Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI ERA DESENTRALISASI
FISKAL KOTA SURABAYA TAHUN 2010-2019
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
MUHAMMAD ASEF SAIFUDDIN
NIM. 11140840000004
“PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN“
“FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS“
“UNIVERSITAS ISLAM NEGERI“
“SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA“
“2021M/1442H“
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI ERA DESENTRALISASI
FISKAL KOTA SURABAYA TAHUN 2010-2019
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Muhammad Asef Saifuddin
11140840000004
Dibawah Bimbingan:
Pembimbing
Rizqon Halal Syah Aji, Ph.D
NIP. 197904052011011005
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Senin 28 April 2021 telah dilakukan uji komprehensif atas Mahasiswa:
Nama : Muhammad Asef Saifuddin
NIM : 11140840000004
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Judul : Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Era Desentralisasi Fiskal Kota
Surabaya Tahun 2010-2019.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian
skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 April 2021
1. Zaenal Muttaqin, MPP
NIP. 197905032011011006 (. . . . . . . . . . . . . . . . . .)
Penguji I
2. Dr. Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si
NIP. 196806052008011023 (. . . . . . . . . . . . . . . . . .)
Penguji II
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Senin 21 Juni 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Nama Mahasiswa:
Nama : Muhammad Asef Saifuddin
NIM : 11140840000004
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Judul :.Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Era Desentralisasi Fiskal Kota
Surabaya Tahun 2010-2019
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang bersangkutan
selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa diatas tersebut dinyatakan “Lulus”
dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Juni 2021
1. Dr. Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si
NIP. 196806052008011023 ( )
Ketua
2. Rizqon Halal Syah Aji, M.Si, Ph.D
NIP. 197904052011011005
Pembimbing
3. Zaenal Muttaqin, MPP
NIP. 197905032011011006 ( )
Penguji
( )
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
a. Nama Lengkap : Muhammad Asef Saifuddin
b. Tempat, Tanggal Lahir : Gresik, 15 November 1995
c. Alamat : Jl. Ahmad Yani RT 05 RW 01 Tanggulrejo
Utara, Kecamatan Manyar, Kabupaten
Gresik, 61151.
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Agama : Islam
f. Kewarganegaraan : Indonesia
g. Email : [email protected]
II. RIWAYAT PENDIIKAN
a. 2002 – 2003 TK Muslimat 06, Gresik
b. 2003 – 2008 MI Roudlotut Tholibin, Gresik
c. 2008 – 2011 MTs Al-Nahdlah IBS, Depok
d. 2011 – 2014 SMA Assa’adah, Gresik
e. 2014 – sekarang Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
III. PENGALAMAN ORGANISASI
a. 2012 – 2013 : Anggota OSIS SMA Assa’adah
b. 2014 – 2018 : Anggota Ikatan Mahasiswa Gresik (IMAGE)
c. 2016 – 2017: Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh rasio efisiensi, rasio
efektivitas serta rasio kemandirian pengelolaan keuangan daerah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya. Desain penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif dan metode kuantitatif. Penelitian yang dilakukan berpusat pada Kota
Surabaya tahun anggaran 2010-2019 menggunakan analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: rasio efisiensi memiliki pengaruh
negatif serta signifikan bagi pertumbuhan ekonomi . rasio efektivitas memiliki
pengaruh negatif tetapi tidak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi. rasio
kemandirian memiliki pengaruh negatif serta signifikan bagi pertumbuhan
ekonomi. Terdapat pengaruh positif dan signifikan rasio efisiensi, rasio
efektivitas, dan rasio kemandirian keuangan daerah secara bersama-sama terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Efisiensi Keuangan Daerah, Efektivitas
Keuangan Daerah, Kemandirian Keuangan Daerah.
ABSTRACT
This study was conducted to determine the effect of efficiency ratios, effectiveness
ratios and the ratio of independence of regional financial management to the
economic growth of the city of Surabaya. The design of this research is
descriptive qualitative and quantitative methods. The research was conducted
centered on the city of Surabaya for the 2010-2019 fiscal year using multiple
linear regression analysis. The results showed that: efficiency ratio has a negative
and significant effect on economic growth. the effectiveness ratio has a negative
but not significant effect on economic growth. independence ratio has a negative
and significant effect on economic growth. There is a positive and significant
effect of the efficiency ratio, effectiveness ratio, and regional financial
independence ratio together on economic growth.
ii
Keywords: Economic Growth, Regional Financial Efficiency, Regional
Financial Effectiveness, Regional Financial Independence.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SwT, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Era Desentralisasi Fiskal Kota
Surabaya Tahun 2010-2019” dengan lancar. Penulis menyadari tanpa
bimbingan dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih yang tulus kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc, MA. Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE. Ak., M. Si., CA., QIA., BKP., SRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Dr. Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si. Ketua Jurusan
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Fitri Amalia, M.Si. Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk
keperluan penyusunan skripsi.
5. Bapak Rizqon Halal Syah Aji, M.Si. Ph.D. Dosen pembimbing yang telah
dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan
skripsi.
6. Seluruh jajaran dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Isalma Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Abah, ibu, serta keenam saudaraku tercinta yang senantiasa sabar
memberikan dukungan moral dan material dalam penulisan skripsi ini.
8. Kawan pejuang skripsi yang dengan gigih meluangkan waktu dan
berjuang bersama-sama dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
ABSTRACT i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GRAFIK vii
DAFTAR GAMBAR viii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Identifikasi Masalah 7
C. Pembatasan Masalah 8
D. Rumusan Masalah 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
A. Pengelolaan Keuangan Daerah 10
1. Pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah 10
2. Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah 12
3. Sumber Keuangan Daerah 12
4. Prinsip-Prinsip Keuangan Daerah 13
5. Tujuan Pengelolaan Keuangan Daerah 16
6. Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Daerah 16
B. Produk Domestik Regional Bruto 17
C. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 18
D. Kinerja Keuangan Daerah 20
v
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah 21
2. Rasio Efektivitas 22
3. Rasio Efisiensi 23
E. Pertumbuhan Ekonomi 24
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi 24
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi 26
3. Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi 27
4. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi 27
5. Indikator Pertumbuhan Ekonomi 28
6. Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi 29
F. Desentralisasi Fiskal 30
G. Review Studi Terdahulu 32
H. Kerangka Pemikiran 35
I. Hipotesis Penelitian 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37
A. Ruang Lingkup Penelitian 37
B. Metode Penelitian Sampel 37
C. Metode Pengumpulan Data 37
D. Sumber Data 38
E. Definisi Operasional Variabel 39
F. Metode Analisis Data 41
G. Tenik Analisis Data 42
H. Uji Statistik 41
I. Pengujian Model 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 46
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 46
B. Hasil Analisis dan Pembahasan 48
1. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah 48
2. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah 49
3. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah 50
4. Uji Statistik 52
vi
4.1.Uji t Statistik 52
4.1.1. Pengaruh Rasio Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah
Secara Parsial Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 53
4.1.2. Pengaruh Rasio Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah
Secara Parsial Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 54
4.1.3. Pengaruh Rasio Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah
Secara Parsial Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 54
4.2. Uji Kebaikan Model 55
4.2.1. Uji F 55
4.2.2. Pengaruh Rasio Efisiensi, Rasio Efektivitas dan Rasio
Kemandirian Keuangan Daerah Secara Simultan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi 56
4.2.3. Koefisien Determinasi (Uji R2) 57
4.3. Pengujian Model 57
4.3.1. Uji Asumsi Klasik 57
4.3.1.1.Uji Normalitas 57
4.3.1.2.Uji Normalitas Probability Plot 57
4.3.1.3.Uji Multikolinearitas 58
4.3.1.4.Uji Heterokedastisitas 59
4.3.1.5.Uji Autokorelasi 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 63
A. Kesimpulan 63
B. Saran 64
DAFTAR PUSTAKA 66
LAMPIRAN 68
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 5
Tabel 1.2 5
Tabel 2.1 22
Tabel 2.2 23
Tabel 2.3 24
Tabel 2.4 32
Tabel 4.1 48
Tabel 4.2 50
Tabel 4.3 51
Tabel 4.4 53
Tabel 4.5 59
Tabel 4.6 61
Tabel 4.7 62
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 47
Grafik 4.2 58
Grafik 4.3 60
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otonomi daerah sebagaimana yang dijelaskan di dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 18 ayat 2 dimana
pemerintah masing-masing daerah mengurus dan mengatur kepentingan
pemerintahan mereka sendiri sesuai asas otonomi dan tugas perbantuan.
Otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan pelayanan serta
kemampuan bersaing suatu daerah sehingga dapat menjadikan masyarakat
lebih sejahtera.
Seperti yang kita ketahui di Indonesia otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal bukanlah sebuah konsep baru. Pengaplikasian
desentralisasi fiskal mempunyai maksud guna menumbuhkan tingkat
ekonomi dan menumbuhkan penerimaan daerah. Sudut pandang
peningkatan ekonomi merupakan komponen pokok yang menetapkan
jumlah dana yang diterima daerah dari pemerintah pusat.
Agar dapat berkembang, pemerintah daerah dalam melaksanakan
otonomi daerah harus melihat aspek-aspek yang terdapat pada otonomi
daerah .Pertama, pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah
menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan
efektivitas Pemerintah Daerah. Kedua, Pemerintah Daerah perlu
mengembangkan birokrasi yang sehat dan memiliki wawasan dan jiwa
10
wirausaha. Ketiga, prinsip kepatutan dalam pemerintahan yang tidak
terlepas dari kewajiban etika dan moral serta budaya baik antara pemerintah
dengan rakyat, antara lembaga/pejabat pemerintahan dengan pihak ketiga.
Keempat, partisipasi masyarakat dalam pembangunan sehingga Pemerintah
Daerah mendapat petunjuk mengenai kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Pelaksanaan tugas pemerintah daerah dapat terwujud secara
maksimal dalam pelaksanaan tugas-tugas tersebut didukung dengan
pendapatan yang cukup kepada daerah, merujuk pada UU mengenai
perimbangan keuangan dari pemerintah pusat kepada pemerintahan daerah,
dengan jumlah pembagian yang sesuai serta selaras kewenangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dijelaskan menurut UU tentang Keuangan Negara, terletak
penekanan pada sektor pengelolaan keuangan, dimana pemerintah memiliki
kuasa atas pengelolaan keuangan. Kekuasaan tersebut diberikan oleh
presiden sebagai kepala pemerintahan pusat kepada gubenur, bupati maupun
walikota sebagai kepala pemerintahan daerah. untuk mengelola keuangan
daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan
daerah yang dipisahkan, ketentuan tersebut berimplikasi pada pengaturan
pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa gubernur/bupati/walikota
bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan daerah.
Potensi sumber pendapatan daerah perlu untuk di gali dengan
sungguh-sungguh sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
11
Pendapatan asli daerah (PAD) menjadi bagian dari unsur yang terdapat pada
APBD. Pendapatan asli daerah (PAD) adalah segala sesuatu yang menjadi
pendapatan yang didapat oleh daerah yang dikumpulkan sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan (Halim, 2001:96).
Pemerintah daerah perlu melakukan pengoptimalan terhadap
anggaran secara ekonomi, efisien dan efektif (value for money) guna
mempertanggung jawabkan kepada publik agar mampu menumbuhkan
kesejahteraan bagi masyarakat. Ekonomi adalah memilih dan menggunakan
sumber daya yang memiliki kualitas sesuai dengan standar yang ditentukan
dengan harga rendah. Efisien adalah menggunakan uang masyarakat (public
money) untuk memaksimalkan hasil output (berdaya guna). Efektif adalah
menggunakan dana yang telah tersedia agar tercapainya semua target dan
kepentingan bersama.
Hal yang terjadi selama ini bias kita lihat bahwa pengelolaan
keuangan daerah cukup memprihatinkan dimana dengan sebagian besar
penerimaan daerah tidak dialokasikan dengan semestinya sehingga
berdampak pada lambatnya laju pertumbuhan ekonomi di beberapa daerah.
Selain itu anggaran yang dialokasikan tetapi tidak sesuai dengan apa yang
dibutuhkan dan yang menjadi skala utama dapat menjadi cerminan buruk
bagi perspektif ekonomi, efisien dan efektif pengelolaan keuangan daerah.
karena kualitas perencanaan anggaran daerah relatif lemah. rendahnya
perencanaan anggaran serta ketidakcukupan pemerintah daerah dalam
menumbuhkan pendapatan daerah secara terus menerus. Di sisi lain
12
Sementara itu pengeluaran daerah terus mengalami peningkatan, yang
nantinya akan muncul fiscal gap. Kondisi tersebut dapat memunculkan
underfinancing atau overfinancing dan pada saatnya mengganggu tingkat
ekonomi, efisiensi dan efektivitas unit kerja Pemerintah Daerah. (Mahmudi:
2009:9)
Selain itu, pemerintah pusat menuntut agar pemerintah daerah lebih
mandiri dalam pengelolaan keuangan daerah yang dipimpinnya. Sesuia
dengan UU No. 32 tahun 2004, kemandirian keuangan daerah merupakan
gambaran yang memperlihatkan bahwa pemerintah daerah mampu
membiayai serta mempertanggungjawaban keuangan daerahnya sebagai
asas desentralisasi. “Kemandirian keuangan daerah menunjukkan
kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar
pajak dan retribusi sebagai sumber yang diperlukan daerah” (Halim,
2007:232).
Dalam rangka pengoptimalan peningkatan ekonomi di daerah yang
merujuk pada UU No. 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintah Daerah,
dimana dalam undang-undang tersebut pemerintah daerah dituntut untuk
mampu berorientasi secara universal. Sehingga berdampak pada
peningkatan persaingan antar negara yang nantinya juga berdampak bagi
perekonomian Indonesia terutama di daerah-daerah. Oleh sebab itu, otonomi
ataupun desentralisasi bukan lagi menjadi challenge bagi pemerintah namun
13
masing-masing daerah didorong mampu meningkatkan daya saingnya
(Tampilang, Koleangan dan Wauran, 2012).
