Upload
ipb
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGHITUNGAN INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA
(ISPU) KOTA MEDAN, PONTIANAK, DAN SEMARANG
TAHUN 2003
CALCULATION OF AIR POLLUTANT STANDARD INDEX IN
MEDAN, PONTIANAK, AND SEMARANG 2003
Dina Analya1, Muhammad Nofal
2
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper, Kampus IPB
Dramaga, Bogor, 16680
[email protected], [email protected]
Abstrak : Kualitas udara dapat diukur berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) untuk
mengetahui konsentrasi pencemar udara. Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka yang tidak
mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu
yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup
lainnya (Kepmen LH 1997). Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung Indeks Standar
Pencemaran udara (ISPU) kota-kota besar di Indonesia, membandingkan kualitas udara ambien pada
periode tertentu, dan memberikan input perbaikan untuk mereduksi polutan berbahaya yang ada di
udara. ISPU tahun 2003 Kota Medan, Pontianak, dan Semarang digunakan pada kasus ini. ISPU Kota Medan pada tahun 2003 memiliki besaran PM10 (partikulat) 57 µg/m3, SO2 sebesar 8 µg/m3, CO
sebesar 229 µg/m3, O3 sebesar 17 µg/m3, dan NO2 sangat rendah. ISPU Kota Pontianak pada tahun
2003 memiliki besaran PM10 (partikulat) 54 µg/m3, SO2 sebesar 0 µg/m3, CO sebesar 235 µg/m3, O3
sebesar 12 µg/m3, dan NO2 sangat rendah. Dan udara Kota Semarang pada tahun 2003 mengandung
PM10 (partikulat) 17 µg/m3, SO2 sebesar 9 µg/m3, CO sebesar 288 µg/m3, O3 sebesar 19 µg/m3, dan
NO2 sangat rendah. Besarnya kandungan CO menyebabkan ketiga kota ini secara umum dapat
dikategorikan sangat tidak sehat. Sehingga diperlukan upaya penanganan yang lebih menitikberatkan
pada pereduksian kandungan CO di udara pada ketiga kota itu.
Kata kunci : ISPU, Parameter Polutan, Polusi Udara
Abstract : Air quality can be measured based on the Air Pollution Standards Index (ISPU) to determine the concentration of air pollutants. Air Pollutant Standard Index is a number that does not
have a unit that describes the condition of the ambient air quality in a particular location and time
based on the impact on human health, aesthetic values and other organisms (Kepmen LH 1997). The
purpose of this practicum is to calculated the air pollution standards index (ISPU) of big cities in
Indonesia, compared the quality of ambient air in a certain period, and provide improved inputs to
reduce harmful pollutants in the air. ISPU 2003 of Medan, Pontianak and Semarang used in this case.
ISPU Medan in 2003 had a magnitude of PM10 (particulate matter) 57 µg / m 3, SO2 8 µg / m3, CO 229
µg / m 3, O3 17 µg / m3, and NO2 is very low. ISPU Pontianak City in 2003 had a magnitude of PM10
(particulate matter) 54 µg / m 3, SO2 at 0 µg / m3, CO is 235 µg / m 3, O3 is 12 µg / m 3, and NO 2 are
very low. And air Semarang in 2003 containing PM10 (particulate matter) 17 µg / m 3, SO2 9 µg / m 3,
CO 288 µg / m 3, O3 at 19 µg / m 3, and NO 2 are very low. The amount of CO content cause these three cities can be generally categorized as very unhealthy. So, we need more focused efforts to
reduction of the content of CO in the air in those three cities.
Keywords : Air Pollution, ISPU, Pollutant Parameter
PENDAHULUAN Udara merupakan komponen penting yang dibutuhkan manusia dalam proses
transpirasi. Meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri,
mengakibatkan udara tersebut telah mengalami perubahan. Perubahan komponen
tersebut berpengaruh pada perubahan kualitas udara dan berakibat pada pencemaran.
Kualitas udara menurun dengan adanya pemanasan global akibat efek rumah kaca.
Gas-gas yang berpengaruh dalam proses efek rumah kaca ialah berupa gas emisi
kendaraan bermotor dan industri seperti CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), N2O
(nitrogen dioksida), HFCs (hydrofluorocarbons), PFCs (perfluorocarbons), dan SF6
(sulfur hexafluoride) (Muraleedharan et al 2000).
