Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERANCANGAN PENGERING KERUPUK OTOMATIS BERBASIS IOT
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Oleh:
FATCHURRAHMAN WIJAYANTO
D400160087
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PERANCANGAN PENGERING KERUPUK OTOMATIS BERBASIS IOT
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
FATCHURRAHMAN WIJAYANTO
D400160087
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Umar, S.T., M.T.
NIK. 731
ii
Dekan,
HALAMAN PENGESAHAN
PERANCANGAN PENGERING KERUPUK OTOMATIS BERBASIS IOT
Oleh :
FATCHURRAHMAN WIJAYANTO D400160087
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Rabu, 2 Februari 2022
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Umar, S.T., M.T. ( ) (Ketua Dewan Penguji)
2. Aris Budiman, S.T.,M.T. ( ) (Anggota I Dewan Penguji)
3. Agus Supardi, S.T.,M.T. ( ) (Anggota II Dewan Penguji)
Rois Fatoni, S.T., M.Sc., Ph.D.
NIK. 892
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
.
Surakarta, 21 Januari 2022
Penulis
FATCHURRAHMAN WIJAYANTO
D400160087
1
PERANCANGAN PENGERING KERUPUK OTOMATIS BERBASIS IOT
Abstrak Indonesia terdiri dari 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau. Salah satu kegiatan perekonomian yang terpengaruh adanya dua musim ini adalah kegiatan pengeringan kerupuk. Selama ini pengeringan kerupuk hanya mengandalkan sinar matahari, sehingga di musim hujan proses pengeringan kerupuk sering terlambat, saat kondisi mendung atau turun hujan akan mengakibatkan proses pengeringan kerupuk harus dihentikan atau ditunda sampai matahari kembali bersinar. Selain itu proses secara alami dengan bantuan sinar matahari juga rentan terhadap adanya kelembaban udara dan debu, kelembaban udara akan menyebabkan waktu pengeringan yang relatif lebih lama bahkan bisa sampai 1 minggu. Pengering kerupuk di ruang terbuka juga dipengaruhi debu sehingga hasil pengeringan kerupuk kurang baik jika banyak debu yang menempel pada kerupuk yang berakibat kerupuk tidak kering secara maksimal dan tidak higienis. Pengering kerupuk otomatis berbasis IoT ini bermaksud mengatasi masalah tersebut. Merancang suatu kotak oven untuk membantu kegiatan proses pengeringan kerupuk, kotak oven tersebut berhubungan dengan proses pengeringan dengan menjaga kebersihan dan suhu dalam kotak oven. Komponen di dalam kotak oven berupa heater DC sebagai pemanasnya, blower untuk meratakan suhu dalam kotak oven membuat sirkulasi lancar, sensor suhu sebagai pemutus aliran listrik pada alat ini juga dilengkapi LCD (liquid crystal display) 16x2 untuk pemantauan timer. Peralatan ini dilengkapi timer untuk menentukan waktu pengeringan, timer ini dikendalikan jarak jauh memalui aplikasi blynk yang ada di telepon genggam. Aplikasi blynk ini juga berfungsi untuk memonitor suhu. Setelah melakukan pengujian, alat ini bisa berfungsi dengan baik. Heater dapat menghasilkan panas dan fan dapat membuat sirkulasi panas dalam box merata. dan dapat mengeringkan kerupuk ketika suhu 400C selama 90 menit, ketika suhu 600C selama 60 menit, dan ketika suhu 800C selama 30 menit. Ketika heater mati dan suhu dalam box turun 4-50C maka heater akan otomatis menyala kembali. Semakin besar suhu maka akan semakin cepat prosespengeringan berlangsung.
