Upload
himbiounila
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROSPEK DAN KENDALA
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN SECARA TERPADU
(MAKALAH TUGAS HUKUM LINGKUNGAN)
OLEH:
T H O M A S A R I A C I P T A
NPM : 1420011011
PROGRAM MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
PASCA SARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................. 2
BAB I. PENDAHULUAN ........................ 3
BAB II. PEMBAHASAN ........................ 11
BAB III. KESIMPULAN ....................... 31
DAFTAR PUSTAKA ............................ 32
BAB I. PENDAHULUAN
Pada hakikatnya tujuan adanya negara adalah untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat negara yang bersangkutan.
Agar kesejahteraan rakyat dapat terwujud perlu dilakukan
pembangunan, namun praktek pembangunan yang tampak
cendrung berupa pembangunan ekonomi dan fisik, sementara
dampak dari pembangunan sering diabaikan. Pembangunan
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan manusia untuk
menciptakan keadaan hidup yang lebih baik. Pembangunan
merupakan proses yang pada umumnya direncanakan dengan
sengaja dalam masyarakat untuk menuju pada keadaan hidup
yang lebih baik. 1
Untuk merealisasikan pembangunan pasti memanfaatkan
sumber daya alam sebagai bagian dari sumber daya
1. Soerjono Soekanto. Permasalahan Dalam Kerangka Pembangunan diIndonesia, Yayasan Penerbit Universitas Indonesia Jakarta, 1976. hal.1.
lingkungan. Pemanfaatan atau eksploitasi terlihat ada
yang berupa pemanfaatan sumber daya alam yang langsung,
dan ada yang melalui proses pengolahan atau pengubahan
bahan mentah menjadi bahan jadi serta menghasilkan
benda-benda atau barang konsumsi yang bisa digunakan
untuk pemenuhan kehidupan manusia yang mempunyai nilai
ekonomis.
Pembangunan ekonomi yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi
akan menimbulkan dua macam akibat yaitu disatu pihak
memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia berupa
tersedianya barang dan jasa dalam perekonomian, dilain
pihak terdapat dampak negatif bagi kehidupan manusia yang
berupa pencemaran lingkungan dan menipisnya sumber daya
alam. Pencemaran lingkungan menyebabkan timbulnya
gangguan kesehatan dan kurang nyamannya kehidupan.
Sedangkan berkurangnya persedian sumber daya alam akan
mengurangi kemudahan dalam penyedian barang dan jasa bagi
pemenuhan kebutuhan manusia.2
2 . M. Suparmoko. Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan. SuatuPendekatan Teoritis. Penerbit BPFE Yokyakarta. 1997. hal. 17.
Kemajuan pesat yang telah dicapai dalam pembangunan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
ternyata diiringi oleh kemunduran kemampuan sumber daya
alam seperti air, tanah, hutan dan terkurasnya sumber
daya alam seperti perikanan, tambang minyak dan mineral
lainnya seperti air tanah.3 Pelaksanaan Pembangunan yang
semangkin beragam juga menghasilkan produk sampingan
seperti limbah, sampah dan buangan baik dalam wujud
padat, cair, gas maupun tingkat tekanan dan kebisingan.
Hasil sampingan tersebut perlu dijaga agar tidak
melampaui ambang batas dan daya tampung lingkungannya
dalam hal kemampuan lingkungan menerima, dan daya dukung
bahan-bahan yang mencemari lingkungan dalam batas yang
belum membahayakan ekosistemnya dan makhluk hidup. Jika
daya tampung lingkungan di lampaui, struktur dan fungsi
dasar ekosistem penunjang kehidupan akan rusak dan
keberlanjutan fungsi lingkungan akan terganggu.4
3 Aca Sugandhy. Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1999. hal. 20.
4 . Ibid. . hal. 21.
Melaksanakan pembangunan supaya dapat dicegah dan
ditanggulangi gangguan keseimbangan lingkungan (dampak
lingkungan) seminimal mungkin, maka diperlukan secara
konsisten dan konsekuen melaksanakan prinsip pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam hal ini
hukum lingkungan mempunyai peran strategis dalam
mewujudkan pembangunan berkelanjutan, karena substansi
hukum lingkungan mengutamakan pencegahan dibanding
penindakan. Karakter hukum lingkungan yang demikian
relevan dengan perujudan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan yang menghendaki pencegahan
dibanding penanggulangan.
Pembangunan berwawasan lingkungan (Sustainable Development)
adalah pola kebijaksanaan pembangunan yang tidak
mengganggu keseimbangan ekosistem yakni pembangunan yang
berorientasi kepada pengelolaan sumber daya alam
sekaligus mengupayakan perlindungan dan pengembangannya.
Dalam bahasa hukumnya pengelolaan lingkungan hidup
berdasarkan pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi
dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang
berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia.
5
Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan menurut
Lonergan seperti yang dikutip oleh Addinul Yakin 6 ada
tiga dimensi penting yang harus dipertimbangkan, yaitu :
1. Dimensi ekonomi yang menghubungkan antara
pengaruh-pengaruh unsur makroekonomi dan
mikroekonomi pada lingkungan dan bagaimana
sumberdaya alam diperlakukan dalam analisis
ekonomi.
2. Dimensi politik yang mencakup proses politik yang
menentukan penampilan dan sosok pembangunan,
pertumbuhan penduduk, dan degradasi lingkungan pada
semua negara. Dimensi ini juga termasuk peranan
agen masyarakat dan struktur sosial dan
pengaruhnya terhadap lingkungan.
5 . Moh. Askin. Penegakan Hukum Lingkungan & Pembicaraan di DPR RI.Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta. 2003. hal. 33.
