Upload
walisanga
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH ANDALUSIA
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah
Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali ibn Abi Thalib, maka
lahirlah kekuasan bani Umayyah. Pada periode Ali dan Khalifah
sebelumnya pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi.
Para khalifah dipilih melalui proses musyawarah. Ketika mereka
menghadapi kesulitan-kesulitan, maka mereka mengambil kebijakan
langsung melalui musyawarah dengan para pembesar yang lainnya.
Hal ini berbeda dengan masa setelah khulafaur rasyidin atau
masa dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya, yang dimulai
pada masa dinasti bani Umayyah. Adapun bentuk pemerintahannya
adalah berbentuk kerajaan, kekuasaan bersifat feodal (penguasaan
tanah/daerah/wilayah, atau turun temurun. Untuk mempertahankan
kekuasaan, khilafah berani bersikap otoriter, adanya unsur
kekerasan, diplomasi yang diiringi dengan tipu daya, serta
hilangnya musyawarah dalam pemilihan khilafah.
Umayyah berkuasa kurang lebih selama 91 tahun. Reformasi cukup
banyak terjadi, terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan
pendidikan Islam. Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang
agama semata melainkan juga dalam aspek teknologinya. Sementara
sistem pendidikan masih sama ketika Rasul dan khulafaur rasyidin,
yaitu kuttab yang pelaksanaannya berpusat di masjid.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengetahui tentang pendidikan Islam pada masa Bani
Umayyah, kita harus mengetahui beberapa masalah diantaranya:
Sejarah singkat Dinasti Umayyah di Andalusia?
Sejarah pendidikan Islam pada masa Umayyah di Andalusia
Seperti apa perkembangan lembaga pendidikan Islam pada masa bani
Umayyah di Andalusia?
Apa saja madrasah/universitas pada masa bani Umayyah di
Andalusia?
Faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Di Andalusia
Siapa saja tokoh-tokoh pendidikan pada masa bani Umayyah di
Andalusia?
BAB II
PEMBAHASAN2.1 Sejarah Singkat Dinasti Umayyah
Kekhalifahan bani Umayyah, adalah kekhalifahan pertama
setelah masa khulafaur rasyidin yang memerintah dari 661 sampai
750 di Jazirah Arab dan sekitarnya, serta dari 756 sampai 1031 di
Kordoba, Spanyol. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin
‘Abd Asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah,
yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan.1[1] Beliau pada mulanya hanyalah
gubernur Syam. Akan tetapi setelah terjadi pembunuhan Khalifah
1
Ustman bin Affan, maka situasi itu dimanfaatkannya untuk melawan
kekuasaan Ali bin Abi Thalib. Sehingga timbul perang Siffin.2[2]
Hampir semua sejarawan membagi Dinasti Umayah menjadi dua
(2), yaitu ; pertama Dinasti Umayyah yang dirintis dan didirikan
oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus (Siria).
Fase ini berlangsung sekitar satu abad dan mengubah system
pemerintahan dari system khalifah pada system mamlakat
(kerajaan/monarki). Dan kedua, Dinasti Umayyah di Andalusia
(Siberia) yang pada awalnya merupakan wilayah taklukan Umayyah di
bawah pimpinan seorang gubernur pada zaman Walid Ibn Abd Al-
Malik; kemudia diubah menjadi kerajaan yang terpisah dari
kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah setelah berhasil menaklukkan
Dinasti Umayyah di Damaskus.3[3]
Daulah Bani Umayyah mempunyai peranan penting dalam
perkembangan masyarakat di bidang politik, ekonomi dan sosial.
hal ini didukung oleh pengalaman politik Muawiyah sebagai Bapak
pendiri daulah tersebut yang telah mampu mengendalikan situasi
dan menepis berbagai anggapan miring tentang pemerintahannya.
