72
Penyelamatan Simbol Negara “GARUDA” melalui Pelepasliaran Kembali Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) hasil sitaan di Kawasan Kawah Ijen dalam rangka Peningkatan Populasi Spesies Prioritas Terancam Punah di Jawa Timur Fajar Dwi Nur Aji Asman Adi Purwanto Warsono Sulis Kristiyanto Dewi Sasmita Heru Cahyono Johan Nuary Alifi Fitriana Rokhmah

Penyelamatan Simbol Negara “GARUDA” melalui Pelepasliaran Kembali Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) hasil sitaan di Kawasan Kawah Ijen dalam rangka Peningkatan Populasi Spesies Prioritas

Embed Size (px)

Citation preview

Penyelamatan Simbol Negara “GARUDA”

melalui Pelepasliaran Kembali Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) hasil sitaan

di Kawasan Kawah Ijen dalam rangka Peningkatan Populasi Spesies Prioritas

Terancam Punah di Jawa Timur

Fajar Dwi Nur AjiAsman Adi PurwantoWarsonoSulis Kristiyanto Dewi Sasmita Heru CahyonoJohan NuaryAlifi Fitriana Rokhmah

1

Penyelamatan Simbol Negara “GARUDA” melalui Pelepasliaran Kembali Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) hasil sitaan

di Kawasan Kawah Ijen dalam rangka Peningkatan Populasi Spesies Prioritas Terancam Punah di Jawa Timur

Disusun Oleh:

Fajar Dwi Nur AjiAsman Adi Purwanto

WarsonoSulis Kristiyanto

Dewi Sasmita Heru CahyonoJohan Nuary

Alifi Fitriana Rokhmah

Surabaya, 2013

2

Penyelamatan Simbol Negara “GARUDA” melalui Pelepasliaran Kembali Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) hasil sitaan di Kawasan Kawah Ijen da-lam rangka Peningkatan Populasi Spesies Prioritas Terancam Punah di Jawa Timur

Penyusun Fajar Dwi Nur AjiAsman Adi PurwantoWarsono Sulis Kristiyanto Dewi SasmitaHeru CahyonoJohan NuaryAlifi Fitriana Rokhmah

PenyuntingIr. Ludvie AchmadIr. Dadang Wardana MScIr. Sunandar Trigunajasa N.Zaini RakhmanGunawan

KontributorSukarelawan East Java Saving Garuda Program

KutipanAji, F.D.N., Purwanto, A.A., Warsono, Kristiyanto, S., Sasmita,D., Cahyo-no, H., Nuary, J. dan Rokhmah, A.F. 2013. Penyelamatan Simbol Negara “GARUDA” melalui Pelepasliaran Kembali Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) hasil sitaan di Kawasan Kawah Ijen dalam rangka Peningkatan Populasi Spesies Prioritas Terancam Punah di Jawa Timur- Laporan. BBKSDA JATIM--Raptor Indonesia, Surabaya.

3

P E N G A N T A R

Spesies Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) merupakan burung endemik yang hanya dapat dijumpai di Pulau Jawa. Spesies ini termasuk yang menghadapi resiko kepunahan karena berkurangnya habitat yang telah banyak berubah peruntukannya serta masih maraknya perburuan untuk perdagangan. Di tingkat global, satwa ini dimasukan dalam daftar Appendik II CITES, dikategorikan ke dalam satwa ”terancam punah” (endangered) di Buku Data Merah IUCN.

Upaya pelestarian Elang Jawa diawali sejak ditetapkannya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970, tanggal 26 Agustus 1970, selanjutnya diperkuat dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa).

Perhatian pemerintah terkait elang jawa juga dituangkan dalam Keputusan Presiden 4 tahun 1993 tentang bunga dan satwa nasional, dimana elang jawa ditetapkan sebagai spesies kebanggaan nasional. Disamping itu, elang jawa juga dimasukkan kedalam spesies prioritas tinggi untuk dikonservasi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dalam merealisasikan upaya pelestarian elang jawa tersebut ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal PHKA nomor :

• SK.181.IV-Set/2010, tanggal 18 Nopember 2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal PHKA tahun 2010-2014 yang merupakan dasar bagi komitmen bersama untuk Pencapaian Indikator Kinerja Utama

4

Ditjen PHKA dalam Peningkatan Populasi Spesies Prioritas Terancam Punah sebesar 3 %.

• SK.132/IV-KKH/2011 telah ditetapkan Empat Belas Spesies Terancam Punah Yang Dijadikan Spesies Prioritas Utama Untuk Peningkatan Populasi 3% Pada Tahun 2010-2014 dimana elang jawa merupakan salah satu dari empat belas spesies tersebut.

• SK.109/IV-KKH/2012, tanggal 19 Juni 2012 tentang Peta Jalan Peningkatan Populasi 14 (empat belas) spesies prioritas utama terancam punah.

Tanggal 15 Januari 2013 menjadi refleksi bagi Balai Besar KSDA Jawa Timur dalam memperingati 20 Tahun (tepatnya tanggal 10 Januari 1993 ditetapkan-nya elang jawa (Spizaetus bartelsi) sebagai simbol nasional karena kemiripan-nya dengan “Burung Garuda” Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Balai Besar KSDA Jawa Timur bekerja sama dengan Raptor Indonesia (RAIN), Perum Perhutani Unit II Jawa Timur (KPH Banyuwangi Barat), serta rekan-rekan voulentir dari beberapa perguruan tinggi di Jawa Timur (PEKSIA – Biologi Universitas Airlangga, Kelompok Minat Profesi Veteriner Pet & Wild – FKH Universitas Airlangga, PECUK – Biologi Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya, KELAWAR – FKH Universitas Brawijaya, MAPALIPMA – Institut Pertanian Malang, MALANG EYES LAPWING - Biologi Universitas Negeri Malang, ZOOTHERA – Biologi Universitas Brawijaya Malang, Mapala Politeknik Negeri Banyuwangi untuk melepasliarkan elang jawa sitaan dari hasil operasi represif di Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 28 September 2012 ke habitat alaminya di site monitoring elang jawa di sekitar Cagar Alam/Taman Wisata Alam Kawah Ijen.

Kegiatan pelepasliaran yang dilaksanakan merupakan implementasi dari kegia-tan pokok sebagaimana tertuang dalam peta jalan peningkatan populasi 14

(empat belas) spesies prioritas utama terancam punah di Jawa Timur, dengan tujuan untuk :

1. Meningkatkan potensi konservasi jangka panjang terhadap spesies dan kawasan

2. Mengembalikan peran dan fungsi ekologis dan biologis satwa yang dilepasliarkan

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan pelepasliaran elang jawa ini ke habitat alaminya mulai pra pelepasliaran, pelepasliaran sampai dengan monitoring pasca pelepasliaran.

Kesamaan persepsi dan kerjasama para pihak dalam pelestarian populasi satwa ini dari kepunahan sangat memegang peranan penting dalam menentukan ke-suksesan upaya konservasi elang jawa di Indonesia.

Surabaya, Februari 2013

Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur,

Ir. Ludvie Achmad

NIP. 19541115 198203 1 005

5

Sylvia, Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di kandang Habituasi menggunakan Wingmarker pada sayap kiri dengan Kode Jatim 01 yang artinya elang jawa pertama yang dilepasliarkaan di Jawa Timur. Foto oleh: Asman Adi Purwanto

6

Tim sukarelawan dan Staff Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur berfoto bersama sesaat setelah pelepasliaran (15/01/2013) . Foto: Doc BBKSDA Jatim.

7

U C A P A N T E R I M A K A S I H

Rasa terima kasih kami sampaikan kepada rekan-rekan Raptor Indonesia, Iwan Febrianto (Surabaya) Heru Cahyono (Malang), Kisma D. Wijaya (Banyuwangi) Alifi Fitriana R, Sitta Yusti Azizah, Topan Cahyono, Okie Kristyawan, Ma’ruf Erawan (Jogja), Zaenal Mutaqien, Tedi Setiadi, Ade Rahmat, Muhammad Hafif (Bandung), Gunawan, Hendry Pramono dan Djamaludin (Suaka Elang) atas masukan dan dukungannya.

Ucapan terima kasih banyak yang tidak terhingga kepada rekan-rekan sukarelawan atas dedikasi dan pengorbanan dalam mendukung kegiatan ini; Faradlina Mufti, Mas Untung, Nova Ika R.S, Wizarotul Haqqoniyah (Biolaska Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga-Yogyakarta); M. Rosyid Ridho, Zulfikar Abdullah. Zulqarnain Assiddiqi, Prajawan Kusuma Wardana, Arellea Revina Dewi, R. Arif Alfauzi, Imam Kholil (Bionic-Universitas Negeri Yogyakarta); Samsul Ma’arif (KP3 FKT UGM); Afwan Fitra A, Arif Budiawan, Arif Rahmatullah, Bagas Christanta A, Evris Hikmat IS, Gilang Romadhon, Hammam Shardi M.S., Isma Prastani (Kelawar - Universita Brawijaya); Ari Bagus Prasetya, Gavrila Ama-dea, Happy Ferdiansyah, I Wayan Andama, Nur Hidayatin Ni’mah, Randi Saga siousman, Sindhuranu, Yuanistia Shally (KMPV PW Universitas Airlangga); Agus Uwais Al Qorni, Andre Wahyu Prayogo, Ficka Handyan Rahman, Guna Hari Subakti, Mas Aji Priambodo, Syafa’at, Syaifur Rahman dan Yunia Nanta (Mapala Poliwangi-Universtas Politeknik Banyuwangi); Alimaji Sidqi Fathoni, Emanuel Naitio, Muhlisin Rosyidi, Rio, Triyono Effendi, Wiwit Suliantono, Yohanes Ama Kayouwan (MAPALIPMA); Ana Sa’adah, Asmaul Husna, Charina Ramadhani, Diany Ragiel M., Haris Eka, Welly Eka Sandika (MEL Universitas Negeri Malang); Ahmad Yanuar, Ahmada Dian Nur Ilma, Aisyah Asy Syatik, Aisyah Maulida Ha-num, Andreas Wim Kurniawan, Citra Fitrie Riani, Niki Habibi, Nur Sita Hamzati, Sidratu Ainiyah, Siti Arofah, Sofyan Aris, Anindyah Tri Astinengseh, Cholis Mukhlisin, Muhammad Ali Sofani, Albi Hamdani (Pecuk Institute Teknologi Surabaya); Alexander Kurniawan S.P., Ayu Dewi R., Dewi Sasmita, Hening Swasti-kaningrum, Johan Nuari Widyatmoko, Nurul Ayu D., Ratna Sulfika, Riris Da-mayanti, Syaiful Yahya, Akhmad Kharish Fahmi (Peksia Universitas Airlangga); Muhammad Rizky K. Triesha Retno Astari (Zoothera- Universitas Brawijaya) dan teman-teman lainnya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ir. Ludive Achmad (Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur), Ir. Dadang Wardhana, M.Sc.(Kepala Bidang Teknis Balai BEsar KSDA Jawa Timur), Ir. Sunandar Trigunajasa N. (Kepala Bidang KSDA Wilayah III Jember), Agus Arianto, S.Hut. (Kepala Seksi Perlindungan, Pengawetan dan Perpetaan), Ir. Thomas Suryo Utomo (Kepala Seksi Konservasi Wilayah V Banyuwangi), R.M. Wiwied Widodo, S.Hut (Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Surabaya), Resia Hindriatni S.Hut (Polhut BBKSDA JATIM), Agus Irwanto, SP, Penyidik PNS Balai Besar KSDA Jawa Timur, Polisi Kehutanan Seksi Konser-vasi Wilayah III Surabaya, dan seluruh staff BBKSDA Jawa timur yang telah menginisisasi dan memfasilitasi rangkaian kegiatan dalam upaya penelitian dan konservasi Elang Jawa di Jawa Timur, serta Sutris Sumiarno (Mas Nano), yang telah menjaga dan merawat serta memberi pakan Elang Jawa selama proses rahabilitasi di kandang observasi Balai Besar KSDA Jawa Timur.

