Upload
andalas
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
YMAKALAH
TOKSIKOLOGI LINGKUNGANDioxins (Polychlorinated dibenzo-p-
dioxins/ PCDD) dan Furans
(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF)
Oleh:
YOSSY ELVITA WAHYUNI
1210942039
DOSEN:
ESMIRALDA, MT
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKUKTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam atas segala
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka tugas mata
kuliah Pengelolaan Kualitas Lingkungan.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh bantuan dari
berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Tidak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan isi
karya tulis ini yang tidak lepas dari kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan
masukan yang membangun untuk lebih baiknya karya tulis
ini dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis harap
semoga isi karya tulis ini bisa bermanfaat.
Padang, 3 Oktober 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan sumber daya
alam lingkungan di sekitarnya, baik biotik maupun
abiotik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti
memanfaatkan flora dan fauna sebagai makanan dengan
melakukan pengolahan. Aktivitas tersebut dilakukan
manusia untuk menaikkan taraf hidupnya. Namun, setiap
aktivitas yang dilakukan tersebut seringkali
menghasilkan limbah atau buangan yang akan kembali ke
lingkungan. Limbah udara akan kembali ke udara, limbah
cairan akan kembali ke hidrosfir, dan limbah padat akan
kembali ke litosfir. Limbah tersebut dalam jumlah kecil
dapat diperbaiki lingkungan dengan siklus
hidrobiogeokimia, self purification.
Seiring berjalannya waktu terjadi peningkatan angka
kelahiran manusia sehingga terjadi peningkatan
kebutuhan hidupnya. Manusia kemudian mulai menciptakan
teknologi yang mempermudah pemenuhan kebutuhan
hidupnya, hal ini dikenal sebagai revolusi industri.
Manusia terus memperbaharui teknologi yang mereka
butuhkan dengan menggunakan bahan baku yang tersedia
dilingkungan. Terus meningkatnya aktivitas industri
bahan baku yang terdapat dilingkungan mulai berkurang,
selain itu dampak lainnya yakni dihasilkan buangan dari
aktivitas industri tersebut yang tidak dapat diperbaiki
oleh lingkungan.
Terjadinya ketidakseimbangan lingkungan akibat
banyaknya buangan dari aktivitas manusia mempengaruhi
kehidupan manusia itu sendiri. Banyaknya buangan asap
akibat proses pembakaran pada industri yang berlebihan
menyebabkan udara yang dihirup tidak lagi bersih,
sehingga manusia mulai mengalami gangguan pada saluran
pernafasan dan lainnya. Salah satu contoh lain dari
dampak ketidakseimbangaan lingkungan adalah tragedi
minamata di Jepang, dimana sungai tercemar logam berat
merkuri, sehingga biota airnya juga tercemar oleh logam
tersebut. Selain itu manusia yang memanfaatkan sungai
dan biota airnya mengalami gangguan pada tulang dan
sarafnya akibat adanya limbah merkuri yang masuk ke
dalam tubuhnya.
Kondisi tersebut membuat manusia mulai memikirkan
pengelolaan kualitas lingkungan yang baik agar terjadi
kesemibangan lingkungan. Kemudian manusia mulai
mengelompokkan zat-zat asing bagi tubuh yang bersifat
mengganggu dan merusak sebagai toksik/ racun. Manusia
mulai mempelajari karakteristik dan dampak zat tersebut
terhadap tubuhnya dan lingkungan. Pembelajaran mengenai
zat toksik dan pengaruhnya terhadap lingkungan ini
dikenal sebagai Toksikologi Lingkungan. Salah satu zat
toksik yang dipelajari karakteristik dan dampaknya
adalah Dioxins (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/
PCDD) dan Furans (Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah
dari makalah ini adalah:
1. Apa karakteristik Dioxins (Polychlorinated dibenzo-
p-dioxins/ PCDD) dan Furans (Polychlorinated
dibenzofurans/ PCDF)?
2. Bagaimana ekokinetika dari Dioxins (Polychlorinated
dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furans (Polychlorinated
dibenzofurans/ PCDF)?
3. Bagaimana farmakokinetika dari Dioxins
(Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furans
(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF)? dan;
4. Apa saja dampak dari Dioxins (Polychlorinated
dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furans (Polychlorinated
dibenzofurans/ PCDF)?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui karakteristik, ekokinetika,
farmakokinetika dan dampak dari Dioxins
(Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furans
(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) dan;
2. Memahami proses ekokinetika dan farmakokinetika dari
Dioxins (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD)
dan Furans (Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF).