Kata kunci: Blynk, IoT, pengering kerupuk
Abstract Indonesia consists of 2 seasons, namely the rainy and dry seasons. One of the economic activities affected by these two seasons is the drying of crackers. So far, the drying of crackers has only relied on sunlight, so that in the rainy season the cracker drying process is often late, when conditions are cloudy or it is raining, the cracker drying process must be stopped or postponed until the sun shines again. In addition, the natural process with the help of sunlight is also susceptible to air humidity and dust, humidity will cause a relatively longer drying time, even up to 1 week. The cracker dryer in open space is also affected by dust so that the results of drying crackers are not good if a lot of dust sticks to the crackers which results in
2
the crackers not drying optimally and being unhygienic. Designing an oven box to assist the activities of the cracker drying process, the oven boxis related to the drying process by maintaining the cleanliness and temperature in the oven box. The componentsin the oven box are a dc heater as a heater, a blower to even out the temperature in the oven box to make circulation smooth, the temperature sensor as a power breaker on this tool is also equipped with a 16x2 LCD (liquid crystal display) for monitoring the timer. This equipment is equipped with a timer to determine the drying time. , this timer is controlled remotely via the blynk application on the mobile phone. This blynk application also functions to monitor temperature. After testing, this tool can function properly. Heater can generate heat and fan can make heat circulation in the box evenly. and can dry crackers when the temperature is 400C for 90 minutes, when the temperature is 600C for 60 minutes, and when the temperature is 800C for 30minutes. When the heater is off and the temperature in the box drops by 4-50C, the heater will automatically turn on again. The higher the temperature, the faster the drying process takes place.
Keywords: Blynk, IoT, Cracker Dry 1. PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia saat ini mulai menunjukkan perkembangan yang baik
(Filza, dkk., 2019), hal ini berdampak positif bagi perkembangan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah di Indonesia. Perkembangan ekonomi ini berdampak pada
tumbuhnya industri kecil di Indonesia (Septian Rizaldi, 2021).
Kerupuk adalah jajanan pelengkap makanan yang digemari oleh
masyarakat Indonesia karena rasanya yang gurih. Dapat dikatakan bahwa
kerupuk ini merupakan jajanan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat, oleh karena itu produksi kerupuk harus tetap terpenuhi
kebutuhannya. (Adiyanto, Suratmo, & Susanti, 2017).
Kualitas dan keberhasilan kerupuk berasal dari proses pengeringan yang
dilakukan. Hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah proses
pengeringan kerupuk itu sendiri, karena kerenyahan kerupuk ditentukan oleh
banyaknya kadar air. Kerupuk dengan kadar air yang banyak menyebabkan
kerupuk akan semakin keras dan tidak renyah. Proses pengeringan yang
dilakukan di lapangan kenyataannya masih dilakukan secara konvensional, yaitu
pengeringan dilakukan di tempat terbuka yang bergantung dari panas sinar
matahari dan diangin-anginkan (A Walujodjati, 2015).
Kerupuk kering dengan kadar air tertentu dihasilkan dari proses
pengeringan kerupuk mentah. Kualitas dan kapasitas mengembangnya kerupuk
3
pada proses penggorengan selanjutnya dipengaruhi oleh kandungan air yang
terdapat pada kerupuk. Kerupuk memerlukan tingkat kekeringan tertentu untuk
menghasilkan tekanan uap yang maksimal dalam proses penggorengan sehingga
gel pati kerupuk dapat mengembang. Pengeringan kerupuk juga bertujuan untuk
mengawetkan, mengurangi biaya transportasi dan menjaga kualitas. Dari proses
pengeringan ini dihasilkan kerupuk mentah dengan kadar air sekitar 14% atau
kerupuk mentah yang mudah pecah (Novarini, dkk., 2019).
Produksi kerupuk yang dikeringkan dengan metode penjemuran sangat
tergantung pada sinar matahari, dan luas lahan. Kerupuk yang dijemur di lahan
terbuka biasanya sering terkena debu. Bila cuaca mendung atau hujan produksi
terhambat total (kerupuk tidak kering), sehingga tidak dapat memenuhi
permintaan pasar (Heri Wibowo, 2004). Proses pengeringan kerupuk dengan
metode penjemuran memerlukan empat sampai lima jam jika matahari dalam
keadaan terik terus menerus, jika cuaca dalam keadaan mendung maka
membutuhkan waktu dua hari, itu akan memakan waktu yang banyak dan
menghambat proses produksi. Perencanaan meningkatkan efektifitas dan
produktifitas ketika musim hujan tiba juga dapat menekan waktu dan biaya
produksi. Permasalahan tersebut berupa mekanisme pengeringan kerupuk yang
masih bersifat konvensional berupa penjemuran langsung di bawah terik
matahari, sehingga faktor pengering sangat tergantung pada cuaca. Selain
bergantung pada cuaca, proses pengeringan secara konvensional juga memiliki
beberapa permasalahan misalkan panas yang fluktuatif, waktu pengeringan yang
lama, tidak higienis (Syafriyudin ; Purwanto, 2009), (Adiyanto, Suratmo, &
Susanti, 2017).
