Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PETUNJUK TEKNIS
ANALISIS SPASIAL PENANGANAN KONFLIK TENURIAL
DIREKTORAT KAWASAN KONSERVASI
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya Modul dan
Petunjuk Teknis Analisis Spasial Konflik Tenurial Dalam Rangka Penyelesaian Konflik
dalam Kawasan Hutan.
Analisis Spasial Konflik Tenurial dalam kawasan hutan yang dilakukan berupa
berbagai bentuk perselisihan atau pertentangan klaim penguasaan, pengelolaan,
pemanfaatan, dan penggunaan kawasan hutan.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengeluarkan surat peraturan
nomor P.84/Menlhk-Setjen/2015 tentang Penanganan Konflik Tenurial Kawasan Hutan.
Direktorat Kawasan Konservasi, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem telah melakukan analisis untuk mendapatkan usulan penanganan konflik
tenurial dalam kawasan hutan yang kemudian dituangkan ke dalam sebuah peta indikatif
penanganan konflik tenurial. Peta indikatif penanganan konflik tenurial yang didalamnya
terdapat batas kawasan hutan, kawasan konservasi, zonasi dan blok, opened area,
administrasi desa, jaringan jalan dan sungai dapat dianalisis dan dijadikan acuan untuk
usulan penanganan konflik tenurial dalam kawasan hutan.
Kami menyadari bahwa penyusunan Petunjuk Teknis Analisis Spasial Konflik
Tenurial ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran konstruktif dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan dan agar didapatkan data yang presisi dan up to date.
Semoga Petunjuk Teknis Analisis Spasial Konflik Tenurial dalam membuat usulan
penanganan konflik tenurial dalam kawasan hutan dapat berguna dan bermanfaat bagi
penggunanya. Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
penyusunan petunjuk teknis ini.
Jakarta, 2020
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Maksud dan Tujuan 2
C. Ruang Lingkup 2
D. Hasil (Output) 2
E. Keluaran (Outcome) 2
BAB II. ANALISIS SPASIAL
A. Metode, Alat dan Bahan 3
B. Pengenalan Sistem Informasi Geospasial 4
C. Pengenalan ArcGIS 5
BAB III. TAHAPAN ANALISIS SPASIAL
A. Membuat Direktori Basis Data 9
B. Analisis Tumpangsusun (Overlay) 10
C. Visualisasi Data Spasial 14
BAB IV. PUSTAKA ACUAN 18
LAMPIRAN 19
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Direktorat Kawasan konservasi mempunyai tanggungjawab untuk mengelola
kawasan konservasi dengan lebih efektif. Salah satu yang mendorong efektivitas
pengelolaan adalah penanganan konflik tenurial. Konflik tenurial hutan menurut
P.84/Menlhk-Setjen/2015 didefinisikan sebagai bentuk perselisihan atau pertentangan
klaim penguasaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan penggunaan kawasan hutan,
termasuk pada hutan konservasi. Selain itu, penanganan konflik tenurial juga menjadi
bagian dari tugas utama direktorat kawasan konservasi yaitu perlindungan dan
pengamanan kawasan konservasi.
Konflik adalah suatu tindakan salah satu pihak yang berakibat menghalangi,
menghambat, atau menggangu pihak lain dimana hal ini dapat terjadi antar kelompok
masyarakat ataupun dalam hubungan antar pribadi (Antonius et al., 2002). Tenure
berasal kata dalam bahasa latin “tenere” yang mencakup arti memelihara, memegang
atau memiliki. Land tenure berarti sesuatu yang dipegang dalam hal ini termasuk hak dan
kewajiban dari pemangku lahan (“holding or possessing” = pemangkuan atau
penguasaan). Konflik Tenurial Hutan adalah berbagai bentuk perselisihan atau
pertentangan klaim penguasaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan penggunaan kawasan
hutan.