Muawiyah bin Abu sufyan adalah seorang politisi handal di mana
pengalaman politiknya sebagai gubernur Syam pada masa khalifah
Utsman bin Affan cukup mengantar dirinya mampu mengambil alih
kekuasaan dari genggaman keluarga Ali bin Abi Thalib.4[4]
2
3
4
Perintisan Dinasti Umayyah dilakukan oleh Muawiyah dengan
cara menolak membaiat Ali bin Abi Thalib, berperang melawan Ali,
dan melakukan perdamaian (Tahkim) dengan pihak Ali yang secara
politik sangat menguntungkan Muawiyah. Keberuntungan Muawiyah
berikutnya adalah keberhasilan pihak Khawarij membunuh Khalifah
Ali r.a. jabatan khalifah dipegang oleh putranya, Hasan Ibn Ali
selama beberapa bulan. Akan tetapi, karena tidak didukung oleh
pasukan yangkuat, sedangkan pihak Muawiyah semakin kuat, akhirnya
Muawiyah melakukan perjanjian dengan Hasan Ibn Ali. Isi
perjanjian itu adalah bahwa penggantian pemimpin akan diserahkan
kepada umat Islam setelah masa Muawiyah berakhir. Perjanjian ini
dibuat pada tahun 661 M (41 H). dan pada tahun tersebut dinamakan
‘amu Jama’ah karena perjanjian ini mempersatukan umat Islam kembali
menjadi satu kepemimpinan politik, yaitu Muawiyah. Pada masa itu,
umat Islam telah bersentuhan dengan peradaban Persia dan
Bizantium. Oleh karena itu, Muawiyah juga bermaksud meniru cara
suksesi kepemimpinan yang ada di Persia dan Bizantium, yaitu
monarki (kerajaan).5[5]
Pada masa dinasti Umayyah politik telah mengalami kamajuan
dan perubahan, sehingga lebih teratur dibandingkan dengan masa
sebelumnya, terutama dalam hal Khilafah (kepemimpinan),
dibentuknya Al-Kitabah (Sekretariat Negara), Al-Hijabah (Ajudan),
Organisasi Keuangan, Organisasi Keahakiman dan Organisasi Tata
Usaha Negara.6[6]
5
6
2.2 Pendidikan Islam pada Dinasti Umayyah di Andalusia
Kemajuan dalam bidang pendidikan yang dicapai pada masa ini
berkaitan sekali dengan mantapnya system pemerintahan Islam
sebagai suatu Negara. Pada masa ini, perhatian Kaum Muslimin
diarahkan kepada pembangunan peradaban, ilmu pengetahuan dan
lain-lain. Hal ini tiada lain adalah karena adanya hubungan atau
persentuhan dan kontak budaya dengan bangsa-bangsa lain yang
telah ditaklukkan. Pada masa Dinasti Muawiyah pendidikan Islam
mencapai kemajuan yang sangat pesat, baik di bidang ilmu
pengetahuan maupun kebudayaan. Berbagai disiplin ilmu berkembang
pesat pada masa itu. Hal ini ditandai dengan banyaknya
bermunculnya figure-figur ilmuan yang cemerlang di bidangnya
masing-masing dan sampai sekarang, buah pikiran mereka menjadi
bahan rujukan para akademis, baik dibarat maupun di timur.7[7]
Islam pada masa Dinasti Muawiyah telah mencatat satu
lembaran peradaban dan kebudayaan yang sangat brilian dalam
bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan
penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa
pada abad XII. Minat terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan
serta filsafat mulai dikembangkan pada abad IX M selama
pemerintahan penguasa Bani Umayah yang ke-5, Muhammad ibn Abd Al-
Rahman (832-886 M).8[8]
7
8
2.3 Pola Pendidikan Islam pada masa Dinasti Umayyah di Andalusia
Pada masa ini, lembaga pendidikan adalah masjid dan kuttab.
Mesjid telah memegang peranan sebagai lembaga pendidikan sejak
zaman Rasulullah. Di Masjidlah Rasulullah menyampaikan ajaran-
ajaran keislaman. Kemudian para khulafaur Rasyidin juga
memfungsikan masjid sebagai tempat pendidikan, begitu juga sampai
kepada zaman Bani Umayyah. Di masjid para ulama memberikan
pendidikan agama dalam berbagai cabang ilmu keagamaan. Dalam
Masjid terdapat dua tingkatan sekolah, tingkatan menengah dan
tingkatan perguruan tinggi. Pelajaran yang diberikan dalam
tingkat menengah dilakukan secara perorangan, sedangkan pada
tingkat perguruan tinggi dilakukan secara halaqah, murid duduk
bersama mengelilingi guru.9[9] Secara garis besarnya pola
pendidikan pada masa Dinasti Muawiyah dapat digambarkan sebagai
berikut :
Kuttab
Umat muslim pada masa Umayyah telah menoreh catatan sejarah
yang mengagumkan dalam bidang intelektual, banyak perestasi yang
mereka peroleh khususnya perkembangan pendidikan Islam.
Pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan Islam sangat tergantung
pada penguasa yang menjadi pendorong utama bagi kegiatan
pendidikan. Menurut Abuddin Nata, di Andalusia menyebar lembaga
pendidikan yang dinamakan Kuttab.10[10] Kuttab termasuk lembaga
pendidikan terendah yang sudah tertata dengan rapi dan para siswa
9
10
mempelajari berabagai macam disiplin Ilmu Pengetahuan diantaranya
Fiqih, Bahasa dan sastra, serta music dan kesenian :
Fiqih
Dalam bidang fiqih, karena Spanyol Islam menganut mazhab
Maliki, maka para ulama memperkenalkan materi-materi Fiqih dari
mazhab Imam Maliki. Para Ulama yang memperkenalkan mazhab ini
adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya
ditentukan ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd
Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya adalah Abu bakar idn Al-Quthiyah,
Munzir ibn Said Al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.11[11]
Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa resmi dan bahasa
administrasi dalam pemerintah Islam di Andalusia. Bahasa Arab ini
diajarkan kepada murid-murid dan para pelajar, baik yang Islam
maupun non-Islam. Dan hal ini dapat diterima oleh masyarakat,
bahkan mereka rela menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga
banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, sehingga mereka
terampil dalam berbicara maupun dalam tatabahasa. Di antara ahli
bahasa tersebut yang termasyhur ialah Ibnu Malik pengarang kitab
Alfiah, Ibn Sayyidih, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajjjj, Abu Ali Al-
Isybili, Abu Al-hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Garnathi.12
[12]
Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra
banyak bermunculan, seperti Al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abidin
11
12
Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Basam,
kitab al-Qalaid buah karya Al-Fath Ibn Khaqan dan banyak lagi
yang lainnya.13[13]
Musik dan Kesenian
Sya’ir merupakan ekspresi utama dari peradaban Andalusia. Pada
dasarnya sya’ir mereka didasarkan pada model-model sya’ir Arab
yang membangkitkan sentiment prajurit dan interes faksional para
penakluk Arab.14[14] Dalam bidang musik dan suara, Islam di
Andalusia mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn
Nafi yang dijuluki Zaryab. Ia selalu tampil mempertunjukan
kebolehannya. Kepiawaiannya bermusik dan seni membuat ia menjadi
orang termasyhur dikala itu, ilmu yang dimilikinya diajarkan
kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga
kepada para budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.15[15]
Pendidikan TinggiMasarakat Arab yang berada di Andalusia merupakan pelopor
peradaban dan kebudayaan juga pendidikan, antara pertengahan abad
kedelapan sampai dengan akhir abad ketigabelas. Melalui usaha
yang mereka lakukan, ilmu pengetahuan kuno dan ilmu pengetahuan
Islam dapat ditransmisikan ke Eropa. Bani Umayah yang berada
dibawah kekuasaan Al-Hakam menyelenggarakan pengajaran dan telah
memberikan banyak sekali penghargaan terhadap para sarjana. Ia
telah membangun Universitas Cordova berdampingan dengan Masji
13
14
15
Abdurrahman III yang selanjutnya tumbuh menjadi lembaga
pendidikan yang terkenal diantara jajaran lembaga pendidikan
tinggi lainnya didunia. Universitas Coedova menandingi dua
Universitas lainnya yaitu Al-Azhar di Cairo dan Nizhamiyah di
Bagdhad, dan telah menarik perhatian para pelajar tidak hanya
dari Spanyol ( Andalusia), tetapi juga dari Negara-negara Eropa
lainnya, Afrika dan Asia.16[16]
Di antara para ulama yang bertugas di Universitas Cordova
adalah Ibn Qutaibah yang dikenal sebagai ahli tata bahasa dan Abu
Ali Qali yang dikenal sebagai pakar filologi. Universitas ini
memiliki perpustakaan yang menampung koleksi sekitar Empat Juta
buku. Universitas ini mencakup jurusan yang meliputi Astronomi,
Matematika, Kedokteran, Teologi dan Hukum. Jumlah muridnya
mencapai Seribu orang. Selain itu di Andalusia juga terdapat
Universitas Sevilla, Malaga dan Granada yang didalamnya
mengajarkan Mata Kuliyah Teologi, Hukum Islam, Kedokteran, Kimia,
Filsafat dan Astronomi.
