21
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH ANDALUSIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali ibn Abi Thalib, maka lahirlah kekuasan bani Umayyah. Pada periode Ali dan Khalifah sebelumnya pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi. Para khalifah dipilih melalui proses musyawarah. Ketika mereka menghadapi kesulitan-kesulitan, maka mereka mengambil kebijakan langsung melalui musyawarah dengan para pembesar yang lainnya. Hal ini berbeda dengan masa setelah khulafaur rasyidin atau masa dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya, yang dimulai pada masa dinasti bani Umayyah. Adapun bentuk pemerintahannya adalah berbentuk kerajaan, kekuasaan bersifat feodal (penguasaan tanah/daerah/wilayah, atau turun temurun. Untuk mempertahankan kekuasaan, khilafah berani bersikap otoriter, adanya unsur kekerasan, diplomasi yang diiringi dengan tipu daya, serta hilangnya musyawarah dalam pemilihan khilafah. Umayyah berkuasa kurang lebih selama 91 tahun. Reformasi cukup banyak terjadi, terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan pendidikan Islam. Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang agama semata melainkan juga dalam aspek teknologinya. Sementara sistem pendidikan masih sama ketika Rasul dan khulafaur rasyidin, yaitu kuttab yang pelaksanaannya berpusat di masjid.

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH ANDALUSIA

Embed Size (px)

Citation preview

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH ANDALUSIA

BAB I

PENDAHULUAN1.1  Latar Belakang Masalah

Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali ibn Abi Thalib, maka

lahirlah kekuasan bani Umayyah. Pada periode Ali dan Khalifah

sebelumnya pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi.

Para khalifah dipilih melalui proses musyawarah. Ketika mereka

menghadapi kesulitan-kesulitan, maka mereka mengambil kebijakan

langsung melalui musyawarah dengan para pembesar yang lainnya.

Hal ini berbeda dengan masa setelah khulafaur rasyidin atau

masa dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya, yang dimulai

pada masa dinasti bani Umayyah. Adapun bentuk pemerintahannya

adalah berbentuk kerajaan, kekuasaan bersifat feodal (penguasaan

tanah/daerah/wilayah, atau turun temurun. Untuk mempertahankan

kekuasaan, khilafah berani bersikap otoriter, adanya unsur

kekerasan, diplomasi yang diiringi dengan tipu daya, serta

hilangnya musyawarah dalam pemilihan khilafah.

Umayyah berkuasa kurang lebih selama 91 tahun. Reformasi cukup

banyak terjadi, terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan

pendidikan Islam. Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang

agama semata melainkan juga dalam aspek teknologinya. Sementara

sistem pendidikan masih sama ketika Rasul dan khulafaur rasyidin,

yaitu kuttab yang pelaksanaannya berpusat di masjid.

1.2  Rumusan Masalah

Untuk mengetahui tentang pendidikan Islam pada masa Bani

Umayyah, kita harus mengetahui beberapa masalah diantaranya:

  Sejarah singkat Dinasti Umayyah di Andalusia?

  Sejarah pendidikan Islam pada masa Umayyah di Andalusia

  Seperti apa perkembangan lembaga pendidikan Islam pada masa bani

Umayyah di Andalusia?

  Apa saja madrasah/universitas pada masa bani Umayyah di

Andalusia?

  Faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Di Andalusia

  Siapa saja tokoh-tokoh pendidikan pada masa bani Umayyah di

Andalusia?

BAB II

PEMBAHASAN2.1 Sejarah Singkat Dinasti Umayyah

Kekhalifahan bani Umayyah, adalah kekhalifahan pertama

setelah masa khulafaur rasyidin yang memerintah dari 661 sampai

750 di Jazirah Arab dan sekitarnya, serta dari 756 sampai 1031 di

Kordoba, Spanyol. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin

‘Abd Asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah,

yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan.1[1] Beliau pada mulanya hanyalah

gubernur Syam. Akan tetapi setelah terjadi pembunuhan Khalifah

1

Ustman bin Affan, maka situasi itu dimanfaatkannya untuk melawan

kekuasaan Ali bin Abi Thalib. Sehingga timbul perang Siffin.2[2]

Hampir semua sejarawan membagi Dinasti Umayah menjadi dua

(2), yaitu ; pertama Dinasti Umayyah yang dirintis dan didirikan

oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus (Siria).