Berkembangnya teknologi saat ini memungkinkan untuk mendapatkan cara
penyelesaian konflik tenurial secara cepat dan akurat dengan menggunakan Sistem
Informasi Geografis (SIG). Salah satunya adalah dengan menggunakan metode Analisis
Spasial.
Analisis spasial merupakan kumpulan – kumpulan dari teknik yang dapat digunakan
untuk melakukan pengolahan data SIG. Hasil dari analisis data spasial sangat
bergantung dari lokasi atau tempat di mana objek sedang dianalisis. Selain itu, analisis
spasial juga bisa diartikan sebagai teknik – teknik yang dapat digunakan untuk meneliti
dan juga mengeksplorasi dari sudut pandang keruangan. Semua teknik ataupun
pendekatan perhitungan secara matematis yang berhubungan dengan data keruangan
atau spasial dilakukan dengan menggunakan fungsi analisis spasial.
Analisis spasial menjadi salah satu metode dalam penanganan konflik tenurial.
Analisis spasial yang dilakukan salah satunya adalah opened area yang diindikasikan
sebagai lokasi terjadinya konflik karena merupakan indikasi munculnya
gangguan/ancaman kerusakan dan atau fungsi kawasan. Perubahan opened area
bersifat dinamis dari waktu ke waktu begitu pun dengan kondisi konflik yang ada. Oleh
karena itu, analisis spasial Konflik Tenurial di Kawasan Konservasi dengan cepat dan
benar oleh pengelola kawasan sangat diperlukan guna mendapatkan data yang presisi
dan up to date.
2
1.2 Maksud dan Tujuan
Petunjuk Teknis Analisis Spasial Konflik Tenurial di Kawasan Konservasi ini dibuat
dengan maksud untuk mendukung percepatan penanganan konflik tenurial di kawasan
konservasi. Adapun tujuan tersebut antara lain :
1. Membangun basisdata spasial konflik tenurial di kawasan konservasi yang up to
date oleh pengelola kawasan/ unit pelaksana teknis
2. Menyusun Peta Indikasi Konflik Tenurial oleh pengelola kawasan
3. Mengintegrasikan data dan informasi konflik tenurial di kawasan konservasi dengan
sistem informasi KSDAE oleh pengelola kawasan
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis Analisis Spasial Konflik Tenurial di Kawasan
Konservarsi meliputi :
1. Menganalisis pemetaan opened area sebagai baseline indikatif konflik tenurial
2. Menganalisis tipologi konflik tenurial di kawasan konservasi yang sudah dilakukan
pemutakhiran data lapangan dari pengelola kawasan
3. Penyusunan peta indikatif konflik tenurial dan indikatif alternatif penanganannya
berdasarkan hasil analisis tipologi konfliknya
1.4 Hasil (output)
Petunjuk Teknis Analisis spasial Konflik Tenurial di Kawasan Konservasi akan
menghasilkan :
1. Panduan membuat basisdata spasial konflik tenurial di kawasan konservasi yang
terstruktur dan mudah digunakan
2. Panduan analisis tipologi konflik tenurial di kawasan konservasi
3. Panduan penyusunan Peta Indikatif Konflik Tenurial di kawasan konservasi serta
indikatif alternatif penanganannya
1.5 Keluaran (outcome)
Petunjuk Teknis Analisis spasial Konflik Tenurial di Kawasan Konservasi memiliki
keluaran berupa :
1. Membantu penanganan konflik tenurial di kawasan konservasi lebih terarah dan
sistematis dengan adanya referensi peta indikatif konflik tenurial dan alternatif
penanganannya
2. Membantu percepatan penanganan konflik tenurial di kawasan konservasi
3. Terbangunnya basisdata konflik tenurial yang up to date.
3
II. TEKNIK DASAR ANALISIS SPASIAL MENGGUNAKAN SIG
2.1 Metode, Alat dan Bahan
Metode yang digunakan dalam analisis spasial konflik tenurial di kawasan
konservasi adalah metode tumpangsusun (overlay), yaitu suatu proses analisis yang
menggabungkan informasi dari beberapa layer data yang berbeda untuk menjawab suatu
permasalahan. Gagasan metode tumpangsusun (overlay) dengan menggabungkan
informasi dari beberapa jenis data dan membandingkannya satu sama lain atas dasar
informasi keruangan adalah konsep dasar analisis spasial.