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui dan memahami tentang karakteristik, dampak,
proses ekokinetika dan proses farmakokinetika dari
Dioxins (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan
Furans (Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF), sehingga
sebagai sarjana teknik lingkungan kita dapat mengawasi
penggunaan dan pencemarannya ke lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Toksik dan Xenobiotik
Toksikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
tidak hanya jejas atau kerusakan/ cedera pada organisme
(hewan, tumbuhan dan manusia) yang diakibatkan oleh
suatu materi, substansi, dan/ atau energi secara
kuantitatif dan kualitatif, tetapi juga mekanisme
terjadinya efek tersebut pada organisme. Zat yang
bersifat toksik atau racun di sini diartikan sebagai
zat yang bila masuk ke dalam tubuh dalam dosis cukup,
beraksi secara kimiawi dapat menimbulkan kematian/
kerusakkan berat pada orang sehat. Kemampuan racun atau
molekul untuk menimbulkan kerusakan apabila masuk ke
dalam tubuh dan organ yang rentan terhdapnya ini
disebut sebagai toksisitas. Sedangkan intoksikasi atau
keracunan merupakan perubahan morfologi, fisiologi,
pertumbuhan dan perkembangan tubuh, ataupun pengurangan
usia hidup suatu organisme dan mengakibatkan kerusakan
kapasitas fungsi atau gangguan kemampuan bertahan
terhadap racun ataupun meningkatkan kerentanan
organisme terhadap zat beracun yang berasal dari
lingkungan (Soemirat, 2003).
Zat racun yang bersifat asing bagi tubuh ini disebut
sebagai xenobiotik. Xenobiotik dikelompokkan
berdasarkan sumber, wujud, sifat fisika-kimia, dasar
terbentuknya, dampak terhadap kesehatan, kerusakan
organ target dan hidup atau matinya racun tersebut. Zat
xenobiotik tersebut ada yang merupakan organisme
(biotoksin) berupa mikroba, jamur, tanaman ataupun
hewan beracun. Selain itu juga ada xenobiotik yang
merupakan zat kimiawi. Xenobiotik ini akan mengalami
proses ekokinetika dan farmakokinetika hingga
menimbulkan dampak pada organisme target (Soemirat,
2003).
2.2 Dioxins (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD)
dan Furans (Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF)
Dioxins (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan
Furans (Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) merupakan
salah satu kontaminan pencemar di lingkungan yang
terdeksi hampir di semua ekosistem lingkungan. Dioxin
dan Furan dapat ditemukan dalam sistem hidrologi,
atmosfer dan juga lithosfer, tak jarang juga dioxin dan
furan dapat ditemukan dalam makanan. Dioxin dan Furan
memiliki kesamaan struktur atom, dimana terdapat dua
ikatan klorida (Cl) dan terdapat ikatan terhadap atom
oksigen (Fiedler, 2001).
2.2.1 Karakteristik Dioxin dan Furan
Dioksin dalam bentuk aslinya berbentuk seperti kristal
atau padatan tak berwarna. Dioxin dan furan merupakan
senyawa yang umumnya tidak dapat terbentuk secara
alami, namun terbentuk sebagai akibat reaksi fisika
atau kimia pembentukan senyawa lainnya. Selain itu
umumnya dioxin dan furan bersifat toksik atau beracun.
Sumber utama dioxin dan furan di dunia yakni sebagai
hasil sampingan pembakaran sampah kota dan sampah
medis. Sumber lain pembentukan dioxin dan furan yakni
(Minister of Health Canada, 2005):
1. Proses produksi besi dan baja;
2. Tumpukkan sampah rumah tangga, terutama plastik;
3. Pembakaran bahan bakar, termasuk bahan bakar diesel
yang digunakan di rumah atau dalam aktivitas
agriculture;
4. Pembakaran hutan;
5. Sumber energi listrik, dan;
6. Asap rokok.
Dioxin dan furan yang terbentuk secara alami umumnya
berasal dari erupsi gunung berapi dan terbakarnya hutan
ketika suhu udara terlalu tinggi. Partikel dioxin dan
furan sangat kecil sehingga mudah terbawa angin ke
tempat yang jauh. Oleh karena itu dioxin dan furan yang
dihasilkan suatu daerah dapat mempengaruhi daerah
laainnya. Dioxin dan furan yang terbawa angin juga
dapat jatuh dan menempel pada makanan atau bahan baku
makanan. Ketika dioxin dan furan masuk ke dalam tubuh
makhluk hidup zatnya akan terakumulasi di dalam tubuh
karena dioxin dan furan mudah mengendap (Minister of
Health Canada, 2005).