Fase ini berlangsung sekitar satu abad dan mengubah system

pemerintahan dari system khalifah pada system mamlakat

(kerajaan/monarki). Dan kedua, Dinasti Umayyah di Andalusia

(Siberia) yang pada awalnya merupakan wilayah taklukan Umayyah di

bawah pimpinan seorang gubernur pada zaman Walid Ibn Abd Al-

Malik; kemudia diubah menjadi kerajaan yang terpisah dari

kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah setelah berhasil menaklukkan

Dinasti Umayyah di Damaskus.3[3]

Daulah Bani Umayyah mempunyai peranan penting dalam

perkembangan masyarakat di bidang politik, ekonomi dan sosial.

hal ini didukung oleh pengalaman politik Muawiyah sebagai Bapak

pendiri daulah tersebut yang telah mampu mengendalikan situasi

dan menepis berbagai anggapan miring tentang pemerintahannya.

Muawiyah bin Abu sufyan adalah seorang politisi handal di mana

pengalaman politiknya sebagai gubernur Syam pada masa khalifah

Utsman bin Affan cukup mengantar dirinya mampu mengambil alih

kekuasaan dari genggaman keluarga Ali bin Abi Thalib.4[4]

2

3

4

Perintisan Dinasti Umayyah dilakukan oleh Muawiyah dengan

cara menolak membaiat Ali bin Abi Thalib, berperang melawan Ali,

dan melakukan perdamaian (Tahkim) dengan pihak Ali yang secara

politik sangat menguntungkan Muawiyah. Keberuntungan Muawiyah

berikutnya adalah keberhasilan pihak Khawarij membunuh Khalifah

Ali r.a. jabatan khalifah dipegang oleh putranya, Hasan Ibn Ali

selama beberapa bulan. Akan tetapi, karena tidak didukung oleh

pasukan yangkuat, sedangkan pihak Muawiyah semakin kuat, akhirnya

Muawiyah melakukan perjanjian dengan Hasan Ibn Ali. Isi

perjanjian itu adalah bahwa penggantian pemimpin akan diserahkan

kepada umat Islam setelah masa Muawiyah berakhir. Perjanjian ini

dibuat pada tahun 661 M (41 H). dan pada tahun tersebut dinamakan

‘amu Jama’ah karena perjanjian ini mempersatukan umat Islam kembali

menjadi satu kepemimpinan politik, yaitu Muawiyah. Pada masa itu,

umat Islam telah bersentuhan dengan peradaban Persia dan

Bizantium. Oleh karena itu, Muawiyah juga bermaksud meniru cara

suksesi kepemimpinan yang ada di Persia dan Bizantium, yaitu

monarki (kerajaan).5[5]

Pada masa dinasti Umayyah politik telah mengalami kamajuan

dan perubahan, sehingga lebih teratur dibandingkan dengan masa

sebelumnya, terutama dalam hal Khilafah (kepemimpinan),

dibentuknya Al-Kitabah (Sekretariat Negara), Al-Hijabah (Ajudan),

Organisasi Keuangan, Organisasi Keahakiman dan Organisasi Tata

Usaha Negara.6[6]