Kepada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya yang telah membantu dalam pelaksanaan tes medis terhadap elang jawa yang akan dile-pasliarkan.

Kepada Kejaksaan Tinggi Provinsi Jawa Timur yang telah membantu proses peradilan dan penegakan hukum bagi satwa-satwa dilindungi khususnya di daerah Jawa Timur.

Kepada Administratur Perum Perhutani KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur yang telah mengizinkan wilayahnya digunakan untuk membangun kandang habituasi bagi Elang Jawa yang akan dilepasliarakan.

Rasa hormat dan terima kasih kami haturkan kepada Ir. Darori, MM (Direktur Jenderal PHKA - Kementerian Kehutanan); Dr. Ir. Novianto Bambang W., M.Si. (Direktur Konservasi Konservasi Keanekaragaman Hayati – Ditjen PHKA), Ir. Agus S.B. Sutito, M,Sc., Nunu Anugerah,S.Hut.,M.Sc. dan Ikeu Sri Rejeki, S.Hut. (Direktorat Konservasi Konservasi Keanekaragaman Hayati – Ditjen PHKA), Prof. Johan Iskandar Ph.D. (Universitas Padjadjaran-Bandung) dan Dr. Dewi M. Prawiradilaga (LIPI) atas dukungan moral dan masukan keilmuan yang tidak terhingga selama menjalankan program ini.

8

D a f t a r I s i

PENGANTAR 3

UCAPAN TERIMA KASIH 7

PENDAHULUAN 9

ALL ABOUT GARUDA 11

Pameran foto dan Penyebaran informasi Elang Jawa 13

Pendapat publik tentang Elang Jawa dan Garuda 14

Kesimpulan dan Diskusi 24

PELEPASLIARAN ELANG JAWA 27

Pemeriksaan Medis Elang Jawa 28

Pelatihan untuk Sukarelawan 29

Proses Rehabilitasi 30

Survey lokasi pelepasliaran 36

Pembangunan Kandang Habituasi 39

Proses Habituasi 40

Pelepasliaran 45

MONITORING PASCA PELEPASLIARAN 48

Perkembangan Perilaku 49

Penangkapan Elang Jawa Paska Pelepasliaran 51

Psoses Pemulihan dan Pelepasliaran kembali 53

MONITORING PASCA PELEPASLIARAN KEDUA 61

KESIMPULAN DAN DISKUSI 62

CATATAN MEDIA 64

LEMBAGA PENDUKUNG 68

TIM SUKARELAWAN 70

DAFTAR PUSTAKA 71

9

P E N D A H U L U A N

Kanan: Individu remaja elang jawa. Foto oleh: Irawan Subingar.

Siapa yang tak kenal dengan Garuda? Hampir seluruh warga Indonesia mengenalnya, sebagai lambang negara yang berisikan prisip negara ini.

Pertama kali lambang Garuda Pancasila diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pada tanggal 10 Februari 1950. Sekelumit penggambaran tentang Garuda ini menjadi daya tarik tersendiri terhadap mitos dan filosofinya. Keberadaannya telah menyatukan seluruh perbedaan suku, ras dan agama yang ada di negeri ini.

Namun mencuatkan pertanyaan “Darimana mana para pendiri bangsa Indonesia mendapatkan inspirasi garuda yang nampak mirip dengan Elang Jawa?”, tidak banyak yang mengetahui hal tersebut.

Kemudian Pemerintah Indonesia mendeklarasikan Elang Jawa sebagai satwa nasional karena kemiripan jenis ini dengan Garuda-Lambang Negara Indonesia.

Apakah seluruh masyarakat di Indonesia mengetahui tentang hal ihwal Elang Jawa? Sesuatu yang sulit mendapatkan jawabannya.

Sejauh ini, Elang Jawa masih mendapatkan perlakuan yang tidak diharapkan dari penetapan statusnya. Kenyataannya ancaman langsung berupa penangkapan untuk perdagangan masih terus berlangsung dan semakin berkurangnnya hutan di Jawa sebagai habitat utama jenis ini. Sebuah dilema yang dihadapi oleh Elang Jawa dengan statusnya sebagai Burung Nasional kerena kelangkaan dan kemiripannya dengan Garuda-simbol Negara Indonesia, jenis ini semakin banyak diminati dalam rantai perdagangan satwa liar baik di dalam dan luar negeri.

10

Selain itu masih kuat melekat di sebagian besar masyarakat sebuah pandangan bahwa memelihara satwa liar adalah salah satu bagian dari konservasi, karena akan mempertahankan keberadaan satwa itu. Namun jarang sekali dari mereka yang memelihara satwa liar berpikir tentang kondisi satwa dan habitatnya apalagi memiliki program untuk mengembalikannya ke alam.

Upaya penelitian dan pelestarian jenis ini telah dan sedang dilakukan oleh para peneliti dan pemerhati burung pemangsa di Indonesia. termasuk salah satunya adalah apa yanwg kami lakukan di Jawa Timur ini melalui sebuah rangkaian kegiatan dalam upaya penyelamatan Elang Jawa yang dikemas dalam program “East Java-Saving Garuda Program”

Salah satunya adalah mengembalikan kembali Elang Jawa yang seharusnya berada di alam, sehingga ia dapat berperan dalam menjaga lingkungan alami yang sehat tempat manusia dan hidupan liar bias hidup berdampingan. Bila hal tersebut tercapai, Elang Jawa akan menjelma menjadi Garuda yang melindungi baik alam maupun kehidupan masyarakat di Indonesia. Sehingga semangat Garuda dapat dipertahankan.

Semoga Elang Jawa terbang terus di birunya langit Indonesia!!

Menggapai Garuda Foto : Reni Purnama Sari

11

A l l A b o u t G a r u d a

Berawal dari obrolan “warung kopi” diantara para sukarelawan yang peduli dengan nasib Elang Jawa hasil sitaan Balai Besar KSDA Jawa Timur yang akan dilepasliarkan kembali ke alam. Obrolan ini berkembang sehingga muncul pertanyaan : “Apakah seluruh masyarakat di Indonesia mengetahui tentang hal ihwal Elang Jawa?”

Untuk itu munculah gagasan untuk mengadakan sebuah kegiatan kampanye dan pendidikan lingkungan mengenai nilai penting keberadaan Elang Jawa sebagai Burung Garuda.

Kegiatan ini dikemas dalam sebuah tema “All about Garuda” sebuah rang-kaian kegiatan mengenai penyadartahuan dan pendidikan lingkungan dalam rangka upaya pelestarian Elang Jawa sebagai Satwa langka Nasional dan juga Burung Nasional.

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran kritis dengan membangun pemahaman dan kepedulian masyarakat umum akan nilai penting keberdaan Elang Jawa sebagai Simbol Negara dan habitatnya, tidak hanya untuk lingkungan di Indonesia tapi juga untuk lingkungan Global di Asia.

Kegiatan “All About Garuda” dilaksanakan pada hari Minggu, 26 Desember

2012, bertempat di Taman Bungkul Surabaya. Taman Bungkul Surabaya merupakan taman yang berada di Jl Raya Darmo Surabaya dimana ruas jalan diareal taman tersebut setiap hari minggu sengaja ditutup untuk kegiatan “Car Free Day” sehingga pada hari minggu Taman Bungkul banyak dikunjungi oleh warga Surabaya dan sekitarnya untuk menghabiskan waktunya dengan jalan-jalan, bersepeda, olahraga, rekreasi dan kegiatan lainnya.

Sebanyak 39 orang sukarelawan bergabung dalam kegiatan ini untuk membantu pelaksanaan kegiatan dengan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai nilai penting keberadaan Elang Jawa dan upaya pelestarian jenis dan habitat elang tersebut.

“Aku adalah Garuda, burung milik Wishnu, yang membentangkan sayapnya, Menjulang tinggi diatas kepulauanmu”

Bait sajak R.M. Soeroto yang dibacakan oleh President Soekarno ketika diminta memberikan nama untuk maskapai penerbangan Indonesia

12

Suasana Kampanye All About Garuda di Taman Bungkul SurabayaFoto : Dok. BBKSDA-Raptor Indonesia

13

Pameran foto dan Penyebaran informasi mengenai nilai penting konservasi Elang Jawa

Selama ini isu keberadaan dan konservasi Elang Jawa hanya berkembang di kalangan terbatas yaitu pada kalangan akademisi dan LSM serta sedikit di kalangan kebijakan. Bahkan masyarakat umum mungkin belum mengenal atau mengetahui seperti apakah wujud Elang Jawa yang dijadikan Burung Nasional karena kemiripannya dengan Garuda-Lambang Negara Indonesia, apalagi dengan kondisi keberadaan Elang Jawa yang semakin memprihatinkan dimana populasinya semakin berkurang drastis dari tahun ke tahun karena berbagai faktor seperti kerusakan hutan sebagai habitat dan perburuan untuk perdagangan.

14

Pendapat publik tentang Elang Jawa dan Garuda

“All About Garuda” dapat dijadikan wadah aspirasi masyarakat dalam menyam-paikan pernyataan dan pendapatnya mengenai upaya penelitian dan pelestarian Elang Jawa dalam sebuah panel yang akan disediakan.

Sebanyak 200 orang koresponden sebagai contoh acak (random sample) dimintai pendapat dengan pendekatan metoda wawancara semi tersruktur (semi structural interview) dan mengisi lembar pertanyaan yang diajukan oleh sukarelawan untuk mengetahui pendapat publik mengenai upaya konservasi Elang Jawa dan Habitatnya di Jawa Timur.

Hampir sebagian besar adalah dari kalangan golongan umur 20 tahun keatas dengan pertimbangan 20 tahun setelah penetapan Elang Jawa sebagai simbol nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 4 tahun 1993.