Dioxin dan furan selain akumuatif dalam tubuh organisme
juga bersifat akumulatif di lingkungan. Keberadaannya
dalam perairan, tanah, maupun udara tidak dapat dengan
mudah hilang karenaa perubahan kondisi lingkungan. Hal
tersebut dikarenakan dioxin dan furan tahan terhadap
degradasi lingkungan (Fiedler, 2001).
2.2.2 Ekokinetika Dioxin dan Furan
Ekokinetika dioxin dan furan meliputi sumber, media
transpor, transpor, transformasi dan perssistensinya
di lingkungan. Berikut akan dibahas ekokinetika dioxin
dan furan:
1. Sumber
Seperti yang telah dibahas sebelumnya dioxin dan
furan berasal dari aktivitas pembuatan material
logam dan juga pembakaran sampah (sebagai emisi).
Berdasarkan sifatnya sebagai sumber, sumber pencemar
dioxin dan furan bersifat distributif atau tersebar.
Hal ini dikarenakan zat dioxin dan furan yang ada di
udara mudah terbawa angin dari suatu tempat ke
tempat lainnya (Fiedler, 2001)
2. Media Transpor
Media transpor penyebaran dioxin dan furan yang
paling utama adalah udara. Namun dioxin dan furan
juga dapat memasuki lingkungan dari rantai makanan.
Dioxin dan furan yang berada di udara, jika
mengendap (berakumulasi di lingkungan) dapat
memasuki perairan dan akhirnya masuk ke dalam rantai
makanan. Dioksin dan furan yang terdapat di udara
dapat langsung masuk ke saluran pernafasan,
sementara dioksin dan furan yang telah ada dalam
tubuh dan terakumulasi pada suatu makhluk hidup
(hewan) jika diolah dan dikonsumsi manusia akan
menyebabkan perpindahan akumulasi dioksin dari hewan
ke manusia, begitu juga dioksin dan furan yang
terdapat pada tumbuhan (Department of Indian Affairs
and Northern Development, 2005).
3. Transpor
Transpor merupakan proses fisis yang disebut juga
sebagai dispersi. Proses ini dapat terjadi di udara,
air, tanah, organisme dan rantai makanan, namun
tidak terjadi perubahan struktur selama proses
transpor. Dioxin dan furan sendiri transpornya
terjadi di udara, air dan rantai makanan, dimana
proses (siklus) trasnpor ini telah dijelaskan pada
poin sebelumya. Transpor dioxin dan furan dapat
terjadi karena proses alam (transpor stratosferik)
akibat letusan gunung berapi dan juga kebakaran
hutan. Selain itu transpor dioxin dan furan juga
dapat terjadi akibat sumber titik akibat pembakaran
limbah padat dan kemudian masuk ke udara akibat
proses volatilisasi dan deposisi (Department of
Indian Affairs and Northern Development, 2005).
4. Transformasi
Transformasi merupakan proses fisis yang dapat
terjadi secara biotik maupun abiotik. Proses ini
dapat terjadi di udara, air, tanah, organisme dan
juga rantai makanan, namun proses ini mengakibatkan
terjadinya perubahan struktur pada zat tersebut.
Dioxin dan furan mengalami transformasi dari zat
senyawa awal menjadi senyawa lainnya yang memiliki
struktur atom berbeda akibat proses transformasi
abiotik secara fotokimia.Dioxin dan furan yang
terpapar lama oleh cahaya matahari atau cahaya
dengan radiasi tinggi akan mengalami kerusakan
struktur atom (Fiedler, 2001).
5. Persistensi
Persistensi merupakan keberadaan suatu zat di
lingkungan. Persistensi dapat dikelompokkan
berdasarkan tingkat kemudahannya terdegredasi.
Berikut merupakan tabel tingkat kemudahan suatu zat
terdegredasi:
Kelas Degradasi Persistensi1 = Mudah 1 - 3 minggu2 = Dapat 1 – 3 bulan3 = Sulit 3 bulan – 1 tahun3 = Sulit sekali 1 – 2 tahun4 = Refractory >2 tahun
Sumber: McKinney, 1981
Dioxin dan furan sendiri merupakan zat yang sulit
sekali untuk terdegradasi oleh lingkungan. Akibat
sulitnya zat ini terdegradasi lingkungaan
penggunaannya ataupun pencemarannya sangat diawasi
secara ketat oleh lembaga-lembaga kesehatan.
Terutama keberadaannya pada makanan (Department of
Indian Affairs and Northern Development, 2005).
2.2.3 Farmakokinetika
Farmakokinetika membahas kinetika xanobiotik di dalam
tubuh organisme mulai dari portal entri/ imisi,
absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi dan efek/
respon. Dosis dioxin dan furan maksimal yang didizinkan
dalam makanan yakni 50 ppt atau 0,00003 mikrogram.