6 Addinul Yakin , Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan, Teori dan KebijakanPembangunan Berkelanjutan. Akademika Presindo, Jakarta. 1977. hal.2.
3. Dimensi Sosial Budaya yang mengaitkan antara
tradisi atau sejarah dengan dominasi ilmu
pengetahuan barat, serta pola pemikiran dan tradisi
agama. Ketiga dimensi ini berintegrasi satu sama
lain untuk mendorong terciptanya pembangunan yang
berwawasan lingkungan
Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut dalam
konvensi Stockholm di Swedia 1972 telah menindaklanjuti
komitmen pembangunan berwawasan lingkungan ke dalam
peraturan perundang-undangan. Pasal 33 Ayat (3) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi
dasar hukum bagi penyelenggaraan lingkungan hidup dan
bertujuan untuk melestarikan kemampuan lingkungan hidup
agar tetap dapat menunjang kesejahteraan dan mutu hidup
generasi mendatang.7 Penjabaran lebih lanjut tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Lingkungan Hidup, dan diperbaharui dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan7 . Andi Hamzah (2005). Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika.
Jakarta, hal 30.
Lingkungan Hidup (UUPLH). Dewasa ini pembangunan nasional
diselenggarakan mengikuti prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan melalui visi, misi dan program pembangunan
nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 dan sekaligus
merupakan program Presiden selama 5 (lima) tahun
mendatang. RJPMN berisikan Strategi Pokok Penjabaran
Agenda Pembangunan Nasional yang memuat sasaran pokok,
arah kebijakan dan program-program pembangunan yang harus
dicapai, termasuk persoalan mengenai lingkungan hidup.8
Salah satu instrumen yang sangat penting dalam pencegahan
perusakan dan pencemaran lingkungan adalah Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan. Pembangunan yang diperkirakan
menimbulkan dampak besar dan penting bagi lingkungan
wajib memiliki dokumen AMDAL, yang di dalamnya terdapat
prosedur atau mekanisme yang wajib ditempuh oleh
pemrakarsa/penanggung jawab usaha/kegiatan sebelum
mendapat keputusan dari komisi AMDAL atau instansi yang8 Bapenas, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2004-2009, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 9.
bertanggung jawab dalam bentuk keputusan kelayakan
lingkungan.
Usaha dan/atau kegiatan kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup
meliputi : 9
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
2. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbarui
maupun yang tak terbarui
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat
menimbulkan pemborosan, pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya
alamdalam pemanfaatan
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat
mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan,
serta lingkungan social dan budaya
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat
mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber
daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya
9 Siswanto Sunarso. Hukum Pidana Lingkungan Hidup Dan StrategiPenyelesaian Sengketa. Rineka Cipta. 2005. hal. 76.
6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan
jasad renik
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non
hayati
8. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai
potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup
9. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi, dan atau
mempengaruhi pertahanan negara.
Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha
dan atau kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain :
10
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak
2. Luas wilayah penyebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena
dampak
5. Sifat kulatif dampak
10 Ibid. hal. 77.
6. Berbalik (reversible) atau tidak berberbaliknya (irrrever-
sible) dampak
Kualitas lingkungan hidup yang terus menurun ditunjukkan
dengan meningkatnya pencemaran air, udara dan atmosfer.
Penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke
dalam sistem, organisasi, maupun program kerja pemerintah
baik di pusat maupun di daerah masih belum berjalan
dengan baik.11
Gerakan lingkungan hidup yang didominasi oleh lembaga-
lembaga non pemerintah di negara kita hampir selalu
menumpuk pada persoalan penegakan hukum yang lemah, tidak
konsisten, dan tidak strategis, sehingga merupakan
penyebab penurunan kualitas lingkungan. 12 Deskripsi
demikian memberi indikasi bahwa penegakan hukum
lingkungan di Indonesia menemui berbagai kendala.
Kendala dalam penegakan hukum lingkungan dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya materi hukum itu
11 RJPMN . Op. Cit. hal. 15.12 Serasi (Media Informasi Lingkungan Hidup, edisi April
2004), “ Kebijakan Penegakan Hukum Lingkungan, Artikel , hal. 9.
sendiri, keseriusan aparat penegak hukum yang ada, sarana
dan fasilitas dalam penegakan hukum, serta tingkat
kesadaran hukum masyarakat yang masih rendah.13 Disamping
beberapa faktor tersebut, kendala dalam penegakan hukum
lingkungan juga terletak dalam persoalan ekonomi. Alasan
ekonomi kerap jadi batu sandungan.14
13 Ibid, hal 53-56.14 Serasi, Op. cit. hal. 13.
II. PEMBAHASAN
2.1. Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem
terdiri dari berbagai daerah, masing-masing sebagai
subsistem yang meliputi aspek sosial budaya, ekonomi dan
fisik, dengan corak ragam yang berbeda antara subsistem
yang satu dengan yang lain, dan dengan daya dukung
lingkungan yang berlainan. Pembinaan dan pengembangan
yang didasarkan pada keadaan daya dukung lingkungan akan
meningkatkan keselarasan dan keseimbangan subsistem yasng
berarti juga menigkatkan ketahanan subsistem. 15
Menurut Emil Salim, secara umum lingkungan hidup
diartikan sebagai segala benda, kondisi, keadaan, dan
pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati,15. Harun M. Husein,Lingkungan Hidup, Pengelolaan dan Penegakan
Hukumnya, Sinar Grafika, Jakarta,t, hal. 48 .
dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan
manusia. Sedangkan Soejono mengartikan lingkungan hidup
sebagai lingkungan hidup fisik atau jasmani yang mencakup
dan meliputi semua unsur dan faktor fisik jasmaniah yang
terdapat dalam alam. 16
Pengertian pembangunan berwawasan lingkungan menurut
Pasal 1 butir 13 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 adalah
upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola
sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang
berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.