Filsafat
Atas inisiatif Al-Hakam (961-976), karya-karya ilmiah dan
filosofis diimpor dari timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova
dengan perpustakaannya dan Universitas-Universitasnya mampu
menyaingi Bagdhad sebagai pusat Utama ilmu pengetahuan di dunia
Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin Dinasti Bani Umayah
16
di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-
filosof besar pada masa sesudahnya.17[17]
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol
adalah Abu Bakr Muhammad Ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan
Ibn Bajjah. Masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan
eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Tokoh
utama kedua adalah Abu bakr ibn Thufail. Karya filsafatnya yang
paling terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.18[18]
Bagian akhir abad ke-12 menjadi saksi munculnya seorang
pengikut Aristoteles yang terbesar digelanggang filsafat Islam,
yaitu Ibn Rusyd dari Cordova yang memiliki cirri khas yaitu
kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan
kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah klasik tentang
keserasian filsafat dalam agama. Dia juga ahli fiqih dengan
karyanya yang termasyhur Bidayah al-Mujtahid.19[19]
Bidang Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, music, matematika, astronomi, kimia
dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas Ibn Farnas
termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah orang
pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.20[20] Ibrahim
ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat
menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan
17
18
19
20
berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang
dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang.
Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan.
Umm Al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-Hafidz
adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita. Tokoh
terkenal dalam bidang kedokteran adalah Ibn Rusdy. Selain
sebnagai filosof ia juga ahli kedokteran. Namun kemahirannya
dalam filsafat membuat keahlian dalam kedokterannya tertutupi.
Karya Monumentalnya dalam bidang ini adalah al-Kulliyat fi al-
Thibb (generalitas dalam kedokteran).
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian
Barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari
Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim di
Mediterania Sicilia. Dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M)
mencapai samudra Pasai dan Cina. Ibn Al-Khatib (1317-1374 M)
menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah
perumus filsafat sejarah. Itulah sebagian nama-nama besar dalam
bidang sains.21[21]
2.4 Pusat-pusat Pendidikan Islam
Pada masa Dinasti Umayyah. Islam telah tersebar keberbagai
daerah di luar Saudi Arabiah, seperti Syiria (Syam), Irak, Iran,
Mesir, Magribi (Maroko) dan telah sampai juga di Andalusia
(Spanyol) tahun 711 M.22[22] Perluasan negara Islam bukanlah
21
22
perluasan dengan merobohkan dan menghancurkan, bahkan perluasan
dengan teratur diikuti oleh ulama-ulama dan guru-guru agama yang
turut bersama-sama tentara Islam.
Dengan tersebarnya Islam keberbagai daerah tersebut, maka
timbul pulahlah pusat-pusat pendidikan Islam, antara lain :
Madrasah Makkah
Guru pertama yang mengajar di Makkah, sesudah penduduk Mekkah
takluk, ialah Mu’az bin Jabal. Ialah yang mengajarkan Al Qur’an
dan mana yang halal dan haram dalam Islam. Pada masa khalifah
Abdul Malik bin Marwan Abdullah bin Abbas pergi ke Mekkah, lalu
mengajar disana di Masjidil Haram. Ia mengajarkan tafsir, fiqh
dan sastra. Abdullah bin Abbaslah pembangunan madrasah Mekkah,
yang termasyur seluruh negeri Islam.23[23]
Madrasah Madinah
Madrasah Madinah lebih termasyur dan lebih dalam ilmunya,
karena di sanalah tempat tinggal sahabat-sahabat nabi. Berarti
disana banyak terdapat ulama-ulama terkemuka. Seperti Abu Bakar,
Umar bin Khatthab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair
bin Awwam, dan lain-lain.