Gambar 1. Ilustrasi Proses Metode Tumpangsusun dalam Analisis Spasial
Bahan untuk melakukan analisis spasial konflik tenurial di kawasan konservasi
sebagai berikut :
1. Batas kawasan konservasi
2. Penataan kawasan
3. Opened area
Opened area merupakan open area akibat aktivitas manusia yang bersifat illegal
(PIKA, 2019)
4. Resort/Seksi
5. Penutupan lahan (landcover)
6. Usulan Wilayah Adat
4
7. Lokasi Konflik Tenurial dari pengelola kawasan
8. Peta RBI (Administrasi, jaringan jalan, sungai)
9. Matriks Rekomendasi Penyelesaian Konflik
10. Tabel Rekomendasi Penyelesaian Konflik
Peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan analisis spasial konflik tenurial di
kawasan konservasi diantaranya :
1. Laptop/PC dengan software QGIS/ArcGIS/SAGA GIS/Software lain untuk
menganalisis data spasial
2. Harddisk Eksternal/Flashdrive
2.2 Pengenalan Sistem Informasi Geospasial
Sistem informasi geografi terdiri dari kata sistem, informasi, dan geografis. Sistem
merupakan kombinasi sejumlah komponen di dalam sistem tersebut (sub- sistem) yang
memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Informasi merupakan data yang
ditempatkan dalam konteks yang penuh / memiliki arti oleh yang menerima. Sedangkan
geografis adalah hal yang berkaitan dengan keruangan (spasial) ataupun bumi.
Sebuah sistem informasi geografis (SIG) adalah sistem yang digunakan untuk
menggambarkan dan mengkarakterisasi bumi dan wilayah geografis lainnya untuk tujuan
memvisualisasikan dan menganalisa informasi yang memiliki referesnsi geografis (Arcgis
Desktop Help).
Sedangkan di dalam web Departemen Kehutanan menerangkan bahwa SIG
merupakan kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak,
data geografi dan personil yang didisain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki,
memanipulasi, menganalisa dan menampilkan semua bentuk informasi yang
berreferensi.
Data spasial adalah data hasil pengukuran, pencatatan, dan pencitraan terhadap
suatu unsur keruangan yang berada dibawah, pada, atau di atas permukaan bumi
dengan posisi keberadaannya mengacu pada sistem koordinat nasional (Perpres No. 85
Tahun 2007 Tentang Jaringan Data Spasial Nasional)
Menurut Undang-undang Geospasial RI No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial, spasial adalah aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup
lokasi, letak, dan posisinya.
Dalam petunjuk teknis ini akan dijelaskan pemanfaatan SIG dalam membantu
penyelesaian konflik tenurial di kawasan konservasi menggunakan perangkat lunak
5
ArcGIS. Penggunaan perangkat lunak SIG lainnya seperti QGIS memungkinkan
mengikuti panduan yang ada dalam petunjuk teknis ini karena perbedaan antara
perangkat lunak tersebut tidak jauh berbeda dalam melakukan analisis SIG. ArcGIS
merupakan paket perangkat lunak yang terdiri dari produk perangkat lunak sistem
informasi geografis yang diproduksi oleh ESRI (Environmental Systems Research
Institute). Kelebihan dari ArcGIS yaitu memiliki fitur dan menu yang lebih lengkap dalam
analisis spasial bila dibandingkan dengan perangkat lunak SIG lainnya
2.3 Pengenalan ArcGIS
Modul utama dalam ArcGIS adalah ArcMap, yaitu digunakan untuk membuat
(create), menampilkan (viewing), memilih (query), editing, composing dan publishing peta
(GIS Consortium Aceh – Nias, 2007). Untuk menampilkan ArcMap ada beberapa cara
yaitu melalui ArcCatalog dengan memilih button (juga bisa dari shortcut desktop).