Internet of Things (IoT) adalah paradigma teknologi baru yang
dibayangkan sebagai jaringan global mesin dan perangkat yang mampu
berinteraksi satu sama lain. IoT diakui sebagai salah satu bidang terpenting dari
teknologi masa depan dan mendapatkan perhatian besar dari berbagai industri (In
Lee, Kyoochun Lee., 2015). Internet of Things (IoT) saat ini memungkinkan
untuk memiliki dunia yang dirasakan oleh dan terhubung ke semua jenis
perangkat. Teknologi Wireless Sensor Network (WSN) adalah kunci untuk
4
menghubungkan lingkungan fisik dan virtual (Duarte Raposo, dkk., 2018).
Perancangan alat pengering kerupuk akan memadukan IoT dengan oven
pengering kerupuk, penggunaan oven dikarenakan untuk menjaga ke higienisan
kerupuk dan membantu mempercepat proses pengeringan kerupuk pada musim
penghujan.
Kotak oven sendiri memiliki dua lapisan yaitu bagian dalam menggunakan
bahan stainless steel agar sirkulasi udara panas tidak bocor atau keluarnya udara
panas yang menyebabkan suhu di dalam oven menjadi turun, bagian kedua
adalah isolasi panas yang digunakan untuk menjaga suhu panas di dalam oven.
oven dan insulasi pemasangan dapat dibuat di dalam atau di luar oven (Paryanto,
2013). Selain itu, box oven juga memiliki segmen yang dapat mengubah energi
listrik menjadi panas, yaitu komponen pemanas. Komponen pemanas
menciptakan panas melalui siklus resistif, yang terjadi pada logam dengan
hambatan listrik yang tinggi. Menurut Thor Hegbom dalam bukunya, komponen
pemanas logam dipisahkan menjadi dua jenis, yaitu kombinasi Fe-Cr-Al dan
kombinasi Ni-Cr. Kombinasi Ni-Cr, juga dikenal sebagai Nichrome atau nikel
kromium, terdiri dari 80% nikel dan 20% kromium. Logam ini paling sering
ditemukan dalam komponen pemanas karena efektivitasnya yang lebih tinggi.
Ada berbagai jenis elemen pemanas, salah satunya adalah elemen pemanas
inframerah (El Zaky Rizki Hakim, 2017).
Revolusi industri keempat dan transformasi digital yang mendasarinya,
yang dikenal sebagai Industri 4.0, berkembang pesat. Revolusi digital
membentuk kembali cara individu hidup dan bekerja secara fundamental, dan
publik tetap optimis tentang peluang yang ditawarkan Industri 4.0 untuk
keberlanjutan (Morteza Ghobakhloo, 2019). Sejak Revolusi Industri pertama,
revolusi berikutnya telah menghasilkan manufaktur, dari mesin bertenaga air dan
uap hingga produksi otomatis listrik dan digital yang membuat proses
manufaktur lebih rumit, otomatis dan berkelanjutan sehingga orang dapat
mengoperasikan mesin secara sederhana, efisien dan terus-menerus. Istilah
Industri 4.0 singkatan dari revolusi industri keempat yang didefinisikan sebagai
tingkat baru organisasi dan kontrol atas seluruh rantai nilai dari siklus hidup
5
produk, diarahkan kebutuhan pelanggan yang semakin individual. Tujuan
utama dari Industri 4.0 adalah memenuhi kebutuhan pelanggan individu yang
mempengaruhi bidang- bidang seperti manajemen pesanan, penelitian dan
pengembangan, komisioning manufaktur, pengiriman hingga pemanfaatan dan
daur ulang produk (Saurabh Vadya, dkk,. 2018).
Berdasarkan uraian di atas, penulis telah membuat alat untuk
memaksimalkan pengeringan kerupuk secara otomatis yang dapat dikontrol
lewat ponsel pintar melalui aplikasi Blynk yang dapat di unduh dari Playstore atau
Appstore. Pada aplikasi blynk dapat menentukan suhu awal dan waktu yang
diperlukan. Alat ini berbentuk box oven, dalam box terdapat heater sebagai
sumber panas, fan yang digunakan sebagai sirkulasi dalam box merata dan
terdapat juga Sensor MAX 6675 untuk mengukur suhu dalam box, tentunya alat
ini berbasis IoT karena menggunakan Wemos D1 Mini. Wemos akan
mengirimkan notifikasi pada ponsel pintar melalui aplikasi blynk. Hasil dari
penelitian ini dapat memaksimalkan proses pengeringan kerupuk pada keadaan
hujan ataupun cuaca mendung.