Dioxin dan furan pada makanan paling banyak ditemukan
dalam susu dan ikan (US EPA, 2002).
Berikut akan dibahas farmakokinetika dari dioxin dan
furan, dimana berdasrkan portal entrinya dapat
dibedakan menjadi dua.
1. Portal of Entri Inhalasi
Dioxin dan furan yang terdapat di udara masuk ke
dalam tubuh organisme melalui saluran pernafasan,
dimana udara yang terhirup mengandung partikel kecil
dari dioxin dan furan. Dioxin dan furan yang masuk
melalui inhalasi akan terbawa dari nesofaring menuju
trakeo-bronkial hingga alveoli. Dioxin dan furan
yang terbawa hingga alveoli kemudian akan mengalami
pertukaran akibat proses pergantian O2 dan CO2 dari
darah menuju paru-paru. Hal ini menyebabkan dioxin
dan furan masuk ke dalam aliran darah (WHO for
Europe, 2000).
Dosis dioxin dan furan yang masuk ke dalam inhalasi
dapat mempengaruhi walaupun dalam jumlah atau
konsentrasi yang kecil jika zat tersebut masuk ke
dalam tubuh secara terus menerus. Absorpsi dioxin
dan furan ke dalam tubuh kemudian terjadi melalui
proses difusi, karena dioxin dan furan mengkuti
aliran cairan tubuh (darah) hingga terakumulasi pada
ginjal. Proses distribusi dioxin dan furan yang
masuk melalui saluran inhalasi ini hanya terjadi
akibat pergerakkan aliran darah dari paru-paru
menuju jantung dan anggota tubuh lainnya, karena
dioxin dan furan bersifat lipofilik zat tersebut
akan mengendap atau terakumulasi di jaringan tubuh
yang dekat dengan lemak. Metabolisme dari zat ini
yaitu hanya terakumulasi tanpa mengalami proses
lanjut. Dioxin dan furan ini juga mengalami
detoksikasi dan bereaksi dengan enzim P450 sehingga
menjadi lebih toksik akibat lebih polarnya dioksin
dan furan yang telah bereaksi. Namun, dioxin dan
furan yang tidak dapat mengalami pertukaran pada
alveoli akan kembali diekskresikan melalui proses
pernafasan melewati hidung (WHO for Europe, 2000).
2. Portal of Entri Oral
Dioxin dan furan yang terkandung dalam makanan atau
minuman akan masuk ke dalam tubuh melalui oral atau
mulut dan menuju sistem pencernaan. Salah satu kasus
masuknya dioxin dan furan ke dalam tubuh melaalui
oral yaitu susu yang mengandung dioxin dan furan.
Dioxin dan furan pada susu di mulut akan tercampur
dengan ludah yang mengandung enzim. Kemudian setelah
dari mulut susu masuk ke dalam kerongkongan hingga
menuju lambung. Lambung mengandung asam yakni HCl
0,1 N sehingga dapat menghancurkan xenobiotik
bersifat basa. Susu mengandung dioxin dan furan
selanjutnya akan teru menuju usus halus, karena
dioxin dan furan bersifat tahan terhadap asam. Susu
di dalam usus halus akan bertemu dengan enzim
berssifaat basa yang ada pada usus halus sehingga
zat-zat bersifat asam akan hancur. Kemudian ketika
dinding-dinding usus halus menyerap protein dan zat
gizi yang dibutuhkan tubuh dioxin dan furan akan
ikut terserap dan mengalami metabolisme. Absorpsi
dioxin dan furan di sini terjadi secara difusi
katalis (WHO for Europe, 2000).
Distribusi dioxin dan furan dalam tubuh setelah
diserap oleh dinding-dinding usus halus terjadi
akibat pergerakkan aliran darah. Dioxin dan furan
yang bersifat lipofilik kemudian akan menuju
jaringan lemak dibawah kulit, di sumsung tulang
belakang ataupun kelenjar susu pada wanita menyusui.
Proses metabolisme dioxin dan furan yakni tidak
mengalami pencernaan dimana dioxin dan furan akan
berakumulasi dalam tubuh, kemudian mengalami
detoksikasi, dimana umumnya dioxin dan furan yang
bereaksi dengan enzim P450 menjadi polar dan menjadi
lebih toksik. Sementara itu dioxin dan furan yaang
terkandung dalam makanan cepaat saji umumnya ada
yang akan ikut terbawa bersama makanan dan mengalami
ekskresi melalui usus besar (WHO for Europe, 2000).