Cara lain langsung menampilkan ArcMap dari Start Program > ArcGIS > ArcMap.
Gambar 2. Tampilan browse awal ArcMap 10
6
Toolbar
Modul ini akan membahas secara singkat toolbar dasar dan tampilan muka yang
terdapat di ArcGIS. Untuk penjelasan lebih detailnya terkait toolbar ArcGIS dapat
mengunjungi situs (https://desktop.arcgis.com/en/arcmap/latest/get-started/customizing-
the-ui/basic-user-interface-elements.htm).
Toolbar merupakan kumpulan tool yang diletakkan di dalam bar. Toolbar bisa
diaktifkan melalui Menu Bar Tools > Customize. Selain itu juga dapat diaktifkan dengan
cara klik kanan pada Menu Bar hingga muncul tampilan seperti di bawah. Tanda
menunjukkan bahwa tool tersebut sudah dimunculkan / aktif pada Tools Bar.
Gambar 3. Aktivasi Tools
Gambar 4. Tools
Gambar 5. Tools Standar
7
Table of Contents (TOC)
Dapat diaktifkan dari Menu bar Windows > Table of Content, atau klik icon dari
Tools bar. TOC merupakan list atau daftar isi data yang ditampilkan di dalam Map Area.
Gambar 6. Table of Content
TOC terdiri atas Data Frame yang berisi layer-layer yang merepresentasikan data
yang ada. Beberapa aksi yang dapat dilakukan dalam TOC antara lain:
• Mengatur susunan layer-layer yang ada.
• Mengaktifkan layer
• Menonaktifkan layer
• Melihat sistem koordinat yang digunakan (Layer Properties).
• Membuka tabel attribut data spasial (Open Attribute Table).
Mode List TOC
Checklist tampilan
aktif/deaktif di Map Area
Simbologi
Close
Autohide
8
Arctoolbox
ArcToolbox merupakan kumpulan alat bantu yang disediakan untuk
melaksanakan operasi-operasi tertentu pada ArcGis. Toolbox dapat diaktifkan dari menu
Window > ArcToolbox atau dengan mengklik icon ArcToolbox pada menu Toolbar
Standar. Tampilan ArcToolbox yaitu berupa tools yang ditampilkan pada folder-folder
ArcToolbox berdasarkan pengelompokkan fungsi.
Gambar 7. Tampilan Arctoolbox
ArcCatalog
ArcCatalog merupakan bagian dari ArcGis yang digunakan untuk menjelajah
(browsing), mengatur (organizing), membagi (distribution) dan menyimpan
(documentation) data – data SIG. Secara sederhana, fungsi dari ArcCatalog adalah
manajemen data. Aktifkan ArcCatalog dengan cara Start > Program > ArcGis >
ArcCatalog, atau dengan memilih icon pada Standard Toolbar.
Gambar 8. Tampilan ArcCatalog
9
III. TAHAPAN ANALISIS SPASIAL MENGGUNAKAN SIG
3.1 Membuat Direktori Basis Data
Basisdata sangat penting untuk mengorganisir data spasial yang akan diolah dan
dianalisis. Dapat dibuat dengan cara klik kanan pada folder di Catalog > New > Folder.
Gambar 9. Contoh pembuatan direktori basis data
Pembuatan File Geodatabase
Geodatabase adalah tempat penyimpanan data dan manajemen kerangka kerja
di dalam ArcGIS. Geodatabase menggabungkan "geo" (data spasial) dengan "database"
(repositori data) untuk menciptakan sebuah pusat penyimpanan data untuk penyimpanan
dan manajemen data spasial. Hal ini dapat dimanfaatkan di desktop, server, atau
lingkungan mobile dan memungkinkan untuk menyimpan data GIS di lokasi pusat
(server) untuk akses dan manajemen data yang mudah.
