16
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II PERANAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DALAM PERKEMBANGAN REMAJA Dosen Pengampu: Dra. Titik Muti’ah, M.A, P.hD. Disusun oleh : Isnaini Muslikhah (2014011010) FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA 2015

PERANAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DALAM PERKEMBANGAN REMAJA

Embed Size (px)

Citation preview

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II

PERANAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DALAM

PERKEMBANGAN REMAJA

Dosen Pengampu: Dra. Titik Muti’ah, M.A, P.hD.

Disusun oleh :

Isnaini Muslikhah (2014011010)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2015

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

Peranan Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) dalam Perkembangan Remaja ini

dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai pentingnya peranan peer group dalam

perkembangan remaja. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah

ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya

berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan saya buat di

masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran

yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan

kita dapat mengambil manfaatnya sehingga dapat memberikan ilmu pengetahuan

terhadap pembaca.

Yogyakarta, April 2016

Penyusun

iii

DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang 1

B. Rumusan masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Remaja dan Perkembangannya 3

B. Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 4

C. Ciri-Ciri Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 6

D. Macam-Macam Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 7

E. Fungsi Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 8

F. Pengaruh Perkembangan Peer Group 10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan 12

Daftar Pustaka 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia pasti melalui tahap-tahap kehidupan yang saling

mempengaruhi satu sama lainnya. Salah satunya adalah tahap remaja yang

memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Secara tradisional

masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi

sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar (Hurlock, 1993).

Remaja sebagai siswa di sekolah, memandang seorang teman

mempunyai tingkatan social kompetensi yang mampu memberikan energi

tersendiri dalam penyesuaiannya dilingkungan sekolahnya. Selain peran

keluarga, peran lingkungan juga sangat membantu remaja dalam

perkembangannya. Salah satunya yaitu dengan hubungan peer group.

Hubungan peer group yang positif dapat memberikan dukungan social yang

baik terhadap remaja yang memiliki berbagai masalah dalam proses

perkembangan, sehingga memunculkan kualitas persahabatan yang positif

pula. Seperti disebutkan Hurlock (1992) bahwa perkembangan pribadi

seseorang sebagian besar tergantung pada interaksi individu dengan individu

lain melalui hubungan yang baik dan jujur, penuh rasa percaya, cita-cita dan

komitmen bersama. Namun tidak sedikit pula remaja yang salah memilih

kelompok sebayanya sehingga menimbulkan perilaku yang negatif dimana

masa remaja adalah masa krisis identitas sehingga sangat mudah dipengaruhi

oleh lingkungan sebayanya. Oleh sebab itu, peer group penting untuk

diperhatikan karena memiliki peranan yang cukup penting bagi perkembangan

remaja.

2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusuan masalah yang

diperoleh yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan remaja dan perkembangan remaja?

2. Apa yang dimaksud dengan peer group?

3. Bagaimana ciri-ciri dan macam-macam bentuk peer group?

4. Apa saja fungsi peer group?

5. Bagaimana pengaruh perkembangan peer group?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui dan memahami pentingnya peer group dalam

perkembangan remaja.

2. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri dan macam-macam bentuk

peer group.

3. Untuk mengetahui dan memahami fungsi peer group.

4. Untuk mengetahui dan memahami dampak atau pengaruh peer group.

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Remaja dan Perkembangannya

Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12

tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22

tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian,

yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan

usia 17/18 tahun sampai dngan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Pada usia ini,

umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah.

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolesence, berasal dari

bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan”.

Istilah adolesence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup

kematangan mental emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan

ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa secara

psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi

kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa

dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama,

atau paling tidak sejajar.

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah

tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara

penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan

orang dewasa. Oleh karena itu remaja, seringkali dikenal dengan fase mencari

jati diri. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara

maksmal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks dkk, 1989). Namun yang

perlu ditekankan disini adalah bahwa fase remaja merupakan fase

perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial baik dilihat dari

aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Remaja dikarakteristikkan sebagai masa

4

pencarian jati dirinya sendiri ditandai oleh hubungan teman sebaya yang erat

dan pembentukan clique, penemuan nilai-nilai dan ideal-ideal yang tinggi,

perkembangan kepribadian dan pembentukan identitas, dan pencapaian status

dewasa dengan tugas-tugas menantangnya dan tanggung jawab (Pikunas,

1976).

B. Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Salah satu kegiatan yang dikembangkan individu pada masa remaja

adalah menjalin interaksi dengan teman yang sebaya (Gander & Gardiner,

1981). Remaja cenderung membentuk kelompok-kelompok sebaya yang

mereka sebut dengan sahabat. Istilah persahabatan atau pertemanan

menggambarkan perilaku kerjasama dan saling mendukung antara dua atau

lebih entitas sosial. Ikatan persahabatan akan ditunjukkan oleh perilaku saling

menolong di antara mereka, saling percaya, dan juga saling setia. Haber dan

Runyon (1984) menyatakan bahwa persahabatan adalah hubungan

interpersonal antar individu. Hubungan interpersonal yang efektif

memerlukan individu-individu dengan karakteristik pribadi yang sehat dan

seimbang. Perkembangan pribadi seseorang sebagian besar tergantung pada

interaksi individu dengan individu lain melalui hubungan yang baik dan jujur,

penuh rasa percaya, cita-cita dan komitmen bersama (Hurlock, 1992).

Peer group adalah kelompok teman anak sebaya yang sukses di mana

ia dapat berinteraksi (Santoso,1999:85). Dalam kelompok teman sebaya (peer

group), individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainya seperti

di bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu.

Di dalam peer group tidak dipentingkan adanya struktur organisasi, namun di

antara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas

keberhasilan dan kegagalan kelompoknya. Dalam peer group ini, individu

menemukan dirinya (pribadi) serta dapat mengembangkan rasa sosialnya

sejalan dengan perkembangan kepribadiannya. Menurut pakar psikologi

remaja Santrock, Cartwright dan Zander (kompas.com) “peer group adalah

5

sekumpulan remaja sebaya yang punya hubungan erat dan saling tergantung.

Maka di sekolah, atau di lingkungan tempat tinggal kita, biasanya ada

kelompok pertemanan”. Mereka terdiri atas beberapa orang yang merasa

punya ikatan kuat. Mereka kelihatan selalu bersama-sama dalam melakukan

berbagai aktivitas. Pendapat lain dikemukakan oleh St.Vembriarto (1993:54)

“kelompok teman sebaya berarti individu-individu anggota kelompok sebaya

itu mempunyai persamaan-persamaan dalam berbagai aspeknya”. Menurut

St.Vembriarto (1993: 55) ada beberapa pokok dalam pengertian teman

sebaya:

a. Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang hubungan diantara

anggotanya intim.

b. Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu-individu yang

mempunyai persamaan usia dan status atau posisi social.

c. Istilah kelompok dapat menunjuk kelompok anak-anak, kelompok

remaja.

Dalam kelompok teman sebaya (Peer group) akan memungkinkan

individu untuk saling berinteraksi, bergaul dan memberikan semangat dan

motivasi terhadap teman sebaya yang lain secara emosional. Adanya ikatan

secara emosional dalam kehidupan peer group akan mendatangkan berbagai

manfaat dan pengaruh yang besar bagi individu yang berada dalam kelompok

tersebut. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peer group

adalah sekelompok teman sebaya yang mempunyai ikatan emosional yang

kuat dan mereka dapat berinteraksi, bergaul, bertukar pikiran dan pengalaman

dalam memberikan perubahan dan pengembangan dalam kehidupan sosial

dan pribadinya.

Remaja sebagai siswa di sekolah, memandang seorang teman

mempunyai tingkatan sosial kompetensi, dan untuk mengukur tingkat

kesesuaian diri remaja dalam membina hubungan dengaan orang lain maka

terdapat kualitas persahabatan yang menjadi prediktor untuk

6

mengindentifikasi penyesuaian tersebut. Kualitas peer group terdiri dari

kualitas persahabatan yang positif (seperti perasaan aman, pertemanan,

dukungan) dan kualitas persahabatan yang negatif (seperti konflik,

dominansi, permusuhan). Hubungan peer group yang positif dicirikan dengan

hubungan remaja yang membangun. Dimana terdapat dukungan sosial yang

baik dalam hubungannya, seperti ketika menghadapi peristiwa tertekan atau

stres (Laursen dalam Gunarsa, 2004). Dibandingkan dengan yang tidak

memiliki hubungan peer group atau hubungan peer group yang negatif, siswa

yang memiliki hubungan peer group yang positif lebih dapat mengatasi stres

karena dukungan dari teman-temannya.