Mengacu pada The World Commission on Enveronmental and
Development menyatakan bahwa pembangunan berwawasan
lingkungan adalah proses pembangunan yang dapat memenuhi
kebutuhan generasi masa sekarang tanpa mengesampingkan
atau mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam
memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya Holdren dan Erlich
dalam Zul Endria (2003) menyebutkan tentang pembangunan
berkelanjutan dengan terpeliharanya Total Natural Capital Stock
16. Harun. M. Husein .Ibid, hal 7.
pada tingkat yang sama atau kalau bisa lebih tinggi
dibanding dengan keadaan sekarang.
Pembangunan berkelanjutan yang dikonsep oleh Stren,
While, dan Whitney sebagai suatu interaksi antara tiga
sistem : Sistem biologis dan sumber daya , sistem ekonomi
dan sistem sosial, yang dikenal dengan konsep trilogi
keberlanjutan; ekologi-ekonomi,sosial. Konsep
keberlanjutan tersebut menjadi semangkin sulit
dilaksanakan terutama di negara berkembang. Pembangunan
berwawasan lingkungan memerlukan tatanan agar sumber daya
alam dapat secara berlanjut menunjang pembangunan, pada
masa kini dan mendatang, generasi demi generasi dan
khususnya dalam meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia. Prinsip pembangunan berkelanjutan mencakup
pemikiran aspek lingkungan hidup sedini mungkin dan pada
setiap tahapan pembangunan yang memperhitungkan daya
dukung lingkungan dan pembangunan dibawah nilai ambang
batas.
Sejak dilaksanakannya Konferensi Stockholm 1972, masalah-
masalah lingkungan hidup mendapat perhatian secara luas
dari berbagai bangsa. Sebelumnya sekitar tahun 1950-an
masalah-masalah lingkungan hidup hanya mendapat perhatian
dari kalangan ilmuan. Sejak saat itu berbagai himbauan
dilontarkan oleh pakar dari berbagai disiplin ilmu
tentang adanya bahaya yang mengancam kehidupan, yang
disebabkan oleh pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup.17 Masalah lingkungan timbul pada dasarnya karena :
a. Dinamika penduduk
b. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang kurang
bijaksana
c. Kurang terkendalinya pemanfaatan akan ilmu
pengetahuan dan teknologi maju
d. Dampak negatif yang sering timbul dari kemajuan
ekonomi yang seharusnya posistif
e. Benturan tata ruang
17 . Harun. M. Husein, Ibid, hal. 1.
Dengan adanya Stockholm Declaration, perkembangan hukum
lingkungan memperoleh dorongan yang kuat. Keuntungan yang
tidak sedikit adalah mulai tumbuhnya kesatuan pengertian
dan bahasa diantara para ahli hukum dengan menggunakan
Stockhlom Declaration sebagai referensi bersama.
Perkembangan baru dalam pengembangan kebijaksanaan
lingkungan hidup didorong oleh hasil kerja World
Commission on the Enveronment and Development (WCED). 18
WCED mendekati masalah lingkungan dan pembangunan dari
enam sudut pandang, yaitu; 19 :
a. Keterkaitan (interdependency)
Sifat perusakan yang kait mengkait (interdependent)
diperlukan pendekatan lintas sektoral antar
negara.
b. Berkelanjutan (sustainability)
Berbagai pengembangan sektoral memerlukan sumber
daya alam yang harus dilesterikan kemampuannya untuk
menunjang proses pembangunan secara berkelanjutan.18. Ibid 19 . Ibid
Untuk itu perlu dikembangkan pula kebijaksanaan
pembangunan berkelanjutan dengan wawasan lingkungan.
c. Pemerataan (equity)
Desakan kemiskinan bisa mengakibatkan eksploitasi
sumber daya alam secara berlebihan, untuk itu perlu
diusahakan kesempatan merata untuk memperoleh sumber
daya alam bagi pemenuhan kebutuhan pokok.
d. Sekuriti dan resiko lingkungan (securiry and environmental
risk)
Cara-cara pembangunan tanpa memperhitungkan dampak
negatif kepada lingkungan turut memperbesar resiko
lingkungan. Hal ini perlu ditanggapi dalam
pembangunan berwawasan lingkungan.
e. Pendidikan dan komunikasi (education and communication)
Penduduk dan komunikasi berwawasan lingkungan
dibutuhkan untuk ditingkatkan di berbagai tingkatan
penduduk dan lapisan masyarakat.
f. Kerjasama Internasional (international cooperation)
Pola kerjasama internasional dipengaruhi oleh
pendekatan pengembangan sektoral, sedangkan
pertimbangan lingkungan kurang diperhitungkan,
karena itu perlu dikembangkan pula kerjasama yang
lebih mampu menanggapi pembangunan yang berwawasan
lingkungan.
