa

bxayx

yx

zx

zx

zy

zy ˆˆˆ +−= ……………………………… .. (1.13)

Contoh 1.2 Diketahui 3 titik A (1, 2, 3), B (3, 6, 5) & C ( 2, 5, 4) a. Hitung besar dan arah vektor : AB b. Hitung besar dan arah vektor : BC c. Hitung besar dan arah vektor : AC Penyelesaian : kjia ˆ3ˆ2ˆ ++= , kjib ˆ5ˆ6ˆ3 ++= , kjic ˆ4ˆ5ˆ2 ++= a. )ˆ3ˆ2ˆ()ˆ5ˆ6ˆ3( kjikjiabAB ++−++=−=

kjiAB ˆ2ˆ4ˆ2 ++=

62242 222 =++=AB

Arah vektor ab mengapit sudut α, β, γ dengan sumbu berturut – turut x, y, z

61

622 11 −− == COSCOSα

62

624 11 −− == COSCOSβ

61

622 11 −− == COSCOSγ

b. )ˆ5ˆ6ˆ3()ˆ4ˆ5ˆ2( kjikjibcBC ++−++=−= kjiBC ˆˆˆ −−−=

3)1()1()1( 222 =−+−+−=BC

Page 12: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

12

Arah vektor bc mengapit sudut α, β, γ dengan sumbu berturut – turut x, y, z

311 −= −COSα

311 −= −COSβ

311 −= −COSγ

c. )ˆ3ˆ2ˆ()ˆ4ˆ5ˆ2( kjikjiacAC ++−++=−= kjiAC ˆˆ3ˆ ++=

11131 222 =++=AC

Arah vektor ac mengapit sudut α, β, γ dengan sumbu berturut – turut x, y, z

1111−=COSα

1131−=COSβ

1111−=COSγ

Contoh 1.3 Seseorang menarik benda dengan gaya besarnya N60 arahnya mengapit sudut

ooo 37,30,60 beturut-turut dengan sumbu x, y dan z.. Benda tersebut pindah dari titik A (3, 4, 2) ke titik B (4, 5, 4) dengan koordinat dalam meter. Jika usaha adalah perkalian titik vektor pergeseran dengan gaya yang menyebabkan pergeseran tersebut, tentukan usaha oleh gaya orang terebut. Penyelesaian : )ˆ2ˆ4ˆ3()ˆ4ˆ5ˆ4( kjikjiabAB ++−++=−=

kjiAB ˆ2ˆˆ ++= Vektor gaya )ˆ37cos60(ˆ)30cos60(ˆ)60cos60( kjiF ooo ++=

kjiF ˆ48ˆ52ˆ30 ++= Usaha

48.252.130.1 ++=•= FABW jouleW 178965230 =++=

Contoh 1.4 Sebuah benda dengan massa 5 kg terletak pada titik (3, 5, 2) diyatakan dalam meter. Bergerak pada kecepatan 10 m/s dengan arah mengapit sudut ooo 37,30,60 berturut-turut dengan sumbu x, y dan z.

Page 13: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

13

a. jika momentum sebuah benda adalah perkalian massa benda dengan kecepatan hitungkan momentum benda.

b. jika momentum anguler didefinisikan sebagai perkalian silang antara vektor posisi dengan vektor momentum, tentukan momentum anguler momentum.

Penyelesaian: a. Momentum vmp .= )ˆ37cos10ˆ30cos10ˆ60cos10(5 kjip ooo ++=

kjip ˆ40ˆ3,43ˆ25 ++= b. Momentum anguler vmxrL .=

)ˆ40ˆ3,43ˆ25()ˆ2ˆ5ˆ3( kjixkjiL ++++=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

=

403,4325253kji

L

kjiL ˆ)1259,129(ˆ)50120(ˆ)6,86200( −+−−−= kjiL ˆ9,4ˆ70ˆ4,113 +−=

Contoh 1.5

Sebuah vektor gaya F pada titik (5, 2, 4) dinyatakan dalam meter, besar gaya N60 arahnya mengapit sudut ooo 37,30,60 dengan sumbu berturut-turut x, y, z. jika vektor momen gaya adalah perkalian silang dari vektor titik tangkap dengan vektor gaya : gayamomenvektorFxr ==τ

Hitung vektor momen gaya tersebut Penyelesaian:

kjir ˆ4ˆ2ˆ5 ++= dan )ˆ37cos60ˆ30cos60ˆ60cos60( kjiF ooo ++=

kjiF ˆ48ˆ52ˆ30 ++=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

==

485230425kji

Fxrτ

kji!)60260(ˆ)120240(ˆ)20896( −+−−−=τ

kji!

200ˆ120ˆ112 +−−=τ Latihan Soal : 1. Carilah dimensi dari pernyataan berikut :

a) Energi Kinetik )( KE b) Tekanan )(P

c) Gaya berat )(W

Page 14: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

14

2. Diketahui 3 titik M (3, 5, 1), N (2, 6, 4) & P ( 4, 1, 3)

a) Hitung besar dan arah vektor : MN b) Hitung besar dan arah vektor : NP c) Hitung besar dan arah vektor : PM

3. Diketahui 3 vektor kjia ˆ4ˆ2ˆ6 ++= , kjib ˆˆ4ˆ2 −−= & kjic ˆ5ˆˆ3 −+−= Hitung besar

a) ba • b) ca • c) bc •

4.. Diketahui 3 vektor kjia ˆˆ2ˆ5 −+−= , kjib ˆ4ˆ3ˆ −−−= & kjic ˆ4ˆˆ3 −−= Hitung besar dan arah

a) bxa

b) cxa

c) bxc

5. Seseorang menarik benda dengan gaya besarnya N100 arahnya mengapit sudut ooo 37,60,53 beturut-turut dengan sumbu x, y dan z.. Benda tersebut pindah dari

titik A (2, 5, 1) ke titik B (5, 3, 6) dengan koordinat dalam meter. Jika usaha adalah perkalian titik vektor pergeseran dengan gaya yang menyebabkan pergeseran tersebut, tentukan usaha oleh gaya orang terebut.

6. Sebuah benda dengan massa 10 kg terletak pada titik (4, 2, 3) diyatakan dalam

meter. Bergerak pada kecepatan 20 m/s dengan arah mengapit sudut ooo 53,60,30 berturut-turut dengan sumbu x, y dan z.

a) Jika momentum sebuah benda adalah perkalian massa benda dengan kecepatan hitungkan momentum benda.

b) Jika momentum anguler didefinisikan sebagai perkalian silang antara vektor posisi dengan vektor momentum, tentukan momentum anguler momentum

7. Sebuah vektor gaya F pada titik (6, 3, 2) dinyatakan dalam meter, besar gaya N80

arahnya mengapit sudut ooo 45,60,53 dengan sumbu berturut-turut x, y, Jika vektor momen gaya adalah perkalian silang dari vektor titik tangkap dengan vektor gaya :

gayamomenvektorFxr ==τ Hitung vektor momen gaya tersebut

Page 15: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

15

8. Diketahui 3 vektor kjia ˆ4ˆ3ˆ +−= , kjib ˆ2ˆ5ˆ4 −−−= & kjic ˆ6ˆ2ˆ3 −+= Hitung dan sebutkan vektor atau skalar (kalau vektor hitung besar dan arah)

a) cxbxa )(

b) )( cxab •

c) abc •• )(

9. Diketahui 3 vektor kjia ˆ4ˆ2ˆ ++= , kjib ˆˆ2ˆ3 +−= & kjic ˆ2ˆ5ˆ3 −−= Hitung dan sebutkan vektor atau scalar (kalau vektor hitung besar dan arah)

a) cba −+ )( b) bca −− )( c) abc +− )(

d) acb ++ )(

10. Diketahui 3 vektor kjia ˆ3ˆ4ˆ5 +−= , kjib ˆ4ˆˆ −+= & kjic ˆ6ˆ4ˆ3 −+= Hitung dan sebutkan vektor atau skalar(kalau vektor hitung besar dan arah)

a) cxba )( +

b) bcxa −)(

c) abc •− )( d) axcb )( −

Page 16: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

16

BAB II

KINEMATIKA PARTIKEL

Sebuah benda dikatakan dalam keadaan bergerak bila kedudukan benda tersebut dari saat ke saat berubah. Ilmu tentang gerakan ini tanpa memperhatikan gaya-gaya yang menyebabkan gerakan itu disebut KINEMATIKA yang berasal dari bahasa “kinema”. 2.1 PENGERTIAN KECEPATAN DAN PERCEPATAN.

Telah diungkapkan diatas bahwa benda bergerak bila posisinya berubah. Bila benda bergerak, berarti benda tersebut mempunyai kecepatan yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Misalkan bahwa pada saat mula-mula 0t , benda berada dititik A yang terhadap acuan 0 posisinya dinyatakan oleh vektor r setelah. Selang waktu tΔ , yaitu pada saat

ttt Δ+= 0 , benda berada di titik B yang berada pada posisi 'r dari 0. Dalam hal ini kecepatan rata-rata benda tersebut didefinisikan sebagai:

tr

trrv rata Δ

Δ=

Δ−

=!'

2 ............................................................................ (2.1)

'rr

v B

A

O

v

'v

Gambar 2.1 Posisi pertikel yang pindah dari A ke B.

Harga kecepatan rata-rata ini tergantung pada selang waktu tΔ ; artinya untuk selang waktu yang berada 2ratav dapat mempunyai jelas bahwa nilai rata-rata ini tidak memberi gambaran yang terinci dan lengkap, walaupun dalam hal-hal tertentu tetap berguna besaran kecepatan lain yang memberi informasi yang tepat adalah kecepatan sesaat, yaitu kecepatan benda tersebut pada suatu saat. Kecepatan sesaat ini di dapat bila tΔ diambil sangat singkat, atau secara matematika dapat ditulis

dtrd

trv

t=

Δ

Δ=

→Δlim

0

………………………………………………... (2.2)

Seringkali selama pergerakannya kecepatan suatu benda berubah, baik arah atau besar ataupun kedua-duanya. Adanya perubahan kecepatan menandakan bahwa benda tersebut mengalami percepatan . misalkan bahwa kecepatan benda di A adalah v sedang di B kecepatannya 'v , maka percepatan rata-rata didefinisikan sebagai.

Page 17: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

17

tvv

tva rata Δ

−=

ΔΔ

='

2 ……………………………………………… (2.3)

Sedangkan percepatan sesaatnya ditulis dengan

dtvd

tva

t=

ΔΔ

=→Δlim

0…………………………………………….… (2.4)

Karena dtrd

=v , maka dapat ditulis

2

2

)(dtrd

dtrd

dtda == ……………………………………………….. (2.5)

Dalam beberapa buku, kecepatan sebagai vektor dan besarnya kecepatan sering dibedakan menjadi velocity yang dalam bahasa Indonesia adalah kecepatan dan speed yang berarti kelajuan. Buku ini tidak membedakan menjadi kecepatan dan kelajuan dan hanya digunkan istilah kecepatan saja yang harus dimengerti dari konteks ceritanya.

Bila ditanyakan dalam vektor satuan untuk koordinat kartesian, maka posisi kecepatan dan percepatan partikel dapat ditulis sebagai berikut:

Posisi : kzjyixr ˆˆˆ ++= ................................................................. (2.6)

Kecepatan : kdtdzj

dtdyi

dtdxv ˆˆˆ

dtrd

++==

kvjvivv zyxˆˆˆ ++= ..................................................... (2.7)

percepatan : kdtdvj

dtdv

idtdva zyx ˆˆˆ

dtvd

++==

kajaiaa zyxˆˆˆ ++= a ............................................. (2.8)

Contoh 2.1

Sebuah sepeda motor bergerak dari titik A ke titik B melalui lintasan berliku sejauh 43 km seperti di tunjukkan gambar bila waktu yang di perlukan adalah 30 menit dengan jarak perpindahan AB 27 km, maka tentukan kecepatan rata-rata sepeda motor.

A B

Penyelesaian:

Untuk menentukan kecepatan rata-rata maka yang diperlukan adalah jarak perpindahan bukan panjang lintasan sehingga

smtrvrata /15

60.3010.27 3

2 ==ΔΔ

= untuk lintasan lurus

Page 18: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

18

dan smtrvrata /89,23

60.3010.43 3

2 ==ΔΔ

= untuk lintasan berliku-liku

2.2 GERAK LURUS

Suatu benda dikatakan gerak lurus bila lintasannya merupakan garis lurus. Gerak lurus ada bermacam-macam yaitu,

a. Gerak Lurus Beraturan b. Gerak Lurus dengan Percepatan Tetap c. Gerak Lurus dengan Percepatan Berubah.