Madrasah Basrah
Ulama sahabat yang termasyur di Basrah ialah Abu Musa Al-
asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa Al-Asy’ari adalah ahli fiqih
dan ahli hadist, serta ahli Al Qur’an. Sedangkan Abas bin Malik
termasyhur dalam ilmu hadis. Al-Hasan Basry sebagai ahli fiqh,
23
juga ahli pidato dan kisah, ahli fikir dan ahli tasawuf. Ia bukan
saja mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada pelajar-pelajar, bahkan
juga mengajar orang banyak dengan mengadakan kisah-kisah di
masjid Basrah.
Madrasah Kufah
Madrasah Ibnu Mas’ud di Kufah melahirkan enam orang ulama
besar, yaitu: ‘Alqamah, Al-Aswad, Masroq, ‘Ubaidah, Al-Haris bin
Qais dan ‘Amr bin Syurahbil. Mereka itulah yang menggantikan
Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan
saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah.
Ulama Kufah, bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud.
Bahkan mereka pergi ke Madinah.
Madrasah Damsyik (Syam)
Setelah negeri Syam (Syria) menjadi sebagian negara Islam dan
penduduknya banyak memeluk agama Islam. Maka negeri Syam menjadi
perhatian para Khilafah. Madrasah itu melahirkan imam penduduk
Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy yang sederajat ilmunya dengan
Imam Malik dan Abu-Hanafiah. Mazhabnya tersebar di Syam sampai ke
Magrib dan Andalusia. Tetapi kemudian mazhabnya itu lenyap,
karena besar pengaruh mazhab Syafi’I dan Malik.24[24]
Madrasah Fistat (Mesir)
Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu
agama. Ulama yang mula-mula madrasah madrasah di Mesir ialah
Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As, yaitu di Fisfat (Mesir lama). Ia
ahli hadis dengan arti kata yang sebenarnya. Karena ia bukan saja
24
menghafal hadis-hadis yang didengarnya dari Nabi S.A.W.,
melainkan juga dituliskannya dalam buku catatan, sehingga ia
tidak lupa atau khilaf meriwayatkan hadis-hadis itu kepada murid-
muridnya. Oleh karena itu banyak sahabat dan tabi’in meriwayatkan
hadis-hadis dari padanya.25[25]
2.5 Faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Di Andalusia
Adanya dukungan dari para penguasa. Kemajuan Andalusia Islam
sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan
berwibawa serta mencintai ilmu pengetahuan, juga memberikan
dukungan dan penghargaan terhadap para ilmuawan dan
cendekiawan.26[26]
Didirikannya sekolah-sekolah dan universitas-universitas
dibeberapa kota di Spanyol oleh Abd Al-Rahman III Al-Nashir,
dengan universitasnya yang terkenal di Cordova. Serta dibangunnya
perpustakaan-perpustakaan yang memiliki koleksi buku-buku yang
cukup banyak.27[27]
Banyaknya para sarjana Islam yang datang dari ujung Timur
sampai ujung Barat wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan
bermacam gagasan. Ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam
terpecah dalam berbagai kesatuan politik, terdapat apa yang
disebut kesatuan Budaya Islam.28[28]
25
26
27
28
Adanya persaingan antara Abbasiyah di Bagdhad dan Umayah di
Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Kompetisi
dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya Universitas
Cordova yang menyaingi Universitas Nizhamiyah di Bagdhad yang
merupakan persaingan positif tidak selalu dalam bentuk
peperangan.29[29]
2.6 Kemunduran Pendidikan Islam pada masa Dinasti Umayyah di
Andalusia
Salah satu factor yang paling utama yang menyebabkan
kemunduran dan penurunan pendidikan Islam adalah keadaan politik
ssutau peradaban. Suatu peradaban tentu akan mengalami pasang
surut sebagaimana berputarnya sebuah roda, kadang diatas kadang
ada dibawah. Hal ini tentu telah menjadi hukum alam. Demikian
juga dengan kekuasaan sebuah imperium, suatu saat dia mucul,
berkembang pesat, lalu jatuh dan hilang. Kekuasaan Islam di
Andalusia (Spanyol) telah banyak memberikan sumbangan yang tak
ternilai harganya bagi peradaban dunia saat ini. Tetapi imperium
yang begitu besar akhirnya mengalami nasib yang sangat memilukan.
