Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
0
PROPOSAL DISERTASI
MODEL LOYALITAS PELANGGAN SMARTPHONE VIVO
DI MEDAN
Oleh:
Runggu Besmandala Napitupulu
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
JAKARTA
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan pesat dalam pengembangan teknologi membuka peluang
persaingan semakin tajam. Jumlah produk Ponsel / Smartphone baru tumbuh dengan
cepat sesuai dengan keunggulan, keunikan dan karakteristik atau fitur-fitur yang berbeda.
Keadaan ini bermanfaat bagi konsumen untuk memilih produk yang relefan dengan
kondisi atau harapan mereka. Fenomena terjadi karena dukungan pengembangan
teknologi yang semakin canggih di semua bidang, sehingga mendorong perusahaan
untuk menciptakan produk-produk baru yang dapat berguna dalam memfasilitasi
pekerjaan masyarakat. Seperti yang kita ketahui manusia saat ini tidak dapat dipisahkan
dari smartphone. Indonesia menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar
keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Selain itu, Indonesia memiliki
kelebihan dengan jumlah orang yang bisa menjadi pasar yang sangat besar. Ini bisa
dilihat dari peningkatan pengguna smartphone dari tahun ke tahun di seluruh dunia
Diantara 10 Media Sosial ( Youtube , WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter,
Line, FB Messenger, LinkedIn,Pinterest, dan Wechat ). Youtube menjadi platform yang
paling sering diakses pengguna media sosial di Indonesia berusia 16 hingga 64 tahun,
mencapai 88%. WhatsApp sebesar 84%, Facebook sebesar 82%, dan Instagram 79%.
Selanjutnya disebutkan bahwa 99% pengguna media sosial berselancar melalui
ponsel.(Jayani, 2020)
Dari seluruh populasi pemilik HP di Indonesia, 42 persen memiliki smartphone,
28 persen mempunyai HP biasa, dan 29 persen tidak memiliki HP.(Hidayat, 2019)
Perkembangan penggunaan smarphone di Indonesia selama 4 tahun terakhir disajikan
pada tabel 1.1.(eMarketer, 2020)
2
Tabel 1.1
Penggunaan Smartphone di Indonesia
Tahun 2016-2019 (juta unit)
No Tahun Jumlah Peningkatan
1 2016 65.2 -
2 2017 74.9 9.7
3 2018 83.5 8.6
4 2019 92 8.5
Sumber: Diolah dari (eMarketer, 2020)
Jumlah smartphone yang dipakai di tanah air selama tahun 2016 sebanyak 65.2
juta unit. Angka itu meningkat sebesar 9.7 juta unit pada tahun 2017. Pada tahun
berikutnya terjadi lagi peningkatan sebanyak 8.6 juta unit, sehingga jumlah penggunaan
smartphone menjadi 83.5 juta unit. Pada tahun 2019 penggunaan smartphone di
Indonesia sebanyak 92 juta unit. Angka ini naik sebanyak 8.5 juta unit dari tahun
sebelumnya.
Smarthphone yang terdapat di pasar Indonesia terdiri dari berbagai merek
disamping Vivo yakni ASUS, Samsung, Smartfren, Lenovo, Advan, Xiaomi, dan
Realme. Perkembangan pangsa pasar masing-masing merek dirangkum dalam 5 besar
pangsa pasar tertinggi setiap tahun sejak 2015 hingga 2019. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 1.2. dan 1.3.
Tabel 1.2
Pangsa Pasar Top 5 Smartphone di Indonesia (%) tahun 2015-2017
No Merk
Smartphone
Pangsa
Pasar
No Merk
Smartphone
Pangsa
Pasar
No Merk
Smartphone
Pangsa
Pasar
2015 2016 2017
1 ASUS 21.9 1 Samsung 28.8 1 Samsung 31.8
2 Samsung 19.7 2 Oppo 16.6 2 Oppo 22.9
3 Smartfren 9.7 3 ASUS 10.5 3 Advan 7.7
4 Lenovo 9.2 4 Advan 6.8 4 ASUS 6.5
5 Advan 8.8 5 Lenovo 5.6 5 vivo 6.0
6 Lainnya 30.7 6 Lainnya 31.6 6 Lainnya 25.1
Sumber: Diolah dari (IDC, 2020)
3
Pada tahun 2015 smartphone merek ASUS memiliki pangsa pasar terbesar di
Indonesia yakni sebesar 21.9%. Samsung berada pada urutan kedua.Smartfren
menempati posisi ketiga. Lenovo pada posisi keempat. Advan menmpati urutan kelima.
Pada tahun 2015, smartphone merek vivo masih belum memasuki 5 besar pangsa pasar
di tanah air. Jadi masuk dalam merek lainnya.
Samsung menempati urutan pertama dalam pangsa pasar di Indonesia pada tahun
2016, dengan besaran 28.8 persen mengungguli ASUS yang melorot keurutan ketiga.
Sejak tahun 2016 OPPO masuk dalam 5 besar pangsa pasar dengan besaran 16.6 persen.
Menempati urutan kedua setelah ASUS. Advan dan Lenovo menempati urutan keempat
dan kelima dengan pangsa pasar masing-masing 6.8 persen dan 5.6 persen.
Vivo masuk dalam 5 besar pangsa pasar sejak tahun 2017. Pangsa pasar yang
dilayani sebesar 6%. Pada tahun ini, Samsung bertahan pada urutan pertama pemegang
pangsa pasar terbanyak dengan angka 31.8%. Selama dua tahun 2016 dan 2017 pangsa
pasar Samsung tetap meningkat. OPPO menempati urutan kedua dengan pangsa pasar
sebanyak 22%. Urutan ketiga dan keempat dimiliki oleh Advan dan ASUS dengan
pangsa pasar masing-masing 7.7% dan 6.5%.
Tabel 1.3
Pangsa Pasar Top 5 Smartphone di Indonesia (%) tahun 2018 dan 2019
No Merk Smartphone Pangsa
Pasar
No Merk
Smartphone
Pangsa
Pasar
2018 2019
1 Samsung 27 1 Samsung 26.9
2 Xiaomi 25 2 Oppo 21.5
3 Oppo 18 3 Vivo 17
4 Vivo 9 4 Xiaomi 16.8
5 Advan 6 5 Realme 6.1
6 Lainnya 15 6 Lainnya 11.7
Sumber: Diolah dari (IDC, 2020)
4
Samsung tetap berada pada urutan pertama pada tahun 2018 memiliki pangsa
pasar sebanyak 27%. Posisi kedua OPPO digeser oleh Xiaomi dengan pangsa pasar 25%.
OPPO jatuh keurutan ketiga dengan jumlah pangsa pasar sebanyak 18%. Vivi berada
pada urutan keempat dengan pangsa pasar sebanyak 9%. Urutan kelima ditempati oleh
Advan yang mempunyai pangsa pasar sebanyak 6%.
Sumber: Diolah dari tabel 1.2 dan 1.3
Gambar 1.1 Piechart pangsa pasar 5 merek top smartphone di Indonesia tahun 2019
Pada tahun 2019, Samsung masih tetap merajai pasar di Indonesia dengan pangsa
pasar terbesar yakni 26.9%. Lihat gambar 1.1. Oppo kembali keurutan kedua menggeser
posisi Xiaomi dengan pangsa pasar sebesar 21.5%. Urutan ketiga ditempati oleh Vivi
yang memiliki pangsa pasar sebesar 17%. Posisi keempat dan kelima ditempati oleh
Xiaomi dan Realmi dengan pangsa pasar masing-masing 16.8% dan 6.1%.
Oik Yusuf (2019), Pada kuartal-II 2019, pengapalan smartphone di Indonesia
mencapai angka tertinggi dalam sejarah, yakni sebanyak 9,7 juta unit menurut laporan
firma riset pasar IDC yang dirilis pekan lalu. Seperti sebelum-sebelumnya, IDC masih
menempatkan Samsung di urutan teratas dengan pangsa pasar sebesar 26,9 persen. Oppo
Pangsa Pasar 2019
Samsung
Oppo
Vivo
Xiaomi
Realme
Lainnya
5
menyusul di urutan kedua (21,5 persen), lalu secara berturut-turut Vivo (17 persen),
Xiaomi (16,8 persen), dan Realme (6,1 persen).
Doni Hermawan (2019), pemberi kontribusi terbesar pengguna internet di
Indonesia tetap Pulau Jawa yakni sebanyak 55,7 persen. Sementara, Pulau Sumatera 21,6
persen, dan area Indonesia Timur 10,9 persen. Untuk Pulau Sumatera, Provinsi Sumatera
Utara memberikan kontribusi nomor satu dibanding provinsi lain, sebesar 6,3 persen.
Menggunakan internet sehari-hari dari desktop jumlahnya sudah minim, dengan
komputer dan laptop sedikit naik, namun begitu bicara smartphone jumlahnya langsung
melonjak. Kalau di-persentasekan, ada di angka 93 persen.
Penjualan smartphone merek Vivo di Sumatera Utara masih terkonsentrasi di
kota Medan. Lihat tabel 1.4. Jumlah pengecer resmi kini di Sumatera Utara sebanyak 31
unit. Para pengecer berada di Medan sebanyak 17 unit; 2 unit berlokasi di kota Pematang
Siantar; 3 unit berada di kabupaten Deli Serdang; Pengecer resmi Vivo di kota Binjai
hanya 1 unit. Pengecer resmi Vivo di kabupaten Asahan hanya 1 unit. 2 unit pengecer
resmi Vivo di kota Padang Sidempuan. Di kabupaten Batubara hanya 1 unit pengecer
resmi Vivo. Penjualan smartphone merek Vivo berasal dari toko online seperti
Bukalapak, blibli.com, shopee, dan jd.id. (Toko Vivo Di Sumatera Utara, 2020)
Tabel 1.4
Pengecer resmi Smartphone Vivo di Sumatera Utara
No Nama Pengecer Lokasi
1 Vivo Store Sekip Medan City
2 Central Ponsel Medan City
3 Vivo Hi-fi & Smart Medan City
4 Relax Ponsel Medan City
5 Sentra Millennium ICT Center Medan City
6 Kembar Ponsel Medan City
7 Meimei Plaza Hp Medan City
8 Wellcomm Cambridge City Square Medan City
6
No Nama Pengecer Lokasi
9 Erafone Centre Point Mall (Medan) Medan City
10 IDOLA COM Sosialita fashion Medan City
11 Erafone Plaza Medan Fair Medan City
12 Golden Asia Selular Millennium ICT Center Medan City
13 JPhone Medan City
14 Sentra Ponsel Plaza Medan Fair Medan City
15 Telesindo Shop Medan City
16 Cheap Mobile Phone Store Medan Medan City
17 Wellcomm Shop Manhattan Medan Medan City
18 Berkawan Ponsel Pematang Siantar Pematang Siantar
19 Gudang HP Pematang Siantar
20 Berkawan Ponsel Deli Serdang
21 Central Ponsel Deli Serdang
22 Indah Ponsel Tamora Deli Serdang
23 Duta Ponsel & Duta Elektronik Binjai City
24 Yusuf Ponsel Asahan
25 vivo Service Center - Sidempuan Padang Sidempuan City,
26 vivo Service Center - Sidempuan Padang Sidempuan City,
27 Hoki Ponsel Batu Bara
28 Bukalapak Toko Online
29 blibli.com Toko Online
30 shopee Toko Online
31 jd.id Toko Online
Sumber: Diolah dari (Toko Vivo Di Sumatera Utara, 2020)
Masih terdapat kota-kota dan kabupaten di Sumatera Utara yang belum terdapat
pengecer resmi Vivo, seperti Berastagi, Prapat, Tarutung, Balige, Tebing Tinggi, dan
lain-lain. Memang daerah-daerah tersebut dapat dilayani oleh toko on line, namun
keberadaan pengecer resmi tetap diperlukan di berbagai kota dan kabupaten dalam
sebuah propinsi.
7
Penulis melaksanakan survey pendahuluan untuk memperoleh pemahaman dan
perfektif perihal kepercayaan konsumen dan loyalitas pelanggan, sebagaimana dilakukan
oleh (Utama , 2019) dalam penelitian disertasinya.
Peneliti menyelenggarakan survey pendahuluan terhadap 143 respoden yang
beralamat di kota Medan. Status mereka sebagai mahasiswa. Jangkauan umur 18 hingga
36 tahun.. Jumlah tersebut dirasakan sudah cukup untuk melihat perpektif pengguna
smartphone di Medan. Pengumpulan data melalui angket. Kuessioner didistribusikan
melalui google form (secara daring) kepada mahasiswa-mahasiswa di Medan yang
kebetulan emailnya diketahui oleh peneliti. Cara ini ditempuh berhubung dalam kondisi
yang sedang dialami oleh masyarakat kota Medan yakni termasuk zone merah pandemi
covid-19.
Sejak kapan mereka menggunakan smartphone disajikan pada tabel 1.5.
Respoden yang baru menggunakan smartphone pada tahun 2020 sebanyak 7 orang atau
4.9%. Mahasiswa menjadi pengguna smartphone sejak 2019 atau 1 tahun lalu sebanyak 6
orang atau 4.2%. Pengguna produk ini sejak 2 tahun lalu sebanyak 21 orang atau
14.69%. Pengguna terbanyak smartphone sejak 3-5 tahun lalu merupakan jumlah
terbanyak dengan angka 67 orang atau 46.85%. urutan kedua ditempati oleh pengguna
sejak 6-10 tahun lalu berjumlah 32 orang atau 22.38%. Pengguna sejak lebih dari 10
tahun lalu sebanyak 10 orang atau 6.99%.
Tabel 1.5
Tahun menggunakan smartphone pertama kali
No Jumlah
Orang Persen
1 Tahun ini (2020) 7 4.90
2 1 tahun lalu 6 4.20
3 2 tahun lalu 21 14.69
4 3 -5 tahun lalu 67 46.85
5 6-10 tahun lalu 32 22.38
8
No Jumlah
Orang Persen
6 Lebih dari 10 tahun lalu 10 6.99
7 Jumlah 143 1.00
Suber: Diolah dari data primer,2020
Beberapa merek smartpone belum mendapat kepercayaan dari respoden seperti
ASUS, Smartfren, Lenovo, dan Avan. Merekyang paling dipercaya yakni Samsung
berjumlah 56 orang atau 39. .16%. Lihat tabel 1.6. Posisi kedua diperoleh Oppo
sebanyak 40 orang atau 27.97%. Vivo menempati urutan ketiga dengan jumlah sebanyak
22 orang atau 15.38%. Realmi masih memperoleh kepercayaan dari sampel dengan
jumlah 3 orang atau 2.10%. Xiaomi memperoleh kepercayaan konsumen sebanyak 16
orang atau 11.19%. Merek lainnya sebanyak 6 0rang atau 4.2%.
Tabel 1.6
Kepercayaan terhadap merek smartphone di Medan
No Merek Jumlah
Orang Persen
1 ASUS 0 0.00
2 Samsung 56 39.16
3 Smartfren 0 0.00
4 Lenovo 0 0.00
5 Advan 0 0.00
6 Oppo 40 27.97
7 Vivo 22 15.38
8 Realme 3 2.10
9 Xiaomi 16 11.19
10 Lainnya 6 4.20
11 Jumlah 143 1.00
Suber: Diolah dari data primer,2020
Besaran kepercayaan konsumen terhadap berbagai merek smartphone menurut
pendapat para respoden secara gambalng dapat dilihat pada gambar 1.2
9
Sumber: Diolah dari tabel 1.6, 2020
Gambar 1.2. Piechart Kepercayaan Konsumen Terhadap Berbagai Merek Smartphone
Seorang pelanggan dapat dikatakan loyal terhadap sebuah merek smartphone,
jika telah melakukan pembelian ulang minimal sebanyak 2 kali dan menggunakan merek
bersangkutan selama ini.
Pembeli perdana merek Samsung sebanyak 55 orang atau 38 orang atau 38.46%.
Pembelian ulang sebanyak 4 orang atau 67%. Pembelian loyal sebanyak 17 orang atau
68%. Pelanggan loyal paling banyak pada merek ini. Pelanggan loyal berikutnya terdapat
pada merek Oppo dan Xiamo masing-masing 3 orang atau 12 %. Pembelian perdana
pada merek Oppo sebanyak 22 orang dan Xiaomi sebanyak 12 orang. Artinya pengguna
merek Oppo lebih banyak berganti merek dibandingkan dengan pengguna Xiaomi.
Tabel 1.7
Loyalitas Pembeli terhadap smartphone atas dasar merek
No Merek Pembeli Perdana Pembeli Ulang Pembeli Loyal
Orang % Orang % Orang %
1 ASUS 1 0.70 0 0 0 0
2 Samsung 55 38.46 4 67 17 68
3 Smartfren 1 0.70 0 0 0 0
4 Lenovo 9 6.29 0 0 0 0
5 Advan 7 4.90 0 0 0 0
6 Oppo 22 15.38 2 33 3 12
Kepercayaan Konsumen
Samsung
Oppo
Vivo
Realme
Xiaomi
Lainnya
10
No Merek Pembeli Perdana Pembeli Ulang Pembeli Loyal
Orang % Orang % Orang %
7 Vivo 15 10.49 0 0 2 8
8 Realme 0 0.00 0 0 0 0
9 Xiaomi 12 8.39 0 0 3 12
10 Lainnya 21 14.69 6 - - -
11 Jumlah 143 1.00 - - - -
Suber: Diolah dari data primer,2020
Pembelian perdana smartphone merek Vivo sebanyak 15 orang atau 10.49%.
Tidak ada pembelian ulang. Pelanggan loyal sebanyak 2 orang atau 8%.
Meskipun pembeli perdana merek Vivo lebih banyak dari Xiaomi, namun
loyalitas terhadap merek Xiaomi masih lebih tinggi dibandingkan dengan merek Vivo.
Loyalitas pelanggan terhadap keempat merek dapat juga dilihat pada gambar 1.3.
Sumber: Diolah dari tabel 1.7, 2020
Gambar 1.3. Piechart Loyalitas Pelanggan terhadap 4 merek smartphone
Variables brand image is a significant positive effect on brand loyalty, brand
trust affects brand loyalty, brand image has significant effect on brand trust (Bastian,
2014). Penelitian yang dilakukan oleh (Dewi, 2015) terhadap smartphone merek Advan
di kota Semarang ditemukan citra merek berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
loyalitas konsumen
Loyalitas Pelanggan
Samsung
Oppo
Xiaomi
Vivo
11
Dalam survey terhadap pengguna smartphone merek Samsung menemukan
brand image and customer satisfaction not significant on customer loyalty (Putri et al.,
2016). Penelitian oleh (Lestari & Yulianto, 2018), menemukan bahwa kualitas produk
berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen. Namun, studi yang
dilakukan oleh (Arief, 2017) , menemukan bahwa kualitas produk berpengaruh negatif
dan non signifikan terhadap loyalitas konsumen. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
kualitas produk tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan (Mutammam
et al., 2019; Arrohman Arief, 2018; Ambarsari, 2017) .
Penelitian yang telah dilakukan oleh (Rahmawati, 2019; Nalendra, 2018)
menemukan bahwa harga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
sedangkan studi oleh (Nurullaili, 2013) juga menemukan bahwa harga berpengaruh
positif dan signifikan terhadap loyalitas. Akan tetapi hal itu berbeda dengan hasil
penelitian oleh (Suwarni & Mayasari, 2011) menemukan bahwa harga tidak berpengaruh
signifikan terhadap loyalitas konsumen.
Penelitian lain menemukan dalam penelitiannya strong influence of negative
between price and loyalty of customers (Laely, 2016). Hasil penelitian (Bahrudin &
Zuhro, 2016) indicate that there is a positive and significant impact of customer trust on
customer loyalty.
1.2. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diungkap diatas, maka dapat ditetapkan
identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1. Identifikasi Masalah
1. Terdapat indikasi pangsa pasar smartphone vivo belum maksimal
2. Terdapat indikasi penyaluran vivo kurang terkendali
12
3. Terdapat indikasi Pasar di Medan masih lebih percaya terhadap smartphone merek
Samsung dan Oppo dibandingkan dengan merek Vivo
4. Terdapat indikasi pembelian perdana konsumen lebih banyak pada smartphone merek
Samsung dan Oppo
5. Terdapat indikasi Pembelian ulang konsumen lebih banyak terhadap smartphone
merek Samsung dan Oppo
6. Terdapat indikasi loyalitas pelanggan smartphone lebih tinggi pada merek Samsung,
Oppo, dan Xiaomi
7. Disinyalir citra merek berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap loyalitas
pelanggan
8. Disinyalir kualitas produk berpengaruh negatif dan non signifikan terhadap loyalitas
pelanggan
9. Disinyalir harga tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen
1.2.2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka perlu dilakukan pembatasan masalah,
dengan demikian pembahasan bias lebih fokus. Pertimbangan dalam pembatasan
masalah penelitian yakni:
1. Variabel yang diteliti meliputi: Citra Merek , Harga, Kualitas Produk , Kepercayaan
Konsumen , dan Loyalitas Pelanggan smartphone merek VIVO di Medan
2. Unit analisis dibatasi dengan memilih respoden para konsumen yang telah melakukan
pembelian ulang smartphone merek VIVO di Medan
3. Waktu penelitian dimulai Maret 2020 hingga Maret 2021
4. Opini respoden dikumpulkan dalam bentuk data ordinal dengan skala 1-7
13
5. Teknik analisis data menggunakan Deskriptif Analysis dan Structural Equation
Modeling
.
1.2.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah, maka peneliti merumuskan
masalah yang akan ditindak lanjuti yakni:
1. Apakah terdapat pengaruh citra merek terhadap kepercayaan konsumen pada
smartphone merek VIVO di Medan
2. Apakah terdapat pengaruh harga terhadap kepercayaan konsumen pada smartphone
merek VIVO di Medan
3. Apakah terdapat pengaruh kualitas produk terhadap kepercayaan konsumen pada
smartphone merek VIVO di Medan
4. Apakah terdapat pengaruh citra merek terhadap loyalitas pelanggan pada smartphone
merek VIVO di Medan
5. Apakah terdapat pengaruh harga terhadap loyalitas pelanggan pada smartphone merek
VIVO di Medan
6. Apakah terdapat pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan pada
smartphone merek VIVO di Medan
7. Apakah terdapat pengaruh kepercayaan konsumen terhadap loyalitas pelanggan pada
smartphone merek VIVO di Medan
8. Apakah terdapat pengaruh citra merek, harga, dan kualitas produk secara bersama-
sama terhadap kepercayaan konsumen pada smartphone merek VIVO di Medan
9. Apakah terdapat pengaruh citra merek, harga, kualitas produk dan kepercayaan
konsumen secara bersama-sama terhadap loyalitas pelanggan pada smartphone merek
VIVO di Medan
14
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang akan dibahas, maka tujuan penelitian ditetapkan untuk
mengetahui dan menganalisis :
1. Pengaruh citra merek terhadap kepercayaan konsumen pada smartphone merek VIVO
di Medan
2. Pengaruh harga terhadap kepercayaan konsumen pada smartphone merek VIVO di
Medan
3. Pengaruh kualitas produk terhadap kepercayaan konsumen pada smartphone merek
VIVO di Medan
4. Pengaruh citra merek terhadap loyalitas pelanggan pada smartphone merek VIVO di
Medan
5. Pengaruh harga terhadap loyalitas pelanggan pada smartphone merek VIVO di Medan
6. Pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan pada smartphone merek VIVO
di Medan
7. Pengaruh kepercayaan konsumen terhadap loyalitas pelanggan pada smartphone
merek VIVO di Medan
8. Pengaruh citra merek, harga, dan kualitas produk secara bersama-sama terhadap
kepercayaan konsumen pada smartphone merek VIVO di Medan
9. Pengaruh citra merek, harga, kualitas produk dan kepercayaan konsumen secara
bersama-sama terhadap loyalitas pelanggan pada smartphone merek VIVO di Medan
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini ditujukan pada para praktisi dan akademisi dibidang yang
relefan.
15
1.4.1. Kegunaan bagi praktisi
1. Bahan masukan bagi para pimpinan VIVO cabang Medan dalam penyusunan atau
penetapan kebijakan tentang peningkatan peningkatan loyalitan pelanggan
2. Bahan masukan bagi stakeholder eksternal dalam menilai loyalitan pelanggan
smartphone merek VIVO di Medan
1.4.2. Kegunaan bagi para akademisi
1. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuanm (kepustakaan) bagi kalangan
akademisi tentang Citra Merek , Harga, Kualitas Produk , Kepercayaan Konsumen ,
dan Loyalitas Pelanggan smartphone merek VIVO di Medan
2. Peneliti selanjutnya dapat meneliti ulang variable-variabel diatas pada masa yang akan
datang
3. Peneliti selanjutnya dapat manambah variabel independen lain yang diduga ada
pengaruhnya dalam meningkatkan loyalitas pelanggan smartphone merek VIVO di
Medan.
16
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU
2.1. Tinjauan Teori
Bagian ini mensintesa teori tentang citra merek, harga, kualitas produk,
kepercayaan konsumen, dan loyalitas pelanggan
2.1.1. Citra Merek
Citra merek didefenisikan sebagai persepsi konsumen tentang suatu merek sebagai
refleksi dari asosiasi yang ada pada pikiran konsumen. (Kotler & Keller Kevin , 2016)
Proses pemilihan, pengorganisasian dan penginterprestasian masukan informasi, sensasi
yang diterima melalui penglihatan, perasaan, pendengaran, penciuman dan sentuhan, untuk
menghasilkan makna dalam diri konsumen. Makna suatu merek melekat dibenak konsumen
setelah melihat, merasakan mendengar,menyentuh, atau mencium sebuah produk bermerek.
Segala kesan yang muncul dibenak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu
merek. Kesan yang kuat dapat membantu pelanggan memproses dan menerima informasi,
menjadi alasan untuk membeli, serta menciptakan sikap atau perasaan positif terhadap merek
yang bersangkutan. Pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan kesan. Citra merek dapat terbentuk
dalam diri seorang konsumen setelah berkali-kali menggunakan atau mengkonsumsi suatu
produk dengan merek tertentu. Makna suatu merek dapat melekat dalam benak seseorang karena
sering didengar dari orang disekeliling
Persepsi dapat bernilai negatif atau positif. Jika konsumen memiliki kesan positif
terhadap produk yang ditawarkan perusahaan maka hal tersebut akan menghasilkan persepsi
positif, begitu juga sebaliknya. Persepsi dalam diri seseorang sangat dipengaruhi oleh pikiran dan
lingkungan sekitarnya. Persepsi secara subtansial dapat sangat berbeda dengan kenyataan atau
realitas sebenarnya. Informasi tentang suatu merek yang sering didengar melalui media
komunikasi dapat membentuk kesan dalam diri seseorang.
17
Penulis lain mengatakan citra merek adalah sekumpulan asosiasi mengenai suatu merek
yang tersimpan dalam benak atau ingatan konsumen (Schiffman, Leon, Kanuk, 2007) .
Kesan yang muncul dibenak seseorang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek.
Berbagai kesan yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga dapat menciptakan citra tentang
merek dalam benak konsumen. Kesan terkait dengan merek dapat semakin meningkat dengan
semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi atau menggunakan suatu
merek.
Jadi merek-merek yang tidak menimbulkan suatu kesan dipikiran konsumen tentu akan
dilupakan. Makna suatu merek akan tertanam dingatan bila merek memberikan sesuatu yang
unik. Terdapat perbedaan yang nyata dengan produk yang sama dengan merek yang berbeda.
Citra merek merupakan penilaian konsumen terhadap merek tersebut dalam sebuah pasar
(A & Biel, 2013).
Proses untuk mendapatkan informasi tentang suatu merek yang dapat digunakan untuk
dasar pengambilan keputusan apakah merek baik atau sebaliknya. Mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Citra merek tertanam di benak konsumen
setelah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur capaian kesan. Penilaian
terhadap suatu merek setelah mengamati, merekam dan selanjutnya memutuskan tingkat capaian
yang terjadi dipikiran konsumen. Citra merek dapat tercipta berdasarkan pengalaman pribadi
maupun mendengar reputasinya dari orang lain atau media.
Citra merek adalah deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek
tertentu. Pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata atau tulisan secara jelas dan terperinci.
pemaparan atau penggambaran secara menyeluruh tentang segala kesan yang muncul dibenak
seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek (F. ; Tjiptono & Chandra,
Gregorius; Adriana, 2008).
Pemaparan suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan
menyimpulkan bahwa dirinya telah benar tentang suatu merek . Keyakinan merupakan suatu
sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau keyakinan semata bukanlah jaminan
18
kebenaran. Keyakinan seseorang terhadap suatu merek dapat berbeda dengan orang lain,
tergantung pada pengalaman dan informasi yang diperoleh.
Citra merek dapat juga diartikan gebyar dari seluruh asosiasi yang terkait pada suatu
merek yang sudah ada dibenak konsumen. (Kertajaya; Hermawan, 2007),
Kemegahanan atau kegemerlapan suatu kesan tetang suatu merek yang tertanam
dipikiran konsumen. Konsumen atau pemakai merasakan atau mendengar sesuatu yang hebat
tentang merek. Kesan yang terbentuk terkait dengan kesenangan konsumen atas pengalaman
terkait merek.
Dari berbagai uraian teori yang dikemukakan oleh para ahli diatas maka penulis
mengatakan:Citra merek adalah evaluasi terhadap kesan seseorang setelah memakai,
menggunakan, mendengar, dan merasakan suatu merek. Citra merek suatu produk tertanam
dibenak konsumen melalui suatu proses (pengalaman), baik dari diri sendiri atau informasi yang
diperoleh dari lingkungan.
2.1.2. Harga
Banyak pendapat tetang pengertian harga, salah satu disebut sejumah uang yang
dibayarkan atas barang dan jasa atau jumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka
mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang dan jasa (Kotler dan Armstrong,
2010).
Pada setiap transaksi antara pembeli akan menyerahkan uang untuk setiap barang atau
jasa yang diserahkan oleh penjual. Konsumen atau pengguna akan memanfaatkan barang atau
jasa yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan atau keinginan. Uang yang diserahkan merupakan
pengganti produk yang diserahkan oleh pemilik barang atau jasa.
Uang di berbagai Negara beraneka ragam seperti Yen Jepang, US $, Rp Indonesia,
EURO masyarakat ekonomi Eropa. Jadi harga dalam bentuk mata uang. Jumlah uang yang
diserahkan dalam setiap transaksi akan tergantung pada nilai barang yang diserahkan oleh
penjual pada waktu tertentu.
19
Dalam definisi ini surat-surat berharga seperti cheque, giro, dan surat berharga lain tidak
disebutkan dengan jelas, apakah termasuk kategori uang. Disamping itu , apakah pertukaran
barang dengan barang dengan nilai tertentu dapat dikatakan harga.
Harga merupakan nilai suatu barang yang dinyatakan dengan bentuk uang.
Nilai suatu barang adalah harga. Nilai tersebut representasikan oleh sejumlah uang.
(Buchari, 2013),Jika nilai suatu barang naik maka harga pun akan naik, demikian juga jumlah
uang yang dibayarkan akan semakin banyak. Sebaliknya bila nilai suatu barang semakin
menyusut maka hargapun akan menurun. Barang yang sama dapat berbeda nilainya. Jika barang
beda tempat, beda pemilik, beda waktu dapat merubah nilai barang tersebut. Implikasinya harga
juga akan berubah.
Alma hanya menyebutkan barang yang memiliki fisik. Sedangkan jasa yang tidak
memiliki fisik tidak termasuk dalam defenisi ini. Demikian juga dengan alat tukar seperti surat
berharga tidak diperhitungkan.
Harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan
untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya
(Stanton william J., 2000),.
Bila ingin memperoleh suatu produk diperlukan sejumlah uang yang disebut dengan
harga. Dalam memperoleh produk dari penjual, mungkin tidak hanya uang saja yang diserahkan
tetapi ditambahkab juga barang yang lain. Suatu produk diperoleh dengan meyerahkan sejumlah
uang dan barang tertentu.
Sering terjadi tidak hanya produk yang diserahkan oleh penjual dengan sejumlah uang
yang diserahkan, mungkin ditambahkan oleh penjual juga jasa yang satu paket dengan produk
tersebut. Dalam penjualan mobil disamping produk yang diserahkan kepada pembeli juga
diberikan jasapengantaran barang, perbaikan purna jual, dan lain-lain.
Stanton dalam defenisi ini tidak menyebut alat tukar lain seperti surat berharga. Harga
hanya sejumlah uang atau uang ditambahkan dengan barang tertentu.
20
Seorang penulis mengatakan, harga adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu
unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan
(Djaslim, 2003).
Suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau pemakai akan
membebankan jumlah moneter tertentu. Pembeli yang memperoleh produk akan membayar
sejumlah uang atau dengan alat tukar lain seperti giro, ceque, atau surat berharga lainnya.
Pembayaran dapat juga dalam bentuk uang ditambah dengan surat berharga.