Seiring dengan semakin banyaknya emisi gas-gas tersebut mengakibatkan
penumpukan di atmosfer dan membuat suatu lapisan yang menghalangi pantulan
radiasi matahri ke arah luar atmosfer, sehingga radiasi matahari dikembalikan ke
bumi akibatnya suhu bumi menjadi semakin hangat. Dampak tersebut juga tentunya
mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas udara. Penurunan kualitas udara ini
dapat mengganggu kesehatan masyarakat di sekitar.
Oleh karena itu pengamatan terhadap penurunan kualitas udara tersebut penting
untuk dilakukan. Kualitas udara dapat diukur berdasarkan Indeks Standar
Pencemaran Udara (ISPU) untuk mengetahui konsentrasi pencemar udara. Terdapat
lima parameter yang digunakan untuk pengamatan pencemaran udara yaitu karbon
CO (monoksida), O3 (ozon), SO2 (sulfur dioksida), NO2 (nitrogen dioksida), dan
PM10 (partikulat). Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung Indeks Standar
Pencemaran udara (ISPU) kota-kota besar di Indonesia sehingga didapatkan
perbandingan kualitas udara ambien pada periode tertentu kemudian memberikan
input perbaikan untuk mereduksi polutan berbahaya yang ada di udara.
TINJAUAN PUSTAKA Udara adalah kumpulan atau campuran gas, yang terbanyak adalah nitrogen dan
oksigen. Oksigen sangat penting untuk mendukung kehidupan makhluk hidup dan
memungkinkan terjadinya pembakaran bahan bakar. Komposisi udara bersih sangat
bervariasi dari satu tempat dengan tempat lain di seluruh dunia (Darmono 2006).
Menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
pencemaran udara adalah salah satu komponen yang mempengaruhi pencemaran
lingkungan. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukannya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan tidak berfungsi sesuai peruntukkannya.
Saat ini, indeks standar kualitas udara yang dipergunakan secara resmi di
Indonesia adalah Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), hal ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP 45/MENLH/1997 tentang
Indeks Standar Pencemar Udara. Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka yang
tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di
lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan
manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya (Kepmen LH 1997). Dalam
keputusan tersebut yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan diantaranya:
bahwa untuk memberikan kemudahan dari keseragaman informasi kualitas udara
ambien kepada masyarakat di lokasi dan waktu tertentu serta sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan upaya-upaya pengendali pencemaran udara perlu
disusun Indeks Standar Kualitas Udara.
METODOLOGI PRAKTIKUM Praktikan melakukan pemilihan minimal 3 kota besar di Indonesia sebagai sumber
parameter Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). Setelah itu dilakukan kalkulasi
perhitungan ISPU dengan acuan pada KEP-45/KEMLH/10/1997 atau KEP-
107/KABAPEDAL/11/1997. Dengan dilakukkannya perhitungan ISPU, dapat
ditentukan parameter yang menunjukkan nilai ISPU yang tertinggi atau nilai ISPU
terendah dari masing-masing kota sehingga praktikan dapat menentukan kriteria dan
penjelasan pengaruh dari nilai ISPU. Setelah itu diberikan ulasan singkat mengenai
upaya penanganan dalam memperbaiki kualitas udara menjadi stabil, sehingga
keseimbangan ekosistem tetap terjaga.
Pendekatan rumus penghitungan ISPU :
( )
( )( ) (Persamaan 1)
Keterangan :
I : ISPU terhitung
IA : ISPU batas atas
IB : ISPU batas bawah
XA : kadar ambien batas atas (µg/m3)
XB : kadar ambien batas bawah (µg/m3)
XX : kadar ambien nyata hasil pengukuran (µg/m3)
HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan ISPU merupakan salah satu aspek terpenting pada konsep pengelolaan
pencemaran udara suatu daerah. Tabel 1. di bawah ini menunjukkan data parameter-
parameter ISPU yang terukur di beberapa kota besar di Indonesia.
Tabel 1. Perolehan Data Parameter-Parameter Pencemar Udara
Kota Tahun PM10 (µg/m3) SO2 (µg/m3) CO (µg/m3) O3 (µg/m3) NO2 (µg/m3)
Medan 2003 64 12 22 41 13
Pontianak 2003 58 0 23 29 -
Semarang 2003 17 14 32 47 13
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Udara Kota Medan pada tahun 2003 memiliki besaran PM10 (partikulat) 64 µg/m3,
SO2 sebesar 12 µg/m3, CO sebesar 22 µg/m
3, O3 sebesar 41 µg/m
3, dan NO2 sebesar
13 µg/m3. Udara Kota Pontianak pada tahun 2003 memiliki besaran PM10 (partikulat)
58 µg/m3, SO2 sebesar 0 µg/m
3, CO sebesar 23 µg/m
3, O3 sebesar 29 µg/m
3, dan NO2
tidak terukur akibat konsentrasi yang sangat rendah. Dan udara Kota Semarang pada
tahun 2003 mengandung PM10 (partikulat) 17 µg/m3, SO2 sebesar 14 µg/m
3, CO
sebesar 32 µg/m3, O3 sebesar 47 µg/m
3, dan NO2 sebesar 13 µg/m
3.