Karena benda bergerak lurus, maka untuk mempermudah perhitungan dengan mengabaikan notasi vektor dianggap bahwa lintasannya sejajar dengan salah satu sumbu koordinat, misalnya sumbu x dengan posisi benda dinyatakan dalam koordinat x. 2.2.1 Gerak Lurus Beraturan

Pada gerak lurus beraturan kecepatan adalah konstan, berarti tidaaak ada percepatan, atau a = 0

dtdxkonsv == tan atau dtvdx =

∫∫ =2

1

2

1

t

t

X

X

dtvdx diperoleh )( 1212 ttvxx −=−

maka diperoleh jarak yang ditempuh dalam waktu tΔ , yaitu: tvx Δ=Δ .......................................................................................... (2.9) Contoh 2.2

Seorang pelari jarak 150 meter dapat mencapai garis finish dalam waktu 12 sekon. Bila selama berlari, pelari bergerak dengan kecepatan konstan selama 8 sekon sehingga menempuh jarak 90 m, kemudian berlari dengan kecepatan konstan hingga finish, maka berapa kecepatan pelari tersebut ? Penyelesaian : t.vx Δ=Δ mxxx 609015012 =−=−=Δ

smtxv /15

460

==ΔΔ

= sttt 481212 =−=−=Δ

2.2.2 Gerak Lurus Dengan Percepatan Tetap

Bila percepatan benda yang bergerak itu diketahui, maka kecepatan benda dapat dihitung dengan mengintegrasi sebagai berikut :

dtdva = , atau dapat ditulis dtadv =

bila pada saat mula-mula )0( =t kecepatan adalah 0v dan pada saat t kecepatan v, maka persamaan di atas dapat diintegralkan dengan batas integrasi dapat diisi sebagai berikut :

∫∫ =t

v

x

dtadv0

0

Sehingga )0(0 −=− tavv atau

atvv += 0 ………………………………………………………. (2.10)

Page 19: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

19

Selanjutnya, dtdxv= , atau dapat ditulis dtvdx=

( ) ,0 dtatvdx += dengan cara mengintegralkan diperoleh

∫ ∫ += dtatvdx )( 0 Bila pada saat t = 0, benda ada di x0 dan pada saat t ada di x, maka batas integrasinya :

( )∫∫ +=tx

xdtatvdx

0 00

Sehingga 200 2

1 attvxx +=−

atau 200 2

1 attvxx ++= ....................................................................... (2.11)

Perhatikan bahwa disini x tidak menyatakan jarak yang ditempuh melainkan menyatakan posisi benda pada saat t. Jarak yang ditempuh dalam hal ini 0xx − .

Selain persamaan (2.10) dan (2.11) terdapat suatu rumus lain untuk gerak lurus dengan percepatan tetap, yang menghubungkan kecepatan v dengan posisi x. Hubungan ini dapat dicari dengan cara sebagai berikut:

Dari Persamaan (2.10) dengan atvv += 0 , didapat avvt 0−

= . Substitusi t ini

dalam Persamaan (2.11) menghasilkan

2

000 2

1⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛ −+

−+=

avva

avov

vxx

avvx

avvvv

avvvxx

20

2

00

20

2200

0 212

21 −

+=−+

+−

+=

Jadi ( )020

2 2 xxavv −=− atau ( )02

02 2 xxavv −+= ................................................................... (2.12)

Salah satu contoh gerak lurus dengan percepatan konstan adalah jatuh bebas. Jadi untuk gerak jatuh bebas, persamaan (2.10), (2.11) dan (2.12) dapat dipakai dengan mengganti a dengan percepatan gravitasi g . Contoh 2.3 Dari atas menara dilemparkan sebuah bola lurus keatas dengan kecepatan 5 m/s. a. Hitunglah jarak tertinggi yang dapat di capai bola. b. Berapa waktu di butuhkan untuk menempuh jarak tersebut ? c. Berapa kecepatan bola ketika melewati kedudukan mula-mula? d. Hitunglah kecepatan bola 3 detik setelah dilempar e. Dimana bola tersebut berada pada saat tersebut pada soal (d)? dengan g =10 m/s2. Penyelesaian: a. Misalnya bola mencapai ketinggian maksimum B, berarti VB = 0. dianggap gerak

bola positif ke atas.

Page 20: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

20

sttgtvv AB 5,01051050 ==>−−−−−=>−−−+=

2

21 gttvyy AAB ++= dengan 0=Ay maka myB 25,1)5,0)(10(

21)5,0.(50 2 =−++=

Jadi jarak maksimum yang ditempuh = 1,25 m di A. b. Waktu untuk menempuh jarak tersebut = 0,5 s. c. Setelah mencapai B, bola akan bergerak ke bawah. Perhatikan gerak B Aʹ′→ :

sttttgttvyy BBA 5,025,0525,1)10(

21025,10

21 222 =→=

−−

=>−−−++=>−−++=st 3,0= jadi 'AtBt BA >−−=>−−

smgtvv BA /5)5,0)(10(0 −=−+=+= Ini berarti bahwa arah kecepatan ke bawah, tetapi besarnya tepat sama seperti ketika dilempar keatas. Jadi pada ketinggian sama, kecepatan bola ketika naik sama dengan kecepatannya ketika turun. d. Misalnya pada waktu 3 sekon bola ada di C,

smgtvv AC /253)10(5 −=−+=+= Jadi pada t = 3 sekon, kecepatan bola 25 m/s, arah ke bawah.

e. mgttvyy AAC 30)3)(10(21)3)(5(0

21 22 −=−++=++=

Jadi bola berada di titik C yang terletak 30 m di bawah A. 2.2.3 Gerak Lurus Dengan Percepatan Berubah

Jenis gerak lurus yang lain adalah gerak lurus dengan harga percepatannyatidak lagi konstan, sehingga persamaan (2.10, (2.11) dan (2.12) tidak dapat di gunakan. Untuk memecahkan permasalahan-permasalahan semacam ini ada informasi tambahan yang di perlukan ; artinya harus dijelaskan bagaimana percepatan ini berubah.

Cara percepatan berubah beraneka ragam, dan tiap cara mempunyai pemecahan masing-masing. Perubahan percepatan dapat di nyatakan dengan 2 cara, yaitu percepatan yang dinyatakan sebagai fungsi posisi )(xfa = atau fungsi waktu

)(tfa = Pemecahan matematika untuk ke dua pernyatan itu berbeda dan dapat dilihat dari contoh 2.4 dan 2.5 berikut ini.

Contoh 2.4

Sebuah partikel bergerak menurut sumbu x dengan percepatan 52 += ta , a dalam 2/ sm , t dalam detik.

Pada keadaan awal partikel berada pada x = 3 m dan kecepatannya = 5 m/s. Tentukan:

a. Posisi pada t= 1 s b. Kecepatan rata-rata antara t = 1 s dan t = 3 s c. Kecepatanya pada t = 2 s

Page 21: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

21

d. Posisi pada saat kecepatannya = 15 m/s e. Kecepatannya pada saat percepatan = 21 m/s2.

Penyelesaian a. Dalam soal ini percepatan adalah fungsu waktu , 52 += ta

Karena dv = a dt, maka ( ) 1

21 552 cttcdttv ++=++= ∫

Pada t = 0, v = 5 m/s ( ) ( ) 12 0505 c++=→ atau 51 =c

552 ++= ttv selanjutnya

( ) 223

22

2 525

3155 ctttcdtttcvdtx +++=+++=+= ∫∫

Pada t = 0, x = 2 ( ) ( ) ( ) 223 050

250

313 c+++=→ atau 32 =c

Maka 3525

31 23 +++= tttx

Untuk t = 1 maka diperoleh 83,103)1(5)1(25)1(

31 23 =+++=x

Jadi posisi pertikel pada t = 1 adalah x = 10,83 m.

b. Untuk t = 3 s maka diperoleh 5,493)3(5)3(25)3(

31 23

2 =+++=x

Untuk t = 1 s maka diperoleh 83,103)1(5)1(25)1(

31 23

1 =+++=x

Sehingga smttxxvrata /335,19

1383,105,49

12

122 =

−−

=−−

=

c. Untuk t = 2 s maka diperoleh smv /195)2(5)2( 2 =++= d. ( ) ( ) 5515 2 +ʹ′+ʹ′= tt persamaan dapat ditulis 010'52 =−+ʹ′ tt

dengan menggunakan persamaan kwadrat diperoleh

st 55,121,85

2655

2)10.(1.4255

=±−

=±−

=−−±−

=ʹ′

sehingga ( ) ( ) ( ) mx 99,17375,7624,1355,1555,12555,1

31 23 =+++=+++=

e. sttt 8''16521''25221 =→=−=→+ʹ′ʹ′= ( ) ( ) ./1095858 2 smv =++= Contoh 2.5

Percepatan sebuah benda yang bergerak pada sumbu x ditentukan oleh 34 += xa ; a dinyatakan dalam cm / s2 dan x dalam cm. bila kecepatan benda di titik x = 0 adalah 12 cm/s, Hitunglah, a. kecepatan benda di titik x = 3 cm b. percepatan benda ketika kecepatannya 15 cm/s Penyelesaian :

a. dtdvxa =+= 34

Page 22: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

22

Bila ditempuh ∫ ∫ ++= ,)34( cdtxdv maka integral di ruas kanan tak dapat dihitung, karena hubungan antara x dan t tidak diketahui. Karena itu ditulis

dxdvv

dtdx

dxdv

dtdva === . atau dvvdxa =

bila diintegrasikan :

∫ ∫ ∫ ++== cdxxdxadvv )34( maka diperoleh cxxv ++= 3221 22

Dengan 0=x , 12=v ⇒ c++= )0(3)0(2)12(21 22 atau 72=c

Jadi 723221 22 ++= xxv

14464 22 ++= xxv atau 2/12 )14464( ++= xxv

Bila 3=x , maka scmv /1,14198144)3(6)3(4 2 ±==++±= b. Misalkan v = 25 pada titik xʹ′, maka

[ ]1446)(425 22 +ʹ′+ʹ′= xx atau 1446)(4625 2 +ʹ′+ʹ′= xx Dengan cara menyederhanakan diperoleh 04816)(4 2 =−ʹ′+ʹ′ xx

8

9,874877326

87696366'

12±−

=±−

=+±−

=x

Jadi 49,1089,83'

1 ==x dan 49,1189,91'

2 −=−

=x

Untuk 49,10'1 =x , maka percepatan 2/96,443)49,10(4 scma =+=

2.3 GERAK MELENGKUNG Lintasan getaran tidak selalu lurus tetapi dapat juga melengkung. Ada 2 gerak

melengkung yang istimewa, yaitu gerak parabola dan gerak melingkar. 2.3.1 Gerak Parabola

Gerak parabola adalah gerak benda yang lintasannya berbentuk parabola. Gerak semacam ini dijumpai antara lain pada gerak peluru, gerak bola yang dilempar tidak vertikal. Pada gerak parabola selalu akan ada percepatan yang arahnya vertikal ke bawah dan konstan. Dalam hal gerak peluru atau bola tadi, percepatan tersebut adalan percepatan gravitasi.

C

RB

v

,A

0v

x

y

maxy

θ

Gambar 2.2 Lintasan Peluru

Page 23: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

23

Perhatikan peluru yang ditembakkan dengan sudut miring θ dan kecepatan 0v dari titik A. Seperti yang telah dijelaskan di atas, peluru tersebut selalu

dipengaruhi oleh percepatan gravitasi g . Selanjutnya buat sumbu x – y melalui A, yang dalam hal ini dipilih horiontal dan vertikal.

Pada keadaan awal )0( =t , benda ada di A ( x dan y = 0) dan komponen kecepatan adalah

θcos00 vv x = dan θsin00 vv y = (2.13)

Sedang percepatan hanya mempunyai komponen y saja, yaitu gay = Jadi, dari waktu ke waktu tan0 konsvv xx == dan gtvv yy −= 0 ………………………… (2.14) dan resultante kecepatan adalah

22yx vvv += ……………………………………………………. (2.15)

yang membentuk sudut

x

y

vv

arctan=α ............................................................................... (2.16)

Kecepatan benda di tiap titik selalu digambarkan oleh garis yang menyinggung lintasan seperti terlihat pada Gambar 2.2

Bahwa gerak peluru membentuk lintasan parabola dapat dibuktikan dengan menurunkan persamaan lintasannya sebagai berikut :

Posisi peluru tiap saat ditentukan oleh koordinat x dan y tvxtvxx x 00000 cosθ+=+= …………………………………. (2.17)

Dan 2000

200 2

1sin21 gttvygttvyy y −+=−+= θ .............................. (2.18)

Untuk mendapatkan persamaan lintasan, eliminir t dari kedua persamaan di atas. Dengan mengingat bahwa di sini 000 == yx , maka dari Persamaan (2.15) diperoleh.

00 cosθvxt =

substitusi ini ke Persamaan (2.16) menghasilkan

2

000000 )

cos(

21)

cos(sin

θθθ

vxg

vxvy −= atau

2

022

00 )

cos(21)(tan xv

gxyθ

θ −= ………………………………… (2.19)

disini terlihat bahwa Persamaan (2.19) berbentuk bxaxy += 2 ............................................................................... (2.20) yang merupakan persamaan parabola. Suatu hal menarik lain pada gerak peluru ini adalah menghitung jarak tembak R dan tinggi maksimum y max (lihat Gambar 2.2). di titik B : y = 0, sedang y0 = 0. jadi dari Persamaan (2.19):

2

022

00 cos2

1)(tan0 Rv

gRθ

θ −= atau g

v

vgR 00

20

022

0

0 cossin2

cos21tan θθ

θ

θ==

Page 24: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

24

Atau g

vg

v

gvR 0

20

020

0020 2sin2sin

212cossin2 θθθθ

=== ........................ (2.21)

Dari Persamaan (2.18) terlihat bahwa R akan maksimum (jarak tembak paling jauh), bila sin 2 θ0 = 1 atau 2 θ0 = 90° Sehingga θ0 = 45° Ini berarti bahwa jarak tembak akan maksimum bila peluru ditembakkan dengan sudut θ0 = 45°. Untuk menentukan tinggi maksimum:

Di titik C, 0=yv , sehingga g

vgv

t ay 00 sinθ==

Dari Persamaan 2.18 diperoleh

2

022

00000

sin21sinsin

gvg

gvvymaks

θθθ −=

g

vymaks 022

0 sin21 θ

= ................................................................... (2.22)

Contoh 2.6

Sebuah peluru ditembakkan dari tanah dengan kecepatan 300 m/s dengan sudut o37 terhadap horizontal.