Defenisi ini tidak secara eksplisit menyebutkan nilai dari produk yang diserahkan oleh
unit usaha, atau yang diterima oleh pembeli. Penyerahan barang tidak hanya dilakukan oleh unit
usaha atau organisasi, tetapi dapat juga dilakukan oleh individu.
Harga dapat diartikan uang dan jasa atau barang - barang yang tersedia ditukarkan oleh
pembeli untuk mendapatkan berbagai pilihan produk-produk dan jasa-jasa yang disediakan
penjual (F. ; Tjiptono & Chandra, Gregorius; Adriana, 2008).
Pembeli tidak hanya menyediakan sejumlah uang, tetapi ditambah dengan jasa atau
barang-barang bila hendak memperoleh produk atau jasa penjual. Seorang konsumen mungkin
menyediakan hanya uang saja, atau barang saja, atau bahkan jasa saja bila hendak memperoleh
produk atau jasa. Barang dapat ditukat dengan produk; Barang dengan jasa; Jasa dengan produk;
jasa dengan jasa.
Dalam definisi ini tidak disebut secara eksplisit nilai dari barang atau jasa yang diperjual-
belikan. Apakah harga yang terjadi menunjukkan nilai dari barang atau jasa yang dibeli. Tidak
disebutkan tentang surat-surat berharga yang dapat digunakan untuk menggantikan uang. Kini
sudah jarang kita temukan barter, meskipun dapat saja terjadi.
Mengacu pada uraian dari pakar diatas maka penulis mendefinisikan harga sebagai
berikut: Nilai suatu barang atau jasa atau kedua-duanya dalam bentuk uang atau alat moneter
lainnya atau ditambah barang atau jasa. Nilai barang atau jasa tidak hanya dapat ditukar dengan
uang tetapi dengan surat-surat berharga, barang atau jasa.
Barang dapat ditukar dengan uang, dapat ditukar dengan alat moneter, dapat ditukar
dengan barang lain, dan dapat ditukar dengan jasa. Intinya berapa nilai yang akan dipertukarkan.
21
Perbedaan waktu, tempat, pemilik dapat merubah nilai barang atau jasa. Oleh sebab itu harga
juga akan berubah, namun tidak hanya dicerminkan oleh uang tetapi juga alat tukar lainnya.
2.1.3. Kualitas Produk
Kualitas produk adalah kemampuan suatu barang untuk memberikan hasil atau kinerja
yang sesuai, atau bahkan melebihi dari apa yang diinginkan pelanggan (Kotler Philip ; Keller
Lane Kevin, 2012)
Kapasitas yang dirancang bagi suatu barang. Kapasitas itu terkait dengan kapabilitas
maksimum. Performa yang sesuai berarti hasil yang diperoleh baik secara kuantitas maupun
kualitas melalui proses terencana pada waktu dan tempat tertentu.Tidak sekedar mencapai hasil
tetapi memenuhi diatas keinginan konsumen.
Paket yang diciptakan oleh produsen dapat memenuhi keinginan pelanggan dan bahkan
capaiannya diatas keinginan mereka. Realisasi kapasitas yang dirancang dibawah keinginan
disebut produk tidak atau kurang berkualitas. Realisasi sesuai keinginan disebut berkualitas baik.
Realisasi diatas keinginan disebut berkualitas sangat baik.
Penulis lain mengatakan kualitas produk merupakan proses evaluasi secara keseluruhan
kepada pelanggan atas perbaikan kinerja suatu barang atau jasa (M. J. M. M. C., 2002).
Kegiatan atau langkah-langkah mengidentifikasi dan mengukur respon pelanggan atas
seluruh atribut barang atau jasa. Tidak hanya satu atribut saja tetapi semua atribut dalam upaya
memenuhi kebutuhan atau keinginan pelanggan. Pengukuran untuk menetapkan keberhasilan
rancangan yang diciptakan.
Evaluasi yang dilakukan terhadap respon pelanggan akan menentukan apakah
peningkatan performa barang belum memuaskan,memuaskan, atau sangat memuaskan. Jadi
kualitas produk ditetapkan bila telah dilakukan perbaikan rancangan barang atau jasa. Produk
telah tersedia terlebih dahulu, digunakan atau dikonsumsi oleh pelanggan, kemudian
membandingkan hasil akhir dengan yang seharusnya dicapai.
Kedua penulis ini mendefinisikan kualitas produk sebagai kumpulan fitur dan karakteristik
produk yang berkontribusi pada kemampuannya untuk memenuhi persyaratan yang diberikan
(Alex & Thomas, 2011).
22
Fitur merupakan atribut-atribut produk yang ditawarkan kepada konsumen atau
pengguna. Karakteristik menjadi ciri utama suatu barang atau jasa. Fitur dikembangkan untuk
melengkapi ciri utama. Keinginan konsumen memiliki batas atas dan batas bawah untuk
dipenuhi. Kapasitas yang dirancang oleh produsen harus dapat mencapai kebutuhan dan
keinginan pelanggan.
Sejauh mana fitur dapat meningkatkan karakteristik produk. Selanjutnya sejauhmana ciri
utama dapat meningkatkan kapasitasnya memenuhi syarat-syarat yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Fitur-fitur merupakan alat pembeda dengan produk pesaing. Differensiasi dalam
persaingan di pasar. Menjadi produsen awal yang mengenalkan fitur baru yang dibutuhkan dan
dianggap bernilai menjadi salah satu cara yang efektif untuk bersaing
Kualitas produk adalah keadaan fisik, fungsi dan sifat produk bersangkutan yang dapat
memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah
dikeluarkan (Prawirosentono, 2007),.
Rancangan atau kumpulan atribut yang dapat dirasa dan diraba harus dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Kegunaan seluruh atribut diarahkan pada keinginan
pelanggan. Cirikhas paket yang dibuat sesuai dengan spesifikasi konsumen atau pemakai.
Konsumen dalam mememuhi kebutuhannya mengeluarkan uang. Jumlah uang untuk membeli
produk harus sesuai nilainya dengan fisik, fungsi dan sifat produk.
Jika keadaan fisik, fungsi, dan sifat produk tidak dapat memenuhi selera dan kebutuhan
konsumen maka terjadai ketidakpuasan. Bila dapat dipenuhi konsumen puas. Jika pemenuhan
diatas keinginan mereka maka konsumen akan sangat puas atau kualitas produk sangat baik.
(Bilson, 2001), kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk memenuhi
fungsi-fungsinya.
Untuk apa suatu rancangan dibuat menjadi aspek utama. Apakah paket atau kapasitas
tersebut sesuai dengan kegunaan yang diharapkan konsumen. Jika atribut dan karakteristik
produk dapat memenuhi manfaat yang diinginkan produk disebut berkualitas. Rancangan yang
diciptakan tidak dapat memenuhi manfaat yang diinginkan, maka kualitas produk rendah. Produk
23
disebut berkualitas tinggi jika atribut dan karakteristik produk dapat memenuhi diatas manfaat
tadi.
Berdasarkan uraian berbagai teori yang dikemukakan oleh para pakar diatas, maka
penulis mengatakan: Kualitas produk adalah hasil penilaian terhadap fitur dan ciri utama barang
atau jasa dalam memenuhi standar yang ditetapkan oleh konsumen atau pemakai akhir.
Ciri utama suatu produk dalam industri sama. Oleh sebab itu fitur barang atau jasa akan
sangat penting artinya untuk memenuhi standar yang ditetapkan oleh pasar. Keunggulan bersaing
lebih banyak ditentukan oleh kemampuan produsen dalam mengembangkan fitur-fitur produk.
2.1.4. Kepercayaan Konsumen
Aspek yang sangat penting dalam pemasaran yakni kepercayaan konsumen.
Kepercayaan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua
kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut, dan manfaatnya (M. J. M. M. C.,
2002).
Pengetahuan diperoleh setelah memperoleh informasi dengan merasakan, mendengar,
atau melihat sesuatu. Pengetahuan dimiliki melalui suatu proses dari waktu-waktu. Konsumen
akan membuat kesimpulan bila informasi yang dimiliki telah memadai. Apakah produk tersebut
dapat memenuhi keinginannya. Apakah atribut produk lebih baik dari yang lain. Apakah
manfaatnya lebih baik dari produk sejenis dari pesaing.
Informasi yang disebarkan kepada konsumen harus objektif (tidak bias). Informasi yang
mendukung keyakinannya terhadap suatu objek akhir akan menghilagkan keraguan. Konsumen
yang percaya terhadap suatu produk akan melakukan pembelian berulang pada akhirnya menjadi
pelanggan yang loyal.
Kedua ahli ini mengatakan kepercayaan merupakan keyakinan bahwa kata atau janji
seseorang dapat dipercaya dan seseorang akan memenuhi kewajibannya dalam sebuah hubungan
pertukaran (Mao & Major, 2010).
Perasaan konsumen bahwa produsen/penjual mampu memenuhi janji atau informasi
yang sudah dipublikasikan. Produsen melakukan apa yang harus dilaksanakan. Pada setiap
24
transaksi penjual menepati janji. Jika keadaan seperti itu berlanjut kedepan , maka konsumen
akan setia terhadap produk.
Kepercayaan konsumen yakni keinginan pelanggan untuk bersandar pada sebuah merek
dengan risiko-risiko yang dihadapi karena ekspektasi terhadap merek itu akan menyebabkan
hasil yang positif (Lau Geok Theng ; Lee Sook Han, 1999).
Merek yang dianggap lebih baik oleh konsumen. Jika atribut-atributnya pada masa yang
akan datang konsisten maka pembelian ulang yang terjadi. Harapan konsumen akan semakin
baik atau tidak ragu lagi membeli merek tersebut.
Pemenuhan kebutuhan dan keinginan dikemudian hari akan diletakkan pada merek yang
bersangkutan. Mereka merasa tidak akan timbul kekecewaan terhadap pembelian atau konsumsi
pada merek yang sama pada masa yang akan datang
Kepercayaan konsumen dapat disebut persepsi terhadap kehandalan dari sudut pandang
pelanggan didasarkan pada pengalaman, atau mengarah pada tahapan transaksi yang didirikan
oleh terpenuhinya harapan kinerja produk dan tercapainya keputusan (Pantja & Darmawan Didit,
2004).
Kemampuan produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen memiliki
peranan penting. Konsumen merasa bahwa produk memiliki nilai lebih dibandingkan dengan
pesaing. Kesan tersebut akan tertanam dibenak konsumen setelah mengkonsumsi atau
menggunakan merek itu berkali-kali. Harapan yang terpenuhi akan semakin meyakinkan mereka
bahwa pilihannya sudah tepat. Hasil dari penggunaan produk dirasakan sangat sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan.
Kepercayaan konsumen didefinisikan sebagai kesediaan satu pihak untuk menerima
resiko dari tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan
penting untuk pihak yang mempercayainya, terlepas dari kemampuan untuk mengawasi dan
mengendalikan tindakan pihak yang dipercaya (M. R. D. J. H. S. F. D. C., 1995)
Tindakan-tindakan produsen pada masa lalu akan berdampak pada pandangan konsumen
kini dan pada masa yang akan datang. Informasi yang disebarluaskan kepasar sesuai dengan
25
fakta. Atribut-atribut yang terdapat pada merek selalu konsisten dan reliabel. Konsumen atau
pengguna tidak perlu lagi memeriksa barang atau jasa sebelum membeli. Mereka yakin bahwa
merek tidak akan mengecewakan.
Pembeli merasa meskipun ada resiko terhadap penggunaan suatu merek, Hal itu dapat
sirna karena produsen atau penjual selama ini memberikan yang terbaik bagi mereka.
Kepercayaan terhadap merek selanjutnya akan membagun loyalitas pelanggan.
Mengacu pada uraian-uraian para pakar diatas, maka menurut penulis, kepercayaan
konsumen adalah: Nilai-nilai yang melekat di benak konsumen tentang keunggulan suatu merek ,
Pembelian akan selalu dijatuhkan pada merek karena hasilnya, oleh sebab itu konsumen merasa
tidak akan ada resiko.
2.1.5. Loyalitas Pelanggan.
Loyalitas pelanggan merupakan perilaku yang terkait dengan merek sebuah produk,
termasuk kemungkinan memperbaharui kontrak merek di masa yang akan datang, berapa
kemungkinan pelanggan mengubah dukungannya terhadap merek, berapa kemungkinan
keinginan pelanggan untuk meningkatkan citra positif suatu produk (P. N. U. ; K. K. L. Kotler,
2008)
Setiap konsumen memiliki sikap tertentu terhadap merek. Perlakuan yang timbul sebagai
dampak dari pengalaman mereka selama ini dalam pemakaian atau penggunaan. Jika harapan
mereka terpenuhi akibat kinerja yang ditunjukkan oleh barang atau jasa merek tertentu.
Pembelian pada masa yang akan dating akan dilakukan lagi. Dibenak pelanggan akan tertanam
kesan yang positif. Mereka akan menceritakan citra positif tersebut kepada orang lain.
Penulis lain mengatakan loyalitas konsumen adalah komitmen pelanggan bertahan secara
mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk atau jasa
terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha
pemasaran mempunyai potensi menyebabkan perubahan perilaku (J. et al., 2003).
Tekad yang kuat dari pelanggan untuk tetap membeli kembali merek yang memiliki
kinerja yang baik. Atribut-atribut yang konsisten dan tetap disesuaikan dengan pasar akan
26
membuat konsumen kosisten memilih barang atau jasa bersangkutan. Para konsumen yang telah
commit tidak akan terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh dari perusahaan pesaing. Komitmen
pelanggan yang semakin tinggi membuat mereka kebal terhadap merek lain. Semakin kuat
komitmen pelanggan berarti mereka semakin loyal terhadap merek. Mereka juga akan membeli
lini produk lain dari perusahaan dengan merek yang sama.
Penulis ini mengatakan loyalitas pelanggan menyangkut orang yang membeli, khususnya
yang membeli secara teratur dan berulang-ulang (Ali, 2008),.
Konsumen atau pemakai merek secara terus-menerus dan berulang kali datang ke suatu
tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya. Mereka akan membayar produk atau jasa
tersebut. Pelanggan tidak akan pernah mencoba merek lain.
Loyalitas pelanggan dapat disebut sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek,
berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten (F. ;
F. T. & G. C. G. Tjiptono, 2013).
Pendirian yang teguh terhadap pembelian suatu merek. Mereka tidak akan goyah akibat
rayuan merek lain dari pesaing. Pengalaman dalam penggunaan akan memciptakan sikap yang
sangat positif. Menceritakan dengan emosional hal-hal yang positif tentang merek kepada orang
lain. Sebuah merek telah menjadi special bagi konsumen. Pembelian ulang akan dilakukan secara
teratur dan berkelanjutan.
Loyalitas konsumen dapat diartikan kondisi dimana pelanggan mempunyai sikap positif
terhadap suatu objek, mempunyai komitmen pada objek tersebut dan bermaksud meneruskan
pembeliannya di masa mendatang (M. J. M. M. C., 2002) .
Seorang pelanggan yang bersikap positif terhadap suatu objek atau merek akan
menceritakan aspek-aspek yang baik dari produk kepada orang lain. Getok tular positif sangat
menguntungkan produsen karena dapat mengurangi biaya promosi. Sikap postif pada gilirannya
akan berubah menjadi tekad yang kuat terhadap produk. Pembelian ulang pada masa yang datang
akan teratur dan berkesinambungan.
27
Berdasarkan uraian teori-teori yang dikemukan para ahli diatas, maka penulis
menyatakan yang dimaksud dengan loyalitas pelanggan adalah: Sikap yang kuat terhadap sebuah
merek karena kesannya dibenak pelanggan; Menyebarluaskan dengan emosional sikap positif
tentang merek kepada orang lain ; Tidak ada kemungkinan berpaling dari merek; Melakukan
pembelian ulang secara teratur dan berkelanjutan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini sifatnya mengkonfirmasi penelitian yang telah dilaksanakan.
Apakah akan memberikan hasil yang sama atau berbeda. Variabel yang akan
dikonfirmasi meliputi pengaruh terkait dengan citra merek, kualitas produk, harga,
kepercayaan konsumen, dan loyalitas pelanggan. Ringkasan penelitian – penelitian yang
telah dilaksanakan dan terkait dengan variabel-variabel penelitian ini baik dan konteks
eksogen maupub endogen disajikan pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Sebelumnya
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
1 (Dema Vera
Ambarsari,
2017)
Pengaruh
kualitas produk,
kepercayaan,
dan kepuasan
pelanggan
terhadap
loyalitas
pelanggan
pengguna
smartphone
Samsung (studi
kasus
mahasiswa di
Universitas
Muhammadiyah
Kualitas produk
berpengaruh
positif terhadap
loyalitas
pelanggan
pengguna
smartphone
Samsung;
Kepercayaan
tidak berpengaruh
positif terhadap
loyalitas
pelanggan
pengguna
smartphone
Memiliki 3
variabel yang
sama yakni
kualitas
produk,
kepercayaan
konsumen, dan
loyalitas
pelanggan
Pada penelitian
ini tidak
terdapat
variabel citra
merek dan
harga;
Teknik analisis
menggunakan
regresi linier
berganda
28
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Surkarta). Samsung;
Kepuasan
pelanggan
berpengaruh
positif terhadap
loyalitas
pelanggan
pengguna
smartphone
Samsung
2 (Hasnah;,
2014) Pengaruh Citra
Merek, Kualitas
Produk,
Kepuasan
Konsumen
Terhadap
Loyalitas
Konsumen
Merek Samsung
Galaxy Series
(Studi Pada
Mahasiswa
Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta)
The results of the
analysis show that
there is a
significant
influence of the
brand image,
product quality,
and consumers
satisfaction
simultaneously
and partial
towards
consumers loyalty
Samsung Galaxy
Series on student
Muhammadiyah
University of
Yogyakarta.
Memiliki 3
variabel yang
sama yakni
citra merek,
kualitas
produk, dan
loyalitas
pelanggan
Pada penelitian
ini tidak
terdapat
variabel harga
dan
kepercayaan
konsumen;
Teknik analisis
menggunakan
regresi linier
berganda
3 (Halim et al.,
2014)
The Influence of
Product Quality,
Brand Image,
and Quality of
significant
influence on
Quality of
Product, Brand
Memiliki 4
variabel yang
sama yakni:
Product
Tidak ada
variable harga
dalam
penelitian;
29
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Service to
Customer Trust
and Implication
on Customer
Loyalty (Survey
on Customer
Brand Sharp
Electronics
Product at the
South
Kalimantan
Province)
Image and
Quality of Service
on Customer
Trust, Quality of
Product have a
significant
influence on
Customer Loyalty,
while Brand
Image and
Quality of service
is not a significant
influence on
Customer Loyalty.
Customer Trust
have a significant
influence on
Customer Loyalty.
Keywords:
Quality of
Product, Brand
Image, Quality of
Service, Customer
Trust, and
Customer Loyalty.
Quality, Brand
Image and,
Customer
Trust, and
Customer
Loyalty;
Menggunakan
teknik analisis
SEM
Lokasi dan
respoden yang
berbeda
4 (Sulibhavi &
Shivashankar
, 2017)
The Impact of
Brand Image on
Customer’s
Loyalty toward
private label
brands: The
mediating effect
Exist a
relationship
between direct
brand image and
customer loyalty,
between Brand
image and
Dua variabel
sama yakni
brand image
dan customer
loyalty
Satisfaction
tidak ada dalam
penelitian ini;
Teknik analisis
menggunakan
regresi
30
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
of satisfaction
hubli-Dharwad
Conglomerate
city of
Karnataka
satisfaction,
between
satisfaction
and customers
loyalty and
satisfaction
mediates the
relationship
between the brand
image and
customers loyalty.
5 (Pratama &
Santoso,
2018)
Pengaruh Citra
Merek, Kualitas
Produk dan
Harga
Terhadap
Keputusan
Pembelian
melalui
Kepercayaan
Konsumen pada
Produk Stuck
Original
Brand image,
product quality,
price, and
consumer
confidence
significant to the
purchase
decision.
consumer trust
has the most
significant
affect on
purchasing
decisions with a
loading factor of
0.79. brand image
and product
quality has the
same loading
factor value in
affect consumer
Terdapat 4
variabel yang
sama dari 5
variabel yakni
brand image,
product
quality, price,
and consumer
confidence
(trust);
Metode
analisis
menggunakan
SEM
1 variabel
berbeda yakni
kepuasan
konsumen
31
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
trust is 0.35. and
last price
has loading factor
value in affect
consumer trust is
0,31.
6 (Yolanda
Elsa ;Alamsy
ah, 2013)
Pengaruh Citra
Merek dan
Pandangan
Kualitas
Terhadap
Kepercayaan
Konsumen
Pada
McDonald’s
Bandung
Brand image, and
perceived quality
has a positive and
significant effect
on the dependent
variable is
consumer trust in
McDonald's.
3 variabel
penelitian
sama yakni
citra merek,
kualitas, dan
kepercayaan
konsumen
Penelitian
memiliki hanya
3 variabel;
Menggunakan
teknik analisis
regresi
7 (Bastian,
2014)
AnalisaPengaruh
Citra Merek
(Brand Image)
dan
Kepercayaan
Merek (Brand
Trust) Terhadap
Loyalitas Merek
(Brand Loyalty)
ADES PT. Ades
Alfindo Putra
Setia
Variabel brand
imageberpengaruh
positif signifikan
terhadap brand
loyalty. Variabel
brand
trustberpengaruh
terhadap brand
loyalty. Variabel
brand
imageberpengaruh
signifikan
terhadap brand
trust.
3 variael yang
sama yakni
citra merek,
kepercayaan
konsumen, dan
loyalitas
pelanggan
Tidak terdapat
variable harga
dan kualitas
produk; .
Teknik analisis
data yang
digunakan
dalam
penelitian
menggunakan
Structural
Equation
Modelling(SEM
) dengan
software Smart
PLS (Partial
32
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Least Square)
8 (Citra et al.,
2016)
Analisis
Pengaruh
Kualitas Produk
dan Citra Merek
Terhadap
Keputusan
Pembelian
Cetakan
Continuous
Form melalui
Kepercayaan
Merek (Studi
pada Percetakan
Jadi Jaya Group,
Semarang
The product
quality and brand
image has
positive influence
on brand trust.
But, brand trust
did not positive
influence on
purchasing
decisions. Then,
product quality
and brand image
has positive
influence on
purchasing
decisions
continuous form
at Jadi Jaya
Group, Semarang.
3 variabel
sama yakni
citra merek,
kualitas
produk, dan
kepercayaan
konsumen;
Teknik analisis
mengguna-kan
SEM
Tidak terdapat
variabel harga
dan loyalitas
pelanggan
9 (Widodo et
al., 2018)
Pengaruh harga,
citra merek, dan
kualitas produk
terhadap
loyalitas
pelanggan
dengan
kepuasan
pelanggan
sebagai variable
intervening
(1) There is a
positive and
significant price
effect on customer
satisfaction, (2)
There is a positive
and significant
influence on
brand image on
customer
satisfaction, (3)
Memiliki
variabel yang
sama yakni
citra merek,
harga, kualitas
produk, dan
loyalitas
pelanggan;
Menggunakan
teknik analisis
SEM
Variabel antara
pada penelitian
yakni kepuasan
konsumen
33
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
(Studi Pada Ibu
Rumah Tangga
Pengguna
Produk Downy
di RW XXII
Perum Puri
Dinar Elok
Meteseh
Semarang).
There is a positive
and significant
influence on
product quality on
customer
satisfaction, (4 )
There is a positive
and significant
influence on
price, brand
image and
product quality
and collectively
on customer
satisfaction, (5)
There is a positive
and significant
price effect on
customer loyalty
Downy Products,
(6) There is a
positive and
significant
influence on
brand image on
customer loyalty
Downy Products,
(7) There is a
positive and
significant
influence on
product quality on
34
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
customer loyalty
Downy Products,
(8) There is a
positive and
significant
influence on
customer
satisfaction on
customer loyalty
Downy Products,
(9) There is a
positive and
significant
influence on
price, brand
image, product
quality and
customer
satisfaction
together with
customer loyalty
bro, Downy
Product.
10 (Bahrudin &
Zuhro, 2016)
Pengaruh
kepercayaan dan
kepuasan
pelanggan
terhadap
loyalitas
pelanggan
terhadap
smartphone
A positive and
significant impact
of customer
satisfaction on
customer loyalty
and trust on
customer loyalty.
Variabel yang
sama yakni
kepercayaan
konsumen dan
loyalitas
pelanggan
Pada penelitian
terdapat
kepuasan
pelanggan;
Teknik analisis
menggunakan
regresi
multivariat
35
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Samsung Galaxy
11 (Prasetya,
2014)
Pengaruh Citra
Merek, Kualitas
Produk
Terhdadap
Kepercayaan
Serta Keputusan
Pembelian
(Survei pada
Pembeli Sepeda
Motor Honda
Vario pada PT
Sumber
Purnama Sakti
di Kabupaten
Gresik)
a)Variabel Citra
Merek memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap Variabel
Kepercayaan.
b) Variabel
Kualitas Produk
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap Variabel
Kepercayaan.
c) Variabel
Kepercayaan
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap Variabel
Keputusan
Pembelian.
d) Variabel Citra
Merek memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap Variabel
Keputusan
Pembelian.
e) Variabel
Kualitas Produk
memiliki
Memiliki 3
variabel yang
sama yakni:
Citra Merek,
Kualitas
Produk, dan
Kepercayaan
Konsumen
-Variabel
keputusan
pembelian
- Teknik
analisis
menggunakan
analisis jalur
36
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
pengaruh
signifikan
terhadap Variabel
Keputusan
Pembelian.
12 (Herlambang
Jelita Aeni,
2017)
Pengaruh
kualitas produk
dan citra merek
terhadap
kepercayaan
konsumen dan
dampaknya
pada keputusan
pembelian di
Zoya Bandung
Indah Plaza
(Survey Pada
Pengunjung
Outlet Zoya di
Bandung Indah
Plaza)
Terdapat
pengaruh kualitas
produk dan citra
merek terhadap
kepercayaan
konsumen dan
dampaknya pada
keputusan
pembelian secara
simultan maupun
parsial.
Memiliki 3
variabel yang
sama yakni
kualitas
produk, citra
merek , dan
kepercayaan
konsumen
Jumlah variabel
berbeda;
Teknik analisis
yang digunakan
yakni Analisis
Jalur
13 (DELVIN
REKWAN
LIONARDI,
2016)
Pengaruh
Kualitas Produk,
Citra Merek dan
Kualitas
Layanan
terhadap
Kepercayaan
Konsumen
dan Loyalitas
Konsumen
pada Taksi
Kualitas Poduk,
Citra Merek, dan
Kualitas Layanan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Kepercayaan
Konsumen
, kemudian
Kepercayaan
Memiliki 4
variabel yang
sama yakni:
Kualitas
Produk, Citra
Merek ,
Kepercayaan
Konsumen
dan Loyalitas
Konsumen;
Teknik analisis
Tidak memiliki
variabel harga
37
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Blue Bird di
Surabaya
Konsumen
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Loyalitas
Konsumen
menggunakan
SEM
14 (Nurhasan,
Muhammad,
Endah Pri
Ariningsih,
dan
Budiyanto,
2019)
Pengaruh
kualitas produk,
citra merek, dan
kualitas
pelayanan
terhadap
loyalitas
pelanggan
melalui
kepercayaan
pelanggan (Studi
Kasus pada
Pelanggan
Rabbani di
Purworejo)
Kualitas produk
berpengaruh
positif terhadap
loyalitas
pelanggan, citra
merek
berpengaruh
positif terhadap
loyalitas
pelanggan,
kualitas pelayanan
berpengaruh
positif terhadap
loyalitas
pelanggan,
kualitas produk
berpengaruh
positif terhadap
kepercayaan
pelanggan, citra
merek
berpengaruh
positif terhadap
kepercayaan
Memiliki 4
variabel yang
sama yakni:
kualitas
produk, citra
merek,
kepercayaan
pelanggan, dan
loyalitas
pelanggan;
Teknik analisis
menggunakan
SEM
Tidak memiliki
variabel harga
38
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
pelanggan,
kualitas pelayanan
berpengaruh
positif terhadap
kepercayaan
pelanggan,
kepercayaan
pelanggan
berpengaruh
positif terhadap
loyalitas
pelanggan,
kualitas
produk
berpengaruh
positif terhadap
loyalitas
pelanggan melalui
kepercayaan
pelanggan, citra
merek
berpengaruh
positif terhadap
loyalitas
pelanggan melalui
kepercayaan
pelanggan, dan
kualitas pelayanan
berpengaruh
positif terhadap
loyalitas
pelanggan melalui
39
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
kepercayaan
pelanggan.
Sumber: Diringkas dari sumber sekunder, 2020
40
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalahyang
penting (Sekaran, 2016). Jadi bagaimana teori-teori dan berbagai faktor berhubungan
satu sama lain. Keterkaitan antar faktor atau teori sebaiknya digambarkan dengan suatu
bagan alur. Kerangka berpikir adalah sintesa yang mencerminkan keterkaitan antara
variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian
serta merumuskan hipotesis penelitian yang berbentuk bagan alur yang dilengkapi
penjelasan kualitatif (Sugiyono, 2017).
3.1.1. Pengaruh Citra Merek Terhadap Kepercayaan Konsumen
Susanto (2004:24). Setiap konsumen tentu memiliki pandangan berbeda terhadap citra
merek tersebut. Dan setiap perusahaan harus membuat kesan menarik terhadap konsumen agar
dapat bersaing dengan perusahaan lain. Merek merupakan hal yang sangat penting baik bagi
konsumen maupun bagi produsen. Merek juga membantu meyakinkan konsumen, bahwa mereka
akan mendapatkan kualitas yang konsisten setiap kali memilih merek tersebut saat melakukan
pembelian. Bila tidak ada merek konsumen harus mengevaluasi semua produk setiap kali akan
melakukan pembelian. Sulistyawati (2010), konsumen yang telah memiliki kepercayaan terhadap
sebuah merek akan memudahkan pada saat akan melakukan pembelian,. Citra merek
berpengaruh terhadap kepercayaan merek. Hal ini menjelaskan bahwa citra merek yang
dipersepsikan oleh konsumen mempengaruhi timbulnya kepercayaan konsumen. Hasil penelitian
terdahulu tentang citra merek terhadap kepercayaan konsumen yang dilakukan Cindy (2014),
Danny Alexander Bastian (2014) dan Prasetya dkk (2014) mempunyai hasil citra merek
mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap kepercayaan konsumen.
3.1.2. Pengaruh Harga Terhadap Kepercayaan Konsumen
41
Harga adalah jumlah yang dibayar oleh konsumen untuk memperoleh manfaat dari
produk tersebut. Dan harga yang diberikan harus sesuai dengan kualitas yang diberikan, sehingga
dapat membuat konsumen merasa tidak rugi jika melakukan pembelian produk tersebut.
Penelitian terdahulu Wahyu Kurniawan (2012) dan Erin Puri Apriliani (2013) menyatakan
bahwa, harga yang dibayarkan konsumen sesuai dengan apa yang didapat oleh konsumen.
Sehingga harga berpengaruh dalam kepercayaan konsumen. Banyak pelanggan yang loyal juga
akan memperhatikan harga yang ditetapkan atas produk yang digunakannya. Jadi dengan harga
yang sesuai dengan kualitas produk yang ditawarkan dan sesuai dengan harga produk lain maka
dapat meningkatkan kepercayaan konsumen.
3.1.3. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kepercayaan Konsumen
Kotler dan Amstrong (2010:27). Kualitas produk merupakan kemampuan suatu produk
untuk melaksanakan fungsinya,meliputi kehandalan, daya tahan, ketepatan, kemudahan operasi
dan perbaikan produk,serta atribut bernilai lainya. Penelitian terdahulu tentang kualitas produk
terhadap kepercayaan konsumen dilakukan oleh Devik Fatmawati, Rahayu Triastity, dan Sunarso
(2017), Prasetya dkk. (2014) dan Wahyu Kurniawan (2012 ) menyatakan bahwa kualitas produk
berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan konsumen. Dengan penampilan kualitas produk
yang dihasilkan, maka konsumen akan percaya pada produk tersebut. Kelebihan produk
tersebut dibanding produk lain dapat menambah tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk
tersebut. Perusahaan yang memiliki kualitas produk yang baik akan dapat membuat konsumen
menjadi percaya terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Saat konsumen mempercayai
produk output yang dihasilkan oleh perusahaan, maka berdampak pada keputusan pembelian
konsumen. Kualitas Produk adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk yang dihasilkan
dari pemasaran, rekayasa, produksi dan pemeliharaan yang membuat produk tersebut dapat
digunakan memenuhi harapan pelanggan atau konsumen.
Wijaya (2011:11), Kualitas merupakan hal yang menjadi pertimbangan atau diputuskan
oleh pelanggan, artinya kualitas didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan atau konsumen
terhadap produk atau jasa yang diukur berdasarkan persyaratan persyaratan yang diinginkan
konsumen semakin baik kualitas dari suatu produk maka dapat mempengaruhi konsumen
42
terhadap kepercayaan merek.. Produk yang berkualitas, akan menjadikan nilai lebih sehingga
berbeda dari produk pesaing.