5

6

2.2 Pendidikan Islam pada Dinasti Umayyah di Andalusia

Kemajuan dalam bidang pendidikan yang dicapai pada masa ini

berkaitan sekali dengan mantapnya system pemerintahan Islam

sebagai suatu Negara. Pada masa ini, perhatian Kaum Muslimin

diarahkan kepada pembangunan peradaban, ilmu pengetahuan dan

lain-lain. Hal ini tiada lain adalah karena adanya hubungan atau

persentuhan dan kontak budaya dengan bangsa-bangsa lain yang

telah ditaklukkan. Pada masa Dinasti Muawiyah pendidikan Islam

mencapai kemajuan yang sangat pesat, baik di bidang ilmu

pengetahuan maupun kebudayaan. Berbagai disiplin ilmu berkembang

pesat pada masa itu. Hal ini ditandai dengan banyaknya

bermunculnya figure-figur ilmuan yang cemerlang di bidangnya

masing-masing dan sampai sekarang, buah pikiran mereka menjadi

bahan rujukan para akademis, baik dibarat maupun di timur.7[7]

Islam pada masa Dinasti Muawiyah telah mencatat satu

lembaran peradaban dan kebudayaan yang sangat brilian dalam

bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan

penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa

pada abad XII. Minat terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan

serta filsafat mulai dikembangkan pada abad IX M selama

pemerintahan penguasa Bani Umayah yang ke-5, Muhammad ibn Abd Al-

Rahman (832-886 M).8[8]

7

8

2.3 Pola Pendidikan Islam pada masa Dinasti Umayyah di Andalusia

Pada masa ini, lembaga pendidikan adalah masjid dan kuttab.

Mesjid telah memegang peranan sebagai lembaga pendidikan sejak

zaman Rasulullah. Di Masjidlah Rasulullah menyampaikan ajaran-

ajaran keislaman. Kemudian para khulafaur Rasyidin juga

memfungsikan masjid sebagai tempat pendidikan, begitu juga sampai

kepada zaman Bani Umayyah. Di masjid para ulama memberikan

pendidikan agama dalam berbagai cabang ilmu keagamaan. Dalam

Masjid terdapat dua tingkatan sekolah, tingkatan menengah dan

tingkatan perguruan tinggi. Pelajaran yang diberikan dalam

tingkat menengah dilakukan secara perorangan, sedangkan pada

tingkat perguruan tinggi dilakukan secara halaqah, murid duduk

bersama mengelilingi guru.9[9] Secara garis besarnya pola

pendidikan pada masa Dinasti Muawiyah dapat digambarkan sebagai

berikut :

      Kuttab

Umat muslim pada masa Umayyah telah menoreh catatan sejarah

yang mengagumkan dalam bidang intelektual, banyak perestasi yang

mereka peroleh khususnya perkembangan pendidikan Islam.

Pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan Islam sangat tergantung

pada penguasa yang menjadi pendorong utama bagi kegiatan

pendidikan. Menurut Abuddin Nata, di Andalusia menyebar lembaga

pendidikan yang dinamakan Kuttab.10[10] Kuttab termasuk lembaga

pendidikan terendah yang sudah tertata dengan rapi dan para siswa

9

10

mempelajari berabagai macam disiplin Ilmu Pengetahuan diantaranya

Fiqih, Bahasa dan sastra, serta music dan kesenian :

         Fiqih

Dalam bidang fiqih, karena Spanyol Islam menganut mazhab

Maliki, maka para ulama memperkenalkan materi-materi Fiqih dari

mazhab Imam Maliki. Para Ulama yang memperkenalkan mazhab ini

adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya

ditentukan ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd

Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya adalah Abu bakar idn Al-Quthiyah,

Munzir ibn Said Al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.11[11]

         Bahasa dan Sastra

Bahasa Arab telah menjadi bahasa resmi dan bahasa

administrasi dalam pemerintah Islam di Andalusia. Bahasa Arab ini

diajarkan kepada murid-murid dan para pelajar, baik yang Islam

maupun non-Islam. Dan hal ini dapat diterima oleh masyarakat,

bahkan mereka rela menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga

banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, sehingga mereka

terampil dalam berbicara maupun dalam tatabahasa. Di antara ahli

bahasa tersebut yang termasyhur ialah Ibnu Malik pengarang kitab

Alfiah, Ibn Sayyidih, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajjjj, Abu Ali Al-