Hitunglah : a. Kecepatan dan posisi peluru setelah 5 detik. b. Jarak tembak c. Waktu yang dibutuhkan untuk kembali lagi di tanah.

Penyelesaian:

C

RB

v

,A

0v

x

y

maxy

θ

a. Dengan sumbu x,y seperti gambar, 240)8,0)(300(37cos00 === o

x vv

Dan 180)6,0)(300(37sin00 === oy vv

Misalkan setelah 10 sekon peluru ada di A, maka

240)8,0)(300(37cos00 ==== oxax vvv

1305018050)6,0(300)5)(10(37sin3000 =−=−=−=−= oyay gtvv

Page 25: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

25

smvvv ayaxa /273745001690057600)130()240( 2222 ==+=+=+=

o

ax

ay

vv

28542,0arctan542,0240130tan ==→=== αα

Selanjutnya:

mtvx axa 1200)5()240( ===

mgttvy aya 525125650)5)(10(21)5()130(

21 22 =−=−=−=

Jadi posisi A adalah (1200 ; 525)m. b. Dari Persamaan (2.20) jarak tembak adalah

mgvR o 864096,0.9000)37.2sin(

10)300(2sin2

0

20 ==== θ

c. di B, 2200 )10(

21.180(00

210 ttgttvyy yb −+=→−+==

st 365180

==

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke tanah adalah 36 s. 2.3.2 Gerak Melingkar

Pada gerak melingkar, lintasan benda terbentuk lingkaran. Ada dua jenis gerak melingkar, yaitu gerak melingkar beraturan dan gerak melingkar dipercepat. 2.3.2.1 Gerak Melingkar Beraturan

Pada gerak ini besarnya kecepatan tetap, tetapi arahnya jelas berubah dari waktu ke waktu. Ini berarti bahwa vektor kecepatan berubah, atau dengan perkataan lain ada percepatan. Berikut ini akan dijelaskan tentang percepatan tersebut.

v vΔ

'v'v

vP

'P

Gambar 2.3 Gerak Melingkar Beraturan

Perhatikan gerak melingkar dengan jari-jari R dari P ke Pʹ′. Arah kecepatan di P dan Pʹ′ adalah seperti Gambar 2.3

Dari Gambar tersebut terlihat adanya perubahan kecepatan : vvv −=Δ ' Bila <<θ , maka tali busur P. Pʹ′ dapat dianggap sama dengan busurnya, sehingga dapat ditulis tvPP Δ= .. '

Page 26: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

26

Dari Gambar 2.3 dapat dilihat bahwa, O P Pʹ′ sebangun dengan Pʹ′ B A, berarti

perbandingan Rtv

RPP

vv Δ

=ʹ′

=Δ . atau

Rv

tv 2

=ΔΔ

Dari definisi percepatan sesaattva

t ΔΔ

=→Δ 0lim dan didapat besarnya

Rva2

=

Ini adalah percepatan yang ada disetiap kali benda bergerak melingkar, dan biasa disebut sebagai percepatan normal atau radial atau tepatnya sentripetal, karena arahnya radial menuju ke pusat lingkaran.

Karena tva

t ΔΔ

=→Δ 0lim , maka arah a sama dengan arah vΔ

Ini berarti bahwa a tegak lurus v , padahal arah v , arah garis singung pada lingkaran. Jadi a mempunyai arah radial. Karena itu lebih jelas di tuliskan

RvaR2

= ........................................................................................ (2.23)

Gerak benda melingkar sering kali lebih menguntungkan jika dinyatakan dalam besaran-besaran sudut anguler, yaitu kecepatan sudut ω dan percepatan sudut α. Hubungan antara besaran linier dan anguler didapat dengan cara sebagai berikut :

θdθ

ds

R

Gambar 2.4 Perubahan sudut pada gerak melingkar

Posisi benda dalam hal ini tidak lagi dinyatakan oleh x atau r , tetapi oleh sudut θ. Misalkan benda yang melingkar dengan jari-jari R mengalami perpindahan ds, yang sesuai dengan perubahan sudut dθ, maka dapat ditulis θdRds .= Kecepatan (linier)

dtdR

dtdsv θ==

Didefinisikan Kecepatan sudut srad

dtd

tt/

0lim θθω =

ΔΔ

→Δ= maka

ωRv = .......................................................................................... (2.24) Bila persamaan (2.24) disubstitusikan ke Persamaan (2.23), maka didapat

22)(

ωω RRRaR == (2.25)

Contoh 2.7 Sebuah roda diameter 3 meter berputar dengan kecepatan 150 ppm. Hitunglah :

Page 27: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

27

a. Frekuensi b. periode

c. kecepatan anguler d. kecepatan linier suatu titik pada tepi roda

Penyelesaian :

a. ω = 150 ppm = 150 putaran per menit srad /5602.150

ππ

ω ==

Frekuensi Hzf 5,225

2===

ππ

πω

b. periode sf

T 4,05,211===

c. Kecepatan anguler srad /5602.150

ππ

ω ==

d. kecepatan linier smRv /5,75,1.5. ππω === 2.3.2.2 Gerak Melingkar Dipercepat

Pada gerak melingkar jenis ini, selain arah besar kecepatan pun berubah.

'P

v

'v

TvRv

R

O

P

v

Gambar 2.5 Gerak melingkar dipercepat

Dalam waktu Δt, partikel bergerak dari P ke Pʹ′ dan kecepatan berubah dari v menjadi 'v atau vvv −=Δ '!

Uraikan Δ v ini menjadi komponen radial dan tangensial, maka

TR vvv −=Δ!

Perubahan kecepatan pada arah radial, seperti yang telah diturunkan sebelum ini menghasilkan percepatan radial

Rv

tv

tR Ra 2

0lim =

ΔΔ

→Δ=

Percepatan tangensial

dtdv

tv

tT TTa =Δ

Δ

→Δ=

0lim

karena arah kecepatan benda yang bergerak melingkar selalu tangensial pada lintasannya, maka dapat ditulis

dtdvaT = dari Persamaan (2.20),

Page 28: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

28

maka αωω RdtdR

dtRdaT ===)(

Percepatan sudut 2/0

lim sraddtd

ttωωα =

ΔΔ

→Δ=

Sehingga αRaT = ....................................................................................... (2.26)

Dengan demikian resultante percepatan benda yang bergerak melingkar adalah : TR aaa += ................................................................................... (2.27)

Atau besarnya 22

TR aaa += ............................................................................... (2.28) Tabel 2.1. Analogi gerak lurus dan gerak melingkar Gerak Lurus Gerak Melingkar

atvv += 0 tαωω += 0

20 2

1 attvx += 2

0 21 tt αωθ +=

axvv 220

2 += αθωω 220

2 += Contoh 2.8

Sebuah roda yang diameternya 2 m mempunyai kecepatan angular yang berkurang secara uniform dari 120 ppm pada t = 0 sehingga berhenti pada t = 5 sekon. Hitung percepatan tangensial dan percepatan normal sebuah titik di tepi roda pada t = 3 sekon. Penyelesaian :

Kecepatn sudut mula-mula sradsradppm /4/602.1201200 ππ

ω ===

Setelah 5 sekon 0=tω Karena berkurang secara uniform, maka α konstan jadi analog dengan vt = vo + a t,

maka ( ) 2

0 /54

54540 sradt tttt ππ

ααπαωω −=−

=→+=→+=

Diameter mRjarijarimd 12 =−→=

Percetapan tangensial 2/54)

54(.1 smRT ππαα ===

Pada st 3= srad /6,13.5442 πππω =−=

smRv /6,1)6,1(.)1(22 ππω ===

Jadi : Percepatan normal 2222

/56,21)6,1( sm

RvaR π

π===

Page 29: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

29

Latihan soal 1. Seorang naik sepeda menempuh jarak sejauh km2 dengan waktu menit8

Hitung kecepatan rata-rata dalam satuan a) jamkm / b) menitm / c.) det/cm 2. Sebuah benda bergerak sepanjang garis lurus yang dinyatakan dengan persamaan

229 ttx −= dengan x dalam cm dan t dalam detik a) Kecepatan rata-rata antara st 1= dan st 3= b) Kecepatan sesaat ketika st 2= dan st 4=

c) Waktu yang dibutuhkan ketika benda sampai diam d) Buatlah grafik x fungsi t, dari st 0= sampai st 10= 3. Landasan take off pesawat terbang 1000 m. Selama 40 detik dari keadaan awal

diam pesawat terbang bergerak dengan percepatan tetap sehingga setelah diujung landasan lalu terbang. Berapakah kecepatan pesawat terbang saat lepas dari landasan ?

4. Sebuah partikel bergerak menurut sumbu x dengan percepatan 36 += ta , a dalam

2/ sm , t dalam detik. Pada keadaan awal partikel berada pada x = 4 m dan kecepatannya = 8 m/s. Tentukan: a) Posisi pada st 3= b) Kecepatan rata-rata antara st 2= dan st 5= c) Kecepatanya pada st 3= d) Posisi pada saat kecepatannya = 15 m/s e) Kecepatannya pada saat percepatan = 27 2/ sm .

5. Percepatan sebuah benda yang bergerak pada sumbu x ditentukan oleh 69 += xa ,

a dinyatakan dalam 2/ scm dan x dalam cm. bila kecepatan benda di titik x = 0 adalah 10 scm / , Hitunglah: a) Kecepatan benda di titik x = 8 cm b) Percepatan benda ketika kecepatannya 16 scm /

6. Sebuah peluru ditembakkan dari tanah dengan kecepatan 400 m/s dengan sudut

o53 terhadap horizontal. Hitunglah: a) Kecepatan dan posisi peluru setelah 4 detik. b) Jarak tembak ketinggian maksimum c) Waktu yang dibutuhkan untuk kembali lagi di tanah

Page 30: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

30

7. Sebuah roda berdiameter 1,5 meter berputar dengan kecepatan 190 rpm.

Hitunglah: : a) Frekuensi dan Periode

b) Kecepatan anguler dan kecepatan linier suatu titik pada tepi roda 8. Sebuah roda yang diameternya 1,8 m mempunyai kecepatan angular yang

berkurang secara uniform dari 180 rpm pada st 0= sehingga berhenti pada st 6= . Hitung percepatan tangensial dan percepatan normal sebuah titik di tepi roda pada

st 4= . 9. Dari gambar dibawah ini, diketahui o60=θ , 2/8,9 smg = , mY 12= dan

mX 20=

θ

B

A

0v

X

Y

10. Sebuah mobil bergerak ke utara, kecepatannya berubah dari jamkmv /541 =

menjadi jamkmv /362 = . Jarak yang ditempuh sejauh kmS 84= Hitung :

a. Percepatan )(a b. Waktu terjadinya perubahan kecepatan tersebut c. Jarak yang dtempuh pada saat kecepatan 03 =v

Hitung : a. Kecepatan awal )( 0v b. Kecepatan )(v di titik B

Page 31: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

31

BAB III

DINAMIKA PARTIKEL

Bab ini akan dibicarakan penyebab gerak partikel pada lintasannya. Mengapa

benda-benda dekat permukaan bumi jatuh dengan percepatan konstan? Mengapa bumi bergerak mengelilingi matahari? Mengapa suatu pegas bersosialisasi bila direnggangkan? Ingin mengetahui hal-hal demikian bukan hanya untuk ilmu pengetahuan saja, tetapi juga untuk keperluan teknik dan pemakaian praktis. Pengertian bagaimana suatu gerakan pada umumnya dihasilkan, memungkinkan untuk merencakana mesin-mesin dan peralatan lain yang bergerak sesuai dengan yang diinginkan. Pelajaran tentang hubungan antara gerakan yang akan dibicarakan kemudian, adalah hasil dari analisis yang hati-hati tentang gerakan-gerakan sekitar, dan ekstrapolasi penelitian atau eksperimen sederhana ke konsep-konsep tertentu. Hukum-hukum ini dirumuskan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727) sekalipun sudah diperkenalkan sebelumnya oleh Galileo Galilei (1564-1642). 2.1. HUKUM PERTAMA NEWTON

Menurut Galileo diperlukan gaya luar (tangan kita mendorong balok tersebut) untuk mengubah kecepatan benda, tetapi tidak diperlukan gaya luar untuk membuat benda bebas mempunyai kecepatan konstan. Selanjutnya prinsip ini disimpulkan Newton delam hukumnya yang pertama :

Suatu partikel bebas bergerak menurut garis lurus dengan kecepatan konstan atau dalam keadaan diam.

Hukum Newton ini dikenal pula sebagai hukum inersia atau kelembaban. Dalam hukum ini terkandung pula pernyataan tentang kerangka acuan. Pada umumnya, suatu benda diam atau bergerak tergantung pada kerangka acuan yang dipakai. Seseorang yang duduk di dalam gerbong kereta api menyatakan bahwa teman duduk di sebelahnya dalam keadaan diam. Tetapi orang yang berdiri di luar berpendapat bahwa mereka berdua bergerak bersama. 2.2. MASSA dan HUKUM KEDUA NEWTON

Di dalam bahasa sehari-hari yang dimaksudkan dengan gaya adalah sesuatu yang berhubungan dengan mendorong atau menarik yang mungkin kita kerjakan dengan otot-otot lengan kita. Dari pengalaman diketahui bahwa gerakan suatu benda adalah hasil dari interaksinya dengan benda-benda di sekelilingnya. Misalnya gerakan elektron mengelilingi inti adalah hasil interaksinya dengan inti itu sendiri atau sekitarnya. Interaksi-interaksi ini dikenal sebagai konsep yang disebut gaya. Dinamika pada dasarnya adalah analisis yang ada antara gaya dan perubahan gerak dari suatu benda. Secara matematis dinyatakan dalam hukum kedua newton: amF = ………………………………………………… (3.1) Dengan F

! adalah gaya yang bekerja pada massa m sehingga di dapat percepatan a .