10
Aktifkan dengan cara klik kanan pada folder di Catalog > New > File Geodatabase
Gambar 10. Pembuatan file geodatabase
3.2 Analisis Tumpangsusun (Overlay)
Metode analisis yang akan digunakan dalam modul ini adalah metode
tumpangsusun (overlay), yaitu suatu proses analisis yang menggabungkan informasi dari
beberapa layer data yang berbeda untuk menjawab suatu permasalahan. Gagasan
metode tumpangsusun dengan menggabungkan informasi dari beberapa jenis data dan
membandingkannya satu sama lain atas dasar informasi keruangan adalah konsep dasar
analisis spasial. Untuk menjawab pertanyaan di mana saja persebaran konflik yang
terjadi di suatu kawasan hutan maka data yang dibutuhkan adalah Batas kawasan
konservasi, Penataan kawasan, Opened area, Resort/Seksi, Penutupan lahan
(landcover), Usulan Wilayah Adat, Lokasi Konflik Tenurial dari pengelola kawasan, Peta
RBI (Administrasi, jaringan jalan, sungai) sehingga dapat diketahui rekomendasi
penyelesaian konfliknya.
11
Teknis Tumpangsusun (Overlay)
Tambahkan dataset yang dibutuhkan dengan cara Add Data lalu pilih
dataset yang akan ditambahkan, atau dengan melakukan menggeser drag dataset ke
Table of Contents (TOC) pada jendela Catalog.
Gambar 11. Penambahan dataset
Add Data
Drag Data
12
Gambar 12. Tampilan setelah penambahan dataset
Pemotongan (Clip) Simbologi Layer Peta
Melakukan pemotongan (clip) berdasarkan wilayah unit pelaksana teknis
kemudian memasukkannya ke dalam File geodatabase yang sudah dibuat sesuai wilayah
unit pelaksana tenis. Aktifkan dengan cara Search > Clip > Clip (Analysis)
Gambar 13. Tampilan setelah penambahan dataset
13
Gambar 14. Contoh pemotongan (clip) dengan output diletakkan dalam file geodatabase sesuai
wilayah Unit Pengelola Teknis
Gambar 15. Dataset dalam file geodatabase TN Bali Barat yang sudah dilakukan pemotongan
14
Visualisasi Data Spasial
Visualisasi data spasial merupakan suatu cara untuk menyampaikan sebuah
informasi dari data spasial atau data yang memiliki referensi terhadap lokasi di
permukaan bumi yang dapat memberikan gambaran dalam analisis secara spasial.
Visualisasi data spasial sangat erat kaitannya dengan peta. Peta merupakan representasi
permukaan bumi dengan skala dan ukuran yang lebih kecil pada bidang datar.
1. Mengaktifkan tampilan layout pada ArcGIS
Gambar 16. Tampilan Layout pada ArcGIS
2. Pengaturan Layout
Gambar 17.
Pengaturan Layout
Layout View
15
3. Menambahkan dataset pada file geodatabase yang akan dijadikan peta
Gambar 18. Tampilan setelah menambahkan dataset
4. Menambahkan informasi yang wajib ada pada peta
• Judul, biasa digunakan topik/tema dan atau lokasi wilayah yang dipetakan.
• Grid/Graticule, sistem grid berkaitan dengan sistem koordinat yang digunakan
untuk mempermudah pengguna peta menemukan dan menentukan lokasi absolut
objek tertentu.
• Legenda/Keterangan, merupakan dekripsi dari simbol-simbol yang digunakan
pada isi/muka peta untuk mempermudah pengguna untuk menafsirkan informasi
pada peta.
• Skala, penting untuk mencantumkan skala numerik (angka) dan atau skala grafis
(bar) sebagai informasi perbesaran dan dapat digunakan untuk mengukur akurasi
peta tersebut.
• Orientasi Mata Angin, membantu memberikan orientasi kepada pengguna.
• Insert Peta, adalah zoom out peta tersebut untuk mengetahui lokasi yang
dipetakan.