Untuk menganalisis berbagai kendala yang dihadapi dalam
pembangunan yang berwawasan lingkungan, maka dapat
digunakan keenam segi penglihatan tersebut di atas.
masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut; (1)
perspektif kependudukan, pembangunan ekonomi, teknologi
dan lingkungan; (2) pengembangan energi berwawasan
lingkungan, termasuk masalah C02, polusi udara, hujan
asam, kayu bakar, dan konversi sumber energi yang bisa
diperbaharui dan lain-lain; (3) pengembangan industri
berwawasan lingkungan, termasuk di dalamnya masalah
pencemaran kimia, pengelolaan limbah dan daur ulang; (4)
pengembangan pertanian berwawasan lingkungan, termasuk
erosi lahan, diversivikasi, hilangnya lahan pertanian,
terdesaknya “habitat wildlife”, (5) kehutanan, pertanian dan
lingkungan, termasuk hutan tropis dan diversitas biologi;
(6) hubungan ekonomi internasional dan lingkungan,
termasuk disini bantuan ekonomi, kebijaksanaan moneter,
kebijaksanaan perdagangan, dan internasional
externalities; dan (7) kerjasama internasional.20
Selanjutnya dalam World Summit on sustainable Development (WSSD)
yang diselenggarakan di Johannesburg, Afrika Selatan
tanggal 26 Aguatus-4 Sepetember 2002 ditegaskan kembali
kesepakatan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan
(Sustainable Development) dengan menetapkan “The
Johannesburg Declaration on Sustainable Development” yang terdiri
atas; 21
a. From our Origin to the future
b. From Stockholm to Rio de Janeiro Johannesburg
c. The Challenge we Face
20 . R.M. Gatot P. Soemartono, Op. Cit, hal 35.21. Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan
Lingkungan Nsional, Edisi ketiga, Airlangga University Press, Surabaya,2005. hal. 59.
d. Our Commitment to Sustainable Development
e. Making it Happen
Sebagai tindak lanjut ditetapkan pula World Summit
Sustainable Development, Plan of Implementation yang mengedepankan
integrasi tiga komponen pembangunan berkelanjutan yaitu
pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan
lingkungan sebagai tiga pilar kekuatan. Pada konfrensi
Nasional Pembangunan Berkelanjutan yang dilaksanakan di
Yokyakarta tanggal 21 Januari 2004, Kesepakatan Nasional
dan Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan diterima
oleh Presiden RI dan menjadi dasar semua pihak untuk
melaksanakannya.22
Dalam kaitannya dengan hal diatas, menurut Emil Salim
terdapat lima pokok ikhtiar yang perlu dikembangkan
dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan pembangunan
yang berwawasan lingkungan, yaitu : 23
22. Ibid . hal. 60 .23. R.M. Gatot P. Soemartono, Op. Cit. hal 200.
a. Menumbuhkan sikap kerja berdasarkan kesadaran saling
membutuhkan antara satu dengan yang lain. Hakikat
lingkungan hidup adalah memuat hubungan saling kait
mengkait dan hubungan saling membutuhkan antara satu
sektor dengan sektor lainnya, antara satu negara
dengan negara lain, bahkan antara generasi sekarang
dengan generasi mendatang. Oleh karena itu diperlukan
sikap kerjasama dengan semangat solidaritas
b. Kemampuan menyerasikan kebutuhan dengan kemampuan
sumber alam dalam menghasilkan barang dan jasa.
Kebutuhan manusia yang terus menerus meningkat perlu
dikendalikan untuk disesuaikan dengan pola penggunaan
sumber alam secara bijaksana.
c. Mengembangkan sumberdaya manusia agar mampu
menanggapi tantangan pembangunan tanpa merusak
lingkungan
d. Mengembangkan kesadaran lingkungan di kalangan
masyarakat sehingga tumbuh menjadi kesadaran berbuat.
e. Menumbuhkan lembaga lembaga-lembaga swadaya
masyarakat yang dapat mendayagunakan dirinya untuk
menggalakkan partisipasi masyarakat dalam mencapai
tujuan pengelolaan lingkungan hidup.
2.2 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan dilakukan dilakukan oleh setiap negara, baik
negara maju maupun negara berkembang dengan maksud untuk
mensejahterakan warganya. Tetapi yang menjadi
keprihatinan sekarang adalah adanya desakan semakin keras
untuk melanjutkan pola pembangunan konvensional, terutama
di negara berkembang disebabkan oleh pertambahan penduduk
yang semakin banyak dan keinginan mengatasi kemiskinan
yang cukup parah.24
Untuk mempertahankan fungsi keberlanjutan dalam
meningkatkan kualitas hidup manusia maka ada beberapa
prinsip kehidupan yang berkelanjutan yang seharusnya
24. Imam Supardi. Lingkungan Hidup & Kelestariannya, Alumni Bandung 2003, hal.209
diadopsi kedalam pembangunan. Imam Supardi merinci
prinsip tersebut sebagai berikut :
a. Menghormati dan memelihara komunitas
kehidupan.
Prinsip ini mencerminkan kewajiban untuk peduli kepada
orang lain dan kepada bentuk-bentuk kehidupan lain,
sekarang dan dimasa datang.
b. Memperbaiki kualitas hidup manusia
Tujuan pembangunan yang sesungguhnya adalah
memperbanyak mutu hidup manusia. Ini sebuah proses
yang memungkinkan manusia menyadari potensi mereka,
membangun rasa percaya diri mereka dan masuk kehidupan
yang bermanfaat dan berkecukupan
c. Melestarikan daya hidup dan
keanekaragaman bumi
Prinsip ini menuntut kita untuk :
1) Melesterikan sistem-sistem
penunjang kehidupan
2) Melestarikan keanekaragaman hayati
3) Menjamin agar penggunaan sumber
daya yang dapat diperbaharui berkelanjutan
d. Menghindari sumber daya yang tidak
terbarukan.
Sumber daya yang tidak terbarukan adalah bahan-bahan
yang tidak dapat digunakan secara berkelanjutan.