Isybili, Abu Al-hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Garnathi.12

[12]

Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra

banyak bermunculan, seperti Al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abidin

11

12

Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Basam,

kitab al-Qalaid buah karya Al-Fath Ibn Khaqan dan banyak lagi

yang lainnya.13[13]

         Musik dan Kesenian

Sya’ir merupakan ekspresi utama dari peradaban Andalusia. Pada

dasarnya sya’ir mereka didasarkan pada model-model sya’ir Arab

yang membangkitkan sentiment prajurit dan interes faksional para

penakluk Arab.14[14] Dalam bidang musik dan suara, Islam di

Andalusia mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn

Nafi yang dijuluki Zaryab. Ia selalu tampil mempertunjukan

kebolehannya. Kepiawaiannya bermusik dan seni membuat ia menjadi

orang termasyhur dikala itu, ilmu yang dimilikinya diajarkan

kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga

kepada para budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.15[15]

      Pendidikan TinggiMasarakat Arab yang berada di Andalusia merupakan pelopor

peradaban dan kebudayaan juga pendidikan, antara pertengahan abad

kedelapan sampai dengan akhir abad ketigabelas. Melalui usaha

yang mereka lakukan, ilmu pengetahuan kuno dan ilmu pengetahuan

Islam dapat ditransmisikan ke Eropa. Bani Umayah yang berada

dibawah kekuasaan Al-Hakam menyelenggarakan pengajaran dan telah

memberikan banyak sekali penghargaan terhadap para sarjana. Ia

telah membangun Universitas Cordova berdampingan dengan Masji

13

14

15

Abdurrahman III yang selanjutnya tumbuh menjadi lembaga

pendidikan yang terkenal diantara jajaran lembaga pendidikan

tinggi lainnya didunia. Universitas Coedova menandingi dua

Universitas lainnya yaitu Al-Azhar di Cairo dan Nizhamiyah di

Bagdhad, dan telah menarik perhatian para pelajar tidak hanya

dari Spanyol ( Andalusia), tetapi juga dari Negara-negara Eropa

lainnya, Afrika dan Asia.16[16]

Di antara para ulama yang bertugas di Universitas Cordova

adalah Ibn Qutaibah yang dikenal sebagai ahli tata bahasa dan Abu

Ali Qali yang dikenal sebagai pakar filologi. Universitas ini

memiliki perpustakaan yang menampung koleksi sekitar Empat Juta

buku. Universitas ini mencakup jurusan yang meliputi Astronomi,

Matematika, Kedokteran, Teologi dan Hukum. Jumlah muridnya

mencapai Seribu orang. Selain itu di Andalusia juga terdapat

Universitas Sevilla, Malaga dan Granada yang didalamnya

mengajarkan Mata Kuliyah Teologi, Hukum Islam, Kedokteran, Kimia,

Filsafat dan Astronomi.

         Filsafat

Atas inisiatif Al-Hakam (961-976), karya-karya ilmiah dan

filosofis diimpor dari timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova

dengan perpustakaannya dan Universitas-Universitasnya mampu

menyaingi Bagdhad sebagai pusat Utama ilmu pengetahuan di dunia

Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin Dinasti Bani Umayah

16

di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-

filosof besar pada masa sesudahnya.17[17]

Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol

adalah Abu Bakr Muhammad Ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan

Ibn Bajjah. Masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan

eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Tokoh

utama kedua adalah Abu bakr ibn Thufail. Karya filsafatnya yang

paling terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.18[18]

Bagian akhir abad ke-12 menjadi saksi munculnya seorang

pengikut Aristoteles yang terbesar digelanggang filsafat Islam,

yaitu Ibn Rusyd dari Cordova yang memiliki cirri khas yaitu

kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan

kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah klasik tentang

keserasian filsafat dalam agama. Dia juga ahli fiqih dengan

karyanya yang termasyhur Bidayah al-Mujtahid.19[19]

         Bidang Sains

Ilmu-ilmu kedokteran, music, matematika, astronomi, kimia

dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas Ibn Farnas

termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah orang

pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.20[20] Ibrahim

ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat

menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan

17

18

19

20

berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang

dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang.

Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan.

Umm Al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-Hafidz

adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita. Tokoh

terkenal dalam bidang kedokteran adalah Ibn Rusdy. Selain

sebnagai filosof ia juga ahli kedokteran. Namun kemahirannya

dalam filsafat membuat keahlian dalam kedokterannya tertutupi.

Karya Monumentalnya dalam bidang ini adalah al-Kulliyat fi al-

Thibb (generalitas dalam kedokteran).

Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian

Barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari

Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim di

Mediterania Sicilia. Dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M)

mencapai samudra Pasai dan Cina. Ibn Al-Khatib (1317-1374 M)

menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah

perumus filsafat sejarah. Itulah sebagian nama-nama besar dalam

bidang sains.21[21]

2.4 Pusat-pusat Pendidikan Islam

Pada masa Dinasti Umayyah. Islam telah tersebar keberbagai

daerah di luar Saudi Arabiah, seperti Syiria (Syam), Irak, Iran,

Mesir, Magribi (Maroko) dan telah sampai juga di Andalusia

(Spanyol) tahun 711 M.22[22] Perluasan negara Islam bukanlah

21

22

perluasan dengan merobohkan dan menghancurkan, bahkan perluasan

dengan teratur diikuti oleh ulama-ulama dan guru-guru agama yang

turut bersama-sama tentara Islam.

Dengan tersebarnya Islam keberbagai daerah tersebut, maka

timbul pulahlah pusat-pusat pendidikan Islam, antara lain :

      Madrasah Makkah

Guru pertama yang mengajar di Makkah, sesudah penduduk Mekkah

takluk, ialah Mu’az bin Jabal. Ialah yang mengajarkan Al Qur’an

dan mana yang halal dan haram dalam Islam. Pada masa khalifah

Abdul Malik bin Marwan Abdullah bin Abbas pergi ke Mekkah, lalu

mengajar disana di Masjidil Haram. Ia mengajarkan tafsir, fiqh

dan sastra. Abdullah bin Abbaslah pembangunan madrasah Mekkah,

yang termasyur seluruh negeri Islam.23[23]

      Madrasah Madinah

Madrasah Madinah lebih termasyur dan lebih dalam ilmunya,

karena di sanalah tempat tinggal sahabat-sahabat nabi. Berarti

disana banyak terdapat ulama-ulama terkemuka. Seperti Abu Bakar,

Umar bin Khatthab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair

bin Awwam, dan lain-lain.

      Madrasah Basrah

Ulama sahabat yang termasyur di Basrah ialah Abu Musa Al-

asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa Al-Asy’ari adalah ahli fiqih

dan ahli hadist, serta ahli Al Qur’an. Sedangkan Abas bin Malik

termasyhur dalam ilmu hadis. Al-Hasan Basry sebagai ahli fiqh,

23

juga ahli pidato dan kisah, ahli fikir dan ahli tasawuf. Ia bukan

saja mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada pelajar-pelajar, bahkan

juga mengajar orang banyak dengan mengadakan kisah-kisah di

masjid Basrah.

      Madrasah Kufah

Madrasah Ibnu Mas’ud di Kufah melahirkan enam orang ulama

besar, yaitu: ‘Alqamah, Al-Aswad, Masroq, ‘Ubaidah, Al-Haris bin

Qais dan ‘Amr bin Syurahbil. Mereka itulah yang menggantikan

Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan

saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah.

Ulama Kufah, bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud.

Bahkan mereka pergi ke Madinah.