2. METODE 2.1. Perancangan Sistem Pengering kerupuk otomatis dirancang menggunakan sensor suhu Max 6675,
ESP8266 atau Wemos D1 mini, aplikasi blynk pada ponsel pintar, lcd 16x2, fan
dan heater. suhu awal, timer dan heater dapat dikontrol melaui apliksi blynk
pada ponsel pintar, Ketika heater dan fan menyala sensor suhu max 6675 akan
membaca suhu di dalam box oven dan mengirimkan data tersebut ke Wemos D1
mini. Wemos D1 mini akan memproses nilai dari sensor suhu max 6675,
kemudian data dikirim pada aplikasi blynk. Jika suhu dalam box melebihi suhu
awal maka heater akan otomatis mati tetapi fan akan tetap menyala agar panas
dalam box oven merata. Aplikasi blynk dan lcd 16x2 dapat memonitoring suhu
dan waktu dalam box secara real time.
6
Gambar 1. Blok diagram perancangan sistem 2.2. Flowchart Berdasarkan flowchart pada gambar 2 Jika alat dinyalakan maka akan memilih 2
mode jika mode offline maka akan mengatur suhu dan timer, ketika tombol start
pada alat ditekan maka heater dan fan akan menyala, setelah itu membaca sensor
dan ditampilkan pada LCD. Jika suhu kurang dari 800C maka heater on dan fan
on. Jika tidak, suhu lebih dari sama dengan 800C maka heater akan off dan fan
tetap on, jika timer selesai maka heater off dan fan off tetapi buzzer menyala
sebagai notifikasi.
7
Jika mode online, maka akan tersambung dengan wifi. Jika tersambung pada wifi
maka akan terhubung dengan blynk, kemudian membaca sensor suhu yang
ditampilkan pada blynk. Kemudian dapat mengatur suhu dan timer pada blynk.
Jika tombol start pada blynk ditekan maka heater on dan fan on, kemudian akan
membaca suhu yang akan ditampilkan pada blynk, ketika suhu kurang dari 800C
maka heater on dan fan on. Jika tidak, maka suhu lebih dari sama dengan 800C
maka heater off dan fan on. Ketika timer selesai maka heater off dan fan off tetapi
buzzer menyala sebagai notifikasi.
Gambar 2. Flowchart alat pengering kerupuk otomatis
8
2.3. Perancangan Elektronika
Pada gambar 3 di bawah menjelaskan skema rangkaian dari tegangan AC 220V,
kemudian akan masuk ke input power supply dan kemudian tegangan tersebut
akan diturunkan dan disearahkan menjadi teganagan DC 12V, output + dari
power supply akan dihubungkan ke masing-masing NO (Normally Open) pada
relay 2 channel yang akan tersambung pada masing-masing heater dan fan.
Gambar 3. Skema rangkaian alat pengering kerupuk otomatis.
Input power supply dirangkai paralel yang tersambung pada adaptor 5V
untuk memenuhi tegangan pada wemos D1 mini. Komponen seperti relay,
sensor max 6675 dan LCD I2C mendapat tegangan 5V pada kaki wemos D1
mini. Pada relay IN1 akan terhubung pada kaki D6 pada wemos sedangkan IN2
akan terhubung dengan kaki D7 pada wemos. Sensor MAX 6675, kaki SCK, CS
dan SO masing-masing terhubung pada kaki D4, D3 dan D5 pada kaki wemos.
Pada LCD I2C kaki SDA akan terhubung ke kaki D2 dan SCL pada kaki D1
pada wemos. Buzzer mendapat tegangan pada pin 3V3dari wemos.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Hardware
9
Hardware dari sistem pengeringan kerupuk otomatis dapat dilihat pada gambar 4,
5, 6 dan 7
Terlihat Gambar 4 merupakan box bagian samping alat untuk nomor 1
merupakan tegangan input 220V. Nomor 2 merupakan saklar ON/OFF. Nomor
3 adalah pin penghubung alat menuju fan dan heater. Nomor 4 merupakan pin
penghubung pada sensor. Gambar 5 merupakan komponen rangkaian, nomor 5
menunjukkan power suplay 12V. Nomor 6 menunjukkan buzzer yang berbunyi
ketika waktu telah selesai. Nomor 7 merupakan switch mode manual. Nomor 8
adalah relay 2 channel untuk memutus dan menyambung tegangan pada heater
dan fan. Nomor 9 merupakan ESP 8266 atau Wemos D1 Mini. Nomor 10 adalah
modul sensor MAX 6675. Nomor 11 merupakan LCD I2C 16x2 untuk
menampilkan waktu pada alat. Nomor 12 merupakan modul untuk LCD I2C
16x2. Nomor 13 merupakan adaptor 5V untuk sumber tegangan pada wemos.