Dalam sistism S.I, F!

adalah Newton, m adalah kg, dan a dalam 2/ sm .Dapat disimpulkan bahwa hukum pertama Newton adalah keadaan khusus hukum kedua, yaitu keadaan dimana resultan gaya adalah nol. Bila ada gaya n gaya yang bekerja pada suatu benda, maka persamaan (3.1) dapat dinyatakan dengan :

Page 32: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

32

amFn

ii =∑

=1

……………………………………………….. (3.2)

Persamaan di atas dapat dinyatakan alam bentuk vektor satuan pada koordinat kartesian sebagai berikut :

)(1

kajaiamF zyx

n

ii ++=∑

=

……………………………….. (3.3)

Contoh 3.1

Suatu partikel dikenakan gaya 1F dan 2F yang membentuk sudut terhadap sumbu horizontal masing-masing 1θ dan 2θ . bila massa paartikel m, tentukan komponen vektor percepatan yang terjadi.

1θ2θ

1F2F

Y

X Penyelesaiaan :

amFFamFi

i =+→=∑=

21

2

1

Resultante : 21 FFF += jFiFF yx 111 += dan jFiFF yx 222 +−=

iFiFF xxx 21 −= dan jFjFF yyy 21 +=

Besarnya sudut resultante : x

y

x

y

FF

FF

arctantan =→= θθ

jFiFF 11111 sincos θθ += dan jFiFF 22222 sincos θθ +−=

amjFFiFFF xi

i =++−=∑=

)sinsin()coscos( 22112211

2

1

θθθθ

Bila kgmNFNF 20;40;60 21 === dan oo 53;37 21 == θθ Maka

amjFFiFF =++− )sinsin()coscos( 22112211 θθθθ aji oooo 20)53sin4037sin60()53cos4037cos60( =++−

aji 20)8,0.406,0.60()6,0.408,0.60( =++− ajiaji 20482420)3236()2448( =+→=++−

jia 4,22,1 += 2.3. BERAT

Berat suatu benda merupakan gaya tarik gravitasi yang dilakukan bumi terhadap benda tersebut. Seperti pada semua jenis gaya, berat merupakan besaran vektor. Arah

Page 33: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

33

gaya gravitasi tersebut. Seperti semua jenis gaya, berat merupakan besaran vektor. Arah gaya gravitasi adalah menuju pusat bumi. Besaran dari berat dapat dinyatakan dengan ”Pounds” atau “Newton”. Permukaan bumi merupakan kerangka acuan yang cukup baik untuk menerangkan gaya gravitasi. Kita dapat menyatakan untuk benda yang berada dekat dengan permukaan bumi atau sedang mengalami peristiwa jatuh bebas, merupakan pengaruh dari gravitasi bumi. Percepatan yang dialami sebuah benda dengan massa “m ” akibat peristiwa jatuh bebas disebut gravitasi “ g ”. kita dapat menerapkan hukum Newton yang kedua amF = , dengan menggantikan F dengan W dan a dengan g , sehingga dinyatakan dengan gmW = …………………………………………………. (3.6) Dengan W dan g merupakan vektor yang arahnya menuju pusat bumi, W dinyatakan sebagai berat benda.

2.4. BEBERAPA PEMAKAIAN DARI HUKUM GERAK NEWTON

Langkah-langkah umum yang perlu dilakukan dalam menyelesaiakan persoalan adalah :

a. Tentukan benda yang akan kita cari pemecahan persoalannya. b. Setelah bendanya tetentu, kita perhatikan lingkungannya, karena

lingkungan ini (bidang miring, pegas, tali, bumi, dsb) mengerjakan gaya pada benda. Sifat atau macam gaya harus jelas.

c. Kemudian dipilih/buat kerangka acuannya, sumbu-sumbu koordinat ini harus menyederhanakan langkah perhitungan.

d. Selanjutnya dibuat diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda. e. Akhirnya kita pakai hukum kedua Newton, untuk masing-masing

komponen gaya dan percepatan. Contoh 3.2

Gambar dibawah menunjukkan suatu balok bermassa m1, berada pada permukaan horizontal yang licin di tarik oleh tali yang pada ujung lainnya tergantung balok massa m2 lewat sauatu katrol. Massa tali dan katrol diabaikan dan tidak ada gesekan pada katrol. Tentukan percepatan balok-balok tersebut dan tegangan tali.

Ta

gmW 11 =

T

N

2/10 smg =

2m

1m

gmW 22 =

ya

Penyelesaian : Balok m1 dan m2 yang gerakannya akan diselidiki. Kita buat diagram gaya-gaya yang bekerja. Benda I : Sepanjang sumbu x : xamT 1= ..................................... (1)

Page 34: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

34

Sepanjang sumbu y : 01 =−WN ................................. (2) Benda II : Tegangan tali yang bekerja juga T, karena massa tali dapat diabaikan

dan tidak ada gesekan pada katrol. Benda II akan bergerak ke bawah: yamTgm 22 =− ....................... (3)

disini aaa yx == Substitusi dari persamaan (1) dan persamaan (2) dan dipakai persamaan (3) diperoleh amamgm 212 =− atau amamgm 122 += , atau percepatan balok

gmm

ma21

2

+= …………………… (4)

Dengan g adalah percepatan gravitasi. Dari persamaan (1) dan (4) diperoleh tegangan tali

gmmmm

T21

21

+=

Tampak bahwa tegangan tali T selalu lebih kecil dari m2 g, yaitu

)(21

12 mm

mgmT+

=

Contoh 3.3 Benda A,B,C dan D saling terangkai seperti pada gambar di bawah ini mempunyai massa 30 kg, 23 kg, dan 17 kg dan 10 kg. suatu gaya F = 100 N dikerjakan pada benda A. lantai licin sempurna.

a. Tentukan percepatan yang dialami sistem b. Tegangan tali masing-masing

2TBm

F3T 1TDm Cm Am

Penyelesaian :

a. Benda A, B, C dan D bergerak dengan percepatan konstan yang sama dalam sistem yaitu a .

Benda A : amTF A=− 1

Benda B : amTT B=− 21

Benda C : amTT C=− 32

Benda A : amT D=3

Page 35: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

35

Total persamaan di atas ammmmF ABCD )( +++= atau

2/25,1810

10172330100 sm

mmmmFa

DCBA

==+++

=+++

=

dengan arah ke kanan

b. Dengan memasukkan harga F dan a akan diperoleh NTT 5,625,3710025,130100 11 =−=→=−

NTTT 75,3375,285,6225,123 221 =−=→=−

Dan NT 5,1225,1103 ==

2.5. GAYA GESEK Bila kita gerakkan suatu balok dengan kecepatan awal 0v pada permukaan

suatu bidang horizontal, maka setelah beberapa saat blok tersebut akan berhenti bergerak. Ini berarti bahwa ketika balok tersebut bergerak ia mengalami perlambatan a . Menurut hukum Newton kedua, permukaan bidang melakukan gaya gesek

amF = pada balok tersebut. Bila permukaan suatu benda bergeser pada permukaan lain, masing-masing mengerjakan gaya gesek sejajar permukaan. Gaya gesek pada masing-masing benda arahnya selalu melawan arah gerakan benda tersebut. Sekalipun tidak ada gerakan, gaya gesek tersebut dapat terjadi pada permukaan.

Ketika benda masih dalam keadaan diam, padanya bekerja gaya gesek statis )( Sf . Gaya gesek statis maksimum sama besar dengan gaya terkecil yang diperlukan untuk mulai menggerakkan benda. Begitu bergerak gaya gesek yang bekerja diantaranya pemukaan mengecil, sehingga untuk menjaga kecepatan konstan. Gaya gesek yang bekerja ini disebut gaya gesek kinetis )( Kf , besar gaya-gaya gesek ini sebanding dengan gaya normal yang bekerja.

Perbandingan gaya gesek statis maksimum dengan gaya normal disebut koefisien gesek statis Sµ , maka dapat ditulis

Nf SS µ≤ ………………………………………………. (3.7)

Dimana Sf adalah gaya gesek statis, dan N adalah gaya normal. Perbandingan gaya gesek kinetis (yang tetap) dengan gaya normal disebut koefisien gaya kinetis µk, sehingga Nf KK µ= ……………………………………………….. (3.8)

Dimana Kf adalah gaya gesek kinetis Keduanya Sµ dan Kµ adalah besaran-besaran tak berdimensi yang tergantung pada sifat kedua permukaan Sµ dan Kµ biasanya lebih kecil dari satu. Gaya normal dan gaya gesek selalu tegak lurus.

Page 36: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

36

Contoh 3.5 Suatu benda bermassa m berada pada bidang datar. Sebuah gaya F dalam Newton berusaha menarik benda, bila koefisien gesek kinetis benda terhadap lantai Kµ dan percepatan gravitasi g dalam 2/ sm . Berapa percepatan benda dalam sistem? Penyelesaian :

m F

N

mgW =

Nf kk µ=

a

amF =∑ dan Nf kk µ=

Gaya-gaya yang bekerja Sepanjang sumbu x : amNFamfF kk =−→=− µ

Sepanjang sumbu y : gmWNWN ==→=− 0 Sehingga dapat ditulis,

mgmF

aamgmF kk

µµ

−=→=−

Contoh 3.6 Suatu benda bermassa m berada pada bidang datar. Sebuah gaya F berusaha menarik benda dan gaya membentuk sudut θ terhadap horisontal. Bila koefisien gesek kinetis benda terhadap lantai Kµ . Berapa percepatan benda dalam sistem? Penyelesaian :

amF =∑

Gaya-gaya yang bekerja : Sepanjang sumbu x : NfdanFF kkx µθ == cos Sepanjang sumbu y :

m

F

θ

N

mgW =

Nf kk µ=

θcosFFx =

a

θθθ sinsin0sin FgmFWNFWN −=−=→=+−

amNFamfF kK =−→=− µθθ coscos

Page 37: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

37

mFgmF

aamFgmF kk

)sin(cos)sin(cos

θµθθµθ

−−=→=−−

Contoh 3.7 Suatu benda bermassa kgm 2,1= , berada pada bidang miring yang membuat sudut

o30=α dengan bidang datar. Berapa besar gaya yang diberikan agar benda bergerak ke atas ? untuk benda bergerak beraturan dengan percepatan konstan 2/30,0 sma = .

koefisien gesekan kinetis dengan bidang 40,0=kµ dan 2/10 smg = . Penyelesaian : Benda bergerak ke atas

v

αcosWN =Kf

N

αsinW

mgW =α

α

F

Dari gambar terlukis diagram gaya-gaya yang bekerja. Tampak dari gambar bahwa gaya gesek kf selalu melawan arah gerak. Ketika gerakan benda ke atas, arah gaya gesek kf ke bawah dan ketika benda bergerak ke bawah, arah gaya gesek kf ke atas. Persamaan gerak sepanjang bidang datar : amfmgF K =−− αsin (1)

Sedang αµαµµ coscos gmWNf KKKK ===

Persamaan (1) menjadi : 30,02,1)30cos4,030(sin102,1)cos(sin =+−→=+− oo

KFamgmF αµα

36,0)35,05,0(1230,02,1)866,04,05,0(102,1 =+−→=+− FF

NFF 56,1036,02,1036,0)85,0(12 =+=→=−

Dan NF 56,10= Newton ke arah atas

Page 38: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

38

Latihan Soal 1. Dari gambar dibawah ini,

a) Hitung besar, arah resultante gaya b) Tentukan komponen vektor percepatan yang terjadi

o451 =θo

2 53=θ

NF 451 =

NF 602 =

Y

Xkgm 15=

2. Suatu partikel bermassam dikenakan gaya NF 301 = , NF 402 = , NF 203 = dan NF 254 = bertitik tangkap sama dan membentuk sudut terhadap sumbu horizontal

masing-masing o371 =θ , o1502 =θ , o2403 =θ dan o3074 =θ , bila massa paartikel kgm 10= .

a) Hitung besar dan arah resultante gaya dari ke empat gaya tersebut. b) Tentukan komponen vektor percepatan yang terjadi c) Dari soal a dan b, gambar dalam koordinat kartesian

3. Dari gambar dibawah ini, jika diketahui NF 125= kgm 15= dan 2/8,9 smg = Bila koefisien gesek kinetis benda terhadap lantai 5,0=Kµ Massa tali dan katrol diabaikan dan tidak ada gesekan pada katrol.