      Madrasah Damsyik (Syam)

Setelah negeri Syam (Syria) menjadi sebagian negara Islam dan

penduduknya banyak memeluk agama Islam. Maka negeri Syam menjadi

perhatian para Khilafah. Madrasah itu melahirkan imam penduduk

Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy yang sederajat ilmunya dengan

Imam Malik dan Abu-Hanafiah. Mazhabnya tersebar di Syam sampai ke

Magrib dan Andalusia. Tetapi kemudian mazhabnya itu lenyap,

karena besar pengaruh mazhab Syafi’I dan Malik.24[24]

      Madrasah Fistat (Mesir)

Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu

agama. Ulama yang mula-mula madrasah madrasah di Mesir ialah

Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As, yaitu di Fisfat (Mesir lama). Ia

ahli hadis dengan arti kata yang sebenarnya. Karena ia bukan saja

24

menghafal hadis-hadis yang didengarnya dari Nabi S.A.W.,

melainkan juga dituliskannya dalam buku catatan, sehingga ia

tidak lupa atau khilaf meriwayatkan hadis-hadis itu kepada murid-

muridnya. Oleh karena itu banyak sahabat dan tabi’in meriwayatkan

hadis-hadis dari padanya.25[25]

2.5 Faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Di Andalusia

         Adanya dukungan dari para penguasa. Kemajuan Andalusia Islam

sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan

berwibawa serta mencintai ilmu pengetahuan, juga memberikan

dukungan dan penghargaan terhadap para ilmuawan dan

cendekiawan.26[26]

         Didirikannya sekolah-sekolah dan universitas-universitas

dibeberapa kota di Spanyol oleh Abd Al-Rahman III Al-Nashir,

dengan universitasnya yang terkenal di Cordova. Serta dibangunnya

perpustakaan-perpustakaan yang memiliki koleksi buku-buku yang

cukup banyak.27[27]

         Banyaknya para sarjana Islam yang datang dari ujung Timur

sampai ujung Barat wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan

bermacam gagasan. Ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam

terpecah dalam berbagai kesatuan politik, terdapat apa yang

disebut kesatuan Budaya Islam.28[28]

25

26

27

28

         Adanya persaingan antara Abbasiyah di Bagdhad dan Umayah di

Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Kompetisi

dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya Universitas

Cordova yang menyaingi Universitas Nizhamiyah di Bagdhad yang

merupakan persaingan positif tidak selalu dalam bentuk

peperangan.29[29]

2.6 Kemunduran Pendidikan Islam pada masa Dinasti Umayyah di

Andalusia

Salah satu factor yang paling utama yang menyebabkan

kemunduran dan penurunan pendidikan Islam adalah keadaan politik

ssutau peradaban. Suatu peradaban tentu akan mengalami pasang

surut sebagaimana berputarnya sebuah roda, kadang diatas kadang

ada dibawah. Hal ini tentu telah menjadi hukum alam. Demikian

juga dengan kekuasaan sebuah imperium, suatu saat dia mucul,

berkembang pesat, lalu jatuh dan hilang. Kekuasaan Islam di

Andalusia (Spanyol) telah banyak memberikan sumbangan yang tak

ternilai harganya bagi peradaban dunia saat ini. Tetapi imperium

yang begitu besar akhirnya mengalami nasib yang sangat memilukan.

Ada beberapa factor penyebab kemunduran yang akhirnya membawa

kehancuran dunia Islam itu sendiri.30[30]

Sepeninggal Umar bin Abdul Aziz, kekuasaan Bani Umayyah

dilanjutkan oleh Yazid bin Abdul Malik (720-724). Masyarakat yang

sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada masa itu

29

30

berubah menjadi kacau, karena dilatar belakangi kepentingan etnis

politis. Lalu dilanjutkan oleh Hisyam bin Abdul Malik (724-743),

pada masa ini muncul satu kekuatan baru, yang dikemudian hari

menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan

itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan

mawali. Setelah Hasyim meninggal dunia, kalifah-khalifah Bani

Umayyah berikutnya bukan hanya lemah tapi juga bermoral buruk.