Kemudian pada gambar 6 merupakan tampilan dalam box. Nomor 14 merupakan
Gambar 4. Box samping alat
Gambar 5. Komponen Rangkaian
Gambar 6. Tampilan dalam box
Gambar 7. Tampilan luar box
10
heater sebagai sumber panas. Nomor 15 merupakan sensor MAX 6675. Nomor 16
merupakan sensor termocouple untuk membaca suhu dalam box. Gambar nomor
7 merupakan tampilan luar box.
3.2 Hasil Kalibrasi Alat
Pengujian kalibrasi sensor thermocouple Max6675
μ = ∑ 𝑌 (1)
N
σ = √∑(𝑌−μ)2 (2)
N
Persamaan (1) dan (2) adalah sebagai berikut: 𝜇 adalah nilai rata-rata, 𝜎
adalah simpangan baku, 𝑁 adalah jumlah data dan 𝑌 adalah selisih nilai.
Proses ini menggunakan alat refrensi termometer air raksa. Melalui alat
refrensi, kita dapat mengetahui seberapa besar kesalahan yang digunakan sensor
dan seberapa keakuratan nilainya.
Tabel 1. Pengujian sensor MAX 6675 dengan Termometer Air Raksa
No Suhu Termometer
6675(0C)
Pembacaan Sensor MAX Simpangan Air Raksa (0C)
Baku
1 40 40 41 40 40 40 0,4 2 50 49 50 51 50 50 0,63 3 60 60 60 61 60 60 0,4 4 70 70 70 69 70 70 0,4 5 80 80 79 80 80 79 0,49
Nilai Maksimal 0,64 Nilai Minimal 0,4 Rata-rata 0,46
Tabel 1 merupakan perbandingan pengujian menggunakan alat yang dijual
di pasaran, pengujian sensor dilakukan sebanyak lima kali dari suhu 40-800C. Dari
pengujian sensor suhu MAX6675 didapat nilai simpangan baku terbesar pada
suhu 500C sebesar 0,64 dan simpangan baku terkecil pada suhu 400C , 600C dan
700C yaitu sebesar 0,4.
11
3.3 Hasil Pengujian Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pemanas dalam box dapat
bekerja dengan baik sesuai suhu yang ditentukan. Gambar di bawah merupakan
perbandingan antara kerupuk sebelum dikeringkan dan sesudah dikeringkan.
Gambar 8. Kerupuk sebelum dikeringkan.
Gambar 10. Tampilan Blynk heater ON
Gambar 9. Kerupuk sesudah dikeringkan.
Gambar 11.Tampilan Blynk heater OFF
Gambar 8 merupakan gambar kerupuk basah sebelum dikeringakan,
kemudian pada gambar 9 adalah kerupuk yang telah dikeringkan. Selanjutnya
pada gambar 10 merupakan tampilan pada aplikasi blynk yang ketika indikator
heater on, pada gambar 11 merupakan tampilan blynk saat indikator heater off.