Efek dari adanya dioksin dan furn di dalam tubuh yakni
(US EPA, 2002) :
1. Obesitas
Dioxin dan furan yang menumpuk pada jaringan lemak
tubuh akan menyebabkan kegemukkan berlebih hingga
obesitas pada tubuh orang yang terpapar.
2. Cacat Lahir
Dioxin dan furan yang dicerna oleh ibu yang
mengandung akan mempengaruhi perkembangan embrionya.
Umumnya anak yang lahir nantinya akan mengalami
cacat lahir. Hal ini dikarenakan dioksin dan furan
dari ibu hamil juga akan terakumulasi pada embrio
bayi nya.
3. Fluktuasi Hormon
Organisme yang terpapar dioxin dan furan mengalami
fluktuasi hormon, dimana hormonnya menjadi tidak
stabil dan mengganggu fungsi kerja hormon itu pada
tubuh.
4. Ganggunan Imun
Selain mengganggu produksi hormon, dioxin dan furan
juga menyebabkan menurunnya sensitivitas imun
(kekebalan tubuh) terhadap gangguan zat asing.
5. Ganggunan Sistem Saraf
Dioxin dan furan yang berakumulasi di otak dapat
menyebabkan terjadinya gangguan sistem saraf ringan.
6. Kanker
Penumpukkan dioxin dan furan pada tubuh juga
merangsang terbentuknya kanker akibat gangguan
fungsi suatu kelenjar tubuh, sehingga terjadi
pembengakakan dan perubahan fungsi organ tubuh.
7. Penyakit Kulit
Penyakit kulit yang disebabkan oleh dioxin dan furan
yakni chloracne, dimana kulit menhalami bentol-
bentol merah berlebih seperti iritasi. Penyakit ini
selain terjadi akibat adanya dioxin dan furan dalam
tubuh juga dapat terjadi sebagai akibat paparan
langsung dioxin dan furan dengan tubuh dalam waktu
lama, sepeti penggunaan pembalut yang mengandung
dioxin dan furan.
8. Gangguan Jantung
Dioxin dan furan yang menumpuk (terakumulasi) di
sekitar jantung menyebabkan gangguan jantung, dimana
jantung menjadi sulit untuk memompa darah ke paru-
paru dan ke seluruh tubuh.
9. Kematian
Dioksin dan furan pada tubuh yang terakumulasi dan
mengganggu saraf serta jantung dapat menyebabkan
kematian pada organisme yang terpapar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang dioxin dan furan pada
bab sebelumnya diketahui bahwa dioksin dan furan
merupakan xenobiotik yang sangat bersifat toksik dan
berbahaya. Proses Ekokinetika dan Farmakokinetika nya
secara sederhana dapat di lihat pada diagram berikut:
Efek dari paparan dioksin dan furan yakni: obesitas,
cacat lahir, fluktuasi hormon, gangguan sistem saraf,
kanker, penyakit kulit, gangguan jantung dan kematian.
2.2 Saran
Ekokinetika
Sumber : Distributif
Media Transpor :
Udara, Organisme,
dllTranspor Udara :
Volatilisasi
Transformasi
Abiotik : FotokimiaPersisten
si : Sulit
Terdegradasi
Farmakokinetika
Portal of Entry : Oral &
Inhalasi
Dosis
Absorbsi : Difusi Katalis
Distribusi
LipofilikMetabolis
me : Detoksika
si-Akumulati
f
Saran terkait kandungan dioksin dan furan pada makanan,
yakni dilakukan penyelidikkan layak atau tidaknya suatu
makanan dikonsumsi serta dibuat aturan baku mutu dan
regulasi terkait keberadaannya sebagai emisi ataupun
efek sampingan dari suatu aktivitas industri.
DAFTAR PUSTAKA
Fiedler, Heidelore, 2001. Dioxins and Furans (PCDD/PCDF),Switzerland: UNEP Chemicals
Department of Indian Affairs and Northern Development, Contaminant Division, 2005.NORTHWEST TERRITORIES CONTAMINANTS FACT SHEETS: Dioxins and Furan. Canada :Indian and Northern Affairs
McKinney, J.D. 1981. Environmental Health Chemistry. Michigan:Ann Arbor Sc.,
Minister of Health, 2005, It’s your Health. Canada : HealthCanada
Soemirat, Juli. 2003. Toksikologi Lingkungan. Bandung :Gajah Mada University Press
US EPA (United States : Environmental ProtectionAgency). 2002. Dioxins and Furans. Atlanta,Georgia: Division of Toxicology
WHO (World Health Organization) for Europe 2000.Polychlorinated dibenzodioxins and dibenzofurans.Copenhagen, Denmark: WHO Regional Office.