Tabel 1.1
Kondisi Keuangan Kota Surabaya
Tahun 2010 – 2019
Tahun
Pendapatan
Belanja
Anggaran Realisasi
2010 3,271,421,232,776.00 3,044,124,791,757.37 3,637,069,260,868.48
2011 3,971,688,604,325.00 3,759,034,427,310.72 3,753,710,413,890.80
2012 4,693,361,549,064.00 4,634,301,938,653.61 4,299,150,223,080.63
2013 5,255,244,153,444.00 5,235,293,716,914.17 5,057,279,664,344.95
2014 6,150,194,212,902.80 6,052,441,118,039.47 5,707,378,466,054.09
2015 6,642,257,716,374.00 6,619,031,160,936.97 6,490,359,759,532.00
2016 6,720,301,543,490.00 6,825,754,275,891.53 7,151,661,549,430.48
2017 7,904,894,969,358.00 8,033,573,163,669.67 7,912,409,152,257.09
2018 8,079,142,194,268.00 8,175,219,120,669.10 8,176,929,496,298.63
2019 8,733,224,623,734.00 8,765,153,020,782.67 9,162,655,939,831.57
Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Surabaya Tahun 2010 – 2019 (data diolah)
Tabel 1.2
Pendapatan Daerah Kota Surabaya
Tahun 2010 – 2019
Tahun PAD Perimbangan Lain Pendapatan
2010 893,437,168,485.00 1,445,554,314,692.00 705,133,308,580.37
2011 1,886,514,301,580.72 963,419,947,354.00 909,100,178,376.00
14
2012 2,279,613,848,832.61 1,433,067,691,897.00 921,620,397,924.00
2013 2,791,580,050,709.51 1,460,891,497,629.00 982,822,168,575.66
2014 3,307,323,863,978.47 1,488,374,891,545.00 1,256,742,362,516.00
2015 4,035,649,478,397.97 1,384,772,424,683.00 1,198,609,257,856.00
2016 4,090,206,769,387.53 1,941,019,526,654.00 794,527,979,850.00
2017 5,161,844,571,171.67 1,965,635,624,698.00 906,092,967,800.00
2018 4,973,031,004,727.10 2,088,869,968,843.00 1,113,318,147,099.00
2019 5,381,920,253,809.67 2,001,327,643,447.00 1,381,905,123,526.00
Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Surabaya Tahun 2010 – 2019 (data diolah)
“Dari data pada tabel 1.1 di atas“ terlihat pendapatan serta belanja
yang telah terealisasikan“ secara garis besar meningkat dari tahun 2010-2019.
Sedangkan pada tabel 1.2 merupakan“ penjabaran tentang realisasi pendapatan
Kota Surabaya dari tahun 2010-2019. PP No.58 Tahun 2005 mengenai
Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan bahwa dalam tata kelolanya,
keuangan daerah haruslah tertib dan selalu mentaati peraturan yang telah
ditetapkan.
Kebijakan Anggaran “adalah acuan umum dari Rencana Kerja
Pembangunan dan merupakan bagian dari perencanaan operasional anggaran
dan alokasi sumberdaya, sementara arah kebijakan keuangan“ daerah adalah
kebijakan penyusunan “program dan indikasi kegiatannya pada pengelolaan
pendapatan dan “belanja daerah secara efektif dan efisien. “Untuk
mewujudkan otonomi “daerah dan desentralisasi yang luas, nyata dan
bertanggungjawab diperlukan manajemen keuangan daerah secara ekonomis,
15
efisien, efektif, transparan dan akuntabel. Dalam mempertanggungjawabkan
kepada publik, pemerintah daerah “diwajibkan melakukan optimalisasi
anggaran yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan dengan penjelasan di atas, “peneliti sebagai mahasiswa
jurusan ekonomi pembangunan dengan konsentrasi otonomi daerah tertarik
“untuk berpastisipasi dalam melakukan “pengawasan terhadap pengelolaan
keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban terhadap publik dengan
melihat bagaimana “pengelolaan keuangan daerah terhadap “pertumbuhan
ekonomi di Kota Surabaya pada era desentralisasi“ fiskal saat ini.
B. Identifikasi Masalah
1. Rasio efisiensi, rasio efektivitas serta rasio kemandirian pengelolaan
keuangan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah di Kota Surabaya.
2. Peranan rasio efisiensi pengelolaan keuangan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kota Surabaya.
3. Peranan rasio efektivitas pengelolaan keuangan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kota Surabaya.
4. Peranan rasio kemandirian pengelolaan keuangan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kota Surabaya.
\
16
C. Pembatasan Masalah
Dari sekian masalah yang peneliti kemukakan dalam Identifikasi
masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah pada :
a. Rasio efisiensi yang dimaksud adalah hasil pengelolaan keuangan
daerah di Kota Surabaya.
b. Rasio efektivitas yang dimaksud adalah hasil pengelolaan keuangan
daerah di Kota Surabaya.
c. Rasio kemandirian yang dimaksud adalah hasil pengelolaan keuangan
daerah di Kota Surabaya.
d. Objek yang diteliti dibatasi pada satu daerah yaitu Kota Surabaya.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pola perkembangan rasio efisiensi pengelolaan keuangan
daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya selama tahun
2010 – 2019 ?
2. Bagaimana pola perkembangan rasio efektivitas pengelolaan keuangan
daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya selama tahun
2010 – 2019 ?
3. Bagaimana pola perkembangan rasio kemandirian pengelolaan
keuangan daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya
selama tahun 2010 – 2019 ?
17
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis rasio efisiensi pengelolaan keuangan daerah
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya selama tahun 2010
– 2019.
b. Untuk menganalisis rasio efektivitas pengelolaan keuangan daerah
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya selama tahun 2010
– 2019.
c. Untuk menganalisis rasio kemandirian pengelolaan keuangan daerah
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya selama tahun 2010
– 2019.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi ilmu pengetahuan diharapkan dapat memberikan referensi
dalam bidang ilmu keuangan khususnya pengelolaan pendapatan
daerah dan belanja daerah;
b. Bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya Pemerintah Kota
Surabaya dalam menentukan kebijakan yang mampu meningkatkan
pengelolaan keuangan daerah;
c. Memberikan acuan bagi penelitian selanjutnya terutama yang
berminat dalam meneliti efisiensi pengelolaan keuangan daerah,
efektifitas pengelolaan keuangan daerah dan kemandirian
pengelolaan keuangan daerah terhadap pertumbuhan ekonomi pada
era desentralisasi fiskal.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
1. Pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah
Sesuai dengan yang dijalaskan pada Undang-Undang No.23
Tahun 2014 Keuangan Daerah merupakan segala bentuk hak dan
kewajiban suatu daerah yang bisa dihargai menggunakan uang serta
semua yang berbentuk barang dan uang yang bisa di dijadikan inventaris
daerah yang mana terdapat hubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban daerah.
Penjelasan undang-undang di atas diperkuat oleh beberapa
sumber hukum, antara lain UU No.23 Tahun 2014 mengenai
Pemerintahan Daerah, UU No.17 Tahun 2003 mengenai Keuangan
Negara, UU No.1 Tahun 2004 mengenai Perbendaharaan Negara dsb.
Peraturan tersebut disempurnakan agar 3 pilar tata pengelolaan
keuangan daerah yang meliputi transparansi, akuntabilitas, dan
partisipatif dapat terjaga dengan baik.
Sesuai dengan uraian yang telah dijelaskan di atas oleh karena
itu Peraturan Pemerintah mengatur hal-hal yang berhubungan dengan
perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, dan
pertanggungjawaban keuangan Daerah.
11
Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh pemegang
kekuasaan, Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah
pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Tujuan diaturnya keuangan daerah oleh pemerintah daerah
adalah untuk meningkatkan Efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan
sumber daya keuangan daerah. Selain itu, meningkatkan kesejahteraan
daerah dan mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Pengelolaan Keuangan Daerah
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan Keuangan Daerah. Keuangan Daerah adalah semua hak dan
kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
yang dapat dinilai dengan uang serta segala bentuk kekayaan yang dapat
dijadikan milik Daerah berhubung dengan hak dan kewajiban Daerah
tersebut. Keuangan Daerah selain diatur dengan Peraturan Pemerintah
juga mengikuti Peraturan Menteri dan keuangan daerah juga mengikuti
Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
ditetapkan setiap tahun, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
masing-masing daerah yang disinkronkan dan dikelola secara sistematis.
12
2. Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah
Dasar hukum dipergunakan untuk mengelola keuangan daerah
adalah wujud perencanaan kerja tahunan pemerintah, Adapaun dasar
hukum yang menjadi ketentuan, adapun beberapa dasar hukum, antara
lain:
a. UU No.17 Tahun 2003 mengenai Keuangan Negara;
b. UU No.1 Tahun 2004 mengenai Perbendaharaan Negara;
c. UU No.32 Tahun 2004 perubahan atas UU No.22 Tahun 1999
mengenai Pemerintahan Daerah;
d. UU No.33 Tahun 2004 perubahan atas UU No.25 Tahun 1999
mengenai Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
e. PP No.12 tahun 2019 mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah.
3. Sumber Keuangan Daerah
Sumber pendapatan Untuk melaksanakan kekuasaannya, kepala
daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaan keuangan daerah
kepada perangkat daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri atas sumber-
sumber keuangan, sebagai berikut:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
b. Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH)
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
13
4. Prinsip-Prinsip Keuangan Daerah
Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah harus secara tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan, asas keadilan, kepatutan, dan
manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam
suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam anggaran pendapatan
dan belanja daerah yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.
Empat prinsip pengelolaan keuangan daerah yang harus diterapkan
dalam pengelolaan keuangan daerah adalah :
a. Prinsip Kemandirian
Prinsip ini mengacu pada kemampuan daerah agar dapat
meminimalisir kebergantungan pemerintahannya dari pemerintah pusat,
usaha yang dapat dilakukan dengan meningkatkan sumber-sumber yang
menjadi sumber pendapatan asli daerah. Hal ini tentu mampu
meningkatkan produksi daerah sehingga pada akhirnya sehingga pada
akhirnya akan berdampak baik bagi masyarakat daerah tersebut.
b. Prioritas
Prinsip prioritas menjadi salah satu yang utama dimana dalam
pelaksanaan pemerintahannya, pemerintah harus melihat tujuan-tujuan
mana yang harus dicapai terlebih dahulu atau yang diprioritaskan.
c. Efisiensi, Efektivitas dan ekonomis
Efisien adalah keseluruhan pendapatan yang dipergunakan bisa
dioptimalkan dengan baik dan benar, sehingga mampu memangkas
14
pengeluaran, Efektif adalah dapat dicapainya hasil akhir ataupun target
yang sebelumnya telah ditetapkan, sedangkan Ekonomis adalah
penghematan biaya yang dikeluarkan guna memperoleh pendapatan
d. Disiplin anggaran
Anggaran yang digunakan perlu disesuaikan berdasarkan aturan
yang telah ditetapkan, dimaksudkan agar apa yang telah ditentukan dan
diundang-undangkan (Perda) dapat terlaksana dengan tepat dan sesuai
dengan apa yang telah ditetapkan.
Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah (Soleh dan
Rohcmansjah,2010:10) yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan
keuangan daerah adalah :
a. Akuntabilitas
Pemerintah dalam mengambil kebijakan harus memiliki sikap sesuai
dengan amanat yang dipercayakan, dengan demikian hasil pengelolaan
keuangan daerah bisa dilihat dan diakses oleh masyarakat.
b. Value for money
Indikasi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi
adalah terjadinya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat
yang semakin baik, kehidupan demokrasi yang semakin maju, keadilan,
pemerataan, serta adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah
serta antar daerah. Dalam konteks otonomi daerah, value for money
15
merupakan jembatan untuk menghantarkan pemerintah daerah mencapai
good govermance.
c. Kejujuran dalam mengelola keuangan publik (probity)
Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf yang
memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan
untuk korupsi dapat diminimalkan.
d. Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan pemerintah daerah dalam membuat
kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan
diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Transparansi akan menciptakan
horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan
masyarakatnya, sehingga akan tercipta pemerintahan yang bersih, efektif,
efisien, akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan
masyarakat.
e. Pengendalian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus sering
dievaluasi, yaitu dengan cara dibandingkan antara yang dianggarkan
dengan hasil yang telah dicapai. Hal ini bertujuan agar APBD senantiasa
terkontrol dan terkendali, ketika ada penyimpangan dapat diketahui untuk
kemudian diambil langkah-langkah pencegahan agar tidak terulang dan
tidak ada kebocoran anggaran.
16
5. Tujuan Pengelolaan Keuangan Daerah
Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah terdapat tujuan-tujuan yang
harus tercapai, tujuan tersebut sebagai berikut:
a. Masyarakat lebih sejahtera
b. Lowongan kerja lebih banyak
c. Pengangguran berkurang
d. Layanan bagi masyarakat yang lebih baik
6. Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Daerah
Sesuai dengan yang dijabarkan pada PP No. 58 Tahun 2005
pemerintah harus transparan dan akuntabel dalam pengelolaan keuangan
daerah, sehingga pemerintah daerah diwajibkan membuat laporan yang harus
disampaikan kepada pemerintah pusat begitu juga kepada masyarakat, adapun
laporan yang harus dipertanggungjawabkan sebagai berikut:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
b. Laporan Arus Kas (LAK)
c. Neraca, dan
d. Catatan atas Laporan Keuangan.
Pemerintah juga harus menyusun laporan keuangan tersebut sesuai dengan
standar yang sudah ditentukan yang nantinya setelah laporan terbentuk serta
telah diperiksa oleh badan pengawas keuangan, barulah dapat disampaikan
bagi masyarakat melalui DPRD akan disampaikan (Sumber Kemenkeu RI)
17
B. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah
bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di daerah tersebut.