Hitung percepatan benda dalam sistem tersebut

m F

N

mgW =

Nf kk µ=

a

4. Dari gambar dibawah ini, jika diketahui kgm 101 = dan kgm 82 = permukaan horisontal licin sempurna (tidak ada gaya gesek)

Ta

gmW 22 =T

N

2/10 smg =

1m

2m

gmW 11 =

ya

Page 39: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

39

a) Hitung percepatan balok-balok dalam sistem b) Hitung tegangan tali tersebut

5. Suatu benda bermassa kgm 5,7= berada pada bidang datar. Sebuah gaya

NF 100= berusaha menarik benda dan gaya membentuk sudut o60=θ terhadap horisontal dengan percepatan 2/75,2 sma = , bila percepatan gravitasi

2/8,9 smg = Berapa koefisien gesek kinetis benda terhadap lantai )( Kµ . 6. Dari gambar dibawah ini, jika diketahui NF 90= , o45=α , 2/5 sma = dan

2/8,9 smg = Bila koefisien gesek kinetis benda terhadap lantai 5,0=Kµ a) Hitung massa balok tersebut b) Gaya gesek yang terjadi

v

αcosWN =Kf

N

αsinW

mgW =α

α

F

7. Benda A,B,C dan D saling terangkai seperti pada gambar di bawah ini mempunyai massa 18 kg, 15 kg, dan 10 kg dan 7 kg. suatu gaya F dikerjakan pada benda A. lantai licin sempurna dengan percepatan 2/5,2 sma = .

a) Tentukan gaya F yang dialami sistem b) Tegangan tali masing-masing

2TBm

F3T 1TDm Cm Am

8. Dari gambar dibawah ini, jika diketahui NW 3= dan smg /8,9= , katrol tanpa gesekan. Hitung percepatan benda, jika gaya tengangan tali )(T

Page 40: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

40

m

W

T

9. Dari gambar dibawah ini, jika diketahui balok bila mula-mula diam dengan

massa kgm 15= dan gaya NF 30= Hitung : a) Percepatan yang timbul dalam system b) Jarak yang ditempuh selama 10 detik c) Kecepatan pada akhir 10 detik

m F

N

mgW =

0=kf

a

10. Suatu benda bermassa kgm 6,1= mula-mula diam, kemudian ditarik dengan gaya sebesar NF 20= , berada pada bidang miring yang membuat sudut o60=α dengan bidang datar. Benda dianggap bergerak beraturan dengan percepatan konstan, koefisien gesekan kinetis dengan bidang 2,0=kµ dan 2/10 smg = .

Hitung: a) Gaya gesek yang terjadi pada sistem b) Jarak yang ditempuh selama 3 detik

a) NT 4= b) NT 3= c) NT 2=

Page 41: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

41

BAB IV USAHA DAN ENERGI

Pada dinamika partikel telah dibicarakan mengenai penyebab gerakan suatu

benda, yaitu adanya gaya-gaya yang bekerja pada benda tersebut. Istilah kerja hanya digunakan dalam arti yang khusus, pada setiap kerja selalu terdapat dua hal sekaligus, yaitu adanya gaya dan adanya perpindahan. 4.1 KERJA OLEH GAYA YANG KONSTAN

Bila pada sebuah benda bekerja sebuah gaya F yang konstan dan benda tersebut bergerak lurus dalam arah gaya, maka kerja yang dilakukan oleh gaya terhadap benda dapat didefinisikan sebagai perkalian besarnya gaya F dengan jarak d yang ditempuh oleh benda selama gerakan. Secara matematis dapat di tulis sebagai

dFW = ............................................................................ (4.1)

Dengan )( jouleusahaW =

)(newtongayaF =

)(meterjarakd = Jika gaya konstan yang berkerja pada benda tidak searah dengan arah gerak benda, kerja yang dilakukan terhadap benda merupakan perkalian komponen gaya ke arah gerak benda dengan jarak d yang ditempuh oleh benda, atau dituliskan sebagai

dFW ).cos( θ= ................................................................... (4.2)

θ

d

F

θcosF xy

Gambar 4.1 Balok yang ditarik dengan gaya F

Bila o90=θ , gaya tidak mempunyai komponen ke arah gerak partikel, sehingga dalam kondisi seperti ini tidak ada kerja yang dilakukan selama gerakan.

Contoh 4.1 Sebuah balok bermassa kgm 30= ditarik gaya NF 60= yang membentuk sudut

o53=θ terhadap horisontal seperti pada Gambar 4.1. Pada saat balok dapat bergeser mendatar sejauh md 3= maka tentukan usaha yang dilakukan gaya tersebut! Penyelesaian: Perhatikan Gambar 4.1 , gaya yang bekerja membentuk sudut θ terhadap perpindahannya, maka usaha yang dilakukan gaya dapat diperoleh seperti berikut.

jouleFddFW o 1086.018053cos360cos)cos( ===== θθ

Page 42: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

42

Contoh 4.2 Sebuah balok dengan massa 20 kg dinaikkan sepanjang bidang miring dari dasar sampai puncak sejauh 10 meter dan puncak terletak 6 meter dari dasar. Andaikan permukaan tanpa geseran, berapakah kerja yang harus dilakukan oleh gaya paralel dengan bidang miring untuk mendorong balok ke atas dengan kelajuan konstan dan percepatan gravitasi 2/10 smg = ?.

m10

m8

m6F

Gambar 4.2 Balok yang dinaikkan sepanjang bidang miring

Penyelesaian : Karena gerakanya adalah beraturan dengan kelanjuan konstan, maka dari diagram gaya gaya diperoleh →=∑ 0F 0=− θmgSinF

NsmKgmgSinF 120)10/6)(/10)(20( 2 === θ Kerja yang dilakukan oleh gaya F adalah jouledFW 1200)10)(120(. === Bila balok diangkat sampai ke puncak tanpa melalui bidang miring, kerja yang dilakukan adalah joulemghW 1200)6)(10)(20( === sama besar dengan hasil semula. Perbedaan terletak pada besarnya gaya dan jarak yang ditempuh. Pada bidang miring digunakan gaya yang lebih kecil dibanding tanpa bidang miring untuk mengangkat balok ke atas. Contoh 4.3 Seorang anak menarik balok yang massanya 25 kg sejauh 50 meter sepanjang permukaan �horizontal dengan kelajuan konstan. Berapakah kerja yang ia lakukan terhadap balok bila koefisien gesekan kinetis 3,0=kµ dan ia menarik balok dengan sudut o37=θ terhadap bidang horizontal dan percepatan gravitasi 2/10 smg = ?.

m

d

θ

F

Gambar 4.3 Seorang anak menarik balok

Page 43: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

43

Penyelesaian : Dari diagaram gaya-gaya,F gaya tarik dari anak, W berat dari balok, kf gaya gesekan, N gaya normal dari bidang horizontal terhadap balok. Balok bergerak dengan kelanjutan konstan, dari hukum kedua Newton diperoleh

0=xF dan 0=yF 0cos =− kfF θ 0=−+ WNFSinθ Kita tahu bahwa antara kf danN dihubungkan dengan Nf kk µ= Dari kedua persamaan di atas terdapat 2 besaran yang tidak diketahui. Untuk mencari F kita eliminasi kf dan N dari 3 persamaan di atas dan diperoleh : 0sincos0)sin(cos =+−→=−− θµµθθµθ FWFFWF kkk

NWF

WF

k

k

kk

5,7698,075

)6,0)(3,0()8,0()10)(25)(3,0(

sincos

)sin(cos

==+

=+

=

=+

θµθµ

µθµθ

sedang kerja yang dilakukan oleh anak jouledFW 3060)8,0)(50)(5,76(cos. === θ

4.2 KERJA YANG DILAKUKAN OLEH GAYA YANG BERUBAH Kerja yang dilakukan oleh gaya tidak konstan, akan ditinjau gaya yang berubah hanya besarya saja. Andaikan gaya berubah terhadap posisi )(xF dan arah gaya searah dengan arah gerak x , maka kerja yang dilakukan oleh gaya berubah ini dari 1x sampai dengan 2x dapat di hitung dengan cara sebagai berikut. Pada Gambar 4.4 di bawah ini ditinjaukkan grafik gaya )(F sebagai fungsi posisi )(x .

)(xF

1x 2xxΔx

0

Gambar 4.4 Grafik gaya )(F sebagai fungsi posisi )(x . Dengan membagi pergeserkan x menjadi sejumlah interval kecil yang sama xΔ , maka gaya F selama pergeseran yang kecil )( xΔ dari 1x sampai dengan

11 xx Δ+ hampir menpunyai harga yang konstan dan kerja yang dilakukan adalah 111 xFW Δ=Δ ....................................................................... (4.3)

Dengan F adalah besarnya gaya pada 1xΔ . Begitu pula pada pergeseran kecil dari

11 xx Δ+ hingga 211 xxx Δ+Δ+ gaya F hampir konstan dan kerja yang dilakukan 222 xFW Δ=Δ (4.4)

Page 44: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

44

denganF adalah gaya pada 211 xxx Δ+Δ+ . Sehingga secara keseluruhan kerja total )(W yang dilakukan F selama pergeseran dari 1x hingga 2x merupakan jumlahan dari

masing masing kerja dalam interval ixΔ , sehingga dapat di tuliskan

i

N

iitotal xFWWW Δ=+Δ+Δ= ∑

=121 ... .................................... (4.5)

dengan N = jumlah interval Pendekatan yang lebih baik dapat diperoleh dengan membagi pergeseran dari 1x dan

2x menjadi interval yang jumlahnya lebih banyak atau ixΔ semakin kecil dan harga F pada permulaan interval adalah harha yang sungguh sungguh mewakili interval tersebut. Perdekatan ini akan lebih baik bila interval ixΔ mendekati nol dan jumlah interval banyaknya tak terhingga, atau

∑ ∫=

=Δ=N

i

x

xii dxFxFW

1

2

1

lim ................................................. (4.6)

Contoh 4.4. Sebuah gaya berubah terhadap posisi xxF 10)( = dalam Newton dan x dalam meter. Jika gaya mengalami perubahan posisi sebesar mx 5= Ditanyakan :

a. Gaya b. Kerja

Penyelesaian: a. NewtonxF 50510)( ==

b. Karena xxF 10)( = maka joulexdxxW 12555510 25

0

2 ==== ∫

4.3 ENERGI KINETIK Keadaan sederhana diandaikan resultan gaya F konstan baik besar maupun arah. Gaya ini bekerja pada partikel dengan massa m , akan menghasilkan perpecahan yang kostan a . Bila kecepatan dari partikel itu v , maka energi kinetiknya adalah

2

21 vmEk = ..................................................................... (4.7)

Satuan dari energi kinetik dan kerja adalah sama. Energi kinetik, seperti halnya kerja, adalah besaran skalar. Energi kinetik dari sekumpulan partikel adalah penjumlahan (skalar) dari energi kinetik masing masing partikel pada kumpulan tersebut. Contoh 4.5 Sebuah sepada motor mempunyai berat NewtonW 1500= bergerak dengan kecepatan

dtmv /301 = dengan percepatan gravitasi 2/10 smg = Ditanyakan

a. Energi kinetik untuk 1vv = b. Energi kinetik untuk 12vv =

Page 45: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

45

Penyelesaian : a. kgmmgmW 15010/1500150010 ==→===

joulevmEk 67500)30(75)30(15021

21 222 ====

b. joulevmEk 270000)60(75)30.2(15021

21 222 ====

4.4 ENERGI POTENSIAL

Partikel bergerak sepanjang garis lurus. Kerja yang dilakukan oleh resultan gaya F pada perpindahan benda adalah sama dengan energi kinetik yang diperoleh benda tersebut, atau

20

2

21

211

0

vmvmdxFx

x

−=∫ .............................................. .................(4.8)

Berkurangnya energi kinetik berkaitan dengan bertambahnya energi potensial. Andaikan simbul Ep menyatakan energi potensial, terdapat hubungan pk EE Δ−=Δ Menyatakan bahwa perubahan dari energi kinetik berhubungan dengan perubahan energi potensial yang tandanya berlawanan. Dari teorima kerja-energi :

∫=Δx

xk dxxFE

0

)( sehingga ∫−=Δx

xk dxxFE

0

)(

∫∫ ==−00

0 )()()(hh

pp dxxFdyFxExE ............................................ (4.9)

Dengan persamaan ini, maka energi potensial yang dimiliki oleh suatu benda karena adanya gaya gravitasi dapat dirumuskan. Dengan mengambil posisi benda di atas permukaan bumi adalah h dan gravitasi ke arah h negatif, sehingga gmF −= Besarnya energi potensial gravitasi

∫∫ =−==−00

)()0()(hh

pp hgmdygmdyFEyE (4.10)

Energi potensial gravitasi sama dengan nol pada 0=y atau 0)0( =pE sehingga pada

hy = besarnya energi potensial adalah hgmhEp =)( Contoh 4.6 Berapa energi potensial elevator yang berada di puncak bangunan setinggi 300 meter dari bumi, jika berat elevator NewtonW 400= Penyelesaian :

joulehWhgmEp 120000300.400 ==== 4.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIKA

Dari persamaan 4.7 dan persamaan 4.10 Bila dikombinasikan akan diperoleh

2200 21

21)()()(

0

vmvmdxxFxExEx

xpp −=−=− ∫

Page 46: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

46

atau 2200 21

21)()( vmvmxExE pp −=− ................................................ (4.11)

Perhatian bahwa gaya yang percepatan telah ditereliminasi pada persamaan ini. Persamaan sebelah kanan hanya tergantung pada posisi awal 0x dan kelajuan awal

0v , yang berharga tertentu, sehingga konstan selama gerakan keduanya berhubungan dengan pE dan kE yang berharga konstan dan disebut energi mekanik total (E). Sehingga diperoleh hokum kekekalan energi dengan persamaan

ExEvm p =+ )(21 2 ..................................................................... (4.12)

Bila benda bergerak dari ketinggian 1h ke keitnggian 2h diperoleh persamaan

2221

21 2

121 hgmvmhgmvm +=+ ............................................ (4.13)

Atau 2211 pkpk EEEE +=+ .................................................................. (4.14) Atau energi mekanik E adalah konstan dan kekal sepanjang gerakan , meskipun energi kinetik dan energi potensial berubah uabah selama gerakan. Contoh 4.7 Sebuah bola bermassa kgm 2,0= dilemparkan ke atas dengan kecepatan awal

smv /101 = dari ketinggian mh 5,11 = . Percepatan gravitasi 2/10 smg = . Berapakah ketinggian bola pada saat kecepatannya smv /52 = ? Penyelesaian: Ketinggian 2h dapat ditentukan dengan hukum kekekalan energi mekanik seperti berikut. 2211 pkpk EEEE +=+

2221

21 2

121 hgmvmhgmvm +=+

2221

21 2

121 hgvhgv +=+

222 )10()5(

21)5,1()10()10(

21 h+=+

mh 25,5105,52

105,1265

2 ==−

=

4.6 PUSAT MASSA Perhatikan sebuah sistem yang sederhana terdiri dari 2 partikel 1m dan 2m pada jarak 1x dan 2x dari pusat koordinat O. Bila diletakkan sebuah titik C, disebut pusat massa dari sistem, sejarak x dari pusat koordinat O, dengan x didefinisikan

21

2211

mmxmxmxpm +

+= ................................................................................... (4.15)

Page 47: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

47

Bila terdapat n partikel 1m , 2m ….., nm sepanjang garis lurus, maka pusat massa dari partikel partikel terhadap pusat sumbu adalah

=

==++++++

= n

ii

n

iii

n

nnpm

m

xm

mmmxmxmxmx

1

1

21

2211

...... .................................................. (4.16)

dengan 1x , 2x ….., nx adalah jarak dari massa ke pusat koordinat

Mmn

ii =∑

=1

............................................................................................... (4.17)

adalah massa total dari sistem, sehingga

∑=

=n

iii xmxM

1

......................................................................................... (4.18)

Perhatian partikel yang tidak terletak pada satu garis lurus, tapi betada pada satu bidang seperti terlukis pada Gambar 4.5.