• Diagram lokasi, untuk beberapa peta yang terbagi menjadi beberapa lembar perlu
untuk dicantumkan sebagai penuntun orientasi wilayah kajian.
• Informasi tambahan lainnya, berupa informasi datum dan sistem proyeksi yang
digunakan, sumber data pembuatan peta, pembuat/penerbit peta, serta riwayat
peta.
17
5. Analisis Konflik
Rekomendasi penyelesaian konflik dapat diidentifikasi dari hasil analisis informasi
titik konflik yang terjadi, yaitu berdasarkan Zona/Blok dan Opened Area. Berikut contoh
rekomendasi penyelesaian konflik..
Gambar 20. Contoh rekomendasi penyelesaian konflik
Gambar 21. Contoh Layout Peta Rekomendasi Penyelesaian Konflik di TN Bali Barat
Contoh Atribut
1 2 3
Ladang, Pertanian lahan kering Pemanfaatan Penegakan Hukum Review Zonasi -
Semak Belukar, Belukar Inti Review Zonasi - -
Permukiman / Lahan terbangun, Bangunan
/ Kawasan permukimanRehabilitasi Kemitraan Konservasi Resettlement Penegakan Hukum
SIMBOLOGI KETERANGAN OPENED AREA ZONAREKOMENDASI PENYELESAIAN
" " "
" " "
18
IV. PUSTAKA ACUAN
ArcGis Desktop Help : ESRI
Antonius. 2002. Empowerment, Stress dan Konflik. Jakarta: Ghalian Indonesia
GIS Consortium Aceh – Nias. 2007. Modul Pelatihan ArcGis Tingkat Dasar : Banda
Aceh. Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi Nangroe Aceh Darusalam – Nias,
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial
Peraturan Presiden No. 85 Tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional
19
Lampiran
Tabel 1. Rekomendasi Penyelesaian Konflik di Balai Konservasi Sumber Daya Alam
SIMBOLOGI KETERANGAN OPENED AREA BLOK REKOMENDASI PENYELESAIAN
1 2 3
Tabel 2. Rekomendasi Penyelesaian Konflik di Taman Nasional
SIMBOLOGI KETERANGAN OPENED AREA ZONASI REKOMENDASI PENYELESAIAN
1 2 3
20
Tabel 2. Matriks Rekomendasi Penyelesaian Konflik di Balai Konservasi Sumber Daya Alam
RP1 RP2 RP3 RP1 RP2 RP3 RP1 RP2 RP3 RP1 RP2 RP3 RP1 RP2 RP3 RP1 RP2 RP3 RP1 RP2 RP3
Lahan TerbukaReview
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Kemitraan
Konservasi- -
Review
Zonasi- -
Kemitraan
Konservasi- -
Review
Zonasi
Kemitraan
Konservasi
PertambanganPenegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum-
Review
Zonasi
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum
Semak BelukarReview
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Kemitraan
Konservasi- -
Review
Zonasi- -
Kemitraan
Konservasi- -
Review
Zonasi
Kemitraan
Konservasi
Semak Belukar RawaReview
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Kemitraan
Konservasi- -
Review
Zonasi- -
Kemitraan
Konservasi- -
Review
Zonasi
Kemitraan
Konservasi
Pertanian Lahan KeringPenegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum-
Review
Zonasi
Penegakan
Hukum-
Kemitraan
Konservasi- -
Review
Zonasi
Kemitraan
Konservasi
Pertanian Lahan Kering Bercampur SemakPenegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum-
Review
Zonasi
Penegakan
Hukum-
Kemitraan
Konservasi- -
Review
Zonasi
Kemitraan
Konservasi
SawahPenegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum-
Review
Zonasi
Penegakan
Hukum-
Kemitraan
Konservasi- -
Review
Zonasi
Kemitraan
Konservasi
TambakPenegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum-
Review
Zonasi
Penegakan
Hukum-
Kemitraan
Konservasi- -
Review
Zonasi
Kemitraan
Konservasi
PerkebunanPenegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum-
Review
Zonasi
Penegakan
Hukum-
Kemitraan
Konservasi- -
Review
Zonasi
Kemitraan
Konservasi
PermukimanPenegakan
Hukum
Review
Zonasi
Resettleme
nt
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi
Resettleme
nt
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi
Resettleme
nt
Kemitraan
Konservasi
Resettleme
nt
Penegakan
Hukum
Resettleme
nt
Perubahan
Batas
Kawasan
Penegakan
Hukum
Kemitraan
Konservasi
Review
Zonasi
Penegakan
Hukum/Res
ettlement
Review
Zonasi
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum/Res
ettlement
TranmigrasiPenegakan
Hukum
Review
Zonasi
Resettleme
nt
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi
Resettleme
nt
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi
Resettleme
nt
Kemitraan
Konservasi
Resettleme
nt
Penegakan
Hukum
Resettleme
nt
Perubahan
Batas
Kawasan
Penegakan
Hukum
Kemitraan
Konservasi
Review
Zonasi
Penegakan
Hukum/Res
ettlement
Review
Zonasi
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum/Res
ettlement
KoleksiKhusus TradisionalOpened Area
Perlindungan Pemanfaatan Religi Budaya dan Sejarah Rehabilitasi
21
Tabel 3. Matriks Rekomendasi Penyelesaian Konflik di Taman Nasional
RP1 RP2 RP3 RP1 RP2 RP3 RP1 RP2 RP3 RP1 RP2 RP3 RP1 RP2 RP3 RP1 RP2 RP3 RP1 RP2 RP3
Lahan TerbukaReview
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Kemitraan
Konservasi- -
Review
Zonasi- -
Kemitraan
Konservasi- -
PertambanganPenegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum-
Semak BelukarReview
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Kemitraan
Konservasi- -
Review
Zonasi- -
Kemitraan
Konservasi- -
Semak Belukar RawaReview
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Review
Zonasi- -
Kemitraan
Konservasi- -
Review
Zonasi- -
Kemitraan
Konservasi- -
Pertanian Lahan KeringPenegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum-
Review
Zonasi
Penegakan
Hukum-
Kemitraan
Konservasi- -
Pertanian Lahan Kering Bercampur SemakPenegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum-
Review
Zonasi
Penegakan
Hukum-
Kemitraan
Konservasi- -
SawahPenegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum-
Review
Zonasi
Penegakan
Hukum-
Kemitraan
Konservasi- -
TambakPenegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum-
Review
Zonasi
Penegakan
Hukum-
Kemitraan
Konservasi- -
PerkebunanPenegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Penegakan
Hukum
Review
Zonasi-
Kemitraan
Konservasi
Penegakan
Hukum-
Review
Zonasi
Penegakan
Hukum-
Kemitraan
Konservasi- -
PermukimanPenegakan
Hukum
Review
ZonasiResettlement
Penegakan
Hukum
Review
ZonasiResettlement
Penegakan
Hukum
Review
ZonasiResettlement
Penegakan
Hukum
Review
ZonasiResettlement
Kemitraan
KonservasiResettlement
Penegakan
Hukum
Resettlemen
t
Perubahan
Batas
Kawasan
Penegakan
Hukum
Kemitraan
Konservasi
Review
Zonasi
Penegakan
Hukum/Resettlement
TransmigrasiPenegakan
Hukum
Review
ZonasiResettlement
Penegakan
Hukum
Review
ZonasiResettlement
Penegakan
Hukum
Review
ZonasiResettlement
Penegakan
Hukum
Review
ZonasiResettlement
Kemitraan
KonservasiResettlement
Penegakan
Hukum
Resettlemen
t
Perubahan
Batas
Kawasan
Penegakan
Hukum
Kemitraan
Konservasi
Review
Zonasi
Penegakan
Hukum/Resettlement
TradisionalPemanfaatanOpened Area
Inti Rimba Religi Budaya dan Sejarah Rehabilitasi Khusus