Tetapi umur mereka dapat diperpanjang dengan cara daur
ulang, penghematan atau dengan gaya pembuatan suatu
produk pengganti bahan-bahan tersebut
e. Berusaha untuk tidak melampaui
kapasitas daya dukung bumi.
Kapasitas daya dukung ekosistem bumi mempunyai batas-
batas tertentu. Sampai tingkat tertentu ekosistem bumi
dan biosfer masih bertahan terhadap gangguan atau
beban tanpa mengalami kerusakan yang membahayakan
f. Mengubah sikap dan gaya hidup orang
perorang
Guna menerapkan etika baru untuk hidup berkelanjutan,
kita harus mengkaji ulang tata nilai mensyarakat dan
merubah sikap mereka. Masyarakat harus memperkenalkan
nilai-nilai yang mendukung etika baru ini dan
meninggalkan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
falsafah hidup berkelanjutan
g. Mendukung kreatifitas masyarakat untuk
memelihara lingkungan sendiri
h. Menyediakan kerangka kerja nasional
untuk memadukan upaya pembangunan pelestarian. Dalam
hal ini diperlukan suatu program nasional yang
dimaksud untuk menciptakan kehidupan yang
berkelanjutan
i. Menciptakan kerjasama global
Untuk mencapai keberlanjutan yang global, maka harus
ada kerjasama yang kuat dari semua negara. Tingkat
pembangunan di setiap negara tidak sama. Negara-negara
yang penghasilannya rendah harus dibantu agar bisa
membangun secara berkelanjutan
Kesembilan prinsip diatas, sebetulnya bukan merupakan hal
yang baru. Prinsip-prinsip tersebut mencerminkan
pertanyaan – pertanyaan yang telah sering muncul dalam
berbagai pemberitaan mengenai perlunya persamaan hak,
pembangunan yang berkelanjutan, dan pelestarian alam.
Selanjutnya Sudharto P. Hadi mengemukakan empat prinsip
pembangunan berkelanjutan, yaitu:25
a. Pemenuhan kebutuhan dasar baik materi maupun non-
materi.
Pemenuhan kebutuhan materi sangat penting karena
kemiskinan dipandang baik sebagai penyebab maupun hasil
dari penurunan kualitas lingkungan. Kerusakan lingkungan
menyebabkan timbulnya kemiskinan dan penurunan kualitas
hidup, karena masyarakat tidak lagi memiliki sumber daya
alam yang bisa dijadikan aset untuk menopang kehidupan.
Kebutuhan non-materi yang dicerminkan dalam suasana
keterbukaan, bebas dari rasa tertekan, demokratis yang
merupakan syarat penting bagi masyarakat untuk bisa
25. Sudharto P. Hadi, Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan, Gadjah Mada university Press, Yogyakarta, 2001 , hal . 44.
mengambil bagian dalam pengambilan keputusan yang
mempengaruhi kehidupan mereka. Keikutsertaan masyarakat
akan mampu meningkatkan kualitas keputusan, karena
sesungguhnya mayarakat adalah para pakar lokal dalam arti
lebih memahami kondisi dan karakter lingkungan di sekitar
tempat tinggal mereka, adanya kesempatan menyampaikan
pendapat akan menumbuhkan perasaan sebagai part of process.
b. Pemeliharaan lingkungan.
Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, ada dua prinsip
penting yaitu prinsip konservasi dan mengurangi konsumsi.
Pemeliharaan lingkungan hidup sebenarnya sangat terkait
dengan prinsip pemenuhan kebutuhan manusia. Bahkan jika
kerusakan sudah sedemikian parah akan mengancam
Eksistensi manusia itu sendiri. Tidak berlebihan jika
dikatakan bahwa penyebab pencemaran dan kerusakan
lingkungan adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi
manusia (HAM). Oleh karena itu konservasi dimaksudkan
untuk perlindungan lingkungan. Sedangkan prinsip
mengurangi konsumsi bermakna ganda. Pertama, mengurangi
konsumsi ditujukan pada negara maju sehubungan dengan
pola konsumsi energi yang besar, yang menyebabkan
terjadinya polusi dan penurunan kualitas lingkungan.
Kedua , perubahan pola konsumsi merupakan seruan yang
ditujukan kepada siapa saja (sebagai individu) baik di
negara maju maupun di negara berkembang agar mengurangi
beban bumi.
c. Keadilan Sosial
Berkaitan dengan keadilan , prinsip keadilan masa kini
menunjukkan perlunya pemerataan dalam prinsip
pembangunan. Keadilan masa kini berdimensi luas termasuk
di dalamnya pengalokasian sumber daya alam antara daerah
dan pusat. Sedangkan keadilan masa depan berarti perlunya
solidaritas antar generasi. Hal ini menunjukkan perlunya
pengakuan akan adanya keterbatasan (limitations) sumber daya
alam yang harus diatur penggunaannya agar tidak
mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang.
d. Penentuan nasib sendiri
Penentuan nasib sendiri meliputi prinsip terwujudnya
masyarakat mandiri dan partisipatori demokrasi.
Masyarakat mandiri (self relient community) adalah masyarakat
yang mampu mengambil keputusan sendiri atas hal-hal yang
berkaitan dengan nasib dan masa depannya. Hal ini
termasuk penentuan alokasi sumber-sumber daya alam.
Sedangkan prinsip partisipasi demokrasi adalah adanya
keterbukaan dan transparansi. Dengan memberikan
kesempatan bagi masyarakat untuk mengambil bagian dalam
setiap proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib
mereka, maka masyarakat akan merasa menjadi bagian dari
proses sehingga tumbuh rasa memiliki dan pada gilirannya
bisa memperoleh manfaat atas perubahan yang terjadi di
sekitar mereka.
Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di atas, akan
bisa terwujud jika didukung oleh pemerintah yang baik
(good governance). Dari uraian tentang prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan di atas, nampak bahwa konsep
ini menghendaki suatu transformasi dalam pola kehidupan
dan kelembagaan.
Jika interpretasi tentang pembangunan berkelanjutan
termasuk mengurangi konsumsi dari negara-negara industri,
maka agendanya akan meliputi perubahan perilaku dan gaya
hidup. Dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana mendorong
konsumsi barang-barang non material dan jasa dari pada
energi dan barang-barang konsumtif.
2.3. PENGERTIAN HUKUM LINGKUNGAN
Hukum lingkungan dalam pengertiannya yang sederhana dapat
diterangkan sebagai hukum yang mengatur tatanan
lingkungan (lingkungan hidup) dengan tujuan untuk
memelihara dan melindungi lingkungan hidup agar dapat
berlangsung secara teratur dan diikuti serta ditaati oleh
semua pihak. Oleh karena itu tujuan tersebut dituangkan
kedalam peraturan-peraturan hukum dengan demikian
lahirlah apa yang disebut hukum lingkungan.
Pasal 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 menyebutkan bahwa
hukum lingkungan (lingkungan hidup) adalah kesatuan ruang
dan semua benda, daya dan keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lainnya.
St. Munadjat Danusaputro seperti yang dikutip oleh
Mohammad Taufik Makarao membedakan antara hukum
lingkungan modern yang berorientasi kepada lingkungan
atau environment law dan hukum lingkungan klasik yang
berorientasi pada penggunaan lingkungan use-oriented law.
Hukum lingkungan modern menetapkan ketentuan dan norma-
norma guna mengatur tindak perbuatan manusia dengan
tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan
kemerosotan mutunya demi untuk menjamin kelestariannya
agar dapat secara langsung terus menerus digunakan oleh
generasi sekarang maupun generasi-generasi mendatang.
Sebaliknya hukum klasik menetapkan ketentuan dan norma-
norma dengan tujuan terutama sekali untuk menjamin
penggunaan eksploitasi sumber-sumber daya lingkungan
dengan berbagai akal dan kepandaian manusia guna mencapai
hasil semaksimal mungkin, dan dalam jangka waktu yang
sesingkat singkatnya. Hukum lingkungan modern
berorientasi kepada lingkungan, sehingga sifat dan
wataknya juga mengikuti sifat dan watak dari lingkungan
dan dengan demikian lebih banyak berguru kepada ekologi.
Dengan orientasi kepada lingkungan ini, maka hukum
lingkungan modern memiliki sifat utuh menyeluruh atau
komprehensif-integral, selalu berada dalam dinamika dengan
sifat dan wataknya yang luwes, sedang sebaliknya hukum
lingkungan klasik bersifat sektoral, serba kaku dan sukar
berubah.26
Indonesia mempunyai sejarah perkembangan Hukum Lingkungan
ditinjau dari segi perangkat perundang-undangannya, baik
dari zaman Hindia Belanda, zaman Jepang dan zaman
Kemerdekaan. Pada zaman-zaman tersebut telah banyak
terlahir peraturan perundang-undangan yang mengatur26 Mohammad Taufik Makarao. Aspek-aspek Hukum Lingkungan. Pt. Indek
Kelompok Gramedia. Jakarta. 2006. hal. 3
mengenai lingkungan, tapi sifatnya hukum lingkungan
klasik. Namun semangkin berkembang teknologi dan
globalisasi mengharuskan Indonesia melakukan perubahan –
perubahan atau perbaikan-perbaikan mengenai peraturan
lingkungan atau hukum lingkungan yang sifatnya modern.
Setelah melalui periode yang cukup panjang, maka masalah
lingkungan hidup di Indonesia diatur dalam UU Nomor 4
Tahun 1982 Tentang Ketentuan – ketentuan Pokok
Pengelolaan lingkungan hidup (UULH), yang memuat
ketentuan-ketentuan pokok dan mempunyai ciri sebagai
berikut :27
a. Sederhana tapi mencakup kemungkinan perkembangan
dimasa depan, sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat
b. Mengandung ketentuan-ketentuan pokok sebagai dasar
bagi peraturan pelaksanaan lebih lanjut
c. Mencakup semua segi di bidang lingkungan hidup agar
dapat menjadi dasar bagi pengaturan lebih lanjut
27 . Niniek Suparni. Pelestarian, Pengelolaan, dan Penegakan HukumLingkungan. Sinar Grafika. Jakarta. 1994. hal. 56
masing-masing segi yang akan dituangkan dalam bentuk
peraturan sendiri
UU Nomor: 4 Tahun 1982 terdiri dari 10 Bab, 24 Pasal yang
di dalam memuat instrumen penegakan hukum lingkungan
yaitu, administrasi, perdata dan pidana. Kemudian UU
Nomor : 4 Tahun 1982 ini disempurnakan menjadi UU Nomor :
23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UUPLH), yang terdiri dari 11 Bab, 52 Pasal yang memuat
mengenai segala macam aspek mengenai hukum lingkungan
termasuk Baku Mutu Lingkungan, Amdal, Izin, dan
sebagainya. UU ini merupakan pembaharuan dan
penyempurnaan dari pengaturan lingkungan Indonesia,
sehingga pengelolaan lingkungan memiliki landasan yang
pokok. UUPLH mendasari kebijaksanaan lingkungan di
Indonesia dan memberi fokus dalam pengelolaan lingkungan
Penegakan hukum tidak hanya dapat diandalkan pada
ketegasan atau kerasnya penegakan hukum tersebut,
penegakan hukum yang dikendaki ialah penegakan hukum yang
tegas, tetapi arif dan bijaksana. Dalam penegakan hukum
lingkungan teknik pendekatan terhadap masalah pelanggaran
ketentuan pengelolaan lingkungan harus menggunakan teknik
pendekatan yang komprehensif – integral. Dalam corak
pendekatan yang demikian itu penegakan hukum yang
dilaksanakan guna menunjang terlanjutkannya pembangunan
berwawasan lingkungan.