Purwati (2012), Kualitas produk menjadi salah satu pertimbangan konsumen sebelum
membeli suatu produk. Kualitas produk ditentukan oleh daya tahan, fungsinya dan kegunaannya,
dengan adanya kualitas produk yang baik dan terpecaya maka konsumen akan selalu mengingat
produk tersebut. Candra et al, (2014), variabel kualitas produk yang terdiri dari indikator kinerja,
keistimewaan, kepercayaan (trust), mudah dirawat, sifat khas, serta penampilan berpengaruh
signifikan terhadap kepercayaan. Dengan di tampilkannya kualitas produk yang dihasilkan, maka
konsumen akan percaya pada produk tersebut. Kualitas yang baik menghasilkan kepercayaan
dibenak konsumen.
3.1.4. Pengaruh Citra Merek Terhadap Loyalitas Konsumen
Kurniawati (2014) mengemukakan bahwa hubungan citra merek dengan loyalitas
pelanggan dipengaruhi oleh pengalaman penggunaan produk. Brand image can be used as a
benchmark for customer loyalty, this is in line with the results of the research of (Choi et al.,
2017) with the results of research that the image has a positive effect on loyalty, thus the brand
image of the minds of consumers brands positioning tends to contribute more important to the
success of a brand than the actual characteristics of the brand, so marketers try to create a
brand/product image that is consistent with the consumer’s self-image which is roughly
appropriate in the targeted market segment. Bouhlel et al., (2011), Different and unique brand
image is the most important thing, because the product is increasingly complex and the market is
getting fuller, so consumers will increasingly depend on brand image rather than the actual
brand attributes to make purchasing decisions
Citra merek dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk loyalitas pelanggan, hal ini sejalan
dengan hasil penelitian (Choi et al., 2017) citra memiliki pengaruh positif terhadap loyalitas,
sehingga citra merek bagian dari positioning konsumen merek cenderung memberikan kontribusi
lebih penting bagi keberhasilan suatu merek daripada karakteristik aktual dari merek. Oleh sebab
itu pemasar mencoba untuk menciptakan citra merek / produk yang konsisten dengan citra diri
konsumen yang kira-kira sesuai dengan segmen pasar yang ditargetkan. Bouhlel et al., (2011),
43
Citra merek yang berbeda dan unik adalah hal yang paling penting, karena produk semakin
kompleks dan pasar semakin penuh, sehingga konsumen akan semakin bergantung pada citra
merek daripada atribut merek yang sebenarnya untuk melakukan pembelian.
Wu P.C, Yen G .Y .Y & Hsiao C .R (2011), Brand image positively influence customers
loyalty. Certain researches such as Koo D .M (2003), Kandampully J & Suhartanto D (2000)).
have also showed that satisfaction and loyalty among customers for the brand is by creating
brand image.
Wu P.C, Yen G.Y .Y & Hsiao C.R (2011), Citra merek secara positif memengaruhi
loyalitas pelanggan. Penelitian Koo D. M (2003), Kandampully J & Suhartanto D (2000)). juga
telah menunjukkan bahwa kepuasan dan loyalitas pelanggan untuk merek adalah dengan
menciptakan citra merek.
Kartikasari dan Anggraini (2018), the brand image a positive effect on customer loyalty.
Citra merek berpengaruh positif terhadap terhadap loyalitas pelanggan
3.1.5. Pengaruh Harga Terhadap Loyalitas Konsumen
Tomida (2016) mengemukakan bahwa harga menjadi salah satu strategi perusahaan
untuk membangun loyalitas pelanggan Harga memiliki peran yang penting dalam loyalitas
pelanggan, semakin murah harga suatu produk maka akan meningkatkan loyalitas pelanggan,
tetapi harga yang murah tidak dapat menjamin produk itu bagus kualitasnya, apabila ada produk
yang lebih bagus kualitasnya tetapi harganya yang lebih tinggi juga dapat menciptakan loyalitas
pelanggan. Djamhari dan Yogi Nurhadie (2017), loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh variabel
harga.
3.1.6. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Konsumen
Kurniawati (2014) menyatakan hubungan kualitas produk dengan loyalitas adalah
positif. Amalia Reva Alviska, 2017, performance, endurance, attraction and quality being
perceived affected significantly toward the consumers’ loyalty. Djamhari, dan Yogi Nurhadie
(2017), Rita Puspita, Mukhlis Yunus, Sulaiman (2017), Suwarni dan Septina Dwi Mayasari
(2011), kualitas produk mempengaruhi loyalitas pelanggan.
3.1.7. Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Loyalitas Konsumen
44
Menurut Robinette (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan adalah:
Perhatian (Caring), Kepercayaan (Trust), Perlindungan (Length of Patronage), Kepuasan
Akumulatif (Overall Satisfaction). Aydin et al., (2005).Kepercayaan konsumen terhadap merek
merupakan factor penting lain yang dapat membangun loyalitas. Kepercayaan melibatkan
kesediaan seseorang untuk untuk berperilaku tertentu karena dia meyakini bahwa mitranya dalam
melakukan transaksi akan memberikan apa yang dia harapkan.
Salah satu faktor yang paling penting secara langsung mempengaruhi loyalitas
merek adalah kepercayaan merek (Gecti & Zengin, 2013),
Gaffar,( 2007), loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu : 1).
Kepuasan ( Satisfaction) , 2). Ikatan emosi ( Emotional bonding), 3). Kepercayaan (
Trust), 4). Kemudahan ( Choice reduction and habit), dan 5)Pengalaman dengan
Perusahaan ( History with company).
Nurdini dan Oktini (2019), Mutammam, Ujang Sumarwan, dan Netti Tinaprilla (2019),
Bahrudin dan Zuhro (2015, Bastian (2014) Hasil pengujian menyatakan variabel Kepercayaan
pelanggan berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan.
3.1.8. Pengaruh Citra Merek, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Kepercayaan Konsumen
Herlambang, (2016) terdapat pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap
kepercayaan konsumen. Pratama, et al. (2018), Citra Merek, Harga, dan Kualitas Produk
berpengaruh terhadap Kepercayaan Konsumen
3.1.9. Pengaruh Citra Merek, Harga, Kualitas Produk, dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Loyalitas Pelanggan
Hasil penelitian terdahulu Widodo et al.(2019), There is a positive and significant
influence on price, brand image, product quality and customer satisfaction together with
customer loyalty bro, Downy Product. Dewi (2016), menunjukkan ( positive and significant
influence between factors of product quality, trust and satisfaction on loyalty (Luh et al., 2016).
Hasil penelitian terdahulu Puspita et al., (2017), menunjukkan faktor sosial,citra merek dan
kualitas produk memiliki pengaruh langsung yang signifikan baik secara simultan maupun
45
parsial terhadap kepercayaan merek dan loyalitas pelanggan telepon selular Samsung dikota
Banda Aceh.
3.1.10. Paradigma dan Model Penelitian
Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel
yang akan diteliti (Sugiyono, 2016) . Hubungan tersebut harus dapat menjawab jenis dan jumlah
rumusan masalah riset. Konstuk-konstruk dalam penelitian menentukan hipotesis dan teknik
analisis statistik yang akan digunakan, termasuk asumsi-asumsi dan pola pengumpulan data.
Mengacu pada kerangka pemikiran diatas dikembangkan rancangan model teori seperti disajikan
pada gambar 3.1 .
Sumber: Dikembangkan oleh peneliti, 2020
Gambar 3.1 Model Teori
3.2. Hipotesis Penelitian
Jawaban sementara (hipotesis) terhadap rumusan masalah mengacu pada kerangka
pemikiran yang telah diungkap diatas yakni:
Citra
Merek
Harga Kepercaya
-an
Konsume
Kualitas
Produk
Loyalitas
Konsumen
46
1. Terdapat pengaruh citra merek terhadap kepercayaan konsumen pada smartphone merek
VIVO di Medan
2. Terdapat pengaruh harga terhadap kepercayaan konsumen pada smartphone merek VIVO di
Medan
3. Terdapat pengaruh kualitas produk terhadap kepercayaan konsumen pada smartphone merek
VIVO di Medan
4. Terdapat pengaruh citra merek terhadap loyalitas pelanggan pada smartphone merek VIVO di
Medan
5. Terdapat pengaruh harga terhadap loyalitas pelanggan pada smartphone merek VIVO di
Medan
6.Tterdapat pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan pada smartphone merek
VIVO di Medan
7. terdapat pengaruh kepercayaan konsumen terhadap loyalitas pelanggan pada smartphone
merek VIVO di Medan
8. Terdapat pengaruh citra merek, harga, dan kualitas produk secara bersama-sama terhadap
kepercayaan konsumen pada smartphone merek VIVO di Medan
9. Terdapat pengaruh citra merek, harga, kualitas produk dan kepercayaan konsumen secara
bersama-sama terhadap loyalitas pelanggan pada smartphone merek VIVO di Medan
47
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Metode Yang Digunakan.
Seorang peneliti harus terlebih dahulu menentukan metode apa yang seharusnya
digunakan, karena dengan penggunaan metode yang tepat, penulis akan memperoleh
gambaran permasalahan, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Penelitian ini menyangkut penelitian survei. Penelitian survey mengambil sampel
dari populasi dan menggunakan kuessioner sebagai alat pengumpulan data yang utama
(Effendi, 2012) .
Penelitian ini juga menggunakan metode dekriptif. Penelitian deskriptif adalah
metode riset yang memiliki tujuan guna menjelaskan secara spesifik periwtiwa sosial dan
alam. Kespesifikan pengunaan teori inilah menyebabkan alasan bahwa penelitian
deskriptif bisa mempergunakan data berupa angka-angka yang ada dalam penelitian
kuantitatif dan kata-kata (teori) yang lebih condong dalam penelitian kualitatatif.(Punaji,
2010). Metode penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui keberadaan variable
mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri atau
variabel bebas) tanpa membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari hubungan
dengan variabel lain (Sugiyono, 2019)
Disamping kedua metode diatas dalam riset ini digunakan juga metode
inferensial. Statistik inferensial adalah metode yang berhubungan dengan analisis data
pada sampel untuk digunakan untuk penggeneralisasian pada populasi (Nisfiannoor
2009, ) . Statistik inferensial yang digunakan dalam penelitian yakni model persamaan
structural (structural equation modeling) .
4.2. Unit Analisis
Hal yang tidak kalah penting bagi peneliti yakni menetukan secara jelas siapa
atau apa yang akan menjadi unit analisis. Unit analisis adalah satuan yang di teliti yang
bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial seperti misalnya
aktivitas individu atau sekelompok sebagai subjek penelitian (Sugiyono, 2017). Dalam
penelitian ini unit analisis yang digunakan adalah individu. Indikator-indikator dapat
diamati pada diri orang yang diteliti. Unit analisis dalam peneitian yakni individu
pengguna smartphone vivo. berumur 15 hingga 64 tahun. Domisili mereka di Medan.
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
48
Penelitian dilaksanakan di Medan meliputi 21(dua puluh satu) kecamatan. Waktu
pelaksanaan dimulai sejak Maret 2020 hingga diharapkan rampung pada bulan Maret
2021.
4.4. Pengukuran Variabel Penelitian
Disamping teknik deskriptif, penelitian ini akan menggunakan alat analisis SEM
(Structural Equation Modelling). Variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diukur
secara langsung kecuali diukur dengan satu atau lebih variabel manifest.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan prsepsi seseorang
atau kelompok orang tentang fenomena atau gejala sosial yang terjadi (Iskandar, 2009).
Hal ini sudah sepesifik dijelaskan oleh peneliti. Selanjutnya disebut sebagai variable
penelitian. Kemudian dijabarkan melalui dimensi-dimensi menjadi sub-variabel,
kemudian menjadi indikator yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menyusun item-item
pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan variabel penelitian
Selain pilihan dengan lima skala, kadang-kadang digunakan juga skala dengan
tujuh atau sembilan tingkat (A. T. M, 2010a). Pada penelitian ini digunakan pengukuran
dengan skala 1 – 7. Justifikasi ini diharapkan akan menghasilkan data yang lebih rinci.
Rentang skala yang lebih tinggi diharapkan akan memberikan hasil yang yang lebih
optimal dibanding dengan rentang skala yang lebih rendah.
Mengukur variabel penelitian melalui indikator dengan skala Likert ( 1 – 7 ) dimana:
7. Sangat setuju (Strongly agree)
6. Setuju (Agree)
5. Agak setuju (Somewhat agree)
4. Netral (Neutral)
3. Agak tidak setuju (Somewhat disagree)
2. Tidak setuju (Disagree)
1. Sangat tidak setuju (Strongly disagree)
4.5. Operasional Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Pendapat yang tidak
49
berbeda menyebut variabel merupakan konsep yang dapat diukur dan memiliki variasi
hasil pengukuran sehingga dapat dikatakan bahwa variabel merupakan operasionalisasi
dari konsep sehingga dapat dinilai dan diukur (Ranjit, 2011) . Konsep menunjukkan pada
istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak tentang
kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai
untuk menggambarkan barbagai fenomena yang sama (Singarimbun , 1989). Makna-
makna yang berbeda dikenakan pada kelompok-kelompok yang berbeda. Kelompok-
kelompok itu disebut “dimensi”. Suatu konsep dapat terdiri dari satu dimensi atau
lebih.(Susilo, 2017) Selanjutnya disebutkan, apabila dimensi tidak dapat diamati secara
langsung, maka digunakan indikator . Indikator adalah suatu ukuran tidak langsung dari
suatu kejadian atau kondisi. (Wilson R. dan T. Sapanuchart, 1993) Dengan kata lain
indikator adalah sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk atau keterangan
(Wictionary, 2020)
Variabel-variabel pada penelitian harus dioperasionalkan terlebih dahulu agar
dapat diukur secara kuantitatif. Operasionalisasi variabel yakni untuk mengukur konsep
abstrak seperti hal-hal biasanya jatuh kedalam wilayah subjektif perasaan dan sikap
(Sekaran, 2017). Defenisi operasional yakni penentuan variabel atau sifat yang akan
dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional adalah
aspek penelitian yang memberikan informasi atau petunjuk kepada kita tentang
bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Sugiyono, 2008)..
Mengoperasionalkan sebuah konsep untuk membuatnya bisa diukur, melihat
dimensi perilaku, aspek atau sifat yang dicerminkan oleh konsep. Defenisi operasional
menjelaskan bagaimana meneliti dan mengoperasikan variabel. Oleh sebab itu
memungkinkan bagi peneliti atau peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran
50
atau mengembangkan pengukuran variabel yang lebih baik. Dalam penelitian ini terdapat
5 (lima) variabel yakni: Citra merek, Harga, Kualitas produk, kepercayaan konsumen,
dan loyalitas pelanggan.
4.5.1. Citra Merek
Citra merek adalah evaluasi terhadap kesan seseorang setelah memakai,
menggunakan, mendengar, dan merasakan suatu merek. Citra merek suatu produk
tertanam dibenak konsumen melalui suatu proses (pengalaman), baik dari diri sendiri
atau informasi yang diperoleh dari lingkungan. Citra merek dibentuk oleh berbagai
faktor atau dimensi . Faktor pembentuk citra merek meliputi: Citra pembuat, yaitu
sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat
suatu produk atau jasa; Citra produk, yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap suatu produk; Citra pemakai, yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa.
(Sugiharti., 2012).
Peneliti lain telah mengungkap beberapa faktor yang membentuk citra merek
sebagai berikut: Economic fit (Kesesuaian Ekonomi) ; dimensi yang termasuk Economic
fit adalah sebagai berikut: bahan bakar yang irit, daya saing harga; Symbolic fit
(Kesesuaian Simbolik); dimensi yang termasuk Symbolic fit adalah sebagai berikut
bergengsi dan fitur mewah; Sensory fit (Kesesuaian Perasaan); sesuai dalam hal perasaan
yang dirasakan atau pengalaman konsumen ketika menggunakan produk dari merek
tertentu yang dapat memberikan kesan positif; Futuristic fit (Kesesuaian Futuristic);
meliputi aspek teknologi yang mencerminkan citra merek, menunjukkan bahwa dimana
tingkat desain, inovasi dan keunikan sebanding antara merek, aliansi merek akan
dirasakan lebih positif; Utilitarian fit (Kesesuaian Kegunaan), mempertimbangkan
seberapa baik merek sesuai dalam segi aspek kualitas manufaktur, bahan yang
51
digunakan, daya tahan dan kehandalan. (Riley & Wason, 2015). Selanjutnya disebutkan
bahwa citra merek mencakup kepuasan fungsional, mengusung nilai-nilai yang
diinginkan oleh konsumen dan persepsi yang dibentuk oleh perusahaan dari merek
tersebut melalui berbagai macam bentuk komunikasi. (Ratri Lutiary Eka, 2007)
Operasionalisasi citra merek mencakup dimensi berikut: Kepuasan fungsional,
Kepuasan emosional, Kesesuaian dengan nilai-nilai konsumen, dan persepsi terhadap
perusahaan
1. Kepuasan fungsional
Nilai fungsional berkaitan langsung dengan fungsi yang diberikan oleh produk
atau layanan kepada konsumen (Oesman Yevis Marty, 2010) . Jika memiliki
keunggulan secara fungsional, maka sebuah merek mendominasi kategori. Surachman
(2008:22): Nilai fungsional yakni nilai yang diperoleh dari atribut produk yang
memberikan kegunaan (utility) fungsional pada pelanggan. Nilai tersebut berkaitan
langsung dengan fungsi yang diberikan oleh produk layanan kepada pelanggan. Nilai
fungsional merupakan penilaian pelanggan yang rasional, karena nilai dihubungkan
dengan fungsi produk dan efisiensi bagi pelanggan (Park Nansook University of Rhode
Island and Peterson Christopher University of Michigan, 2003). Nilai fungsional ritel
meliputi pelayanan cepat, penilaian atas atau persepsi yang mencerminkan biaya bagi
pelanggan, lokasi, dan kebersihan
Lima Manfaat Smartphone Bagi Kehidupan Sehari-Hari, yakni: Sarana
Komunikasi yang Efektif Dan Efisien; Bisa Menyelesaikan Berbagai Urusan Pekerjaan;
Bisa Digunakan Sebagai Fasilitas Untuk Usaha dan Bisnis; Mempermudah Kita untuk
Mengetahui Segala Informasi; Mampu Menyimpan Ratusan Hingga Ribuan Dokumen
Penting. (Admin, 2018)
52
Smartphone memungkinkan kita kerja dimana saja; Smartphone satu untuk
semua; Smartphone membantu mewujudkan rencana harian; Smartphone membantu
tetap terlibat dalam komunitas; Smartphone membantu dengan lebih cepat (Klik Mania,
2020)
Dengan terkoneksinya ke internet melalui penyimpanan cloud, manfaat
smartphone (ponsel cerdas) mampu membuat kita tetap bekerja dengan produktif di
mana pun kita berada, dan kita bisa membuka file atau dokumen dan mengerjakannya
dengan segera.
Smartphone mampu mengambil alih peran dari tiap perlengkapan lain yang biasa
kita bawa. Smartphone bisa jadi pengganti notebook atau buku catatan sekalipun
Tool yang bisa memudahkan segala hal yang telah direncanakan. Dimulai dari
aplikasi kalender yang akan mengingatkan kita akan waktu yang telah diagendakan, dan
GPS yang dapat membantu kita menemukan tempat yang kita tuju. Kita juga bisa
membeli tiket pesawat, bus, bioskop dan memesan taksi atau Go Jek dengan smartphone.
Sekarang hampir setiap perusahaan jasa telah membuat aplikasi untuk smartphone agar
bisa lebih memudahkan pelanggan
Bisa lebih mudah mengakses panggilan, menjadikan kita untuk tetap up to date
pada semua informasi. Pesan teks memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan
orang lain dengan cepat, bisa melakukan percakapan sekaligus, misalnya grup, sehingga
menguragi potensi antrian dalam saluran telepon. Dengan menjaga sistem peringatan
aktif atau notifikasi, smartphone dapat memberitahu kita tentang setiap pembaruan yang
terjadi sehingga kita dapat tetap terlibat dalam percakapan dari mana saja.
Sebuah smartphone dapat secara signifikan mengurangi waktu kita dalam
melakukan pekerjaan. Contohnya, memeriksa email sekarang cukup dengan membuka
53
aplikasi, tak perlu buka notebook. Mau mendokumentasikan sesuatu tak perlu
mengambil kamera DLSR, cukup jepret dengan kamera hape.
2. Kepuasan emosional
Nilai emosional (emotional value) yaitu utilitas yang berasal dari perasaan atau
afeksi/emosi positif yang ditimbulkan dari mengkonsumsi produk.(Sweeney & Soutar,
2001) Afeksi dapat didefinisikan sebagai fenomena kelas mental yang secara unik
dikarakteristikkan oleh pengalaman yang disadari, yaitu keadaan perasaan subjektif yang
biasanya muncul bersama- sama dengan emosi dan suasana hati (John C. Mowen, 1998).
Nilai emosional merupakan kepuasan emosional dan kesenangan yang diperoleh
konsumen melalui penggunaan atau konsumsi barang atau jasa tertentu (Surachman,
2008). Nilai emosional diperoleh jika pelanggan mengalami perasaan positif pada saat
membeli atau menggunakan suatu merek, berarti merek tersebut memberikan nilai
emosional . Pada intinya nilai emosional berhubungan dengan perasaan, yaitu perasaan
positif yang akan dialami oleh pelanggan pada saat membeli produk.
Aspek emosional biasanya akan menyertai keputusan pembelian saat konsumen
bertemu dengan beberapa atribut tambahan yang disematkan dalam produk tersebut
(Agus Octa, 2018). Atribut tambahan ini bisa berupa desain yang cantik, warna yang
menarik (atau bisa juga seseorang yang fanatik dengan warna tertentu), nilai lebih yang
diberikan produk, asosiasi atau image yang didapat jika mengkonsumsi / membeli /
menggunakan produk tersebut dan lain faktor yang bersifat emosi. Selanjutnya
disebutkan faktor emosional sebagai salah satu variabel kepuasan pelanggan memiliki
beberapa dimensi, yaitu: Dimensi aesthetic (estetika), Dimensi self-expressive value, dan
Dimensi brand personality.
54
Faktor emosional yang disingkat dengan E-factor sebagai driver kepuasan
pelanggan dapat dibagi menjadi 3 dimensi yaitu estetika, self-expressive value dan brand
personality (Redaksi, 2011). Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Dimensi aesthetic (estetika),
Estetika secara harafiah memiliki arti keindahan, sensitivitas, yang berkaitan
dengan sensor motorik, yaitu sesuatu yang bisa dilihat, diraba dan dirasakan yang lebih
menggunakan perasaan.
Estetika merupakan sesuatu yang bisa dilihat. Dalam estetika ada aspek bentuk,
dimana bentuk ini bisa bermacam-macam, seperti ukuran (besar kecil), bentuk sudut
(tajam, tanpa sudut), proporsi dan kesimetrisan. Beberapa waktu yang lalu HP dengan
ukuran kecil sempat menjadi trend, banyak yang menyukai, sehingga banyak perusahaan
membuat HP dalam ukuran yang cukup kecil. Beberapa waktu kemudian trend berubah,
HP yang tipis yang kemudian banyak diminati, hingga trend HP digantikan oleh
smartphone. Saat ini smartphone dengan ukuran layar relatif lebar yang menjadi trend,
lihat saja, begitu banyak smartphone dengan layar berukuran 5 s/d 6 inch, mendekati
ukuran tablet, hingga ada yang menamainya pablet. Kemudian bagaimana bentuk
smartphone tersebut juga menentukan keindahan yang dimilikinya, smartphone yang
nyaris tanpa tombol sedang disukai.
Saat kita makan di restoran atu hotel berbintang, kita pasti terbiasa dengan
penyajian yang dipenuhi dengan nilai estetika yang tinggi. Lihat bagaimana setiap item
makanan tersebut disajikan, mulai dari dibentuk dan ditata sedemikian rupa, beberapa
dibentuk seperti bunga, atau bentuk-bentuk tertentu yang manarik. Demikian juga
dengan minumannya, diletakan dalam gelas yang cantik, dengan aneka sirup dan bahan
minuman dengan warna yang menarik. Semua itu adalah demi mewujud sebuah nilai
55
estetika yang tinggi yang mampu memicu munculnya faktor emosi konsumen /
pelanggan.
Aspek estetika berikutnya selain bentuk adalah warna, warna diyakini memiliki
kekuatan yang luar biasa untuk membentuk dan membangun estetika yang bernilai
tinggi. Kita tentu tidak bisa membayangkan, bagaimana rumah besar dan mewah tanpa
perpaduan warna yang indah, baik kontras, senada atau gradasi. Demikian juga dengan
pakaian, tas, sepatu, mobil, dan hampir semua benda disekitar kita memiliki warna atau
perpaduan sekian warna.
Unsur berikutnya adalah proporsi, yang memiliki makna kesesuaian . Artinya
saat mendesain sebuah produk, unsur proposional ini diperlukan. Sebuah rumah dengan
ukuran tinggi pintu 2.5 meter tentu tidak cocok jika disampingnya ada jendela dengan
tinggi 4 meter misalnya. Itu namanya tidak proporsional. Demikian juga dengan
penyajian makanan di restorant besar, chef restoran tersebut juga sangat memperhatikan
aspek proporsional ini, mulai dari ukuran potongan sampai berapa banyak yang harus
disajikan untuk tiap porsinya, agar proporsional.
Unsur estetika berikutnya adalah ke-simetrisan. Kita tentu akan menganggap
lucu, jika pintu mobil sebelah kiri berbeda dengan sebelah kanan, kecuali memang
disengaja untuk tujuan tertentu.
b. Self Expresive Value
Persepsi lingkungan sekitar akan sesuatu barang, atau bagaimana lingkungan
sekitar memberikan penilaian / mempersepsi suatu produk yang dikenakan atau
dikonsumsi oleh seseorang. Rolex, sebuah jam tangan yang mampu memberikan
persepsi kesuksesan, demikian juga Tag Heurer, juga mencerminkan kesuksesan dan
kedinamisan, keduanya memiliki kesamaan meski memiliki target pasar yang sedikit
berbeda.
56
Demikian juga dengan BMW, Mercedes, Audy dan sederetan merek mobil
ternama lainnya, yang dengan sengaja membentuk citra dan asosiasi di masyarakat
umum agar dipersepsi sebagai lambang kesuksesan atau citra kesuksesan.
c. Brand Personality
Bagaimana seseorang mendapatkan kepuasan dengan menyesuaikan dirinya
dengan sebuah produk yang memiliki ciri khas yang sangat kuat, sebuah produk
memiliki karakter yang sangat kuat. Jika pada self expressive value adalah emosi yang
muncul karena penilaian lingkungan sosial di sekitarnya atau pada umumnya, maka pada
brand personality ini lebih ke pembentukan identitas seseorang yang diasosiasikan
dengan produk yang dipilih.
Seseorang dengan jam tangan Rolex dan Tag Heurer mampu mengexpresikan diri
mereka sebagai seseorang yang sukses. Akan tetapi mereka yang menggenakan jam
tangan TH, memiliki personality atau karakter sebagai sesorang yang berjiwa muda dan
dinamis, penuh dengan kehidupan yang sport dan petualangan. Hal ini berbeda dengan
mereka yang memakai Rolex, personality yang ditampilkan adalah kematangan dan
kedewasaan, tenang dan penuh wibawa. Kurang lebih seperti itu, meski Rolex juga
mengeluarkan model yang sportif.
Sama halnya dengan BMW dan Mercedes, keduanya adalah lambang kesuksesan
bagi pemiliknya, artinya masyarakat / lingkungan akan memberikan penilaian demikian
bagi pemiliknya (self-expressive value). Akan tetapi keduanya berbeda dalam
memberikan brand personality kepada pemakainya, BMW lebih kepada kedinamisan dan
Mercedes memberikan karakter kematangan dan kedewasaan.
Ada beberapa produk yang mampu memberikan brand personality dengan
karakter yang sangat kuat, seperti rokok, motor gede, kafe, musik dan lain-lain. Karakter
yang muncul dari rokok kretek tentu berbeda dengan rokok filter. Karakter Djarum
57
berbeda dengan Djie Sam Soe, demikian dengan konsumennya. Mereka yang menyukai
Djie Sam Soe akan memiliki brand personality nya merek tersebut dan mereka akan
memiliki kepuasan pelanggan ketika personality nya diidentikan dengan Djie Sam Soe.
Demikian juga dengan merek rokok yang lain.
Emotional faktor sebagai salah satu varibel pembentuk kepuasan pelanggan, akan
cocok dengan produk-produk tertentu, yaitu produk yang berhubungan dengan life style,
produk yang berkaitan dengan gaya hidup. Akan sulit membetuk konektifitas faktor
emosi dengan produk yang bersifat generik, atau produk yang tidak dibentuk sebagai
gaya hidup. Produk yang berhubungan dengan gaya hidup diantaranya adalah kosmetik,
fashion (baju, tas, sepatu, topi, ikat pinggang), otomotif (beberapa jenis), sabun
kencantikan (facial, body soap) tertentu, dan lainnya. Namun ada beberapa produk yang
sebelumnya tidak berhubugan dengan gaya hidup, tetapi oleh perusahaan sengaja
dibentuk dan dipersepsikan dengan gaya hidup.
3. Kesesuaian dengan nilai-nilai konsumen
Nilai pelanggan adalah ikatan emosional yang terjalin antara pelanggan dan
produsen setelah pelanggan menggunakan produk atau jasa yang dihasilkan pemasok
tersebut dan mendapati bahwa produk yang bersangkutan memberikan nilai tambah
(Howard E.ButzJr.Leonard D.Goodstein, 1996). Penulis lain mengatakan nilai
pelanggan adalah pilihan yang dirasakan pelanggan dan evaluasi terhadap atribut produk
dan jasa, kinerja atribut dan konsekuensi yang timbul dari penggunaan produk untuk
mencapai tujuan dan maksud konsumen ketika menggunakan produk (Robert B.
Woodruffthe University of Tennessee, 1997). Selanjutnya disebut nilai pelanggan
adalah selisih antara penilaian pelanggan prospektif atas semua manfaat dan biaya dari
suatu penawaran terhadap alternatifnya (P. N. U. ; K. K. L. Kotler, 2009). Nilai total
pelanggan (total customer value) adalah nilai moneter kumpulan manfaat ekonomi,
58
fungsional, dan psikologis yang diharapkan pelanggan dari suatu penawaran pasar yang
disebabkan oleh produk, jasa, personel, dan citra yang terlibat. Nilai pelanggan bisa
dikategorikan atas 4 dimensi yaitu nilai fungsi, nilai sosial, nilai emosi, nilai
pengorbanan (Wang et al., 2004).
a. Nilai Fungsional
Nilai fungsional, adalah suatu nilai yang menyinggung kepada didapatnya nilai
pelanggan dari penggunaan atas produk yang diperoleh melalui nilai harga, kenyamanan,
teknologi atau akses (Wang et al., 2004). Motivasi konsumen dalam pembelian
diekspresikan melalui evaluasi terhadap dua manfaat, yaitu manfaat fungsional dari
produk atau jasa yang dibeli sebagai dasar penilaian yang objektif, dan manfaat hedonic
yang bersifat emosional/ perasaan (subjektif) yang diperoleh selama masa pembelian itu
(sebelum- sementara-dan sesudah) (F, Engel James Roger D. Blackwell, 1994) .
Demikian pula pendapat dari Sproles & Kendal (1986) yang kemudian
dikembangkan oleh Jessie and Jung (1998), yang menguraikan tentang dimensi harapan
konsumen yang digunakan sebagai criteria evaluasi dalam pembelian, yang juga disebut
sebagai Konsep Consumer Styles Inventory (CSI) yang merupakan penilaian objektif dan
subjektif ( fashion consciousness dan Impulsiveness ) atas suatu produk atau jasa.
Pelanggan mendapatkan manfaat dan mengeluarkan biaya. Manfaat mencakup
manfaat fungsional dan manfaat emosional. Biaya mencakup biaya moneter, biaya
waktu, biaya energi, dan biaya fisik. Nilai fungsional dapat berpengaruh terhadap
kepuasan pelanggan, karena nilai fungsional pelanggan berperan untuk suatu
peningkatan di kepuasan pelanggan ( Fornell et al., 1996; Bojanic, 1996).
b. Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nilai kegunaan sosial yang diperoleh dari penggunaan produk
atau jasa (Wang et al., 2004). Nilai sosial juga diartikan sebagai utilitas yang didapatkan
59
dan kemampuan produk/jasa untuk meningkatkan konsep diri-sosial konsumen. Upaya
meningkatkan nilai pelanggan bisa melalui Employee Empower dan Cross Functional
Team.(F. Tjiptono, 2016)
Sedangkan employee empowerment dilakukan melalui beberapa cara yaitu
membangun kepercayaan / trust, menjunjung tinggi norma sosial, serta membentuk
jaringan sosial pengikatan. ikatan sosial berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan
konsumen.