Menghitung PDRB bertujuan untuk membantu membuat kebijakan daerah
atau perencanaan, evaluasi hasil pembangunan, memberikan informasi yang
dapat menggambarkan kinerja perekonomian daerah. PDRB meliputi:
1. Upah dan gaji
2. Bunga
3. Sewa tanah
4. Pajak tidak langsung
5. Penyusutan
6. Keuntungan
Sesuai konsep, PDRB Produksi (Y) sama besar dengan PDRB
Pengeluaran (E), namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Selain
berbeda dalam struktur atau komposisi, pendekatan pengukuran antar
keduanya juga berbeda. Dalam penyajian data PDRB, perbedaan ini
diletakkan pada sisi PDRB Pengeluaran. Unsur yang menyebabkan perbedaan
tersebut antara lain adalah konsep dan basis pengukuran, metoda dan cakupan
pengukuran, serta data dasar yang digunakan untuk estimasi. Melalui
penjelasan ini para pengguna data PDRB tidak mempermasalahkan adanya
perbedaan (statistical descrepancy) tersebut.
18
Penyusunan data PDRB Pengeluaran juga dimaksudkan untuk
menjelaskan bagaimana “pendapatan” (Y) yang tercipta melalui proses
produksi menjadi sumber pendapatan masyarakat, yang akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir.
C. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang didapat melalui
beberapa sumber pendapatan yang terdapat pada daerah pemerintahannya.
Pendapatan Asli Daerah yang dimaksud diambil sesuai aturan yang berlaku di
daerah serta sesuai dengan undang-undang yang ditetapkan di Indonesia.
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) sesuai dengan yang
dijabarkan pada UU No. 33 Tahun 2004 Pasal 6 ayat 1 dan 2 bahwasanya
pendapatan asli daerah (PAD) bersumber dari :
a. Pajak Daerah
Jenis-jenis pajak daerah untuk kabupaten/kota (Kadjatmiko,
2002:77) antara lain: pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak
penerangan jalan, pajak pengembalian bahan galian golongan C, dan
pajak parkir.
b. Retribusi Daerah
Retribusi daerah didefinisikan sebagai pungutan terhadap orang
atau badan kepada Pemerintah Daerah dengan konsekuensi Pemerintah
Daerah memberikan jasa pelayanan atau perijinan tertentu yang langsung
dapat dirasakan oleh pembayar retribusi.
19
Berdasarkan UU No.28 Tahun 2009 mengenai pajak daerah dan
retribusi daerah menjelaskan bahwa retribusi daerah yang selanjutnya
disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan
pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau golongan. Jenis
pendapatan retribusi kabupaten/kota meliputi objek pendapatan adalah:
retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar,
retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan, retribusi jasa usaha
tempat khusus parkir, retribusi jasa usaha tempat penginapan/
pesanggrahan/villa, retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olah raga,
dan lain-lain.
c. Output perusahaan milik daerah dan output pengelolaan kekayaan milik
daerah yang dipisahkan
Pendapatan daerah yang dimaksud bersumber dari output yang
dihasilkan oleh perusahaan milik daerah serta hasil kelola kekayaan milik
daerah yang dipisahkan.
d. Lain-lain pendapatan asli daerah sah sebagaimana dimaksud sebagai
berikut :
1. Nilai hasil jual kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2. Jasa giro
3. Bunga yang diperoleh
4. Untung yang didapat dari selisih tukar makat uang
20
5. Bagi hasil, pengurangan nilai jual, maupun bentuk lainnyayang
didapatkan melalui penjualan ataupun saat pemerintah daerah
melakukan pengadaan barang dan jasa.
Salah satu upaya untuk melihat kemampuan daerah dari segi
keuangan daerah dalam rangka mengurangi ketergantungan tehadap
pemerintah pusat, adalah dengan melihat komposisi dari penerimaan daerah
yang ada. Semakin besar komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka
semakin besar pula kemampuan pemerintah daerah untuk memikul
tanggungjawab yang lebih besar. Tetapi semakin kecil komposisi Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap penerimaan daerah maka ketergantungan
terhadap pusat semakin besar. Sedangkan dampak yang dirasakan
masyarakaat dengan adanya peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah
adalah kelancaran pembangunan. Pembangunan meliputi berbagai sektor
diantaranya adalah pembangunan jalan, pembangunan fasilitas umum dan
fasilita lainnya akan semakin cepat terealisasi dan bisa dinikmati oleh
masyarakat secara umum.
D. KINERJA KEUANGAN DAERAH
Permendagri No. 13 Tahun 2006 menyebutkan bahwa “Kinerja adalah
keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang
terukur”. Jadi Kinerja keuangan daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu
hasil kerja dibidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja
21
daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang telah ditetapkan
melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu
periode anggaran, berupa rasio keuangan yang terbentuk dari unsur laporan
pertanggungjawaban Kepala Daerah berupa perhitungan APBD.
Kinerja Keuangan Daerah Kota Surabaya dalam penelitian ini, dapat
diketahui dengan perhitungan rasio-rasio diantaranya :
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio Kemandirian merupakan gambaran seberapa mampu
suatu daerah dalam membiayai agenda pemerintahan mereka sediri.
Perhitungan yang digunakan adalah dengan mengukur jumlah
pendapatan asli daerah (PAD) terhadap jumlah bantuan pemerintah pusat
dan pinjaman. Semakin kecil hasil perhitungan yang ditunjukkan
menandakan bahwa pemerintah daerah dalam hal ini mampu mandiri
dalam melakukan pengelolaan keuangan daerahnya.
Rumus untuk menghitung seberapa besar rasio kemandirian sebagai
berikut:
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖𝑎𝑛 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛× 100%
Untuk keterangan dari hasil perhitungan akan dijelaskan pada tabel 2.1
dibawah :
22
Tabel 2.1
Kriteria Penilaian Kemandirian Keuangan Daerah
Prosentase PAD terhadap
Dana Perimbangan
Kemandirian Keuangan
Daerah
0,00 – 10,00 Sangat Baik
10,01 – 20,00 Baik
20,01 – 30,00 Cukup
30,01 – 40,00 Sedang
40,01 – 50,00 Kurang
> 50,00 Sangat Kurang
Sumber : Tim Litbang Depdagri- Fisipol UGM 1991
2. Rasio Efektivitas
Rasio efektivitas gambaran seberapa besar target capaian yang
berhasil didapat oleh pemerintah daerah Perhitungan yang digunakan
adalah dengan mengukur jumlah realisasi pendapatan terhadap jumlah
target pendapatan. Semakin tinggi hasil perhitungan yang ditunjukkan
maka akan semakin efektif pula pemerintah daerah dalam melakukan
pengelolaan keuangan daerah.
Rumus untuk menghitung seberapa besar rasio efektivitas sebagai
berikut:
23
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛× 100%
Untuk keterangan dari hasil perhitungan akan dijelaskan pada tabel 2.2
dibawah :
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Tingkat Efektivitas Keuangan Daerah
Prosentase Kinerja
Keuangan
Kriteria
>100% Sangat Efektif
90% - 100% Efektif
80% - 90% Cukup Efektif
60% - 80% Kurang Efektif
< 60% Tidak Efektif
>100% Sangat Efektif
Sumber : Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996
3. Rasio Efisiensi
Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar Efisiensi
dari pelaksanaan suatu kegiatan dengan mengukur input yang digunakan
dan membandingkan dengan output yang dihasilkan. Rasio Efisiensi
adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya
24
yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi
pendapatan yang diterima.
Rumus untuk menghitung seberapa besar rasio efektivitas
sebagai berikut:
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛× 100%
Untuk keterangan dari hasil perhitungan akan dijelaskan pada tabel 2.3
dibawah :
Tabel 2.3
Kriteria Penilaian Tingkat Efisiensi Keuangan Daerah
Prosentase Kinerja
Keuangan
Kriteria
>100% Tidak Efisien
90% - 100% Kurang Efisien
80% - 90% Cukup Efisien
60% - 80% Efisien
< 60% Sangat Efisien
>100% Tidak Efisien
Sumber : Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996
E. PERTUMBUHAN EKONOMI
25
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan upaya
peningkatan kapasitas produksi untuk mencapai penambahan output,
yang diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah.
(Rahardjo Adisasmita, 2013:1)
Economic growth merupakan peningkatan output per kapita
dalam kurun waktu yang lama. Serta menekankan pada aspek-aspek
yaitu: proses, output perkapita dan jangka panjang. Tiga aspek tersebut
memperlihatkan dinamika dari sebuah perekonomian, dengan melihat
proses perkembangan suatu perekonomian beserta perubahannya dari
waktu ke waktu. (Boediono, 1999:1)
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi suatu masyarakat (negara) yaitu :
a. Akumulasi Modal
Mencakup segala bentuk atau macam investasi baru yang
diinvestasikan atas beberapa hal seperti peralatan fisik, tanah, dan
modal atau sumber daya manusia
b. Pertumbuhan Penduduk
Sumber Daya Manusia (SDM) yang dalam beberapa tahun selajutnya
akan memperbanyak jumlah angkatan kerja
c. Kemajuan Teknologi,
26
Kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi
pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana,
kemajuan teknologi disebabkan oleh adanya cara-cara baru atau
mungkin cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan
pekerjaanpekerjaan tradisional, seperti cara menanam padi, membuat
pakaian, atau membangun rumah.
Ada tiga macam klasifikasi mengenai kemajuan teknologi yaitu :
kemajuan teknologi yang bersifat netral, kemajuan teknologi yang
besifat menghambat tenaga kerja, kemajuan teknologi yang bersifat
menghambat modal. (Lincolin Arsyad, 2015:270).
“Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas jangka
panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai
barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas tersebut
dimungkinkan oleh adanya kamajuan atau penyesuaian penyesuaian
teknologi, intitusional dan ideologi terhadap berbagai keadaan yang ada”.
(Michael Todaro, 2000:44).
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum teori tentang pertumbuhan ekonomi dapat di
kelompokan menjadi dua, yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan
teori pertumbuhan ekonomi modern.
Pada teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisis di dasarkan
pada kepercayaan dan Efektivitas mekanisme pasar bebas. Teori ini
merupakan teori yang dicetuskan oleh para ahli ekonom klasik antara lain
27
Adam Smith, David Ricardo. Berbeda dengan teori pertumbuhan klasik,
teori pertumbuhan ekonomi modern menitikberatkan investasi untuk
pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian investasi yang tinggi dapan
menjadikan perekonomian semakin membaik. Dalam pandangan lebih
jauh investasi akan menambah stok kapital. Teori pertumbuhan
dicetuskan oleh Harrod-Domar, (Ahmad Ma’aruf dan Latri Wihastuti,
2008:44-45)
3. Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi
Pendapat Prof. Simon Kuznets mengenai ciri-ciri pertumbuhan
ekonomi modern adalah terdapat enam ciri-ciri yang dapat
menggambarkan pertumbuhan ekonomi antara lain:
a. Terdapat arus modal, barang dan manusia di berbagai negara.
b. Negara maju mengekspansi;
c. Tingginya tingkat urbanisasi;
d. Melesatnya pertumbuhan tingkat structural;
e. Produktivitas masyarakat meningkat;
f. Jumlah penduduk dan product perkapita meningkat dengan pesat;
4. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Terdapat lima faktor pertumbuhan ekonomi yang mampu mempengaruhi
suatu bisnis, faktor-faktor tersebut adalah
a. Sumber Daya Alam (SDA)
28
b. Sumber Daya Manusia (SDM)
c. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Derajat Inflasi
e. Derajat Suku Bunga
5. Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Dalam sistem tatanan sebuah negara pertumbuhan ekonomi
dibutuhkan sebagai alat ukur guna melihat seberapa besar kemajuan
ekonomi yang telah dicapai, dimana hasil pengukuran didapatkan dengan
membandingkan besar pertumbuhan atau derajat kesejahteraan
masyarakat suatu wilayah ataupun negara dan memahami macam-macam
pertumbuhan ekonomi. (Lincolin Arsyad, 2015:31)
Indikator yang digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat
pertumbuhan ekonomi antara lain:
a. Pendapatan PerKapita
Pendapatan Per Kapita merupakan rata-rata penduduk pada suatu
negara dalam periode tertentu, pendapatan perkapita dapat diperoleh
dari pendapatan nasional dengan jumlah penduduk suatu negara yang
memiliki pendapatan Perkapita meningkat dari pada periode
sebelumnya
b. Tenaga Kerja dan Pengangguran
Tenaga kerja merupakan seluruh orang yang memiliki pekerjaan
untuk mewujudkan produk atau jasa guna mencukupi segala sesuatu
29
yang dibutuhkan baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat.
Sedangkan pengangguran merupakan kebalikan dari tenaga kerja,
suatu negara dikatkan memiliki pertumbuhan ekonomi jika jumlah
tenaga kerjanya lebih tinggi dari jumlah penganggurannya.
c. Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan masyarakat merupakan indikator yang digunakan
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Kesejahteraan masyarakat
bisa dilihat dari tingkat kemiskinan yang semakin berkurang dan daya
beli masyarakat yang semakin meningkat. Kesejahteraan masyarakat
juga ditandai dengan pendaparan per kapita yang tinggi dan
kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
6. Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi
Pengukuran economic growth dapat dihasilkan dengan
membandingkan elemen yang bisa dijadikan acuan sebagai kondisi
perekonomian sebuah daerah/negara pada periode atau tahun tertentu
terhadap periode atau tahun sebelumnya. Terdapat dua komponen yang
bisa dimanfaatkan untuk menilai atau mengukur pertumbuhan ekonomi
pada suatu negara/daerah, yaitu:
a. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
Produk Nasional Bruto merupakan penerimaan yang didapatkan oleh
sebuah negara berdasarkan pengasilan yang diterima oleh masyarakat
dalam kurun waktu tertentu.
30
Perhitungan pertumbuhan ekonomi memakai PNB adalah dengan
membandingkan PNB tahun tertentu dengan PNB tahun sebelumnya.
b. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
Menghitung Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic
Product (GDP) jelas tidak sama dengan PNB. Jika PNB menghitung
berdasarkan pengasilan yang diterima oleh masyarakat dalam kurun
waktu tertentu dimanapun mereka berada, maka menghitung PDB
diukur melalui pennerimaan negara sesuai regionalnya.