Lima pertanyaan dasar yang diajukan diantaranya adalah:1. Apakah anda mengetahui Elang Jawa ditetapkan sebagai satwa nasional

karena kemiripannya dengan Garuda?

61% menjawab “Ya” dengan berbagai tingkat dan variasi tingkat pengeta-huan mereka. 38% menjawab “Tidak” dengan berbagai faktor salah satunya adalah minimnya informasi dan kegiatan kampanye.

Walaupun 61% dari 200 koresponden mengetahui akan penetapan Elang Jawa sebagai satwa nasional karena kemiripiannya dengan Garuda, akan tetapi hampir sebagian besar mereka belum mengetahui wujud asli dari Elang Jawa tersebut.

Pengetahuan Publik mengenai Penetapan Elang Jawa sebagai Garuda (N=200 Koresponden)

Mengatahui 61%

Tidak mengetahui

Ragu-ragu2%

Grafik 01 Pengetahuan publik bahwa Elang Jawa adalah burung Garuda

15

Pengunjung sedang mendokumentasikan foto Elang Jawa yang dijadikan Simbol Negara karena kemiripannya dengan GarudaFoto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

16

2. Apakah anda mengetahui bahwa Elang Jawa adalah satwa endemik Jawa?

69 % menjawab “Ya” dengan berbagai tingkat dan variasi tingkat pengetahuan mereka. 29 % menjawab “Tidak” dengan berbagai faktor salah satunya adalah minimnya informasi dan kegiatan kampanye.

Walaupun 69% dari 200 koresponden mengetahui bahwa Elang Jawa adalah satwa endemik jawa, akan tetapi hampir sebagian besar mereka lebih cenderung mengetahuinnya berdasarkan pada penamaan Elang Jawa yang berarti Elang yang ada Jawa, seperti halnya Apel Malang yang artinya buah apel dari Malang atau Dodol Garut artinya Dodol dari Garut. Tapi hampir sebagian besar dari pengunjung belum mengetahui persebaran ekologi jenis elang tersebut yang hanya dapat ditemui di kawasan hutan yang ada di Pulau Jawa saja, tidak dibelahan dunia lainnya.

Pengetahuan Publik mengenai Endemisitas Elang Jawa

Ragu-ragu3%

Mengetahui 68%

Tidak mengetahui

Grafik 02 Pengetahuan Publik mengenai Endemisitas Elang Jawa

Para Sukarelawan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai upaya konservasi Elang Jawa di Jawa Timur

Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

17

Para Sukarelawan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai upaya konservasi Elang Jawa di Jawa Timur Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

18

3. Apakah anda mengetahui bahwa status Elang Jawa terancam punah di dunia?

88 % menjawab “Ya” dengan berbagai tingkat dan variasi tingkat pengeta-huan mereka. 10 % menjawab “Tidak” dengan berbagai faktor.

Walaupun 88% dari 200 koresponden mengetahui bahwa status Elang Jawa terancam punah, hal ini berdasarkan pada informasi yang mereka terima mengenai tingginya tingkat kerusakan hutan dan lingkungan di Pulau Jawa serta perdagangan elang jawa yang kadang mereka jumpai dibeberapa tempat atau melalui perdagangan melalui internet.

Hampir sebagian besar dari koresponden belum mengetahui mengenai arti status “Genting/ Endangered” yang ditetapkan oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature), lembaga PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang memasukan Elang Jawa dalam daftar jenis yang memiliki potensi punah dalam 20 tahun apabila tidak ada upaya perlindungan dan pelestarian.

Pengetahuan Publik mengenai Status Elang JawaN = 200 Koresponden

Ragu-ragu 2%Tidak Mengetahui

10%

Mengetahui 88%

Grafik 03 Pengetahuan Publik mengenai Status Elang Jawa

Para Sukarelawan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai upaya konservasi Elang Jawa di Jawa Timur

Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

19

Para Sukarelawan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai upaya konservasi Elang Jawa di Jawa Timur Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

20

4. Menurut anda, perlukah konservasi sebagai upaya pelestarian Elang Jawa ?

94 % menjawab “Ya” dengan berbagai tingkat dukungan dan pendapat me-reka. 4 % menjawab “Tidak” dengan berbagai alasan kritis bahwa dan 3% tidak menjawab karena ketidaktahuan mereka.

Dari prosentase hasil ini menunjukan bahwa mereka menyadari akan per-lunya upaya pelestarian Elang Jawa berdasarkan dari status keberadaan Elang Jawa, baik itu status keterancaman elang tersebut atau status elang tersebut sebagai simbol nasional karena kemiripannya dengan Garuda.

Pendapat Publik mengenai perlunya konservasi Elang Jawa N=200 Koresponden

Ragu-ragu3%Tidak Perlu

4%

Perlu

Grafik 04 Pendapat Publik mengenai nilai penting konservasi Elang Jawa

Seorang anak sangat senang mendapatkan buku komik mengenai Elang JawaFoto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

21

Para Sukarelawan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai upaya konservasi Elang Jawa di Jawa Timur Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

22

5. Bersediakah anda bergabung dalam konservasi Elang Jawa ?

Jawaban dari pertanyaan diatas yang secara tidak langsung mempertanyakan komitmen akan keterlibatan para koresponden dalam upaya konservasi Elang Jawa, 62 % menjawab “Ya” dengan berbagai tingkat dukungan dan ketertarikan mereka. 26 % menjawab “Tidak” dengan berbagai alasan dan pendapat mereka. dan 12% tidak menjawab.

Mereka menyadari akan perlunya upaya konservasi untuk pelestarian Elang Jawa, namun menganggap bahwa tindakan tersebut adalah tugas instansi pemerintah terkait saja, dalam hal ini adalah kementerian kehutanan atau Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA). Karena kesibukan sehari-hari serta kurangnya pemahaman akan konsep konservasi sebagai upaya pelestarian Elang Jawa menjadi pertimbangan yang sulit bagi mereka untuk bergabung dalam upaya konservasi Elang Jawa.

Berbagai bentuk ketertarikan dan kesediaan mereka untuk bergabung atau berkontribusi dalam upaya konservasi Elang Jawa adalah memberikan kon-tak mereka yang bisa dihubungi agar dapat bergabung dalam kegiatan konservasi berikutnya. Beberapa koresponden membeli buku tentang Elang Jawa dan Raptor secara umum sebagai langkah awal untuk mengenal Elang Jawa serta upaya konservasinya.

Pendapat publik untuk bergabung dan berkontribusi dalam konservasi Elang Jawa

Ragu-ragu12%

Tidak bersedia26% Bersedia

62%

Grafik 05 Pendapat Publik mengenai peran publik dalam konservasi Elang Jawa

Para Sukarelawan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai upaya konservasi Elang Jawa di Jawa Timur

Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

23

Pengunjung sedang menuliskan pendapat dan dukungannya akan upaya konservasi Elang Jawa di Jawa Timur Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

24

Kesimpulan dan Diskusi

• Kegiatan kampanye dan penyadartahuan terhadap masyarakat umum perlu diteruskan dan dilakukan secara terus-menerus melalui berbagai media atau kegiatan untuk semakin meningkatkan tingkat kesadaraan, pemahaman ser-ta keterlibatan para pihak akan nilai penting keberadaan Elang Jawa dan habitatnya di Indonesia.

61%

38%

2%

69%

29%

3%

88%

10%2%

94%

4%3%

62%

26%

12%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5

Pendapat Masyarakat Mengenai Konservasi Elang Jawa melalui

acara All About Garuda 2012 di Taman Bungkul, Surabaya

Ya Tidak Absen

Grafik 05 Pendapat Publik mengenai Elang Jawa

• Secara garis besar, dari jawaban pertanyaan 1 dan 2 mengenai keberadaaan Elang Jawa yang diajukan kepada 200 koresponden, menunjukan bahwa sebenarnya masyarakat telah mengetahui akan keberadaan Elang Jawa baik itu sebagai jenis elang yang dijadikan Simbol negara maupun sebagai jenis elang yang hanya ada di pulau Jawa. Selain itu, koresponden juga mengetahui status keterancaman Elang Jawa, berdasarkan kondisi kerusakan hutan dan lingkungan di pulau jawa. Hal ini dilihat tingginya jawaban yang mengetaui hal tersebut yakni 88 %. Akan tetapi, hampir sebagian besar dari koresponden belum mengetahui mengenai arti status “Genting/ Endangered” bagi Elang Jawa.

• Hampir sebagian besar koresponden menyatakan perlunya upaya konservasi Elang Jawa, yakni 94 % dari total 200 koresponden. Hal ini dapat dijadikan indikator peningkatan kesadaran masyarakat akan nilai penting upaya konservasi Elang Jawa, baik itu Elang Jawa sebagai salah satu kekayaan keanekaragaman hayati maupun status Elang Jawa sebagai satwa nasional. Na-mun, bentuk komitmen dan keterlibatan koresponden dalam upaya konservasi Elang Jawa di Jawa timur dari 94 % yang menyatakan perlunya upaya konservasi hanya 62 % yang menyatakan berkomitmen dan bersedia akan secara aktif terlibat dalam upaya konservasi. 26 % menjawab “Tidak” akan terlibat secara langsung sedangkan 12% masih ragu.

25

Para Sukarelawan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai upaya konservasi Elang Jawa di Jawa Timur Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

26

Sylvia, Elang Jawa hasil sitaan BBKSDA JATIM yang akan dilepasliarkan di Kawasan Kawah Ijen, Jawa Timur.Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

27

PELEPASLIARAN ELANG JAWA

menginfeksi satwa liar yang lain (karena lama dikandang atau domestikasi) (d). Sangat sulit untuk mencari lokasi yang cocok dan bisa menjamin kebutuhan-kebutuhan ekologis. (e). Membutuhkan sumber daya manusia dan dana yang cukup.

Untuk menghindari resiko-resiko tersebut di atas maka Balai Besar KSDA Jawa Timur bekerjasama dengan Raptor Indonesia dan beberapa lembaga lainnya merancang dan mempersiapkan pelaksanaan pelepasliaran Elang Jawa ini kembali ke alam.

Berawal dari adanya sitaan Elang Jawa oleh petugas Balai Besar KSDA Jawa Timur pada tanggal 28 September 2012 yang kemudian Elang Jawa tersebut ditempatkan di kandang transit Balai Besar KSDA Jawa Timur.

Berdasarkan petunjuk IUCN untuk penempatan satwa hasil sitaan menyatakan bahwa mengembalikan satwa sitaan ke alam / habitat alaminya sering dipertimbangkan sebagai pilihan paling populer bagi suatu lembaga yang melakukan penyitaan dan untuk mendapatkan dukungan publik yang kuat.