Pelanggan selain mengharapkan nilai fungsional dari jasa utama juga
mengharapkan nilai lain dari hubungan yang dibangun oleh penyedia jasa. Manfaat
relasional yang dibangun melalui ikatan sosial akan menciptakan hubungan yang stabil
(Lovelock dan Wirtz, 2012)
Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain
akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang
cenderung mempunyai tingkat kepuasan lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh bukan
karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial atau self esteem yang membuat pelanggan
menjadi puns terhadap merek tertentu (Lupoyadi dan Hamdani, 2011).
c. Nilai Emosional
Nilai Emosional merupakan nilai yang diperoleh setelah pelanggan menggunakan
produk atau jasa yang dihasilkan pemasok tersebut dan mendapati bahwa produk
bersangkutan memberikan nilai tambah. Nilai ini menimbulkan suatu tanggapan
emosional dari pelanggan (Wang et al., 2004).
Nilai emosional yang terdapat pada nilai pelanggan juga mendasari pelanggan
dalam melakukan pengambilan keputusan untuk membeli produk / jasa.. Proses
pengambilan keputusan, sebenarnya terdapat juga perspektif lain dalam keputusan
pembelian oleh konsumen yang disebut sebagai experiential perspective dan behavior
60
influence perspective (Sutisna, 2001), yaitu sebagai berikut: a.Experiential perspective
Tindakan yang dihasilkan dari adanya kebutuhan manusia pada perasaan-perasaan dan
emosional. Terdapat dua jenis pembelian dari experiential perspective yaitu:1.Purchase
impulse, terjadi ketika konsumen mengambil keputusan pembelian mendadak, dimana
konsumen tidak lagi berfikir yang dilakukan terjadi akibat letupan-letupan emosi yang
bersifat kompleks. 2.Variety seeking, yaitu pembelian yang dilakukan ketika konsumen
melakukan pembelian secara spontan dan bertujuan untuk mencoba merek baru dari
suatu produk. b.Behavior influence perspective Proses pengambilan keputusan ditinjau
dari perspektif pengaruh perilaku mendasarkan pada alasan bahwa keputusan pembelian
lebih dipengaruhi oleh lingkungan yang mengitarinya. Lingkungan dimana konsumen
berada akanmempengaruhi perilaku dalam keputusan pembelian. Nilai pelanggan adalah
ikatan emosional yang terjalin antara pelanggan dan produsen setelah pelanggan
menggunakan produk atau jasa yang dihasilkan pemasok tersebut dan mendapati bahwa
produk bersangkutan memberikan nilai tambah (Tjiptono, 2016). Nilai emosional dapat
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, karena nilai emosional adalah ikatan yang
emosional pelanggan dan penyedia jasa setelah pelanggan telah menggunakan produk
menyolok mata yang diproduksi oleh penyedia tersebut (Butz dan Goodstein, 1996)
d. Nilai Pengorbanan
Pengorbanan yang dirasakan, adalah nilai yang didapat konsumen dari kesesuaian
manfaat yang diperoleh konsumen dari suatu produk yang dibelinya dengan biaya atau
pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh produk itu. Manfaat yang dirasakan
konsumen berupa manfaat fungsional dan manfaat emosional. Sedangkan biaya yang
dikeluarkan berupa uang, energi,waktu dan mental (Wang et al., 2004). Menurut Nilai
Pelanggan dapat didefinisikan sebagai hasil penjumlahan dari manfaat yang diperoleh
dan pengorbanan yang diberikan,yang hasilnya sebagai konsekuensinya adalah
61
pelanggan menggunakan produk atau jasa pelayanan untuk memenuhi kebutuhannya
( Tjiptono, 2016) . Nilai atau element content yang diberikan kepada pelanggan adalah
berupa satisfaction, sacrifice dan surprise (Kertajaya, 2004). Sacrifice adalah
pengorbanan konsumen sebanding dengan apa yang didapatkan (adil). Nilai pelanggan
merupakan kombinasi dari manfaat dan pengorbanan yang terjadi apabila pelanggan
menggunakan suatu barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan tertentu (Tjiptono,
2016). Pada sisi perusahaan, nilai pengorbanan yang diberikan akan menjadi
pertimbangan untuk tetap bisa mendapatkan konsumen. , Soehadi.A (2002), Ide dasar
dari pemasaran adalah penciptaan nilai yang superior bagi pelanggan (superior customer
value). Nilai superior didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan menawarkan produk
dengan persepsi kualitas/manfaat jauh diatas persepsi harga/pengorbanan. Dalam
penciptaan nilai tersebut, perusahaan tidak hanya mencari proposisi nilai yang
memuaskan target pelanggannya tetapi harus lebih efektif dibanding kompetitor. Nilai
tersebut dapat diciptakan sebelum transaksi terjadi. Transaksi terjadi jika konsumen
menganggap bahwa nilai produk/layanan perusahaan diatas nilainya kompetitor. Dengan
berjalannya waktu, nilai tersebut perlu dipupuk dan dikembangkan sehingga pelanggan
membutuhkan biaya yang besar jika beralih ke pemasok/produsen lain
4. Persepsi terhadap perusahaan
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
suatu proses tentang petunjuk-petunjuk iderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau
yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur
pada suatu situasi tertentu yang diperoleh melalui penyimpulan informasi dan
menafsirkan pesan (Rakhmat, 2011) . Jadi merupakan suatu proses pengalaman masa
lampau yang relevan, diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang
62
situasi tertentu. Empat obyek persepsi masyarakat terhadap perusahaan yaitu (Hani,
2009):
a. Persepsi terhadap masukan (input) perusahaan dalam melakukan produksi: merupakan
cara pandang masyarakat terhadap bahan baku produk, penyerapan tenaga kerja oleh
perusahaan, mesin dan peralatan yang digunakan dalam produksi.
b. Persepsi terhadap proses produksi perusahaan: merupakan cara pandang masyarakat
terhadap produk utama dan produk sampingan yang dihasilkan perusahaan selama
proses produksi berlangsung.
c. Persepsi terhadap limbah yang dihasilkan perusahaan: merupakan cara pandang
masyarakat terhadap limbah yang dihasilkan perusahaan, bernilai ekonomis atau tak
bernilai ekonomis bagi masyarakat sekitar.
d. Persepsi terhadap dampak keberadaan perusahaan (sosial, ekonomi, dan lingkungan
hidup): merupakan cara pandang masyarakat terhadap dampak sosial, ekonomi, dan
lingkungan hidup yang dibawa oleh keberadaan perusahaan di lingkungan mereka.
4.5.2. Harga
Indikator yang mencirikan harga yaitu:1.Keterjangkauan harga; 2.Kesesuaian
harga dengan kualitas produk; 3.Daya saing harga; 4.Kesesuaian harga dengan manfaat
(Stanton william J., 2000). Selanjutnya Indikator harga mencakup: 1. Harga yang
kompetitif yaitu harga yang ditawarkan lebih kompetitif dari pesaing; 2. Kesesuaian
harga dengan harga pasar yaitu kesesuaian harga dengan harga pasar; 3. Kesesuaian
harga dengan kualitas produk yaitu harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas
produk; 4. Angsuran yaitu pembayaran yang bisa diangsur sampai jangka waktu tertentu
(Mursid, 2014).
Empat ukuran yang mencirikan harga yaitu keterjangkauan harga (Affordability),
kesesuaian harga dengan kualitas produk (Conformity of price with quality), kesesuaian
63
harga dengan manfaat (Conformity of price with benefit)., dan harga sesuai dengan
kemampuan atau daya saing harga (Price Competitiveness).(Kotler Philip, 2012).
Keterjangkauan harga adalah harapan konsumen sebelum mereka melakukan pembelian.
Konsumen akan mencari produk-produk yang harganya dapat mereka jangkau.
Kesesuaian harga dengan kualitas produk Untuk produk tertentu, biasanya konsumen
tidak keberatan apabila harus membeli dengan harga relatif mahal asalkan kualitas
produknya baik. Namun konsumen lebih menginginkan produk dengan harga murah dan
kualitasnya baik; Daya saing harga Perusahaan menetapkan harga jual suatu produk
dengan mempertimbangkan harga produk yang dijual oleh pesaingnya agar produknya
dapat bersaing di pasar; Kesesuaian harga dengan manfaat Konsumen terkadang
mengabaikan harga suatu produk namun lebih mementingkan manfaat dari produk
tersebut.
Beberapa peneliti menyebut keemapat faktor diatas sebagai dimensi, Disisi lain
banyak pakar pemasaran yang menyebutnya sebagai ukuran atau indikator. Dimensi
sebagai turunan dari variabel laten sifatnya masih relatif abstrak. Indikator sudah bersifat
terukur. Keempat unsur diatas menurut penulis sudah dapat diukur secara langsung. Oleh
sebab itu penulis menyebutnya sebagai indikator. Dengan kata lain sebuah dimemsi
diwakili oleh satu indikator.
Dimensi atau indikator yang digunakan oleh peneliti yakni: Keterjangkauan harga
(Affordability), Kesesuaian harga dengan kualitas produk (Conformity of price with
quality), Daya saing harga (Price Competitiveness), dan Kesesuaian harga dengan
manfaat Konsumen (Conformity of price with benefit).
4.2.3. Kualitas Produk
Beberapa tolak ukur atau dimensi kualitas produk terdiri dari :1.Bentuk (form)
Bentuk sebuah produk dapat meliputi ukuran, bentuk, atau struktur fisik produk.2.Fitur
64
(feature) Fitur produk yang melengkapi fungsi dasar suatu produk
tersebut.3.Penyesuaian (Customization) Pemasar dapat mendiferensiasikan produk
dengan menyesuaikan produk tersebut dengan keinginan perorangan. 4.Kualitas Kinerja
(Performance Quality) Tingkat dimana karakteristik utama produk beroperasi. 5.Kualitas
Kesesuaian (Conformance Quality) Tingkat dimana semua unit yang diproduksi identik
dan memenuhi spesifikasi yang dijanjikan.6.Ketahanan (Durability) Merupakan ukuran
umur operasi harapan produk dalam kondisi biasa atau penuh tekanan.7.Keandalan
(Reliabilty) Ukuran kemungkinan produk tidak akan mengalami kerusakan atau
kegagalan dalam periode waktu tertentu. Kemudahan Perbaikan (Repairability). Ukuran
kemudahan perbaikan produk ketika produk itu tidak berfungsi atau gagal.9.Gaya (Style)
menggambarkan penampilan dan rasa produk kepada pembeli.10.Desain (Design) adalah
totalitas fitur yang mempengaruhi tampilan, rasa dan fungsi produk berdasarkan
kebutuhan pelanggan.(P. N. U. K. K. L. Kotler, 2016).
Jadi dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa kualitas produk terdiri dari 10
(sepuluh) dimensi. Sebagai perbandingan disajikan pendapat yang menyatakan kualitas
produk meliputi 8 dimensi.
Dimensions of quality of product are as follows: (1) Performance, is
characteristic of operation fundamental from product nucleus (core product). These
dimensions like in the form of product which is easy to operated, maintenance of product
which easy to conducted, product giving benefits for everyday life and product have
consumption efficient energy. (2) Features, is a special characteristics or additional
idiosyncrasy in the form of complement characteristics, for example equipment of
interior and exterior. Examples of dimensions features is products have different newest
technological individuality with other brands, having additional function which is not
owned by other brands, and have specification more compared of other brand. (3)
65
Reliability, is reliability of product. This reliability related product durability which not
easy to damaged and can function better in long term. (4) According to specification
(Conformance to specification), device characteristic and operating fulfill of standard
have been specified. These dimension related to standar which have been specified in
regulation, like product which must fulfill SNI. (5) Durability, with reference to duration
of product can be used. This dimension closely related with reliability. This durability
can be seen from product its components which are not easily damaged, although
frequently is used, and can function better in long term. (6) Ability to serve (Service
ability), which includes speed, competence, comfort, and handling satisfactory problem.
This dimension is closely related with company its product is a service, which uses
human power. (7) Esthetics, the attractiveness of product through the five senses.
Aspects in this dimension like a product that has interesting design, has external
appearance is innovative, location of arranged component elegantly, and product giving
many choice model to customer. (8) Perceived quality, the image and reputation of the
product and also company responsibility to both the things. This dimension closely
related with image a brand which is picture or impression have customer to a brand or
product.(Garvin David A., 1988)
Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product
) yang dibeli; Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yakni karakteristik
sekunder atau pelengkap ; Kehandalan (reliability) yaitu kemungkinan kecil akan
mengalami kegagalan atau kerusakan dalam penggunaannya; Kesesuaian dengan
spesifikasi (conformance to spesifications), yaitu sejauh mana karakteristik desain
operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya; Daya tahan (durability)
yang berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan;
Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, dan kemudahan
66
penggunaan, serta penanganan keluhan yang memuaskan. Estetika, yakni daya tarik
produk oleh panca indera; Kualitas yang dipersepsikan, yakni citra dan reputasi produk
serta tanggungjawab perusahaan terhadapnya. Reputasi perusahaan merupakan
keterkaitan perusahaan dengan sejarah atau riwayat perusahaan terutama atas dasar
aktifitas usaha dengan pihak lain (D. P. J. P. C. M, 1997)
Dalam penelitian ini dimensi estetika dan persepsi kualitas sudah tercakup pada
variabel penelitian lain (citra merek) , oleh sebab itu kedua dimensi diatas tidak
dimasukkan pada dimensi kualitas produk. Dimensi yang dipergunakan peneliti dalam
operasionalisasi kualitas produk,yakni: Performance (Kinerja), Features (Fitur),
Reliability (Reliabilitas), Conformance (Konformansi), Durability (Durabilitas), dan
Service ability (Kemampuan pelayanan),
Dimensi kinerja produk rangka atap baja ringan mencakup merek, kemudahan,
konsumsi dan kenyamanan dalam penggunaan.Fitur berkaitan dengan pilihan produk,
pengembangan produk, dan kelengkapan lainya; Konformasi menyangkut waktu
penyelesaian, akurasi, dan memenuhi harapan; Dimensi Kehandalan (Realibility)
berkaitan dengan pengawasan kualitas, ketahanan produk, dan standar karakteristik
operasional ; Daya tahan (Durability) mencakup jaminan, umur teknis dan umur
ekonomis; Kemampuan pelayanan meliputi kecepatan, kemudahan, penanganan
keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum
penjualan, tetapi juga selama proses penjualan hingga purna jual yang mencakup
pelayanan reparasi dan ketersediaan komponen yang dibutuhkan (P. S. L. S. Dewi,
2017).
Kinerja produk merupakan manfaat atau fungsi utama suatu barang. Hasil
penelitian (Timbowo Deify, 2016) , Manfaat utama smartphone yakni media komunikasi
dengan banyak pilihan. Smartphone Vivo memiliki fungsi utama Yakni: Percakapan
67
jarak jauh; Media Sosial ( Youtube , WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, Line, FB
Messenger, LinkedIn,Pinterest, dan Wechat ).; Penyimpanan dokumen penting;
Pengiriman dan penerimaan gambar dan dokumen.
Fitur adalah karakteristik yang melengkapi fungsi dasar produk (P. N. U. K. K. L.
Kotler, 2016). Selanjutnya disebut untuk mengukur variabel fitur produk terdapat empat
indikator yaitu:1.Keragaman Fitur 2.Kualitas Fitur 3.Kepentingan Fitur 4.Kelengkapan
Fitur
Kehandalan (reliability) yakni Kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan
atau gagal dipakai (F. ; Tjiptono & Chandra, Gregorius; Adriana, 2008). Reliability
related not easy to damaged and can function better in long term.(Garvin David A.,
1988) .Mengacu pada konsep ini maka penulis mengembangkan indikator reliabilitas
(kehandalan) produk meliputi: Potensi gagal dioperasikan, potensi kerusakan pada
pemakaian normal, dan potensi kerusakan pada pemakaian tidak normal.
Konformansi berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadapns pesifikasi
yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan (Gasperz Vincent,
2005). Konformasi merefleksikan derajat dimana karakteristik desain produk dan
karakteristik operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan, serta sering didefinisikan
sebagai konformansi terhadap kebutuhan (conformance to requirements) . Karakteristik
ini mengukur banyaknya atau presentase produk yang gagal memenuhi sekumpulan
standar yang telah ditetapkan. Conformance to Specifications yaitu sejauh mana
karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Misalnya standar keamanan dan emisi terpenuhi (F. ; A. D. Tjiptono, 2001).
Berdasarkan aspek diatas maka indikator konformansi dalam penelitian ini
meliputi: Kesesuaian desain/bentuk smartphone vivo dengan keinginan pengguna;
Kesesuaian operasi smartphone vivo dengan keinginan pengguna; Kesesuaian
68
smartphone vivo dengan keamanan penggun; Kesesuaian smartphone vivo dengan
kenyamanan pengguna.
Durabilitas berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat digunakan (F. ;
Tjiptono & Chandra, Gregorius; Adriana, 2008). Durability mencakup jaminan, umur
teknis dan umur ekonomis . Durability, with reference to duration of product can be
used (Garvin David A., 1988) .
Pada penelitian ini indikator durabilitas yakni: Umur teknis, Umur ekonomis, dan
garansi perusahaan
Indikator serviceability mencakup Ability to serve (Service ability), which
includes speed, competence, comfort, and handling satisfactory problem (Garvin David
A., 1988) . . This dimension is closely related with company its product is a service,
which uses human power yakni : Kecepatan pelayanan, Ketrampilan karyawan,
Kemudahan memperoleh pelayanan, dan Penangaan masalah yang memuaskan
Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi,
serta penanganan keluhan yang memuaskan (F. ; Tjiptono & Chandra, Gregorius;
Adriana, 2008).
4.2.4. Kepercayaan Konsumen
Kepercayaan konsumen adalah: Nilai-nilai yang melekat di benak konsumen
tentang keunggulan suatu merek , Pembelian akan selalu dijatuhkan pada merek karena
hasilnya, oleh sebab itu konsumen merasa tidak akan ada resiko
Brand trust dapat diukur melalui dimensi viabilitas dan dimensi intensionalitas
(Kustini, 2011). Dimensi Viabilitas (Dimension of Viability) mewakili sebuah persepsi
bahwa suatu merek dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan nilai konsumen.
Dimensi ini dapat diukur melalui indikator kepuasan dan nilai (value). Dimensi
Intensionalitas (Dimension of Intentionality) mencerminkan perasaan aman dari seorang
69
individu terhadap suatu merek. Dimensi ini dapat diukur melalui indikator security dan
trust.
Dua dimensi kepercayaan konsumen, yakni: Trusting Belief dan Trusting
intention (McKnight D. Harrison et al., 2002). Trusting Belief, sejauh mana seseorang
percaya dan merasa yakin terhadap orang lain dalam suatu situasi; Trusting intention
suatu hal yang disengaja dimana seseorang siap bergantung pada orang lain dalam suatu
situasi, ini terjadi secara pribadi dan mengarah langsung kepada orang lain . Trusting
intention didasarkan pada kepercayaan kognitif seseorang kepada orang lain. Tiga
elemen yang membangun trusting belief, yaitu benevolence, integrity, competence. Dua
elemen yang membangun trusting intention yaitu willingness to depend dan subjective
probability of depending
Faktor yang membentuk kepercayaan seseorang terhadap yang lain ada tiga yaitu
kemampuan (ability), kebaikan hati (benevolence), dan integritas (integrity) (M. R. D. J.
H. S. F. D. C., 1995)
Kemampuan mengacu pada kompetensi dan karakteristik penjual/organisasi.
Ability meliputi kompetensi, pengalaman, pengesahan institusional, dan kemampuam
dalam ilmu pengetahuan; Kebaikan hati merupakan kemauan penjual dalam memberikan
kepuasan yang saling menguntungkan antara dirinya dengan konsumen ; Benevolence
meliputi perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima. Integritas berkaitan dengan
bagaimana perilaku atau kebiasaan penjual dalam menjalankan bisnisnya. Informasi
yang diberikan kepada konsumen apakah benar sesuai dengan fakta atau tidak. Integrity
dapat dilihat dari sudut kewajaran (fairness), pemenuhan (fulfillment), kesetiaan
(loyalty), keterus-terangan (honestly), keterkaitan (dependability), dan kehandalan
(reliabilty) (Kim & Kim, 2003). Ability dapat dielaborasi menjadi kompetensi,
pengalaman, pengetahuan luas, dan pengesahan institusional (Wong, 2017).
70
Dimensi kepercayaan konsumen dalam penelitian ini meliputi: Kemampuan
(ability), kebaikan hati (benevolence), dan integritas (integrity). Ability diukur dengan
indikator pengalaman, pengesahan institusional, dan penguasaan ilmu pengetahuan.
Benevolence diukur dengan indikator perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima.
Dimensi integrity dapat dikur dari sudut kewajaran (fairness), pemenuhan (fulfillment), ,
keterus-terangan (honestly), dan keterkaitan (dependability),
4.2.5. Loyalitas Pelanggan
Loyalitas konsumen yakni: Sikap yang kuat terhadap sebuah merek karena
kesannya dibenak pelanggan; Menyebarluaskan dengan emosional sikap positif tentang
merek kepada orang lain ; Tidak ada kemungkinan berpaling dari merek ; Melakukan
pembelian ulang secara teratur dan berkelanjutan.
Beberapa karakteristik konsumen yang loyal, diantaranya: Melakukan pembelian
yang konsisten. Konsumen membeli kembali produk yang sama yang ditawarkan oleh
perusahaan. Merekomendasikan produk perusahaan kepada orang lain Konsumen
melakukan komunikasi dari mulut ke mulut berkenaan dengan produk tersebut kepada
orang lain. Konsumen tidak akan beralih ke produk pesaing. Konsumen tidak tertarik
terhadap produk sejenis dari perusahaan lain (F. ; Tjiptono & Chandra, Gregorius;
Adriana, 2008) .
Loyalitas pelanggan dapat diukur dengan :1.Melakukan pembelian secara teratur
(make regular repeat purchase). 2.Membeli antar lini produk dan jasa. 3.Mereferensikan
kepada orang lain. 4.Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing (Griffin,
2005).
71
Dimensi loyalitas konsumen yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini
Yakni: Keterikatan emosional terhadap merek, Menyebarluaskan aspek positif merek,
Kebal terhadap pesaing, dan Pembelian ulang secara teratur dan berkelanjutan.
Dalam penelitiannya (Sukoco & Hartawan, 2011) mengembangkan indikator
keterikatan emotional terhadap merek menjadi affection, passion, dan connection.
Dalam penelitian ini penulis mengikuti uraian ini dalam operasionalisasi variabel
keterikatan emosional terhadap merek.
(Buleleng, 2019), Berdasarkan media yang digunakan untuk publikasi atau
penyebarluasan informasi, jurnalistik dibagi menjadi tiga jenis: Jurnalistik Cetak (printed
journalism) , Jurnalistik Elektronik (electronic journalism) , Jurnalistik Penyiaran
(Broadcast Journalism) , dan Jurnalistik Online (online journalism) (Buleleng, 2019).
Jurnalistik cetak yaitu proses jurnalistik di media cerak (printed media)
koran/suratkabar, majalah, tabloid; Jurnalistik Elektronik (electronic journalism) atau
Jurnalistik Penyiaran (Broadcast Journalism) yaitu proses jurnalistik di media radio,
televisi, dan film; Jurnalistik Online (online journalism) atau Jurnalistik Daring (dalam
jaringan yaitu penyebarluasan informasi melalui situs web berita atau portal berita
(media internet, media online, media siber). Indikator penyebarluasan informasi positif
merek diuraikan baerdasarkan media yang digunakan konsumen yakni:media cetak,
media elektronik, dan web berita. Satu lagi yang tidak kalah penting dalam
penyebarluasan informasi yakni komunikasi dari mulut ke ulut (word of mouth)
Kekebalan pelanggan terhadap pengaruh barang pesaing sangat penting artinya
dalam membangun loyalitas pelanggan. Aspek lain yang tidak kalah penting yakni durasi
kekebalan itu. Oleh sebab itu kekebalan terhadap pesaing dapat diuraikan atas waktu.
Vivo memasuki pasaran Indonesia sejak awal tahun 2015. Jadi durasi kebal dikategikan
72
atas 3 jenis yakni kebal baru (1-2 tahun), kebal moderat ( 2thn˂kebal ˂ 4tahun), dan
kebal lama ( 4 thn˂kebal ).
Kertajaya, Perusahaan sekarang dituntut untuk bisa mengunci pelanggan dalam
daratan yang lebih dalam, bukan hanya mindnya, bukan pula hanya heartnya, melainkan
spiritnya juga (Kartajaya Hermawan, 2007). Dimensi pembelian ulang secara teratur dan
berkelanjutan dapat dipicu oleh mind pelanggan, heart pelanggan, atau spirit pelanggan.
Faktor-faktor ini menjadi indikator untuk mengukur dimensi Pembelian ulang secara
teratur dan berkelanjutan.
Uraian operasionalisasi variabel diatas diringkas, diberikan kode variabel, kode
dimensi, dan kode indikator. Tujuannya untuk mempermudah dalam pengolahan data
dan kajian informasi. Ringkasan operasionalisasi variabel, dimensi, dan indikator
penelitian disajikan pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Konsep Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
Ukura
n
Citra
Merek (C)
atau ξ1
Citra merek
adalah
evaluasi
terhadap
kesan
seseorang
setelah
memakai,
menggunakan,
mendengar,
dan
merasakan
suatu merek
Kepuasan
fungsional
C1
Sarana
Komunikasi
C11 Ordinal
Menyelesaikan
Pekerjaan
C12 Ordinal
Fasilitas Untuk
Usaha dan
Bisnis
C13 Ordinal
Mengetahui
Informasi
C14 Ordinal
Menyimpan
Dokumen
Penting.
C15 Ordinal
Kepuasan
emosianal
C2 Estetika C21 Ordinal
Self Expresive
Value
C22 Ordinal
Brand
Personality
C23 Ordinal
Kesesuaian
dengan nilai-
nilai konsumen
C3 Nilai
Fungsional
C31 Ordinal
Nilai Sosial
C32 Ordinal
73
Variabel Konsep Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
Ukura
n
Nilai Emosional C33 Ordinal
Nilai
Pengorbanan
C34 Ordinal
Persepsi
terhadap
perusahaan
C4 Masukan (input)
perusahaan
C41 Ordinal
Proses produksi
perusahaan
C42 Ordinal
Limbah
perusahaan
C43 Ordinal
Dampak
keberadaan pe
C44 Ordinal
Harga (H)
atau ξ2
Nilai suatu
barang atau
jasa atau
kedua-duanya
dalam bentuk
uang atau alat
moneter
lainnya atau
ditambah
barang atau
jasa
Keterjangkauan
harga
H1 Keterjangkauan
harga
H1 Ordinal
Kesesuaian
harga dengan
kualitas produk
H2 Kesesuaian
harga dengan
kualitas produk
H2 Ordinal
Kesesuaian
harga dengan
manfaat
H3 Kesesuaian
harga dengan
manfaat
H3 Ordinal
Daya saing
harga,
H4 Daya saing
harga,
H4 Ordinal
Kualitas
Produk
(K) atau
ξ3
Kualitas
produk adalah
hasil penilaian
terhadap fitur
dan ciri utama
barang atau
jasa dalam
memenuhi
standar yang
ditetapkan
oleh
konsumen
atau pemakai
akhir
Kinerja
K1 Percakapan
jarak jauh
K11 Ordinal
Media Sosial K12 Ordinal
Penyimpanan
dokumen
penting
K13 Ordinal
Pengiriman dan
penerimaan
gambar dan
dokumen
K14 Ordinal
Fitur K2 Keragaman
Fitur
smartphone
vivo
K21 Ordinal
Kualitas Fitur
smartphone
vivo
K22 Ordinal
Kepentingan
Fitur
smartphone
vivo
K23 Ordinal
74
Variabel Konsep Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
Ukura
n
Kelengkapan
Fitur
smartphone
vivo
K24 Ordinal
Reliabilitas K3 Potensi gagal
dioperasikan
K31 Ordinal
Tingkat
kerusakan pada
pemakaian
normal
K32 Ordinal
Tingkat
kerusakan pada
pemakaian tidak
normal
K33 Ordinal
Konformansi K4 Kesesuaian
desain/bentuk
smartphone
vivo dengan
keinginan
pengguna
K41 Ordinal
Kesesuaian
operasi
smartphone
vivo dengan
keinginan
pengguna
K42 Ordinal
Kesesuaian
smartphone
vivo dengan
keamanan
pengguna
K43 Ordinal
Kesesuaian
smartphone
vivo dengan
kenyamanan
pengguna
K44 Ordinal
Durabilitas K5 Umur teknis K51 Ordinal
Umur teknis K52 Ordinal
garansi
perusahaan
K53 Ordinal
Kemampuan K6 Kecepatan K61 Ordinal
75
Variabel Konsep Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
Ukura
n
pelayanan pelayanan
Ketrampilan, K62 Ordinal
Kemudahan
memperoleh
pelayanan
K63 Ordinal
Penanganan
masalah yang
memuaskan
K64 Ordinal
Kepercaya-
an
Konsumen
(P) atau ε1
Nilai-nilai
yang melekat
di benak
konsumen
tentang
keunggulan
suatu merek,
Kemampuan
(ability)
.
P1 Pengalaman P11 Ordinal
Pengesahan
institusional
P12 Ordinal
Penguasaan
ilmu
pengetahuan.
P13 Ordinal
Kebaikan hati
(benevolence),
P2 Perhatian P21 Ordinal
Empati, P22 Ordinal
Keyakinan P23 Ordinal
Daya terima P24 Ordinal
Integritas
(integrity).
P3 Kewajaran
(fairness),
P31 Ordinal
Pemenuhan
(fulfillment),
P32 Ordinal
Keterus-
terangan
(honestly),
P33 Ordinal
Keterkaitan
(dependability),
P34 Ordinal
Loyalitas
Pelanggan
(L) atau
ε2
Sikap yang
kuat terhadap
sebuah merek
karena
kesannya
dibenak
pelanggan
Kerikatan
emosional
terhadap merek,
L1 Affection L11 Ordinal
Passion L12 Ordinal
Connection L13 Ordinal
Menyebarluask
an aspek positif
merek
L2 Media cetak L21 Ordinal
Media
elektronik
L22 Ordinal
Web berita L23 Ordinal
Word of mouth L24 Ordinal
Kebal terhadap
pesaing
L3 Baru L31 Ordinal
Moderat L32 Ordinal
Lama L33 Ordinal
Pembelian
ulang secara
L4 Mind L41 Ordinal
Heart L42 Ordinal
76
Variabel Konsep Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
Ukura
n
teratur dan
berkelanjutan.
Spirit L43 Ordinal
Sumber: Diolah dari Referensi sekunder, 2020
4.4. Jenis dan Sumber Data
Data adalah kumpulan dari fakta yang dapat berupa angka, simbol ataupun
tulisan yang diperoleh melalui pengamatan suatu objek (Putra, 2020). Data masih
bersifat mentah, sehingga orang yang melihat atau membacanya belum bisa mendapat
suatu informasi yang utuh. Pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan
sumber sekunder (Sugiyono, 2017).
4.4.1. Data Primer
Informasi untuk keperluan analisis deskriptif dan data input model persamaan
structural diperoleh langsung dari respoden. Instrumen yang digunakan yakni angket.
Wawancara dengan pimpinan atau karyawan toko smartphone di Medan untuk
memperoleh gambaran yang lebih luas dan mendalam terkait produk dan pasarnya.
4.4.2. Data Sekunder
Mengumpulkan data pendukung yang berasal laporan-laporan resmi yang telah
dipublikasikan. Informasi yang diperoleh dari surat kabar, majalah, jurnal, prosiding,
website, dan sumber lain yang dianggap relevan dengan topik penelitian yang akan
dilakukan.
4.5. Populasi, Sampel, dan teknik sampling
4.5.1. Populasi
Penetapan populasi harus dimulai dengan penentuan yang jelas siapa menjadi
sasaran penelitian. Populasi sasaran adalah mereka yang akan menjadi cakupan
kesimpulan penelitian. Populasi adalah sebuah wilayah atau tempat objek atau subjek
77
yang diteliti, seperti orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal lain yang memiliki
kuantitas dan karakteristik tertentu untuk mendapatkan sebuah informasi (Riadi, 2016) .
Populasi dalam penelitian ini yakni seluruh pengguna smartphone vivo, berumur
15-64 tahun beralamat di kota Medan. 92 juta dari 260 juta atau 35.38% penduduk
Indonesia merupakan pengguna smartphone. Penduduk kota Medan pada Desember
2019 berusia 15-64 tahun sebanyak 1.600.935 jiwa (Nasution, 2020) . Mengacu pada
rasio nasional, maka pengguna smartphone di Medan sebanyak 566.411 orang. Survey
pada bulan Mei 2020 oleh peneliti terhadap 108 pemilik smartphone di Medan
memperlihatkan 21.30% menggunakan vivo. Populasi dalam penelitian ini sebanyak
120.646 orang.
4.5.2. Sampel
Peneliti tidak mungkin mempelajari semua populasi, karena keterbatasan dana,
tenaga, waktu, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi ini.