Selain itu, peer group yang positif berpengaruh terhadap adanya

keahlian sosial yang diperoleh, seperti kemampuan kejasama dengan orang

lain. Hubungan peer group yang positif akan memberi hasil pada prestasi

akademik dan keterlibatan dalam kegiatan sekolah, sedangkan hubungan peer

group yang negatif akan menimbulkan masalah perilaku. Masalah perilaku

yang muncul pada remaja seperti terlibat dalam perkelahian, tawuran,

penggunaan obat-obatan, seks bebas sampai pada kenakalan remaja (Laursen

dalam Gunarsa, 2004).

C. Ciri-ciri Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Menurut Slamet Santoso (1999:87) ciri-ciri kelompok teman sebaya

(peer group) adalah sebagai berikut:

1. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas

Peer group terbentuk secara spontan. Diantara anggota kelompok

mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ada satu diantara anggota

kelompok yang dianggap sebagai pemimpin. Dimana semua anggota

beranggapan bahwa dia memang pantas dijadikan sebagai pemimpin,

biasanya disegani dalam kelompok itu.

7

2. Bersifat sementara

Karena tidak adanya struktur yang jelas, maka kelompok ini

kemungkinan tidak bisa bertahan lama, jika yang menjadi keinginan

masing-masing anggota kelompok tidak tercapai, atau karena keadaan

yang memisahkan mereka seperti pada teman sebaya di sekolah.

3. Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas

Misalnya teman sebaya di sekolah, mereka umumnya terdiri dari

individu yang berbeda-beda lingkungannya, yang mempunyai aturan atau

kebiasaan yang berbeda-beda. Lalu mereka memasukkannya dalam

kelompok sebaya sehingga mereka saling belajar secara tidak langsung

tentang kebiasaan itu dan dipilih yang sesuai dengan kelompok, kemudian

dijadikan kebiasaan kelompok.

4. Anggotanya adalah individu yang sebaya. Contoh konkretnya pada anak-

anak usia SMP atau SMA.

D. Macam-macam Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Menurut para ahli yang dikutip oleh Andi Mappiare (1982: 158)

terdapat kelompok-kelompok yang terbentuk dalam masa remaja. Kelompok-

kelompok tersebut adalah:

1. Kelompok “Chums” (sahabat karib)

Chums yaitu kelompok dalam mana remaja bersahabat karib

dengan ikatan persahabatan yang sangat kuat. Anggota kelompok biasanya

terdiri dari 2-3 remaja dengan jenis kelamin yang sama, memiliki minat,

kemampuan dan kemuan-kemauan yang mirip. Beberapa kemiripan itu

membuat mereka sangat akrab, walaupun kadang-kadang terjadi juga

perselisihan, tetapi dengan mudah mereka melupakan.

2. Kelompok “Cliques” (komplotan sahabat)

Cliques biasanya terdiri dari 4-5 remaja yang memiliki minat,

kemampuan dan kemauan-kemauan yang relative sama. Cliques biasanya

8

terdiri dari penyatuan dua pasang Chums yang terjadi pada tahun-tahun

pertama masa remaja awal. Jenis kelamin remaja dalam satu Cliques

umumnya sama.

3. Kelompok “Crowds” (kelompok banyak remaja)

Crowds biasnya terdiri dari banyak remaja, lebih besar dibanding

Cliques. Karena besarnya kelompok, maka jarak emosi antara anggota

juga agak renggang. Dengan demikian terdapat kemampuan, minat dan

kemauan diantara para anggota Crowds.