Perhitungan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan PDB halnya
dengan PNB, diaman perbandingan PDB pada periode tertentu dengan
periode tahun sebelumnya.
F. DESENTRALISASI FISKAL
Sejak diresmikan pada 1 Januari 2001 maka desentralisasi fiscal di
Indonesia telah sah untuk dijalankan. Desentralisasi fiskal merupakan
wewenang yang diberikan oleh pemerintat pusat kepada pemerintah daerah
dalam hal pengelolaan keuangan daerahnya.
Secara garis besar, kebijakan desentralisasi dibedakan atas 3 jenis
(Litvack, 1998) :
1. Desentralisasi politik, merupakan pemberian wewenang yang lebih luas
untuk daerah dalam hal mengambil ketetapan, termasuk penetapan
standar dan bermacam aturan
31
2. Desentralisasi administrasi, merupakan pemberian wewenang, tanggung
jawab, dan sumber daya antar berbagai tingkat pemerintahan
3. Desentralisasi fiskal yaitu merupakan pemberian kewenangan kepada
daerah untuk menggali sumbersumber pendapatan, hak untuk menerima
transfer dari pemerintahan yang lebih tinggi, dan menentukan belanja
rutin maupun investasi. Secara konseptual, desentralisasi fiskal juga
dapat didefinisikan sebagai suatu proses distribusi anggaran dari tingkat
pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah
untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintahan yang dilimpahkan
(Khusaini, 2006).
32
A. REVIEW STUDI TERDAHULU
Tabel 2.4
Review Studi Terdahulu
N
No.
Penulis dan
Tahun Judul
Variabel dan alat
Analisis
Hasil Penelitian
1.
Alfionita Putri
Yuana
(2014)
Analisis Kinerja
Keuangan Daerah
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Ketimpangan
Regional di Era
Desentralisasi
Fiskal
(Studi
Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa
Timur Periode
2008-2012)
Variabel : Rasio
Kemandirian Daerah,
Rasio Efektivitas Daerah,
Pertumbuhan Ekonomi,
Ketimpangan Regional,
Analisis : Panel data
dengan Analisis Jalur
(Path Analysis), Metode
Trimming
Rasio Kemandirian daerah
dan Rasio Efektivitas
daerah memiliki pengaruh
positif signifikan
secara langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi,
serta keduanya
berkontribusi sebesar 25%
dan 19% terhadap
pertumbuhan ekonomi di
kabupaten/kota Provinsi
Jawa Timur.
2.
Muhammad
Azhari1, Andria
Zulfa2, Murtala3
Pengaruh Rasio
Keuangan Daerah
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Kabupaten/Kota
Di Provinsi Aceh
Variabel : Rasio
Kemandirian Daerah,
Rasio Efektivitas Daerah,
, Rasio Efisiensi Daerah,
Pertumbuhan Ekonomi.
Analisis data panel
menggunakan Eviews 9
Rasio Kemandirian
memiliki hubungan positif
dengan pertumbuhan
ekonomi. Rasio Efisiensi
memiliki hubungan positif
tetapi tidak signifikan
dengan pertumbuhan
33
ekonomi. Rasio Efektifitas
memiliki hubungan negatif
tetapi tidak signifikan
dengan pertumbuhan
ekonomi.
3.
Indah Yuliani
Mone 1, H.
Rahardjo
Adisasmita 2,
Mediaty 3
(2013)
Analisis
Kemampuan
Kemandirian
Keuangan Daerah
dan Pengaruhnya
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Kabupaten
Wonogiri Tahun
Anggaran 2000-
2009
Variabel : Rasio
Kemampuan dan
Kemandirian Keuangan
Daerah
Analisis: Data Sekunder,
regresi linear berganda
Rasio kemampuan
keuangan daerah memiliki
rata-rata 6,68% yang
tergolong rendah,
sedangkan Kemandirian
keuangan daerah
ditunjukkan dengan angka
rasio rata-ratanya adalah
7,84% masih berada
diantara 0% - 25%
tergolong mempunyai pola
hubungan instruktif.
Kemampuan keuangan
daerah berpengaruh negatif
tetapi tidak signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi (growth).
4.
Helly Aroza
Analisis Pengaruh
Kinerja Keuangan
Terhadap
Variabel : Kemandirian
Fiskal, Efektifitas
Keuangan Daerah,
Dalam sepuluh tahun
terakhir (2006-
2015)Kemandirian Fiskal
34
Siregar
(2016)
Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi
Riau Dengan
Belanja Modal
Sebagai Variabel
Pemoderasi
Efisiensi Keuangan
Daerah
Analisis : Data Sekunder,
Moderated Analysis
Regression (MRA)
dan Efisiensi Keuangan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
sedangkan Efektifitas
Keuangan berpengaruh
signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Riau. Selain itu,
Rasio Belanja Modal
terhadap Belanja
Daerah tidak dapat
dijadikan variabel moderasi
dalam penelitian ini karena
rasio Belanja Modal ini
tidak dapat memperkuat
hubungan antara
Kemandirian Fiskal,
Efektifitas dan Efisiensi
Keuangan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Riau.
35
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Sebuah penelitian lebih mudah jika berdasarkan kepada sebuah
kerangka pikir yang telah disusun terarah. Didalam rumusan masalah telah
peneliti tetapkan akan meneliti tentang Analisis pengelolaan keuangan daerah
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya tahun anggaran 2010-2019
yang penulis sampaikan sesuai dengan gambar di bawah ini:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berfikir
Dari gambar tersebut, menjelaskan bahwasanya kerangka pikir yang
dibuat oleh peneliti untuk mengetahui adanya 3 variabel independent yang
Variabel Dependen:
Pertumbuhan ekonomi (Y)
Variabel Independen:
a. Tingkat Efisiensi keuangan
daerah (X1)
b. Tingkat Efektifitas keuangan
daerah (X2)
c. Tingkat Kemandirian (X3)
36
mempengaruhi 1 variabel dependen, dari semua variabel yang disebutkan
dimaksudkan untuk meneliti kondisi keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kota Surabaya.
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Dengan mengacu pada dasar pemikiran teoritis dan studi empiris
yang pernah dilakukan dengan penelitian dibidang ini, maka dapat di
rumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga terdapat pengaruh Rasio Efisiensi keuangan daerah secara parsial
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya
2. Diduga terdapat pengaruh Rasio Efektivitas keuangan daerah secara
parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya
3. Diduga terdapat pengaruh Rasio Kemandirian keuangan daerah secara
parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya
4. Diduga terdapat pengaruh secara simultan antara Rasio
Efisiensi,Efektivitas dan Kemandirian keuangan daerah terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Model penelitian ini menggunakan data time series, Penelitian ini
fokus pada Kota Surabaya, yang merupakan salah satu kota terbesar di
Provinsi Jawa Timur. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data anggaran dari tahun 2010-2019, Variabel terikat menggunakan
pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel bebas adalah tingkat efisiensi,
tingkat efektivitas serta tingkat kemandirian pengelolaan keuangan Daerah
Kota Surabaya.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah Kota Surabaya.
Kota Surabaya dijadikan sampel oleh penulis karena terdapat fokus objek
yang akan diteliti serta sampel yang dipilih telah melewati pertimbangan
dalam hal pengambilan data yang berdasarkan dengan maksud dan tujuan
tertentu.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan dalam
penyusunan penelitian ini untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan
penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder
yang diperoleh dari lembaga-lembaga resmi terkait diantaranya Badan Pusat
38
Statistik serta studi kepustakaan baik itu jurnal-jurnal, artikel ataupun skripsi
yang terkait. Serta nantinya bisa dilakukan wawancara guna melengkapi
informasi agar lebih baik dan komprehensif.
1. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh tidak melalui
tangan pertama, melainkan melalui tangan kedua, ketiga dan seterusnya.
Dengan kata lain, sumber data penelitian yang diperoleh dengan secara
tidak langsung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder dengan periode waktu dari tahun 2010-2019, yang dapat
diperoleh dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik daerah
provinsi Jawa Timur dan Kota Surabaya serta kementerian ekonomi.
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengaKota Surabayan cara mencari
informasi atau data melalui berbagai literature, jurnal dan lain-lain yang
dipublikasikan yang berhubungan erat dengan obyek penelitian ini.
Penulis juga melakukan penelitian ini dengan cara membaca, memahami,
menganalisa dan mengutip berbagai literature yang berkaitan dengan
penelitian ini.
D. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari
beberapa sumber, antara lain :
1. Data Target dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surabaya
Tahun 2010-2019. (DPPKA Surabaya)
39
2. Data Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya yang diperoleh
dari PDRB Kota Surabaya Tahun 2010-2019. (BPS Surabaya)
3. Data Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya yang diperoleh dari PAD
Kota Surabaya Tahun 2010-2019. (BPS Surabaya)
4. Data jumlah penduduk Kota Surabaya Dalam Angka Tahun 2010-2019.
(BPS Surabaya)
5. Data gambaran umum Kota Surabaya Dalam Angka Tahun 2010-2019.
(BPS Surabaya)
E. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan beberapa indikator beserta variabel-variabel guna
melihat kondisi keuangan daerah suatu Kabupaten/Kota. Definisi operasional
masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut :
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 pasal 1 ayat 17)
2. Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan.
(Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat 13)
40
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. (Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1
ayat 18)
4. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah
dan pembangunan daerah. (Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004
dalam Abdul Halim, 2007)
5. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. (Abdul
Halim, 2007)
6. Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
(Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat 20)
7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai barang-barang
dan jasa-jasa yang diproduksikan di suatu daerah dalam satu tahun
tertentu. Dalam hal ini digunakan PDRB menurut lapangan usaha atas
dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku. PDRB atas dasar harga
konstan yaitu harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang
41
seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan
pada tahun-tahun yang lain. Sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku
adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu daerah
dalam suatu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada
tahun tersebut. (Sadono Sukirno, 1995)
8. Kemandirian Keuangan Daerah (Otonomi Fiskal) menunjukkan
kemampuan pemerintah daerah dalam mmbiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang
telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang
diperlukan daerah. (Abdul Halim, 2004)
9. Rasio Efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam
merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan
dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. (Abdul
Halim, 2004)
10. Rasio Keuangan Efisiensi Daerah adalah salah cara membandingkan
total pengeluaran daerah dengan total pendapatan daerah. Suatu daerah
dikatakan efisien jika pengeluaran daerah kecil dan total pendapatannya
tinggi (Ardhini,2011).
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda (Ordinary
Least Squares) dengan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Pertumbuhan Ekonomi sebagai (Y) sedangkan untuk variabel bebas
42
menggunakan tiga variabel yaitu Rasio Efisiensi (X1), Rasio Efektivitas (X2),
dan Rasio Kemandirian (X3) yang memiliki data lengkap dalam kurun waktu
sepuluh tahun. Kemudian data tersebut memiliki model persamaan yang
diperkirakan dalam penelitian ini yaitu:
𝑌𝑡 = 𝛼0 + 𝛽1𝑋1𝑡 + 𝛽2𝑋2𝑡 + 𝛽3𝑋3𝑡 + 𝜀𝑡
𝒀 = Pertumbuhan Ekonomi
𝜶 = Konstanta
𝜷 = Koefisien Regresi Variabel X1, X2, X3
𝑿𝟏 = Rasio Efisiensi
𝑿𝟐 = Rasio Efektivitas
𝑿𝟑 = Rasio Kemandirian
𝜺 = Error
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan tiga teknik analisis, yaitu :
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu bentuk analisis yang
menggambarkan pola-pola yang konsisten dalam data dengan kegiatan
mengumpulkan, mengelompokkan / memisahkan komponen / bagian
yang relevan dari keseluruhan data sehingga data mudah dikelola dan
hasilnya dapat dipelajari, ditafsirkan secara singkat dan penuh makna.
(Mudrajad Kuncoro, 2003) Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan
43
gambaran tentang kondisi keuangan daerah Kota Surabaya terhadap
Pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya.
2. Analisis Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk
menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas
atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan,
diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif (Saryono, 2010).
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kemandirian keuangan
daerah, kualitas efektivitas keuangan daerah, kualitas efisiensi keuangan
daerah terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya dalam era
desentralisasi fiskal.
3. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah Metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang ditetapkan (Sugiyono,2017). Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kemandirian keuangan daerah, tingkat efektivitas
keuangan daerah serta tingkat efisiensi keuangan Kota Surabaya dalam
era desentralisasi fiskal.
44
H. Uji Statistik
1. Uji Hipotesis
- Uji Validitas Pengaruh (Uji t)
Untuk menguji pengaruh dari variabel independen terhadap variabel
dependen digunakan uji t. Uji statistik ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variable dependen.
2. Uji Kebaikan Model
- Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua
variabel bebasnya secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya.
Atau untuk menguji apakah model regresi yang kita buat
baik/signifikan atau tidak baik/non signifikan.
- Koefisien Determinasi (Uji R2)
Nilai koefisien determinasi R2 menunjukkan prosentase total vasiasi
variable dependen dapat dijelaskan oleh variable independen dalam
model.
I. Pengujian Model
Uji Asumsi Klasik menjadi syarat statistik yang wajib dipenuhi pada
analisis regresi linier berganda. Beberapa uji yang digunakan antara lain Uji
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Dilihat dari aspek demografi, Kota Surabaya merupakan ibu kota Provinsi Jawa
Timur sekaligus kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Timur. Kota yang
dikenal dengan lambang patung Sura dan Baya tersebut merupakan kota terbesar
di Provinsi Jawa Timur. Terletak 800 km di sebelah timur Jakarta, atau 435 km di
sebelah barat laut Denpasar, Bali. Surabaya terletak di pantai utara Pulau Jawa
bagian timur dan berhadapan dengan Selat Madura serta Laut Jawa. Jumlah
penduduk Kota Surabaya adalah yang terbesar di Provinsi Jawa Timur.
Memiliki luas 350,5 km2, dengan luas daerah metropolitan sebesar 5.925 km2.