Sebagian anggota atau elemen dari populasi yang mewakili karakteristik populasi disebut
dengan sampel (Riadi, 2016). Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-
benar representatif. Sampel diambil dari populasi diatas yang telah melakukan pembelian
ulang merek yang sama. Jumlahnya ditentukan mengacu pada teknik analisis yang
digunakan.
Salah satu pertimbangan dalam menentukan jumlah sampel yakni teknik analisis
data yang digunakan. Jumlah sampel yang harus dipenuhi jika menggunakan analisis
stuctural equation model (SEM) minimal lima kali jumlah variabel observed. (Sarwono,
2010), Ukuran sampel yang ideal untuk SEM sebaiknya antara 200 - 400.Selanjutnya
disebutkan data dengan sampel 200 pada umumnya dapat diterima dan representatif
dalam penelitian yang menggunakan teknik analisis SEM. Ghozali (2008:132), apabila
78
ukuran sampel lebih besar lagi (antara 400 sampai dengan 500) maka sensitivitas model
ini dalam mendeteksi perbedaan antar data akan semakin tinggi, akibatnya Goodness-of-
fit yang dihasilkan menjadi jelek
Teknik analisis yang dipergunakan peneliti terdiri dari 66 indikator. Setiap
variabel manifest mencakup 6 (enam) respoden. Jumlah sampel dalam penelitian
sebanyak 396 orang (6 x 66); Berusia 15 hingga 64 tahun; Berdomisi di Medan; Mereka
pengguna dan sudah pernah membeli ulang smartphone merek vivo
4.5.3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling metode non-probability sampling.. Sugiyono, (2008), Pengambilan sampel
yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Penyebaran angket (google form) secara proporsional dengan jumlah atau
persentase penduduk tiap-tiap kecamatan di kota Medan. Teknik ini diharapkan
mepresentasikan keterwakilan seluruh penduduk di Medan secara merata. Jumlah
respoden setiap kecamatan disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Sebaran respoden pada setiap kecamatan di Medan
No Kecamatan % penduduk
(Desember
2019)
Jumlah
respoden
(orang)
1 Medan Tuntungan 3.89 15
2 Medan Johor 6.03 24
3 Medan Amplas 5.74 23
4 Medan Denai 6.51 26
5 Medan Area 4.40 17
6 Medan Kota 3.30 13
7 Medan Maimun 1.80 7
8 Medan Polonia 2.53 10
9 Medan Baru 1.80 7
79
No Kecamatan % penduduk
(Desember
2019)
Jumlah
respoden
(orang)
10 Medan Selayang 4.87 19
11 Medan Sunggal 5.16 20
12 Medan Helvetia 6.82 27
13 Medan Petisah 2.81 11
14 Medan Barat 3.23 13
15 Medan Timur 4.96 20
16 Medan Perjuangan 4.25 17
17 Medan Tembung 6.11 24
18 Medan Deli 8.38 33
19 Medan Labuhan 5.36 21
20 Medan Marelan 7.69 30
21 Medan Belawan 4.37 17
Jumlah 100.00 396
Sumber: BPS, 2020 dan hasil survey
Angket (google form) disebarkan secara accidental proporsional dengan jumlah populasi
masing-masing kecamatan. Respoden yang memperoleh angket di kecamatan Medan
Tuntungan sebanyak 15 orang (15 kuesioner); Angket yang disebar di Medan Johor
sebanyak 24 berkas; Respoden yang memperoleh angket di kecamatan Medan Amplas
sebanyak 23 orang (23 kuesioner). Demikian seterusnya hingga kecamatan Medan
Belawan. Pengiriman angket google form akan terus dilakukan hingga terpenuhi jumlah
396 respoden.
4.6. Media Pengumpulan Data
Penelitian ini masuk pada kategori survey. Media pengumpulan data yakni:
Obeservasi, Angket, dan Wawancara.
4.6.1. Observasi
Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung obyek-obyek yang
ada, tidak terbatas hanya pada perilaku manusia saja (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian
ini dilakukan pengamatan terhadap perilaku masyarakat Medan menggunakan
80
smartphone. Disamping itu juga mengamati merek-merek smartphone yang sedang
dipakai dalam masyarakat di Medan.
4.6.2. Angket
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup
(close form questioner) yaitu kuesioner yang disusun dengan menyediakan jawaban
sehingga responden hanya memberi tanda pada jawaban yang dipilih sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Butir-butir pernyataan atau pertanyaan disusun secara sistematis
dalam google form agar dapat dikirim secara daring kepada respoden.
4.6.3. Wawancara
Pengumpulan data dengan tanya jawab secara langsung kepada responden atau
orang yang dianggap kompeten memberikan informasi. (Sugiyono, 2017). Wawancara
dilakukan oleh tim peneliti terhadap grosir dan pengecer smarphone vivo. Substansi
wawancara sekitar perkembangan model-model smartphone; Perbandingan harga dalam
industri smarphone; Karakteristik pembeli yang paling sering mendatangi pengecer;
Atribut atau fitur-fitur yang sering dipertanyakan oleh calon-calon pembeli.
4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum angket dipergunakan untuk mengumpulkan data kepada pengguna
smartphone vivo (respoden) perlu dipastikan apakah mereka akan memahaminya. Kedua,
perlu dipastikan apakah jawaban mereka akan konsisten. Oleh sebab itu instrumen perlu
diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengujian dilakukan dengan mendistribusi kuessioner
untuk dibaca dan diisi oleh orang yang dianggap relefan. Jumlah minimal uji coba
kuisioner minimal 30 responden, dengan jumlah tersebut distribusi nilai akan lebih
mendekati kurva normal (Singarimbun Masri, 1989).
4.7.1. Uji Validitas
81
Data yang dikumpulkan melalui isntrumen penelitian dengan closed ended
question merupakan kategori ordinal. Sebelum kuessioner dipergunakan untuk
mengumpulkan data / informasi dari respoden, validitas dan realibilitasnya harus sudah
teruji. Valid berarti instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008). Validitas data penelitian
ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat (Priadana, 2009). Alat ukur yang
mempunyai validitas yang tinggi berarti mempunyai varians kesalahan kecil, sehingga
memberikan keyakinan bahwa data yang terkumpul merupakan data yang dapat
dipercaya. Asumsi pokok dari uji validitas adalah setiap pertanyaan saling terkait antara
satu dengan yang lainnya dan menghubungkan dengan objek yang diteliti.
Pengujian tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap
butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir (Sugiyono, 2017). Syarat
minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r ≥ 0,30. Apabila korelasi
antara butir dengan skor total kurang dari 0,30 maka butir dalam instrumen tersebut
dinyatakan tidak valid (invalid). Selanjutnya disebut, untuk menguji tingkat validitas alat
ukur atau istrumen dilakukan dengan korelasi Pearson .
})(}{)({ 2222
iiii
iiii
xy
yynxxn
yxyxnr
Dimana: rxy = koefisien korelasi Pearson antar item instrumen yang akan
digunakan dengan variabel yang bersangkutan.
xi = skor jawaban untuk pertanyaan ke-i
yi = total skor jawaban responden
n = banyaknya responden penelitian
Pengujian keberartian koefisien korelasi (rxy) dilakukan dengan taraf signifikasi, α = 5%,
adalah sebagai berikut:
82
1. Jika rhitung ≥ rtabel maka item pertanyaan instrumen penelitian dikatakan valid.
2. Jika rhitung < rtabel maka item pertanyaan instrumen penelitian dikatakan invalid.
4.7.2. Uji Reliabilitas
Setelah uji validitas atas butir-butir pernyataan dalam kuesioner, selanjutkan
dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah tingkat konsistensi suatu alat dalam
mengukur gejala yang sama. Jika suatu alat ukur dipakai dua kali atau lebih untuk
mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran relatif konsisten, maka alat ukur
tersebut reliabel. Uji reliabilitas dilakukan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sudah
valid. Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya,
yaitu sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan pengukuran (error of
measurement).
Pengujian reliabilitas instrument penelitian digunakan metode Alpha Cronbach
dengan rumus sebagai berikut:(Santoso , 2010)
rxx =
2
2
11 x
i
k
k
Dimana: rxx = Nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach
k = jumlah item
2
i = varians butir/item
2
x = varians kelompok
Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha (α) lebih besar
dari 0,60.
4.8. Pengukuran Variabel Penelitian
Disamping teknik deskriptif, penelitian ini akan menggunakan alat analisis SEM
(Structural Equation Modelling). Variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diukur
secara langsung kecuali diukur dengan satu atau lebih variabel manifest.
83
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan prsepsi seseorang
atau kelompok orang tentang fenomena atau gejala sosial yang terjadi (Iskandar, 2009).
Hal ini sudah sepesifik dijelaskan oleh peneliti. Selanjutnya disebut sebagai variable
penelitian. Kemudian dijabarkan melalui dimensi-dimensi menjadi sub-variabel,
kemudian menjadi indikator yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menyusun item-item
pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan variabel penelitian
Selain pilihan dengan lima skala, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau
sembilan tingkat (A. T. M, 2010b). Pada penelitian ini digunakan pengukuran dengan
skala 1 – 7. Justifikasi ini diharapkan akan menghasilkan data yang lebih rinci. Rentang
skala yang lebih tinggi diharapkan akan memberikan hasil yang yang lebih optimal
dibanding dengan rentang skala yang lebih rendah.
Mengukur variabel penelitian melalui indikator dengan skala Likert ( 1 – 7 ) dimana:
7. Sangat setuju (Strongly agree)
6. Setuju (Agree)
5. Agak setuju (Somewhat agree)
4. Netral (Neutral)
3. Agak tidak setuju (Somewhat disagree)
2. Tidak setuju (Disagree)
1. Sangat tidak setuju (Strongly disagree)
4.9. Rancangan Analisis dan uji Hipotesis
4.9.1. Rancangan Analisis
1. Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek
penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang
84
diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.(Saifuddin, 2010) Sekalipun
penelitian yang dilakukan bersifat inferensial, sajian keadaan subjek dan data penelitian
secara deskriptif tetap perlu diketengahkan lebih dahulu sebelum pengujian hipotesis
dilakukan. Analisis Deskriptif merupakan metode yang dilakukan dengan pengumpulan,
mengolah, menyajikan dan menganalisis data sehingga diperoleh gambaran yang jelas
mengenai masalah yang diteliti, seperti karakteristik responden dan jawaban responden.
Untuk mendeskripsikan data setiap variabel digunakan statistik deskriptif melalui
distribusi frekuensi.
Distribusi frekuensi merupakan suatu uraian atau ringkasan yang dapat dibuat
dalam bentuk tabel suatu kelompok data yang menunjukkan sebaran data observasi
dalam beberapa kelas. Sehingga ada dapat membentuk suatu tabel frekuensi yang
berisikan kategori-kategori tersebut. (Statmat.id, 2020) Distribusi frekuensi berarti
penyusunan data menurut kelas interval tertentu atau menurut kategori tertentu dalam
sebuah daftar. Data yang telah berkelompok dapat dimanfaatkan untuk mencari skor
tertinggi, terendah, mean, median, modus, dan standar deviasi. Kemudian disusun dalam
daftar distribusi frekuensi serta dalam bentuk bagan histogram, kemudian digunakan
untuk mencari kecenderungan variabel.
2. Analisis Inferensial dengan model persamaan struktural (SEM)
Santoso (2011), SEM adalah teknik statistik multivariat yang merupakan
kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi (korelasi), yang bertujuan untuk
menguji hubungan-hubungan antar variabel yang ada pada sebuah model, baik antar
dimensi dengan variabelnya, ataupun hubungan antar variabel .Langkah-langkah analisis
SEM diuraikan sebagai berikut:
a. Pengembangan Model Berbasis Teori
85
Model yang dibangun secara teoritis berdasarkan telaah pustaka merupakan
syarat mutlak bagi pengembangan structural equation model (SEM). Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh citra merek, harga, kualitas produk, dan kepercayaan
konsumen terhadap loyalitas pelanggan. Dimensi yang diturunkan dari variabel asalnya
disajikan pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Variabel – Dimensi - Indikator
No Variabel No Dimensi No Indikator
1 Citra Merek 1 Kepuasan
fungsional
1 Sarana Komunikasi
2 Menyelesaikan Pekerjaan
3 Fasilitas Untuk Usaha dan
Bisnis
4 Mengetahui Informasi
5 Menyimpan Dokumen
Penting.
2 Kepuasan
emosianal
6 Estetika
7 Self Expresive Value
8 Brand Personality
3 Kesesuaian dengan
nilai-nilai
konsumen
9 Nilai Fungsional
10 Nilai Sosial
11 Nilai Emosional
12 Nilai Pengorbanan
4 Persepsi terhadap
perusahaan
13 Masukan (input) perusahaan
14 Proses produksi perusahaan
15 Limbah perusahaan
16 Dampak keberadaan
perusahaan
2 Harga 1 Keterjangkauan
harga
17 Keterjangkauan harga
2 Kesesuaian harga
dengan kualitas
produk
18 Kesesuaian harga dengan
kualitas produk
3 Kesesuaian harga
dengan manfaat
19 Kesesuaian harga dengan
manfaat
4 Daya saing harga, 20 Daya saing harga,
3 Kualitas
Produk
1 Kinerja
21 Percakapan jarak jauh
22 Media Sosial
23 Penyimpanan dokumen
penting
24 Pengiriman dan penerimaan
86
No Variabel No Dimensi No Indikator
gambar dan dokumen
2 Fitur 25 Keragaman Fitur
smartphone vivo
26 Kualitas Fitur smartphone
vivo
27 Kepentingan Fitur
smartphone vivo
28 Kelengkapan Fitur
smartphone vivo
3 Reliabilitas 29 Potensi gagal dioperasikan
30 Tingkat kerusakan pada
pemakaian normal
31 Tingkat kerusakan pada
pemakaian tidak normal
4 Konformansi 32 Kesesuaian desain/bentuk
smartphone vivo dengan
keinginan pengguna
33 Kesesuaian operasi
smartphone vivo dengan
keinginan pengguna
34 Kesesuaian smartphone
vivo dengan keamanan
pengguna
35 Kesesuaian smartphone
vivo dengan kenyamanan
pengguna
5 Durabilitas 36 Umur teknis
37 Umur ekonomis
38 Garansi perusahaan
6 Kemampuan
pelayanan
39 Kecepatan pelayanan
40 Ketrampilan,
41 Kemudahan memperoleh
pelayanan
42 Penanganan masalah yang
memuaskan
4 Kepercayaan
Konsumen
1 Kemampuan
(ability), .
43 Pengalaman
44 Pengesahan institusional
45 Penguasaan ilmu
pengetahuan.
2 Kebaikan hati
(benevolence),
46 Perhatian
47 Empati,
48 Keyakinan
87
No Variabel No Dimensi No Indikator
49 Daya terima
3 Integritas
(integrity).
50 Kewajaran (fairness),
51 Pemenuhan (fulfillment),
52 Keterus-terangan (honestly),
53 Keterkaitan (dependability),
5 Loyalitas
Pelanggan
1 Kerikatan emosional
terhadap merek,
54 Affection
55 Passion
56 Connection
2 Menyebarluaskan
aspek positif merek 57 Media cetak
58 Media elektronik
59 Web berita
60 Word of mouth
3 Kebal terhadap
pesaing 61 Baru
62 Moderat
63 Lama
4 Pembelian ulang
secara teratur dan
berkelanjutan.
64 Mind
65 Heart
66 Spirit
Sumber: Diolah dari sumber sekunder, 2020
b. Pengembangan Diagram Alur
Pengembangan Diagram Alur merupakan visualisasi hipotesis yang telah
diajukan dalam konseptualisasi model diatas. Visualisasi model akan mengurangi tingkat
kesalahan dalam pembangunan suatu model dalam LISREL.
Setelah model berbasis teori dikembangkan pada langkah pertama, kemudian
langkah kedua model akan disajikan dalam sebuah pathdiagram (lihat gambar ) untuk
menunjukkan hubungan kausalitas antara variabel dengan variabel; Hubungan antara
dimensi dengan variabel; Hubungan antara dimensi dengan indikator. Path diagram akan
mencakup Digram Lintasan Model Struktural dan diagram alur model pengukuran.
1). Path Diagram Model Struktural
88
Path diagram model structural memperlihatkan adanya hubungan kausal antara
variabel eksogen dengan variabel endogen dan hubungan kausal antara variabel endogen
dengan endogen.
a). Variabel laten eksogen meliputi: Citra Merek (C) atau ξ1, Harga (H) atau ξ2, dan
Kualitas Produk (K) atau ξ3
b). Variabel laten endogen mencakup: Kepercayaan Konsumen (P) atau ε1 , dan
Loyalitas Pelanggan (L) atau ε2
Hubungan kausal antara variabel eksogen dan endogen mencakup 2 persamaan
structural dengan residual masing. Persamaan struktural I dengan residual δ1 ; Persamaan
struktural II dengan residual δ2
Hubungan antara ketiga variabel eksogen dengan masing –masing variabel
endogen bersifat satu arah (rekursif). Disamping itu terdapat hubungan non rekursif
diantara masing-masing variabel eksogen. Korelasi varian citra merek dengan harga
(Φ1); Korelasi varian citra merek dengan kualitas produk (Φ2); Korelasi varian antara
harga dengan kualitas produk (Φ3)
Diagram lintasan model struktural disajikan pada gambar 4.1
89
Sumber: Dikembangkan oleh peneliti, 2020
Gambar 4.1 Diagram Lintasan Model Struktural penelitian
2). Path Diagram Model Pengukuran
Model pengukuran yang terbentuk dalam penelitian ini meliputi 5 (lima) model
pengukuran tunggal yakni: Model pengukuran citra merek; Model pengukuran Harga;
Model pengukuran kualitas produk; Model pengukuran kepercayaan konsumen; Model
pengukuran loyalitas pelanggan.
a). Model Pengukuran Citra Merek
Model Pengukuran citra merek merupakan Second Order Confirmatory . Model
pengukuran Second Order Confirmatory Factor Analysis (2nd
CFA) adalah model
Φ2
Φ1
Φ3
γ11
γ21
γ22
γ12
γ23
γ13
β21
90
pengukuran terdiri dari 2 tingkat. Tingkat pertama adalah sebuah CFA yang
menunjukkan hubungan antara variabel-variabel teramati sebagai indikator dari variabel-
variabel laten terkait. Tingkat kedua yakni sebuah CFA yang menunjukkan hubungan
antara variabel-variabel pada tingkat pertama First Order Confirmatory Factor Analysis
(1th
CFA) sebagai indikator-indikator dari sebuah variabel laten tingkat kedua (Wijanto,
2008).
Second Order Confirmatory Factor Analysis (2nd
CFA) mencakup hubungan citra
merek dengan dimensi-dimensi yang mempengaruhinya yakni Kepuasan fungsional
(C1), Kepuasan emosional (C2), Kesesuaian dengan nilai-nilai konsumen (C3), dan
Persepsi terhadap perusahaan (C4)
Tingkat pertama (1th
CFA) terdiri dari hubungan keemapat dimensi-dimensi citra
merek dengan indikator-indikator masing-masing.
Dimensi Kepuasan fungsional (C1) dicerminkan oleh indikator-indikator Sarana
Komunikasi (C11), Menyelesaikan Pekerjaan (C12), Fasilitas Untuk Usaha dan Bisnis
(C13), Mengetahui Informasi (C14), dan Menyimpan Dokumen Penting (C15).
Dimensi Kepuasan emosional (C2) direfleksikan oleh indikator-indikator Estetika
(C21), Self Expresive Value (C22), dan Brand Personality (C23).
Dimensi Kesesuaian dengan nilai-nilai konsumen (C3) dicerminkan oleh
indikator-indikator Nilai Fungsional (C31), Nilai Sosial (C32), Nilai Emosional (C33),
dan Nilai Pengorbanan (C34).
Dimensi Persepsi terhadap perusahaan (C4) direfleksikan oleh indikator-indikator
Masukan (input) perusahaan (C41), Proses produksi perusahaan (C42), Limbah
perusahaan (C43), dan Dampak keberadaan perusahaan (C44).
91
Keterkaitan antara variabel citra merek dengan dimensi-dimensi dan indikator-
indikator dapat digambarkan dalam suatu diagram lintasan seperti disajikan pada gambar
4.2
Sumber: Dikembangkan oleh peneliti, 2020
Gambar 4.2 Diagram Jalur Model Pengukuran Second Order Citra Merek
γ1C1
γ1C2
γ1C3
γ1C4
λ1C11
λ1C12
λ1C13
λ1C14
λ2C22
λ1C15
λ2C21
λ2C23
λ3C31
λ3C32
λ3C33
λ3C34
λ4C41
λ4C42
λ4C43
λ4C44
δC1
δC2
δC3
δC4
92
b) Model Pengukuran Harga
Salah satu variabel laten eksogen dari model input yaitu harga. Variabel ini
merefleksikan 4 dimensi, meliputi: Keterjangkauan harga (H1) , Kesesuaian harga
dengan kualitas produk(H2) , Daya saing harga(H3) , dan Kesesuaian harga dengan
manfaat(H4) .Hubungan variabel laten dengan dimensi – dimensi yang
merefleksikannya disajikan dengan diagram lintasan pada gambar 4.3
Sumber: dikembangkan oleh peneliti, 2020
Gambar 4.3 Diagram Jalur Model Pengukuran Harga
c) Model Pengukuran Kualitas Produk
Model Pengukuran Kualitas Produk merupakan Second Order Confirmatory .
Tingkat pertama adalah sebuah CFA yang menunjukkan hubungan antara variabel-
variabel teramati sebagai indikator dari variabel-variabel laten terkait. Tingkat kedua
yakni sebuah CFA yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel pada tingkat
pertama sebagai indikator-indikator dari sebuah variabel laten tingkat kedua
λ2H1
λ2H2
λ2H3
λ2H4
93
Tingkat kedua terdiri dari hubungan kualitas produk dengan dimensi-
dimensimya. Dimensi-dimensi yang mencerminkan kualitas produk (tingkat kedua)
meliputi: Kinerja (K1), Fitur (K2), Reliabilitas (K3), Konformansi(K4), Durabilitas (K5),
dan Kemampuan pelayanan (K6). Diagram lintasan model pengukuran kualitas produk
disajikan pada gambar 4.4
94
Sumber: dikembangkan oleh peneliti, 2020
Gambar 4.4 Diagram Jalur Model Pengukuran 2nd
Order Kualitas Produk
CFA tingkat pertama mencakup hubungan antara dimensi dengan indikator-indikator
masing-masing. Dimensi Kinerja direfleksikan oleh indikator (variabel manifest)
γ3K6
γ3K5
γ3K4
γ3K1
γ3K2
γ3K3
λ1K11
λ1K12
λ1K14
λ1K13
λ2K21
λ3K31
λ2K23
λ2K22
λ2K24
λ3K33
λ3K32
λ4K41
λ5K51
λ4K42
λ4K43
λ4K44
λ5K53
λ5K52
λ6K61
λ6K61
λ6K61
λ6K61
δK1
δK6
δK5
δK4
δK3
δK2
95
Percakapan jarak jauh (K11), Media Sosial (K12), Penyimpanan dokumen penting
(K13), Pengiriman dan penerimaan gambar dan dokumen (K14),
Dimensi fitur direfleksikan oleh variabel observed Keragaman Fitur smartphone vivo
(K21), Kualitas Fitur smartphone vivo (K22), Kepentingan Fitur smartphone vivo(K23),
dan Kelengkapan Fitur smartphone vivo (K24)
Dimensi Reliabilitas(K3) dicerminkan oleh indikator Potensi gagal dioperasikan
(K31), Tingkat kerusakan pada pemakaian normal (K32), dan Tingkat kerusakan pada
pemakaian tidak normal (K33).
Konformansi (K4) dicerminkan oleh indikator Kesesuaian desain/bentuk
smartphone vivo dengan keinginan pengguna (K41), Kesesuaian operasi smartphone
vivo dengan keinginan pengguna (K42), Kesesuaian smartphone vivo dengan keamanan
pengguna (K43), Kesesuaian smartphone vivo dengan kenyamanan pengguna (K44).
Dimensi (K5) dicerminkan oleh variabel manifest Umur teknis (K51), Umur
teknis (K52), dan garansi perusahaan (K53).
Dimensi Kemampuan pelayanan (K6) direfleksikan oleh indikator Kecepatan
pelayanan (K61), Ketrampilan (K62), Kemudahan memperoleh pelayanan (K63), dan
Penanganan masalah yang memuaskan (K64).
Keterkaitan antara variabel citra merek dengan dimensi-dimensi dan indikator-
indikator dapat digambarkan dalam suatu diagram lintasan seperti disajikan pada
gambar.
d) Model Pengukuran Kepercayaan Konsumen
Model Pengukuran kepercayaan konsumen merupakan Second Order
Confirmatory . Model pengukuran Second Order Confirmatory Factor Analysis
(2nd
CFA) adalah model pengukuran terdiri dari 2 tingkat. Tingkat pertama adalah sebuah
96
CFA yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel teramati sebagai indikator
dari variabel-variabel laten terkait. Tingkat kedua yakni sebuah CFA yang menunjukkan
hubungan antara variabel-variabel pada tingkat pertama First Order Confirmatory
Factor Analysis (1th
CFA) sebagai indikator-indikator dari sebuah variabel laten tingkat
kedua
Second Order Confirmatory Factor Analysis (2nd
CFA) mencakup hubungan
kepercayaan konsumen dengan dimensi-dimensi yang mempengaruhinya yakni
Kemampuan (ability) atau P1, Kebaikan hati (benevolence) atau P2, Integritas (integrity)
atau P3.
Tingkat pertama (1th
CFA) terdiri dari hubungan ketiga dimensi-dimensi
kepercayaan konsumen dengan indikator-indikator masing-masing.
Dimensi Kemampuan dicerminkan oleh indikator-indikator Pengalaman (P11),
Pengesahan institusional (P12), dan Penguasaan ilmu pengetahuan(P13)
Dimensi Kebaikan hati (benevolence) direfleksikan oleh indikator-indikator
Perhatian (P21), Empati (P22), kayakinan (P23), dan daya terima (P24)
Dimensi Integritas (integrity) direfleksikan oleh indikator-indikator Kewajaran
(fairness) atau P31, Pemenuhan (fulfillment) atau P32, Keterus-terangan (honestly) atau
P33, dan Keterkaitan (dependability) atau P34,
Keterkaitan antara variabel kepercayaan konsumen dengan dimensi-dimensi dan
indikator-indikator dapat diillustrasikan dalam suatu diagram lintasan seperti disajikan
pada gambar 4.5.
97
Sumber: Dikembangkan oleh peneliti, 2020
Gambar 4.5 Diagram lintasan model pengukuran 2ndCFA kepercayaan konsumen
e) Model Pengukuran Loyalitas Pelanggan
Model Pengukuran loyalitas pelanggan merupakan Second Order Confirmatory .
Tingkat pertama adalah sebuah CFA yang menunjukkan hubungan antara variabel-
variabel teramati sebagai indikator dari variabel-variabel laten terkait. Tingkat kedua
yakni sebuah CFA yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel pada tingkat
pertama sebagai indikator-indikator dari sebuah variabel laten tingkat kedua
Tingkat kedua terdiri dari hubungan loyalitas pelanggan dengan dimensi-
dimensimya. Dimensi-dimensi yang mencerminkan loyalitas pelanggan (tingkat kedua)
mencakup : Keterikatan emosional terhadap merek (L1), Menyebarluaskan aspek positif
β1P1
β1P2
β1P3
λ 1P11
λ 1P12
λ 1P13
λ 2P21
λ 2P22
λ 2P24
λ 2P23
λ 3P31
λ 3P32
λ 3P33
λ 3P34
δP1
δP3
δP2
98
merek(L2), Kebal terhadap pesaing (L3), dan Pembelian ulang secara teratur dan berkelanjutan
(L4).
CFA tingkat pertama meliputi hubungan antara dimensi dengan indikator-indikator
masing-masing. Dimensi Keterikatan emosional terhadap merek direfleksikan oleh indikator
(variabel manifest) Affection (L11), Passion (L12) , dan Connection (L13).
Dimensi Menyebarluaskan aspek positif merek direfleksikan oleh variabel observed Media
cetak (L21) , Media elektronik (L22), Web berita (L23), dan Word of mouth (L24)
Dimensi Kebal terhadap pesaing dicerminkan oleh indikator kebal baru (L31), kebal
moderat (L32)), dan kebal lama (L33)
Dimensi Pembelian ulang secara teratur dan berkelanjutan dicerminkan oleh indikator
Mind, Heart, dan Spirit.
Hubungan kausal antara loyalitas pelanggan dengan dimensi-dimensi dan
indikator-indikator diillustrasikan dalam suatu diagram alur seperti disajikan pada
gambar 4.6.
99
Sumber: Dikembangkan oleh peneliti, 2020
Gambar 4.6 Diagram alur model pengukuran 2nd
order loyalitas pelanggan.
c. Konversi diagram alur ke dalam serangkaian persamaan struktural atau spesifikasi
model pengukuran.
Pada langkah ini, model yang sudah disajikan dalam bentuk pathdiagram akan
dikonversi ke dalam dua jenis persamaan yaitu persamaan pengukuran (measurement
model) dan persamaan struktural (structural model)
a). Persamaan struktural
Hubungan kausal (γ,β) antara konsruk pada model penelitian terkait dengan
variabel eksogen (γ) dan endogen (β); Hubungan rekursif tersebut disajikan dalam
bentuk persamaan fungsional dan persamaan matriks. Hubungan dalam bentuk
persamaan fungsional sebagai berikut:
β2L4
β2L1
β2L2
β2L3
λ1L11
λ1L13
λ1L12
λ2L21
λ2L22
λ3L31
λ2L23
λ2L24
λ3L32
λ3L33
λ4L41
λ4L42
λ4L43
δL1
δL4
δL3
δL2
100
Model persamaannya secara umum dapat ditulis seperti di bawah ini:
ε = βε +Γξ +δ
di mana:
ε : vektor variabel laten endogen, berdimensi m x 1
β : matriks koefisien ε, berdimensi m x m
Γ : matriks koefisien ξ, berdimensi m x n
ξ : vektor variabel laten eksogen, berdimensi n x 1
δ : vektor galat pada persamaan struktural, berdimensi m x 1
dengan asumsi: ε tidak berkorelasi dengan ε ; δ tidak berkorelasi dengan ξ ; δ tidak
berkorelasi dengan ξ ; ε , δ , dan δ saling bebas
Sangat tidak memungkinkan untuk melakukan prediksi secara sempurna, oleh karena itu
SEM memasukkan kesalahan structural yang ditulis dengan lambang “zeta” (δ)
Kesalahan struktural ini dikorelasikan dengan variabel laten endogen.
Hubungan kausal (γ,β) antara konsruk pada model penelitian terkait dengan variabel
eksogen (γ) dan endogen (β); Hubungan rekursif tersebut disajikan dalam bentuk
persamaan fungsional dan persamaan matriks. Hubungan dalam bentuk persamaan
fungsional sebagai berikut:
Tabel 4.4
Persamaan-persamaan struktural
No Variabel
Endogen
Variabel
Eksogen
Galat
Struktural
Persamaan Struktural
1 (1) (1)_ (1) 1 = 111 + 1
2 ( 1) ( 2) (1) 1 = 212 + 1
3 ( 1) (3) (1) 1 = 313 + 1
4 ( 2) 1, 3, 1 (2) 2 = 323 +121 + 121 + 2
Sumber: Diolah dari model input penelitian, 2020
Atau disajikan sebagai berikut:
101
Matriks diatas merupakan matriks variabel eksogen dan endogen model struktural
penelitian. Variabel endogen 1 dipengaruhi oleh variabel eksogen 1 , 2 dan 3 .
Bagi persamaan yang overidentified akan selalu ada residual atau error yang ditujukkan
dengan 1. Pada persamaan structural kedua, variabel endogen 2 dipengaruhi oleh
variabel endogen 1 dan variabel eksogen 1, 1, dan 3 . Sama dengan persamaan
pertama, dalam persamaan kedua akan terdapat residual atau error yang disebut 2
b). Persamaan Model (Spesifikasi) Pengukuran
Model pengukuran merupakan bagian dari suatu model SEM yang biasanya
dihubungkan dengan variabel-variabel laten dan indikatorindikatornya. Hubungan dalam
model ini dilakukan lewat model analisis factor konfirmatori atau confirmatory factor
analysis (CFA) dimana terdapat kovarian yang tidak terukur antara masing-masing
pasangan variabel variabel yang memungkinkan. Model pengukuran ini dievaluasi
sebagaimana model SEM lainnya dengan menggunakan pengukuran uji keselarasan.