IUCN menjelaskan bahwa tujuan suatu re-introduksi adalah termasuk mening-katkan kualitas keberlangsungan hidup jangka panjang suatu spesies; (1). Mengembangkan kembali suatu spesies kunci (yang dianggap penting baik secara ekologis atau budaya) dalam suatu ekosistem., (2). Menjaga dan atau mengembalikan keragaman hayati alami secara lokal dan nasional menyediakan keuntun-gan-keuntungan ekonomis jangka panjang. (3).Mempromosikan kepedulian dan kesadaran konservasi atau suatu kombinasi dari tujuan-tujuan di atas.

Namun demikian, kegiatan semacam itu memiliki banyak masalah dan resiko yang nyata dan umumnya memberikan sedikit keuntungan. Jika pelepasan satwa-satwa kembali ke alam/habitat alaminya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dan praktek konservasi. Beberapa resiko yang harus dihadapi dalam pelaksananya, diantaranya, seperti: (a) Tingginya tingkat kematian satwa yang dilepaskan kembali ke alam. (b). Potensial menjadi hama atau berkembang tanpa terkendali (invasive) akibatnya kehilangan keragaman hayati dan mengganggu keutuhan ekologis habitat. (c). Membawa penyakit atau

28

Pemeriksaan Medis Elang Jawa

Penanganan awal dari proses rehabilitasi adalah pemeriksaan medis. Pemeriksaan medis ini dilakukan oleh pihak yang berkaitan dan mempunyai kapasitas dalam pemeriksaan medis dalam hal ini dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya.

Kajian kesehatan satwa merupakan tahapan awal atau dasar dari pemilihan elang untuk program pelepasliaran kembali ke alam, kajian ini dilakukan oleh dokter hewan/ para medis yang memiliki kapasitas sehingga dapat memberikan rekomendasi mengenai kesehatan satwa tersebut. Kajian ini meliputi:

i. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan kondisi umum satwa, seperti pemeriksaan alat-alat pernafasan, peredaran darah, pencernaan, dan hal lainnya yang dianggap perlu oleh tim medis. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap kelengkapan alat-alat tubuh (indra) baik secara anatomis maupun fisiologis.

ii.Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kondisi satwa dengan melihat gambaran darah. Pemeriksaan darah yang dilakukan terutama untuk mengetahui total protein plasma (TPP) dan PCV (packet cell volume).

Dari hasil pemeriksaan medis diketahui bahwa Elang Jawa tersebut dinyatakan sehat dan terbebas dari penyakit yang membahayakan. Hasil tersebut menjadi dasar dalam pengelolaan elang jawa pada tahap selanjutnya, yaitu pelepaslia-ran

Proses pemeriksaan medis dan pengambilan sample darah Elang Jawa untuk dianalisa oleh Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

29

30

Materi pelatihan • Informasi umum mengenai Status dan konservasi Elang Jawa • Metodologi Survey lapangan, yang meliputi;

» Teknik Identifikasi dan Metodologi survey Raptor » Metodologi analisa data

• Program Pelepasliaran » Peniliaan perilaku elang yang akan dilepasliarkan » Penilaian habitat lokasi pelepasliaran » Monitoring Paska pelepasliaran

• Penanangan satwa » Handling dan Mophometrik pada elang » Pemasangan Wingmarker (Praktek) » Pemasangan Cincin (Praktek)

Pelatihan untuk sukarelawan

Proses aktivitas Pengukuran bagian tubuh elang jawa, pemasangan wingmarker dan

cincin pada elang jawa yang akan dilepas.

Photo: BBKSDA JATIM - RAIN

Balai Besar KSDA Jawa Timur bekerjasama dengan Raptor Indonesia mengadakan pelatihan bagi para peneliti dan pemerhati elang di Jawa Timur dengan tujuan untuk menumbuhkan minat dan kepedulian pada generasi muda khususnya dalam upaya penelitian dan konservasi raptor dan habitatnya di Indonesia.

Adapun tujuan dari pelatihan ini diantaranya adalah; 1). Peningkatan kapasitas bagi para peneliti dan pemerhati elang di Indonesia terutama para peneliti mu-da. 2). Terbentuknya tim yang mendukung kinerja pemerintah dalam hal ini Ba-lai Besar KSDA Jawa Timur dalam mengimplementasikan indikator kinerja utama peningkatkan populasi 3% species prioritas dengan jenis Elang Jawa diwilayah kerja Balai Besar KSDA Jawa Timur.

Pelatihan tersebut dilaksanakan pada hari Jumat dan Sabtu, tanggal 30 November sampai dengan tanggal 1 Desember 2012.Materi teori dan praktek yang di-laksanakan di Kantor Balai Besar KSDA Jawa Timur dan kunjungan lapangan serta simulasi pelatihan di Taman Wisata Alam Gunung Baung, Purwodadi, Pa-suruan.

Peserta kegiatan pelatihan ini diikuti oleh sekitar 60 orang yang terdiri dari : (1). Petugas Balai Besar KSDA Jawa TImur (2). Anggota Peksia- Fakultas Biologi Universitas Airlangga. (3). Anggota Kirik-kirik- Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga . (4). Anggota Kelawar – Universitas Brawijaya (5). Anggota Mapalipma –Mahasiswa Pecinta Alam Institute Pertanian Malang. (6). Anggota KMPV Pet and Wild Animal – FKH Unair. (7). Anggota KSDBL Pecuk – Fakultas Biologi ITS. (8). Anggota MEL- Universitas Negeri Malang.

31

32

Proses Rehabilitasi

Dari hasil analisa data kualitatif yang diperoleh, secara umum nilai rata-rata penilaian perilaku setiap harinya adalah 70.31. Nilai tersebut berada pada katagori Baik.

Perkembangan perilaku elang jawa yang diamati pada masa proses rehabilitasi ini bervariasi setiap harinya. Nilai tertinggi dari penilaian perilaku per hari adalah 77 sedangkan nilai terrendah adalah 55 (Tabel 01). Namun, data hasil penilaian per hari pada 3 (tiga) hari pertama tidak dimasukkan karena data perilaku tersebut diperoleh dari hasil pengamatan elang dalam kandang observasi 1 (kandang kecil ukuran 4 x 3 x 3 m), dimana perilaku elang sangat terbatas sekali.

Elang jawa “Sylvia” dalam masa rehabilitasi di BBKSDA Jatim. Photo: Fajar DNA

Selama proses rehabilitasi dalam kandang di Balai Besar KSDA Jawa Timur dilakukan pengamatan dan pemantauan untuk melihat perkembangan perilaku elang jawa tersebut.

Penilaian Perilaku terhadap elang tersebut meliputi: (1). Penilaian perilaku harian, yang terdiri dari : (a). bertengger yang meliputi perilaku ketika bertengger dan penggunaan strata tenggeran; (b). Terbang yang meliputi intensitas mengepakan sayap (mencoba terbang/latihan terbang), kemampuan terbang dan intensitas terbang. (2). Perilaku berburu dan makan yang meliputi (a). Pengawasan terhadap mangsa (b). Cara menangkap mangsa (c). Akurasi dalam menangkap mangsa (d) porsi pakan yang dimangsa. (3). Perilaku Intraksi terutama interasi terhadap manusia .

Masing-masing penilaian tersebut memiliki nilai tersendiri yang didasarkan pada perbandingan dengan perilaku di alam. Data perilaku elang tersebut kemudian dimasukan dalam lembar data pengamatan, kemudian dianalisa sehingga menghasilkan data kualitatif yang menjadi dasar dari penilaian perilaku elang tersebut serta pengambilan keputusan dalam penangan tindak lanjut terhadap elang tersebut.

Berdasarkan perhitungan dan analiasa data kualitatif elang tersebut, Penilaian perilaku elang dibagi dalam 5 (Lima) katagori, yakni (1). Kurang sekali dengan nilai antara 26-40. (2) kurang dengan nilai antara 41-54. (3). Cukup dengan nilai antara 55-68. (4) Baik dengan nilai antara 69-82. (5). Baik sekali dengan nilai antara 83-95.

33

Tabel. 1. Lembar penilaian perilaku elang

Pengawasan thd

Mangsa

Cara Menagkap

Mangsa

Akurasi Tangkapan

Porsi

Perilaku Ketika Bertengger

Penggunaan Strata

Tenggeran

Mengepakkan Sayap

Kemampuan Terbang

Intensitas Terbang

3 9 3 1 1 1 1 3 1 34 3 4 4 2 5 3 5 3 41 1 1 1 1 1 1 1 1 112 27 12 4 2 5 3 15 3 12 953 9 3 1 1 1 1 3 1 3 26

No1 12 18 12 4 2 5 3 9 3 9 77 Johan, Mita, Happy2 6 18 12 4 2 5 3 9 3 9 71 Randi, Happy, Ninik, Ari3 9 18 12 4 2 3 1 3 1 9 62 Aris, Wim4 9 18 12 4 2 5 3 9 3 9 74 Chacha5 12 18 12 4 2 5 3 9 2 9 76 Rama, Retha, Rima, Mila6 12 18 12 1 2 5 2 6 2 9 69 Dea7 12 18 12 4 2 5 3 6 2 9 73 Johan, Ratna, Ayu, Heru8 9 18 12 4 2 5 3 9 3 9 74 Chacha9 12 18 12 4 2 3 2 6 2 9 70 Budi, Gilang, Avwan, Evris10 12 18 12 4 2 3 3 9 3 9 75 Budi, Gilang, Avwan, Evris11 9 18 12 3 2 3 3 9 1 9 69 Aris12 9 9 9 4 2 3 2 6 2 9 55 Chacha, Niki, Dian13 12 18 12 4 2 5 3 6 3 9 74 Mita, Happy, Sita14 12 9 12 4 2 3 2 3 2 9 58 Haris, Rio15 12 18 12 4 2 5 3 9 3 9 77 Chacha16 12 18 12 1 2 3 2 9 3 9 71 Riris, Uchan, Tika

10.69 16.88 11.81 3.56 2.00 4.13 2.56 7.31 2.38 9.00 70.31

Keterangan Nilai Rata-rata26-40 kurang sekali41-54 kurang55-68 cukup69-82 baik83-95 baik sekali

2-Dec-12

9-Dec-12

15-Dec-12Nilai Rata-rata

12-Dec-12

8-Dec-12

10-Dec-1210-Dec-1211-Dec-1211-Dec-12

5-Dec-127-Dec-12

3-Dec-123-Dec-124-Dec-124-Dec-12

1-Dec-12

Parameter Penilaian Jenis

KreditNilai MaksNilai Min

Jumlah MaksJumlah Min

Tanggal

Penilaian Perilaku

Jumlah Keterangan

Perilaku Berburu Tengger Terbang

Adaptasi thd Manusia

34

a. Perilaku Elang Jawa dalam Kandang Observasi 1

Pengamatan elang jawa dalam kandang obsservasi 1 (berukuran panjang 4m x lebar 2m x tinggi 3m.) dilakukan selama 3 hari.