Hal ini semakin memperkuat golongan oposisi, dan akhirnya, pada

tahun 750 M, daulah Umayyah digulingkan oleh Bani Abbasiyah.31

[31]

Badri Yatim ada menyebutkan 5 faktor yang menyebabkan

lemahnya pemerintahan bani Umayyah yang membawanya kepada

kehancuran.32[32] Factor-faktor itu antara lain :

a)      System pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah

suatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan pada

aspek senioritas. Peraturannya tidak jelas, sehingga membuat

system pergantian khalifah ini menjadi tidak sehat di kalangan

istana.

b)      Latar belakang terbentuknya dinasti Umayyah tidak bias

dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi dimasa Ali.

c)      Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara

suku Arabiah Utara (Bani Qays) dan Arabiah Selatan (Bani Kalb)

yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam juga makin memperuncing

permasalahan di tubuh Bani Umayyah.

31

32

d)     Lemahnya pemerintahan daulah Umayyah juga disebabkan oleh

sikap hidup mewah di lingkungan istana.

e)      Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Dinasti Umayyah

adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-

Abbas Ibn Abd Al-Muthalib.33[33]

Sedangkan menurut Dedi Supriyadi, ada beberapa factor yang

menyebabkan runtuhnya pemerintahan Umayyah,34[34] antara lain :

a)      Munculnya khalifah-khalifah yang lemah

b)      Konflik antara islam dan Kristen

c)      Menculnya Muluk Ath Thawaif

d)     Kemerosotan Ekonomi dan System pengalihan kekuasaan yang tidak

jelas.

2.7 Tokoh-tokoh Pendidikan Islam

Tokoh-tokoh pendidikan pada masa Bani Umayyah terdiri dari

ulama-ulama yang menguasai bidangnya masing-masing seperti dalam

bidang tafsir, hadist, dan Fiqh. Selain para ulama juga ada ahli

bahasa/sastra.

   Ulama-ulama Tafsir, yaitu: Mujahid, ‘Athak bin Abu Rabah,

‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Masruq bin Al-Ajda’, Qatadah. Pada

masa tabi’in tafsir Al-Qur’an bertambah luas dengan memasukkan

Israiliyat dan Nasraniyat, karena banyak orang-orang Yahudi dan

Nasrani memeluk agama Islam. Di antara mereka yang termasyhur:

Ka’bul Ahbar, Wahab bin Munabbih, Abdullah bin Salam, Ibnu Juraij

33

34

   Ulama-ulama Hadist. Kitab bacaan satu-satunya ialah al-Qur’an.

Sedangkan hadis-hadis belumlah dibukukan. Hadis-hadis hanya

diriwayatkan dari mulut ke mulut. Dari mulut guru ke mulut

muridnya, yaitu dari hafalan uru diberikannya kepada murid,

sehingga menjdi hafalan murid pula dan begitulah seterusnya.

Setengah sahabat dan pelajar-pelajar ada yang mencatat hadist-

hadist itu dalam buku catatannya, tetapi belumlah berupa buku

menurut istillah kita sekarang. Sahabat-sahabat yang banyak

meriwayatkan hadis-hadis ialah: Abu Hurairah (5374 hadist),

‘Aisyah (2210 hadist), Abdullah bin Umar (± 2210 hadist),

Abdullah bin Abbas (± 1500 hadist), Jabir bin Abdullah (±1500

hadist), Anas bin Malik (±2210 hadist)

   Ulama-ulama Fiqh. Ulama-ulama tabi’in Fiqih pada masa bani

Umayyah diantaranya adalah:, Syuriah bin Al-Harits, ‘alqamah bin

Qais, Masuruq Al-Ajda’,Al-Aswad bin Yazid. Kemudian diikuti oleh

murid-murid mereka, yaitu: Ibrahim An-Nakh’l (wafat tahun 95 H)

dan ‘Amir bin Syurahbil As Sya’by (wafat tahun 104 H). sesudah

itu digantikan oleh Hammad bin Abu Sulaiman (wafat tahubn 120 H),

guru dari Abu Hanafiah.