1y

2x1x

2y

cy

Gambar 4.5 Dua partilek yang terletak pada satu bidang

Pusat massa dua partikel terletak pada titik C dengan koordinat x dan y dengan

=

==++

= 2

1

2

1

21

2211

ii

iii

pm

m

xm

mmxmxmx dan

=

==++

= 2

1

2

1

21

2211

ii

iii

pm

m

ym

mmymymy ........................ (4.19)

dengan ix , iy adalah koordinat dari massa im koordinat pusat massa x , y diukur dari pusat koordinat O. Untuk sejumlah partikel yang terletak pada sebuah bidang, pusat massanya x , y , z ditentukan

=

== N

ii

N

iii

pm

m

xmx

1

1 ,

=

== N

ii

N

iii

pm

m

ymy

1

1 dan ∑

=

== N

ii

N

iii

pm

m

zmz

1

1 ............................................. ( 4.20)

Sebuah benda tegar, semacam batang mistar, dapar dibayangkan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari paket partikel yang kontinyu. Jumlah dari partikel (atom, molekul) dari benda begitu banyak dan ruang diantaranya begitu kecil. Untuk memperoleh peryataan bagi pusat massa suatu benda kontinyu, dimana dengan membagi benda menjadi elemen kecil sejumlah n dengan massa mi yang terletak pada suatu titik xi , yi , zi . Koordinat dari pusat massa dinyatakan dengan

Page 48: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

48

=

=

Δ

Δ= N

ii

N

iii

pm

m

xmx

1

1 ,

=

=

Δ

Δ= N

ii

N

iii

pm

m

ymy

1

1 dan ∑

=

=

Δ

Δ= N

ii

N

iii

pm

m

zmz

1

1 ....................................... (4.21)

Sekarang massa dari elemen tadi dibagi lebih banyak lagi dari n menjadi tak terhingga Koordinat dari pusat massa dinyatakan dengan

∫∫

∑==

Δ

Δ=

=

=

→Δ

dmxM

dm

dmx

m

xmx N

ii

N

iii

mpm

i

1

1

1

0lim ,

∫∫

∑==

Δ

Δ=

=

=

→Δ

dmyM

dm

dmy

m

ymy N

ii

N

iii

mpm

i

1

1

1

0lim ............................... (4.22)

∫∫

∑==

Δ

Δ=

=

=

→Δ

dmzM

dm

dmz

m

zmz N

ii

N

iii

mpm

i

1

1

1

0lim

Bila vector r adalah yang menyatakan jarak dari pusat sumbu sampai denga elemen massa dm, maka vector pusat massa R terletak

∫=

dm

dmrR ........................................................................ (4.23)

Sering terjadi benda homogen yang mempunyai simetri titik, garis, atau bidang ini. Misalkan pusat massa dari bola homogen ( yang mempunyai sebuah simetri titik ) akan terletak pada pusat bola, pusat massa dari sebuah kerucut ( yang mempunyai sebuah simetri garis ) akan terlatak pada sumbu kerucut. Contoh 4.8 Carilah koordinat pusat massa dari 3 partikel dengan massa kgm 31 = , kgm 22 = , dan

kgm 41 = masing-masing terletak koordinat x dan y pada (1, 1), (3, 4) dan (2, 5) Penyelesaian:

88,1917

423)2)(4()3)(2()1)(3(

321

332211 ==++++

=++++

=mmmxmxmxmxpm

44,3931

423)5)(4()4)(2()1)(3(

321

332211 ==++++

=++++

=mmmymymymypm

Jadi koordinat pusat massa adalah (1,88; 3,44)

Page 49: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

49

4.7 GERAKAN PUSAT MASSA Perhatikan gerakan dari sekelompok pertikel dengan massa m1 , m2 , …. , mn

danmassa total M. Dari persamaan pusat massa diperoleh nnpm xmxmxmxmxM ++++= ....332211 (4.24) dengan pmx adalah koordinat pusat massa. Diferensiasi persamaan di atas terhadap waktu, diperoleh

dtdxm

dtdxm

dtdxm

dtdxm

dtdxM n

n++++= ....33

22

11

xnnxxxx vmvmvmvmvM ++++= ....332211 ................................................. (4.25)

dtdvm

dtdvm

dtdvm

dtdvm

dtxdM xn

nxxx ++++= ....3

32

21

12

2

xnnxxxx amamamamaM ++++= ....332211 ............................................. (4.26) Bila xiF dalah resultan gaya yang bekerja pada partikel im , persamaan di atas dapat dituliskan xnxxxx FFFFaM ++++= ....321 ................................................. (4.27) Dengan ax adalah komponen percepatan pusat massa ke arah sumbu x dari pusat massa.persamaan yang mirip berlaku untuk kompomen y dan z Tiga persamaan percepatan kearas x , y , z dapat digabungkan menjadi 1 persamaan vektor nFFFFaM ++++= ....321 ....................................................... (4.28) Dari persamaan ini, massa total dari sekelompok partikel dikalikan dengan percepatan pusat massa sama dengan penjumlahan vektor dari gaya gaya yang bekerja pada kelompok partikel tersebut. Contoh 4.9 Terdapat 3 partikel dengan massa berbeda kgm 51 = , kgm 62 = dan kgm 33 = masing-masing terletak koordinat x dan y pada (5; 2), (-1; 4) dan (-3; 3) dikenai gaya luar sebesar NewtonF 201 = arah ke atas, NewtonF 102 = arah ke kiri dan NewtonF 153 = arah ke kanan. Carilah percepatan pusat massa dari sistem ini Penyelesaian: Pertama tama dicari koordinat pusat massa

71,01410

365)3)(3()1)(6()5)(5(

321

332211 ==++

−+−+=

++++

=mmmxmxmxmxpm

07,31443

365)3)(3()4)(6()2)(5(

321

332211 ==++++

=++++

=mmmymymymypm

Komponen gaya luar ke arah sumbu x dan y adalah NewtonFx 51015 =−=

NewtonFy 20=

Page 50: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

50

Maka resultan gaya luar adalah NewtonFFF yx 6,20425)20()5( 2222 ==+=+=

Dan membentuk sudut θ dengan sumbu x dengan

4520

==θtg atau oarctg 76)4( ==θ

Maka percepatan pusat massa adalah 2/47,1

146,20 sm

MFa ===

4.8 MOMENTUM LINIER DARI PARTIKEL Momentum dari sebuah partikel adalah vektor p yang didefinisikan sebagai perkalian antara massa m dan kecepatan v vmp = ........................................................................................ (4.29) Dari hukum kedua Newton diperoleh

dtpdF = .......................................................................................... (4.30)

Bila massa dari benda tetep, maka

amdtvdmvm

dtd

dtpdF ==== )( ................................................... (4.31)

Jika terdapat sistem dengan n partikel yang bergerak, dengan massa nmmmm ,....,,, 321 maka massa total dari sistem adalah

nmmmmM ++++= ....321 .......................................................... (4.32) Setiap partikel akan mempunyai kecepatan dan momentum. Sistem keseluruhan akan memiliki momentum total P yang merupakan penjumlahan vektor dari momentum masing masing partikel. Dapat dituliskan nppppp ++++= ....321 ............................................................. (4.33) Bila persamaan ini diferensialkan waktu, diperoleh

nFFFFdtpd

++++= ....321

!........................................................... (4.34)

Contoh 4.10 Lihat gambar di bawah, jika diketahui kgm 31 = , smv /41 = arah ke kanan dan

kgm 82 = , smv /5,12 = arah ke kiri

1m 2m1v 2v

Ditanyakan: kecepatan )(v jika kedua balok sesudah tumbukan tetap melekat satu sama lain. Penyelesaian : Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum

vmvmvmvm 212211 +=+

Page 51: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

51

0083

)5,1)(8()4)(3(

21

2211 =→=+

−+=

++

= vmmvmvmv

4.9 IMPULS DAN MOMENTUM Pada peristiwa tumbukan, gaya yang besar akan bekerja pada partikel yang bertumbuhkan untuk waktu yang pendek. Salah satu contoh spesifik adalah pada saat raket memukul bola tennis atau partikel inti menumbuk partikel lain. Selama waktu yang pendek, raket bersentuhan dengan bola, gaya yang besar akan bekerja pada bola. Gaya ini berubah terhadap waktu dalam bentuk yang komplek yang yang sukar ditentukan fungsinya. Baik bola maupun raket berubah bentuk selama tumbukan. Gaya semacam ini disebut gaya impulsive. Dari hubungan antara gaya dan momentum sebuah benda dalam waktu dt diperoleh : dtFpd = ................................................................................ (4.35) Selama tumbukan perubahan momentum dapat diperoleh dengan mengintegralkan persamaan dalam kurun waktu selama terjadi tumbukan yaitu,

∫∫ ==−2

1

2

112 dtFdppp ................................................................ (4.36)

Integral dari gaya dalam kurun waktu selama gaya bekerja disebut impuls dari gaya terjadi . baik impuls maupun momentum keduanya adalah besaran vektor dan mempunyai dimensi dan satuan yang sama. Perubahan momentum dari partikel 1 hasil dari tumbuhkan adalah

∫ Δ==Δ2

1

2111

t

trata

tFdtFp .......................................................... (4.37)

Dengan 21 rataF adalah harga rata- rata dari gaya 1F dalam kurun waktu

12 ttt −=Δ .......................................................................... (4.38) Perubahan momentum dari partikel 2 selama tumbukan berlangsung adalah

∫ Δ==Δ2

1

2222

t

trata

tFdtFp ......................................................... (4.39)

Bila tidak ada gaya lain yang bekerja pada partikel ini, maka 1pΔ dan 2pΔ memberikan perubahan momentum total untuk masing-masing partikel. Pada setiap saat 12 FF −= sehingga 21 pp Δ−=Δ ................................................................................ (4.40) Bila ditinjau 2 partikel yang menyusun sebuah sistem, maka momentum total dari sistem adalah 21 ppp += ............................................................................... (4.41) Dan perubahan momentum total dari sistem sebagai hasil dari tumbuhan adalah nol, yaitu 021 =Δ+Δ=Δ ppp ...................................................................... (4.42) Jadi, dalam keadaan gaya luar tidak ada, momentum total dari sistem adalah konstan. Gaya impulsive yang bekerja selama tumbukan adalah gaya dalam yang tidak berpengaruh terhadap momentum total dari sistem.

Page 52: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

52

Latihan Soal: 1. Sebuah gaya konstan 50 N bekerja pada suatu benda hingga benda berpindah

sejauh 10 m. Hitunglah usaha yang dilakukan gaya tersebut bila sudut antara gaya dan perpindahan 30°, 60°, dan 90°!

2. Balok bermassa 150 kg yang terletak pada papan miring 30° ditarik dengan gaya

200 N. Jika panjang papan 7 m, )/10( 2smg = , dan koefisien geseknya 0,2; maka hitunglah usaha yang dilakukan gaya tersebut sepanjang bidang miring!

3. Sebuah benda dengan massa 2 kg bergerak dengan kecepatan awal 20 m/s,

kemudian dipercepat dengan percepatan 4 m/s2. Hitunglah kecepatan benda setelah 10 s dan energi kinetiknya!

4. Sebuah bola terletak pada ketinggian 20 m dari tanah )/10( 2smg = . Hitunglah

kecepatan bola pada ketinggian 10 m jika bola jatuh bebas dan jika bola diberi kecepatan awal 5 m/s !

5. Sebuah benda bermassa 10 kg bergerak dalam suatu garis lurus

mendatar dengan kelajuan tetap 8 m/s. Sebuah gaya sebesar 40 N dikerjakan pada benda searah dengan arah gerak benda dan dilepas setelah benda tersebut menempuh jarak 5 m. a) Berapakah kecepatan benda pada saat gaya dilepaskan? b) Hitunglah pertambahan energi kinetik akibat gaya tersebut!