Proses analisis ini hanya dapat dilanjutkan jika model pengukuran valid. Pada model ini
menghasilkan validitas konvergen (convergent validity). Model persamaannya dapat
ditulis seperti di bawah ini:
Y = Λyε + ε
X = Λxξ + δ
dimana:
ε : vektor variabel laten endogen, berdimensi m x 1
ξ : vektor variabel laten eksogen, berdimensi n x 1
1
2 =
0 0β12 0
1
2 +
γ11 0 00 γ22 00 0 γ33
123
+ 12
102
Y : vektor variabel indikator untuk variabel laten endogen berdimensi p x 1
Λy : matriks koefisien Y terhadap ε, berdimensi m x 1
ε : vektor galat pengukuran Y, berdimensi p x 1
X : vektor variabel indikator untuk variabel laten eksogen berdimensi q x 1
Λx : matriks koefisien X terhadap ξ, berdimensi q x n
δ : vektor galat pengukuran X, berdimensi q x 1
Diasumsikan bahwa δ tidak berkorelasi dengan ξ, dan (I−β) nonsingular. Nilai harapan ε,
ξ,δ,ε dan δ adalah nol.Galat pengukuran ε dan δ dianggap tidak berkorelasi Satu sama
lain, juga dengan variabel-variabel laten. Kesalahan pengukuran (measurement error)
yang berhubungan dengan pengukuran X diberi lambang “delta” (δ) sedangkan
kesalahan pengukuran yang berhubungan dengan pengukuran Y diberi lambang
“epsilon” (ε).
Persamaan dan model pengkuran menunjukkan hubungan kausal atau pengaruh
antara variabel dengan dimensi-dimensinya dan hubungan antara dimensi dengan
indikator-indikatornya. Hubungan kausal antara variabel laten dengan dimensi-
dimensinya disebut dengan 2nd
order CFA. Hubungan kausal antara dimensi dengan
indikator-indikator yang merefleksikannya disebut 1st order CFA. Model pengukuran
dan persamaan matematis masing – masing variabel atau model pengukuran disajikan
berikut ini.
1). Persamaan fungsional spesifikasi model pengukuran citra merek
Model pengukuran citra merek merupakan 2nd
CFA, Oleh sebab itu terdapat
persamaan fungsional hubungan variabel laten dengan dimensi- dimensinya. Disamping
itu terdapat hubungan fungsional antara masing-masing dimensi dengan indikator-
indikator yang merefleksikannya.
a). Persamaan fungsional hubungan kausal model pengukuran 2nd
order citra merek (ξ1)
yakni:
103
Persamaan fungsional yang memperlihatkan pengaruh keempat dimensi dengan
variabel laten citra merek (ξ1) yakni:
C1 = γ1C1 ξ1 + δC1
C2 = γ1C2 ξ1 + δC2
C3 = γ1C3 ξ1 + δC3
C4 = γ1C4 ξ1 + δC4
Pengaruh citra merek (ξ1) terhadap kepuasan fungsional (C1) dinotasikan oleh
γ1C1. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δC1. Pengaruh citra merek (ξ1)
terhadap Kepuasan emosional (C2) dinotasikan oleh γ1C2. Residual hubungan tersebut
disimbolkan oleh δC2. Pengaruh citra merek (ξ1) terhadap Kesesuaian dengan nilai-nilai
konsumen (C3) dinotasikan oleh γ1C3. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δC3.
Pengaruh citra merek (ξ1) terhadap Persepsi terhadap perusahaan (C4) dinotasikan oleh
γ1C4. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δC4.
b). Persamaan fungsional hubungan kausal model pengukuran 1st order citra merek (ξ1).
Dalam model pengukur 1st order mencakup hubungan kausal antara keempat
dimensi diatas dengan indikator-indikator yang merefleksikannya.
(1). Dimensi kepuasan fungsional (C1)
Dimensi ini dicerminkan oleh kelima indikatornya. Persamaan fungsional
pengaruh kepuasan fungsional terhadap kelima indikatornya diperlihatkan berikut ini.
C11 = λ1C11C1 + δ1
C12 = λ1C12C1 + δ2
C13 = λ1C13C1 + δ3
C14 = λ1C14C1 + δ4
104
C15 = λ1C15C1 + δ5
Pengaruh kepuasan fungsional (C1) terhadap Sarana Komunikasi (C11)
dinotasikan oleh λ1C11. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ1. Pengaruh
kepuasan fungsional (C1) terhadap Menyelesaikan Pekerjaan (C12) dinotasikan oleh
λ1C12 . Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ2. Pengaruh kepuasan fungsional
(C1) terhadap Fasilitas Untuk Usaha dan Bisnis (C13) dinotasikan oleh λ1C13. Residual
hubungan tersebut disimbolkan oleh δ3.. Pengaruh kepuasan fungsional (C1) terhadap
Mengetahui Informasi (C14) dinotasikan oleh λ1C14. Residual hubungan tersebut
disimbolkan oleh δ4. Pengaruh kepuasan fungsional (C1) terhadap Menyimpan Dokumen
Penting (C15) dinotasikan oleh λ1C15. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ5.
(2). Dimensi Kepuasan emosional (C2)
Tiga indikator merefleksikan dimensi ini. Persamaan fungsional pengaruh
kepuasan emosional terhadap varibel manifesnya ditunjukkan berikut ini.
C21 = λ2C21C2 + δ6
C22 = λ2C22C2 + δ7
C23 = λ2C23C2 + δ8
Pengaruh kepuasan emosional (C2) terhadap Estetika (C21) dinotasikan oleh
λ2C21. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ6. Pengaruh kepuasan emosional
(C2) terhadap Self Expresive Value (C22) dinotasikan oleh λ2C22. Residual hubungan
tersebut disimbolkan oleh δ7. Pengaruh kepuasan emosional (C2) terhadap Brand
Personality (C23) dinotasikan oleh λ2C23. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ8
(3). Dimensi Kesesuaian dengan nilai-nilai konsumen (C3)
105
Dimensi ini dicerminkan oleh keempat indikatornya. Persamaan fungsional
pengaruh Kesesuaian dengan nilai-nilai konsumen terhadap variabel teramatinya
disajikan berikut ini.
C31 = λ3C31C3 + δ9
C32 = λ3C32C3 + δ10
C33 = λ3C33C3 + δ11
C34 = λ3C34C3 + δ12
Pengaruh Kesesuaian dengan nilai-nilai konsumen (C3) terhadap Nilai
Fungsional (C31) dinotasikan oleh λ3C31. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh
δ9. Pengaruh Kesesuaian dengan nilai-nilai konsumen (C3) terhadap Nilai Sosial
(C32) dinotasikan oleh λ3C32. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ10. Pengaruh
Kesesuaian dengan nilai-nilai konsumen (C3) terhadap Nilai Emosional (C33)
dinotasikan oleh λ3C33. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ11. Pengaruh
Kesesuaian dengan nilai-nilai konsumen (C3) terhadap Nilai Pengorbanan (C34)
dinotasikan oleh λ3C34. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ12
(4). Dimensi Persepsi terhadap perusahaan (C4)
Dimensi ini dicerminkan oleh keempat indikatornya. Persamaan fungsional
pengaruh Persepsi terhadap perusahaan terhadap variabel teramatinya disajikan berikut
ini.
C41 = λ4C41C4 + δ13
C42 = λ4C42C4 + δ14
C43 = λ4C43C4 + δ15
C44 = λ4C44C4 + δ16
106
Pengaruh Persepsi pada perusahaan (C4) terhadap Masukan (input) perusahaan
(C41) dinotasikan oleh λ4C41. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ13. Pengaruh
Persepsi pada perusahaan (C4) terhadap Proses produksi perusahaan (C42) dinotasikan
oleh λ4C42. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ14. Pengaruh Persepsi pada
perusahaan (C4) terhadap Limbah perusahaan (C43) dinotasikan oleh λ4C43. Residual
hubungan tersebut disimbolkan oleh δ15. Pengaruh Persepsi pada perusahaan (C4)
terhadap Dampak keberadaan perushaan (C44) dinotasikan oleh λ4C44. Residual hubungan
tersebut disimbolkan oleh δ16.
2). Persamaan fungsional spesifikasi model pengukuran harga
Persamaan fungsional hubungan kausal model pengukuran harga (ξ2) dengan
indikator-indikatornya diperlihatkan dibawah ini.
H1 = λ2H1 ξ2 + δ17
H2 = λ2H2 ξ2 + δ18
H3 = λ2H3 ξ2 + δ19
H4 = λ2H4 ξ2 + δ20
Pengaruh variabel ξ2 terhadap dimensi/indikator H1 (Keterjangkauan harga)
variabel ξ2 dinotasikan dengan λ2H1λ1. Residual / error dari hubungan tersebut yakni δ17.
Pengaruh dimensi/indikator H2 (Kesesuaian harga) dengan kualitas produk terhadap
variabel ξ2 dinotasikan dengan λ2H2λ2. Residual / error dari hubungan tersebut yakni δ18.
Pengaruh dimensi/indikator H3 (Kesesuaian harga) dengan manfaat terhadap variabel
laten ξ2 dinotasikan dengan λ2H. Residual / error dari hubungan tersebut yakni δ19.
Pengaruh dimensi/indikator H4 (Daya saing harga) terhadap variabel laten ξ2 dinotasikan
dengan λ2H4. Residual / error dari hubungan tersebut yakni δ20.
3). Persamaan fungsional spesifikasi model pengukuran kualitas produk
107
Model pengukuran citra merek merupakan 2nd
CFA, Oleh sebab itu terdapat
persamaan fungsional hubungan variabel laten dengan dimensi- dimensinya. Disamping
itu terdapat hubungan fungsional antara masing-masing dimensi dengan indikator-
indikator yang merefleksikannya.
a). Persamaan fungsional hubungan kausal model pengukuran 2nd
order citra merek (ξ1).
Persamaan fungsional yang memperlihatkan pengaruh keempat dimensi dengan
variabel laten citra merek (ξ1) yakni:
K1 = γ3K1ξ3 + δK1
K2 = γ3K2ξ3 + δK2
K3 = γ3K3ξ3 + δK3
K4 = γ3K4ξ3 + δK4
K5 = γ3K5ξ3 + δK5
K6 = γ3K6ξ3 + δK6
Hubungan kausal kualitas produk (ξ3) terhadap dimensi Kinerja (K1) dinotasikan
oleh γ3K1. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δK1. Hubungan kausal kualitas
produk (ξ3) terhadap dimensi Fitur (K2) dinotasikan oleh γ3K2. Residual hubungan
tersebut disimbolkan oleh δK2. Hubungan kausal kualitas produk (ξ3) terhadap dimensi
Reliabilitas (K3) dinotasikan oleh γ3K3. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δK3.
Hubungan kausal kualitas produk (ξ3) terhadap dimensi Konformansi (K4) dinotasikan
oleh γ3K4. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δK4. Hubungan kausal kualitas
produk (ξ3) terhadap Durabilitas (K5) dinotasikan oleh γ3K5. Residual hubungan tersebut
disimbolkan oleh δK5. Hubungan kausal kualitas produk (ξ3) terhadap dimensi
Kemampuan pelayanan (K6) dinotasikan oleh γ3K6. Residual hubungan tersebut
disimbolkan oleh δK6.
108
b). Persamaan fungsional hubungan kausal model pengukuran 1st order kualitas produk
(ξ3).
Persamaan fungsional dalam konteks ini terkait dengan pengaruh dimensi-
dimensi kualitas produk dengan variabel observed masing-masing.
(1). Dimensi Kinerja
Dimensi ini direfleksikan oleh 4 (empat) indikator yakni Percakapan jarak jauh
(K11), Media Sosial (K12), Penyimpanan dokumen penting (K13), dan
Pengiriman/penerimaan gambar dan dokumen (K14), Hubungan kausal kinerja dengan
keempat variabel termatinya ditunjukkan berikut ini.
K11 = λ1K11K1 + δ21
K12 = λ1K12K1 + δ22
K13= λ1K13 K1 + δ23
K14 = λ1K14 K1 + δ24
Pengaruh kinerja (K1) terhadap Percakapan jarak jauh (K11) dinotasikan oleh
λ1K11. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ21. Pengaruh kinerja (K1) terhadap
Media Sosial (K12) dinotasikan oleh λ1K12. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh
δ22. Pengaruh kinerja (K1) terhadap Penyimpanan dokumen penting (K13) dinotasikan
oleh λ1K13. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ23. Pengaruh kinerja (K1)
terhadap Pengiriman/penerimaan gambar dan dokumen (K14) dinotasikan oleh λ1K14.
Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ24.
(2). Dimensi Fitur
Dimensi ini dicerminkan oleh 4 (empat) indikator yakni Keragaman Fitur (K21),
Kualitas Fitur (K22), Kepentingan Fitur (K23), dan Kelengkapan Fitur (K24), Hubungan
kausal fitur dengan keempat variabel manifes diperlihatkan berikut ini.
109
K21= λ2K21K2 + δ25
K22= λ2K22K2 + δ26
K23= λ2K23K2 + δ27
K24= λ2K24K2 + δ28
Hubungan kausal fitur (K2) terhadap Keragaman Fitur (K21) dinotasikan oleh
λ2K21. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ25. Hubungan kausal fitur (K2)
terhadap Kualitas Fitur (K22) dinotasikan oleh λ2K22. Residual hubungan tersebut
disimbolkan oleh δ26. Hubungan kausal fitur (K2) terhadap Kepentingan Fitur (K23)
dinotasikan oleh λ2K23. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ27. Hubungan
kausal fitur (K2) terhadap Kelengkapan Fitur (K24) dinotasikan oleh λ2K24. Residual
hubungan tersebut disimbolkan oleh δ28.
(3). Dimensi Reliabilitas
Dimensi reliabilitas direfleksikan oleh 3 (tiga) indikator yakni Potensi gagal
dioperasikan (K31), Tingkat kerusakan pada pemakaian normal (K32), dan Tingkat
kerusakan pada pemakaian tidak normal (K33), Hubungan kausal reliabilitas dengan
ketiga variabel manifes diperlihatkan berikut ini.
K31 = λ3K31K3 + δ29
K32 = λ3K32K3 + δ30
K33 = λ3K33K3 + δ31
Pengaruh reliabilitas (K3) terhadap Potensi gagal dioperasikan (K31) dinotasikan
oleh λ3K31. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ29. Pengaruh reliabilitas (K3)
terhadap Tingkat kerusakan pada pemakaian normal (K32) dinotasikan oleh λ3K32.
Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ30. Pengaruh reliabilitas (K3) terhadap
110
Tingkat kerusakan pada pemakaian tidak normal (K33) dinotasikan oleh λ3K33. Residual
hubungan tersebut disimbolkan oleh δ31.
(4). Dimensi Konformansi
Dimensi ini dicerminkan oleh 4 (empat) indikator yakni Kesesuaian
desain/bentuk (K41), Kesesuaian operasi dengan keinginan penggguna (K42),
Kesesuaian dengan keamanan penggunan (K43), dan Kesesuaian dengan kenyamanan
pengguna (K44), Pengaruh fitur terhadap keempat variabel manifes diperlihatkan oleh
persamaan fungsional berikut ini.
K41 = λ4K41K4 + δ32
K42 = λ4K42K4 + δ33
K43 = λ4K43K4 + δ34
K44 = λ4K44K4 + δ35
Pengaruh konformansi (K4) terhadap Kesesuaian desain/bentuk (K41)
dinotasikan oleh λ4K41. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ32. Pengaruh
konformansi (K4) terhadap Kesesuaian operasi dengan keinginan penggguna (K42)
dinotasikan oleh λ4K42. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ33. Pengaruh
konformansi (K4) terhadap Kesesuaian dengan keamanan penggunan (K43) dinotasikan
oleh λ4K43. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ34. Pengaruh konformansi (K4)
terhadap Kesesuaian dengan kenyamanan pengguna (K44) dinotasikan oleh λ4K45.
Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ35.
(5). Dimensi Durabilitas
Dimensi durabilitas direfleksikan oleh 3 (tiga) indikator yakni Umur teknis
(K51), Umur ekonomis (K52), dan garansi perusahaan (K53). Hubungan kausal
111
durabilitas dengan ketiga variabel manifes diperlihatkan persamaan fungsional berikut
ini.
K51 = λ5K51K5 + δ36
K52 = λ5K52K5 + δ37
K53 = λ5K53K5 + δ38
Pengaruh durabilitas (K5) terhadap Umur teknis (K51) dinotasikan oleh λ5K51 .
Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ36. Pengaruh durabilitas (K5) terhadap
Umur ekonomi (K52) dinotasikan oleh λ5K52 . Residual hubungan tersebut disimbolkan
oleh δ37. Pengaruh durabilitas (K5) terhadap garansi perusahaan (K53) dinotasikan oleh
λ5K53 . Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δ38.
(6). Dimensi Kemampuan pelayanan
Dimensi ini dicerminkan oleh 4 (empat) indikator yakni Kecepatan pelayanan
(K61), Ketrampilan (K62), Kemudahan memperoleh pelayanan (K63), dan Penanganan
masalah yang memuaskan (K64), Pengaruh kemampuan pelayanan terhadap keempat
indikator diperlihatkan oleh persamaan fungsional berikut ini.
K61 = λ6K61K6 + δ39
K62 = λ6K61K6 + δ40
K63 = λ6K61K6 + δ41
K64 = λ6K61K6 + δ42
Pengaruh Kemampuan pelayanan (K6) terhadap Kecepatan pelayanan (K61)
dinotasikan oleh λ6K61. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh δ39.
Pengaruh Kemampuan pelayanan (K6) terhadap Ketrampilan (K62) dinotasikan oleh
λ6K62 . Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh δ40. Pengaruh Kemampuan
pelayanan (K6) terhadap Kemudahan memperoleh pelayanan (K63) dinotasikan oleh
112
λ6K63 . Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh δ41. Pengaruh Kemampuan
pelayanan (K6) terhadap Penanganan masalah yang memuaskan (K64) dinotasikan oleh
λ6K64 . Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh δ42.
4). Persamaan fungsional spesifikasi model pengukuran kepercayaan konsumen
Model pengukuran kepercayaan konsumen merupakan 2nd
CFA, Oleh sebab itu
terdapat persamaan fungsional hubungan variabel laten dengan dimensi- dimensinya.
Disamping itu terdapat hubungan fungsional antara masing-masing dimensi dengan
indikator-indikator yang merefleksikannya.
a). Persamaan fungsional hubungan kausal model pengukuran 2nd
order kepercayaan
konsumen (ε1).
Persamaan fungsional yang memperlihatkan pengaruh keempat dimensi dengan
variabel laten kepercayaan konsumen (ε1) yakni:
P1 = β1P1ε1 + δP1
P2 = β1P2ε1 + δP2
P3 = β1P3ε1 + δP3
Hubungan kausal kepercayaan konsumen (ε1) terhadap dimensi Kemampuan (P1)
dinotasikan oleh β1P1. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δP1. Hubungan
kausal kepercayaan konsumen (ε1) terhadap dimensi Kebaikan hati (P2) dinotasikan oleh
β1P2. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δP2. Hubungan kausal kepercayaan
konsumen (ε1) terhadap dimensi Integritas (P3) dinotasikan oleh β1P3. Residual hubungan
tersebut disimbolkan oleh δP3.
b). Persamaan fungsional hubungan kausal model pengukuran 1st order kepercayaan
konsumen (ε1).
113
(1). Dimensi kemampuan
Dimensi Kemampuan (P1) direfleksikan oleh 3 (tiga) indikator yakni Pengalaman
(P11), Pengesahan institusional (P12), dan Penguasaan ilmu pengetahuan (P13).
Hubungan kausal dimensi kemampuan dengan ketiga variabel manifes diperlihatkan
persamaan fungsional berikut ini.
P11 = λ 1P11P1 + ε1
P12 = λ 1P12P1 + ε2
P13 = λ 1P13P1 + ε3
Pengaruh Dimensi Kemampuan (P1) terhadap Pengalaman (P11) dinotasikan
oleh λ 1P11. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε1. Pengaruh Dimensi
Kemampuan (P1) terhadap Pengesahan institusional (P12) dinotasikan oleh λ 1P12.
Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε2. Pengaruh Dimensi Kemampuan
(P1) terhadap Penguasaan ilmu pengetahuan (P13) dinotasikan oleh λ 1P13. Residual
hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε3.
(2). Dimensi Kebaikan hati
Dimensi Kebaikan hati (P2) direfleksikan oleh 4 (empat) indikator yakni
Perhatian (P21), Empati (P22), Keyakinan (P23), dan Daya terima (P24). Hubungan
kausal kebaikan hati dengan keempat variabel manifes diperlihatkan persamaan
fungsional berikut ini.
P21 = λ 2P21P2 + ε4
P22 = λ 2P22P2 + ε5
P23 = λ 2P23P2 + ε6
P24 = λ 2P24P2 + ε7
114
Pengaruh Dimensi Kebaikan hati (P2) terhadap Perhatian (P21) dinotasikan oleh
λ 2P21. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε4. Pengaruh Dimensi
Kebaikan hati (P2) terhadap Empati (P22) dinotasikan oleh λ 2P22. Residual hubungan
kausal tersebut disimbolkan oleh ε5. Pengaruh Dimensi Kebaikan hati (P2) terhadap
Keyakinan (P23) dinotasikan oleh λ 2P23. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan
oleh ε6. Pengaruh Dimensi Kebaikan hati (P2) terhadap Daya terima (P24) dinotasikan
oleh λ 2P24. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε7.
(3). Dimensi Integritas
Dimensi integritas (P3) direfleksikan oleh 4 (empat) indikator yakni Kewajaran
(P31), Pemenuhan (P32), Keterus-terangan (P33), dan Keterkaitan (P34). Hubungan
kausal integritas dengan keempat variabel observe diperlihatkan persamaan fungsional
berikut ini.
P31 = λ 3P31P3 + ε8
P32 = λ 3P32P3 + ε9
P33 = λ 3P33P3 + ε10
P34 = λ 3P34P3 + ε11
Pengaruh Dimensi integritas (P3) terhadap Kewajaran (P31) dinotasikan oleh
λ3P31. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε8. Pengaruh Dimensi
integritas (P3) terhadap Pemenuhan (P32) dinotasikan oleh λ3P32. Residual hubungan
kausal tersebut disimbolkan oleh ε9. Pengaruh Dimensi integritas (P3) terhadap Keterus-
terangan (P33) dinotasikan oleh λ3P33. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan
oleh ε10. Pengaruh Dimensi integritas (P3) terhadap Keterkaitan (P34) dinotasikan oleh
λ3P34. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε11.
115
5). Persamaan fungsional spesifikasi model pengukuran loyalitas pelanggan.
Model pengukuran loyalitas pelanggan merupakan 2nd
CFA, Oleh sebab itu
terdapat persamaan fungsional hubungan variabel laten dengan dimensi- dimensinya.
Disamping itu terdapat hubungan fungsional (1stCFA) antara masing-masing dimensi
dengan variabel manifest yang merefleksikannya.
a). Persamaan fungsional hubungan kausal model pengukuran 2nd
order loyalitas
pelanggan (ε2).
Persamaan fungsional yang memperlihatkan pengaruh keempat dimensi dengan variabel
laten loyalitas pelanggan (ε2) yakni:
L1 = β2L1ε2 + δL1
L2 = β2L2ε2 + δL2
L3 = β2L3ε2 + δL3
L4 = β2L4ε2 + δL4
Hubungan kausal loyalitas pelanggan (ε2) terhadap dimensi Keterikatan emosional
terhadap merek (L1) dinotasikan oleh β2L1. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh
δL1. Hubungan kausal loyalitas pelanggan (ε2) terhadap dimensi Menyebarluaskan aspek
positif merek (L2) dinotasikan oleh β2L2. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δL2.
Hubungan kausal loyalitas pelanggan (ε2) terhadap dimensi Kebal terhadap pesaing (L3)
dinotasikan oleh β2L3. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δL3. Hubungan kausal
loyalitas pelanggan (ε2) terhadap dimensi Pembelian ulang secara teratur dan berkelanjutan.
(L4) dinotasikan oleh β2L4. Residual hubungan tersebut disimbolkan oleh δL4.
b). Persamaan fungsional hubungan kausal model pengukuran 1st order loyalitas
pelanggan (ε2)
(1). Dimensi Keterikatan emosional
116
Dimensi keterikatan emosional (L1) direfleksikan oleh 3 (tiga) indikator yakni
Affection (L11), Passion (L12), dan Connection (L13). Hubungan kausal keterikatan
emosional dengan ketiga variabel observe diperlihatkan persamaan fungsional berikut
ini.
L11 = λ1L11L1 + ε12
L12 = λ1L12L1 + ε13
L13 = λ1L13L1 + ε14
Pengaruh Dimensi keterikatan emosional (L1) terhadap Affection (L11)
dinotasikan oleh λ1L11. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε12. Pengaruh
Dimensi keterikatan emosional (L1) terhadap passion (L12) dinotasikan oleh λ1L12.
Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε13. Pengaruh Dimensi keterikatan
emosional (L1) terhadap Connection (L13) dinotasikan oleh λ1L13. Residual hubungan
kausal tersebut disimbolkan oleh ε14.
(2). Dimensi menyebarluaskan aspek positif merek
Dimensi menyebarluaskan aspek positif merek (L2) direfleksikan oleh 4 (empat)
indikator yakni media cetak (L21), media elektronik (L22), web berita (L23). dan word
of mouth (L24). Hubungan kausal menyebarluaskan aspek positif merek dengan keempat
variabel observe diperlihatkan persamaan fungsional berikut ini.
L21 = λ2L21L2 + ε15
L22 = λ2L22L2 + ε16
L23 = λ2L23L2 + ε17
L24 = λ2L24L2 + ε18
117
Pengaruh Dimensi menyebarluaskan aspek positif merek (L2) terhadap media cetak
(L21) dinotasikan oleh λ2L21. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε15.
Pengaruh Dimensi menyebarluaskan aspek positif merek (L2) terhadap media elektronik
(L22) dinotasikan oleh λ2L22. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε16..
Pengaruh Dimensi menyebarluaskan aspek positif merek (L2) terhadap web berita (L23).
dinotasikan oleh λ2L23. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε17. Pengaruh
Dimensi menyebarluaskan aspek positif merek (L2) terhadap word of mouth (L24) oleh
λ2L21. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε18
(3). Dimensi kebal terhadap pesaing
Dimensi kebal terhadap pesaing (L3) direfleksikan oleh 3 (tiga) indikator yakni
kebal baru (L31), kebal moderat (L32), dan kebal lama (L33). Hubungan kausal kebal
terhadap pesaing dengan ketiga variabel manifes ditunjukkan oleh persamaan fungsional
berikut ini.
L31 = λ3L31L3 + ε19
L32 = λ3L32L3 + ε20
L33 = λ3L33L3 + ε21
Hubungan kausal Dimensi kebal terhadap pesaing (L3) terhadap kebal baru (L31)
dinotasikan oleh λ3L31. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε19.
Hubungan kausal Dimensi kebal terhadap pesaing (L3) terhadap kebal moderat (L32)
dinotasikan oleh λ3L32. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε20.
Hubungan kausal Dimensi kebal terhadap pesaing (L3) terhadap kebal lama (L33)
dinotasikan oleh λ3L33. Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε21.
(4). Dimensi pembelian ulang secara teratur dan berkelanjutan
118
Pembelian ulang secara teratur dan berkelanjutan (L4) merupakan dimensi yang
direfleksikan oleh 3 (tiga) variabel observed yakni Mind (L41), Heart (L42), dan Spirit
(L43). Hubungan kausal pembelian ulang secara teratur dan berkelanjutan dengan ketiga
variabel manifes ditunjukkan oleh persamaan fungsional berikut ini.
L41 = λ4L41L4 + ε22
L42 = λ4L42L4 + ε23
L43 = λ4L43L4 + ε24
Hubungan kausal Dimensi pembelian ulang secara teratur dan berkelanjutan (L4)
terhadap Mind (L41), dinotasikan oleh λ4L41. Residual hubungan kausal tersebut
disimbolkan oleh ε22. Hubungan kausal Dimensi pembelian ulang secara teratur dan
berkelanjutan (L4) terhadap Mind (L41), dinotasikan oleh λ4L41. Residual hubungan
kausal tersebut disimbolkan oleh ε22. Hubungan kausal Dimensi pembelian ulang secara
teratur dan berkelanjutan (L4) terhadap Heart (L42), dinotasikan oleh λ4L42. Residual
hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε23. Hubungan kausal Dimensi pembelian
ulang secara teratur dan berkelanjutan (L4) terhadap Spirit (L43)., dinotasikan oleh λ4L43.
Residual hubungan kausal tersebut disimbolkan oleh ε24..
c. Pengembangan Model Input Hibryd
Model hibryd merupakan gabungan dari model pengukuran 2nd
order CFA dan
model pengukuran 1st order CFA sebelumnya. Pada model structural ditunjukkan
hubungan kausalitas antara variabel laten eksogen dengan variabel laten endogen. Pada
model pengukuran diperlihatkan hubungan kausal antara dimensi dengan variabel
manifest yang merefleksikannya, baik pada level 2nd
order CFA maupun 1st order CFA.
Model ini dibangun untuk input data awal dalam suatu model yang telah lengkap
(hibryd). Model lengkap penelitian untuk input data mentah disajikan pada gambar 4.7
119
Bentuk fungsional dari model hibryd dalam penelitian ini yakni:
Persamaan Struktural I : ε1 = γ11 ξ1 + γ12 ξ2 + γ13 ξ3 + δ1
Persamaan Struktural II : ε2 = γ21ξ1 + γ22 ξ2 + γ23 ξ3 + δ2
Covarian ξ1 ξ2 = Φ1
Covarian ξ2 ξ3 = Φ2
Covarian ξ1 ξ3 = Φ3
120
Sumber: Dikembangkan oleh peneliti, 2020
Gambar 4.7 Diagram alur model input (hibryd) penelitian
γ11
γ21
γ12
γ22
γ13
γ23
β21
121
d. Pemilihan matriks input dan teknik estimasi atas model yang dibangun
Model setelah dispesifikasikan secara lengkap, langkah berikutnya adalah
memilih jenis input yang sesuai. Hair et al. (1995), bila yang diuji adalah hubungan
kausalitas maka jenis input yang digunakan adalah kovarians. Penelitian ini akan
menguji hubungan kausalitas, maka matriks kovarianslah yang digunakan sebagai input
untuk operasi SEM. Tehnik estimasi yang digunakan adalah maximum likelihood
estimation method. Estimasi akan dilakukan secara bertahap yaitu :
1). Kecocokan Model Pengukuran (Measurement Model)
Tehnik Measurement Model ini ditujukan mengestimasi penguji
unidimensionalitas dari variabel eksogen dan variabel endogen.
a). Uji Kesesuaian Model pengukuran (Goodness of Fit Test)
Pengujian dilakukan dengan menggunakan parameter yang disajikan pada Tabel 4.4..
Tabel 4.4 Goodness of Fit Index Model (GOF)Model Struktural Awal
NO Goodness of Fit Index
(GOF)
Cut Off Value GOF Model
Penduga
Justifikasi
A Ukuran kesesuaian absolut
1 Statistik Chi-Square (χ2)/
Probabilitas ≥ 0.050
Good fit
2 Goodness-of-fit
Index(GFI) > 0.900
Good fit
3 Root mean square error
of approximation
(RMSEA)
≤ 0.080
Good fit
4 Expected cross validation
index (ECVI)
Semakin kecil
semakin baik
Good fit
B Ukuran Kesesuai Komparatif
1 Adjusted Goodness of Fit
Index (AGFI)
> 0.900 Good fit
2 Normed Fit Index (NFI) > 0.900 Good fit
3 Comparative Fit Index
(CFI)
> 0.900 Good fit
C Ukuran Kesesuaian Parsimonious
1 Parsimony Goodness of
Fit Index (PGFI)
Makin tinggi
makin baik
Good fit
2 Parsimonious Normed
Fit Index (PNFI)
> 0.000
(semakin
besar semakin
Good fit
122
NO Goodness of Fit Index
(GOF)
Cut Off Value GOF Model
Penduga
Justifikasi
baik)
Sumber : Joreskog dan Sorbom, (1989)
b). Validitas muatan faktor:
Untuk mengukur valitaditas variabel-variabel dalam model pengukuran atau
confirmatory factor analysis model, sebagai berikut: Doll,et.al (1994)
Pada first order model pengukuran, standar factor loading (muatan faktor standar)
variabel – variabel teramati (indikator) terhadap variabel laten (faktor) merupakan
estimasi validitas.
Pada second or higher level order model pengukuran , standard structural
coefficient dari faktor-faktor (variabel-variabel laten) pada konstruk (variabel laten) yang
lebih tinggi adalah estimasi validitas dari faktor-faktor tersebut.
Ridgon et.al (1991). Suatu variabel dikatakan memiliki validitas yang baik
terhadap konstruk atau variabel latennya, jika:
Nilai t muatan faktornya (factor loading) lebih besar dari nilai kritis ( atau t ≥
1.96 ) dan muatan faktor standarnya (standardized loading factors ) ≥ 0.70.
H0 : thitung ttabel = Muatan faktor signifikan ditolak
Ha : thitung ttabel = Muatan faktor signifkan diterima
Igbaria et.al (1997), menyatakan bahwa muatan faktor standar ≥ 0.50 adalah very
significant
c). Reliabilitas konstruk Model Pengukuran
Wijanto (2008:65), Reliabilitas adalah konsistensi suatu pengukuran. Reliabilitas
tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator mempunyai konsistensi tinggi dalam
mengukur konstruk latennya.