Ada beberapa factor penyebab kemunduran yang akhirnya membawa
kehancuran dunia Islam itu sendiri.30[30]
Sepeninggal Umar bin Abdul Aziz, kekuasaan Bani Umayyah
dilanjutkan oleh Yazid bin Abdul Malik (720-724). Masyarakat yang
sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada masa itu
29
30
berubah menjadi kacau, karena dilatar belakangi kepentingan etnis
politis. Lalu dilanjutkan oleh Hisyam bin Abdul Malik (724-743),
pada masa ini muncul satu kekuatan baru, yang dikemudian hari
menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan
itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan
mawali. Setelah Hasyim meninggal dunia, kalifah-khalifah Bani
Umayyah berikutnya bukan hanya lemah tapi juga bermoral buruk.
Hal ini semakin memperkuat golongan oposisi, dan akhirnya, pada
tahun 750 M, daulah Umayyah digulingkan oleh Bani Abbasiyah.31
[31]
Badri Yatim ada menyebutkan 5 faktor yang menyebabkan
lemahnya pemerintahan bani Umayyah yang membawanya kepada
kehancuran.32[32] Factor-faktor itu antara lain :
a) System pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah
suatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan pada
aspek senioritas. Peraturannya tidak jelas, sehingga membuat
system pergantian khalifah ini menjadi tidak sehat di kalangan
istana.
b) Latar belakang terbentuknya dinasti Umayyah tidak bias
dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi dimasa Ali.
c) Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara
suku Arabiah Utara (Bani Qays) dan Arabiah Selatan (Bani Kalb)
yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam juga makin memperuncing
permasalahan di tubuh Bani Umayyah.
31
32
d) Lemahnya pemerintahan daulah Umayyah juga disebabkan oleh
sikap hidup mewah di lingkungan istana.
e) Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Dinasti Umayyah
adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-
Abbas Ibn Abd Al-Muthalib.33[33]
Sedangkan menurut Dedi Supriyadi, ada beberapa factor yang
menyebabkan runtuhnya pemerintahan Umayyah,34[34] antara lain :
a) Munculnya khalifah-khalifah yang lemah
b) Konflik antara islam dan Kristen
c) Menculnya Muluk Ath Thawaif
d) Kemerosotan Ekonomi dan System pengalihan kekuasaan yang tidak
jelas.
2.7 Tokoh-tokoh Pendidikan Islam
Tokoh-tokoh pendidikan pada masa Bani Umayyah terdiri dari
ulama-ulama yang menguasai bidangnya masing-masing seperti dalam
bidang tafsir, hadist, dan Fiqh. Selain para ulama juga ada ahli
bahasa/sastra.
Ulama-ulama Tafsir, yaitu: Mujahid, ‘Athak bin Abu Rabah,
‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Masruq bin Al-Ajda’, Qatadah. Pada
masa tabi’in tafsir Al-Qur’an bertambah luas dengan memasukkan
Israiliyat dan Nasraniyat, karena banyak orang-orang Yahudi dan
Nasrani memeluk agama Islam. Di antara mereka yang termasyhur:
Ka’bul Ahbar, Wahab bin Munabbih, Abdullah bin Salam, Ibnu Juraij
33
34
Ulama-ulama Hadist. Kitab bacaan satu-satunya ialah al-Qur’an.
Sedangkan hadis-hadis belumlah dibukukan. Hadis-hadis hanya
diriwayatkan dari mulut ke mulut. Dari mulut guru ke mulut
muridnya, yaitu dari hafalan uru diberikannya kepada murid,
sehingga menjdi hafalan murid pula dan begitulah seterusnya.