6. Sebuah bola dengan massa 2 kg digantung dengan tali sepanjang 1 m. Benda

tersebut dipukul sehingga berayun dengan kecepatan 4 m/s. Hitunglah tinggi maksimum bola! ( )/10( 2smg =

7. Sebuah bola bermassa 1 kg disundul seorang pemain sepak bola, sehingga bola

terpental ke atas dan 10 detik kemudian bola jatuh ke tanah. Bila percepatan )/10( 2smg = , maka hitunglah energi kinetik bola saat menyentuh tanah!

8. Seorang pekerja diduga mengalami gangguan jiwa, sehingga menerjunkan diri

dari gedung tingkat tiga yang mempunyai ketinggian 25 m. )/10( 2smg = . a. Menurut fisika, benarkah berlaku hukum kekekalan energi

pada orang tersebut? b. Bila massa orang tersebut 50 kg, berapa kecepatan orang tersebut saat mencapai tanah! d. Apakah perbuatan tersebut benar menurut Anda? Berikan alasannya!

9. Terdapat 4 partikel dengan massa yang berbeda dikenai gaya luar pada sumbu

X dan Y seperti dibawah ini : kgm 51 = dengan koordinat (4, 2) dan gaya F = 20 Newton arah ke atas kgm 42 = dengan koordinat (-5, 3) dan gaya F = 10 Newton arah ke kiri kgm 33 = dengan koordinat (-4, -1) dan gaya F = 8 Newton arah ke bawah kgm 64 = dengan koordinat (3, -2) dan gaya F = 15 Newton arah ke kanan

Page 53: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

53

Hitung : a) Pusat massa b) Resultante gaya dan sudutnya serta gambarlah c) Percepatan pusat massa 10. Lihat gambar dibawah, Jika diketahui dua balok dengan massa masing-masing

grm 3001 = , scmv /501 = arah ke kanan dan grm 2002 = , scmv /1002 = arah ke kiri Ditanyakan: kecepatan )(v jika kedua balok sesudah tumbukan tetap melekat satu sama lain.

1m 2m1v 2v

.

Page 54: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

54

BAB V DINAMIKA ROTASI

Pada pembahasan gerakan benda dalam kinematika maupun dinamika, perlu

dianggap bahwa benda tersebut merupakan titik materi atau partikel, sehingga gerakan rotasi suatu benda yang sedang melakukan gerakan translasi diabaikan. Sebelum membahas benda kaku lebih jauh, pandang dulu suatu sistem partikel banyak yang dihubungkan dengan batang-batang kaku tak bermasa, (gb. 5-1). Dalam benda tegar, jarak antara massa-massa partikel dengan pusat massa selalu tetap.

Apabila sistem benda tegar ini dipengaruhi oleh gaya- gaya yang berkerja pada partikel-partikel (tidak pada titik pusat massa), maka akan terjadi dua kemungkinan :

A. Apabila ∑ = 0F , maka titik pusat massa akan diam atau bergerak lurus beraturan, namun benda tegar melakukan geralan rotasi terhadap pusat massa.

B. Apabila∑ ≠ 0F , maka titik pusat massa akan bergerak dengan percepatan, dan benda tegar juga akan melakukan gerakan rotasi jadi benda tegar akan melakukan gerakan campuran.

Dalam pembahasan di atas, ditinjau benda tegar yang tersusun dari partikel-partikel yang diskrit ( terpisah ), sehingga sistem diatas disebut sistem diskrit. Apa bila benda tegar tersusun dari partikel yang banyak sekali, sehingga partikel-partikel memenuhi suatu ruang, maka sistem ini di sebut sistem kontinu atau di sebut benda pejal.

5.1 PERNYATAAN VEKTOR DALAM GERAK ROTASI Dalam membahas gerak rotasi, besaran pergeseran sudut, kecepatan sudut dan percepatan sudut selalu dinyatakan dalam bentuk vektor, masing-masing dilambangkan dengan θ , ω dan α . Pergeseran sudut, kecepatan sudut adalah positif bila gerak rotasi ( melingkar, atau berputar ) berlawanan dengan putaran jarum jam, sedangkan arah vektornya ( seperti ditunjukan dalam Gambar 5.2 ) sejajar dengan sumbu rotasi (sumbu putar) yaitu arah maju sekrup putar kanan.

m4

m3

F3 m2

F2 F1

m1

F4

Gambar 5.1 Sistem partikel banyak yang membentukbenda tegar,masing-masing partikel dipengaruhi oleh gaya sebarang

Page 55: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

55

dari definisi kecepatan sudut, arah kecepatan sudut daerah dengan pergeseran sudut atau searah dengan sumbu putar, yaitu

dtd

tot

θθω =

ΔΔ

==→lim ........................................................... (5.1)

sedangkan percepatan sudut α sebagai

dtd

tot

ωωα =

ΔΔ

=→Δlim ............................................................ (5.2)

tampak bahwa α disamping bergantung pada perubahan arah ω ( kalau sumbu putar arahnya berubah) juga bergantung pada perubahan besarω . Dalam gerak melingkar yang jari–jarinya r dan kecepatan sudutnya ω , besar kecepatan linier benda rv ω= , sedang arahnya sama dengan arah garis singgung pada lingkaran di titik dimana benda berada. Kecepatan linier benda dinyatakan sebagai rxv ω

!= , yang menunjukan bahwa arah v , yang menunjukan bahwa arah v

tegak lurus baik tehadap ω maupun r , yaitu sarah dengan arah maju sekrup bila diputar dari ω ke r seperti ditunjukan dalam gambar 5.3.

ω

dtdθ

ϖ =

θ

(a) (b) Gambar 5.2 (a) arah θ tegak lurus bidang

(b) arah ω sejajar dengan sumbu putar

O r

ω

v

Gambar 5.3 benda terletak pada posisi r bergerak melingkar dengan kecepatan sudut ω

Page 56: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

56

5.2 MOMENTUM SUDUT DAN MOMEN GAYA Tinjau sistem 3 partikel yang membentuk benda tegar dalam gambar 5.4 yang

akan diamati gerak rotasinya, dalam hal ini titik pusat massa dipakai sebagai titik acuan.

Jika benda tegar berputar terhadap sumbu yang tegak lurus bidang gambar dan

melalui O (pusat masa) dengan kecepatan sudut ω , maka kecepatan linier partikel ke i adalah

irxv ω= ............................................................... (5.3) Oleh karena bergerak dengan kecepatan iv , momentum linier yang dimiliki oleh tiap

partikel iii vmp = , Pada gerak rotasi selalu didefinisikan momentum sudut, yaitu

besaran vektor hasil perkalian silang antara r dengan ip , sehingga momentum yang dimiliki tiap partikel adalah

iiiiii vxrmpxrL == ....................................................... (5.4) Dari hukum ke dua Newton untuk massa yang konstan dapat ditulis.

dtpdamF i

iii == ............................................................. (5.5)

Jika kedua ruas persamaan (5.5) ini dikalikan secara silang dengan r i, diperoleh

dtpdxrFxr i

iii = .................................................................... (5.6)

Sedangkan ruas kanan persamaan (5.6) dapat ditulis

)( iiii

ii

i vmxvdtpdxr

dtpdxr +=

1v

1mm

1

2

r

1

r

2m

2v

3

r

3mm3

3v

Gambar 5.4 Sistem 3 partikel yang membentuk benda tegar dengan besar kecepatan linier masing-masing iv

Page 57: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

57

Suku kedua pada ruas kanan yang sengaja ditambahkan itu secara matematis tidak mengubah arti karena 0=ii vxv , tetapi secara fisis (seperti ditunjukkan dalam

perumusan selanjutnya) amat bermanfaat. Karena dtrdv i

i = , maka

iiiiii

ii

i Ldtdpxr

dtdpx

dtrd

dtpdxr

dtpdxr ==+= )(

Jadi persamaan (5.6) dapat ditulis menjadi :

iii Ldtd

Fxr = ................................................................................. (5.7)

Untuk benda tunggal persamaan (5.7) menjadi

Ldtd

Fxr = ................................................................................ (5.8)

Besaran Fxr disebut momen gaya atau torsi yang dinyatakan dengan τ . Jadi

dtLdFxr ==τ ............................................................................. (5.9)

Selanjutnya r disebut lengan gaya. Besar momen gaya adalah θτ sinFr= , dengan

θ adalah sudut antara r dan F , arahnya sama dengan arah maju sekrup putar kanan

bila diputar dari r ke F . Momentum sudut pada persamaan (5.1) dapat dinyatakan dalam bentuk perkalian vektor dengan skalar, yaitu bila rxv ω= disubtitusikan kedalamnya, yang ditunjukkan dalam peumusan berikut :

` ( )rxxrmL ii ω= ...................................................................... (5.10)

Atau ( ) ( )[ ]ωω .. iiiiii rrrrmL −=

Oleh karena selalu ω⊥ir maka

ω2. iii rmL = ................................................................................ (5.11) Momentum sudut total yang dimiliki oleh benda tegar, merupakan jumlahan dari masing-masing momentum sudut partikel pembentuknya, sehingga

ωωω 233

222

211 rmrmrmL ++=

atau

ω23

1i

iirmL ∑

=

= ............................................................................... (5.12)

Apabila benda tegar tersebut tersusun dari partikel N partikel, maka momentum sudutnya menjadi

ω21

i

N

iirmL ∑

=

= ............................................................................... (5.13)

dengan ir adalah jarak partikel ke sumbu putar.

Page 58: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

58

Besaran skalar dalam persamaan (5.13) didefinisikan sebagai besaran momen inersia I, yaitu

2

1i

N

iirmI ∑

=

= ………………………………………………….. (5.14)

sehingga momentum sudut dapat dinyatakan sebagai ωIL = ……………………………………………………... (5.15)

5.3 MOMEN INERSIA Bentuk persamaan (5.15) analog dengan bentuk persamaan momentum linier ,vmp = sehingga dapat dikatakan bahwa I analog dengan massa dalam gerakan

rotasi. Bila suatu benda tegar ( seperti pada gambar 5.5 ) berputar terhadap sumbu yang tegak lurus bidang gambar melalui titik O, dengan memandang bahwa benda tegar tersebut tersusun dari jumlah elemen kecil massa ∆mi , maka momen inersia dalam persamaan (5.14)dapat ditulis sebagai

i

n

ii mrI Δ=∑

=1

2 ………………………………………………… (5.16)

Apabila elemen massa ∆mi diambil sangat kecil )0( →Δ im , maka bentuk jumlahan dalam persamaan ( 5.13 ) dapat diganti dengan bentuk integral,jadi

∫= dmrI 2

Dengan r adalah jarak elemen massa dm ke sumbu putar. Contoh 5.1 Tiga benda kecil yang massanya masing-masing kgmA 5,0= , kgmB 3,0= dan

kgmC 4,0= , diletakan berturut – turut pada titik A(0,0)m, B(6,0)m, dan C(3,4)m seperti pada gambar 5.6,dan dihubungkan dengan batang tegar yang massanya dapat diabaikan. Berapakah momen inersial dan momentum sudut sistem ini bila diputar terhadap sumbu x dengan kecepatan sudut 15 i rad s-1

ir imΔ

ωii rv =

Gambar 5.5 benda tegar dengan distribusi massa kontinu yang berputar terhadap titik O

Page 59: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

59

Y Penyelesaian : Oleh karna ketiga benda terletak Secara diskrit, maka dari persamaan (5.14)

222CCBBAA rmrmrmI ++= , Mengingat benda A dan B terletak sepanjang sumbu rotasi

maka Ar dan Br sama dengan nol, sehingga 222 4,6)4)(4,0( mkgrmI CC ===

Dari persamaan (5.12) momentum sudutnya JsiiIL ˆ96)ˆ15)(4,6( === ω

Arah momentum sudut )(L searah dengan kecepatan sudut )(ω ,yaitu menuju ke sumbu x positif. 5.3.1 Momen Inersia dari Beberapa Bentuk Sederhana dan Homogen a. Batang Langsing Tinjau batang langsing yang panjangnya L dan bermassa M dalam gambar 5.7 yang diputar terhadap sumbu melalui titik O yang terletak di sembarang tempat dalam batang pada jarak / dari salah satu ujungnya.

Gambar 5.7 Batang langsing diputar terhadap sumbu di O

L

x O

l y

dx

dm

rc

B A

C

Gambar 5.6 Tiga benda kecil diputar tehadap sumbu x

Page 60: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

60

Dari persamaan ∫= dmrI 2 dengan memasukan elemen massa dxdm λ= , dengan λ

adalah massa persatuan panjang dan batas inegrasi dari lx −= sampai lLx −= , diperoleh :

( ) ( )

( ) ( )[ ]

( )223

33

33

31

1

2

3331

1131

131

31

LllLL

L

lL

xdxxIlL

l

l

+−=

−−−=

−−−=

==−

−∫

λ

λ

λ

λλ

……………………………….. (5.17)

Oleh karena massa batang langsing LdxdmML

λλ === ∫ ∫0

maka

Dengan Ldxdm

lLlLMI

L

λλ ==

+−=

∫ ∫0

22 )33(31

…………………………………(5.18)

Dari persamaan (5.17) tersebut diktahui jika sumbu putar (o) terletak ditengah –

tengah batang suatu 2Ll = , maka momen inersianya akan berharga 2

121 MLI =

Contoh 5.2 Sebuah batang langsing dengan rapat massa mkg /9,0=λ diputar pada salah satu ujungya seperti ditunjukan dalam gambar 5.8.Apabila panjang batang 3 meter dan kecepatan sudutnya 1ˆ30 −= sradjω . Tentukan momen inersia dan momentum sudut batang langsing tersebut.