Peningkatan usaha pembangunan sejalan dengan peningkatan
penggunaan sumber daya untuk menyokong pembangunan dan
timbulnya permasalahan-permasalahan dalam lingkungan
manusia. Pembangunan merupakan proses dinamis yang
terjadi pada salah satu bagian dalam ekosistem yang akan
mempengaruhi seluruh bagian. Kita tahu bahwa pada era
pembangunan dewasa ini, suber daya bumi harus di
kembangkan semaksimal mungkin secara bijaksana dengan
cara-cara yang baik dan seefisien mungkin. 28
Dalam pembangunan, sumber alam merupakan komponen yang
penting karena sumber alam ini memberikan kebutuhan asasi
28. Imam Supardi, Lingkungan Hidup dan Kelesteriannya. Alumni, Bandung 2003. hal. 73
manusia. Dalam pembangunan sumber alam tadi hendaknya
keseimbangan ekosistem tetap terpelihara. Acapkali
meningkatnya kebutuhan proyek pembangunan, keseimbangan
ini bisa terganggu, yang kadang-kadang bisa membahayakan
kehidupan umat. Kerugian-kerugian dan perubahan-perubahan
terhadap lingkungan perlu diperhitungkan, dengan
keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh dari suatu
pembangunan. Itulah sebabnya dalam setiap usaha
pembangunan, ongkos-ongkos sosial untuk menjaga
kelestarian lingkungan perlu diperhitungkan. Sedapat
mungkin tidak memberatkan kepentingan umum masyarakat
sebagai konsumen hasil pembangunan tersebut.
Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam mengambil
keputusan-keputusan demikian, antara lain adalah kualitas
dan kuantitas sumber daya alam yang diketahui dan
diperlukan ; akibat-akibat dari pengambilan sumber
kekayaan alam termasuk kekayaan hayati dan habisnya
deposito kekayaan alam tersebut. Bagaimana cara
pengelolaannya, apakah secara tradisional atau memakai
teknologi modern, termasuk pembiayaannya dan pengaruh
proyek pada lingkungan, terhadap memburuknya lingkungan
serta kemungkinnan menghentikan pengrusakan lingkungan
dan menghitung biaya-biaya serta alternatifnya.
Hal-hal tersebut di atas hanya merupakan sebagian dari
daftar persoalan, atau pertanyaan yang harus
dipertimbangkan bertalian dengan setiap proyek
pembagunan, juga sekedar menggambarkan masalah lingkungan
yang masih harus dirumuskan kedalam pertanyaan-pertanyaan
kongkrit yang harus dijawab. Setelah ditemukan jawaban-
jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan tadi, maka
disusun pedoman-pedoman kerja yang jelas bagi pelbagai
kegiatan pembangunan baik berupa industri atau bidang
lain yang memperhatikan faktor perlindungan lingkungan
hidup.
Dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan sumber-sumber
alam yang dapat diperbaharui, hendaknya selalu diingat
dan diperhatikan hal-hal sebagai berikut ; 29
29. Ibid. hal. 77
a. Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu
alam yang masih penuh sumber kemakmuran untuk dapat
memberi kehidupan kepada mereka
b. Tetap adanya keseimbangan dinamis diantara unsur-
unsur yang terdapat di alam
c. Dalam penggalian sumber-sumber alam harus tetap
dijamin adanya pelestarian alam, artinya pengambilan
hasil tidak sampai merusak terjadinya autoregenerasi
dari sumber alam tersebut.
d. Perencanaan kehidupan manusia hendaknya tetap dengan
lingkungan dan terciptanya kepuasan baik fisik,
ekonomi, sosial, maupun kebutuhan spritual.
Selain itu dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek
pembangunan dan penggalian sumber daya alam untuk
kehidupan harus disertai dengan :
1. Strategi pembangunan yang sadar akan permasalahan
lingkungan hidup, dengan dampak ekologi yang sekecil-
kecilnya.
2. Suatu politik lingkungan se-Indonesia yang bertujuan
mewujudkan persyaratan kehidupan masyarakat Indonesia
yang lebih baik untuk puluhan tahun yang akan datang
(kalau mungkin untuk selamanya)
3. Eksploitasi sumber hayati didasarkan tujuan
kelanggengan atau kelestarian lingkungan dengan
prinsip memanen hasil tidak akan menghancurkan daya
autoregenerasinya
4. Perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi
kebutuhan penghidupan hendaknya dengan tujuan
mencapai suatu keseimbangan dinamis dengan lingkungan
hinggga memberikan keuntungan secara fisik, ekonomi,
sosial dan spritual.
5. Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat
dipergunakan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan
akibat proyek pembangunan, dalam rangka menjaga
kelestarian lingkungan
6. Pemakaian sumber alam tidak dapat diganti, harus
sehemat dan seefisien mungkin.
BAB III. KESIMPULAN
1. Penegakan hukum lingkungan dapat dilakukan melalui
penegakan hukum lingkungan administrasi, perdata dan
pidana dan penegakan hukum lingkungan harus lebih
terfokus kepada penegakan hukum lingkungan
administrasi oleh aparatur administrasi instansi
pengelola lingkungan hidup.