Pada tahun 2019, jumlah penduduk Kota Surabaya adalah sebesar 2,896 juta jiwa
atau 7,3 persen dari total jumlah penduduk di Provinsi Jawa Timur. Dengan
demikian, perkembangan ekonomi dan kependudukan yang terjadi di Kota
Surabaya akan berpengaruh terhadap konstelasi perekonomian Provinsi Jawa
Timur.
47
Grafik 4.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2010-2019
Sumber: BPS, Data Diolah
Sebagai salah satu kontributor terbesar bagi perekonomian Provinsi Jawa Timur,
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terhitung sejak 2010 sampai 2019 tampak
pada grafik 4.1 pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya selalu lebih tinggi
dibanding pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur, kecuali pada tahun 2011
ekonomi Kota Surabaya tumbuh sebesar 7,13 persen selisih 0,09 dengan
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur sebesar 7,22 persen.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan Ekonomi
Surabaya Jawa Timur
48
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.1 merupakan hasil
perbandingan realisasi belanja dan realisasi pendapatan di Kota Surabaya, maka
rasio efisiensi keuangan daerah dapat diketahui. Sejak tahun 2010 sampai 2019
rasio efektivitas Kota Surabaya secara berturut-turut 119.48 persen, 99.86 persen,
92.77 persen, 96.60 persen, 94.30 persen, 98.06 persen, 104.77 persen, 98.49
persen, 100.02 persen, 104.54 persen, rasio efisiensi pengelolaan keuangan daerah
Kota Surabaya adalah berfluktuasi. Berada pada rata-rata rasio 100.89 persen,
secara rata-rata rasio efisiensi keuangan daerah di Kota Surabaya masih terbilang
tidak efisien dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah karena berada pada
rasio lebih besar dari 100 persen. Hal ini disebabkan karena belanja pemerintah
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan daerah.
Tabel 4.1
Rasio Efisiensi Keuangan Daerah Kota Surabaya Tahun 2010-2019
(Juta Rupiah)
Tahun Realisasi
Pendapatan
Realisasi
Belanja
Rasio
Efisiensi (%) Keterangan
2010 3,044,124.79 3,637,069.26 119.48 Tidak Efisien
2011 3,759,034.43 3,753,710.41 99.86 Kurang Efisien
2012 4,634,301.94 4,299,150.22 92.77 Kurang Efisien
2013 5,235,293.72 5,057,279.66 96.6 Kurang Efisien
2014 6,052,441.12 5,707,378.47 94.3 Kurang Efisien
49
2015 6,619,031.16 6,490,359.76 98.06 Kurang Efisien
2016 6,825,754.28 7,151,661.55 104.77 Tidak Efisien
2017 8,033,573.16 7,912,409.15 98.49 Kurang Efisien
2018 8,175,219.12 8,176,929.50 100.02 Tidak Efisien
2019 8,765,153.02 9,162,655.94 104.54 Tidak Efisien
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya, Data Diolah
2. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.2 merupakan hasil
perbandingan realisasi pendapatan dan anggaran pendapatan di Kota Surabaya,
Rasio efektivitas keuangan daerah Kota Surabaya dari tahun 2010 sampai 2019,
yaitu secara berturut-turut 93.05 persen, 94.65 persen, 98.74 persen, 99.62 persen,
98.41 persen, 99.65 persen, 101.57 persen, 101.63 persen, 101.19 persen, 100.37
persen, 104.54 persen, sama halnya dengan rasio efisiensi bahwa tingkat
efektivitas pengelolaan keuangan daerah di Kota Surabaya adalah berfluktuasi.
Berada pada rata-rata rasio 98.89 persen, secara rata-rata rasio efektivitas
keuangan daerah di Kota Surabaya sudah terbilang efektif dalam melakukan
pengelolaan keuangan daerah karena berada pada rasio 90 hingga 100 persen. Hal
ini disebabkan karena pendapatan pemerintah yang diperoleh lebih kecil dari
anggaran pendapatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
50
Tabel 4.2
Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kota Surabaya Tahun 2010-2019
(Juta Rupiah)
Tahun Anggaran
Pendapatan
Realisasi
Pendapatan
Rasio
Efektivitas (%) Keterangan
2010 3,271,421.23 3,044,124.79 93.05 Efektif
2011 3,971,688.60 3,759,034.43 94.65 Efektif
2012 4,693,361.55 4,634,301.94 98.74 Efektif
2013 5,255,244.15 5,235,293.72 99.62 Efektif
2014 6,150,194.21 6,052,441.12 98.41 Efektif
2015 6,642,257.72 6,619,031.16 99.65 Efektif
2016 6,720,301.54 6,825,754.28 101.57 Sangat Efektif
2017 7,904,894.97 8,033,573.16 101.63 Sangat Efektif
2018 8,079,142.19 8,175,219.12 101.19 Sangat Efektif
2019 8,733,224.62 8,765,153.02 100.37 Sangat Efektif
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya, Data Diolah
3. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.3 merupakan hasil
perbandingan realisasi pendapatan asli daerah (PAD) dan realisasi dana
perimbangan di Kota Surabaya, rasio kemandirian keuangan daerah Kota
Surabaya dari tahun 2010 sampai 2019, yaitu secara berturut-turut 61.81 persen,
195.81 persen, 159.07 persen, 191.09 persen, 222.21 persen, 291.43 persen 210.72
persen 262.60 persen 238.07 persen 268.92 persen. Rasio kemandirian
pengelolaan keuangan daerah di Kota Surabaya adalah berfluktuasi. Berada pada
51
rata-rata rasio 210.17 persen, rasio kemandirian keuangan daerah Kota Surabaya
sudah sangat tinggi dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah karena dalan
kurun 10 tahun tersebut lebih besar dari 60 persen. Hal ini disebabkan karena
rata-rata pendapatan asli daerah (PAD) pemerintah yang diperoleh lebih lebih
besar dari dana yang diperoleh dari pemerintah pusat.
Tabel 4.3
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kota Surabaya Tahun 2010-2019
(Juta Rupiah)
Tahun Realisasi
PAD
Realisasi
Perimbangan
Rasio
Kemandirian (%) Keterangan
2010 893,437.17 1,445,554.31 61.81 Sangat Tinggi
2011 1,886,514.30 963,419.95 195.81 Sangat Tinggi
2012 2,279,613.85 1,433,067.69 159.07 Sangat Tinggi
2013 2,791,580.05 1,460,891.50 191.09 Sangat Tinggi
2014 3,307,323.86 1,488,374.89 222.21 Sangat Tinggi
2015 4,035,649.48 1,384,772.42 291.43 Sangat Tinggi
2016 4,090,206.77 1,941,019.53 210.72 Sangat Tinggi
2017 5,161,844.57 1,965,635.62 262.6 Sangat Tinggi
2018 4,973,031.00 2,088,869.97 238.07 Sangat Tinggi
2019 5,381,920.25 2,001,327.64 268.92 Sangat Tinggi
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya, Data Diolah
52
4. Uji Statistik
4.1.Uji t Statistik
Uji t bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh parsial (sendiri)
yang diberikan variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
Dasar pengambilan keputusan dalam uji t-statistik sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikansi < 0,05, atau thitung > ttable artinya terdapat
pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y)
b. Jika nilai signifikansi > 0,05, atau thitung < ttable maka tidak terdapat
pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
Rumus mencari nilai t tabel:
t table = t (α/2 ; N-k-1)
= t (α /2 ; 10-3-1)
= t (0,025;6)
= 2,447
53
Tabel 4.4
Rangkuman Hasil Uji Regresi dengan SPSS 23.0
Variabel Koefisien Regresi Thitung Sig.
Konstanta 6.154
Rasio Efisiensi 0.018 -3.355 0.015
Rasio Efektivitas 0.059 -1.052 0.333
Rasio Kemandirian 0.003 -2.965 0.025
Fhitung 8.149 0.015b
R Square 0.803
Sumber: Data Sekunder diolah tahun 2020
4.1.1. Pengaruh Rasio Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah Secara
Parsial Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan tabel 4.4 setelah dilakukan pengujian, hipotesis pertama
menyatakan bahwa “terdapat pengaruh rasio efisiensi pengelolaan keuangan
daerah terhadap pertumbuhan ekonomi”. Hasil pengujian statistik
menunjukkan rasio efisiensi (X1) memiliki pengaruh negatif serta signifikan
bagi pertumbuhan ekonomi, ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar
0,015, nilai ini lebih kecil dari 0,05 dan nilai thitung -(3,355) > ttabel 2,447. Hasil
ini menunjukkan bahwa rasio efisiensi memiliki pengaruh negatif serta
signifikan bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi rasio efisiensi pengelolaan keuangan daerah dapat menurunkan
pertumbuhan ekonomi.
54
4.1.2. Pengaruh Rasio Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah Secara
Parsial Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan tabel 4.4 setelah dilakukan pengujian, hipotesis kedua
yang menyatakan bahwa “terdapat pengaruh rasio efektivitas pengelolaan
keuangan daerah terhadap pertumbuhan ekonomi” Hasil pengujian statistik
menunjukkan rasio efektivitas (X2) memiliki pengaruh negatif serta tidak
signifikan bagi pertumbuhan ekonomi, ditunjukkan dalam pengujian statistik
secara parsial, nilai signifikansi sebesar 0,333, nilai ini jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan 0,05. Nilai thitung -(1,052) < ttabel 2,447. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara rasio efektivitas dengan
pertumbuhan ekonomi. Sehingga, ketika rasio efektivitas tinggi, maka dapat
menurunkan pertumbuhan ekonomi. Hasil yang didapatkan searah dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Noni, dkk (2019) yang mana dalam hasil
penilitian bahwa rasio efektivitas memiliki pengaruh negatif serta tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
4.1.3. Pengaruh Rasio Kemandirian Pengelolaan Keuangan Daerah
Secara Parsial Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan tabel 4.4 setelah dilakukan pengujian, hipotesis ketiga
yang menyatakan bahwa “terdapat pengaruh rasio kemandirian pengelolaan
keuangan daerah terhadap pertumbuhan ekonomi”, hasil pengujian statistik
menunjukkan rasio kemandirian (X3) memiliki pengaruh negatif serta
signifikan bagi pertumbuhan ekonomi, ditunjukkan dalam pengujian statistik
55
secara parsial, nilai signifikansi sebesar 0,025 lebih kecil dari 0,05. Nilai thitung
-(2,965) > ttabel 2,477. Hal ini “menunjukkan ada hubungan antara“ rasio
kemandirian terhadap “pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan “semakin
tinggi pendapatan asli daerah yang diperoleh maka akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi. “Hasil yang didapatkan searah dengan hasil “penelitian
yang dilakukan oleh Dian (2018) hasil “penelitian menunjukkan adanya
pengaruh negatif serta signifikan rasio kemandirian “bagi “pertumbuhan
ekonomi.
4.2.Uji Kebaikan Model
4.2.1. Uji F Statistik
Uji F dilakukan untuk mengamati seberapa besar pengaruh
keseluruhan variabel independen (X) secara simultan terhadap variabel
dependen (Y). Dasar-dasar dalam mengambil kesimpulan dalam pengujian F-
statistik sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikansi < 0,05, atau Fhitung > dari Ftable artinya terdapat
pengaruh maka terdapat pengaruh variabel independen (X) secara
simultan terhadap variabel dependen (Y).
b. Jika nilai signifikansi > 0,05, atau Fhitung < Ftable artinya tidak terdapat
pengaruh variabel independen (X) secara simultan terhadap variabel
dependen (Y).
56
Rumus mencari nilai Ftabel:
Ftabel = F (k ; n-k)
= F (3 ; 10-3)
= F (2 ; 7)
= 4,35
4.2.2. Pengaruh Rasio Efisiensi, Rasio Efektivitas dan Rasio
Kemandirian Keuangan Daerah Secara Simultan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
“Berdasarkan tabel 4.4 telah dilakukan dengan “uji F-statistik,
hipotesis keempat “yang menyatakan bahwa “terdapat “pengaruh rasio
efisiensi, rasio “efektivitas dan rasio kemandirian “pengelolaan keuangan
daerah secara “simultan terhadap pertumbuhan ekonomi” “dalam pengujian
statistik secara“ simultan dapat dilihat hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai signifikansi untuk pengaruh rasio efisiensi, rasio efektivitas serta rasio
kemandirian secara simultan bagi pertumbuhan ekonomi “adalah sebesar
0,015 < 0,05 dan nilai Fhitung 8,149 > Ftabel 4,35, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis keempat “diterima yang berarti terdapat “pengaruh rasio
efisiensi, rasio efektivitas serta rasio kemandirian secara simultan bagi
pertumbuhan ekonomi.
57
4.2.3. “Koefisien Determinasi (Uji R2) “
Berdasarkan “tabel 4.4 diketahui bahwa nilai R Square sebesar 0,803,
besaran angka yang terdapat pada R Square ini mengandung “arti bahwa
pengaruh“ rasio efisiensi, rasio “efektivitas serta rasio kemandirian “secara
simultan bagi pertumbuhan“ ekonomi adalah sebesar 80,3 persen, “ sisanya 19,7
persen “dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan“ dalam
perhitungan
4.3.“Pengujian Model“
4.3.1. “Uji Asumsi Klasik“
Uji Asumsi“ Klasik menjadi syarat statistik wajib“ dilakukan dalam
analisis regresi linier berganda. Beberapa pengujian antara lain Uji
Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji “Heteroskedastisitas dan uji
Autokorelasi.
4.3.1.1 Uji Normalitas
“Uji Normalitas “bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi “variabel dependen (Y) dan variabel“ independen (X) “keduanya
memiliki distribusi “normal atau tidak
4.3.1.2. “Uji Normalitas Probability Plot“
Dasar “pengambilann keputusan sebagai berikut:
1. Data dapat dikatakan terdistribusi normal, “apabila data atau
titik yang ada pada “diagram mengikuti arah garis diagonal
dan menyebar disekitar garis diagonal.