Dari Tabel 1 kemudian dilakukan penghitungan nilai ISPU dari setiap parameter
pencemar udara. Penghitungan dilakukan dengan pendekatan Persamaan 1.
Persamaan 1 didasarkan pada indeks ISPU KEP-107/KABAPEDAL/11/1997. Hasil
penghitungan nilai ISPU setiap parameter pencemar udara ditampilkan pada Tabel 2
di bawah ini. Tabel 2. Perhitungan Nilai ISPU Setiap Parameter Pencemar Udara
Kota Tahun PM10 (µg/m3) SO2 (µg/m3) CO (µg/m3) O3 (µg/m3) NO2
(µg/m3)
Medan 2003 57 8 229 17 -
Pontianak 2003 54 0 235 12 -
Semarang 2003 17 9 288 19 -
ISPU Kota Medan pada tahun 2003 memiliki besaran PM10 (partikulat) 57 µg/m3,
SO2 sebesar 8 µg/m3, CO sebesar 229 µg/m
3, O3 sebesar 17 µg/m
3, dan NO2 sangat
rendah. ISPU Kota Pontianak pada tahun 2003 memiliki besaran PM10 (partikulat) 54
µg/m3, SO2 sebesar 0 µg/m
3, CO sebesar 235 µg/m
3, O3 sebesar 12 µg/m
3, dan NO2
sangat rendah. Dan udara Kota Semarang pada tahun 2003 mengandung PM10
(partikulat) 17 µg/m3, SO2 sebesar 9 µg/m
3, CO sebesar 288 µg/m
3, O3 sebesar 19
µg/m3, dan NO2 sangat rendah.
Dari perhitungan nilai ISPU diperoleh bahwa parameter CO merupakan parameter
pencemar terbesar yaitu, di Kota Medan sebesar 229 µg/m3, di Kota Pontianak
sebesar 235 µg/m3, dan di Kota Semarang sebesar 288 µg/m
3. Sehingga berdasarkan
KEP-107/KABAPEDAL/11/1997, ketiga kota tersebut secara umum dapat
dikategorikan sangat tidak sehat. Tingkat kualitas udara ketiga kota tersebut dapat
merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Setiap parameter
pencemar juga memiliki nilai ISPU yang dapat dikategorikan sebagai berikut.
Tabel 3. Kategori Pengaruh Nilai ISPU Setiap Parameter Pencemar Udara
Kota Tahun PM10 (µg/m3) SO2 (µg/m3) CO (µg/m3) O3 (µg/m3) NO2
(µg/m3)
Medan 2003 Sedang Baik Sangat
Tidak Sehat Baik Baik
Pontianak 2003 Sedang Baik Sangat
Tidak Sehat Baik Baik
Semarang 2003 Baik Baik Sangat
Tidak Sehat Baik Baik
Udara Kota Medan pada tahun 2003 mengandung PM10 pada kategori sedang, SO2
pada kategori baik, kandungan CO berpengaruh sangat tidak sehat, kandungan O3
pada kategori baik, dan kandungan NO2 pada kategori baik. Udara Kota Pontianak
pada tahun 2003 mengandung PM10 pada kategori sedang, SO2 pada kategori baik,
kandungan CO berpengaruh sangat tidak sehat, kandungan O3 pada kategori baik, dan
kandungan NO2 pada kategori baik. Dan udara Kota Semarang pada tahun 2003
mengandung PM10 pada kategori baik, SO2 pada kategori baik, kandungan CO
berpengaruh sangat tidak sehat, kandungan O3 pada kategori baik, dan kandungan
NO2 pada kategori baik.