123
Bollen (1989), mengukur reliabilitas dalam SEM digunakan composite reliability
measure (ukuran reliabilitas komposit) dan variance extracted measure (ukuran ekstrak
varian).
Reliabilitas komposit suatu kontruk dihitung sebagai berikut:
ej : Measurement error untuk setiap indikator
CR dan VE Reliabilitas komposit diterima.
d). Validitas Diskriminan
Pada model pengukuran multidimensi dapat dilakukan pengujian validitas
dimensinya dengan validitas diskriminan. Waluyo (2017:35), validitas diskriminan
dilakukan untuk menguji apakah dua atau lebih konstruk yang diuji merupakan sebuah
konstruk yang independen (bebas). Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
X11
X12
X13
X1 d
d
λ
λ
λ
d
X23
X21
X22 X2 d
d
λ
λ
λ d
Chi Square = 9.117
Probabilitas = 0.332
Df = 8
124
Sumber: Waluyo, 2017
Gambar 4.7 Model tidak dikontrain (free model)
konstrain pada parameter korelasi antar kedua konstruk yang diestimasi (Fij)
sebesar 1,0 dan selanjutnya dilakukan pembandingan antara chi-square yang diperoleh
dari model yang dikonstrain dengan chi-square yang diperoleh dari model yang tidak
dikonstrain.
Validitas diskriminan dilakukan secara terpisah yaitu antara konstruk eksogen
dengan konstruk eksogen atau antara konstruk endogen dengan konstruk endogen.
Gambar 4.7 adalah contoh melakukan validitas diskriminan. Uji validitas diskriminan
menurut Waluyo, (2017:35), dapat juga dilakukan dengan melihat korelasinya.
Hubungan kausalitas antar dua variabel terjadi bila kedua variabel tersebut mempunyai
hubungan atau angka korelasi antar dua variabel tersebut besar. Sedangkan antar variabel
independen harus tidak mempunyai hubungan atau angka korelasi antar kedua variabel
tersebut harus kecil/ tidak signifikan
X11
X12
X13
X1 d
d
1
λ
λ
d
X23
X21
X22 X2 d
d
λ
1
λ d
Chi Square = 18.441
Probabilitas = 0.030
Df = 9
125
Sumber: Waluyo, (2017)
Gambar 4.8 Model dikonstrain
Nilai chi-square yang lebih rendah pada model yang tidak dikonstrain (free
model) menunjukkan bahwa kedua konstruk tidak berkorelasi secara sempurna karena itu
validitas diskriminan dapat dicapai.
2). Kecocokan Model Struktural (SEM)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel eksogen
dengan variabel endogen. Pengujian structural equation model juga dilakukan dua
macam pengujian seperti halnya dalam confirmatory factor analysis
a). Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit Test)
Hasil rekapitulasi data dimasukkan ke dalam program yang merupakan akses
entry data dari SEM kemudian diolah.
b) Uji Kausalitas (Regression Weight)
Hasil uji model tersebut di atas bila telah memenuhi persyaratan, maka
selanjutnya uji standardized solution, Untuk melihat hubungan antar variabel apakah
positif atau negatif. Apabila tidak terdapat tanda “ - “ maka hubungan antar variabel
tersebut adalah positif. Sedangkan untuk melihat signifikansinya dapat dilihat nilai thitung
pada output lisrel
3). Identifikasi Model
Syarat perlu agar kita dapat mengidentifikasi taksiran parameter adalah
banyaknya korelasi antara variabel yang diukur lebih besar atau sama dengan jumlah
parameter yang ditaksir (Kenny,1979).Untuk mengidentifikasi model, digunakan derajat
bebas (Joreskog dan Sorbom, 1996), yaitu:
df = ⅟2 G (p + q) (p + q + 1) - t
di mana:
126
G = jumlah kelompok sampel
p = banyaknya indikator dari variabel endogen
q = banyaknya indikator dari variabel eksogen
t = banyaknya parameter keseluruhan model yang ditaksir dari tiap kelompok
Model dikatakan just identified jika df = 0, over identified jika df > 0, dan dikatakan
underidentified jika df < 0
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidak mampuan
dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang baik.
Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala – gejala berikut ini :
a). Muncul angka – angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.
b). Program tidak mampu menghasilkan matriks informasi yang seharusnya disajikan.
c). Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.
d). Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang didapat
(misalnya lebih dari 0,9).
Waluyo (2011), salah satu solusi untuk problem identifikasi adalah dengan
memberikan lebih banyak constraint pada model yang dianalisis atau dengan
mengurangi konstruk.
4). Evaluasi Model
Pada langkah ini ketepatan model dievaluasi apakah model sudah memenuhi
kriteria goodness of fit. Pada langkah ini ketepatan model dievaluasi apakah model sudah
memenuhi kriteria goodness of fit. Evaluasi terhadap ketepatan model pada dasarnya
telah dilakukan pada waktu model diestimasi oleh lisrel. Secara lengkap evaluasi
terhadap model dapat dilakukan sebagai berikut :
a).Evaluasi asumsi normalitas dan linearitas
127
Model SEM apabila diestimasi dengan menggunakan MaximumLikelihood
Estimation mempersyaratkan dipenuhinya asumsi normalitas. Software Lisrel
menyediakan penilaian normalitas dengan melihat angka skewness dan Kurtosis.
Skewness adalah derajat ketidaksimetrisan suatu distribusi. Jika kurva frekuensi suatu
distribusi memiliki ekor yang lebih memanjang ke kanan (dilihat dari meannya) maka
dikatakan menceng kanan (positif) dan jika sebaliknya maka menceng kiri (negatif).
Secara perhitungan, skewness adalah momen ketiga terhadap mean. Distribusi normal
memiliki skewness nol. Kurtosis adalah derajat keruncingan suatu distribusi (biasanya
diukur relatif terhadap distribusi normal). Kurva yang lebih lebih runcing dari distribusi
normal dinamakan leptokurtik, yang lebih datar platikurtik dan distribusi normal disebut
mesokurtik. Kurtosis dihitung dari momen keempat terhadap mean. Distribusi normal
memiliki nilai Kurtosis 3 ,Byrne (2005).
Uji normalitas yang paling mudah adalah dengan mengamati skewness value.
Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sabagai z-value (Z hitung) yang
dihasilkan melalui rumus berikut ini :
√
(Waluyo, 2017)
dimana N adalah ukuran sampel
Waluyo (2017:28), Bila Zhitung > Ztabel (nilai kritis) maka distribusi data tidak
normal.. Ztabel dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki.
Misalnya, bila nilai yang dihitung lebih besar dari ± 2,58 berarti kita dapat menolak
asumsi normalitas pada tingkat 0,01 (1%). Nilai kritis lainnya yang umum digunakan
adalah nilai kritis sebesar ± 1,96 yang berarti bahwa asumsi normalitas ditolak pada
tingkat signifikansi 0,05 (5%).
Asumsi normalitas univariate dan multivariate data dapat dilakukan dengan
mengamati nilai kritis hasil pengujian assessment of normality. Nilai diluar ring -1,96 =
128
c.r = 1,96 atau bila dilonggarkan menjadi -2,58 = c.r = 2,58, dapat dikategorikan
distribusi data tidak normal, oleh karenanya untuk kasus yang tidak memenuhi asumsi
tersebut tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. Asumsi normalitas multivariate
diamati pada baris terakhir assesment of normality dengan melihat c.r yang diperoleh
dari rumus :
c.r
=
√
(Waluyo, 2017)
Keterangan :
P = Jumlah Indikator
N =adalah ukuran sampel
Asumsi linearitas data dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS di
mana gambar garis linier antara variabel X dan Y yang baik adalah di mulai dari kiri
bawah menuju ke kanan atas.
Dalam multivariate normality, LISREL menghasilkan 4 jenis chi-square beserta
probabilitasnya yang berbeda yaitu Minimum Fit Function Chi-Square (C1), Normal
Theory Weighted Least Squares Chi-Square (C2), Satorra-Bentler Scaled Chi-Square
(C3), dan Chi-Square Corrected for Non-Normality (C4).
Estimasi model berdasarkan asumsi normalitas yang terpenuhi akan
menghasilkan 2 jenis Chi-Square, yaitu C1 dan C2. Sedangkan jika asumsi normalitas
tidak terpenuhi dengan memberikan asymptotic covariance matrix akan menghasilkan 4
jenis Chi-Square yaitu C1, C2, C3, dan C4. C3 merupakan nilai chi-square setelah
mengkoreksi timbulnya bias akibat tidak normalnya data.
Menurut Curran et.al (1996) , jenis distribusi data mencakup tiga bagian antara
lain
129
(1) Normal,
(2) Moderately non-normal, dan
(3) Extremely non-normal.
Ketiga distribusi data di atas dinilai berdasarkan nilai kurtosis dan skewness.
Apabila nilai skewness kurang dari 2 dan nilai kurtosis kurang dari 7 maka data adalah
normal. Sedangkan, jika nilai skewness berkisar antara 2 sampai 3 dan nilai kurtosis
berkisar antara 7 sampai 21 maka data adalah Moderately non-normal. Distribusi data
termasuk sangat tidak normal (Extremely non-normal) apabila nilai skewness lebih besar
daripada 3 dan nilai kurtosis lebih besar dari 21.
Ketidaknormalitasan data tidak termasuk permasalahan serius. Hal itu dapat
diatasi dengan program LISREL antara lain
(1) Menambahkan estimasi asymptotic covariance matrix. Hal itu akan mengakibatkan
estimasi parameter beserta goodness of fit statistic akan dianalisis berdasarkan pada
keadaan data yang tidak normal;
(2) Mentransformasi data untuk data continous. Data ordinal tidak diperolehkan
menggunakan transformasi data karena akan mengakibatkan data sulit diinterprestasikan;
(3) Menggunakan metode estimasi selain Maximum Likelihood seperti Generalized
Least Square (GLS) atau Weighted Least Square (WLS); dan (4) Bootstrapping dan
Jackniffing yang merupakan metode baru yang mengasumsikan data di-“resampling” dan
kemudian dianalisis.
b). Evaluasi atas outliers
Outliers adalah observasi yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat
berbeda jauh dari observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah
variabel tunggal (univariate outliers) atau variabel kombinasi (multivariate outliers).
130
Evaluasi atas univariate outliers dapat dilakukan dengan cara mengkonversi data
penelitian ke dalam z-score yang mempunyai rata – rata nol dengan standar deviasi
sebesar satu.
Hair et al (1995), Ukuran sampel besar pedoman evaluasi adalah bahwa nilai
ambang batas dari z-score itu berada pada rentang -3 sampai dengan 3 oleh karena itu
kasus yang mempunyai -3 = z-score = 3 akan dikategorikan sebagai outliers dan tetap
akan diikutsertakan dalam analisis selanjutnya bila tidak terdapat alasan khusus untuk
mengeluarkan kasus tersebut.
c). Evaluasi atas multivariate outliers
Hair et al (1995), Evaluasi atas multivariate outliers perlu dilakukan sebab
walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak terdapat univariate outliers tetapi bila
sudah saling dikombinasikan bias terjadi multivariate outliers. yang akan terlihat pada
angka – angka jarak mahalanobis( lihat output structural pada sub mahalanobis. Jarak
mahalonobis untuk tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan jarak sebuah
observasi dari rata – rata semua variabel dalam ruang multidimensional. Hair et al,
(1995), Uji multivariate outliers dilakukan pada tingkat p < 0,001 bila mahalanobis d-
squared. ada yang lebih besar dari nilai chi-square pada derajad bebas sebesar jumlah
variabel dan pada tingkat signifikansi 0,001 maka data tersebut menunjukkan adanya
multivariate outliers dan tetap akan diikutsertakan dalam analisis selanjutnya bila tidak
terdapat alasan khusus untuk mengeluarkan kasus tersebut.
d). Evaluasi asumsi atas multikolinearitas dan singularitas
Dachlan (2014:307), Ada tidaknya multikolenieritas diuji dengan
mengkorelasikan (bivariate correlation) antar indikator dalam bentuk matriks.
Pemeriksaan menunjukkan tidak ada yang memiliki korelasi diatas 0.9. Artinya antar
131
indikator tidak ada memiliki hubungan yang sangat kuat. Dengan kata lain tidak terdapat
mulikolinieritas pada indikator-indikator yang terdapat dalam model.
Negoro & Harahap (1988), Jika A adalah matriks diagonal yang semua unsur
diagonalnya bernilai positif, maka A adalah matriks definit positif atau tidak terdapat
singularitas. Bila variance bernilai postif seluruhnya berarti tidak terdapat singularitas
(non singular). Asumsi atas multikolinearitas dan singularitas dapat dideteksi dari nilai
determinan matriks kovarians.
Tabachnick & Fidell (1998 ), Determinan yang sangat kecil (extremely small)
mengindikasikan adanya multikolinearitas dan singularitas sehingga data tidak dapat
digunakan untuk analisis yang sedang dilakukan. Bila benar – benar terjadi
multikolinearitas dan singularitas data treatment yang dapat diambil adalah keluarkan
variabel yang menyebabkan terjadinya multikolinearitas dan singularitas dan kemudian
ciptakan sebuah “composite variable” lalu gunakan untuk analisis selanjutnya.
e). Evaluasi atas kriteria goodness of fit
Model persamaan struktural akan menghasilkan angka parameter yang akan
dibandingkan dengan cut – off value dari goodness of fit (GOF). Kecocokan model
structural dengan ukuran masing-masing butir pada GOF
f). Analisis direct efect, indirect efect dan total efect
Peneliti juga dapat menganalisis kekuatan hubungan / pengaruh antar konstruk
baik hubungan langsung, tidak langsung maupun hubungan totalnya.
Pengaruh langsung (direct effect) adalah koefisien dari garis dengan anak panah
satu ujung dan terjadi pada dua konstruk yang dituju oleh garis anak panah satu arah.
Efek tidak langsung (indirect effect) adalah efek yang muncul melalui sebuah variabel
antara dan terjadi pada dua konstruk yang tidak dituju oleh garis anak panah satu arah.
132
Efek total (total effect) adalah efek dari berbagai hubungan, efek total merupakan
gabungan antara efek langsung dan efek tidak langsung.
5). Interpretasi dan Modifikasi Model
Apabila estimasi model dilakukan hasil masih kurang baik, penulis masih dapat
melakukan modifikasi terhadap model yang dikembangkan bila ternyata estimasi yang
dihasilkan memiliki residual yang besar, langka modifikasi hanya dapat dilakukan bila
peneliti mempunyai justifikasi teoritis yang cukup kuat, sebab Structural Equation
Modeling bukan ditujukan untuk menghasilkan teori, tetapi menguji model yang
mempunyai pijakan teori yang benar, oleh karena itu untuk memberikan interpretasi
apakah model berbasis teori yang diuji dapat diterima langsung atau perlu
pemodifikasian, maka peneliti harus mengarahkan perhatiannya pada kekuatan prediksi
dari model yaitu dengan mengamati besarnya residual yang dihasilkan.. Apabila pada
standardized residual covariances matrix terdapat nilai diluar ring 2,58 = standardized
residual = 2,58 dan probabilitas (P) < 0,05 maka model yang diestimasi perlu dilakukan
modifikasi.
4.9.2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan ttabel untuk uji parsial dan ftabel , bagi uji
bersama-sama. ttabel sebesar 1.96 dengan probabilitas 0.05. Bagi uji bersama-sama fhitung
sebesar 2.64 dengan probabilitas 0.01. Hipotesis diterima jika thitung ˃ ttabel atau Fhitung ˃
ftabel. Pernyataan hipotesis alternatif dan kriteria pengujian disajikan pada tabel
Tabel 4.5
Pernyataan dan Kriteria Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis
Alternatif
Pernyataan Hipotesis Kriteria Pengujian
H1 Terdapat pengaruh citra merek terhadap
kepercayaan konsumen pada smartphone
merek VIVO di Medan
Jika thitung ˃ 1.96, maka Ho
ditolak
H2 Terdapat pengaruh harga terhadap Jika thitung ˃ 1.96, maka Ho
133
Hipotesis
Alternatif
Pernyataan Hipotesis Kriteria Pengujian
kepercayaan konsumen pada smartphone
merek VIVO di Medan
ditolak
H3 Terdapat pengaruh kualitas produk terhadap
kepercayaan konsumen pada smartphone
merek VIVO di Medan
Jika thitung ˃ 1.96, maka Ho
ditolak
H4 Terdapat pengaruh citra merek terhadap
loyalitas pelanggan pada smartphone merek
VIVO di Medan
Jika thitung ˃ 1.96, maka Ho
ditolak
H5 Terdapat pengaruh harga terhadap loyalitas
pelanggan pada smartphone merek VIVO di
Medan
Jika thitung ˃ 1.96, maka Ho
ditolak
H6 Terdapat pengaruh kualitas produk terhadap
loyalitas pelanggan pada smartphone merek
VIVO di Medan
Jika thitung ˃ 1.96, maka Ho
ditolak
H7 Terdapat pengaruh kepercayaan konsumen
terhadap loyalitas pelanggan pada
smartphone merek VIVO di Medan
Jika thitung ˃ 1.96, maka Ho
ditolak
H8 Terdapat pengaruh citra merek, harga, dan
kualitas produk secara bersama-sama
terhadap kepercayaan konsumen pada
smartphone merek VIVO di Medan
Jika fhitung ˃ 1.96, maka Ho
ditolak
H9 Terdapat pengaruh citra merek, harga,
kualitas produk dan kepercayaan konsumen
secara bersama-sama terhadap loyalitas
pelanggan pada smartphone merek VIVO di
Medan
Jika fhitung ˃ 1.96, maka Ho
ditolak
Sumber: Diolah dari referensi sekunder, 2020
134
Daftar Pustaka
A, A. D., & Biel, A. L. (2013). Brand Equity & Advertising Advertising’s Role in
Building Strong Brands (1st Editio, p. 390). Psychology Press.
https://doi.org/https://doi.org/10.4324/9781315799537
Admin. (2018). 5 Manfaat Smartphone Bagi Kehidupan Sehari-Hari. Luna.
http://blog.luna.id/2018/04/5-manfaat-smartphone-bagi-kehidupan/
Agus Octa. (2018). Mampu Meningkatkan Penjualan, Cross Selling, Up Selling, dan
Bundling. (Distribusi). https://distribusipemasaran.com/faktor-emosional-kepuasan-
pelanggan/
Alex, D., & Thomas, S. (2011). Impact of Product Quality , Service Quality and
Contextual Experience on Customer Perceived Value and Future Buying Intentions.
European Journal of Business and Management, 3(3), 307–316.
Ali, H. (2008). Marketing (Cetakan Pe). Media Pressindo.
https://scholar.google.co.id/citations?user=QTUg3FUAAAAJ&hl=id#d=gs_md_cit
a
Arief, H. S. H. M. (2017). Jurnal sains pemasaran indonesia. Jurnal Sains Pemasaran
Indonesia, XVI(3), 203–220.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jspi/article/view/16169/12879
Arrohman Arief. (2018). Pengaruh Harga dan Kualitas Produk Fan ElektrikTerhadap
Loyalitas Pelanggan Dalam Perspektif Ekonomi Islam [IAIN Raden Intan
Lampung]. In Repository Radenintan (Vol. 7).
http://repository.radenintan.ac.id/4086/1/SKRIPSI ARIEF.pdf
Azwar Saifuddin. (2010). Metodelogi penelitian. Pustaka Pelajar.
https://scholar.google.com/citations?user=_MWswTMAAAAJ&hl=th#d=gs_md_cit
a-
d&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Dth%26user%3D_MW
swTMAAAAJ%26citation_for_view%3D_MWswTMAAAAJ%3Af2IySw72cVMC
%26tzom%3D-420
Bahrudin, M., & Zuhro, S. (2016). Pengaruh Kepercayaan Dan Kepuasan Pelanggan
Terhadap Loyalitas Pelanggan. BISNIS : Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam, 3(1),
1. https://doi.org/10.21043/bisnis.v3i1.1463
Bastian, D. A. (2014). Analisa Pengaruh Citra Merek (Brand Image) dan Kepercayaan
Merek (Brand Trust) Terhadap Loyalitas Merek (Brand Loyalty) ADES PT. Ades
Alfindo Putra Setia. Jurnal Manajemen Pemasaran Petra, 2(1), 1–9.
Bilson, S. (2001). Memenangkan pasar dengan pemasaran efektif dan profitabel.
Gramedia Pustaka Utama.
https://scholar.google.co.id/citations?user=S3bpBlIAAAAJ&hl=en#d=gs_md_cita-
d&u=%2Fcitations%3Fvi
Buchari, A. (2013). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (ed. 3). Alfabeta.
Buleleng, P. (2019). Dasar-Dasar Jurnalistik: Pengertian, Jenis, Teknik, Kode Etik.
Webssite Resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng.
https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/dasar-dasar-jurnalistik-pengertian-
jenis-teknik-kode-etik-28
BUTZ, J. H. E. L. D. G. (1996). Measuring customer value: Gaining the strategic
advantage. Organizational Dynamics, 24(3), Pages 63-77.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/S0090-2616(96)90006-6
C., M. J. M. M. (2002). Perilaku konsumen. Jilid 1 (Edisi Keli). Erlangga.
http://kin.perpusnas.go.id/DisplayData.aspx?pId=10020&pRegionCode=UNTAR&
135
pClientId=650
C., M. R. D. J. H. S. F. D. (1995). An Integrative Model of Organizational Trust. The
Academy of Management Review, 20(3), 709-734 (26 pages).
https://doi.org/10.2307/258792
Christopher Lovelock, Jochen Wirtz, J. M. (2012). Pemasaran Jasa. Penerbit Erlangga.
https://www.erlangga.co.id/manajemen/7817-pemasaran-jasa-perspektif-
Citra, T., Suryono, D., & Santoso, B. (2016). Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan
Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Cetakan Continuous Form melalui
Kepercayaan Merek ( Studi pada Percetakan Jadi Jaya Group , Semarang ). 5, 1–
12.
DELVIN REKWAN LIONARDI, K. (2016). Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek
dan Kualitas Layanan terhadap Kepercayaan Konsumen dan Loyalitas Konsumen
pada Taksi Blue Bird di Surabaya. UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA
MANDALASURABAYA.
Dema Vera Ambarsari. (2017). Pengaruh kualitas produk, kepercayaan, dan kepuasan
pelanggan terhadap loyalitas pelanggan pengguna smartphone Samsung (studi
kasus mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surkarta). [Universitas
Muhammadiyah Surakarta]. http://eprints.ums.ac.id/53876/1/NASKAH PU
BLIKASI.pdf
Dewi, L. N. (2015). Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek, Kepercayaan Dan
Kepuasan Terhadap Loyalitas Pengguna Produk Advan Di Kota Semarang
[Udinus]. In Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi.
http://eprints.dinus.ac.id/17594/
Dewi, P. S. L. S. (2017). STRATEGI PEMASARAN PRODUK RANGKA ATAP
BAJA RINGAN PADA PT. HARI REZEKI KITA SEMUA PEKANBARU.
VALUTA, 3(2), 1–14.
Djaslim, S. O. Y. M. (2003). Intisari Pemasaran dan Unsur-unsur Pemasaran (Cetakan
ke). Linda Karya.
https://scholar.google.com/citations?user=_3CQmjgAAAAJ&hl=i
eMarketer. (2020). Pengguna Smartphone di Indonesia 2016-2019. Databoks.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/08/pengguna-smartphone-di-
indonesia-2016-2019
F, Engel James Roger D. Blackwell, P. W. M. (1994). Perilaku konsumen jilid 1 (6th
ed.). Binarupa Aksara.
https://www.onesearch.id/Record/IOS2862.UNMAL000000000032454/Description
Garvin David A. (1988). Managing quality : the strategic and competitive edge. Free
Press. https://trove.nla.gov.au/work/12815207
Gasperz Vincent. (2005). Total quality menagement. Gramedia Pustaka Utama.
http://library.um.ac.id
Gecti, F., & Zengin, H. (2013). The Relationship between Brand Trust, Brand Affect,
Attitudinal Loyalty and Behavioral Loyalty: A Field Study towards Sports Shoe
Consumers in Turkey. International Journal of Marketing Studies, 5(2), 111–119.
https://doi.org/10.5539/ijms.v5n2p111
Griffin, J. (2005). Customer loyalty : menumbuhkan dan mempertahankan kesetiaan
pelanggan (Y. S. R. M. W. C. Kristiaji (Ed.); Revised Ed). Erlangga.
http://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=137221
Halim, P., Swasto, B., Hamid, D., & Firdaus, M. R. (2014). The Influence of Product
Quality , Brand Image , and Quality of Service to Customer Trust and Implication
on Customer Loyalty ( Survey on Customer Brand Sharp Electronics Product at the
South Kalimantan Province ). 6(29), 159–166.
136
Hani, R. S. N. P. (2009). Persepsi Masyarak at Sekitar Terhadap Aktivitas P T . IKPP
Mills Tangerang. Jurnal Penyuluhan, 5(2).
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/11419/8930
Hasnah;, R. C. W. (2014). Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, Kepuasan Konsumen
Terhadap Loyalitas Konsumen Merek Samsung Galaxy Series (Studi Pada
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). Jurnal Manajemen Bisnis,
5(2). https://journal.umy.ac.id/index.php/mb/article/view/1113
Herlambang Jelita Aeni. (2017). PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN CITRA
MEREK TERHADAP KEPERCAYAAN KONSUMEN DAN DAMPAKNYA PADA
KEPUTUSAN PEMBELIAN DI ZOYA BANDUNG INDAH PLAZA (Survey Pada
Pengunjung Outlet Zoya di Bandung Indah Plaza). [Unpas Bandung.].
http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/14331
Hidayat, F. (2019). Penetrasi Smartphone di Indonesia Masih Rendah. Berita Satu.
https://www.beritasatu.com/digital/536846-penetrasi-smartphone-di-indonesia-
masih-rendah
Howard E.ButzJr.Leonard D.Goodstein. (1996). Measuring customer value: Gaining the
strategic advantage. Organizational Dynamics, 24(3), 63–77.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0090261696900066
IDC. (2020). Hasil Sliksikan Gambar nganggé market share smartphone indonesia 2018.
Google.
https://www.google.com/search?q=market+share+smartphone+indonesia+2018
Iskandar. (2009). Metodologi penelitian pendidikan dan sosial (kuantitatif dan
kualitatif). GP Press. http://library.um.ac.id/free-
contents/index.php/buku/detail/metodologi-penelitian-pendidikan-dan-sosial-kuantit
J., A. E., Linda, P., & Zinkhan George M. (2003). Consumers (2 edition). McGraw-Hill
Higher Education. https://www.amazon.co.uk/Consumers-McGraw-Hill-Irwin-
Marketing-Arnould/dp/0071214267
Jahja Adi Susilo. (2017). Subyek, Responden, Informan dan Partisipan. Scholar Articles.
https://scholar.google.com/citations?user=5hH6hx0AAAAJ&hl=en#d=gs_md_cita-
d&u=
Jayani Dwi Hadya. (2020). 10 Media Sosial yang Paling Sering Digunakan di Indonesia.
Databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/26/10-media-sosial-
yang-paling-sering-digunakan-di-indonesia
John C. Mowen, M. M. (1998). Consumer Behavior. Prentice-Hall.
https://books.google.co.id/books/about/Consumer_Behavior.html?id=_SLZPfe0oDk
C&redir_esc=y
Kartajaya Hermawan. (2007). Boosting Loyalty Marketing Performance (S. A. Dwi
(Ed.); Cetakan I). PT.Mizan Pustaka.
https://books.google.co.id/books?id=6lGIHvT3-
lQC&pg=PA4&lpg=PA4&dq=Hermawan+Kartajaya,+Boosting+Loyalty+Marketin
g+Performence,+(Bandung+:+PT.+MizanPustaka,+2007),+cetakan+pertama&sourc
e=bl&ots=dfiKxGognj&sig=ACfU3U18uWBL88yn92YvZJSpYXTHFesMWw&hl
=ban&sa=X&
Kertajaya; Hermawan. (2004). Hermawan Kartajaya on Positioning. Mizan Pustaka.
https://books.google.co.id/books/about/Hermawan_Kartajaya_on_Positioning.html?
hl=id&id=QcO-YCB6vk0C&redir_esc=y
Kertajaya; Hermawan. (2007). Hermawan Kartajaya on marketing mix seri elemen
marketing (S. G. Eti Rohaeti (Ed.)). Mizan Pustaka.
Kim, D. J., & Kim, D. J. (2003). Antecedents of Consumer Trust in B-to-C Electronic
Commerce B- TO -C E LECTRONIC C OMMERCE. AMCIS 2003 Proceedings, 3.
137
https://ink.library.smu.edu.sg/cgi/viewcontent.cgi?article=1681&context=lkcsb_res
earch
Klik Mania. (2020). Lima manfaat smartphone yang bisa membuat kita lebih produktif.
Google. https://www.klikmania.net/manfaat-smartphone/
Kotler, Philip ; Armstrong, G. (2010). Principles of marketing (13th ed.). Pearson
Education.
Kotler, P. N. U. ; K. K. L. (2008). Manajemen Pemasaran (M. Adi (Ed.); Edisi 12).
Erlangga.
Kotler, P. N. U. ; K. K. L. (2009). Manajemen pemasaran : edisi 13. eRLANGGAN.
http://ucs.sulsellib.net//index.php?p=show_detail&id=109568
Kotler, P. N. U. K. K. L. (2016). Marketing Management (15th Editi). Pearson.
https://www.pearson.com/us/higher-education/product/Kotler-Marketing-
Management-15th-Edition/9780133856460.html
Kotler, P. N. U., & Lane, Keller Kevin Tuck School of Business, D. C. (2016).
Marketing Management (15th Editi). Pearson.
Kotler Philip ; Keller Lane Kevin. (2012). Marketing management (14th editi). Prentice
Hall. https://www.worldcat.org/title/marketing-management/oclc/678924608
Kotler Philip, G. M. A. (2012). Principles of Marketing. Pearson Prentice Hall,.
https://books.google.co.id/books/about/Principles_of_Marketing.html?id=qYbPtgA
ACAAJ&redir_esc=y
Kumar Ranjit. (2011). RESEARCH METHODOLOGYa step-by-step guide for
beginnersNo Title (3rd editio). SAGE Publications Ltd.
http://www.sociology.kpi.ua/wp-content/uploads/2014/06/Ranjit_Kumar-
Research_Methodology_A_Step-by-Step_G.pdf
Kustini, N. I. (2011). Experiential Marketing, Emotional Branding, and Brand Trust and
Their Effect on Loyalty on Honda Motorcycle Product. Journal of Economics,
Business, and Accountancy | Ventura, 14(1), 19–28.
https://doi.org/10.14414/jebav.v14i1.12
Laely, N. (2016). Analisis Pengaruh Kepercayaan dan Harga Terhadap Loyalitas
Pelanggan Dimediasi Kepuasan Pada PT. Telkomsel di Kota Kediri. Ilmu Ekonomi
& Manajemen, 3(2), 61–74.
Lau Geok Theng ; Lee Sook Han. (1999). Consumers’ Trust in a Brand and the Link to
Brand Loyalty. Journal of Market-Focused Management, 4(4), 341–370.
https://doi.org/10.1023/A:1009886520142
Lestari, A., & Yulianto, E. (2018). Pengaruh Kualitas Produk terhadap Loyalitas
Pelanggan dengan Kepuasan Pelanggan sebagai Variabel Mediasi (Survei pada
Pelanggan Citra Kendedes Cake & Bakery Jl . S . Hatta B3 Kav. A, Kota Malang).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 54(1), 74–81.
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/2219
Luh, N., Dina, P., Dewi, A. A. S. K., Universitas, B., & Unud, U. (2016).
PENDAPATAN PROVINSI BALI Organisasi Pemerintah Daerah merupakan
lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal
dari masyarakat . Masyarakat memberikan kepercayaan kepada penyelenggara
pemerintah dengan harus diimbangi kinerja y. 5(10), 6345–6372.
Lupoyadi Rambat Hamdani Dedi A. (2011). Manajemen pemasaran jasa. Salemba
Empat. https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=918109
M, A. T. (2010a). SKALA LIKERT: PENGGUNAAN DAN ANALISIS DATANYA. A
BLOG OF YOGYAKARTA STATE-UNIVERSITY’S BLOGS : TATANG M.
AMIRIN’S BLOG. https://tatangmanguny.wordpress.com/2010/11/01/skala-likert-
penggunaan-dan-analisis-datanya/
138
M, A. T. (2010b). SKALA LIKERT: PENGGUNAAN DAN ANALISIS DATANYA.
Tatangmanguny’s Blog. https://tatangmanguny.wordpress.com/2010/11/01/skala-
likert-penggunaan-dan-analisis-datanya/#more-1436
M, D. P. J. P. C. (1997). An Examination of the Nature of Trust in Buyer-Seller
Relationships. Journal of Marketing, 61(2), 35–51. https://doi.org/10.2307/1251829
Mao, D., & Major, S. (2010). A Study of Consumer Trust in Internet Shopping And the
Moderating Effect of Risk Aversion in Mainland China China Business Studies
Major An Honours Degree Project Submitted to the School of Business in Partial
Fulfillment of the Graduation Requirement for. Journal Manajemen, 1(1), 1–50.
https://doi.org/Doc12notit08
McKnight D. Harrison Department of Accounting and Information Systems, T. E. B. G.