58
2. Data perhitungan tidak “terdistribusi normal, apabila“ data
atau titik yang ada pada “diagram menyebar jauh dari garis
“diagonal atau tidak “mengikuti arah garis diagonal.
“Berdasarkan grafik 4.2 dapat dilihat “bahwa data atau titik
yang ada pada diagram menyebar disekitar garis “diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal “sehingga dapat dikatakan bahwa
data terdistribusi dengan “normal.
4.3.1.3.Uji Multikolinearitas“
“Uji Multikolinearitas bertujuan “untuk menguji “apakah model
regresi ditemukan “adanya korelasi Antara variabel“ independen (X). “Dasar
pengambilan “keputusan “sebagai berikut:
1. Nilai Tolerance : jika nilai Tolerance lebih besar dari 0,10
maka artinya tidak terjadi multikolinearitas
Grafik 4.2
Normal Probability Plot dengan SPSS 23.0
59
2. Nilai VIF : jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00 maka
artinya tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas dengan SPSS 23.0
Variabel Collineaity Statistics
Keterangan Tolerance VIF
Rasio Efisiensi 0.677 1.477 tidak terjadi multikoliniritas
Rasio Efektivitas 0.439 2.277 tidak terjadi multikoliniritas
Rasio Kemandirian 0.403 2.484 tidak terjadi multikoliniritas
Sumber: Data Sekunder diolah tahun 2020
“Berdasarkan tabel 4.5 setelah “melakukan uji “multikolinearitas
didapatkan nilai Tolerance “dari rasio efisiensi, rasio efektivitas dan rasio
kemandirian lebih besar dari 0.1 sedangkan nilai VIF “dari ketiganya lebih
kecil dari 10, “maka dapat disimpulkan bahwa “ketiga variabel independen
tersebut tidak terjadi gejala multikolinearitas.
4.3.1.4.Uji Heteroskedastisitas
“Uji Heteroskedastisitas bertujuan “untuk menguji apakah dalam
model regresi “terjadi ketidaksamaan varians“ dari residual satu
pengamatan ke “pengamatan lain.
60
Sumber: Data Sekunder diolah tahun 2020
“Jika dilihat dari grafik diatas dapat“ diketahui data “atau titik yang
ada pada “diagram menyebar“ di atas dan di bawah “atau di sekitar angka 0,
data atau “titik tidak berkumpul hanya di “atas atau di bawah saja,
penyebaran “titik tidak membentuk“ pola bergelombang melebar“ kemudian
menyempit “dan melebar kembali serta penyebaran “data atau titik tidak
berpola. Sehingga “dapat disimpulkan bahwa “tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
Grafik 4.3
Uji Heterokedastisitas Scatterplot dengan SPSS 23.0
61
4.3.1.5.“Uji Autokorelasi“
“Uji Autokorelasi“ memiliki tujuan “menentukan ada tidaknya
masalah autokorelasi saat dilakukan pengujian.
Tabel 4.6
Nilai Durbin-Watson dengan SPSS 23.0
Durbin-Watson Hasil Pengujian Keterangan
2.670
4-du < Durbin-Watson < 4-dl,
2.267 < 2.670 < 3.660
Tidak ada kesimpulan
Sumber: Data Sekunder diolah tahun 2020
Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. d < dl atau DW > 4-dl (Terjadi autokorelasi)
2. du < DW < 4-du (Tidak terjadi autokorelasi)
3. dl < DW < du atau 4-du < DW < 4-dl (Tidak ada kesimpulan)
“Sesuai dengan jumlah variabel “dan rentang wantu penelitian,
dimana dalam penelitian “ini menggunakan “3 variabel independen (X)
dengan rentang “waktu 10 tahun maka nilai “dl sebesar 0,340 dan du
sebesar 1,733. Dari tabel 4.6 “diperoleh nilai Durbin-Watson “sebesar
2,670, hal ini “menunjukkan bahwa nilai 4-du <“ Durbin-Watson < 4-dl
sehingga “dapat “disimpulkan “bahwa tidak ada kesimpulan.
Untuk mengatasi masalah yang terjadi saat uji autokorelasi, salah
satunya dengan menggunakan metode Cochrane Orcutt.
62
Tabel 4.7
Metode Cochrane Orcutt dengan SPSS 23.0
Durbin-Watson Hasil Pengujian Keterangan
2.245
du < d < 4-du,
1.733 < 2.245 < 2.267
Tidak terjadi autokorelasi
Sumber: Data Sekunder diolah tahun 2020
“Dari tabel 4.7 dimana setelah “dilakukan regresi menggunakan
metode tersebut “didapatkan nilai Durbin-Watson yang “baru seperti yang
terdapat pada tabel 4.10 sebesar 2,245, nilai tersebut terletak antara du <
DW < 4-du, dimana“ 1,733 < 2,245 < 2,267, sehingga“ dapat disimpulkan
bahwa setelah “menggunakan “metode Cochrane Orcutt sudah“ tidak
terdapat autokorelasi.
63
“BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN”
A. Kesimpulan”
Terdapat beberapa kesimpulan yang dapat dijelaskan oleh peneliti,
antara lain sebagai berikut:
1. Rasio efisiensi keuangan daerah Kota Surabaya berada pada rata-rata
100.89 persen, rasio efisiensi pengelolaan keuangan daerah oleh
Pemerintah Kota Surabaya terbilang tidak efisien dalam melakukan
pengelolaan keuangan daerah karena berada pada rasio lebih besar dari
100 persen. Hal ini disebabkan karena belanja pemerintah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pendapatan daerah.
2. Rasio efektivitas keuangan daerah Kota Surabaya berada pada rata-rata
rasio 98.89 persen, rasio efektivitas pengelolaan keuangan daerah oleh
Pemerintah Kota Surabaya sudah terbilang efektif dalam melakukan
pengelolaan keuangan daerah karena berada pada rasio 90 hingga 100
persen. Hal ini disebabkan karena pendapatan pemerintah yang
diperoleh lebih kecil dari anggaran pendapatan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
3. Rasio kemandirian keuangan daerah Kota Surabaya berada pada rata-
rata rasio 210.17 persen, rasio kemandirian pengelolaan keuangan
daerah oleh Pemerintah Kota Surabaya sudah sangat tinggi dalam
melakukan pengelolaan keuangan daerah karena dalan kurun 10 tahun
tersebut lebih besar dari 60 persen. Hal ini disebabkan karena rata-rata
64
pendapatan asli daerah (PAD) pemerintah yang diperoleh lebih lebih
besar dari dana perimbangan yang diperoleh dari pemerintah pusat.
4. Rasio efisiensi keuangan daerah dan Rasio Kemandirian Kota
Surabaya memiliki pengaruh negatif serta signifikan bagi pertumbuhan
ekonomi, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai kedua
variabel tersebut dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi Kota
Surabaya.
5. Rasio efektivitas keuangan daerah Kota Surabaya memiliki pengaruh
negatif namun tidak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Kota
Surabaya.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan tentang kinerja
keuangan Pemerintah Kota Surabaya, penulis mengajukan beberapa saran.
saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Kota Surabaya diharapkan lebih efisien dalam
melaksanakan pengelolaan keuangan daerahnya, sehingga akan
memiliki pengeluaran yang lebih efektif yang nantinya dapat
berimbas pada kesejahteraan rakyat. pemerintah daerah juga
diharapkan dapat semaksimal mungkin dalam proses
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerahnya serta
diharapkan pemerintah lebih bijak dalam penggunaan anggaran
65
agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi
daerahnya.
2. Bagi peneliti-peneliti selanjutnya, sebaiknya menambah
variabel atau menggunakan variabel lain yang relevan dengan
pertumbuhan ekonomi (growth). Peneliti juga sebaiknya
menggunakan periode penelitian yang berbeda serta
memperluas lokasi penelitian tidak hanya pada Kota Surabaya.
66
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R. (2013). Teori-teori Pembangunan Ekonomi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Arsyad, L. (2015). Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Badrudin, R. (2011). Ekonomi Otonomi Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Boediono. (1991). Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
Chabib Sholeh, H. R. (2010). Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Sebuah
Pendekatan Struktural Menuju Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik.
Bandung: Fokusmedia.
Hafan, F. A. (2019). Analysis of The Performance of Regional Financial
Management and The Effect On Poverty Levels In Magelang Regency.
Halim, A. (2001). Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP–AMP
YKPN.
Halim, A. (2004). Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Halim, A. (2007). Akuntansi Sektor Publik Akuntansi keuangan daerah, Edisi
Revisi. Jakarta: Salemba Empat.
Indah Yuliana Mone, H. R. (2013). Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah
Terhadap Kinerja Ekonomi Daerah Di Kabupaten Pangkep.
Kadjatmiko. (2002). Dinamika Sumber Keuangan bagi Daerah dalam Rangka
Otonomi Daerah. Prosiding Workshop Internasional Implementasi
Desentralisasi Fiskal sebagai Upaya Memberdayakan Daerah dalam
Membiayai Pembangunan Daerah. Bandung: FISIP UKP.
Kuncoro, M. (2003). Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta : Erlangga.
67
Litvack, J. &. (1998). Decentralization – Briefing Notes. . Washington D.C: The
World Bank.
Rochmansjah, C. S. (2010). Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Sebuah
Pendekatan Struktural Menuju Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik.
Bandung: Fokusmedia.
Saryono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.
Sukirno, S. (1995). Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Yogyakarta: PT. Raja
Grafindo.
Todaro, M. P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. EdisiKetujuh,
Terjemahan Haris Munandar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Wihastuti, A. M. (2008). Pertumbuhan Ekonomi: Determinan dan Prospeknya ,
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Vol 9 No 1.
Yohanes Susanto, S. W. (2021). Analysis of Regional Financial Management of
North Bengkulu District Towards Regional Independence in The
Autonomy Era. 1-7.
Surabaya Dalam Angka. (2011). Surabaya: Badan Pusat Statistik.
Surabaya Dalam Angka. (2012). Surabaya: Badan Pusat Statistik.
Surabaya Dalam Angka. (2013). Surabaya: Badan Pusat Statistik.
Surabaya Dalam Angka. (2014). Surabaya: Badan Pusat Statistik.
Surabaya Dalam Angka. (2015). Surabaya: Badan Pusat Statistik.
Surabaya Dalam Angka. (2016). Surabaya: Badan Pusat Statistik.
Surabaya Dalam Angka. (2017). Surabaya: Badan Pusat Statistik.
Surabaya Dalam Angka. (2018). Surabaya: Badan Pusat Statistik.
68
Surabaya Dalam Angka. (2019). Surabaya: Badan Pusat Statistik.
Surabaya Dalam Angka. (2020). Surabaya: Badan Pusat Statistik.