Table 02 Ringkasan hasil pengamatan elang dalam kandang observasi 1

Penjelasan

Waktu Observasi • Pengamatan dilakukan selama 3 hari secara intensif

• Pengamatan dilakukan pada jam-jam tertentu berdasarkan pada waktu aktivitas umum elang di alam yakni pukul 09.00 – 12.00 dan 13.00- 15.00

Perilaku Harian Karena keterbatasan ukuran kandang perilaku harian elang jawa ini lebih banyak didominasi oleh perilaku bertengger walaupun terkadang terlihat mencoba terbang dengan mengepak-mengapakan sayap dan menabrak kandang

Perilaku makan • Selama proses rehabilitasi dalam kandang ini pakan lebih banyak diberikan berupa tikus

• Elang tersebut dapat membunuh mangsa yang menjadi pakannya

• Elang tersebut lebih banyak memakan mangsa dilantai dasar kandang

Penjelasan

Interaksi • Selama observasi ini dalam kandang ini, elang tersebut terlihat masih terlalu dekat dengan manusia. Hal ini kemungkinan karena latarbelakang elang tersebut yang sudah lama dipelihara dalam kandang

• Salah satu penanganan untuk meminilimasi interaksi dengan manusia adalah dengan memberikan kain penutup kandang tersebut.

Rekomendasi Berdasarkan hasil pengamatan selama dalam kandang ini, para pengamat merekomendasikan untuk secepatnya dipindahkan ke kandang yang lebih luas agar dapat melihat perkembangan perilaku elang tersebut.

35

b. Perilaku Elang Jawa dalam Kandanh Observasi 2

Seperti halnya pengamatan perilaku dalam kandang obeservasi sebelumnya, penilaian perilaku dilakukan berdasarkan analisa hasil observasi secara deskristif –kualitatif dan rekomendasi hasil diskusi antara pengamat.

Kandang observasi 2 ini berukuran 12 meter x 8 meter x 6 meter.

Table 03 Ringkasan hasil pengamatan dalam kandang observasi 2

Penjelasan

Waktu Observasi

• Pengamatan dilakukan selama 12 hari secara intensif

• Pengamatan dilakukan pada jam-jam tertentu berdasarkan pada waktu aktivitas umum elang di alam yakni pukul 09.00 – 12.00 dan 13.00- 15.00

Perilaku Harian

• Dengan ukuran kandang yang cukup luas membuat elang tersebut memiliki kesempatan untuk melakukan aktivitas harian lebih banyak.

• Elang tersebut mulai terlihat dapat melakukan intensitas terbang yang memadai

• Salah satu penanganan untuk meningkatkan intensitas terbang elang tersebut adalah dengan memberikan variasi tenggeran dan jarak tenggeran.

Perilaku makan

• Selama proses rehabilitasi dalam kandang ini pakan mulai bervariasi seperti tikus, burung dan marmut

• Elang tersebut dapat membunuh mangsa yang menjadi pakannya

• Elang tersebut lebih banyak memakan mangsa dilantai dasar kandang, tapi terkadang terlihat memakan mangsanya dalam tenggera

Interaksi

• Interaksi dengan manusia mulai berkurang.

• Salah satu penanganan untuk meminilimasi interaksi dengan manusia adalah dengan memberikan kain penutup kandang tersebut.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil pengamatan selama dalam kandang ini, para pengamat merekomendasikan untuk dapat dipindahkan ke kandang habituasi di lokasi pelepasliaran, untuk

• Melihat interaksi atau adaptasi elang tersebut dengan lingkungan alaminya.

• Mengenalkan pakan alami yang ada di sekitar lokasi pelepasliaran

36

Grafik 06 Diagram perkembangan perilaku elang pada masa rehabilitasi di BBKSDA Jawa Timur.

Perkembangan Perilaku Harian Elang Jawa pada Masa Rehabilitasi di BBKSDA Jawa Timur

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16Hari

Nilai

37Sylvia, betina muda yang akan dilepasliarkan(Kanan). Photo: Fajar DNA

38

Mengembalikan satwa sitaan ke alam / habitat alaminya sering dipertimbang-kan sebagai pilihan paling populer bagi suatu lembaga yang melakukan peny-itaan dan untuk mendapatkan dukungan publik yang kuat. Namun demikian, kegiatan semacam itu memiliki banyak masalah dan resiko yang nyata dan umumnya memberikan sedikit keuntungan.

Penilaian habitat alami sebelum melakukan kegiatan pelepasliaran merupak-an bagian dari rangkaian kegiatan pelepasliaran untuk mengetahui potensi dan daya dukung habitat bagi elang yang akan dilepas.

Adapun tujuan dari penilaian habitat adalah:

1. Mengetahui daya tampung CA Kawah Ijen sebagai lokasi pelepasli-aran Elang Jawa.

2. Mengetahui tingkat kompetisi baik antar jenis maupun jenis lain, sumber pakan serta ancaman perburuan pada Elang Jawa yang akan dilepasliarkan.

3. Menentukan titik kandang habituasi Elang Jawa yang akan dilepasliar-kan.

Dari hasil survey diketahui bahwa Cagar Alam Kawah Ijen cocok sebagai lokasi pelepasliaran Elang Jawa. Hal tersebut didukung oleh daya tam-pung populasi elang jawa yang ada serta daya dukung pakan untuk elang di Cagar Alam Kawah Ijen.

Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan 62 jenis burung dari 22 Famili. Beberapa jenis burung merupakan sumber pakan dari elang Jawa. Se-dangkan dari jenis yang menjadi kompetitor elang jawa ditemukan 5 je-

Survey lokasi pelepasliaran

nis elang yang merupakan populasi alami di CA/TWA dan HL Kawah Ijen (Tabel. 04). Beberapa jenis elang yang ditemukan merupakan jenis yang umum dan yang menarik adalah temuan satu jenis yang menjadi catatan baru untuk kawasan CA/TWA Ijen yaitu Elang-perut Karat (Lophotriorchis kienerii).

Sedangkan untuk jenis satwa lain yang ditemukan selama penilaian habitat adalah 6 jenis Mamalia dan 1 jenis Reptilia. Empat dari enam jenis Mama-lia yang ditemukan merupakan sumber pakan utama Elang Jawa dan dua jenis lainnya dapat pula dijadikan sumber makanan tetapi bukan termasuk pilihan utama. Namun demikian beberapa sumber menyebutkan elang jawa memangsa anakan Lutung dan Monyet. Selain jenis mamalia dan reptil yang menjadi sumber pakan yang ditemukan di CA/TWA Kawah Ijen dan Hutan Lindung di sekitar Kawah Ijen beberapa jenis burung yang menjadi sumber

pakan Elang Jawa juga ditemukan.(Tabel. 05).

Tabel. 04 Jenis elang yang dijumpai di kwasah Ijen

NoNama Jenis

∑ KeteranganIndonesia Latin

1 Sikep-madu Asia Pernis ptilorhynchus 1 Jenis Migrant

2 Elang-ular Bido Spilornis cheela 1 Dewasa

3 Elang-perut Karat Lophotriorchis kienerii 2 Dewasa dan remaja

4 Elang Hitam Ictinaetus malayensis 1 Dewasa

5 Elang Jawa Spizaetus bartelsi 2 Dewasa dan remaja

39

Tabel. 05 Jenis satwa yang dijumpai di kawasan Ijen sebagai potensial pakan Elang Jawa

Selain untuk mengetahui beberapa parameter penting seperti kelayakan

habitat, kompetitor dan sumber pakan alami elang jawa di habitat barunya

juga untuk menentukan titik/lokasi kandang habituasi. Berdasarkan kandang

habituasi hasil kegiatan pelepasliaran elang yang telah dilakukan dari tahun

2004 hingga saat ini lokasi kandang habituasi berada diluar hutan alami yang

menjadi habitat penting bagi elang jawa. Pemilihan lokasi yang sedikit terbuka

lebih men-guntungkan bagi elang yang dilepasliarkan juga bagi tim yang akan

melakukan pemantauan pada saat habituasi serta pada saat paska pelepali-

aran.

Sedangkan untuk lokasi yang berada di area hutan lindung mempunyai krite-

ria yang dimaksud seperti diatas. Lokasi berada pada area terbuka yang men-

garah ke hutan alami. Kebutuhan habitat pada proses pelepasliaran adalah

50% hutan alami, 25% hutan skunder dan 25% hutan bukaan (semak, kebun

dll) dan kriteria tersebut dapat dipenuhi di Cagar Alam/Taman Wisata Alam

Kawah Ijen dan sekitarnya.

Selain kondisi habitat yang disebutkaan diatas, sumber daya dukung lain sep-

erti sumber air yang ada di kawasan tersebut juga memenuhi. Sepanjang ka-

wasan 7 km ditemukan 3(tiga) sumber air yang melintasi kawasan tersebut.

Elang jawa selama ini diketahui selalu ditemukan berada dikawasan yang sum-

ber airnya cukup bagus dan kriteria tersebut sangat memenuhi untuk tahapan

pelepasliaran yang akan dilakukan.

NoNama Jenis

KeteranganIndonesia Latin

AVES1 Ayam Hutan Hijau Gallus varius Umum 2 Puyuh Gonggong Biasa Arborophila orientalis Umum 3 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Umum 4 Pergam Hijau Ducula aenea Umum 5 Pergam Punggung-hitam Ducula lacernulata Umum 6 Walik Kepala Ungu Ptilinopus porphyreus Umum 7 Punai Gading Treron vernans Umum 8 Uncal Kouran Macropygia ruficeps Umum MAMALIA1 Lutung Jawa Trachypitecus auratus Umum 2 Monyet Ekor Panjang Macaca fascicularis Umum 3 Tupai Tupaia kekes Umum 4 Tupai Terbang Petaurista petaurista Umum 5 Bajing Umum REPTILIA1 Bunglon Umum

40

Tipe Habitat di Kawah Ijen, Jawa TimurFoto : Dok. BBKSDA JATIM-RAIN

41

Lokasi Habituasi

Pembangunan Kandang Habituasi di Kawah Ijen, Jawa TimurFoto : Dok. BBKSDA JATIM-RAIN

Sebelum memasuki tahap pelepasliaran, salah satu bagian dari proses penanganan pre-release adalah proses adaptasi elang terhadap lingkungan barunya atau proses habituasi/adaptasi. Dalam tahapan ini, elang yang akan dilepasliar-kan ditempatkan dalam kandang sementara di lokasi pelepasliaran.

Proses habituasi/ adaptasi Elang Jawa ini dilakukan dititik lokasi berdasarkan pada hasil survey lokasi yang dilakukan sebelumnya, yaitu berada di perbatasan Cagar Alam Kawah Ijen dengan hutan lindung Perum Perhutani KPH Banyuwangi Barat pada koordinat 08,07720 LS dan 114,22297 BT.

Pembangunan Kandang Habituasi

Kandang habituasi merupakan kandang yang berfungsi untuk pemulihan kondisi elang yang akan dilepasliarkan setelah perjalanan translokasi dari Surabaya ke kawasan CA/TWA Kawah Ijen dan berfungsi untuk proses habituasi/adaptasi elang tersebut sebelum dilepasliarkan.