Setengah sahabat dan pelajar-pelajar ada yang mencatat hadist-
hadist itu dalam buku catatannya, tetapi belumlah berupa buku
menurut istillah kita sekarang. Sahabat-sahabat yang banyak
meriwayatkan hadis-hadis ialah: Abu Hurairah (5374 hadist),
‘Aisyah (2210 hadist), Abdullah bin Umar (± 2210 hadist),
Abdullah bin Abbas (± 1500 hadist), Jabir bin Abdullah (±1500
hadist), Anas bin Malik (±2210 hadist)
Ulama-ulama Fiqh. Ulama-ulama tabi’in Fiqih pada masa bani
Umayyah diantaranya adalah:, Syuriah bin Al-Harits, ‘alqamah bin
Qais, Masuruq Al-Ajda’,Al-Aswad bin Yazid. Kemudian diikuti oleh
murid-murid mereka, yaitu: Ibrahim An-Nakh’l (wafat tahun 95 H)
dan ‘Amir bin Syurahbil As Sya’by (wafat tahun 104 H). sesudah
itu digantikan oleh Hammad bin Abu Sulaiman (wafat tahubn 120 H),
guru dari Abu Hanafiah.
Ahli bahasa/sastra. Seorang ahli bahasa seperti Sibawaih yang
karya tulisnya Al-Kitab, menjadi pegangan dalam soal berbahasa
arab. Sejalan dengan itu, perhatian pada syair Arab jahiliahpun
muncul kembali sehingga bidang sastra arab mengalami kemajuan. Di
zaman ini muncul penyair-penyair seperti Umar bin Abu Rabiah
(w.719), Jamil al-uzri (w.701), Qys bin Mulawwah (w.699) yang
dikenal dengan nama Laila Majnun, Al-Farazdaq (w.732), Jarir
(w.792).35[35]
BAB III
PENUTUP3.1 Simpulan
Islam masuk ke Andalusia pada tahun 93 H (711 M) dibawah
pimpinan Tariq bin Ziyad. Ketika Dinasti Umayah dipegang oleh
Khalifah al- Walid bin Abdul Malik. Kedatangan umat Islam ke
Andalusia ini membawa perubahan besar terhadap peradaban di
Andalusia, baik dari segi Politik maupun Intelektual.
Pola pendidikan Islam pada masa Dinasti Umayah di Andalusia
ada dua lembaga pendidikan, yaitu : yang pertama lembaga
pendidikan Kuttab (lembaga pendidikan dasar) yang biasanya
dilakukan dirumah-rumah dan yang kedua lembaga pendidikan tinggi
(Universitas). Adapun universitas yang terbesar adalah
universitas Cordova yang di bangun oleh Al-Hakam. Universitas ini
sangat terkenal diantara jajaran lembaga pendidikan tinggi
lainnya didunia. Universitas Coedova menandingi dua Universitas
lainnya yaitu Al-Azhar di Cairo dan Nizhamiyah di Bagdhad, dan
telah menarik perhatian para pelajar tidak hanya dari Spanyol
( Andalusia), tetapi juga dari Negara-negara Eropa lainnya,
Afrika dan Asia.
Kemajuan Intelektual di Andalusia ini tidak terlepas dari
besarnya dukungan yang diberikan oleh para penguasa pada saat itu
yang dipimpin oleh khalifah Islam. Kemajuan intelektual ini telah
35
membawa dampak yang begitu besar terhadap peradaban di spanyol
(Andalusia), yang menjadikannya unggul dan terkenal di seluruh
penjuru dunia pada saat itu.
3.2 Kritik & Saran
Di dalam makalah ini, jika ada kesalahan-kesalahannya, saya
sebagai penyusun meminta maaf sebesar-besarnya. Dan saya harap
pembaca yang budiman memberikan kritikan dan sarannya yang
bersipat membangun untuk makalah-makalah selanjutnya. Atas kritik
dan sarannya, saya ucapkan terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
1. Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, Medan : Wal Ashri
Publishing, 2011.
2. Haidar Putra Daulay & nurgaya Pasa, Sejarah Pendidikan Islam,
Medan : IAIN Press, 2007.
3. Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV. Pustaka
Setia, cet-10, 2008.
4. Majid Fahri, Sejarah Filsafat Islam, diterjemahkan oleh Mulyadi
Kartanegara, Jakarta : Pustaka Jaya,1986.
5. Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Grafindo Persada,
2004.
6. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Jakarta :
Grafindo Persada, 2010.
7. Ahmad Syalaby, Sejarah Pendidikan Islam, diterjemahkan oleh
Muchtra Yahya dan Sanusi Latief, Jakarta : Bulan Bintang, 1973.
8. http://akitephos.wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/