   Ahli bahasa/sastra. Seorang ahli bahasa seperti Sibawaih yang

karya tulisnya Al-Kitab, menjadi pegangan dalam soal berbahasa

arab. Sejalan dengan itu, perhatian pada syair Arab jahiliahpun

muncul kembali sehingga bidang sastra arab mengalami kemajuan. Di

zaman ini muncul penyair-penyair seperti Umar bin Abu Rabiah

(w.719), Jamil al-uzri (w.701), Qys bin Mulawwah (w.699) yang

dikenal dengan nama Laila Majnun, Al-Farazdaq (w.732), Jarir

(w.792).35[35]

BAB III

PENUTUP3.1 Simpulan

Islam masuk ke Andalusia pada tahun 93 H (711 M) dibawah

pimpinan Tariq bin Ziyad. Ketika Dinasti Umayah dipegang oleh

Khalifah al- Walid bin Abdul Malik. Kedatangan umat Islam ke

Andalusia ini membawa perubahan besar terhadap peradaban di

Andalusia, baik dari segi Politik maupun Intelektual.

Pola pendidikan Islam pada masa Dinasti Umayah di Andalusia

ada dua lembaga pendidikan, yaitu : yang pertama lembaga

pendidikan Kuttab (lembaga pendidikan dasar) yang biasanya

dilakukan dirumah-rumah dan yang kedua lembaga pendidikan tinggi

(Universitas). Adapun universitas yang terbesar adalah

universitas Cordova yang di bangun oleh Al-Hakam. Universitas ini

sangat terkenal diantara jajaran lembaga pendidikan tinggi

lainnya didunia. Universitas Coedova menandingi dua Universitas

lainnya yaitu Al-Azhar di Cairo dan Nizhamiyah di Bagdhad, dan

telah menarik perhatian para pelajar tidak hanya dari Spanyol

( Andalusia), tetapi juga dari Negara-negara Eropa lainnya,

Afrika dan Asia.

Kemajuan Intelektual di Andalusia ini tidak terlepas dari

besarnya dukungan yang diberikan oleh para penguasa pada saat itu

yang dipimpin oleh khalifah Islam. Kemajuan intelektual ini telah

35

membawa dampak yang begitu besar terhadap peradaban di spanyol

(Andalusia), yang menjadikannya unggul dan terkenal di seluruh

penjuru dunia pada saat itu.

3.2 Kritik & Saran

Di dalam makalah ini, jika ada kesalahan-kesalahannya, saya

sebagai penyusun meminta maaf sebesar-besarnya. Dan saya harap

pembaca yang budiman memberikan kritikan dan sarannya yang

bersipat membangun untuk makalah-makalah selanjutnya. Atas kritik

dan sarannya, saya ucapkan terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

1.      Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, Medan : Wal Ashri

Publishing, 2011.

2.      Haidar Putra Daulay & nurgaya Pasa, Sejarah Pendidikan Islam,

Medan : IAIN Press, 2007.

3.      Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV. Pustaka

Setia, cet-10, 2008.

4.      Majid Fahri, Sejarah Filsafat Islam, diterjemahkan oleh Mulyadi

Kartanegara, Jakarta : Pustaka Jaya,1986.

5.      Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Grafindo Persada,

2004.

6.      Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Jakarta :

Grafindo Persada, 2010.

7.      Ahmad Syalaby, Sejarah Pendidikan Islam, diterjemahkan oleh

Muchtra Yahya dan Sanusi Latief, Jakarta : Bulan Bintang, 1973.

8.      http://akitephos.wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/