Kandang habituasi dibuat dengan berpedoman pada Minimum Standar Rehabilitasi (IWRC=International Wildlife Rehabilitation Council) dan pembelajaran dari proses pelepasliaran sebelumnya. Kandang habituasi dibangun dilokasi yang datar dengan ukuran Panjang 10m X lebar 8 Meter X Tinggi 4,5 meter dibuat dari Bambu untuk tiang pancang dan Jaring Nylon yang dirasa aman bagi elang dan ancaman predator.

Pembangunan kandang habituasi selama 5 hari yang dilakukan oleh sukarelawan dari Mapala Poliwangi (Universitas Politeknik Negeri Banyuwangi) dengan arahan dari Raptor Indonesia.

42

Proses Habituasi

Hasil analisa pengamat perilaku selama masa habituasi, dibagi dalam 5 katagori, yakni: 1). kurang sekali dengan nilai antara 26-40. 2) Kurang nilai antara 41-54. 3) Cukup dengan nilai 55-68. 4) Baik dengan nilai antara 69-82. 5). Baik sekali dengan nilai antara 83-95.

Berdasarkan penilaian tersebut, maka elang tersebut dinyatakan CUKUP layak

Sylvia di kandang habituasi memangsa burung Tekukur salah satu bentuk pengenalan pakan alami (Kanan). Foto: Asman A. Purwanto

Proses hatuasi Sylvia di kandang habituasi di Kawah Ijen, Jawa TimurFoto : Dok. BBKSDA JATIM-RAIN

Proses habituasi dilakukan mulai tanggal 22 Desember 2012 sampai dengan 15 Januari 2013, atau sekitar 25 hari. Waktu atau lama proses habituasi ini berdasarkan atau tergantung kondisi dan perkembangan perilaku elang terhadap lingkungan barunya. Dari pembelajaran proses habituasi dan pelepasliaran yang pernah dilakukan sebelumnya. Jenis Elang Jawa yang termasuk dalam Genus Nisaetus/Spizaetus memerlukan waktu rata-rata dalam proses habituasi antara 15-36 hari dengan rata-rata sekitar 26,5 hari. (Rakhman,Z. dkk. 2006. Setiadi, T. dkk. 2010).

Selama di kandang habituasi dilakukan pengamatan, pemeriksaan kesehatan secara umum dan pengobatan apabila ada luka akibat perjalanan pada saat translokasi dari Surabaya menuju Cagar Alam/TWA Kawah Ijen, Banyuwangi.

Selain bertujuan agar elang tersebut dapat memulihkan kondisi tubuh, kegiatan habituasi juga bertujuan untuk mengetahui kesiapan perilaku yang meliputi aktifitas pergerakan terbang elang, sensitifitas terhadap manusia dan pola makan serta adaptasi dengan lingkungan sekitarnya kesiapan elang tersebut sebelum dilepasliarkan. Selama proses habituasi elang tersebut diberikan pakan alami seperti burung puyuh, tekukur dan jenis pakan alami lainnya untuk mengenalkan jenis pakan alami yang ada disekitar lokasi pelepasliaran.

Secara umum, perkembangan perilaku elang salama masa habituasi ini mengalami perkembangan fluktuatif (grafik 07). Elang tersebut mengalami penurunan aktivitas pada awal masuk kandang habituasi kemudian perilaku kembali normal pada hari-hari berikutnya.

43

44

Grafik 07 Perkembangan Perilaku Elang Jawa Pada Masa Habituasi di TWA Kawah Ijen, Jawa TImur

Perkembangan perilaku Sylvia pada masa habituasi di Kawah Ijen, Jawa Timur. Foto : Dok. BBKSDA JATIM-RAIN

45

Keterangan 26-40 kurang sekali41-54 kurang55-68 cukup69-82 baik83-95 baik sekali

Tabel. 05 Perkembangan perilaku Elang Jawa pada masa habituasi

46

47

untuk dilepasliarkan dengan penilaian yang mencapai angka 65. (Tabel 05)

Pelepasliaran Pelepasliaran satu ekor Elang Jawa betina muda (± 1 tahun 7 bulan) yang dinamai “Sylvia” dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2013. Pelepasliaran dilakukan dengan cara memotong tali pintu kandang sehingga pintu dapat terbuka dan elang tersebut terbang dengan sendirinya.

Pelepasliaran dilakukan secara seremonial oleh Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Jawa Timur didampingi oleh petugas dari Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. Seremonial dilakukan bertujuan sebagai bentuk kampanye untuk upaya pelestarian satwaliar dilindungi undang-undang dan upaya peningkatan populasi elang jawa satwa prioritas sebesar 3% sampai dengan tahun 2014 di Jawa Timur.

Kanan: Press Conference pelepasliran elang jawa oleh Kepala Balai Besar KSDA

Jatim, Kejaksaan Tinggi, dan Raptor Indonesia.

Foto: Dok. BBKSDA JATIM - RAIN

Sylvia terbang keluar dari kandang habuasi setelah Pintu kandang terbuka(Kiri). Photo: Happy Ferdiansyah.

Salah satu tujuan penyaluran satwa hasil penyitaan adalah pelepasliaran kembali ke alam atau habitatnya, pilihan ini adalah pilihan yang paling bisa diterima oleh kalangan masyarakat dibanding dua pilihan lainnya yaitu euthanasia dan penangkaran.

Tujuan dari kegitan pelepasliaran ini, diantaranya : • Membuat pernyataan politis/pendidikan yang kuat tentang nasib satwa dan

promosi nilai-nilai konservasi lokal.• Meningkatkan potensi konservasi jangka panjang spesies dan kawasan• Mengembalikan peran dan fungsi ekologis serta biologis satwa yang

dilepasliarkan.

48

Pers Release yang digelar oleh Balai Besar KSDA Jawa Timur terkait pelepasliaran elang jawa di CA/TWA Kawah Ijen didampingi oleh Kejaksaan Tinggi dan Raptor

Indonesia(Kanan).

Bawah (Kiri). wawancara Ketua Raptor Indonesia/Photo: Sitta Y.A. (Kanan). wawancara pihak Kejaksaan Tinggi Negeri Jawa Timur.Photo: Asman Adi Purwanto.

49

50

M O N I T O R I N G P A S C A P E L E P A S L I A R A N

“Pemantauan paska pelepasliaran diperlukan untuk semua individu atau beberapa sampel. Aspek yang paling vital mungkin dengan metoda-metoda langsung (seperti penandaan atau tidak langsung (seperti tanda atau jejak, informan) Studi-studi demografis, ekologis dan perilaku sumber spesies (stock) yang dilepaskan harus dilaksanakan”.

Sumber : IUCN-Guidline for Reintroduction

Monitoring adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pelepasliran. Monitoring pasca pelepasliran bertujuan untuk melihat perkembangan perilaku setelah elang dilepasliarkan yang meliputi perkembang perilaku, daerah jelajah dan tingkat adaptasi dengan habitat barunya.

Monitoring paska pelepasliaran Elang Jawa dilakukan secara intensif mulai dari hari pertama pelepasliaran di kawasan Kawah Ijen (15 Januari 2013) sampai dengan adanya laporan bahwa Elang Jawa tersebut ditemukan oleh warga di Dusun Krajan, Desa Bulusari, Kec. Kalipuro, Kab. Banyuwangi (1 Februari 2013).

Data lapangan dikumpulkan dengan metoda ekplorasi, pengamatan visual (Look-down, point count methods), serta metoda pengamatan kooperative (Cooperative observation methods) dengan menempatkan 2-3 point pengamatan yang terdiri dari 2-3 orang pengamat.

Proses monitoring paska pelepasliaran sylvia oleh para sukarelawanFoto : Dok. BBKSDA JATIM-RAIN

51

Perkembangan perilaku pasca pelepasliaran

Pemilihan habitat oleh burung dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal dari inidividu burung (Krebs.C.J. 1985) dan juga pada pergerakan elang (Newton, I. 1996) serta elang yang dilepasliarkan kembali ke habitat barunya (Rakhman, Z. dkk. 2008).

Faktor internal meliputi sifat-sifat yang diturunkan secara genetik dan perilaku burung yang dipelajari dari kebutuhan akan habitatnya seperti berburu dan lain-lain. Faktor eksternal berupa potensi kenyamanan tempat yang berkaitan dengan ada-tidaknya predator atau kompetitor juga tempat yang dapat mendu-kung keberhasilan berbiak individu burung tersebut (Krebs. C.J. 1985).

Selain faktor di atas, sifat Elang Jawa yang sangat sensitif terhadap lingkungan baru dan medan yang sulit menyulitkan perjumpaan langsung dengan elang yang dilepasliarkan tersebut di alam, sehingga data perjumpaan dengan elang tersebut paska pelepasliaran sangat minim.

Grafik 08 Perbandingan aktivitas harian Elang Jawa paska pelepasliaran

Dari data perjumpaan selama 18 hari monitoring paska pelelepasliaran di kawa-san Kawah Ijen, dari 37 catatan perjumpaan dengan elang jawa yang dilepas-liarkan tersebut, aktivitias terbang lebih banyak terlihat pada awal pelepasliaran hal ini kemungkinan bahwa elang tersebut berusaha untuk mencari atau memilih lokasi yang diperlukan agar dapat bertahan hidup di lingkungan barunya. Aktivitias bertengger lebih tinggi (58%) dibandingkan aktivitas terbang (42%), hal ini kemungkinan karena kondisi cuaca yang tidak mendukung paska pele-pasliaran dan juga faktor eksternal lainnya yang juga mempengaruhi aktivitias terbang elang tersebut.

52

Grafik 08 Penggunaan tipe habitat oleh Elang Jawa paska pelepasliaran

Dari beberapa tipe habitat yang ada disekitar lokasi pelepasliaran di kawasaan Kawah Ijen, Hutan Sekunder lebih banyak digunakan oleh elang tersebut (35%) untuk beraktivitias seperti bertengger, terbanga dan berburu mangsa, kemudian Hutan Tanaman yang ada disekitar kawasan Perhutani (25%) dan Hutan Alami (5%).

Proses monitoring paska pelepasliaran sylvia oleh para sukarelawanFoto : Dok. BBKSDA JATIM-RAIN

25%

35%

5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

Hutan Tanaman Hutan Sekunder Hutan Alami

Penggunaan Tipe Habitat oleh Elang Jawa paska pelepasliaran

di Kawah Ijen, Jawa Timur

53

25%

35%

5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

Hutan Tanaman Hutan Sekunder Hutan Alami

Penggunaan Tipe Habitat oleh Elang Jawa paska pelepasliaran

di Kawah Ijen, Jawa Timur

Pada awal pelepasliaran Sylvia lebih banyak melakukan aktivitias tidak jauh dari lokasi pelepasliaran. Dari 37 titik pertemuan aktivitas elang jawa muda tersebut, aktivitas banyak terlihat pada jarak radius dibawah 100 m dari titik pelepasliaran (30%), kemudian dalam radius sekitar 100-250 m (25%), 500 - 750 m dari titik pelepasliaran dan jarak radius sekitar antara 750-1 km dari titik pelepasliaran (15%). Sylvia juga pernah terlihat beraktivitas pada jarak lebih dari 1 km dari titik pelepasliaran (4 titik perjumpaan aktivitas).