69
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
KOTA SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2011
Kode Uraian Anggaran Realisasi
1 2 3 4
1 Pendapatan
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1.1.1 Pendapatan pajak daerah 1.691.550.000.000,00 1.488.358.147.753,27
1.1.2 Pendapatan retribusi daerah 265.797.243.579,00 209.834.317.887,85
1.1.3
Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan 77.019.175.680,00 75.962.115.305,92
1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 105.259.156.201,00 112.359.720.633,68
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 2.139.625.575.460,00 1.886.514.301.580,72
1.2 Pendapatan Transfer
1.2.1
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan
1.2.1.1 Dana bagi hasil pajak 221.518.180.068,00 225.590.330.815,00
1.2.1.2
Dana bagi hasil bukan pajak (sumber daya
alam) 5.599.253.058,00 8.692.232.539,00
1.2.1.3 Dana alokasi umum 679.450.127.000,00 679.262.759.000,00
1.2.1.4 Dana alokasi khusus 66.499.500.000,00 49.874.625.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan 973.067.060.126,00 963.419.947.354,00
1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
1.2.2.1 Dana otonomi khusus - -
1.2.2.2 Dana penyesuaian 356.905.561.800,00 386.951.310.320,00
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 356.905.561.800,00 386.951.310.320,00
1.2.3 Transfer Pemerintah Propinsi
1.2.3.1 Pendapatan bagi hasil pajak 484.013.627.911,00 509.508.087.368,00
1.2.3.2 Pendapatan bagi hasil lainnya 2.679.579.028,00 1.551.780.688,00
1.2.3.3 Bantuan Keuangan Prop. Lainnya 15.397.200.000,00 10.364.000.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Propinsi 502.090.406.939,00 521.423.868.056,00
Jumlah Pendapatan Transfer 1.832.063.028.865,00 1.871.795.125.730,00
1.3 Lain-lain Pendapatan yang sah
1.3.1 Pendapatan hibah - 600.000.000,00
1.3.2 Pendapatan dana darurat - -
1.3.3 Pendapatan lainnya - -
1.3.7 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - 125.000.000,00
Jumlah lain-lain Pendapatan Yang Sah - 725.000.000,00
Jumlah Pendapatan 3.971.688.604.325,00 3.759.034.427.310,72
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya
70
Kode Uraian Anggaran Realisasi
1 2 3 4
2 Belanja
2.1 Belanja Operasi
2.1.1 Belanja pegawai 1.965.502.958.749,00 1.715.112.525.938,00
2.1.2 Belanja barang dan jasa 1.485.269.598.540,00 1.164.991.205.503,80
2.1.3 Belanja bunga 7.102.500.000,00 2.903.307.374,00
2.1.4 Belanja subsidi - -
2.1.5 Belanja hibah 437.308.349.354,00 325.744.017.586,00
2.1.6 Belanja bantuan sosial 4.600.000.000,00 1.046.730.000,00
2.1.7 Belanja bantuan keuangan 1.900.000.000,00 644.213.000,00
Jumlah Belanja Operasi 3.901.683.406.643,00 3.210.441.999.401,80
2.2 Belanja Modal
2.2.1 Belanja tanah 203.820.211.512,00 100.486.009.000,00
2.2.2 Belanja peralatan dan mesin 285.639.571.828,00 179.104.771.991,00
2.2.3 Belanja gedung dan bangunan 384.073.604.300,00 157.938.496.455,00
2.2.4 Belanja jalan, irigasi dan jaringan 389.506.730.552,00 102.454.759.850,00
2.2.5 Belanja aset tetap lainnya 14.841.975.060,00 1.602.454.313,00
2.2.6 Belanja aset lainnya 2.346.431.078,00 1.525.154.380,00
Jumlah Belanja Modal 1.280.228.524.330,00 543.111.645.989,00
2.3 Belanja Tidak Terduga
2.3.1 Belanja tidak terduga 10.000.000.000,00 156.768.500,00
Jumlah Belanja Tidak Terduga 10.000.000.000,00 156.768.500,00
2.4 Transfer
2.4.1 Transfer bagi hasil
2.4.1.1 Bagi hasil pajak - -
2.4.1.2 Bagi hasil retribusi 3.190.280.754,00 -
2.4.1.3 Bagi hasil pendapatan lainnya - -
Jumlah Transfer 3.190.280.754,00 -
Jumlah Belanja 5.195.102.211.727,00 3.753.710.413.890,80
Surplus / (Defisit) (1.223.413.607.402,00) 5.324.013.419,92
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya
71
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
KOTA SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2013
Kode Uraian Anggaran Realisasi
1 2 3 4
1 Pendapatan
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1.1.1 Pendapatan pajak daerah 2.118.292.666.000,00 2.154.652.323.797,88
1.1.2 Pendapatan retribusi daerah 235.196.801.853,00 229.680.153.171,85
1.1.3
Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan 111.966.678.336,00 111.967.697.968,77
1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 191.653.080.406,00 295.279.875.771,01
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 2.657.109.226.595,00 2.791.580.050.709,51
1.2 Pendapatan Transfer
1.2.1
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan
1.2.1.1 Dana bagi hasil pajak 325.840.995.606,00 255.690.446.250,00
1.2.1.2
Dana bagi hasil bukan pajak (sumber
daya alam) 13.002.385.240,00 15.247.050.379,00
1.2.1.3 Dana alokasi umum 1.160.025.693.000,00 1.160.025.693.000,00
1.2.1.4 Dana alokasi khusus 68.180.790.000,00 29.928.308.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan 1.567.049.863.846,00 1.460.891.497.629,00
1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
1.2.2.1 Dana otonomi khusus - -
1.2.2.2 Dana penyesuaian 359.911.885.000,00 360.003.798.000,66
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat
Lainnya 359.911.885.000,00 360.003.798.000,66
1.2.3 Transfer Pemerintah Propinsi
1.2.3.1 Pendapatan bagi hasil pajak 664.150.585.652,00 613.629.385.380,00
1.2.3.2 Pendapatan bagi hasil lainnya 757.294.351,00 950.910.195,00
1.2.3.3 Bantuan Keuangan Prop. Lainnya 6.173.385.000,00 8.238.075.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Propinsi 671.081.265.003,00 622.818.370.575,00
Jumlah Pendapatan Transfer 2.598.043.013.849,00 2.443.713.666.204,66
1.3 Lain-lain Pendapatan yang sah
1.3.1 Pendapatan hibah - -
1.3.2 Pendapatan dana darurat - -
1.3.3 Pendapatan lainnya - -
1.3.7 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 91.913.000,00 -
Jumlah lain-lain Pendapatan Yang Sah 91.913.000,00 -
Jumlah Pendapatan 5.255.244.153.444,00 5.235.293.716.914,17
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya
72
Kode Uraian Anggaran Realisasi
1 2 3 4
2 Belanja
2.1 Belanja Operasi
2.1.1 Belanja pegawai 2.208.822.728.463,00 2.049.262.468.474,52
2.1.2 Belanja barang dan jasa 1.694.372.007.583,00 1.466.759.779.177,53
2.1.3 Belanja bunga 1.226.354.437,00 -
2.1.4 Belanja subsidi - -
2.1.5 Belanja hibah 284.910.615.394,00 253.316.709.084,84
2.1.6 Belanja bantuan social 1.651.000.000,00 853.703.500,00
2.1.7 Belanja bantuan keuangan 1.900.000.000,00 604.305.000,00
Jumlah Belanja Operasi 4.192.882.705.877,00 3.770.796.965.236,89
2.2 Belanja Modal
2.2.1 Belanja tanah 309.714.099.809,00 238.158.398.925,00
2.2.2 Belanja peralatan dan mesin 264.793.778.831,00 205.018.395.845,00
2.2.3 Belanja gedung dan bangunan 502.131.712.829,00 372.679.990.044,33
2.2.4 Belanja jalan, irigasi dan jaringan 668.911.732.364,00 464.140.371.614,73
2.2.5 Belanja aset tetap lainnya 712.112.145,00 449.432.800,00
2.2.6 Belanja aset lainnya 1.093.323.376,00 948.026.920,00
Jumlah Belanja Modal 1.747.356.759.354,00 1.281.394.616.149,06
2.3 Belanja Tidak Terduga
2.3.1 Belanja tidak terduga 10.000.000.000,00 -
Jumlah Belanja Tidak Terduga 10.000.000.000,00 -
2.4 Transfer
2.4.1 Transfer bagi hasil
2.4.1.1 Bagi hasil pajak - -
2.4.1.2 Bagi hasil retribusi 5.088.082.959,00 5.088.082.959,00
2.4.1.3 Bagi hasil pendapatan lainnya - -
Jumlah Transfer 5.088.082.959,00 5.088.082.959,00
Jumlah Belanja 5.955.327.548.190,00 5.057.279.664.344,95
Surplus / (Defisit) (700.083.394.746,00) 178.014.052.569,22
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya
73
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
KOTA SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2014
Kode Uraian Anggaran Realisasi
1 2 3 4
1 Pendapatan
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1.1.1 Pendapatan pajak daerah 2.471.025.909.302,00 2.427.647.860.148,15
1.1.2 Pendapatan retribusi daerah 285.197.286.889,00 270.112.725.497,14
1.1.3
Pendapatan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan 120.855.713.722,00 120.856.635.210,40
1.1.4
Lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah 370.380.244.224,00 488.706.643.122,78
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 3.247.459.154.137,00 3.307.323.863.978,47
1.2 Pendapatan Transfer
1.2.1
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan
1.2.1.1 Dana bagi hasil pajak 317.816.601.094,40 246.211.550.026,00
1.2.1.2
Dana bagi hasil bukan pajak (sumber
daya alam) 13.002.385.240,00 21.419.313.519,00
1.2.1.3 Dana alokasi umum 1.200.889.359.000,00 1.200.889.359.000,00
1.2.1.4 Dana alokasi khusus 66.182.230.000,00 19.854.669.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat -
Dana Perimbangan 1.597.890.575.334,40 1.488.374.891.545,00
1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
1.2.2.1 Dana otonomi khusus - -
1.2.2.2 Dana penyesuaian 448.297.975.000,40 448.340.154.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat
Lainnya 448.297.975.000,40 448.340.154.000,00
1.2.3 Transfer Pemerintah Propinsi
1.2.3.1 Pendapatan bagi hasil pajak 823.489.838.067,00 779.576.048.153,00
1.2.3.2 Pendapatan bagi hasil lainnya 2.360.319.364,00 2.360.319.363,00
1.2.3.3 Bantuan Keuangan Prop. Lainnya 7.067.090.000,00 2.836.580.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Propinsi 832.917.247.431,00 784.772.947.516,00
Jumlah Pendapatan Transfer 2.879.105.797.765,80 2.721.487.993.061,00
1.3 Lain-lain Pendapatan yang sah
1.3.1 Pendapatan hibah - -
1.3.2 Pendapatan dana darurat - -
1.3.3 Pendapatan lainnya - -
1.3.7
Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah 23.629.261.000,00 23.629.261.000,00
Jumlah lain-lain Pendapatan Yang
Sah 23.629.261.000,00 23.629.261.000,00
Jumlah Pendapatan 6.150.194.212.902,80 6.052.441.118.039,47
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya
74
Kode Uraian Anggaran Realisasi
1 2 3 4
2 Belanja
2.1 Belanja Operasi
2.1.1 Belanja pegawai 2.497.792.485.109,00 2.187.887.736.524,00
2.1.2 Belanja barang dan jasa 2.116.689.109.008,00 1.814.062.371.710,00
2.1.3 Belanja bunga - -
2.1.4 Belanja subsidi - -
2.1.5 Belanja hibah 432.726.689.556,00 300.184.342.399,09
2.1.6 Belanja bantuan social 1.651.000.000,00 89.670.000,00
2.1.7 Belanja bantuan keuangan 2.070.314.000,00 787.920.000,00
Jumlah Belanja Operasi 5.050.929.597.673,00 4.303.012.040.633,09
2.2 Belanja Modal
2.2.1 Belanja tanah 364.481.478.617,00 187.840.393.447,00
2.2.2 Belanja peralatan dan mesin 307.847.050.136,00 280.948.288.646,00
2.2.3 Belanja gedung dan bangunan 490.763.424.505,00 408.302.726.466,00
2.2.4 Belanja jalan, irigasi dan jaringan 832.323.903.854,00 516.795.444.056,00
2.2.5 Belanja aset tetap lainnya 14.323.983.069,00 9.645.662.806,00
2.2.6 Belanja aset lainnya 845.987.450,00 833.910.000,00
Jumlah Belanja Modal 2.010.585.827.631,00 1.404.366.425.421,00
2.3 Belanja Tidak Terduga
2.3.1 Belanja tidak terduga 10.000.000.000,00 -
Jumlah Belanja Tidak Terduga 10.000.000.000,00 -
2.4 Transfer
2.4.1 Transfer bagi hasil
2.4.1.1 Bagi hasil pajak - -
2.4.1.2 Bagi hasil retribusi 1.200.000.000,00 -
2.4.1.3 Bagi hasil pendapatan lainnya - -
Jumlah Transfer 1.200.000.000,00 -
Jumlah Belanja 7.072.715.425.304,00 5.707.378.466.054,09
Surplus / (Defisit) (922.521.212.401,20) 345.062.651.985,38
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya
75
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
KOTA SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2015
Kode Uraian Anggaran Realisasi
1 2 3 4
1 Pendapatan
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1.1.1 Pendapatan pajak daerah 2.679.368.000.000,00 2.738.899.424.558,36
1.1.2 Pendapatan retribusi daerah 449.613.176.717,00 537.319.752.463,13
1.1.3
Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan 135.637.837.123,00 135.324.221.731,02
1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 518.028.220.457,00 624.106.079.645,46
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 3.782.647.234.297,00 4.035.649.478.397,97
1.2 Pendapatan Transfer
1.2.1
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan
1.2.1.1 Dana bagi hasil pajak 318.204.210.000,00 206.314.915.900,00
1.2.1.2
Dana bagi hasil bukan pajak (sumber daya
alam) 32.336.748.633,00 23.946.332.783,00
1.2.1.3 Dana alokasi umum 1.147.385.486.000,00 1.147.385.486.000,00
1.2.1.4 Dana alokasi khusus 12.955.800.000,00 7.125.690.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan 1.510.882.244.633,00 1.384.772.424.683,00
1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
1.2.2.1 Dana otonomi khusus - -
1.2.2.2 Dana penyesuaian 463.025.317.000,00 463.025.317.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 463.025.317.000,00 463.025.317.000,00
1.2.3 Transfer Pemerintah Propinsi
1.2.3.1 Pendapatan bagi hasil pajak 856.175.299.221,00 707.673.658.856,00
1.2.3.2 Pendapatan bagi hasil lainnya 1.359.339.223,00 -
1.2.3.3 Bantuan Keuangan Prop. Lainnya 3.365.400.000,00 3.107.400.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Propinsi 860.900.038.444,00 710.781.058.856,00
Jumlah Pendapatan Transfer 2.834.807.600.077,00 2.558.578.800.539,00
1.3 Lain-lain Pendapatan yang sah
1.3.1 Pendapatan hibah - -
1.3.2 Pendapatan dana darurat - -
1.3.3 Pendapatan lainnya - -
1.3.7 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 24.802.882.000,00 24.802.882.000,00
Jumlah lain-lain Pendapatan Yang Sah 24.802.882.000,00 24.802.882.000,00