2. Adanya beberapa hambatan yang ditemui dalam penegakan
hukum lingkungan, terutama faktor belum selarasnya
Peraturan Daerah dangan Undang-Undang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Faktor penegakan hukum (aparatur
administrasi) serta faktor sarana/fasilitas
(keterbatasan dana).
DAFTAR PUSTAKA
I. Buku
Askin, Moh. Penegakan Hukum Lingkungan & Pembicaraan di DPR.2003. Jakarta. Penerbit Yarsif Watampone
Ahmad, Ali. Menguak Tabir Hukum (suatu kajian filosofis dansosiaologis). Jakarta. Gunung agung. tbk
Aria Zurnetti, Neng Sarmida, Nilma Suryani. 2002. “HukumPidana” Diktat. Padang : Fakultas HukumUniversitas Andalas
Fajriani, Lia. Kepatuhan dan Penegakan Hukum Yang BerkaitanDengan AMDAL, UKL dan UPL di Kota Padang. 2005.Tesis. Pascasarjana Universitas AndalasPadang
Hamzah. Andi. 1995. Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta.Arikha Media Cipta
-------, 2005. Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta .SinarGrafika
Husin, Sukanda. 2001. “ Hukum Lingkungan Internasional dan ISO14001 “ Jurnal Hukum Yustisia. Padang FakultasHukum Jurnal Universitas Andalas
Husen, M.Harun. Lingkungan Hidup, Pengelolaan dan PenegakanHukumnya. Jakarta. Sinar Grafika
Hardjasoemantri, Koesnadi. 1993. Hukum Tata Lingkungan.Edisi kelima, Cetakan ketujuh.Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Hadi. P. Sudarto. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan.2001. Yogyakarta. Gajahmada UniversityPress
HR, Ridwan. Hukum Administrasi Negara. Jakarta. 2006. PT.Raja Grafindo
Keraf, D. Sonny. 2000. Etika Lingkungan. Jakarta. Penerbit.Kompas.
Makarao. Moh. Taufik. Aspek-aspek Hukum Lingkungan.2006.Jakarta. PT Indek Kelompk Gramedia.
Rangkuti, Siti Sundari. 2000. Hukum Lingkungan danKebijaksanaan Lingkungan Nasional. Surabaya.Airlangga University Press.
Rahmadi, Takdir. Hukum Pengelolaan Bahan Berbahaya DanBeracun. Surabaya. 2003. AirlanggaUniversity Press.
Silalahi, M. Daud. 1992. Hukum Lingkungan Dalam SistemPenegakan Hukum Lingkungan. Bandung . MandarMaju
-------, 1995. AMDAL Dalam Sistem Penegakan Hukum LingkunganIndonesia. Bandung. Mandar Maju
Santosa, Mas Ahmad. 2001. Good Governance Hukum Lingkungan.Jakarta . ICEL
-------, 1997. Pengaduan Masyarakat dan Penyelesaian SengketaLingkungan. Jakarta. Indonesian Center ForEnvironmental Law.
-------, 1999. Pedoman Penggunaan Gugatan Perwakilan (ClassAction). Jakarta. ICEL, PIAC, YLBHI.
Suparni. Niniek. 1992. Pelestarian, Pengelolaan dan PenegakanHukum Lingkungan. Jakarta. Sinar Grafika
Supardi, Imam. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. 2003 .Alumni Bandung
Soemarwoto, Otto. 1994. Ekologi Lingkungan dan Pembangunan,Edisi Revisi. Jakarta. Djambatan.
-------, 1997. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta.Gaja Mada University Press
Sugandhy, Aca. 1999. Penataan Ruang dalam Pengelolaan LingkunganHidup. Jakarta. Gramedia
Soejono Soekanto. 2003. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta.Rineka Cipta.
Simon, Esther, Sigit Reliantoro dan Dadang Purnama. 2004.Tanya Jawab AMDAL, Menjawab Berbagai PertanyaanUmum Tentang AMDAL. Jakarta . KemeterianLingkungan Hidup
Soekanto, Soerjono. 1983. Penegakan Hukum. Jakarta. BinaCipta.
Soemartono, P. Gatot. Hukum Lingkungan Indonesia. JakartaSinar Grafika
2. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang PengelolaanLingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang PemerintahDaerah
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang AnalisisMengenai Dampak Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Negara Menteri Negara Lingkungan HidupNomor 17 Tahun 2001 Tentang Jenis RencanaUsaha dan/atau Kegiatan Yang WajibDilengakapi dengan Analisis MengenaiDampak Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun2006 Tentang Pedoman Penyusunan AnalisisMengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun2002 Tentang Pelaksanaan UpayaPengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) danUpaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor23/MPP/Kep/1998 Tentang Lembaga-LembagaUsaha Perdagangan
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) KotaPadang Nomor 18 Tahun 2002 TentangPersetujuan Rencana Pengembangan 16 (enambelas) Pasar
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1990 Tentang Tata Bangunan
3. Makalah
Frenadin Adegustara, 2005. “ Analisis Mengenai DampakLingkungan (AMDAL)” Makalah. Padang
Sukanda Husin. 2005. “Teori dan Praktek GugatanPerwakilan (Class Action) di Indonsia”Makalah. Padang. Fakultas HukumUniversitas Andalas
Rangkuti, Siti Sundari. 1991. “ Inovasi Hukum Lingkungandari Ius Contitutum ke Ius Constituendum”Pidato ilmiah Pengukuhan Guru besarUniversita Airlangga.