Sampai akhirnya pada tanggal 1 Februari 2013 atau hari ke-18 paska pele-pasliaran Sylvia ditemukan oleh warga di Dusun Krajan, Desa Bulusari, Kec. Kalipuro, Kab. Banyuwangi dengan jarak sekitar 9,7 km dari titik pelepaslia-ran.

Grafik 09 Perkembangan pergerakan aktivitas Elang Jawa paska pelepasliaran

Proses analisa data hasil monitoring paska pelepasliaran sylvia oleh para sukarelawanFoto : Dok. BBKSDA JATIM-RAIN

Perkembangan pergerakan Elang Jawa Paska Pelepasliaran

di Kawasan Kawah Ijen (n=37 titik pertemuan)

0

2

4

6

8

10

121

2

3

4

5

6

Pergerakan dari titik pelepasliaran

54

Penangkapan Elang Jawa Pasca Pelepasliaran

lingkungannya, serta untuk mendapat perawatan atau penanganan lebih lanjut agar kemampuan dan tingkat daya tahan hidup satwa tersebut lebih baik lagi dan benar-benar dapat bertahan di habitat barunya.

Pada tanggal 1 Februari 2013, pukul 16.00 salah satu staff Balai Besar KSDA Jawa Timur di kantor Surabaya menerima telepon dari seorang warga bernama Samsi yang memberitahukan bahwa ia telah menemukan seekor Elang Jawa dengan tanda pada bagian sayap kiri dengan warna biru dengan kode 01 BBKSDA JATIM di ladangnya di Dusun Krajan, Desa Bulusari, Kec. Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi pada hari Jumat sore sekitar pukul 15.30 WIB tanggal 1 Februari 2013 dalam kondisi basah kuyup, berada di tanah dan dalam kondisi lemas. Sylvia kemudian di bawa ke rumahnya dan di taruh dalam kandang berukuran sempit kemudian ia melaporkan kejadian ini ke BBKSDA melalui nomor kontak yang berada di wing marker Sylvia.

Petugas Seksi Konservasi Wilayah V Banyuwangi beserta beberapa volunter dari Mapala Politeknik Negeri Banyuwangi segera bertindak dan menuju lokasi elang tersebut ditemukan. Kemudian elang tersebut dibawa ke kantor untuk mendapat perawatan sementara. Setelah mendapatkan perawatan di kantor Seksi Konservasi Wilayah V Banyuwangi, pada pukul 21.00 WIB petugas membawa Sylvia ke TWA Kawah Ijen untuk mendapatkan perawatan dan penanganan lebih lanjut lagi.

IUCN (International Union for Conservation of Nature) menjelaskan dalam pan-duan untuk reintroduksi bahwa Program pelepasan kembali ke alam apapun ha-rus memasukan pemeriksaan dan pemantauan yang penting untuk mencegah akibat negatif yang potensial timbul.

Dalam proses pelepasliaran satwa ke alam, salah satu penanganannya adalah menangkap kembali satwa tersebut untuk mencegah kemungkinan dampak ne-gatif yang akan timbul baik itu terhadap satwa tesebut atau terhadap

Penanganan Sylvia oleh sukarelawan paska penangkapan kembali. Foto: Dok BBKSDA JATIM - RAIN

55

56

Kasus yang dialami oleh Sylvia, Elang Jawa muda yang telah dilepasliarkan ke-mudian karena berbagai hal ditangkap kembali, menunjukan bahwa pentingnya pemantauan paska pelepasliaran dan penandaan pada satwa yang dilepas-liarkan, walaupun menyita waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Selain itu, program pelepasliaran juga memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat sekitar lokasi pelepasliaran.

Petugas memberikan penghargaan kepada masyarakat yang melaporkan mengenai keberadan Sylvia

Foto Dok BBKSDA JATIM -RAIN

Petugas dan sukarelawan mendatangi lokasi penangkapan Elang dan bersosialisasi dengan penangkap dan warga sekitarFoto Dok BBKSDA JATIM -RAIN

Sebagai bentuk terima kasih atas dukungan masyarakat dalam hal ini kepada pak Samsi yang telah menyelamatkan dan menghubungi pihak terkait (BBKSDA Jawa Timur) mengenai penemuan Elang Jawa yang dilepasliarkan, maka pada tanggal 8 Pebruari 2013 Balai Besar KSDA Jawa Timur dan para sukarelawan mengundang Saudara Samsi untuk melihat proses rehabilitasi elang tersebut. Hal ini juga sebagai media pendidikan dan penyadartahuan kepada masyarakat akan nilai penting upaya konservasi Elang Jawa dan habitatnya.

57

58

Proses pemulihan dan pelepasliaran kembali

Foto Sylvia ketika proses pemulihan dalam kandang habituasi paska penangkapan

Foto Dok BBKSDA JATIM -RAIN

Pada saat pagi tanggal 2 februari 2013 sekitar 07.00 WIB, Sylvia dimasukkan kembali ke dalam kandang habituasi untuk pemulihan kondisi dan perilaku se-belum dilepasliarkan kembali.

Dari hasil penilaian singkat, tim pemantau memperkiraan bahwa proses pemuli-han kembali Elang Jawa ini membutuhkan waktu sekitar 5-7 hari sebelum dilepasliarkan kembali.

Pelepasliaran kembali Sylvia dilakukan pada tanggal 15 Feburari 2013, hal ini bertepatan dengan dengan peringatan hari peresmian lambang Garuda sebagai lambang resmi negara Indonesia.

Pelepasliaran dilakukan dengan sederhana dihadiri oleh petugas Balai Besar KSDA Jawa Timur, para sukarelawan, masyarakat sekitar dan pengunjung yang datang untuk berwisata ke TWA Kawah Ijen.

Paska pelepasliaran sylvia terus dipantau pergerakan dan perkembangan perilakunya oleh tim sukarelawan selama lebih kurang sepuluh hari secara intensive.

59

Foto Sylvia sedang bertengger dalam hutan sekitar kawasan Kawah Ijen pada tanggal 16 Februari 2013, setelah pelepalasliaran yang kedua kalinyaFoto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

60

61

Monitoring paska pelepasan kedua

sylvia dilepasliarkan diperkirakan daerah jelajahnya hampir 1 Km². Selain melakukan monitoring langsung tim juga berkordinasi dengan masyarakat yang beraktifitas disekitar kawasan CA Kawah Ijen. Hal ini untuk antisipasi jika masyarakat menemukan sylvia disekitar mereka.

Setelah sepuluh hari masa monitoring kedua tidak ada perjumpaan memutuskan untuk mengakhiri monitoring. Informasi terakhir yang diperoleh dari masyarakat Bulusari dimana sylvia ditangkap dan di evakuasi, ada dua individu elang terbang diatas perkebunan dengan ciri menggunakan tanda warna biru di sayap sebelah kiri. Masyarakat tersebut melaporkan bahwa sylvia terbang bersama jodohnya.

Monitoring dilakukan ketika Elang dilepasliarkan. Tim monitoring langsung menempati posnya masing – masing. Tim pertama yang berada di pos 1 bertanggung jawab untuk melihat dan memantau dari bukit sehingga luasan area yang bisa dilihat lebih luas dan lebih mudah untuk mengetahui pergerakan sylvia. Sedangkan untuk tim kedua bertugas untuk mengikuti pergerakan sylvia.

Monitoring dimulai pagi hari pukul 08:00 sampai dengan sore hari atau ketika kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk melakukan monitoring selama 10 (sepuluh) hari berturut – turut. Pergerakan dan perilaku sylvia terus di pantau untuk mengetahui perkembangan setelah pelepasan kedua.

Dari hasil monitoring selama sepuluh hari tersebut diperoleh informasi bahwa sylvia cenderung diam pada hari pertama keluar kandang. Hal ini dimungkinkan kondisi bulu – bulu yang masih basah. Hari kedua masih terlihat kurang aktif dan bertengger dipohon pinus depan kandang habituasi hingga sore. Kondisi terlihat mengalami peningkatan setelah tiga hari berada diluar kandang. Sylvia terkahir kali terpantau oleh tim monitoring tanggal 17 Pebruari berada di kaki Gunung Ranti bertengger dipohon pinus pada strata atas.

Pergerakan sylvia mengarah ke Hutan Lindung yang kondisi hutannya masih alami. Jika dilihat dari pergerakan sylvia terakhir terlihat sangat aktif terbang dari pohon satu ke pohon lain. Sensitifitas sylvia juga lebih peka terhadap gerakan – gerakan disekitarnya. Penggunaan habitat lebih banyak menggunakan hutan alami dibanding dengan sisa hutan produksi. Hari ketiga

62

K e s i m p u l a n d a n d i s k u s i

1. Inisiasi pemulihan jenis ini terurama jenis elang merupakan rangkaian

dari program Saving Garuda Program, upaya penyelamatan Elang

Jawa dan jenis lainnya (raptor) sebagai jalan masuk dari upaya

penyelamatan dan pelestarian kawasan dan lingkungan sebagai

sumber kehidupan masyarakat. Inisiasi pemulihan jenis ini dilakukan

melalui upaya rehabilitasi dan pelepasliaran kembali elang-elang hasil

sitaan dan serahan masyarakat sebagai upaya repopulasi jenis elang

yang ada dikawasan TWA Gunung Ijen dan sekitarnya.

2. Survey lokasi potensial atau penlaian kelayakan habitat pelepasliaran

dilakukan pada tanggal xxx sampai dengan tanggal xxx di kawasan

TWA Gunung Ijen.

3. Proses Pelepasliaran ini dilakukan antara Bulan November 2012

sampai dengan Februari 2013..

a. Proses observasi 1 dilakukan selama 15 hari ( dimulai pada

tanggal 01 Desember 2012 sampai dengan tanggal 15 Januari

2013). Kegiatan ini dilakukan di kandang observasi 1 dan kandang

observasi 2 di lingkungan kantor BBKSDA Jawa Timur.

b. Observasi 2 dilakukan dari tanggal 16 - 20 Januari 2013 untuk

melihat perkembangan perilaku pasca observasi ke - 1 yang

secara analisa kualitatif masih belum memenuhi.

c. Proses habituasi dilakukan selama 24 hari ( dimulai pada

tanggal 22 Desember 2012 sampai dengan tanggal 14 Januari

2013). Letak kandang habituasi yang berdekatan dengan hutan,

memungkinkan elang tersebut memperoleh mangsa atau pakan

alami berupa jenis-jenis satwa yang ada disekitar dan masuk

kedalam kandang habituasi. Hal ini secara tidak langsung juga

memberikan kesempatan bagi elang-elang tersebut untuk

mengenal jenis pakan alami dan juga melatih kemampuan

berburu mereka dengan berbagai jenis mangsa tersebut.

d. Pelepasliaran dilakuakan pada tanggal 15 Januari 2013.

e. Monitoring pasca pelepasliaran dilakukan selama 21 hari (mulai

tanggal 15 Januari sampai dengan 4 Februari 2013).