Kategori-kategori setiap parameter tersebut mempunyai dampak terhadap makhluk
hidup dan lingkungan sekitar. Tabel 4 di bawah ini menunjukkan hal tersebut. Tabel 4. Pengaruh ISPU untuk Setiap Parameter Pencemar Udara
Kota Tahun PM10
(µg/m3) SO2 (µg/m3) CO (µg/m3) O3 (µg/m3)
NO2
(µg/m3)
Medan 2003
Terjadi
Penurunan
Jarak
Pandang
Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan
akibat
kombinasi
dengan O3 selama 4
jam
Meningkatnya gejala
kardiovaskular pada
orang bukan perokok
yang berpenyakit
jantung dan akan
tampak beberapa
kelemahan yang terlihat secara nyata
Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan
akibat
kombinasi
dengan SO2 selama 4
jam
Sedikit
berbau
Pontianak 2003
Terjadi
Penurunan
Jarak
Pandang
Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan
akibat
kombinasi
dengan O3
selama 4
jam
Meningkatnya gejala
kardiovaskular pada
orang bukan perokok
yang berpenyakit
jantung dan akan
tampak beberapa
kelemahan yang
terlihat secara nyata
Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan
akibat
kombinasi
dengan SO2
selama 4
jam
Sedikit
berbau
Semarang 2003 Tidak Ada
Efek
Luka pada beberapa
spesies
tumbuhan
akibat
kombinasi
dengan O3
selama 4
jam
Meningkatnya gejala
kardiovaskular pada
orang bukan perokok
yang berpenyakit
jantung dan akan
tampak beberapa
kelemahan yang
terlihat secara nyata
Luka pada beberapa
spesies
tumbuhan
akibat
kombinasi
dengan SO2
selama 4
jam
Sedikit
berbau
Dari Tabel 4 di atas terlihat bahwa parameter PM10 dan parameter CO yang
memerlukan upaya penanganan lebih lanjut oleh pemerintah daerah setempat.
Kandungan PM10 pada kategori sedang dapat menurunkan jarak pandang. Hal ini
dapat mengurangi kelancaran, kenyamanan, dan keamanan bagi pengguna kendaraan
di Kota Medan dan Kota Pontianak. Kemudian, kandungan CO di udara ketiga kota
tersebut berkategori sangat tidak sehat. Hal ini tentunya dapat menurunkan tingkat
kesehatan masyarakat setempat.
SIMPULAN ISPU Kota Medan pada tahun 2003 memiliki besaran PM10 (partikulat) 57 µg/m
3,
SO2 sebesar 8 µg/m3, CO sebesar 229 µg/m
3, O3 sebesar 17 µg/m
3, dan NO2 sangat
rendah. ISPU Kota Pontianak pada tahun 2003 memiliki besaran PM10 (partikulat) 54
µg/m3, SO2 sebesar 0 µg/m
3, CO sebesar 235 µg/m
3, O3 sebesar 12 µg/m
3, dan NO2
sangat rendah. Dan udara Kota Semarang pada tahun 2003 mengandung PM10
(partikulat) 17 µg/m3, SO2 sebesar 9 µg/m
3, CO sebesar 288 µg/m
3, O3 sebesar 19
µg/m3, dan NO2 sangat rendah. Besarnya kandungan CO menyebabkan ketiga kota
tersebut secara umum dapat dikategorikan sangat tidak sehat. Sehingga diperlukan
upaya penanganan yang lebih menitikberatkan pada pereduksian kandungan CO di
udara pada ketiga kota tersebut.
SARAN Kategori sangat tidak sehat yang diperoleh dari ISPU ketiga kota tersebut
seharusnya direspon cepat dan tepat oleh pihak terkait, baik pemerintah daerah
setempat maupun masyarakat. Upaya pereduksian kandungan CO dapat dilakukan
dengan program penghijauan kota, peremajaan angkutan umum yang lebih ramah
lingkungan, pelaksanaan dan pengawasan AMDAL terhadap pabrik-pabrik, maupun
regulasi pemerintah daerah yang berperan positif dalam penanganan pencemaran
udara.
DAFTAR PUSTAKA Darmono. 2006. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungan dengan Toksilogi
Senyawa Logam. Jakarta : UI press.
Kepmen LH Republik Indonesia. 2003. http://www.menlh.go.id/data-harian-kualitas-
udara-ispu-dari-stasiun-pemantauan-kualitas-udara-di-10-kota-di-indonesia/.
Diakses tanggal 8 September 2014.
Keputusan Kepala Bapedal Nomor 107 Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi
Indeks Standar Pencemar Udara. 21 November 1997. Jakarta
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Indeks Standar Pencemar
Udara. 13 Oktober 1997. Jakarta
Muraleedharan T R., Radojevic, Miroslav, Waugh, Allan., Caruana, Anthony. 2000.
Emissions from the Combustion of Peat: An Experimental Study.
Atmospheric Environment 2000;34 3033-3035.
Undang-Undang Repuplik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Jakarta.
LAMPIRAN
Contoh Perhitungan:
Data terukur PM10 di Kota Medan: 64 µg/m3
Maka nilai ISPU terhitung:
( )
( )( )
( )
( )( )
µg/m3