12
Tabel 2. Hasil pengujian alat
Percobaan Suhu
(0 C)
Waktu
(Menit)
Kondisi
Heater
Tegangan
Heater (V)
Tegangan
Fan (V)
Arus
Heater(A)
Arus
Fan(A)
Suhu 400 C 33 10 On 12,02 12,33 6,94 0,182
43 20 Off 0 12,41 0 0,181
39 30 On 12,04 12,34 7,29 0,181
36 40 On 12,05 12,58 7,13 0,179
42 60 Off 0 12,59 0 0,178
39 90 On 12,04 12,34 7,29 0,181
Suhu 600 C 43 10 On 12,06 12,47 7,55 0,177
51 20 On 12,05 12,59 7,64 0,176
60 30 Off 0 12,39 0 0,174
54 40 On 12,01 12,45 7,73 0,174
61 60 Off 0 12,43 0 0,174
Suhu 800 C 73 10 On 12,07 12,36 7,88 0,178
77 20 On 12,02 12,35 7,89 0,175
79 30 On 12,05 12,58 8,03 0,181
Pengambilan data pada tabel 2 bekerja pada suhu yang telah ditentukan
dengan berbagai kondisi suhu awal. Suhu pertama adalah 400C, pada suhu ini
kerupuk akan kering pada menit ke 90. Suhu kedua adalah 600C, pada suhu ini
kerupuk akan kering pada menit 60 dan suhu ketiga adalah 800C, pada suhu ini
kerupuk akan kering pada menit 30. Heater akan mati secara otomatis ketika suhu
melebihi kondisi suhu yang telah ditentukan. Fan akan tetap menyala selama
proses pengeringan berlangsung untuk membuat sirkulasi panas dalam box tetap
merata. Pada tegangan dan arus pada fan tetap konstan, sedangkan pada heater
ketika mati maka tegangan dan arus bernilai nol.
13
Gambar 12. Grafik waktu terhadap suhu
Gambar 13 merupakan grafik waktu terhadap suhu, sumbu x atau garis
mendatar merupakan waktu lama pengeringan (menit). Sumbu y atau garis
vertikal merupakan suhu (0C). Pada garis grafik pertama, suhu awal diatur pada
40 derajat, pada 10 menit pertama sensor suhu sebesar 330C , pada menit 20
karena suhu melebihi suhu awal yang telah ditentukan yaitu 400C maka otomatis
heater akan mati, pada menit 30 suhu terbaca sebesar 390C, pada menit ke 40
suhu terbaca sebesar 360C, disini heater akan menyala kembali, pada menit ke
60 suhu membaca 420C dan otomatis heater akan mati, dan pada menit 90
kerupuk sudah kering. Pada garis grafik kedua, suhu awal diatur pada 600C. 10
menit pertama suhu sebesar 430C, pada menit 20 suhu sebesar 510C, pada menit
30 heater akan mati karena melebihi suhu yang telah ditentukan, menit 40 suhu
sebesar 540C dan heater kembali menyala, pada suhu 600C kerupuk kering pada
menit ke 60. Garis grafik ke tiga suhu awal diatur pada 800C, 10 menit pertama
suhu sebesar 730C, pada menit 20 suhu sebesar 770C dan kerupuk kering pada
menit 30.
90 80 70 60 50 40 30 20 10
0
73 77 79 60 61
54
43 33
51 43
39 42 36 39
10 20 30 40 60 90
40 derajat 60 derajat 80 derajat
40 Derajat 8
6,94 7,29 7,13 7,29 6
4 2 0
33 0
43 39 36 0
42 39 SUHU (CELCIUS)
ARU
S (A)
14
Gambar 13. Grafik arus terhadap suhu(40 derajat) Gambar 13 suhu awal diatur pada suhu 400C, pada suhu 330C arus bernilai 6,94 A,
pada suhu 430C arus bernilai 0A karena heater posisi mati. Suhu 390C arus 7,29 A
kemudian suhu 360C arus yang mengalir sebesar 7,13 A. Pada suhu 420C arus
bernilai 0 seperti pada suhu 420C dikarenakan heater dalam keadaan mati dan suhu
39 arus bernilai 7,29 A.
Gambar14. Grafik arus terhadap suhu(60 derajat)
Gambar 14 suhu awal diatur sebesar 600C pada suhu 430C arus sebesar
7,55 A kemudian pada suhu 510C arus sebesar 7,64 A. Saat suhu 600C tidak ada
arus yang mengalir dikarenakan heater dalam posisi mati. Suhu 540C arus yang
mengalir sebesar 7,73 A dan suhu 600C tidak arus yang mengalir karena posisi
heater dalam keadaan mati.
Gambar15. Grafik arus terhadap suhu(80 derajat)
Gambar 15 suhu awal diatur sebesar 800C. Pada saat suhu 730C arus
yang mengalir sebesar 7,88 A. Suhu 770C arus mengalir sebesar 7,89 A
60 Derajat 10
8 6 4 2 0
7,55 7,64 7,73
43 51 0
60
Suhu (Celcius) 54
0 61
80 Derajat 8,05
8 7,95
8,03
7,9 7,85
7,8
7,88 7,89
73 77 Suhu (Celcius)
79
Arus
(A)
Arus
(A)
15
selanjutnya pada suhu 790C arus yang mengalir sebesar 8,03 A.