S. of M., Michigan State University, East Lansing, MI 48824-1121, USA; Vivek
Choudhury Department of Information Systems, College of Business
Administration, University of Cincinnati, Charles Kacmar Department of
Management Information Systems, College of Business, FL 32306-1110, U., &
Cincinnati, OH 45221, U. (2002). The Impact of Initial Consumer Trust on
Intentions to Transact with a Web Site: A Trust Building Model. Journal of
Strategic Information Systems, 11(3–4), 297–323. https://doi.org/10.1016/S0963-
8687(02)00020-3
Mursid, M. (2014). Manajemen Pemasaran. Bumi Aksara.
https://www.belbuk.com/manajemen-pemasaran-p-148.html
Mutammam, M., Sumarwan, U., & Tinaprilla, N. (2019). Pengaruh Pengetahuan
Konsumen, Kualitas Produk dan Kepercayaan Konsumen terhadap Loyalitas
Pelanggan Pada Pengisian Angin Merek Green Nitrogen. Jurnal Aplikasi Bisnis
Dan Manajemen, 5(2), 231–241. https://doi.org/10.17358/jabm.5.2.231
Nalendra, A. R. A. (2018). Pengaruh Kualitas Pelayanan Harga Kepuasan Pelanggan
Terhadap Loyalitas Pelanggan. Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Komputer,
3(2), 281–288.
http://ejournal.nusamandiri.ac.id/ejurnal/index.php/jitk/article/view/564
Nasution Enny Nuryani. (2020). Kota Medan Dalam Angka.
https://medankota.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve
Nisfiannoor Muhammad 2009. (2009). Pendekatan Statistik Modern Untuk Ilmu Sosial.
Salemba Humanika. http://elibrary.dephub.go.id/opac/detail-opac?id=915
Nurhasan,Muhammad, Endah Pri Ariningsih, dan Budiyanto. (2019). PENGARUH
KUALITAS PRODUK, CITRA MEREK,DAN KUALITAS PELAYANAN
TERHADAPLOYALITAS PELANGGAN MELALUIKEPERCAYAAN
PELANGGAN (Studi Kasus pada Pelanggan Rabbani di Purworejo).
VOLATILITAS - Jurnal Manajemen Keuangan, Pemasaran, SDM, Dan Operasi,
1(4), 1–20. http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/volatilitas/article/view/6223/5501
Nurullaili Wijayanto, A. (2013). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI LOYALITAS KONSUMEN TUPPERWARE (Studi Pada
Konsumen Tupperware di Universitas Diponegoro). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMENGARUHI LOYALITAS KONSUMEN TUPPERWARE (Studi Pada
Konsumen Tupperware Di Universitas Diponegoro), 2(1), 89–97.
https://doi.org/10.14710/jab.v2i1.5357
Oesman Yevis Marty. (2010). Sukses Mengelola Marketing Mix, CRM, Customer Value,
dan Customer Dependency. Alfabeta. http://cvalfabeta.com/product/sukses-
mengelola-marketing-mix-crm-cust
Pantja, D. S., & DarmawanDidit. (2004). Pengaruh Kesan Kualitas Layanan, Harga, dan
Kepuasan Mahasiswa PTS terhadap Minat Mereferensikan Kampusnya. Jurnal
139
Widya Manajemen & Akuntansi, 4(2).
Park Nansook University of Rhode Island and Peterson Christopher University of
Michigan. (2003). ASSESSMENT OF CHARACTER STRENGTHS AMONG
YOUTH: THE VALUES IN ACTION INVENTORY OF STRENGTHS FOR
YOUTH. For Indicators of Positive Development Conference.
https://www.childtrends.org/wp-content/uploads/2013/05/Child_Trends-
2003_03_12_PD_PDConfPetersonPark.pdf
Prasetya, C. (2014). PENGARUH CITRA MEREK, KUALITAS PRODUK
TERHADAP KEPERCAYAAN SERTA KEPUTUSAN PEMBELIAN (Survei
pada Pembeli Sepeda Motor Honda Vario pada PT Sumber Purnama Sakti di
Kabupaten Gresik). Jurnal Administrasi Bisnis S1 Universitas Brawijaya, 15(2),
84754.
Pratama, D. W., & Santoso, S. B. (2018). Pengaruh Citra Merek , Kualitas Produk dan
Harga Terhadap Keputusan Pembelian melalui Kepercayaan Konsumen pada
Produk Stuck Original. 7, 1–11.
Prawirosentono, S. (2007). Filosofi baru tentang manajemen mutu terpadu abad 21: kiat
membangun bisnis kompetitif (F. Yustianti (Ed.)). Bumi Aksara.
Priadana, H. M. S. (2009). Metodologi penelitian ekonomi & bisnis. Graha Ilmu.
http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/buku/detail/metodologi-penelitian-
ekonomi-bisnis-h-moh-sidik
Punaji. (2010). 14 Penelitian Deskriptif; Pengertian, Metode, dan Contohnya Lengkap.
2018. https://dosensosiologi.com/penelitian-deskriptif/
Putra. (2020). PENGERTIAN DATA: Fungsi, Sumber, Jenis Jenis Data dan Contohnya.
Salamadian. https://salamadian.com/pengertian-data/
Putri, N., Arifin, Z., & Wilopo, W. (2016). PENGARUH CITRA MEREK,
KEPERCAYAAN MEREK, DAN SWITCHING BARRIER TERHADAP
KEPUASAN PELANGGAN DAN DAMPAKNYA PADA LOYALITAS
PELANGGAN (Survei Pada Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Tahun 2014/2015 P. Jurnal
Administrasi Bisnis S1 Universitas Brawijaya, 32(1), 128–134.
Rahmawati, N. (2019). Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan, Harga, Dan Kualitas
Produk Terhadap Loyalitas Konsumen Dengan Kepuasan Konsumen Sebagai
Variabel Intervening [Universitas Diponegoro].
http://eprints.undip.ac.id/74442/1/01_RAHMAWATI.PDF
Rakhmat, J. (2011). Psikologi Komunikasi (Cet.27.). Remaja Rosdakarya.
https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/10399/psikologi-komunikasi.html
Ratri Lutiary Eka. (2007). HUBUNGAN ANTARA CITRA MEREK (BRAND IMAGE)
OPERATOR SELULER DENGAN LOYALITAS MEREK (BRAND LOYALTY)
PADA MAHASISWA PENGGUNA TELEPON SELULER DIFAKULTAS
EKONOMI REGULER UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG [Universitas
Diponegoro Semarang]. https://core.ac.uk/download/pdf/11710747.pdf
Redaksi. (2011). Kepuasan Memiliki Unsur Emosional. Marketing.Co.Id.
https://marketing.co.id/estetika/
Riadi Edi. (2016). Statistika Penelitian (Analisis Manual Dan IBM SPSS). Andi Offset.
http://andipublisher.com/produk-0516006089-statistika-penelitian-analisis-manual-
da.html
Riley, D., & Wason, H. (2015). The impact of brand image fit on attitude towards a
brand alliance Debra RILEY. Management & Marketing. Challenges for the
Knowledge Society, 10(4), 270–283. https://doi.org/10.1515/mmcks-2015-
0018.Introduction
140
Robert B. Woodruffthe University of Tennessee, U. (1997). Customer value: The next
source for competitive advantage. Journal of the Academy of Marketing Science.
https://link.springer.com/article/10.1007/BF02894350
Santoso Singgih. (2010). Statistik parametrik. Elex Media Komputindo.
https://scholar.google.com/citations?user=IrqiPYIAAAAJ&hl=th#d=gs_md_cita-
d&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Dth%26user%3DIrqiP
YIAAAAJ%26citation_for_view%3DIrqiPYIAAAAJ%3AGnPB-
g6toBAC%26tzom%3D-420
Sarwono, J. (2010). PENGERTIAN DASAR STRUCTURAL EQUATION MODELING
(SEM). Paper Discuss.
https://www.researchgate.net/publication/266203589_PENGERTIAN_DASAR_ST
RUCTURAL_EQUATION_MODELING_SEM
Schiffman, Leon, Kanuk, L. L. (2007). CONSUMER BEHAVIOR (9/E). Pearson
Education.
Sekaran Uma, R. B. (2016). Research Methods For Business: A Skill Building Approach
(Edition 7). John Wiley & Sons.
https://books.google.co.id/books/about/Research_Methods_For_Business.html?id=
Ko6bCgAAQBAJ&redir_esc=y
Sekaran Uma Sekaran, R. B. (2017). Buku Metode Penelitian untuk Bisnis, Edisi 6 Buku
2 (Edisi 6). Salemba Empat.
https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/143027/buku-metode-penelitian-
untuk-bisnis-edisi-6-buku-2.ht
Singarimbun Masri, S. E. (1989). Metode penelitian survei. LP3ES.
https://scholar.google.co.id/citations?user=mjgDpO8AAAAJ&hl=en#d=gs_md_cita
-
d&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Den%26user%3Dmjg
DpO8AAAAJ%26citation_for_view%3DmjgDpO8AAAAJ%3Ad1gkVwhDpl0C%
26tzom%3D-420
Sofian Effendi, T. (2012). Metode penelitian survei. LP3ES. http://library.um.ac.id/free-
contents/index.php/buku/detail/metode-penelitian-survei-editor-sofian-effendi-
tukiran-45263.html
Stanton william J. (2000). Prinsip pemasaran jilid I. Penerbit Erlangga.
http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/buku/detail/prinsip-pemasaran-jilid-
i-william-j-stanton-alih
Statmat.id. (2020). Distribusi Frekuensi : Pengertian, Aplikasi, Contoh Tabel, dan
Tutorial. Home » Statistika. https://statmat.id/distribusi-frekuensi/
Sugiharti. (2012). Membangun Citra Merek yang Positif dalam Rangka Menciptakan
Kepuasan dan Kesetiaan Pelanggan. JBMA, 1(1), 54–64.
https://docplayer.info/30875199-Membangun-citra-merek-yang-positif-dalam-
rangka-menciptakan
Sugiyono. (2008). Metode penelitian bisnis. Pusat Bahasa Depdiknas.
https://scholar.google.com/citations?user=uUIIujUA
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV.Alfabeta.
https://www.tokopedia.com/bursabukubandung/metode-penelitian-kuantitatif-
kualitatif-dan-rd-prof-dr-sugiyono
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Kombinasi, dan R&D. CV.Alfabeta.
https://scholar.google.com/citations?user=uUIIujUAAAAJ&hl=en#d=
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Cetakan 1).
CV.Alfabeta. http://cvalfabeta.com/product/metode-penelitian-kuantitatif-kualitatif-
141
dan-rd-mpkk/
Sukoco, B. M., & Hartawan, R. A. (2011). Pengaruh pengalaman dan keterikatan
emosional pada merk terhadap loyalitas konsumen. Jurnal Manajemen Teori Dan
Terapan, 4(3), 1–12.
https://www.researchgate.net/publication/281857241_PENGARUH_PENGALAM
AN_DAN_KETERIKATAN_EMOSIONAL_PADA_MERK_TERHADAP_LOYA
LITAS_KONSUMEN
Sulibhavi, B., & Shivashankar, K. (2017). THE IMPACT OF BRAND IMAGE ON
CUSTOMER ’ S LOYALTY TOWARDS PRIVATE LABEL BRANDS : THE
MEDIATING EFFECT OF SATISFACTION . HUBLI-DHARWAD
CONGLOMERATE CITY OF KARNATAKA. 5(8), 43–50.
Surachman. (2008). Dasar-dasar Manajemen Merek: Alat Pemasaran untuk
Memenangkan Persaingan. Bayumedia.
https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/9158/dasar-dasar-manajemen-
merek-alat-pemasaran-untuk-memenangkan-persaingan.html
Sutisna. (2001). Perilaku konsumen & komunikasi pemasaran. Remaja Rosdakaya.
https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/5038/perilaku-konsumen-
komunikasi-pemasaran.html
Suwarni, & Mayasari, S. D. (2011). Pengaruh Kualitas Produk dan Harga terhadap
Loyalitas melalui Kepuasan Konsumen. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 1, 76–84.
https://www.academia.edu/4035785/Suwarni_Pengaruh_Kualitas_Produk_dan_Har
ga_terhadap_Loyalitas
Sweeney, J. C., & Soutar, G. N. (2001). Consumer perceived value: The development of
a multiple item scale. Journal of Retailing, 77(2), 203–220.
https://doi.org/10.1016/S0022-4359(01)00041-0
Timbowo Deify. (2016). MANFAAT PENGGUNAAN SMARTPHONE SEBAGAI
MEDIA KOMUNIKASI (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi). E-Journal “Acta Diurna,”
V(2). https://media.neliti.com/media/publications/91480-ID-manfaat-penggunaan-
smartphone-sebagai-me.pdf
Tjiptono, F. ; A. D. (2001). Total Quality Management (Edisi 4 (R). Andi.
http://kin.perpusnas.go.id/DisplayData.aspx?pId=9377&pRegionCode=SIPERBAN
G&pClientId=637
Tjiptono, F. ;, & Chandra, Gregorius; Adriana, D. (2008). Strategi Pemasaran (Edisi 2).
Andi. https://onesearch.id/Author/Home?author=Fandy+Tjiptono
Tjiptono, F. ; F. T. & G. C. G. (2013). Pemasaran Strategik (Edisi 2). CV. ANDI
OFFSET. http://andipublisher.com/produk-0213004623-pemasaran-strategik-edisi-
2.html
Tjiptono, F. (2016). Service, Quality & Satisfaction (Fourth Edi). Penerbit Andy.
https://www.researchgate.net/publication/316890418_Service_Quality_Satisfaction
Toko vivo di Sumatera Utara. (2020). Google.
https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b-
d&tbm=lcl&sxsrf=ALeKk03RZRrFL5uE63oJ1e60z1uRIw-
v4g%3A1594914281420&ei=6XUQX4qvGZK88QOa5oiQCw&q=TOKO+VIVO+
DI+SUMATERA+UTARA&oq=TOKO+VIVO+DI+SUMATERA+UTARA&gs_l
=psy-ab.12...21696.25001.0.29161.0.0.0
Utama Andyan Pradipta. (2019). No Title [Universitas Persada Indonesia Y.A.I].
https://www.upi-yai.ac.id/page/doktor-ilmu-manajemen-s-3
Wang, Y., po lo, H., Chi, R., & Yang, Y. (2004). An integrated framework for customer
value and customer-relationship-management performance: A customer-based
142
perspective from China. Managing Service Quality: An International Journal,
14(July 2014), 169–182. https://doi.org/10.1108/09604520410528590
Wictionary. (2020). indikator. Google. https://id.wiktionary.org/wiki/indikator
Widodo, S., Harini, C., & Haryono, A. T. (2018). PENGARUH HARGA, CITRA
MEREK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN
DENGAN KEPUASAN PELANGGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Pada Ibu Rumah Tangga Pengguna Produk Downy di RW XXII Perum Puri
Dinar Elok Meteseh Semarang). Journal of Management. ISSN : 2502-7689, 4(4).
https://jurnal.unpand.ac.id/index.php/MS/article/view/1140
Wilson R. dan T. Sapanuchart. (1993). Pengertian Indikator: Arti, Fungsi, dan Macam-
Macam Indikator. Google.
https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertian-indikator.html
Wong, D. (2017). Pengaruh Ability, Benevolence Dan Integrity Terhadap Trust, Serta
Implikasinya Terhadap Partisipasi Pelanggan E-Commerce: Studi Kasus Pada
Pelanggan E-Commerce Di Ubm. Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis (JRMB)
Fakultas Ekonomi UNIAT, 2(2), 155–168. https://doi.org/10.36226/jrmb.v2i2.46
Yolanda Elsa ;Alamsyah, D. P. (2013). Pengaruh Citra Merek dan Pandangan Kualitas
Terhadap Kepercayaan Konsumen Pada McDonald’s Bandung. In Ecodemica (Vol.
1, Issue 1). http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica/article/view/144
143
Lampiran 1: Angket Survey Pendahuluan
Survey Pengguna Smartphone (telepon pintar)
Selamat pagi/siang/sore/malam,
Mohon saudara/i/Bapak/Ibu untuk mengisi angket sesuai fakta. Survey ini semata-mata
untuk keperluan penelitian ilmiah. Kerahasiaan jawaban saudara terjamin.
Identitas:
Nomor angket : ………………………………………………………….
Umur (tahun) respoden: ………………………………………………………….
Pilihlah salah satu jawaban menurut saudara.
1. Apakah saudara pengguna smartphone (telepon pintar).
a. Ya
b. Tidak
Jika tidak berhenti hingga disini, bila Ya lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya.
2. Sejak kapan saudara mulai menggunakan smartphone
a. Tahun ini (2020)
b. 1 tahun lalu
c. 2 tahun lalu
d. 3 -5 tahun lalu
e. 6-10 tahun lalu
f. Lebih dari 10 tahun lalu
3. Sebutkan salah satu merek smartphone yang pertama sekali saudara beli / gunakan
a. ASUS
b. Samsung
b. Smartfren
c. Lenovo
d. Advan
e. Oppo
144
f. Vivo
g. Realme
h. Xiaomi
4. Sebutkan salah merek smartphone yang paling saudara percaya:
a. ASUS
b. Samsung
b. Smartfren
c. Lenovo
d. Advan
e. Oppo
f. Vivo
g. Realme
h. Xiaomi
5. Apakah alasan saudara sehingga mempercayai merek tersebut
a. Tampilan lebih menarik
b. Tidak pernah rusak
c. Kualitas terjamin
d. Mudah diperbaiki
f. Lain-lain
6. Sudah berapa kali saudara ganti smartphone
a. Belum pernah
b. 1 kali
c. 2 kali
d. 3 – 5 kali
e. 6 – 9 kali
f. diatas 9 kali
145
7. Bila membeli smartphone baru, apakah saudara membeli merek yang sama dengan
merek sebelumnya ?
a. Ya
b. Tidak
8. Bila sudah beberapa kali berganti smartphone, merek apakah paling sering sudara
beli.
a. ASUS
b. Samsung
b. Smartfren
c. Lenovo
d. Advan
e. Oppo
f. Vivo
g. Realme
h. Xiaomi
9. Alasan mengganti smartphone sebelumnya
a. Agar fitur lebih lengkap
b. Harga diri
c. Hilang
d. Tampilan yang baru lebih menarik
e. Rusak
f. Harga yang lebih mahal
g. Lain-lain
Terima Kasih atas perhatian dan waktu yang saudara luangkan.
146
Lampiran 2.
OPERASIONALISASI VARIABEL PENELITIAN DAN ITEM PERNYATAAN/PERTANYAAN
Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
No Pernyataan/pertanyaan
Kepuasan
fungsional
C1 Sarana Komunikasi C11 1 Menggunakan smartphone untuk percakapan jarak jauh
2 Saya menggunakan smartphone untuk mengirim pesan tertulis
3 Smartphone membantu tetap terlibat dalam komunitas
Menyelesaikan Pekerjaan C12 4 Smartphone memungkinkan kita bekerja dimana saja
5 Smartphone saya gunakan untuk menghitung
6 Smartphone mempermudah pencarian lokasi
Fasilitas Untuk Usaha dan
Bisnis
C13 7 Smartphone dapat digunakan untuk mengiklankan barang atau
jasa
8 Aplikasi pada smartphone bisa lebih memudahkan pelanggan
Mengetahui Informasi C14 9 Menjadikan kita untuk tetap up to date pada semua informasi
10 Smartphone dapat memberitahu kita informasi tentang setiap
pembaruan yang terjadi
Menyimpan Dokumen Penting. C15 11 Mendokumentasikan sesuatu lebih mudah
12 Smartphone mempermudah pencarian arsip
Kepuasan
emosional
C2 Estetika C21 13 Saya merasa senang melihat ukuran Smartphone Vivo
14 Saya merasa senang melihat warna Smartphone Vivo
15 Saya merasa senang melihat bentuk Smartphone Vivo
Self Expresive Value C22 16 Teman-teman kagum dengan Smartphone Vivo yang saya
miliki
17 Perhatian orang makin meningkat terhadap saya setelah
menggunakan Smartphone Vivo
147
Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
No Pernyataan/pertanyaan
Brand Personality C23 18 Menggunakan Smartphone Vivo mencerminkan orang sukses
19 Menggunkan Smartphone Vivo mencerminkan orang cerdas
Kesesuaian
dengan nilai-
nilai konsumen
C3 Nilai Fungsional C31 20 Saya menginginkan smartphone untuk berbicara jarak jauh
21 Saya menginginkan smartphone sebab dapat digunakan untuk
selfie
22 Saya menginginkan smartphone karena dapat digunakan untuk
dokumentasi
Nilai Sosial
C32 23 Saya menginginkan smartphone karena dapat menambah teman
24 Saya menginginkan smartphone yang dapat meningkatkan
peran dalam komunitas
Nilai Emosional C33 25 Saya membeli smartphone vivo terdorong oleh lingkungan
sekitar
26 Saya membeli smartphone vivo secara spontan
Nilai Pengorbanan C34 27 Smartphone vivo menguntungkan
28 Membeli smartphone vivo lebih hemat dibandingkan dengan
merek lain
Persepsi
terhadap
perusahaan
C4 Masukan (input) perusahaan C41 29 Bahan membuat smartphone vivo sangat baik
30 Sparepart smartphone vivo terjamin mutunya
Proses produksi perusahaan C42 31 Proses produksi smartphone vivo sangat canggih
32 Proses produksi smartphone vivo memiliki pengawasan kualitas
148
Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
No Pernyataan/pertanyaan
terpercaya
Limbah perusahaan C43 33 Limbah manufaktur smartphone vivo dikelola dengan baik
34 Masyarakat tidak terganggu dengan limbah pabrik smartphone
vivo
Dampak keberadaan perusahaan C44 35 Perusahaan smarhphone vivo menganggarkan CSR (Community
Service Responsibility)
36 Perusahaan smartphone vivo selalu berkontribusi pada
kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan
37 Perusahaan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Keterjangkauan
harga
H1 Keterjangkauan harga H1 1 Harga Smartphone vivo sesuai dengan keuangan kita.
2 Harga bervariasi sesuai dengan varian yang ditawarkan
3 Saya membeli Smartphone merek vivo karena harganya wajar.
Kesesuaian
harga dengan
kualitas produk
H2 Kesesuaian harga dengan kualitas
produk
H2 4 Harga Smartphone vivo sesuai dengan kehandalannya
5 Harga Smartphone vivo sesuai dengan kinerjanya
6 Harga Smartphone vivo sesuai dengan ketahanannya
Kesesuaian
harga dengan
manfaat
H3 Kesesuaian harga dengan manfaat H3 7 Manfaat yang rasakan sama dengan harga smartphone vivo.
8 Manfaat yang dirasakan lebih besar dibanding harga
smartphone vivo
Daya saing
harga,
H4 Daya saing harga, H4 9 Harga Smartphone vivo sama dengan dengan merek lain,
dengan atribut dan fitur yang tidak berbeda
149
Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
No Pernyataan/pertanyaan
10 Harga Smartphone vivo lebih murah dibandingkan dengan
merek lain dengan atribut dan fitur yang sama
Kinerja
K1 Percakapan jarak jauh K11 1 Percakapan jarak jauh dengan smartphone vivo terdengar jelas
2 Percakapan jarak jauh dengan smartphone vivo suara terdengar
nyaring
Media Sosial K12 3 Bermedia sosial dengan smartphone vivo cepat memperoleh
respon
4 Setelah bermedia sosial menggunakan smartphone vivo teman
bertambah banyak
Penyimpanan dokumen penting K13 5 Smartphone vivo dapat menyimpan banyak dokumen
6 Dokumen yang disimpan tidak pernah rusak
7 Dokumen yang disimpan tidak pernah hilang
Pengiriman dan penerimaan
gambar dan dokumen
K14 8 Pengiriman dokumen dengan smartphone vivo tidak ada
gangguan teknis
9 Penerimaan dokumen melalui smartphone vivo lancar
Fitur K2 Keragaman Fitur smartphone vivo K21 10 Keragaman fitur vivo lebih banyak dibandingkan dengan merek
lain
11 Keragaman fitur vivo menarik
Kualitas Fitur smartphone vivo K22 12 Kualitas fitur lebih baik dari merek pesaing
13 Kualitas fitur lebih sama dengan pesaing
Kepentingan Fitur smartphone
vivo
K23 14 Fitur-fitur smartphone vivo membantu saya dalam komunitas
15 Semua fitur vivo selalu digunakan
150
Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
No Pernyataan/pertanyaan
Kelengkapan Fitur smartphone
vivo
K24 16 Saya memilih smartphone vivo karena memiliki fitur-fitur yang
tidak ada pada merek lain
17 Fitur-fitur smartphone vivo dapat memenuhi semua keinginan
saya
Reliabilitas K3 Potensi gagal dioperasikan K31 18 Smartphone vivo tidak pernah gagal dioperasikan
19 Saya tidak pernah ragu mengoperasikan smartphone vivo
Tingkat kerusakan pada
pemakaian normal
K32 20 Smartphone vivo tidak pernuh rusak pada waktu pemakaian
secara umum
21 Smartphone vivo lancar digunakan pada keadaan biasa
Tingkat kerusakan pada
pemakaian tidak normal
K33 22 Smartphone vivo jarang rusak bila dipakai 24 jam (siang-
malam)
23 Smartphone vivo jarang rusak bila dipakai dalam berbagai
suasana
24 Smartphone vivo jarang rusak bila dipakai dalam berbagai iklim
Konformansi K4 Kesesuaian desain/bentuk
smartphone vivo dengan
keinginan pengguna
K41 25 Bentuk smartphone vivo memudahkan pengoperasian
26 Bentuk smartphone vivo memudahkan penyimpanan
27 Bentuk smartphone vivo memudahkan untuk dibawa kemana
saja
Kesesuaian operasi smartphone
vivo dengan keinginan pengguna
K42 28 Mudah berkomunikasi melalui smartphone vivo
29 Mudah internetan melalui smartphone vivo
Kesesuaian smartphone vivo
dengan keamanan pengguna
K43 30 Smartphone vivo tidak berbahaya dibawa kemana saja
151
Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
No Pernyataan/pertanyaan
31 Smartphone vivo tidak berbahaya terhadap kesehatan
Kesesuaian smartphone vivo
dengan kenyamanan pengguna
K44 32 Smartphone vivo nyaman waktu digunakan
33 Smartphone vivo nyaman dibawa kemana saja
Durabilitas K5 Umur teknis K51 34 Masa pakai secara teknis smartphone vivo lebih lama dari
merek lain
35 Meskipun sudah lama, smartphone vivo tetap dapat dipakai
dengan baik
Umur ekonomis K52 36 Biaya pemeliharaan smartphone vivo relatif kecil
37 Meskipun sudah lama kita miliki (berumur tua) , smartphone
vivo tetap menguntungkan
Garansi perusahaan K53 38 Durasi garansi perusahaan smartphone vivo lebih lama dari
merek lain
39 Nilai garansi yang diberikan lebih tinggi dari merek lain
Kemampuan
pelayanan
K6 Kecepatan pelayanan K61 40 Pengecer smartphone vivo melayani dengan cepat setiap
pembeli
41 Teknisi smartpone vivo memperbaiki dengan cepat setiap
kerusakan
Ketrampilan, K62 42 Karyawan smartphone vivo memiliki pengetahuan yang baik
tentang produk
43 Teknisi smartphone vivo sangat terampil
Kemudahan memperoleh
pelayanan
K63 44 Pemesanan smartphone vivo mudah
45 Mudah menghubungi teknisi vivo
Penanganan masalah yang
memuaskan
K64 46 Masalah pelanggan direspon dengan baik
152
Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
No Pernyataan/pertanyaan
47 Solusi yang diberikan karyawan vivo sesuai dengan
permasalahan pelanggan
Kemampuan
(ability)
P1 Pengalaman P11 1 Manajemen vivo telah lama berkecimpung dalam industri
smartphone
2 Karyawan vivo berpegalaman dalam industri smartphone
Pengesahan institusional P12 3 Vivo Jadi Salah Satu Brand Smartphone Preferensi Konsumen
4 Vivo merupakan Top 5 Smartphone di Medan
Penguasaan ilmu pengetahuan. P13 5 Manajemen vivo memiliki pengetahuan yang luas dalam
industri smartphone
6 Teknisi vivo mempunyai pengetahuan yang luas dalam
teknologi smartphone
7 Karyawan smartphone memahami dengan baik seluk beluk
produk smartphone vivo
Kebaikan hati
(benevolence),
P2 Perhatian P21 8 Perusahaan/Manajemen smartphone vivo memusatkan
kegiatannya pada kepentingan pelanggan
9 Perusahaan/Manajemen smartphone vivo memusatkan
operasional pada keinginan pelanggan
Empati, P22 10 Manajemen vivo dapat membayangkan kemampuan orang lain
11 Karyawan vivo dapat membayangkan apa yang mungkin
dirasakan orang lain.
12 Manajemen vivo dapat membayangkan apa yang mungkin
dipikirkan orang lain
Keyakinan P23 13 Saya yakin smartphone vivo dapat membantu dalam
berkomunikasi
153
Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
No Pernyataan/pertanyaan
14 Saya yakin smartphone vivo dapat membatu dalam pekerjaan
15 Saya yakin smartphone vivo dapat membatu dalam kehidupan
sosial (komunitas)
Daya terima P24 16 Manajemen vivo sanggup menampung aspirasi pelanggan
17 Manajemen vivo tidak pernah menolak hasrat pelanggan
Integritas
(integrity).
P3 Kewajaran (fairness), P31 18 Manajemen vivo bertindak wajar
19 Pengecer dan karyawan vivo berperilaku wajar
Pemenuhan (fulfillment), P32 20 Keinginan pelanggan akan atribut smarphone dapat dipenuhi
oleh vivo
21 Keinginan pelanggan akan fitur smarphone dapat dipenuhi oleh
vivo
Keterus-terangan (honestly), P33 22 Informasi yang diberikan perusahaan vivo apa adanya
23 Tidak ada kebohongan dalam informasi yang diberikan
karyawan dan pengecer vivo terhadap konsumen
24 Tidak ada informasi yang ditutup-tutupi dalam setiap sosialisasi
vivo terhadap masyarakat
Keterkaitan (dependability), P34 25 Hubungan dengan pelanggan dilandasi oleh niat baik
26 Perusahaan memelihara tanggung jawab sosialnya
Kerikatan
emosional
terhadap merek,
L1 Affection L11 1 Saya sayang pada smartphone vivo
2 Saya mencintai smartphone vivo
154
Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
No Pernyataan/pertanyaan
Passion L12 3 Saya merasa enjoy dengan vivo
4 Saya memiliki minat yang sangat besar terhadap vivo
Connection L13 5 Saya merasa tergugah dengan vivo
6 Saya merasa menyatu dengan vivo
Menyebarluaskan
aspek positif
merek
L2 Media cetak L21 7 Saya sering menceritakan vivo melalui surat kabar
8 Saya pernah menceritakan vivo melalui majalah
Media elektronik L22 9 Saya pernah menceritakan vivo mealui radio
10 Saya pernah menceritakan vivo melalui siaran televisi
Web berita L23 11 Saya sering menceritakan vivo melalui facebook
12 Saya sering menulis tentang vivo diblog
13 Saya sering menceritakan vivo melalui Whats Ap
Word of mouth L24 14 Saya selalu menceritakan vivo kepada sahabat
15 Saya selalu menceritakan vivo kepada keluarga
Kebal terhadap
pesaing
L3 Baru (1-2 tahun) L31 16 Saya tidak pernah tergoda dengan smartphone merek lain
hampir setahun ini
17 Saya tidak pernah tergoda dengan smartphone merek lain
hampir 2(dua) tahun ini
Moderat ( 2thn˂kebal ˂ 4tahun) L32 18 Saya tidak pernah tergoda dengan smartphone merek lain
hampir 3(tiga) tahun ini
19 Saya tidak pernah tergoda dengan smartphone merek lain
hampir 4(empat) tahun ini
Lama ( 4 thn˂kebal ). L33 20 Saya tidak pernah tergoda dengan smartphone merek lain
hampir 5(lima) tahun ini
21 Sudah lebih lima tahun, saya kebal terhadap merek lain
155
Dimensi Ko-
de
Indikator Ko-
de
No Pernyataan/pertanyaan
Pembelian
ulang secara
teratur dan
berkelanjutan.
L4 Mind L41 22 Saya tidak pernah terpikir dengan smartphone merek lain
23 Dibenak saya hanya ada smartphone merek vivo
Heart L42 24 Hidup ini terasa tidak bermakna tanpa smartphone vivo
25 Dalam hidupku hanya ada smartphone vivo
Spirit L43 26 Saya tidak bersemangat tanpa smartphone vivo
27 Kekuatan saya terasa meningkat dengan smartphone vivo