4. Dilakukan habituasi kembali setelah terjadi penangkapan Sylvia oleh

salah satu warga yang menemukan sylvia di ladangnya di Dusun

63

Krajan, Desa Bulusari, Kec. Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi pada

hari Jumat sore sekitar pukul 15.30 WIB tanggal 1 Februari 2013

dalam kondisi basah kuyup, berada di tanah dan dalam kondisi lemas

yang kemudian melaporkan ke Balai Besar KSDA Jawa Timur setelah

mengetahui nomor telephone yang ada di Wing marker. Habituasi/

recovery dilakukan selama 13 hari dari tanggal 2 - 14 Februari 2013.

5. Pelepasliaran dan monitoring dilakukan pada tanggal 15 Februari

dilanjutkan monitoring hingga tanggal 24 Februari.

6. Pola penggunaan habitat Elang Jawa sylvia yang dilepasliarkan di

kawasan CA/TWA Kawah Ijen, secara umum tipe habitat hutan

sekunder lebih banyak digunakan oleh elang tersebut (35%) untuk

beraktivitias seperti bertengger, terbang dan berburu mangsa,

kemudian Hutan Tanaman yang ada disekitar kawasan Perhutani

(25%) dan Hutan Alami (5%)

7. Pola pergerakan elang-elang yang telah dilepasliarkan dipengaruhi di

kawasan CA/TWA Kawah Ijen oleh faktor eksternal diantaranya:

a. Keberadaan populasi alami dimana elang yang dilepasliarkan

cenderung menghindar dari areal –areal yang menjadi daerah

teritori jenis-jenis elang yang ada di sekitar kawasan CA/TWA

Kawah Ijen.

b. Keberadaan tipe habitat di kawasan CA/TWA Kawah Ijen juga

mempengaruhi pola pergerakan elang yang dilepasliarkan dalam

pemilihan tipe habitat yang dibutuhkan oleh elang tersebut.

8. Elang Jawa yang telah dilepasliarkan dan masih bertahan hidup secara

tidak langsung menambah jumlah populasi komunitas elang yang

ada di CATWA Kawah Ijen. Beberapa kegiatan akan dilakukan sebagai

langkah tindak lanjut dari program ini diantaranya:

a. Monitoring secara berkala

b. Mencari lokasi potensial lainnya untuk program pelepasliaran

elang hasil sitaan

c. Upaya implementasi rekomendasi dan proses pembelajaran dari

penelitian dan program sebelumnya

64

C A T A T A N M E D I A

65

No. 1. Kompas(16/01/13) Elang Jawa Dilepasliarkan di Gunung Ijen No. 2. RRI(15/01/13) Elang Jawa betina dilepasliarkan di Gunung Ijen.

66

No. 3. Koran Bondowoso(16/01/13). Sang Garuda Lepas Bebas(Atas)

67

No. 4. Radar Gresik (16/01/13) No. 5. Jawa Pos (21/01/13). Rela Sebulan tinggal di Ijen.

68

L e m b a g a P e n d u k u n g

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa TimurJl Bandara Juanda, Sidoarjo 61257, IndonesiaTelp:+62 31 8667239 Website: www. bbksdajatim.org

Raptor IndonesiaJl. Tumenggung Wiradiredja No. 216Cimahpar, Bogor 16155 - Jawa BaratWebsite: www.raptorindonesia.org

BIOLASKA - UIN Sunan Kalijaga, YogyakartaJl. Sorowajan Baru, Gg. Muria No. 8, Banguntapan Bantul - D.I. YogyakartaEmail: [email protected]

Kelompok Studi Burung Peksia - Himbio UnairFakultas Sains dan Teknologi, Kampus C Universitas AirlanggaSurabaya - Jawa TimurEmail: [email protected]

KSBL Pecuk - Institut Teknologi Sepuluh NovemberGedung H Biologi ITS Sukolilo, Surabaya Email: [email protected]/ Blog: http://pecuk.wordpress.com

Kelawar - PKH Universitas BrawijayaJl. Mayjen Haryono 169 Malang 65145 - Jawa Timur

KMPV Pet & Wild Animal - FKH Universitas AirlanggaFak. Kedokteran Hewan Kampus C Universitas Airlangga Kampus CJl MulyorejoSurabaya - Jawa Timur

Paguyuban Pengamat Burung Jogja Gang Asam Jawa V No.14, Karangasem, Condong CaturSleman - D.I. Yogyakarta Email: [email protected]

PERHUTANI KPH Banyuwangi BaratJl. Jaksa Agung Soeprapto No 34, Banyuwangi Telp: 0333 424327/ Fax: 0333 421649Email: [email protected]

KPB Bionic - Himabio Universitas Negeri YogyakartaHIMABIO, Gelanggang Ormawa FMIPA, UNY, Kampus Karangmalang Yogyakarta 55281Email: [email protected]

Kelompok Pengamat Burung Zoothera Fakultas Biologi Univesitas Brawijaya Malang - Jawa TimurFacebook: [email protected]

Indonesian Bird Banding Scheme - LIPIBidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPIJl. Raya Bogor Km 46, Cibinong Science Centre, Bogor 16911.Email: [email protected]

MATALABIOGAMA Fak. Biologi Universitas Gajah MadaJl. Teknika Selatan, Sekip Utara, Yogyakarta 55281 Phone: 082324287455, Fax: 0274 - 580839Website: www.matalabiogama.com

69

Mapala PoliwangiJl. Raya Jember KM 13 Labanasem Kec. Kabat, BanyuwangiJawa TimurEmail: [email protected]

Suaka ElangPerum IndraprastaJl. Abiyasa Raya No. 87Bantarjati, Bogor 16153 Email: [email protected] / Website: www.suakaelang.org

KSBL Malang Eyes Lawing (MEL) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri MalangJl. Semarang No. 5Malang - Jawa Timur

Serikat Birdwatcher Ngalam (Seriwang)Malang - Jawa TimurFacebook: [email protected]

MAPALIPMA - Institut Pertanian MalangKampus IPM, Perum Griya ShantaJl. Sukarno Hatta, MalangJawa Timur

Photo: Asman Adi Purwanto

Kelompok Pengamat, Pemerhati & Peneliti (KP3) BurungFKT Universitas Gajah Mada, YogyakartaSekretariat: Fakultas Kehutanan Universitas Gajah MadaJl. Agro Bulaksumur, Sleman 55281, Yogyakarta

70

T i M S u k a r e l a w a n

Para sukarelawan kegiatan ini; Faradlina Mufti, Mas Untung, Nova Ika R.S, Wizarotul Haqqoniyah (Biolaska Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga-Yogyakarta); M. Rosyid Ridho, Ahmad Zulfikar Abdullah, Zulqarnain Assiddiqi, Prajawan Kusuma Wardana, Arellea Revina Dewi, R. Arif Alfauzi, Imam Kholil, Shaim Basyari (KPB Bionic-Universitas Negeri Yogyakarta); Samsul Ma’arif (KP3 Burung FKT UGM);Afwan Fitra A, Arif Budiawan, Arif Rahmatullah, Bagas Christanta A, Evris Hikmat IS, Gilang Romadhon, Hammam Shardi M.S., Isma Prastani (Kelawar-Universita Brawijaya); Ari Bagus Prasetya, Gavrila Amadea, Happy Ferdiansyah, I Wayan Andama, Nur Hidayatin Ni’mah, Randi Sagasiousman, Sindhuranu, Yuanistia Shally (KMPV PW Universitas Airlangga); Agus Uwais Al Qorni, Andre Wahyu Prayogo, Ficka Handyan Rahman, Guna Hari Subakti, Mas Aji Priambodo, Syafa’at, Syaifur Rahman dan Yunia Nanta (Mapala Poliwangi-Universtas Politeknik Negeri Banyuwangi); Alimaji Sidqi Fathoni, Emanuel Naitio, Muhlisin Rosyidi, Rio, Triyono Effendi, Wiwit Suliantono, Yohanes Ama Kayouwan (MAPALIPMA);

Ana Sa’adah, Asmaul Husna, Charina Ramadhani, Diany Ragiel M., Haris Eka, Welly Eka Sandika (MEL Universitas Negeri Malang); Ahmad Yanuar, Ahmada Dian Nur Ilma, Aisyah Asy Syatik, Aisyah Maulida Hanum, Andreas Wim Kurniawan, Citra Fitrie Riani, Niki Habibi, Nur Sita Hamzati, Sidratu Ainiyah, Siti Arofah, Sofyan Aris, Anindyah Tri Astinengseh, Cholis Mukhlisin, Muhammad Ali Sofani, Albi Hamdani (Pecuk Institute Teknologi Surabaya); Alexander Kurniawan S.P., Ayu Dewi R., Dewi Sasmita, Hening Swastikaningrum, Johan Nuari Widyatmoko, Nurul Ayu D., Ratna Sulfika, Riris Damayanti, Syaiful Yahya, Akhmad Kharish Fahmi (Peksia Universitas Airlangga); Muhammad Rizky K. Triesha Retno Astari (Zoothera- Universitas Brawijaya)Raptor Indonesia, Iwan Febrianto (Surabaya) Heru Cahyono (Malang), Kisma D. Wijaya (Banyuwangi) Alifi Fitriana R, Sitta Yusti Azizah, Topan Cahyono, Okie Kristiawan, Ma’ruf Erawan (Jogja), Zaenal Mutaqien, Tedi Setiadi, Ade Rahmat, Muhammad Hafif (Bandung),Zulham, Gunawan, Hendry Pramono dan Djamaludin (Suaka Elang)

71

D a f t a r P u s t a k a

Krebs CJ, (1985) Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance, Third edition. Harper Collins, New York, USA, 800p Newton, I. 1998. The role of the individual bird and the individual territory in the population biology of sparrowhawks Accipiter nisus. Pp. 117-129 in R.D. Chancellor, B.-U. Meyburg, and J.J. Ferrero (eds.), Holarctic birds of prey. ADENEX, Barcelona, Spain, and World Working Group on Birds of Prey, Berlin.

Rakhman, Z., Ramdan, D. Sukandar, C. & Sunarya, J. 2008. Inisiasi Pemulihan Jenis Elang -Upaya Repopulasi jenis Elang melalui Pelepasliaran Elang hasil sitaan di kawasan Panaruban, Subang Jawa Barat-. Laporan YPAL-PRC. Bandung.