4. PENUTUP Setelah melakukan pengujian, alat ini bisa berfungsi dengan baik. Heater dapat
menghasilkan panas dan fan dapat membuat sirkulasi panas dalam box merata.
Data suhu yang terbaca oleh sensor akan dikirimkan ke aplikasi blynk jika
terhubung dengan internet. Alat ini sudah dapat untuk mengeringkan kerupuk
secara maksimal pada keadaan hujan atau mendung, pada saat suhu awal diatur
400C kerupuk dapat kering pada menit 90, ketika suhu 600C kerupuk dapat
kering selama 60 menit dan ketika suhu 800C kerupuk akan kering selama 30
menit. Ketika heater mati dan suhu dalam box turun 4-50C maka heater akan
otomatis menyala kembali, agar suhu dalam box tetap stabil, Semakin besar suhu
maka akan semakin cepat proses pengeringan berlangsung.
PERSANTUNAN Segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat serta
hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
dengan judul “Perancangan Pengering Kerupuk Otomatis Berbasis IoT” Penulis
tak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Kepada kedua Orang tua yang selalu memberi dukungan dan
semangat untuk menyelesaikan tugas akhir.
2. Bapak Umar, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
membimbing dan selalu memberi masukan dalam penelitian tugas akhir ini.
3. Dosen Teknik elektro yang telah membimbing dan memberi ilmu selama perkuliahan
4. Teman-teman kuliah Fikri, Dery, Agus, Vide, Ilham, Gilang yang telah
membantu menyelesaikan tugas akhir
5. Seluruh pihak yang memberikan bantuan dan doa untuk kelancaran
penelitian tugas akhir ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyanto, O., Suratmo, B., & Susanti, D. Y. (2017). Perancangan Pengering Kerupuk Rambak. Jurnal Integrasi Sistem Industri, Volume 4 No. 1
16
Duarte, Raposo., André, Rodrigues., Soraya, Sinche., Jorge, Sá Silva and Fernando, Boavida. (2018). Industrial IoT Monitoring: Technologies and Architecture Proposal. Polytechnic Institute of Coimbra, ISCAC, Coimbra 3040-316, Portugal
El Zaky Rizki Hakim, H. H. (2017). Perancangan mesin pengering Hasil Pertanian secara konveksi dengan elemen pemanas Infrared berbasis mikrokontroler arduino uno dengan sensor DS18B20. Jurnal Online Teknik Elektro, 16–20.
Filza, A. S., Rakhmi, F., Mario, R. W., Haqiqi, M., Rahma, H. M., Rinda, K., & Fidaussy Yustiningsih. (2019). Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Dunia. Jakarta
In, Lee., Kyoochun, Lee. (2015). The Internet of Things (IoT): Applications, investments, and challenges for enterprises, Business Horizons, Volume 58, Issue 4, Pages 431-440
Morteza, Ghobakhloo. (2020). Industry 4.0, digitization, and opportunities for sustainability. Journal of Cleaner Production. Volume 252. 119869
Novarini., Sukadi., Lestari, O. R. (2019). Peningkatan Proses Pengeringan Kerupuk Ikan Di Desa Tengah Kecamatan Pelayangan Kota Jambi. Jambi
Paryanto. (2013). Tungku Peleburan Aluminium, Yogyakarta, FT UNY Yogyakarta.
Rizaldi, Septian. (2021). Rancang Bangun Sistem Pengering Kerupuk Ikan Otomatis Hemat Biaya Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Produksi Dan Higienitas Kerupuk Ikan Di Kenjeran. Surabaya
Rozikin, M. I., Ariyanto, Y., Firdaus V. A. H. (2020). Alat Pengering Kerupuk Berbasis Arduino Menggunakan Metode Fuzzy. Malang
Saurabh, Vaidyaa., Prashant, Ambadb., Santosh, Bhoslec. (2018). Industry 4.0 – A Glimpse. Department of Mechanical Engineering, Maharashtra Institute of Technology, Aurangabad – 431010, India
Syafriyudin ; Purwanto, D. P. (2009). Oven Pengering Kerupuk Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535.
Wibowo, H., Pumomo, E. (2004). Pembuatan Alat Pengering Kerupuk Untuk Industri Kecil Pedesaan. Yogyakarta