4. Kelompok yang diorganisir

Kelompok yang diorganisir merupakan kelompok yang sengaja

dibentuk dan diorganisir oleh orang dewasa yang biasanya melalui

lembaga lembaga tertentu misalnya sekolah. Kelompok ini timbul atas

dasar kesadaran orang dewasa bahwa remaja sangat membutuhkan

penyesuaian pribadi dan sosial, penerimaan dan ikut serta dalam suatu

kelompok-kelompok.

5. Kelompok “Gangs”

Gangs merupakan kelompok yang terbentuk dengan sendirinya

yang pada umumnya merupakan akibat pelarian dari empat jenis

kelompok tersebut diatas. Mereka belajar memahami teman-teman mereka

dan peraturan yang ada.

E. Fungsi Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Sebagaimana kelompok sosial yang lain, maka peer group juga

mempunyai fungsi. Menurut Santoso (1999: 85-87) Fungsi fungsi peer group

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengajarkan kebudayaan. Dalam peer group ini diajarkan kebudayaan

yang berada di tempat itu.

9

2. Mengajarkan mobilitas sosial. Mobilitas sosial adalah perubahan status

yang lain. Misalnya ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat

sosial). Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas menengah ini

dinamakan mobilitas sosial.

3. Membantu peranan sosial yang baru. Peer group memberikan

kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru.

4. Peer group sebagai sumber informasi bagi orangtua dan guru bahkan

untuk masyarakat. Kelompok teman sebaya di sekolah bisa sebagai

sumber informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial

individu dan seorang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dalam

kelompoknya.

5. Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama

lain. Karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan

dalam kelompok, mereka saling tergantungan satu sama lainnya.

6. Peer group mengajarkan moral orang dewasa. Anggota peer group

bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa, untuk

mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka belajar memperoleh

kemantapan sosial.

7. Di dalam peer group, individu dapat mencapai kebebasan sendiri.

Kebebasan di sini diartikan sebagi kebebasan untuk berpendapat,

bertindak atau menemukan identitas diri. Karena dalam kelompok itu,

anggota-anggota yang lainnya juga mempunyai tujuan dan keinginan

yang sama.

8. Di dalam peer group, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang baru.

Dengan adanya kelompok sosial seperti peer group tersebut akan

memberikan ruang dan waktu kepada individu untuk berubah dan

berkembang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan pribadinya

dalam aspek kehidupan sosialnya. Mereka akan mengalami perubahan

dalam berbagai hal yang memungkinkan untuk berperan menjadi lebih

luas dalam kehidupan kelompok sosialnya yang ditandai dengan

perubahan sikap dan perilakunya.

10

Menurut E Mavis Hetherington and Ross D Parke (1979:486)

sebagaimana kelompok sosial yang lain, maka kelompok teman sebaya (peer

group) juga mempunyai fungsi yaitu:

1. Memberi perhatian yang positif dan saran: mengunjungi, memberikan

kejutan/hadiah, saran, menawarkan bantuan, tersenyum, membentuk

seseorang dari anak lain yang membutuhkan, percakapan umum.

2. Memberikan sikap dan penerimaan pribadi: secara fisik dan lisan.

3. Sikap tunduk: penerimaan pasif, meniru, sharing, menerima ide orang

lain, mengikuti anak lain yang bermain, berkompromi, mengikuti teman

yang lain meminta dengan keenagan dan kerjasama (kooperatif).

Dalam peer group mereka akan bersikap lebih dewasa dan berusaha

untuk dapat setara dan memberikan sesuatu yang bermanfaat dalam

kelompok, seperti belajar untuk menjadi pemimpin kelompok yang baik,

memberikan konstribusi dan pengaruh terhadap kelompok dengan suasana

yang menyenangkan dan penuh dengan keleluasaan dan kebebasan dalam

menemukan identitas diri dan juga konsep dirinya.

F. Pengaruh Perkembangan Peer Group

Dalam pertemanan sebuah peer group akan ada dampak atau pengaruh

terhadap berkembangan remaja anggotanya baik pengaruh positif maupun

negative. Menurut Santoso (1999: 88) dampak-dampak tersebut antara lain:

1. Pengaruh positif dari peer group adalah:

a. Apabila individu di dalam kehidupannya memiliki peer group maka

mereka akan lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.

b. Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan.

c. Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan

dapat membentuk masyarakat yang akan direncanakan sesuai dengan

kebudayanan yang mereka anggap baik.

d. Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan

dan melatih bakatnya.