Jumlah Pendapatan 6.642.257.716.374,00 6.619.031.160.936,97
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya
76
Kode Uraian Anggaran Realisasi
1 2 3 4
2 Belanja
2.1 Belanja Operasi
2.1.1 Belanja pegawai 2.579.203.525.763,00 2.326.417.553.360,00
2.1.2 Belanja barang dan jasa 2.417.183.344.025,00 2.125.973.133.026,00
2.1.3 Belanja bunga - -
2.1.4 Belanja subsidi - -
2.1.5 Belanja hibah 428.341.520.833,00 252.111.246.646,00
2.1.6 Belanja bantuan sosial 1.651.000.000,00 -
2.1.7 Belanja bantuan keuangan 2.083.273.745,00 732.571.000,00
Jumlah Belanja Operasi 5.428.462.664.366,00 4.705.234.504.032,00
2.2 Belanja Modal
2.2.1 Belanja tanah 583.958.300.267,00 180.523.825.499,00
2.2.2 Belanja peralatan dan mesin 420.942.144.315,00 369.025.583.047,00
2.2.3 Belanja gedung dan bangunan 570.599.081.523,00 546.051.713.944,00
2.2.4 Belanja jalan, irigasi dan jaringan 903.553.073.475,00 682.877.162.677,00
2.2.5 Belanja aset tetap lainnya 6.436.815.145,00 5.900.125.333,00
2.2.6 Belanja aset lainnya 856.288.892,00 746.845.000,00
Jumlah Belanja Modal 2.486.345.703.617,00 1.785.125.255.500,00
2.3 Belanja Tidak Terduga
2.3.1 Belanja tidak terduga 10.000.000.000,00 -
Jumlah Belanja Tidak Terduga 10.000.000.000,00 -
2.4 Transfer
2.4.1 Transfer bagi hasil
2.4.1.1 Bagi hasil pajak - -
2.4.1.2 Bagi hasil retribusi 3.529.027.410,00 -
2.4.1.3 Bagi hasil pendapatan lainnya - -
Jumlah Transfer 3.529.027.410,00 -
Jumlah Belanja 7.928.337.395.393,00 6.490.359.759.532,00
Surplus / (Defisit) (1.286.079.679.019,00) 128.671.401.404,97
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya
77
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
KOTA SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2016
Kode Uraian Anggaran Realisasi
1 2 3 4
1 Pendapatan
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1.1.1 Pendapatan pajak daerah 2.802.516.278.889,00 3.000.152.384.487,00
1.1.2 Pendapatan retribusi daerah 342.925.912.793,00 339.453.230.305,87
1.1.3
Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan 131.805.808.333,00 131.847.096.407,00
1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 667.219.129.110,00 618.754.058.187,66
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 3.944.467.129.125,00 4.090.206.769.387,53
1.2 Pendapatan Transfer
1.2.1
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan
1.2.1.1 Dana bagi hasil pajak 443.747.996.528,00 393.908.771.611,00
1.2.1.2
Dana bagi hasil bukan pajak (sumber daya
alam) 23.994.419.866,00 18.880.139.043,00
1.2.1.3 Dana alokasi umum 1.010.059.323.816,00 1.233.380.404.000,00
1.2.1.4 Dana alokasi khusus 317.628.474.350,00 294.850.212.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan 1.795.430.214.560,00 1.941.019.526.654,00
1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
1.2.2.1 Dana otonomi khusus - -
1.2.2.2 Dana penyesuaian - -
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat
Lainnya - -
1.2.3 Transfer Pemerintah Propinsi
1.2.3.1 Pendapatan bagi hasil pajak 970.489.960.582,00 786.702.579.850,00
1.2.3.2 Pendapatan bagi hasil lainnya 1.359.339.223,00 -
1.2.3.3 Bantuan Keuangan Prop. Lainnya 3.554.900.000,00 2.825.400.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Propinsi 975.404.199.805,00 789.527.979.850,00
Jumlah Pendapatan Transfer 2.770.834.414.365,00 2.730.547.506.504,00
1.3 Lain-lain Pendapatan yang sah
1.3.1 Pendapatan hibah - -
1.3.2 Pendapatan dana darurat - -
1.3.3 Pendapatan lainnya - -
1.3.7 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00
Jumlah lain-lain Pendapatan Yang Sah 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00
Jumlah Pendapatan 6.720.301.543.490,00 6.825.754.275.891,53
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya
78
Kode Uraian Anggaran Realisasi
1 2 3 4
2 Belanja
2.1 Belanja Operasi
2.1.1 Belanja pegawai 2.711.905.402.999,00 2.540.955.293.099,00
2.1.2 Belanja barang dan jasa 2.956.213.760.468,00 2.586.690.389.712,00
2.1.3 Belanja bunga - -
2.1.4 Belanja subsidi 22.172.976.000,00 19.005.408.000,00
2.1.5 Belanja hibah 267.632.969.713,00 214.488.143.792,48
2.1.6 Belanja bantuan sosial - -
2.1.7 Belanja bantuan keuangan 2.176.949.595,00 1.128.270.000,00
Jumlah Belanja Operasi 5.960.102.058.775,00 5.362.267.504.603,48
2.2 Belanja Modal
2.2.1 Belanja tanah 329.210.536.206,00 260.881.230.581,00
2.2.2 Belanja peralatan dan mesin 343.944.132.392,00 291.820.586.629,00
2.2.3 Belanja gedung dan bangunan 628.313.300.352,00 604.614.290.149,00
2.2.4 Belanja jalan, irigasi dan jaringan 840.555.116.570,00 629.706.519.468,00
2.2.5 Belanja aset tetap lainnya 449.731.140,00 410.713.000,00
2.2.6 Belanja aset lainnya 2.045.848.910,00 1.960.705.000,00
Jumlah Belanja Modal 2.144.518.665.570,00 1.789.394.044.827,00
2.3 Belanja Tidak Terduga
2.3.1 Belanja tidak terduga 10.000.000.000,00 -
Jumlah Belanja Tidak Terduga 10.000.000.000,00 -
2.4 Transfer
2.4.1 Transfer bagi hasil
2.4.1.1 Bagi hasil pajak - -
2.4.1.2 Bagi hasil retribusi 610.626.050,00 -
2.4.1.3 Bagi hasil pendapatan lainnya - -
Jumlah Transfer 610.626.050,00 -
Jumlah Belanja 8.115.231.350.395,00 7.151.661.549.430,48
Surplus / (Defisit) (1.394.929.806.905,00) (325.907.273.538,95)
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya
79
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
KOTA SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2017
Kode Uraian Anggaran Realisasi
1 2 3 4
1 Pendapatan
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1.1.1 Pendapatan pajak daerah 3.265.955.423.267,00 3.595.670.492.734,31
1.1.2 Pendapatan retribusi daerah 392.397.980.801,00 557.966.574.669,78
1.1.3
Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan 137.981.858.739,00 134.668.941.611,95
1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 913.310.283.236,00 873.538.562.155,63
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 4.709.645.546.043,00 5.161.844.571.171,67
1.2 Pendapatan Transfer
1.2.1
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan
1.2.1.1 Dana bagi hasil pajak 473.613.566.505,00 358.835.507.237,00
1.2.1.2
Dana bagi hasil bukan pajak (sumber daya
alam) 22.453.979.673,00 16.587.434.797,00
1.2.1.3 Dana alokasi umum 1.211.713.876.000,00 1.211.713.876.000,00
1.2.1.4 Dana alokasi khusus 466.697.504.000,00 378.498.806.664,00
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan 2.174.478.926.178,00 1.965.635.624.698,00
1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
1.2.2.1 Dana otonomi khusus - -
1.2.2.2 Dana penyesuaian - -
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat
Lainnya - -
1.2.3 Transfer Pemerintah Propinsi
1.2.3.1 Pendapatan bagi hasil pajak 967.584.022.137,00 853.167.802.800,00
1.2.3.2 Pendapatan bagi hasil lainnya - -
1.2.3.3 Bantuan Keuangan Prop. Lainnya 3.164.710.000,00 2.903.400.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Propinsi 970.748.732.137,00 856.071.202.800,00
Jumlah Pendapatan Transfer 3.145.227.658.315,00 2.821.706.827.498,00
1.3 Lain-lain Pendapatan yang sah
1.3.1 Pendapatan hibah - -
1.3.2 Pendapatan dana darurat - -
1.3.3 Pendapatan lainnya - -
1.3.7 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 50.021.765.000,00 50.021.765.000,00
Jumlah lain-lain Pendapatan Yang Sah 50.021.765.000,00 50.021.765.000,00
Jumlah Pendapatan 7.904.894.969.358,00 8.033.573.163.669,67
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya
80
Kode Uraian Anggaran Realisasi
1 2 3 4
2 Belanja
2.1 Belanja Operasi
2.1.1 Belanja pegawai 2.561.530.634.574,00 2.396.243.239.234,84
2.1.2 Belanja barang dan jasa 3.360.370.631.852,00 2.885.392.981.720,84
2.1.3 Belanja bunga - -
2.1.4 Belanja subsidi - -
2.1.5 Belanja hibah 177.606.478.734,00 111.504.410.055,00
2.1.6 Belanja bantuan sosial - -
2.1.7 Belanja bantuan keuangan 2.076.869.303,00 1.376.863.000,00
Jumlah Belanja Operasi 6.101.584.614.463,00 5.394.517.494.010,68
2.2 Belanja Modal
2.2.1 Belanja tanah 772.503.120.013,00 733.007.917.033,00
2.2.2 Belanja peralatan dan mesin 587.855.605.985,00 514.721.364.936,00
2.2.3 Belanja gedung dan bangunan 674.492.420.486,00 577.147.375.916,41
2.2.4 Belanja jalan, irigasi dan jaringan 802.961.544.880,00 687.870.707.690,00
2.2.5 Belanja aset tetap lainnya 3.874.147.620,00 2.642.716.710,00
2.2.6 Belanja aset lainnya 2.684.972.543,00 2.501.575.961,00
Jumlah Belanja Modal 2.844.371.811.527,00 2.517.891.658.246,41
2.3 Belanja Tidak Terduga
2.3.1 Belanja tidak terduga 10.000.000.000,00 -
Jumlah Belanja Tidak Terduga 10.000.000.000,00 -
2.4 Transfer
2.4.1 Transfer bagi hasil
2.4.1.1 Bagi hasil pajak - -
2.4.1.2 Bagi hasil retribusi 7.974.260.070,00 -
2.4.1.3 Bagi hasil pendapatan lainnya - -
Jumlah Transfer 7.974.260.070,00 -
Jumlah Belanja 8.963.930.686.060,00 7.912.409.152.257,09
Surplus / (Defisit) (1.059.035.716.702,00) 121.164.011.412,58
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya
81
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
KOTA SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2019
Kode Uraian Anggaran Realisasi
1 2 3 4
1 Pendapatan
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1.1.1 Pendapatan pajak daerah 4.008.794.324.904,00 4.018.722.251.948,00
1.1.2 Pendapatan retribusi daerah 396.051.109.746,00 396.244.802.735,94
1.1.3
Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan 156.728.284.536,00 268.575.571.840,77
1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 673.113.507.080,00 698.377.627.284,96
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 5.234.687.226.266,00 5.381.920.253.809,67
1.2 Pendapatan Transfer
1.2.1
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan
1.2.1.1 Dana bagi hasil pajak 442.217.960.000,00 317.363.050.361,00
1.2.1.2
Dana bagi hasil bukan pajak (sumber daya
alam) 85.458.227.849,00 49.236.626.815,00
1.2.1.3 Dana alokasi umum 1.308.697.316.000,00 1.254.344.402.000,00
1.2.1.4 Dana alokasi khusus 477.827.337.000,00 380.383.564.271,00
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan 2.314.200.840.849,00 2.001.327.643.447,00
1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
1.2.2.1 Dana otonomi khusus - -
1.2.2.2 Dana penyesuaian - -
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat Lainnya - -
1.2.3 Transfer Pemerintah Propinsi
1.2.3.1 Pendapatan bagi hasil pajak 901.445.686.619,00 1.099.625.542.091,00
1.2.3.2 Pendapatan bagi hasil lainnya - -
1.2.3.3 Bantuan Keuangan Prop. Lainnya 4.020.429.000,00 3.371.400.000,00
Jumlah Transfer Pemerintah Propinsi 905.466.115.619,00 1.102.996.942.091,00
Jumlah Pendapatan Transfer 3.219.666.956.468,00 3.104.324.585.538,00
1.3 Lain-lain Pendapatan yang sah
1.3.1 Pendapatan hibah 193.234.560.000,00 193.272.300.435,00
1.3.2 Pendapatan dana darurat - -
1.3.3 Pendapatan lainnya - -
1.3.7 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 85.635.881.000,00 85.635.881.000,00
Jumlah lain-lain Pendapatan Yang Sah 278.870.441.000,00 278.908.181.435,00
Jumlah Pendapatan 8.733.224.623.734,00 8.765.153.020.782,67
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya
82
Kode Uraian Anggaran Realisasi
1 2 3 4
2 Belanja
2.1 Belanja Operasi
2.1.1 Belanja pegawai 2.713.569.439.655,00 2.558.554.756.010,63
2.1.2 Belanja barang dan jasa 4.088.673.664.945,00 3.747.642.075.279,94
2.1.3 Belanja bunga - -
2.1.4 Belanja subsidi - -
2.1.5 Belanja hibah 159.827.326.309,00 96.586.053.683,00
2.1.6 Belanja bantuan social - -
2.1.7 Belanja bantuan keuangan 3.293.477.697,00 1.774.968.000,00
Jumlah Belanja Operasi 6.965.363.908.606,00 6.404.557.852.973,57
2.2 Belanja Modal
2.2.1 Belanja tanah 680.909.604.065,00 657.676.408.325,00
2.2.2 Belanja peralatan dan mesin 554.158.968.111,00 527.897.491.678,00
2.2.3 Belanja gedung dan bangunan 762.792.864.837,00 735.791.316.962,00
2.2.4 Belanja jalan, irigasi dan jaringan 933.484.695.641,00 819.894.483.911,00
2.2.5 Belanja aset tetap lainnya 20.354.893.670,00 12.110.233.206,00
2.2.6 Belanja aset lainnya 963.632.725,00 934.890.000,00
Jumlah Belanja Modal 2.952.664.659.049,00 2.754.304.824.082,00
2.3 Belanja Tidak Terduga
2.3.1 Belanja tidak terduga 13.262.581.500,00 1.574.969.146,00
Jumlah Belanja Tidak Terduga 13.262.581.500,00 1.574.969.146,00
2.4 Transfer
2.4.1 Transfer bagi hasil
2.4.1.1 Bagi hasil pajak - -
2.4.1.2 Bagi hasil retribusi 2.218.293.630,00 2.218.293.630,00
2.4.1.3 Bagi hasil pendapatan lainnya - -
Jumlah Transfer 2.218.293.630,00 2.218.293.630,00
Jumlah Belanja 9.933.509.442.785,00 9.162.655.939.831,57
Surplus / (Defisit) (1.200.284.819.051,00) (397.502.919.048,90)
Sumber: Transparansi Pengelolaan Anggaran Pemerinta Kota Surabaya
84
Hasil Uji t-statistik dengan SPSS 23.0
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 20.718 6.154 3.366 .015
Efisiensi -.061 .018 -.739 -3.355 .015
Efektivitas -.063 .059 -.288 -1.052 .333
Kemandirian -.008 .003 -.847 -2.965 .025
Hasil Uji F-statistik dengan SPSS 23.0
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 2.870 3 .957 8.149 .015b
Residual .704 6 .117
Total 3.574 9
Hasil Koefisien Determinasi-statistik dengan SPSS 23.0
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
1 .896a .803 .704 .34264
85
Uji Multikolinearitas dengan SPSS 23.0
Model
T Sig.
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) 3.366 .015
Efisiensi -3.355 .015 .677 1.477
Efektivitas -1.052 .333 .439 2.277
Kemandirian -2.965 .025 .403 2.484
Sumber: Data Sekunder diolah tahun 2020