Penyelaisaian : Momen inersial batang langsing tersebut dihitung mengunakan persamaan (5.12),dan diperoleh.

x

y

Gambar 5.8 Batang langsing diputar tehadap salah satu ujungnya.

Page 61: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

61

233

0

3

0

2 1,8)27)(9,0(31)3)(9,0(

31

31

31 mkgLxdxxI

LL

====== ∫ λλλ

Sedangkan momentum sudutnya dihitung mengunakan persamaan (5.12), dan diperoleh. JsjjIL ˆ243)ˆ30)(1,8( === ω arahnya menuju sumbu y positif. b. Piringan Tipis Tinjau piringan tipis berjari-jari R yang mempunyai massa persatuan luasσ piringan diputar terhadap sumbu (tegak lurus bidang gambar ) yang melalui titik o tepat pada sumbu simetrinya.

Momen inersia piringan dihitung dengan persamaan (5.14), dalam hal ini disubtitusikan dAdm σ= , dengan drrdA π2= adalah elemen luas, sehinnga :

43

0 212 RdrrI

R

σππσ == ∫ …………………………………... (5.19)

Oleh karena massa piringan

22 RdrrdAdmMr

o

R

o

πσπσσ ==== ∫∫∫ …………………... (5.20)

Maka momen inersia piringan tipis terhadap sumbu simetrinydapatdinyatakan sebagai

2

21MRI = ………………………………………………………. (5.21)

R

O r

dr

dm

Gambar 5.9 Penampang piringan tipis

Page 62: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

62

c. Silinder Berongga Konsentris Momen inersial silinder berongga yang panjangnya Ldengan jari-jari dalam

R i dan jari-jari luar R2,yang sumbu putarnya terletak berimpit denga sumbu pusat

silinder, juga dihitung mengunakan persamaan ∫= dmrI 2

Dalam hal ini elemen massa dm dihitung dadi elemen volume silinder setebal dr dan berjarak r dari sumbu rotasinya. Bila rapat massa silinder adalah р ,maka dapat dinyatakan dvdm ρ= drLrdm πρ 2= ……………………………... (5.22)

kemudian disubsitusikan kedalam persamaan ∫= dmrI 2 , maka

∫∫ ==2

1

32 22R

R

drrLdrLrrI ρππρ

Apabila kerapatan massa )(ρ silinder tersebut tidak homogen ,maka penyelesaian integral tersebut tergantung pada hubungan p terhadap r. Untuk memudahkan penyelesaiannya )(ρ di anggap tetap dan tak bergantung pada r, sehingga

2

1

44

21

412

R

RrLrLI ρπρπ ==

)(21 4

142 RRLI −= ρπ ……………………………………………………… (5.23)

Karena massa total silinder konsentris

L

R1

R2

R1 R2 r

dr

Gambar 5.10. Silinder berongga konsentris.

Page 63: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

63

∫ ∫ −=== )(2 21

22

2

1

RRLdrrLdmMR

R

ρπρπ ………………… (5.24)

Maka secara umum momen inersia silinder berongga tersebut bila dinyatakan dalam massa total M, jari-jari R2, dan jari – jari dalam R1,menjadi

)(21 2

221 RRMI += ……………………………………… (5.25)

Sehingga untuk silinder pejal berjari-jari R (R1= 0 dan R2 =R ) momen inersianya adalah

2

21 RMI = ……………………………………………… (5.26)

Sehingga untuk silinder pejal berjari-jari R (R1= 0 dan R2 =R ) momen inersianya adalah

2

21 RMI = ……………………………………………… (5.27)

5.4 GERAK BENDA TEGAR

Dalam sub bab 5.2 telah diterangkan tentang analogi antara momentum sudut ωIL = dan momentum linier vmp = , dalam hal ini L analog dengan p , I

analog dengan m, dan ω analog dengan v . Ternyata bila kedua persamaan momentum tersebut dideferensialkan terhadap waktu, bentuknya juga identik, yaitu :

dtdI

dtLd ω= ……………………………………………... (5.28)

Besaran dtdω tidak lain adalah percepatan sudut α , sedangkan

dtLd analog dengan

dtpd yang merupakan gaya penggerak F . Oleh karena itu

dtLd merupakan penggerak

dari gerakan rotasi, yang disebut momen gaya (torsi) τ , sehingga

ατ I= …………………………………………………. (5.29) Persamaan (5.18) ini dikenal sebagai hukum kedua Newton untuk gerak rotasi. Dari persamaan (5.18), bila momen gaya τ memutar benda dari kedudukan sudut 1θ ke sudut 2θ , maka kerja yang dilakukannya adalah

∫=2

1

θ

θ

θτ dW ……………………………………………………………………. (5.30)

Dengan θd adalah vektor perpindahan sudut yang arahnya adalah arah maju sekrip putar kanan. Dengan memasukkan τ dari persamaan (5.29), maka

θω

θαθ

θθ

θ

ddtdIdIW ∫∫ ==

2

1

2

1

Page 64: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

64

Bentuk integrasi terhadap θ dapat diubah menjadi integrasi terhadap ω karena ωθ =dtd / , sehingga batas integrasinya juga berubah dari 1ω sampai 2ω . Mengingat

ωd dan ω mempunyai arah yang sama, maka

21

22 21

21

2

1

ωω

ωωω

ω

IIW

dIW

−=

= ∫………………………… (5.31)

Besaran 2

21ωI disebut sebagai energi kinetik rotasi benda tegar.

Contoh 5.5 Mesin atwood menahan balok dengan massa grm 8002 = dan grm 6001 = . Jari-jari roda katrol 4 cm. ketika dilepas 2m turun sejauh 100 cm dalam waktu 8 detik. Berapakah momen inersia katrol, nilai geseran antara as dengan roda diabaikan dan percepatan gravitasi 2/10 smg = ? Penyelesaian:

Setelah m2 dilepas roda berputar, dalam hal ini gaya penggerak rotasinya adalah resultan dari gaya tegangan tali, sehingga dari hukum kedua Newton untuk gerak rotasi dapat dinyatakan αIRTT =− )( 12 Bila kedua ruas persamaan diatas dikalikan dengan jari-jari R, maka momen inersianya dapat dinyatakan sebagai fungsi percepatan linier )(a dari massa m1 dan massa m2, yaitu :

( )aRTTI2

12 −=

pada gerakan m1 dan m2 berlaku hukum kedua Newton, yaitu : amTgm 222 =− amgmT 111 =−

R

T1

T1 T2

T2

m1g m2g

Gb. 5.11 Gerakan balok pada mesin Atwood

Page 65: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

65

Bila masing-masing dari kedua ruas bersamaan tersebut pijumlakan akan diperoleh amamgmTTgm 121122 +=−+− ammgmmTT )()( 121212 +−−=− percepatan linier kedua masa panahan sama besar dan dapat di tentukan melalui jarak yang ditempu salah satu massa panahan (y) selama waktu (t) yang ditinjau pada kasus ini.

2

21 aty =

222 /031,08)1)(2(2 sm

tya ===

sehingga ammgmmTT )()( 121212 +−−=− NTT 957,1043,02031,0)6,08,0(10)6,08,0(12 =−=+−−=− dengan demikian dari persamaan (5.27)diperoleh momen inersia roda sebesar

( ) 222

12 101,0031,0

)04,0)(957,1( mkgaRTTI ==

−=

5.5 KEKEKALAN MOMENTUM SUDUT

Pada sub yang lalu telah dijelaskan bahwa

dtLd

=τ ………………………………………………….. (5.32)

bila 0=τ maka 0=dtLd , sehingga tetapL = . Jadi, bila momen gaya eksternal

resultan yang bekerja sama dengan nol, maka momentum sudut total sistem tetap. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip kekekalan momentum sudut.

Tinjau suatu benda tegar berotasi menggelilingi sumbu z yang tetap, momentum sudut benda tersebut adalah

ωILZ = ………………………………………………... (5.33)

Dengan I adalah momen inersia benda, sedangkan ω adalah kecepatan sudutnya. Bila tak ada momen gaya eksternal yang bekerja, maka ZL tetap, sehingga bila I berubah maka ω harus berubah agar efek perubahanya saling meniadakan, kekekalan momentum sudut akan berubah

00ωω II = ……………………………………………… (5.34)

Dengan 0I dan 0ω adalah momen inersia benda dan kecepatan sudut mula-mula prinsip ini sering dipakai oleh penari balet atau peloncat indah untuk dapat berputar lebih cepat, yaitu dengan mengatur rentangan tangan maupun kakinya.

Page 66: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

66

5.6 ANALOGI GERAK TRANLASI DAN ROTASI Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas gerakan tranlasi dan rotasi, baik

gerakan partikel maupun benda tegar. Kedua jnis gerakan ini mempunyai bentuk yang identik sehngga besaran – besaran dalam kedua gerakan tersebut dapat dibandingkan dalam bentuk tabel 5.1 di bawah ini

Tabel 5.1 Analogi besaran gerak tranlasi dan gerak rotasi

GERAK TRANSLASI GERAK ROTASI r θ

dtrdv =

dtdθ

ω =

dtvda =

dtdω

α =

vmp = ωIL =

dtpdamF ==

dtLdI == ατ

rFEW k .∫=Δ= θτ .∫=Δ= kREW

12 vmvmdtF −=∫ 12 ωωτ IIdt −=∫

tetapmvmgh =+ 2

21 tetapImvmgh =++ 22

21

21

ω

vFP .= ωτ .=P Latihan Soal: 1. diketahui menitputaran /4800=ω

Ditanyakan : ?=f 2. Silinder dengan diameter 10 cm, berputar dengan kecepatan sudut 720

putaran./menit. Ditanyakan : kecepatan linier ?

3. Sebuah piringan dengan diameter 80 cm, mula-mula diam, kemudian diberi

percepatan sehingga setelah 20 detik kecepatan sudutnya 100 rad/det Ditanyakan : a) Percepatan sudut )(α

b) Sudut )(θ 4. Sebuah piringan dengan diameter 40 cm, mula-mula bergerak dengan kecepatan

sudut 0ω dan sudut yang ditempuh radian234=θ , kemudian setelah 3 detik kecepatan sudutnya ppst 108=ω .

Berapa percepatan sudutnya?

Page 67: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

67

5. Mesin atwood menahan balok dengan massa grm 12002 = dan grm 20002 = . Jari-jari roda katrol 8 cm. ketika dilepas 2m turun sejauh 200 cm dalam waktu 12 detik. Berapakah momen inersia katrol, nilai geseran antara as dengan roda diabaikan dan percepatan gravitasi 2/8,9 smg = ?

6. Sebuah batang langsing dengan rapat massa mkg /6,0=λ diputar pada jarak

4Lx −= salah satu ujungya. Apabila panjang batang cmL 180= dan kecepatan

sudutnya 1ˆ30 −= sradjω . Tentukan momen inersia dan momentum sudut batang langsing tersebut jika diputar terhadap sumbu y ?

7. Tiga benda kecil yang massanya masing-masing kgmA 8,0= , kgmB 5,0= dan

kgmC 6,0= , diletakan berturut – turut pada titik A(3; 2))m, B(7; 4)m dan C(7; 6)m dan dihubungkan dengan batang tegar yang massanya dapat diabaikan. Berapakah momen inersia dan momentum sudut sistem ini bila diputar terhadap sumbu x dengan kecepatan sudut 15 i rad s-1 ?

8. Sebuah roda diameternya cmd 80= berotasi pada sumbunya dengan percepatan

sudut (anguler) 2/30 sputaran=α . Jika kecepatan sudut awal )0( st = adalah menitputaran /1200 =ω .

Ditanyakan : a) Kecepatan sudut pada st 3= (dalam satuan rad/s) b) Sudut yang ditempuh pada st 3= (dalam radian) c) Kecepatan linier pada st 3= (dalam m/s) d) Percepatan linier pada st 3= (dalam 2/ sm )

9. Sebuah benda mempunyai massa kgm 5,7= berada pada titik kjir 432 ++= bergerak dengan kecepatan smV /10= mengapit sudut dan00 45,30 060 masing-masing terhadap sumbu X, Y dan Z begitu juga dengan percepatan 2/15 sma = mengapit sudut masing-masing dan00 45,53 037

Ditanyakan : a) Momentum sudut )(L b) Momen gaya )(τ

10. Sebuah roda diameternya cmd 50= berotasi pada sumbunya dengan kecepatan sudut awal )0( st = adalah menitputaran /10000 =ω . Pada st 5= kecepatan sudut menitputarant /400=ω .

Ditanyakan : a) Sudut )(θ dan percepatan sudut )(α b) Sesudah 5 detik, berapa waktu yang dibutuhkan lagi hingga roda berhenti

Page 68: akademik.itats.ac.id...2 KATA PENGANTAR Buku Modul Fisika ini merupakan buku yang dapat digunakan sebagai buku ajar matrikulasi kuliah Fisika untuk mahasiswa di Institut Teknologi

68

REFERENSI

1. Sears, Francis W, Zemansky, Mark W dan Young Hugh D, 1998, ”Univercity Physics”, Addison-Wesley Series in physics.

2. Halliday, David dan Reisnick, 1994, “Fisika Jilid I”, alih bahasa, Pantur Silaban dan Erwin Sucipto, Cetakan ke 9, Penerbit Erlangga, Jakarta.

3. Dosen-dosen Fisika – FMIPA – ITS. ”Fisika II” , ITS, 2001.