11

e. Mendorong individu untuk bersifat mandiri.

f. Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok.

2. Pengaruh negatif dari peer group adalah :

a. Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan.

b. Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota.

c. Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan yang lain yang tidak

memiliki kesamaan dengan dirinya.

d. Timbul persaingan antar anggota kelompok.

e. Timbul pertentangan/gap-gap antar kelompok sebaya.

Dalam pergaulan baik individu maupun kelompok harus dapat belajar

berperilaku agar menuju kehidupan yang lebih baik. Kelompok teman sebaya

(peer group) membutuhkan kedisiplinan agar dalam menjalankan aktivitas

kelompoknya memperoleh suatu pengakuan dari masyarakat, karena telah

berbuat sesuai dengan aturan dalam kehidupan bermasyarakat. Kedisiplinan

harus ditanamkan dan dikembangkan dengan kebiasaan yang baik, agar

seseorang dapat mencapai kehidupan yang baik, karena kedisiplinan

merupakan kunci untuk meraih kesuksesan.

12

BAB III

KESIMPULAN

Peer group merupakan kelompok teman anak sebaya yang sukses di

mana ia dapat berinteraksi. Dalam kelompok teman sebaya (peer group),

individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainya seperti di

bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu.

Kelompok teman sebaya sangat berpengaruh terhadap citra diri remaja. Remaja

menjadi lebih dekat dengan teman sebayanya, karena mereka menganggap

bahwa teman sebaya dapat memahami keinginannya sehingga mereka ingin

menghabiskan waktunya dengan teman-temannya. Remaja dalam bergaul

dengan teman sebaya merasa diberi status dan memperoleh simpati. Kualitas

peer group terdiri dari kualitas persahabatan yang positif (seperti perasaan

aman, pertemanan, dukungan) dan kualitas persahabatan yang negatif (seperti

konflik, dominansi, permusuhan). Karena itu dalam pergaulan baik individu

maupun kelompok harus dapat belajar berperilaku agar menuju kehidupan

yang lebih baik. Kelompok teman sebaya (peer group) membutuhkan

kedisiplinan agar dalam menjalankan aktivitas kelompoknya memperoleh suatu

pengakuan dari masyarakat. Oleh sebab itu, peer group sangat penting untuk

diperhatikan karena memiliki peranan yang cukup penting bagi perkembangan

remaja.

13

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad, Mohammad Asrori. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Asmara, Tejo. 2007. Efektivitas Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer Group

dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas III A di SMP Mardisiswa 1

Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Bayani, Irma, Sumastri Sarwasih. 2013. Attachment dan Peer Group dengan

Kemampuan Coping Stress Pada Siswa Kelas VII di SMP RSBI Al Azhar 8

Kemang Pratama. Jurnal Soul. Vol. 6, No.1.

Ekasari, Agustina, Zesi Andriyani. 2013. Pengaruh Peer Group Support dan Self-

Esteem Terhadap Resilience Pada Siswa SMAN Tambun Utara Bekasi.

Jurnal Soul. Vol. 6, No.1.

Hariastuti, Retno Tri. 2012. Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer

Group untuk Meningkatkan Kemampuan Remaja dalam Menjalin

Persahabatan. Jurnal Psikologi. Vol. 2, No. 2. 135-140.

Indrayana, Praditya, Fabiola Hendrati. 2013. Hubungan antara Kecerdasan

Emosional dan Konformitas Kelompok Teman Sebaya dengan Konsep Diri

Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 2, No. 3, 199 – 207.

Nisfiannoor, M., Yuni Kartika. 2004. Hubungan antara Regulasi Emosi dan

Penerimaan Kelompok Teman Sebaya pada Remaja. Jurnal Psikologi. Vol. 2

No. 2, 160-178.

Wulan, Dewi Sri Nawang. 2007. Hubungan antara Peranan Kelompok Teman

Sebaya (Peer Group) dan Interaksi Siswa dalam Keluarga dengan

Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas XI MAN 1 Sragen Tahun Ajaran

2006/2007. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret.